SEPULUH HUKUM TAURAT

Pdt. DR. Stephen Tong.

SEPULUH HUKUM TAURAT. “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.” (Keluaran 20:3).

SEPULUH HUKUM TAURAT. Selain kekristenan, tidak ada teologi yang memiliki pengertian bahwa kita dicipta oleh Allah, kita dicipta bagi Allah, kita dicipta untuk hidup di hadapan Allah, dan kita dicipta untuk bertanggung jawab kepada Allah. Kita harus hidup bertanggung jawab kepada Allah karena kita dicipta oleh Allah dengan kapasitas yang khusus. Hal ini membuat kita tidak bisa hidup sembarangan. Di mana kita berada, di situ Allah juga berada. Dia mengawasi kita, Dia memperhatikan setiap segi kehidupan kita karena Dialah Pencipta kita.

Seorang filsuf Denmark, Søren Aabye Kierkegaard (5 Mei 1813 – 11 November 1855) mengatakan, “Kita berada untuk sendiri di hadapan Allah”. Seorang pendeta di New York yang berpikir bahwa jemaatnya bodoh dan tidak mengetahui apa-apa, berkhotbah secara sembarangan. Tetapi ketika kemudian ia melihat seorang theolog yang mahir datang dan ikut di dalam kebaktiannya, maka khotbahnya langsung berubah. Ia menjadi begitu berhati-hati dan bersemangat. Jadi, apakah pendeta ini berkhotbah di hadapan Allah atau di hadapan manusia? Di sini kita melihat bahwa pendeta ini bukan berkhotbah di hadapan Allah dan bertanggung jawab kepada Allah. Ia hanya berkhotbah di hadapan manusia dan berusaha menyenangkan manusia. Sejak jemaatnya mengetahui sikap pendeta ini, mereka tidak lagi menghargai pendeta ini. Mereka melihat bahwa pendeta ini tidak setia di hadapan Tuhan.
SEPULUH HUKUM TAURAT
gadget, bisnis, asuransi
Ada sebuah tayangan DVD yang sangat mengejutkan saya. Pada suatu saat, Berlin Philharmonic Orchestra – satu dari dua orkestra terbaik di dunia – sedang berlatih sebelum pementasan dengan begitu seriusnya. Seorang wartawan mencoba mencari tahu mengapa mereka berlatih sedemikian serius. Ternyata karena Wilhelm Furtwängler – dirigen terbesar sebelum Karajan – hadir. Meskipun ia belum memasuki ruangan, mereka sudah berlatih dengan begitu serius. Furtwängler adalah senior dari Karajan. Ketika orang memuji kehebatan Karajan, ia menjawab: “Furtwängler tidak mengatakan demikian kepadaku.“ Furtwängler masih belum puas dengan conducting dari Karajan, muridnya. Mengapa manusia melakukan hal-hal yang tidak beres? Karena dia melihat bahwa tidak ada orang lain di sana. Ketika engkau sadar bahwa Tuhan ada di depanmu maka hidupmu pasti beres. Firman Tuhan mengatakan: “Tidak ada allah lain di hadapan-Ku, dan engkau harus hidup benar di hadapan-Ku.” Orang Kristen harus belajar untuk selalu hidup di hadapan Tuhan dengan benar meski tak seorang pun mengawasi dirinya.

Percaya Allah yang Esa adalah Allah saudara, dan kepada-Nya engkau bertanggung jawab adalah dasar etika manusia. Hukum tak mungkin membuat hidup seseorang menjadi beres, selama engkau belum mengerti butir yang amat penting ini. Oleh karena itu, percaya Allah tidak ada, sepertinya lebih nyaman ketimbang percaya ada Allah; percaya ada banyak allah, sepertinya lebih nyaman ketimbang percaya Allah yang Esa; percaya Allah ada tetapi berada nun jauh di sana, jauh lebih nyaman daripada percaya Allah senantiasa dekat dan memperhatikan kita. Inilah empat hal yang menjadikan manusia sulit untuk mempercayai Allah ada, yaitu: 1) Atheisme 2) Politheisme 3) Deisme, dan 4) Hidup tanpa tanggung jawab di hadapan Allah. 

Ada sebagian orang yang percaya “tidak ada Allah” sebenarnya percaya bahwa “Allah tidak ada.” Apa bedanya? Tidak ada Allah berarti Atheisme, yaitu menolak keberadaan Allah. Tetapi percaya Allah tidak ada berarti Allah sedang tidak memperhatikan. Sebenarnya pernyataan “Aku percaya tidak ada Allah” adalah pernyataan yang aneh. Jika memang tidak ada Allah, mengapa perlu begitu serius melawan? Juga tidak perlu kita repot-repot percaya. Percaya adalah suatu langkah positif yang tidak perlu diarahkan ke hal yang negatif (tidak percaya). Jika memang tidak ada, tentu kita tidak perlu berteriak untuk tidak mempercayainya. Kita tidak akan berteriak-teriak tidak percaya ada naga. Banyak orang Kristen mengaitkan naga dengan setan. Banyak orang Kristen kemudian menghancurkan semua benda yang bergambar naga, tetapi anehnya dolar Singapura yang ada gambar naganya tidak dibakar atau dirobek, tetapi tetap disimpan. Di sini kita melihat sikap manusia yang dualistik atau bahkan cenderung schizophrenia. Bagaimana dengan mereka yang mengabarkan Injil ke pedalaman Kalimantan? Di sana banyak orang Dayak yang menato tubuhnya dengan gambar naga. Apakah ketika percaya Tuhan Yesus lalu mereka harus dibakar atau dikuliti? Ada satu keluarga didatangi seorang pendeta. Pendeta itu mengatakan bahwa karena ada banyak guci dan piring yang bergambar naga maka ibunya menjadi buta. Kalau semua guci dan piring sudah dihancurkan maka ibunya akan sembuh. Setelah keluarga ini menghancurkan guci-guci dan piring-piring yang sangat mahal harganya, ternyata ibunya tetap buta, dan pendeta itu kabur. Jangan saudara mudah ditipu. Setan yang mau tinggal di dalam guci adalah setan yang bodoh. Setan yang pandai ingin tinggal di dalam hati manusia. Tidak banyak atau bahkan tidak ada orang mau mengadakan seminar ada naga atau tidak. Tetapi banyak seminar membicarakan ada Allah atau tidak. Aneh bukan? Komunisme berusaha meyakinkan dan mendorong orang untuk percaya bahwa Allah tidak ada. Bukankah aneh untuk mendorong orang mempercayai sesuatu yang tidak ada. Mereka berusaha membuktikan Allah tidak ada. Ini sesuatu yang absurd, di mana orang sibuk membuktikan hal yang tidak ada. Kalau memang tidak ada, tentu tidak berguna untuk berusaha keras membuktikan bahwa sesuatu tidak ada. Kalau memang mereka begitu yakin tidak ada Allah, mengapa ada banyak orang yang mengalami anugerah Allah, mengalami bergaul dengan Allah, mengalami firman Tuhan, dan mengalami pimpinan-Nya yang sangat konkret? Orang atheis sebenarnya hanya menipu diri sendiri, lalu menggandeng materialisme, keduanya tak pernah menjadi arus pokok di dalam sejarah manusia, hanya menjadi sub-culture yang akhirnya harus digeser oleh zaman.

Sejak para pluralis Gerika, seperti Heraklitos, Parmenides, sampai Democritus, mereka percaya Allah tidak ada, yang ada hanya materi. Mereka membeda-bedakan berbagai jenis materi, tetapi mereka tidak percaya adanya hal-hal yang rohani atau roh. Seperti para atheis, mereka tidak percaya ada hal-hal di luar hal materi. Tetapi Alkitab tidak pernah memakai presuposisi lain. Allah hanya memproklamirkan diri-Nya. Allah menyatakan diri-Nya dan bagaimana Ia mencipta semua ini (Kejadian 1:1). Orang yang tidak percaya Allah ada, tidak dapat mempertahankan keyakinan itu sampai akhir. Ada paling sedikit empat contoh di dalam sejarah, yaitu: 1) Lenin 2) Stalin 3) Mao Zedong, dan 4) Khrushchev. Lenin seumur hidup menyanjung dan mempelopori komunisme. Dialah pendiri negara komunis pertama di dunia. Lenin tidak percaya akan agama atau Allah atau Alkitab, demikian juga Stalin. Tetapi mereka tidak sanggup mempertahankan itu sepanjang hidupnya. Ketika menjelang kematiannya, Lenin memanggil semua comrade (rekan perjuangan) di tepi tempat tidurnya, dan berkata, “Demi memperkokoh Partai Komunis, demi bisa memerintah negara ini dengan leluasa, aku terpaksa menumpas semua lawan politikku yang berbeda pendapat denganku. Sungguh di luar dugaanku, langkah itu mengakibatkan efek samping yang mengerikan. Aku sendiri tidak mampu memutarbalikkan sejarah. Kebencian telah menjadi akar jahat yang menjalar di seluruh tubuh Partai Komunis. Anggota partai saling curiga, saling membenci. Sekarang aku ingin memberitahu kalian, masa depan Uni Soviet sangat gelap, tidak ada jalan keluar, karena tidak seorang pun sanggup mencabut akar kebencian itu.” Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan lagi, “Kecuali bangkit lima puluh orang suci (saints), negara ini akan hancur.” Hal ini terjadi di tahun 1924. Mereka tidak paham apa yang dia maksudkan, tetapi dia menyadari bahwa bawahannya saling berebut kekuasaan, di antaranya Leon Trotsky dan Joseph Stalin. Trotsky lebih lunak sementara Stalin lebih otoriter. Mereka saling membenci sampai Trotsky harus melarikan diri ke Amerika Latin. Suatu saat, orang menemukan dia mati tertembak di tengah jalan, diduga dieksekusi oleh agen rahasia Komunis yang dikirim oleh Stalin. Setelah Lenin meninggal, mereka sepakat untuk menghormati dia sebagai bapak negara Uni Soviet, maka kamarnya dijadikan museum dan dipertahankan tetap seperti ketika ia meninggal. Ternyata, menjelang kematiannya, buku yang Lenin baca bukan buku komunisme dari Marx atau buku Nietzsche, tetapi Kitab Suci orang Kristen. Allah itu ada dan Allah itu hidup. Keberadaan-Nya tidak ditentukan oleh orang mau percaya atau tidak percaya bahwa Dia ada. Allah bukan menjadi ada karena manusia percaya Dia ada. Keberadaan Allah bukan hasil pikiran, perdebatan atau diskusi manusia, sebaliknya merupakan penyebab semua diskusi dan perdebatan manusia. Maka firman-Nya, “Jangan ada ilah lain di hadapan-Ku, karena Akulah satu-satunya Allah, Yang Esa.”

Siapa allah lain di dalam hidupmu? Di gereja, ada banyak orang yang pelayanannya belum diperkenan Tuhan karena yang mereka layani adalah diri sendiri, bukan Tuhan. Jika ia tak diberi jabatan, dia tak mau melayani, itu artinya ia sedang melayani jabatan bukan melayani Tuhan. Jika seseorang melayani ketika dipuji dan marah ketika tidak digubris, maka itu berarti ia sedang melayani pujian, bukan melayani Tuhan. Pengertian “jangan ada allah lain” bukan hanya mengacu pada dewa-dewi yang disembah sujud, melainkan sesuatu yang kau utamakan dalam hidupmu melebihi Tuhan; baik itu reputasimu, hartamu, bisnismu. Itulah allahmu. Tidak peduli saudara adalah pendeta, majelis, penatua, theolog, pembicara kebangunan rohani, atau penginjil, saudara perlu waspada: Siapa yang kita permuliakan? Kepada siapa kita mendedikasikan diri dan pelayanan kita? Selain Aku, TUHAN, jangan engkau menyembah allah lain.

Ada orang yang menjadikan suaminya, istrinya, keuntungannya, kebiasaannya sebagai ilah yang ia layani. Tuhan Yesus berkata, “Jika kau mencintai istrimu, suamimu, saudaramu, anakmu lebih daripada-Ku, engkau tidak layak menjadi murid-Ku.” Saya mengenal dua pendeta yang pelayanannya sangat dihambat oleh istrinya. Ada suami yang tidak bisa melakukan apa-apa selain mencari uang yang dituntut istrinya. Istrinya malu kalau harus dibayar oleh gereja. Saya mengoreksi pikirannya. Hidup dari pelayanan bukan hal yang memalukan, dan kalau seseorang dipanggil menjadi pelayan penuh-waktu, ia tidak berhak menjadi paruh-waktu. Sebaliknya, kalau dipanggil paruh-waktu, dia tidak berhak menjadi penuh-waktu. Ketika Tuhan Yesus memanggil Matius maka ia segera meninggalkan profesi pemungut cukai dan mengikut Yesus. Lebih mulia ketika kita melayani Tuhan dan kemudian Tuhan memelihara kita, ketimbang kita meninggalkan pekerjaan Tuhan lalu kita menjadi kaya karena kita mendapat uang dari orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Kiranya Tuhan terus memimpin agar tidak ada ilah lain yang menjadi Allah kita.

Tuhan ingin agar kebebasan agama yang Tuhan beri kepada kita ditaklukkan di bawah perintah-Nya. Kebebasan agama berarti kita dibebaskan dari menyembah ilah yang salah dan kembali kepada Allah yang sejati. Agama bukan pilihan manusia sesuka hatinya. Hanya Allah di Alkitab yang sejati. Semua yang lain adalah ilah palsu. Manusia harus mengarahkan hati kepada Allah yang sejati.

Ada tiga agama yang menganut Monotheisme, percaya Allah yang Esa, mewarisi iman yang diturunkan oleh Abraham, yaitu Yudaisme, Kristen, dan Islam. Perjanjian Lama dimulai sekitar 3.500 tahun yang lalu. Sekitar 1.000 tahun lebih tua dari Upanishads, Kitab Suci Hindu. Ketiga agama Monotheisme ini sama-sama percaya Perjanjian Lama. Ketika Abraham menerima wahyu Allah, seluruh Mesopotamia saat itu masih menyembah berhala dan menganut politheisme. Abraham menerima wahyu yang penting, yaitu kelak “keturunan”-nya (tunggal), yaitu Kristus akan menjadi Mesias, Juruselamat umat manusia. Ini tidak dipercaya oleh Yudaisme dan Islam.

Apa perbedaan antara Allah Pencipta dan ilah yang dicipta?
  1. 1.   Allah Pencipta adalah Allah sejati, Allah yang mencipta manusia; Allah palsu adalah ilah yang yang dicipta manusia. 
Manusia mencipta allah karena tahu bahwa harus ada ilah yang disembah, tetapi tidak bisa menemukannya, maka manusia mencipta allah palsu untuk disembah. Namun, hal itu ternyata membuat murka Allah yang asli. Allah sejati adalah Allah yang mencipta, Dia tidak dicipta. Dia mencipta manusia sebagai ciptaan yang tertinggi, puncak ciptaan, karena dicipta menurut peta teladan-Nya. Lalu allah palsu dicipta oleh manusia. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dicipta dengan kapasitas mencipta. Jadi, hanya Allah yang Esa yang mungkin menjadi Pencipta, Penebus, dan Pewahyu. Tiga karya besar Allah ini tidak mungkin digantikan oleh yang lain. Klasifikasi ciptaan Allah berbeda-beda dan yang tertinggi adalah manusia. Manusia dicipta dengan kapasitas khusus yaitu seturut peta teladan-Nya. Oleh karena itu, manusia adalah satu-satunya ciptaan yang mirip dengan Sang Pencipta, memiliki daya cipta sehingga bisa mencipta. Namun jelas kualitas ciptaan Allah berbeda dari ciptaan manusia.
  1. 2.   Allah adalah Pencipta orisinil, tak ada pencipta lain di atas-Nya; sementara manusia diberi daya cipta, namun ciptaan manusia tidak mungkin punya daya cipta.
Misalnya, lukisan Sunflower karya Vincent van Gogh di awal abad ke-20, delapan puluh tahun kemudian terjual tiga puluh sembilan juta dollar. Mengapa begitu tinggi harganya? Karena daya ciptanya memang unik, lukisan itu adalah cetusan dari suatu observasi subjektif, pemikiran yang orisinil, juga kreativitas orisinil sang pelukis yang tidak mungkin ada pada orang lain. Itu sebabnya seni berbeda dari ilmu. Ilmu bisa diulangi lagi, seni tidak bisa diulang. Inspirasi hanya datang satu kali dan tidak bisa diulang. Maka, karya seniman asli mungkin bisa memecahkan rekor, bernilai kekal. Namun orang yang meng-copy hasil karya seni tidak dapat menjadi terkenal karena dia tidak memiliki kreativitas orisinil. Daya cipta adalah pemberian Allah pada manusia yang amat luar biasa, membuat manusia mampu mencetuskan kreativitasnya dalam bentuk syair, filsafat, dan novel. Tetapi, penyimpangan manusia terbesar dalam menggunakan daya ciptanya adalah menciptakan allah palsu; pencipta palsu; pencipta yang dicipta. Di hukum pertama, Allah mengikat manusia untuk tidak menyalahgunakan kebebasan beragamanya, karena Dia adalah Allah yang Esa, yang tak boleh dipermainkan, dihujat, dilanggar perintah-Nya. Orang Israel meninggalkan Mesir karena mereka adalah penganut agama yang benar: beribadah pada Allah yang sejati. Mereka tidak mau diperbudak oleh Firaun, ikut menyembah Ra (dewa matahari) dan ilah-ilah lain yang manusia cipta. Oleh karena itu, Tuhan berkata, “Biarkan umat-Ku pergi menyembah Allah (yang sejati), di padang gurun.” Kebebasan beragama yang Allah beri mengarahkan kita pada ibadah yang benar, bukan menyesatkan kita untuk memilih beribadah kepada siapa saja yang kita suka, yang kita cipta dengan daya cipta yang Pencipta berikan.

Di abad ke-19, Ludwig Feuerbach, orang Jerman, menulis dua buku yang penting: 1) The Essence of Religion, bukan membahas agama tetapi menjelekkan agama. 2) The Essence of Christianity, bukan membahas kekristenan tetapi menyerang kekristenan. Dia hidup di zaman yang disebut The Century of Ideologies. Era di mana ideologi manusia begitu booming, di saat Hegel masih hidup dan Kaisar menjadikan filsafat Hegel sebagai pelajaran wajib di semua SMA. Tanpa diduga justru menghantar filsafat Hegel pada kehancuran karena banyak guru filsafat tidak mengerti filsafat Hegel lalu mengajar dengan interpretasi yang salah. Sebelum Hegel mati, muncul empat aliran filsafat yang menentang dia, yang begitu berkembang setelah dia mati sampai mengakhiri German Idealism

Keempat aliran itu adalah: 1) filsafat Soren Aabye Kierkegaard dari Denmark yang kemudian berkembang menjadi Existensialism 2) filsafat Karl Marx yang kemudian berkembang menjadi Komunisme 3) filsafat Ludwig Feuerbach yang kemudian berkembang menjadi Atheisme, dan 4) filsafat Friedrich Nietzsche yang kemudian berkembang menjadi anti-Kristus.

Kita akan membahas filsafat Ludwig Feuerbach: “Allah tidak mencipta manusia, manusialah yang mencipta allah.” Feuerbach berpendapat, “Allah hanyalah ciptaan yang ada di dalam ide manusia.” Ini terjadi karena manusia punya konsep keadilan, tetapi di dalam hidupnya ia tidak menemukan keadilan. Maka ia mulai mencari keadilan, di sini ia mulai menyatukan ide itu kepada kemutlakkan dan diproyeksikan sebagai apa yang ia sebut “Allah.” Maka Allah itu sebenarnya hasil proyeksi pikiran manusia. Namun, Feuerbach gagal menyatakan dari mana ide kemutlakan itu berasal. Dari mana datangnya kebajikan, kasih, dan kesucian di dalam kehidupan manusia? Hanya Alkitab yang dapat menjawab dengan tegas bahwa itu bukan dari manusia, tetapi dari Allah, dan manusia dapat memperoleh itu karena dicipta menurut peta teladan Allah.

Theologi Reformed menegaskan bahwa manusia dicipta: 1) sebagai raja di antara Allah dan alam, tugasnya adalah mengelola bukan memperkosa dunia. 2) sebagai imam di tengah Allah dan dunia, bertanggung jawab kepada Pencipta dan dunia ciptaan-Nya. 3) sebagainabi, satu-satunya makhluk yang mampu memberi interpretasi atas ciptaan Tuhan. Namun satu-satunya Nabi di atas segala nabi, Imam di atas segala imam, Raja di atas segala raja, adalah Anak Manusia, yaitu Kristus. Jadi sesungguhnya, orang yang percaya segala sesuatu ada dengan sendirinya membutuhkan iman yang lebih besar daripada mereka yang percaya bahwa Tuhan adalah Pencipta. Maka, atheis dan evolusionis yang melawan Alkitab bukanlah orang-­orang tak beriman, tetapi iman mereka tidak didasarkan atas kebenaran dan firman, melainkan menyalahgunakan kapasitasnya sebagai nabi.

Memang Allah adalah pencipta manusia, tetapi tidaklah salah pendapat Feuerbach bahwa allah adalah ciptaan manusia, hanya saja allah ciptaan adalah allah palsu. Manusia yang Allah cipta bisa menciptakan musik, komik, ukiran, dan lainnya, sementara ciptaan manusia tidak bisa menciptakan bangunan, musik, allah, karena tidak memiliki daya cipta. Inilah kerangka penting Doktrin Allah dalam iman Kristen. Allah sejati adalah Allah Pencipta yang asli. Allah palsu adalah “triple ciptaan,” yaitu manusia ciptaan menggunakan bahan ciptaan (materi) dengan daya cipta yang dicipta untuk mencipta ilah ciptaan. Tetapi ilah ciptaan ini dianggap Allah. Betapa menyedihkan. Kita perlu menyadari tidak ada kebebasan untuk memilih allah yang palsu. Kita tidak bebas memilih agama atau kepercayaan sesuka kita. Tidak bebas untuk sesat; tidak bebas untuk menyembah ilah palsu, ilah yang dicipta; satu-satunya kebebasan adalah terjaga di dalam perintah Allah sejati. Allah memproklamirkan diri-Nya adalah Allah yang sejati di Alkitab. Salah satu proklamasi yang penting terdapat di Kitab Yesaya: “Dengan allah palsu manakah kau membandingkan diri-Ku?” (Yes. 46:5) Disusul dengan tantangan bahwa Allah sanggup menunjukkan titik akhir sejarah dari permulaan. Alkitab adalah satu-satunya Kitab yang menuliskan awal sejarah hingga kiamat, dari Alfa hingga Omega, dari titik penciptaan hingga titik penyempurnaan. Di situlah Allah memproklamasikan diri sebagai Allah yang benar, dan tidak boleh ada ilah lain di sisi-Ku. 

Orang non-Kristen sering mencap orang Kristen arogan karena beranggapan bahwa Allahnya adalah Allah yang sejati. Mereka melihatnya sebagai penghinaan terhadap agama lain. Mereka ingin kita melepaskan iman Monotheisme. Mereka ingin manusia mengakui ada banyak Allah yang berbeda-beda. Monotheisme adalah salah satu dari lima sumbangsih terbesar kebudayaan Yahudi terhadap dunia. Jika ada lima orang pria mengaku sebagai ayahmu, tentu engkau tidak bisa menerima kelimanya. Engkau harus memastikan siapa ayahmu yang benar karena ayahmu yang sejati hanya satu. Dan orang yang paling berhak memastikan hal itu adalah ibumu atau melalui pemeriksaan DNA. Demikian pula dengan Allah yang sejati. Roh Kuduslah yang akan memimpin kita untuk mengetahui siapa Allah yang sejati sekaligus memastikan kita adalah anak-anak-Nya, karena Dialah yang melahirbarukan kita. Ajaran Alkitab begitu ketat, bukan karena arogan, tetapi karena kebenaran fakta.

Kini kita menyoroti filsafat Friedrich Nietzsche, yang sezaman dengan Feuerbach, yang juga menentang Hegel. Bagi Nietzsche, manusia harus menggunakan kreativitasnya dengan bebas, tanpa ikatan apapun. Puncaknya, justru membuat dia terlepas dari ikatan agama, tradisi, sejarah, kesalahan dan menjadi superman. Nietzsche adalah perintis Superman.

Yohanes pembaptis adalah perintis jalan bagi Kristus. Kristus diharapkan memperbaharui dunia, tetapi Kristus malah membelenggu dunia selama dua ribu tahun maka kita perlusuperman. Sebenarnya Nietzsche adalah anak pendeta. Ketika kecil, ia sering mengenakan jubah pendeta, berjalan ke sana ke mari dan orang menjulukinya sebagai pendeta kecil. Namun faktanya dia menjadi penentang Kristus karena salah menginterpretasikan Kejadian 3: Allah tak ingin manusia berpengetahuan maka Dia melarang manusia makan buah pohon pengetahuan. Nietzsche merasa dia lebih pandai dari semua filsuf lain karena hanya dia yang dapat menemukan kelemahan kekristenan. Ia menganggap kekristenan menjadikan manusia beretika budak.

Menurut Nietzsche ada dua jenis hukum: 1) hukum yang ditetapkan oleh penguasa guna mengekang orang lemah dan memperkaya diri, 2) hukum yang dibuat oleh rakyat miskin untuk membatasi kalangan atas berbuat sesuka hati. Begitu juga hukum Allah, mengikat, memperbudak manusia. Manusia hanya disuruh untuk taat, tidak boleh melanggar perintah-Nya. Maka perlu Superman yang mampu melepaskan manusia dari tekanan ini. Nietzche juga mengeluarkan pernyataan yang membuat bulu kuduk berdiri: “Yesus mengatakan banyak hal yang tidak mungkin dijalankan, dan sayangnya Dia mati begitu dini tanpa sempat menyesali apa yang pernah Dia katakan.” Sebenarnya Nietzsche adalah seorang yang mengalami depresi berat. Ia menderita schizophrenia di usia 35 tahun dan akhirnya mati dalam keadaan tidak waras (menjadi gila). Dalam bukunya Thus Spake Zarathustra, yang ia tulis dalam bentuk syair yang sangat indah, terdapat satu paragraf: “Di kala para allah berembuk di surga, tiba-tiba Yehova dengan arogan berkata: Akulah satu-satunya Allah, tidak ada ilah lain di hadapan-Ku. Maka semua ilah tertawa terpingkal-pingkal sambil mengejek Dia. Kemudian sorga pun berguncang dan runtuh, dan semua ilah tersebut mati. Nietzsche adalah orang yang menyatakan “Allah mati.”[1] Seratus tahun kemudian, Jean Paul Sartre, filsuf Perancis bahkan mengundang filsuf-filsuf penting menghadiri sebuah upacara penguburan, dan berkata, “Satu abad yang lalu Nietzsche mengklaim bahwa Allah sudah mati maka kini aku menguburkan-Nya.” Tak lama kemudian, Alexander Hamilton, Thomas Altizer menjadikan “Theologi Allah Mati” sebagai satu aliran theologi karena mereka berdalih tidak bisa menerima arogansi dari klaim “Hanya ada satu Allah yang benar.” Allah memang harus tegas mengatakan, “Akulah Allah satu-satunya, jangan ada ilah lain di hadapan-Ku” karena itu adalah fakta. Tidak mengatakan yang sebenarnya adalah sebuah penipuan.

Kiranya kita boleh semakin dipimpin oleh Allah yang sejati dan menyembah Allah yang sejati di dalam kebebasan kita beragama.

SEPULUH HUKUM TAURAT: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.”  (Keluaran 20:3)

Sepuluh Hukum adalah perintah yang Tuhan berikan kepada Musa untuk diteruskan kepada bani Israel sekitar 3.500 tahun silam. Itu berarti Sepuluh Hukum seribu tahun lebih tua daripada syair Homer, seribu tahun lebih tua daripada Upanishads (Kitab Suci Hindu), dan seribu tahun lebih tua daripada Analects (karya Konfusius). Kita telah melihat bagaimana Feuerbach dan Nietzsche begitu keras melawan hukum pertama ini. Kita juga telah melihat bagaimana Allah membebaskan umat Israel dari tangan Mesir, Dia tidak mau ada ilah lain yang disembah oleh umat-Nya. Di sini terlihat bahwa kebenaran Allah mengikat sekaligus menjamin kebahagiaan yang sejati karena kebebasan yang tidak diikat oleh kebenaran cenderung mengumbar nafsu tanpa kontrol.

Monotheisme adalah kontribusi terbesar kebudayaan Ibrani bagi dunia. Monotheisme dimulai dari seorang yang membangun relasi pribadi dengan Pribadi Allah, yaitu Abraham. Monotheisme dianut oleh tiga agama, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Banyak orang mengetahui bahwa Monotheisme dimulai ketika agama Yahudi percaya kepada Yehovah. Inilah Allah Abraham. Uniknya, Allah Abraham memang hanya satu, tetapi Allah orang Islam, Allah orang Kristen, dan Allah orang Yahudi berbeda. Hanya Allah orang Kristen yang adalah Allah Tritunggal. Allah Yahudi dan Islam bukan Allah Tritunggal. Meskipun sama-sama percaya Allah yang Esa, tetapi Allah yang kita percaya adalah Allah yang sejati dan hidup, yang menyatakan diri lewat inkarnasi Kristus di mana fakta Kristus masuk ke dalam sejarah adalah fakta mutlak. Dengan demikian, kita tidak bebas menganggap semua agama sama dan benar lalu memilih menurut apa yang kita suka.

Yesus disalib karena orang Yahudi memegang erat hukum pertama dan menolak Allah yang lain. Tetapi Yesus berkata: Jika engkau percaya akan Allah, engkau seharusnya percaya kepada-Ku (Yohanes 14:1). Mereka bisa menerima kalimat pertama, tetapi menolak kalimat kedua. Mereka bersikeras menganggap Yesus telah mengajarkan agama yang menyimpang dari hukum pertama dengan menduakan objek iman, tidak setia kepada Allah. Yesus yang berdarah daging, tidak mungkin bisa disamakan dengan Allah yang adalah Roh. Allah tidak mungkin dikurung di dalam tubuh. Maka, seperti dikatakan oleh Richard Niebuhr, penulis buku God was in Christ, menetapkan harus membunuh Yesus di kayu salib. Orang Yahudi tidak bisa mengerti bahwa Yesus adalah Allah yang berinkarnasi. Kita percaya Allah yang Esa, tetapi tidak seperti orang Yahudi dan Islam. Kita percaya Allah Tritunggal, yaitu tiga Pribadi namun beresensi tunggal. Inilah monotheisme Kristen yang berbeda dari yang lain.

Feuerbach tidak mengakui Allah adalah Pencipta. Kitab Suci mengajarkan bahwa Allah mencipta manusia menurut peta teladan-Nya. Dia memutarbalikkan, manusia mencipta Allah menurut peta teladan manusia. Konsep keadilan, kesucian, kebajikan, cinta kasih, dan lainnya, yang manusia miliki, dia mutlakkan dan proyeksikan menjadi satu bayang-bayang besar yang ia sebut Allah. Dua ribu empat ratus tahun lalu, Plato mengajar: Ada orang dirantai di dalam gua yang gelap sekali. Dia tidak melihat apa yang ada di belakangnya, tetapi di belakangnya ada lubang dan sinar matahari masuk melalui lubang itu. Maka dia bisa melihat bayang-bayang dirinya di dinding gua. Namun, karena dia tidak tahu adanya sinar itu maka ia mengira bahwa bayang-bayang itu riil. Ini yang kemudian disebut sebagai Idea. Bagi Plato, idea adalah bayang-bayang, refleksi cahaya yang ditutupi oleh realita, yaitu dirinya. Pikiran ini kemudian membawa Feuerbach melihat bahwa Allah sebenarnya tidak ada karena itu hanya bayang-bayang proyeksi dari idea manusia. Dibandingkan dengan filsafat dari Cornelius Van Til, seorang Reformed: Sejak Aristoteles hingga kini, ilah para filsuf bukanlah Allah sejati karena yang mereka diskusikan adalah bayang-bayang, refleksi dari allah yang ada di dalam hati mereka, sementara mereka sama sekali tidak mengenal Allah. Kembali kepada Alkitab: Allah sejati bukanlah allah hasil proyeksi, bukan ciptaan, bukan pula dicipta, tetapi sebaliknya, Ia adalah Allah Pencipta yang mencipta manusia dengan daya cipta. Itu merupakan satu bagian dari peta teladan-Nya yang diberikan kepada manusia, ciptaan-Nya. Dengan demikian manusia, ciptaan-Nya bisa menyembah Allah, Sang Pencipta. Masalahnya, manusia yang diberi daya cipta malah mencipta sesuatu yang dia sebut sebagai “pencipta” lalu disembahnya. Inilah penyelewengan agama. Manusia adalah satu-satunya makhluk dengan daya cipta karena ia dicipta menurut peta teladan Allah.

Bedanya, daya cipta Sang Pencipta adalah daya cipta asli, sementara daya cipta manusia adalah daya cipta ciptaan. Kita dicipta sebagai satu-satunya makhluk dengan daya cipta ciptaan untuk mencipta yang lebih rendah dari kita, bukan yang di atas kita. Tetapi ketika manusia menciptakan allah ciptaan, ia telah berusaha mencipta yang di atas dia, yaitu sang pencipta. Ini adalah penyelewengan kreativitas yang paling jahat, yang paling bejat. Maka Allah berfirman: Jangan ada ilah lain di hadapan-Ku. Mengganti Allah dengan allah yang dicipta adalah penghinaan dan penghujatan terhadap Allah.

Allah begitu keras karena Ia tidak mau membagi kemuliaan-Nya dengan siapa pun yang bukan Allah. Kita tentu tidak suka jika anak kita mengatakan bahwa dia punya lima ayah dan dia sayang kepada kelima ayahnya, maka dia membagi-bagi cintanya kepada kelima ayahnya. Maka ayah yang asli pasti akan tidak senang. Ayah yang asli hanya satu. Ketika kita mengakui orang lain sebagai ayah kita, maka itu adalah pelecehan terhadap ayah yang asli. Banyak orang mengritik Allah begitu diktator, meminta hanya diri-Nya yang diakui sebagai Allah. Pikiran sedemikian sudah diracuni oleh filsafat Relativisme Pencerahan (Enlightenment Relativism). Kita tidak boleh mengumbar toleransi, menerima segala yang tidak benar sebagai sesuatu yang benar. Toleransi hanya memperbolehkan perbedaan minor, bukan penyamaan perbedaan substansial. 2 + 2 = 4 itu adalah jawaban mutlak. Menjawab 5, 7, 100, bahkan 1 juta adalah jawaban yang salah. Itulah kebenaran. Jadi orang yang setia kepada kebenaran harus tekun dan konsisten. Kebebasan beragama yang Allah sejati berikan dibatasi dengan “di luar Aku tidak boleh ada allah lain”. Maka kita harus mengerti kebebasan agama sebagai upaya membebaskanmu dari menyembah allah yang palsu.

Para penganut Relativisme dan Pluralisme menuding orang Kristen terlalu sempit, memutlakkan diri, dan pada ujungnya akan menuding Tuhan Yesus sebagai orang yang paling arogan karena Ia menyatakan diri sebagai “Jalan dan Kebenaran dan Hidup; tidak seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku”. Pernyataan seperti ini tidak pernah muncul dari mulut para pendiri agama lain ataupun para filsuf di dunia. Di sini kita melihat bahwa Yoh. 14:6 merupakan ekstensi dari hukum pertama (Keluaran 20:3). Paulus berkata, “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus (1 Timotius 2:5). Yesus adalah Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, Immanuel, Allah beserta kita. Kita bersyukur kepada Tuhan karena definisi yang begitu tepat. Dengan demikian kita tidak mungkin menyimpang. Kita berada di jalur yang benar, mengarah ke tujuan yang mutlak dan benar. Itulah agama yang sejati. Jadi kita tidak menghina agama lain, namun kita perlu menyatakan apa yang yang benar dan mengharapkan orang kembali kepada yang benar sehingga ia bisa menikmati kebebasan pasti. Jika kita jelas akan konsep ini maka orang Reformed mungkin sekali dicaci maki, diejek, ditolak, sebagaimana Kristus ditolak, tetapi itu tidak membuatnya menyerah atau mengubah prinsip. Kristus adalah satu-satunya Pengantara selama-lamanya, tidak mungkin berubah karena bukan merupakan bayang-bayang, melainkan fakta yang tidak ada bandingnya. Kristus memiliki perbedaan kualitatif (qualitative difference) yang membuat-Nya tetap memegang kesucian dan dignitas-Nya tanpa kompromi.

Tiga Jenis Iman

1. Monotheisme

Monotheisme, bukan pilihan atau penemuan manusia melainkan wahyu Allah. Menurut Theologi Reformed, ada dua jenis wahyu Allah, yaitu: a) wahyu umum (general revelation).Semua orang memiliki kebenaran yang Tuhan tanam di hatinya (Rm. 1:19). Yang dimaksudkan dengan kebenaran adalah pengenalan akan Allah yang paling dasar yang ditanam Tuhan di dalam hati manusia. Semua orang di dalam hatinya mengetahui adanya Pencipta walaupun belum mengenal Siapa Pencipta itu; b) wahyu khusus (special revelation). Wahyu khusus membawa kita untuk mengenal Allah dengan lebih tepat. Jadi pada awalnya Allah menanamkan konsep Allah yang Esa sebagai bibit kebenaran yang paling dasar di dalam diri manusia sehingga tidak ada manusia yang bisa menghindar atau melarikan diri.

Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, tidak ada Atheis yang sejati. Sebenarnya Atheis adalah Theis Terbalik. Mereka mengetahui ada Allah, tetapi mereka tidak dapat mengerti sehingga mereka berusaha melarikan diri untuk mempercayai-Nya. Mereka tidak mau bertanggung jawab atas apa yang mereka telah lakukan di hadapan-Nya. Mereka mau berbuat dosa, tetapi tidak mau bertanggung jawab. Mereka berpikir jika Allah tidak ada maka mereka bisa lebih enak. Akhirnya, ketika mereka akan meninggal, mereka ketakutan luar biasa. Seperti burung unta yang membenamkan kepalanya di pasir sambil berkata “sekarang sudah aman, musuh tidak ada”. Atheisme tidak pernah jujur. Monotheisme adalah wahyu Allah yang merupakan subjektivitas Kebenaran secara Pribadi, di mana Pribadi Utama dengan otoritas utama-Nya memperkenalkan diri-Nya bahwa, “Hanya Akulah satu-satunya Allah. Jangan ada ilah lain di hadapan-Ku. Jangan ciptakan ilah lain di samping-Ku.”

2. Politheisme 

Politheisme percaya adanya banyak Allah. Ketika ada sesuatu yang menakutkan, kita pun menyembahnya agar kita tidak mendapat malapetaka darinya. Orang Tionghoa menyembahtian gong (dewa langit), tu di gong (dewa tanah), zhao shen (dewa dapur), men shen (dewa pintu), lin shen (dewa hutan), lei shen (dewa halilintar), dan masih banyak lagi. Puncak dari Politheisme adalah Hinduisme. Mereka menyembah 360 juta dewa. Mereka percaya bahwa manusia bisa naik derajat menjadi dewa, ataupun dewa bisa menjadi manusia. Maka jangan membunuh babi, sapi, atau kambing karena mungkin saja itu adalah kakek, nenek, atau kerabatmu yang lain. Mereka percaya bahwa semua makhluk mempunyai sifat dewa. Itulah Politheisme, di mana semua berkuasa dan yang berkekuatan besar didewakan. Selain memuja dewa, mereka juga mendewakan nenek moyang atau tokoh-tokoh penting, seperti Guan Gong, Kong Ming, dan Konfusius. Konsep mereka tentang Allah tidak jelas karena mereka tidak mengenal bahwa Allah adalah Allah yang sejati. Di Jepang, jenderal dan kaisar yang dianggap berjasa besar maka setelah mati akan dipandang sebagai dewa.

Sebenarnya, Asia adalah satu-satunya benua yang memproduksi agama-agama besar. Eropa memproduksi logika dan epistemologi yang baik, seni yang agung, dan musik yang bermutu, tetapi tidak memproduksi agama. Semua agama di Eropa diimport dari Asia, baik mitologi Yunani maupun agama-agama di Eropa. Maka, Politheisme membuktikan bahwa manusia berdosa telah membuat banyak ilah untuk disembah karena mereka tidak mengenal Allah yang sejati.

3. Deisme 

Deisme dimulai oleh Herbert of Cherbury dari Inggris dan berpengaruh ke Perancis, Jerman, bahkan seluruh Eropa abad ke-18. Deisme mengajarkan: Allah mencipta segala sesuatu kemudian membiarkan ciptaan-Nya hidup mati, tak dipedulikan Iagi. Bagaikan arloji, setelah diputar sampai habis, arloji itu mulai berjalan, lalu menjadi semakin lambat sampai akhirnya berhenti total, itulah kiamat. Deisme tidak percaya kepada Allah yang mewahyukan diri. Deisme mempercayai allah bukan Allah di Alkitab. Itu sebabnya, Tuhan berkata: “Akulah Tuhan, Akulah Allah yang hidup, yang memberikan wahyu kepada manusia. Akulah satu-satunya Allahmu. Tidak ada ilah lain di hadapan-Ku.”

Dengan hukum pertama ini, Allah menginginkan kita untuk sungguh-sungguh setia pada-Nya. Hak bebas beragama bukanlah pemberian pemerintah melainkan pemberian Allah, yaitu agar manusia bebas dari penyembahan allah palsu dan beribadah pada Allah yang sejati. Bukan bebas memilih agama yang dimengerti oleh kaum Humanis yang mendasari pengertiannya kepada pengertian yang antroposentris. Itu sebabnya, Allah memberi perintah kepada Musa untuk membiarkan umat-Nya pergi agar bisa menyembah Allah sejati di padang belantara. Di padang tidak seenak di Mesir, tidak ada jaminan makanan seperti di Mesir. Mengapa dibebaskan, tetapi justru semakin sengsara? Inilah pimpinan dan pembentukan Tuhan bagi umat-Nya. Ketika Allah membawa seseorang keluar dari dosa, belum tentu Ia memberi hidup yang lebih nikmat. Musa harus menghadapi Firaun dengan mental baja, sangat berbeda dengan pendeta-pendeta masa kini yang begitu salah tingkah ketika menghadapi orang kaya atau polisi. Ketika Yakub ke Mesir, statusnya pengungsi kelaparan, tetapi dia memberkati Firaun. Inilah mental hamba Tuhan. Mental inilah yang diperlukan oleh para pemimpin gereja, yang tidak tunduk pada penguasa, tidak kompromi dengan orang kaya, dan tidak gemetar di hadapan pembesar.

Tuhan berfirman agar sekitar dua juta orang Israel keluar dari Mesir untuk menyembah Allah. Di Mesir orang menyembah yang bukan Allah. Inilah kebebasan beragama, yaitu menyembah Allah yang asli, Allah Pencipta. Bagi dunia, hukum itu mengikat; tetapi Alkitab berpandangan terbalik: Hukum itu akan memerdekakan kamu. Ini suatu paradoks. Hukum Allah didasarkan oleh kasih-Nya. Maka mereka yang menjalankannya dengan motivasi kasih akan mengasihi Allah dan sesama. Di sini hukum membatasi, tetapi sekaligus memerdekakan. Kebebasan itu hanya tertuju kepada Allah yang sejati karena firman-Nya: Akulah Allah, jangan ada ilah lain di hadapan-Ku. Ilah lain bukan Allah, ilah lain bukan Pencipta, ilah lain bukan pemelihara, bukan sumber berkat sejati, bukan pemberi pengampunan, keselamatan, dan kehidupan bagimu. Inilah hukum pertama.

Dooyeweerd, theolog Reformed yang besar sekali dari Belanda mengatakan, ada lima belas kategori ciptaan yang manusia anggap sebagai allah. Sebutan bisa sama, tetapi yang dimaksud bisa berbeda. Sekalipun sama-sama menyebut “Allah”, bukan berarti Allah sama dengan allah. Ketika manusia menyembah allah, maka ia telah menyeleweng atau berselingkuh. Ini adalah suatu penghujatan terhadap Allah yang asli. Maka Alkitab dua kali menegaskan: Aku tidak akan mengizinkan allah lain mencuri kemuliaan-Ku.

Roma 1 menuliskan, “pikiran manusia yang jernih telah berubah menjadi begitu bodoh, mengganti Pencipta dengan ciptaan.” Kita telah membicarakan triple creation (manusia ciptaan, menggunakan daya cipta ciptaan dan benda ciptaan untuk mencipta ilah ciptaan, mengganti Allah Pencipta.) Ini suatu kebodohan. Secara sepintas, Yesus dan Yohanes kelihatan sama, bahkan Yesus dibaptis oleh Yohanes yang lahir enam bulan lebih dahulu, sehingga orang bisa melihat bahwa Yohanes lebih senior dari Yesus. Tetapi Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, sementara Yohanes hanya manusia yang dipenuhi Roh Allah. Maka orang yang tidak melihat esensi, substansi yang ada di balik fenomena luar akan mudah tertipu dan itu sangat berbahaya. Esensi yang tidak ada duanya adalah Kristus. Tidak ada pendiri agama yang lahir karena inkarnasi, hidupnya mutlak suci tanpa dosa, menjalankan kehendak Bapa-Nya yang di sorga, bahkan rela mati untuk dosa manusia, dan dibangkitkan. Salah satu tantangan Allah yang mengejutkan di dalam kitab Yesaya adalah: Dengan siapa engkau akan membandingkan Aku. Allah yang asli tidak dapat dibandingkan dengan ilah-ilah palsu atau dewa-dewa, atau ciptaan mana pun.

Diperallah, berarti suatu yang bukan Allah,tetapi dianggap sebagai Allah. Inilah allah ciptaan, berarti ada proses pengilahan. Semua yang berada di dalam proses berarti tidak bersifat mutlak karena yang mutlak tidak boleh terikat proses. Allah adalah yang mutlak absolut sehingga tidak mungkin diabsolutkan; dan ciptaan yang berada di dalam proses bukan Pencipta Absolut. Hanya Kristus, yang adalah Allah, rela berinkarnasi memasukkan diri-Nya ke dalam proses dunia ini demi menjadi Penebus umat manusia. Ini merupakan satu-satunya pengecualian. Allah tidak terikat proses karena Ia mutlak. Salah satu theologi yang rusak adalah Theologi Proses. Dimulai dari Filsafat Proses (Philosophy of Process) dari Alfred North Whitehead, lalu diadopsi oleh Hartshorne dari Chicago School of Theologymenjadi Theologi Proses. Theologi Proses mengatakan bahwa Allah pun tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Padahal Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa Allah adalah Alpha dan Omega. Celakalah para theolog yang hanya mengutamakan akademis tetapi tidak membaca dan mengutamakan Alkitab. Bagi Hartshorne, Allah pun terikat oleh proses. Tahun 1981, Witness Lee mengadopsi pikiran ini. Dalam khotbahnya di Los Angeles ia berkata, “Dulu Allah mentah, sekarang Allah matang bagai telur mentah yang dimasak menjadi matang.” Ini pikiran bidat. Bagi Witness Lee, Allah yang mentah menjadi matang melalui proses inkarnasi. Dia bangkit menjadi Kristus, lalu baru menjadi Allah Tritunggal. Ini bukan ajaran Alkitab.

Hanya Kristus satu-satunya pengecualian karena Yesus harus masuk ke dalam sejarah, menggenapkan rencana dan kehendak Bapa-Nya yang telah ditetapkan di dalam kekekalan. Ketika saya ditanya oleh orang agama lain, “Mengapa orang Kristen berani memperallah Yesus hanya karena Dia bisa melakukan mujizat?” Saya berdoa karena harus menjawab dengan tegas, tetapi bijak. Saya menjawab, “Mengapa setelah engkau mengetahui Dia mengadakan mujizat dan mengetahui Dia adalah Allah, malah mempermanusiakan Dia?” Orang Kristen bukan memperallah manusia. Orang Kristen mengakui Yesus sebagai Allah karena Dia memang Allah. Allah sendiri pernah dua kali memperkenalkan Yesus dengan kalimat: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, dengarkanlah akan Dia.” (Matius 3:17, dan Matius 17:5)


Melalui Roma 3:19-20 kita harus menyadari bahwa iman Kristen bukanlah iman sembarangan karena Firman yang ajaib sudah Allah nyatakan kepada kita. Allah sejati adalah Allah Tritunggal. Allah yang Esa dengan komposisi Tritunggal ini kita bisa mengerti dari wahyu Allah, bukan spekulasi dan konklusi logika manusia. Ini merupakan wahyu dari Allah yang menuntut ketaatan. Banyak orang berkata, “Kita sama menyembah Allah. Kamu menyembah Allah, saya juga menyembah Allah.” Tetapi sebenarnya yang perlu ditanya lebih jauh adalah Allah yang mana yang engkau percaya? Apakah itu Allah yang sejati, yang mewahyukan diri: ‘Akulah Allah. Jangan ada allah lain selain Aku.’

Dua puluh tahun silam, orang Taiwan percaya dan menyembah dewa-dewa yang terbuat dari tanah liat. Ada yang mohon untuk menang lotere dan menjadi kaya. Ketika nomor lotere diumumkan, selisih satu angka saja, dia marah dan melempar allah yang dia sembah sampai hancur berantakan, lalu beli allah yang baru untuk disembah lagi dan mohon bulan depan bisa dapat lotere dan menjadi kaya. Mengapa bisa berbuat seperti itu? Ilah yang disembah, mulai dari malaikat, matahari, bulan, bumi, dan seterusnya. Bumi disembah karena memberikan kebutuhan manusia, seperti makanan, air, oksigen, dan lain-lain. Orang Tionghoa menyembah gunung, dapur, pintu, sungai, pohon sebagai dewa. Di Bali saya melihat seorang wanita membawa satu tampah berisi bungkusan-bungkusan kecil dari daun pisang yang berisi nasi dan bunga. Ini adalah ritual yang biasa dilakukan di sana. Setiap beberapa langkah ia meletakkan bungkusan kecil itu di belakangnya dan melangkah lagi. Yang menarik, di belakang dia ada seekor anjing yang menguntit dan memakan nasi di setiap bungkusan yang diletakkan. Ditinjau dari sudut penyembahan dan theologis, hal ini tentu tidak benar. Tetapi mengapa manusia melakukan itu? Saya ingin mengingatkan bahwa penyembahan berhala sudah merasuk ke dalam otak dan hati manusia sampai uang pun didewakan oleh manusia. Ada banyak orang demi menjadi kaya tidak segan-segan mengorbankan kejujurannya, imannya, takutnya akan Tuhan. Maka, jangan kita hanya melihat dewa-dewa sebagai ilah manusia. Sebenarnya banyak ilah dalam kehidupan manusia, bisa istri kita, suami kita, anak kita, harta kita yang menjadi ilah. Yesus berkata, “Barangsiapa tidak mengasihi Aku melebihi ayahmu, ibumu, isterimu, suamimu, anakmu, tidak layak mengikut Aku.” (Matius10:37)

Perkenankan saya bertanya, “Siapakah ilah palsu yang selama ini telah merebut kemuliaan Allah di dalam hidupmu?” Kiranya pertanyaan ini boleh mengusik dan mengajak kita melihat Hukum Allah yang pertama: “Akulah Allah. Jangan ada ilah lain di hadapan-Ku.”

Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.”  (Keluaran 20:4-6)

[Keluaran 20] ayat 5-6, terjemahan lainnya jangan sujud menyembahnya, juga jangan melayaninya. Sebab Aku, Allahmu adalah Allah yang cemburu. Barang siapa membenci-Ku, Aku akan menuntut kesalahannya sampai keturunannya yang ketiga dan keempat. Tetapi, barang siapa mengasihi-Ku, memegang perintah-Ku, Aku akan menunjukkan kasih setia-Ku sampai ribuan generasi (bukan beribu-ribu orang).

Sepuluh Hukum sudah menjadi dasar, prinsip, dan pedoman bagi semua hukum di dunia. Hanya saja, hukum dunia mengatur relasi manusia secara horizontal dengan sesamanya, sementara hukum Allah, diawali dengan relasi manusia secara vertikal dengan Allah, yang memberi dia kekuatan, kebijaksanaan, dan tanggung jawab atas relasinya secara horizontal. Dasar atau motivasi Allah memberi Taurat adalah kasih, bukan benci. Hal itu nyata di dalam dalil yang Paulus rumuskan: kesimpulan semua perintah adalah cinta kasih. Karena Allah adalah kasih. Saat seorang ibu berkata pada anaknya, “Jangan letakkan tanganmu di atas kompor!” Itu perintah. Apakah perintah itu mengekang kebebasan anaknya? Ya. Tapi perlukah dia memberi perintah itu? Perlu sekali. Tanpa perintah itu, tangan anaknya bisa saja terbakar; tak bisa berfungsi dengan normal lagi. Begitu juga Allah, karena kasih-Nya akan dunia, Dia memberi perintah: Taurat. Dasar dari kasih-Nya adalah the holy jealousymaka di dalam hukum kedua Tuhan memerintahkan jangan membuat patung yang berbentuk apa pun. Itu sebabnya, kita perlu merenungkan dua aspek: (i) apakah Alkitab melarang seni rupa? (ii) kalau tak melarang, mengapa Dia memberikan perintah itu? Bukankah benda seni yang terindah adalah yang paling mirip dengan aslinya: ciptaan Tuhan?

Karena semua ciptaan Tuhan selain punya substansi juga punya bentuk luar yang sangat artistik. Maka benda seni yang bagus begitu memukau kita, membuat kita ingin melihat dan melihatnya lagi, bahkan menikmati dia lewat memori dan imajinasi kita – salah satu aspek hidup manusia yang sangat bernilai. Itu sebabnya, negara-negara yang mempunyai benda-benda seni bermutu selalu menarik banyak turis. Museum Louvre di Paris, jumlah pengunjung per tahunnya empat sekian kali lipat jumlah turis yang mengunjungi Indonesia, mendatangkan devisa yang amat banyak. Tiket pesawat dari Asia seribu sekian dollar, biaya hidup di Paris per hari dua ratus sekian dollar, tiket masuk museum kira­-kira dua puluh sekian dollar.

Mengapa orang suka mengunjungi Louvre? Karena koleksi benda-benda seninya amat sangat bermutu. Lukisan Mona Lisa yang lebarnya tak lebih dari 80 cm, tingginya tak lebih dari 130 cm itu bukan hanya dipelihara dengan baik, bahkan dipasangi kaca anti peluru, dijaga dua orang ajudan yang terlatih lengkap dengan senapan canggih. Jumlah lukisan di Louvre lebih dari sepuluh ribu, total koleksinya tiga juta sekian item. British Museum mengoleksi sembilan juta item benda seni, Leningrad mengoleksi tiga juta item, New York Metropolitan Museum mengoleksi tiga juta sekian item. Museum mengoleksi benda seni yang penting, kristalisasi dari kebijaksanaan dan kreativitas manusia di bidang seni sepanjang sejarah. Taipei Palace Museum mengoleksi 677.000 item benda kuno yang terpenting, representasi dari seni selama delapan ribu tahun sejarah orang Tionghoa,masterpiece benda seni yang terbuat dari perunggu maupun porselen.

Lalu mengapa hukum kedua melarang kita membuat patung yang menyerupai ciptaan Tuhan? Mengapa di gereja Katolik terdapat patung Petrus, Paulus, Bartolomeus, Yohanes? Tidakkah itu melanggar hukum ini? Apa tujuan Allah memberi hukum ini? Kasih. Lalu bagaimana dengan seni? Manusia adalah satu-­satunya makhluk yang mengerti seni yang tinggi (saya tak mengatakan binatang tak mengerti seni). Karena Tuhan memberi manusia daya cipta maka hanya manusia yang bisa menciptakan seni. Allah tak membuat musik, tapi Allah membuat lingkungan yaitu air terjun, hujan, halilintar, burung, deru ombak yang merangsang manusia menciptakan musik, menirukan suara-suara yang ada di alam dengan melodi dan ritme yang harmonis.

Aristotle dan Plato mendefinisikan seni sebagai imitation of the nature.  Perlukah kita meniru apa yang ada di alam? Perlu sekali. Karena kita rindu, kita ingin mengingat. Untuk itu alat bantu yang kita butuhkan adalah seni. Tetapi, kalau kau mengerti ayat ini secara harafiah, kau bahkan tak berani menyimpan foto, gambar orang yang Tuhan cipta. Bagaimana dengan KTP, surat nikah yang ditempeli foto kita? Apakah ayat ini harus ditentang atau memang punya interpretasi lain? Biasanya, orang Reformed tak memperbolehkan rupa apa pun, khususnya yang berbentuk Tuhan. Maka Westminster Confession tak menyetujui orang Kristen Reformed memiliki gambar dan sudah barang tentu larangan itu sangat menyulitkan guru-guru sekolah Minggu, yang sering memakai gambar untuk memberi pengertian pada anak-anak. Apakah itu melanggar hukum kedua? Perdebatan atau diskusi tentang itu sudah berlangsung lama sekali. Setelah saya menyelidiki dan berpikir lama sekali, menurut pendapat saya (Anda boleh tak menerima), di Alkitab Allah yang memerintahkan orang Israel tidak membuat patung juga memerintahkan mereka membuat dua Kerubim yang ada di atas Tabut Perjanjian, juga menisik dua malaikat di tirai besar yang memisahkan tempat suci dan tempat mahasuci. Itu mengindikasikan bagian pertama dari hukum kedua ini bukan sesuatu yang mutlak. Baru di bagian kedua kita melihat titik beratnya: jangan beribadah kepadanya; menyembahnya (patung); no worship other gods; only worship God. Mengapa? Karena Allah yang sejati adalah Allah yang cemburu, Dia tak mengizinkan allah palsu merebut kemuliaan-Nya, firman-Nya. I will never give My glory to the false gods. Dia tak mengizinkan yang dicipta merebut kemuliaan Pencipta, yang relatif merebut kemuliaan yang mutlak. Sama halnya seorang wanita tak akan mengizinkan suaminya tidur dengan wanita lain – cemburu yang suci, dalil yang menjaga kelestarian umat manusia. Jadi membuat patung untuk disembah adalah hal yang terlarang, tapi membuatnya sebagai benda seni adalah sesuatu yang mutlak. Karena prinsip yang Allah berikan: Aku tak akan membagikan kemuliaan-Ku pada ilah-ilah palsu. Lalu bagaimana dengan benda yang pernah disembah orang, apa kita harus menghancurkannya, atau stop menyembahnya, hanya memandangnya sebagai benda seni? Contoh: seorang yang tadinya menyembah dewi Kwan Im, waktu dia percaya Yesus: (i) haruskah patung Kwan Im­nya dibakar, dihancurkan? (ii) bolehkah kita mengambil patung itu untuk diletakkan di satu tempat, museum misalnya, guna mengingatkan dunia, pernah ada orang menyembah dewa seperti ini? Padahal Monotheisme adalah salah satu dari lima sumbangsih terbesar kebudayaan Yahudi terhadap dunia. Kalau ada lima orang pria mengaku sebagai ayahmu, tentu kau harus memastikan siapa papamu yang benar, karena papamu hanya satu. Dan orang yang paling berhak memastikan hal itu adalah mamamu. Selain itu, bisa juga lewat pemeriksaan DNA. Begitu juga Allah yang sejati, yang Esa, Roh Kuduslah yang akan memimpin kita tahu siapa Allah sejati sekaligus memastikan kita adalah anak-Nya, karena Dialah yang melahirbarukan kita. Ajaran Alkitab begitu ketat, seluruh pewahyuan Allah berinteraksi satu dengan lain dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru. Jadi Allah berhak berkata, “I am your God, I am the true God, the only God, the supreme God, the Creator of you. There is no other god beside Me?” Berhak. Apa Dia arogan? Tidak. Karena itu adalah fakta.

