SURAT KEPADA JEMAAT SARDIS (3): WAHYU 3:1-6

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Wahyu 3:1-6 - “(Wahyu 3:1) ‘Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! (2) Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan AllahKu. (3) Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu. (4) Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu. (5) Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan BapaKu dan di hadapan para malaikatNya. (Wahyu 3:6) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.’”.
SURAT KEPADA JEMAAT SARDIS  (3)
gadget, otomotif, asuransi
Wahyu 3: 3: “Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.”.

1) ‘Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah!’.

a) Apa / siapa yang dimaksudkan oleh bagian ini?

1. Kebanyakan orang mengatakan bahwa bagian ini menunjuk kepada Injil.

Kata ‘mendengar’ dalam bahasa Yunani ada dalam bentuk aorist (past tense), tetapi kata ‘menerima’ ada dalam bentuk perfect.

Jadi mereka harus mengingat saat pertama mereka mendengar dan menerima Injil. Pada saat itu ada semangat dan sukacita dalam hati mereka, yang menyebabkan mereka berkobar-kobar dalam memberitakan Injil tersebut kepada orang lain.

2. Tetapi John Stott (hal 92) beranggapan bahwa ini bukan menunjuk kepada Injil saja, tetapi menunjuk kepada Roh Kudus.

John Stott: “Was it simply the word of God, the gospel? I think not. Sound doctrine alone cannot reclaim a church from death. Orthodoxy can sometimes itself be dead. They had received more than the gospel. They had received the Holy Spirit.” [= Apakah itu hanya sekedar firman Allah, Injil? Saya kira tidak. Doktrin / ajaran yang sehat saja tidak bisa mendapatkan kembali suatu gereja dari kematian. Keorthodoxan itu sendiri kadang-kadang bisa adalah kematian. Mereka telah menerima lebih dari Injil. Mereka telah menerima Roh Kudus.] - hal 92.

John Stott: “That this is the right interpretation is suggested by the first verse of the epistle. Here Christ describes Himself as the One who has the seven spirits of God and the seven stars (v. 1). In every epistle the introductory description which He gives of Himself is suited to the condition of the particular church addressed. There is no reason to suppose that the letter to Sardis is an exception to this rule.” [= Bahwa ini merupakan penafsiran yang benar terlihat dari ayat pertama dari surat ini. Di sini Kristus menggambarkan diriNya sendiri sebagai seseorang yang mempunyai 7 Roh Allah dan 7 bintang (ay 1). Dalam setiap surat penggambaran pendahuluan yang Ia berikan tentang diriNya sendiri disesuaikan dengan kondisi dari gereja tertentu yang dituju. Tidak ada alasan untuk menganggap bahwa surat kepada Sardis ini merupakan perkecualian terhadap peraturan ini.] - hal 93.

John Stott: “Now this Spirit of Christ is ‘the Spirit of Life’ (Rom. 8:2). As the Nicene Creed declares, He is both ‘the Lord’ and ‘the Lifegiver’. What other message does a dead or moribund church need to hear? It is the Holy Spirit who can breathe into our formal worship until it comes alive and is real. It is He who can animate our dead works and make them pulsate with life. He can rescue a dying church and make it a living force in the community.” [= Roh Kristus ini adalah ‘Roh Kehidupan’ (Roma 8:2). Seperti dinyatakan oleh Pengakuan Iman Nicea, Ia adalah ‘Tuhan’ dan ‘Pemberi hidup’. Berita lain apa yang butuh didengarkan oleh gereja yang mati atau sekarat? Adalah Roh Kudus yang bisa menghembuskan ke dalam ibadah formil / resmi kita sehingga itu menjadi hidup dan nyata. Adalah Dia yang bisa menghidupkan pekerjaan mati kita dan membuatnya berdenyut dengan kehidupan. Ia bisa menolong gereja yang sekarat dan membuatnya sebagai kekuatan yang hidup dalam masyarakat.] - hal 94.

