TAFSIRAN WAHYU 3:7-13 (JEMAAT FILADELFIA)
Pdt. Budi Asali, M.Div.
Wahyu 3:7: “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia: Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka”.
gadget, education |
1) ‘Filadelfia’.
Steve Gregg mengatakan bahwa pada jaman rasul Yohanes penduduk kota Filadelfia relatif sedikit, karena kota itu sering terkena gempa bumi, dan pernah dihancurkan oleh gempa bumi pada tahun 17 M., sehingga banyak orang takut tinggal di sana. Ini sebabnya gereja di sana kecil, tetapi gereja itu merupakan gereja yang penting / berarti, setidaknya sampai abad yang ke 12, dan dikatakan bahwa suatu jemaat yang kecil tetap ada di lokasi itu sampai jaman ini.
William Hendriksen (hal 74) mengatakan bahwa kota ini terletak di suatu lembah, di suatu jalan yang penting. Kota ini didirikan dengan tujuan untuk menjadi pusat penyebaran bahasa dan tradisi Yunani di Lydia dan Phrygia, dan karena itu dari semula kota ini merupakan kota misionaris yang penting. Stott (hal 105) mengatakan hal yang sama, dan ia menghubungkan hal ini dengan ‘pintu terbuka’ dalam ay 8, yang menunjukkan bahwa gereja di kota ini mempunyai kesempatan untuk menyebarkan Injil.
William Barclay: “Three centuries before, Philadelphia had been given an open door to spread Greek ideas in the lands beyond; and now there has come to it another great missionary opportunity, to carry to men who never knew it the message of the love of Jesus Christ” (= Tiga abad sebelumnya, Filadelfia telah diberi suatu pintu yang terbuka untuk menyebarkan gagasan-gagasan Yunani ke negara-negara lain; dan sekarang di sana telah datang suatu kesempatan misionaris yang besar, untuk membawa kepada orang-orang yang tidak pernah mengenal berita tentang kasih Yesus Kristus) - hal 125.
Herman Hoeksema (hal 124-125) mengatakan bahwa dari 7 gereja dalam Wah 2-3, hanya ada 2 yang tidak mendapat celaan / teguran dari Tuhan Yesus, yaitu Gereja Smirna dan Gereja Filadelfia, yang sekarang sedang kita bahas ini. Dan Hoeksema mengatakan bahwa ada kemiripan yang menyolok antara 2 gereja ini, yaitu bahwa kedua gereja itu adalah gereja kecil dan mempunyai kekuatan yang kecil (Wah 2:9a Wah 3:8b). Persamaan yang lain adalah bahwa kedua gereja ini sama-sama mendapatkan problem dari jemaah Iblis atau sinagog setan (Wahyu 2:9 Wahyu 3:9).
Herman Hoeksema: “Only there seems to be this difference, that the church of Smyrna evidently must spend all its spiritual strength in the bearing of the cross for Christ’s sake, while the church in Philadelphia still has the opportunity to spread the gospel of Jesus Christ, to gain converts especially from among the Jews in the city, and thus to increase and extend the church and the kingdom of God” (= Hanya di sana kelihatannya ada perbedaan ini, bahwa gereja Smirna secara jelas harus menghabiskan / menggunakan seluruh kekuatan rohaninya dalam pemikulan salib demi kepentingan Kristus, sementara gereja Filadelfia tetap mempunyai kesempatan untuk menyebarkan Injil Yesus Kristus, untuk mendapatkan petobat-petobat khususnya dari antara orang-orang Yahudi di kota itu, dan dengan demikian menambah dan meluaskan gereja dan Kerajaan Allah) - hal 125.
2) ‘Yang Kudus, Yang Benar’.
John Stott: “He is not only holy; He is true. He hates all evil and error” (= Ia bukan hanya kudus; Ia juga benar. Ia membenci semua kejahatan dan kesalahan) - hal 107.
Homer Hailey menganggap bahwa ‘Yang Benar’ ini dinyatakan untuk menunjukkan suatu kontras dengan ay 9 (beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta).
Pulpit Commentary: “In the Old Testament ‘the Holy One’ is a frequent name of God, especially in Isa. 1:4; 5:19,24; 10:7,20; 12:6, etc.; Job 6:10; Jer. 1:29; 51:5; Ezek. 39:7; Hos. 11:9; Hab. 3:3, etc.” (= Dalam Perjanjian Lama ‘Yang Kudus’ merupakan nama yang sering dipakai untuk Allah, khususnya dalam Yesaya 1:4; 5:19,24; 10:7,20; 12:6, dst.; Ayub 6:10; Yeremia 1:29; 51:5; Yeh 39:7; Hos 11:9; Hab 3:3, dsb.) - hal 110.
Jadi, pada waktu sekarang kata ini digunakan untuk menunjuk kepada Yesus, terlihat bahwa Yesus adalah Allah.
Tentang kata ‘Yang benar’, Pulpit Commentary berkata:
“The two epithets ‘holy’ and ‘true’ must not be merged in one as ‘the truly holy.’ The ‘True One’ has a very distinct meaning of its own. Note that the adjective used is ALETHINOS, not ALETHES. ALETHES, verax, is ‘true’ as opposed to ‘lying;’ ALETHINOS, verus, is ‘true’ as opposed to ‘spurious,’ ‘unreal,’ ‘imperfect.’ Christ is ‘the true One’ as opposed to the false gods of the heathen; they are spurious gods” (= Kedua julukan ‘kudus’ dan ‘benar’ tidak boleh digabungkan menjadi satu sebagai ‘yang benar-benar kudus’. Kata ‘Yang Benar’ mempunyai artinya sendiri yang sangat berbeda / khas. Perhatikan bahwa kata sifat yang digunakan adalah ALETHINOS, bukan ALETHES. ALETHES, verax, berarti ‘benar’ sebagai lawan dari ‘dusta’; ALETHINOS, verus, berarti ‘benar’ sebagai lawan dari ‘palsu’, ‘tidak nyata’, ‘tidak sempurna’. Kristus adalah ‘Yang benar’ sebagai lawan dari allah-allah yang tidak benar dari orang kafir; mereka adalah allah-allah palsu) - hal 111.
Pulpit Commentary juga mengatakan (hal 111) bahwa kata ‘true’ / ‘benar’ (Yunani: ALETHINOS) ini merupakan kata favorit rasul Yohanes, yang menyebut Yesus sebagai:
· the true light / terang yang benar / sesungguhnya (Yohanes 1:9).
· the true bread / roti yang benar (Yohanes 6:32).
· the true vine / pokok anggur yang benar (Yohanes 15:1).
· the true God / Allah yang benar (1Yohanes 5:20).
· the faithful and true winess / saksi yang setia dan benar (Wahyu 3:14).
3) ‘yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka’.
a) Hubungan kalimat ini dengan Yesaya 22:22.
Yes 22:20-22 berbunyi sebagai berikut: “Maka pada waktu itu Aku akan memanggil hambaKu, Elyakim bin Hilkia: Aku akan mengenakan jubahmu kepadanya dan ikat pinggangmu akan Kuikatkan kepadanya, dan kekuasaanmu akan Kuberikan ke tangannya; maka ia akan menjadi bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum Yehuda. Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka”.
Jadi, kalimat dalam Wah 3:7b ini diambil dari Yes 22:22 yang ditujukan oleh Tuhan kepada Elyakim. Ia adalah salah satu dari 3 orang yang menjadi delegasi dari raja Hizkia pada waktu berbicara dengan utusan raja Asyur (2Raja 18:17-18), dan menurut Stott ia adalah “steward over King Hezekiah’s household” (= pengurus atas rumah tangga raja Hizkia) - hal 107.
Stott juga mengatakan:
“It is not difficult to see that Eliakim prefigured or foreshadowed Jesus Christ; for Christ is the head of God’s household, the Church” (= Tidak sukar untuk melihat bahwa Elyakim merupakan bayangan / TYPE dari Yesus Kristus; karena Kristus adalah kepala dari rumah tangga Allah, yaitu Gereja) - hal 107.
Tetapi Barnes tidak setuju dengan Stott dalam persoalan ini.
Barnes’ Notes: “As used by Isaiah, the phrase is applied to Eliakim; and it is not to be inferred because the language here is applied to the Lord Jesus that originally it had any such reference. ‘The application of the same terms,’ says Prof. Alexander on Isa. 22:22, ‘to Peter, (Matt. 16:19,) and to Christ himself, (Rev. 3:7,) does not prove that they here refer to either, or that Eliakim was a type of Christ, but merely that the same words admit of different applications.’” [= Pada waktu digunakan oleh Yesaya, ungkapan ini diterapkan kepada Elyakim; dan sekalipun di sini kata ini diterapkan kepada Tuhan Yesus, tetapi kita tidak boleh menarik kesimpulan bahwa secara orisinil kata itu mempunyai hubungan seperti itu. ‘Penerapan istilah yang sama’, kata Prof. Alexander tentang Yes 22:22, ‘kepada Petrus (Matius 16:19) dan kepada Kristus sendiri (Wah 3:7), tidak membuktikan bahwa di sini istilah itu menunjuk kepada yang manapun dari mereka, atau bahwa Elyakim merupakan TYPE dari Kristus, tetapi semata-mata bahwa kata yang sama memungkinkan penerapan yang berbeda’] - hal 1567.
Saya setuju dengan kata-kata dari Barnes ini. Kata ‘singa’ digunakan untuk Iblis dalam 1Petrus 5:8, tetapi juga digunakan untuk Kristus dalam Wahyu 5:5. Demikian juga kata ‘ular’ yang begitu sering digunakan untuk setan (Wahyu 12:9 20:2), ternyata juga pernah digunakan untuk Yesus (Bilangan 21:4-9 Yohanes 3:14-15). Ini tentu tidak berarti bahwa setan merupakan TYPE dari Kristus.
b) Ini menunjukkan Yesus sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam memasukkan orang ke surga atau menolak orang untuk masuk surga.
‘Pintu’ di sini merupakan pintu masuk ke kota Daud, Yerusalem surgawi, dan Homer Hailey mengatakan bahwa kunci merupakan simbol otoritas dan kuasa. Jadi ini menunjukkan bahwa Yesus mempunyai otoritas terakhir / tertinggi yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun dalam memasukkan seseorang ke surga. Ini tidak berarti bahwa persyaratan untuk masuk surga yang diberikan oleh Firman Tuhan, yaitu iman kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, bisa ditabrak seenaknya oleh Yesus. Yesus tidak akan melakukan sesuatu yang bertentangan Firman Tuhan. Jadi, Ia tidak mungkin memasukkan orang yang tidak percaya kepadaNya ke surga atau menghalangi orang yang percaya kepadaNya untuk masuk surga. Tetapi pada saat manusia yang diserahi kunci itu melakukan keputusan yang salah, maka Kristus mempunyai ‘hak veto’ dan Ia akan ‘melindas’ keputusan tersebut.
