YESUS KRISTUS DATANG UNTUK MENYELAMATKAN ORANG BERDOSA: 1TIMOTIUS 1:12-16

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
YESUS KRISTUS DATANG UNTUK MENYELAMATKAN ORANG BERDOSA: 1Timotius 1:12-16YESUS KRISTUS DATANG UNTUK MENYELAMATKAN ORANG BERDOSA: 1Timotius 1:12-16. 1Timotius 1:12-16 - “(12) Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku - (13) aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. (14) Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus. (15) Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. (16) Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaranNya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepadaNya dan mendapat hidup yang kekal.”.

I) Orang berdosa.

Semua orang berdosa (Roma 3:23); satu-satunya yang tak berdosa sama sekali hanyalah Yesus kristus (Ibrani 4:15 2Korintus 5:21).

Roma 3:23 - “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,”.

Ibrani 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.

2Korintus 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.

II) Yesus Kristus datang untuk menyelamatkan orang berdosa.

1) Tak bisakah orang berdosa menyelamatkan dirinya sendiri?

a) Tidak bisa.

1. Orang berdosa tak bisa berbuat baik.

Roma 3:10-12 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.”.

Roma 6:20 - “Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran.”.

2. Seandainya mereka bisa berbuat baik, perbuatan baik mereka tidak bisa menghapuskan dosa.

Galatia 2:16 - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat.”.

3. Seandainya orang berdosa bisa menyelamatkan diri mereka sendiri dengan usaha / perbuatan baik mereka, maka Yesus tidak perlu datang ke dunia untuk menyelamatkan mereka (bdk. ay 15), apalagi dengan cara mati di salib.

Galatia 2:21b - “Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.”.

Johann Hieronymus Schroeder: “It has been the cross which has revealed to good men that their goodness has not been good enough.” [= Adalah salib yang telah menyatakan kepada orang-orang baik bahwa kebaikan mereka belum / tidaklah cukup baik.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 145.

b) Paulus menyerang ajaran yang mempercayai bahwa orang berdosa bisa menyelamatkan dirinya sendiri dengan berbuat baik.

1Timotius 1:3 - “Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain”.

1. ‘Orang-orang tertentu’.

Paulus di sini hanya menyebutkan ‘orang-orang tertentu’, dan tidak menyebutkan nama mereka. Ini tidak berarti bahwa kita tidak boleh menyebutkan nama pada waktu membicarakan seorang penyesat, karena dalam 1Timotius 1:20 dan 2Timotius 4:10,14 kita melihat Paulus menyebutkan nama.

2. Orang-orang tertentu itu ‘mengajarkan ajaran lain’.

Bdk. 1Timotius 6:3-4a - “(3) Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat - yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus - dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, (4a) ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa.”.

‘Ajaran lain’ menunjuk pada ajaran yang berbeda dengan ajaran Paulus.

Bdk. Galatia 1:6-9 - “(6) Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, (7) yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, TERKUTUKLAH DIA. (9) Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, TERKUTUKLAH DIA.”.

Galatia 2:3-5 - “(3) Tetapi kendatipun Titus, yang bersama-sama dengan aku, adalah seorang Yunani, namun ia tidak dipaksa untuk menyunatkan dirinya. (4) Memang ada desakan dari saudara-saudara palsu yang menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, supaya dengan jalan itu mereka dapat memperhambakan kita. (5) Tetapi sesaatpun kami tidak mau mundur dan tunduk kepada mereka, agar kebenaran Injil dapat tinggal tetap pada kamu.”.

