PENTAKOSTA, BAHASA ROH DAN PENGINJILAN: KISAH PARA RASUL 2:1-13

Pdt. Budi Asali. M. Div.
PENTAKOSTA, BAHASA ROH DAN PENGINJILAN: KISAH PARA RASUL 2:1-13PENTAKOSTA, BAHASA ROH DAN PENGINJILAN: KISAH PARA RASUL 2:1-13. KISAH PARA RASUL 2:1-13 - (1) Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. (2) Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; (3) dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. (4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. (5) Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. (6) Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. (7) Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? (8) Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: (9) kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, (10) Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, (11) baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah. (12) Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: Apakah artinya ini? (13) Tetapi orang lain menyindir: Mereka sedang mabuk oleh anggur manis..

I) Penjelasan tentang Pentakosta.

Pentakosta Perjanjian Baru adalah hari turunnya Roh Kudus yang terjadi pada hari ke 50 setelah Paskah / Easter (hari kebangkitan Yesus). Tetapi ‘Pentakosta’ dalam ay 1 adalah Pentakosta Perjanjian Lama.

Beberapa hal yang perlu diketahui tentang Pentakosta Perjanjian Lama ini:

1) Ini adalah hari ke 50 setelah Paskah (Paskah Perjanjian Lama) / Passover (hari bebasnya bangsa Israel dari Mesir; bdk. Ul 16:1 tentang Paskah Perjanjian Lama ini).

Adam Clarke: “The feast of pentecost was celebrated fifty days after the passover, and has its name πεντηκοστη from πεντηκοντα, fifty, which is compounded of πεντε, five, and ηκοντα, the decimal termination. It commenced on the fiftieth day reckoned from the first day of unleavened bread, i.e. on the morrow after the paschal lamb was offered.” [= Hari raya Pentakosta dirayakan lima puluh hari setelah Paskah, dan mempunyai namanya PENTEKOSTE dari PENTEKONTA, lima puluh, yang terdiri dari PENTE, lima, dan EKONTA, akhiran puluhan. Itu mulai pada hari ke lima puluh dihitung dari hari pertama dari hari raya roti tak beragi, yaitu pada pagi setelah anak domba Paskah dikorbankan.].

Ul 16:1,9-10 - “(1) ‘Ingatlah akan bulan Abib dan rayakanlah Paskah bagi TUHAN, Allahmu, sebab dalam bulan Abib itulah TUHAN, Allahmu, membawa engkau keluar dari Mesir pada waktu malam. ... (9) Tujuh minggu harus kauhitung: pada waktu orang mulai menyabit gandum yang belum dituai, haruslah engkau mulai menghitung tujuh minggu itu. (10) Kemudian haruslah engkau merayakan hari raya Tujuh Minggu bagi TUHAN, Allahmu, sekedar persembahan sukarela yang akan kauberikan, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.”.

Im 23:5,15-16 - “(5) Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan itu, pada waktu senja, ada Paskah bagi TUHAN. ... (15) Kemudian kamu harus menghitung, mulai dari hari sesudah sabat itu, yaitu waktu kamu membawa berkas persembahan unjukan, harus ada genap tujuh minggu; (16) sampai pada hari sesudah sabat yang ketujuh kamu harus hitung lima puluh hari; lalu kamu harus mempersembahkan korban sajian yang baru kepada TUHAN.”.

2) Ada orang-orang yang menganggap hari Pentakosta ini adalah hari untuk memperingati Pemberian 10 Hukum Tuhan, seperti Adam Clarke, Matthew Henry dan Agustinus.

Adam Clarke: “This feast was instituted in commemoration of the giving the law on Mount Sinai; and is therefore sometimes called by the Jews, שמצת תורה shimchath (?) torah, the joy of the law,” [= Hari raya ini diadakan sebagai peringatan pemberian hukum Taurat di Gunung Sinai; dan karena itu kadang-kadang disebut oleh orang-orang Yahudi SHIMTSAT TORAH, sukacita dari hukum Taurat,].