Geoffrey B. Wilson: “as the possessor of the key of David (Isa. 22:22) he exercises supreme authority in giving or withholding admission to the New Jerusalem. Thus the Jews who claimed the power to exclude from the synagogue would find themselves shut out of the heavenly kingdom. While Christ has committed the keys of the kingdom to his church (Matt. 16:19), ‘He still retains the highest administration of them in his own hands. If at any time there is error in their binding and loosing, if they make sad the heart which He has not made sad, if they speak peace to the heart to which He has not spoken peace (Ezek. 13:19), then his sentence shall stand, and not theirs’ (Trench)” [= sebagai pemilik kunci Daud (Yes 22:22) Ia mempunyai otoritas tertinggi dalam memberikan atau menahan ijin masuk ke Yerusalem yang baru. Demikianlah orang Yahudi yang mengclaim kuasa untuk mengeluarkan dari sinagog akan mendapati diri mereka sendiri dicegah untuk masuk ke dalam kerajaan surga. Sementara Kristus telah mempercayakan kunci kerajaan kepada gerejaNya (Mat 16:19), ‘Ia tetap mempertahankan pemerintahan tertinggi terhadap mereka dalam tanganNya sendiri. Jika pada setiap saat ada kesalahan dalam pengikatan dan pelepasan yang mereka lakukan, jika mereka menyedihkan hati yang tidak Ia buat menjadi sedih, jika mereka mengucapkan damai kepada hati kepada siapa Ia tidak mengucapkan damai (Yehezkiel 13:19), maka keputusanNyalah yang berlaku, bukan keputusan mereka’ (Trench)] - hal 44-45.
Penerapan:
Asal saudara betul-betul percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, jangan takut kalau ada gereja yang menolak saudara atau mengucilkan saudara. Yang penting Kristus pasti akan memasukkan saudara ke surga. Sebaliknya, kalau saudara tidak sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, janganlah senang kalau ada gereja yang menerima saudara dan menyatakan bahwa saudara pasti akan selamat. Kristus pasti akan menolak untuk memasukkan saudara ke surga.
Wahyu 3: 8: “Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firmanKu dan engkau tidak menyangkal namaKu”.
1) ‘Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun’.
Ada bermacam-macam penafsiran tentang apa yang dimaksud dengan kata-kata ‘Aku telah membuka pintu bagimu’ ini:
a) Ada yang menyamakan ‘pintu’ dalam ay 8 dengan ‘pintu’ dalam Wahyu 3: 7.
Jadi ‘pintu’ dalam Wahyu 3: 8 ini juga merupakan ‘pintu masuk ke surga’ (Barnes hal 1567, point no 2).
Geoffrey B. Wilson tidak setuju kalau ‘pintu yang terbuka’ itu diartikan sebagai ‘kesempatan pelayanan / Pemberitaan Injil’ [lihat pandangan b) di bawah, point ke 2]. Dalam terang dari ay 7, ia berpendapat bahwa ‘pintu terbuka’ ini harus diartikan sebagai ‘pintu dari kerajaan Mesias’. Leon Morris dan Beasley-Murray juga berpendapat demikian.
b) Ada yang membedakan ‘pintu’ dalam ay 8 dengan ‘pintu’ dalam ay 7.
Golongan yang ini menafsirkan ‘pintu’ ini secara berbeda-beda:
· Ada yang mengatakan bahwa ‘pintu’ ini merupakan jalan keluar dari bahaya dan penganiayaan (Barnes hal 1567, point no 3).
Barnes sendiri menentang pandangan ini dengan berkata:
“But the more natural interpretation of the phrase ‘an open door,’ is that it refers to access to a thing rather than egress from a thing; that we may come to that which we desire to approach, rather than escape from that which we dread” (= Tetapi penafsiran yang lebih wajar tentang ungkapan ‘pintu yang terbuka’, adalah bahwa itu menunjuk pada suatu ‘jalan masuk kepada sesuatu’ dari pada ‘jalan keluar dari sesuatu’; bahwa kita bisa datang kepada sesuatu yang ingin kita dekati, dari pada lolos dari sesuatu yang kita takuti) - hal 1567.
· Ada juga yang mengatakan bahwa ‘pintu yang terbuka’ ini menunjuk pada ‘kesempatan’. Tetapi kesempatan untuk apa?
* Ada yang menganggap ‘pintu’ ini sebagai ‘kesempatan keselamatan’ [Catatan: sebetulnya ini mirip dengan pandangan a) di atas].
Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:
Mat 7:13-14 - “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya”.
Kisah Para Rasul 14:27 - “Setibanya di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman”.
* Ada yang menganggap ‘pintu’ ini sebagai ‘kesempatan untuk pelayanan / memberitakan Injil’.
Yang memilih pandangan ini mungkin lebih menghubungkan ay 8a ini dengan ayat-ayat selanjutnya (ay 8b-9) dari pada dengan ay 7.
Bandingkan juga dengan ayat-ayat di bawah ini:
1Korintus 16:9 - “sebab di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang”.
NIV: ‘because a great door for effective work has opened to me, and there are many who oppose me’ (= karena suatu pintu yang besar untuk pekerjaan yang efektif telah terbuka bagiku, dan di sana ada banyak yang menentang aku).
Kolose 4:3-4 - “Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus, yang karenanya aku dipenjarakan. Dengan demikian aku dapat menyatakannya, sebagaimana seharusnya”.
2Korintus 2:12 - “Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati, bahwa Tuhan telah membuka jalan untuk pekerjaan di sana”.
NIV: ‘Now when I went to Troas to preach the gospel of Christ and found that the Lord had opened a door for me,’ (= Pada waktu aku pergi ke Troas untuk memberitakan injil Kristus dan mendapati bahwa Tuhan telah membukakan sebuah pintu untukku,).
James B. Ramsey: “This is an open door of usefulness” (= Ini merupakan pintu terbuka dari kebergunaan) - hal 174.
Herman Hoeksema: “The meaning of the open door, therefore, is evidently that the Lord would create an opportunity and a receptive for the preaching and the hearing of the gospel of Christ” (= Karena itu, arti dari pintu yang terbuka adalah jelas bahwa Tuhan akan menciptakan suatu kesempatan dan suatu kemauan menerima untuk pemberitaan dan pendengaran Injil Kristus) - hal 129.
John Stott menganggap bahwa ‘pintu’ di sini menunjuk pada kesempatan pelayanan, khususnya penginjilan.
John Stott: “This was Christ’s message to Philadephia. His words were not addressed to an individual, nor to the ministers, nor to a select circle within the fellowship. He was writing to the whole church. It was before the whole church of Philadephia that he opened a door. This is the New Testament ideal. Evangelism is not the prerogative of parsons. It is not the hobby of a few fanatics. It is a duty resting upon the whole congregation and upon every member of it. Every Christian is called to be a witness. ... Are our church members being trained for active evangelistic enterprise?” (= Inilah pesan Kristus untuk Filadelfia. Kata-kataNya / FirmanNya tidak ditujukan kepada seorang individu, atau kepada pendeta-pendetanya, atau kepada kelompok pilihan tertentu dalam gereja. Ia menulis kepada seluruh gereja. Adalah di hadapan seluruh gereja Filadelfia Ia membukakan sebuah pintu. Ini merupakan teladan Perjanjian Baru. Penginjilan bukanlah hak istimewa dari pendeta-pendeta. Itu bukan merupakan hobby / kesenangan dari beberapa orang fanatik. Itu merupakan suatu kewajiban bagi seluruh jemaat dan setiap anggota dari jemaat. Setiap orang Kristen dipanggil untuk bersaksi. ... Apakah anggota-anggota gereja kita dilatih untuk usaha / kegiatan penginjilan yang aktif?) - hal 112.
Terhadap orang Kristen yang hanya mempersoalkan keselamatannya sendiri dan tidak pernah mau melayani / memberitakan Injil, John Stott mengutip kata-kata Mark Guy Pearce yang berkata:
“Unless a man’s faith saves him out of selfishness into service, it will certainly never save him out of hell into heaven” (= Kecuali iman seseorang menyelamatkannya dari keegoisan kepada pelayanan, itu pasti tidak pernah menyelamatkannya dari neraka ke surga) - hal 102.
2) ‘Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa’.
Ini menunjukkan bahwa gereja ini adalah gereja yang lemah, dalam arti bahwa mereka adalah gereja yang kecil, atau kebanyakan terdiri dari orang-orang kelas bawah / miskin.
Leon Morris (Tyndale): “The church was evidently small (verse 8), but of good quality. Its enemies came from outside, not inside, for there is no mention of heresy or factiousness” [= Gereja ini jelas kecil (ay 8), tetapi mempunyai kwalitet yang baik. Musuh-musuhnya datang dari luar, bukan dari dalam, karena di sana tidak disebutkan tentang kesesatan / bidat atau perpecahan] - hal 78.
Herman Hoeksema: “This describes her outward condition in the world. The meaning is that the church was small. This was one of her most emphatic traits. We understand, of course, that this does not imply that the other churches were outwardly great and strong: for this is not the case. In fact, we may undoubtedly say that the church in general, the true church of Jesus Christ, is always of little power if compared with the strength of the world. It is always comparatively small in number. It usually is financially poor” (= Ini menggambarkan kondisi lahiriahnya dalam dunia. Artinya adalah bahwa gereja ini kecil. Ini merupakan salah satu ciri yang paling ditekankan dari gereja ini. Tentu saja kita tahu bahwa ini tidak menunjukkan bahwa gereja-gereja yang lain adalah besar dan kuat secara lahiriah: karena bukan demikian halnya. Dalam faktanya, kita bisa mengatakan tanpa keraguan bahwa gereja secara umum, gereja yang benar dari Yesus Kristus, selalu mempunyai kekuatan yang kecil dibandingkan dengan kekuatan dunia. Dalam perbandingan, gereja selalu kecil dalam jumlah. Gereja biasanya miskin dalam keuangan) - hal 125.
Catatan: memang Gereja Laodikia (Wah 3:14-22) adalah gereja yang kaya, tetapi ini merupakan gereja yang brengsek!
Herman Hoeksema menambahkan:
“this refers only to her outward position in the world. It does not describe her spiritual condition. Spiritually the little church in Philadelphia was not weak, but strong indeed” (= ini menunjuk hanya pada kondisi lahiriah / luar dalam dunia. Itu tidak menggambarkan kondisi rohaninya. Secara rohani gereja kecil di Filadelfia ini tidak lemah, tetapi kuat) - hal 126.
Herman Hoeksema: “outwardly, according to the measure of the world, the little church was weak in every respect of the word. She was small in numbers, no doubt. Perhaps the church was hardly known in the city; she counted but few members. ... The financial resources of the congregation were practically none. She had no wealth. She possessed little property. The little band did not belong to the wealthy and influential in the city. According to the standard of the world, the church in Philadelphia had indeed but little strength. From an outward aspect one would judge that the church could exert no influence at all. If Philadelphia existed in our day, she would no doubt receive the advice to unite with some other church as soon as possible. In her small and isolated condition, so we would judge, she can be of no influence and power in the world” (= Secara lahiriah, menurut ukuran dunia, gereja kecil ini lemah. Tidak diragukan bahwa ia kecil / sedikit dalam jumlah. Mungkin gereja ini hampir tidak dikenal di kota itu; ia hanya mempunyai sedikit anggota. ... Sumber-sumber keuangan dari jemaat ini secara praktis tidak ada. Ia tidak mempunyai kekayaan dan pengaruh dalam kota itu. Menurut standard dunia, gereja Filadelfia hanya mempunyai sedikit kekuatan. Dari aspek lahiriah, orang akan menilai bahwa gereja ini tidak mempunyai pengaruh sama sekali. Seandainya Filadelfia ada pada jaman kita, tidak diragukan bahwa ia akan dinasehati untuk secepat mungkin bergabung dengan gereja lain. Dalam kondisinya yang kecil dan terisolasi, demikianlah kita menilai, ia tidak bisa mempunyai pengaruh dan kuasa dalam dunia) - hal 127.