Jadi, inti dari hukum yang kedua adalah Tuhan tak mengizinkan kita (i) membuat patung, (ii) menyembah allah lain, karena Dia adalah Tuhan yang cemburu. Perhatikan! Cemburu berbeda dengan iri hati karena iri hati mengandung egosentris, menganggap diri lebih penting dari segalanya. Sementara cemburu, bisa didasarkan atas dalil kebenaran yang harus dipelihara bersama. Seperti kata Paulus kepada jemaat di Korintus, aku marah padamu dengan amarah yang dari Allah. Jadi, ada kemarahan yang tak berdosa, ada amarah yang berdosa. Jika seorang marah-marah terhadap saya, saya tidak akan terganggu melainkan menganalisa apa yang membuatnya marah? Kalau dia marah karena keuntungannya terganggu, marahnya tak bernilai. Tapi kalau dia marah karena nama Tuhan dicela, marahnya adalah marah yang suci. Jadi waktu orang menangis dan marah-marah, jangan cepat terpengaruh, cari dulu alasannya marah, cinta Tuhan atau cinta diri. Kalau dia menangis karena dirinya terganggu, dia melayani the second god, his emotion. Seorang yang melayani emosi, bisa saja menyukai hal yang salah, memusuhi yang benar. Karena dia lebih mementingkan diri ketimbang kebenaran. Sebagai orang Kristen, kita harus jadi orang yang membela kebenaran Tuhan, kebaikan seluruh umat lebih dari bangsa, keluarga, nama sendiri. Karena yang utama harus diutamakan, yang tidak utama jangan kita utamakan, yang mutlak jangan kita buat relatif, supaya jangan kita salah kaprah. Waktu Tuhan berkata, “Aku cemburu,” Dia berkata jujur, Dia tak mau hubungan-Nya dengan kita yang intim diganggu oleh yang lain, termasuk istrimu. Maka kata Yesus, jika kau mencintai istrimu lebih daripada mencintai-Ku, kau tak layak jadi murid-Ku. Sementara manusia, selalu menuntut dicintai lebih daripada Tuhan: Kalau suami berkata, istriku banyak melayani Tuhan, maka saya akan bercerai dengannya. Suami ini sudah dipakai oleh setan tapi tak sadar. Tentu bukan maksud saya menganjurkan istri melayani Tuhan begitu rupa dan menelantarkan suamimu. Jangan salah tafsir!

Kata Tuhan, “Aku adalah Allah yang cemburu, Aku tak mengizinkan kau membuat patung dan menyembahnya.” Mungkinkah orang yang tak membuat patung menyembah allah lain? Mungkin, menyembah sesuatu yang abstrak. Sebaliknya, mungkinkah orang yang membuat tapi tak menyembahnya? Mungkin. Benda seni, tak ada hubungan dengan penyembahan. Adakah orang yang menyembah patung Maria di gereja Katolik? Ada. Itu tak boleh! Karena ada banyak hal di dunia supranatural yang tidak kita mengerti. Science is too low, too narrow, tak mungkin menjawab semua gejala agama. Tuhan berkata, “I am the God of jealousy.” Cemburu karena apa? Kau melanggar satu dalil: tidak memuliakan Tuhan malah memuliakan patung atau yang lain. Padahal firman-Nya, “I do not want to give My glory to the false God.”Itu adalah cemburu yang beres, yang membawa umat manusia tetap berada di jalur kebenaran. Dan itulah sifat Ilahi. Saat Musa masih di atas gunung Sinai, orang Israel menanti-nanti dia sampai sepuluh hari, dua puluh hari, tiga puluh hari Musa tak kunjung turun. Mereka mendatangi Harun, “Sekarang siapa yang memimpin kami? Musa yang membawa kami keluar dari Mesir sampai sekarang tak turun dari atas gunung, mungkin dia sudah mati.” Pemimpin yang betul-betul punya visi dari Tuhan, penggantinya bisa saja menyelewengkan visi itu. Harun menjawab, “Sekarang, berikanlah emas-emasmu kepadaku.” Saya tak habis mengerti Harun ini pemimpin macam apa. Tuhan memanggilnya menjadi mulut bagi Musa, tapi kerohanian dan pengertiannya tentang doktrin Allah begitu kacau. Emas-emas itu memang bukan dia kumpulkan untuk dirinya, tapi dia lebur dan keluarlah satu patung lembu emas lalu katanya, “This is Jehovah, the Lord Who guides you and delivers you from Egypt.” Orang Israel pun menyembah lembu itu, diiringi musik yang gaduh. Saat itulah Musa turun dari gunung dengan membawa dua buahloh batu, Sepuluh Hukum yang ditulis oleh tangan Allah sendiri, katanya, “Suara apa itu? Pasti telah terjadi sesuatu yang tak beres!” Musa punya telinga yang tajam, jiwa yang peka, rasa tanggung jawab sebagai pemimpin yang lain sekali dengan pemimpin lain. Setelah sampai di kaki gunung, dia melihat orang Israel menyembah berhala, dia pun marah sampai melempar kedua buah loh batu itu — satu tindakan yang betul-betul teramat berani. Permisi tanya, waktu Musa menghancurkan dua buah loh batu itu, apakah Tuhan marah padanya? Tidak! Mengapa? Karena kemarahan Musa sinkron dengan kemarahan-Nya; dia sehati dengan Tuhan. Itulah hamba Tuhan yang diperlukan di setiap zaman tapi paling susah dicari. Marah sesuai dengan amarah Tuhan, cemburu sesuai dengan cemburu Tuhan, benci yang sinkron dengan benci Tuhan, cinta yang diarahkan pada Tuhan. Mengapa Yohanes Pembaptis begitu agung? Karena dia lebih baik marah bersama Tuhan, menegur dosa Herodes ketimbang menyenangkan raja. Jadi, orang Kristen tak mengakui dirinya Kristen, orang Reformed tak mau mengakui dirinya Reformed, hanya karena takut menyinggung perasaan orang, itu tidak benar!

Terakhir, John Milton, penyair Inggris terbesar, yang hidup sezaman dengan Händel, John Wesley, Robert Rikes, tokoh-tokoh yang luar biasa, menulis Paradise Lost, di mana terdapat pemikiran theologi yang tak dimiliki theolog sezamannya. Allah minta semua malaikat sembah sujud pada Anak-Nya yang tunggal. Apakah kalimat itu ada di Alkitab? Ada. Let all the angels of God worship Him (di Perjanjian Lama). Di Perjanjian Lama hanya satu kali Allah memerintahkan semua malaikat menyembah Anak-Nya. Semua malaikat pun menyembah-Nya, kecuali satu penghulu malaikat yang menolak, “I am not going to kneel down before Your begotten Son.” Dia memberontak pada Tuhan. Dan Tuhan memvonis dia, “You are satan (arti di bahasa Ibrani: penghalang, penentang).” Mungkin kau berkata, kalau begitu, bukankah Allah diktator? Hanya kebenaran yang benar­-benar mutlak berhak jadi diktator, dan Allah adalah diktator yang baik. Apakah karena vonis itu setan bertobat? Tidak, melainkan dendam. Waktu Yesus jadi manusia, setan balik menyuruh Yesus menyembah dia. John Miltonmenemukan kebenaran yang sangat dalam ini saat theolog-theolog di Inggris masih buta akan Kristologi. Luar biasa! Jawab Yesus, “Enyahlah kau!” Inilah jiwa kekristenan: spirit yang no compromise. Kalau saja hari itu Yesus menyembah, mungkin kekristenan lebih cepat menjadi besar karena seluruh dunia diberikan pada-Nya. Kita pun tak perlu mengabarkan Injil dengan susah payah, seluruh dunia akan otomatis jadi orang Kristen, yang menyembah pada Juruselamat yang tak menyelamatkan bahkan menyembah setan. Kalau Yesus saat itu menyembah setan, bukankah kita yang percaya pada-Nya juga secara tidak langsung menyembah setan? Kekristenan jadi hancur. Mengapa Reformed tak mau kompromi? Karena kita menangkap semangat ini, tak mengenal kompromi, tak akan membiarkan siapa pun atau apa pun merebut iman kita. Tentang hukum kedua ini, orang Yahudi menyelewengkan pengertiannya, “Allah melarang kita menyembah berhala maka kami tak mau menyembah Yesus.” Padahal Yesus adalah satu-satunya dari Allah Tritunggal yang turun menjadi manusia, Dialah yang layak disembah. Orang Kristen tidak mempunyai kekacauan demikian seperti orang Yahudi. Dikatakan di sini, “Kau mencintai-Ku? Aku akan memberkatimu seribu generasi; Aku memberimu hidup kekal. Tapi, barang siapa membenci Aku, akan Kutuntut dosanya tiga sampai empat generasi.”

Jadi, jangan menginterpretasikan perintah ini secara harafiah. Karena di Kitab Suci tersimpan keajaiban yang mencelikkan mata rohani kita. Jadi, tiga empat generasi orang yang membenci Tuhan akan dituntut dosanya bukan karena mereka harus menanggung dosa keturunan. Begitu juga orang yang cinta Tuhan bukan seribu generasinya otomatis diberkati, karena prinsip total Alkitab: anak-cucu mencontoh teladan leluhurnya. Memang, anugerah keselamatan Allah berikan secara cuma-cuma. Tetapi respons manusia bisa bersifat aktif dan pasif. Waktu Tuhan menggerakkan hatimu, kamu taat, secara pasif biarkan Tuhan yang aktif melakukan rencana-Nya atas dirimu. Atau justru aktif menolak dan melawan. Setelah kau diselamatkan, kesetiaanmu dan cintamu pada Tuhan yang sungguh dicontoh oleh anakmu. Itu sebabnya, orang tua yang hidupnya suci, anak-anaknya tersentuh hatinya, mau hidup suci. Dengan begitu, generasi demi generasi memperoleh berkat-Nya. Di sejarah, ada contoh-contoh konkret. Tahun 1863, Hudson Taylor menerima panggilan Tuhan mengabarkan Injil di China, yang populasinya kira-kira dua ratus juta orang, sementara populasi di Inggris hanya berapa juta. Dia pun membeli peta China yang besar, ditempelkan di dinding kamarnya, setiap hari mendoakan satu provinsi secara bergilir. Tak lama kemudian, dia naik kapal ke China, dua setengah bulan baru tiba. Begitu tiba, dia bertemu rombongan pelayat, hatinya sedih, pikirnya, “Andai saja saya tiba kemarin dan punya kesempatan menginjili dia, mungkin dia tak masuk neraka.” Cintanya yang begitu besar terhadap orang Chinese, membuatnya jadi one of the greatest missionaries of all times, and one of the greatest missionaries who did evangelization in China. Dua statement yang dia ucapkan sebelum mati diingat orang sampai hari ini, “Jika aku punya seribu Pound sterling, semuanya kuberikan untuk penginjilan di China. Jika aku punya seribu nyawa, semuanya akan kupakai untuk menginjili orang Tionghoa. Bagaimana dengan keturunannya? Sebelum Hudson Taylor mati, ia mendengar anaknya berkata, “Pa, aku mau meneruskan pelayananmu di China.” Dan sebelum anaknya mati, ia juga mendengar cucunya berkata, “Aku mau meneruskan pelayanan kakek dan papa di China.” Sampai sekarang, generasinya yang ketujuh masih menginjili orang Chinese.

Perintah kedua ini bukan melarang orang Kristen membuat benda seni yang menyerupai burung, matahari, orang; ciptaan Allah. Penekanannya ada dalam pernyataan: Jangan kau menyembah sesuatu selain Allah. Mengapa? Karena setan sangat berambisi merebut hak Allah menerima sembah sujud manusia. Maka saat kau menyembah foto ayahmu, kakekmu, istrimu, pacarmu, atau tokoh seperti Soekarno, Mao Zedong, Guan Gong, Kwan Im, Kongfuzu yang sudah meninggal, sebenarnya terjadi sesuatu yang tak kau lihat: setan menikmati penyembahanmu. Karena dia memang ingin menjadi seperti Allah, duduk di tempat yang tertinggi. Salahkah kalau seorang ingin menjadi besar? Tidak, karena kata Yesus jika kau ingin menjadi besar... artinya: Tuhan tak melarang kita menjadi besar asal motivasi kita tak salah. Misalnya, saya menginginkan gedung gereja yang besar bukan karena ambisi pribadi melainkan supaya bisa menampung lebih banyak orang mendengar Injil, diselamatkan, bukan memuliakan diri, melainkan soli deo gloria. Jadi, menikmati benda seni, menuangkan bakat seni, nothing wrong, tapi kalau dijadikan object of worship, salah adanya. Karena setan selalu ingin merebut hak disembah. Siapa sih yang tak mau lebih dihormati, dihargai? Tapi saya sering mengingatkan murid-murid, hormat tak bisa didapat dengan cara memaksa, merebut, merayu. Jika kau memang pantas dihormati, orang akan menghormatimu. Tapi orang yang tak patut dihormati masih mengotot minta orang menghormatinya, dia lebih mirip setan. Only God deserves worship. Worship means bend down yourself before the supreme value in the universe. And God is the supreme, the subjective value in person. Dia tak menginginkan yang lain merebut hak menerima worship. Itu sebabnya, Allah mencampakkan setan dari surga. Apa arti “setan”? Arti bahasa Ibrani: penentang, you are My opposer, My challenger. Saya percaya, pujangga besar di Inggris, John Milton, mengerti Kristologi begitu dalam melampaui theolog-theolog sezamannya. Begitu juga Charles Jennens, memilih lima puluh ayat secara akurat diberi judul Messiahdikirimkan ke George Frideric Handel yang menggubahnya menjadi oratorio. Siapakah Charles Jennens, John Milton? Kaum Puritans, Reformed yang sangat cinta Tuhan, meneliti perintah­-perintah dan janji-janji Allah di Alkitab. John Milton, setelah buta total sebelas tahun menulis “Paradise Lost”, syair terpanjang di dalam sejarah Inggris. Ludwig van Beethoven setelah tuli total menggubah simfoni yang teragung. Bukankah itu kemahakuasaan Allah? Berbeda dengan manusia yang selalu menuntut, “Tuhan, kalau Kau Mahakuasa, mengapa orang ini buta, tuli, lumpuh?” Konsep yang naif, stupid itu only manifest your own foolishness before God. Kemahakuasaan Allah dinyatakan atas diri orang yang lemah tapi dimampukan melakukan mission impossible, juga dalam membatasi diri-Nya lewat inkarnasi, maka Allah pantas menerima sembah sujud manusia. Dan kata-Nya, “I am not going to give My glory to the false God.

Di perintah kedua, Allah melarang kita membuat patung dan menyembahnya. Karena the greatest right that we, human being have is to worship God our Creator. Jika kau menyelewengkan hak penyembahanmu yang tertinggi untuk menyembah sesuatu yang bukan Allah, kau menghujat diri, juga menghujat Allah. Jadi inti dari perintah ini adalah penyembahan bukan benda seni. Alkitab berkata, seniman yang membuat pernak-pernik di Bait Allah dipenuhi oleh Roh Kudus. Karena seni memang membutuhkan inspirasi, seni adalah wujud dari kreativitas manusia yang tertinggi, so art is very very expensive. Itu sebabnya kita berani menghabiskan ribuan dollar, mengundang soloist dari New York karena seni memang mahal dan kita berharap saat dia menyanyi, orang di Indonesia terangsang. Karena di Indonesia ada banyak “barang” bagus yang belum dipoles, banyak yang berpotensi tapi tak mau belajar. Saat Michelangelo melukis di langit-langit Sistine Chapel, dia berbaring empat puluh senti dari langit-langit, sudah lama tidak turun, tapi suatu kali, tiba-tiba kehilangan inspirasi, maka dia turun dari stagger yang tingginya kurang lebih dua puluh delapan meter dan menghilang. Paus memerintahkan orang mencari dia di segala penjuru Italia dan membawanya kembali. Beberapa hari kemudian, orang menemukan dia di atas satu bukit dan memanggilnya, “Michelangelo, mengapa kau kabur?” “Aku tidak kabur.” “Mengapa kau di sini?” “Mencari inspirasi, karena I cannot draw anything without inspiration. Maka katakan pada Paus, aku belum bisa kembali.” Sampai suatu hari, waktu dia melihat dua gumpal awan bergerak mendekat, dia memperoleh inspirasi tentang penciptaan. Dia pun menggambar Allah Bapa (saya tak begitu setuju Allah Bapa dilukis, karena Dia tak pernah jadi manusia) mengulurkan tangan-Nya pada Adam yang baru dicipta, yang juga mengulurkan tangan pada Bapa. Begitu kedua tangan bersentuhan, hidup Allah mengalir pada Adam. Ini bukan Alkitabiah melainkan seni. The eyes of God are looking at him, then the eyes of Adam who has just been created are looking at God, suatu lukisan yang bagus luar biasa! Begitu juga dengan lukisannya tentang The Last Judgment, urat di tangan Yesus besar-besar, gambaran Dia segera menghancurkan dunia dengan tangan-Nya yang Mahakuasa.

Saya tak percaya Allah tak mengizinkan manusia melukis. Meski kita juga tak pernah tahu wajah Yesus ketika Dia di dunia tapi mengapa ada lukisan Yesus? Hanya menyatakan Dia pernah jadi manusia. Kalau kau bertanya mana foto Stephen Tong? Foto yang mana, saat dia berusia 67 tahun, 22 tahun, atau 17 tahun? Berbeda-beda. Karena manusia terus berubah. Waktu di sorga, apakah kau bisa mengenali istrimu, wajahnya wajah yang usia berapa? Saya percaya Tuhan mengabadikan parasnya yang paling cantik. Itulah cinta Tuhan. Puji Tuhan! Saya tak percaya Allah tak mengizinkan manusia berseni, karena bakat seni adalah pemberian-Nya. Jadi, jangan menganggap bakat seni dari setan, bakat doa dari Tuhan, bakat bermoral bobrok dari setan, bakat bermoral baik dari Tuhan. Baik dan jahat adalah potensi, tapi semua potensi, hak, bakat berasal dari Allah yang mungkin disalahgunakan oleh manusia. Itu sebabnya, jangan menyamakan benda seni yang telanjang dengan pornografi. Mengapa? Karena seniman melukis orang yang telanjang untuk mengutarakan keindahan dari ciptaan Allah, bukan porno. Waktu orang bertanya pada Michelangelo, ”Mengapa kau banyak melukis lukisan telanjang?” Jawabnya, ”I draw a man as God sees His creature. Orang yang berpakaian adalah orang yang ada di mata sesamanya. Orang yang pakaiannya indah, mahal, dipandang sebagai orang yang berkelas dan dihormati, sementara orang yang pakaiannya jelek dipandang miskin dan dihina. Tapi di mata Tuhan, orang yang berpakaian aristokrat dan yang berpakaian pengemis sama, karena yang Allah cipta bukan pakaiannya melainkan tubuhnya. Dan itulah yang aku lukis.” Kalau kita betul-betul mengerti filsafatnya, barulah kita tahu perubahan pornografi yang insist emphasis bagian sex dan seni yang menonjolkan keindahan ciptaan Allah, mengutarakan moral lewat postur tubuh, misalnya lukisan tangan Maria di abad pertengahan, tangannya diperpanjang sedikit, untuk menyatakan dia menghadap ke surga, dia begitu saleh.

Maka penekanan dari perintah kedua bukan jangan membuat patung melainkan jangan menyembahnya. Apakah hanya patung yang bisa kita jadikan berhala? Tidak, nonbenda pun mungkin manusia jadikan berhala, misalnya, pahlawan, kekasihmu, anakmu, posisimu, hobimu yang kau utamakan lebih daripada Allah. Bagaimana memastikannya? Misalnya, hari Minggu kau seharusnya berbakti, mendadak ada orang mengajakmu berbisnis, bisa mendapat untung seribu dollar, kau pilih bisnis ketimbang berbakti, maka uang adalah berhala bagimu. Hari Senin sampai Sabtu, di mana kau harus memelihara kesucian hidupmu, tapi saat orang menawarimu pergi ke tempat pelacuran, kau memilih kesenangan jasmani ketimbang disiplin hidup. Maka kesenangan jasmani adalah berhalamu. Hobi saya lebih banyak dari siapa pun, dari arsitektur, sampai musik, ukiran, tulisan, sastra, filsafat, tapi waktu Tuhan memanggil saya, saya letakkan semuanya. Tahun 1960, sehari sebelum masuk sekolah theologi, saya mengembalikan enam ratus piringan hitam Beethoven, Haydn, Mozart, Mendelssohn, Wagner, Brahms pada penjualnya secara gratis, menjual arloji berlapis emas yang sangat saya senangi dan uangnya dipersembahkan. Selesai studi, saya membeli lagi Creation, Messiah, St. Paul, Elijah ­ oratorio. Untuk apa? Menyelidiki musik, menggubah lagu untuk Tuhan, bukan untuk diri. Apakah berhala yang merebut tempat Tuhan dalam hidupmu? Buanglah semuanya dan kembalilah pada-Nya dengan segenap hatimu. Inilah hukum kedua.

SEPULUH HUKUM TAURAT: “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.”  (Keluaran 20:7)

Kita sudah menyelesaikan pembahasan hukum kedua. Allah tak mengenal kompromi terhadap penyembahan allah palsu. Allah sejati yang suci, tidak akan membiarkan manusia yang Dia ciptakan seturut peta teladan-Nya, membagi kemuliaan yang seharusnya diberikan kepada-Nya kepada objek lain. Dia memberi hidup kekal di dalam Yesus Kristus kepada orang yang mencintai Dia dengan segenap hati, tetapi menuntut orang yang membenci-Nya sampai tiga atau empat generasi. Maka hukum kedua adalah satu-satunya di Sepuluh Hukum yang mengandung warning dan promise.

Hukum ketiga bukan melarang kita menyerukan nama Tuhan, melainkan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Sama juga, orang Kristen boleh memiliki ambisi besar asal bukan untuk diri sendiri. Saya memiliki ambisi yang sangat besar. Saya tidak puas jika gedung gereja selesai dibangun. Gedung yang besar hanyalah anugerah Tuhan yang terkecil bagi gereja.

Anugerah Tuhan yang lebih penting adalah iman, firman, cinta kasih, kuasa Roh Kudus, mengerti kehendak Allah, dan berpartisipasi dalam rencana kekal-Nya. Kalau kita semua mengerti hal ini tentu tak akan tertipu oleh hal-hal sekunder lalu melalaikan hal-hal primer. Oleh karena itu, kata “jangan sembarangan” penting untuk mengerti seluruh ayat.

Nama dan Kualitas Realitasnya

Rektor Sekolah Theologi saya mengingatkan, jangan bergaul dengan orang yang buka mulut tutup mulut selalu menyebut nama Tuhan. Saya setuju dengan pendapatnya karena orang yang selalu membawa-bawa nama Tuhan jangan-­jangan dirinya justru tidak mengenal Tuhan. Demikian pula, banyak pendeta yang berteriak-teriak dan banyak berseru tentang Roh Kudus, sebenarnya malah tidak mengerti doktrin Roh Kudus. Mereka berani mempersamakan Roh Kudus dengan gejala-gejala, baptisan Roh dengan berbahasa lidah. Arti kata “baptis” adalah menguduskan. Namun mereka bukan menekankan pertobatan, pembersihan jiwa, pikiran, dan kelakuan melainkan karunia berbahasa roh — salah tafsir Alkitab yang telah menyesatkan banyak orang. Mengapa Allah melarang kita menyebut nama-Nya dengan sembarangan? Untuk itu, kita perlu pertama-tama mengetahui siapa yang ada di balik nama itu. Filsafat Konfusius mengajarkan zheng ming lun (teori nama yang benar)yang selama 2.500 tahun dijunjung tinggi oleh kebudayaan Tionghoa, yaitu: nama harus sesuai dengan fakta. Pemikiran seperti ini tidak kita temui dalam filsafat Aristoteles maupun Sokrates.

Pada suatu saat, ada seorang murid saya melakukan praktek khotbah. Judul khotbahnya sangat menarik, yaitu “Roh Kudus menggerakkan dan mengarahkan keinginan seseorang yang terdalam”. Pada awalnya saya mengira dia sudah memikirkan tema yang sedemikian penting dan besar secara mendalam. Namun, ketika saya mendengarkan khotbahnya, ternyata khotbahnya kacau sekali dan tidak beres. Maka saya menanyakan mengapa dia memberikan judul khotbah yang begitu besar dan luar biasa, tetapi isinya tidak karuan. Dia menjawab bahwa dia menemukan pernyataan yang bagus itu dari sebuah buku, lalu dia pakai menjadi judul khotbah, tetapi kemudian dia mengaitkan berbagai hal dengan menggunakan judul itu. Itu hal yang tidak benar. Ketika kita memakai satu judul maka judul itu harus sesuai dengan isi yang dibahas. Kalau tidak, akan jadi bahan tertawaan orang. Itu sebabnya, Tuhan mengingatkan kita, anak-anak-Nya untuk menyadari makna dari nama Tuhan sehingga kita tak menyebut nama-Nya dengan motivasi yang tidak beres.

Sesuaikah nama Tuhan dengan realitasnya? Mengapa kau membeli arloji Rolex? Karena di balik nama itu terdapat falsafah Wardolf, yang dia kemukakan pada tahun 1905: Kami memproduksi arloji bermutu dengan bahan yang terbaik. Falsafah itu tetap dianut sampai sekarang, arloji Rolex bisa dipakai enam puluh bahkan delapan puluh tahun asal dibersihkan secara berkala. Tahun 1932 atau 1934, seorang perenang wanita mengenakan Rolex, berenang dari Inggris ke Perancis di Strait of Dover yang ombaknya ganas. Ketika dia mendarat, di bawah kaca arloji tak terdapat embun, tak setetes air masuk ke dalamnya. Lalu di tahun 1952, Lord Hillary mengenakan Rolex Explorer One naik ke puncak Gunung Everest yang saat itu ketinggiannya 8.892 m. Arloji Rolex-nya berfungsi dengan baik. Berikutnya, di sebuah kapal yang sudah tenggelam 27 tahun di Aegean Sea, orang menemukan arloji Rolex. Setelah dibersihkan ternyata arloji itu masih berfungsi. Ketiga peristiwa itu membuat nama Rolex melambung. Mengapa orang percaya akan arloji Omega? Karena di tahun 1959, Omega memproduksi Speed Master. Awalnya merek dan tipe ini tidak dikenal orang, sampai NASA secara diam-diam membeli empat puluh jenis arloji yang termahal, diuji dengan delapan belas jenis ujian yang ketat, termasuk di suhu yang dingin sekali, panas sekali, di bawah air, dijatuhkan dengan kecepatan tertentu, bahkan kecepatan roket yang mencapai 50.000 km per jam. Apakah arloji itu masih berfungsi dengan baik? Hasilnya, tiga puluh sembilan jenis tak lulus (termasuk Rolex), satu­-satunya yang lolos adalah Omega Speed Master. Mereka memberitahu Pabrik Omega, “Selamat, Speed Masterproduksimu adalah arloji terbaik. Kami telah melakukan uji yang paling keras dan paling berat terhadap beberapa jenis arloji, dan arloji milikmu adalah satu-satunya yang bisa melewati semua ujian tersebut. Maka arlojimu yang akan kami bawa ke bulan.” Sejak itu, di balik Speed Mastertertulis: the only watch to wear in the mission of NASA to the moon, dan dijuluki “Moon Watch”. Saat Apollo kesekian pulang ke bumi, semua peralatan rusak, hanya kronograf Speed Master yang bisa menghitung kapan mereka tiba di bumi dan tepat.

Sayang, di tahun 70-an, Omega melakukan mass production, memproduksi versi khusus untuk pasaran di China dengan harga terjangkau. Ternyata hal itu merupakan bumerang bagi mereka, sehingga di tahun 1980 Omega rugi seratus juta dollar. Mengapa arloji buatan Swiss begitu mahal, bukankah bahan dasarnya murah? Karena kepercayaan, mutu, sejarah, inovasi manusia yang dicipta menurut peta teladan Allah jauh lebih berharga dari bahan dasar. Ketika kita mendengarkan khotbah, bobot khotbah juga berbeda-beda, tergantung siapa yang berkhotbah, karena substansi realitasnya berada di balik namanya. Tiga bulan terakhir ini, saya sangat sedih karena seorang Kristen membangun sekolah Kristen yang diberi nama John Calvin, kemudian karena kesulitan uang lalu dijual dan dibeli oleh orang non-Kristen, namun tetap menyandang nama tokoh Reformed terbesar yang bisa mengecoh banyak orang. Mengapa bisa begitu? Orang Kristen terlalu sembrono dalam hal menggunakan nama, hanya memikirkan untung tanpa memikirkan akibatnya.

Penyebutan dan Motivasinya

Apa motivasi orang ketika menyebut nama Tuhan? Tuhan Yesus berkata “Dengan sesungguhnya Aku berkata kepadamu, bukan semua orang yang menyebut nama-Ku akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, hanya mereka yang melakukan kehendak Allah yang dapat masuk sorga” (Matius 7:21). Karena nama adalah sesuatu yang penting sekali, memancarkan realitas, substansi, mutu yang dia miliki. “Allah” adalah nama dari Pribadi yang paling adil, paling bajik, paling sempurna, paling mutlak, paling suci, paling benar, paling indah, paling tinggi, dan seterusnya. Maka ketika engkau menyebut nama Allah, tidak boleh tanpa memiliki rasa tanggung jawab.

Mengapa ada orang yang berani menyebut nama Allah dengan sembarangan? Karena mereka tidak tahu siapa itu Allah. Di dalam Kitab Suci, ada satu kitab yang sama sekali tak menyinggung nama Allah, Yehovah, Tuhan, sang Pencipta, sang Penebus, yaitu Kitab Ester. Tetapi ketika orang membacanya, langsung menyadari penyertaan Tuhan atas umat-Nya, tangan-Nya menyelamatkan kaum pilihan-Nya, meski saat mereka berada di pembuangan, dikuasai oleh Raja Persia. Maka orang Israel pun tak berani memandangnya sebagai kitab atheis dan menyingkirkannya dari kanon Alkitab. Ketika saya bertemu dengan Bob Pierce, pendiri World Vision, di Switzerland, dia mengatakan, “Sekalipun di dalam kitab Ester tidak satu kali pun disebutkan nama Allah, tetapi di sana ada huruf-huruf yang bisa disusun menjadi JHWH (Jehovah).” Maksudnya, nama Allah tersimpan di sana meski istilah itu tak muncul. Memang ada dua jenis orang Kristen: i) orang yang setiap saat menyebut-nyebut nama Allah, tapi hidupnya tidak karuan; dan ii) orang yang tak sembarangan menyebut nama Allah, tetapi hidupnya mencerminkan penyertaan Tuhan. Nama Allah adalah the subjectivity of truth in person, the subjectivity of the holiness in person, the subjectivity of righteousness in person, the subjectivity of the perfect in person, the subjectivity of the absolute in person. Suatu hari, saya mendengar Zhen Xiu Yi, penginjil wanita lulusan Seminaridi Shanghai, mengisahkan di khotbahnya “waktu saya berumur sepuluh tahun, saya melihat gambar-gambar, ada gambar seorang tua, saya serta-merta berkata, ini mirip Allah. Papa langsung menampar saya dan katanya, ‘jangan menyebut nama Allah dengan sembarangan.’ Maka mulai hari itu, saya tahu, nama Tuhan itu suci, tak boleh disebut dengan sembarangan.” Akhirnya, dia menjadi seorang penginjil yang sangat cinta Tuhan, rela berkorban bagi-Nya.

Dalam hal apa saja seseorang memakai nama Allah? Sering kali orang memakai nama Tuhan untuk bersumpah. Kita harus berhati-hati dengan orang yang mudah sekali bersumpah dengan nama Tuhan. Kita harus berhati-hati dengan orang yang selalu mengatakan “gampang, nanti saja”. Manusia sulit sekali dipercaya. Mempercayai manusia yang tidak bisa dipercaya adalah tindakan bodoh. Tetapi adalah bebal jika kita tidak bisa mempercayai Allah yang patut kita percaya. Dialah obyek iman, pengharapan, dan kasih kita. Orang sering memakai nama Tuhan untuk bersumpah agar orang percaya padanya. Apa sebenarnya yang menjadi tujuan dan motivasi manusia menggunakan atau menyebut suatu nama?
  1. 1.   Meraup Untung. Pernah ada seorang menemui saya dan menunjukkan kartu nama Pdt. Dr. John Paul di Hong Kong dan mengaku sebagai kawannya. Kemudian ia menyatakan bahwa dia kehilangan dompet, paspor, tak punya uang. Maka saya pun meminjamkan uang padanya. Tak lama kemudian, saya mendengar seseorang menceritakan bahwa ada orang yang mengaku sebagai kawan John Paul kehilangan dompet. Maka saya tahu bahwa orang yang menemui saya itu adalah penipu. Suatu kali, ketika saya berada di Hong Kong, saya bertemu dengan orang itu di lift, maka sapa saya, “Kamu kawannya John Paul, bukan?” “Saya tak kenal John Paul.” “Kau pernah ke Indonesia dan mengaku kehilangan dompet, bukan?” “Saya tak pernah ke Indonesia.” Saya terus bertanya dan dia terus mengelak. Dia lupa Tuhan membuat wajah, sidik jari, cara jalan, suara yang menjadi meterai pribadi kita. Ketika keluar dari lift, saya mengingatkan dia, “Jangan menipu lagi.” Mungkin orang-orang bingung, mengira saya memarahi orang di lift. Suatu kali, dia menipu kakak saya di Hong Kong. Kata kakak saya, “Kau ingin pinjam uang? Karena sekarang saya tak punya uang, saya pergi sebentar pinjam ke kawan saya.” Dia menunggu. Ternyata kakak saya bukan meminjamkan uang tetapi memanggil polisi untuk menangkap dia. Dia berlutut minta ampun, tetapi kakak saya berkata, “Berapa kali sudah kau lakukan ini, adik saya dan orang lain kau tipu dengan mengaku sebagai teman John Paul?” Nama siapakan yang paling sering diperalat? Nama Tuhan.
  1. 2.   Menipu. Di dalam sejarah Amerika, empat puluh sekian Presiden saat dilantik harus mengucap­kan sumpah dengan meletakkan tangan di atas Kitab Suci: demi nama Tuhan yang kupercaya, aku berjanji pada rakyat Amerika menjadi Presiden yang baik. Tetapi pernah terjadi, seorang Presiden ketika disumpah menggunakan dua buah Kitab Suci, akhirnya terbukti dia adalah presiden yang paling jelek, yaitu Richard Nixon, yang terpaksa harus turun karena tidak jujur. Jadi, jangan mempermainkan Allah. Kata Konfusius, “Kalau kau bersalah terhadap langit, tidak ada yang bisa mendoakanmu.” Secara theologis, Konfusius tidak mempunyai konsep mediator, tetapi dia mengingatkan kita secara etika bahwa berdosa pada Tuhan jauh lebih berat daripada bersalah kepada manusia. Celakalah kau yang mengaku Kristen, tapi bisnismu lebih najis, lebih tak etis, lebih rakus, lebih egois ketimbang mereka yang non-Kristen, nama Tuhan kau permalukan.
  1. 3.   Menutupi kesalahan diriDi Alkitab, ada seorang yang bernama Akhan. Dia mencuri dan menyembunyikannya tanpa seorang pun tahu. Akibatnya seluruh Israel dipermalukan, kalah perang melawan kota Ai yang kecil. Yosua sedih sekali “Tuhan, mengapa Kau membiarkan bangsa-Mu dipermalukan orang kafir?” Kata Tuhan, “Di antara kamu ada seorang pencuri!” Mereka membuang undi sampai tujuh kali dan menemukan Akhan, barulah dia mengaku dosa. Apakah dia diampuni? Tidak! Dirajam batu sampai mati, karena pengakuan dosa dia lakukan setelah dosanya diketahui orang. Ingat, Tuhan bukan hanya Pengasih, Dia juga Hakim yang menghakimi seluruh dunia. Satu hal lagi yang harus kita ingat, setelah seorang berdosa, Tuhan mengampuni, tetapi dosanya tetap dicatat di Alkitab. Untuk apa? Peringatan bagi segala zaman. Pernahkah Daud berdosa? Ya. Apakah dia mengakui? Ada. Lalu apakah dosanya dihapus begitu saja tanpa diketahui orang? Tidak, ditulis di Alkitab. Siapa yang berani membongkar perzinahan pembesar pada waktu dia masih menjabat? Tidak demikian dengan Tuhan, kata-Nya, “Daud, kau seorang Raja. Waktu kau masih hidup, Aku menyuruh orang mencatat perzinahanmu.” “Tuhan, bukankah aku ini orang yang berkenan kepada-Mu?” “Tetapi Aku tak berkenan akan perbuatanmu yang satu ini.” “Bukankah aku sudah bertobat?” “Ya, namun Aku akan tetap mencatatnya di Alkitab.” Meski Daud punya kuasa militer yang besar, tak kuasa menghapus ayat-ayat yang Tuhan tulis. Jadi, jangan bermain-main dengan Tuhan, Dia terlampau suci untuk kau permainkan.
  1. 4.   Meningkatkan status. Tuhan itu hidup, Dia akan mengungkapkan kejahatan semua orang yang ingin memanipulasi nama-Nya. Saya akan mengakhiri perintah ketiga ini dengan satu perkara yang sering orang Kristen tidak sadari: nama Tuhan melekat atas dirinya, maka setiap kali dia berbuat dosa, nama Tuhan dipermalukan. Padahal ini juga termasuk menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Itu sebabnya, biar kita mengikat kebebasan kita dengan kebenaran dan memuliakan Tuhan lewat hidup kita.
Suatu kali, saya dan isteri naik bus dari Banda Aceh, tiba di Medan sudah jam 19.00. Semua koper berada di atas bus dan waktu ada yang turun, kenek menurunkan koper yang dimintanya. Saya berkata kepada kenek, “Tolong perhatikan koper saya yang hitam, jangan salah diambil orang.” Jawabannya membuat saya malu luar biasa, “Tenang, koper Bapak aman karena kita masih di daerah Islam. Nanti waktu di daerah Kristen, saya awasi koper Bapak.” Tahun 1969, pertama kali saya ke Paris, di sebuah gereja saya melihat satu jalan yang menuju ke bawah, tenyata menuju ke tempat judi. Saya jadi sangat sedih. Waktu murid-­murid minta Tuhan Yesus mengajarkan mereka berdoa, Yesus mengatakan, “Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah; dipermuliakanlah nama-Mu.” Yesus Kristus bukan hanya memuliakan nama Bapa di awal pelayanan-Nya, bahkan sebelum Dia disalibkan, kataNya, “Bapa, muliakanlah Anak-Mu, sebagaimana Anak-Mu telah memuliakan-Mu di dunia” — doa yang besar sekali. Saya harap, sebelum mati berani mengatakan, “Tuhan, pelayanan yang Kau percayakan padaku sudah kutunaikan, sekarang muliakanlah aku sebagaimana aku sudah memuliakan-Mu dalam sepanjang hidupku.” Beberapa orang luar negeri mengatakan, “Pemerintah Indonesia seharusnya memberimu lencana besar. Orang memandang Indonesia dengan sebelah mata karena korupsi, tetapi kau lewat khotbah dan pelayananmu membuat nama Indonesia harum.” Jawab saya, “Tidak. Tuhanlah yang harus dipermuliakan karena saya adalah anak-Nya.”

Permisi tanya, melalui keberadaanmu bagaimana orang di sekitarmu menilai gereja? Perintah Tuhan, “Jangan sebut nama-Ku dengan sembarangan.” Kita harus memuliakan bukan mempermalukan nama-Nya. Kita boleh memakai nama Tuhan untuk membentuk persekutuan Kristen, mendirikan sekolah, namun apakah sekolah yang kau dirikan lebih jujur dari sekolah lain? Jangan menyebut nama-Ku, Allahmu dengan sembarangan, karena Aku akan menuntutmu. Kiranya semua jemaat GRII betul-betul mempunyai rasa takut akan Tuhan baik dalam iman, hidup, bisnis, hubungannya dengan sesama, tidak mempermainkan nama Tuhan. Biar kita bagai Omega, Rolex, dipercaya orang karena nama yang sepadan dengan kualitasnya. Tuhan memberkati kita semua.

SEPULUH HUKUM TAURAT: “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,  tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.”  (Keluaran 20:8-11)

Sepuluh Hukum adalah patokan dan dasar etika dunia di sepanjang sejarah. Landasan hukum Tuhan mutlak, berbeda dengan landasan hukum manusia yang bersifat relatif dan subjektif. Tuhan Pencipta yang mutlak suci sedangkan manusia hanyalah ciptaan dan tercemar dosa, sehingga tidak mungkin hukum manusia bisa mencapai kualitas dan standar hukum Allah. Hukum manusia hanya bisa menjangkau sifat horizontal, relasi antar manusia dan alam, dan tidak sah untuk menjangkau Allah. Itu sebabnya, hukum pertama hingga keempat berbicara tentang hukum vertikal, menyatakan relasi antara Pencipta dan ciptaan.

Mengakhiri era Pencerahan (Enlightenment) yang dimulai pada abad 17, manusia menyadari akan kelemahan dan keterbatasan diri. Kierkegaard, Martin Buber, Karl Barth, Emil Brunner, para filsuf dan theolog abad 19 dan 20 masuk ke dalam suatu fase yang baru. Mereka mengajak manusia untuk memperhatikan hal yang selama ini sudah diabaikan, yaitu hubungan  interpersonal (interpersonal relationship). Ini semua menunjukkan hukum yang sudah lewat 3.500 tahun sejak Musa adalah yang paling benar. Penekanan hukum ketiga yang menyatakan realitas bahwa Allah adalah penguasa hidup dan matinya umat manusia, sehingga tanpa membereskan hubungan dengan Tuhan, bertobat, hidup takut akan Tuhan, dan menjalankan perintah-Nya dengan kasih, relasi manusia dengan sesamanya tidak mungkin beres. Maka, di dalam Doa Bapa Kami terdapat kalimat “dikuduskanlah nama-Mu”. Orang Kristen harus menyadari bahwa Allah itu hidup. Kesadaran relasi interpersonal ini menyebabkan kita menyadari bahwa Allah senantiasa mengawasi kita. Allah memang tidak kelihatan, tetapi orang beriman bisa melihat apa yang tidak dilihat oleh orang dunia. Yesus mengatakan, “Tanpa lahir baru dari Roh Kudus, engkau tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yohanes 3:3). Kita harus selalu hidup menyenangkan Tuhan.


Hari atau Sabat? 

Di dalam hukum keempat Allah memberi perintah yang cukup panjang dan itu hanya untuk membahas satu kata, yaitu ‘hari’. Di sini sebenarnya bukan ‘hari’ yang terpenting. Paulus menegaskan bahaya orang yang terlalu sibuk memelihara ‘hari’. Yesaya 1 juga mengatakan, “Aku membenci hari Sabatmu.” Maka kita perlu melihatnya secara rohani, bukan harfiah. Semua peraturan yang ketat tidak menjamin kita beres karena ada faktor X yang melampaui segala sesuatu. Bahasa kita sering terlalu terbatas dan terlalu rendah, dibandingkan dengan makna rohani yang kekal dan dinamis dari Tuhan. Maka orang yang mengikuti perintah Tuhan secara harfiah tidak akan dapat menaati perintah Tuhan yang dinamis dengan lincah. Orang Yahudi berupaya melakukan Hukum Taurat secara harfiah. Hotel Hilton di Tel Aviv adalah hotel pertama yang memiliki 15 lantai. Demi menghindarkan orang harus memencet tombol lift di hari Sabat, maka mereka membuat lift berhenti di setiap lantai.

Orang Israel harus ‘memelihara hari Sabat’ karena Allah membebaskan mereka dari Mesir (Keluaran 20:2). Maka, di sini penekanannya bukan pada ‘hari’, tetapi justru pada ‘Sabat’. Hari hanyalah wadah di mana kita menikmati istirahat sejati. Sabat yang penting, hari adalah wadahnya. Ketika manusia mementingkan ‘hari’-nya dan melupakan ‘Sabat’-nya, Tuhan akan marah. Tuhan memberi perintah, “Ingat dan kuduskan hari Sabat.” Alasan Tuhan adalah engkau sudah bekerja enam hari lamanya, maka hari ketujuh adalah Sabat Tuhan. Hari ini adalah hari milik Allah. Dari tujuh hari yang Allah berikan kepada manusia, ada satu hari yang harus dikembalikan kepada Tuhan, itulah Sabat Tuhan.

Istirahat atau Melayani?

Sabat itu hari istirahat atau hari melayani. Bagi saya, istirahat adalah tidak punya rasa cemas, khawatir, tegang (stress), menikmati damai, dan penyertaan Tuhan yang indah. Itulah Sabat. Ada orang menafsirkan istirahat sebagai tidak mengerjakan apa pun, sampai yang paling ekstrem harus berbaring terus di ranjang. Banyak orang yang tidak mengerjakan apa pun tetapi begitu lelah dan lesu. Sabat bagaikan seorang ibu yang rela dan penuh sukacita menggendong anaknya selama sembilan bulan di dalam kandungan tanpa jeda.

Di dalam Sabat, kita juga melihat bukan hanya kita yang istirahat, tetapi Allah juga istirahat. Ada masa kita bekerja keras, ada masa libur. Sirkulasi ini membuat kita bisa menikmati hidup. Puji Tuhan, Allah membawa orang Israel keluar dari Mesir, di mana lebih dari 430 tahun mereka hidup seperti kuda. Sabat Tuhan adalah damai sejati setelah kita menjadi milik-Nya. Sabat berarti menikmati Allah di dalam kedamaian dekapan-Nya. Terkadang saya merasakan letihnya pelayanan yang harus dikerjakan, tetapi di dalam keadaan sedemikian pun saya masih merasakan keindahan kedamaian di dalam Tuhan. Ketika orang Israel mencobai Tuhan, maka Tuhan berkata, “Mereka tidak akan memasuki Sabat.”

Setelah Yesus menjanjikan damai-Nya, Ia dihakimi bahkan disalibkan. Ia tidak meninggalkan apa-apa bagi murid-murid-Nya. Ia hanya berjanji, “Aku memberikan damai sejahtera-Ku kepadamu.” Banyak orang bekerja sambil mengomel, tetapi ada orang yang bekerja berat dan tidak mengomel. Ada orang yang melakukan begitu banyak pelayanan dan pekerjaan tanpa mengomel. Ia melakukan semua dengan sukacita. Itulah damai Kristus.

Ketika saya berusia 21 tahun, saya ditodong oleh perampok yang meminta arloji saya. Dengan tenang saya berikan arloji saya sambil saya berkata, “Engkau berdosa, Yesus mencintai kamu, bertobatlah.” Tukang becak yang saya tumpangi gemetar, tetapi saya sangat tenang dan damai. Itulah pertama kalinya saya merasakan damai Tuhan yang begitu nyata dalam hidup saya. Di usia 26 tahun, saya ada pelayanan di Palopo. Jarak dari Makassar 400 km, dengan jalan berbatu dan sangat berbahaya karena ada tentara pemberontak. Panitia menyediakan jeep berikut tiga pengawal bersenjata untuk menyertai saya. Dua kali mobil itu mogok dan para pengawal begitu ketakutan. Saya sangat tenang saat itu. Saat ini, saya tahu mungkin sekali ada banyak kesulitan, penderitaan, kerugian, bahkan mungkin sekali saya dibunuh. Tetapi saya sadar bahwa Sabat Tuhan sudah beserta saya. Kalau mungkin cobalah tidak membuka toko atau tidak bekerja pada hari Minggu, memakai waktu itu untuk datang kepada Tuhan, menikmati damai sejahtera-Nya, melayani Dia. Inilah perintah hukum keempat.

Yesus dan Sabat  

Tuhan menjadikan tujuh hari sebagai satu sirkulasi waktu pendek dalam hidup kita, “Enam hari kau bekerja dan berhenti pada hari yang ketujuh.” Sistem ini adalah sistem sirkulasi yang paling sehat bagi masyarakat maupun setiap orang yang Tuhan cipta. Tuhan berhenti mencipta di hari ketujuh, tetapi itu adalah hari di mana Allah menopang dan memelihara ciptaan-Nya. Yesus berkata, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga” (Yoh. 5:17). Berhenti mencipta tidak bisa diindikasikan sebagai kepasifan total, melainkan suatu peralihan aktivitas. Ciptaan Allah perlu ditopang dan dipelihara. Inilah pengertian yang lebih lincah dan komprehensif. Dengan demikian, kita tidak dibelenggu oleh pengertian harfiah dari hukum keempat ini.

Pandangan Yesus tentang Sabat sangat berlawanan dengan pandangan orang-orang Yahudi saat itu. Dia dipandang sesat dan haram karena tidak mematuhi Sepuluh Hukum. Padahal Yesuslah Pemberi Sepuluh Hukum.

Pengertian seseorang terhadap Alkitab bisa berbeda dari arti asli Alkitab itu sendiri. Itu sebabnya ada orang yang bisa beranggapan bahwa Kitab Suci bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Saya sempat menggumulkan hal ini ketika pikiran saya diracuni oleh komunisme, logical positivism, evolusi, dialectical materialism, dan lain-lain. Bagaimana kita bisa menyelaraskan abad 20 dengan berita Alkitab yang ditulis 3.500 tahun lalu.

Akhirnya saya sadar bahwa penafsiran kita terhadap Alkitab sering kali dibatasi oleh subjektivitas pengertian manusia. Maka, kita harus berusaha mencari pengertian Firman Tuhan yang sungguh. Agustinus mengatakan, “Jika kamu menemukan sesuatu yang salah dalam khotbahku, tinggalkan khotbahku dan kembalilah ke Alkitab.” Sangat berbeda dengan begitu banyak pengkhotbah hari ini yang mengatakan, “Tidak perlu mempelajari Alkitab, asal engkau mendengarkan khotbahku, karena ini firman yang langsung dari Tuhan.” Ini adalah pemalsuan otoritas rasul.

Hukum keempat yang dimengerti dengan pengertian harfiah menimbulkan cara pikir yang sesat. Itu sebab hukum keempat jangan dimengerti dengan konsep antroposentris yang terbatas. Kristus mengajak kita mengerti Sabat dengan benar. Kristus tidak mau pikiran manusia dibelenggu oleh pengertian antroposentris yang sering kali terlihat lebih akademis, tetapi tidak sesuai dengan kebenaran Allah.

Orang Farisi mengerti Sabat secara harfiah, maka mereka melarang orang melakukan aktivitas apa pun di hari Sabat. Yesus mengajarkan bahwa di hari Sabat tetap beraktivitas. Yesus mengecam mereka yang memelihara hari Sabat secara harfiah ternyata akan tetap menyelamatkan sapi mereka yang tercebur di sumur pada hari Sabat, sementara ketika Tuhan Yesus menolong orang pada hari Sabat, Dia dipersalahkan. Di sini Tuhan Yesus ingin kita semua melihat pengertian Sabat secara lebih esensial dan lincah. Bukan berarti kita boleh sembarang bekerja dan giat bekerja di hari Sabat, tetapi bukan juga kita tidak berani beraktivitas apa pun, tidak melayani Tuhan di hari Sabat.

Enam Plus Satu

Mengapa komposisi satu minggu harus tujuh hari, di mana seorang bekerja enam hari dan berhenti satu hari? Mengapa tidak lima hari, di mana orang bekerja empat hari dan berhenti satu hari; atau sepuluh hari, di mana orang bekerja sembilan hari dan berhenti satu hari? Di dalam sejarah, pernah terjadi dua kali orang berusaha merombak perintah Sabat, tetapi gagal total.

1)    Di abad ke-18, Revolusi Perancis pernah merombak komposisi satu minggu hanya lima hari. Revolusi Perancis adalah pemberontakan terhadap Tuhan yang sangat kurang ajar, namun banyak orang menganggapnya sebagai induk demokrasi di seluruh dunia. Margaret Thatcher pernah mengatakan di peringatan 200 tahun Revolusi Perancis, “Revolusi Perancis hanyalah gejala pemberontakan masyarakat biadab yang melampiaskan dendam mereka terhadap orang-orang yang mereka benci, sehingga terjadi pertumpahan darah di Paris.” Di tahun yang sama, di Inggris, John Wesley, George Whitefield, Robert Raikes, tiga orang pemimpin agama yang terpenting, yang membawa begitu banyak rakyat Inggris bertobat, membawa Inggris memasuki zaman modern tanpa pertumpahan darah seperti yang terjadi di Perancis. Di Revolusi Perancis, orang tidak mau mematuhi perintah Allah di Alkitab, terutama komposisi satu minggu tujuh hari, lalu mengubahnya menjadi lima hari. Awalnya mereka menyambut dengan senang karena hanya perlu bekerja empat hari lalu libur satu hari! Setiap bulan bukan empat minggu melainkan enam minggu. Tetapi Perancis kemudian kembali ke tujuh hari karena setelah beberapa tahun mereka mulai merasa jenuh, baru bekerja sudah harus libur. Banyak pekerjaan yang terbengkalai, psikis mereka mulai terganggu luar biasa, maka akhirnya mereka kembali ke pola semula: enam hari bekerja libur satu hari. Karena mereka merasa itulah komposisi yang paling pas, membuat orang lebih bertanggung jawab akan tugasnya, dan rutinitas kerja pun tidak sampai membuat mereka jenuh. Karena AIlah Penciptalah yang paling tahu timetable yang Dia letakkan dalam diri manusia.

2)    Di abad ke-20, pada tahun 30-an, sepuluh tahun sesudah Lenin meninggal, Stalin menjadi diktator yang terkejam di sepanjang sejarah, kemudian dilampaui oleh Mao Zedong. Kira-kira sepuluh tahun setelah Lenin mati, Stalin berkata, “Demi meningkatkan produktivitas kerja di Soviet, kita tidak perlu mengikuti ketetapan Alkitab, bekerja enam hari berhenti satu hari. Itu adalah mitos dari orang Yahudi yang merugikan masyarakat negara komunis. Maka saya memerintahkan semua orang bekerja sembilan hari, istirahat satu hari.” Awalnya orang-orang berterima kasih pada komunis yang telah menetapkan kebijakan ini, dengan bayangan produksi pasti meningkat. Nyatanya, setelah berlangsung beberapa tahun, orang menemukan bahwa produktivitas kerja malah menurun, kualitas produksi juga sangat buruk. Ternyata manusia tidak sanggup melawan dalil Tuhan, terbukti dari hasil kerja di hari ketujuh, kedelapan, kesembilan sangat jelek, karena orang sudah terlalu lelah. Akhirnya mereka terpaksa harus kembali pada sistem semula: enam hari bekerja, istirahat satu hari.

Sejak itu, tidak pernah ada negara yang berani mengubah sistem yang Tuhan sendiri tetapkan. Jadi jangan lagi kau berkata, “Di mana ada Tuhan? Aku tidak melihat Dia!” Ketahuilah, Tuhan tetap berkuasa atas seluruh umat manusia. Hukum keempat adalah dalil yang tidak mungkin diubah: bekerja enam hari, istirahat satu hari. Barang siapa menjalankannya diberkati oleh Tuhan. Di Amerika, orang bekerja lima hari, hari Sabtu istirahat, hari Minggu ke gereja. Ternyata orang yang bekerja lima hari cenderung bermabuk-mabukan, peristiwa tabrakan bertambah banyak. Itu sebabnya jangan bermain-main, taatilah dalil yang telah Tuhan tetapkan, bekerja enam hari, istirahat satu hari. Barang siapa mematuhi perintah Tuhan pasti diberkati, barang siapa melawan karena tidak mengerti makna yang sesungguhnya hanya akan menyiksa, melukai, dan mempermainkan diri saja.

Siklus Sabat, di mana satu minggu tujuh hari: enam hari bekerja, satu hari berhenti sesuai Alkitab, telah berpengaruh luas bagi seluruh dunia, khususnya dalam hal mengatur rotasi antara bekerja dan istirahat. Sejarah membuktikan, masyarakat yang menganut siklus ini sehat jasmani dan hasil kerjanya pun bagus, karena siklus ini ditetapkan oleh Allah Sang Pencipta. Barang siapa mencoba mengubahnya pasti mengundang malapetaka.

Soren A. Kierkegaard mengatakan, “Allah bukanlah topik filsafat atau bayang-bayang imajinasi kita. Dialah satu-satunya objek yang patut kita sembah.” Pernyataan ini telah berhasil menghentikan Theologi Natural yang terus berdebat membuktikan keberadaan Allah. Tetapi sebenarnya, empat ratus tahun sebelum Kierkegaard, Theologi Reformed sudah memveto Theologi Natural, karena Calvin sudah menegaskan, “Kami tidak membutuhkan Theologi Natural.” Theologi Reformed melampaui filsafat yang hanya mengandalkan rasio dan tidak mengerti Kitab Suci. Mengerti Kitab Suci adalah betul-betul menyelidiki hingga mengetahui isi hati Tuhan.

Sabat dan Agama 

Musa hanya menerima perintah Tuhan untuk enam hari bekerja dan satu hari istirahat. Maka menjalankan Sabat tidak bisa membuat orang sombong. Kalau ‘hari’ Sabat itu begitu penting sampai bisa disombongkan, mengapa Tuhan berfirman, “Aku benci hari Sabatmu,” dan Paulus berkata, “Aku khawatir kamu yang memelihara ‘hari’”? Di sini kita melihat, jika seseorang salah mempelajari Firman, dia akan semakin melawan Yesus, semakin memusuhi Allah. Antusiasme agama tanpa Kristus jauh lebih jahat dari atheisme. Tanpa mengerti yang asli, semua yang harfiah akan membelenggu manusia. Iman yang terpaku pada harfiah, sulit menemukan kehendak Tuhan di dalam perintah-Nya yang bersifat paradoks. Kristus adalah interpretator Taurat yang paling akurat. Hanya Yesus yang berhak memberi tahu pengertian Taurat yang asli. Richard Niebuhr berkata, “Jika engkau mau mempertahankan tradisi, maka engkau harus membunuh Yesus; jika mau mempertahankan pengajaran Yesus, maka tradisi Yahudi akan digeser. Maka mereka memilih membunuh Yesus.” Tuhan Yesus melontarkan pertanyaan retorik yang sangat jitu, “Apakah karena Aku menyatakan kebenaran, engkau ingin membunuh Aku?” Tidak ada konflik yang lebih besar dalam sejarah daripada konflik agama dan penebusan.

Tujuan Taurat adalah agar manusia, khususnya orang Israel, menyadari akan dosa. Tetapi kita malah melihat mereka menjadi sombong dengan Taurat. Tuhan tidak memberikan Taurat untuk mereka menyombongkan diri. Tuhan memberikan Taurat agar mereka mengakui dosa mereka, bertobat, meminta pengampunan Allah, dan menundukkan diri kepada Allah. Firman Allah jauh melampaui segala kepandaian dan kehebatan pikiran manusia. Wahyu Tuhan jauh melampaui semua filsafat. Anehnya, manusia yang merasa pandai tidak mau Tuhan, begitu rela dipermainkan oleh filsafat yang menyesatkan.