Jewish New Testament Commentary: “Besides its primary agricultural significance Shavu‘ot later came to be understood as commemorating the giving of the Torah to Moshe. ... Exodus 19:1 says that the Israelites came to the foot of Mount Sinai ‘in the third month’; from this and other biblical data the rabbis deduced that God actually gave the Torah on Shavu‘ot.” [= Disamping arti pertanian utamanya hari raya tujuh minggu belakangan jadi dimengerti sebagai peringatan pemberian hukum Taurat kepada Musa. ... Kel 19:1 mengatakan bahwa bangsa Israel tiba di kaki Gunung Sinai ‘pada bulan ketiga’; dari sini dan data Alkitab lain rabi-rabi menyimpulkan bahwa Allah sungguh-sungguh memberikan hukum Taurat pada hari raya tujuh minggu.].

Keluaran 19:1 - “Pada bulan ketiga setelah orang Israel keluar dari tanah Mesir, mereka tiba di padang gurun Sinai pada hari itu juga.”.

Jelas bahwa dasar Alkitab untuk ini sama sekali tidak kuat. Hanya kata-kata ‘bulan ketiga setelah orang Israel keluar dari tanah Mesir’ sama sekali bukan alasan untuk mengatakan itu adalah hari ke 50.

Calvin jelas tidak menerima tafsiran Agustinus yang menafsirkan bahwa sebagaimana hukum Taurat diberikan kepada bangsa Israel 50 hari setelah Paskah, dan hukum Taurat itu ditulis oleh tangan / jari Allah pada loh-loh batu, demikian juga Roh Kudus, yang tugasnya adalah untuk menulis hal yang sama dalam hati kita, menggenapi gambaran / TYPE itu juga pada hari ke 50 setelah kebangkitan Kristus. Calvin mengatakan biarlah Agustinus menyimpan tafsiran itu untuk dirinya sendiri, dan Calvin berharap ia lebih waras dalam persoalan itu.

Calvin: “I will not refute that high and subtle interpretation of Augustine, that like as the law was given to the old people fifty days after Easter, being written in tables of stone by the hand of God, so the Spirit, whose office it is to write the same in our hearts, did fulfill that which was figured in the giving of the law as many days after the resurrection of Christ, who is the true Passover. Notwithstanding, whereas he urgeth this his subtle interpretation as necessary, in his book of Questions upon Exodus, and in his Second Epistle unto Januarius, I would wish him to be more sober and modest therein. Notwithstanding, let him keep his own interpretation to himself. In the mean season, I will embrace that which is more sound.” [= ].

Catatan: saya kira kata ‘Easter’ itu seharusnya adalah ‘Passover’.

Memang kalau kita mengecek dari semua ayat-ayat yang berhubungan dengan hari raya tujuh minggu itu, tidak ada satupun yang menghubungkan hari raya itu dengan pemberian hukum Taurat. Dan bahwa orang-orang Yahudi menganggap seperti itu, tak berarti kita harus mengikuti mereka, pada saat tak ada dasar Alkitab untuk itu.

Kalau saudara mau mempelajari lebih mendalam maka saudara bisa melihat dalam link ini: https://www.biblestudyproject.org/bible-study-library/israel/was-the-law-of-moses-given-on-pentecost-a-tale-of-two-occasions/

Kesimpulannya: adalah salah untuk menghubungkan hari raya tujuh minggu / Pentakosta ini dengan pemberian hukum Taurat.

Catatan: dengan ini saya meralat ajaran saya sebelumnya.

3) Hari Pentakosta ini adalah hari Perayaan syukur karena panen gandum (Ul 16:10 Kel 34:22).

Ulangan 16:9-10 - “(9) Tujuh minggu harus kauhitung: pada waktu orang mulai menyabit gandum yang belum dituai, haruslah engkau mulai menghitung tujuh minggu itu. (10) Kemudian haruslah engkau merayakan hari raya Tujuh Minggu bagi TUHAN, Allahmu, sekedar persembahan sukarela yang akan kauberikan, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.”.

Kel 34:22 - “Hari raya Tujuh Minggu, yakni hari raya buah bungaran dari penuaian gandum, haruslah kaurayakan, juga hari raya pengumpulan hasil pada pergantian tahun.”.