Herman Hoeksema: “The church of today seems to be quite forgetful of the fact that she is in herself of little strength. The talk of the day is of money and funds and men and organizations. The church is united into a powerful army. Long, so it is said, the church has been forgetful of her task to bring the world to Christ. But now she will accomplish that tremendous task. But what we need is organization. What we need is men and means. What we need is sound business methods. And surely, we do not oppose all these. We surely may employ the very best methods, even in the extension of the kingdom of God. We surely need men who will preach the gospel. We surely need funds, even for the extension of the kingdom. But we fear that the expectation is more and more from these than from Him Who holds the key of David. After all, let us never forget that we do not open and shut, but the Lord only. He will use His church as an instrument; but that church must always be mindful of the saying of Jesus, ‘Thou art of little strength.’” (= Gereja jaman sekarang kelihatannya melupakan fakta bahwa dalam dirinya sendiri mereka lemah. Pembicaraan pada jaman ini adalah tentang uang dan dana / simpanan dan orang dan organisasi. Gereja disatukan menjadi suatu pasukan tentara yang kuat. Dikatakan bahwa sudah lama gereja melupakan tugasnya untuk membawa dunia kepada Kristus. Tetapi sekarang gereja akan mengerjakan tugas yang besar itu. Tetapi apa yang kita butuhkan adalah organisasi. Apa yang kita butuhkan adalah orang-orang dan cara / alat-alat / kekayaan. Apa yang kita butuhkan adalah metode bisnis yang sehat. Dan jelas bahwa kami tidak menentang semua hal ini. Jelas bahwa kita boleh menggunakan metode yang terbaik, bahkan dalam perluasan kerajaan Allah. Jelas bahwa kita membutuhkan orang-orang yang mau memberitakan Injil. Jelas bahwa kita membutuhkan dana, bahkan untuk perluasan kerajaan. Tetapi kami takut bahwa kita makin lama makin berharap dari hal-hal ini dari pada dari Dia yang memegang kunci Daud. Bagaimanapun juga, hendaklah kita tidak melupakan bahwa yang membuka dan menutup bukanlah kita tetapi Tuhan. Ia akan menggunakan gerejaNya sebagai alat; tetapi gereja itu harus selalu ingat akan kata-kata Yesus: ‘kekuatanmu tidak seberapa’) - hal 129.
3) ‘namun engkau menuruti firmanKu dan engkau tidak menyangkal namaKu’.
a) Kedua kata kerja di sini (‘menuruti’ dan ‘menyangkal’) ada dalam aorist tense (= bentuk lampau), dan karena itu ini menunjuk pada suatu tindakan pada saat tertentu di masa lampau. Jadi mungkin mereka pernah mengalami suatu ujian, dan mereka menang. Mereka memang memiliki kekuatan yang tidak seberapa, tetapi mereka setia kepada Tuhan.
Leon Morris (Tyndale): “This church had not embraced heretical teaching. Nor did it deny Christ’s name. Evidently there had been persecution of some sort but the men of Philadelphia had stood firm. For those with little strength they had a noteworthy achievement” (= Gereja ini tidak memeluk ajaran sesat. Ia juga tidak menyangkal nama Kristus. Jelas bahwa di sana ada semacam penganiayaan, tetapi jemaat Filadelfia berdiri teguh. Untuk orang-orang dengan kekuatan yang tidak seberapa, mereka mempunyai suatu pencapaian yang patut diperhatikan)- hal 79.
b) ‘Ketaatan pada Firman Tuhan’ berhubungan dengan ‘tidak menyangkal nama Kristus’, dan sebaliknya, ‘pengabaian / ketidaktaatan pada Firman Tuhan’ berhubungan dengan ‘penyangkalan terhadap nama Kristus’.
James B. Ramsey: “It is such a keeping of the word of Jesus, and nothing else, that will keep a church, or a believer, from denying His name like Peter. ... No soul ever yet denied Christ in any degree, who did not first neglect His word” (= Sikap memegangi firman Yesus seperti itu, dan bukan sesuatu yang lain, yang akan menjaga suatu gereja, atau seorang yang percaya, dari penyangkalan namaNya seperti yang dilakukan oleh Petrus. ... Tidak ada jiwa yang pernah menyangkal Kristus, dalam tingkat penyangkalan yang manapun, yang tidak lebih dahulu mengabaikan firmanNya) - hal 173.
Wahyu 3: 9: “Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau”.
1) ‘Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta’.
a) ‘mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta’.
Ada beberapa ayat yang menekankan bahwa tidak semua orang Israel betul-betul adalah orang Israel.
· Roma 2:28-29 - “Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah”.
· Ro 9:6b - “Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel”.
· Yoh 8:39-44 - “Jawab mereka kepadaNya: ‘Bapa kami ialah Abraham.’ Kata Yesus kepada mereka: ‘Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.’ Jawab mereka: ‘Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah.’ Kata Yesus kepada mereka: ‘Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku. Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasaKu? Sebab kamu tidak dapat menangkap firmanKu. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta”.
Dalam jaman sekarangpun tidak semua orang kristen betul-betul adalah orang kristen! Bagaimana dengan diri saudara?
b) ‘Jemaah Iblis’.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the synagogue of Satan’ (= sinagog setan).
Sebutan ‘jemaah Iblis’ / ‘synagogue of Satan’ ini menunjukkan bahwa para musuh ini adalah orang Yahudi, yang begitu menentang Injil Kristus sehingga disebut sebagai jemaah Iblis [Lit: ‘synagogue of Satan’ (= sinagog dari Setan)].
Geoffrey B. Wilson: “Those who call themselves ‘the chosen of God’ Christ brands ‘the synagogue of Satan’, for in rejecting the Messiah and persecuting his people they have shown that they are not true Jews (cf. Rom. 2:28,29)” [= Mereka yang menyebut diri mereka sendiri ‘orang pilihan Allah’ dicap oleh Kristus sebagai ‘sinagog setan’, karena dalam menolak Mesias dan menganiaya umatNya mereka telah menunjukkan bahwa mereka bukanlah orang-orang Yahudi yang sesungguhnya (bdk. Roma 2:28-29)] - hal 45-46.
Barnes’ Notes: “The meaning is, that, though they were of Jewish extraction and boasted much of being Jews, yet they were really under the influence of Satan, and their assemblages deserved to be called his ‘synagogue.’” (= Artinya adalah, bahwa sekalipun mereka adalah dari keturunan Yahudi dan sangat membanggakan keberadaan mereka sebagai orang Yahudi, tetapi sebenarnya mereka ada di bawah pengaruh dari setan, dan perkumpulan mereka layak untuk disebut ‘sinagog’nya) - hal 1567.
Catatan: saya yakin ini juga bisa diberlakukan untuk banyak gereja sesat pada saat ini.
Geoffrey B. Wilson: “Although the city had its share of pagan cults, the letter shows that the main opposition to the church came from the synagogue” (= Sekalipun kota itu mempunyai bagian dalam pemujaan / sekte / agama kafir, surat ini menunjukkan bahwa musuh utama bagi gereja datang dari sinagog) - hal 44.
Penerapan:
Mungkin ini juga sama seperti sikon jaman ini dimana sekalipun gereja mempunyai musuh-musuh dari kalangan di luar kristen, tetapi mungkin musuh-musuh terbesar adalah musuh-musuh di dalam gereja / para nabi palsu di dalam gereja.
Homer Hailey: “The vicinity about the city was especially conducive to grape growing, which made it famous for its fine wines. This gave prominence to Dionysus, the Greek god of the vine and of wine, and made this the chief pagan cult of the city. Philadelphia had so many temples and festivals to the pagan deities that it was often called ‘Little Athens’ (Hastings). However, opposition to the church and Christians stemmed from wealthy Jews who had a beautiful synagogue in the city and who seemed to have flourished there. There is no solid evidence that the saints were openly persecuted by the Jews, but they were opposed by them in every possible way” [= Daerah sekitar kota itu sangat membantu / cocok untuk pertumbuhan anggur, yang membuatnya masyhur untuk minuman anggurnya yang baik. Ini menyebabkan Dionysus, dewa Yunani untuk pohon anggur dan minuman anggur, menjadi menonjol, dan menjadi penyembahan / agama kafir utama dari kota itu. Filadelfia mempunyai begitu banyak kuil dan pesta / perayaan bagi dewa-dewa kafir sehingga sering disebut ‘Athena kecil’ (Hastings). Tetapi, permusuhan terhadap gereja dan orang Kristen berasal dari orang-orang Yahudi kaya yang mempunyai sinagog yang indah di kota itu dan yang kelihatannya tumbuh dengan subur di sana. Tidak ada bukti yang kuat bahwa orang-orang kudus mengalami penganiayaan terbuka dari orang-orang Yahudi, tetapi mereka dimusuhi oleh orang-orang Yahudi itu dalam setiap cara yang memungkinkan] - hal 149.
Memang penganiayaan tidak harus bersifat fisik, tetapi bisa berupa pengucilan (baik dalam pergaulan maupun pekerjaan), hinaan, ejekan, dan sebagainya.
Matthew Poole: “By this term also he may mean all false and hypocritical professors, who would make themselves the church, the only church of God, but are far enough from it, hating, maligning, and opposing those who would keep stricter to the rule of the gospel” (= Dengan istilah ini juga mungkin Ia memaksudkan semua pengaku yang palsu dan munafik, yang membuat diri mereka sendiri gereja, satu-satunya gereja Allah, tetapi yang cukup jauh dari itu, membenci, memfitnah, dan menentang / memusuhi mereka yang ingin menjaga dirinya lebih ketat pada peraturan Injil) - hal 958.
2) ‘akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau’.
Ada bermacam-macam penafsiran tentang bagian ini:
a) Steve Gregg mengatakan bahwa Wahyu 3: 9 ini tak berarti bahwa orang-orang Yahudi itu akan menyembah jemaat Filadelfia, tetapi bahwa orang-orang Filadelfia itu akan bertakhta bersama Kristus, di depan siapa setiap lutut akan bertelut (Filipi 2:10). Jadi kelihatannya ia beranggapan bahwa ini merupakan suatu nubuat yang baru akan digenapi pada akhir jaman.
Geoffrey B. Wilson mempunyai pandangan yang sama:
“These bitter opponents of the gospel will find out their mistakes when it is too late. In the Day of Judgement Christ will make them pay homage to Gentile believers and they will know that he has loved those whom they despised. This will be the final irony for Jews who expected the Gentiles to acknowledge them (Isa. 60:14), but who will then play the role of the heathen in confessing that Christians are the true Israel” [= Para musuh yang pahit dari Injil akan menyadari kesalahan-kesalahan mereka pada saat sudah terlambat. Pada hari penghakiman Kristus akan membuat mereka menghormati orang-orang non Yahudi yang percaya dan mereka akan tahu bahwa Ia telah mengasihi orang-orang yang mereka rendahkan / anggap hina. Ini akan merupakan ironi terakhir bagi orang-orang Yahudi yang mengharapkan orang-orang non Yahudi untuk mengakui mereka (Yes 60:14), tetapi yang pada waktu itu akan memainkan peranan dari orang kafir dengan mengakui bahwa orang-orang Kristen adalah Israel yang sesungguhnya] - hal 46.
Saya tidak setuju penafsiran ini, karena ay 9 ini kelihatannya menunjuk pada hidup sekarang ini, bukan pada akhir jaman / kedatangan Yesus yang ke 2 x nya.
b) Tuhan akan mempertobatkan orang-orang Yahudi itu.
James B. Ramsey menganggap bahwa ini menunjuk pada ‘the conversion of her enemies’ (= pertobatan musuh-musuhnya) - hal 176.
