IMAN DAN PERBUATAN (YAKOBUS 2:13-26)
Pdt. DR. Stephen Tong.
Surat Yakobus :IMAN DAN PERBUATAN (YAKOBUS 2:13-26).
Bacaan: Yakobus 2:13-26.2:13 Sebab penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan akan menang atas penghakiman.2:14. Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?2:15 Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari,2:16 dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?2:17 Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.2:18 Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."2:19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.2:20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
Yakobus 2: 13 yang membahas tentang “penghakiman dan belas kasihan” sudah mulai kita bahas minggu lalu: orang yang punya kekayaan, pengetahuan,….. Segalanya tapi tak punyacompassion, tak mungkin menjadi orang yang agung. Apalagi, hak orang memberi belas kasihan, melakukan kewajibannya atas sesamanya, telah diambil alih oleh pemerintah secara legal: menarik pajak dari masyarakat guna melakukan sesuatu buat orang-orang miskin. Maka di akhir zaman ini sulit kita menemukan orang yang mau menyatakan belas kasihannya pada sesama. Padahal sesungguhnya, belas kasihan adalah unsur penting di dalam masyarakat yang beradab. Jangan menilai keberadaan secara akademis saja, karena banyak orang pintar yang hati nuraninya gelap. Saat kita melihat anak yang penuh cinta kasih, bisa saling mengerti, kita sangat terharu. Karena mereka begitu innocent, menyatakan sifat asli yang Tuhan cipta (Amsal. 20:11).
Memang, setiap kali kita bergaul dengan mereka, mendengar kata-kata meraka yang keras tapi diucapkan dengan hati yang begitu polos, kita sadar, unsur asli manusia sudah lenyap dari dunia yang mengaku berkebudayaan tinggi. Saat di kantor, orang mengenakan dasi, terlihat begitu sopan tapi hatinya tidak seperti itu. Pedagang mencari kesempatan menelan milik pedagang lain, bila perlu dihabisinya, lalu mengenakan topeng guna menutup-nutupi kejahatannya. Kata Yakobus: belas kasihan menyatakan menang atas penghakiman. Inilah salah satu ayat yang begitu pendek tapi mengandung makna yang begitu dalam. Bedanya Kristus dengan umat manusia: no priviliege, even for the son of God, when He is in this world. Sementara manusia, selalu minta hak istimewa bagi dirinya, bukan bagi orang lain. Kalau orang bersalah, saya akan menyebarkannya ke seluruh dunia, lebih giat daripada mengabarkan Injil, tapi saat dirinya berbuat salah, dia mengenakan topeng, agar tak dikenali orang, sambil berharap saat diadili nanti, hakim mau mengerti, mengampuninya. Tapi kata Yakobus: orang yang menghakimi sesamanya tanpa ampun, akan Allah hakimi tanpa ampun.
Di dalam doa yang Yesus ajarkan terdapat kalimat: Ampunilah kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah pada kami. Sepertinya terbalik, bukankah seharusnya berbunyi: I will love others according to Your love to me? Permisi tanya: mengapa saya bisa mengampuni? Karena Kau sudah terlebih dulu mengampuni saya. TeladanMu itulah yang mendorong saya mengampuni orang. Ternyata ajaran Alkitab begitu agung, begitu dalam, jangan jadikan sekedar pengertian, melainkan jalankanlah. Kasih Tuhan mendorongku membersihkan motivasiku, memampukanku love one another so deeply. Setelah kita mempraktikkan hal memberi belas kasihan pada orang, barulah Kristus mengajar kita berdoa: forgive me as I forgive others. Orang yang menjalankan kebenaran diberi kekuatan menjalankan perkara yang lebih besar. Itulah yang dimaksud from strength to strength, from grace to grace, from faith to faith, from glory to glory. Kesimpulannya: apa yang dimaksud dengan belas kasihan menang atas penghakiman? Anugerah taken over the place of the law: Taurat Musa penuh penghakiman, tapi keselamatan di dalam Kristus penuh pengampunan. Karena Anak Manusia dikirim ke dunia, bukan untuk menghakimi melainkan mengampuninya. Kelak waktu kita berdiri di hadapan penghakiman Tuhan, Taurat akan menyatakan kita pernah melakukan pelanggaran ini, pelanggaran itu…. Tapi Yesus berdiri dan berkata: semua pelanggaran sudah mereka akui dan sudah Kuampuni – belas kasihan dan pengampunan menggantikan penghakiman. Itu sebabnya, try to live like this: no enemy in your heart. Always have a mentality of a forgiver, practice what Jesus have done in your heart.Permisi tanya, apakah di hatimu masih ada musuh: orang yang tidak kau sukai? Kalau masih, meski kau sudah menjadi Kristen 50 tahun, kau bukan anak Tuhan yang baik. Try hard to have a mentality of a forgiver, full of mercy, compassion to others. Because mercy is victorious over judgement. Itulah tandanya kau sudah melakukan Taurat. Sesudah mengerti hal ini barulah kita bisa memahami apa yang tertulis di ayat 14.
Orang Reformed perlu mendengar dengan seksama, jangan hanya gembar-gembor dirinya punya iman yang benar, kebenaran yang bagus, tapi kelakuannya tak lebih baik dari orang lain. Tuhan sendiri menegur kita: apa kau kira karena kau mengerti teologi Reformed, maka kau boleh hidup semaumu? Kau punya pengertian iman yang bagus, but only Reformed Faith is not enough, you should show your trust, karena iman adalah taat pada Tuhan, bersandar padaNya. Sudah dua kali usulan untuk mengadakan konferensi Reformed Internasional di Indonesia ditolak. Apa sebabnya? Politik di Indonesia sedang tidak stabil, orang-orang tak mau datang ke Indonesia. Saya menghina orang-orang Reformed yang seperti itu. Orang pernah bertanya pada saya: “Kau tidak takut ke Indonesia?” “Tidak! Tiap tahun saya datang kesana 36 kali” “Begitu banyakkah?” “Rumah saya disana, bahkan saat wabah SARS, saat gereja dibakar, saya tetap kesana” “Mengapa?” Faith. Faith bukanlah agreement to confession only. Dosen-dosen tamu yang meski mendengar bencana tsunami tetap mau datang mengajar seperti Dr. Simon Kistemaker, saya hormati. Karena iman itu selain mengerti kebenaran, juga taat pada pimpinan Tuhan. Ay. 14a, apa gunanya kau berkata “aku beriman” tapi tidak berkelakuan? Karena iman tanpa kelakuan, mati adanya. Kalimat ini perlu ditulis, karena kalimat tersebut tidak dapat kita temukan di tempat lain di Alkitab. Itu sebabnya, Paulus dijuluki rasul iman, Petrus dijuluki rasul pengharapan, Yohanes dijuluki rasul kasih, bolehkah saya menjuluki Yakobus apostle of good conduct? Surat Yakobus diletakkan di belakang surat Ibrani yang mengutamakan iman, dia membahas aplikasi iman: kelakuan. Di Manado, ada banyak pendeta yang mengkotbahkan teologi Reformed, tapi menyimpan opo-opo di rumahnya. Begitu juga orang Kristen di Batak, menurut penelitian, hanya ada 2%born again Christian, 98% culture Christian. Sifat demonik yang terdapat di dalam adat; kebudayaan yang tak sesuai dengan Alkitab sering tidak manusia sadari, itulah yang membuatnya tidak bisa mengerti Firman Tuhan secara utuh. Waktu mereka mau menjalankan Firman, juga terganjal oleh adat. Yakobus 2: 14 b, merupakan kalimat berbahaya. Karena sejak Yesus sampai Paulus, prinsip diselamatkan karena iman sudah dibakukan. Kata Yesus: imanmu menyelamatkan, Kata Paulus: kamu yang tidak bisa menggenapi Taurat lewat kelakuan, dengan beiman pada Kristus akan diselamatkan(Roma 3). Diselamatkan lewat apa, kelakuan? Tidak! Melainkan lewat iman (Ef 2:8). Jadi, agama lain berharap perbuatan baik manusia bisa menyelamatkannya, Alkitab dengan pasti mengatakan, imanlah yang menyelamatkan. Lalu mengapa Yakobus berkata, dapatkah iman menyelamatkan? Apakah dia bertentangan dengan Paulus? Hari ini kita sepertinya berkonflik besar ini:justified by faith atau justified by deed?