Martin Luther (tentang Gal 2:4-5): “Now the truth of the Gospel is, that our righteousness cometh by faith alone, without the works of the law. The corruption or falsehood of the Gospel is, that we are justified by faith, but not without the works of the law. With this condition annexed, the false apostles preached the Gospel. Even so do our sophisters and Papists at this day. For they say that we must believe in Christ, and that faith is the foundation of our salvation: but it justifieth not, except it be furnished with charity. This is not the truth of the Gospel, but falsehood and dissimulation.” [= Kebenaran Injil adalah, bahwa kebenaran kita datang oleh iman saja, tanpa pekerjaan hukum Taurat. Perusakan atau kepalsuan dari Injil adalah, bahwa kita dibenarkan oleh iman, tetapi tidak tanpa pekerjaan hukum Taurat. Dengan syarat ini ditambahkan / dilekatkan, rasul-rasul palsu itu memberitakan Injil. Demikian juga pendebat-pendebat kita dan para pengikut Paus pada jaman ini. Karena mereka berkata bahwa kita harus percaya kepada Kristus, dan bahwa iman adalah dasar dari keselamatan kita: tetapi itu tidak membenarkan, kecuali itu dilengkapi dengan kasih. Ini bukanlah kebenaran Injil, tetapi kepalsuan dan penipuan.].

Galatia 3:1-5 - “(1) Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu? (2) Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? (3) Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? (4) Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia! (5) Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?”.

Galatia 5:1-5 - “(1) Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. (2) Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. (3) Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. (4) Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. (5) Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan.”.

Dari sini terlihat bahwa yang dimaksud dengan ‘injil yang lain’ atau ‘injil yang berbeda’ adalah ajaran ‘keselamatan karena iman + perbuatan baik’. Dan dalam hal-hal ini perbuatan baik itu adalah sunat / ketaatan pada hukum Taurat. Tetapi itu pasti bisa diterapkan pada hal-hal lain seperti baptisan, ketaatan pada seluruh firman Tuhan, dan sebagainya. Pokoknya semua yang tidak mengajarkan ‘salvation by faith alone’ [= keselamatan oleh iman saja], itu adalah injil yang lain / berbeda!

Jangan membayangkan bahwa ‘ajaran lain’ itu mengajarkan untuk membunuh, berzinah, menyembah berhala dan sebagainya. Mungkin sekali sebaliknya, ajaran lain itu mengajar untuk hidup dengan moral yang tinggi, tetapi bagaimanapun, ajaran itu berbeda (secara dasari) dengan ajaran Paulus / Injil. Maka Paulus mengutuk para pengajarnya!

2) Yesus Kristus datang untuk menyelamatkan orang berdosa.

a) Yesus datang pada Natal yang pertama, sekitar 2000 tahun yang lalu.

Lukas 2:11 - “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.”.

b) Yesus Kristus datang untuk menyelamatkan.

1Timotius 1: 15: “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia UNTUK MENYELAMATKAN orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.”.

William Hendriksen: “He did not come to help them to save themselves, nor to induce them to save themselves, nor even to enable them to save themselves. He came to save them!” [= Ia tidak datang untuk menolong mereka untuk menyelamatkan diri mereka sendiri, atau untuk membujuk mereka untuk menyelamatkan diri mereka sendiri, atau bahkan untuk memampukan mereka untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. Ia datang untuk menyelamatkan mereka!] - hal 79.

Ini jelas merupakan serangan terhadap ajaran Arminian, yang percaya bahwa keputusan untuk percaya dan diselamatkan terletak di tangan mereka sendiri (pada free will / kehendak bebas mereka sendiri).

c) Yesus Kristus datang untuk menyelamatkan orang berdosa, bukan orang benar.

1Timotius 1: 15: “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.”.

Calvin: “The word ‘sinners’ is emphatic; for they who acknowledge that it is the office of Christ to save, have difficulty in admitting this thought, that such a salvation belongs to ‘sinners’. Our mind is always impelled to look at our worthiness; and as soon as our unworthiness is seen, our confidence sinks. Accordingly, the more any one is oppressed by his sins, let him the more courageously betake himself to Christ, relying on this doctrine, that he came to bring salvation not to the righteous, but to ‘sinners.’” [= Kata ‘orang-orang berdosa’ ditekankan; karena mereka yang mengakui bahwa adalah tugas dari Kristus untuk menyelamatkan, mempunyai kesukaran untuk mengakui pemikiran ini, bahwa keselamatan seperti itu menjadi milik dari ‘orang-orang berdosa’. Pikiran kita selalu terdorong untuk melihat pada kelayakan kita; dan begitu ketidak-layakan kita terlihat, keyakinan kita tenggelam. Karena itu, makin seseorang tertekan / tertindas oleh dosa-dosanya, biarlah ia dengan makin berani membawa dirinya sendiri kepada Kristus, bersandar pada doktrin / ajaran ini, bahwa Ia datang untuk membawa keselamatan bukan bagi orang benar, tetapi bagi ‘orang-orang berdosa’,] - hal 39.