John Stott: “I dare say there were not lacking in the Philadelphian church those who counselled that discretion was the better part of valour and that Christians should not stir up trouble. But Christ was of another mind. It was in this very city where Jewish antagonism was so strong that He opened a door for the gospel. Indeed, He makes it clear that if only the Christians would boldly march through the door under His banner, some of those who would capitulate would be Jews!” (= Saya berani mengatakan bahwa dalam gereja Filadelfia tidak kekurangan orang yang menasehati bahwa kebijaksanaan merupakan bagian yang lebih baik dari keberanian, dan bahwa orang-orang Kristen tidak boleh menimbulkan problem / masalah. Tetapi Kristus mempunyai pikiran yang berbeda. Justru di kota inilah, dimana permusuhan Yahudi begitu kuat, Ia membuka pintu untuk injil. Bahkan, Ia menjelaskan bahwa jika orang-orang Kristen mau maju dengan berani melalui pintu tersebut di bawah benderaNya, sebagian dari mereka yang akan menyerah adalah orang-orang Yahudi!) - hal 103,104.
John Stott: “Jewish converts are here portrayed as captives on the battlefield. They themselves would be familiar with this imagery. It had been prophesied of them years before that ‘the sons of those who oppressed you shall come bending low to you; and all who despised you shall bow down at your feet’ (Is. 60:14). But now the tables are turned. Instead of Gentiles kneeling at Jewish feet, Jews will bow down before Christians - not of course to worship them, but humbly to recognize the Christian Church as the new and the true Israel on whom God has set His love” [= Di sini petobat-petobat Yahudi digambarkan sebagai tawanan dalam medan pertempuran. Mereka sendiri akrab dengan penggambaran ini. Telah dinubuatkan tentang mereka jauh sebelumnya bahwa ‘anak-anak orang-orang yang menindas engkau akan datang kepadamu dan tunduk, dan semua orang yang menista engkau akan sujud menyembah telapak kakimu’ (Yes 60:14). Tetapi sekarang keadaannya terbalik. Bukannya orang-orang non Yahudi akan berlutut di kaki orang Yahudi, tetapi orang-orang Yahudi yang akan membungkuk di depan orang-orang Kristen - tentu bukan untuk menyembah / beribadah kepada mereka, tetapi dengan rendah hati mengakui gereja Kristen sebagai Israel yang baru dan benar di atas siapa Allah telah meletakkan kasihNya] - hal 104.
Yesaya 60:14 - “Anak-anak orang-orang yang menindas engkau akan datang kepadamu dan tunduk, dan semua orang yang menista engkau akan sujud menyembah telapak kakimu; mereka akan menyebutkan engkau ‘kota TUHAN’, ‘Sion, milik Yang Mahakudus, Allah Israel.’”.
Catatan: dalam membaca Yesaya 60:14, baca juga Yesaya 60:1-13, khususnya Yes 60:3,10,12, yang jelas menunjukkan bahwa Yesaya berbicara tentang orang-orang / bangsa-bangsa non Yahudi yang datang kepada bangsa Yahudi.
Barclay mengatakan bahwa bangsa Yahudi sudah kehilangan tempatnya dalam rencana Allah, dan tempat itu diberikan kepada gereja. Orang Yahudi dalam pengertian Allah, bukanlah bangsa keturunan Abraham, tetapi orang yang mempunyai iman seperti Abraham. Gereja adalah Israel dari Allah (Galatia 6:16). Karena itu, janji yang diberikan kepada Israel dalam Yes 60:14 itu, sekarang diwarisi oleh gereja.
c) Orang-orang Yahudi itu hanya akan mengakui kebenaran kekristenan dan bahwa Tuhan mengasihi mereka, tetapi mereka tetap tidak bertobat.
Homer Hailey: “The Lord’s promises to make the Jews come and worship before them raises a question. Does this say that through the providence of God and the faithful preaching of the gospel by the church the Jews would be converted to Christ? Or will the promise be fulfilled by those of the synagogue of Satan who come to recognize the true power of the church but do not obey the truth? Scholars are divided over the answer; the construction of the statement makes either possible. In view of the disposition and spirit of the Jews and the continual hardening of their hearts as the church came to be comprised of Gentiles, the latter seems the more probable” (= Janji-janji Tuhan untuk membuat orang-orang Yahudi datang dan menyembah di hadapan mereka menimbulkan suatu pertanyaan. Apakah ini dimaksudkan untuk mengatakan bahwa melalui providensia Allah dan pemberitaan Injil secara setia oleh gereja, orang-orang Yahudi akan ditobatkan kepada Kristus? Atau apakah janji itu akan digenapi oleh orang-orang dari sinagog setan itu, yang mengakui kuasa yang benar dari gereja, tetapi tidak mentaati kebenaran? Para penafsir terbagi dalam jawabannya; konstruksi dari pernyataan ini membuat kedua pandangan ini memungkinkan. Tetapi mengingat kecondongan dan semangat orang-orang Yahudi dan pengerasan hati mereka yang terus-menerus pada waktu gereja terdiri dari orang-orang non Yahudi, pandangan terakhir kelihatannya lebih memungkinkan) - hal 152.
Barnes’ Notes: “they would be constrained to acknowledge that they were the children of God, or that God regarded them with his favour. It does not mean necessarily that they would themselves be converted to Christ. ... The truth taught here is, that it is in the power of the Lord Jesus so to turn the hearts of all the enemies of religion that they shall be brought to show respect to it; so to incline the minds of all people that they shall honour the church, or be at least outwardly its friends” (= mereka akan terpaksa mengakui bahwa orang-orang Kristen itu adalah anak-anak Allah, atau bahwa Allah memandang mereka dengan kebaikanNya. Ini tidak harus berarti bahwa mereka sendiri akan dipertobatkan kepada Kristus. ... Kebenaran yang diajarkan di sini adalah, bahwa Tuhan Yesus mempunyai kuasa untuk membalikkan hati dari semua musuh-musuh agama sehingga mereka akan menunjukkan hormat kepadanya; untuk mencondongkan pikiran-pikiran dari semua orang sehingga mereka akan menghormati gereja, atau setidaknya menjadi sahabat gereja secara lahiriah) - hal 1567.
Catatan:
· penafsiran ini agak aneh, karena kalau mereka tahu orang kristen yang berkenan di hati Tuhan, mengapa mereka tidak ikut menjadi kristen? Tetapi perlu diingat bahwa keadaan seperti itu memang memungkinkan, karena adanya pengerasan hati / tidak adanya pekerjaan Tuhan untuk mempertobatkan. Contoh: Keluaran 8:19 9:7 Yoh 17:21b Kis 2:47a (‘dan mereka disukai semua orang’).
· Kata-kata ‘Tuhan Yesus mempunyai kuasa’ dalam kutipan di atas tidak berarti bahwa Ia selalu melakukan hal itu. Bandingkan dengan Amsal 16:7 yang berkata: ‘Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikanNya dengan dia’. Ini juga tidak mungkin dimutlakkan seakan-akan semua / mayoritas musuh akan didamaikan dengan orang kristen itu, karena kalau demikian bagaimana kita menafsirkan ayat-ayat seperti Yohanes 15:18-21 Lukas 6:22-23,26, yang jelas menunjukkan bahwa ada banyak musuh bagi orang kristen?
Yang mana yang benar dari penafsiran-penafsiran ini? Perhatikan kata-kata ‘Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau”.
KJV: ‘I will make them to come and worship before thy feet, and to know that I have loved thee’ (= Aku akan membuat / memaksa mereka untuk datang dan menyembah di depan kakimu, dan mengetahui bahwa Aku telah mengasihi kamu).
NASB: ‘I will make them to come and bow down at your feet, and to know that I have loved you’ (= Aku akan membuat / memaksa mereka untuk datang dan membungkuk / menyembah pada kakimu, dan mengetahui bahwa Aku telah mengasihi kamu).
NIV: ‘I will make them come and fall down at your feet and acknowledge that I have loved you’ (= Aku akan membuat / memaksa mereka datang dan menjatuhkan diri di depan kakimu, dan mengakui bahwa Aku telah mengasihi kamu).
RSV: ‘I will make them come and bow down before your feet, and learn that I have loved you’ (= Aku akan membuat / memaksa mereka datang dan membungkuk / menyembah di depan kakimu, dan mengetahui bahwa Aku telah mengasihi kamu).
Semua bagian yang saya garisbawahi di sini rasanya menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi itu dipaksa untuk melakukan hal itu. Jadi mungkin yang terjadi bukanlah pertobatan. Mungkin Tuhan memberi mereka penderitaan yang membuat mereka terpaksa melakukan hal itu. Jadi sekalipun saya berpendapat bahwa pandangan yang kedua merupakan pandangan yang memungkinkan, tetapi saya lebih condong pada pandangan yang ketiga.
Wahyu 3: 10: “Karena engkau menuruti firmanKu, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi”.
1) ‘Karena engkau menuruti firmanKu, untuk tekun menantikan Aku’. Ini salah terjemahan.
KJV: ‘Because thou hast kept the word of my patience’ (= Karena engkau telah menuruti firman kesabaranKu).
RSV: ‘Because you have kept my word of patient endurance’ (= Karena engkau telah menuruti firmanKu tentang ketahanan yang sabar).
NIV: ‘Since you have kept my command to endure patiently’ (= Karena engkau telah menuruti perintahKu untuk bertahan dengan sabar).
NASB/Lit: ‘Because you have kept the word of My perseverance’ (= Karena engkau telah menuruti firman ketekunanKu).
Ada 2 penafsiran tentang ‘firman ketekunanKu’ ini:
a) Ini menunjuk pada ketekunan dari Kristus.
Leon Morris (Tyndale): “It seems to mean ‘the teaching which was exemplified in My steadfastness’” (= Ini kelihatannya berarti ‘ajaran yang ditunjukkan / diteladankan dalam kesetiaan / ketabahanKu’) - hal 80.
b) Ini menunjuk pada ketekunan / kesabaran dari para penganut ajaran ini / orang kristen.
Matthew Poole: “the doctrine of the gospel is, unquestionably, the word here called ‘the word of the Lord’s patience’, because it was that word, that doctrine, which (as those time went) could not be adhered to and observed without much patience in those that adhered to it; both actively, waiting for the promises revealed in it, and passively, enduring all manner of trials and crosses” [= tidak diragukan bahwa ajaran Injillah yang dimaksudkan dengan firman yang di sini disebut ‘firman kesabaran Tuhan’, karena firman itu, ajaran itu, tidak bisa dianut dan ditaati tanpa banyak kesabaran dalam mereka yang menganutnya; baik secara aktif, menunggu janji-janji yang dinyatakan di dalamnya, dan secara pasif, menahan segala macam ujian dan salib] - hal 958.
Herman Hoeksema: “the Word of Christ’s patience, the Word which always exhorted them to be patient and to suffer and bear the cross for Christ’s sake” (= Firman dari kesabaran Kristus, Firman yang selalu mendesak mereka untuk sabar dan untuk menderita dan memikul salib demi Kristus) - hal 127.
Herman Hoeksema: “Patience, in the Scriptural sense of the word, always presupposes suffering for Christ’s sake, the bearing of the cross” (= Kesabaran, dalam arti Alkitabiah dari kata itu, selalu mensyaratkan penderitaan demi Kristus, pemikulan salib) - hal 127.