4) Pada hari itu orang Israel tidak boleh bekerja (Im 23:21 Bil 28:26).

Imamat 23:21 - “Pada hari itu juga kamu harus mengumumkan hari raya dan kamu harus mengadakan pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya di segala tempat kediamanmu turun-temurun.”.

Bil 28:26 - “Pada hari hulu hasil, pada waktu kamu mempersembahkan korban sajian baru kepada TUHAN, pada hari raya lepas tujuh minggu, haruslah kamu mengadakan pertemuan kudus, maka tidak boleh kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat.”.

5) Hari Pentakosta tersebut jatuh pada hari Minggu.

Matthew Henry: “This feast of pentecost happened on the ‘first day of the week,’ which was an additional honour put on that day, and a confirmation of it to be the Christian sabbath, ‘the day which the Lord hath made,’ to be a standing memorial in his church of those two great blessings - the resurrection of Christ, and the pouring out of the Spirit, both on that day of the week.” [= Hari raya Pentakosta ini terjadi pada ‘hari pertama minggu itu’, yang merupakan suatu kehormatan tambahan yang diberikan kepada hari itu, dan suatu peneguhan terhadapnya sebagai Sabat Kristen, ‘hari yang telah Tuhan buat’, sebagai suatu peringatan yang permanen dalam gerejaNya tentang dua berkat besar itu - kebangkitan Kristus, dan pencurahan Roh, keduanya pada hari itu (hari pertama) dari minggu.].

Matthew Henry menganggap bahwa ini merupakan suatu konfirmasi bahwa Sabat Kristen diubah menjadi hari Minggu, karena bukan hanya Yesus bangkit pada hari Minggu tetapi juga hari Pentakosta terjadi pada hari Minggu.

Pentakosta Perjanjian Lama menjadi Pentakosta Perjanjian Baru karena apa yang terjadi dalam Kis 2:1-13.

II) Apa yang terjadi pada hari Pentakosta itu?

Pada saat itu murid-murid sedang berkumpul di suatu tempat sebagai ketaatan terhadap perintah Yesus dalam Kisah Para Rasul 1:4-5.

Kisah Para Rasul 2: 1: “Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat.”.

Yang dimaksud dengan ‘suatu tempat’ tidak diketahui dengan pasti. Mungkin ruang atas yang ada dalam Kisah Para Rasul 1:3 dan mungkin juga suatu tempat dalam Bait Allah (bdk. Luk 24:53).

Tetapi yang pasti tempat itu ada di kota Yerusalem. Matthew Henry menggunakan Yes 2:3 sebagai dasar tentang hal ini.

Bdk. Yesaya 2:3 - “dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: ‘Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalanNya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem.’”.

Pada saat itu terjadilah hal-hal sebagai berikut:

1) Turun dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras.

Kisah Para Rasul 2: 2: “Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;”.

Kitab Suci memang sering menggambarkan Roh Kudus sebagai angin (Yoh 3:8 Yeh 37:9,10,14 Yoh 20:22). Kata bahasa Yunani PNEUMA memang bisa diartikan sebagai ‘roh’, ‘angin’ atau ‘nafas’ (sama seperti kata Ibrani RUAKH). Karena itulah maka sebelum Roh Kudus turun maka Ia didahului oleh suatu bunyi seperti tiupan angin keras.

2) Tampaklah lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.

Kisah Para Rasul 2: 3: “dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.”.

Roh Kudus juga sering digambarkan sebagai api karena Ia berfungsi untuk menyucikan / menguduskan kita. Karena itu, tanda dari orang yang mempunyai Roh Kudus / dipenuhi Roh Kudus adalah adanya perubahan hidup ke arah yang positif (bukan kemampuan untuk berbahasa Roh!)

3) Roh Kudus turun dan memenuhi mereka.

Kisah Para Rasul 2: 4: “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.”.

Ay 4a terjemahan Indonesia kurang lengkap terjemahannya. Seharusnya ada kata ‘semua’.

NIV: ‘All of them were filled with the Holy Spirit’ [= Mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus].