John Stott: “Perhaps then there is no more urgent message for twentieth-century Christians than this: ‘Be filled with the Spirit’ (Eph. 5:18). He dwells within you; but does He fill you? You possess Him; but does He possess you? If we would but submit to His sovereign will in daily obedience, and claim His continuous fulness by faith, our Christian life would be lifted to a higher plane and our church life revolutionized.” [= Maka mungkin tidak ada berita / pesan yang lebih mendesak untuk orang-orang Kristen abad ke 20 dari pada ini: ‘Hendaklah kamu penuh dengan Roh’ (Efesus 5:18). Ia tinggal di dalam kamu; tetapi apakah Ia memenuhi kamu? Kamu memiliki Dia; tetapi apakah Ia memiliki kamu? Jika saja kita mau tunduk pada kehendakNya yang berdaulat dalam ketaatan setiap hari, dan mengclaim kepenuhanNya yang terus-menerus dengan iman, kehidupan Kristen kita akan diangkat ke taraf yang lebih tinggi dan kehidupan gereja kita dirombak ke arah yang lebih baik dengan cepat.] - hal 95.

John Stott: “Every day we must renew our repentance and obedience and by faith receive His filling, until we live continuously in an attitude of humble, empty dependence on Him. Only so can Christ’s Church be a living Church. We spend much time planning, but little time praying. We work for God, but seldom wait on God. We think and scheme and organize. We administer great projects and create impressive committees. But we often leave the Holy Spirit out. He has rightly been called the forgotten member of the Trinity. Only when the Church of Christ is filled with the Spirit of Christ can spiritual death be banished and a name for life have any reality behind it.” [= Setiap hari kita harus memperbaharui pertobatan dan ketaatan kita dan dengan iman menerima pemenuhanNya, sampai kita hidup terus-menerus dalam suatu sikap ketergantungan yang rendah hati dan kosong kepadaNya. Hanya dengan cara demikian maka Gereja Kristus bisa menjadi gereja yang hidup. Kita menghabiskan banyak waktu untuk merencanakan, tetapi sedikit waktu untuk berdoa. Kita bekerja untuk Allah, tetapi jarang menunggu Allah. Kita berpikir dan merencanakan dan mengorganisir. Kita melakukan / mengurus proyek-proyek yang besar dan menciptakan panitia yang mengesankan. Tetapi kita sering meninggalkan Roh Kudus di luar. Ia secara benar disebut sebagai anggota yang terlupakan dari Tritunggal. Hanya pada waktu Gereja Kristus dipenuhi dengan Roh Kristus maka kematian rohani bisa dibuang dan sebutan hidup mempunyai realita di belakangnya.] - hal 95-96.

Dari 2 pandangan di atas saya lebih condong pada pandangan pertama. Alasannya: dalam ay 3 ada kata ‘mendengarnya’, yang rasanya lebih cocok menunjuk pada firman / Injil dari pada menunjuk kepada Roh Kudus. Demikian juga kata-kata selanjutnya yaitu ‘turutilah itu dan bertobatlah’ [Lit: ‘keep and repent’ {= turutilah / peliharalah dan bertobatlah}] rasanya menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah firman / Injil, bukan Roh Kudus. Tetapi kalaupun penafsiran John Stott di atas salah, kata-katanya tentang pentingnya Roh Kudus tetap perlu diperhatikan.

b) Kemiripan nasehat ini dengan nasehat kepada gereja Efesus dalam Wahyu 2:5.

Nasehat yang diberikan kepada gereja Efesus ini (‘Ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh’ - Wahyu 2:5) mirip dengan nasehat yang diberikan kepada gereja Sardis (‘ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya’ - Wahyu 3:3), karena memang ada kemiripan antara kedua gereja ini.

Herman Hoeksema: “In principle there was, no doubt, a good deal of similarity between the two churches. The one had lost her first love; the other had a name that she lived, but was dead. The latter might be considered a further development of the former: for the church which has lost its first love is about to die. ... Both must remember something which they had possessed in the past and had now lost.” [= Tidak diragukan lagi bahwa dalam prinsipnya ada persamaan yang cukup besar antara kedua gereja ini. Yang satu telah kehilangan kasih yang pertama; yang lain mempunyai nama / reputasi bahwa ia hidup tetapi sebetulnya ia mati. Yang terakhir bisa dianggap sebagai perkembangan lebih lanjut dari yang terdahulu; karena gereja yang telah kehilangan kasihnya yang pertama akan mati. ... Keduanya harus mengingat sesuatu yang mereka miliki di masa lampau tetapi telah hilang sekarang.] - hal 117.