Di sejarah kekristenan juga terdapat dua pemikiran teologis yang penekanannya berbeda, orang Reformed menekankan, sola fide, tapi menurut orang Katholik, iman perlu ditambah dengan perbuatan baik, itu sebabnya mereka berziarah ke Lourdes dan kota-kota di Eropa, agar treasury of the saints bisa mensuplai jasa mereka yang masih kurang. Kekacauan seperti ini timbul karena orang membandingkan kedua hal itu: justified by faith atau justified by good work. Perhatikan: Paulus dan Yakobus menggunakan istilah yang sama: iman dan kelakuan dengan konotasi yang berbeda. Baruch Sinoza yang hidup 300 tahun yang lampau di Amsterdam mengatakan: all debates started from the same terminology used in different understanding or definition—inilah kunci kita untuk mengerti perbedaan ini. Apakah istilah “dibenarkan” yang ada di dalam konsep Paulus sama dengan yang ada di konsep Yakobus? Perhatikan: 1. Yang Paulus maksudkan dengan “kelakuan” tak bisa menyelamatkan adalah: tak seorangpun yang perbuatan baiknya bisa diperhitungkan sebagai jasa yang bisa dia tukar dengan keselamatan Yesus Kristus. Karena di hadapan Allah, perbuatan baik kita bagaikan pakaian yang compang-camping(Yes.64);nothing can pleased God. Bible leaves no room for human merit in achieving the salvation.Orang yang mengira dirinya sanggup menggenapkan semua tuntutan Taurat, akhirnya gagal, dia datang dan percaya Yesus, karena hanya Dia yang bisa menyelamatkan; kita diselamatkan oleh iman. Terjemahan bahasa Indonesia kabur, terjemahan bahasa Inggris:Justified by Faith juga tidak tepat, seharusnya justified through faith in Jesus Christ. Jika kita diselamatkan lewat iman, apakah masih perlu kelakuan? Perampok yang berada di salib bersama Yesus, diselamatkan hanya dengan satu doa: oh Yesus, ingatlah aku waktu Kau memperoleh Kerajaan-Mu. Jawab Yesus: Dengan sesungguh-sungguhnya Aku berkata padamu, Aku akan bersamamu in paradise even today.
Perhatikan: 1). Iman Paulus dan Yakobus maksudkan itu ternyata berbeda; iman yang Paulus maksud adalah bersandar pada Kristus untuk beroleh keselamatan, sementara yang Yakobus maksudkan adalah kepercayaan secara intelek dan lisan saja, iman yang berbentuk confession, iman orang Farisi yang ada di atas teori. Bagai seorang yang mempelajari buku petunjuk renang, namun tak pernah turun ke air, kalau dia dilempar ke laut, tentu akan mati. Karena dia know the theory, agree all the confessions, but that is not faith. Faith is trust plus understanding and obey. The evangelical only know: trust and obey, but missing understanding. Kadang, orang Reformed hanya mementingkan unsur understanding, melalaikan unsur trust and obey. Sementara ada juga yang hanya mengutamakan obey, melupakan trust and understanding. 2). Kelakuan yang Paulus maksudkan berbeda dengan yang Yakobus maksudkan: kelakuan yang Paulus maksudkan adalah tidak mau menerima Yesus Kristus, hanya membangga-banggakan diri, kelakuan seperti itu tak mungkin menyelamatkan. Sementara kelakuan yang Yakobus maksudkan adalah result; fruit of a true faith, bagi Yakobus, iman yang tidak membuahkan kelakuan, tidak mencerminkan hidup baru seseorang adalah iman yang mati. Orang tidak bisa percaya kalau kau sudah hidup baru kecuali mereka menyaksikan hidup barumu. Jadi, yang Yakobus maksudkan dengan kelakuan adalah buah keselamatan, sementara yang Paulus maksudkan adalah syarat untuk menerima keselamatan. 3). to be justified by God, that is Paul concept of justification, but to be justified by people that is the concept of James of justification. Kata Paulus; kamu dibenarkan oleh Allah lewat iman, tapi kata Yakobus, orang yang tidak percaya membenarkan kau telah mengalami hidup baru lewat kelakuanmu. Bila kita sudah memahami ketiga perbedaan ini, barulah kita bisa memahami ayat ini dengan baik. Baca Yakobus 2:14, bisakah iman yang hanya berbentuk pengakuan, menyelamatkanmu? Tidak! Baca Yakobus 2: 15-17, hidup baru pasti memperlihatkan buahnya, maka jangan kau memamerkan pada orang akan pengakuan imanmu yang hebat, teorimu yang muluk-muluk, tapi tidak selaras dengan hidupmu. Orang yang mempelajari buku petunjuk renang, tapi tak pernah turun ke air, begitu dilempar di laut akan langsung mati. Karena pengertiannya belum menjadi bagian dari hidupnya. Sementara anak-anak yang dibesarkan di desa, tak perlu membaca buku petunjuk renang, setiap hari mandi di sungai, hanya saja, mereka tak akan menjadi juara renang. Mengapa? Karena mereka berenang asal-asalan, tak mengerti teori renang yang benar. Jadi ada yang punya teori, tapi tak pernah mempraktekkannya, ada juga yang langsung praktek tanpa tahu teorinya.
Ada orang bertanya pada saya: pak Tong, bagaimana menjadi orang Kristen yang baik? Saya balik bertanya, kalau saya memberimu sebuah jam, mesinnya buatan Jerman, merknya terkenal, tapi tak ada jarumnya, tentu kau tidak mau menerimanya, bukan? Karena jam itu hanya bersuara, tapi tidak bisa menunjukkan waktu. Bagaimana kalau saya memberimu satu jam yang ada jarumnya, desainnya bagus tapi tak bermesin, tentu kau juga tak mau menerimanya bukan? Karena kau menginginkan jam yang sempurna, maka jam yang tak berjarum saya lengkapi dengan jarum, yang tak bermesin saya pasangi mesin, barulah keduanya berfungsi dengan baik. Begitulah orang Kristen yang baik: di dalam dirinya ada iman, di luarnya ada kelakuan, Amin? Jadi, not cognitive evangelical, not traditional evangelical but evangelical in action, doing evangelization. Beriman dan berkelakuan, internal and external, trusting His Redemption dan practice everything I learn form the word of God in my daily live. Bila seorang berkat “puji Tuhan, Tuhan memberkatimu” “Saya tak punya makanan” “Pergilah makan” “Saya tak punya pakaian” “Kenakanlah jas” “Dari mana saya mendapatkan jas?” “Pikirlah sendiri” itulah yang membawa Louis XVI dan Marie Antoinette, Ratu yang hidupnya mewah, yang membangun sebuah Opera House di Versailles yang berkapasitas 360 tempat duduk yang berhiaskan emas itu berakhir dengan dipenggal kepalanya, karena tak pernah mau tahu kesusahan rakyat, membuat orang Perancis sangat menbencinya. Suatu kali, dia ingin menaikkan pajak, orang menasihatinya “Ratu, jangan naikkan pajak lagi, rakyat bisa mati” “Tak peduli, saya butuh lebih banyak uang” “Mereka tak punya roti lagi” “untuk apa kau katakan itu padaku? Kalau mereka tak punya roti, suruh saja mereka makan cake atau yang lain” Karena dia hidup di istana, ada berbagai macam pilihan makanan. Dia kira, rakyat juga sama dengannya, punya banyak pilihan makanan. Setelah mendengar kalimat itu, mereka tahu, Ratu yang satu ini betul-betul kejam, sama sekali tidak punya compassion, hanya tahu kenikmatan diri sendiri saja.