Jadi, bukan hanya rasul-rasul saja yang menerima / dipenuhi dengan Roh Kudus, tetapi semua orang kristen pada saat itu. Roh Kudus diberikan bukan hanya kepada orang percaya tertentu saja, tetapi kepada semua orang yang percaya kepada Kristus.

Pemberian Roh Kudus ini adalah penggenapan janji Tuhan dalam Yoh 14:16,17,26 Yoh 15:26,27 Yoh 16:7-11,13,14 Mat 3:11 Kis 1:4,5,8. Tuhan pasti menggenapi janjiNya.

Problem:

Bagaimana mengharmoniskan Kisah Para Rasul 2:4 ini dengan Yoh 20:22?

Yohanes 20:22 - “Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ‘Terimalah Roh Kudus.”.

Kapan sebetulnya rasul-rasul itu menerima Roh Kudus? Pada Yoh 20:22 atau pada Kis 2:4?

Ada macam-macam penafsiran tentang Yoh 20:22:

a) Yoh 20:22 dihubungkan dengan Kej 2:7 dan Yeh 37:9 dan lalu diartikan sebagai kelahiran baru.

Keberatan terhadap penafsiran ini adalah: Murid-murid sudah percaya kepada Kristus sebelum Yoh 20:22 (bdk. Mat 16:16). Itu tidak mungkin terjadi kalau belum ada kelahiran baru (perlu diingat bahwa doktrin yang benar tentang kelahiran baru adalah: kelahiran baru harus mendahului iman).

b) Penerimaan Roh Kudus disamakan seperti kedatangan Kerajaan Allah yang kadang-kadang dikatakan sudah datang, tetapi kadang-kadang dikatakan sudah dekat (belum datang).

c) Komentar Calvin tentang Yoh 20:22:

“The Spirit was given to the Apostles on this occasion in such a manner, that they were only sprinkled by his grace, but were not filled with full power; for when the Spirit appeared on them in tongues of fire (Acts 2:3) they were entirely renewed.” [= Roh diberikan kepada rasul-rasul pada peristiwa ini sedemikian rupa, sehingga mereka hanya diperciki oleh kasih karuniaNya, tetapi tidak dipenuhi dengan kuasa penuh; karena pada waktu Roh menampakkan diri pada mereka dalam lidah-lidah api (Kis 2:3) mereka diperbaharui sepenuhnya.].

d) Dalam Yoh 20:22 mereka menerima suatu kuasa rohani sehingga mereka tidak sedih lagi, tetapi mereka baru menerima Roh Kudus dalam Kis 2:4 dan pada saat itu mereka menerima kuasa yang lebih besar lagi.

Dasar yang dipakai:

1. Yohanes 16:7 - Roh Kudus tidak akan datang sebelum Yesus naik ke surga.

2. Kata ‘Roh Kudus’ dalam Yoh 20:22 tidak memakai ‘definite article’ / ‘kata sandang tertentu’ (bahasa Inggris: the). Jadi ini tidak menunjuk pada pribadi dari Roh Kudus tetapi pada kuasa Roh Kudus.

4) Bahasa lidah / roh (Kisah Para Rasul 2: 4b-11).

Ay 4: “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.”

a) Bahasa lidah / roh adalah suatu karunia Roh Kudus yang menyebabkan rasul-rasul itu lalu bisa berbicara dalam bahasa-bahasa yang sebelumnya tidak mereka kenal / tidak pernah mereka pelajari.

Ada yang beranggapan bahwa sebetulnya semua rasul itu tetap berbicara dalam bahasa mereka sendiri seperti biasa, tetapi orang-orang itu yang mendengarnya dalam bahasa mereka masing-masing. Argumentasi yang mereka pakai adalah:

1. Kisah Para Rasul 2: 6-11: “(6) Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. (7) Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: ‘Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? (8) Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: (9) kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, (10) Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, (11) baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.’”.

Tiga kali (ay 6,8,11) dikatakan bahwa ‘mereka / kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa mereka / kita sendiri’.

Tetapi lihat ay 4-nya.