John Stott: “The ascended Lord had told the church of Ephesus to remember (2:5). The Sardian church is told to remember too. Memory is a precious and blessed gift. Nothing can stab the conscience so wide awake as memories of the past. The shortest road to repentance is remembrance. Let a man once recall what he used to be and reflect on what by God’s grace he could be, and he will be led to repent, turning back from his sin to his Saviour.” [= Tuhan yang telah naik ke surga memberitahu gereja Efesus untuk mengingat (2:5). Gereja Sardis juga diberitahu untuk mengingat. Ingatan merupakan karunia / pemberian yang berharga dan merupakan berkat. Tidak ada apapun yang bisa menusuk hati nurani sehingga bangun sepenuhnya seperti ingatan tentang masa lalu. Jalan yang terpendek kepada pertobatan adalah ingatan. Biarlah seseorang mengingat bagaimana ia dahulu, dan merenungkan ia bisa menjadi apa oleh kasih karunia Allah, dan ia akan bertobat, berbalik dari dosanya kepada Juruselamatnya.] - hal 92.

John Stott: “Moreover, what is true of the individual Christian is true of the local church as a whole. Some churches which today are dead or dying can look back on a long and glorious history. Their older members can call to mind the former days when the congregation was a living fellowship of active workers and souls were being regularly added to their number. Let past history challenge us to present endeavour!” [= Selanjutnya, apa yang benar tentang individu Kristen juga benar untuk gereja lokal secara keseluruhan. Beberapa gereja yang sekarang ini mati atau sekarat bisa melihat ke belakang pada sejarah yang panjang dan mulia. Anggota-anggota yang tua dari gereja itu bisa mengingat masa yang lampau pada saat jemaat itu merupakan persekutuan yang hidup dari pekerja-pekerja aktif dan jiwa-jiwa ditambahkan secara teratur / tetap kepada jumlah mereka. Biarlah sejarah yang lampau menantang kita kepada usaha masa kini!] - hal 92.

2) ‘Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.’.

a) Ini tidak menunjuk pada kedatangan Yesus yang keduakalinya.

Homer Hailey: “The coming in this instance, as other ‘comings’ in the seven letters, has no reference to His final coming, but refers to His coming in judgment upon the enemies, or for discipline of or aid to the particular church.” [= KedatanganNya dalam hal ini, seperti ‘kedatangan-kedatangan’ yang lain dalam ke tujuh surat, tidak menunjuk kepada kedatanganNya yang terakhir, tetapi menunjuk kepada kedatanganNya dalam penghakiman terhadap musuh-musuhNya, atau untuk mendisiplin atau menolong gereja tertentu.] - hal 146.

b)sama seperti kedatangan kedua nanti, kedatangan ini bersifat mendadak / tiba-tiba.

Herman Hoeksema: “The condition here is just the reverse from that of Thyatira. That church is called to attention in regard to the judgments the Lord will execute in her midst. But to Sardis the Lord writes that He shall come as a thief. Entirely in harmony with their deadness and spiritual slumber, He will come upon them without their being aware of His coming. He shall execute His judgments before they know it.” [= Kondisi di sini persis kebalikan dari kondisi Tiatira. Gereja itu disuruh memperhatikan penghakiman yang akan dilakukan oleh Tuhan di tengah-tengah mereka. Tetapi kepada gereja Sardis Tuhan menuliskan bahwa Ia akan datang sebagai seorang pencuri. Sesuai dengan kematian dan tidurnya rohani mereka, Ia akan datang kepada mereka tanpa mereka sadari. Ia akan melaksanakan penghakimanNya sebelum mereka mengetahuinya.] - hal 119.

James B. Ramsey: “‘I will come as a thief.’ I will give no previous warning. As His coming at the second advent, so will be His coming to inflict judgment on every sleeping church and professor.” [= ‘Aku akan datang seperti pencuri’. Aku tidak akan memberikan peringatan lebih dulu. Sebagaimana kedatanganNya pada kedatangan keduakalinya, demikianlah Ia akan datang untuk memberikan penghakiman kepada setiap gereja dan profesor / pengaku yang tidur.] - hal 168.

Bdk. Amsal 29:1 - “Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi.”.

Wahyu 3: 4: “Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.”.

1) ‘Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya;’.

a) Arti dari ‘mencemarkan pakaian’.