Sabat bukan sekadar istirahat agar kita sehat dan segar untuk bekerja. Tuhan ingin kita beristirahat di pangkuan-Nya. Manusia berbeda dari sapi. Sapi yang bekerja keras bisa tidur dengan nyenyak. Manusia yang sudah mendapatkan segalanya tetap tidak bisa tidur nyenyak. Agustinus di bagian akhir bukunya Confessions, mengatakan, “Allahku yang agung, Engkau telah mencipta manusia dengan hati yang lelah. Kami tidak memiliki damai hingga kami kembali kepadamu dan hanya mendapatkan damai sejahtera di dalam-Mu.”

Jenis-jenis Sabat 

Alkitab mengungkapkan beberapa jenis Sabat: 1) The Sabbath of God (Sabat Allah Pencipta). Ini adalah Sabat setelah Allah selesai menciptakan segalanya. Penciptaan adalah karya eksklusif Allah Tritunggal sehingga tidak ada yang berbagian dalam Sabat-Nya. Sabat bukan berarti Allah tidak bekerja sama sekali, melainkan Allah berhenti mencipta dan mulai menopang ciptaan-Nya. Jadi, di dalam Sabat Allah tidak ada yang berbagian. 2) Unclear Sabbath (Sabat yang tidak jelas). Sejak Adam sampai Musa menerima Sepuluh Hukum, selama ribuan tahun itu tidak ada catatan tentang hari Sabat. 3) Sabat di Sepuluh Hukum (Kel. 20). Semua negara mempunyai hari libur umum. Ada yang tiga belas hari per tahun, atau empat belas hari, tetapi Tuhan memberikan umat manusia hari libur umum lima puluh dua hari per tahun. Jadi, hari Sabat di sini adalah untuk orang Israel yang keluar dari Mesir; berbeda dengan hari Sabatnya orang Kristen yaitu hari Minggu. Mrs. Ellen White, penulis buku The Great Controversy, sekaligus pendiri Gereja Advent mengatakan bahwa orang Kristen melanggar hukum Sabat yang Tuhan tetapkan di hari ketujuh, yaitu hari Sabtu. Padahal, Sabat di Sepuluh Hukum, Tuhan berikan kepada orang Israel yang pernah menjadi budak di Mesir. Pelepasan yang Tuhan berikan kepada mereka adalah simbol dari keselamatan yang akan Dia berikan, di mana manusia menerima pengampunan dosa, dapat berelasi secara pribadi dengan-Nya, dan menikmati damai sejahtera-Nya. Inilah arti Sabat yang sesungguhnya. 4) Sabat Babilonia. Ini adalah Sabat yang tertulis di dalam kitab Yeremia: Pada hari itu, engkau tidak akan mengatakan “aku pernah diperbudak di Mesir”, melainkan “aku pernah ditawan ke Babilonia”. Jadi, kau memelihara hari Sabat karena kau pernah ditawan di Babilonia dan Tuhanlah yang membawamu kembali ke tanah perjanjian yang Dia janjikan pada nenek moyangmu. Penekanan di sini bukan lagi ‘hari’ melainkan alasan mereka memelihara Sabat, yaitu campur tangan Tuhan dalam membebaskan mereka dari penawanan. 5) The Paradoxical Sabbath (Sabat Yesus Kristus). Saya menyebut demikian karena bagi orang Yahudi, Yesus justru melanggar Sabat, tetapi bagi orang Kristen, Yesus tidak melanggar melainkan menggenapi. Yesus menyembuhkan orang lumpuh di tepi Betesda. Yesus berkata, “Dosamu diampuni,” dan ini menyebabkan orang Farisi menganggap Yesus telah menghujat Allah. Yesus menyembuhkan orang itu untuk menyatakan dua tahap: i) menyatakan Dia adalah Allah dengan mengampuni dosa orang itu; ii) menyatakan tanda keilahian-Nya dengan menyuruh orang itu berjalan. Melalui hal ini, Yesus memberikan pengertian tentang relasi manusia dengan Sabat, yaitu “manusia bukan dicipta untuk hari Sabat, tetapi hari Sabat ditetapkan bagi manusia”. Maka, makna Sabat adalah manusia menikmati istirahat di dalam Dia. 6) Sunday Sabbath (Sabat hari Minggu). Mrs. White menuduh Paus yang memindahkan Sabat ke hari Minggu. Prof. Hoekema di dalam bukunya menegaskan bahwa Mrs. White tidak pernah bisa memberikan bukti apa pun bahwa Paus yang memindahkan Sabat ke Minggu. Kita berbakti di hari Minggu karena Tuhan Yesus bangkit di hari Minggu setelah Dia mengalahkan kuasa maut dan kuasa setan, lalu membebaskan manusia dari dosa, dari belenggu Taurat, dan dari kutukan Tuhan. Tuhan Yesus bangkit di hari pertama, maka hari pertama disebut hari Tuhan (the day of the Lord). Hari itu merupakan hari pertama, hari yang baru, suatu era yang baru, yang dinyatakan sebagai ‘hari pertama minggu itu’. Di mana pada hari itu kita boleh menikmati istirahat di dalam Dia yang telah membebaskan kita dan memberikan hidup kekal. Jadi, di dalam Perjanjian Lama, Allah membebaskan Israel dari perbudakan Mesir; di Perjanjian Baru, kebangkitan Kristus membebaskan Gereja dari perbudakan dosa. Maka, makna Sabat adalah pelepasan dari belenggu perbudakan dosa. Oleh karena itu, datanglah kepada Kristus, Ia akan memberikan Sabat sejati. 7) That Sabbath – Sabat itu (di kitab Pentateukh dan di Ibrani). Tuhan berkata kepada orang Israel, “Empat puluh tahun lamanya nenek moyangmu mencobai Aku di padang gurun. Maka Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku” (Ibr. 3:9, 11). Tempat perhentian Allah di mana kita menikmati Sabat itu (that Sabbath) adalah di mana kita bisa beserta dengan Kristus selama-selamanya, untuk menikmati dan mengalami damai sejahtera yang kekal. Setelah Kristus bangkit, kita dapat menyalami orang yang kita temui dengan mengatakan, “Sejahteralah kamu!” Kita selalu memiliki damai sejahtera sekalipun mengalami kesulitan, dicaci maki, difitnah karena that Sabbath   yang Tuhan janjikan.

SEPULUH HUKUM TAURAT: Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.”   (Keluaran 20:12)

Hukum kelima membahas relasi antara manusia dengan manusia yang Ia cipta. Hukum ini dimulai dengan: Hormatilah orang tuamu. Kini zaman sudah semakin berubah, di mana manusia semakin berani terhadap orang tua, manusia semakin berani melanggar hukum kelima ini. Untuk itu, kita perlu kembali melihat ke zaman Musa 3.500 tahun yang lalu, mengerti apa yang Tuhan inginkan melalui pemberian Sepuluh Hukum ini.

Di dalam hukum kelima ini, Tuhan memberikan dalil, perintah, prinsip yang penting bagi kita, yaitu: Orang tua adalah wakil Tuhan. Melalui mereka Tuhan mencipta kita. Tidak menghormati orang tua berarti melecehkan perintah Allah. Orang tua adalah sumber keberadaan kita. Tidak mungkin kita eksis jika tidak ada orang tua kita. Ini adalah dalil genetika yang Tuhan telah tetapkan, yaitu: Seorang pria menikah dengan seorang wanita dan melahirkan anak-anak. Ketika manusia melanggar atau mengabaikan hukum ini, pastilah kehidupannya akan menjadi tidak beres. Bangsa yang tidak menjalankan perintah ini tidak akan menjadi bangsa yang besar dan berbudaya agung.

Hormati Orang Tuamu

Hukum kelima adalah suatu perintah untuk menghormati orang tua kita. Tidak peduli apakah orang tua kita itu pandai, kaya, hebat, sukses atau tidak, tetap kita semua harus menghormatinya. Di dalam hukum kelima ini tersimpan dasar rumah tangga yang terhormat, yang Tuhan tetapkan, yaitu anak-anak hanya dilahirkan dari pernikahan seorang pria dan seorang wanita. Kaum homoseksual tidak mungkin melahirkan anak karena telah melawan perintah Allah. Mungkin dalam dua puluh tahun ke depan, gereja yang setia kepada kebenaran Firman Tuhan, yang mau taat kepada ketetapan Tuhan akan mengalami penganiayaan atau pengucilan dari dunia. Gereja-gereja yang lebih patuh kepada kehendak manusia yang tidak bermoral, yang mau mengompromikan kebenaran, dan tidak taat kepada Alkitab, akan menjadi besar dan disukai. Pengkhotbah yang menentang homoseksualitas mungkin akan diseret ke pengadilan dan dijebloskan ke dalam penjara dengan alasan melawan hak asasi manusia. Itu bukan human right (kebenaran manusia) tetapi human wrong (kesalahan manusia). Mungkinkah pria bersetubuh dengan pria atau wanita dengan wanita lalu melahirkan anak? Ini adalah sebuah pelanggaran terhadap natur yang sudah dicipta oleh Tuhan. Di Taiwan ada beberapa gereja yang memberkati pernikahan kaum homoseksual. Ini bukan pemberkatan karena Tuhan pasti tidak memberkati pernikahan yang tidak seturut kepada apa yang Tuhan cipta. Saya sangat simpati terhadap kesulitan kaum homo dan lesbian tetapi tidak pernah menyetujui kelakuan mereka yang melanggar hukum Allah. Kita boleh mengonseling mereka agar mereka bisa datang kepada Tuhan yang sanggup melepaskan mereka dari kesulitan tersebut. Gereja yang benar harus berpegang pada prinsip ini dan tidak berkompromi hingga akhir zaman, tetap setia kepada ketetapan Allah. Gereja yang megah bangunannya, rapi administrasi dan organisasinya, tetapi tidak setia kepada Firman Tuhan akan ditinggalkan oleh Tuhan. Sebaliknya, gereja yang theologinya benar, tidak mengenal kompromi, akan berjalan ke mana pun Tuhan pimpin. Sekarang ini, gedung-gedung gereja di Eropa yang bisa menampung hingga 20.000 orang hanya dihadiri sekitar 200 orang. Apakah abad ke-21 ini adalah abad yang mulia? Tidak. Abad ini merupakan abad yang memalukan, abad yang menakutkan. Manusia begitu berani melecehkan Tuhan dan Kitab Suci.

Orang Tua Wakil Tuhan

Tuhan mengajarkan “Hormati ayahmu dan ibumu” karena orang tua adalah wakil Tuhan. Apakah orang tua atheis juga merupakan wakil Tuhan? Seorang atheis adalah orang yang tidak mengenal Tuhan tetapi mereka tetap dicipta oleh Tuhan. Meskipun orang tua Saudara tidak sesuai dengan standar Saudara, mungkin lebih rendah pendidikannya dari Saudara, tetapi mereka yang memungkinkan engkau berada di dunia ini. Mereka telah berada sebelum engkau berada. Banyak orang yang setelah menjadi kaya menghina orang tuanya yang miskin; atau setelah mengenyam pendidikan yang tinggi lalu menghina orang tua yang kurang memiliki kesempatan belajar hingga ke jenjang yang tinggi. Kita harus ingat bahwa merekalah yang telah melahirkan kita. Allah tidak memberikan batasan bahwa kita hanya menghormati orang tua yang lebih kaya atau lebih pandai dari kita. Allah memerintahkan dengan tegas untuk menghormati orang tua kita. Senada dengan prinsip para Reformator bahwa pemerintah yang bobrok sekalipun masih lebih baik daripada tidak memiliki pemerintah sama sekali. Demikian pula, bagaimanapun orang tua kurang baik, tetap kita harus menghormatinya.

Empat puluh tahun yang lampau Mao Zedong memulai Revolusi Kebudayaan. Selama sepuluh tahun banyak orang tua diadukan oleh anaknya sendiri yang tidak sepaham dengan dia. Akibatnya banyak sekali orang tua yang dianiaya dan dipenjara oleh pemerintah komunis dengan slogan: orang (anak) yang memberontak pasti punya alasan. Kejadian dan sikap ini telah memorakporandakan salah satu sistem kebudayaan umat manusia yang terkuno, yaitu kebudayaan Tionghoa. Saat kejadian itu banyak orang tua yang bunuh diri karena tidak tahan dilecehkan dan dihina oleh anak-anak mereka yang berpihak kepada pemerintah. Revolusi Kebudayaan (1966-1976) terjadi karena mereka melihat adanya kelemahan di dalam kebudayaan dan tradisi Konfusianisme yang dipegang oleh orang Tionghoa. Memang Konfusianisme memiliki banyak kelemahan tetapi bukan berarti kebudayaan yang besar ini boleh dilecehkan begitu saja. Para sejarawan besar dunia seperti Sorokin dan Arnold Toynbee mengakui bahwa setelah menganalisis puluhan kebudayaan yang ada di dunia, maka kebudayaan Konfusianisme atau kebudayaan Tionghoa merupakan salah satu kebudayaan yang paling agung. Kebudayaan besar seperti kebudayaan Romawi, kebudayaan Mesir kuno, kebudayaan Babilonia dan Asiria sudah punah semua. Hanya beberapa kebudayaan agung yang masih eksis, di antaranya kebudayaan Tionghoa yang sudah berusia lebih dari 5.000 tahun. Meskipun mengandung banyak kelemahan tetapi ada hal-hal esensial penting yang sesuai dengan firman Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan masih memelihara kebudayaan ini.

Theologi Reformed mengakui adanya anugerah umum (common grace) dan wahyu umum (general revelation) yang diberikan kepada semua orang, tidak peduli dia umat pilihan atau bukan. Tentu saja, kebudayaan tidak seratus persen setara dengan anugerah umum atau wahyu umum, tetapi kebudayaan merupakan respons manusia terhadap wahyu umum dari Allah. Dalam waktu sepuluh tahun, kebudayaan Tionghoa diracuni oleh Revolusi Kebudayaan dan menyebabkan masyarakat Cina menjadi brutal. Selama pemerintahan Mao Zedong, banyak orang yang mati secara tidak wajar. Ada yang dibakar, dibiarkan mati kelaparan, dilempar dari lantai atas, dan banyak hal lain, sampai sekitar tujuh puluh juta orang yang meninggal. Angka ini memecahkan rekor pembantaian massal di sepanjang sejarah.

Pemuda-pemudi menjadi sangat tidak tahu sopan santun lagi dan tidak mengingat jasa orang tua mereka. Padahal ayah dan ibu adalah wakil Tuhan bagi anak-anak mereka. Itu sebabnya Tuhan menciptakan pria yang berwibawa dan wanita yang lembut sehingga keluarga yang memancarkan kedua aspek sifat Allah ini pasti akan bahagia. Tuhan menciptakan pria sebagai perwakilan sifat-Nya yang agung, benar, suci, sedangkan wanita sebagai perwakilan sifat-Nya yang lembut, penuh kasih, sabar, dan tekun. Oleh karena itu, suara pria yang berwibawa membuat anak memiliki rasa aman, sedangkan suara ibu yang lembut membuat anak merasa disayang. Paduan keduanya membuat anak bertumbuh dengan stabil. Anak yang hanya memiliki ibu dan tidak memiliki ayah, atau sebaliknya, hidupnya menjadi kurang stabil. Ia baru bisa stabil kembali jika dia memperoleh anugerah Tuhan.

Saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena sekalipun ayah saya meninggal saat saya baru berusia tiga tahun, namun Dia memberikan saya seorang ibu yang memerankan wibawa ayah dan kasih ibu. Seorang ibu yang bekerja keras dengan gigih untuk membesarkan kami delapan bersaudara. Ketika berusia lima tahun, saya mulai menyadari bahwa setiap pagi ibu saya selalu membaca Alkitab dan berdoa selama satu jam, meminta kepada Allah-Nya, Bapa-Nya di surga untuk menjadikan dia janda yang suci, memelihara hatinya untuk selalu mencintai Tuhan. Dia minta kepada Tuhan untuk memberikan dia kekuatan dan kebijaksanaan agar dapat membesarkan anak-anaknya menjadi orang yang berguna.

Jadi, apabila ayah dan ibu sadar bahwa mereka adalah wakil Tuhan, maka rumah tangganya akan berbahagia dan anak-anaknya pun akan memiliki hari depan yang cerah. Saya sendiri tidak memaksa anak-anak saya untuk membaca Alkitab, seperti ibu saya. Saya hanya menanyakan kepada mereka setiap setengah tahun sekali, mereka sudah membaca Alkitab sampai di mana. Saya ingin mereka melakukan dengan sadar, bukan dengan paksaan. Saya melatih mereka untuk memiliki tanggung jawab di hadapan Tuhan. Saya juga tidak pernah memaksa Anda untuk menjadi anggota gereja saya atau memberikan persembahan, karena saya dipanggil untuk memberitakan firman Tuhan dan menjalankan prinsip-prinsip Alkitab. Dengan demikian, saya menggembalakan jemaat saya melalui pemberitaan dan pengajaran firman yang saya berikan.

Ayah ibu yang menyadari dirinya adalah wakil Tuhan bagi anaknya, tentu tidak akan hidup dengan sembrono, melainkan memberikan teladan yang baik bagi anak-anaknya. Sebenarnya, anak-anak tahu dan dapat menilai apakah orang tuanya beres atau sedang bersandiwara, apakah mereka sungguh-sungguh berkorban demi mereka atau tidak. Penilaian anak-anak lebih peka dari orang dewasa. Ketika saya masih kecil, setiap kali saya berbuat salah, ibu akan memanggil saya dan bertanya apakah saya sudah mengetahui dan mengakui bahwa saya bersalah. Lalu ibu mengatakan akan memukul saya dan menanyakan berapa pukulan yang layak saya dapatkan sesuai dengan kesalahan saya. Lalu kami tawar-menawar. Pada saat itu saya mengetahui bahwa ibu saya tahu dengan tepat berapa besar kesalahan saya dan menghukum saya dengan setimpal. Ingat, ketika kita menghukum anak terlalu ringan, ia akan meremehkan kita; tetapi ketika kita menghukum terlalu berat, ia akan membenci kita. Oleh karena itu, kita harus selalu ingat bahwa kita adalah wakil Allah dan anak-anak akan melihat Allah melalui kita.

Perintah Tuhan

Tuhanlah yang memberikan perintah hukum kelima ini. Allah adalah Pencipta. Dia menciptakan laki-laki menjadi ayah dan perempuan menjadi ibu. Allah juga yang menciptakan hukum genetika di mana laki-laki dan perempuan bisa melahirkan anak. Maka orang tua harus menyadari perannya sebagai wakil Tuhan. Anak-anak adalah pusaka yang Tuhan karuniakan dan yang akan Dia hakimi, bahkan mungkin ada anak yang akan dilemparkan ke neraka selama-lamanya. Itu terjadi karena kita belum pernah memberitakan Injil kepadanya, sebaliknya malah memanjakan dan merusak dia. Kesadaran serius akan hal ini akan membuat cara kita mendidik anak jadi sangat berbeda. Setiap kali saya melihat anak yang sedang merangkak, saya bukan hanya melihat dia, tetapi melihat bagaimana dia akan menjadi leluhur dari jutaan orang. Apa jadinya jika bayi ini tidak mendengar Injil.

Perintah bagi Anak

Perintah ini ditujukan bukan kepada orang tua tetapi kepada anak. Bukankah orang tua yang menjadi representasi Allah tetapi mengapa perintahnya diberikan kepada anak? Hukum kelima tidak berbunyi: Hai orang tua jadilah teladan bagi anak-anakmu; tetapi: Hormatilah ayah dan ibumu. Setiap anak akan menjadi tua tetapi setiap orang tua tidak akan kembali menjadi anak-anak. Prinsip ini harus diingat oleh setiap anak muda yang masih di dalam proses belajar. Oleh sebab anak-anak belum menjadi orang tua, maka mereka tidak pernah mengerti orang tua. Sebaliknya orang tua pernah menjadi anak-anak sehingga mereka tahu bagaimana menjadi anak. Itulah sebabnya Tuhan memerintahkan mereka untuk menghormati orang tua.

Mengapa banyak anak muda yang tidak menghormati orang tuanya? Ada beberapa sebab:Pertama, hidup orang tuanya tidak beres dan tidak bisa menjadi teladan yang baik baginya. Tetapi perintah ini sama sekali tidak mengajar anak untuk menghormati orang tua yang kondisinya baik, melainkan karena mereka melahirkan engkau. Maka, ketika anak itu bisa lebih mengerti, lebih bermoral, itu semata-mata hanyalah anugerah Tuhan. Bagaimana dengan anak yang lahir karena dulu ibunya diperkosa sehingga ia tidak tahu siapa ayahnya? Orang yang melahirkan atau membesarkan engkau adalah orang tua yang harus engkau hormati. Filsafat Konfusius mengajarkan tiga pernyataan tentang kebudayaan Tionghoa, yaitu: 1) Ketika orang tuamu hidup, peliharalah dengan tata krama; 2) Ketika mereka mati, kuburkanlah dengan tata krama; dan 3) Setelah dikubur, berbaktilah dengan tata krama. Itu sebabnya, orang Tionghoa menghormati orang tuanya di dalam tiga tahap, yaitu: ketika hidup, ketika mati, dan setelah mati. Keadaan ini terkadang menyusahkan keturunan yang kurang mampu karena sering kali upacara-upacara ini menguras dana sampai terkadang harus berhutang. Penghormatan tahap ketiga sering kali menjadi ketegangan dengan kekristenan karena ketika seseorang percaya kepada Yesus menjadi tidak mau memelihara abu orang tua sehingga dianggap kurang berbakti. Masalahnya, apakah menghormati orang tua harus ditandai dengan membuat kuburan yang besar, lalu orang tua disamakan dengan Allah, lalu disembah seperti beribadah kepada Allah? Sebenarnya ketika Konfusius mengemukakan pandangan tersebut, Yang Zhu, seorang filsuf sezamannya menentang dia. Mengapa menunggu orang tua mati baru menyajikan makanan enak lalu dilahap oleh anak cucu? Mengapa tidak memberikan makanan yang enak-enak ketika mereka masih hidup. Tetapi ternyata manusia lebih suka filsafat Konfusius ketimbang Yang Zhu.

Sepanjang sejarah, kebudayaan Tionghoa selalu bertentangan dengan Injil Yesus Kristus. Saya dilahirkan di Tiongkok dan mengerti filsafat Tiongkok, tetapi juga dipengaruhi oleh filsafat komunisme, Gerika kuno maupun modern, dan Konfusianisme. Akhirnya Tuhan pimpin saya ke Indonesia dan memakai saya menjadi saksi-Nya. Ini menjadi tugas berat bagi saya untuk membawa berita tentang Kristus dan salib-Nya. Ajaran Konfusianisme bukan ajaran terbaik untuk berbakti kepada orang tua. 

Anak berlaku kurang ajar kepada orang tuanya karena dia tidak pernah mengetahui dan menyadari betapa sulit dan betapa besar pengorbanan mereka untuk membesarkan dia. Ia hanya tahu ketika ia dimarahi, lalu ia benci dan sombong karena merasa lebih daripada orang tuanya. Seorang ibu berkata, “Saya bersusah payah mengirim anak saya belajar ke Amerika. Sekarang ia menghina saya karena saya tidak tahu apa-apa.” Sikap anak seperti itu sangatlah kurang ajar. Jangan lupa, ayahmu dahulu pernah susah, berjuang keras agar engkau bisa pandai dan hidup lebih nyaman. Ibumu setiap hari berdoa untukmu, untuk studimu, untuk hidupmu. Jangan engkau menghina dia. Kiranya engkau boleh semakin menghormati ayah dan ibu yang melahirkan engkau.

Ordo dan Hormat

Orang Tionghoa menghargai ordo (urutan) yang diajarkan oleh Konfusius. Yang atas harus penuh pengertian terhadap yang di bawah dan yang di bawah harus berbakti kepada yang di atas. Ini dijadikan dalil keharmonisan masyarakat sehingga masyarakat Tionghoa tertata dengan rapi selama 2.600 tahun. Alkitab juga mengajarkan dua prinsip yang sedikit berbeda, yaitu: atasan harus mengasihi bawahan dan bawahan harus menaati atasan. Kalau orang dunia melihat kaisar sebagai atasan, maka pada akhirnya akan menjadi diktator. Kebudayaan Tionghoa tidak memiliki konsep Allah yang berpribadi. Akibatnya, kaisar menjadi penguasa seperti Tuhan, memerintah dan menguasai orang lain, tetapi tidak sanggup menguasai dirinya sendiri.

Ini terbukti di mana belasan kaisar di Dinasti Ming mati karena penyakit kelamin. Alkitab mengajarkan bahwa Kristus sungguh-sungguh menghargai orang lain. Ia lahir di palungan dan mati di kayu salib mengorbankan diri-Nya. Dia tidak menggunakan hak istimewa tetapi justru menjadi hamba dalam bentuk manusia. Dia berbeda dari semua pemimpin. Dialah pemimpin yang menyangkal diri  sehingga Dia berhak mengatakan, “Barang siapa tidak menyangkal diri, ia tidak patut mengikut Aku.” Dari zaman ke zaman, semua pengikut-Nya rela berseru, “Engkaulah Allahku, Engkau Tuhanku.”

Relasi di Alkitab jelas menyatakan bagaimana menempatkan Allah dan pemerintah. Allah mengasihi pemerintah dan pemerintah harus taat kepada Allah. Demikian pula relasi antara pemerintah dan rakyat. Pemerintah harus mencintai rakyat dan rakyat harus taat kepada pemerintah. Juga relasi antara orang tua dan anak. Orang tua harus mencintai anak dan anak harus menghormati orang tua. Anak yang tidak memelihara orang tua di masa tuanya adalah anak durhaka. Anak harus sadar bahwa waktu engkau melayani mereka, mungkin tidak lebih panjang dari masa mereka membesarkan engkau. Apalagi, kepada siapa mereka mengandalkan hidupnya kalau bukan kepada anak-anaknya? Banyak orang tidak mau menunaikan kewajibannya sebagai anak, sementara menuntut kewajiban orang tua kepada anak. Ketika orang tua sudah sakit-sakitan dan tidak punya penghasilan, mereka malah dihina. Maka, saya mengingatkan bahwa saat gereja menjalankan diakonia harus hati-hati dan bijaksana. Jangan mendukung orang yang kelihatan miskin. Ada dukungan untuk orang tua yang miskin tetapi uang diakonia diambil oleh anaknya. Sampai dua tahun sesudah orang tua itu meninggal tidak ada yang tahu dan mereka terus memberikannya. Ini pemborosan uang Tuhan.

Tantangan terbesar yang dihadapi hukum kelima bukan datang dari kebudayaan Barat melainkan kebudayaan Tionghoa. Apalagi kalimat Yesus, “Jika engkau tidak membenci orang tuamu, saudaramu, suamimu, istrimu, anakmu, engkau tidak layak menjadi murid-Ku.” Kita harus menghormati orang tua tetapi kita hanya berbakti kepada Tuhan. Kita tidak boleh menyamakan manusia dengan Tuhan Allah. Hati-hati, ketika kita tidak menghormati orang tua kita, anak-anak kita juga akan melihat perilaku kita dan mereka kelak akan memperlakukan kita seperti kita memperlakukan orang tua kita. Sering kali ada orang merasa hebat ketika dia melawan dan menghina orang tuanya. Ia tidak sadar bahwa apa yang ia lakukan menjadi teladan buruk bagi keturunannya. Kelak ia akan mengalami seperti apa yang ia lakukan kepada orang tuanya. Oleh karena itu, hendaknya kita benar-benar memperhatikan hukum kelima ini: Hendaklah engkau menghormati ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan kepadamu.

SEPULUH HUKUM TAURAT: Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.”   (Keluaran 20:12)

Hukum kelima adalah hukum pertama dari tanggung jawab manusia terhadap sesamanya. Anak yang berusia baru dua tahun sudah bisa membuat ibunya pusing. Dia ingin mengatur segala sesuatu, semua harus tunduk dan mengikuti keinginannya. Demikian juga relasi manusia dengan Allah. Manusia sering kali ingin melawan kedaulatan Allah dan memaksakan keinginannya. Ketika Tuhan mengatakan bahwa manusia harus taat pada kehendak-Nya, manusia menjadi kesal. Pada dasarnya manusia memang sangat sulit untuk menaklukkan keinginan dirinya demi kepentingan orang lain, apalagi kepentingan Tuhan. Hal ini hanya bisa diselesaikan dengan suatu komitmen bahwa kuasa yang lebih tinggi menaklukkan kuasa yang rendah. Lalu raja merasa mendapat mandat dari sorga sehingga ia memiliki kuasa tertinggi, padahal mereka sendiri tidak tahu Tuhan itu siapa dan bagaimana.

Teladan Relasi Kristus

Relasi kedua dalam ajaran Konfusius adalah relasi orang tua-anak. Konfusius melihat relasi keluarga adalah tertinggi setelah relasi kaisar-rakyat. Di dalam Sepuluh Hukum tidak ada relasi kaisar-rakyat, tetapi langsung hormati ayahmu dan ibumu. Di sini kita melihat ajaran Alkitab jauh lebih tinggi daripada ajaran Konfusius karena Alkitab hanya mengajarkan dua jenis relasi, yaitu: 1) orang tua dan anak; dan 2) manusia dan manusia. Relasi antara anak dengan orang tuanya lebih penting daripada relasi manusia dengan manusia. Jadi, salah jika dikatakan bahwa orang Kristen tidak diajar untuk menghormati orang tua. Perkataan sedemikian merupakan fitnah yang jahat karena motivasinya melawan dan menolak Allah, Pemberi Sepuluh Hukum. Sepuluh Hukum tidak membahas relasi-relasi lainnya seperti Konfusianisme karena Tuhan mengutamakan relasi keluarga. Baru setelah relasi keluarga, Sepuluh Hukum membahas relasi antar sesama. Kita akan melihat empat aspek relasi anak-orang tua di dalam kehidupan Kristus:

Pertama, ketika Tuhan Yesus berinkarnasi: sebagai Anak Allah Dia taat kepada Bapa-Nya; dan sebagai anak manusia, sekalipun ayah-Nya hanya memelihara dan bukan sumber hidup-Nya, Ia tetap taat kepada ayah dan ibu-Nya. Ketika ayah dan ibu-Nya mencari Dia seharian dan menemukan-Nya di Bait Allah, Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia harus berada di rumah Bapa-Nya, yang menyatakan ketaatan-Nya kepada Bapa di sorga; tetapi kemudian Ia ikut pulang bersama ayah dan ibu-Nya sebagai tanda bahwa Ia juga taat kepada ayah dan ibu-Nya. Tuhan Yesus telah menjadi teladan bagi kita untuk menghormati orang tua pada saat perintah mereka tidak bertentangan dengan perintah Allah. Sekalipun Dia memiliki sifat ilahi, namun saat Dia berinkarnasi, seperti pada orang lain pada umumnya, Ia menghormati ayah dan ibu-Nya. Tuhan Yesus memang dilahirkan oleh Maria, tetapi bukan melalui benih Yusuf. Namun bagaimana pun juga, Tuhan Yesus harus hidup memenuhi seluruh tuntutan Hukum Taurat. Oleh karena itu, Ia harus menghormati Maria dan Yusuf.

Kedua, relasi terlihat ketika Tuhan Yesus melakukan mujizat pertama, yaitu mengubah air menjadi anggur di Kana. Dia diminta untuk menolong pengantin yang sedang kehabisan anggur. Tuhan Yesus menjawab, “Mau apakah engkau daripada-Ku, Ibu?” Kalimat ini dapat diterjemahkan: “Apa urusan-Ku denganmu, Ibu?” Kalimat ini terkesan kurang ajar sekali. Sebenarnya Tuhan Yesus bukan kurang ajar kepada ibu-Nya, tetapi Ia ingin mengingatkan ibu-Nya bahwa kekhususan dan keilahian-Nya bukan dijalankan berdasarkan keinginan manusia. Manusia tidak berhak memerintah Allah atau membujuk Allah untuk mengikuti keinginannya. Kalau Tuhan Yesus benar-benar adalah Allah yang berkuasa, maka kedaulatan-Nya tidak bisa ditundukkan oleh manusia. Di sini kita berbeda dengan pandangan Katholik yang melihat bahwa Tuhan Yesus dan Maria sama-sama berkuasa menyelamatkan kita (co-redemptrix). Maria memang adalah seorang wanita yang agung tetapi Maria tetap adalah manusia berdosa sama seperti manusia lain pada umumnya. Ia bisa melahirkan Tuhan Yesus yang tidak berdosa karena kelahiran Tuhan Yesus tidak memakai benih laki-laki. Maria melahirkan Tuhan Yesus dalam kondisi perawan, di mana tidak ada sperma laki-laki yang masuk ke dalam tubuhnya. Seagung-agungnya Maria, ia tetap tidak bisa disejajarkan, apa lagi dianggap sebagai co-redemptrix bersama dengan Tuhan Yesus. Saat itu kita melihat bahwa relasi Tuhan Yesus dan Maria bukanlah relasi ibu dan anak, melainkan Allah dan manusia.

Ketiga, relasi berikutnya terlihat ketika Tuhan Yesus sedang berkhotbah. Maria datang mengunjungi Dia, lalu salah seorang pendengar mengatakan, “Yesus, lihatlah ibu-Mu datang.” Tuhan Yesus tidak marah, tetapi Ia segera meluruskan, “Siapakah ibu-Ku? Siapakah saudara-Ku? Barangsiapa yang melakukan kehendak Bapa-Ku, dialah ibu-Ku, dialah saudara-Ku.” Raffaello Sanzio adalah salah seorang dari tiga pelukis terbesar di zaman Renaissance. Ia melukis Tuhan Yesus sedang memahkotai Maria di sorga. Ini sama sekali tidak alkitabiah. Maria tidak pernah menjadi ratu di sorga. Tubuh Maria juga tidak dibangkitkan seperti Tuhan Yesus dan naik ke sorga. Melalui perkataan di atas, Tuhan Yesus membedakan hal melakukan kehendak Allah dan kewajiban sebagai manusia. Di sini kita melihat suatu pemikiran paradoks. Tuhan Yesus mengatakan, “Dari semua yang dilahirkan wanita, tidak ada yang lebih besar dari Yohanes Pembaptis.” Kemudian ditambahkan, “Tetapi orang yang paling kecil di dalam Kerajaan Allah lebih besar dari Yohanes Pembaptis.” Di sini kita melihat bahwa Yohanes Pembaptis memang agung dan sangat besar, tetapi Yohanes Pembaptis hanya melihat kelahiran Tuhan Yesus dan tidak melihat kematian serta kebangkitan-Nya. Kita bisa menikmati keselamatan yang telah digenapi-Nya, yang tidak dinikmati oleh Yohanes Pembaptis. Hal senada juga terdapat dalam kasus Paulus yang mengatakan, “Aku tidak lebih kecil dari rasul yang paling besar” tetapi kemudian ia juga berkata, “Di antara para rasul, akulah yang paling kecil.” Ini semua adalah pemikiran paradoks di dalam Alkitab. Tuhan Yesus mengatakan bahwa yang menjadi ibu-Nya dan saudara-Nya adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa-Nya. Di sini Tuhan Yesus ingin menekankan bahwa tidak ada nepotisme di dalam Kerajaan Sorga. Tuhan Yesus tidak memberikan hak istimewa kepada keluarga-Nya yang di dunia. Inilah kesuksesan Allah di mana Dia tidak memberikan hak istimewa kepada Anak Tunggal-Nya, ketika inkarnasi Dia harus menderita dan taat bahkan taat sampai mati di kayu salib.

Keempat, ketika Tuhan Yesus disalib, ia berkata kepada Maria, “Pandanglah anakmu (Yohanes).” Lalu Ia berkata kepada Yohanes, “Lihatlah ibumu.” Di sini Tuhan Yesus menyatukan orang-orang yang sama-sama melakukan kehendak Allah. Tuhan Yesus meminta ibu-Nya untuk melihat anaknya yang telah taat menjalankan kehendak Bapa-Nya dan meminta Yohanes untuk memelihara ibu-Nya. Inilah kali terakhir Tuhan Yesus memberikan hormat kepada ibu-Nya. Sejak saat itu, Yohanes menyambut Maria tinggal bersama dia dan memperlakukannya seperti ibunya. Jadi, hormati ayahmu dan ibumu bukanlah ajaran teoritis, melainkan ajaran yang Kristus wujudkan ketika Dia berinkarnasi. Dia begitu menghormati orang yang lebih tua, memperlakukan mereka dengan sopan, menjalankan perintah yang sudah Tuhan tetapkan. Namun, di dalam semua itu, Ia tidak lupa untuk memperkenan Tuhan lebih daripada memperkenan manusia. Seberapa jauh di dalam semua relasi kita lebih mengutamakan perkenanan Tuhan ketimbang semua pertimbangan yang lain? Sikap Tuhan Yesus kepada Bapa-Nya menjadi teladan bagi kita. Inilah sikap Gereja yang benar, yang tidak mengompromikan kebenaran dan kehendak Allah.

Kendala Implikasi Hukum Kelima

Ketika kita sudah membahas dan mengerti hukum kelima, bagaimana mewujudkannya bukanlah hal yang mudah. Ada beberapa kendala serius yang harus ditangani. Tidak setiap orang tua sadar bahwa mereka mewakili Allah. Ada orang yang karena ingin memuaskan kebutuhan birahinya akhirnya mengandung di luar rencana. Yang tidak berani menanggung aib akan membunuh bayi yang tidak berdosa itu. Yang berani bertanggung jawab akan melahirkan dan berusaha membesarkannya. Ketika orang tua kita bukan orang tua yang ideal, penuh dengan berbagai kelemahan, bolehkah kita melanggar hukum kelima? Tidak. Kita telah membicarakan bagaimana ajaran Konfusius membangun suatu relasi yang begitu agung dalam kebudayaan manusia: 1) ketika orang tua masih hidup, layani mereka dengan tata krama; 2) ketika mereka mati, kuburkan dengan tata krama; dan 3) sesudah mati, berbaktilah kepada mereka dengan tata krama. Hal ketiga ini yang menimbulkanpenyembahan luluhur. Orang Tionghoa akan memasang meja abu, foto orang tua di dinding, dan seumur hidup tidak berani tidak menghormati orang tuanya. Belum tentu mereka sungguh-sungguh menghormati orang tua mereka dari lubuk hati mereka yang terdalam. Bisa jadi mereka hanya melakukan itu agar tidak dikritik atau dihina oleh orang lain karena dianggap tidak menghormati orang tua. Maka bagi saya tepatlah peribahasa Tionghoa yang mengatakan: Makin banyak tata krama, makin banyak kepalsuan. Hal ini kita temui di dalam dua budaya yang sangat penting di dunia, yaitu budaya Yahudi dan Tionghoa. Orang Yahudi semakin mempelajari Taurat semakin melawan Kristus. Anak yang paling kurang ajar menangis paling keras ketika orang tuanya mati agar disangka anak yang paling berbakti. Itu sebabnya Yang Zu melawan pikiran Konfusius ini, namun filsafat Konfusius telah menjadi ajaran umum dan diterima hampir di seluruh Tiongkok. Ajaran Konfusius menjadikan penyembahan leluhur menjadi arus utama di dalam sejarah dan tradisi Cina. Di Cina, orang tua setelah meninggal dianggap dewa dan sumber hidupnya.

Jika demikian, bagaimana mungkin mereka bisa berbakti dan menyembah Allah yang sejati? Orang Cina menganggap leluhur sangat penting berperan dalam hidupnya, merupakan sumber dari mana dia berasal, dan harus senantiasa diingat sepanjang hidup. Padahal jika mereka mau terus menelusuri, pasti mereka akan sampai kepada Adam dan Hawa yang Allah cipta. Tetapi mereka tidak sanggup menelusuri sedemikian jauh. 

Orang Cina menganggap orang Kristen tidak menghormati orang tua. Hal ini diajarkan oleh sejarawan Tionghoa yang benci terhadap Tuhan Yesus dan tidak ingin orang bersimpati terhadap ajaran Kristen dan ajaran itu berhasil mengelabui seluruh orang Tionghoa. Saya berharap sejarawan Indonesia adalah orang Kristen yang betul-betul objektif, sungguh mengerti kebenaran, dan bermotivasi menyatakan kebenaran. Dengan demikian, ia tidak menipu publik dengan subjektivitas yang bias sehingga akhirnya salah mengerti kekristenan.

Kegagalan Konfusianisme
Kini kita akan meninjau dan memberikan ajaran Konfusianisme tentang berbakti kepada orang tua:

Pertama, ketika hidup kita perlu menghormati mereka dengan hikmat dan bijaksana. Ini bukan berarti menaati semua keinginan mereka, bahkan keinginan yang berlawanan dengan kehendak Tuhan. Jadi, ketika orang tua masih hidup, tanggung jawab dan cara anak menghormati orang tua adalah: a) mencukupi seluruh kebutuhan dasar mereka; b) menaati ajaran dan perintah mereka yang tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan. Di luar kedua prinsip ini, engkau perlu meminta kekuatan Tuhan untuk tidak memenuhi tuntutan mereka yang semena-mena, seperti meminta uang untuk berjudi, atau main perempuan, atau melarang engkau menjadi orang Kristen.

Kedua, ketika mati, kuburkan dengan sederhana dan khidmat. Jangan memanipulasi upacara perkabungan. Bagi yang mampu silakan memberikan upacara yang lebih baik tetapi jangan sampai menimbulkan efek samping yang buruk. Di Filipina ada kuburan yang dibuat begitu besar dan mewah lalu dipasang AC, akhirnya dipakai orang untuk berkumpul dan berjudi.

Ketiga, setelah orang tua mati, kiranya: a) selalu mengingat budi mereka. Orang Kristen harus senantiasa mengingat anugerah Tuhan dan juga mengingat budi orang. Kita tidak boleh menginjak-injak budi orang yang telah turut menciptakan sejarah. Jangan karena kita sudah sukses maka kita menghina ayah dan ibu yang miskin. Kita tidak boleh melupakan jerih lelah orang lain, sebuah ajaran Kitab Suci yang harus kita pegang dengan konsisten; b) selalu meneladani kebaikan mereka. Meskipun orang tua kita memiliki kelemahan, tetapi pasti ada prinsip-prinsip baik yang bisa kita teladani. Orang tua kita memang tidak sempurna, tetapi kebaikan mereka harus kita contoh dan keburukan mereka menjadi peringatan untuk tidak kita ulangi. Perbaikan keturunan akan terjadi ketika kita mau belajar dan mengoreksi diri dengan rendah hati; c) wujudkan keinginan mereka yang belum sempat terwujud. Daud ingin membangun Bait Allah, tetapi Tuhan tidak mengizinkan. Tetapi kemudian Tuhan memakai anaknya, Salomo, untuk mewujudkan keinginan Daud. Inilah cara terbaik untuk menghormati orang tua. Hidup manusia sangat singkat sehingga banyak orang menutup mata dengan tidak rela karena banyak hal yang belum sempat ia tuntaskan. Saya harap kita bisa berkata seperti Tuhan Yesus, “Bapa, Aku menggenapkan pekerjaan-Mu.” Tuhan Yesus menggenapkan kehendak dan rencana Bapa-Nya di seluruh hidup-Nya. Kita perlu berjuang mewujudkan cita-cita orang tua kita, kecuali kalau angan-angan itu bertentangan dengan kehendak Allah.

Dahulu kakak sulung saya tidak mau menjadi orang Kristen. Akhirnya dia mau dibaptis ketika pendeta mengatakan bahwa itulah kerinduan ibu kami yaitu melihat semua anaknya menjadi Kristen. Ia juga berkata bahwa setiap bulan ia mengirim uang ke panti jompo karena itu adalah pesan ibu kami, karena kami dulu hidup dengan ibu yang menjadi janda di usia 33 tahun, membesarkan delapan anak dengan susah payah. Ketika tua, ibu bisa pergi ke luar negeri, ke berbagai tempat mengunjungi anak-anaknya. Tuhan memberikannya sukacita karena disayang oleh anak-anaknya. Ada banyak orang tua yang ditelantarkan oleh anak-anaknya di panti jompo. Itu sebabnya, setelah ibu meninggal, kakak menjalankan pesannya. Bersyukurlah kepada Tuhan jika orang tuamu semakin tua semakin mirip Tuhan. Apa jadinya jika semakin tua mereka semakin buruk tabiatnya dan semakin otoritatif? Dalam hal ini, engkau harus bersiap hati karena orang tuamu bukan malaikat. Oleh karena itu, kita tidak boleh berpura-pura taat sambil mendoakan agar mereka cepat-cepat dipanggil Tuhan. Tuhan tidak berkenan akan motivasi kita yang jahat. 

Betapapun sulitnya hidup bersama dengan orang tua, itu adalah hak istimewa yang mendidik, meluruskan karakter kita agar menjadi semakin sempurna. Kalau orang tuamu sangat menjengkelkan, belajarlah pada kalimat Philips Brooks:“Beriku kekuatan menanggung hal yang tak sanggup kutanggung.” Ketika orang tua sudah pikun dan selalu merepotkan, janganlah engkau berpikir dia sengaja melakukannya untuk membuatmu jengkel. Dia bukan sengaja melainkan karena dia sudah tua. Menjadi tua itu bukan karena maunya, melainkan didesak oleh waktu. Kalau engkau bersikap kurang ajar terhadapnya, anak-anakmu akan meniru dan kelak memperlaku­kan­mu dengan cara yang sama. Karena engkau menanam angin sepoi-sepoi, kelak engkau akan menuai badai. Terkadang kita memang harus memikul salib yang berat untuk memelihara orang tua yang sudah semakin pikun dan berbuat hal yang menyulitkan. Berdoalah minta Tuhan memberikan kekuatan untuk bisa melayani mereka. Sebaliknya, jangan hormat berlebihan sampai menyebabkan orang tua yang sudah sakit itu mati tidak, hidup tidak. Dua orang yang saya kenal dengan baik, beberapa bulan sebelum meninggal harus cuci darah tiap dua hari sekali. Dua bulan saja sudah menghabiskan ratusan juta, keluarganya ingin menjual rumah, tapi rumah sudah sejak lama digadaikan, mereka sekeluarga pun hidup bagai di neraka. Peristiwa itu mengingatkan saya akan wasiat terbuka dari seorang dokter di Sarawak yang mengatakan, “Waktu aku sudah harus pergi, biarkan aku pergi dengan tenang.”

Jadi, orang Kristen bukan berpura-pura atau terpaksa menghormati orang tua, melainkan menaati perintah Tuhan dengan sungguh hati. Satu hal yang tak kita bahas: diperpanjang umurmu di atas bumi. Kiranya Tuhan memberkati kita menjadi anak yang tahu menghormati orang tua kita.

SEPULUH HUKUM TAURAT: “Jangan membunuh.”   (Keluaran 20:13)

Hukum keenam merupakan hukum yang menyangkut relasi manusia dengan manusia secara umum tanpa kualifikasi khusus, seperti orang tua dan anak, atau pimpinan dan anak buah. Demikian ini berlaku untuk seluruh sisa hukum Taurat ini.

Mengapa setelah perintah hormati ayah dan ibu, lalu dilanjutkan dengan “Jangan membunuh”? Allah ingin manusia menghargai sesamanya. Apalagi yang sedang dibicarakan tentang membunuh atau dibunuh adalah makhluk yang dicipta menurut peta teladan Allah. Semua kesulitan di dalam kehidupan masyarakat, baik itu ketidakadilan atau ketidakharmonisan antara seseorang terhadap orang lain adalah karena manusia kurang menghargai sesamanya. Setelah Adam jatuh ke dalam dosa, kejahatan merajalela di bumi dan mendarah-daging dalam sifat manusia. Ketika manusia menjadikan dirinya pusat dari segalanya, egosentris menjadi motivasi utama, dorongan hidup, dan kriteria kelakukan kita, muncullah ketidakadilan.

Orang membunuh orang lain karena merasa dirinya pantas hidup di dunia sementara orang lain tidak pantas hidup di dunia; atau kehadiran orang lain telah mengganggu keberadaan dirinya sehingga ia meniadakan orang itu. Itu sebabnya, setelah Allah memberikan perintah untuk menghormati orang tua, segera disusul dengan perintah jangan membunuh. Manusia tidak boleh membunuh karena yang menetapkan nilai setiap manusia bukanlah manusia, melainkan Allah. Allah yang mencipta, memberi, dan mengizinkan seseorang hidup, memahkotai dengan kehormatan dan kemuliaan, maka setiap orang patut dihargai. Tidak ada satu agama yang menetapkan nilai, harkat, identitas manusia lebih tinggi dari yang Allah berikan di Kitab Suci. Tidak ada filsafat, kebijaksanaan, dan kebudayaan dari zaman apa pun atau negara mana pun memberi nilai lebih tinggi dari yang Alkitab berikan.

Sebelum Allah menciptakan manusia, Ia berkata, “Marilah kita menciptakan manusia menurut peta teladan Kita.” Maka diciptakan-Nya laki-laki dan perempuan seturut peta teladan-Nya. Tidak ada dan tidak mungkin ada agama yang mengajarkan seperti ini. Sebelum manusia dicipta sudah diberi harkat, nilai, dan harga. Pada umumnya, kita harus mengerjakan sesuatu terlebih dahulu barulah diberi nilai. Misalnya, seorang seniman menciptakan lagu, barulah orang menentukan harga jualnya. Begitu pula produsen mobil merancang dan memproduksi mobil baru, barulah orang menetapkan harga jualnya. Tetapi Tuhan tidak demikian. Ia telah menciptakan nilai sebelum menciptakan manusia.

Manusia diciptakan paling akhir dan mendapat nilai yang tertinggi. Allah menciptakan manusia sebagai tuan alam semesta juga sebagai makhluk yang menikmati semua yang telah Allah ciptakan sebelumnya baginya. Semua ciptaan dicipta untuk manusia dan manusia dicipta untuk Allah. Hal ini menunjukkan bahwa Allah berada di atas manusia dan manusia berada di atas seluruh alam. Siapapun tidak berhak untuk mengubah urutan posisi ini. Barang siapa bergeser dari posisi yang Allah telah tetapkan, seumur hidup ia akan kacau, penuh kekhawatiran, bahkan merasa hidupnya tidak berarti.

Allah menciptakan segalanya untuk dinikmati dan dipakai manusia untuk melayani manusia. Maka, kucing, sapi, langit, bumi, udara, oksigen, dan semua makanan yang bernutrisi diciptakan untuk manusia. Manusia boleh memiliki, menikmati, dan mengalami anugerah Tuhan yang begitu limpah, melampaui segala ciptaan-Nya yang mengisi semua kebutuhan tubuh maupun batinnya. Alam yang begitu indah diciptakan Allah untuk manusia, bahkan malaikat diciptakan untuk melayani anak-anak Tuhan yang mewarisi keselamatan. Itu sebabnya kita harus sadar dan bangga akan posisi yang Allah tetapkan yakni lebih tinggi dari segalanya. Jangan sekali-kali kita menurunkan derajat diri kita menjadi budak materi, budak uang. Orang kaya yang hidup hanya mencari uang dan tidak bisa hidup tanpa uang banyak adalah budak harta. Tetapi orang yang berpotensi menduduki jabatan tinggi, lalu rela menjadi guru yang honornya kecil, dia sudah terlepas dari belenggu harta. Itu sebabnya, orang Reformed tidak memandang berapa banyak kekayaan yang seorang miliki lalu mengagungkan dia sambil menginjak-injak orang miskin. Kita harus sadar bahwa setiap manusia sama-sama diciptakan menurut peta teladan Allah.

Tuhan menciptakan segala sesuatu termasuk materi untuk mencukupi kebutuhan kita. Jadi materi bersifat pasif dan rendah sedangkan manusia bersifat aktif dan tinggi derajatnya. Tetapi setinggi apa pun manusia, dia tetap berada di bawah Allah. Maka jika kita meletakkan sesuatu selain Allah di atas kita, kita telah menghina dan merampas kemuliaan Allah. Ajaran seperti ini tidak mungkin ada di ajaran agama lain bahkan Taurat karena pasti akan meletakkan manusia lebih rendah atau menjadi paling tinggi di atas segalanya. Atheisme meletakkan diri begitu tinggi sehingga tidak ada tempat bagi Allah di atas; dan materialisme meletakkan manusia begitu rendah menjadi budak materi, membiarkan materi berkuasa atas hidupnya. Maka seseorang yang konsep nilainya salah akan kacau, bingung, dan tersesat hidupnya.

Manusia adalah wakil Tuhan sehingga ia diciptakan menurut peta teladan-Nya. Inilah nilai manusia yang tepat. Manusia memancarkan dan merefleksikan kemuliaan dan kehormatan Allah. Di dalam Simfoni Ketiga, Kelima, Ketujuh dan Kesembilan dari Beethoven, kita bisa merasakan bagaimana dia berjuang melawan nasibnya yang malang tanpa kompromi. Ini ciri khas Beethoven yang tidak ditemui dalam karya Haydn dan Mendelssohn karena mereka hidup begitu nyaman dan lebih kaya. Sekalipun akhirnya Beethoven menjadi kaya, ia meninggal sebelum sempat menikmati kekayaannya. Karya Beethoven bisa kita lihat sebagai peta teladan Beethoven; karya Mozart memiliki peta teladan Mozart; karya Haydn memiliki peta teladan Haydn. Setiap orang besar meletakkan peta teladan mereka di dalam karya mereka. Dari manakah kita mengenal Tuhan? Dari manusia. Dari mana kita melihat aksi melawan Tuhan? Juga dari manusia. Maka manusia dapat menyatakan ketaatannya kepada Allah sehingga merefleksikan peta teladan-Nya, tetapi juga dapat memberontak, melawan, dan merefleksikan pembangkangan terhadap peta teladan Allah. Maka adalah bohong jika seseorang mengatakan ia mencintai Tuhan tetapi membenci sesamanya. Omong kosong jika seseorang yang tidak menghargai karya Allah yang memiliki peta teladan-Nya mengaku berbakti kepada Tuhan. Orang yang membunuh manusia demi agama adalah orang yang sama sekali tidak mengerti Tuhan dan tidak mengerti hukum keenam yang Ia berikan, yaitu: Jangan membunuh.

“Jangan membunuh” bukan berarti kita tidak boleh membunuh binatang. Sejak sebelum hukum keenam diberikan, Tuhan sudah mengizinkan manusia untuk makan daging binatang. Allah tidak mengizinkan manusia membunuh manusia, tetapi mengizinkan membunuh binatang. Manusia yang membunuh sesamanya jauh lebih kejam dari binatang. Hampir tidak ada (hanya sebagian kecil) binatang yang membunuh binatang yang sejenis dengannya, maka lebih tidak patut lagi jika manusia membunuh sesamanya. Tidak ada binatang yang sekejam manusia. Binatang ketika membunuh mangsanya, ia membunuh dengan cepat dan memangsanya; atau menggigit punuknya, bagian saraf utamanya, sehingga kehilangan rasa sakit, baru memangsanya. Manusia sering kali membunuh dengan begitu keji.

Tuhan Yesus berkata, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh isi dunia tetapi kehilangan nyawanya?” (Matius 16:26). Itu berarti manusia jauh lebih tinggi nilainya dari seluruh isi dunia ini. Oleh karena itu, Tuhan mengajarkan kepada manusia untuk menghargai sesamanya, mulai dari menghargai orang tua, lalu menghargai semua orang lain.

Peta dan teladan merupakan alfa dan omega manusia. Peta adalah potensi diri sementara teladan merupakan tujuan. Peta (potensi) Allah menyebabkan tujuan hidupnya seperti Allah, meneladani Kristus. Di dalam Perjanjian Lama, manusia setara dengan manusia lainnya. Di dalam Perjanjian Baru, manusia lebih besar dari dunia dan seluruh isinya. Oleh karena itu, manusia tidak bisa membunuh manusia lalu menggantinya dengan uang sebesar Rp. 200 juta atau $200 juta karena manusia tidak identik dengan uang. Allah berkata kepada Musa, “Barangsiapa menumpahkan darah orang lain, darahnya sendiri juga akan ditumpahkan” (Kejadian 9:6). Kita harus melihat manusia secara utuh. Ini merupakan hak asasi manusia, tidak peduli dia kaya atau miskin, berkedudukan tinggi atau rakyat jelata, orang yang sempurna atau cacat, pria atau wanita. Di hadapan Tuhan setiap manusia dipandang setara dengan semua manusia lainnya. Itu sebabnya, Allah berfirman, “Marilah Kita menciptakan manusia menurut peta teladan Kita,” yang diikuti ayat berikutnya, “lalu diciptakanlah mereka, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka menurut peta teladan-Nya” (Kejadian 1:26-27). Maka yang pertama kali mencetuskan kesetaraan pria dan wanita di dalam sejarah adalah Alkitab, bukan perjuangan filsafat manusia, apalagi feminisme yang memperjuangkan kesetaraan wanita dengan pria saat ini.

Di dalam Perjanjian Baru, manusia bernilai begitu tinggi melampaui seluruh dunia dan isinya. Itu sebabnya Kristus rela mati untuk kita. Jika di dunia ini hanya ada satu orang maka Kristus tetap akan datang ke dunia untuk mati baginya, karena hanya Dialah nilai tertinggi yang dapat menebus dosa manusia. Itu membuat kita sadar, betapa besar cinta Tuhan bagi kita sampai Kristus mati di kayu salib. Nilai investasi Allah saat menciptakan manusia begitu besar. Orang yang mempermainkan diri sendiri dengan berjudi, berzina, melampiaskan nafsu dosanya, bukan hanya menurunkan harkat dirinya juga sangat melukai hati Allah yang begitu mencintainya dengan menciptakan dia menurut peta teladan-Nya. Hanya orang yang menyadari bahwa nilai manusia begitu tinggi yang tidak akan sembarangan menghancurkan diri dan hidup orang lain. Tuhan tidak mengizinkan kita merusak hidup orang lain. Bahkan di kitab Yohanes tertulis, “Barang siapa membunuh, dia tidak memiliki hidup kekal.” Bunuh diri juga harus dilihat dengan prinsip yang sama. Saat engkau membunuh orang lain, engkau membunuh manusia; saat engkau membunuh dirimu sendiri, engkau tetap membunuh manusia. Maka manusia tidak punya hak untuk membunuh orang lain maupun membunuh dirinya sendiri.
Seseorang membunuh orang lain karena ia membenci orang itu; orang membunuh diri karena ia membenci dirinya sendiri. Jadi membunuh, baik membunuh diri maupun membunuh orang lain, terjadi karena salah menilai hidup manusia. Itu sebabnya, bagaimanapun susahnya hidupmu, begitu banyak hal yang tidak dapat engkau capai, begitu banyak kesulitan yang engkau hadapi, engkau tetap harus hidup. Jangan pernah mempunyai pikiran bunuh diri. Niat bunuh diri itu datang dari Iblis yang selalu mau melecehkan manusia, ciptaan Tuhan yang diciptakan menurut peta teladan-Nya. Di sini kita melihat bahwa konsep dan pengertian orang Kristen berbeda dari semua ajaran agama dan pikiran orang sekuler yang belum mengenal firman Tuhan.