Ay 4: “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.”.

Terjemahan ini sudah benar, dan karena itu saya tidak merasa perlu untuk membandingkannya dengan terjemahan-terjemahan Alkitab-Alkitab bahasa Inggris. Jelas dikatakan bahwa ‘mereka (para rasul) mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu (Roh Kudus) kepada mereka untuk mengatakannya.’.

Jadi, mujizat itu dilakukan oleh Roh Kudus dalam diri para rasul, bukan dalam diri orang-orang yang mendengar mereka. Para rasullah yang berbicara dalam bahasa-bahasa lain / bahasa-bahasa dari orang-orang itu, dan kalau demikian tentu bukan hal yang aneh bahwa dalam ay 6,8,11 dikatakan bahwa orang-orang itu mendengar para rasul bicara dalam bahasa mereka masing-masing.

Juga keheranan orang-orang itu, karena para rasul yang mereka ketahui sebagai orang-orang Galilea, bisa berbicara dalam bahasa-bahasa mereka, jelas mendukung bahwa para rasul itulah yang berbicara dalam bahasa-bahasa orang-orang itu.

Kisah Para Rasul 2: 7-8: “(7) Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: ‘Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? (8) Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita:”.

Calvin (tentang Kisah Para Rasul 2: 6): “There is a further circumstance also here to be noted, that the country (and native soil) of the apostles was commonly known, and this was also commonly known, that they never went out of their country to learn strange tongues.” [= Di sana ada suatu fakta yang lebih jauh yang juga dicatat di sini, bahwa negeri (dan tanah kelahiran / asal) dari rasul-rasul diketahui secara umum, dan ini juga diketahui secara umum, bahwa mereka tidak pernah pergi keluar dari negeri mereka untuk belajar bahasa-bahasa asing.].

Penerapan: orang Kharismatik kalau diserang mengapa bahasa roh mereka bunyinya sama semua? Seringkali mereka menjawab, itu seperti mesin pengirim telegram. Di sini bunyinya sama, tetapi di tempat yang menerima, berbeda.

Ini jelas jawaban omong kosong. Jawaban ini hanya menggunakan ilustrasi, tanpa dasar Alkitab. Juga bertentangan dengan apa yang kita pelajari dari ay 4, dimana memang para rasul yang berbicara dalam bahasa-bahasa yang berbeda-beda (yang tidak pernah mereka pelajari).

2. Bagaimana dengan khotbah Petrus dalam Kis 2:14-40?

Calvin mengatakan bahwa kebanyakan orang-orang Yahudi itu juga mengerti bahasa Aram yang digunakan oleh Petrus, sehingga bukan masalah kalau Petrus berkhotbah dalam bahasa Aram (bukan bahasa roh) dan mereka bisa mengertinya.

b) Tidak semua orang yang memiliki Roh Kudus / dipenuhi Roh Kudus harus berbahasa roh!

Ada banyak orang yang mengatakan bahwa bahasa roh harus dimiliki oleh orang yang penuh dengan Roh Kudus, dan mereka menggunakan Kis 2 ini sebagai dasar.

Ini adalah penafsiran yang salah. Mengapa? Karena Kisah Para Rasul 2:4 (dan juga Kis 10:46) adalah cerita sejarah, yang betul-betul terjadi. Dan semua yang seperti itu merupakan bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive (menggambarkan apa yang terjadi pada saat itu). Bagian semacam ini tidak bisa dijadikan rumus! Contoh lain:

1. Bahwa Yesus berpuasa 40 hari / malam, tidak berarti bahwa orang kristen harus juga melakukan hal itu.

2. Bahwa Yesus hanya mempunyai 12 murid, tidak berarti bahwa seorang pendeta hanya boleh mempunyai 12 jemaat.

3. Bahwa Petrus bisa berjalan di atas air, tidak berarti bahwa orang kristen sekarang harus bisa berjalan di atas air.

Mengapa? Karena semua ini adalah bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive. Ini tidak boleh dijadikan rumus / norma dalam hidup kita!