Homer Hailey: “To defile one’s garments is to pollute the life that has been cleansed by the blood of Christ.” [= Mencemari pakaian seseorang berarti mengotori kehidupan yang telah dibersihkan oleh darah Kristus.] - hal 146.

b) Secara implicit bagian ini menunjukkan bahwa mayoritas orang kristen di Sardis mencemarkan pakaiannya.

Ramsey (hal 166-167) mengatakan bahwa ‘pencemaran pakaian’ ini tidak menunjuk pada dosa ke dalam mana mereka jatuh, tetapi dosa dimana mereka secara sengaja dan terus menerus hidup di dalamnya. Beberapa penafsir lain mengatakan bahwa ‘pencemaran pakaian’ menunjuk pada dosa sex.

Homer Hailey: “It is implied that the garments of the church had been defiled with immorality, for which the city was noted” [= Secara tidak langsung ini menunjukkan bahwa pakaian dari gereja telah dicemari dengan ketidak-bermoralan, untuk mana kota itu terkenal] - hal 144.

Barnes’ Notes: “The inhabitants of Sardis bore an ill repute among the ancients for their voluptuous modes of life. Perhaps there may be an allusion to this fact, in the words which are used in the address to the church there, ‘Thou hast a few names even in Sardis which have not defiled their garments.’” [= Penduduk Sardis mempunyai reputasi buruk di antara orang kuno karena gaya hidup mereka yang bersifat memuaskan nafsu. Mungkin ada sindiran terhadap fakta ini, dalam kata-kata yang digunakan terhadap gereja di sana, ‘Di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya’.] - hal 1564.

c) Tetapi sebagian kecil orang Kristen di Sardis tidak mencemarkan pakaiannya.

1. Orang-orang ini harus ditiru. Sekalipun sebagian besar orang Kristen di Sardis hidup dalam dosa, tetapi mereka ini tidak ikut-ikutan!

Roma 12:1 - “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”.

2. Kata-kata ‘tidak mencemarkan pakaiannya’ tentu tidak berarti bahwa orang-orang ini hidup suci. Ini sekedar berarti bahwa mereka adalah orang-orang yang setia, baik dalam pengakuan maupun dalam kehidupan.

Matthew Poole: “There is a garment of Christ’s righteousness, which, once put on, is never lost, nor can be defiled; but there are garments of holiness also: hence the apostle calls to Christians to be clothed with humility. As sin is expressed under the notion of nakedness, so holiness is expressed under the notion of a garment, Ezek. 16:10; 1Pet. 5:5. Those who have not defiled their garments, are those that have kept a pure conscience.” [= Ada pakaian kebenaran Kristus, yang sekali dipakai tidak pernah hilang, dan juga tidak bisa dikotori; tetapi juga ada pakaian kekudusan: karena itu sang rasul berseru kepada orang-orang Kristen untuk berpakaian dengan kerendahan hati. Seperti dosa dinyatakan dengan ketelanjangan, demikian juga kekudusan dinyatakan dengan pakaian, Yehezkiel 16:10; 1Petrus 5:5. Mereka yang tidak mencemarkan pakaian mereka adalah mereka yang menjaga kemurnian hati nuraninya.] - hal 957.

Catatan: 1Pet 5:5a - “Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain,”.

Bagian yang saya garisbawahi itu dalam KJV berbunyi: “Yea, all of you be subject one to another, and be clothed with humility” [= Ya kamu semua, tunduklah satu kepada yang lain, dan kenakanlah pakaian kerendahan hati].

2) ‘mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih karena mereka adalah layak untuk itu.’.

a) ‘Pakaian putih’.

Herman Hoeksema: “In Scripture, white garments are a symbol of righteousness and holiness and purity, of perfect deliverance from sin and corruption.” [= Dalam Kitab Suci pakaian putih merupakan simbol dari kebenaran dan kekudusan dan kemurnian, dari pembebasan yang sempurna dari dosa dan kejahatan.] - hal 121.

George Eldon Ladd: “this is a promise of victory and purity in the messianic Kingdom when those who have remained faithful in a pagan and corrupt society will experience the consummation of fellowship with the Lord” [= ini adalah janji kemenangan dan kemurnian dalam Kerajaan Mesias pada waktu mereka yang telah tetap setia dalam masyarakat yang kafir dan jahat akan mengalami penyempurnaan persekutuan dengan Tuhan] - hal 57.

b) ‘mereka adalah layak untuk itu’.