Semua orang berdosa (Roma 3:23); satu-satunya yang dikecualikan oleh Alkitab hanyalah Yesus (Ibrani 4:15 2Korintus 5:21). Tetapi tidak semua orang berdosa sadar akan dosa-dosanya. Ada orang berdosa yang merasa dirinya benar. Yesus mengatakan Ia tidak datang untuk orang-orang ini.

Matius 9:12-13 - “(12) Yesus mendengarnya dan berkata: ‘Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. (13) Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.’”.

III) Salah satu orang berdosa yang Yesus selamatkan adalah Paulus sendiri.

1) Pengakuan Paulus tentang keberdosaannya.

a) 1Timotius 1: 13a: “aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas,”.

1. Mengapa di sini Paulus tahu-tahu bercerita tentang dirinya sendiri?

Homer A. Kent, Jr.: “When Paul wished to give Timothy a most effective illustration of sound gospel teaching as contrasted with the disastrous effects of legalism, he related his own personal experience.” [= Pada waktu Paulus ingin memberikan kepada Timotius suatu ilustrasi yang paling efektif tentang ajaran injil yang sehat yang kontras dengan hasil yang mendatangkan malapetaka dari ajaran yang bersifat legalisme (ajaran keselamatan karena perbuatan baik), ia menceritakan pengalaman pribadinya sendiri.] - ‘The Pastoral Epistles’, hal 85.

2. Ia menghujat Yesus Kristus dan menganiaya orang-orang kristen. Tetapi ini dilakukan di luar pengetahuan (karena ia tidak mengerti), karena ia mengira bahwa ia justru harus melakukan hal itu.

1Timotius 1: 13: “aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.”.

Bdk. Filipi 3:5-6 - “(5) disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, (6) tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.”.

Kis 22:3-4 - “‘Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini. (4) Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara.”.

Kisah Para Rasul 26:9-11 - “(9) Bagaimanapun juga, aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret. (10) Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. (11) Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing.’”.

Bdk. Yohanes 16:1-3 - “(1) ‘Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. (2) Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. (3) Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.”.

Ironside: “A man can be very sincere in wrong things.” [= Seseorang bisa sangat tulus dalam hal-hal yang salah.] - hal 36.

3. Ketidak-tahuannya bukanlah alasan mengapa ia diampuni. Ketidaktahuannya meletakkan ia di daerah yang memungkinkannya untuk diampuni, tetapi ia diampuni semata-mata karena belas kasihan Allah.

Jamieson, Fausset & Brown: “His ignorance was culpable; for he might have known, if he had sought aright: but it is less culpable than sinning against light and knowledge. His ignorance gave him no claim on, but put him within the range of, God’s mercy.” [= Ketidak-tahuannya merupakan suatu kesalahan / patut dicela, karena ia bisa mengetahui seandainya ia mencari dengan benar: tetapi itu tidak sebersalah seperti berdosa terhadap terang dan pengetahuan. Ketidak-tahuannya tidak memberinya hak untuk mengclaim belas kasihan Allah, tetapi meletakkannya dalam batasan dari belas kasihan Allah.].

Ketidak-tahuan Paulus memang bukanlah alasan mengapa Allah memberi belas kasihan. Alasan Allah memberinya belas kasihan ada dalam diri Allah sendiri.

Bdk. Roma 9:15 - “Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’”.