Dalam Lukas 1:67 dikatakan bahwa Zakharia penuh Roh Kudus dan ia lalu bernubuat. Juga dalam Kis 19:6 dikatakan ada orang-orang yang menerima Roh Kudus dan mereka lalu berbahasa roh dan bernubuat. Apakah semua ini juga mau dijadikan rumus, dan kita lalu percaya bahwa orang yang mempunyai Roh Kudus harus bernubuat? Tentu saja tidak, karena bagian-bagian ini juga merupakan cerita sejarah / bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive!

Bagaimana kalau ada orang yang ngotot / berkeras bahwa Kis 2:4 ini merupakan rumus / hukum / norma? Ini jawabannya:

Perlu diingat bahwa pada hari Pentakosta itu (Kisah Para Rasul 2:2-4) yang terjadi bukan hanya bahwa mereka menerima Roh Kudus dan berbahasa roh, tetapi juga ada bunyi seperti tiupan angin, dan lidah-lidah seperti nyala api yang hinggap pada mereka masing-masing. Kalau bahasa rohnya diharuskan, maka konsekwensinya angin dan lidah api itu juga harus diharuskan!

Dalam Kitab Suci juga ada peristiwa-peristiwa lain di mana orang per­caya kepada Kristus (dan karena itu jelas mereka menerima Roh Kudus - bdk. Kis 2:38), tetapi mereka tidak mendapatkan bahasa roh (Kis 2:41 Kis 8:36-38 Kis 16:14-15,31-33). Stefanus yang penuh Roh Kudus (Kis 7:55) juga tidak pernah dikatakan berbahasa roh.

Juga 1Kor 12:8-10,28-30 jelas sekali menunjukkan bahwa karunia bahasa roh tidak diberikan kepada semua orang percaya, tetapi hanya kepada orang-orang tertentu saja.

1Korintus 12:8-10,28-30 - “(8) Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. ... (28) Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. (29) Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, (30) atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?”.

c) Bahasa roh bukanlah karunia yang terutama, bahkan bisa dikatakan itu adalah karunia yang terendah. Ini terlihat dari:

1. Dalam daftar karunia dalam 1Korintus 12:8-10 maupun dalam 1Kor 12:28-30 karunia bahasa roh dan karunia penafsiran bahasa roh selalu ditempatkan pada urutan terakhir.

2. Seluruh 1Kor 14 menekankan bahwa karunia bernubuat jauh lebih penting / berguna dari pada karunia berbahasa roh. Untuk itu bacalah 1Kor 14 di bawah ini.

Catatan: untuk memperjelas, maka bagian-bagian dari 1Kor 14 yang menunjukkan perbandingan antara karunia bernubuat dan karunia bahasa Roh, saya letakkan dalam kotak.

1Kor 14:1-40 - “(1) Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.

(2) Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. 

(3) Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur.

(4) Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.

(5) Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun.

(6) Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran? (7) Sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi - bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda? (8) Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang? (9) Demikianlah juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan? Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di udara! (10) Ada banyak - entah berapa banyak - macam bahasa di dunia; sekalipun demikian tidak ada satupun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti. (11) Tetapi jika aku tidak mengetahui arti bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang mempergunakannya dan dia orang asing bagiku. (12) Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat. (13) Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya. (14) Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa. (15) Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku. (16) Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan ‘amin’ atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan? (17) Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya. (18) Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua.

(19) Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.

(20) Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu! (21) Dalam hukum Taurat ada tertulis: ‘Oleh orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan oleh mulut orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian mereka tidak akan mendengarkan Aku, firman Tuhan.’

(22) Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman.

(23) Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila? (24) Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua; (25) segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku: ‘Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu.’

(26) Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun.

(27) Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. (28) Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.

(29) Tentang nabi-nabi - baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan. (30) Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama itu harus berdiam diri. (31) Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan. (32) Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi. (33) Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera. ...

(39) Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh.

(40) Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.”.

Catatan: perhatikan juga khususnya Kisah Para Rasul 2: 27-28, yang memberikan 3 hukum penggunaan bahasa Roh dalam kebaktian / persekutuan, yang pada jaman sekarang dilanggar habis-habisan! Untuk jelasnya saya ulang bagian itu.