John Stott: “they are worthy (v. 4). Not, however, that the conquerors earns his reward by right, since his forgiveness and moral strength are due to the free grace of Christ alone. No, His worthiness is borrowed from Christ. The only way to be made fit for entry into God’s Kingdom is to be cleansed by Christ who died for us, or, in the rich imagery of this book, to wash our robes and make them white in the blood of the Lamb (7:14; cf. 22:14).” [= mereka layak (ay 4). Tetapi bukan bahwa para pemenang itu mendapatkan pahala berdasarkan hak, karena pengampunannya dan kekuatan moralnya disebabkan oleh kasih karunia cuma-cuma dari Kristus saja. Tidak, kelayakannya dipinjam dari Kristus. Satu-satunya jalan untuk layak / pantas untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah adalah dengan dibersihkan oleh Kristus yang telah mati bagi kita, atau, dalam penggambaran yang kaya dari kitab ini, mencuci jubah kita dan membuatnya putih dalam darah Anak Domba (7:14; bdk. 22:14).] - hal 96-97.

Wahyu 7:14 - “Maka kataku kepadanya: ‘Tuanku, tuan mengetahuinya.’ Lalu ia berkata kepadaku: ‘Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.”.

Wahyu 22:14 - “Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.”.

Wahyu 3: 5: “Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan BapaKu dan di hadapan para malaikatNya.”.

1) ‘Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan’.

Ayat-ayat lain yang berbicara tentang kitab kehidupan adalah:

Kel 32:32-33 - “(32) Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu - dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.’ (33) Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Siapa yang berdosa kepadaKu, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitabKu.”.

Mazmur 69:29 - “Biarlah mereka dihapuskan dari kitab kehidupan, janganlah mereka tercatat bersama-sama dengan orang-orang yang benar!”.

Daniel 12:1 - “‘Pada waktu itu juga akan muncul Mikhael, pemimpin besar itu, yang akan mendampingi anak-anak bangsamu; dan akan ada suatu waktu kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu. Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu.”.

Lukas 10:20 - “Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.’”.

Filipi 4:3 - “Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.”.

Ibrani 12:23 - “dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna,”.

Wahyu 13:8 - “Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih.”.

Wahyu 17:8 - “Adapun binatang yang telah kaulihat itu, telah ada, namun tidak ada, ia akan muncul dari jurang maut, dan ia menuju kepada kebinasaan. Dan mereka yang diam di bumi, yaitu mereka yang tidak tertulis di dalam kitab kehidupan sejak dunia dijadikan, akan heran, apabila mereka melihat, bahwa binatang itu telah ada, namun tidak ada, dan akan muncul lagi.”.

Wahyu 20:15 - “Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”.

Wahyu 21:27 - “Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.”.

B. B. Warfield: “Book of life ..., which is certainly a symbol of Divine appointment to eternal life revealed in and realized through Christ;” [= Kitab kehidupan ..., yang merupakan simbol dari penetapan pada kehidupan kekal yang dinyatakan dalam Kristus dan diwujudkan melalui Kristus;] - ‘Biblical and Theological Studies’, hal 306. Bdk. Wahyu 13:8 17:8.

John Stott: “One day the books will be opened, and the dead will be judged by what is written in the books, and everyone whose name is not found written in the Book of Life will be ‘thrown into the lake of fire’ (Rev. 20:11-15). Is your name written in the Lamb’s book of life? You can have a name among men for being alive (like the Church of Sardis) and still have no entry in God’s book of the living. ... Jesus told His disciples to rejoice that their names were ‘written in heaven’ (Lk. 10:20; cf. Heb. 12:23). Can you rejoice like that today?” [= Suatu hari kitab-kitab ini akan dibuka, dan orang mati akan dihakimi berdasarkan apa yang tertulis dalam kitab-kitab ini, dan setiap orang yang namanya tidak ditemukan tertulis dalam Kitab Kehidupan akan ‘dilemparkan ke dalam lautan api’ (Wahyu 20:11-15). Apakah namamu tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba? Kamu bisa terkenal hidup di antara manusia (seperti Gereja Sardis) dan tetap tidak masuk dalam kitab orang hidup dari Allah. ... Yesus menyuruh murid-muridNya untuk bersukacita bahwa nama mereka ‘tertulis di surga’ (Lukas 10:20; bdk. Ibrani 12:23). Bisakah engkau bersukacita seperti itu hari ini?] - hal 97.