Di kebudayaan Gerika ada tiga aliran filsafat yang dominan, yaitu:

1.   EpicureanismFilsafat ini mengajarkan bahwa tujuan hidup adalah berbahagia. Pendirinya yaitu Epicurus adalah pencari bahagia. Bagi dia, bahagia identik dengan damai. Dia melihat a) damai dengan diri sendiri, b) damai dengan orang lain, dan c) damai dengan dunia. Apabila seluruh relasi kita damai maka kita bisa tidur nyenyak. Ketika engkau diperlakukan tidak adil, engkau mulai merasa relasi tidak beres, maka itu membuat engkau menjadi jengkel dan susah tidur. Menurut Epicurus, manusia baru bahagia jika berdamai dengan diri, sesama, dan alam. Itu sebabnya, seseorang harus menanam dan menuai sesuai musimnya, karena jika tidak maka tidak akan damai. Namun kemudian, Epicureanism diteruskan menjadi Hedonism, suatu pelampiasan nafsu liar dengan berzina dan menyebutnya bahagia. Pada masa kini, banyak pemuda pemudi yang merasa bahagia jika tidak dikekang oleh orang tua atau guru sehingga bisa menonton film porno, melakukan perbuatan terlarang dengan bebas. Ini bukan pikiran asli Epicurus. Epicurus hidup begitu sederhana, jauh dari hidup mewah karena bagi dia damai tidak diikat oleh segala nafsu dan kenikmatan pribadi. Pemikirannya mirip dengan Buddhism. Maka, banyak orang sakit, susah, khawatir, datang kepadanya, lalu mendapatkan ketenangan dan damai karena dilepaskan dari nafsu. Ini adalah konseling yang pertama di dunia. Tetapi konseling Kristen berbeda dari konseling yang berdasarkan filsafat atau psikologi yang hanya memberikan ketenangan.

2.   StoicismStoicism mengajarkan bahwa bahagia dicapai melalui perbuatan baik. Tokoh utama aliran ini adalah Zeno. Ajaran ini dimulai di Stoa, di mana mereka mendiskusikan bahagia dan berkesimpulan bahwa seseorang harus berbuat baik dan memberikan sesuatu kepada orang lain. Filsafat ini menjadi arus utama hingga 300 tahun setelah Aristoteles meninggal. Saat itu dunia tidak lagi mengutamakan astronomi, biologi, kosmologi, dan lain-lain, tetapi fokus kepada manusia. Di zaman Socrates, orang berhenti mencari tahu tentang alam semesta, lalu berusaha mengenal diri sendiri. Dan pada zaman Plato, berbalik orang mulai mengutamakan kosmologi. Di zaman Aristoteles orang mengutamakan epistemologi dan logika. Tiga ratus tahun setelah Aristoteles, di zaman Kristus dan Paulus, orang Gerika tidak lagi mementingkan kosmologi, epistemologi, astronomi, tetapi mulai mencari makna hidup. Manusia mulai mencari bahagia. Orang yang kehilangan makna hidup akan bunuh diri. Orang yang dianggap tidak ada maknanya akan dibunuh.

3.   Skepticism. Skepticism adalah pikiran yang selalu meragukan semua kebenaran. Mereka meragukan semua definisi dan menganggap tidak ada yang bisa dipastikan sebagai benar.

Tiga pandangan ini mendominasi seluruh pengertian manusia tentang nilai hidupnya. Dari sini kita akan menelaah bagaimana hubungan manusia dengan manusia yang dikaitkan dengan nilai hidup diri dan orang lain.  1. Saya OK, kamu OK. Di sini saya dan engkau bisa hidup bersama karena kita sama-sama suka yang berbeda tetapi tidak memengaruhi satu terhadap yang lain. Saya suka bayam, kamu suka buncis, saya suka Islam, kamu suka Kristen, itu tidak menjadi masalah di mana apa pun juga OK.
2. Saya OK, kamu tidak OK. Saya beres, kamu tidak beres. Ini pandangan sebagian besar manusia. Hal ini yang membuat akhirnya terjadi perseteruan. Semua menjadi tidak benar, hanya saya yang benar.
3. Kamu OK, saya tidak OK. Pandangan ini selalu melihat orang lain yang beres, yang benar, sementara diri kita pasti salah, pasti kurang.
4. Kamu tidak OK, saya juga tidak OK. Itu berarti sama-sama merasa tidak beres dan melihat semuanya tidak ada yang beres.

Selama di dalam kaitan ini kita tidak terlalu memutlakkan salah satu dan tidak terlalu ekstrem, maka kita bisa hidup. Masalahnya, sikap OK dan tidak OK ini bisa berubah bahkan hingga ke tingkat radikal. Jika kita merasa kita mutlak OK dan kamu mutlak tidak OK, maka ini menjadi masalah yang sangat berbahaya. Orang bisa sama sekali tidak peduli akan semua kerusakan masyarakat karena menganggap semua itu OK. Sebaliknya, ada orang yang berjuang agar cepat kiamat dan berusaha menghancurkan seluruh dunia karena dia berpandangan semua dunia ini tidak OK. Ini bisa menjadi penyebab dari terorisme dan pembunuhan. Orang yang menganggap diri lebih penting dari orang lain, bahkan merasa punya hak lebih dari orang lain, akan menghancurkan orang lain. Negara Amerika Serikat, yang memiliki paling banyak sekolah tinggi, tidak banyak bisa menghasilkan orang Kristen yang berkarakter baik. Itu sebabnya Abraham Kuyper dan semua tokoh Reformed menyadari pentingnya pendidikan Kristen. Bagi saya, pendidikan Kristen yang serius harus dimulai dengan Theologi Reformed.

Ketika seseorang sudah mulai memutlakkan tidak OK, maka itu akan mulai mengarah kepada kemungkinan terjadinya pembunuhan. Orang membunuh orang lain karena beberapa sebab utama:
  1. Dia beranggapan bahwa orang lain tidak beres sehingga lebih baik hidupnya dihentikan. Pada saat itu, si pembunuh sedang tidak beres karena memosisikan diri sebagai Allah yang berhak dan berkuasa untuk menghentikan hidup orang lain.
  2. Dia membenci orang tertentu sehingga keberadaan orang itu dianggap mengganggu dan mengancam dirinya. Maka “keberadaannya menjadi neraka bagiku”, itu pernyataan Jean-Paul Sartre, filsuf eksistensialis Perancis. Kebencian itu bisa berakhir dengan pembunuhan. Maka, di sini kita melihat Alkitab menyamakan membenci dengan membunuh.
  3. Ketika yang dibenci adalah diri sendiri maka ia akan membunuh dirinya sendiri.
  4. Karena terjepit di dalam situasi sulit. 
Ada peribahasa mengatakan, “Tidak bisa sama-sama hidup di bawah kolong langit. Kalau engkau ada, aku harus tidak ada; kalau aku ada, engkau harus tidak ada.” Maka kesimpulannya adalah engkau harus tidak ada. Di dalam sejarah politik, Kaisar Yongle dari Dinasti Ming pada tahun 1402 merebut kekuasaan dari keponakannya. Untuk menjaga supaya tidak ada balas dendam, ia mengirim Zheng He untuk mengejar dan memenggal keponakannya di depan matanya. Begitu juga setelah Lenin meninggal di tahun 1924, Rusia memiliki dua pemimpin besar, yaitu Stalin dan Trotsky. Akhirnya Stalin yang berkuasa dan ia mencari Trotsky yang menghilang bersembunyi, sampai akhirnya ditemukan dan yang mati di Meksiko. Orang begitu membenci orang lain dan membunuh dia, karena tidak mengizinkan dia hidup bersamanya di bawah kolong langit. Kebencian adalah emosi yang tidak terkendali, yang merusak seluruh kedamaian dunia. Kebencian adalah investasi Iblis untuk merobohkan seluruh keberadaanmu, nilai hidupmu, dan mengarahkan engkau kepada perbuatan membunuh manusia.


Sebelum seseorang membunuh orang lain, ia selalu tidak memikirkan terlebih dahulu apa akibatnya, sampai setelah membunuh, di mana dia pikir dia sudah mendapatkan jalan keluar dari masalahnya, kini ia sadar bahwa ia menghadapi masalah yang lebih besar. Semua tindakan pembunuhan itu sia-sia karena masalah yang dihadapinya jauh lebih besar. Setelah ia mengenyahkan musuhnya, banyak orang justru berbalik memusuhi dia. Sungguh suatu tindakan kebodohan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Oleh karena itu, Alkitab memerintahkan kita untuk jangan membunuh. Kiranya dengan mengenal nilai manusia terlebih dahulu, lalu kita mengetahui batasan hak yang kita miliki, kita bisa meminta kepada Tuhan untuk memberikan kita kasih, menjauhkan kita dari rasa benci, iri hati, dengki, dan dendam – api yang menghancurkan baik diri kita maupun orang lain. Kiranya Tuhan memimpin dan menolong hidup kita.

SEPULUH HUKUM TAURAT: Jangan membunuh.”  (Keluaran 20:13)

Jangan membunuh adalah salah satu perintah yang paling kuat di dunia. Perintah ini bukan dari manusia kepada manusia, melainkan perintah dari Allah Pencipta kepada manusia ciptaan-Nya. Manusia adalah ciptaan yang bernilai, yang diberi peta teladan Allah untuk merefleksikan kemuliaan-Nya, menjadi pelaksana kehendak-Nya. Namun, justru karena manusia tidak mengenal nilai diri dan sesamanya maka dia selalu mencari-cari kesalahan, kekurangan orang lain, lalu membenci, merusak, bahkan sampai berhasil menyingkirkannya.

Mengutip kalimat Jean-Paul Sartre, “Others’ existence is my hell” (orang lain adalah neraka bagiku). Sungguh, iri hati, benci, dengki terhadap sesama membuat dunia bagaikan neraka. Manusia sulit untuk belajar menikmati keindahan dan kebaikan orang lain yang tidak dia sukai dan yang tidak menguntungkan baginya. Bukankah Tuhan memerintahkan agar manusia mencintai musuhnya dan berdoa bagi orang-orang yang menganiaya mereka? Hal ini sungguh bukanlah hal yang mudah, tetapi inilah ajaran Kristen. Tidak cukup seorang Kristen hanya memiliki doktrin yang benar. Ia harus juga diperlengkapi dengan etika yang benar. Kristus, dasar dan asal dari semua doktrin Kristen, di dalam inkarnasi-Nya telah begitu rela mengampuni Yudas yang menyalibkan-Nya. Ia begitu rela membasuh kakinya dan menaruh roti di pinggannya. Kita sungguh tidak bisa mengerti. Tidak ada teladan dalam hal mengasihi, menghormati, dan bertoleransi kepada sesama yang lebih tinggi dari teladan Kristus.

Tuhan ingin kita saling menghormati. Selama saya hidup, saya berusaha untuk bisa berjiwa besar, melihat kelebihan orang lain, tidak menghina siapapun, dan sebisanya menggali semua karunia yang ada pada seseorang untuk bisa lebih lagi melayani Tuhan. Saya berusaha untuk menampung, mengerti, memberi toleransi kepada mereka, dan untuk itu saya sungguh mohon kekuatan dari Tuhan untuk bisa memengaruhi, mengubah, dan mendidik mereka. Sungguh hal seperti ini tidak mudah karena terkadang dirugikan, harus belajar menyangkal diri, dan berani membayar harga yang mahal untuk itu. Namun, inilah semangat kekristenan. Orang yang tidak rela menyangkal diri dan memikul salib, sulit menjadi berkat bagi orang lain. Orang yang membenci orang lain sudah membunuh. Ada banyak jenis pembunuhan, seperti: membunuh perasaan, membunuh nyawa, membunuh otak, membunuh karier, dan seterusnya. Maka membunuh tidak harus dibatasi hanya sebagai pembunuhan fisik. Ada orang yang membunuh orang lain secara perlahan-lahan.

Apa Alasan Membunuh?

Alkitab menemukan satu prinsip yang tepat, yaitu jangan membenci orang lain. Membenci mengakibatkan pembunuhan. Di dinasti Tang (kira-kira 1.100 tahun lalu), ada selir yang merebut kekuasaan kerajaan, lalu ia mulai menganiaya dan membunuh ratu secara perlahan-lahan: dipotong hidungnya, telinganya, tangannya, kakinya, lalu matanya dicungkil, lidahnya dipotong, lalu ditempatkan di WC, mencium bau kotoran sampai mati. Kejam luar biasa. Dia bukan hanya melihat musuh, tetapi dia juga berperan seperti Allah yang mempermainkan hidup seseorang. Siapa manusia? Manusia adalah ciptaan Allah yang sama-sama berbagi kasih Allah. Oleh karena itu, janganlah kita membenci satu terhadap yang lain. Jangan menggunakan kuasa lebih dari yang sepatutnya. Jika ada bibit iri hati, benci, dengki, engkau harus segera bertobat. Meskipun kebencian sepertinya tidak mudah dilihat oleh orang lain, tetapi kita harus ingat bahwa Tuhan Allah kita melihat setiap pribadi. Peribahasa Tionghoa mengatakan: Ada jaring hukum sorga yang sepertinya longgar, tetapi tidak melepaskan orang yang melanggar hukum. Terlalu banyak contoh bahwa orang-orang yang berbuat kejahatan, untuk seketika tidak ketahuan, tetapi suatu saat pasti terbongkar. Tuhan tidak membiarkan dosa berjalan semaunya.

Pernah terjadi seorang profesor dari sebuah universitas ternama di Amerika Serikat tertangkap karena membunuh enam puluh lima wanita cantik. Ketika ditunjukkan fotonya di koran, ia begitu terlihat baik, sopan, tampan, tetapi berjiwa setan. Sebaliknya, orang mengatakan Socrates berwajah badut berhati Allah. Mana yang lebih baik? Terkadang realitas sangat berbeda dengan esensi. Plato mengatakan, “Pencapaian tertinggi manusia di dunia ini adalah ketika ia bisa hidup seperti Allah.” Yesus berkata, “Ikutlah teladan-Ku.” Peta beda dari teladan. Peta adalah potensi, esensi, substansi; sementara teladan adalah pencapaian atau sasaran.

Ketika manusia bermusuhan, ia berpikir dengan membunuhnya semua akan selesai. Sebenarnya justru sebaliknya. Pembunuhan justru akan menciptakan masalah baru. Membunuh orang lain bukanlah penyelesaian masalah, tetapi menghasilkan suatu masalah baru yang lebih besar.

Pembunuhan Pertama

Kain adalah pembunuh pertama. Ia membunuh Habel, adiknya. Ia iri hati dengan adiknya, lalu karena lebih besar dan lebih tua, ia merasa boleh melakukan apa saja. Jika orang berpikir bahwa semua kesehatan, kedudukan, kekuatan, kepandaian boleh dipakai untuk melayani ambisi pribadi, ini akan menciptakan ketidakadilan. Jika engkau menjalankan keadilan, belas kasihan, kebajikan, dan kesucian, walaupun kelihatan tidak mendatangkan banyak keuntungan, Tuhan akan memberimu sejahtera. Hubungan antara engkau dengan dirimu sendiri, hubungan antara engkau dengan orang lain, antara engkau dengan alam, antara engkau dengan Allah, terjadi hubungan yang sangat indah dan harmonis. Segala sesuatu yang tidak seimbang adalah dosa. Ketidakseimbangan ini akan merusak relasi. Relasi yang tidak baik biasanya dimulai dengan memperlakukan sesama secara tidak adil. Inilah kejahatan yang dibenci oleh Tuhan.

Alasan kedua Kain membunuh Habel adalah karena persembahan Kain tidak diterima oleh Tuhan sementara persembahan Habel diterima. Tuhan mengatakan, “Jika perbuatanmu baik, tidakkah engkau diterima?” Itu berarti Tuhan menolak persembahan Kain karena ia jahat. Kain bukan tidak diterima persembahannya karena tidak mengandung darah. Habel diterima karena berbuat baik, ia memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Tuhan yang pertama-tama menyembelih binatang yang kulitnya dipakai untuk pakaian Adam dan Hawa akibat kejatuhan ke dalam dosa. Inilah korban pertama. Ketika Tuhan tidak menerima persembahan Kain, dia tidak introspeksi diri, tetapi marah. Tuhan memperingatkan dia untuk berhati-hati karena dosa sedang mengintip dan mau menerkam. Di sini dosa dipersonifikasikan. Dosa dipandang seperti seseorang yang berkekuatan besar dan bisa mencengkeram dan menghancurkan. Nanti di surat Roma, dosa dilihat dari dua segi, yaitu singular dan plural. Dosa dalam bentuk singular mengacu kepada kuasa, dan dosa dalam bentuk pluralmengacu kepada kelakuan.

Jadi ketika engkau mengonsumsi narkoba, bukan engkau sedang bermain-main dengan dosa, tetapi dosa sedang mempermainkan engkau. Namun, sekalipun sudah diperingatkan oleh Tuhan, Kain tetap tidak bertobat. Kesimpulannya adalah seperti yang Tuhan Yesus ucapkan kepada orang Yahudi yang mau membunuh-Nya, “Hanya karena Aku menyatakan kebenaran, maka engkau mau membunuh Aku?” (Yohanes 8:37-40). Inilah inti alasan pembunuhan. Manusia melawan dan membenci Yesus karena Yesus menyatakan kebenaran di tengah manusia yang tidak menyukai kebenaran.
Yesus satu-satunya pribadi yang mutlak benar di tengah-tengah manusia yang tidak menginginkan kebenaran. Pengorbanan Habel diterima karena mempersembahkan domba korban. Orang Liberal mengkritik bahwa Yehovah adalah Allah pencinta darah. Ini adalah pikiran yang tidak waras karena sebenarnya darah yang asli adalah darah Anak Allah sendiri, yaitu Yesus Kristus. Orang yang mempersembahkan korban darah berarti orang itu mau sinkron dengan Allah dan memahami maksud dan pengertian korban menurut Allah.

Kain membunuh adiknya dengan kekuatannya. Tuhan melihat dan bertanya, “Engkau meng­gu­nakan kebebasan untuk membunuh adikmu? Aku memperhitungkan ini sebagai kejahatan.” Apakah dengan kita menggunakan kebebasan untuk melakukan kejahatan lalu semua usaha kita akan lancar? Bukan, itu karena Tuhan mencatat dan membiarkan engkau melakukannya. Di dalam Pengkhotbah 12:14, dikatakan bahwa semua perbuatan yang kita lakukan akan membawa kita ke pengadilan Allah. Allah tidak bisa dipermainkan.

Bahaya Motivasi

Allah memperingatkan Kain sebelum dia melakukan pembunuhan. Ini berarti Allah sudah tahu akan motivasi dan keinginan Kain, tanpa perlu sampai melakukan. Kain diperingatkan, tetapi malah memukul Habel sampai mati. Bagi Kain, dia merasa diperlakukan tidak adil karena persembahan Habel diterima dan miliknya tidak. Banyak orang melihat keadilan sebagai sama rata. Kalau orang punya mobil, kita juga harus punya mobil. Kalau tidak maka Allah tidak adil. Dia lupa bahwa yang satu bekerja keras dan berusaha, sementara dia tidak mau bekerja dan malas luar biasa. Ini berarti bukan tuntutan keadilan, tetapi kesamarataan. Ini justru tidak adil dan tidak Tuhan inginkan.

Manusia tidak dicipta sama rata. Ada yang sangat pandai, ada yang biasa-biasa. Ada yang sangat cantik, ada yang biasa-biasa. Di dalam prinsip Tuhan, yang diberi lebih dituntut lebih. Maka keadilan harus dituntut melalui pelaksanaan kewajiban, bukan kesamarataan. Saya berusaha untuk tidak pernah mau iri hati di sepanjang hidup saya. Saya tidak ingin membandingkan dengan kekayaan orang lain, maka saya bisa memberi persembahan; saya tidak ingin lebih pandai, semua kepandaian yang Tuhan beri saya gunakan semaksimal mungkin. Intelektualitas adalah harta yang harus kita pertanggungjawabkan kepada Tuhan. Seluruh hidup kita harus kita jalani dengan semaksimal mungkin. 

Setelah Kain membunuh Habel, dia pikir semua sudah beres. Apakah setelah membunuh Habel karena korban Kain ditolak oleh Tuhan, maka kini korban Kain akan diterima? Tentu semakin tidak diterima. Maka tindakan pembunuhan ini sama sekali tidak menyelesaikan masalah Kain, tidak menjadikan semua beres. Sebaliknya, kini semua semakin tidak beres. Kain tidak merasa bertanggung jawab dan tidak merasa harus menjaga adiknya. Dia lupa bahwa hidup harus mengasihi dan takut akan Allah serta mengasihi sesama. Inilah etika salib, yaitu vertikal dan horizontal.

Darah Habel berteriak kepada Tuhan. Inilah nabi yang pertama. Yesus berkata, “Dosa membunuh nabi-nabi dari Habel sampai Zakaria dilimpahkan atas generasi ini” (Lukas 11:50-51). Ini pertama kali orang perlu tahu bahwa setelah mati tidak selesai. Mati bukanlah akhir, setelah mati masih bisa berbicara. Mungkin Habellah orang pertama yang meneriakkan hukum keenam ini. Di sepanjang sejarah, orang Farisi dan ahli Taurat juga merasa kuat dan membunuh Yesus, dan berbagai orang yang merasa kuat membunuh yang lemah.

Arti Hidup

Membunuh berarti tidak lagi menghargai arti kehidupan itu sendiri. Membunuh berarti menghina nilai hidup manusia. Kita harus menghargai hidup manusia karena manusia dicipta menurut peta teladan Allah. Agama-agama lain juga mengajarkan untuk jangan membunuh, tetapi mereka tidak mengerti batasannya sehingga ada agama yang memperluas hukum ini sampai tidak boleh membunuh nyamuk sekalipun. Ini akibat dari mereka tidak mengerti peta teladan Allah. Inilah bedanya Kitab Suci dengan ajaran agama-agama. Tuhan Pencipta manusia membuat garis batas yang tegas antara manusia dengan semua ciptaan lainnya.

Ada seorang mengajarkan, “Jangan membunuh ayam, nanti engkau mati lahir lagi jadi ayam; jangan membunuh kucing, nanti engkau jadi kucing; …” di belakangnya ada seorang anak yang menguntit, dan setelah dia diam, anak itu melanjutkan, “Jangan membunuh manusia, nanti setelah mati engkau lahir lagi jadi manusia.” Jadi tidak apa membunuh manusia, nanti lahir lagi jadi manusia. Di sini kita melihat bahwa logika dari pernyataan agama ini sangat lemah. Sangat berbeda dengan berita firman Tuhan. Firman adalah kebenaran, di mana tidak ada lowongan sedikit pun bersifat kontradiktif.

Kebebasan dan Pembunuhan

Perintah tentang ‘Jangan Membunuh’ berkait dengan berbagai ayat lain seperti “Barangsiapa menumpahkan darah orang lain, darahnya juga akan ditumpahkan.” Ajaran Alkitab sedemikian sempurna dan akurat sehingga satu dengan yang lain saling berkait dengan prinsip yang sama. Inilah firman, kebenaran yang dari Allah. Manusia tidak diperbolehkan membunuh sesamanya karena manusia dicipta menurut peta teladan Allah.

Memang Allah memberikan hak kebebasan kepada manusia yang sedemikian besar. Sebegitu besar kebebasan yang Allah berikan hingga bisa dipergunakan dengan semena-mena. Adam jatuh ke dalam dosa karena Adam telah menggunakan kebebasan yang Allah berikan untuk melawan Allah pemberi kebebasan itu. Ini sungguh suatu ironi.

Manusia dicipta mirip Allah, memiliki kuasa, kebebasan, dan keinginan yang luar biasa. Bedanya, Allah meletakkan kebebasan-Nya di dalam seluruh atribut-Nya. Kebebasan-Nya tidak pernah melawan kasih-Nya, keadilan-Nya, kesucian-Nya, dan kebenaran-Nya. Itu sebab, kebebasan Allah tidak pernah menyimpang. Sementara manusia tidak mau meneladani Allah dalam hal mengikat kebebasannya yang sedemikian besar. Maka manusia akhirnya menyimpang, memakai kebebasannya, haknya, kepandaiannya, untuk melawan Allah, yang adalah pemberi anugerah bagi hidup-Nya. Itulah kebebasan manusia yang akhirnya membinasakan dirinya. Mati berarti terpisah dari Allah, sumber hidup yang sejati. Itulah orang yang terlepas dari Tuhan, yang kehilangan fondasi dan standar hidup sehingga mungkin saja membunuh orang lain.

Perjanjian Lama memaparkan tiga kasus pembunuhan:

1. Kain, anak Adam, membunuh Habel, adiknya. Seharusnya Kain mengasihi dan melindungi Habel, adiknya. Tetapi kebencian akibat iri hati telah membuat Kain membunuh Habel. Ketika setan menanam bibit benci di dalam hati, engkau mulai tidak suka pada orang itu. Kalau kita mencintai seseorang, kita bersedia mengampuni semua kelemahannya, mau mengerti dia. Tetapi ketika sudah benci, kita akan mencari kesalahannya. Ketika kebencian itu dipicu oleh iri hati karena dia lebih pandai, lebih kaya, lebih cantik, lebih sukses, dan lain-lain, dan akhirnya merasa keberadaannya menjadi ancaman bagimu, hal-hal seperti ini bisa membuahkan pembunuhan karena kita ingin mengenyahkan dia. Kebencian membuat kita tidak bisa lagi melihat manusia dari sudut pandang Tuhan. Kalau kita melihat manusia menurut kacamata Tuhan, maka kita akan segera tahu bahwa setiap orang adalah ciptaan Tuhan, yang membutuhkan Injil, kasih, dan kebenaran. Lalu dari situ kita mulai belajar bagaimana untuk melayaninya. Kita tidak boleh hanya mementingkan diri sendiri. Orang yang sibuk mementingkan diri tidak mungkin bisa melayani Tuhan dengan baik. Seperti Kain melihat Habel bukan sebagai adik, tetapi sebagai musuh dan ancaman baginya. Sekalipun Habel tidak bersalah apa pun kepadanya, ia dibenci. Habel hanya taat menjalankan kehendak Allah karena Habel peka akan firman Tuhan, mengerti pengorbanan penebusan. Tanpa penumpahan darah tidak ada penebusan.

2. Pembunuhan oleh Ahab, raja Israel. Ahab adalah raja yang dikuasai istrinya, Izebel. Maka Ahab hanyalah raja boneka. Ia tidak takut Tuhan dan menyembah Baal dan memelihara empat ratus nabi Baal. Istrinya menyembah Asyera dan memelihara nabi Asyera lebih banyak lagi. Pada saat itu, Elia hidup sebagai nabi yang berdoktrin benar. Elia dengan berani menegur Ahab dan menyatakan tidak akan turun hujan di Israel. Ahab membenci Elia, tetapi ia tidak berani karena Tuhan menyertai Elia. Suatu hari Ahab mengingini sebidang tanah di kotanya. Ternyata tanah itu milik Nabot dan tidak mau dijual karena tanah itu adalah tanah warisan. Ahab pulang dengan murung dan tidak mau makan. Ketika istrinya mendengar hal itu, ia mengirim orang jahat untuk membunuh Nabot dan mengambil tanahnya. Ketika sedang merencanakan penggunaan tanah itu, Elia datang. Ahab malah menuduh Elia sebagai penyebab malapetaka di negaranya. Ini ciri orang berdosa yang tidak mau mengakui dosanya. Maka Elia mengumumkan bagaimana Ahab akan mati dibunuh dan darahnya akan dijilat anjing, dan hal ini sungguh-sungguh terjadi. Allah adalah Allah yang adil.

3. Daud membunuh Uria. Daud begitu terpesona pada kecantikan dan kemolekan tubuh telanjang dari Batsyeba dan ingin tidur dengan dia. Desakan nafsu membuat Daud lupa akan firman Tuhan dan lebih suka memenuhi nafsu bejatnya. Dia merasa bahwa dia raja yang berkuasa dan bukankah raja berhak punya banyak istri. Dia lupa bahwa dia adalah raja yang punya Tuhan dan punya Taurat. Akhirnya, Daud meletakkan Uria, suami Batsyeba di garis depan peperangan yang paling berbahaya, dan Uria gugur sebagai panglima perang yang gagah berani. Dengan cara demikian, Daud bisa mengambil Batsyeba sebagai istrinya, bahkan terkesan berjasa karena menolong janda dari panglimanya yang begitu setia. Tetapi Tuhan mengutus nabi Natan untuk menegur Daud. Natan datang dengan membawa sebuah cerita perumpamaan, tentang orang kaya dengan domba tambun dan petani miskin yang punya domba betina kecil. Lalu orang kaya itu ingin menjamu tamunya dan tidak mau kehilangan dombanya, maka ia mengambil domba betina tetangganya yang miskin itu. Raja Daud marah dan menanyakan siapa orang kaya yang jahat itu. Dan Natan menunjuk pada dirinya Daud. Di sini Natan menyatakan diri sebagai hamba Tuhan yang berani menyatakan kesalahan raja. Tuhan tahu apa yang Daud kerjakan. Daud menangis dan bertobat. Tuhan mengampuni dosanya. Ini sikap yang sangat berbeda dari Herodes yang marah ketika ditegur dosanya oleh Yohanes Pembaptis, dan menjebloskan Yohanes ke penjara dan kemudian memenggal kepalanya.

Tuhan berkata, “Jangan membunuh.” Membunuh tidak menyelesaikan masalah karena keadilan Tuhan akan menuntut pembalasan. Maka, dapatkah Saudara berkata, “Tuhan, tolonglah aku membuang bibit kebencian dari dalam diriku. Jadikan aku pengikut yang meneladani Engkau dan menjalankan perintah-Mu”?

SEPULUH HUKUM TAURAT: “Jangan membunuh.”  (Keluaran 20:13)

Salah satu isu penting di dalam hukum keenam adalah mengapa Allah memerintahkan bangsa Israel untuk membunuh habis tujuh suku di Kanaan? Pada hari Sepuluh Hukum diturunkan, Musa memerintahkan orang Lewi untuk membunuh tiga ribu saudaranya sendiri. Sebagai suatu perbandingan yang unik, ketika Roh Kudus turun, tiga ribu orang diselamatkan. Ini sungguh suatu rahasia yang Alkitab bukakan kepada kita untuk mengerti bagaimana Tuhan bekerja.

Konsistensi Allah dan Perintah-Nya

Seorang profesor Buddha dari Taiwan mengomentari hal di atas sebagai alasan bahwa Allah Kristen tidak konsisten dan tidak damai, karena mengizinkan untuk membunuh. Ajaran Buddha menekankan perdamaian. Di Bangkok, di kuil Yu Fu Miao ada satu patung Buddha yang terbuat dari batu giok yang dijuluki Patung Perdamaian. Mereka meyakini bahwa siapa pun yang memiliki patung itu akan menikmati kedamaian. Tetapi demi untuk mendapatkan patung itu, mereka tidak segan-segan berperang. Patung ini diperebutkan oleh Myanmar dan Thailand selama beratus-ratus tahun. Inikah kedamaian? Oleh karena itu, kita tidak boleh mempermainkan perintah “Jangan membunuh” dengan sembarangan. Untuk itu, kita perlu mendalami hukum keenam ini dengan teliti dan yang tidak banyak dibahas di banyak gereja.

1). Tuhan memakai orang tua yang melanggar hukum.
Tuhan memakai Musa yang dilahirkan dari orang tua yang tidak taat kepada hukum Mesir, sehingga Musa tidak sampai mati dibunuh oleh Firaun. Dari fakta ini, kita harus mempelajari sifat hukum Allah yang bersifat paradoks. Kita tidak boleh sembarangan menafsirkan firman Tuhan secara harfiah, tanpa memperhatikan konteks dan pengertian Alkitab secara keseluruhan, sesuai dengan kebenaran Allah.

2). Tuhan memakai pembunuh untuk memerintahkan jangan membunuh.
Sebelum menerima hukum ini, Musa sudah pernah membunuh. Hal ini mengajar Musa untuk tidak sombong karena dia sendiri gagal menjalankan Hukum Taurat. Dengan itu dia belajar mengerti kesulitan orang lain yang jatuh ke dalam dosa dengan melanggar hukum.

3). Hari Sepuluh Hukum diturunkan, terjadi pembunuhan yang disetujui Tuhan.
Hari ketika Musa membawa turun Sepuluh Hukum, orang Israel sedang berbuat dosa dengan menyembah patung lembu emas. Mereka mengira Musa sudah mati di atas gunung dan Yahweh tidak memimpin mereka lagi. Musa marah, membuang kedua loh batu, dan menantang mereka untuk kembali taat kepada Tuhan. Hanya suku Lewi yang waktu itu berdiri di pihak Musa. Maka Musa memerintahkan suku Lewi untuk menghabisi saudara-saudaranya sendiri. Hari itu ada tiga ribu orang yang mati. Mengapa Allah menyetujui Musa memerintahkan suku Lewi untuk membunuh saudaranya? Allah adalah Allah yang mencipta hidup sehingga hanya Dia juga yang berhak untuk mencabut hidup siapapun yang tidak taat kepada-Nya. Jika kita tidak mengerti prinsip-prinsip Kitab Suci, kita mudah sekali mempersalahkan Allah yang menyetujui, bahkan memerintahkan tindakan pembunuhan. Lalu kita merasa lebih benar, meninggalkan Tuhan, dan menjadi atheis. Itu adalah suatu tindakan bodoh dari orang yang tidak mau taat kepada Tuhan. Dia tidak bisa membedakan antara Allah Pencipta yang hidup dengan dirinya sebagai ciptaan.

Tuhan Allah memakai Musa yang pernah membunuh untuk membawa perintah “Jangan membunuh” agar ia sendiri sadar bahwa ia bukan orang benar. Setiap orang adalah pelanggar hukum dan patut dihukum. Orang yang memandang dirinya cukup baik tidak akan dipakai oleh Tuhan. Sebaliknya, orang yang dahulu begitu gagal dan jahat, bisa Tuhan ubah dan dijadikan hamba Tuhan yang tangguh.

Rauschenbusch pernah menulis: “Orang yang paling menentang Farisi adalah Paulus yang pernah menjadi orang Farisi; yang paling melawan militer adalah Tolstoy yang bekas militer; yang paling menentang perbudakan adalah William Wilberforce yang sebelumnya pernah menjadi budak.” Allah memakai orang yang pernah berzinah, tahu betapa bobroknya berzinah, untuk menganjurkan orang agar jangan berzinah. Tuhan memakai orang yang pernah bercerai, mengalami pahit getirnya perceraian guna memperbaiki banyak keluarga yang retak. Biarlah kita belajar cara Tuhan menangani hal-hal seperti ini. Inilah keajaiban Tuhan yang tidak kita sadari.

Musa yang pernah membunuh, akan merasa begitu tidak layak membawa perintah hukum seperti ini. Dia akan merasa gentar dan tidak layak menjadi hamba Tuhan. Tetapi Tuhan justru mau memakai dia. Inilah paradoks, suatu kelebihan Alkitab yang jarang kita temukan di semua ajaran agama. Sayang banyak orang mau mengerti iman Kristen dengan mental agama lain.
Setelah Tuhan memerintahkan orang Lewi untuk membunuh saudaranya hingga tiga ribu orang terbunuh, barulah murka Tuhan berhenti. Ini menyatakan bahwa keadilan Tuhan itu mutlak. Tidak mungkin Allah menghabisi hidup seseorang tanpa alasan cukup karena Dia adalah kebenaran yang absolut. Orang yang tidak mengerti akan berkesimpulan bahwa Allah orang Kristen adalah Allah yang kejam. Seorang profesor di Taiwan menulis buku untuk menghasut para mahasiswa agar jangan menjadi Kristen, karena Kristen adalah agama yang kejam, di mana Allahnya membunuh begitu banyak orang, dan Kitab Suci Kristen adalah Kitab Suci yang penuh darah, tidak seperti agama Buddha yang cinta damai. Di dalam sebuah KKR, seorang mahasiswa menanyakan kepada saya bagaimana komentar saya terhadap buku tersebut. Saya mengatakan kepada mereka, “Jika memang Allah Kristen begitu jahat seperti yang dia tuliskan, pasti dia sudah membunuh profesor itu dulu. Tetapi kenyataannya Allah membiarkan orang yang melawan Dia tetap hidup. Berarti Allah Kristen tidak sedemikian jahat seperti yang dituduhkan.”

Tuduhan terhadap Allah

Apakah Allah adalah Allah yang tidak konsisten dan plinplan karena sambil memerintahkan “Jangan membunuh” sambil melakukan pembunuhan? Allah tidak plinplan. Allah memerintahkan orang Lewi untuk membunuh saudaranya karena umat yang Allah harapkan untuk menurunkan kebenaran Allah harus dituntut dengan ketat agar tidak merusak seluruh dunia. Di sini Allah melakukan penyaringan atas umat-Nya. Suatu hal yang sangat memilukan, tetapi sebuah keharusan mutlak. Lihatlah, ketika Tuhan memilih Abraham, melanjutkan ke Ishak, dan Ismael dikesampingkan; memilih Yakub dan mengesampingkan Esau. Bagaimana dengan Saudara dan saya? Tuhan akan selalu melakukan penyaringan yang ketat kepada umat yang Dia mau pakai.

Ada hamba Tuhan kita yang ketika studi menulis surat kepada saya dan mengatakan bahwa kalau dia kembali, dia hanya mau mengajar dan mengelola sekolah theologi dan tidak mau melakukan lainnya. Saya tidak membalas surat itu karena kalau semua mahasiswa yang dia ajar mengikuti cara dan perbuatannya, seluruh gerakan ini akan hancur. Kalau dia datang pada saya dan berbicara dengan saya, saya akan memberitahukan apa yang seharusnya dia lakukan, bukan dengan cara saya harus mengikuti keinginannya. Akhirnya Tuhan menyaring dia dari gerakan ini. Gerakan ini akan berjalan terus dan Tuhan menyaring hamba-hamba-Nya. Saya harus belajar peka dan ketat memelihara prinsip-prinsip Tuhan di dalam hati. Demikian juga setiap Saudara harus belajar hidup dengan ketat menurut kehendak Tuhan sehingga tidak disaring oleh Tuhan.

Kita telah melihat suatu kondisi paradoks. Saat seorang raja kafir menyuruh Bileam untuk mengutuk orang Israel, Tuhan memutar lidah nabi yang tamak ini menjadi memberkati umat-Nya. Akhirnya Bileam mengaku tidak sanggup mengutuk karena Tuhan tidak memperkenankan. Tetapi ada cara untuk menghancurkan mereka, yaitu buat mereka berzinah sehingga nanti mereka dihukum oleh Tuhan. Dan benar, Tuhan menurunkan wabah kepada mereka yang berzinah, sampai Pinehas membunuh orang yang membawa pelacur ke perkemahan orang Israel. Ini adalah pembunuhan yang Tuhan izinkan karena sesuai dengan isi hati Tuhan. Baru setelah itu redalah murka Tuhan. Kita harus melihat dua macam pembunuhan. Ada pembunuhan yang menghentikan hidup, ada pembunuhan yang menghentikan pembunuhan. Yang satu didasarkan pada kemarahan manusia, sementara yang lain dilakukan atas kehendak Allah.

Maka di sini, kita tidak boleh membunuh diri kita sendiri karena membunuh diri identik dengan membunuh orang lain. Ada orang-orang yang karena penderitaan yang hebat akhirnya bunuh diri. Untuk kasus seperti ini saya mau mengerti kesulitannya, tetapi tetap itu tindakan yang tidak benar dan saya tidak bisa menyetujuinya. Hidup manusia adalah hidup yang sangat serius dan terhormat. Di sisi lain, ada orang yang sengaja terus memperpanjang hidup yang sebenarnya sudah mati, yaitu dengan menggunakan peralatan medis terus. Hendaklah kita belajar menghormati hidup dengan benar.

Hukum Keenam dan Pemikiran Liberal

Berbahaya jika melihat paradoks kehidupan tanpa mengerti dari sudut Tuhan sendiri. Akhirnya muncul tuduhan bahwa Alkitab penuh dengan kontradiksi. Para theolog Liberal yang berakademis tinggi tetapi tidak takut Tuhan lebih baik meninggalkan profesinya dan jangan menjadi orang Kristen. Apa jadinya jika gereja diajar oleh orang-orang seperti ini? Lebih baik kehilangan 400 nabi palsu, lebih baik tidak punya nabi selama 400 tahun, ketimbang diajar dan dikerumuni nabi palsu. Sebelum Paulus bertobat, semakin dia melayani semakin tindakannya melawan kehendak Tuhan. Semakin dia melayani, dia menganiaya umat Tuhan. Hari ini banyak gereja yang kelihatannya giat melayani, tetapi justru merusak nama Tuhan, merusak pekerjaan Tuhan, dan menyesatkan banyak orang. Mereka tidak mau belajar kebenaran Tuhan dengan sungguh-sungguh dan hidup takut akan Tuhan.

Ada dua sikap ketika seorang berhadapan dengan berita yang sulit di Alkitab, yaitu: 1) memanipulasi dan menafsir ayat itu menurut pikirannya sendiri; atau 2) mengabaikan dan tidak mau membahas bagian itu. Tetapi kita perlu menyadari bahwa banyak jemaat dan orang Kristen yang lebih banyak belajar. Mereka bukan orang bodoh. Tugas Reformed adalah mengisi kebutuhan mereka dengan bertanggung jawab. Tidak memutar balik firman atau menyisakan bagian-bagian yang sulit. Setiap orang yang pandai harus takluk pada pimpinan Roh Kudus. Theologi Reformed adalah theologi yang rasional, tetapi bukan rasionalis (memperilah rasio).

Seorang profesor filsafat di Taiwan, Chen Gu Ing, mempertentangkan antara Allah yang kejam dan Yesus yang penuh cinta kasih. Inilah ajaran Liberal. Atheisme dan Liberal adalah sama-sama musuh kekristenan. Atheisme adalah musuh yang jujur di luar sementara Liberal adalah musuh dalam selimut yang lebih jahat karena mengaku sebagai Kristen. Colin Brown memberi komentar, “Tillich di gereja beda dengan Tillich si penulis.” Paul Tillich adalah seorang yang begitu baik ketika berkhotbah di gereja, tetapi menjadi begitu melawan Kristen ketika dia menulis. Ketika berkhotbah dia berusaha menyenangkan jemaat pendengarnya dan mengikuti keinginannya, tetapi ketika menulis buku, ia melawan fondasi kekristenan yang paling ortodoks. Pernah seorang pendeta Liberal ketika akan ditahbiskan, ditanya apakah dia percaya Yesus adalah Anak Allah, dia menjawab “Ya!” dengan begitu yakin. Semua temannya terkejut dan menanyakannya kemudian. Dia berkata: “Sstt... bukankah semua orang juga anak Allah?” Kita perlu berhati-hati dengan pendeta-pendeta seperti ini. Jika orang-orang seperti ini yang mengajar gereja, kita bisa segera mengerti gereja itu akan menjadi seperti apa.

Memang ada bagian-bagian Alkitab yang sulit dimengerti. Tetapi justru di sini Alkitab dengan jujur memaparkan hal-hal yang penting bagi manusia tanpa menyembunyikannya atau mengesampingkannya. Tugas setiap orang percaya untuk belajar dan mengerti, lalu menolong kaum intelektual yang kesulitan ketika mereka mencari kebenaran. Sejak abad ke-19, para theolog Liberal sulit menerima pandangan paradoks Alkitab dan menganggapnya sebagai kontradiksi. Lalu mereka berusaha menyelesaikan masalah ini dengan pendekatan evolusi. Mereka berpikir bahwa agama juga berevolusi sehingga pikiran-pikiran agama bisa berubah dan berevolusi juga. Sebenarnya pemikiran Evolusi sudah muncul sejak Aristoteles, tetapi berkembang meluas setelah terbitnya buku The Origin of the Species dari Charles Darwin pada tahun 1859. Pikiran ini dipasarkan oleh Sir Herbert Spencer dan Sir Thomas Henry Huxley. Gereja menertawakan teori evolusi namun tidak memberikan argumen yang kuat untuk melawan teori ini. Akibatnya dalam waktu 100 tahun, hampir tidak ada dunia akademis yang tidak menerima teori evolusi. Orang beriman dianggap tidak rasional sehingga sulit bagi kaum intelektual untuk beriman. Tetapi bagi Theologi Reformed, Roh Kudus tidak membunuh rasio tetapi membawa rasio yang sesat kembali patuh kepada kebenaran.

Allah menyuruh orang Israel menumpas tujuh suku di Kanaan. Kita sulit mengerti bagaimana penerapan cinta kasih Tuhan. Banyak orang tidak melihat ketuhanan Kristus, tetapi lebih mengedepankan moralitas Yesus. Akibatnya, agama hanya mengurus isu moral. Yesus hanya dilihat sebagai tokoh moral. Mengikuti Immanuel Kant, agama adalah sistem moral dan ibadah. Kita harus melihat agama sebagai sistem kehidupan berkenaan dengan pengharapan akan berkat kekekalan. Kristus yang kekal adalah Yesus yang lahir di palungan; Kristus yang Anak Allah adalah Yesus yang mati di kayu salib. Inilah orang Kristen sejati. Allah menumpas ketujuh suku di Kanaan karena tujuh suku ini adalah suku yang sangat rusak dan jahat. Ibadah mereka penuh dengan moral yang sangat keji. Mereka masuk ke kuil di mana ada musik dengan ritme yang sangat merangsang dan membangkitkan emosi. Lalu dengan dorongan para imam mereka, orang-orang mulai lupa diri, lalu menanggalkan baju dan bersetubuh satu dengan yang lain. Percabulan disetujui bahkan dilakukan saat ibadah. Itu sebabnya Allah memutuskan harus menumpas mereka agar umat Tuhan tidak tercemar oleh cara mereka yang mematikan. Kalau orang-orang seperti ini tidak ditumpas, dunia sudah penuh dengan semua penyakit kelamin dan juga AIDS. Ini bukan masalah evolusi agama atau Allah kurang bermoral. Justru demi menegakkan moral yang suci dan kudus, pembunuhan ini harus dilakukan. Penumpasan ketujuh suku ini adalah wujud kasih-Nya kepada umat manusia, dan otoritas-Nya di dalam mengatur dunia ciptaan-Nya.

Etika Berkenaan dengan Hukum Keenam

1). Peperangan

Perang bukanlah hal yang Tuhan restui, tidak menjadi berkat, dan tidak sesuai dengan kehendak Allah. Tidak ada agama yang menyetujui peperangan. Siapa yang melakukan kekerasan akan menuai kekerasan. Tetapi itu tidak berarti tidak ada peperangan dan tidak ada orang beragama yang berperang. Mao Zedong mengatakan kalau agama tidak menolong apa-apa dan tidak bisa menghentikan peperangan maka agama perlu dienyahkan. Tetapi dia sendiri akhirnya lebih kejam dan lebih suka kekerasan; seharusnya dia konsisten mengenyahkan dirinya. Bagi Theologi Reformed, agama adalah suatu bentuk anugerah umum yang Tuhan pakai untuk mencegah kejahatan yang lebih besar.

Apakah orang Kristen boleh berperang? Ketika menembak mati musuh, apakah melawan hukum keenam? Hanya satu kali pertanyaan ini muncul di Alkitab, ditanyakan oleh seorang serdadu Romawi yang bertobat dan dibaptis kepada Yohanes Pembaptis. Yohanes menjawab dua hal: 1) Cukupkan dengan apa yang ada padamu agar tidak menyalahgunakan pedang yang dipegangnya; 2) Jangan pakai pedang untuk menindas. Kedua hal ini adalah etika militer. Di sini jelas bahwa Yohanes tidak melarang orang untuk berperang. Terkadang perang diperlukan. Di dalam Alkitab Perjanjian Lama umat Tuhan juga berperang. Ini bagaikan tugas seorang algojo yang harus menjatuhkan hukuman mati demi untuk menghentikan kejahatan. Itulah cara Tuhan memelihara keadilan dan hak asasi manusia. Kalimat Yohanes mengindikasikan adanya just war (perang yang adil dan benar). Tuhan memang tidak menginginkan peperangan, tetapi peperangan terkadang diperlukan. Tuhan tidak melarang orang untuk berperang atau menjadi anggota militer.

Martin Luther melihat dua motivasi perang, yaitu 1) Defensif: Jika negaraku dijajah orang, aku tidak boleh melarikan diri dari tanggung jawab terhadap keluarga dan bangsaku yang terancam, sehingga aku harus maju berperang. Perang hanya dibenarkan jika motivasinya benar. Maka sebagai orang Kristen, kita harus menjaga hati nurani kita untuk senantiasa takut akan Tuhan. Dalam kasus ini, kalaupun seorang Kristen harus menembak atau membunuh, maka ia tidak berdosa karena ia sedang menjalankan keadilan Allah di bumi. 2) Agresif: Jika negaraku pergi menjajah negara asing maka sebagai orang Kristen aku tidak mau ikut berperang, walaupun dengan penolakan itu aku harus dihukum atau dibunuh sekalipun. Jadi, Martin Luther tidak menyetujui peperangan yang motivasinya salah. Martin Luther sangat mementingkan aspek hati nurani. Calvin lebih tajam melihat kasus ini, dalam hal ini pemegang tanggung jawab perang adalah yang bertanggung jawab kepada Tuhan. Pelaksana atau prajurit hanya menjalankan tugas dengan setia, dia tidak menanggung dosa akibat kesalahan motivasi yang salah, karena dalam peperangan dia tidak berencana untuk membunuh karena urusan pribadinya. Inilah etika perang yang kita pegang.

2). Algojo

Bagaimana dengan orang yang mengeksekusi narapidana yang divonis mati oleh pengadilan, apakah juga terhitung sebagai membunuh? Dalam kasus ini, jawaban yang kita berikan sama seperti serdadu yang berperang untuk membela negaranya, dia hanya melakukan tugas. Dengan demikian dia bukan membunuh karena benci atau ada kepentingan pribadi, tetapi karena dia menjalankan tugas keadilan yang harus dilakukannya demi menjaga keamanan dan menegakkan keadilan masyarakat.

3). Eutanasia

Eutanasia adalah bunuh diri dengan alasan yang baik. Apakah orang yang tidak lagi punya pengharapan untuk sembuh dari penyakitnya boleh mengakhiri atau diakhiri hidupnya? Prinsip yang pertama adalah jangan menahan waktu kematian seseorang hanya karena fakor emosi. Kedua, kalau waktunya untuk meninggal secara alamiah sudah tiba, relakan dan serahkan dia pada Tuhan. Kalau engkau tidak rela, tetap memperpanjang hidupnya dengan mesin misalnya, satu saat nanti mungkin terpaksa harus melakukan eutanasia — tindakan yang tak bertanggung jawab.

Sekitar tahun 1965-1969 terjadi peristiwa gempar, yaitu suami istri rektor Union Theological Seminary di New York bunuh diri bersama. Ini adalah sebuah seminari Liberal di Amerika Serikat. Ini adalah seminari yang menghasilkan seorang John Sung. Rektor dan istrinya yang sama-sama sudah lanjut usia ini tidak tahan akan rongrongan penyakit, lalu bunuh diri. Hal ini sangat menggemparkan karena rektor seminari yang begitu besar menjadi contoh. Maka, seorang tua yang sudah waktunya untuk pulang, jangan ditolong dengan cara artifisial dengan bantuan mesin-mesin. Orang tua yang dipaksa hidup seperti ini akan sangat menderita. Ada orang tua yang “dipaksa hidup” sampai menghabiskan jutaan rupiah sehingga keluarganya harus berhutang ke sana-sini. Ketika ia meninggal, anak-anaknya harus menanggung hutang bertahun-tahun. Itu terjadi karena mesin-mesin yang menopang dan anak-anaknya tidak berani menghentikannya. Maka jangan pakai alat-alat seperti ini kalau memang waktunya untuk meninggal.

4). Aborsi

Orang berdosa cenderung melakukan aborsi ketika ia hamil di luar nikah. Hal itu dikarena­kan rasa malu dan sangat mengganggu kehormatan keluarga atau rencana studinya. Alasan aborsi adalah janin itu bukan manusia atau belum manusia. Di sini kita melihat bahwa aborsi adalah tindakan yang egois dan tidak bertanggung jawab. Maka perlu dengan tegas dinyatakan bahwa aborsi seperti ini adalah dosa dan sama sekali tidak boleh dilakukan, karena membunuh manusia yang tidak mempunyai kekuatan untuk melawan. Seks itu karunia Tuhan yang indah. Tetapi jika seks disalahgunakan maka akan menjadi hal yang paling bobrok di dalam sejarah manusia. Tuhan dengan bijaksana agungnya menciptakan tubuh manusia dengan sedemikian indah sehingga bisa bergerak dengan lincah ketika melakukan hubungan seks. Sayang manusia tidak menyadari anugerah ini, melainkan hanya mau menikmati seks tanpa mau bertanggung jawab. Itu sebabnya Theologi Reformed tidak merestui seks pranikah. Hubungan seks sebelum nikah cenderung membuat orang lari dari kewajibannya. Oleh karena itu jangan mencoba-coba untuk mencicipi buah terlarang dan memungkirinya di hadapan Tuhan. Hendaklah kita menjadi dewasa dengan: a) punya tanggung jawab cukup; b) mengasihi sesama tanpa ego; dan c) berani melewati keseng­saraan yang sanggup dia pikul. Mengapa orang tega membunuh janin yang tidak punya kekuatan untuk melawan? Karena dia tidak mau bertanggung jawab, takut aibnya diketahui orang.

Tetapi bagaimana jika seorang wanita melakukan aborsi karena tidak tahan akan kepedihan dan beban berat akibat diperkosa? Haruskah dia bertanggung jawab untuk benih pria yang dimasukkan secara paksa ke dalam rahimnya? Saya pernah memberikan jawaban ini dalam acara tanya jawab pada tahun 1998, bahwa bagi orang yang belum percaya atau lemah imannya, di mana ia tidak bisa menerima fakta ini dan melakukan aborsi, kita melihat bahwa Tuhan bisa mengerti keadaan itu, tetapi tetap merupakan dosa (Kis. 17:29-31). Ketika manusia masih belum mengerti, Allah memberikan toleransi, tetapi sekarang Allah memerintahkan semua orang untuk bertobat. Ini adalah pernyataan Paulus di Atena.

Bukankah Athena adalah kota orang-orang pandai? Tetapi pandai secara dunia dianggap bodoh oleh Allah karena mereka tidak mengerti wahyu Allah. Mereka merasa diri mereka pandai, tetapi itulah kebodohan. Mereka tidak mengerti sehingga Allah tidak memperhitungkannya sebagai dosa. Tetapi kesalahan mereka yang terbesar adalah kesalahan epistemologis, kesalahan theologis. Semua nilai kebenaran manusia dan semua ideologi manusia harus didasarkan kepada pengertian theologi yang benar.

Bagaimana dengan anak yang lahir cacat karena faktor keturunan? Apakah kita boleh menggugurkannya karena tidak rela dia lahir cacat? Saya percaya kita harus tetap membiarkan dia lahir. Kalau kemudian di dalam perkembangannya dia meninggal atau cacat, kita minta Tuhan memakainya untuk menggugah hati nurani masyarakat, asal saja cacat itu bukan karena ulah kita sebagai orang tuanya. Di satu kota ada seorang ibu yang lima anaknya bisu. Menurut orang di sana, itu karena mereka tidak ingin mempunyai anak maka ibu itu minum pil kina dalam dosis yang besar. Janinnya tidak gugur, tetapi lahir cacat. Saya tidak tahu apakah alasan ini benar atau tidak, tetapi upaya mengakhiri hidup anak dengan cara demikian adalah tindakan tidak bertanggung jawab. Aborsi adalah pembunuhan berdarah dingin sehingga kita mutlak tidak dapat menye­tu­juinya. Saya bisa mengerti ketika seseorang melakukan aborsi di dalam kebodohannya, buta, tidak memiliki pilihan lain, kecuali ia meminta dokter untuk menggugurkan kandungannya, maka Allah akan menoleransi perbuatan itu, tetapi tetap memandangnya sebagai dosa. Namun, setelah itu, Allah menuntut dia untuk bertobat karena ada hal yang lebih besar di belakang itu, yaitu hari penghakiman Tuhan. Dan sebagai dokter Kristen, engkau tidak boleh melakukan aborsi atau merujuk orang ke dokter yang bisa melakukan aborsi karena itu adalah dosa. Sebagai dokter Kristen engkau harus menjadi orang Kristen yang bertanggung jawab.

Membunuh adalah perkara keji di mata Allah. Di dalam 1 Yohanes 3:15 tertulis bahwa barangsiapa membunuh manusia, tidak ada hidup kekal di dalamnya. Saat kematian yang Allah tetapkan bagi kita telah tiba, maka tidak ada yang bisa memperpanjang hidupnya. Oleh karena itu, janganlah kita membunuh karena Allah sangat membenci pembunuhan.

SEPULUH HUKUM TAURAT: “Jangan berzinah.”  (Keluaran 20:14)

Hukum kelima hingga kesepuluh adalah enam perintah yang berkaitan dengan relasi antar manusia, agar manusia dapat hidup rukun, suci, aman, dan bahagia. Maka perintah pertama dari bagian ini: Hormatilah ibu-bapa yang telah melahirkan dan membesarkanmu. Meski mungkin mereka bukanlah orang tua yang sempurna, namun setidaknya, Tuhan telah memberi mereka hak untuk mengatur, membesarkan, dan mendidik engkau. Itu sebabnya, perintah ini tidak disertai dengan syarat: kalau orang tuamu tidak beres, engkau boleh saja membunuhnya, melawannya, mengkhianatinya, atau melecehkannya; melainkan Alkitab menegaskan hormatilah orang tuamu tanpa perkecualian. Perintah kedua dari bagian ini: Jangan membunuh. Tuhan tak mengizinkan kita membenci atau menghina orang lain, yang Dia cipta menurut peta teladan-Nya. Karena puncak dari membenci orang adalah mengenyahkan nyawanya. Dia ingin kita menghargai dan menghormati setiap orang, maka firman-Nya: Barangsiapa menumpahkan darah orang, darahnya juga akan ditumpahkan. Dengan itu Allah menegaskan bahwa nilai setiap orang sama. Maka jangan kita memandang orang yang miskin, yang bodoh, yang cacat, atau yang sakit sebagai orang yang tak bernilai, boleh kita perlakukan dengan semena-mena. Dan perintah yang ketiga dari bagian ini, yang akan kita bahas sekarang: Jangan berzinah.

Signifikansi Perintah Ini

Kalau kita mengamati dan membandingkan Kitab Suci dengan kitab-kitab agama lain, kita akan menyadari bahwa tidak ada kitab yang lebih tinggi dari Alkitab; firman Tuhan yang mengikat manusia dengan enam perintah: hormatilah orang tuamu, jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan bersaksi dusta, jangan melanggar milik orang lain. Jangan berzinah adalah perintah yang sangat penting.

Kitab Suci, khususnya Perjanjian Lama, begitu menekankan “Jangan berzinah” karena Tuhan kita adalah Tuhan yang suci. Bakat, talenta, ilmu dapat kita pelajari atau palsukan, tetapi kesucian tidak mungkin dipalsukan atau dipelajari, karena kesucian adalah substansi yang paling esensial. Ada pendeta yang mempunyai banyak bakat, talenta, bahkan sanggup memukau massa, tetapi gagal dalam satu perkara, yaitu hidup suci. Ini menunjukkan bahwa kesucian tidak mungkin dipalsukan. Bagaimanapun setan memoles diri hingga terlihat sebagai malaikat terang, ia tetap tidak mungkin mencapai kesucian. Setan adalah si jahat, yang penuh dosa, kepalsuan, dan dia adalah bapa penipu.