1Korintus 14:27-28 - “(27) Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. (28) Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.”.

d) Karunia bahasa roh adalah suatu karunia yang bersifat mujizat, sehingga tidak bisa dipelajari / dilatih.

Dalam Kis 2 ini adalah untuk pertama kalinya dalam sejarah terjadi orang-orang yang bicara dalam bahasa roh. Bagaimana mereka mendapatkannya? Apakah mereka berdoa memintanya? Apakah mereka mempelajarinya? Melatihnya? Sama sekali tidak. Ini karunia yang bersifat mujizat, sehingga atau kita diberi, atau kita tidak mempunyainya.

Dalam tafsirannya tentang Kis 2:4 Calvin membicarakan tentang Paulus yang mempunyai karunia bahasa Roh dalam 1Kor 14:18. Dan ia berkata di bawah ini.

Calvin (tentang Kis 2:4): “Neither did he attain to this skill by his own study and industry, but he had it by the gift of the Spirit.” [= Ia tidak mendapatkan keahlian ini oleh pembelajaran dan kerajinan / kepandaiannya sendiri tetapi ia mempunyainya oleh karunia dari Roh.].

Dimanapun dalam Kitab Suci kita tidak pernah melihat orang mempelajari / melatih / mengusahakan bahasa roh. Karena itu semua bahasa roh yang dipelajari / dilatih / diusahakan adalah palsu dan berasal dari orangnya sendiri. Kalau saudara adalah orang yang mempunyai bahasa roh hasil latihan, ingatlah bahwa saudara sedang memalsukan karunia Allah!

III) Penekanan dari Pentakosta.

Banyak orang yang kalau membahas Pentakosta selalu menekankan bahasa roh. Padahal sebetulnya yang paling ditekankan dalam Pentakosta bukan bahasa roh tetapi Pekabaran Injil. Ini bisa terlihat dari:

1) Roh Kudus memang diberikan supaya mereka bisa memberitakan Injil.

Bdk. Lukas 24:46-49 - “(46) KataNya kepada mereka: ‘Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, (47) dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. (48) Kamu adalah saksi dari semuanya ini. (49) Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.’”.

Bdk. Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.

Bdk. Yohanes 15:26 - “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.”.

2) Semua ini terjadi di Yerusalem pada hari Pentakosta.

Mengapa Allah memilih kota Yerusalem dan mengapa Allah memilih hari Pentakosta? Calvin beranggapan karena pada hari Pentakosta kota Yerusalem penuh sesak, karena orang-orang Yahudi dari semua penjuru datang ke Yerusalem. Mereka semua kembali ke Yerusalem karena hal ini memang diperintahkan oleh Tuhan (Kel 23:14-17 Kel 34:22-23).

Kisah Para Rasul 2: 5 mengatakan: “Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit.”.

a) Kata ‘diam’ tidak berarti bahwa mereka memang tinggal di sana, tetapi hanya berarti bahwa pada saat itu mereka berada di sana.

b) Kata-kata ‘dari segala bangsa’ artinya dari negara-negara lain.

Jadi ay 5 menunjukkan bahwa pada saat itu Yerusalem dipenuhi oleh orang-orang Yahudi dari negara-negara lain.

Lalu Kisah Para Rasul 2: 6 mengatakan: ‘Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak’.

Kata ‘turun’ itu salah terjemahan, seharusnya adalah ‘terjadi’.

Bandingkan dengan terjemahan NASB: ‘And when this sound occurred’ [= Dan ketika bunyi itu terjadi].

Bunyi apa yang dimaksud dalam ay 6 itu? Ada 3 kemungkinan:

1. Suara tiupan angin dalam ay 2.

2. Kabar tentang rasul-rasul yang berbahasa roh.

3. Bahasa roh dari rasul-rasul itu.

Saya setuju dengan penafsiran yang ke 3.

Jadi orang-orang Yahudi dari negara-negara lain itu pasti ikut berkerumun dan mendengar bahasa roh itu. Dan apa yang mereka dengar? Yang mereka dengar adalah perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (Kisah Para Rasul 2: 11). Ini jelas menunjuk pada Injil.