Kalian yang berada di tengah kelimpahan, yang setiap hari bisa hidup enak, belajarlah mengerti orang lain. Setiap tahun, saya mengunjungi tempat yang miskin sekali, hidup bersama mereka, untuk tahu apakah saya masih bisa hidup susah. Sampai hari ini, kemanapun saya pergi, saya makan makanan yang termurah, setiap kali naik pesawat kelas ekonomi. Uang saya kumpulkan untuk kebutuhan musik, desain, museum …… sampai mandat budaya yang Tuhan percayakan, saya kerjakan satu persatu, barulah saya mati. Kasihanilah orang, karena belas kasihan menyatakan kemenangan atas penghakiman. Belajarlah taat pada Firman, karena pengertian iman tanpa kelakuan mati adanya. Nyatakan hidup barumu itu sejati lewat kelakuanmu. Kiranya Tuhan memberi kita kekuatan menjadi orang yang bersandar padaNya, yang mengasihi sesama,
IMAN DAN PERBUATAN (YAKOBUS 2:13-26)– Bagian 2
2:15 Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, 2:16 dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? 2:17 Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. Yakobus 2:18 Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." 2:19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. 2:20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
Mungkinkah orang beriman, tapi tidak berkelakuan, mungkinkah orang berkelakuan tapi tidak beriman? Di dalam hidup sehari-hari, kita menemukan orang yang mengaku dirinya beriman, tapi kelakuannya tidak berbeda dengan orang yang tidak beriman. Sebaliknya, orang yang kelakuannya amat baik, tidak merasa perlu percaya Tuhan. Salah seorang yang sangat unggul dan sangat sukses di dunia modern ini, Lee Kuan Yew pernah berkata: I never understand why we need the One who sit there to take care of us, maksudnya, manusia bisa menyelesaikan segala kesulitannya tak perlu beriman pada Tuhan. Memang dia adalah salah seorang politikus yang paling sukses di paruh abad ini, negara yang dipimpimnya tak perlu punya iman, meski lebih kecil dari kota Jakarta namun berhasil menjadi negara yang sangat kuat di Asia Tenggara, negara-negara sekitar yang begitu besar, begitu banyak populasinya tak berani mengganggu gugat. Sementara negara yang mengklaim dirinya beragama, saat melakukan korupsi, membunuh, menganiaya orang, tidak menunjukkan takutnya pada Tuhan, setelah itu mereka bisa dengan tenangnya masuk ke tempat ibadah, menyebut nama Allah dengan sembrono. Mana yang lebih baik: beriman tapi tidak berkelakuan atau berkelakuan tapi tidak beriman?
Dari zaman dulu sampai sekarang, manusia selalu terjepit dalam dua hal ini. Mengapa iman tidak diimplikasikan ke dalam kelakuan sehari-hari, sementara orang yang berkelakuan baik lewat pemahaman etikanya tak beriman pada Tuhan? Mari kita merenungkan hal ini secara serius, bahkan kalau mungkin secara tuntas. Tanpa iman, tak seorangpun bisa diperkenan Tuhan (Ibr 11:6) –definisi iman yang sangat penting. Karena perbuatan yang terbaik dari manusia, di hadapan Allah yang mutlak sempurna, hanya seperti pakaian yang compang camping, kataNya, tidak ada yang mengerti kebenaran, seorangpun tidak, tidak ada yang mencari Tuhan, seorangpun tidak. Statemen itu muncul dua kali di Mazmur, satu kali di surat Roma. Tak ada orang yang sungguh-sungguh mencari Tuhan, takut pada Tuhan, berbuat baik, menjalankan kebenaran. Yang ada hanyalah yang mencari berkat Tuhan, keuntungan diri, melakukan kebajikan hanya untuk menimbun jasa, membanggakan diri. Allah melihat sampai ke hati sanubari manusia sedalam-dalamnya, tahu motivasi keturunan Adam adalah egois, maka kataNya: sekalian orang telah berbuat dosa.
Statemen itu ternyata membuat banyak orang beragama berpikir, kalau semua orang berdosa, tak mungkin berkenan pada Allah, mari kita melakukan dosa sesuka hati. Itu sebabnya, Tuhan memberikan surat Yakobus, guna mengimbangi pikiran yang tidak bertanggung jawab itu. Perlukah kita beriman? Perlu! Karena iman adalah dasar kita belajar berkelakuan baik. Tapi kelakuan tak bisa diperhitungkan sebagai jasa dan menukarnya dengan keselamatan. Bible leaves no room for human merit in obtaining salvation, karena keselamatan diberi berdasarkan sola gratia (only by grace). Jadi, iman dan kelakuan adalah satu kesatuan yang tidak boleh di-disintegrasikan, dipisahkan, bahkan harus dipelihara keseimbangannya, sama seperti kepala tak bisa hidup tanpa tubuh, tubuh juga tidak bisa dipisahkan dari kepala.
Orang Kristen sejati mengutamakan hidup baru yang Tuhan beri, menampilkannya lewat kelakuan sehari-hari. Kata Yakobus, apa gunanya kalau seorang berkata pada seorang yang tak punya makanan, tak punya pakaian: ini adalah musim dingin, jangan mengenakan pakaian yang tipis, jangan kurang makan, agar kau tidak mati kedinginan? Karena yang dibutuhkan orang itu bukan anjuran, penghiburan, tapi pemberian yang konkrit. Manusia punya kebutuhan rohani, juga kebutuhan tubuh. Itu sebabnya masyarakat perlu menangani masalah diakonia. GRII memang sengaja meletakkan diakonia di urutan akhir, tidak boleh dibalik. Gereja disebut gereja, karena gereja adalah tempat orang beriman berkumpul, jadi perlu pembenahan iman, gereja adalah satu komunitas yang mempraktikkan kasih, jadi harus ada persekutuan. Gereja adalah saksi Tuhan di dunia, jadi harus melakukan penginjilan. Gereja adalah tempat di mana anak-anak Tuhan peduli pada dunia, jadi harus melakukan diakonia. Urutan mana yang duluan, mana yang belakangan, harus dilakukan seturut signifikansi masing-masing seperti yang diajarkan Alkitab. Itu sebabnya, GRII memakai waktu yang lama untuk menggarap doktrin, bersekutu, mengabarkan Injil dan baru mengerjakan diakonia.
Sebagaimana tubuh kita, kaki harus taat pada kepala, tidak mungkin kepala yang taat pada kaki. Menandakan urutan dan posisi adalah dua hal yang berbeda; urutan Allah Bapa, Allah Putera, Allah Roh Kudus, tidak bisa dibalik menjadi Allah Roh Kudus, Allah Putera, Allah Bapa. Hanya Allah Bapa bersama Allah Putera mengutus Allah Roh Kudus, tak pernah ada Roh Kudus atau Allah Putera mengutus Allah Bapa. Meski status mereka sama, urutannya tetap berbeda. Jadi, mana yang duluan: iman, kelakuan: atau hidup baru? Dengan iman, kita datang pada Tuhan, kita menerima anugerah, kita diberi hidup baru yang menjadi pangkalan kita membuahkan perbuatan baik. Jadi, iman mendahului kelakuan, namun iman dan perbuatan harus sinkron. Kalau seseorang hanya beriman tapi tidak berkelakuan. Itu tandanya imannya palsu, mati. Karena iman dan kelakuan harus nyata sebagai satu kesaksian yang utuh: di dalam diri kita ada iman, di luar diri kita ada kelakuan. Iman adalah fondasi, kelakuan adalah buah. Waktu sebatang pohon berbuah, menandakan pohon itu masih hidup.