4. Perbedaan antara Paulus dengan orang-orang Farisi dalam Matius 12:24.

Calvin: “Paul was not altogether free from a wicked disposition; but he was hurried along by thoughtless zeal, so as to think that what he did was right. Thus he was an adversary of Christ, not from deliberate intention, but through mistake and ignorance. The Pharisees, who through a bad conscience slandered Christ, were not entirely free from mistake and ignorance; but they were instigated by ambition, and a base hatred of sound doctrine, and even by furious rebellion against God, so that maliciously and intentionally, and not in ignorance, they set themselves in opposition to Christ.” [= Paulus tidak sepenuhnya bebas dari suatu watak / kecondongan yang jahat; tetapi ia digerakkan cepat-cepat oleh semangat tanpa pikiran, sehingga ia mengira bahwa apa yang ia lakukan adalah benar. Karena itu, ia menjadi seorang musuh Kristus, bukan dari suatu kesengajaan, tetapi dari kesalahan dan ketidak-tahuan. Orang-orang Farisi, yang dengan hati nurani yang buruk memfitnah Kristus, tidaklah sepenuhnya bebas dari kesalahan dan ketidak-tahuan; tetapi mereka dihasut oleh ambisi, dan suatu kebencian yang jelek / hina terhadap ajaran yang sehat, dan bahkan oleh pemberontakan yang hebat terhadap Allah, sehingga dengan jahat dan sengaja, dan bukan dalam ketidak-tahuan, mereka mengarahkan diri mereka sendiri menentang Kristus.] - hal 37.

Catatan: yang dimaksud oleh Calvin dengan ‘orang-orang Farisi’ di sini pasti adalah orang-orang Farisi dalam Matius 12:24, kepada siapa Kristus mengatakan ayat tentang penghujatan kepada Roh Kudus, yang merupakan dosa yang tak bisa diampuni (Matius 12:31-32). Ini tak berarti bahwa semua tokoh-tokoh Yahudi yang anti Yesus itu melakukan hal itu dengan pengetahuan (bdk. Kisah Para Rasul 3:17 Kis 13:27 versi Inggris).

b) 1Timotius 1: 15-16a dimana dua kali ia mengaku sebagai orang yang paling berdosa.

1Timotius 1: 15-16a: “(15) Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. (16a) Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaranNya.”.

1. Pentingnya kesadaran / ingatan akan dosa kita sendiri.

Thomas Carlyle: “The deadliest sins were the consciousness of no sin.” [= Dosa-dosa yang paling mematikan adalah ketidaksadaran akan adanya dosa.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 605.

Martin Luther: “The recognition of sin is the beginning of salvation.” [= Pengenalan akan dosa adalah permulaan / awal keselamatan.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 607.

Barclay: “The memory of his sin was the surest way to keep him from pride.” [= Ingatan tentang dosanya adalah jalan yang paling pasti untuk menjaga dia dari kesombongan.] - hal 46.

Barclay: “The memory of his sin was the surest way to keep his gratitude aflame. To remember that we have been forgiven is the surest way to keep awake our love to Jesus Christ.” [= Ingatan tentang dosanya merupakan jalan yang paling pasti untuk menjaga supaya rasa terima kasihnya tetap berkobar. Mengingat bahwa kita telah diampuni merupakan jalan yang paling pasti untuk menjaga supaya kasih kita kepada Yesus Kristus tetap terjaga.] - hal 46.

Barclay: “The memory of his sin was the constant urge to greatest effort. It is quite true that a man can never earn the approval of God, or deserve his love; but it is also true that he can never stop trying to do something to show how much he appreciates the love and mercy which have made him what he is. Whenever we love anyone we cannot help trying always to demonstrate our love. When we remember how much God loves us and how little we deserve it, when we remember that it was for us that Jesus Christ hung and suffered on Calvary, it must compel us to effort that will tell God we realize what he has done for us and will show Jesus Christ that his sacrifice was not in vain.” [= Ingatan tentang dosanya merupakan suatu dorongan terus menerus kepada usaha yang terbesar. Merupakan sesuatu yang benar bahwa seseorang tidak pernah bisa layak mendapat persetujuan / sikap baik dari Allah, atau layak mendapat kasihNya; tetapi juga benar bahwa ia tidak pernah bisa berhenti mencoba melakukan sesuatu yang menunjukkan betapa besar ia menghargai kasih dan belas kasihan yang telah membuatnya seperti sekarang ini. Pada saat kita mengasihi siapapun, kita tidak bisa tidak selalu berusaha menunjukkan kasih kita. Pada waktu kita mengingat betapa besar Allah mengasihi kita dan betapa sedikit kita layak mendapatkannya, pada waktu kita mengingat bahwa untuk kitalah Yesus Kristus tergantung dan menderita di Kalvari, itu harus mendorong kita kepada usaha yang akan memberitahu Allah bahwa kita menyadari apa yang telah Ia lakukan untuk kita dan akan menunjukkan kepada Yesus Kristus bahwa pengorbananNya tidaklah sia-sia.] - hal 47.