Allah kita adalah Allah yang suci, maka hanya Kristus yang dapat menyatakan kesucian yang melampaui semua pendiri agama atau filsafat manapun juga. Socrates, Confucius, Shakyamuni, atau Muhammad tidak mungkin dapat memiliki dan menyatakan kesucian seperti Kristus, karena mereka sendiri mengakui bahwa mereka tidak lepas dari salah dan mereka adalah orang berdosa. Mereka percaya bahwa masih ada jalan keluar dari dosa dengan motivasi agama. Di lain pihak, Kristus suci mutlak, tidak bercacat cela, tanpa noda dan dosa di sepanjang hidup-Nya, sehingga bukan hanya mengatakan dan mengajarkan, tetapi juga menyatakan dan memberi teladan kesucian. Kristus mengatakan: “Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia yang mengutus Aku” (Yoh. 12:45), yaitu Dia yang menuntut untuk engkau hidup suci di dalam segala perkara (1Ptr. 1:15-16), dan Dia juga yang telah memanggil engkau. Tuhan itu adalah Tuhan yang suci adanya. Oleh karena itu, semua ajaran, perintah, yang keluar dari-Nya pasti akan memiliki sifat moral-Nya yang suci, yang tidak mungkin bisa disejajarkan dengan ilah atau berhala ciptaan manusia.

Kesucian adalah zat ilahi yang tidak terbandingkan. Allah itu adalah Allah yang cemburu. Di dalam terjemahan Alkitab bahasa Mandarin, ayat ini dinyatakan sebagai Allah yang cemburu terhadap kejahatan dan kebobrokan; bukan cemburu karena kita lebih baik atau lebih unggul dari-Nya, melainkan karena kita jahat, penuh noda dan mendukakan Tuhan yang suci. Ia telah menciptakan kita menurut peta teladan-Nya, maka Ia ingin kita juga hidup suci. Dia memberikan kita hati nurani untuk menjadi pengawas yang memancarkan kesucian-Nya. Dengan demikian, kita bisa senantiasa waspada terhadap dosa. Saat hati nurani seseorang tidak berfungsi dengan baik, maka dia akan seperti binatang, bahkan lebih buruk dari binatang, tidak menyadari pentingnya kesucian hidupnya.

Kesucian Seksual

Allah yang suci menuntut kita hidup suci di dalam segala perkara, khususnya di dalam hubungan seksual. Firman Tuhan mengatakan: “Jangan biarkan anakmu menikah dengan bangsa lain yang tidak takut kepada-Ku, karena dia akan terseret ke dalam dosa perzinahan” (Ul. 7:3-4).[1] Bangsa-bangsa yang tidak takut akan Allah sering kali kehidupan seksualnya juga tidak beres. Allah ingin agar kita, umat-Nya, memiliki cara hidup yang berbeda dari mereka. Kita harus hidup suci. Untuk itu, kita harus menguduskan hubungan seksual kita, suatu anugerah yang Tuhan telah berikan kepada kita.

Ketika Revolusi Perancis mulai tercetus dari tahun 1789 hingga 1793, Marie Antoinette dan Louis XVI dipenggal kepalanya dengan guillotine, memberikan dampak memuncaknya semangat humanisme, di mana orang tidak lagi mempunyai rasa takut akan Tuhan. Kebencian terhadap politik dan sikap mulai melakukan hubungan seksual secara sembarangan melanda Perancis. Maka, di abad XIX, Perancis tidak mengalami kebangunan rohani apa pun. Memang di situ ada sekelompok kecil orang Huguenots, yaitu orang-orang Calvinis yang begitu setia memegang firman Tuhan, tetapi secara keseluruhan, Perancis menjadi sangat sekuler. Hidup mereka begitu duniawi, humanistik, egosentrik, dan menjadikan bangsa ini terikat oleh semua dosa-dosa yang keji. Hal ini sama sekali berbeda dengan Inggris. Dalam lima puluh tahun terakhir abad XVIII, muncul orang-orang seperti John Wesley, George Whitefield, Robert Raikes, tokoh-tokoh rohani yang mengabarkan Injil, membawa Inggris dan Irlandia mengalami kebangunan rohani yang amat besar. Puluhan bahkan ratusan ribu orang bertobat. Akibatnya, banyak klub malam, tempat dansa, tempat jual minuman keras dan tempat mabuk, tempat judi, dan prostitusi tutup satu per satu. Inilah kebangunan rohani yang sejati, di mana terdapat buah pertobatan yang nyata. Orang berhenti mabuk, berhenti berjudi, berhenti berzinah, lalu menangisi dosa mereka, bertobat, dan mulai mencari kehendak Tuhan. Mereka mulai sungguh-sungguh membaca Kitab Suci, memuji Tuhan, dan hidup suci. Inilah perbedaan Inggris dan Perancis. Di saat Perancis menjadi semakin humanis, berpusat pada diri, semakin jauh dari Tuhan, di Inggris banyak orang berpaling kepada Tuhan, dan menjadi negara yang paling banyak mengirim misionaris ke seluruh dunia.

Ketika liberalisme mulai menggerogoti Inggris di akhir abad XIX dan awal abad XX, kini giliran Amerika Serikat mulai mengutamakan penginjilan, sehingga di awal abad XX, Amerika Serikat menjadi negara yang paling banyak mengirim misionaris ke seluruh dunia. Kini Amerika Serikat juga sudah mulai merosot, sementara sekalipun Inggris masih dikenal sebagai negara Kristen, saat ini dari seratus pemuda, mungkin hanya satu yang masih menginjakkan kakinya di gereja. Keadaan ini jauh lebih minim daripada keadaan di Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia.

Ketika Perancis beralih ke sekularisme di abad XIX, mereka meninggalkan kehidupan yang suci. Di sekitar tahun 1820-an, ada satu lembaga (society) di Paris yang memberikan hadiah besar bagi wanita yang memelihara keperawanannya hingga hari pernikahannya. Pada awalnya masih ada sedikit orang yang menerima hadiah itu, tetapi mulai tahun 1850-an, sampai sekarang, sudah tidak ada yang menerima hadiah itu lagi. Itulah keadaan dunia kita. Bagaimana dengan kita?

Otoritas Kebenaran

Hukum “Jangan berzinah” sejak dari pertama kali Musa menerimanya dari Tuhan hingga hari ini, tetap tidak berubah. Allah adalah Allah yang kekal dan tidak berubah, baik dari dahulu, sekarang, sampai selama-lamanya. Sekalipun manusia selalu menuntut perubahan, kita perlu menyadari bahwa ada hal yang perlu berubah, tetapi ada juga hal-hal yang tidak perlu berubah. Semua yang benar, yang suci, dan yang sempurna tidak pernah boleh diubah. Jika yang benar diubah, akan menjadi tidak benar; yang suci diubah, akan menjadi tidak suci; dan yang sempurna diubah, tidak akan menjadi sempurna lagi.

Contoh sederhana terjadi di abad XIX, ketika seorang profesor musik di Moskow, Peter Ilich Tchaikovsky yang berada di bawah Anton Rubinstein, rektor di sekolah musik tersebut saat itu. Tchaikovsky menggubah Piano Concerto No. 1 yang sangat indah dan ketika ia tunjukkan kepada sang rektor. Dengan sombongnya Rubinstein mengomentari bahwa piano concerto itu tidak lazim dan perlu banyak koreksi, sehingga tidak pantas untuk dipentaskan. Malam itu Tchaikovsky sangat sedih. Ia menulis dalam buku hariannya, “Apa pun yang sudah sempurna tidak perlu lagi dikoreksi.” Lalu ia mengirimkan karya itu ke Chicago. Ternyata Chicago menilai piano concerto itu luar biasa, dan segera dipentaskan oleh Symphony of Chicago, diperkenalkan sebagai The New Piano Concerto No. 1 from Russia,ditulis oleh Peter Ilich Tchaikovsky. Pementasan itu dihadiri sangat banyak orang dan memberikan sambutan serta applause yang luar biasa. Sejak saat itu nama Tchaikovsky menjadi terkenal di dunia. Tidak lama kemudian, ketika peresmian dari The New York Carnegie Hall, Tchaikovsky diundang sebagai conductor. Di sini kita melihat bahwa gurunya bersikap sedemikian arogan dan terbiasa mengoreksi murid, tanpa mau mengoreksi diri.

Belakangan ini saya terus memperhatikan komentar dari para theolog Liberal yang terus mengkritik dan mau mengoreksi Alkitab. Sikap arogan yang menganggap diri lebih pandai dari Tuhan, tidak mau mengakui wahyu Tuhan, sebenarnya adalah ekspresi dari ketidakpercayaan kepada Tuhan. Maka di hadapan Tuhan ada dua jenis manusia, yaitu 1) yang beriman, dan 2) yang tidak beriman; mereka yang tahu kebenaran dan mau taat, berbeda dari mereka yang tahu tetapi selalu memberontak. Kita tidak boleh bermain-main karena setiap firman yang keluar dari mulut Allah tidak pernah salah dan tidak perlu dikoreksi.

Ketika saya mempelajari psikologi sekitar 20 tahun yang lalu, saya menemukan teori yang mengatakan bahwa kita tidak boleh mengajar anak dengan kata “jangan”. Tetapi mengapa di sini justru Tuhan yang mengajar kita dengan “jangan”? Tuhan mengajar: Jangan membunuh; Jangan berzinah; Jangan mencuri. Ada lima perintah dari Sepuluh Hukum yang diawali dengan kata “jangan”. Apakah itu berarti Allah kurang mengerti psikologi, sehingga perlu dikoreksi oleh psikolog dunia? Tidak! Para psikolog yang mengatakan, “Jangan mengajar anak-anak dengan menggunakan kata ‘jangan’,” sendirinya sudah mengajar dengan memakai kata “jangan”. Bukankah mereka sedang menampar mulut mereka sendiri? Allah tidak pernah bersalah. Manusia memang membutuhkan kata “jangan”. Itu tidak salah. Kita memang membutuhkan larangan agar kita tidak mempergunakan kebebasan kita dengan sembarangan. Manusia dicipta sebagai makhluk yang jauh lebih bebas dari binatang. Binatang bagai sudah diprogram, sehingga ketika mereka melakukan hubungan seks, itu dilakukan berdasarkan nafsu, atau naluri, yaitu kemauan yang paling rendah dan paling minim. Binatang tidak memiliki kelincahan, fleksibilitas, dan kebebasan untuk mencoba dan melakukan hal-hal yang ada di luar naluri (insting) mereka. Kucing tidak pernah punya keinginan untuk jalan-jalan ke Amerika Serikat atau mencoba belajar berenang dengan gaya tertentu. Di lain pihak, manusia bisa menahan diri, bisa memiliki rasa malu, karena Tuhan menciptakan dia berbeda dari semua makhluk. Manusia diciptakan dengan keunikan tersendiri dan dapat menikmati seks secara maksimal. Itu sebabnya, kita harus bersyukur kepada Tuhan untuk anugerah-Nya, di mana kita tidak dilahirkan sebagai kucing, melainkan sebagai manusia yang begitu lincah, begitu indah postur dan desain tubuhnya.

Saya adalah seorang yang menyukai seni dan desain. Saya sudah mengubah lebih dari empat puluh kali desain apartemen yang saya rancang. Saya mencari semua kemungkinan yang bisa membuat lebih indah dan fungsional. Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi Tuhan, dengan cara mencari kemungkinan maksimum (maximum possibility). Seorang perancang pasti mengamati rancangan (desain) orang lain. Jadi wajar sekali kalau seorang perancang mode, mengamati desain terbaru dari Cartier, Dupont, Pierre Cardin, dan lain-lain. Tetapi di antara semua desain yang ada di alam semesta ini, tahukah Anda bahwa desain tubuh manusia adalah desain yang terindah? Ketika kita memperhatikan jari-jari kita saja, kita akan melihat sebuah desain yang begitu luar biasa indah dan fungsional. Jari kita tidak sama bentuk dan sama panjang. Tetapi keseluruhannya membentuk suatu harmoni yang indah dan sekaligus fungsi yang maksimal. Itu yang memungkinkan manusia bisa menciptakan pesawat, kapal, komputer, dan lain-lain. Tidak ada rancangan yang lebih indah dari tubuh manusia. Maka kata Leibniz, seorang filsuf Jerman, “Mungkinkah ada desain yang lebih bagus dari desain tubuh manusia?” Desain Allah akan tubuh manusia sedemikian indah dan sempurnanya. Orang yang pertama menyadari hal ini adalah Daud. Ia menyatakan, “Allah menciptaku dengan begitu indah dan ajaib.” Kita melihat hidung yang dicipta dengan begitu indah, dengan struktur kecil di atas, besar di bawah, dan terbuka menghadap ke bawah. Bisa dibayangkan jika terbuka ke atas, tentu air hujan akan mudah masuk dan kita kerepotan untuk membuat tutupnya. Dan tentu saja kita kesulitan menggantung kacamata kita. Demikian juga alis tidak di bawah mata, tetapi di atas mata, sehingga ketika hujan mata kita tidak kebanjiran. Seluruh penataan dibuat begitu indah.

Perintah Hidup Suci

Tubuh manusia juga dicipta oleh Tuhan sedemikian rupa yang memungkinkan kita menikmati seks secara maksimal. Tetapi aneh, mengapa manusia masih saja tidak puas dan ingin berzinah? Jika engkau ingin menikmati kenikmatan yang paling besar, hendaklah engkau menunggu itu sampai pada malam pengantinmu. Jangan sembarangan telanjang dan naik ke tempat tidur, mengunci kamar berduaan dengan orang yang kau cintai. Apa susahnya untuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah? Seorang pria yang tidak mampu menguasai dirinya sendiri, tidak layak untuk mengatur orang lain. Saya, sebagai pemimpin, harus terus waspada, menahan nafsu, mengontrol tabiat, karena sadar bahwa saya harus menjadi teladan. Seorang yang takut akan Tuhan, akan menyadari bahwa Allah senantiasa memperhatikan ke mana pun dia pergi. Tidak adakah Allah di kamar hotel atau di jok belakang mobilmu? Di mana engkau bisa menyembunyikan diri dari hadirat Tuhan?

Perintah “Jangan berzinah” dilandaskan pada kesucian Allah, sesuatu yang sangat kita butuhkan untuk mengikat kebebasan kita. Kerelaan untuk membatasi kebebasan kita adalah cara paling bijaksana untuk menjaga kesucian kita. Jadi, supaya kebebasanmu tidak menjadi buas, engkau perlu dengan rela mengikatnya. Ini adalah konsep yang paradoks. Mengapa kebebasan perlu diikat, bukankah kebebasan itu berarti tidak diikat? Ada orang desa, tidak memiliki pendidikan tinggi, tetapi hidupnya baik, hubungan suami istri beres. Sementara ada banyak orang yang mengaku Kristen, hidup seksualnya tidak beres. Kita perlu mengintrospeksi diri, jangan merasa bangga hanya sudah menjadi Kristen atau anak orang Kristen, tetapi hidup tidak beres; kecuali hatimu sungguh-sungguh taat kepada Tuhan, mau belajar, dan menjalankan firman Tuhan.

Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk tidak berzinah karena Tuhan tidak ingin umat-Nya sama seperti orang kafir. Saya tidak habis berpikir, mengapa Abraham begitu tegar tidak mau pulang ke kampung halamannya sampai akhir hayatnya. Horowitz, salah seorang pianis terbesar dari Rusia pernah berjanji bahwa ia tidak mau pulang ke Rusia, kecuali komunis tidak lagi berkuasa di sana. Tetapi ketika sudah berusaha 84 tahun, dia tidak tahan lagi. Ia pun mengirim piano Steinway-nya ke Moskow dan ia pulang. Orang Moskow begitu gembira karena pianis terbesar itu mau pulang ke Rusia. Tetapi Abraham tidak. Ia berusia 75 tahun ketika meninggalkan Haran dan meninggal di usia 175 tahun. Selama seratus tahun itu Abraham tidak pernah kembali lagi ke sana. Saya meneladani dia, yaitu mulai sejak hari pertama saya menyerahkan diri saya, tidak pernah berpikir satu detik pun untuk kembali ke dunia ini, sekali pun diberi tawaran keuntungan duniawi yang sangat menggiurkan. Setelah Abraham menerima panggilan Tuhan, dia mengajak istrinya – yang begitu cantik, karena hingga usia 90 tahun masih diingini oleh raja – untuk pergi meninggalkan Haran. Mereka meninggalkan rumah di Ur, yang menurut data arkeologi paling sedikit memiliki 65 kamar, bahkan sampai 300 kamar, untuk tinggal di tenda sekitar 100 tahun lamanya. Tuhan meminta Abraham meninggalkan rumahnya, tetapi tidak diberi tahu ke mana dia akan pergi. Inilah cara Tuhan memimpin.

Ketika Tuhan memanggil Abraham, tanpa jelas masa depannya, mengapa Abraham mau ikut? Karena Tuhan yang memanggil. Ketika Anda sangat sulit mengikut saya, ketahuilah bahwa saya jauh lebih susah mengikut Tuhan. Tetapi dalam keadaan seperti itu, sampai tua saya tetap tidak kendur. Tuhan ingin kita tidak berpaling, tidak kembali ke jalan yang lama. Sekalipun ada alasan bagi Abraham untuk pulang mencarikan istri bagi anaknya, ia tetap tidak pulang dan memilih mengutus hambanya untuk pulang mencarikan pasangan bagi anaknya. Di sini kita melihat, Abraham tidak membiarkan anaknya mencari perempuan Kanaan, karena perempuan Kanaan terlalu mudah diajak naik ranjang, sementara orang Mesopotamia, sekalipun belum mengenal Allah, masih memelihara kesucian kehidupan seksual. Maka akhirnya hamba Abraham menemukan Ribka. Allah berkata, “Engkau adalah umat-Ku. Aku menghendaki agar engkau hidup suci, karena Aku Allahmu yang memanggil engkau, suci adanya.” Kesucian dimulai dari kesucian hubungan seksual, dari kesucian pernikahan. Itu sebabnya, jauhkan diri kita dari orang-orang yang berzinah. Jangan hidup seperti mereka karena hal itu sangat mendukakan hati Tuhan. Kasih yang tidak dipelihara dan dibatasi bukanlah kasih yang dari Tuhan. Kasih yang dari Tuhan adalah kasih yang suci, kasih yang cemburu akan kesalahan dan kebobrokan, dan kasih yang membenci perzinahan.

Rumah Tangga yang Suci

Hukum ketujuh menyusul perintah “Jangan membunuh” karena membunuh adalah melecehkan hidup sesama manusia dan merampas kuasa Tuhan, sedangkan berzinah adalah menghina ciptaan Tuhan, khususnya manusia dengan cara merusak kesucian. Kita telah membahas bahwa kesucian adalah zat, suatu substansi ilahi, yang tidak mungkin ditiru atau dipalsukan oleh siapa pun. Oleh karena itu, barangsiapa mau hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, mau taat kepada perintah-Nya, dia harus hidup suci.

Hidup suci sangat berkaitan erat dengan hubungan seksual. Dengan kata lain, Alkitab memandang penting akan pentingnya kesucian hubungan seksual. Itulah ciri khas iman Kristen yang murni dan benar. Tanpa melalui hubungan seksual, tidak mungkin suami istri akan melahirkan keturunan, melestarikan hidup seluruh umat manusia. Jadi, unit paling dasar di dalam masyarakat adalah rumah tangga. Masyarakat yang tidak menghargai dignitas rumah tangga akan hancur dengan sendirinya. Jika manusia melakukan hubungan seksual semaunya, dia tidak berbeda dari binatang. Bahkan, binatang yang sekalipun kehidupan seksualnya tidak Tuhan tuntut sedemikian rupa seperti pada manusia, tetap binatang tidak sekeji manusia yang melampiaskan nafsu berahinya tanpa tanggung jawab dan tanpa batas.

Karena rumah tangga adalah unit yang paling dasar dan paling penting di dalam pembentukan masyarakat dan negara, maka suami istri harus memelihara kehidupan rumah tangganya dengan ketat, menjalankan kehendak Tuhan atas dirinya. Oleh karena itu, Tuhan melalui Paulus berfirman kepada para suami, “Cintailah istrimu.” Dan dia menggambarkan cinta itu bagaikan cinta Kristus kepada Gereja-Nya, yang membuat-Nya rela turun dari sorga untuk mencari orang yang sudah menyimpang jauh dari Tuhan, yang sudah memberontak, berkhianat kepada-Nya, rela mati untuk menebus dan membawa mereka berpaling kepada-Nya, serta menjadikan mereka mempelai perempuan-Nya. Gereja adalah mempelai perempuan Kristus, yang disatukan dengan cinta kasih yang suci. Itu sebabnya, suami harus melakukan perintah Tuhan, mengasihi istrinya sama seperti Kristus mengasihi Gereja-Nya. Siapakah itu “Gereja-Nya”? Mereka adalah orang-orang yang tadinya begitu berdosa, menentang Tuhan, berkhianat terhadap kebenaran, merobek-robek janji Tuhan dengan manusia. Gereja-Nya adalah anak-anak yang terhilang, tetapi kasih Kristus menggerakkan mereka untuk bertobat dan menyebut Dia sebagai Tuhannya. Gereja-Nya adalah kaum yang sudah Dia tebus dan kuduskan dan dikumpulkan menjadi satu umat milik Allah yang dipisahkan dari dunia berdosa, untuk menjadi milik Sang Pencipta untuk kedua kalinya.

Di dalam Mazmur 24:1 tertulis, “Dunia dan segenap isinya milik Tuhan.” Bukankah itu berarti orang percaya maupun orang yang belum percaya sama-sama milik Tuhan? Jadi apa bedanya antara orang Kristen dengan non-Kristen? Orang non-Kristen menjadi milik Tuhan karena mereka dicipta oleh Tuhan. Kita menjadi miliki Tuhan karena kita dicipta oleh Tuhan dan ditebus lewat pengorbanan Anak-Nya, Tuhan Yesus Kristus. Melalui penebusan darah-Nya kita disebut sebagai orang suci, orang yang dikuduskan bagi Tuhan, untuk hidup suci di hadapan-Nya dan memuliakan Dia. Paulus berkata, “Aku telah menjodohkan kamu sebagai gadis yang suci kepada Kristus, maka engkau harus memelihara kesucian dirimu.” Inilah gambaran cinta yang sejati.

Cinta yang sejati itu mengandung tiga unsur yang penting, yaitu: 1) Motivasi yang jujur dan murni, tidak ada kebohongan di dalamnya. Maka orang yang mengatakan “Aku cinta padamu” dengan bergurau, tentu cintanya bukan cinta sejati. Cinta yang palsu, yang diucapkan hanya untuk menipu orang, suatu hari pasti akan terbongkar, karena cinta sejati itu sungguh-sungguh asli dan tulus. 2) Rela memelihara kesucian diri demi orang yang dicintai. Maka orang yang sungguh-sungguh mencintai seseorang, dia tidak mau mencemarkan dirinya dengan sembarangan. Cinta sejati itu suci dan rela memelihara kesucian diri dan kesetiaan untuk menyenangkan orang yang dia cintai. 3) Fokusnya hanya satu, karena kita tidak mungkin bisa mencintai dua orang secara bersama dan mencintai dengan derajat cinta yang sama. Hanya Alkitab yang memberikan penjelasan yang tepat tentang hal ini, yaitu karena Allah mencipta manusia menurut peta teladan-Nya, maka firman-Nya, “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ul. 6:4-5). Dengan kata lain, Allah yang Esa itu telah mencipta engkau dengan suatu potensi yaitu kasihmu hanya boleh ditujukan kepada-Nya, Allah yang hanya Esa, yang tidak bisa digandakan kepada ilah-ilah lainnya. Hal yang sama berlaku di dalam hubungan suami istri. Dengan demikian tidak mungkin bagimu untuk bisa mengasihi dua orang pada saat yang sama dengan kualitas cinta yang sama. Hanya dengan cara seperti ini manusia bisa melestarikan kehidupannya, yaitu dengan menyelaraskan diri dengan kehendak Tuhan.
Baik psikologi maupun sosiologi membuktikan satu perkara. Sistem pernikahan yang paling baik adalah monogami, bukan poligami. Masyarakat yang menganut poligami tidak mungkin menikmati kebahagiaan yang lebih besar ketimbang masyarakat yang memelihara sistem monogami, di mana seorang pria menikah dengan seorang wanita, lalu keduanya sama-sama setia sepanjang hidupnya. Hanya sistem inilah yang menjamin kelestarian dan kesehatan umat manusia. Sistem ini menjamin kebahagiaan pasangan suami istri dan rumah tangganya. Jika seorang pria bercabang hati, mencintai beberapa perempuan, cintanya pasti tidak murni. Bukan berarti kita adalah malaikat yang bisa dan sanggup memelihara cinta terhadap pasangan hidup kita sepanjang hidup dengan kekuatan kita sendiri tanpa pikiran menyeleweng. Kita harus jujur bahwa kita sulit menikah dengan satu orang dan setia kepadanya seumur hidup tanpa sama sekali ada pikiran menyeleweng. Kita adalah orang berdosa yang diperhadapkan dengan berbagai godaan dan cobaan. Itu sebabnya, kita perlu mengikat janji di hadapan Tuhan. Oleh karena itu, di dalam upacara pernikahan, mempelai mengucapkan janji untuk mau setia kepada pasangannya, tidak peduli pada saat kaya atau miskin, lancar atau tidak lancar, sakit dan sehat, sampai akhir hidupnya. Untuk apa mempelai mengikat janji? Ikatan janji ini diperlukan untuk mengingatkan diri bahwa dia telah menikah di hadapan Tuhan, sehingga tidak boleh sembarangan dan harus bertanggung jawab. Jadi, ketiga hal ini: kesucian, kekekalan, dan hanya satu arah, adalah ciri dari kebahagiaan rumah tangga.

Negara yang menjunjung tinggi moralitas pasti akan menganut sistem monogami tanpa perkecualian. Meskipun ada agama-agama yang mengizinkan orang menikah dengan lebih dari satu orang, tetapi waktu mereka mendirikan negara, tentu tidak berani mencantumkan di dalam konstitusi mereka. Di Indonesia ada banyak agama, tetapi tetap menjunjung tinggi monogami, bukan poligami. Di dalam Undang-Undang Dasar tidak disebutkan, “Seorang pria boleh menikahi empat wanita,” karena sejak awal Allah hanya menciptakan seorang laki-laki, yaitu Adam, dan seorang wanita, yaitu Hawa. Orang Islam juga mengakui bahwa dalam keadaan darurat perang, di mana ada banyak pria mati di medan perang menyebabkan banyak wanita menjadi janda. Di saat seperti itu, barulah pria diizinkan menikahi janda-janda itu, untuk memelihara dan menghidupi mereka. Masalahnya, sekarang banyak orang menggunakan alasan bahwa Islam memberikan izin pria menikahi empat wanita, sehingga mereka menikah dengan lebih dari satu wanita. Ini mengundang kekacauan dan hilangnya kebahagiaan di dalam kehidupan keluarga. Jadi perintah “Jangan berzinah” Allah berikan demi kebaikan umat manusia.

Fungsi Seks dan Penggunaannya

Tuhan menciptakan fungsi seks menyebabkan manusia dapat melakukan hubungan seksual dengan leluasa dan menikmati kenikmatan tertinggi. Kita telah membahas bahwa binatang tidak mungkin dapat menikmati kenikmatan seks melebihi manusia. Postur tubuh manusia memungkinan diri bergerak lebih lincah puluhan, ratusan, bahkan ribuan kali dibanding dengan binatang.

Dua tahun lalu, saya membawa beberapa pendeta dan penginjil ke Beijing dan menonton suatu acara akrobat yang mempertontonkan tubuh mereka yang begitu lentur, begitu mengagumkan. Tuhan mencipta tubuh manusia dengan desain yang begitu luar biasa, sehingga memungkinkan kita menikmati hubungan seks puluhan kali lebih nikmat dari binatang. Itu sebab, jika engkau masih kurang puas dan masih mau bermain-main dengan seks, Tuhan akan menghajar engkau. Tetapi kalau suami istri saling setia sampai akhir, berapa banyak pun mereka melakukan hubungan seksual, tidak mungkin terjangkit penyakit kelamin. Tetapi kalau engkau melakukannya dengan orang kedua, ketiga, dan seterusnya, engkau akan memberi peluang terjangkit penyakit kelamin. Betapa besarnya dosa laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan pelacur lalu menularkan penyakit kelamin ke istrinya. Begitu juga betapa besar dosa perempuan yang tidak setia kepada suaminya, berhubungan dengan pria lain, lalu menularkan penyakit kelamin ke suaminya. Saya berharap kita menjadi suami yang suci, yang mengasihi istri kita dan menjadi istri yang suci, yang taat kepada suami; sebagaimana Kristus mencintai Gereja, rela berkorban baginya, menyatakan cinta-Nya yang sejati, dan Gereja yang memahami kasih Kristus tentu akan taat dan bersedia membalas kasih-Nya.

Kadang-kadang kita percaya suami kita betul-betul baik, tetapi kenyataannya tidak. Kadang-kadang kita percaya istri kita begitu suci, tetapi ternyata tidak. Konon, jika seorang betul-betul suci seumur hidupnya, ketika di sorga nanti akan mengendarai Rolls-Royce. Dia pun mengendarai mobil itu mencari istrinya. Akhirnya dia menemukan istrinya sedang naik sepeda. Dia baru sadar bahwa cinta istrinya ternyata tidak sesuci cintanya terhadap istrinya. Ada juga orang yang meragukan cinta pasangannya sedemikian hebat, selalu melihat dia tidak setia, tetapi semua dugaannya itu sebenarnya tanpa dasar, sehingga mengundang kesusahan besar bagi dirinya maupun juga pasangannya. Ada seorang laki-laki yang istrinya terlihat jauh lebih muda dari dirinya dan sangat cantik. Ketika masih muda, ia tidak mengalami masalah psikologis apa pun, tetapi ketika ia mulai tua, ia mulai senantiasa ragu apakah istrinya masih mau setia kepadanya. Maka setiap kali istrinya pulang, dia selalu memeriksa pakaiannya, apakah ada rambut pria menempel di sana. Kalau ada, dia langsung menginterogasi istrinya. Istri itu dibuat susah luar biasa. Suatu hari ketika istrinya pulang, suaminya memeriksa pakaiannya sampai setengah jam dan tidak menemukan sehelai rambut melekat di sana, akhirnya dia menangis dengan keras. Dia berkata, “Sekarang saya baru tahu, ternyata orang botak pun kau mau.” Mengapa bisa begitu? Kalau orang sudah curiga, apa pun jadi salah. Betapa bahagianya kalau di dalam rumah tangga suami dan istri dapat saling percaya.

Namun, patutkah engkau dipercayai? Banyak orang ingin dihormati karena sangat tidak enak untuk tidak dihormati. Tetapi orang yang ingin dihormati perlu bertanya kepada diri mereka sendiri, apakah dia patut dihormati. Jika engkau memang patut dihormati, maka orang akan menghormati engkau; kalau engkau tidak layak dihormati, jangan mengharap orang menghormati engkau. Mari kita belajar, suami tidak menipu istri dan istri juga tidak mengelabui suami. Suami istri perlu sungguh-sungguh jujur, transparan, belajar saling menghormati. Memang di Alkitab tertulis, air curian lebih manis rasanya.

Banyak orang yang merasa bahwa melakukan hubungan seks yang tidak sah itu begitu nikmat, begitu manis, baru setelah itu timbullah kepahitan yang tidak kunjung habis di sepanjang hidupnya. Ini menunjukkan bahwa melakukan hal itu adalah suatu kebodohan. Ketika saya masih di Tiongkok, ibu saya selalu memberikan buah zaitun kepada saya. Dia berkata, “Buah ini lain dari yang lain, karena ketika digigit pertama terasa asam, ada seperti rasa tidak enak, bijinya juga tajam sekali, sehingga kalau tidak hati-hati bisa menusuk gusi. Tetapi setelah mulai dikunyah dan ditelan, timbul rasa manis perlahan-lahan setelah itu.” Alkitab mengatakan, “Biarlah istrimu seperti pohon anggur dan anak-anakmu seperti tunas zaitun.” Itu berarti istri jangan suka berlaku galak karena laki-laki paling tidak tahan dengan istri yang galak. Bagaimanapun cantiknya seorang istri, saat dia galak, kecantikannya akan hilang delapan puluh persen. Perempuan yang lembut bagaikan pohon anggur. Dia cantik bukan karena polesan kosmetik, melainkan cantik yang memikat pria. Kebanyakan pria tidak suka diperlakukan kasar oleh istrinya. Mereka ingin diperlakukan lembut oleh kelembutan istrinya. Pokok anggur merupakan lambang Yesus saat Dia di dunia. Yesus berkata, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Bapa-Kulah pengusahanya.” Yesus melambangkan diri-Nya sebagai pokok anggur, bukan pohon cemara yang besar atau pohon ara yang subur, karena Dia ingin menekankan kelembutan dan ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya. Sebagaimana Kristus taat kepada Bapa dan Gereja taat kepada Kristus, kiranya begitu juga istri taat kepada suaminya dan memperlakukan suaminya dengan lembut. Lembut bukan berarti kompromi, melainkan lembut karena digerakkan oleh cinta kasih. Semakin engkau taat kepada suamimu, semakin suamimu akan mencintai engkau. Sebaliknya, semakin engkau mencintai istrimu, istrimu semakin rela taat kepadamu. Inilah dalil yang Alkitab nyatakan.

Sang Pencipta tahu, pria membutuhkan wibawa, gengsi, dan otoritas. Wanita yang Dia cipta membutuhkan perlindungan dan kasih yang lembut. Suami yang mengasihi istrinya dengan lembut mendapatkan hati istrinya dan membuat istrinya mau taat kepadanya. Demikian pula istri yang bijaksana, menghargai, dan menghormati suaminya akan disayang oleh suaminya. Dengan demikian, anak-anakmu akan seperti tunas zaitun. Buah zaitun luarnya lembut dalamnya keras. Itu berarti memiliki tulang di dalam dan lembut di luar. Inilah teknik menjalin hubungan dengan sesama yang sangat tinggi dan tidak mudah dicapai. Inilah beda manusia dengan kepiting. Kepiting tulangnya di luar dagingnya di dalam, sementara manusia dagingnya di luar tulangnya di dalam, sehingga kalau dua kepiting bersinggungan akan saling menghancurkan, tetapi manusia ketika bersinggungan akan lembut dan tidak menimbulkan masalah. Itu sebab, manusia harus keras di dalam, tetapi lembut di luar. Artinya, manusia harus punya prinsip yang tegas, tetapi bisa bersahabat dengan orang yang berbeda-beda. Sebagai orang Kristen, kita harus memiliki prinsip iman yang tidak mau kompromi, tetapi tetap harus bisa bersahabat. Di dalam peribahasa Tionghoa dikatakan, “Sikap yang lembut, namun prinsip yang kokoh.” Buah zaitun saat pertama digigit terasa asam dan sepat, tetapi lambat laun terasa manis. Demikian pula rumah tangga yang bahagia.

Istri saya setiap minggu beberapa kali mengatakan kepada anak-anak kami, “Bersusah-susah dulu, bersenang-senang kemudian.” Saat ini begitu banyak pasangan suami istri yang bercerai, padahal di zaman ini orang bebas memilih pacar dan tidak banyak yang dijodohkan seperti pada masa lampau. Tahukah Anda, bahwa di daerah California dan Florida, daerah yang cuaca paling nyaman di Amerika Serikat dan memiliki taraf kehidupan yang relatif sangat baik, tingkat perceraian melampaui 100% dari jumlah pasangan yang ada? Bisa melampaui 100% karena ternyata ada cukup banyak pasangan yang kawin cerai sampai beberapa kali. Dalam bukunya, Revolution of the Sex, Dr. Kingsley menyatakan bahwa revolusi seks di Amerika Serikat telah mengakibatkan kebebasan seks yang tidak terkontrol. Sekitar tahun 1969, delapan puluh lima persen gadis telah kehilangan keperawanannya pada usia 16 tahun. Yang terbanyak, lebih dari enam puluh persen melakukan hubungan seks di jok belakang mobil. Apakah orang yang bebas melakukan hubungan seksual akan bahagia hidupnya? Tidak!

Tuhan memerintahkan kita untuk tidak berzinah. Seorang yang berzinah pasti akan menderita kepahitan hidup. Tidak berzinah adalah aturan dan batasan yang Tuhan berikan untuk menjadi jaminan kelestarian hidup umat manusia dan kebahagiaan rumah tangga. Pada masyarakat kuno, orang-orang muda tidak mempunyai hak untuk memilih pacar sendiri atau menikah dengan orang yang dia sukai. Keluarga atau orang tuanyalah yang menentukan dengan siapa dia harus menikah. Dalam banyak kasus, anak hanya bisa menangis ketika memasuki kehidupan rumah tangga lewat paksaan yang pahit sekali. Ketika ibu saya berusia enam belas tahun, pada suatu hari ia pulang sekolah, ada tiga tamu di rumah. Sesampai di kamar, kakak perempuannya memberitahu dia, bahwa salah satu dari pria itu akan menjadi suaminya. Dia pun menangis. Tetapi kakaknya mengatakan, “Jangan menangis, jalani saja perintah papa dan mama.” Lalu ketika ia mengintip ketiga pria itu, semua jauh lebih tua darinya. Ia harus menikah dengan seseorang yang sudah berusia tiga puluh sembilan tahun, sementara ia sendiri belum genap tujuh belas tahun. Tetapi ayah saya adalah seorang yang sangat pandai. Dia menguasai sepuluh macam bahasa, bekerja sebagai General Manager dari sebuah perusahaan multinasional terbesar di Asia. Dalam kondisi delapan puluh tahun silam, keuntungan per tahunnya sudah mencapai enam puluh lima hingga delapan puluh juta dollar. Ayah saya dijuluki Doktor bisnis, karena dia menguasai bahasa Belanda, Inggris, Perancis, Mandarin, Indonesia, Jepang, Hokkian, Suatao, Shanghai, dan Canton. Dengan itu dia bisa berbisnis dengan sangat lincah dan hebat. Sementara anaknya kurang lincah dan kurang pandai, hanya bisa berkhotbah dalam empat bahasa. Anak saya lebih kurang lagi, karena tidak bisa berkhotbah dalam empat bahasa. Ini yang disebut, generasi berikut lebih kurang dari generasi sebelumnya. Karena papa dari mama saya pikir bahwa papa saya begitu pandai, maka ia menerima pinangan itu, dan mama saya harus menikah dengan papa saya. Tapi dari situlah Stephen Tong lahir. Jadi, awalnya masam tidak apa, akhirnya menjadi manis juga. Ada banyak yang awalnya manis, akhirnya berantakan.

Ada orang-orang yang Tuhan izinkan patah hati beberapa kali baru bisa menikmati cinta yang sungguh. Hidup ini memang mengandung banyak faktor “X” yang tidak bisa kita mengerti. Sebagai orang Kristen, hendaknya kita selalu berkata, “Tuhan, aku puas akan segala pengaturan-Mu, menerima apa pun yang Kau izinkan terjadi di dalam hidupku.” Ada orang-orang yang berkata, “Mengapa kekasihku yang begitu cantik meninggalkan aku? Mengapa aku harus patah hati?” Terkadang hidup itu begitu susah karena Tuhan sedang mempersiapkan engkau untuk bersusah-susah dulu dan bersenang-senang kemudian. Bersyukurlah kepada Tuhan. Dan pada saat Tuhan sudah memberi yang terbaik, biarlah kita belajar untuk hidup suci, menepati janji kita kepada Tuhan, bahwa kita tidak akan berzinah.

Perzinahan tidak pernah membawa kebahagiaan. Kenikmatan seksual di luar jalur nikah hanya memberi kesenangan sesaat, tetapi kemudian rumah tanggamu berantakan, hati nuranimu tak henti­-hentinya menuduh, anak-anakmu tak melihat contoh yang baik, jiwamu tercabik-cabik, karena tidak taat pada Tuhan, rumah tangga kita kehilangan kesaksian yang bermutu. Ada tiga tekanan yang membuat banyak suami istri sama-sama merasa kurang puas, tetapi tidak berani melangkah untuk bercerai, yaitu: 1) Tekanan agama. Saya orang beragama dan agamaku tidak mengizinkan aku bercerai; 2) Tekanan sosial. Kalau masyarakat tahu aku bercerai, reputasiku akan hancur; 3) Tekanan keluarga. Orang tua dan anak-anak membuat kita tidak berani bercerai. Ketiga tekanan ini adalah anugerah umum dari Tuhan. Kalau tidak ditahan oleh anugerah umum, akan banyak manusia yang berbuat sekehendak hatinya. Itu sebabnya, kita patut bersyukur kepada Tuhan akan kekangan itu. Tetapi tentunya ada orang yang karena tidak takut Allah, tidak takut masyarakat, dan tidak takut keluarga, tetap nekat memilih untuk bercerai. Kiranya Tuhan memelihara hati kita untuk senantiasa takut kepada-Nya, takut sesama, takut akibat-akibat perceraian, sehingga kita tidak sembarangan mengambil langkah yang salah ini.

John Dewey, William James, Charles S. Pierce, tiga tokoh yang memelopori Pragmatisme, sebuah arus filsafat baru abad ke-20, di Amerika. John Dewey menulis buku Revolution of Philosophy. Di segi etika, dia mengatakan, “Jika engkau berpikir tentang apa yang akan menjadi akibat dari tindakanmu, engkau akan lebih berhati-hati dalam bertindak.” Ini adalah dalil etika yang paling penting dari filsafat Dewey. Memikirkan akibat dari perbuatan kita adalah penahan dari kerusakan moral dan kebebasan kita. Waktu saya mempelajari filsafatnya, saya tahu itu bukan penemuan John Dewey. 3.450 tahun sebelum Dewey mengutarakan Golden Rule itu, Alkitab telah mencatat pernyataan yang Musa katakan sebelum dia meninggal dunia: “Aku berharap, umatku mau memikirkan akibat dari kelakuan mereka.”

Banyak orang berpikir, “Saya mau begini maka saya berbuat begini.” Mereka tidak pernah memikirkan terlebih dulu apa akibat dari perbuatannya. Pepatah orang Tionghoa berkata, “Pikirkan tiga kali dulu baru bertindak.” Pada umumnya, ketika seorang mau bercerai, dia tidak memikirkan akibatnya secara masak-masak, hanya berpikir, “Aku mau senang, aku ingin bebas, aku ingin mendapatkan perempuan yang lebih cantik, ingin menikmati kenikmatan seks yang lebih segar.” Sebaliknya pikirkan dan pikirkan lagi kalau kau bercerai, bagaimana perasaan istrimu, bagaimana dengan janjimu di hadapan Tuhan, bagaimana perasaan anak-anakmu saat mereka dicemooh oleh kawan-kawannya, bagaimana masa depan mereka? Orang yang dapat memikirkan kemungkinan yang terburuk, mengakibatkan dia memutuskan untuk mengurungkan niatnya bercerai dan mengambil langkah yang lebih baik.

Kita harus menghargai pernikahan, menghargai janji nikah, saling percaya dan saling memperbaiki. Jangan berpikir dan beranggapan bahwa jika ganti pasangan semuanya pasti akan beres. Tidak tentu demikian. Mungkin sekali pasangan yang baru akan lebih buruk dari sebelumnya, bagaikan lepas mulut serigala masuk ke mulut buaya. Ketika engkau bosan dengan istrimu dan beranggapan bahwa wanita lain akan lebih baik, sangat mungkin engkau akan kecewa. Perempuan lain, mungkin senyumnya terlihat menarik, tetapi engkau belum pernah mengalami ketika ia marah meledak-ledak begitu mengerikan. Sering kali kita lupa bahwa saat gunung yang di bawah laut meletus, jauh lebih mengerikan daripada gunung yang ada di permukaan bumi. Saat seorang gadis yang belum menikah, belum pernah melakukan hubungan seksual, mau menikah dengan engkau yang belum mempunyai apa-apa, itu menunjukkan jiwanya masih bersih dan murni sekali. Berhati-hatilah terhadap orang yang berani menyatakan cintanya setelah engkau sukses dan kaya, karena engkau tidak tahu sebenarnya dia mencintaimu atau mencintai kekayaanmu.

Ketika berusia lima belas tahun, saya membaca satu makalah yang bagus sekali, berjudul “Jika aku orang kaya.” Di dalam makalah itu ada dua pernyataan yang sangat berkesan, “Jika aku adalah orang kaya, aku tidak pernah tahu betapa manisnya roti yang kudapat lewat cucuran keringatku. Kalau aku adalah orang kaya, aku tidak pernah tahu, istriku menikah denganku karena mencintaiku atau menginginkan kekayaanku.” Yang penting harus kita ingat, Tuhan menginginkan kita hidup suci. Rumah tangga itu penting sekali. Banyak sekali godaan yang membuat suami istri berpikir untuk bercerai. Tetapi sebagai orang yang takut akan Tuhan, kita harus senantiasa mengingat: Jangan berzinah!

SEPULUH HUKUM TAURAT: “Jangan berzinah”  (Keluaran 20:14)

Dasar dari Hukum ketujuh “Jangan berzinah” adalah relasi kita dengan Tuhan. Relasi dengan Tuhan yang melandasi relasi kita dengan sesama. Oleh karena itu, Tuhan menuntut setiap umat-Nya untuk menghormati Dia dan hanya berbakti kepada-Nya sebagai satu-satunya Tuhan bagi hidupnya. “Cinta” harus terkait dengan “hanya memiliki satu sasaran”. Ini adalah dua hal yang tidak bisa dikompromikan. Jika seseorang mengaku mencintai Tuhan, tetapi di luar Tuhan masih ada ilah yang lain, maka pasti orang itu tidak mengenal Tuhan dan tidak mengasihi Tuhan dengan sungguh. Tuhan berfirman, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan sepenuh hatimu, sepenuh jiwamu dan sepenuh kekuatanmu, karena Dia adalah satu-satunya Allah.” Berdasarkan hal ini kita baru bisa membangun relasi yang benar dengan sesama manusia.

Relasi dengan sesama diawali dengan menghormati orang tua. Sama seperti Tuhan itu Esa, maka orang tua kita juga merupakan satu pasangan. Meskipun ada kemungkinan, ketika ayah atau ibu kita telah meninggal dunia, lalu ibu atau ayah kita menikah lagi, namun sesungguhnya ayah dan ibu kita yang asli adalah orang tua yang telah Tuhan berikan kepada kita untuk menjadikan dan melahirkan kita. Oleh karena itu, kita harus menghormati mereka. Sekalipun sebagai manusia, mereka memiliki kelemahan, kekurangan atau sifat yang bertolak belakang dengan kita, kepatuhan kita kepada firman Tuhan mengharuskan kita untuk tetap menghormati mereka. Sama seperti prinsip Tuhan Yesus yang mengajarkan bahwa kita harus mendengarkan ajaran orang Farisi yang duduk di kursi Musa, tetapi jangan ikuti teladan mereka; demikian kita harus tetap menghormati orang tua, tetapi tidak perlu meneladani sifat mereka yang buruk. Teladan kita adalah Tuhan Yesus Kristus. Perintah ini dilanjutkan dengan jangan membunuh. Kita harus menghargai hak asasi manusia. Kita harus menjunjung tinggi keberadaan orang lain. Sekalipun derajat status sosial atau pendidikan mereka lebih rendah daripada kita, secara hakikat mereka adalah manusia sama seperti kita, yang dicipta menurut peta teladan Allah, sehingga harus kita hormati. Itu sebabnya, orang miskin tidak boleh membenci orang kaya; dan orang kaya tidak boleh menghina orang miskin. Orang yang berkemampuan intelektual yang tinggi, tidak boleh menghina atau melecehkan yang bodoh; orang yang ganteng tidak boleh menghina orang yang kurang elok parasnya. Status manusia sama di hadapan Allah. Iman dan etika orang Kristen juga tidak memperbolehkan kita membenci orang lain, karena barang siapa membenci sesamanya, ia telah menanamkan motivasi pembunuhan di dalam hatinya.

Hukum ini dilanjutkan dengan “Jangan Berzinah”. Hukum ini berkenaan dengan hubungan pria dan wanita, secara khusus dalam hal hubungan seksual. Dosa seksual adalah dosa yang menghancurkan kelestarian seluruh umat manusia. Tidak ada agama lain di dunia yang memberikan larangan perzinahan lebih keras dan lebih serius daripada Alkitab. Sejak Perjanjian Lama, Tuhan tidak pernah memisahkan kesucian seseorang dengan kesucian seksualnya. Allah menuntut umat pilihan-Nya menjadi bangsa yang suci. Allah berkata, “Aku, Allah yang memanggil engkau adalah suci, maka hendaklah engkau suci di dalam segala hal yang engkau perbuat” (Im. 11:45; 20:26; Ul. 7:6).

Abraham dan Hidup Suci

Abraham adalah orang yang sedemikian penting di dalam Perjanjian Lama. Ia pernah berbuat salah karena mengikuti anjuran istrinya yang kurang taat kepada Tuhan. Ia tidur dengan dayang yang diberikan oleh istrinya yang mandul untuk mendapatkan seorang anak. Akibat ketidaksucian itu akhirnya mendatangkan malapetaka yang dahsyat di dalam sejarah, yaitu mengakibatkan peperangan yang tidak habis-habis antara bangsa Arab dan bangsa Yahudi, sampai Kristus datang kembali. Saya pernah mengatakan bahwa saya tidak percaya bahwa Palestina dan Yahudi akan dapat berdamai. Kedua bangsa ini berbeda mutlak, orang Palestina menganut agama Islam sementara orang Yahudi menganut agama Yahudi. Kedua agama ini tidak mengenal dan mengajarkan pentingnya pengampunan. Akibatnya, yang timbul adalah semangat kebencian, balas dendam, dan keberanian berbuat kejahatan yang akan dibalas dengan kejahatan. Tanpa konsep pengampunan, maka keadilan akan diidentikkan dengan balas dendam. Konsep keadilan yang sempit ini sangat berbeda dari ajaran Kitab Suci, di mana Yesus Kristus memenuhi tuntutan keadilan Allah dengan cara menanggung dosa kita di atas kayu salib dan menebus kita. Inilah keadilan yang dipenuhi dengan pengorbanan yang bersifat penggantian (substitusi), sehingga pengampunan Allah yang didasarkan pada kasih-Nya berlaku atas kita. Maka di dalam iman Kristen, cinta kasih dan keadilan, yaitu dua sifat dasar ilahi, bersifat sejajar dan sejalan, tidak berbenturan dan bertentangan. Di dalam Tuhan Yesus Kristus dan di dalam iman Kristen, pengampunan dan penghakiman dapat berjalan tanpa kontradiksi satu terhadap yang lain. Sungguh tidak ada keagungan ajaran agama yang setuntas ini. Oleh karena itu, hanya di dalam Kitab Suci ada pengharapan sejati bagi umat manusia dan ada jalan keluar dari dosa secara benar dan bertanggung jawab.

Karena Abraham telah bersalah di dalam seks, terjadilah kesusahan yang berkepanjangan dan tidak mungkin dibereskan di dalam sejarah. Itu sebabnya kita harus waspada. Jangan memberikan sumber hidupmu kepada perempuan lain di luar istrimu. Jangan mencari kenikmatan seksual dari orang yang bukan pasangan hidupmu. Melainkan puaslah dengan pasangan hidupmu yang sudah Tuhan berikan kepadamu. Peliharalah hubungan suami istri dengan baik.

Kecuali engkau bertekad untuk sungguh-sungguh mau mencintai dan bertanggung jawab pada satu orang itu, lebih baik engkau tidak menikah. Jangan engkau bermain-main dengan seks. Abraham sangat mengetahui hal itu sehingga ia tidak memperkenan anaknya, Ishak, untuk menikah dengan wanita Kanaan, melainkan ia mencarikan istri dari Mesopotamia. Bukankah Abraham sudah Tuhan panggil keluar dari Mesopotamia, mengapa ia tetap mau mengambil menantu dari Mesopotamia dan bukan dari Kanaan? Bukankah Kanaan adalah tempat yang Tuhan janjikan bagi keturunannya? Abraham tahu bahwa perempuan Kanaan menyembah berhala dan hampir tidak ada orang Kanaan yang sungguh-sungguh takut akan Allah. Meskipun orang Mesopotamia juga menyembah berhala, tetapi kehidupan seks mereka jauh lebih baik dari orang Kanaan. Bahkan di antara mereka, masih ada orang-orang yang mau mencari dan rindu untuk menyembah Allah yang sejati. Abraham adalah salah satu orang yang paling murni hatinya. Yesaya menuliskan, “Ketika Abraham seorang diri, Tuhan memanggil dia” (Yesaya 51:2). Dikatakan “seorang diri,” berarti ia berbeda dari semua orang yang ada di sekitarnya. Tidak ada orang yang seperti dia, yang takut kepada Allah yang Esa. Di dalam keadaan ini Allah memanggil dia keluar dari tanah airnya, tempat bapanya, untuk menuju ke tempat yang akan Tuhan tunjukkan kepadanya. Abraham meninggalkan tempat asalnya ketika ia berusia 75 tahun. Dia meninggal di usia 175 tahun. Itu berarti genap satu abad Abraham mengikut Tuhan dengan setia, jujur, dan tekun. Oleh karena itu, Tuhan membangkitkan suatu bangsa yang suci dari keturunannya. Dan kesucian itu ditandai dengan kesucian di dalam hubungan seksual.

Abraham memanggil pembantunya yang paling tua dan paling baik dari 318 orang pembantunya. Ia berkata, “Aku sudah tua. Aku berpesan kepadamu, jangan mencarikan jodoh bagi anakku satu-satunya, Ishak, dari tanah ini. Engkau harus pergi ke tempat asalku, carikan seorang perempuan yang baik untuknya” (Kejadian 24:1-4). Abraham sedemikian ketat dalam mencari istri bagi anaknya. Pemikiran ini dilandaskan karena Tuhan menginginkan rumah tangga yang suci, di mana suami istri saling setia, sama-sama menjaga kesucian diri. Kesucian diri itu dinilai dari kesucian hubungan seksual yang merupakan dasar untuk melestarikan kebahagiaan seluruh masyarakat dan negara.

Kesucian dan Kenikmatan Seksual

Rumah tangga adalah unit yang paling dasar di dalam masyarakat, negara, maupun seluruh umat manusia. Tuhan sangat memberkati seorang laki-laki dan seorang perempuan yang seumur hidup saling setia. Seorang laki-laki yang berhubungan seksual hanya dengan seorang perempuan, kedua-duanya tidak mungkin terjangkit penyakit kelamin. Tetapi orang yang suka berganti-ganti pasangan, melakukan hubungan seks di luar pasangannya yang sah, Tuhan mengizinkan bakteri penyakit kelamin menyerang dia. Meskipun sudah ada antibiotik yang dapat mengobati dan menyembuhkan penyakit kelamin itu, tetap tidak memberikan jaminan kesembuhan yang total dan kebaikan bagi umat manusia. Kadang-kadang Tuhan mengizinkan penyakit merajalela dalam hidup manusia untuk menghukum orang yang tidak suci dalam hubungan seksual.

Tuhan berulang kali berfirman kepada orang Israel, “Jangan membiarkan anak-anak bergaul, menikah dengan orang-orang Kanaan, karena anak-anakmu akan ikut dengan mereka menyembah berhala, menyimpang dari firman-Ku; tidak lagi setia kepada-Ku, dan hidup berzinah.” Di sini kita melihat tiga hal yang dikaitkan: agamaseks, dan kesucian. Ketiga hal ini memiliki relasi yang saling terkait erat. Ini adalah pemikiran yang penting sekali. Jika anak-anakmu menikah dengan orang kafir, anakmu akan ikut-ikutan menyembah berhala, akan menyembah ilah palsu. Padahal Allah yang Esa, yang sejati, yang suci, menginginkan engkau hidup di dalam kesucian.

Tahukah Anda bagaimana dan mengapa penyakit syphillis, yaitu penyakit kelamin yang mengerikan menjalar di benua Eropa? Penyakit ini hadir di Eropa mulai dari sebuah kapal yang kembali dari keliling dunia. Kapal ini dipimpin oleh Ferdinand Magellan, seorang petualang Portugis, yang dibiayai oleh Raja Charles I dari Spanyol. Mereka berlayar melewati Amerika Selatan sampai ke Filipina. Di Filipina, mereka berperang dan Magellan mati di situ. Awak kapalnya melanjutkan perjalanan kembali ke Spanyol. Setelah itu, para awak kapal itu hidup di tengah-tengah orang-orang Eropa. Inilah mulainya malapetaka menjalar di Eropa. Selama berlayar, para awak kapal ini melacur di mana-mana, dan ketika mereka kembali ke rumah mereka, mereka membawa serta bakteri syphillis. Cukup empat belas tahun untuk menjangkitkan penyakit yang menakutkan ini ke seluruh Eropa. Jangan main-main! Tuhan membiarkan penyakit itu merajalela selama lima ratus tahun tanpa ada obat yang dapat menyembuhkannya. Orang-orang yang terserang penyakit kelamin ini, bukan hanya menderita rasa sakit, tetapi juga rasa malu yang luar biasa.

Ketika seorang sakit flu, ia akan dengan mudah menjawab orang yang bertanya tentang penyakitnya. Akan menjadi lebih lirih dan tidak selantang yang pertama, jika seseorang terjangkit penyakit TBC (tuberkulosis). Namun, akan sangat malu dan tidak bisa menjawab ketika seorang yang terkena penyakit kelamin, ditanya oleh orang lain tentang penyakit yang dideritanya. Ia akan sakit dan sekaligus merasa sangat malu. Ia akan sangat berharap tidak ada orang yang akan menanyakan penyakitnya. Ia tidak ingin ada orang memperhatikan dia dengan menanyakan penyakitnya. Di situ rasa sakit dan malu bercampur menjadi satu.

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa malu dan tahu malu. Kalau seseorang sudah tidak tahu malu, maka dia boleh dianggap lebih rendah dari binatang. Saraf yang paling rumit di seluruh tubuh kita hanya ada di dua tempat yaitu di seputar mata dan di alat kelamin. Tuhan menciptakan alat kelamin sebagai tempat yang memiliki begitu banyak saraf. Tempat ini menjadi tempat yang sangat peka sehingga kita bisa menikmati kenikmatan seks yang luar biasa. Ada orang yang suka mencari perempuan lain dan tidak setia kepada pasangan hidupnya, karena ia merasa nikmat dan tidak lagi berpikir tentang kesetiaan dan kesucian yang Tuhan perintahkan. Dia tidak lagi memikirkan tentang dosa karena yang diinginkan hanyalah kenikmatan. Memang, alat kelamin kita memiliki begitu banyak saraf yang membuat kita dapat menikmati anugerah Tuhan. Kita memilikikebebasan pada saat melakukan hubungan seksual, tetapi bukan kebebasan untuk melampiaskan nafsu tanpa kontrol. Oleh karena itu, kita harus senantiasa menjagakebebasan kita untuk tetap berada di dalam rel. Bagai kereta api yang boleh saja melaju dengan cepat atau lambat, tetapi tetap tidak boleh keluar dari rel. Jika ia tergelincir dan keluar dari rel, maka akan terjadi bahaya dan kecelakaan yang fatal. Oleh karena itu, kebebasan dan kenikmatan seks harus tetap dijaga di dalam rel yang sudah Tuhan tetapkan, yaitu: Jangan berzinah.