Kalau anda naik eskalator di hotel Grand Hyatt, kau akan melihat dua batang pohon yang bagus sekali. Perhatikan: pohonnya asli tapi daunnya palsu. Indahkah pohon itu? Indah. Apakah pohon itu cukup berseni? Ya. Tapi ada satu hal: tak mungkin berbuah. Waktu saya membeli rumah, di halaman belakang rumah saya terdapat sebatang pohon mangga, di tahun-tahun pertama dia tak menghasilkan buah, sampai tahun ke 4, mulai menghasilkan mangga yang kecil dan masam. Tapi sekarang, setelah hampir 20 tahun, mangga yang dihasilkan pohon itu manis luar biasa. Itulah sola gratia. Maka pohon yang hidup adalah pohon yang berbuah, sementara pohon yang sudah mati tak bisa berbuah.Maka buah adalah tanda:
1.hidup. Kalau kau berbuah, kau adalah orang Kristen yang hidup. Karena jika di dalam dirimu tidak ada hidup, tidak akan menghasilkan buah yang nampak dari luar. Seperti dikatakan disini; iman tanpa kelakuan mati adanya. 2. jenis pohon yang ditanam, pohon mangga tak mungkin berbuahkan semangka, pohon pepaya tak mungkin berbuah durian. Buah durian keluar dari pohon durian, buah mangga keluar dari pohon mangga. Inilah dalil yang tidak berubah.3.bukti dari kualitas hidupnya. Hidup yang berlimpah, dibuktikan dari banyaknya buah yang dia hasilkan, dan rasa buahnyapun manis. Yesus berkata: Anak Manusia datang untuk memberi hidup bahkan hidup yang berkelimpahan (Yoh. 10:10). Hidup yang berkelimpahan itu hidup, hidup yang miskin juga hidup bukan? Apa bedanya? Yang saya maksudkan tentu bukan soal uang, melainkan soal kaya iman atau miskin iman, kaya kasih atau miskin kasih, kaya pengertiannya akan kebenaran atau miskin pengertiannya akan kebenaran, kaya pengharapan atau miskin pengharapan. Apa pengertianmu terhadap kebenaran begitu miskin, sampai tidak mengerti hal-hal penting di Alkitab. Apa imanmu begitu miskin, hingga kau selalu merasa takut. Karena dimana ada iman, disitu tidak ada ketakutan. Dimana ada iman, disitu kau melihat kemungkinan-kemungkinan yang masih berupa potensi; masih tersembunyi. Dimana ada iman, disitu kita melihat Allah yang berjanji adalah Allah yang tidak pernah berbohong, yang pasti akan menepati janjiNya.
Iman yang berlimpah berasal darimana? Terus mendengar, mengerti, menerima dan melaksanakan Firman. Semua pengharapan, janji, tersimpan dalam Firman, maka lewat Firman dan janji yang Dia berikan, kita menikmati Tuhan. Apa tujuan utama dari hidup manusia? Filsuf-filsuf sepanjang sejarah memberikan tekanan-tekanan yang berbeda, namun Reformed Theology memberitahu kita: tujuan utama dari hidup manusia adalah : to glorify God and to enjoy Him, jadi ada dua aspek: to glorify God and to enjoy Him. Siapa yang merasa menikmati Tuhan dalam hidupnya, coba acungkan tangan. Sedikit sekali: mungkin hanya 1%. Padahal kalau kau ditanya, adakah kau menikmati kotbah yang kau dengar, menikmati saat memuji Tuhan? Kau tentu akan jawab: Ya. Itulah to enjoy God. Allah adalah sumber kekayaan dari rohani kita, sumber kebenaran bahkan dirinya kebenaran.
Pada waktu saya mendengar kebenaran; Firman Tuhan, mengerti adanya pengharapan, saya merasa senang. Itu juga termasuk menikmati Tuhan –menganggap beriman pada Tuhan, menerima janjiNya, karuniaNya adalah satu kebahagiaan. Bukan saja demikian, setiap saat kita menghirup udara, siapa sih yang menyaring oksigen? Tuhan. Jadi,we are enjoying God every minutes, every second, every moment, Amin? Puji Tuhan, semua binatang yang bersayap, tubuhnya kecil; nyamuk, lalat, burung,….. Tapi semua binatang yang bertubuh besar: gajah, sapi….. Tidak bersayap. Kalau tidak setiap hari kita hanya direpotkan saat mengganti genteng rumah kita. Saya yakin, kalau kau tidak pernah bersyukur untuk hal-hal seperti itu bukan? Padahal, ada begitu banyak perkara indah yang perlu kita syukuri. Maka kunci dari menikmati atau tidak menikmati Tuhan: adakah kau menghargai anugerah yang Tuhan berikan padamu. To enjoy God and to glorify God akan membuat hidup kita seimbang, penuh dengan sukacita.
Biarlah kita yang sudah mengenal Tuhan, menikmati diriNya, iman menyatukan kita dengan Tuhan, membuat kita bisa selalu menikmati Tuhan, dan rohani kitapun berlimpah, bahkan, sampai luber, menjadi berkat bagi orang. Mengapa ada orang yang pernah miskin lebih mudah memahami orang miskin? Karena dia pernah mengalami. Maka ada kalanya Tuhan mengizinkan kita, mengalami kesusahan, untuk mengingatkan kita, hidup kita bukan laut mati, harus menjadi berkat bagi orang. Ada 2 macam orang melayani Tuhan: karena penuh dan meluber keluar atau karena bocor. Saya bersyukur pada Tuhan, karena tahun ini pengunjung mimbar ekspositori baik di Singapura, Kuala Lumpur, Hongkong maupun Taiwan terus bertambah, padahal mimbar ini memasuki tahun yang ke-6, karena saya bukan membor di bawah, melainkan penuh dari atas, terus merenungkan Firman Tuhan, terus diisi, enjoy God, lalu the abandonness of lifemengalir, menjadi berkat bagi orang.
Kiranya Tuhan menjadikan hidup kita hidup yang berkelimpahan, bisa terus menerus menjadi berkat bagi orang, bukan hidup yang miskin, hanya mengisi kebutuhan diri saja. Iman dan kelakuan adalah satu kesatuan, iman itu internal, menyangkut hidup kita, kelakuan itu eksternal, menyangkut kehidupan kita di luar.Ay.18, Paulus menuliskan di surat Korintus, kita bukan hidup berdasarkan hal yang nampak, melainkan iman yang invisible(tidak nampak). Tapi Yakobus, sengaja mengkonfrontasikan keduanya, imanmu yang tidak kulihat dan kelakuanku yang bisa kau lihat.
Apa maksudnya? Allah tahu akan imanmu yang tak dilihat orang, tapi manusia tak mungkin melihat imanmu yang tak nampak, maka kita tidak bisa hanya hidup dengan iman, tidak menyatakan lewat kelakuan. Karena kelakuan yang didasari iman itu hidup adanya, tapi iman yang tidak membuahkan kelakuan itu mati adanya –konklusi Yakobus. Kiranya Tuhan memberi kita kekuatan, agar komunitas menyaksikan hidup kita: orang-orang yang beriman adalah hidup yang berbuah. Yakobus menyambungnya dengan sesuatu yang tak pernah muncul di bagian lain di Kitab Suci: kau percaya Allah itu satu (istilah teologisnya: monoteisme)? Percayamu itu betul. Lalu Yakobus mulai menyindir: iman monoteismu tidak menjamin kau memiliki hidup baru. Karena setan-setanpun percaya Allah ada. Inilah satu-satunya ayat yang memberitahu kita, setan bukan ateis, dia membuat teori ateis hanya untuk membodohi, menipu manusia. Sebenarnya setan bukan Ateis, Panteis, melainkan Monoteis, maksudnya: setan punya doktrin yang benar: percaya Allah itu esa. Kalau begitu, apa bedanya kita dengan setan? Kita berkata: aku menikmati Allah, tapi setan berkata: aku gentar padaNya. Mengapa? Karena iman setan adalah: faith without grace, faith without salvation, faith without promise, iman setan iman setan hanya berhenti pada pengetahuan kognitif, sementara iman Kristen yang sejati, seperti yang dilukiskan Martin Luther: faith is the acceptance of acceptance, aku menerima fakta, bahwa Allah sudah menerimaku. Mengapa Tuhan menerimaku, apakah karena aku baik? Tidak, aku tidak cukup baik, aku najis, tak mungkin masuk sorga, tapi kata Tuhan: aku menerimamu. Mengapa Tuhan menerima? Karena Tuhan mencintaimu, telah mengikat janji denganmu. AnakNya Yesus Kristus telah mati bagiku. Jadi, bukan berdasarkan kelayakanku, melainkan berdasarkan anugerahNya dan janjiNya. Itulah bagian yang tidak setan miliki, maka jangan kau mempersamakan dirimu dengan setan atau dengan mereka yang tidak berbagian di dalam janji dan anugerahNya. Karena Tuhan sudah berjanji, janji itu adalah mutlak setia, jujur, kekal, tidak berubah sampai selama-lamanya, keempat hal yang bisa kita pegang dengan teguh. Karena setiap orang yang beriman disebut sebagai anak-anak Abraham yang beroleh anugerahNya; hidup baru dan yang menyatakan hidup baru itu dalam perbuatan bajik, membagi-bagikan anugerah yang kita nikmati pada orang.