Herman Hoeksema: “the picture of the little church in Philadelphia reminds us that the church must not force the fruits when they do not immediately become evident. Today this is often the case. In her anxiety to force men into the kingdom the church not so infrequently compromises on the gospel of Jesus Christ and the truth of the Word of God. It does no longer emphasize the essential truth. It feels that perhaps men are repelled by the preaching of sin and total depravity, of wrath and condemnation, not to speak of the fundamental truths of election and reprobation. These truths, therefore, are no longer preached. Instead, a certain shallow gospel of love takes its place, in order to attract men and to force them into the church. Gradually the gospel loses its strength and its true content. And the result is that rather than bringing the world to Christ, we bring the church into the world. Philadelphia had not adopted this method. She had labored faithfully and seen no fruit. For still she was small. But she had kept the Word of Christ’s patience and had in no wise denied His name. And therefore, finally, in Philadelphia we have the true picture of the faithful mission church. Mindful of her smallness and of her dependence on Christ, mindful that He must open the door, she remains a faithful witness and does not deny the truth” (= gambaran dari gereja kecil di Filadelfia mengingatkan kita bahwa gereja tidak boleh memaksakan buah bila buah itu tidak segera menjadi jelas. Jaman ini hal ini sering terjadi. Dalam keinginan untuk memaksa manusia ke dalam kerajaan, gereja tidak jarang mengkompromikan injil Yesus Kristus dan kebenaran Firman Allah. Gereja tidak lagi menekankan kebenaran yang hakiki. Gereja merasa bahwa mungkin manusia ditolak / dipukul mundur oleh pemberitaan tentang dosa dan kebejatan total, tentang kemurkaan dan penghukuman, belum lagi tentang kebenaran dasar dari pemilihan dan penetapan binasa. Karena itu, kebenaran-kebenaran ini tidak lagi diberitakan. Sebagai gantinya adalah suatu injil dangkal yang menekankan kasih, supaya bisa menarik manusia dan memaksa mereka ke dalam gereja. Secara bertahap injil kehilangan kekuatannya dan isi yang sebenarnya. Dan akibatnya adalah bahwa kita bukannya membawa dunia kepada Kristus, tetapi membawa gereja kepada dunia. Filadelfia tidak mengadopsi metode ini. Ia telah bekerja keras dengan setia dan belum melihat hasilnya. Karena ia tetap kecil. Tetapi ia telah menuruti Firman kesabaran Kristus dan tidak menyangkal namaNya. Dan karena itu, akhirnya, di Filadelfia kita mempunyai gambar yang benar dari gereja misi yang setia. Sadar akan kekecilan dirinya dan akan ketergan-tungannya pada Kristus, sadar bahwa Ia harus membukakan pintu, ia tetap menjadi saksi yang setia dan tidak menyangkal kebenaran) - hal 129-130.
2) ‘maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi”.
Ada bermacam-macam penafsiran tentang bagian ini:
a) Pandangan Dispensational Futurist.
Steve Gregg: “Dispensational futurists find in this statement a promise of the pre-tribulation Rapture. Taking ‘the hour or trial which shall come upon the whole world’ to be suggestive of a global crisis, it is thought that this refers to a future tribulation period. Since Jesus promises to keep (the church) from this terrible time, it is argued that the church must be removed from the earth prior to the tribulation of the last days. However, this passage is capable of alternative interpretations” [= Orang-orang Futurist dari golongan Dispensationalis menemukan dalam pernyataan ini suatu janji tentang Pengangkatan orang suci sebelum masa kesusahan. Mereka mengartikan ‘hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia’ sebagai suatu krisis yang bersifat global, dan menganggapnya sebagai masa kesukaran yang akan terjadi di masa yang akan datang. Karena Yesus berjanji untuk melindungi (gereja) dari saat yang mengerikan ini, maka mereka menganggap bahwa gereja harus disingkirkan dari bumi sebelum masa kesukaran pada akhir jaman. Tetapi text ini memungkinkan penafsiran yang lain] - hal 76.
Jadi, Dispensational Futurist menganggap bahwa:
· pencobaan ini betul-betul akan menimpa seluruh dunia.
· perlindungan Tuhan terhadap orang-orang kristen menunjuk kepada Rapture / pengangkatan orang suci, yang terjadi sebelum masa kesukaran besar.
Agak berbeda dengan ini, Homer Hailey hanya menekankan bahwa orang kristen tidak akan terkena pencobaan itu, tetapi ia tidak mengatakan bahwa ini terjadi melalui Rapture/ pengangkatan orang suci.
Homer Hailey: “‘From the hour of trial,’ from out of the midst of (EK); but whether by ‘immunity from’, or by ‘being brought safely through’, the preposition does not clearly define (Alford). The question seems best determined by the context: the trial that was to come upon the whole inhabited earth was to test ‘them that dwell upon the earth.’ The word ‘earth’ (GE) occurs 81 times in the course of the book and is used in numerous ways. It is frequently used as metonymy for the realm or world of unregenerated men. This use will be pointed out in various places where the redeemed are distinguished from ‘them that dwell upon the earth,’ earthlings or earth dwellers. The church will have its trials which test faith, but it will be kept from trials which would affect the earthlings, the world of the unregenerated. Those of the world, those in conflict with Christ and His church, will be, in this instance, the ones tried ” [= ‘Dari hari pencobaan’, dari tengah-tengah pencobaan itu (EK); tetapi apakah ini menunjukkan bahwa mereka akan kebal terhadap pencobaan itu / tidak terkena pencobaan itu atau bahwa mereka akan dibawa secara aman melalui pencobaan itu, kata depannya tidak menegaskan secara jelas (Alford). Kelihatannya merupakan hal yang terbaik kalau persoalan / keraguan itu ditentukan oleh kontex: pencobaan yang akan datang kepada seluruh bumi yang didiami adalah untuk mencobai / menguji ‘mereka yang diam di bumi’. Kata ‘bumi’ (GE) muncul 81 x dalam kitab ini dan digunakan dalam banyak cara. Itu sering digunakan sebagai nama lain untuk dunia orang yang belum dilahirbarukan. Penggunaan ini bisa ditunjukkan dalam pelbagai tempat dimana orang yang ditebus dibedakan dari ‘mereka yang tinggal / diam di bumi’, orang yang tinggal di bumi atau penghuni bumi. Gereja bisa mempunyai pencobaannya yang menguji iman, tetapi gereja akan dijaga dari pencobaan-pencobaan yang akan mempengaruhi orang yang tinggal di bumi, dunia orang yang tidak dilahirbarukan. Orang-orang dari dunia, orang-orang yang berten-tangan dengan Kristus dan GerejaNya, dalam hal ini, adalah orang-orang yang dicobai] - hal 152-153.
Ada keberatan terhadap pandangan Dispensationalist Futurist ini:
¨ ‘seluruh dunia’ tidak harus berarti ‘seluruh dunia’.
Barnes’ Notes: “The phrase here used - ‘all the world’ - may either denote the whole world; or the whole Roman empire; or a large district or country; or the land of Judea. ... Here, perhaps, all that is implied is, that the trial would be very extensive or general ... It need not be supposed that the whole world literally was included in it, or even all the Roman empire, but what was the world to them. ... Tacitus ... mentions an earthquake that sank twelve cities in Asia Minor in one night, by which, among others, Philadelphia was deeply affected; and it is possible that there may have been reference here to that overwhelming calamity. But nothing can be determined with certainty in regard to this” (= Ungkapan yang digunakan di sini - ‘atas seluruh dunia’ - bisa menunjukkan ‘seluruh dunia’ atau ‘seluruh kekaisaran Romawi’ atau ‘suatu daerah atau negara yang besar’ atau ‘tanah Yudea’. ... Di sini mungkin yang dimaksudkan adalah bahwa pencobaan itu akan bersifat sangat luas dan umum. ... Kita tidak perlu menganggap bahwa seluruh dunia secara hurufiah tercakup di dalamnya, atau bahkan seluruh kekaisaran Romawi, tetapi apa yang merupakan dunia bagi mereka. ... Tacitus ... menyebutkan sebuah gempa bumi yang menenggelamkan 12 kota di Asia Kecil dalam satu malam, dan di antara kota-kota yang lain, Filadelfia juga sangat terpengaruh oleh gempa bumi itu; dan adalah mungkin bahwa kata-kata ini berkenaan dengan bencana yang sangat besar itu. Tetapi tidak ada yang bisa ditentukan dengan pasti berkenaan dengan hal ini) - hal 1568. Bdk. Luk 2:1 dimana kata-kata ‘seluruh dunia’ jelas menunjuk pada ‘wilayah kekaisaran Romawi’.
¨ Steve Gregg mengatakan bahwa golongan lain di luar Dispensatio-nalism tidak setuju kalau kata-kata ‘hour of trial’ / ‘hari pencobaan’ diidentikkan dengan suatu periode selama beberapa tahun menjelang kiamat. Bahkan kalau hal ini diterima, Yesus tetap bisa melindungi umatNya tanpa menyingkirkan mereka melalui Rapture / pengang-katan orang suci. Bandingkan dengan doa Yesus dalam Yoh 17:15 - “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat”.
¨ Herman Hoeksema: “It is false, for it is not in harmony with Scripture. Christ warns His people more than once that this hour shall come, and that they must remain faithful unto the end. Why all these warnings of tribulation, with which Scripture abounds, if they that are faithful shall not be in the hour of temptation? And dangerous this conception is, because it puts the church to sleep. The church which expects to be received in the air before the great tribulation comes does not prepare itself for the battle and for the hour of temptation. That hour shall catch her unexpectedly. And therefore, we must not labor under this illusion, but must expect to be in tribulation, and must prepare for the evil day, putting on the whole armour of God” (= Itu salah, karena itu tidak sesuai dengan Kitab Suci. Kristus memperingati umatNya lebih dari sekali bahwa saatnya akan datang, dan bahwa mereka harus tetap setia sampai akhir. Untuk apa semua peringatan yang begitu banyak dalam Kitab Suci tentang kesusahan / kesukaran ini, jika orang yang setia tidak akan ada pada saat pencobaan? Dan konsep ini berbahaya, karena konsep ini menidurkan gereja. Gereja yang mengharapkan untuk diterima di udara sebelum masa kesukaran besar datang, tidak mempersiapkan dirinya untuk pertempuran dan untuk saat pencobaan itu. Saat itu akan menjerat mereka secara tak terduga. Dan karena itu, kita tidak boleh bekerja di bawah khayalan ini, tetapi harus mengharapkan untuk ada dalam kesukaran, dan harus mempersiapkan diri untuk hari yang jahat itu, sambil mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah) - hal 132.
b) Preterist, yang berpandangan bahwa mayoritas dari kitab Wahyu itu sudah terjadi, menganggap bahwa krisis di seluruh kekaisaran Romawi, telah menggenapi ‘hari pencobaan’ ini.
Steve Gregg juga mengatakan bahwa preterists beranggapan bahwa suatu krisis di seluruh kekaisaran Romawi sudah cukup sesuai dengan istilah ‘seluruh dunia’ yang digunakan dalam Wah 3:10 ini. Lagi-lagi bandingkan dengan Lukas 2:1 dimana kata-kata ‘di seluruh dunia’ jelas menunjuk pada ‘wilayah kekaisaran Romawi’.
Steve Gregg: “to test those who dwell on the earth (or ‘land,’ i.e., Israel) may suggest that there is a crisis that will shake the whole empire and put the Jews, in particular, into special peril” [= untuk menguji / mencobai mereka yang diam di bumi (atau ‘tanah / negeri’, yaitu Israel) bisa menunjukkan bahwa akan ada suatu krisis yang akan menggoncangkan seluruh kekaisaran dan meletakkan orang-orang Yahudi khususnya ke dalam bahaya yang khusus] - hal 77.
Barnes’ Notes: “To test their character. It would rather seem from this that the affliction was some form of persecution as adapted to test the fidelity of those who were affected by it. The persecutions in the Roman empire would furnish abundant occasions for such a trial” (= Untuk mencobai / menguji karakter mereka. Dari sini kelihatannya penderitaan / kesusahan itu adalah semacam penganiayaan yang disesuaikan untuk mencobai / menguji kesetiaan dari mereka yang terkena olehnya. Penganiayaan dalam kekaisaran Romawi akan memberi banyak peristiwa untuk pencobaan seperti itu) - hal 1568.