Perzinahan mengakibatkan banyak hal yang tidak bisa kita bayangkan. Perzinahan bukan saja akan merusak tubuhmu, tetapi juga memukul jiwamu, membuat hati nuranimu akan kehilangan sejahtera. Setiap orang yang tidak setia di dalam hubungan seksual, yang melampiaskan nafsu berahi dengan semaunya, akan selalu mendapatkan teguran dari hati nuraninya. Ketika hati nurani itu tidak lagi menegur, maka dapat dikatakan orang itu sudah hampir tidak memiliki harapan lagi. Saya bukan mengatakan mutlak tidak ada harapan, tetapi hampir tidak punya harapan, karena bagaimanapun Tuhan masih bisa memberikan belas kasihan dengan cara didikan yang khusus dari-Nya.

Status dan Fakta Kesucian Umat Tuhan

Ketika Paulus menulis surat kepada jemaat Korintus, ia menyebut mereka sebagai orang suci atau orang kudus. Jika kita membaca surat ini, kita jelas melihat bahwa jemaat ini tidak hidup kudus. Ada beberapa hal yang tidak baik tertulis di situ, seperti: 1) Memperebutkan makanan pada saat perjamuan kasih. Gereja Korintus mengadakan perjamuan kasih agar jemaat yang miskin bisa menikmati makanan yang tersedia. Tetapi ada orang-orang yang serakah, mengambil sebanyak-banyaknya tanpa memedulikan apakah orang lain akan mendapatkan makanan atau tidak. Orang-orang egois ini akan membuat orang miskin tidak mendapatkan makanan yang cukup. Ini adalah dosa. 2) Ada perpecahan. Ada orang yang menyebut diri golongan Paulus atau golongan Petrus atau golongan Apolos. Mereka saling memusuhi dan menganggap diri yang paling baik dan paling rohani. Yang paling celaka adalah ada orang yang tidak menyebut diri golongan Paulus atau Petrus atau yang lain, tetapi menyebut diri milik Kristus. Apakah yang mengaku milik Kristus adalah yang paling baik? Justru mereka yang paling buruk. Mereka adalah orang yang paling sombong dan menganggap hanya mereka yang milik Kristus, sementara yang lain tidak. Kita harus sadar, ketika kita menyebut diri orang Reformed, bukan berarti kita orang paling baik, tetapi karena kita mengikuti semangat Reformed yang mau terus belajar firman Tuhan, mengikuti Sola Scriptura, dan mau setia hidup di dalamnya. 3) Ada kekacauan tentang karunia Roh Kudus dan karunia lidah. Hal ini membuat gereja menjadi tidak tertib. Tetapi ada hal penting yang perlu kita bahas di dalam topik kita, yaitu: 4) Ada orang yang berzinah dengan ibu tiri. Berita buruk ini tiba di telinga Paulus sehingga Paulus merasa perlu untuk membereskannya.

Pada bagian awal suratnya, Paulus menyebut jemaat Korintus sebagai jemaat yang suci. Tetapi di dalam 1 Korintus 5, Paulus membicarakan adanya orang yang sampai berani berzinah dengan ibu tirinya sendiri. Di sini kita melihat suatu prinsip yang penting. Secara status, jemaat Korintus adalah jemaat yang telah dikuduskan dan diselamatkan oleh Tuhan. Tetapi secara kondisi dan pelaksanaannya, banyak orang Kristen yang hidupnya tidak sejalan dengan keselamatan yang telah ia terima. Maka, di sini Paulus menyatakan, jangan bergaul dengan orang seperti itu. Di dalam nama Tuhan Yesus, kita harus menyerahkan dia kepada setan supaya pada waktu Tuhan Yesus datang kembali kelak, ia diselamatkan. Di sini kita melihat adanya kaitan antara perzinahan, keselamatan, dan ekskomunikasi (pengucilan).

Di dalam acara yang lain, saya menegaskan beberapa hal yang dilakukan oleh orang-orang Kristen di abad pertama, yang menunjukkan bahwa mereka adalah Gereja yang sejati, yaitu: 1) menjaga dan memelihara ajaran para rasul; 2) berdoa; 3) bersekutu; 4) menjalankan sakramen: memecahkan roti. Selain itu, gereja yang sejati harus memiliki satu tanda lagi, yaitu: mendisiplin orang berdosa. Jika ada orang Kristen yang berzinah, ia harus dihentikan dari menerima perjamuan kudus. Jika ada majelis yang berzinah, harus berani diumumkan dan memberlakukan ekskomunikasi, mengeluarkannya dari gereja. Disiplin terhadap orang Kristen yang berdosa adalah tuntutan Alkitab. Orang berdosa harus ditegur di hadapan umum. Hal seperti ini, mungkin akan sangat langka kita temukan di dalam gereja-gereja modern saat ini. Hampir tidak ada pendeta yang berani menjalankannya. Ada pandangan, lebih baik hanya ditegur empat mata, secara pribadi saja. Tetapi jika kita melihat Alkitab, dengan tegas Alkitab mengatakan: Tegurlah orang berdosa di muka umum. Tetapi sebaliknya, mungkin bisa terjadi ada anak muda yang belum mengerti dengan baik, setelah membaca ayat ini langsung menegur kanan kiri karena dia beranggapan bahwa dia sedang menjalankan ayat tersebut. Itu pun tidak benar. Oleh karena itu, perlu keseimbangan pengertian dan sinkronisasi antara penggembalaanpengajaran, dan disiplin. Allah yang kasih adalah juga Allah yang adil. Allah yang mengampuni juga adalah Allah yang menghukum. Menerapkan hal seperti ini tidaklah mudah.

Di dalam persoalan jemaat Korintus, Paulus mengucilkan orang yang telah berzinah tersebut secara terang-terangan. Kemudian di dalam nama Tuhan Yesus, orang tersebut diserahkan ke tangan setan, agar tubuhnya dihancurkan. Maksudnya, orang berzinah itu mungkin saja akan terkena akibat-akibat dosanya, terkena penyakit kelamin, atau yang lainnya. Maka kita serahkan dan biarkan dia mati digerogoti oleh penyakit itu. Tuhan membenci dosa, apalagi dosa perzinahan. Itulah sebabnya, kita harus selalu mengingatkan diri kita sendiri, bahwa berzinah adalah perkara yang keji, melanggar kesucian yang Tuhan tuntut, dan akan mendukakan hati Tuhan.

Dosa Perzinahan dan Pengampunan

Bukankah Tuhan Yesus mengampuni perempuan yang berzinah, tidak menghakiminya, dan memintanya untuk bertobat? Tuhan memang mencintai setiap orang berdosa. Dia juga sanggup untuk mengampuni dosa yang sebesar apa pun, tetapi itu bukan berarti Tuhan tidak membenci dosa. Maka setelah engkau bertobat, menerima Tuhan Yesus, janganlah kembali lagi ke jalan dosa. Engkau harus memelihara diri di dalam kesucian. Jika engkau tetap berbuat dosa dengan sengaja, maka gereja akan melakukan disiplin terhadap dirimu, mengeluarkan engkau, dan menyerahkan tubuhmu kepada Iblis. Di dalam waktu itu, kiranya orang tersebut sadar akan dosanya, meminta pengampunan dari Tuhan, dan jiwanya bisa diselamatkan, walaupun tubuhnya dibiarkan mengalami kerusakan dan penderitaan.

Sama seperti Simson yang mengalami penderitaan hingga matanya dicungkil karena dia bergaul dengan seorang pelacur dari lembah Sorek di wilayah Filistin, yang bernama Delila. Simson adalah seorang hakim yang kehidupan seksnya tidak sejalan dengan pelayanannya, padahal ia dikaruniai kekuatan yang lebih dari siapapun bukan hanya orang di zamannya, tetapi di segala zaman. Dia seorang diri sanggup mencabut dan mengangkat pintu gerbang kota lalu mengusungnya mendaki bukit. Dia bisa memakai tulang rahang keledai untuk membunuh seribu orang musuh. Sayang sekali, orang yang sedemikian kuat, ternyata begitu lemah di dalam urusan seksual. Ada orang yang memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menguasai begitu banyak hal, tetapi tidak sanggup menguasai daging yang hanya beberapa inci. Simson tidak mampu mengontrol diri khususnya nafsu seksnya. Simson begitu perkasa di hadapan musuh, tetapi luluh di hadapan seorang perempuan cantik, bahkan dibuat menjadi tidak berdaya. Akhirnya, Tuhan membiarkan tubuhnya hancur, matanya dicungkil, tangannya dirantai, dan dipekerjakan sebagai penggiling hingga akhir hidupnya. Tetapi, sesaat sebelum mati, dia sempat berdoa, “Tuhan, kasihanilah aku. Pulihkanlah kekuatanku untuk membunuh musuh-musuhku,” dan Tuhan mendengar doanya (Hak. 16). Tuhan memberikan kekuatan sehingga Simson mampu merangkul dan menghancurkan dua tiang utama penunjang bangunan kuil orang Filistin, yaitu tempat yang biasa dipergunakan oleh para pria dan wanita Filistin untuk berbuat zinah pada saat melakukan upacara penyembahan berhala. Pada saat kuil itu roboh, semua orang tidak sempat menyelamatkan diri. Tiga ribu orang mati bersama-sama dengan Simson. Alkitab mencatat bahwa jumlah yang dibunuh saat kematian Simson lebih banyak daripada yang dia bunuh ketika dia hidup. Itu berarti Tuhan menerima dia kembali, tetapi tidak memberinya kesempatan untuk hidup lagi. Jadi Alkitab memperlihatkan bahwa perzinahan dapat mengakibatkan kematian jasmani, tetapi mungkin Tuhan masih mengampuni dosanya dan menyelamatkan jiwanya. Kita harus memandang serius pernikahan kita, memperlakukan dengan baik tubuh kita, khususnya hidup suci di dalam kehidupan seksual kita, sehingga berkat Tuhan yang semakin besar akan dilimpahkan kepada rumah tangga dan anak-anak kita. Orang yang berhubungan seks secara sembarangan akan mengundang perceraian, memberikan pukulan psikis kepada anak-anaknya dan menghancurkan kehidupan mereka. Orang-orang seperti ini hanya mencari kenikmatan daging tanpa mau bertanggung jawab atas kelestarian, berkat, dan pemeliharaan untuk kehidupan pribadinya dan kehidupan keluarganya di hadapan Tuhan.

Allah Suci dan Hidup Suci

Hukum ketujuh ini didasarkan kepada sifat Allah yang berbeda dari semua sifat ilah-ilah lain. Allah yang sejati adalah Allah yang suci dan menuntut kehidupan suci. Jika kehidupan umat yang Ia pilih dan Ia tebus tidak lebih suci dari orang-orang yang tidak mengenal Allah, maka hancurlah kesaksian orang Kristen. Apa gunanya gereja memiliki banyak jemaat, tetapi kehidupan mereka begitu bobrok dan lebih najis dari orang-orang yang tidak mengenal Tuhan Yesus? Bukankah mereka telah menyia-nyiakan darah Tuhan Yesus yang telah dicurahkan di kayu salib dan mempermainkan anugerah-Nya?

Tuhan adalah dasar mengapa kita tidak berzinah dan menuntut hidup yang suci. Tuhan berfirman, “Engkau harus suci di dalam segala perbuatanmu, karena Aku, Allah yang memanggilmu adalah Allah yang suci.” Jadi, alasan satu-satunya mengapa kita harus suci adalah karena Allah yang memanggil kita adalah Allah yang suci adanya. Allah yang suci mencipta manusia menurut peta teladan-Nya. Allah membatasi kebebasan-Nya dengan sifat ilahi-Nya. John Stott pernah berkata, “Bahkan kebebasan Allah pun tidak absolut.” Saya tidak menerima pernyataan ini karena Allah adalah Allah yang satu-satunya mutlak, maka tidak ada apa pun yang tidak mutlak di dalam hidup Allah. Maka, dengan demikian, kebebasan Allah pun juga mutlak. Masalahnya apakah dengan kemutlakan kebebasan itu Allah boleh melakukan apa saja? Menurut John Stott, tidak, sehingga ia menyatakan kebebasan Allah tidak mutlak. Bagi saya, kebebasan Allah tetap mutlak, tetapi Ia rela membatasi kebebasan-Nya dengan sifat ilahi-Nya yang lain, seperti kesucian, kebenaran, kebajikan, kasih, keadilan, dan lain-lain. Kesatuan semua atribut inilah yang menjadikan Allah itu Allah. Maka kalau Ia tidak kasih, tidak adil, tidak suci, tidak benar, tidak mutlak, tidak baik, Ia bukanlah Allah. Oleh karena itu, etika pun harus kita pandang dari kesatuan atribut Allah ini.

Pada suatu ketika, Reformed Institute di Amerika Serikat — yang saya dirikan — ingin mengundang seorang doktor dari Yale University untuk mengajar etika. Sebelum diundang, saya meminta seseorang untuk bertanya kepadanya, “Apakah engkau percaya bahwa atribut Allah adalah dasar bagi etika manusia?” Ia menjawab: “Tidak.” Maka kami pun tidak jadi mengundang dia karena dia tidak layak mengajar di sana. Atribut moral Allah adalah dasar dari etika manusia yang tidak boleh dikompromikan, karena manusia dicipta menurut peta teladan Allah. Jadi, karena Allah itu suci maka kita harus hidup suci; karena Allah adil maka kita memiliki kemungkinan untuk menjalankan keadilan; karena Allah itu benar maka kita dapat mengerti kebenaran. Orang yang hanya memiliki banyak pengetahuan kognitif, teoretis, tetapi tidak memiliki niat untuk membawa orang kembali kepada Tuhan akan menjadi seorang pendidik yang sia-sia, karena semua yang diberikan olehnya pada hakikatnya nihil adanya. Mendidik bukan hanya memberikan pengetahuan rasional atau mengisi rasa ingin tahu manusia. Mendidik adalah membentuk karakter seseorang agar ia dapat memantulkan peta teladan Allah yang ada di dalam dirinya. Oleh karena manusia dicipta menurut peta teladan Allah maka ia harus hidup sinkron dengan Allah dan meneladani Allah.

Perintah “Jangan berzinah” selalu dikaitkan dengan kesucian. Tuhan berfirman kepada orang Israel, “Jangan menikahkan anakmu dengan orang kafir karena dia akan ikut menyembah berhala.” Di sini kita melihat bagaimana Allah mengaitkan antara pernikahan dengan penyembahan berhala. Allah ingin kita tidak bercabang hati dengan jalan tidak mencintai Dia dengan sepenuh hati. Begitu juga Allah tidak mau tubuh kita tidak setia kepada pasangan hidup kita. Oleh karena itu, jangan sembarangan berzinah dengan perempuan atau laki-laki lain. Perzinahan adalah perkara yang begitu najis di mata Tuhan. Abad ke-21 ini akan menjadi abad yang paling biadab dalam segi seks. Setiap tahun di New York, San Francisco, Los Angeles, ada hari homoseks di mana kaum homo dan lesbian, pria dengan pria, wanita dengan wanita, berpelukan dan bercumbu di jalan di hadapan ratusan ribu penonton tanpa rasa malu. Ini adalah tindakan yang melanggar perintah Alkitab dan menghancurkan moral manusia. Mereka bahkan menuntut masyarakat memberikan kebebasan dan mengesahkan hubungan mereka, padahal kebebasan tanpa dibatasi kebenaran adalah kebuasan. Allah yang suci menuntut manusia hidup suci.

“Jangan berzinah” adalah salah satu hukum yang paling mendasar, yang dipakai untuk melestarikan kebudayaan dan kesehatan seluruh umat manusia. Bangsa yang tidak menangani hal ini dengan ketat akan mengalami kemunduran bahkan kehancuran. Di Musée d’Orsay di Paris, terdapat suatu lukisan yang menggambarkan masa senja Kerajaan Romawi. Di situ digambarkan pria memeluk wanita cantik yang telanjang. Keadaan masyarakat yang mengalami kerusakan moral sedemikian parah telah menodai Kerajaan Roma dan membawanya kepada kehancuran. Bangsa yang tidak menjalankan prinsip kesucian dalam hubungan seksual, sebenarnya sedang bunuh diri. Will Durant, seorang sejarawan yang terkenal, menulis dalam bukunya yang menganalisis kebudayaan dan sejarah: Kerajaan Roma bukan dihancurkan dari luar melainkan dari dalam, melalui dua hal, yaitu: 1) kekuasaan yang mutlak; dan 2) tidak serius di dalam menangani kebejatan moral. Dua ratus tahun setelah Konfusius, filsuf yang bernama Mensius mengatakan, “Sebelum negara menjadi jaya, pasti ada tanda-tanda yang baik; dan sesaat sebelum dia mengalami kehancuran, pasti muncul banyak hal yang aneh-aneh.” Sekarang, Eropa dan Amerika bagaikan tidak berpengharapan lagi kecuali mereka berbalik kepada Tuhan. Memang mereka dulu pernah mengerti Alkitab, kebenaran yang Tuhan wahyukan, tetapi sekarang mereka mengabaikan dan menghina firman Tuhan. Sementara, di Asia orang-orang mulai mencari Tuhan. Tiga puluh lima tahun yang silam, kebaktian kebangunan rohani yang saya pimpin di Amerika Serikat banyak dihadiri oleh orang-orang dari Taiwan dan Hongkong. Tetapi sekarang justru banyak dihadiri oleh orang-orang dari daratan Tiongkok karena setelah sekian lama mereka mengikuti Mao Zedong, mereka mulai sadar bahwa ada yang tidak beres dalam ajaran komunisme. Dahulu mereka diajar untuk menentang kekristenan, tetapi sekarang mereka menemukan bahwa kekristenan memiliki sesuatu yang tidak ada di dalam ajaran komunisme.

Tahun lalu, ketika saya memimpin KKR di Toronto, di antara sekitar enam ribu orang yang hadir, terdapat sekitar empat ribu orang yang berasal dari Tiongkok. Seseorang berkata, “Sekarang KKR di Amerika Serikat kecuali dihadiri oleh orang-orang Tiongkok, pasti sepi, karena mereka yang dulu membenci kekristenan sekarang mulai mencari tahu firman Tuhan, sementara mereka yang berasal dari negara Kristen justru mulai bosan dengan firman Tuhan.”

Hidup suci adalah ciri khas orang-orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan. Masyarakat yang berzinah, melampiaskan nafsu seks sesuka hati akan menghancurkan diri sendiri. Inilah dalil yang hampir tidak mempunyai perkecualian di sepanjang sejarah. Mantan Presiden Soeharto, lewat istrinya, Ibu Tien, menegakkan suatu peraturan bahwa semua pejabat yang bertugas ke tempat lain harus membawa serta istrinya agar mereka tidak menyeleweng. Maka Tuhan masih memberkati dia, walaupun akhirnya pemerintahannya hancur akibat masalah uang, nepotisme, dan memberi hak istimewa terlalu berlebih kepada anak-anaknya. Kita melihat bahwa uang dan seks sangatlah berbahaya. Orang yang bisa menjaga diri dengan ketat, hidup suci terus-menerus, akan diberkati Tuhan dan menjadi berkat bagi banyak orang. Gereja jangan bangga karena memiliki gedung yang besar, tetapi harus belajar menuntut diri dengan ketat untuk setia dalam hal keuangan dan seks, karena keduanya dapat dipakai setan untuk menghancurkan tubuh Kristus, atau dipakai Tuhan untuk menjadi saluran berkat-Nya.

Cinta Sejati adalah Cinta Tunggal yang Penuh

Alkitab memberitahukan kita bahwa Tuhan sedemikian membenci perzinahan. Bangsa Israel adalah bangsa yang Tuhan panggil untuk menjadi bangsa yang suci. Oleh karena itu, Tuhan menuntut mereka untuk hidup suci, setia dalam hal seks. Kita telah membahas bahwa cinta kasih suami istri, pria wanita, tidak dapat dilepaskan dari: 1) Hati yang jujur, yang hanya mengarah kepada satu orang saja. Kita tidak mungkin pada saat yang sama mencintai dua orang lawan jenis dengan kadar cinta yang sama besar sepenuh hati. Kita bisa membagi cinta secara merata kepada lima orang anak, tetapi tidak mungkin membagi cinta secara merata kepada lima orang istri. Ketika engkau mencintai seorang pria atau wanita, tidak boleh ada orang lain yang mengintervensi. Hal ini dikarenakan Tuhan menciptakan manusia dengan sifat seperti itu. Ketika seorang manusia mencintai seseorang, cintanya hanya bisa mengarah secara penuh kepada satu orang saja. Itu sebabnya, poligami bukanlah kehendak Tuhan karena tidak sesuai dengan sifat yang Allah cipta di dalam diri manusia sebagai peta teladan Allah. Allah mengawali perintah-Nya dengan “Allah-Mu adalah Allah yang Esa”, barulah setelah itu Ia memerintahkan Israel untuk mencintai-Nya dengan segenap hati. Di situ kita melihat bahwa cinta hanya mengarah kepada satu objek. Ilmu psikologi hanya bisa menemukan dan tidak bisa menolak fakta bahwa engkau tidak mungkin mencintai lebih dari satu lawan jenis pada waktu yang sama dengan derajat yang sama. 2) Mempunyai harapan kekal. “Aku akan mencarimu sampai selama-lamanya” adalah kalimat yang mungkin tidak bisa kita jalankan, tetapi akan kita ucapkan ketika menyatakan cinta yang sesungguhnya. Tidak mungkin kita berkata kepada kekasih kita, “Aku sangat mencintaimu dan hanya akan mencintaimu dua tahun saja.” Kalau berkata seperti itu, pasti tidak ada yang mau menjadi istri kita. Maka, sadar atau tidak sadar seseorang akan berkata pada pacarnya bahwa dia akan mencintai pacarnya selamanya, walau dia belum tentu bisa melaksanakan apa yang dia katakan. Itulah ungkapan cinta yang sejati. Dia berharap cintanya berlangsung selamanya.

Mengapa kedua orang menyatu dengan cinta? Saya tidak tahu, tetapi saya sadar bahwa Allah menciptakan kita dengan suatu substansi dasar yaitu cinta yang sejati haruslah selama-lamanya hanya untuk satu hati saja. Tuhan yang mencipta kita itu Esa. Allah yang Esa bisa dimengerti dari banyak segi, tetapi yang paling penting ialah: Dia satu-satunya objek yang kita sembah dan kasihi. Cintailah Dia dengan sekuat tenagamu, sebulat hatimu, segenap pikiranmu dan sifatmu. Tuhan menginginkan kita mengasihi Dia dengan seluruh keberadaan kita, bukan hanya sebagian saja. Demikian pula cinta kita terhadap suami atau istri kita. Kita perlu minta Tuhan memelihara cinta kita sedemikian rupa, sehingga sekalipun masih bisa berubah, tidak sampai berzinah. Bisa berubah karena mungkin dahulu kurang pengalaman sehingga kita jatuh cinta kepada orang yang salah. Dan sekarang engkau menemui godaan, bertemu dengan orang yang lebih cantik, lebih bergairah, lebih menarik. Itu sebabnya, orang yang belum menikah, jangan terlalu cepat jatuh cinta atau mengikat janji nikah. Dan orang yang sudah menikah, jangan memungkiri janji karena Tuhan sangat membenci perzinahan. Jadi, apa pun yang terjadi, engkau harus meminta Tuhan agar memampukan engkau mengekang diri untuk tidak menyeleweng, karena Allah yang mutlak bebas telah rela membatasi kebebasan-Nya yang mutlak dengan atribut-Nya yang lain. Sebagai orang beriman, Allah yang Esa dan kekal dapat memelihara kita sesuai dengan kehendak-Nya, khususnya di dalam hubungan seksual. Oleh karena itu, biarlah setiap orang Kristen tidak berlaku sembrono. Hendaklah engkau memikirkan baik-baik akan iman dan kesetiaanmu kepada Tuhan dan pasangan hidupmu, dan memelihara pernikahanmu dengan baik.

Kekurangan Pasangan dan Kesetiaan Pernikahan

Di satu kota di mana saya melayani, ada suami istri yang sebelum menikah suami ini sadar bahwa ia sulit hidup dengan pacarnya. Pacarnya selalu mau menang sendiri, semua orang harus mengikuti kemauannya. Kalau keinginannya tidak dituruti, ia mengancam akan bunuh diri atau berteriak histeris. Si pria sempat ingin membatalkan pernikahannya, tetapi karena takut akhirnya mereka menikah. Setelah menikah, mereka terus bertengkar dan semakin hebat. Setiap hari istrinya mengancam akan bunuh diri. Jangan terlalu cepat jatuh cinta dan memberikan dirimu kepada orang lain tanpa pikir panjang. Pemuda pemudi yang terlalu yakin bahwa pilihannya benar, sangat mungkin akan menyesal di kemudian hari. Celakanya, kesalahan ini tidak bisa mengembalikan engkau kepada kebebasanmu yang semula. Banyak orang yang terlalu cepat menikah dan melakukan kesalahan, tidak bisa lagi memperbaiki kesalahan itu.

Seorang yang mendengar khotbah saya mengatakan bahwa dia selalu mendapat berkat dan mendapat jawaban atas pergumulannya, dan sekarang ia ingin mendapatkan jawaban yang baik bagi problem yang sedang dia hadapi. Saya merasa bahwa orang ini ingin menjebak saya. Ia bertanya, “Apakah seseorang harus bertobat jika telah berbuat suatu kesalahan?” Saya katakan, “Benar.” Ia mengatakan bahwa ia telah salah memilih istri, maka apakah dengan bertobat ia bisa memilih istri yang lain. Saya katakan, “Tidak.” Ia mengatakan bahwa istrinya begitu buruk dan ia membeberkan semua keburukan istrinya. Saya katakan bahwa kita tidak menikah dengan malaikat, melainkan dengan keturunan Adam yang berdosa. Bahkan bukan hanya pasangan kita, tetapi kita sendiri juga keturunan Adam yang berdosa. Itu sebabnya, kita harus sama-sama mencari titik temu di dalam Tuhan, memperbaiki relasi yang kurang baik, dan mengusahakan harmoni pernikahan yang baik. Bukankah dulu engkau pernah sungguh-sungguh mencintainya? Kembalilah kepada cinta yang semula itu. Jangan karena sekarang engkau menemukan orang yang lebih baik, lalu mencari-cari alasan untuk menceraikan istrimu. Niat berzinah seperti itu dibenci oleh Tuhan. Mungkin engkau berdalih bahwa engkau tidak cocok dengan dia. Yang disebut cocok bukanlah dua orang yang sama sifatnya. Bukan dua-dua sama keras atau sama lembut, tetapi yang satu keras yang lainnya lembut. Dengan demikian kedua sifat itu saling menetralkan sifat yang terlalu ekstrem, sehingga kelak anak-anakmu menjadi lebih baik dan lebih netral. Sifat yang tidak sama bukan berarti tidak cocok. Keberbedaan ini justru menjadi daya pikat alami. Yang keras tertarik pada yang lembut; yang ekstrovert tertarik pada yang introvert. Memang setelah menikah, mulai menemui fakta yang kurang serasi, karena saat itu emosi sudah berubah menjadi rasionil. Sebelum menikah selalu terlihat bagai malaikat; sesudah menikah baru tahu bau badannya kurang sedap, terlalu malas, sifatnya keras, dan lainnya, lalu mulai merasa tidak cocok. Orang yang kelihatannya pendiam sering kali menyimpan banyak hal di dalamnya; sementara orang yang kelihatan bawel, tidak menyimpan apa-apa di hatinya. Ada kalanya orang yang kelihatan lembut ternyata sangat keras; sebaliknya, orang yang kelihatan keras di luar, ternyata begitu lembut. Inilah relativisme. Banyak orang yang karena tidak berpengalaman terlalu cepat menikah. Itulah sebabnya, jalanilah pernikahan melalui tiga tahap: (1) bergaul sebagai teman biasa terlebih dahulu; (2) baru bergaul sebagai kawan yang lebih akrab; (3) sesudah mengenal lebih mendalam, baru memutuskan untuk menjadikan teman seumur hidup atau tidak. Jangan terlalu percaya diri, terlalu sembrono, barulah rumah tangga kita bisa bahagia.

Sebelum menikah, hendaklah setiap kita membuka mata lebar-lebar, tetapi tangan jangan menggerayang. Sesudah menikah tutup mata dan tutup mulut. Jangan melirik orang lain lagi. Kalau engkau menginginkan kuda berlari dengan cepat, pasanglah penutup di samping matanya. Jadi, sebelum menikah, engkau boleh melirik ke kanan dan ke kiri; tetapi setelah menikah, pasanglah penutup mata, arahkanlah pandanganmu hanya kepada istrimu atau suamimu. Jangan suka menonton film atau buku porno, karena pembuat film atau buku porno selalu memilih perempuan yang cantik dengan postur tubuh yang menggiurkan sebagai pemerannya. Makin banyak engkau melihat foto-foto bugil dan membandingkan dengan istrimu, semakin rusak otakmu. Apalagi orang yang sudah tua masih suka memandangi foto bugil wanita muda, bukan saja kurang ajar sekali, tetapi juga membuat engkau akan mencela istrimu yang sudah mulai tua, padahal engkau lupa bahwa engkau sendiri juga sudah tua. Itu sebabnya, janganlah kita membiasakan diri menjadi orang bodoh.

Hai para istri, jangan mencari pembantu yang muda dan cantik. Mungkin ada orang yang tertawa mendengar nasihat ini. Tetapi ini adalah fakta yang sangat penting. Jangan engkau pikir bahwa setelah menikah, suamimu tidak bisa berbuat macam-macam. Ingatlah bahwa suamimu tertarik kepadamu dan menikahimu karena engkau cantik, muda, dan sifatmu yang lembut. Maka setelah menikah, aspek-aspek itu harus engkau pelihara dan jangan membuangnya. Ketika daya tarikmu hilang, orang lain akan memakai daya tariknya untuk memikat suamimu dan engkau bisa dipakai Iblis. Itulah sebabnya, setelah engkau menikah, engkau harus senantiasa memelihara dirimu seperti sediakala, mempertahankan kebersihan tubuhmu, berdandan yang pas, tenang, dan pelihara daya tarik dirimu. Peliharalah relasimu dengan suami tetap baik. Wanita jangan tampil cantik untuk orang lain dan tidak menarik bagi suaminya, karena ia selalu berada di dalam keadaan yang paling buruk di hadapan suaminya. Ketika suamimu menganggap dirimu adalah wanita yang paling cantik, meskipun orang lain memandang engkau jelek, tidak jadi masalah. Suami istri harus saling mencari jalan agar bisa saling menyesuaikan diri. Jangan menuntut pasangan hidupmu menuruti keinginanmu, melainkan harus saling menghormati, mau mengubah diri, saling melengkapi, dan membuat kalian berdua lebih senang di rumah ketimbang di tempat lain. Kalau ada perempuan lain menggoda suamimu dan engkau marah-marah, maka engkau sedang dipakai oleh setan. Ingatlah, kalau perempuan lain menggoda suamimu, engkau harus semakin menyatakan kelebihanmu sehingga ketika dia membandingkan dirimu dengan perempuan itu, dia tetap akan lebih menghargai engkau. Semua perempuan harus siap sedia dan waspada menjaga diri dengan baik. Jangan memakai pakaian yang terlalu tembus pandang atau terlalu ketat. Sebelum menikah pilihlah pacar dengan sangat cermat, setelah menikah hanya mempertontonkan tubuhnya untuk suami bukan untuk orang lain. Ketika berada di tempat umum, kenakanlah pakaian yang sopan, cukup tebal dan cukup panjang, sehingga tidak menonjolkan bagian-bagian tubuh tertentu, karena tubuhmu hanya boleh dinikmati oleh suamimu seorang. Begitu juga suami, tubuhnya hanya boleh dinikmati oleh istrimu seorang. Suami istri yang sama-sama menikmati ciptaan Tuhan dalam ikatan pernikahan yang sah, akan diberkati Tuhan. Kalau wanita suka memamerkan tubuhnya untuk lelaki lain, dia mengacaukan lalu lintas dunia. Juga ketika wanita mandi, pastikan pintu terkunci dengan rapat, dan jangan mandi sambil menyanyi, karena jika suaramu merdu akan memancing pria untuk berpikir yang tidak baik.

Daud berdosa karena ketika sedang berjalan-jalan di atap istana, ia melihat seorang perempuan yang sedang mandi di tempat terbuka. Tubuhnya begitu menggiurkan dan Daud pun mengingininya. Ketika pria mengingini tubuh lain di luar tubuh istrinya, itulah bibit dari setan. Daud mencari tahu siapa wanita itu. Daud mengetahui siapa wanita itu dan siapa suaminya. Maka ia mulai mengatur siasat. Sebagai raja, Daud bisa mengatur agar Uria bertempur di garis depan dan akhirnya binasa. Dengan demikian ia bisa memiliki istrinya yang cantik. Dan itu pun akan mendatangkan nama baik bagi Daud karena ia akan dipandang sebagai raja yang murah hati karena memelihara janda perwiranya, padahal dia yang merancang kematian suaminya. Daud melakukan semua ini karena dia menginginkan tubuh istri perwira itu.

Daud mengingini tubuh wanita itu karena ia melihat tubuh bugil wanita itu yang telah membuat nafsu berahinya meluap-luap. Hanya satu kali itu Daud melihat Batsyeba telanjang dan itu sudah membuat Daud terjerumus dan jatuh ke dalam dosa perzinahan. Ini satu-satunya perkara di sepanjang hidup Daud yang membangkitkan murka Tuhan atas dirinya. Daud adalah seorang yang diperkenan Tuhan, yang menyenangkan hati Tuhan. Tetapi karena dosanya itu, Tuhan mengirim nabi Natan untuk menegurnya. Akibat dari dosa ini, anaknya, Salomo, ikut punya istri dan selir hingga seribu orang. Orang yang hidupnya sembrono akan menyebabkan anak cucunya hidup lebih sembrono lagi. Jika engkau berzinah, keturunanmu akan cenderung mengikuti jejakmu, karena pendidikan bukan sekadar menyalurkan pengetahuan, melainkan membangun kehidupan moral melalui teladan yang engkau berikan kepada anak-anak yang engkau didik.

Saya bersyukur untuk orang-orang yang Tuhan pelihara kesucian hidupnya, karena mereka adalah teladan dan berkat bagi orang-orang sezamannya. Saya berjanji di hadapan Tuhan, menjadi teladan dalam hal mempersembahkan diri, menyangkal diri, bekerja keras, dan berkhotbah. Maka saya terus menuntut diri, menjadi teladan bagi gereja dan anak--anak saya. Daud gagal hanya karena dia melihat seorang perempuan yang sedang mandi. Perzinahan yang dia lakukan mendatangkan murka Tuhan yang besar, empat orang anaknya mati secara tidak wajar. Baiklah kita tidak menjadi orang Kristen yang sembrono, khususnya dalam kehidupan seksual kita. Kiranya Tuhan memimpin kita.

SEPULUH HUKUM TAURAT: “Jangan berzinah”  (Keluaran 20:14)

Kita telah membahas hukum ketujuh dari beberapa aspek. Di dalamnya kita melihat bahwa kesucian seks akan menjamin kelestarian umat manusia sampai akhir zaman. Ketidaksucian seks merupakan ancaman bagi kesehatan pribadi dan kesejahteraan seluruh umat manusia. Prinsip dari perintah yang penting ini bukan hanya ada di dalam Alkitab, tetapi juga ditanam Tuhan di dalam hati nurani manusia. Tidak ada satu bangsa pun yang menyetujui bahwa manusia boleh melampiaskan nafsu seks semaunya. Berhubungan seks adalah sesuatu yang sangat nikmat karena berdasarkan anugerah Tuhan manusia bisa menikmati kenikmatan seks sedemikian tinggi yang melampaui semua makhluk lainnya. Namun untuk itu, manusia juga dituntut untuk menjaga kesucian seksnya. Jika dilanggar, Tuhan akan menghukum orang itu. Lagi pula manusia tidak mungkin mencintai dua orang di saat yang sama dengan kadar cinta yang sama, tetapi dia mampu mencintai dua, empat, enam, sepuluh, bahkan belasan anaknya dengan kadar cinta yang sama. Fenomena ajaib yang tidak dapat dijelaskan, hanya dapat diakui oleh para psikolog dari dahulu hingga sekarang. Kasih sejati antara suami istri tidak dapat dipisahkan dari kejujuran, kesehatian, dan kekekalan. Itulah hikmat Allah saat menciptakan manusia. Kalau ciptaan Allah ini tahu hidup sesuai kehendak-Nya, pasti ia akan menikmati kebahagiaan sempurna, kepuasan yang tidak akan disesali selamanya. Oleh karena itu, bangsa yang menghormati pernikahan akan diberkati Tuhan.

Rasio dan Kesucian

Di Taiwan ada gereja yang sebelumnya Reformed kemudian berubah menjadi Liberal dan merestui pernikahan homoseks dan lesbian. Di Malaysia ada pendeta dengan gelar Doktor dari Amerika Serikat menulis makalah bahwa homoseks tidak bertentangan dengan Alkitab. Ini semua membuktikan kebenaran perkataan Martin Luther: “Rasio manusia bagaikan pelacur”. Rasio sering kali tidak setia kepada kebenaran, bagai perempuan yang mau melakukan hubungan seks dengan siapapun yang memberinya uang. Rasio adalah organ yang membedakan manusia dari makhluk yang lain. Rasio bisa memikirkan makna, mencari jawaban, menganalisis sebab-akibat, dan menyimpulkan dalil yang ada di alam. Tetapi rasio juga bisa menyetujui hal yang tidak beres, namun dianggap cukup beralasan meskipun alasannya sangat miring, licik, dan tidak jujur. Itu adalah tindakan orang yang kurang pandai atau yang mendewakan rasio, tetapi tidak berani setia kepada kebenaran. Martin Luther sangat peka akan hal ini dan dia menyebut “Rasio bagai pelacur”.

Pertanggungjawaban Kesetiaan

Kepada siapa kita harus setia? Kepada Allah karena Dia adalah Sumber Kasih yang mengasihi kita terlebih dahulu dan menuntut kita mengasihi Dia dengan sepenuh hati, bagai seorang gadis yang menikah dan mencintai suaminya. Hubungan Kristus dengan jemaat-Nya digambarkan sebagai hubungan kasih suami dan istri. Kristus terlebih dahulu mengasihi kita, maka kita harus setia, memelihara kesucian diri, dan tidak keluar dari jalur yang Dia tetapkan. Begitu pula rasio kita harus mengasihi Kristus, Sumber Kebenaran, Inisiator Wahyu, Penunjuk Jalan Kekekalan dengan sepenuhnya. Merenungkan dan menaati prinsip-prinsip yang tercantum dalam firman Tuhan adalah kembalinya sang anak hilang untuk setia kepada kebenaran yang sejati. Inilah iman. Iman tidak membunuh rasio, melainkan membawanya kembali setia kepada kebenaran yang asli. Dengan demikian orang Kristen membawa rasionya taat sepenuhnya kepada Sumber Kebenaran, kepada Tuhan Pencipta rasio. Orang Kristen yang menggunakan rasio untuk memuaskan perasaan bukanlah orang Kristen yang sejati, karena orang Kristen yang sejati justru mengajak umat manusia untuk mempelajari, menaati, dan menjalankan kehendak Tuhan yang telah Dia wahyukan kepada kita dengan sepenuh hati.

Demikian pula tubuh kita hanya setia kepada suami atau istri yang Tuhan berikan saat kita membentuk rumah tangga. Kesucian seks akan menjamin kebahagiaan seluruh umat manusia dan menjadi berkat bagi keturunannya. Jika mereka tidak peduli akan hal ini, jangan harap mereka bisa mendidik anak-anak mereka dengan baik. Saya sudah beberapa kali mendengar ada anak-anak yang menemukan gambar-gambar porno di komputer dan kamera papanya. Setelah itu, mereka mulai menonton dan malah mengajak teman-teman mereka. Ketika seorang remaja putri yang melakukan hubungan seks di hotel ditanya, dia mengatakan bahwa dia mencontoh papa mamanya. Pendidikan yang baik bukan berdasarkan pengetahuan melainkan teladan. Saat skandal perzinahanmu terbongkar, seberapa engkau kaya ataupun pandai, reputasimu akan merosot tajam. Gosip skandal seks jauh lebih cepat daripada pemberitaan Injil.

Menghormati Perkawinan

Tuhan sangat membenci orang yang tidak setia dalam pernikahan. Di dalam kitab Ibrani 13, Tuhan menuntut orang menghormati perkawinan. Itu berarti: 1) menghormati hubungan yang paling intim antara pria dan wanita; 2) mengakui institusi yang Tuhan tetapkan; 3) memperhatikan kesehatan seluruh umat manusia; dan 4) mendidik anak-anak buah pernikahan kita dengan baik. Jangan main-main! Hidup suci ditandai dengan kesungguhanmu menghargai pernikahanmu, setia kepada pasangan hidupmu. Itulah yang membuat hidupmu diperkenan Tuhan, menjadi teladan dunia, dan menjadi fondasi pendidikan bagi keturunanmu, sehingga mereka akan hidup takut akan Tuhan dan menghormati orang tua. Tuhan membenci perzinahan, karena perzinahan adalah salah satu investasi setan di dalam gereja.

Langkah pertama seseorang masuk ke dalam Kerajaan Allah adalah pertobatan yang dihasilkan oleh iman. Karena iman datang dari mendengar firman, dan firman disampaikan oleh orang yang sungguh-sungguh memberitakan Injil, maka orang yang memberitakan Injil haruslah orang yang sungguh-sungguh sudah bertobat terlebih dahulu. Ayat “Serukan nama Tuhan, dan ia pun diselamatkan” (Rm. 10:9, 13) sering kali disalahmengerti dan diselewengkan. Paulus mengatakan hal ini kepada jemaat Roma yang saat itu berada di dalam ancaman dipenggal kepala jika menyeru nama Tuhan. Siapapun saat itu yang menyebut Yesus Tuhan akan dihukum mati. Maka, pengakuan ini bukan pengakuan biasa. Dan memang tidak setiap orang bisa mengeluarkan seruan itu. Jadi pernyataan ini jangan dikontraskan dengan pernyataan Tuhan Yesus di dalam kitab Matius 7:22. Hanya orang yang digerakkan oleh Roh Kudus yang berani dan beriman untuk menyerukan nama Yesus sebagai Tuhan. Saat ini justru banyak gereja yang katanya mengabarkan Injil, tetapi sebenarnya sedang memberitakan jalan yang lebar, yaitu orang akan mendapat banyak harta, akan sukses secara ekonomi, hidupnya lancar, dan akan sehat selalu.

Inilah Theologi Kemakmuran. Mereka tidak mengajak orang untuk bertobat dari dosa dan hidup suci mengikuti kehendak Tuhan. Theologi Kemakmuran bukanlah penginjilan. Sudah terlalu jarang kebaktian-kebaktian besar yang meneriakkan pertobatan dari dosa, memberitakan Injil salib Kristus yang menebus manusia berdosa. Orang yang tidak percaya pada Injil tidak mungkin mengabarkan Injil. Gereja yang tidak lagi memberitakan Injil sejati mungkin untuk sementara terlihat besar, tetapi itu justru mengingatkan kita akan peringatan Tuhan Yesus, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, Tuhan, Tuhan, akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Saat itu banyak orang yang berseru kepada-Ku, “Bukankah aku pernah bernubuat demi nama-Mu; dan mengusir setan demi nama-Mu; dan mengadakan mujizat demi nama-Mu?” Maka Yesus akan berkata kepada mereka, “Enyahlah dari hadapan-Ku pembuat kejahatan. Aku tidak pernah mengenal engkau” (Matius 7:21-23). Banyak khotbah hari ini yang hanya ingin menyenangkan telinga. Khotbah yang begitu lunak, begitu banyak meneriakkan pengampunan. Kalau berzinah itu bukan engkau yang berzinah, tetapi karena ada roh zinah di dalam hatimu. Maka kita harus mengusir keluar roh zinah itu, dan engkau sendiri diselamatkan. Jadi siapa yang berzinah kalau begini? Jelas yang berzinah adalah manusianya, bukan setan atau roh zinah. Kini gereja tidak lagi berani menuding kehidupan yang berdosa, karena takut nanti jemaat pergi dan perongkosan gereja akan defisit.

Contoh Bileam

Tuhan membenci dosa, khususnya dosa perzinahan, sehingga siapapun juga yang berdosa harus bertobat. Di Alkitab ditulis ada orang yang membenci orang Israel karena merasa dirinya terancam. Maka utusan Balak menemui Nabi Bileam untuk mengutuk Israel, dan memberikan uang yang banyak. Bileam tergiur, tetapi ketika dia mau mengutuk orang Israel, yang keluar dari mulutnya selalu berkat. Utusan itu melapor kepada raja. Maka kali ini utusan itu membawa lebih banyak hadiah emas dan perak untuk Bileam. Sering kali pendeta-pendeta, khususnya yang berasal dari keluarga miskin atau yang hidup sangat miskin karena honornya terlalu kecil, tergoda dengan tawaran kekayaan yang besar. Bileam mencoba untuk mengutuk lagi. Bileam adalah nabi yang tidak setia kepada Tuhan karena dia lebih menyukai kemakmuran dan kesuksesan duniawi ketimbang mengatakan kata-kata yang benar sesuai dengan kehendak Tuhan. Maka Tuhan membalikkan lidahnya. Akhirnya, ketika dia mau pergi untuk mengutuk Israel, dia dihadapkan dengan malaikat Tuhan dengan pedang terhunus. Bileam tidak melihat, tetapi keledainya mogok. Dia mencambuk keledainya, tetapi keledainya tetap bergeming. Di sini kita belajar, ketika manusia tidak melihat visi, binatang yang kemudian diizinkan Tuhan untuk melihat visi. Celaka sekali. Keledai tidak berani maju karena melihat malaikat menghadang jalan mereka. Bileam mencambuk lagi dengan keras dan Tuhan menyuruh keledai itu berbicara, “Mengapa engkau memukulku?” Bileam mengatakan bahwa keledainya tidak mau taat. Tetapi bukankah sejak dahulu keledai itu tidak pernah tidak patuh? Saat terjadi fenomena yang berlawanan dengan keinginanmu, engkau perlu introspeksi, memeriksa diri, dan bukan marah-marah. Saat itu Bileam baru melihat bahwa ada malaikat yang menghadang. Dia ketakutan dan berpaling. Dia tidak jadi mengutuki Israel karena Tuhan tidak mengizinkan hamba-Nya mengatakan sesuatu di luar kehendak-Nya. Tetapi karena dia sudah menerima banyak uang, dia mulai memikirkan cara lain.

Allah paling benci perzinahan, sehingga jika ia berhasil membuat orang Israel berzinah, maka ia tidak perlu mengutuk mereka karena Allah sendiri yang akan menghukum mereka. Betapa lebih besar dosa orang yang menjerumuskan orang lain ke dalam dosa, ketimbang diri sendiri berbuat dosa. Dengan cara demikian dia bisa cuci tangan dan membiarkan orang lain berdosa, mirip seperti tindakan Pilatus cuci tangan. Bagaimana pandainya engkau, tidak mungkin lebih pandai dari setan, si penggoda. Maka, peliharalah hatimu, pupuklah rasa takut pada Tuhan seumur hidupmu.

Jika orang Kristen tidak hidup suci, siapakah saksi Tuhan yang suci di dunia ini? Hanya orang yang telah ditebus dengan darah Kristus yang mungkin untuk sungguh-sungguh hidup suci sesuai kehendak-Nya. Bileam mengira bahwa dirinya mampu mempermainkan Israel, uang, kuasa, bahkan mempermainkan Tuhan. Bileam memiliki theologi yang benar. Dia tahu bahwa Allah itu suci, adil, dan membenci dosa. Allah membenci dan menghukum orang yang berzinah. Apa gunanya belajar kedokteran, jika hanya untuk menolong orang kaya dan membiarkan orang miskin mati? Apa gunanya belajar hukum, jika bertujuan mencari celah hukum agar bisa melanggar hukum tanpa bisa dihukum? Apa gunanya belajar theologi, tahu doktrin yang benar, tetapi hatinya tidak beres, demi uang berani menjual kebenaran, membenci orang pilihan Tuhan? Bileam mencari perempuan-perempuan Filistin yang cantik dan menyuruh mereka untuk menggoda orang Israel. Dia mengerti theologi untuk mempermainkan theologi. Ada orang belajar theologi Reformed untuk memperkaya diri. Bileam adalah seorang nabi, tetapi dia menyodorkan siasat Iblis, menyelundupkan perempuan kafir yang cantik untuk menghancurkan Kerajaan Tuhan. Pria-pria Israel tergiur dengan perempuan-perempuan cantik itu, lalu satu per satu tidur dengan mereka. Allah benci sekali pada perbuatan mereka dan menghukum dengan penyakit sampar. Banyak orang Israel mati. Bileam merasa sukses dan Balak memberinya banyak uang. Demi uang, Bileam mengorbankan anak-anak Tuhan. Hal itu tidak diketahui orang lain, tetapi Tuhan tahu. Tuhan mencatat peristiwa ini di dalam Alkitab. Bileam telah menyebabkan orang Israel berzinah. Nabi yang seharusnya mengajar umat Tuhan hidup suci, malah membuat siasat untuk menghancurkan mereka. Saat itu ada seorang pemuda yang menyaksikan banyak orang Israel mati kena sampar, dia bangkit membela kebenaran Tuhan. Ketika ia menyaksikan pria Israel membawa pelacur dan mau berzinah dengannya,  dia menikam perut mereka dengan tombak dan matilah pria dan pelacur itu. Lalu berhentilah kutukan murka Tuhan ini.

Tuhan begitu membenci perzinahan, maka setelah Daud berzinah, Nabi Natan menegur dia. Tidak peduli bahwa Daud adalah raja yang berkuasa untuk membunuhnya, dia taat kepada Tuhan dan menegur dia. Dia menuding Daud dan menyatakan bahwa Daud sudah berdosa. Meskipun Daud adalah seorang raja, tetapi dia takut akan Tuhan, maka dia bertobat. Natan mewakili Tuhan berkata, “Tuhan mengampuni dosamu, tetapi hukuman dosa tidak ditarik kembali. Banyak keturunanmu akan mati oleh pedang.” Allah akan mengampuni dosanya dan Allah tidak menarik hukuman atas dosa, adalah dua hal berbeda. Paku memang sudah dicabut, tetapi lubang bekas paku tetap membekas di sana. Sebab itu jangan bermain-main. Ketika seseorang berzinah lalu bertobat maka Tuhan akan mengampuni dosamu, tetapi mungkin anakmu dan istrimu akan menderita, dan keturunanmu akan dizinahi orang lain. Engkau bermain dengan istri orang, mungkin istrimu akan dipermainkan banyak pria, dan anak perempuanmu mendapat suami yang tidak setia. Dosa bisa diampuni, tetapi sering kali hukuman atas dosa itu tetap berlaku. Oleh karena itu, hendaklah kamu kudus, sama seperti Tuhan Allahmu kudus.

Sifat Kesucian Allah

Sifat kesucian Allah merupakan satu tonggak iman Kristen yang sangat penting. Paulus menegaskan, “Bersihkan dirimu dari segala kenajisan tubuh dan kenajisan jiwamu.” Najis tubuh berarti makanan dan minuman yang tidak seharusnya kita makan dan minum, bisa juga dimengerti dengan tidak mandi dan tidak memelihara kebersihan, tetapi terlebih lagi adalah kenajisan dengan berzinah. Inilah kenajisan tubuh yang paling keji, yang paling Tuhan benci.

Tuhan berkata, “Akulah Tuhan yang suci, yang membawamu menjalani jalan sempit, yang menuntut hanya setia kepada satu Allah saja.” Itu sebabnya, orang yang mencintai Tuhan, mencintai sesama, mencintai pasangan hidupnya, harus mendasari cintanya di atas cinta yang suci. Hanya cinta yang suci yang sanggup memelihara kita untuk tidak bercabang hati dan tidak meluapkan emosi sesuka hati. Cinta yang tidak suci akan mendatangkan murka Allah atas kita. Ada orang yang suka membicarakan tentang Roh Kudus, berkhotbah hal-hal yang terdengar begitu luar biasa, bahkan sampai ke hal supernatural, menyembuhkan dengan mujizat, bernubuat, mengusir setan demi nama Tuhan, hingga menarik banyak orang, tetapi hidupnya tidak kudus. Akibatnya muncul perdebatan, apakah nama Tuhan yang mereka sebut tetap sah, ketika mereka tidak suci.

Di abad ke-4, banyak hamba Tuhan yang murtad karena takut dianiaya oleh orang Romawi. Namun, setelah agama Kristen disahkan, mereka kembali menjadi hamba Tuhan dan membaptis orang. Banyak orang mempertanyakan apakah baptisan yang mereka lakukan adalah sah. Salah seorang Bapa Gereja yang agung, yaitu Agustinus, seorang theolog besar pada zaman itu, berkata, “Kalau mereka kembali berkhotbah, firman yang mereka sampaikan tetap adalah firman Tuhan, nama Yesus yang mereka pakai tetap nama Tuhan. Jadi baptisan yang mereka lakukan dalam nama Allah Tritunggal tetap sah. Yang perlu diingat adalah jangan ikuti teladan hidup mereka yang tidak beres.” Di sini Agustinus memisahkan antara hidup pribadi dengan firman Tuhan. Hidup pribadi bisa saja tidak beres, tetapi firman Tuhan tetap beres, nama Tuhan tetap berkuasa, tidak boleh dicemooh hanya karena hidup orang yang menyebutnya kurang beres.

Kehormatan dan Kesucian

Apa jadinya orang yang hidupnya tidak suci tetapi memperalat nama Tuhan untuk menarik massa? Saya heran mengapa banyak pengkhotbah televisi terkenal di Amerika Serikat tidak beres di dalam urusan uang dan seks. Dengan kata lain, mereka hidup tidak beres, tetapi ketika mereka berseru-seru akan nama Tuhan, banyak orang mau mengikuti mereka. Maka, banyak orang menyimpulkan bahwa yang penting adalah memiliki daya tarik, tidak terlalu penting untuk hidup suci.

Pengkhotbah Jimmy Swaggart mencari pelacur, dan perbuatan bejatnya direkam oleh pegawainya yang dia pecat. Hasil rekamannya dikirim ke sinode gerejanya di Colorado. Dia terpaksa mengakui perbuatannya karena rekaman itu. Dia tidak boleh naik mimbar selama dua tahun. Tetapi ribuan pendengarnya tetap mencari dia. Satu tahun kemudian dia mengumumkan keluar dari gerejanya dan mendirikan gereja sendiri. Sampai sekarang dia masih berkhotbah, tetapi pendengarnya tinggal seratus atau dua ratus orang saja. Saya tidak mengatakan orang yang berzinah tidak bisa dipakai Tuhan. Daud berzinah, tetapi masih dipakai Tuhan. Dia menulis Mazmur yang menggetarkan dan menjadi berkat bagi banyak orang. Itu karena dia sungguh-sungguh bertobat dan memilih hidup setia kepada Tuhan ketimbang meninggikan diri. Sangat berbeda dari Saul yang membela diri. Dia mengatakan bahwa binatang-binatang yang ia biarkan hidup akan dipersembahkan untuk Tuhan.

Ketaatan lebih penting ketimbang persembahan. Jangan kita pikir memberikan persembahan menyebabkan kita boleh tidak taat kepada Tuhan. Tuhan bukan pengemis. Dia tidak butuh persembahanmu. Karena Saul tidak taat dan tidak menghormati Tuhan, maka Tuhan mencabut kedudukannya sebagai raja. Anehnya, Saul masih minta dijunjung tinggi agar orang Israel tidak menghina dia. Ketika mengajar theologi, saya berulang kali mengingatkan mahasiswa saya, “Hormat dari orang tidak bisa dipaksakan, tetapi dihasilkan.” Kalau kita pantas dihormati, maka orang dengan sendirinya akan menghormati. Ketika orang menemukan engkau tidak pantas dihormati, mereka tidak akan menghormatimu. Oleh karena itu, engkau harus berjuang mendapatkan kehormatan dari cara hidupmu. Engkau tidak bisa membonceng kehormatan orang lain untuk dirimu. Setiap orang harus taat kepada Tuhan dan mendapatkan kehormatannya sendiri. Persembahan tidak sepenting ketaatan. Memang mungkin orang yang hidupnya tidak beres memakai nama Tuhan untuk melakukan berbagai mujizat, karena Tuhan setia kepada diri-Nya. Sama seperti seorang yang memalsukan tanda tangan pada cek tetap bisa dibayar jika tidak ketahuan oleh pegawai bank. Tetapi perbuatan itu akan menyeret engkau ke pengadilan. Itu yang Tuhan Yesus katakan di dalam Matius 7:21-23. Tuhan mengatakan, “Aku tidak mengenal engkau. Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu pembuat kejahatan!” Betapa mengerikannya. Orang yang menyangka dirinya dekat Tuhan, banyak melayani, bahkan kelihatan seperti pelayanannya diberkati, tetapi dirinya dibuang oleh Tuhan. Kitab Suci bukan hanya untuk dibaca, melainkan untuk dihayati dan ditaati.

Di Amerika Selatan, seorang Karismatik melatih anaknya yang berusia 4 tahun untuk menghafal puluhan cerita Alkitab, dan berhasil membuat kagum banyak orang. Lalu dia memutar video khotbah pengkhotbah-pengkhotbah besar, menyuruh anak itu memperhatikan gaya, gerak-gerik, intonasinya, lalu minta pada gereja-gereja untuk memberikan anaknya kesempatan berkhotbah. Banyak orang kagum luar biasa, mengira Tuhan membangkitkan generasi muda menjadi hamba Tuhan yang besar. Sekarang, anak itu sudah berumur tiga puluh tahun lebih dan mengakui, “Sebenarnya aku tidak percaya Tuhan. Tetapi saat itu aku disuruh meniru dan ternyata khotbahku membuat banyak orang menangis dan percaya Tuhan. Aku hanya senang, setelah khotbah aku menghitung uang yang kudapat.” Sekarang dia tidak berkhotbah lagi. Betapa mudahnya manusia ditipu oleh nabi palsu. Tuhan berkata, “Aku adalah Tuhan yang suci, hendaklah kau suci dalam segala hal yang kau perbuat.” Mari kita menjadi orang Kristen yang bertanggung jawab dan mau sungguh-­sungguh setia pada Tuhan. Di Mazmur tertulis, “Kematian orang suci sangat berharga di mata Tuhan.” Allah sangat menghargai orang yang hidupnya suci, meneladani Yesus, Tuhannya.