Puji Tuhan! Kita hidup di dalam kemenangan, keperkasaan, pengharapan, dinamika yang tidak bisa digoncang oleh siapapun. Karena kita adalah anak-anak Allah, kita memperoleh janji yang akan Dia genapkan pada hari Kristus datang kembali.
IMAN DAN PERBUATAN (YAKOBUS 2:13-26)– Bagian 3
2:19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. 2:20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? 2:21 Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? 2:22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. 2:23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah." 2:24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. 2:25 Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? 2:26 Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.
Hari ini saya sangat bersukacita, karena masalah kemana kita harus menyalurkan dana bantuan kepada para korban bencana tsunami sudah dijawab oleh Tuhan. Itulah cara kerja kita: bukan merencanakan sesuatu yang besar dengan cara manusia, melainkan menunggu Tuhan. Karena gerakan untuk jangan begitu cepat menyalurkan dana begitu jelas, maka kita menunda sampai akhir Januari baru bertindak. Jadi, kita bukan melakukannya seturut dorongan emosi, mau cepat-cepat dapat nama, melainkan melakukannya dengan stabil. Karena uang bukan kita dapatkan dengan gampang, apalagi jemaat yang kurang mampu, maka kita tidak menyerahkannya pada orang yang serakah, yang munafik.
Saya ingin membagikan satu prinsip hidup: memakai sesedikit mungkin uang, tapi mendatangkan hasil yang maksimal. Memakai karunia yang Tuhan beri semaksimal mungkin dalam pelayanan, agar Tuhan dimuliakan semaksimal mungkin. Memakai waktu yang sesedikit mungkin guna melaksanakan rencana Allah di dalam kekekalan yang bermutu, yang tak mungkin digeser oleh sejarah.Maka saat saya mengerjakan sesuatu, tangan kanan dan tangan kiri melakukannya secara bergantian, hingga saya bisa mengerjakannya selama berjam-jam tanpa perlu berhenti, sampai pekerjaan itu selesai.
Seumur hidup ini, I squeeze myself, memeras otak, tenaga, uang, waktu, bakat, karunia…..yang saya miliki. Sekarang saya juga mengajak seluruh jemaat memeras uang, waktu, bakat…. Yang Tuhan anugerahkan pada kita. Mengapa ada orang yang baru terkena gigitan nyamuk saja sudah marah-marah, sedikit turun hujan sudah enggan berjalan? Karena waktu kecilnya terlalu dimanja. Saat kau berenang, hidungmu kemasukan sedikit air saja sudah susah bukan kepalang, apa jadinya kalau mengalami hal yang diuraikan oleh dr. Stephanie Pangau tadi: menderita sakit karena lumpur masuk ke bagian sinus, rongga kepala? Biarlah apa yang baru kita dengar tadi, membuahkan pertobatan dalam hidup kita, tidak lagi selalu merasa tidak puas akan semua hal yang kau alami, baru menghadapi sedikit masalah saja sudah trauma, stress, hampir gila. Karena inilah tanda-tanda seseorang yang tidak memahami anugerah, selalu membanding-bandingkan diri dengan orang yang lebih kaya dan mengeluh pada Tuhan: mengapa Kau tidak memberiku kekayaan. Atau membanding-bandingkan diri dengan orang yang lebih sehat, lalu bersungut-sungut pada Tuhan, mengapa Kau biarkan aku sakit.
Ketahuilah: kita tidak punya hak menuntut apapun dari Tuhan, sebaliknya Dia justru punya hak untuk menunda bahkan tidak memberi uang, waktu, kesehatan…. anugerah apapun pada kita. Karena yang patut kita terima dari Tuhan hanyalah binasa. Kalau kenyataannya, kita bukan saja tidak dibinasakan, malah diberi anugerah dariNya, kita patut memuji pada Dia; Soli Deo Gloria --terapi yang berbeda dengan terapi psikologi sekular, terapi yang didasarkan atas Firman Tuhan. Berbahagialah orang yang memahami anugerahNya.
Banyak kali, kita mengalami stress, sebab kita punya segudang ketidakpuasan yang sama sekali tidak masuk akal. Saya sangat tertarik akan dialog Allah dengan Yunus: “apakah masuk akal kalau kau begitu marah padaKu” jawab Yunus, “saya marah sampai matipun masuk akal”. Kalau Tuhan mau, Dia bisa saja meremas Yunus semudah kita membunuh semut, tapi Dia begitu humor, begitu penuh kasih. Dia melihat Yunus berteduh di bawah pohon yang rindah, maka malam itu, Dia mengirim seekor ulat untuk menggunduli pohon itu. Keesokan paginya, Yunus menemukan pohon itu gundul, dia jadi semakin marah, Tuhan bertanya padanya “untuk apa kau marah, kau tidak ikut menanamnya, hanya berteduh di bawahnya karena anugerahKu, tapi saat dia gundul kau merasa sedih karenanya, karena kau menyayanginya. Bagaimana dengan 120.000 anak-anak di kota Niniwe, yang tidak bisa membedakan tangan kanan dan tangan kiri, tidakkah Aku menyayangi mereka? Dialog Alkitab itu stop sampai disana. Bertobatlah kamu yang selalu merasa tidak puas. Jangan tunggu bencana besar seperti tsunami menimpa, barulah kau sadar, dulu kau pernah dicinta Tuhan, pernah menikmati sejahtera, bahagia besar.
Sejak usia 22 tahun, saya selalu berpikir, kalau suatu saat dokter memvonis hidup saya hanya sisa dua bulan saja, bagaimana reaksiku? Karena saat itu saya sakit-sakitan, sampai perlu membawa bantal ke ruang kuliah di SAAT (Seminari Alkitab Asia Tenggara). Begitu juga dengan beberapa tahun terakhir, saya batuk-batuk begitu rupa, tetapi saya kotbah terus, akhirnya Tuhan menyembuhkan saya lewat seorang dokter yang menemukan pemicu batuk saya: salah satu jenis obat yang saya minum, maka setelah obat itu dihentikan, batukpun mulai reda. Heran sekali! Saya tidak pernah minta Tuhan memberi kesehatan, sejahtera, kaya, uang,….. Hanya minta Kerajaan Tuhan, Injil dikabarkan dengan cepat, lebih banyak orang cinta Tuhan. Tentu bukan maksud saya mengatakan, kita tidak boleh berdoa untuk hal-hal itu, tapi saya ingin menyaksikan penyakit lever yang sudah saya idap 20 tahun bukan saja tidak berkembang ke arah sirosis, malah sembuh total. Karena saya berada di dalam tangan Tuhan yang tidak pernah salah, itu sebabnya saat penyakit, bahaya, kesulitan datang menyerang, saat saya ditolak, dikutuk, saya tetap bisa memuji Tuhan. Tuhan tidak pernah merugikan orang-orang yang betul-betul mencintai Dia. Amin? Saya sempat berpikir: kalau dokter menvonis hidup saya, sehingga sisa dua bulan lagi, saya tidak akan masuk rumah sakit, melainkan membeli traktat sebanyak mungkin, menginjili di jalan-jalan, sampai kematian menjemput. Itulah jiwa saya yang betul-betul mau melayani Tuhan, dan Tuhan memakai saya sampai hari ini, puji Tuhan! Masih bisa hidup berapa lama? Saya tidak tahu. Yang saya tahu hanyalah: hari dimana saya masih diijinkan hidup, hanya akan melayani Tuhan, memuliakan Dia.Yakobus 2: 19-26.
Di surat Roma terdapat dua jenis istilah dosa: 1. dosa-dosa (plural/jamak) 2.dosa (singular/tunggal). Apa bedanya dosa dalamsingular form dan plural form? Paulus mengisyaratkan pada kita adanya arti khusus yang jauh lebih dalam dari sekedar harafiah. Kapan istilah dosa muncul dalam bentuk plural? Di ps.1-4, ps. 9-16, sementara istilah dosa dalam bentuk singular muncul di ps. 5-8, dimana Paulus mempersonifikasikan dosa sebagai satu pribadi. Sebenarnya, dosa bukanlah satu pribadi atau hidup yang Tuhan cipta, tapi dosa punya kekuatan, kemauan, kuasa membelenggu manusia, layaknya satu pribadi. Contoh: pemerintah adalah sekelompok orang yang diberi mandat oleh MPR yang dipilih oleh rakyat, untuk mengatur seluruh warga yang tinggal di negara itu. Jadi, pemerintah sebenarnya bukanlah satu pribadi melainkan satu organisasi, tapi tatkala kita mengomentari pemerintah, kita berkata, pemerintah ini mengatur negara ini dengan baik, seolah-olah kita memandangnya sebagai satu pribadi.