Steve Gregg: “Preterism suggests that this judgment on Jerusalem is what is implied in the promise, I am coming quickly! (verse 11)” [= Preterisme mengusulkan bahwa penghakiman terhadap Yerusalem ini adalah apa yang dimaksudkan secara implicit dalam janji ini. Aku datang dengan segera! (ay 11)] - hal 77.
c) Kebanyakan penafsir beranggapan bahwa orang-orang kristen akan mengalami masa pencobaan ini, tetapi perlindungan Tuhan menjaga agar mereka tidak dikalahkan oleh pencobaan itu.
Barnes’ Notes: “That is, I will so keep you that you shall not sink under the trials which will prove a severe temptation to many. This does not mean that they would be actually kept from calamity of all kinds, but that they would be kept from the temptation of apostasy in calamity. He would give them grace to bear up under trials with a Christian spirit, and in such a manner that their salvation should not be endangered” (= Yaitu, Aku akan menjaga engkau sehingga engkau tidak akan tenggelam di bawah pencobaan-pencobaan yang akan menjadi pencobaan yang hebat untuk banyak orang. Ini tidak berarti bahwa mereka akan betul-betul dijaga dari segala macam bencana, tetapi bahwa mereka akan dijaga dari pencobaan untuk murtad dalam bencana. Ia akan memberi mereka kasih karunia untuk bertahan di bawah pencobaan-pencobaan dengan suatu semangat Kristen, dan dengan cara sedemikian rupa sehingga keselamatan mereka tidak terancam) - hal 1568.
James B. Ramsey: “To be kept from, ‘out of’ the hour of temptation or trial, cannot mean not to suffer temptation and trial, but to be saved from its power, to be kept through it, and brought safely out of it” (= Dilindungi dari, ‘keluar dari’ hari pencobaan atau ujian, tidak bisa berarti ‘tidak menderita pencobaan dan ujian’, tetapi diselamatkan dari kuasanya, dijaga / dilindungi melalui pencobaan itu, dan dibawa dengan aman keluar dari pencobaan itu) - hal 176.
James B. Ramsey: “this is not to be taken as the prediction of a specific time of trial that was to come and pass away once for all, but as the announcement of the fact that none in any age, or place, or circumstances, can escape this hour. It must come upon all generations, as well as all nations and churches. No sphere of duty or usefulness, no degree of Christian attainment is secure, no place in the church so high or so low as to escape it. ... Only in heaven, and in the new world, wherein dwelleth righteousness, can we hope to escape its assaults. But all they who faithfully hold fast the word of Christ, shall be kept by His power, and brought safely out of it” (= ini tidak boleh dianggap sebagai ramalan tentang saat yang spesifik dari pencobaan yang akan datang dan berlalu sekali untuk selamanya, tetapi seperti pengumuman dari fakta itu bahwa tidak ada orang dalam jaman apapun, atau tempat manapun, atau keadaan apapun, bisa lolos dari saat ini. Itu harus datang pada semua generasi, bangsa dan gereja. Tak ada bidang kewajiban atau kebergunaan, tidak ada tingkat pencapaian Kristen yang aman, tidak ada tempat di gereja yang begitu tinggi atau begitu rendah sehingga bisa lolos darinya. ... Hanya di surga, dan dalam dunia yang baru, dimana terdapat kebenaran, kita bisa berharap untuk lolos dari serangannya. Tetapi semua mereka yang dengan setia berpegang pada Firman Kristus, akan dilindungi / dijaga oleh kuasaNya, dan dibawa dengan aman keluar darinya)- hal 176-177.
Penerapan:
Sekalipun ada janji penjagaan sehingga kita tidak murtad atau kehilangan keselamatan, kita tetap punya tanggung jawab untuk berusaha secara maximal agar tidak kalah oleh pencobaan itu. Salah satunya yang ditekankan oleh kutipan di atas ini adalah belajar Firman Tuhan dan berpegang pada Firman Tuhan tersebut.
Herman Hoeksema: “the original may very well be interpreted to signify that the little church of Philadelphia would indeed be cast into the midst of temptation and be tried with all the world, but that in that tribulation the Lord would keep her, so that she would come out of it unharmed” (= bahasa aslinya bisa diartikan bahwa gereja Filadelfia yang kecil ini betul-betul akan dilemparkan ke tengah-tengah pencobaan dan dicobai / diuji bersama seluruh dunia, tetapi bahwa dalam kesukaran itu Tuhan akan melindungi / menjaganya, sehingga ia akan keluar dari pencobaan itu tanpa terluka / dirugikan) - hal 132.
Hoeksema juga mendukung pandangan / penafsirannya ini dengan ay 11 yang memberi janji dan perintah: ‘Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu’.
Herman Hoeksema: “it is not when the church escapes persecution, but when she is in the midst of it that she needs the admonition, coming directly from the Lord: ‘Hold fast that which thou hast, that no man take thy crown.’” (= bukan pada saat gereja lolos dari penganiayaan / tidak terkena penganiayaan, tetapi pada waktu gereja ada di tengah-tengah penganiayaanlah gereja membutuhkan nasehat / peringatan ini, yang datang langsung dari Tuhan: ‘Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu’) - hal 133.
3) John Stott menghubungkan pencobaan dalam Wahyu 3: 10 ini dengan pintu terbuka dalam Wahyu 3: 8, dan lalu berkata:
“The third obstacle in the path of the Philadelphian Christians was the threat of the future tribulation. The thunder clouds of persecution were gathering. At any time the storm might break. Surely this was no time for evangelism? This was a time for retrenchment and consolidation, not for advance? Again, Christ has different ideas. He warns them of coming trial with one breath, and with the next urges them to step through the open door without fear” (= Halangan ketiga dalam jalan dari orang-orang Kristen Filadelfia adalah ancaman kesukaran yang akan datang. Awan guntur dari penganiayaan sedang berkumpul. Pada setiap saat badai bisa terjadi. Pasti ini bukan waktu untuk penginjilan? Apakah ini merupakan waktu untuk berlindung dan menguatkan diri sendiri, bukan untuk maju? Lagi-lagi, Kristus mempunyai gagasan yang berbeda. Ia memperingatkan mereka tentang pencobaan yang mendatang dengan satu helaan nafas, dan dengan helaan nafas selanjutnya mendesak mereka untuk melangkah melalui pintu yang terbuka tanpa rasa takut) - hal 104.
John Stott: “Subtle and specious are the reasons we find to excuse ourselves the bother of evangelistic endeavour. Our forces are small and feeble, we say. The opposition is great, and the danger of further unpleasantness real. Let us not do anything rash or foolish. Let us wait a while until the circumstances are more propitious. Does not the Bible itself say ‘There is a time to speak and a time to be silent’? Yes, yes, but the devil himself can misquote and misapply Scripture like that. Neither the Church’s weakness nor present nor future opposition should silence us. The Philadephian church had all these handicaps; yet it was before them that Christ opened the door of service” (= Licik / tak kentara dan tampaknya bagus alasan-alasan yang kita dapatkan untuk menghindari kesusahan dari usaha penginjilan. Kita berkata: kekuatan kita kecil dan lemah. Musuh kita besar dan bahaya dari ketidak-nyamanan yang lebih jauh adalah nyata. Marilah kita tidak melakukan apapun yang tergesa-gesa atau bodoh. Baiklah kita menunggu sebentar sampai keadaan lebih menguntungkan. Bukankah Alkitab sendiri berkata: ‘Ada waktu untuk berbicara dan waktu untuk diam’? Ya, ya, tetapi setan sendiri bisa melakukan pengutipan secara salah dan penerapan secara salah dari Kitab Suci seperti itu. Baik kelemahan Gereja ataupun permusuhan saat ini atau di masa yang akan datang tidak boleh membungkam kita. Gereja Filadelfia mempunyai semua rintangan-rintangan ini; tetapi adalah di hadapan mereka Kristus membukakan pintu pelayanan) - hal 104-105.
Dalam majalah ‘NARWASTU’ bulan Juni 2000, hal 20, diceritakan bahwa Pdt. Yusuf Rony menjalin kerja sama dengan IAIN, dan bahkan dikatakan bahwa “dosen-dosen Islamologi yang mengajar di tempat kami semuanya dari IAIN Jakarta”. Lalu ditanyakan oleh wartawan / majalah tersebut: “Apakah dalam kerjasama ini ada misi pekabaran Injilnya?”. Dia menjawab: “Tidak ada. Jujur sekolah ini tidak mencampurkan misi pekabaran Injil dengan kebebasan akademik. Beda dengan DOULOS, karena mencampuradukkan, akibatnya tanggung sendiri”.
Kalau pemberitaan majalah tersebut benar, maka saya berpendapat bahwa sikap dan kata-kata Pdt. Yusuf Rony ini perlu dikecam karena:
· bagaimana mungkin ada sekolah theologia yang mempunyai dosen yang bukan orang kristen? Menurut saya itu merupakan suatu ‘kegilaan’!
· sikap tidak memberitakan Injil tersebut bertentangan dengan 2Timotius 4:2 yang berbunyi: “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran”, yang jelas menunjukkan bahwa kita harus menggunakan setiap kesempatan dan setiap saat, bahkan saat yang tidak baik, untuk memberitakan Injil. Perintah untuk ‘cerdik seperti ular’ (Matius 10:16) tidak boleh diartikan sebagai ijin untuk tidak memberitakan Injil, karena kalau demikian akan bertentangan dengan 1Tim 4:2 tersebut di atas. Lalu harus diartikan bagaimana? Paling-paling cara kita dalam memberitakan Injil itu yang harus sebijaksana / secerdik mungkin. Tetapi perlu diingat bahwa bagaimanapun bijaksana / cerdiknya cara yang kita gunakan, penganiayaan tetap bisa terjadi.
· ia bukannya mendukung tetapi sebaliknya mengecam orang / golongan (DOULOS) yang menderita karena pemberitaan Injil. Seandainya ia hidup pada abad pertama, beranikah ia mengecam Yohanes Pembaptis yg menegur Herodes (Matius 14:1-11), atau Petrus dan Yohanes yang tetap memberitakan Injil sekalipun dilarang (Kis 4-5), atau Stefanus (Kis 6-7)?
Wahyu 3: 11: “Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu”.
1) ‘Aku datang segera’.
Geoffrey B. Wilson: “It is clear from 2:16 that ‘I come quickly’ does not refer to Christ’s final coming in glory, but to his coming to help the Philadelphians in their hour of need” (= Adalah jelas dari 2:16 bahwa ‘Aku datang segera’ tidak menunjuk pada kedatangan akhir dari Kristus dalam kemuliaan, tetapi pada kedatanganNya untuk menolong jemaat Filadelfia pada saat mereka membutuhkannya) - hal 46.
Tetapi juga ada penafsir-penafsir yang menganggap bahwa ini menunjuk pada kedatangan Yesus yang keduakalinya.
Yang jelas, berbeda dengan pemberitaan kedatangan Yesus yang bersifat ancaman kepada gereja Efesus (2:5b), gereja Pergamus (2:16), dan gereja Sardis (3:3b), maka di sini janji kedatangan itu bersifat menghibur / menguatkan, sama seperti kepada gereja Tiatira (2:25).
Memang kalau kita setia kepada Kristus, kedatangan Kristus (tak peduli itu kedatangan kedua atau bukan) akan menyenangkan bagi kita. Sebaliknya kalau kita tidak setia, kedatangan Kristus akan menakutkan bagi kita.