Stott (hal 97,98) juga mengatakan bahwa ‘tidak akan menghapus’ dalam bahasa Yunaninya menggunakan ‘double negatives’ (2 x kata ‘tidak’), dan ini menunjukkan suatu penekanan bahwa Kristus tidak akan menghapus nama mereka dari kitab kehidupan.

Steve Gregg: “This is a difficult statement to harmonize with the concept of the believer’s inevitable perseverance. There are two classic ways to remove the impression that this passage denies the doctrine of perseverance of the saints. One is to suggest that the Book of Life is not the list of the redeemed, but rather contains the names of all people living at a given time. Removal of one’s name from the book would thus signify physical death but not damnation (but cf. 20:15). A second suggestion is that the warning is merely hypothetical - meaning that no one will ever have their name removed in actuality, since it is not said that some will have their names removed, only that some will not (but cf. 21:19);” [= Ini adalah pernyataan yang sukar untuk diharmoniskan dengan konsep dari ketekunan yang pasti terjadi dari orang percaya. Ada dua cara klasik untuk menyingkirkan kesan bahwa text ini menyangkal doktrin ketekunan orang kudus. Yang pertama adalah dengan mengatakan bahwa Kitab Kehidupan bukanlah daftar orang yang ditebus, tetapi terdiri dari nama-nama semua orang yang hidup pada saat tertentu. Jadi, penghapusan nama seseorang dari kitab itu menunjukkan kematian jasmani, tetapi bukan penghukuman (tetapi bdk. 20:15). Usul kedua adalah bahwa peringatan di sini semata-mata bersifat pengandaian, yang berarti bahwa dalam kenyataannya tak seorangpun akan dihapus namanya, karena tidak dikatakan bahwa beberapa orang akan dihapus namanya, tetapi hanya bahwa beberapa tidak akan dihapus namanya (tetapi bdk. 21:19);] - hal 74.

Catatan:

a) Pandangan no 1 pasti salah karena bertentangan / tidak sesuai dengan Wahyu 20:15.

Wahyu 20:15 - “Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”.

b) 21:19 mungkin maksudnya 22:19.

Wahyu 22:19 - “Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.’”.

Herman Hoeksema: “... the book of life. In that book, written before the foundation of the world, the names are written of those who are chosen unto everlasting life and glory. The names that are written in that book will, of course, never be blotted out. Nor does the Lord say that this is possible. He merely assures the faithful in Sardis that their names shall not be erased from the roll of God’s elect. Fact is that once upon a time also the unfaithful ones in Sardis had appeared as if they had been written in that book of life too: for their names had appeared on the roll of the church. Now, however, their apostasy and their walk in sin prove that their names had never been written in the book of life. Hence, not to be blotted out from the book of life represents the assurance that they had from all eternity been written in it and that the believers in Sardis may be confident that they shall find their names are written therein in the day of judgment.” [= ... kitab kehidupan. Dalam kitab itu, tertulis sebelum dunia dijadikan, ditulis nama-nama mereka yang dipilih kepada hidup dan kemuliaan kekal. Tentu saja nama-nama yang tertulis dalam kitab itu tidak pernah dihapuskan. Tuhan tidak berkata bahwa itu mungkin terjadi. Ia hanya menjamin kepada orang-orang setia di Sardis bahwa nama-nama mereka TIDAK akan dihapuskan dari daftar orang-orang pilihan Allah. Faktanya adalah bahwa pada suatu saat juga orang-orang yang tidak setia di Sardis terlihat seolah-olah dituliskan dalam kitab kehidupan juga: karena nama-nama mereka terlihat dalam daftar gereja. Tetapi sekarang, kemurtadan mereka dan kehidupan mereka dalam dosa membuktikan bahwa nama mereka tidak pernah dituliskan dalam kitab kehidupan. Karena itu, ‘tidak dihapuskan dari kitab kehidupan’ menggambarkan keyakinan bahwa dari kekekalan mereka telah ditulis dalam kitab itu, dan bahwa orang-orang percaya di Sardis boleh yakin bahwa mereka akan mendapatkan nama mereka tertulis di dalamnya pada hari penghakiman.] - hal 122.