Tubuh dan Kesucian

Perintah Tuhan yang ada kaitan dengan kesucian tubuh hanya satu: Jangan berzinah. Sesungguhnya, tidak ada filsafat, kebudayaan, atau agama manapun yang menilai tubuh manusia lebih tinggi dari Alkitab, yaitu: “Tubuhmu adalah Bait Allah”. Menurut kebudayaan Tionghoa, tubuh kita hanyalah kantong kulit yang berbau busuk. Memang Konfusius mengajarkan, “Manusiatidak boleh merusak tubuh, bunuh diri, karena kulit bahkan bulu-bulu di tubuh kita peroleh dari orang tua.” Di dalam filsafat Gerika, sebelum zaman Sokrates, ada aliran Sofisme yang mengajarkan teori soma-sema (tubuh adalah penjara jiwa). Ajaran ini mirip dengan ajaran orang Tionghoa yang mengatakan: “Kekuatanku tidak sepadan dengan kemauanku.” Tetapi Alkitab tidak menyebut tubuh kita sebagai kantong kulit yang berbau busuk atau penjara jiwa kita, atau seperti ajaran agama Hindu dan Buddha bahwa tubuh manusia bagaikan rumah keong. Ketika mati, jiwanya akan keluar dan masuk ke dalam tubuh yang lain di dalam reinkarnasi. Alkitab juga tidak menyebut tubuh adalah tenda, tempat tinggal sementara seperti konsep orang Timur Tengah. Memang konsep ini mirip seperti kalimat Paulus dan Petrus, bahwa tenda kita yang sementara di dunia ini bersifat fana, dan kita akan pindah ke tempat yang kekal. Tetapi Paulus mengatakan bahwa tubuh kita adalah bait Allah, istana sang Pencipta, tempat Roh Kudus tinggal. Oleh karena itu, 1) Tubuh kita adalah bait Allah. Kita harus menjaga kekudusannya agar layak menjadi tempat tinggal Allah yang suci. 2) Tubuh kita sudah dibeli dengan lunas atau dengan harga yang sangat tinggi. Allah ingin tinggal di dalam kita, itu sebabnya Dia mengutus Anak-Nya untuk menjadi Penebus kita, mencurahkan darah dan menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib. Itulah harga termahal yang Ia berikan untuk menebus kita menjadi milik-Nya. Allah tinggal di dalam kita sebagai Tuhan bukan sebagai pembantu. Maka kita berseru, “Tuhanku, Allahku, masuklah dalam hatiku dan perintahlah hidupku.” Maka Paulus berkata, “Muliakanlah Tuhan dengan tubuhmu karena Dia telah membelimu dengan harga yang mahal.” Jika kita memperhatikan tubuh kita bahwa ini adalah Bait Allah, layakkah kita memakai tubuh ini untuk berbuat dosa? Kita harus menguduskannya untuk Tuhan. Demikian pula alat kelamin kita, nafsu seks kita, harus dikuduskan karena semua itu milik Tuhan. Kita tidak boleh berdosa. Pimpinan sinode berkata, “Saudara-saudara, Tuhan memercayakan domba-domba-Nya kepadamu. Kalau sepotong daging di tubuhmu saja tidak mampu engkau kendalikan, mana mungkin kau mengatur pekerjaan Tuhan?”

Roma 6 mengatakan tentang bagaimana kita harus mempersembahkan anggota tubuh kita, karena anggota tubuh kita harus menjadi alat keadilan, kebenaran, dan kebajikan. Di dalam kitab Roma 12, Paulus kembali mengajak kita untuk mempersembahkan seluruh tubuh sebagai korban yang hidup. Istilah ini hanya muncul satu kali di dalam Alkitab. Paulus tidak merujuk kepada korban yang disembelih, tetapi korban yang hidup. Di sini Paulus melihat bahwa korban yang disembelih sudah berakhir dengan korban Kristus. Pada tahun 70, Jenderal Titus, representasi dari Kerajaan Romawi menyerbu Yerusalem. Ini adalah daerah yang paling keras kepala, sehingga di situ paling banyak ditempatkan prajurit Romawi. Saat itu, di dalam kisah benteng Masada, ada 970 orang prajurit Israel yang bertahan dan tidak mau menyerah kepada tentara Romawi. Masada adalah dataran yang tinggi sekali sehingga sulit untuk dijangkau oleh tentara Romawi. Mereka yang mencoba mendaki mudah sekali untuk dibunuh. Akhirnya, orang Romawi membangun sebuah menara perang dan berhasil naik dan masuk. Tetapi ternyata mereka tidak bisa merayakan kemenangan gemilang dengan berperang dan mengalahkan orang Israel, karena mereka semua sudah bunuh diri terlebih dahulu. Sejak saat itu, orang Israel tidak memiliki imam lagi. Bait Allah sudah dihancurkan dan semua orang Israel dibunuh atau sudah melarikan diri. Inilah sikap perjuangan orang Israel yang tidak pernah mau menyerah, sehingga tentaranya menduduki peringkat ketiga terkuat di dunia. Jumlah mereka tidak banyak, tetapi mereka mempunyai tekad yang bulat, berani mati, dan tidak kenal menyerah. Di zaman Tuhan Yesus, wilayah Yudea dijaga oleh sekitar 180.000 tentara karena orang Israel adalah orang yang begitu keras dan berani mati. Sikap ini beda sekali dengan orang Kristen zaman ini yang begitu pengecut dan penakut. Ketika diserang oleh ajaran sesat, tidak ada yang berani untuk berdiri tegak melawan semua ajaran sesat itu. Akibatnya gereja lumpuh, tidak mempunyai kuasa, keberanian di dalam memperjuangkan kebenaran, dan pendirian iman yang sejati. Bait Allah sudah tidak ada, imam tidak ada, maka Paulus berkata, “Persembahkan tubuhmu sebagai korban yang hidup.” Kuduskanlah seluruh tubuhmu, termasuk alat kelaminmu untuk Tuhan. Jangan berzinah.

Apa itu Perzinahan?

Ada beberapa kategori perzinahan: 1) Perzinahan yang merusak seluruh masyarakat, merusak rumah tangga, yang dibenci oleh Tuhan. 2) Perzinahan yang merusak hukum alam, tidak taat kepada sifat ciptaan Tuhan. 3) Perzinahan yang dilakukan karena melakukan sebelum tiba waktunya, yaitu melakukan hubungan seks sebelum menikah, suatu hal yang tidak diperkenan Tuhan. Itu sebab, kekristenan tidak menyetujui hubungan seks pranikah. Orang harus menunggu hingga malam pengantin barulah boleh menikmati hubungan seksual karena pernikahan itu sah, diberkati Tuhan lewat hamba-Nya yang disaksikan oleh orang-orang kudus.

Saya menghimbau para pemuda-pemudi agar:

1) Jangan menodai tempat tidur sebelum menikah. Peliharalah kesucian tubuhmu. Tuhan akan memberikanmu sukacita yang paling sempurna di malam pengantin.

2) Setelah menikah secara resmi, jangan bercabang hati, melirik ke sana sini. Belajar untuk setia, mencintai pasangan hidupmu dengan tekun, laksanakan janji nikahmu di hadapan Tuhan. Pernikahan orang Kristen dan non-Kristen berbeda. Cinta orang non-Kristen berasal dari dua sumber, yaitu “aku” dan “engkau”, sehingga ada dua dasar berbeda yang tidak mungkin tidak akan mengandung unsur egois dan berpusat pada diri. Sementara cinta orang Kristen diawali doa, “Tuhan, berilah aku cinta yang dari sorga.” Maka, “aku” dan “engkau” sama-sama saling mencintai berdasarkan cinta Tuhan, sebagai landasan tunggal. Akankah pernikahan menemui godaan? Pasti, karena setan tidak akan tinggal diam sehingga dia akan terus berusaha membuat orang Kristen jatuh, khususnya di dalam urusan seks, uang, reputasi, dan kekuasaan. Maka fokuskan pandanganmu kepada Tuhan. Laluilah seumur hidupmu dengan menang atas cobaan, godaan, dan hidup suci hingga engkau bertemu Tuhan. Di dalam kitab Ibrani 13 tertulis, “Hendaklah setiap orang menghormati pernikahan, tidak mencemarkan tempat tidurnya, karena barangsiapa berbuat cabul, akan dituntut Tuhan.”

3) Tidak menyetujui cinta yang melawan kodrat Allah, seperti homoseks dan lesbian. Meskipun dunia semakin terjerumus dengan menyetujui konstitusi pasangan homo dan lesbian, orang Kristen harus mengerti bahwa pria berahi dengan pria, wanita dengan wanita, bukanlah kehendak Tuhan dan harus kita jauhi, kita tolak. Semua perilaku ini akan mendatangkan murka Tuhan yang sangat besar, seperti yang terjadi pada Sodom dan Gomora. Di akhir zaman, salah satu sebab dunia dihakimi adalah karena melanggar hukum seks yang Tuhan tetapkan. Kaum homo dan lesbian tidak mungkin menurunkan keturunan. Demikian juga, jangan mencari pelacur karena mungkin mereka menularkan penyakit yang membahayakan keluarga. Terlebih lagi, melayani nafsu seks di luar pernikahan yang sah tidak diperkenan Tuhan dan Alkitab.

Biarlah kita menjaga kesucian diri di dalam hidup rohani dan jasmani kita. Jangan berzinah!

SEPULUH HUKUM TAURAT: “Jangan mencuri”  (Keluaran 20:15)

Tidak ada satu pun agama, hukum, kebudayaan, dan adat istiadat dari negara manapun dan di zaman apa pun yang memandang pencuri sebagai orang bermoral. Namun terjadi satu peristiwa yang sangat mengejutkan saya, yaitu Mao Zedong tidak memandang para bandit, pembajak, perampok besar di dalam sejarah Tiongkok sebagai pendosa besar, tetapi justru sebagai pelopor revolusi. Hal ini banyak luput dari perhatian orang Tionghoa sampai seorang intelektual Jepang menjuluki Mao Zedong sebagai satu dari empat bandit terbesar dalam sejarah.

Mengapa seseorang tidak boleh mencuri? Siapa yang melarang dia mencuri? Apakah mencuri hanya sebatas tindakan seseorang menyelinap ke dalam rumah orang lain dan mengambil harta yang ada di situ? Bagaimana dengan orang yang meraup keuntungan besar melalui bisnis yang kotor, bisakah semua ini dikategorikan sebagai mencuri? Semua ini perlu kita bahas berkenaan dengan topik ini. Ketika definisi dari satu istilah yang berkaitan dengan moral diselewengkan dari definisi asli yang sesuai dengan Alkitab, maka suatu perbuatan dosa akan bisa diterima oleh masyarakat.

Ketika suatu pemerintahan cenderung mau menerima paham komunisme, para konglomerat segera lari dari negara itu; sebaliknya ketika pemerintah mau menerima kapitalisme, orang kaya akan datang dan orang miskin akan bertambah miskin. Di sini kita melihat campur tangan pemerintah dalam memindahkan harta milik seseorang atau suatu kelompok ke kelompok lainnya, karena ideologi yang dianut pemerintah itu akan berkaitan dengan hak milik kelompok masyarakat tertentu. Tetapi Tuhan tidak mengizinkan kita membela orang miskin maupun menjilat orang kaya. Kedua ekstrem ini dikatakan dengan jelas oleh para nabi. Inilah tugas Gerakan Reformed untuk mengajar jemaat agar memandang segala perkara dari sudut pandang takhta Tuhan sehingga semuanya proporsional.

Kitab Suci tidak mengizinkan orang Kristen untuk membela orang miskin atau menjilat orang kaya. Kaya atau miskin bukanlah substansi watak seseorang, juga bukan merupakan tanda orang itu pantas dihormati atau tidak. Ada orang yang memang pantas menjadi miskin karena malas, tidak menjalankan tugas, dan tidak bertanggung jawab. Ada juga yang menjadi kaya karena cara yang tidak jujur, tidak beres, merampas kekayaan yang sebenarnya bukan milik dia. Dengan kata lain, kekayaan yang diperoleh dengan cara yang hina dan kemiskinan yang datang karena kemalasan, keduanya tidak diperkenan Tuhan. Itu sebabnya, Alkitab tidak memperbolehkan kita menilai seseorang hanya dari pakaian, perhiasan, kedudukan rumah, atau harta yang dia miliki. Memang konsep nilai dunia amat berbeda dengan konsep nilai Tuhan. Kata Yesus, orang yang dipandang hormat sangat mungkin sebenarnya keji di mata Tuhan. Maka saya akan menaruh hormat kepada seseorang yang memiliki sesuatu yang membuatnya pantas dihormati. Kalau ada yang saya pandang rendah adalah karena perbuatannya memang rendah. Seorang yang tidak tahu apakah seseorang pantas dihormati atau tidak, tidak mungkin menjadi anak Tuhan yang baik. Seorang yang tidak menghormati orang menurut prinsip yang Tuhan berikan di dalam Alkitab, berarti dia belum mengerti firman Tuhan. Tuhan Yesus yang sebenarnya berada di tempat tertinggi, rela lahir di kandang, mengapa banyak orang tua yang tidak memberi kesempatan kepada anaknya untuk mengalami sedikit kesusahan? Kesusahan yang dia dapat sebenarnya sangat penting baginya sebagai modal melayani masyarakat kelak.

Seorang pendeta di Chicago mengirim anaknya untuk ikut pelayanan misi di Filipina selama beberapa bulan. Mereka menempatkan anak-anak itu di daerah kumuh. Orang tuanya segera menyusul anaknya ketika mendengar itu. Dia mendatangi kantor pusat badan misi itu. Ketika mereka menghantar ke tempat anaknya, hujan lebat sedang turun dan air menggenang sampai empat puluh sentimeter. Dia menangis ketika melihat keadaan anaknya. Ketika dia bertanya kepada anaknya, bagaimana perasaannya, anaknya menjawab bahwa mereka senang karena mereka merasa Tuhan sedang mendidik mereka. Mereka menjadi tahu bahwa ada orang yang hidup sedemikian susah, tidak senyaman mereka hidup di Amerika. Dua bulan kemudian anak-anak itu pulang. Ketika ayahnya bertanya, apa rencana mereka ke depan, mereka menjawab bahwa mereka mau menjadi pendeta yang khusus melayani orang-orang miskin. Tuhan sudah mengubah seluruh hidup mereka lewat pengalaman mengikuti pelayanan misi itu.

Ada orang yang jatuh miskin karena hidupnya tidak beres. Di dalam Taurat Musa dituliskan “Jangan membela orang miskin”. Kita perlu meneliti terlebih dahulu mengapa seseorang menjadi miskin. Apabila seseorang miskin karena ditindas, ditipu oleh kalangan yang berkuasa, mungkin dia menjadi minder, mungkin bisa bunuh diri, atau setiap hari susah payah mencari sesuap nasi untuk mempertahankan hidupnya. Ada orang yang tadinya baik, tetapi karena tidak mempunyai uang menjadi perampok, dan kemudian dimasukkan ke dalam penjara. Ketika orang-orang miskin bersatu dan melawan pemerintah, timbullah revolusi. Ini yang membuat Mao Zedong mengganti istilah perampok menjadi pahlawan revolusi.

Di dalam sejarah ada seorang budak yang sangat pandai. Dia berhasil menghasut seratus ribu budak yang seumur hidup tidak mungkin bisa bebas. Ia adalah Spartacus. Bahkan ketika dia mau ditangkap, tentara Roma bertanya kepada ribuan budak siapa yang bernama Spartacus, maka semua orang mengaku bernama Spartacus dan rela mati. Akhirnya ketahuan juga, Spartacus disalib dengan ratusan pengikutnya, istrinya yang cantik dirampas oleh serdadu Romawi. Ada orang-orang miskin yang nasibnya sangat mengenaskan, tetapi jiwa kepemimpinannya yang besar mengharuskan kita menghormatinya. Sebaliknya, ada orang sangat kaya yang begitu rakus dan arogan, suka menghina orang lain, dan menghina orang miskin.

Kemiskinan, Kekayaan, Harta, dan Hukum

Hukum kedelapan berkata “Jangan mencuri”. Mana yang pantas disebut pencuri besar: pencopet jalanan atau orang yang menipu milik orang lain dengan cara licik? Apakah Tuhan memihak pada pejabat yang tidak menjalankan keadilan? Mengapa orang mencuri? Apakah karena penghasilannya begitu kecil hingga tidak cukup untuk hidup atau kebutuhannya lebih besar dari pendapatannya? Pengertian kebutuhan sering kali dicemari dengan ambisi, kerakusan, ketamakan yang tidak kenal batas. Sering kali istilah kebutuhan membuat seseorang tidak pernah merasa puas dengan apa yang dia dapat dan mendorongnya untuk merebut sesuatu yang bukan miliknya.

Hal ini bukan hanya terjadi pada pencopet jalanan, tetapi pada semua lapisan masyarakat, termasuk para penguasa, bahkan seorang presiden sekalipun. Seorang presiden yang menyalahgunakan hak dan kekuasaannya untuk mengambil sesuatu yang bukan miliknya adalah seorang pencuri. Ini yang Theologi Refomed katakan, “Pemerintah dapat menjadi perampok yang sah.” Menurut seorang filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche, ada dua sumber hukum, yaitu: 1) Orang kuat, yang jumlahnya sedikit, takut orang miskin akan merampas miliknya sehingga mereka menetapkan hukum untuk menekan kaum mayoritas. Dalam hal ini, hukum hanya merupakan alat kaum minoritas yang kaya dan berkuasa besar untuk menekan orang miskin. 2) Orang miskin, yang jumlahnya banyak, menetapkan hukum guna membatasi kekuasaan orang kaya yang minoritas.

Di dunia yang relatif ini tidak ada kebenaran mutlak. Hukum yang berlaku di suatu negara mungkin ditolak di negara lain. Hal yang dilarang di suatu negara, mungkin diperbolehkan di negara lain, karena sistem nilai dan filsafat yang dianut berbeda di setiap negara. Di abad pertengahan, seorang homoseks yang ketahuan melakukan hubungan homo akan diumumkan di depan umum dan dijatuhi hukuman mati, dipukul sampai mati, atau dipenggal kepalanya. Hukuman ini membuat orang takut mengakui dirinya homo dan tidak berani melakukan hubungan homoseks. Maka jumlah kaum homoseks kelihatannya sedikit. Tetapi apakah hukuman yang keras itu dapat mengubah seseorang atau mengurangi jumlah pelanggar hukum? Jawabnya adalah tidak. Saat ini, setelah ratusan tahun kemudian, hukuman mati bagi kaum homoseksual ditiadakan dan homoseks dipandang sebagai salah satu gaya hidup, di mana orang di sekelilingnya bisa menerima, menoleransi, dan dengan demikian jumlah kaum homoseks meningkat sangat tajam.

Di Amerika Serikat, kota San Francisco adalah kota yang paling toleran kepada kaum homoseks. Kota ini adalah kota pendatang sehingga banyak orang dari berbagai bangsa, budaya, ras hidup bersama. Dari sekitar tiga juta penduduk, lebih dari 350 ribu orang adalah pendatang dari Filipina, Taiwan, Indonesia, Thailand, Cina, dan lain-lain. Hal ini membuat mereka sangat toleran terhadap perbedaan. Pada saat minoritas sudah menjadi mayoritas, mereka mulai berani menekan minoritas. Sekarang ini, seluruh Eropa mengalami problem yang sama, yang dahulu tidak pernah mereka pikirkan.

Pada tahun 1453, kota Konstantinopel jatuh ke tangan orang Islam dan orang Kristen tidak dapat berbuat banyak. Tembok Konstantinopel yang begitu besar dan kokoh serta tempat-tempat terpenting lainnya berhasil dihancurkan dengan meriam yang besar. Padahal pembuat meriam adalah orang Kristen. Orang Islam membelinya dari orang Kristen lalu dipakai untuk menghancurkan kota-kota Kristen. Jadi, demi uang orang Kristen telah menghancurkan orang Kristen. Saat itu, orang Islam merajalela, sementara orang Kristen begitu bobrok, sibuk dengan organisasi, administrasi, uang, kedudukan, tetapi tidak lagi memikirkan dan mementingkan perjuangan kehidupan rohani dan iman, serta sama sekali tidak memedulikan kesucian. Maka Allah membiarkan kekristenan hancur. Orang Islam mulai merajalela dan menutup satu per satu gereja sehingga seluruh gereja yang tertulis di dalam Wahyu 2 dan 3, yaitu Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikia dihancurkan satu per satu, tidak pernah ada lagi hingga saat ini. Oleh karena itu, ketika orang sudah menjadi mayoritas, mereka cenderung menindas minoritas. Itu sebabnya negara yang bisa memelihara dan melindungi minoritas adalah negara yang memiliki pemerintah yang agung sekali. Di sini kita melihat seperti Nietzsche yaitu hukum dunia adalah hukum yang relatif, yang cenderung tidak beres.

Hak Kepemilikan

Jadi jangan mengira hanya pencuri dompet di pasar saja yang melanggar hukum kedelapan, karena sebenarnya banyak pencuri lain. Ada pencuri di gereja, seperti orang yang tidak memberikan perpuluhan pada Tuhan tetapi dipakai untuk dirinya sendiri. Demikian pula ada pencuri di pemerintah, di mana orang-orang mengandalkan kuasanya yang besar dan merampas milik orang. Bisa jadi para pejabat mengambil uang yang bukan miliknya dan itu pun adalah pencuri. Maka kita perlu mengerti istilah “mencuri” dalam arti luas sehingga tidak salah mengerti apa yang sebenarnya dimaksud oleh Alkitab. Intinya adalah Tuhan tidak mengizinkan kita mengganggu gugat milik orang lain yang sah.

Setiap orang yang mengambil milik orang lain dan menjadikannya miliknya telah melanggar hukum kedelapan. Ketika orang itu belum bertindak dan sudah mengingini milik orang lain maka ia telah melanggar hukum kesepuluh. Di sini kita melihat kedua hukum ini saling terkait secara organik, seperti yang dikatakan oleh Yakobus, “Melanggar satu hukum adalah sama dengan melanggar semua hukum.” Hukum kedelapan dan kesepuluh adalah dasar untuk melakukan pembelaan hak asasi seseorang atas miliknya. Saya boleh tidak mau meminjamkan pakaian saya kepada orang lain atau tidak memberikan uang kepada seseorang. Itu karena setiap orang memiliki hak dan penilaian sendiri. Hak ini Tuhan karuniakan kepada manusia agar setiap orang dapat memiliki hak untuk menggunakan uang yang telah dia dapatkan dengan cara yang sah.

Inilah dasar yang digunakan oleh PBB di dalam deklarasi hak asasi manusia. Hak asasi manusia mencakup juga hak milik atas harta bendanya sehingga tidak boleh diganggu gugat oleh orang lain. Barangsiapa mengganggu kepemilikan orang lain, dia adalah pelanggar hukum. Bahkan pemerintah, militer, orang yang kuat fisiknya, tidak berhak mengganggu atau merampas milik mereka yang lemah. Semua ini sudah tertulis 3.500 tahun yang lalu di dalam Sepuluh Hukum.

Sepuluh Hukum adalah dasar dari hukum dunia dari zaman ke zaman, yang tidak dibatasi oleh sistem politik atau teritori negara karena manusia harus menghargai sesamanya, termasuk menghargai hak milik yang sah.

Paham komunisme yang berawal dari kebencian memiliki pemikiran yang berbeda, yaitu masyarakat lapisan bawah berpikir bahwa merampas milik orang kaya adalah tindakan yang sah. Mao Zedong menghapus label para bandit sejarah dan memberinya julukan sebagai pahlawan rakyat. Bandit-bandit itu telah menyita harta orang lain dan Mao Zedong menjuluki mereka sebagai pahlawan revolusi, yang berjasa menciptakan masyarakat yang sama rata karena semua harta benda adalah milik bersama untuk membahagiakan semua rakyat. Saya tidak mengatakan bahwa semua orang kaya mendapatkan kekayaannya dengan cara yang sah. Tetapi saya tetap tidak setuju dengan kebijakan yang mengesahkan perbuatan merampas milik orang kaya dengan sesuka hati. Itu sebabnya komunisme tidak dapat bertahan lama. Selama tujuh puluh tahun mereka berusaha menerapkan teori dari Karl Marx namun mengakibatkan Tiongkok mengalami penderitaan yang luar biasa. Akhirnya komunisme sekarang hanya menjadi slogan sementara seluruh kebijakan sudah lebih mirip kapitalisme.

Teori Karl Marx memang terlihat paling rumit, paling besar, paling dalam, dan paling agung di sepanjang sejarah, tetapi pada kenyataannya, begitu dangkal dan tidak mungkin membahagiakan umat manusia. Semua negara yang mengadopsi ajaran komunisme dari Karl Marx mengalami kebangkrutan ekonomi. Hal ini terbukti pada tahun 1917-1989, tidak ada satu negara pun yang terkecuali.

Di tahun 1989, Deng Xiaoping membelot dari Mao Zedong yang sudah meninggal empat belas tahun sebelumnya. Dia mengelilingi bagian Selatan Tiongkok dan kembali ke Beijing, ia menyatakan, “Ternyata kebenaran bukan hanya satu teori, melainkan eksperimental. Maka satu-satunya kunci untuk menguji kebenaran dari suatu teori adalah eksperimen.” Pernyataan ini dijunjung tinggi oleh rakyat Tiongkok. Tetapi bagi saya, kalimat itu tetap dangkal. Eksperimen (pengujian atau uji coba) bukanlah cara terbaik untuk mengerti kebenaran karena eksperimen hanyalah interpretasi manusia secara subjektif, yang memengaruhi pikirannya dan yang dijadikan kunci olehnya untuk upaya spekulasinya. Ketika itu diterapkan di zaman yang berbeda maka hasilnya akan berantakan.

Manusia harus sungguh-sungguh menyadari bahwa kebenaran mutlak berasal dari Tuhan. Tetapi hal ini baru terjadi jika Roh Kudus membukakan mata rohani orang itu. Karena itu, Tuhan Yesus mengatakan bahwa tanpa petunjuk dari Bapa tidak seorang pun dapat mengenal Anak; dan tanpa petunjuk dari Anak, tidak seorang pun dapat mengenal Bapa. Jadi bersyukurlah kepada Tuhan untuk iman yang Dia beri. Betapa bahagianya orang-orang yang pengertian imannya diteguhkan lewat menaati firman Tuhan dengan sungguh. Kebenaran bukan diperoleh melalui studi atau eksperimen, melainkan melalui ketaatan akan firman Tuhan dan pimpinan-Nya karena hanya Dialah yang tidak pernah bersalah.

Setelah Mao Zedong menghapus julukan bandit atas diri para penjahat dalam sejarah, mereka mulai mengumandangkan slogan “Berani melawan tradisi adalah suatu perkara yang rasional”. Dengan pernyataan ini, dia membuka jalan bagi dirinya untuk menumbangkan semua tradisi. Perlu kita akui bahwa Mao Zedong adalah seorang yang sangat inovatif, kreatif, piawai dalam sastra, syair, filsafat yang rumit. Salah satu syair yang ia tulis, “Anda ingin melihat pahlawan di sepanjang sejarah? Lihatlah hari ini.” Maksudnya, kita tidak perlu memandang ke tokoh-tokoh masa lampau, seperti Guan Gong atau yang lain yang dianggap hebat, tetapi yang paling hebat adalah yang sekarang sedang hadir, yaitu Mao Zedong.

Mao pernah mengatakan tiga pernyataan yang sangat kurang ajar: 1) Bertarunglah dengan bumi, sukacitamu tak terhingga; 2) Bertarunglah dengan manusia, sukacitamu tak terhingga; 3) Bertarunglah dengan langit (Tuhan), sukacitamu tak terhingga. Jadi, kita melihat bahwa dia memang suka bertarung bahkan berani bertarung melawan alam, manusia, dan Allah. Sepuluh tahun sebelum dia meninggal, dia berulang kali mengucapkan pernyataan yang terdiri dari empat huruf mandarin: rén dìng shèng tiān (manusia pasti dapat mengalahkan langit). Asal kita berani, kita pasti menang. Tetapi jika kita mempelajari sejarah negara Tiongkok, kita akan sangat heran dan terkesiap. Setiap kali Mao Zedong mengatakan pernyataan itu, maka tidak lama kemudian Tiongkok dilanda bencana alam yang sangat hebat sehingga mereka harus bekerja keras untuk mengatasi bencana alam itu. Benarkah manusia bisa mengenyahkan bencana alam?

Beberapa waktu yang lalu, saya menyinggung tentang gempa bumi dahsyat yang terjadi di provinsi Sichuan (terjadi pada 21 Mei 2008). Provinsi Sichuan memiliki lapisan bumi yang paling tebal di seluruh dunia. Menurut statistik, ketebalan lapisan bumi yang tebal dapat mencapai dua puluh delapan sampai tiga puluh kilometer. Ketebalan ini cukup untuk menopang bangunan beratus tingkat tingginya. Di Sichuan, ketebalan bisa mencapai enam puluh kilometer. Tetapi anehnya, justru di tempat seperti ini terjadi gempa bumi yang begitu dahsyat sampai menggeser seluruh kota Nanjing sejauh satu meter dan Himalaya naik sepuluh meter. Hal itu menegaskan bahwa dunia bukan tempat yang kekal. Tempat yang dianggap paling aman oleh komunis dijadikan basis komando militer dan ditempati oleh tujuh ribu ahli ilmu pengetahuan untuk mengembangkan bom atom dan nuklir, justru menjadi salah satu tempat gempa terbesar di dunia. Beijing mengutus tiga belas ribu penyelamat untuk menyelamatkan mereka karena kalau mereka semua mati maka Tiongkok secara militer dan teknologi akan menjadi ketinggalan.

Di sini kita melihat bahwa kalau Tuhan bergurau dengan manusia, tidak ada seorang pun yang sanggup meloloskan diri. Akhirnya komunisme beralih ke sistem yang mirip kapitalisme karena mereka mengakui bahwa sistem komunisme sudah gagal. Saat itu, Deng Xiaoping mengeluarkan pernyataan, “Tidak peduli kucing hitam atau kucing putih, yang penting dia bisa menangkap tikus.” Maksudnya, tidak peduli komunisme atau kapitalisme, yang penting sistem itu dapat memperbaiki ekonomi Tiongkok. Sebenarnya sejak tahun 1920-an, Dr. Sun Yat-sen sudah mengutarakan konsep Tiga Kerakyatan, yang mengarahkan Tiongkok kepada demokrasi yang didasarkan atas konsep kristiani, yaitu menghargai rakyat. Tetapi dua puluh enam tahun kemudian, Mao Zedong membentuk Partai Komunis, menyingkirkan revolusi yang dirintis oleh Dr. Sun Yat-sen, sehingga Tiongkok kembali ke sistem diktator dan otoritarian. Orang di negara itu berpikir merampas kekayaan orang kaya bukanlah sebuah kejahatan. Kita menentang komunisme bukan berarti kita menyatakan bahwa sistem kapitalisme sesuai Alkitab.

Amerika Serikat yang populasi penduduknya hanya tujuh persen dari penduduk dunia telah mengonsumsi 65% sumber daya bumi yang Tuhan berikan. Ini merupakan perampokan terselubung yang telah merampas hak generasi penerus kita.

Demikian juga ketika seseorang melayani Tuhan kemudian dipuji dan merasa senang, dia tidak mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan maka dia sedang mencuri kemuliaan Tuhan. Mencuri harus dimengerti secara luas. Di dalam Alkitab ada dua raja yang dihukum Tuhan, yaitu:

1). Raja Nebukadnezar. Ia dihukum sepuluh masa, hidup bagai sapi yang makan rumput. Dia dihukum seperti itu karena dia menyombongkan diri di atas istananya yang tinggi, megah, dan besar di Babel. Dia berkata, “Bukankah aku yang menjadikan kota ini begitu mulia?” Dia lupa bahwa ada Allah di atasnya. Dia lupa pernah mengangkat Daniel yang Allahnya ada di atas takhta manusia. Inilah mandat budaya orang Kristen. Setiap orang Kristen yang diletakkan di dalam pemerintahan harus ingat bahwa tugasnya adalah mengingatkan pemerintah bahwa di atas mereka ada Allah yang kuasa-Nya jauh lebih tinggi dari mereka.

Makna mandat budaya adalah meletakkan takhta Tuhan di atas takhta manusia. Itu sebabnya, musik orang Kristen harus memimpin arah dari musik dunia, politik yang orang Kristen mengerti harus memengaruhi politik dunia. Maka, Nebukadnezar yang berani bersumbar seperti itu telah mencuri kemuliaan Allah. Tuhan langsung menghukum dia. Ada orang-orang yang mencuri waktu dengan tidak setia melakukan tugasnya. Ada yang mencuri hormat yang seharusnya bukan miliknya. John Sung sangat suka menyanyikan laguMulia bagi Tuhan karena dia merasa dirinya terlalu banyak dipuji oleh manusia. Dia juga tahu bahwa Tuhan tidak berkenan manusia dikultuskan. Maka dia senantiasa mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan. Ada banyak versi di mana manusia mencuri kemuliaan Tuhan, menyombongkan diri secara tidak wajar, yang telah menjadi kebencian bagi Tuhan. Akibatnya, Allah menurunkan Nebukadnezar dari takhtanya. Barulah setelah selesai masanya, dia dikembalikan menjadi raja.

2). Raja Herodes (bukan Herodes Agung). Ia dipuji bahwa dia berkata-kata seperti Allah dan dia senang menerima pujian itu. Malam itu juga Allah mengutus seekor ulat untuk menggigit dia dan dia pun mati. Oleh karena itu, jangan lupa mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan dan memberikan hormat kepada orang yang pantas menerimanya. Orang yang tidak memiliki kesadaran seperti itu dan terus membiasakan diri mencuri, entah mencuri kebijaksanaan atau hak orang atas kebijaksanaannya, mencuri otoritas seseorang, tidak akan diperkenan oleh Tuhan.

Tiga puluh tahun yang lalu, ada seseorang yang sekarang sudah menyandang gelar Doktor Theologi mendatangi saya. Dia mengejutkan saya dengan perkataan, “Pak Tong, ampuni saya yang sudah berbuat salah kepadamu.” Saya tidak merasa dia pernah berbuat salah kepada saya. Dia mengatakan bahwa dia sudah mencuri. Ternyata dia mencuri bahan khotbah saya dan dimasukkan ke dalam skripsinya. Akibatnya dia tidak sejahtera karena kalimat-kalimatnya yang rumit tetapi ringkas dan lengkap sekali dipuji oleh profesor pembimbingnya. Saya katakan, “Lebih baik bukan hanya mengaku dosa kepada saya, tetapi engkau juga menulis surat minta nilaimu diturunkan.” Inilah bedanya orang Asia dan orang Barat. Orang Barat menghormati orang yang patut dihormati dan mengakuinya dengan jujur.

Tetapi orang Timur tidak. Banyak pendeta Karismatik yang melarang anggotanya kebaktian di GRII, tetapi dia sendiri secara diam-diam membeli kaset dan rekaman khotbah saya, lalu mencurinya dan memakainya di dalam khotbahnya, seolah-olah itu adalah hasil pikirannya. Ketika saya mengatakan hal ini, ada seorang pemimpin gereja Karismatik yang kemudian mengaku, “Itulah saya.” Kalau mau mengutip khotbah orang lain, engkau harus mengatakan dan memberitahu jemaat dari mana asal kalimat itu, seperti yang saya lakukan di dalam khotbah saya. Kalau saya mengutip Immanuel Kant, Hume, Agustinus, John Calvin, dan lain-lain. Dengan demikian kita tidak mencuri.

Di dunia ada banyak tokoh besar seperti Aristoteles, Plato, Confusius, dan lain-lain. Confusius mengaku dengan jujur, “Aku mengajarkan kalimat-kalimat penting dari orang kuno, tetapi aku sendiri tidak menulis buku.” Tetapi ia tidak memberitahukan siapa orang-orang yang kalimatnya ia kutip dan pakai itu. Ini sikap yang kurang bagus. Tidak demikian dengan Plato. Ketika ia berusia dua puluh tahun, ia berguru kepada Socrates, seorang guru yang begitu agung, yang saat itu berusia enam puluh tahun. Delapan tahun kemudian, pemerintah menuduh Socrates bersalah dalam dua hal: 1) menghasut para pemuda dan 2) dia atheis. Maka ia diperintahkan untuk meminum racun Hemlock, salah satu racun paling keras di Gerika saat itu, yang membuat seseorang mati rasa dari kaki, terus naik sampai ke jantung, dan membuat orang meninggal dalam waktu kira-kira dua jam. Malam sebelum dia dieksekusi, seorang penjaga penjara menghampiri dia dengan cucuran air mata dan berkata, “Mana boleh orang sebaik engkau mati? Aku memiliki kunci dan pergilah, biar saya yang mati menggantikan engkau besok karena dunia membutuhkanmu.” Socrates menjawab, “Tidak. Karena bagiku kematian hanyalah sebuah pintu yang membawaku ke dunia lain (dia percaya reinkarnasi). Lagipula, jika aku melarikan diri, mana mungkin aku yang takut mati ini bisa mengajar murid-muridku lagi?”

Sebelum dia mati, dia mengatakan banyak hal kepada murid-muridnya, tetapi tidak mengatakan apa-apa kepada Plato karena Plato adalah muridnya yang paling muda. Plato mau terus berguru kepada Socrates karena dia merasa masih ada banyak pengajaran gurunya yang belum dia dapat. Dia belajar delapan tahun sampai Socrates mati, baru ia pergi dengan sangat sedih. Dia pergi tiga belas tahun, mengelilingi Mesir, Turki, Arab, India, Israel, baru kemudian kembali ke Athena dan mendirikan sekolah yang diberi namaAcademie. Inilah cikal bakal adanya akademi di seluruh dunia. Di sekolah itu dia menerima seorang murid yang sangat pandai, sampai dia berkata, “Sekolahku terdiri dari tubuh semua muridku dengan hanya satu kepala, yaitu Aristoteles.” Ketika ia menulis buku, Plato selalu memberitahu jika ia mengutip kata-kata Socrates. Inilah bedanya Plato dari Confusius. Confusius ketika menulis tidak menyebutkan sumbernya, sehingga ketika murid-muridnya mengutip, mereka mengatakan, “Confusius berkata…” Inilah tradisi Timur. Di Barat, di dalam salah satu buku Plato yang penting, The Great Dialogue of Plato, ia banyak mengutip Socrates dengan menulis, “Socrates berkata…,” sehingga sekalipun Socrates tidak menulis buku, ajarannya tidak dicuri oleh Plato. Jadi kita melihat ada orang-orang kafir yang lebih etis dari pendeta. Kita harus belajar untuk tidak mencuri khotbah orang lain. Kalau kita mengutip maka kita harus memberi tahu sumbernya. Kita harus menghargai pemikiran orisinal seseorang yang telah menggumulinya dengan susah payah. Jangan mencuri. Inilah perintah Tuhan di dalam Sepuluh Hukum.

Seiko adalah pabrik arloji yang pertama memproduksi arloji quartz dan berhasil membuat seluruh dunia kagum. Ketepatannya luar biasa, tidak sampai satu detik per tahun. Ini memecahkan rekor sejarah. Ketika arloji itu dijual pada tahun 1970, orang-orang Swiss terkejut. Mereka yang sudah bertahun-tahun meneliti quartz, tiba-tiba bisa didahului oleh Jepang yang memproduksinya. Mereka sangat curiga bahwa Jepang berhasil mencuri hasil riset mereka karena riset itu dikerjakan sangat panjang.

Alkitab mengatakan “Jangan mencuri” karena mencuri adalah hal yang tidak etis. Jangan mencuri perpuluhan karena itu milik Tuhan, jangan mencuri uang yang seharusnya engkau berikan kepada orang lain yang pantas menerimanya. Kalau engkau sanggup membayar uang sekolah, jangan minta keringanan karena itu pun suatu bentuk pencurian. Guru yang mengajar dan yayasan yang mengelola juga membutuhkan dana. Ada seorang berkata kepada dokter, “Aku miskin, tidak sanggup bayar biaya dokter.” Dokter itu berkata, “Bayar lima puluh ribu rupiah.” Pasien itu mengatakan bahwa dia sangat miskin dan tidak punya uang, hanya punya sepuluh ribu rupiah. Dokter itu berkata, “Ketika tadi di-rontgen, saya melihat di kantongmu ada paling sedikit dua ratus ribu rupiah.” Pasien itu berpikir bahwa dia bisa menipu dokter tersebut. Ingatlah bahwa Tuhan melihat sampai ke hati sanubari seseorang.

SEPULUH HUKUM TAURAT: “Jangan mencuri.”  (Keluaran 20:15)

Hukum kedelapan harus kita mengerti secara luas, tidak sekadar mengambil barang atau uang milik orang lain. Dasar dari mencuri adalah tamak, dasar dari tamak adalah egois, dan dasar dari egois adalah hidup yang berpusat pada diri, menganggap diri sendiri yang paling penting. Akibatnya, ia tidak mau menjalankan kehendak Allah, memerhatikan orang lain, atau merasa puas dengan apa yang ia sudah miliki. Mencuri adalah pelanggaran hak asasi orang lain. Hak kepemilikan dilindungi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) karena secara mendasar setiap orang berhak untuk memiliki sesuatu. Hak kepemilikan pribadi dilindungi oleh PBB dan dasar hukum PBB adalah Kitab Suci sekalipun tidak disebutkan secara eksplisit.

Di seluruh dunia di sepanjang sejarah, prasasti-prasasti hukum seperti  Hammurabi Stone, Rosetta Stone, dan lainnya tidak sesempurna Sepuluh Hukum, karena Sepuluh Hukum adalah pemberian Tuhan. Sepuluh Hukum bukan sekadar membahas kelakuan manusia, melainkan adalah dasar dari seluruh kelakuan manusia, yaitu sikap kita terhadap Allah Pencipta. Itu sebabnya Sepuluh Hukum tidak mungkin musnah dari kebudayaan manusia.
Mencuri disebut melanggar hukum karena melanggar hak kepemilikan orang lain yang dilindungi hukum. Inilah bedanya firman Tuhan dan komunisme. Komunisme memperbolehkan tindakan merampas hak milik orang lain demi mencapai kesamarataan dalam masyarakat.

Ini adalah pikiran manusia belaka. Memperoleh kekayaan dengan cara yang tidak benar atau merampas milik orang lain juga dapat disebut mencuri. Menurut John Calvin, pemerintah mungkin saja menjadi perampok yang berlindung di balik hukum, karena mereka bisa menggunakan hukum untuk membenarkan tindakannya yang tidak benar. Di sini kita harus mengingat bahwa kuasa Tuhan lebih tinggi daripada kuasa pemerintah. Takhta Tuhan adalah takhta di atas segala takhta, pemerintah di atas semua pemerintah. Jika pemerintah melegalisasi secara hukum tindakan yang merampok dan merampas milik orang lain maka di hadapan Tuhan dia tetap pencuri. Oleh karena itu, setiap pejabat tidak boleh menggunakan kekuasaannya dan setiap orang kaya tidak boleh menggunakan uangnya untuk melanggar hak asasi orang lain. Jika suatu negara merampas sumber daya alam negara lain demi keuntungan dirinya, dia juga adalah perampok dan pencuri. Untuk itu, kita perlu menilik beberapa contoh mencuri yang tertulis di Alkitab:

1). Akhan

Orang Israel bersandar pada Tuhan maka mereka berhasil mengalahkan Yerikho yang begitu kuat. Tetapi kemudian mereka kalah ketika memerangi kota Ai yang jauh lebih kecil dan lebih lemah. Orang Israel menangis di hadapan Tuhan karena Tuhan tidak menyertai mereka. Tuhan mengatakan bahwa ada pencuri di antara mereka. Setelah dikalahkan, mereka sadar bahwa mereka bukan siapa-siapa. Mereka tidak berhak untuk bangga dan sombong karena berhadapan dengan kota kecil saja tidak bisa menang. Yang kuat bukan mereka, tetapi Tuhan. Itu membuat mereka belajar untuk bersandar kepada Tuhan. Roy Haisen membagi kehidupan Musa ke dalam tiga periode, yaitu: 1) Empat puluh tahun di istana Mesir di mana Musa merasa menjadi sesuatu (something), 2) Empat puluh tahun di padang Midian di mana Musa merasa bukan siapa-siapa (nothing), 3) Empat puluh tahun memimpin umat Israel di mana Musa merasa Tuhan itulah segala-galanya (God is everything).

Siapa yang merasa diri hebat maka Tuhan akan menghajar dia sampai dia sadar bahwa dia bukan siapa-siapa, setelah itu barulah Tuhan bisa memakai orang itu. Tuhan tidak akan memakai orang yang merasa dirinya hebat. Banyak orang sembarangan menggunakan talenta dan karunia yang Tuhan berikan untuk berbuat dosa. Dia tidak berpikir bahwa Tuhan akan menuntut tanggung jawabnya. Saya mencoba untuk menjadi teladan dengan tetap bekerja keras, tetapi makan di restoran murah supaya bisa menjadi contoh bagi generasi muda. Siapa yang diberi banyak akan dituntut banyak. Saya jarang berbicara tentang uang, tetapi pikirkan: 1) Bagaimana perpuluhanmu? Penggelapan perpuluhan adalah pencurian; 2) Sudahkah engkau membayar nazarmu? Tepatilah janjimu di hadapan Tuhan. Orang Israel kalah karena ada yang mencuri di antara mereka. Maka pencuri itu perlu dicari dan Alkitab mencatat bahwa imam yang memimpin mereka dalam mencari pencuri itu. Akhan tidak mau mengakuinya karena dia seorang atheis. Dia tidak percaya bahwa Tuhan tahu. Pada umumnya, orang atheis cenderung berani untuk berbuat dosa, tetapi orang yang benar-benar takut akan Tuhan tidak berani. Akhan berpikir bahwa tidak ada seorang pun yang akan bisa tahu kalau dia mencuri. Dia meremehkan orang Israel dan Tuhannya. Orang yang meremehkan semua orang dan memandang mereka bodoh adalah orang yang paling bodoh. Dan jika saat itu dia masih merasa bahwa dialah yang paling pandai, maka dia dua kali lebih bodoh lagi. Akhirnya dosa Akhan terbongkar, dan barulah saat itu dia mau mengakui dosanya.

Orang yang mengaku dosa karena ketahuan bukanlah mengaku dosa, melainkan mengaku karena terpaksa, akibat fakta yang tidak bisa dipungkiri. Orang yang mengaku dosa adalah orang yang dengan inisiatif dan kerelaannya sendiri mengakui dosanya. Ia menyatakan kesadaran akan keburukan dosanya. Harun adalah imam besar pertama yang Tuhan pilih dan lantik sebagai pendamping Musa. Tuhan pun menetapkan bahwa hanya keturunannya yang boleh menjadi imam bagi bangsa Israel. Harun memiliki dua anak yang dibakar hangus oleh Tuhan di hadapan segenap bangsa Israel tepat pada hari pelantikan mereka sebagai imam. Harun malu dan menangis. Tuhan berfirman kepada Musa, “Beri tahu Harun agar tidak menangisi kesusahan yang menimpa, tetapi tangisilah dosanya.” Inilah perbedaan kualitas yang nyata di dalam sejarah. Di dalam dunia, orang menangis karena hukumannya, tetapi sebenarnya yang harus ditangisi adalah dosanya.

Bangsa Israel gagal karena ada pencuri di dalam. Saat ini banyak pemerintah yang melegalisasi perampokan dengan bertamengkan hukum. Pemerintah mengambil yang bukan haknya, dan mengambil hak milik rakyatnya dengan dilegalisasi oleh hukum yang mereka buat. Ini adalah kejahatan. Pemerintah dunia harus belajar untuk mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab di dalam negara yang dipimpinnya, karena dunia yang Tuhan ciptakan ini sebenarnya sangat kaya. Jika kita mengelola bumi dengan baik maka berdasarkan riset PBB tahun 1964, seluruh kekayaannya bisa menghidupi 144 milyar manusia. Saat ini begitu banyak orang yang susah dan kelaparan karena dunia dikelola oleh koruptor yang mencuri dan merampas milik orang lain. Tuhan tidak membiarkan ada pencuri di dalam bangsa Israel. Akhirnya Yosua menemukan pencuri itu, yaitu Akhan.

Bangsa Israel membawa Akhan ke suatu lembah dan merajam dia dengan batu sampai mati. Setelah itu, Israel tidak lagi mengalami kekalahan. Saya terkesan dengan lukisan Gustave Doré yang menggambarkan jenazah Akhan terkulai di lembah dan burung gagak datang memakan jasadnya. Sungguh mengerikan.

2). Raja Saul

Saul adalah pimpinan tertinggi ekonomi, militer, dan masyarakat orang Israel. Ia menjadi raja berkat format demokrasi. Di Kitab Suci hanya satu kali ini pemimpin dihasilkan melalui demokrasi. Sayang, akhirnya terbukti bahwa dia tidak diperkenan oleh Tuhan. Israel memilih Saul menurut standar mereka, tetapi Allah memilih Daud menurut standar Allah. Di sini kita melihat bahwa Allah tidak menyetujui demokrasi, melainkan theokrasi. Demokrasi bukanlah cara yang mutlak. Allah berfirman, “Akulah Allahmu.” Ini sangat berbeda dengan teriakan orang Amerika Serikat, “Kami rakyat Amerika…” Inilah perbedaan antara Allah dan manusia. Gereja di dunia menyetujui demokrasi karena lebih baik daripada tirani, tetapi gereja sendiri harus menjalankan theokrasi.

Gereja harus theokrasi karena posisi kita terletak di antara Allah dan masyarakat. Kita adalah imam-imam yang menjadi perantara antara sorga dan dunia. Tugas Gereja di dalam mandat budaya adalah melakukan setiap tugas bagian kita seturut dengan kebenaran Allah di dalam prinsip Theologi Reformed. Saul mendengar perintah Tuhan melalui Samuel untuk berperang melawan Amalek dan sesudah itu mereka harus memusnahkan semuanya, orangnya, binatangnya, termasuk seluruh harta bendanya. Tetapi Saul tidak mau taat, dia tidak membunuh lembu dan domba-domba yang gemuk dan sehat. Dia sayang untuk menghabisi semua binatang itu, lalu dengan alasan untuk persembahan bagi Tuhan, maka ia melarang tentaranya untuk membunuh semua binatang itu. Rakyat taat kepada Saul, tetapi tidak taat kepada Tuhan. Tuhan memandang perbuatan Saul sebagai pencurian. Saul bukan saja tidak taat menjalankan perintah Tuhan, tetapi memberikan perintah kepada rakyatnya yang bertentangan dengan perintah Tuhan. Tuhan menghukum Saul dengan membuang Saul dan mempersiapkan raja yang baru, yaitu Daud.

Jangan berpikir bahwa dengan memberikan persembahan, apalagi hasil curian, akan menyenangkan hati Tuhan. Sebaliknya hal itu justru menjadikan kita sedang melawan Tuhan. Banyak pemimpin gereja menjilat orang kaya karena orang kaya bisa memberikan banyak persembahan. Orang kaya merasa bahwa uangnya begitu berkuasa sehingga beranggapan bahwa lebih penting memberikan banyak persembahan ketimbang taat kepada Tuhan. Tuhan lebih suka ketaatan ketimbang persembahan. Saul tidak bisa melawan keputusan Tuhan, akan tetapi dia minta agar Tuhan meninggikan posisi dia di atas kereta kerajaan supaya rakyatnya tidak mempermalukan dia. Inilah raja dunia yang hanya memikirkan kulit mukanya saja untuk menutupi ketidaktaatannya kepada Tuhan. Tuhan tidak bisa dipermainkan, jangan mencuri yang bukan hak milik Anda.

3). Yudas

Yudas adalah salah seorang dari mereka yang dipilih Tuhan untuk menjadi murid-Nya, bahkan dia diberi kesempatan untuk menjadi bendahara. Tuhan Yesus tidak memberikan tugas bendahara kepada Yohanes atau Petrus yang terbukti begitu setia atau kepada Matius yang telah rela meninggalkan miliknya sebagai seorang pemungut cukai. Ada dua hal yang bisa menjadi alasan mengapa membiarkan Yudas menjadi bendahara: 1) Memberikan kesempatan kepada orang yang tidak mau bertobat agar pada hari terakhir nanti dia tidak dapat mencela Tuhan dan mengatakan bahwa dia tidak diberi kesempatan. Memberikan kesempatan adalah sama dengan menghakimi orang itu karena dalil ini merupakan dalil yang kekal. 2) Agar para hamba Tuhan yang dikhianati murid-muridnya tidak perlu bersedih karena Tuhan Yesus pun pernah mengalaminya.

Sebenarnya, tindakan Yudas mengambil uang kas tidak terlalu merugikan karena hanya membuat simpanan mereka sedikit berkurang. Tetapi kerugian terbesar adalah kehilangan karakter, kehilangan etika, dan kepercayaan Tuhan dan sesama terhadap engkau. Yudas adalah seorang ekonom yang sangat inovatif dan kreatif. Belum pernah terdengar ada doktor ekonomi yang pada saat kesulitan ekonomi berpikir untuk menjual profesornya. Inilah pikiranoriginal Yudas. Dia adalah ekonom yang tahu bagaimana mencari kekayaan, yaitu yang pertama-tama menjual gurunya.
Alkitab mencatat bahwa Yesus memanggil Yudas tidak dengan gegabah. Yesus berdoa semalaman sebelum Dia menetapkan kedua belas murid-Nya. Sejak awal Dia sudah tahu siapa yang setia dan siapa yang pencuri, yang menjadi kaki tangan Iblis dan yang adalah anak binasa. Apakah dengan itu Tuhan memilih anak binasa atau anak binasa juga termasuk ke dalam kaum pilihan? Karl Barth mengatakan bahwa, “Yudas adalah terpilih dan tertolak sekaligus.” Pengertian Barth yang ambigu ini bukanlah pikiran Theologi Reformed yang benar. Pemilihan ditetapkan oleh Bapa. Yudas telah dibuang di dalam kekekalan, tetapi secara fenomena dan temporal, dia dipilih menjadi murid Yesus. Yesus tahu kalau Yudas adalah pencuri dan Dia sudah beberapa kali memperingatkan masalah ini secara umum. Yang paling keras adalah yang secara pribadi, yang Yudas dengar, yaitu, “Jika engkau mau melakukannya, lakukan sekarang” dan “Apakah dengan ciuman engkau menjual Anak Manusia?” Kita tidak pernah mendengar kata-kata Yudas selain “Mengapa memboroskan sedemikian banyak uang untuk membeli minyak narwastu, lalu menuangkannya di kaki Yesus? Bukankah uang sebanyak itu bisa dipakai untuk menolong orang miskin?”

Orang yang banyak memberikan persembahan biasanya tidak banyak bicara, sementara yang banyak bicara adalah yang tidak memberi. Kita harus berhati-hati dengan orang yang tidak mau memberi, tetapi selalu mau tahu berapa banyak uang di kas gereja, karena dia adalah orang jahat. Orang yang selalu beralasan mau memberi jika keuangan gereja kurang adalah orang yang mencuri. Karena selama kas gereja cukup, dia tidak pernah memberi. Orang-orang seperti itu bermental penolong padahal Allah yang hidup tidak pernah perlu ditolong.

Dalam memilih dan menempatkan Yudas, Yesus sepertinya bodoh karena tidak bisa menempatkan orang di tempat yang tepat. Tetapi kita melihat bahwa rencana Tuhan jauh lebih tinggi dari pikiran manusia. Yudas diberi kesempatan, ini adalah anugerah. Di sini kita harus peka dan berhati-hati dengan setiap anugerah kesempatan yang Tuhan berikan. Ketika Yudas diberi kesempatan, Tuhan tidak serta-merta menghukum Yudas. Dia membiarkan dan tidak menegur dia. Tuhan memberikan kesempatan yang cukup agar Yudas bertobat, sampai kalimat terakhir, “Lakukanlah apa yang engkau hendak lakukan.”

Yudas memakai alasan memberikan uang kepada orang miskin ketika dia tidak menyetujui tindakan Maria menuangkan minyak narwastu ke kaki Yesus. Yesus menjawab dengan sangat tepat bahwa orang miskin akan selalu ada sehingga itu tidak berhak menjadi alasan, apalagi mengurangi persembahan. Kesempatan memberikan persembahan dan turut dalam pekerjaan Tuhan adalah anugerah. Orang miskin akan selalu ada di mana pun engkau berada dan kapan pun engkau berada. Di sini kalau tidak berhati-hati maka kita akan beranggapan bahwa perkataan Yudas begitu baik karena peka akan diakonia, akhirnya tidak mampu melihat anugerah dan kesempatan yang jauh lebih bernilai. Jawaban Yesus telah membongkar motivasi Yudas dan mempermalukan dia.

Sebuah lukisan yang idenya luar biasa di dalam buku Christ and Fine Art, digambarkan angin bertiup kencang dari balik gunung dan membuat semua pohon bergoyang. Di sana ada Yudas dengan mata memandang ke depan bersama dua orang Farisi yang berjanggut putih, sedang menegosiasikan uang yang harus diberikan untuk menangkap Yesus. Sorotan mata Yudas yang tajam memantulkan hatinya yang jahat. Dia berpikir bahwa Yesus yang dapat membuat begitu banyak mujizat pasti tidak mungkin dibunuh. Tetapi ketika Yesus tidak melarikan diri malah mati di kayu salib, dia sadar bahwa semua orang akan mengutuk dia sebagai orang jahat. Inilah orang yang betul-betul jahat karena setelah berbuat jahat masih tidak mau mengaku jahat. Setelah mencuri dia langsung cuci tangan sampai Tuhan membongkar perbuatan jahatnya dan akhirnya dia gantung diri. Saya harap kita sungguh-sungguh takut akan Tuhan.

4). Ananias dan Safira

Ananias dan Safira, suami istri itu menjual tanahnya, tetapi hanya memberikan sebagian kepada para rasul sambil mengatakan bahwa mereka memberikan seluruhnya. Seluruh jemaat memandang mereka begitu cinta Tuhan karena mau menjual miliknya untuk dipersembahkan. Tetapi Tuhan memandang mereka sebagai pencuri. Petrus menegur dia, dan Tuhan menghukum Ananias sehingga dia mati saat itu juga. Tidak lama kemudian istrinya datang dan bersikap sama seperti suaminya, maka Tuhan juga menghukum dia. Petrus menegaskan bahwa mereka bukan menipu manusia, melainkan menipu Roh Kudus (Kis. 5:1-11). Inilah satu-satunya peristiwa di Perjanjian Baru di mana Allah menghukum dengan begitu spontan seseorang yang tidak takut akan Dia.

Dari keempat kasus di atas, hanya Yudas yang Alkitab sebut sebagai pencuri. Namun, sekalipun yang lain tidak disebut pencuri, tindakan mereka mendatangkan murka Allah dan hukuman-Nya spontan kepada orang yang tidak takut akan Tuhan.

Maukah kita diberkati Tuhan? Mari kita menemukan  AkhanSaul,  YudasAnanias, dan Safira yang ada di dalam diri kita. Kalau tidak, kita yang akan dibuang oleh Tuhan.

SEPULUH HUKUM TAURAT: “Jangan mencuri”  (Keluaran 20:15)

Sekalipun filsuf dari zaman ke zaman sering tidak mengerti atau salah mengerti akan firman Tuhan, tetapi firman Tuhan tidak pernah salah. Ketika kita membandingkan Sokrates, Konfusius, Mensius, aliran Heraklisian, Plato, Aristoteles, dan yang lainnya, kita akan menemukan bahwa manusia sudah tercemari dosa Adam, sehingga hanya Kitab Suci sajalah yang murni, yang Allah berikan dari takhta-Nya yang paling objektif, paling netral dan kekal. Prinsip-prinsipnya tidak pernah perlu berubah. Oleh karena itu, kita melihat bahwa di setiap zaman, semua pemikiran dan filsafat yang tidak setuju, yang tidak mengerti Alkitab, harus terus berubah; sementara Alkitab sendiri tidak pernah perlu berubah. Inilah Sola Scriptura.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena hukum kedelapan ini Tuhan pakai untuk menghakimi semua pemerintah yang melawan Alkitab dan yang berusaha menghakimi atau mengoreksi firman Tuhan. Seperti filsafat komunisme yang berusaha untuk melempar Kitab Suci ke belakang, akhirnya ia sendiri yang dilempar ke belakang oleh Kitab Suci, karena bukan manusia yang menghakimi Allah, tetapi Allah yang kekal yang menghakimi manusia yang sementara.