2) ‘Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu’.
a) Bagaimana seseorang bisa kehilangan mahkota?
Homer Hailey: “The crown may be forfeited by any individual who grows careless, complacent, self-satisfied, overconfident, or who neglects opportunity and duty” (= Setiap orang bisa kehilangan mahkota, jika ia menjadi ceroboh, puas dengan diri sendiri, terlalu yakin, atau menyia-nyiakan kesempatan dan kewajiban) - hal 153.
Penjelasan:
· ‘hidup ceroboh’ biasanya berurusan dengan dosa. Lawan katanya adalah hati-hati / waspada. Kita harus hati-hati dalam memilih gereja, pekerjaan, teman, dan lebih-lebih pacar / pasangan hidup. Kalau tidak, kita bisa kehilangan mahkota kita!
· ‘puas dengan diri sendiri’ bisa berurusan dengan pengertian Firman Tuhan, atau pelayanan yang dilakukan, atau pengudusan yang telah dicapai. Rasa puas ini menyebabkan kita tidak berusaha untuk maju lagi. Dan dalam dunia kerohanian, ‘tidak berusaha maju’ menjamin terjadinya kemunduran!
· ‘terlalu yakin’ mungkin berurusan dengan keyakinan keselamatan, atau dengan kebenaran yang ia yakini. Ini juga bisa muncul pada saat menghadapi suatu argumentasi / perdebatan. ‘Yakin’ merupakan sesuatu yang baik, selama ia memang meyakini sesuatu yang benar. Tetapi ‘terlalu yakin’ merupakan sesuatu yang membahayakan, karena sikap ini biasanya disertai dengan suatu kecerobohan.
· ‘penyia-nyiaan kesempatan dan kewajiban’ berurusan belajar Firman Tuhan atau dengan pelayanan. Misalnya menyia-nyiakan kesempatan untuk ikut dalam Pemahaman Alkitab, atau menyia-nyiakan kesempatan pelayanan, atau melakukan kewajiban pelayanan saudara dengan sembarangan dan tanpa tanggung jawab. Bandingkan dengan Mat 24:45-51 - “Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi”.
b) Apa artinya ‘kehilangan mahkota’?
Homer Hailey: “To forfeit the crown is to lose eternal life. The doctrine that a redeemed child of God cannot so act as to be lost is here clearly denied” (= Kehilangan mahkota berarti kehilangan hidup kekal. Doktrin / ajaran bahwa anak Allah yang sudah ditebus tidak bisa bertindak sedemikian rupa sehingga terhilang, dengan jelas disangkal di sini) - hal 153.
Ini pandangan Arminian yang bodoh! Siapa yang suruh tafsirkan ‘mahkota’ sebagai ‘hidup kekal’? Kalau ‘mahkota’ ditafsirkan sebagai ‘pahala’ maka tidak akan muncul pandangan Arminian yang bodoh ini!
Barnes’ Notes: “The truth which is taught here is, that by negligence or unfaithfulness in duty we may be deprived of the glory which we might have obtained if we had been faithful to our God and Saviour” (= Kebenaran yang diajarkan di sini adalah bahwa oleh pengabaian atau ketidak-setiaan dalam tugas, kita bisa kehilangan kemuliaan yang akan kita dapatkan seandainya kita setia kepada Allah dan Juruselamat kita) - hal 1568.
Bandingkan dengan:
· 2Yoh 8 - “Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya”.
· 1Korintus 3:10-15 - “Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api”.
Jadi, orang kristen bisa kehilangan mahkota, dalam arti ia kehilangan pahala / upah, tetapi ia tetap selamat / masuk surga.
Wahyu 3: 12: “Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci AllahKu, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama AllahKu, nama kota AllahKu, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari AllahKu, dan namaKu yang baru”.
1) ‘Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci AllahKu, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ’.
a) ‘sokoguru’.
Saya tidak mengerti apa arti kata ini dalam bahasa Indonesia. Kata ini juga digunakan dalam Gal 2:9 yang menyebutkan Yakobus, Kefas / Petrus, dan Yohanes sebagai sokoguru gereja Yerusalem. Kata bahasa Inggrisnya lebih mudah untuk dimengerti.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘a pillar’ (= suatu pilar).
Pulpit Commentary: “A pillar is constantly used as a figure of strength and durability (see Jer. 1:18; Gal. 2:9)” [= Pilar digunakan secara tetap sebagai gambaran dari kekuatan dan ketahan-lamaan (lihat Yer 1:18; Gal 2:9)] - hal 112.
Barclay (hal 134) mengatakan bahwa ada orang yang menafsirkan bahwa ‘pillar’ ini berarti ketidak-berubahan karakter secara moral. Dalam dunia ini, orang yang paling kuduspun kadang-kadang bisa bertindak jahat / jelek, misalnya:
· Abraham berdusta / menyuruh Sarai berdusta (Kejadian 12:11-13 Kejadian 20:2), melakukan polygamy, dsb.
· Daud, yang berzinah dan melakukan pembunuhan (1Sam 11).
· Petrus yang menyangkal Yesus 3 x (Matius 26:69-75), bersikap munafik (Galatia 2:11-14).
· dll.
Tetapi kalau kita setia kepada Kristus, maka dalam kehidupan nanti kita akan baik secara tetap. Mengapa? Karena tidak ada lagi setan, yang telah dilemparkan ke neraka (Wahyu 20:10) sehingga tidak lagi bisa menggoda kita, dan karena kita telah disempurnakan (Ibrani 12:23). Kita akan ada di surga dalam keadaan ‘NON POSSE PECCARE’ [‘not possible to sin’ (= tidak mungkin berbuat dosa)].
b) ‘Bait Suci’.
Pulpit Commentary: “The temple is NAOS, the shrine, the dwelling-place of God, not HIERON, the whole extent of the sacred buildings. The latter word occurs often in St. John’ Gospel, but never in the Apocalypse. The temple in the Revelation is the abode of God” (= Untuk kata ‘Bait Suci’ digunakan kata NAOS, tempat kudus, tempat tinggal Allah, bukan HIERON, seluruh bangunan kudus. Kata yang terakhir sering muncul dalam Injil Yohanes, tetapi tidak pernah dalam kitab Wahyu. Bait Suci dalam kitab Wahyu adalah tempat tinggal Allah) - hal 112.
Leon Morris (Tyndale): “This is, of course, symbolical and there is no contradiction with 21:22, which tells us that there will be no Temple in heaven. John is not in the slightest concerned to keep the details of one vision consistent with those of another. In each he is making a point with emphasis, and we should not try to dovetail one vision into the details of another. Here his point is that the believer who overcomes will be permanently in the presence of God” (= Tentu saja ini bersifat simbolis dan tidak bertentangan dengan 21:22, yang menceritakan kepada kita bahwa tidak ada Bait Suci di surga. Yohanes sedikitpun tidak mengusahakan supaya perincian dari penglihatan yang satu konsisten dengan yang lain. Dalam setiap penglihatan ia membuat suatu penekanan tertentu dan kita tidak boleh berusaha untuk mencocokkan satu penglihatan dengan detail-detail dari penglihatan yang lain. Di sini penekanannya adalah bahwa orang percaya yang menang akan secara permanen ada di hadapan Allah) - hal 80-81.
Herman Hoeksema: “Is it necessary to mention in this connection that there is no reference here to a literal temple, made with hands? If temple is taken literally, pillars must also be taken in the same sense. And it would be a poor consolation indeed for the people of God to learn that they will all be changed into pillars in the future. No, the sense is symbolical. Temple is symbolic of the dwelling of God with man, of His most intimate communion, of the full realization of God’s covenant of friendship. God’s temple is His people, living in most intimate communion and union with Himself. The pillar is figure of abiding firmness. The Lord Himself supplies the commentary on this expression when He adds: ‘and he shall go out no more.’ To be made pillars in the temple of God, therefore, is to enter lastingly and abidingly into the eternal covenant communion with God, the God of Jesus Christ our Lord. They that overcome in the present struggle, they that are firm in the hour of trial, shall finally enter into that eternal covenant communion with God which is eternal” (= Perlukah disebutkan bahwa ini tidak ada hubungannya dengan Bait Suci secara hurufiah, yang dibuat oleh tangan manusia? Jika ‘Bait Suci’ diartikan secara hurufiah, maka ‘pilar’ juga harus diartikan dalam arti yang sama. Dan akan merupakan suatu penghiburan yang jelek bagi umat Allah bahwa mereka akan berubah menjadi ‘pilar’ di masa yang akan datang. Tidak, artinya adalah secara simbolis. ‘Bait Suci’ merupakan simbol dari tempat tinggal Allah dengan manusia, simbol dari persekutuanNya yang paling intim, simbol dari realisasi dari perjanjian persahabatan Allah. Bait Suci Allah adalah umatNya, yang hidup dalam persekutuan dan persatuan yang paling intim dengan diriNya sendiri. ‘Pilar’ merupakan gambaran dari keteguhan / ke-tetap-an yang kekal. Tuhan sendiri menyuplai tafsiran tentang ungkapan ini pada waktu Ia menambahkan: ‘dan ia tidak akan keluar lagi dari situ’. Karena itu, ‘dibuat menjadi pilar dalam Bait Suci Allah’ berarti masuk secara kekal ke dalam perjanjian persekutuan yang kekal dengan Allah, Allah dari Yesus Kristus Tuhan kita. Mereka yang menang dalam pergumulan saat ini, mereka yang teguh pada saat pencobaan, akhirnya akan masuk ke dalam perjanjian persekutuan yang kekal dengan Allah yang kekal) - hal 134.
Homer Hailey (hal 154) mengatakan bahwa kata ‘Bait Suci’ bisa diartikan ‘gereja’ atau ‘surga’. Dan ada 2 alasan mengapa ia memilih ‘surga’, yaitu:
· Tidak mungkin diartikan ‘gereja’ karena ia berpendapat bahwa:
“As long as one is in the flesh he can lose his crown (verse 11); he can go out of the temple if he so wills” [= Selama seseorang ada dalam daging ia bisa kehilangan mahkotanya (ay 11); ia bisa keluar dari Bait Suci jika ia menghendaki demikian] - hal 154.
Ini lagi-lagi merupakan pandangan Arminiannya yang bodoh. Bdk. Yohanes 10:27-30.
· Kata ‘Bait Suci’ (Yunani: NAOS) digunakan 16 x dalam kitab Wahyu, dan kecuali dalam Wahyu 11:1,2 dimana hampir pasti itu digunakan untuk menunjuk kepada ‘gereja’, maka kata itu selalu menunjuk kepada ‘surga’.
Ia menambahkan:
“John’s saying, ‘I saw no temple therein’ (21:22), does not invalidate the above conclusion, for the whole of heaven is one eternal temple and he who overcomes has a permanent place in it” [= Kata-kata Yohanes ‘Aku tidak melihat Bait Suci di dalamnya’ (21:22), tidak membuat kesimpulan di atas tidak berlaku, karena seluruh surga merupakan satu Bait Suci yang kekal dan ia yang menang mempunyai tempat yang permanen di dalamnya] - hal 154.
c) ‘Ia tidak akan keluar lagi dari situ’.
Steve Gregg: “Such pillars are earthquake-proof, so that, unlike the citizens of Philadelphia, who had frequently been driven out of their city by quakes, the overcomer shall go out no more” (= Pilar-pilar seperti itu tahan gempa, sehingga berbeda dengan warga Filadelfia yang sering dipaksa keluar dari kota mereka oleh gempa, sang pemenang tidak akan keluar lagi) - hal 77.