Barclay: “Paul’s sin was something which he refused to forget, for every time he remembered the greatness of his sin, he remembered the still greater greatness of Jesus Christ. It was not that he brooded unhealthily over his sin; it was that he remembered it to rejoice in the wonder of the grace of Jesus Christ.” [= Dosa Paulus adalah sesuatu yang ia tak mau lupakan, karena setiap kali ia mengingat besarnya dosanya, ia ingat kebesaran Yesus Kristus yang lebih besar lagi. Bukan bahwa ia memikirkan secara tidak sehat akan dosanya; tetapi ia mengingatnya untuk bersukacita dalam keajaiban dari kasih karunia Yesus Kristus.] - hal 48.

2. Dosa seseorang yang besar / hebat bukanlah penghalang untuk keselamatannya.

Martin Luther: “Be a sinner and sin mightily, but more mightily believe and rejoice in Christ.” [= Jadilah orang berdosa, dan berdosalah dengan hebat, tetapi percayalah kepada Kristus dan bersukacitalah dalam Kristus dengan lebih hebat.] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 607.

Catatan: Kata-kata ini tentu tak boleh diartikan bahwa Luther menyuruh kita sengaja berbuat dosa. Kalau diartikan demikian akan bertentangan dengan Roma 6:1-2 - “(1) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? (2) Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?”.

Maksudnya adalah: sekalipun kita adalah orang yang sangat berdosa, yang telah melakukan dosa-dosa yang hebat, iman kepada Kristus bisa mengatasi semua itu, dan karenanya kita harus tetap bersukacita.

Calvin: “He shews that it was profitable to the Church that he had been such a person as he actually was before he was called to the apostleship, because Christ, by giving him as a pledge, invited all sinners to the sure hope of obtaining pardon. For when he, who had been a fierce and savage beast, was changed into a Pastor, Christ gave a remarkable display of his grace, from which all might be led to entertain a firm belief that no sinner, how heinous and aggravated soever might have been his transgression, had the gate of salvation shut against him.” [= Ia menunjukkan bahwa merupakan sesuatu yang bermanfaat untuk Gereja bahwa ia tadinya adalah seseorang seperti bagaimana adanya ia sebelum ia dipanggil pada kerasulan, karena Kristus, dengan memberi dia sebagai suatu janji, mengundang semua orang berdosa pada pengharapan yang pasti dari penerimaan pengampunan. Karena ketika ia, yang dahulunya adalah binatang yang galak dan buas, diubah menjadi seorang Pendeta / Gembala, Kristus memberikan pertunjukan yang luar biasa tentang kasih karuniaNya, dari mana semua orang bisa dibimbing untuk mempunyai kepercayaan yang teguh bahwa tidak ada orang berdosa, bagaimanapun mengerikan dan buruknya pelanggarannya, mendapati bahwa pintu gerbang keselamatan telah tertutup baginya.] - hal 38-39.

3. Ini merupakan kata-kata yang membingungkan dari Paulus.

Pada waktu Paulus mengatakan bahwa ia adalah yang paling berdosa di antara orang-orang berdosa, apa maksudnya?

William Hendriksen: “This final clause has caused a wider variety of interpretation than almost any other in Paul’s writings.” [= Anak kalimat terakhir ini telah menyebabkan perbedaan penafsiran yang lebih lebar dari pada hampir semua hal lain dalam tulisan Paulus.] - hal 79.

Ada bermacam-macam penafsiran tentang bagian ini, tetapi tidak ada yang sepenuhnya meyakinkan.