Jadi, yang namanya dihapus dari kitab kehidupan hanyalah orang kristen KTP (inipun peninjauan dari sudut manusia); karena orang pilihan pasti menang sehingga tidak akan dihapus (Wahyu 3:5 bdk. Ro 8:37).


Calvin: “John says (Rev 3:5, 22:18): Whoever has sinned, I shall delete him from the book of life. If, says Georgius, you apply this to the reprobate, they never were written in the book of life; if to the elect, the counsel of God is unstable. He then concludes that there is no certain election. So babbles this monk, as if God did not always accommodate Himself to our understanding.” [= Yohanes berkata (Wahyu 3:5, 22:18): Barangsiapa telah berdosa, Aku akan menghapusnya dari kitab kehidupan. Georgius berkata, jika engkau menerapkan ini kepada orang-orang yang ditentukan binasa, mereka tidak pernah ditulis dalam kitab kehidupan; jika ini diterapkan kepada orang-orang pilihan, maka rencana Allah tidak stabil. Lalu ia menyimpulkan bahwa tidak ada pemilihan tertentu. Demikianlah rahib / biarawan ini mengoceh, seakan-akan Allah tidak selalu menyesuaikan diriNya sendiri dengan pengertian kita.] - ‘Concerning The Eternal Predestination Of God’, chapter IX, no 5 / hal 151.

Catatan:

a) Kata-kata yang saya garisbawahi itu dalam versi bahasa Inggris ditulis di footnote, yang ditambahkan dari versi bahasa Perancisnya.

b) Wahyu 22:18 mungkin lebih tepat kalau diganti Wahyu 22:19.

Dari bagian terakhir dari kutipan di atas terlihat dengan jelas bahwa Calvin beranggapan bahwa pada saat Allah berbicara tentang penghapusan nama dari kitab kehidupan, maka Ia menyesuaikan kata-kataNya dengan pengertian kita. Memang dari sudut pandang kita, kalau seseorang masuk ke gereja dan mengaku percaya kepada Kristus, maka ia diselamatkan, dan namanya tercantum dalam kitab kehidupan. Kalau orang itu murtad, maka ia tidak selamat, dan namanya dihapus dari kitab kehidupan.

Dari semua penafsiran tentang penghapusan nama dari kitab kehidupan, saya paling setuju dengan penafsiran Calvin.

2) ‘melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan BapaKu dan di hadapan para malaikatNya.’.

Bdk. Matius 10:32-33 - “(32) Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di sorga. (33) Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan BapaKu yang di sorga.’”.


Markus 8:38 - “Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataanKu di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan BapaNya, diiringi malaikat-malaikat kudus.’”.

Pulpit Commentary: “How strictly the Lord Jesus individualizes in the treatment of souls! If there are living souls in a dead Church, or dead souls in a living Church, they will be dealt with by him, not according to the state of the Church, but according to their own. ‘Every one of us must give account of himself to God.’” [= Betapa ketatnya Tuhan Yesus mengindividukan dalam penanganan jiwa-jiwa! Jika di sana ada jiwa-jiwa yang hidup dalam suatu Gereja yang mati, atau jiwa-jiwa yang mati dalam suatu gereja yang hidup, mereka akan diperlakukan olehNya, bukan berdasarkan keadaan Gereja, tetapi berdasarkan keadaan mereka sendiri. ‘Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah’.] - hal 120.

Catatan: bagian terakhir itu dikutip dari Roma 14:12.

Penerapan:

a) Memang kalau saudara berada dalam gereja yang mati / sesat, tetapi saudara sendiri mempunyai iman yang sejati, saudara tetap akan selamat. Tetapi ini tidak berarti bahwa saudara boleh membiarkan diri saudara untuk berada dalam gereja yang mati / sesat.

b) Sebaliknya, kalau saudara berada di gereja yang benar, jangan hal itu saudara jadikan jaminan bagi keselamatan saudara sendiri. Kalau saudara sendiri ternyata tidak mempunyai iman yang sejati, maka kebenaran dari gereja saudara tidak akan bisa menyelamatkan saudara!

Wahyu 3: 6: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.’”.

Kalimat ini ada pada akhir dari setiap surat, dan tak perlu dibahas lagi.

-o0o-
Next Post Previous Post