Begitu juga saat Paulus berkata: upah dosa adalah maut atau dosa memberi kita upah: maut, dia mempersonifikasikan dosa. Pengertian dosa dalam bentuk singular dan plural ini mencelikkan mata kita, melihat akan kuasa yang mencengkeram, yang ada di balik kelakuan-kelakuan kita, maka Paulus menggambarkannya dalam bentuk plural form; perbuatan-perbuatan, yang didasarkan pada iman(bentuk singular). Kita sudah membahas perbedaan antar teologi Paulus dan teologi Yakobus: Paulus berbicara tentang justified through faith(bukan justified by faith, karena bahasa Gerika-nya; dibenarkan melalui iman, bentuk singular), tapi menurut Yakobus, kita dibenarkan lewat perbuatan-perbuatan (bentuk plural).
Maka kita, orang Kristen dibenarkan dalam dua aspek: 1. Allah memberi status orang benar pada orang yang beriman padaNya. 2. Mempersiapkan dia melakukan perbuatan-perbuatan bajik, yang dapat disaksikan oleh sesamanya. Maka bagi Paulus, dibenarkan lewat iman itu dibenarkan oleh Allah, sementara bagi Yakobus dibenarkan lewat perbuatan-perbuatan itu dibenarkan oleh manusia. Kedua konsep itu bukan untuk diadu, melainkan disinkronkan lewat satu pengertian yang utuh: iman berada di dalam, sedangkan perbuatan berada di luar, iman ditujukan pada Allah, perbuatan ditujukan pada manusia. Yakobus menegaskan, orang yang hanya punya iman kepercayaan, tapi tidak punya kelakuan, imannya itu palsu. Demikian juga mereka yang berharap bisa menukar kelakuan baiknya dengan keselamatan dari Tuhan, hanyalah khayalan agama yang nihil. Orang Yahudi berpikir, saya melakukan Taurat, perbuatan-perbuatan saya cukup baik, maka saya bisa diterima oleh Allah, tapi kata Allah: Tidak! Tak seorangpun berbuat baik. Apakah maksud Allah, sama sekali tidak ada perbuatan baik di dunia? Bukan, yang Allah maksudkan adalah: tidak ada perbuatan baik yang sesuai dengan standarNya: di mata Allah, tak seorangpun cukup syarat, diselamatkan hanya dengan melakukan Taurat. Lalu siapa yang diselamatkan? Orang yang tak mungkin diperkenan oleh Allah lewat Taurat, tapi mau beriman pada Yesus Kristus. Karena Yesus Kristus-lah yang menggenapkan Taurat, mengalahkan kutukan Taurat, jadi hanya Dia yang sanggup membebaskan kita dari jerat Taurat, Dialah Juruselamat kita. Inilah yang Paulus tuliskan di surat Galatia: orang yang tak mungkin diselamatkan lewat Taurat, mau menerima Kristus lewat iman, penerimaan atas penerimaan itulah yang menyelamatkannya. Jadi, bagaimana dengan kita? Menyatakan iman yang benar. Bagaimana menyatakan iman kita itu benar? Lewat kelakuan yang dilihat oleh sesama, mereka mengakui bahwa kita sudah dibenarkan. Yakobus mengingatkan: are you monotheist: believe that only one God? Your faith is right, your doctrine is sound.
Semua hal yang kau pelajari di sekolah Teologi Reformed itu betul, tapi tak ada gunanya, kalau imanmu hanya berhenti pada doktrin saja. Nyatanya, kalimat percaya pada Allah yang Esa ternyata tidak mudah dimengerti, orang Israel perlu melewati ribuan tahun baru memahaminya. Seseorang yang berhasil meraih gelar Phd. dari Cambridge, pernah studi di bawah seorang yang sangat terkenal di Skotlandia, saya pernah mendengar profesornya berkata, he was in my class four years, but he never understand my thinking. Jadi, kalau seorang berkata, saya sudah belajar dari pak Tong, dan saya sudah menjalankannya. Tapi ketika saya lihat, ternyata berbeda dari apa yang saya ajarkan, hanya saja saya tak mau bicara, karena dia hanya memper-alat kalimat saya, tidak menangkap seluruh pengertiannya. Orang Israel tahu ayat yang paling penting, yang disebut syema: hear ye Israel, your God is the only God (Ul.6:4). Itu dari Musa, tapi sampai zaman Yosua, Elia, Elisa, Yesaya, Yeremia, ….. Sudah ribuan tahun, mereka masih saja menyembah Baal, Dagon, Asyitoret….. Dewa-dewa palsu. Kapan mereka mengerti? Setelah mereka dihajar habis-habisan, tanah mereka disita, Bait Allah mereka dibakar, mereka dibuang ke Babilonia selama 70 tahun, barulah mereka mengerti. Jadi, belajar teologi bukanlah masuk ke kelas, memperoleh angka yang tinggi, melainkanknowing God and truly know who He is and worship Him according to the true knowledge. Theology is normalization of abnormal relationship between God, man, universe, animals, angels and spiritual world.
Kau percaya Allah itu satu? Betul, aku memberimu ijazah, tapi setan juga percaya Allah itu satu. Artinya ijazah yang kau miliki sama dengan ijazah yang setan miliki. Hati-hati! Pengertian yang kau miliki sama dengan yang setan miliki: benar. Jadi, setan belum pernah jadi ateis, tapi ateis bisa jadi mirip dengan setan. Satu-satunya ayat yang menyatakan setan itu teis bahkan dia percaya Allah itu satu adalah ayat ini, imannya, doktrinnya betul, tapi dia gentar. Karena apa? Only have true understanding in faith, but without grace, without relationship.
Waktu saya membeli sesuatu di Hongkong, saya menginjili si penjual, katanya: “dulu, saya juga Kristen” “benarkah itu?” “Benar, coba dengar, aku percaya pada Allah, pencipta langit dan bumi,…..” Apakah kau sekarang masih ke gereja? “Tidak”. Dia mengerti semua yang diketahui orang Kristen awam, tapi hatinya tak punya iman yang bersandar ada Tuhan. Kau percaya Allah itu satu? Setan juga percaya, dia sama dengan kamu, doktrinnya benar, pengetahuannya beres, tapi setan gentar. Bagaimana denganmu? Mungkin kau berkata, aku juga takut pada Tuhan. Orang yang takut pada Tuhan tentu juga disertai gentar, tapi dia menerima anugerah Tuhan, itulah yang membuatnya berhenti gentar dan sekarang mulai menikmati Tuhan dan mewujudkan kenikmatan itu dalam kelakuannya. Itu sebabnya, iman tanpa kelakuan mati adanya.
Saya mengakhiri kotbah hari ini dengan satu cerita pendek, seorang ayah mengumpulkan keenam orang anaknya, bertanya pada mereka “apakah pada cinta kamu?” “Cinta” “apakah kalian juga cinta papa?” “Cinta” “Siapa yang paling cinta papa?” Semua anak berebut menjawab “akulah yang paling cinta papa” “aku senang sekali, karena kalian semua cinta aku” Dia sengaja berhenti sebentar setengah menit, lalu sambungnya “aku punya sepucuk surat penting yang harus segera dikirim, siapa yang mau membantu saya mengirimnya?” “yang sulung berkata: saya sedang sibuk belajar”, anak kedua berkata “saya sudah janji dengan teman”, anak ketiga berkata “saya tidak enak badan” ….tadi semuanya mengaku cinta papa, tapi kini, satu persatu anak punya alasan menolak permintaan papanya, hanya si bungsu, dia mengenakan jas hujan, berdiri di dekat pintu sambil berkata “papa, biar saya saja yang mengirim surat itu”.Waktu di luar turun hujan deras, semua kakak-kakaknya menolak, tapi dia siap, siap mengirim surat untuk papanya. Sang ayah kembali mengumpulkan anak-anaknya, katanya “siapa di antara kalian yang cinta papa” Semuanya berebut menjawab “saya, saya”. Tapi katanya “sekarang saya beritahu kalian, anak yang benar-benar cinta papa adalah adik kalian yang bungsu, yang baru berumur 6 tahun, karena dia tidak banyak bicara, tapi dia siap untuk memenuhi permintaanku”.