Ia mengatakan bahwa ia adalah orang yang paling berdosa, pasti berkenaan dengan penganiayaan dan pembunuhan yang ia lakukan terhadap orang-orang Kristen, sebelum ia menjadi orang Kristen. Dosa ini ia ceritakan berulang-ulang.

Kisah Para Rasul 22:4 - “Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara.”.

Kisah Para Rasul 26:10-11 - “(10) Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka dihukum mati. (11) Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing.’”.

1Korintus 15:9 - “Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.”.

Filipi 3:6 - “tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.”.

Tetapi, bagaimana mungkin ia lebih berdosa dibandingkan dengan tokoh-tokoh Yahudi yang membunuh Yesus?? Tetapi kalau ia bukan yang paling berdosa, bagaimana ini bisa sesuai dengan kata-kata Paulus dalam 1Timotius 1: 16? Bahwa ia adalah orang yang paling berdosa dijadikan olehnya sebagai dasar bahwa semua orang bisa datang kepada Kristus dan mendapatkan belas kasihan dan pengampunan. Kalau ia bukan sungguh-sungguh paling berdosa, maka kata-kata dalam 1Timotius 1: 16 ini kehilangan kekuatannya.

Catatan: dalam bagian ini Paulus menggunakan ‘present tense’ (bentuk sekarang; ia mengatakan ‘I am’, bukan ‘I was’). Ini tidak berarti bahwa pada saat itu, setelah menjadi rasul sekian lama, ia tetap lebih berdosa dari orang kristen yang lain. Ia menggunakan ‘present tense’ [= bentuk sekarang] karena ia meninjau seluruh kehidupannya sampai pada saat itu.

Kalau saya terpaksa harus memilih tafsiran-tafsiran yang ada tentang kata-kata Paulus ini, maka saya memilih tafsiran William Hendriksen.

William Hendriksen mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ‘orang-orang berdosa’ bukanlah seadanya orang berdosa dalam sepanjang jaman, tetapi hanya ‘orang berdosa yang termasuk orang pilihan’ atau ‘orang berdosa yang percaya kepada Kristus sampai pada saat itu’.

William Hendriksen: “he must have meant, ‘Of all sinners whom Christ Jesus came into the world to save, I am the greatest.’” [= ia pasti telah memaksudkan: ‘Dari semua orang berdosa untuk siapa Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan, aku adalah yang terbesar’.] - hal 80.

Penafsiran ini sesuai dengan kata-kata ‘dan di antara mereka’ dalam ay 15b, karena kata ‘mereka’ menunjuk pada orang-orang berdosa yang diselamatkan oleh Kristus.

1Timotius 1: 15: “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan DI ANTARA MEREKA akulah yang paling berdosa.”.

Calvin: “these words inform us how heinous and dreadful a crime unbelief is before God, especially when it is attended by obstinacy and a rage for persecution. (Philippians 3:6.) With men, indeed, it is easy to extenuate, under the presence of heedless zeal, all that Paul has acknowledged about himself; but God values more highly the obedience of faith than to reckon unbelief, accompanied by obstinacy, to be a small crime.” [= kata-kata ini memberitahu kita betapa ketidak-percayaan itu adalah suatu kejahatan yang jahat dan menakutkan di hadapan Allah, khususnya pada waktu itu disertai oleh sikap keras kepala dan suatu kemarahan untuk penyaniayaan. (Filipi 3:6). Dengan manusia, memang, adalah mudah mengecilkan, di bawah kehadiran dari semangat yang ceroboh / tak dipikir, semua yang Paulus telah akui tentang dirinya sendiri; tetapi Allah menilai dengan lebih tinggi ketaatan iman dari pada memperhitungkan ketidak-percayaan, disertai dengan sikap keras kepala, sebagai suatu kejahatan yang kecil.].

2) Paulus mendapatkan belas kasihan, dan diselamatkan.

1Timotius 1: 13,16: “(13) aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. ... (16) Tetapi justru karena itu aku dikasihani, ...”.

KJV: ‘but I obtain mercy’ [= aku mendapatkan belas kasihan].