Allah memilih saat ini supaya mereka semua bisa mendengar Injil (ay 11: ‘perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah’) dan supaya setelah itu mereka bisa kembali ke negaranya untuk menyebarkan Injil di negaranya masing-masing. Jadi semua ini jelas menunjukkan bahwa Pentakosta menekankan Pekabaran Injil.

3) Pada saat itu terjadi bahasa roh.

Mengapa saat itu harus terjadi bahasa roh? Karena orang-orang Yahudi dari negara-negara lain itu mempunyai bahasanya masing-masing. Adanya banyak bahasa menghalangi Pekabaran Injil dan kalau Injil hanya diberitakan dalam 1 bahasa saja, maka orang akan beranggapan bahwa Injil itu memang ditujukan hanya untuk satu bangsa / bahasa saja (Yahudi). Allah tidak mau hal itu terjadi dan Ia lalu memberi bahasa roh. Dengan cara ini maka:

a) Batasan bahasa dihancurkan dan Injil bisa tersebar.

b) Orang tahu bahwa Injil bukan hanya untuk satu bangsa / bahasa saja.

Dengan demikian, bahasa roh di sini membuktikan panggilan Allah untuk bangsa non Yahudi.

Juga di sini ada satu hal lain yang menarik. Dalam Kej 11 terjadi peristiwa menara Babel dimana Allah memberikan banyak bahasa untuk menyebarkan manusia. Dalam Kis 2 terjadi peristiwa Pentakosta dimana Allah memberikan banyak bahasa supaya manusia datang / bersatu dalam Kristus.

Semua hal-hal di atas ini jelas menunjukkan bahwa penekanan dari Pentakosta adalah Pekabaran Injil!

IV) Hal-hal penting tentang Pemberitaan Injil.

1) Kalau kita memberitakan Injil selalu ada reaksi negatif.

Kisah Para Rasul 2: 13: “Tetapi orang lain menyindir: ‘Mereka sedang mabuk oleh anggur manis.’”.

Orang-orang itu bukan sekedar menolak Injil tetapi bahkan mengejek orang yang memberitakan Injil.

2) Mujizat tidak menjamin pertobatan.

Kalau kita memberitakan Injil mungkin kita sering mempunyai keinginan untuk bisa melakukan mujizat supaya orang yang kita injili bisa bertobat.

Tetapi dalam Kis 2 ini, sekalipun ada banyak yang bertobat (itupun terjadi karena khotbah Petrus, bukan karena bahasa roh / mujizat), tetapi ada banyak yang tidak bertobat sekalipun mereka melihat mujizat bahasa roh yang luar biasa, bahkan sebagian dari mereka mengejeknya (bdk. Luk 17:11-19 Mat 11:20-24 Luk 16:27-31 Yoh 12:9-11).

Lukas 17:11-19 - “(11) Dalam perjalananNya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. (12) Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh (13) dan berteriak: ‘Yesus, Guru, kasihanilah kami!’ (14) Lalu Ia memandang mereka dan berkata: ‘Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.’ Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. (15) Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, (16) lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepadaNya. Orang itu adalah seorang Samaria. (17) Lalu Yesus berkata: ‘Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? (18) Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?’ (19) Lalu Ia berkata kepada orang itu: ‘Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.’”.

Mat 11:20-24 - “(20) Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya: (21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’”.

Lukas 16:27-31 - “(27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.

Yohanes 12:9-11 - “(9) Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkanNya dari antara orang mati. (10) Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, (11) sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.”.

Penutup / Kesimpulan.

Kalau saudara memang sudah mempunyai Roh Kudus, buktikan itu dengan rajin / tekun memberitakan Injil! Dan dalam memberitakan Injil itu, jangan mengharapkan mujizat untuk memenangkan jiwa, dan jangan takut pada reaksi negatif. Tetapi teruslah memberitakan Injil!

-AMIN-

PENTAKOSTA, BAHASA ROH DAN PENGINJILAN: KISAH PARA RASUL 2:1-13
-AMIN-
Next Post Previous Post