Kiranya Tuhan menempelak, menerangi hati kita, barangsiapa menjalankan perintahNya, mengasihi sesama, berperilaku baik, mengabarkan Injil, dialah orang yang mencintai Tuhan. Iman tanpa perbuatan mati adanya, mari kita mengaku dosa di hadapan Tuhan, berjanji menjadi orang yang berkelakuan baik.
IMAN DAN PERBUATAN (YAKOBUS 2:13-26) – Bagian 4
2:22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.2:23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah."2:24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.2:25 Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?2:26 Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.
Minggu lalu kita sudah membahas iman tanpa perbuatan tidaklah sempurna. Di bagian ini, Yakobus menyatakan dengan jelas; kita tidak menginginkan iman dan perbuatan berjalan sendiri-sendiri, iman perlu disempurnakan lewat perbuatan, karena perbuatan adalah bukti bahwa imannya itu benar. Teologi Paulus dan teologi Yakobus tidak bertentangan, karena mereka berdua sama-sama percaya: 1. keselamatan hanya ada di dalam Kristus. 2. iman yang sejati pasti terpancar lewat kehidupannya. 3. sesama kita pasti membenarkan bahwa kita sudah dibenarkan oleh Tuhan. Maka Yakobus mengajak kita membuktikan iman lewat perbuatan (ay.26), membuktikan bahwa peta teladan Allah yang ada di dalam kita telahrenewed through transformation. Kita pernah membahas, Paulus mempersonifikasikan dosa secara literatur, untuk menggambarkan keadaan kita sebelum menerima Kristus, dosa bagai satu pribadi yang menguasai kita, mengakibatkan kita melakukan dosa-dosa. Tapi setelah kita deselamatkan, kita mengalami perubahan besar: konsep kita berubah, karena kebenaran Tuhan menguduskannya. Emosi kita berubah, karena kasih Allah menguduskannya. Kehendak kita berubah, karena kita mengikuti kehendak Allah, artinya seluruh pribadi kita: keputusan kita, niat kita didasarkan atas kehendak Tuhan yang bekerja di dalam kita (Fil. 2:11).
Saat kita berbicara tentang iman, seringkali kita berhenti pada pengertian dan pengakuan rasio, itu bukan iman. Saat Indonesia mengategorikan orang yang tidak beragama sebagai komunis, pemberontak, lalu ditangkap dan dipenjarakan. Maka secara mendadak, semua pelajar di Indonesia harus menerima pendidikan agama, bahkan kalau pelajaran agamanya tidak lulus, dia harus tinggal kelas. Inikah cara terbaik untuk memaksa orang beragama? Tidak, Agama adalah agama, jikalau didasarkan atas kesadaran iman dan kerelaan dirinya: tanpa paksaan. Sebagai akibatnya: banyak murid yang mengantongi nilai tinggi untuk pelajaran agamanya, tapi sama sekali tidak beriman. Karena guru yang mengajar bukanlah orang beriman, melainkan orang yang berpengetahuan agama, sementara murid belajar agama bukan karena mau mengerti Firman melainkan karena diharuskan. Sama persis dengan dua peristiwa di sejarah:
1. abad ke-4, KaisarConstantine mengumumkan dirinya percaya Yesus Kristus, agama Kristen diadopsi sebagai agama Kerajaan Romawi, orang berbondong-bondong menjadi Kristen, kekristenan bertambah pesat secara kuantitas, tapi kualitas gereja justru merosot drastis. Jadi, saat agama dianiaya, iman justru bertumbuh, tapi saat agama diberi fasilitas, hak istimewa, justru akan hancur dari dalam. Itulah sebabnya, saat orang Kristen minoritas, iman dan substansi agamanya dianiaya, kita tak perlu takut, karena Tuhan tak pernah meninggalkan anak-anakNya.
2. George W.Hegel adalah seorang yang pikirannya begitu cemerlang, dia mengembangkan German Idealism yang dimulai dari Immanuel Kant, Fichte, Schelling sampai pada puncaknya, membahas sejarah dunia dengan tesis dilawan dengan antitesis, menghasilkan sintesis yang bisa dijadikan tesis baru untuk tahap kedua, guna memancing antitesis, melahirkan sintesis…… Begitulah spirit mutlak (istilah yang dia pakai untuk menggantikan Allah di dalam agama) di dalam alam, yang mendorong terjadinya evolusi secara ide bukan secara biologis. Pada saat Kaisar mengharuskan semua sekolah di Jerman mengajarkan Heigelisme, dari mana sekolah mendapatkan guru yang bisa mengajar Heigelisme? Setiap orang membaca dan mengajar dengan sembarangan, akibatnya Hegelianisme hancur dalam satu generasi.
Peristiwa di sejarah itu memberi pengajaran penting pada kita, agama tidak bisa dipaksa, perlu diberi pengertian sampai seseorang sadar, berinisiatif untuk bertumbuh. Apa hubungan iman dengan kelakuan? Jika kau punya iman yang sejati, tentu kau akan mewujudkannya dalam kelakuanmu. Kapan kita tahu iman seseorang sejati atau tidak? Saat dia dituntut untuk melakukan apa yang dia imani. Maka kelakuan adalah batu penguji yang paling bisa dipercaya. Di dalam hal iman, kaum Injili hanya mengenal dua hal: trust, obey –trust pada Allah, obey menyatakan dirinya sungguh-sungguh beriman. Tapi apakah cukup hanya trust and obey saja? Tidak! Itu sebabnya, teologi Reformed menekankan: Firman, Iman berasal dari mana? Firman. Apa yang kita pakai sebagai petunjuk kelakuan? Firman. Jadi, mengerti Firman adalah dasar kita beriman dan berkelakuan. Maka bagi saya, iman adalah trust, understand and obey. Paulus berkata, I know whom I believe. Yesus berkata, Aku akan pergi, dan Roh Kudus akan turun. Roh Kudus akan mengingatkanmu akan apa yang pernah Kukatakan kepadamu, karena Dia adalah Spirit of the Truth.
Roh kebenaran akan mencerahkan pikiran kita, membimbing kita mengerti kebenaran. Itu sebabnya, GRII menekankan Firman dan Firman. Karena mengerti Firman adalah dasar iman dan perbuatan kita. Kelemahannya, kita lebih banyak tahu ketimbang melakukan. Karena mentransfer pengetahuan mudah, tapi melaksanakannya susah luar biasa. Apakah Abraham itu bapak iman kita? Ya. Tapi mengapa tidak ada orang yang sejak awal siap patuh pada Tuhan, saat Tuhan memberinya perintah: tinggalkan rumahmu, bangsamu, pergi ke tempat yang untuk sementara tidak Kuberitahukan padamu. Pimpinan Tuhan selalu membiarkan unknown future untuk menguji iman kita.
Kemarin saya mengatakan kepada para hamba Tuhan dan majelis, jangan over-confidence! Karenaover-confidence, mengakibatkan miss-calculate, miss-estimate, miss-locate…. Semua hal yang salah. Karena saat kita melayani Tuhan, Dia selalu menyimpan sebagian, tidak memberitahu kita semuanya. Dia tidak memberitahu Paulus, Abraham,…. Nasib mereka akan seperti apa, hanya memberikan janjiNya di dalam Kristus, kelak akan bersama denganNya di sorga.
Setelah Abraham mendengar perintah Allah, dia segera meninggalkan rumahnya, sanak keluarganya dan mengikut Tuhan. Padahal menurut penelitian arkeolog, rumah orang-orang kaya di Ur, paling sedikit mempunyai 65 buah kamar. Tapi Abraham, sejak meninggalkan Ur pada waktu dia berusia 75 tahun sampai dia mati pada usia 175 tahun, selama 100 tahun, dia tidak tinggal di rumah melainkan tinggal di tenda. Itulah iman, iman dinyatakan lewat ketaatan, kelakuan yang nyata.