RSV: ‘but I receive mercy’ [= aku menerima belas kasihan].

NIV/NASB: ‘I was shown mercy’ [= aku ditunjukkan belas kasihan].

Catatan: kata Yunani yang digunakan dalam ay 13 sama dengan yang digunakan dalam ay 16.


Pulpit Commentary: “though he showed no mercy, he obtained mercy.” [= sekalipun ia tidak menunjukkan belas kasihan, ia mendapatkan belas kasihan.] - hal 29.

3) Kalau Paulus yang sejahat itu bisa diselamatkan, maka siapapun juga bisa.

1Timotius 1: 16: “Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaranNya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepadaNya dan mendapat hidup yang kekal.”.

Ini menunjukkan bahwa Allah membiarkan Paulus sehingga menjadi orang yang paling berdosa, dan lalu menyelamatkan Paulus untuk tujuan ini:

a) Menunjukkan kesabaran Yesus Kristus.

b) Menjadikan Paulus contoh bagi orang-orang berdosa yang lain, supaya mereka mau datang kepada Kristus, dan tidak mengatakan bahwa mereka terlalu berdosa untuk bisa diampuni / diselamatkan.

Homer A. Kent, Jr.: “No one can say he is too sinful to be saved since Christ has saved Paul. Furthermore, no Christian should regard any sinner as a hopeless case.” [= Tak seorangpun bisa berkata bahwa ia terlalu berdosa untuk diselamatkan, karena Kristus telah menyelamatkan Paulus. Selanjutnya, tidak seorang Kristenpun boleh menganggap orang berdosa manapun sebagai suatu kasus tanpa harapan.] - hal 89.

Homer A. Kent, Jr.: “Paul indicates that his experience of God’s saving grace was not only a blessing to himself but had a purpose of grace to others also. ... Just as Christ endured the blasphemies and persecutions of Paul for so long a time and did not smite him with judgment, so is He with all the world. ... If a sinner like Saul of Tarsus could be spared and received salvation, so may other sinners.” [= Paulus menyatakan bahwa pengalamannya tentang kasih karunia yang menyelamatkan dari Allah bukan hanya merupakan suatu berkat bagi dirinya sendiri, tetapi mempunyai suatu tujuan kasih karunia bagi orang-orang lain juga. ... Sama seperti Kristus menahan hujatan dan penganiayaan dari Paulus untuk waktu yang begitu lama dan tidak memukulnya dengan penghakiman, demikianlah Ia dengan seluruh dunia. ... Jika seorang berdosa seperti Saulus dari Tarsus bisa diselamatkan dan menerima keselamatan, demikian juga orang-orang berdosa yang lain.] - hal 89,90.

Barclay: “It is as if Paul were saying, ‘Look what Christ has done for me! If someone like me can be saved, there is hope for everyone.’ ... Paul did not shrinkingly conceal his record; he blazoned it abroad, that others might take courage and be filled with hope that the grace which had changed him could change them too.” [= Seolah-olah Paulus berkata: ‘Lihatlah apa yang Kristus telah lakukan untukku! Jika seseorang seperti aku bisa diselamatkan, ada pengharapan untuk setiap orang’. ... Paulus tidak dengan segan-segan menyembunyikan catatan kejahatannya; ia menyatakan / memamerkannya dengan luas, supaya orang-orang lain bisa mendapatkan penguatan dan dipenuhi dengan pengharapan bahwa kasih karunia yang telah mengubah dia bisa mengubah mereka juga.] - hal 48.

Barnes’ Notes: “The idea is, that he sustained the first rank as a sinner, and that Jesus Christ designed to show mercy to him as such, in order that the possibility of pardoning the greatest sinners might be evinced, and that no one might afterward despair of salvation on account of the greatness of his crimes.” [= Maksudnya adalah bahwa ia mempertahankan ranking pertama sebagai seorang berdosa, dan bahwa Yesus Kristus merencanakan untuk menunjukkan belas kasihan kepadanya sebagai orang seperti itu, supaya kemungkinan mengampuni orang yang paling berdosa bisa ditunjukkan dengan jelas, dan supaya tak seorangpun dikemudian hari bisa putus asa tentang keselamatan karena besarnya kejahatannya.].

