IBADAH ONLINE ITU ALKITABIAH?

Pdt. Muriwali Yanto Matalu.
Pagi semua, untuk mengatakan ibadah online alkitabiah atau tidak, kita perlu melihat esensi ibadah sebagaimana dinyatakan Alkitab. 
IBADAH ONLINE ITU ALKITABIAH?
gadget, bisnis, otomotif
Pertama, Paulus pernah menyinggung ibadah, yang tidak ada hubungannya dengan aspek persekutuan (orang-orang percaya bertemu dan bersekutu secara langsung), sebagaimana dinyatakan dalam Roma 12:1. Di situ dinyatakan "mempersembahkan tubuh = ibadah yang sejati - LAI" (spiritual worship - NIV).

Kedua, jika ibadah yang dimaksud adalah yang disertai aspek persekutuan (band. Ibrani 10:25), maka hanya ada tiga aspek penting dalam ibadah semacam itu, berdasarkan model ibadah komunal PL dan PB. Tiga unsur itu adalah: 

1) Menyembah (dan bersekutu dengan) Tuhan, 

2) mendengarkan firman Tuhan, 

3) berseketutu dgn saudara seiman. Dalam Nehemia 8:1-8, di katakan, "berkumpullah seluruh rakyat ..." ayat 2 (aspek persekutuan), lalu "Ezra membuka kitab ..." ayat 6, dan "mengajarkan Taurat itu ..." ayat 8 (aspek mendengarkan firman), lalu "kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada Tuhan ..., ayat 7 (aspek penyembahan). Hal yang sama kita dapatkan dalam PB, misalnya dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Ayat 42 berbicara tentang mendengarkan firman Tuhan, lalu ayat 44-46 berbicara tentang persekutuan dengan sesama orang percaya, dan ayat 47 berbicara tentang penyembahan pada Tuhan.

Berdasarkan telaah singkat di atas, mari kita menjawab pertanyaan mengenai apakah ibadah online itu alkitabiah atau tidak. Untuk mempermudah kita, maka tentu saja kita hanya dapat berbicara model ibadah yang kedua, yang ada aspek persekutuannya dengan saudara seiman. Ibadah model pertama, yakni mempersembahkan tubuh (Roma 12:1) tidak relevan dalam hal ini. Nah, saya menggunakan satu indikator berupa pertanyaan untuk menjawab pertanyaan tentang keabsahan ibadah online. Elemen-elemen ibadah apakah yang hilang dalam ibadah online?

1) Menyembah (dan bersekutu dengan Tuhan). Elemen ini TETAP ADA dalam ibadah online, karena menyembah Allah tidak boleh dibatasi ruang dan waktu (band. Yohanes 4:23-24).

2) Mendengarkan firman Allah. Lagi-lagi, elemen ini TETAP ADA dalam ibadah online.

3) Aspek persekutuan dgn saudara seiman secara langsung. Aspek ini YANG HILANG dalam ibadah online. Memang kita dapat saja berkata bahwa persekutuan kita tidak harus bersifat fisikal, karena kita dapat bersekutu di dalam roh kita dengan sesama saudara seiman. Tetapi, bahwa persekutuan secara fisik/kelihatan itu ditegaskan oleh Alkitab adalah fundamental. Ibrani 10:25, tak bisa diabaikan begitu saja.

NAMUN, di dalam situasi atau kondisi darurat secara fisik, e.g. adanya perang atau wabah penyakit, maka mau tidak mau aspek persekutuan langsung ini DAPAT DITIADAKAN untuk sementara waktu. Sehingga, pilihan mengadakan ibadah online adalah satu pilihan yang bijaksana, dengan catatan, untuk sementara waktu sampai keadaan menjadi normal kembali.

Maka, apakah ibadah online itu alkitabiah atau tidak? Saya jawab: Dalam keadaan darurat, itu DAPAT MENJADI SATU ALTERNATIF YANG ALKITABIAH.
Catatan: Alkitabiah artinya konsisten dengan pengajaran / prinsip-prinsip Alkitab

Next Post Previous Post