John Stott: “Philadelphian Christians might live in fear of earthquake shocks, but nothing will shake them when they stand as pillars in heaven” (= Orang-orang Kristen Filadelfia boleh hidup dalam ketakutan terhadap goncangan gempa bumi, tetapi tidak ada suatu apapun yang akan menggoncangkan mereka pada waktu mereka berdiri sebagai pilar di surga) - hal 113.
John Stott: “So become a pilgrim in this life, and you will be a pillar in the next. Dare to go out through the door of service, and you will never go out of the security of paradise. ... Be content to wander as a sheep in and out finding pasture, and you will dwell in the house of the Lord for ever. That is the prospect before all those who will go forth valiantly through open doors, wage war for Christ against the powers of evil and conquer in the fight” (= Jadi, jadilah seorang musafir dalam hidup ini, dan engkau akan menjadi pilar dalam hidup yang akan datang. Beranilah untuk keluar melalui pintu pelayanan, dan engkau tidak akan pernah keluar dari keamanan dari surga. ... Puaslah untuk mengembara sebagai seekor domba untuk menemukan padang rumput, dan engkau akan tinggal dalam rumah Tuhan selama-lamanya. Itulah harapan / pandangan di hadapan semua orang yang mau maju dengan berani melalui pintu yang terbuka, berperang untuk Kristus melawan kuasa kejahatan dan menang dalam pertempuran / peperangan) - hal 113.
Barnes’ Notes: “The main truth here is, that if we reach heaven, our happiness will be secure for ever” (= Kebenaran utama di sini adalah bahwa jika kita mencapai surga, kebahagiaan kita akan aman / terjamin selamanya) - hal 1568.
Sebetulnya, asal kita sudah betul-betul percaya dan diselamatkan, sekalipun kita belum masuk surga, tetapi kita tetap aman.
Loraine Boettner: “The saints in heaven are happier but no more secure than are true believers here in this world” (= Orang-orang kudus di surga lebih bahagia tetapi tidak lebih aman / terjamin dari pada orang percaya yang sejati dalam dunia ini) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 183.
Kata-kata Loraine Boettner ini tidak dimaksudkan untuk mengajarkan bahwa orang yang sudah masuk surga sama tidak amannya dengan orang percaya yang masih hidup di dunia. Sebaliknya, ini dimaksudkan untuk mengajarkan bahwa orang percaya yang masih hidup di bumi sama amannya dengan orang yang sudah masuk surga. Mengapa? Karena keselamatan tidak bisa hilang (bdk. Yohanes 10:27-28)! Jadi, kita hanya kalah dalam kebahagiaan, tetapi tidak dalam keamanan / terjaminnya keselamatan.
Tetapi tentu saja ini tidak berarti bahwa kita boleh hidup secara sembrono. Kita tetap harus hidup waspada, dengan banyak belajar Firman Tuhan, berdoa, menguduskan diri, waspada terhadap ajaran sesat, dsb, seakan-akan kita bisa kehilangan keselamatan.
2) ‘dan padanya akan Kutuliskan nama AllahKu, nama kota AllahKu, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari AllahKu, dan namaKu yang baru’.
a) Tentang ‘nama AllahKu’, ‘nama kota Allahku’, dan ‘namaKu yang baru’.
Leon Morris (Tyndale): “‘The name of God’ indicates that the overcomer belongs to God. That of ‘the city of my God’ signifies that he has citizenship rights in the ‘new Jerusalem’ (cf. Gal. 4:26, Heb. 11:10, 12:22, 13:14). ‘My new name’ possibly refers to the new state of affairs brought about by the consummation of redemption. Then Christ appears in a character in which He could not appear until this consummation was reached” [= ‘Nama Allah’ menunjukkan bahwa si pemenang adalah milik Allah. ‘Nama kota AllahKu’ berarti bahwa ia mempunyai hak-hak kewarganegaraan dalam ‘Yerusalem yang baru’ (bdk. Galatia 4:26 Ibrani 11:10 12:22 13:14). ‘NamaKu yang baru’ mungkin menunjuk pada keadaan yang baru yang dihasilkan oleh penyempurnaan penebusan. Pada waktu itu Kristus tampil dalam suatu karakter / keadaan dalam mana Ia tidak bisa tampil sampai penyempurnaan ini tercapai] - hal 81.
Steve Gregg: “The writing of the New Jerusalem upon the believer suggests citizenship there (cf. Ps. 87:5-6)” [= Penulisan Yerusalem yang baru pada orang percaya menunjukkan kewarganegaraan di sana (bdk. Mazmur 87:5-6)] - hal 77.
b) ‘Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari AllahKu’.
· Ini tidak boleh ditafsirkan secara hurufiah.
Barnes’ Notes: “It is a departure from all proper laws of interpretation to explain this literally, as if a city should be actually let down from heaven; and equally so to infer from this passage, and the others of similar import in this book, that a city will be literally reared for the residence of the saints” (= Merupakan suatu penyimpangan dari semua hukum-hukum penafsiran yang benar untuk menjelaskan hal ini secara hurufiah, seakan-akan suatu kota betul-betul diturunkan dari surga; dan juga merupakan penyimpangan yang sama kalau kita menyimpulkan dari text ini, dan hal-hal lain yang mirip artinya dalam kitab ini, bahwa suatu kota akan secara hurufiah didirikan untuk tempat tinggal dari orang-orang kudus) - hal 1568.
· ini merupakan gambaran dari ‘gereja’ yang memang ‘mempunyai asal usul di surga’.
Barnes’ Notes: “‘New Jerusalem’. Jerusalem was the place where the temple was reared, and where the worship of God was celebrated. It thus came to be synonymous with the church - the dwelling place of God on earth. ‘Which cometh down out of heaven from my God’. ... Of course, this must be a figurative representation, but the idea is plain. It is, (1) that the church is, in accordance with settled Scripture language, represented as a city - the abode of God on earth. (2) That this, instead of being built here, or having an earthly origin, has its origin in heaven. It is as if it had been constructed there, and then sent down to earth ready formed. ... The comparison of the church with beautiful city, and the fact that it has its origin in heaven, is all that is fairly implied in the passage” [= ‘Yerusalem yang baru’. Yerusalem merupakan tempat dimana Bait Suci didirikan, dan tempat dimana penyembahan kepada Allah dilakukan. Jadi itu menjadi kata yang sama artinya dengan gereja - tempat tinggal Allah di bumi. ‘Yang turun dari surga dari Allahku’. ... Tentu saja ini merupakan suatu penggambaran simbolis, tetapi gagasannya / maksudnya jelas. Yaitu, (1) bahwa gereja, sesuai dengan bahasa Kitab Suci yang tetap, digambarkan sebagai sebuah kota - tempat tinggal Allah di bumi. (2) Bahwa ini, bukannya dibangun di sini, atau mempunyai asal usul duniawi, tetapi mempunyai asal usulnya di surga. Seakan-akan gereja dibentuk di sana, dan lalu diturunkan ke bumi dalam keadaan telah dibentuk. ... Perbandingan gereja dengan kota yang indah, dan fakta bahwa itu mempunyai asal usul di surga, merupakan semua yang dimaksudkan secara jelas oleh text ini] - hal 1568.
Herman Hoeksema: “It is not necessary to go into details as to the reality and the meaning of this new Jerusalem. Suffice it to say that it represents the society of the elect in glory, the body of Christ, the complete assembly of all the saints” (= Tidak diperlukan untuk menyelidiki secara terperinci berkenaan dengan realita dan arti dari Yerusalem yang baru ini. Cukup untuk mengatakan bahwa itu mewakili masyarakat orang pilihan dalam kemuliaan, tubuh Kristus, perkumpulan yang lengkap dari semua orang kudus) - hal 135.
Pulpit Commentary: “The name ‘new Jerusalem’ is always coupled in the Revelation with the phrase, ‘coming down from heaven’ (see ch. 21:2,10). The spirituality and holiness of the Church is thus set forth, since its being is wholly due to God, in its creation and sustenance” [= Nama ‘Yerusalem yang baru’ dalam kitab Wahyu selalu digandengkan dengan ungkapan ‘turun dari surga’ (lihat pasal 21:2,10). Dengan demikian sifat rohani dan kekudusan dari Gereja dinyatakan, karena keberadaannya sepenuh-nya disebabkan oleh Allah, dalam penciptaannya dan pemeliharaannya] - hal 113.
3) Kesimpulan yang diberikan oleh Barnes tentang Wahyu 3: 12 ini.
Barnes’ Notes: “The reward, therefore, promised here is, that he who by persevering fidelity showed that he was a real friend of the Saviour, would be honoured with a permanent abode in the holy city of his habitation. In the church redeemed and triumphant he would have a perpetual dwelling; and wherever he should be, there would be given him sure pledges that he belonged to him, and was recognised as a citizen of the heavenly world. To no higher honour could any man aspire; and yet that it is an honour to which the most humble and lowly may attain by faith in the Son of God”(= Karena itu, pahala yang dijanjikan di sini adalah bahwa ia yang dengan kesetiaan yang tekun menunjukkan bahwa ia adalah sahabat yang sejati dari sang Juruselamat, akan dihormati dengan tempat tinggal permanen dalam kota kudus ini. Dalam gereja yang ditebus dan menang ia akan mendapat tempat tinggal kekal; dan dimanapun ia ada, di sana diberikan kepadanya janji yang pasti bahwa ia adalah milikNya, dan diakui sebagai warga negara dari dunia surgawi. Tidak ada kehormatan yang lebih tinggi yang bisa diinginkan oleh siapapun juga; tetapi itulah kehormatan yang didapatkan oleh orang yang paling kecil / tidak penting dan rendah oleh iman kepada Anak Allah) - hal 1568.
Penerapan:
Kalaupun sekarang saudara berada dalam keadaan rendah (miskin, tidak berkedudukan, bodoh, dsb), asalkan saudara betul-betul adalah orang yang percaya, maka nanti saudara akan menjadi orang yang terhormat di surga. Bandingkan dengan cerita tentang Lazarus dan orang kaya (Lukas 16:19-31). Pada saat di dalam dunia, maka orang kaya itu yang terhormat, dan Lazarus sangat miskin dan hina. Tetapi dalam kekekalan, keadaan menjadi terbalik! Biarlah ini menjadi penghiburan bagi saudara dalam penderitaan dan kehinaan saudara saat ini.
Wahyu 3: 13: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat”.
Pulpit Commentary (hal 114) mengatakan bahwa dari 7 gereja dalam Wah 2-3, hanya gereja Filadelfia yang bertahan sampai jaman sekarang, dan itu menunjukkan bahwa mereka memang mendengarkan / memperhatikan apa yang dinasehatkan dalam surat ini kepada mereka.
Steve Gregg: “In the systems of the historicists and some futurists, Philadelphia is taken to be the church at the time of the Great Awakening (from 1793) and beyond. This began with the era of Wesley, Finney, and Moody, whose activities ranged from the early 18th to the late 19th centuries. The ‘open door’ that Christ had placed before this church refers to the great opportunity for evangelistic harvesting. This period will continue until the return of Christ, overlapped in the latter days by the Laodicean period” [= Dalam sistim dari Historisist dan sebagian futurist, Filadelfia diartikan sebagai gereja pada masa Kebangunan Besar (dari 1793) dan selanjutnya. Ini dimulai dengan jaman Wesley, Finney, dan Moody, yang aktivitasnya berkisar dari awal abad 18 sampai akhir abad 19. ‘Pintu yang terbuka’ yang telah ditempatkan oleh Kristus di hadapan gereja ini menunjuk pada kesempatan untuk penuaian penginjilan. Periode ini akan berlanjut sampai kembalinya Kristus, bertumpukan pada hari-hari terakhir dengan periode Laodikia] - hal 77.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-