Barnes’ Notes: “it denotes a pattern or example, and here it means that the case of Paul was an example for the encouragement of sinners in all subsequent times. It was that to which they might look when they desired forgiveness and salvation. It furnished all the illustration and argument which they would need to show that they might be forgiven. It settled the question forever that the greatest sinners might be pardoned; for as he was ‘the chief of sinners,’ it proved that a case could not occur which was beyond the possibility of mercy.” [= ini menunjukkan suatu pola atau contoh, dan di sini itu berarti bahwa kasus Paulus merupakan suatu contoh untuk menguatkan orang-orang berdosa dalam semua masa setelahnya. Itu adalah sesuatu kemana mereka boleh memandang pada waktu mereka menginginkan pengampunan dan keselamatan. Itu menyediakan semua ilustrasi dan argumentasi yang mereka butuhkan untuk menunjukkan bahwa mereka bisa diselamatkan. Itu membereskan selama-lamanya keraguan bahwa orang-orang yang paling berdosa bisa diampuni; karena ia adalah orang yang paling berdosa, itu membuktikan bahwa tidak bisa terjadi suatu kasus yang berada di luar kemungkinan belas kasihan.].


Barnes’ Notes: “no sinner should despair of mercy. No one should say that he is so great a sinner that he cannot be forgiven. One who regarded himself as the ‘chief’ of sinners was pardoned, and pardoned for the very purpose of illustrating this truth, that any sinner might be saved. His example stands as the illustration of this to all ages; and were there no other, any sinner might now come and hope for mercy. But there are other examples. Sinners of all ranks and descriptions have been pardoned. Indeed, there is no form of depravity of which people can be guilty, in respect to which there are not instances where just such offenders have been forgiven. The persecutor may reflect that great enemies of the cross like him have been pardoned; the profane man and the blasphemer, that many such have been forgiven; the murderer, the thief, the sensualist, that many of the same character have found mercy, and have been admitted to heaven.” [= tak ada orang berdosa yang boleh kehilangan harapan tentang belas kasihan. Tak seorangpun boleh berkata bahwa ia adalah orang berdosa yang begitu hebat sehingga ia tidak bisa diampuni. Seseorang yang menganggap dirinya sendiri sebagai orang yang paling berdosa, diampuni, dan diampuni untuk tujuan menjelaskan kebenaran ini, bahwa orang berdosa manapun bisa diselamatkan. Contohnya merupakan suatu penjelasan dari hal ini kepada semua jaman; dan seandainya tidak ada contoh yang lain, orang berdosa manapun sekarang boleh datang dan berharap mendapatkan belas kasihan. Tetapi ada contoh-contoh yang lain. Orang-orang berdosa dari semua kedudukan dan penggambaran telah diampuni. Memang, tidak ada bentuk kebejatan tentang mana orang-orang bersalah, untuk mana tidak ada contoh-contoh dimana pelanggar-pelanggar yang seperti itu telah diampuni. Si penganiaya boleh membayangkan bahwa musuh-musuh besar dari salib seperti dia telah diampuni; orang yang duniawi dan penghujat boleh membayangkan bahwa banyak orang seperti mereka telah diampuni; pembunuh, pencuri, orang-orang yang menuruti hawa nafsu boleh membayangkan bahwa banyak orang dengan karakter yang sama telah menemukan belas kasihan, dan telah diterima di surga.].

Penutup: 

Yesus Kristus sudah datang ke dunia pada Natal yang pertama. Dan Ia datang dengan tujuan utama untuk menyelamatkan orang berdosa. Orang yang paling berdosapun bisa Ia selamatkan. Jadi Ia pasti juga bisa menyelamatkan saudara. Datanglah kepada Kristus, dan percayalah kepada Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, maka saudara akan diselamatkan. Tuhan memberkati saudara.

YESUS KRISTUS DATANG UNTUK MENYELAMATKAN ORANG BERDOSA: 1Timotius 1:12-16
-AMIN-
Next Post Previous Post