Selama perjalanan pelayanan saya, berkali-kali saya menemui kesulitan, tapi saat pimpinan Tuhan begitu jelas, maka saya melangkah. Waktu saya tahu pimpinan Tuhan untuk memulai gerakan Reformed dari nol di zaman ini. Karena ajaran kekristenan sudah dibuat simpang siur begitu rupa oleh orang-orang yang mengaku hamba Tuhan, mengacaukan pikiran anak-anak Tuhan, sayapun memulainya dari nol, tidak ada yang membiayai hidup saya, saya harus pindah dari Malang ke Jakarta. Apakah saya punya rumah di Jakarta? Tidak! Apa yang saya miliki? Iman, mengerti dan ketaatan; iman dinyatakan dalam perbuatan. Apakah gampang untuk mengikuti pemimpin seperti ini? Tidak gampang.Di bagian ini, Yakobus tidak mengambil puluhan contoh dari Perjanjian Lama, dia hanya mengambil dua contoh: Abraham yang begitu luhur, terhormat dan Rahab, pelacur yang begitu hina. Dia menyejajarkan Abraham dan Rahab, aneh bukan?
Banyak orang Kristen mengerti sifat manusia hanya dari lahiriahnya, keberhasilannya, tapi Alkitab mencatat, Abraham diperbolehkan menjadi nenek moyang Yesus, Rahab juga diperbolehkan menjadi nenek moyang Yesus. Jadi, jangan bawa latar belakangmu masuk ke gereja, apalagi ingin menjadi boss disana. Karena prinsip Alkitab begitu jelas, bukan soal kaya, miskin, berpangkat tinggi… mereka diterima, karena Yesus mati bagi mereka, Amin? Maka orang kaya jangan sombong, orang yang miskin jangan minder, sebaliknya orang yang miskin jangan sombong, orang kaya juga jangan minder. Mana ada orang kaya yang minder? Ada, mereka dibuat minder oleh orang miskin yang galak. Karena bukan semua orang miskin minder, rendah hati, ada orang miskin yang galak luar biasa. Tidak semua orang kaya sombong. Maka Alkitab tidak membela siapa-siapa, kalau membela, adalah karena kebenaran bukan karena miskin. Ada sebagian orang yang menjadi miskin karena malas, ada sebagian orang menjadi kaya karena bermain curang. Tuhan tidak membedakan anak-anakNya berdasarkan status sosialnya, kita juga tidak boleh saling menghina, membenci, iri atau dengki.
Pada umumnya, kita merasa senang, kalau anak kita mendapatkan jodoh dari keluarga yang baik, tapi Tuhan memperbolehkan Boas menikahi Rut yang berasal dari suku Moab (suku yang dikutuk sampai 10 generasi tidak boleh masuk ke bait Allah), Rut menjadi salah seorang perempuan yang paling baik di sepanjang sejarah. Yakobus mengambil Abraham yang paling hormat, paling kesohor, dan Rut yang paling dihina, dikutuk oleh masyarakat sebagai contoh dari orang beriman yang berkelakuan baik.
Kapan Abraham menyatakan ketaatanNya? Saat dia dipanggil, dan dia mempersembahkan anak tunggalNya. Beriman di mulut itu gampang sekali, tapi waktu mau menjalankan susah sekali. “Kau beriman? Sembelih dan korbankan anakmu dengan tanganmu sendiri” Pada saat Abraham menghunus pisau mau membunuh anaknya. Tuhan berkata, stop. Aku sudah melihat imanmu, menyediakan domba untuk menggantikan anakmu.
Seseorang suka menyambut saya tinggal di rumahnya, tapi saat Tuhan memanggil anaknya menjadi hamba Tuhan, dia marah. Itu membuktikan hormatnya pada hamba Tuhan punya motivasi lain. Akhirnya terbukti, orang memberitahu saya, dia suka menyambutmu tinggal di rumahnya, karena dia percaya tahayul, kalau hamba Tuhan tinggal di rumahnya, dia bisa lebih cepat kaya. Tidak demikian dengan Abraham, dia betul-betul jujur, what he believed he did it. Bagaimana dengan Rahab yang adalah pelacur? Kita tak boleh sembarangan menghina pelacur, ada pelacur yang jahat, ada juga yang bertobat. Setelah dia bertobat, kerohaniannya mungkin lebih baik dari orang Kristen biasa, karena dia pernah tahu apa itu dosa. Menurut legenda, salah seorang dari kedua pengintai yang ditolong oleh Rahab itu menikah dengan Rahab, melahirkan keturunan, keturunan…..menjadi leluhur Yesus Kristus. Rahab adalah seorang yang beriman, dia melacur tapi dia tahu dunia sudah begitu bobrok, tapi Tuhan mengangkat dia menjadi nenek moyang Yesus Kristus. Karena apa? Dia beriman. Dan iman perlu membayar harga: dia beriman pada Tuhan lewat berita yang disampaikan oleh kedua pengintai itu, maka stop dari ikut binasa bersama dengan bangsanya, percaya adanya keselamatan. Dia membuktikan imannya dengan menolong dua pengintai yang dikejar oleh bangsanya; membuktikan imannya dengan kelakuan.
Maka kata Yakobus: iman tanpa kelakuan mati adanya. Kelakuan bukan menunggu segalanya sudah beres, melainkan harus taat, berani jump or leap into the vacuum, emptiness, karena percaya, tangan yang tak nampak menanti kita di sana. Filsafat Kierkegaard menyebutnya sebagai leap of faith, saya mengartikannya sebagai action of obedience, jump into emptiness. Contoh: kalau kau bersepeda di atas balok dari sebuah rumah yang runcing, kau tidak punya pilihan lain; hanya bisa maju dengan penuh konsentrasi, memegang sepeda itu erat-erat, agar tidak goyah ke kanan atau kekiri, sampai di satu titik puncak atap itu kau harus berhenti, selanjutnya kemana? Itulah yang disebut lompatan iman. Saat Tuhan membuat kau berada di dalam situasi seperti itu, kau tidak punya pilihan lain, upayamu, akalmu sudah habis, bahkan kau sudah berada di Omega point; titik akhir yang begitu terbatas. Kata Tuhan, maju! Itu artinya: terjun, menyatakan: membuktikan iman dengan kelakuan. Meski waktu kau terjun, mungkin kau sempat pikir, atap ini tinggi sekali, tubuhku pasti akan hancur berkeping-keping. Nyatanya justru di saat seperti ini, tangan Tuhan menopangmu. Memang tidak gampang, kadang Tuhan membiarkanmu mengarah pada titik akhr dari keterbatasanmu, kau tak punya kemungkinan mendapat pertolongan dari sumber manapun, kecuali kau berkata Tuhan aku menyerah. Maka di antara kelakuan itu butuh pengertian I know whom I believe. Itulah kesamaan antara Rahab dan Abraham.
PENUTUP: IMAN DAN PERBUATAN (YAKOBUS 2:13-26)
Maka marilah kita bukan melihat latar belakang dan status masyarakat Rahab, melainkan melihat imannya: pada waktu orang Israel mengelilingi kota Yeriko satu kali, dua kali,….. tujuh kali, dan semua sangkakala ditiup, saat itu Rahab tahu, dunia akan hancur, tapi aku bukan milik dunia, aku milik Yehovah, sang Penebus orang Israel. Dia beriman, dan dia menggantung benang merah, tapi dia tidak pergi, tidak lari, dia menunggu di sana, dia taat. Sementara Abraham, persis terbalik: dia taat untuk tinggalkan tempat asalnya. Cara Tuhan memimpin mereka memang berbeda, tapi substansi iman mereka sama: taat. Maka saat seluruh kota Yeriko runtuh, Tuhan memelihara rumah Rahab tidak runtuh.Sebagaimana tubuh tanpa jiwa mati adanya, iman tanpa kelakuan juga mati adanya.
Mari kita berdoa untuk semua kesulitan yang Tuhan ijinkan kita hadapi, kita belajar taat padaNya. IMAN DAN PERBUATAN (YAKOBUS 2:13-26)
Amin.