Sepuluh Hukum jauh lebih tinggi daripada semua hukum dunia yang dipakai untuk mengatur tindak tanduk seseorang agar tidak menyeleweng. Itu terjadi karena hukum dibuat oleh manusia yang sendirinya sudah menyeleweng. Sepuluh Hukum bukanlah produk otak manusia, melainkan pemberian Allah Pencipta, maka Sepuluh Hukum dibutuhkan oleh dunia sampai kiamat, bukan hanya sekadar menjadi standar tingkah laku manusia, tetapi juga untuk menyatakan sifat moral Allah kepada manusia. Jika kita bandingkan dengan Roma 7, Hukum Taurat membawa kita untuk mengenal tiga sifat Allah yang paling dasar, yaitu: suci, adil, dan bajik. Hal ini membuat kita seharusnya membenci dosa, ketidakadilan, dan ketidakbenaran, serta menyadarkan kita bahwa diri kita sudah meleset jauh dari target yang Allah tetapkan ketika Dia mencipta kita. Tepat seperti pengertian yang digambarkan oleh istilah bahasa Yunani tentang “dosa” di dalam Perjanjian Baru, yaitu: hamartia (artinya: tidak mengenai sasaran); atau adikia (artinya: tidak adil atau tidak benar di hadapan Tuhan). Kita yang dicipta seturut peta teladan Allah disebut berdosa ketika kita tidak memantulkan kemuliaan-Nya, kesucian-Nya, dan kebajikan-Nya.

Kita telah membahas empat kasus pencuri, yaitu: Akhan, Saul, Yudas, dan Ananias-Safira. Dari keempatnya hanya Yudas yang secara tegas disebut pencuri. Ananias dan Safira disebut penipu. Terlihat di sini bagaimana Allah murka dan menjatuhkan hukuman yang keras kepada mereka. Tidak seorang pun yang dapat luput dari murka Allah. Tuhan tidak pernah memaksa kita untuk memberikan persembahan, kecuali perpuluhan. Tetapi Tuhan juga tidak suka kita menipu dan mengambil sebagian dari apa yang kita nyatakan sebagai persembahan.

Di dalam Pengkhotbah 3 ditegaskan bahwa Allah di sorga dan manusia di bumi, maka kita tidak boleh banyak bicara, berdiamlah dan menghadap hadirat-Nya dengan langkah yang ringan. Kalimat yang kelihatannya sederhana ini dipikirkan begitu mendalam oleh seorang filsuf Denmark yang terkenal, Søren Aabye Kierkegaard, yang mengembangkan konsep “Perbedaan kualitatif antara Allah dan manusia, antara waktu dan kekekalan, antara sorga dan bumi”. Ini adalah perbedaan kualitatif yang sangat penting untuk dimengerti dan disadari oleh manusia, karena manusia bukan Tuhan. Biarlah Allah itu Allah dan manusia itu manusia (Let God be God, and man be man). Hal ini mengharuskan manusia senantiasa gentar dan takut kepada-Nya. Jika engkau berjanji kepada Tuhan, tepatilah janji itu, jangan ingkar, karena Tuhan melihat sampai ke dalam hati sanubari kita yang paling dalam. Ananias dan Safira bersekongkol untuk menipu orang, seolah-olah mereka sudah memberikan semuanya, tetapi ternyata tidak seperti yang mereka katakan. Mereka mengambil sebagian dari yang mereka janjikan. Kita harus melihat penipuan seperti ini bukan kepada manusia, tetapi kepada Allah.

Di setiap awal era yang baru, Allah selalu menyatakan kuasa-Nya, keadilan-Nya secara dahsyat, tegas, dan menakutkan. Allah menyatakan kepada manusia bahwa Dialah penguasa hidup dan mati kita, yang tidak boleh dipermainkan atau disepelekan oleh manusia. Tuhanlah yang memberi kita uang, harta, talenta, waktu, hidup, dan kesempatan. Semua itu pemberian yang tidak boleh dipermainkan atau diperlakukan sewenang-wenang, karena semua berkat itu baik, indah, dan berasal dari Tuhan. Semua yang dari Tuhan sebenarnya adalah milik Tuhan (Yak. 1), yang Dia percayakan kepada kita untuk menguji kita. Setiap kali kita membuka paspor kita, di situ ada tertulis: Paspor ini milik negara. Jadi sekalipun paspor itu ada di tangan saya, dan ada nama saya di situ, paspor itu tetap bukan milik saya. Itu dipercayakan kepada saya untuk memudahkan saya bepergian ke luar negeri. Tetapi jika saya melanggar hukum, maka pemerintah berhak dan bisa mencabut paspor itu dari tangan saya, dan menuntut saya di pengadilan.

Seorang ketua majelis dari sebuah gereja yang kurang simpati dengan Theologi Reformed bertanya kepada saya, “Apa bedanya Reformed dan non-Reformed?” Saya katakan kepada dia, “Satu, Reformed mengutamakan kedaulatan Allah…” Dia langsung memotong dan berkata, “Wah, kalau begitu saya juga Reformed karena saya mengakui kedaulatan Allah.” Apakah ‘mengakui’ sama dengan ‘mengutamakan’? Apakah hanya dengan mengakui Theologi Reformed seseorang sudah menjadi Reformed? Abraham Kuyper, seorang theolog, ahli pendidikan, dan politikus yang pernah menjabat sebagai perdana menteri Belanda, mengatakan, “Di dalam hidupku, tidak ada satu inci pun tempat di mana Tuhan tidak bertakhta.” Saat kita menggunakan uang, harta kita, kita harus mengutamakan kedaulatan Allah di dalam keputusan kita. Orang yang sadar bahwa semua yang dia miliki harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan, pasti akan sangat berhati-hati dan berhemat. Inilah sikap orang Reformed yang sejati. Orang yang mengaku Reformed tetapi hidupnya tidak pernah diubah oleh firman Tuhan, sedang mencoreng nama Reformed.

Jadi ketika kita mengartikan istilah ‘mencuri’ hanya mengambil barang orang, itu adalah pengertian yang sangat dangkal, hanya pengertian yang di permukaan saja. Sebenarnya, mencuri juga meliputi pengertian keserakahan dan keberanian seseorang mengganggu hak milik orang lain. Dalam hal hak milik ini, tidak hanya dipandang dari aspek horizontal, tetapi juga vertikal. Hak milik ini bukan hanya hak milik manusia, tetapi juga hak milik Tuhan. Semua yang ada di dunia ini berasal dari Tuhan, bergantung kepada Tuhan, dan kembali kepada Tuhan. Kita harus mempertanggung-jawabkan semua itu dengan benar.

Apa saja harta yang Tuhan percayakan kepada kita yang harus kita pertanggungjawabkan kepada Tuhan? Sebenarnya banyak sekali. Maka kita akan memperhatikan beberapa di antaranya yang sangat penting, karena kalau tidak diperhatikan dan disadari dengan baik, kita telah mencurinya.

1). Mencuri Waktu

Harta kita yang paling penting di hadapan Allah adalah wadah yang di dalamnya kita hidup, yaitu ruang dan waktu. Ini adalah wadah seluruh ciptaan yang Tuhan cipta. Kebanyakan orang menghitung harta berdasarkan banyaknya uang yang dimilikinya. Sebenarnya, uang bukan harta kita yang terpenting. Harta yang terpenting adalah ruang dan waktu. Itulah yang memungkinkan kita berada di dunia ini.

Properti penting manusia adalah ruang. Laozi, seorang filsuf Tiongkok yang terkenal, menulis di dalam bukunya Dao De Jing: “Tidak keluar rumah, tetapi tahu segalanya.” Ini menggambarkan orang yang geraknya begitu terbatas, tetapi memiliki pengetahuan yang tidak terbatas. Betapa luar biasa orang sedemikian. Itu orang yang sangat ekonomis, karena dia berhasil mendapatkan yang terbesar dari yang terkecil. Kita bisa melihat bahwa negara Indonesia yang tanahnya begitu luas dan subur, terdapat begitu banyak orang miskin, sementara negara Belanda, negara Denmark, negara Swiss yang begitu kecil, dengan hasil bumi yang minim bisa lebih makmur. Itu karena mereka mengerti dalil ekonomi yang paling dasar di atas. Ruang gerak Tuhan Yesus juga hanya di daerah Yudea dan Galilea, tetapi pengaruh-Nya sampai ke seluruh dunia. Begitu pula, salah satu filsuf terbesar dalam sejarah, Immanuel Kant, lahir di kota kecil Königsberg. Dia besar, belajar, kuliah sampai lulus di Universitas Königsberg, menjadi profesor di universitas itu, terus sampai meninggal di Königsberg. Ruang geraknya sangat terbatas, tetapi pengaruhnya sedemikian besar, hingga setiap orang yang tidak mempelajari pemikiran filsafatnya dianggap tidak mengerti filsafat. Dengan ruang gerak kecil menghasilkan pengaruh terluas, yaitu seluruh dunia.

Salah satu properti terpenting lainnya yang Allah karuniakan kepada kita adalah waktu. Saya tidak tahu berapa panjang usia yang Tuhan berikan kepada saya, namun saya tahu bahwa nilai hidup seseorang tidak ditentukan oleh panjangnya waktu hidupnya. Ada orang-orang yang panjang sekali usia hidupnya, tetapi hidupnya penuh dengan kekosongan, kemalasan, dan kebodohan. Ada orang lain yang usianya pendek, tetapi hidupnya penuh bijaksana, rajin, dan memberi pencerahan kepada banyak orang lain. Kita mungkin telah berdosa di dalam hal mencuri ruang dan waktu yang Tuhan berikan.

Kita mencuri waktu jika kita memakai waktu untuk hal-hal yang kita suka, yang dapat binasa, dan bukan untuk hal-hal yang mulia, yang hormat, yang kekal, dan yang menjadi berkat bagi sesama. Istilah “mencuri waktu” banyak orang sudah mengerti, karena kita sering menggunakannya. Seseorang berani mencuri waktu dan mempermainkan waktu karena dia tidak mengerti Theologi Reformed yang menuntut setiap orang untuk bertanggung jawab kepada Tuhan atas apa yang dipercayakan kepadanya. Jika Kuyper mengatakan tidak ada satu inci dalam hidupku yang tidak dimiliki Allah, apakah kita juga boleh mengatakan bahwa tidak satu detik pun hidup kita yang tidak di dalam penguasaan Tuhan? Betapa sulitnya melakukan hal ini. Itulah orang Kristen. Menjadi orang Kristen memang sulit, tetapi menjadi orang Kristen yang Reformed, jauh lebih sulit daripada sekadar menjadi orang Kristen Injili, apalagi orang Kristen Karismatik. Orang Kristen Reformed sadar bahwa dirinya harus mempertanggungjawabkan seluruh hidupnya, seluruh ruang, seluruh waktu, kesehatan, kesempatan, dan semua karunia yang ia miliki kepada Tuhan.

Saya pernah mengatakan, “Kesempatan tersimpan di dalam waktu.” Namun, sering kali kesempatan yang sangat penting kita lewatkan begitu saja, kecuali kesempatan yang mendatangkan keuntungan bagi kita. Padahal kesempatan mendapat keuntungan adalah kesempatan yang sangat tidak berarti dibandingkan dengan kesempatan bersumbangsih, menolong orang, melakukan kebajikan, dan memuliakan Tuhan. Kita sering kali menganggap diri kita sangat pandai, padahal sesungguhnya kita sangat bodoh, karena kita telah menukarkan kesempatan penting yang kita anggap tidak penting dengan sesuatu yang tidak penting tetapi kita anggap penting, karena konsep dan cara penilaian kita salah. Bagai tokoh Aladin yang menukar lampu ajaib yang sudah tua dengan lampu baru yang dapat diperoleh di mana-mana. Oleh karena itu, marilah kita menata ulang pengertian aksiologi (ilmu nilai) kita agar sesuai dengan ajaran Kitab Suci, sehingga kita tidak bersalah dengan mengagungkan apa yang Tuhan benci. Itulah cara yang benar agar kita bisa menggunakan waktu kita – harta yang Tuhan karuniakan kepada kita – dengan baik dan penuh tanggung jawab, karena setiap orang mendapatkan jumlah waktu yang sama, yaitu 24 jam x 365 hari dalam setahun.

Celakalah orang yang ketika uangnya berkurang sedikit saja langsung sadar dan marah, tetapi ketika waktunya hilang dia tidak menyadarinya, karena ia tidak memandang waktu dari sudut pandang kedaulatan Tuhan. Di dalam sejarah, ada orang-orang yang usianya relatif singkat. Pergolesi meninggal di usia 26 tahun, Schubert di usia 31 tahun, Mozart di usia 35 tahun, Mendelssohn di usia 38 tahun, Wagner di usia 40-an. Tetapi mereka semua telah berpengaruh besar selama ratusan tahun. Di antara para “pendiri agama”, Yesuslah yang paling singkat umurnya, yaitu 33,5 tahun. Sokrates berusia 68 tahun, Konfusius 72 tahun, Muhammad 62 tahun, Sakyamuni lebih dari 80 tahun, demikian pula Laozi. Yesus berusia paling singkat dan paling menderita di antara semuanya. Namun, Dia senantiasa mengerjakan pekerjaan Bapa-Nya.

Ketika saya membaca ayat: Yesus berkata: “Aku selalu mengerjakan pekerjaan yang memperkenankan Bapa-Ku, maka banyak orang percaya,” air mata saya bercucuran. Kita sering kali terlalu percaya kepada takhayul, bahwa pelayanan yang tidak disertai dengan mujizat, kuasa supranatural, kesembuhan ilahi, dianggap tidak cukup kuasa untuk mengabarkan Injil. Padahal kita melihat bahwa Islam tidak pernah melakukan mujizat, namun jumlah mereka terus bertambah. Sementara orang Kristen sudah kehilangan yang paling penting, yaitu iman akan kuasa firman. Kita telah kehilangan keyakinan yang paling penting dan paling hakiki di dalam iman kita.

Untuk menjadi suatu gerakan yang penting dan berpengaruh besar di dunia, dibutuhkan satu syarat penting, yaitu: membangkitkan kembali keyakinan yang telah diberikan kepada para rasul, yaitu komitmen kesungguhan menjalankan kehendak Tuhan dengan jujur, berani, bijaksana, dan kasih. Itulah yang Yesus Kristus senantiasa lakukan untuk memperkenan Bapa-Nya, sehingga banyak orang percaya kepada-Nya.

Orang melihat baik pada zaman Yesus maupun saat ini, bahwa para pemimpin agama hanya melakukan kegiatan agama, mengenakan jubah kebesaran agama; sementara Yesus – meskipun tidak mengenakan jubah agama, tidak memiliki kuasa politik, ekonomi, akademi, militer, atau kuasa apa pun di dunia ini – melakukan apa yang dikehendaki Bapa-Nya. Yesus senantiasa hidup memperkenankan dan memuliakan Bapa-Nya, sehingga mereka beriman kepada-Nya. Jadi, Yesus bukan menaklukkan dunia dengan kuasa, melainkan dengan melakukan pekerjaan Bapa-Nya. Jika engkau rindu suatu pelayanan diberkati Tuhan, engkau harus berlutut di hadapan Tuhan, meminta Dia memampukan engkau untuk mengerti kehendak-Nya, lalu memaksa diri dengan rela untuk menjalankan kehendak-Nya tersebut, sehingga pelayanan itu memperkenan hati-Nya.

Ada orang-orang yang bingung dan bertanya-tanya, saya akan membawa seluruh pelayanan ini ke arah mana. Hal sedemikian memang merupakan hal yang sulit. Sangat berbeda dengan perusahaan dunia yang menetapkan arah dan target dengan jelas. Hidup iman adalah hidup yang berani meninggalkan tanah Mesopotamia tanpa tahu akan pergi ke mana dan menetap di mana. Inilah pengalaman Abraham dan semua tokoh Alkitab yang hidupnya dipimpin Tuhan. Inilah pelayanan rohani, yang berbeda dari cara kerja perusahaan dunia. Yang dibutuhkan adalah ketaatan kepada Tuhan. Dia yang akan memimpin Anda untuk meraih hasil yang jauh lebih besar dari seluruh cara kerja dunia.

Dua puluh tahun yang lalu saya tidak tahu di mana gereja yang akan didirikan, bentuknya seperti apa, berapa luas, dan seterusnya, tetapi saya tahu bahwa kita sedang dalam pimpinan Roh Kudus. Itu sebabnya, saya senantiasa mengingatkan rekan-rekan kerja saya: Hendaklah kalian selalu peka akan pimpinan Roh Kudus yang baru. Ia akan membuat segala sesuatu semakin lama semakin jelas. Relakan dan buatlah dirimu senantiasa siap untuk mengikuti pimpinan-Nya. Rela setiap saat berubah, mau taat dan tunduk kepada pengarahan Allah. Gereja sering terlena di dalam keberhasilan yang pernah diraihnya, akibatnya gereja itu tidak bisa lagi berkembang, bahkan mulai menyusut. Pendeta-pendeta yang menganggap gerejanya sudah memiliki target, memiliki cukup banyak pengalaman, membangun tata gereja yang kuat, akan lupa atau kehilangan kesungguhan untuk bersandar kepada Tuhan, yang memberikan talenta, kesehatan, ruang dan waktu, untuk kita pergunakan secara maksimal.

2). Mencuri Perpuluhan

Selain kita bisa mencuri ruang, waktu, kesehatan, kesempatan, kita bisa juga mencuri perpuluhan. Jangan katakan kepada orang lain berapa banyak yang sudah engkau berikan sebagai persembahan, tetapi tanyakan kepada diri sendiri, berapa kali lipat lebih banyak yang telah engkau sisihkan bagi kepentinganmu sendiri. Tuhan selalu memperhatikan berapa banyak yang engkau sisihkan untuk dirimu, kepentinganmu, kenikmatanmu, keluargamu, ketimbang untuk Dia. Pernyataan ini sempat membuat saya gentar, karena hati kita bukan milik kita. Itu Tuhan pinjamkan untuk menguji kesetiaan kita.

Sudahkah kita mengembalikan perpuluhan kepada Tuhan karena itu milik-Nya? Tuhan Yesus mengatakan, “Kembalikan kepada kaisar yang kaisar punya, dan kepada Tuhan yang Tuhan punya.” Jika kita belum mengembalikan yang Tuhan punya, berarti kita mencuri uang Tuhan. Di dunia ini terdapat banyak ketidakadilan, orang yang mencuri sedikit dijebloskan ke penjara, sementara orang yang mencuri banyak dipuji-puji. Tetapi Alkitab mengingatkan kita bahwa Tuhan pasti akan menghukum orang yang tidak bertanggung jawab.

Søren Aabye Kierkegaard berkata, “Apakah di dunia ini masih ada orang Kristen yang bertanggung jawab, yang sungguh-sungguh setia di hadapan Tuhan?” Jawaban yang ia berikan sangat menakutkan, “Satu-satunya orang Kristen yang menjalankan kehendak Allah dengan tuntas, memperkenan hati-Nya, dan menjadi teladan bagi setiap orang Kristen hanyalah Yesus Kristus yang sudah tersalib.” Memang saya tidak menyetujui sepenuhnya pernyataan tersebut, tetapi pernyataan itu membuat saya takut dan gentar. Sebab, kita memang tidak sempurna, kita butuh kuasa Tuhan untuk mengubah kita menjadi semakin sempurna.

Menurut John Wesley, manusia dapat mencapai kesempurnaan asal semasa hidupnya terus menuntut hal-hal rohani. Pemikiran ini berbeda dari pemikiran Calvin tentang kesempurnaan. Saya pernah mengkhotbahkan, “Kesempurnaan ciptaan sebagai ciptaan yang dicipta Allah menurut peta teladan Allah telah hilang setelah kejatuhan Adam. Dan kesempurnaan yang diberikan oleh Tuhan Yesus setelah penebusan adalah kesempurnaan di dalam kekekalan.” Pemikiran ini didasarkan pada pemikiran Agustinus tentang posse peccare, non-posse non-peccare, posse non-peccare,  dan  non-posse peccare (dapat berdosa, tidak dapat tidak berdosa, dapat tidak berdosa, tidak dapat berdosa).

Kita tidak mungkin sempurna, tetapi paling tidak kita harus memiliki niat untuk menjadi sempurna dengan taat kepada Roh Kudus. Memang tidak ada seorang pun yang sempurna menurut standar Allah, tetapi Dia memandang motivasi dan tekad kita yang sederhana. Selain itu, kesempurnaan yang sejati bersifat progresif, yang menuntut kita terus bertumbuh semakin peka terhadap dosa, kesalahan dan kekurangan diri; mau bertobat dan meminta pengampunan-Nya. Tuhan ingin kita tidak membiarkan kemauan kita berada di atas kemauan Tuhan, sebaliknya membiarkan tangan Tuhan mencampuri hidup kita, mengubah dan memimpin kita untuk hidup semakin bertanggung jawab kepada-Nya.

3). Mencuri Kemuliaan Tuhan

Pencurian yang paling berat adalah mencuri kemuliaan Tuhan. Tuhan sudah mengerjakan segala sesuatu di dalam hidup kita, maka sudah sepatutnya kita hanya memberikan kemuliaan kepada Allah, dan tidak ada apa pun yang boleh kita ambil untuk diri kita sendiri. Allah adalah Allah yang satu-satunya berhak menerima semua kemuliaan. John Sung, seorang penginjil yang sangat terkenal, kerap menyanyikan lagu “Muliakanlah Nama-Nya”. Dia sadar Iblis selalu mengganggu dia pada saat pelayanannya sukses. Ada upaya untuk menggoda dia mengatakan, “Lihat, betapa hebatnya engkau. Kalau tidak ada engkau, semua ini tidak akan terjadi. Engkau telah dipakai Tuhan dengan sangat besar.” John Sung sangat takut kalau pada akhirnya setan menang dan dia dibuang oleh Tuhan.

Betapa malangnya seseorang yang sudah meninggalkan segala-galanya, mau mengikut Tuhan, tetapi akhirnya dia dibuang oleh Tuhan. Kita perlu senantiasa mengingat peringatan dari ungkapan Tuhan Yesus di dalam Matius 7:21-23. Yesus berkata, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: ‘Tuhan! Tuhan!’ akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, tetapi dia yang melakukan kehendak Bapa di sorga.” Hanya mereka yang sungguh-sungguh mau melakukan kehendak Allah yang dapat masuk Kerajaan Sorga. Pada hari itu akan ada banyak orang yang berkata, “Tuhan, Tuhan, bukankah aku sudah bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan melakukan banyak mujizat demi nama-Mu juga?” Tetapi saat itu Tuhan Yesus akan menjawab, “Aku tidak pernah mengenal engkau. Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian pembuat kejahatan.” Itulah nasib kekal bagi mereka yang terbuang, tidak ada lagi kesempatan untuk naik banding bagi mereka.

Di dalam kitab Yesaya, Tuhan mengatakan dua kali, “Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada ilah-ilah palsu.” Jadi barang siapa berani mencuri kemuliaan Tuhan, dia menjadikan dirinya sebagai allah palsu yang sedang menudungi kemuliaan Allah. Setiap orang yang merebut hak untuk menerima sembah sujud adalah allah palsu yang sangat dibenci oleh Tuhan. Jikalau ada seseorang memuji engkau, baiklah engkau mengatakan, “Semua ini memang adalah hal yang harus hamba kerjakan, tetapi bukan aku, melainkan Dialah yang patut dimuliakan.”

Di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, masing-masing ada satu orang yang mencuri kemuliaan Allah. Di Perjanjian Lama adalah Nebukadnezar. Dia berdiri di atas kota Babel, memandang kota yang megah, mewah, dan mulia itu, lalu berkata, “Bukankah semuanya ini karyaku, seorang raja yang hebat?” Karena dia memuliakan dirinya, maka Allah memperlakukan dia seperti sapi. Ia diusir dari istananya dan makan rumput, tidak bisa memerintah selama tujuh masa. Baru setelah bertobat, ia dipulihkan ke posisinya. Di dalam Perjanjian Baru adalah Herodes. Herodes, saat berpidato disambut dengan sangat meriah. Dia berbicara bagai Allah. Maka malam itu Allah mengirimkan seekor ulat untuk menggigit dia dan dia mati. Jadi, janganlah seseorang berupaya mencuri kemuliaan Tuhan Allah dengan cara memuliakan dirinya sendiri. Kita harus senantiasa belajar seperti John Sung yang terus-menerus mengembalikan kemuliaan kepada Allah.

Apakah arti lagu Doxologi yang kita nyanyikan di penutup kebaktian? Kemuliaan bagi Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus, karena Dia yang telah mencipta, menyelamatkan, membawa kita masuk ke dalam segala janji-Nya. Kiranya ini bukan hanya berada di bibir kita saja, melainkan dari hati kita yang terdalam.

SEPULUH HUKUM TAURAT: Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. “  (Keluaran 20:16)

Hukum kelima hingga kesepuluh dari Sepuluh Hukum membahas tentang kewajiban, etika, moral antarmanusia secara horizontal. Jangan mengucapkan saksi dusta atas sesamamu. Terjemahan lain yang lebih tepat adalah jangan berbohong, merugikan, melukai, dan mencelakakan orang lain. Terjemahan yang berbeda ini memiliki pengertian yang sama, yaitu bahwa manusia harus menghargai sesamanya yang juga dicipta menurut peta dan teladan Allah. Kita tidak boleh memiliki niat jahat atasnya. Kalimat ini juga muncul di dalam semua agama besar. Ini disebut golden rule (hukum emas). Hillel, seorang rabi besar sebelum Kristus, mengajarkan, “Hormatilah orang supaya engkau juga dihormati orang.” Konfusius mengajarkan, “Apa yang engkau tidak inginkan, jangan lakukan itu kepada orang lain.” Jika engkau tidak ingin diejek, jangan engkau mengejek orang lain. Kalau engkau tidak ingin difitnah, jangan memfitnah orang lain. Manusia harus menghargai sesamanya, selalu mengingat bahwa orang lain juga memiliki perasaan seperti engkau. Memang banyak orang yang tidak menyadari hal ini sampai mereka dilukai orang, baru mulai mengerti perasaan orang lain. Jadi, hanya orang yang peka dan peduli akan perasaan orang yang mampu menciptakan damai dan keharmonisan di dalam masyarakat. Itu sebabnya, Allah memberikan hukum kesembilan. Hukum ini secara khusus berbicara tentang etika berkata-kata. Yakobus mengatakan, “Orang yang sempurna adalah orang yang sanggup mengekang lidahnya.” Lidah bagaikan kemudi yang meskipun kecil namun sangat berpengaruh karena menentukan arah kapal yang besar. Seperti setir mobil, selain mengarahkan mobil juga menyangkut mati hidup penumpangnya. Begitu juga orang yang sanggup mengontrol lidahnya akan aman seumur hidupnya.

Manusia adalah makhluk yang sejak lahir sudah bisa bersuara dan mendengar suara orang-orang di sekitarnya. Mereka mulai menggabungkan suara dengan makna dan keluarlah kata-kata dari mulutnya yang mencetuskan isi hatinya. Itulah yang dilukiskan dalam peribahasa Tionghoa ‘Kata-kata adalah ekspresi jiwa’. Apa yang ada di dalam hatinya akan terlontar dari mulutnya. Maka orang agung akan mengucapkan kalimat yang agung dan orang yang pikirannya dalam akan mengucapkan kalimat yang sangat bermakna. Orang egois akan mengungkapkan egoismenya. Orang rendah akan mengucapkan kata-kata yang kasar. Jadi, dari kata-kata kita dapat mengerti apa yang tersimpan di dalam hati seseorang. Tepatlah perkataan Tuhan Yesus, “Apa yang memenuhi hatimu, itulah yang keluar dari mulutmu.” Orang Perancis berkata, “Saat engkau membuka mulut, engkau memperkenalkan dirimu sendiri.” Bagi orang Tionghoa, “Saat bergaul, jangan banyak bicara. Semakin banyak bicara, semakin banyak salah.” Tetapi bukan berarti orang yang tidak banyak bicara hidupnya pasti beres, karena beres tidaknya seseorang ditentukan oleh pikirannya. Jika pikirannya penuh dengan kejahatan, kenajisan, egoisme, tidak mungkin tidak bocor dari mulutnya. Itulah sebabnya Yakobus mengatakan, “Barangsiapa dapat menguasai lidahnya, dia adalah orang yang sempurna.” Kita harus mampu mengontrol mulut, tahu rahasia etika berbicara.

Hukum kesembilan: Jangan mengucapkan saksi dusta. Saksi yang tidak benar, yang tidak sesuai dengan fakta, akan merugikan, melukai, dan mencelakai orang lain. Menurut peribahasa Tionghoa kuno ‘Satu kalimat mungkin membangunkan, tetapi juga menghancurkan seluruh bangsa’. Semua kalimat ini adalah kebijaksanaan orang-orang kuno yang sadar betapa bahayanya orang yang sembarangan berbicara karena dapat merusak hari depan seorang pribadi maupun seluruh bangsa.

Manusia dicipta menurut peta dan teladan Allah yang merupakan sumber dan diri kesempurnaan itu. Dialah yang tertinggi, yang menciptakan manusia menurut peta dan teladan-Nya yang sempurna, adil, suci, dan bajik. Itu sebabnya orang yang meneladani Penciptanya, dia mencerminkan sifat moral-Nya yang tertinggi. Manusia diberi hikmat untuk mengutarakan makna yang kekal lewat bahasa sementara, karena di balik suara terdapat nafas, di balik nafas terdapat makna, di balik makna terdapat Roh, di balik Roh terdapat Firman. Rangkaian ini tidak bisa dipisahkan dari Allah dan Firman. Karena Firman menciptakan manusia, bahkan Dia sendiri datang menjadi manusia, mengisi manusia, memampukan manusia, dan mengutarakan makna yang sungguh bernilai lewat bahasa. Bahasa bergabung dengan suara yang ditopang oleh nafas. Itu sebabnya, tanpa menggunakan nafas, seseorang tidak dapat mengeluarkan kata-kata. Nafas bagaikan air yang menopang kapal yang membuatnya terapung. Begitu juga Allah Bapa ber-nafas. Nafas Allah adalah Roh, dan firman Allah adalah manifestasi dari kehendak-Nya. Berdasarkan kehendak-Nya, Allah berfirman, maka Firman beserta dengan Allah, dan Firman adalah Allah. Firman keluar dari Allah lewat gerak Roh Kudus. Roh Kudus memberikan inspirasi, menghembus kepada nabi-nabi Perjanjian Lama dan kepada rasul-rasul Perjanjian Baru. Mereka pun dapat berbicara tentang firman Tuhan yang kekal. Orang yang mengenal firman akan menerima hidup kekal dan menggunakan kata-kata yang bermakna. Itulah sebabnya, hamba-hamba Tuhan yang ingin dipakai Tuhan, harus belajar dan minta Roh Kudus menghembuskan firman ke dalam hatinya sehingga memampukan dia untuk sepanjang hidup tidak henti-hentinya memberitakan firman. Jika tidak ada Roh Allah, tidak ada firman Allah yang mengontrol dan mengisi pikiranmu, sehingga apa yang kau katakan akan sia-sia.

Banyak orang dari pagi hingga malam, dari awal tahun hingga akhir tahun, hanya mengeluarkan kata-kata sampah. Hanya mencaci-maki orang, mengkritik orang, tidak puas ini dan itu. Berbeda dengan orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus, kata-katanya selalu menjadi pedoman, arahan yang mengandung benih hikmat, dan memberikan inspirasi dan manfaat dari kebenaran. Suara mengandung bahasa, bahasa mengandung makna, makna mengandung firman, dan firman mengandung kehendak Allah.

Kita memang dilahirkan dan dibesarkan di suatu lingkungan kebudayaan, agama, dan tradisi. Orang dilahirkan di keluarga Budha, Islam, Hindu, Konfusianisme; hal itu akan memengaruhi pola pikir, pemahaman, pemikiran umum, dan hukum umum sehingga cara bicaranya tidak terlepas dari ikatan-ikatan itu. Lingkungan ikut membentuk seluruh pola pikir dan karakter seseorang. Sampai suatu hari terang Injil menembus limitasi itu, barulah seseorang bisa menerima yang baru. Jadi memang sulit sekali, kata-kata yang sudah terbiasa kita ucapkan dapat mengikat kita.

Mengapa seseorang suka berbicara kotor? Itu terjadi karena mulutnya diikat oleh isi yang berbeda dengan firman. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang terus mendengar firman? Apakah orang yang terus-menerus mendengar firman akan membuat kita bosan dengan firman? Tidak. Firman yang sejati tidak mungkin membuat orang bosan. Banyak pendeta yang minder, takut khotbahnya tidak disukai orang, lalu membubuhi khotbahnya dengan lelucon. Padahal kalau setiap hari kita melucu, justru orang akan bosan karena lelucon bukan firman. Kita harus membawa manusia yang rasionya tidak lagi setia kepada Tuhan untuk kembali. Setelah kita diisi dengan firman kebenaran maka kita tidak lagi mengenal ketakutan.

Saya bukan orang yang studi ekonomi, hukum, politik, namun karena penuh dengan firman, dan mau sungguh-sungguh mengamati dan mengerti, maka saya berani berbicara tentang hukum kepada ahli hukum, berbicara tentang musik kepada ahli musik, berbicara tentang ekonomi kepada ahli ekonomi, karena semua itu ada di dalam firman Tuhan yang begitu limpah, begitu dalam, dan begitu akurat. Itulah yang membuat saya berani berkata, “Ini adalah dunia Bapa-Ku.” Apa pun yang harus saya sampaikan tersimpan di gudang pengertian, kebijaksanaan, yang akan mengalir keluar tidak habis-habisnya. Oleh karena itu, mulut kita harus dipersembahkan kepada Tuhan. Jadi wadah yang menyampaikan kebenaran dan selalu menjadi berkat bagi orang yang kita ajak bicara.

Setiap hukum dalam Sepuluh Hukum memang tidak kita bahas secara harfiah. Maka ketika membicarakan hukum kedelapan, kita tidak memulai dengan definisi mencuri sebagai mengambil atau merampas milik orang lain. Kita melihat bahwa mencuri menyangkut hak kepemilikian orang yang sah, yang Tuhan jamin. Tidak menggunakan pemberian Tuhan dengan setia juga termasuk mencuri. Begitu juga ketika kita membahas hukum kesembilan, kita tidak langsung berbicara mengenai bohong, melainkan menelusuri akarnya terlebih dahulu. Bohong selalu diawali dengan kesalahan menggunakan mulut. Kesalahan itu terjadi karena kita tidak mempunyai kebenaran firman. Jadi, alangkah indahnya orang yang tidak menempuh jalan yang salah, tidak mengambil keputusan yang salah, karena pikirannya diurapi oleh kebenaran yang diwahyukan di Kitab Suci. Jadi, jika kebenaran menguasai semua aspek hidupmu, engkau akan melihat, mendengar, dan mengatakan hal yang benar. Bagaimana dengan hal-hal yang tidak benar? Orang yang benar, hatinya akan mampu menyaring kesalahan. Hidup yang mampu menyaring semua kesalahan – hanya mengutarakan kebenaran – adalah hidup yang sangat bernilai. Firman Tuhan akan meresap masuk ke dalam setiap aspek kehidupan orang percaya. Hal itu memampukan kita untuk  mengabdikan seluruh organ hidup kita menjadi alat kebenaran Allah.

Dengan demikian setiap kali engkau berkata-kata, orang akan mendapat berkat, setiap kali engkau menganalisa, menyatakan, orang akan segera mengerti apa itu kebenaran. Amsal berulang kali berkata bahwa mulut orang bijak adalah pohon hidup. Apa maksudnya? Firman dan perkataan yang keluar dari mulutnya adalah pohon hidup yang memberikan buah yang hidup. Karena kalimat yang seorang dapatkan melalui pergumulan yang sulit maka saat dia bagikan akan menerangi sejarah selama ribuan tahun. Kiranya Tuhan memberkati kita menjadi orang Kristen yang beriman, yang mau diisi dengan kebenaran, dan memakai mulut kita untuk mengutarakan firman Kebenaran.

Tuhan mencipta manusia dengan begitu luar biasa. Tuhan memberi kita dua mata, dua telinga, dua lubang hidung, tetapi hanya satu mulut. Padahal tugas mulut begitu banyak. Seorang filsuf Gerika kuno, Xenophanes, mengatakan, “Alam memberi kita dua telinga dan dua mata, tetapi hanya satu mulut, agar kita lebih banyak melihat dan mendengar ketimbang berkata-kata.” Sungguh kalimat yang bijaksana. Orang yang bawel, banyak bicara akan dibenci orang. Orang yang banyak mendengar, tidak banyak bicara, namun sekali berbicara – apalagi jika kata-katanya begitu bermakna – orang akan memperhatikan. Semakin sedikit engkau berbicara maka setiap kata-kata yang bermakna akan berpengaruh besar. Guru dan ibu yang suka mengomel biasanya tidak disukai oleh anak-anaknya. Setelah saya membaca tulisan Xenophanes, saya menyadari bahwa banyak orang tidak disukai orang lain karena begitu bawel sementara yang dikatakannya selalu sama, sampah. Sebaliknya, kita melihat orang-orang yang jarang berbicara, tetapi ketika ia mengatakan kalimat yang tepat, dia berhasil menangkap waktu, menangkap momen, tepat mengisi kesempatan yang ada, dan menjadi berkat serta inspirasi bagi orang lain. Amsal berkata, “Kata-kata yang tepat ketika dikatakan pada waktu yang tepat, bagaikan apel emas yang diletakkan di sebuah pinggan perak” (Ams. 25:11). Ketika saya membayangkan sebuah apel emas dalam pinggan perak, betapa indahnya cahaya keemasan yang memancar lewat pinggan perak. Tentu hal sedemikian memancarkan keindahan yang tidak mungkin dibuang atau disia-siakan. Saya menggubah ulang kalimat Xenophanes menjadi, “Allah menciptakan kita dengan dua mata dan dua telinga, tetapi hanya dengan satu mulut, untuk melihat hal yang baik dan jahat, mendengar apa yang benar dan salah, tetapi hanya mengatakan kesaksian kebenaran.” Inilah kesimpulan: Hendaklah kita bersaksi bagi kebenaran.

SEPULUH HUKUM TAURAT: Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. “  (Keluaran 20:16)

Di dalam Sepuluh Hukum, hanya hukum kesembilan yang berkaitan dengan kata-kata yang kita ucapkan. Bagi orang Tionghoa, kata-kata lebih ampuh dari pukulan; tetapi tulisan lebih ampuh dari perkataan. Orang yang dipukul secara fisik hanya merasakan sakit sesaat pada fisiknya, tetapi sakitnya kata-kata yang menusuk bisa melukai hati dan terus dirasakan bertahun-tahun lamanya. Namun, tulisan yang memfitnah orang akan dibaca sampai ribuan tahun, sehingga kekuatan merugikannya bisa jauh lebih hebat dari kata-kata. Di sini kita melihat tingkatan yang berbeda-beda dalam mencelakakan orang.

Dalam pergaulan, sering kali kita mengucapkan kata-kata yang salah tanpa kita sadari. Setelah ada yang terluka, kita berusaha menjelaskan bahwa itu bukan maksud kita. Sayangnya tidak sejak awal kita mengemukakan maksud kita dengan jelas. Setelah ada orang yang terlanjur dirugikan – walau tanpa sengaja – barulah kita berusaha memberikan penjelasan yang sudah terlambat waktunya. Pepatah orang Tionghoa mengatakan: “Kata-kata yang sudah kita ucapkan, walaupun ingin ditarik kembali dengan tenaga empat ekor kuda pun tidak akan berhasil.” Jadi, betapa berat risiko yang harus kita tanggung karena satu kalimat yang salah, yang telah menjatuhkan atau merugikan orang lain. Itu sebabnya, Kitab Suci begitu banyak kali mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam tutur kata kita, dengan mengekang lidah kita dengan baik. Orang yang tidak mampu mengontrol dirinya tidak mungkin menjadi penguasa dunia.  Kemampuanmu mengontrol lidahmu adalah kunci dari kesuksesanmu. Orang yang tidak mampu memilah pernyataan mana yang boleh atau tidak boleh ia ucapkan akan selalu mengundang malapetaka.

Peribahasa Tionghoa mengatakan: “Apa yang engkau makan bisa menyebabkan engkau sakit; dan perkataan salah yang kau katakan akan menyebabkan engkau menderita.”   Memang saat itu orang Tionghoa belum mengenal apa itu bakteri, virus, dan lain-lain, tetapi mereka sudah memperkirakan bahwa semua penyakit datang dari mulut. Salah makan menyebabkan kita sakit, itu benar. Lebih dari itu, muncul satu pernyataan di Tiongkok: “Malapetaka justru keluar dari mulut.” Pernyataan ini muncul di zaman kaisar Yongzheng, yang memerintah selama 13 tahun, anak dari kaisar besar di Tiongkok, yaitu Kangxi (memerintah selama 62 tahun), dan ayah dari kaisar Qianlong (yang memerintah selama 60 tahun). Di masa ketiga raja ini, kerajaan dan kebudayaan Tiongkok berkembang luar biasa. Di masa Qianlong, teritori kerajaannya mencakup Heilongjiang, Tibet, dan Rusia. Ia memiliki pasukan tentara yang kuat luar biasa. Pada saat itu ada seorang misionaris Italia yang melayani di istana Tiongkok, yaitu Giuseppe Castiglione (Lang Shining). Ia melayani di zaman pemerintahan ketiga raja tersebut. Teknik melukisnya luar biasa. Ia merombak banyak sistem, konsep, filsafat estetika, dan teknik melukis yang ada di sejarah Tiongkok. Di antara lima puluh lima kaisar dalam sejarah Tiongkok, kaisar Yongzheng yang paling mengerti seni. Tetapi dia adalah kaisar yang begitu keras. Meskipun ada banyak misionaris menginjili dia, bukan saja ia tidak mau menjadi Kristen, tetapi dia bahkan menentang kekristenan. Giuseppe Castiglione memberikan pengaruh besar di Tiongkok melalui seni dan astronomi, yang membuat orang Tiongkok menghargai kekristenan. Yongzheng sangat tegas pada koruptor. Ia memenggal kepala orang yang terbukti melakukan korupsi. Hal itu membuat para koruptor melakukan konspirasi untuk membunuh dia. Padahal pada masa itu, jangankan berkonspirasi membunuh kaisar, orang yang kata-kata atau tulisannya dianggap menyalahi kaisar saja akan ditangkap dan dihukum mati. Di masa itulah muncul perkataan: “Satu kata saja sanggup mengenyahkan sembilan keluarga”, yaitu keluarganya sendiri, empat keluarga pihak suami dan empat keluarga pihak istri. Ini yang menyebabkan pernyataan: “Malapetaka mulai dari mulut.”

Kita telah membahas pernyataan Xenophanes, bahwa alam memberi kita dua telinga, dua mata, tetapi satu mulut, supaya kita banyak melihat dan banyak mendengar, tetapi sedikit berbicara. Pengalaman hidup mengajarkan kita bahwa orang yang banyak berbicara adalah orang bodoh, tetapi orang bijak akan sedikit berbicara. Orang yang banyak berbicara tidak memberi kesempatan orang lain berbicara, sehingga dia kehilangan kesempatan untuk belajar dari orang lain. Ia hanya khawatir orang lain tidak mengetahui bahwa dia pandai, maka dia mengobral semua kepandaiannya untuk memonopoli pembicaraan. Akibatnya, orang seperti ini hanya berbicara hal yang sama, yang itu saja, dan akhirnya pembicaraannya bagai sampah. Orang yang tidak banyak berbicara, memberi kesempatan orang lain mengeluarkan pengetahuannya, sehingga ia bisa terus belajar dan pengetahuannya terus bertambah.

Ketika saya berbicara, meskipun menurut engkau saya banyak berbicara, sebenarnya saya berbicara jauh lebih sedikit dari apa yang saya tahu. Dan apa yang saya tahu, hanyalah sedikit dari apa yang saya baca dan pikirkan. Maka, saya membaca dan memikirkan banyak hal, mencoba mengetahuinya dengan tepat, lalu sebagian dari itu saya bagikan kepada orang di berbagai kesempatan. Tuhan mengajarkan bahwa kita harus mendengar dengan cepat, tetapi lambat berbicara. Cepatlah mendengar, sehingga engkau dapat menerima sebanyak mungkin pengetahuan dalam waktu yang singkat; tetapi jangan banyak bicara, karena pemikiran yang kurang matang justru mengungkapkan kebodohanmu dan membuat orang menghina engkau. Tetapi Xenophanes tidak bisa melihat apa hal yang penting dari penciptaan Tuhan, yang mencipta manusia seperti itu. Manusia adalah penerima yang terbaik. Dia bisa mendengar hal yang benar dan salah, melihat hal yang baik dan jahat, tetapi ketika berbicara kita menyaksikan apa yang benar dan baik.

Tuhan memberikan otak kepada manusia dengan kapasitas yang luar biasa. Otak kita yang kecil ini mampu menampung begitu banyak data. Tuhan tidak pernah mengekang kita dalam menerima data apa pun, termasuk yang jahat, yang tidak benar, yang merugikan. Tetapi ketika engkau bereaksi, engkau harus hanya menyatakan apa yang benar. Abdikan mulutmu hanya untuk kebenaran.

Yesus berkata, “Jika ya, katakan ya; jika tidak, katakan tidak; selebihnya berasal dari si jahat.” Tidak ada filsuf yang mengajarkan pengajaran sekeras Tuhan Yesus. Jika engkau berkata, jangan kompromi sedikit pun. Kalau tidak benar, engkau harus berani menyatakan itu tidak benar. Biasanya manusia punya banyak pertimbangan. Jika kita mengatakan dengan jujur, kita bisa mengalami kerugian, bisa ditampar atau dipecat dari kedudukan kita. Yesus berkata, “Katakan sejujurnya, ya untuk ya, dan tidak untuk tidak.” Inilah kemurnian hati. Suatu kesederhanaan (simplicity) dari sebuah mentalitas hati kita untuk mau menjadi saksi yang benar.
Mulut kita hanya untuk mengatakan kebenaran; sehingga kita boleh mendengar atau melihat apa saja dari dua sisi, tetapi hanya berkata tunggal, mengatakan apa yang benar saja. Mulut kita hanya satu, bukan dua seperti mata atau telinga. Ketika semua yang bermakna yang kita katakan itu berkait dengan kehendak Allah yang kekal, maka semua suara, nada, makna, dan kata merupakan hal yang sangat dekat dengan firman kebenaran Allah yang mutlak.

Orang yang betul-betul menyampaikan firman, memakai logikanya untuk membuat teori, lalu mengutarakannya dengan bahasa, di mana bahasa itu dilontarkan lewat suara dan kata-kata yang tepat, maka dia adalah saksi bagi kebenaran. Di sini kita kembali kepada dua teori pemikiran Sokrates, yaitu: 1) Engkau harus mengerti dengan tepat setiap makna kata-kata yang engkau gunakan. Banyak orang menggunakan kalimat yang kata-katanya dia sendiri tidak mengerti dengan tepat, sehingga menimbulkan salah pengertian dari pendengarnya. Kalau kita tidak bisa mendefinisikan satu kata dengan tepat dan baik, jangan pergunakan kata itu. Inilah prinsip dari Sokrates. Celakanya, ada orang yang tidak mengerti, tetapi berani mengatakan dengan keras, bahkan menganggap semua orang tidak tahu, hanya dia sendiri yang tahu. 2) Untuk menyampaikan apa yang kau mau sampaikan, gunakan kata-kata yang tepat. Memang kita tidak mungkin bisa mengutarakan kebenaran dengan sempurna, karena adanya batasan bahasa. Selain itu, kebenaran jauh lebih besar dan lebih sulit dari apa yang mampu diutarakan dengan bahasa. Bahasa adalah sarana untuk kita mengutarakan makna atau perasaan kita. Ketika kita berbicara, kita harus berbicara dari motivasi yang bersih dan murni, dengan tujuan yang jelas, sehingga mulut kita hanya mengabdi kepada kebenaran.

Saya harus hanya mengatakan hal-hal yang benar dan yang sungguh menjadi berkat bagi sesama. Dengan demikian kita membatasi dan mengekang mulut kita untuk tidak berkata-kata secara sembrono. Jika engkau bertemu dengan orang yang bicaranya selalu salah, tidak jujur, tidak peduli merugikan orang lain, tentu engkau enggan berkawan dengannya. Manusia lebih suka berbicara dengan orang yang memberi semangat, membangun, menambah pengetahuanmu. Konfusius berkata, “Bergaullah dengan orang yang memiliki tiga kriteria seperti ini: 1) tulus, lurus, dan tidak berliku-liku; 2) lapang dada, penuh pengertian bahkan mau mengampuni kita; dan 3) punya banyak pengetahuan dan kebenaran yang melimpah. Tetapi engkau harus ingat bahwa untuk itu, engkau harus menjadi orang seperti itu terlebih dahulu, sehingga engkau dapat menjadi kawan orang-orang seperti itu.” Yesus memberikan kepada kita suatu perintah yang berkenaan dengan mulut kita, yaitu, “Hanya bersaksi bagi Kebenaran.”  Semua yang lain itu dari si jahat. Maka, di dalam gereja harus ada ciri yang khas, yaitu mulut-mulut yang ada mengabdi kepada kebenaran. Kalau ribuan orang yang mendengar khotbah setiap minggu berjanji dan bertekad dalam hati untuk hanya memakai mulutnya bersaksi bagi kebenaran, mau taat, dan menjadi berkat bagi masyarakat, maka dunia akan menjadi indah. 

Hukum kesembilan mengatakan jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesama kita atau jangan mencela orang dengan kata-kata yang tidak benar. Jika kita memiliki motivasi mau merugikan atau mencelakakan orang lain, kita sudah diperalat oleh Iblis, di mana kita telah mempersembahkan lidah kita sebagai instrumen kejahatan. Kata-kata yang keluar dari mulut kita ada kaitannya dengan Tuhan, sesama, setan, rencana Allah, atau rencana Iblis.

Di dalam cerita Ayub, kita melihat bahwa kesepuluh anak Ayub juga adalah anak istrinya. Tetapi ada reaksi yang sangat berbeda, ketika Tuhan mengambil anak-anak mereka. Istri Ayub tidak tahan. Ia marah sekali dan mengecam Ayub. Tetapi Ayub menjawab, “Yang memberi adalah Tuhan; yang mengambil kembali juga Tuhan. Terpujilah Tuhan.” Alkitab mencatat bahwa mulut Ayub menjadi saksi kebenaran. Ini menunjukkan bahwa dia berada di dalam rencana Allah yang kekal dan ia dikuasai oleh Roh Kudus. Bagaimana dengan istrinya yang berkata, “Tinggalkan saja Tuhanmu. Untuk apa engkau melayani Dia, tetapi semua anak-anakmu diambil-Nya?” Kita melihat bahwa setiap kali orang melawan dan marah kepada Tuhan, dia menganggap logikanya begitu kuat. Tetapi kata Ayub, “Mengapa engkau berkata-kata seperti perempuan bodoh?” Ketika Ayub menikah dengannya, ia tidak tahu bahwa istrinya begitu bodoh. Ia hanya tahu istrinya begitu cantik. Dia tidak menduga bahwa setelah anak-anak mereka mati, mulutnya menjadi alat setan. Ketika Tuhan memberi anak, tidak bersyukur; ketika diambil kembali, marah-marah. Ayub sangat menekankan kedaulatan Allah.

Inilah yang menjadi kunci Theologi Reformed. Ia sangat mengerti sola gratia (segala anugerah hanya dari Allah saja). Pengertian istri Ayub sangat berorientasi pada diri dan berkat. Ini tidak sejalan dengan pengertian Alkitab yang benar yang dimengerti Theologi Reformed. Ada orang yang ketika bertemu dengan saya berkata bahwa dia masih jengkel kepada Tuhan, mengapa Tuhan mengambil anaknya. Tuhan memanggil anak itu sehingga anak itu sekarang berada di tempat yang terbaik, tempat yang jauh lebih mulia dan bahagia. Orang itu tidak mengerti dan tidak mau mengerti. Dia hanya melihat semua hal dari pikirannya sendiri yang egois. Banyak pasangan suami istri yang ketika dalam keadaan senang melupakan anugerah Tuhan. Sampai suatu saat ada kesusahan atau kemalangan terjadi, mereka tiba-tiba marah kepada Tuhan. Saya berpikir, apakah jika Tuhan memvonis hidup saya sisa dua bulan, saya harus marah-marah kepada Tuhan? Tidak. Saya justru harus menggunakan enam puluh hari itu untuk bekerja melayani Tuhan dengan sebaik-baiknya, membagikan traktat di pinggir jalan dan memberitakan Injil kepada sebanyak mungkin orang.

Jadi, hidup kita harus diabdikan untuk kebenaran, bukan untuk diri kita sendiri. Tidak ada hak bagi kita untuk menuntut agar Tuhan memenuhi keinginan kita. Bahkan saya tidak akan meminta sesuatu sebagai syarat untuk saya mau mengakui Dia sebagai Tuhan. Tuhan Mahakuasa berarti Dia berhak melakukan apa saja bagi diriku, seturut apa yang Dia inginkan. Kita hanya perlu taat kepada-Nya. Kita tidak boleh menuntut Tuhan menjadi pelayan kita. Bukan kehendakku yang jadi, kehendak-Mu yang jadi. Inilah teladan yang Yesus berikan ketika Dia berinkarnasi di tengah dunia ini. Dia melayani dengan berkorban tanpa pamrih. Dia rela diatur oleh Bapa-Nya, bahkan sampai diatur bagaimana Dia akan mati dengan begitu sengsara. Dia tidak membela Diri-Nya. Itulah sebabnya Dia disebut sebagai orang yang agung. Orang yang menuntut Tuhan melayani dia, di mana dia hanya mau mengakui Tuhan jika Tuhan mau menuruti keinginannya, adalah orang yang sangat kurang ajar. Mulut kita harus menjadi bejana yang memuliakan Tuhan, khususnya ketika Tuhan sedang mengizinkan ujian, penderitaan, penganiayaan menimpa kita. Pada saat-saat seperti itu, Tuhan menanti dan ingin menyaksikan apa yang menjadi reaksi yang keluar dari mulut kita.

Terkadang kita memang tidak berniat merugikan orang, tetapi ketika kita tidak betul-betul membiarkan kehendak Tuhan yang kekal, pimpinan Roh Kudus, dan kebijaksanaan firman, serta motivasi penyangkalan diri dan kerinduan memuliakan Tuhan mengontrol mulut kita, mungkin kita bisa membawa malapetaka bagi orang lain.

Suatu kali, seorang nenek yang berusia hampir 80 tahun duduk di kereta api yang membawanya ke kota paling timur di Rusia, melewati daerah paling dingin di bumi yaitu Siberia. Nenek ini bicara kepada pemuda di depannya, bahwa ia mau turun di desa tertentu, minta pemuda itu membangunkannya. Pemuda itu baik hati, jadi dia dengan hati-hati menghitung stasiun yang dilewati. Maka ketika sudah hampir tiba, pemuda ini membangunkan nenek tadi dan mengatakan bahwa di pemberhentian berikut nenek itu harus turun. Nenek itu patuh. Ketika kereta berhenti, maka turunlah nenek itu sesuai anjuran pemuda tadi, dan kereta lanjut berjalan. Ketika kemudian kereta itu berhenti, pemuda ini terkejut, karena di stasiun terbaca bahwa inilah stasiun yang dituju oleh nenek itu. Berarti nenek itu telah turun di tempat yang salah. Keadaan yang sangat dingin membuat nenek tadi mati. Memang pemuda ini tidak bermaksud mencelakakan nenek itu, tetapi kesalahan informasi yang ia berikan telah membuat nenek itu mati.

Ketika saya membaca cerita ini di usia dua puluhan, saya bertanya dalam hati saya: seumur hidup, berapa kali karena ketidak-hati-hatian, kita mengatakan sesuatu kata yang salah, yang mencelakakan orang lain? Memang bukan dengan motivasi yang jahat. Namun, sekalipun dengan niat baik, tetapi kalau pengertian kita salah dan tidak tepat, kita bisa mencelakakan orang lain. Pemuda itu tidak bermaksud mencelakakan nenek itu, tetapi faktanya nenek itu mati. Itu terjadi karena dia melakukan kesalahan yang tidak ia sadari. Itu sebabnya, saya selalu mencoba mengingatkan diri sendiri bahwa sebagai orang Kristen kita harus menuntut kebenaran yang sungguh-sungguh akurat, sehingga setiap kata yang keluar dari mulut kita dikatakan dengan jujur, bermotivasi baik, dan dipimpin oleh Roh Kudus. Jika dengan motivasi yang jujur saja orang masih bisa berbuat salah, betapa besarnya dosa orang yang sengaja berkata-kata dengan motivasi yang jahat.

Janganlah mengucapkan saksi dusta, jangan mengatakan kata-kata yang salah, yang mendatangkan malapetaka bagi orang lain. Kiranya kita bisa terus mendalami hukum ini dan menjadi orang yang bijak dan bajik, yang tahu mengontrol tutur kata kita.

SEPULUH HUKUM TAURAT: “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.” (Keluaran 20:16)

Berbicara adalah salah satu hak terbesar yang Tuhan berikan kepada manusia. Tidak ada satu pun binatang yang dapat berbicara, karena mereka tidak dapat mengerti apa itu makna. Dengan sendirinya, mereka tidak mungkin mengutarakannya melalui suatu bahasa. Makna yang sejati didasarkan atas firman, yaitu LogosLogos sejati itu adalah Tuhan sendiri. Manusia menjadi satu-satunya makhluk yang bisa berbahasa dengan makna adalah karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang dicipta menurut peta teladan Allah, sehingga manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat mengerti firman.

Dari penemuan arkeologi, semua penemuan fosil binatang yang disebut sebagai nenek moyang manusia, tidak ditemukan adanya rongga untuk pita suara. Hanya dari hal ini saja sudah terbukti bahwa teori evolusi adalah teori yang kosong. Teori evolusi hanyalah sebuat hipotesis atau imajinasi manusia yang dipakai sebagai dasar untuk menolak fakta bahwa manusia dicipta oleh Allah. Hal itu terjadi karena mereka tidak percaya kepada Allah yang menciptakan manusia, dan mereka harus menjelaskan dari mana hadirnya manusia. Untuk itu mereka mencoba mencari kemiripan antara manusia dengan binatang, agar dapat menjelaskan keberadaan manusia. Dari sini direkayasa sebuah teori bahwa manusia berasal dari makhluk-makhluk yang lebih rendah, yang terus berevolusi hingga menjadi makhluk yang berderajat tinggi, padahal upaya memakai persamaan manusia dengan binatang, dengan mengaitkan hubungan darah dan hereditas adalah suatu keberanian yang terlalu besar dan tanpa dasar yang sah. Kita perlu selalu mengingat bahwa orang yang pandai adalah orang yang bisa menemukan perbedaan-perbedaan yang kecil sekalipun, sementara orang bodoh akan melihat semua hal sama adanya. Misalnya, orang yang hidungnya mirip dengan aku, pasti adalah keponakanku. Kesimpulan seperti ini adalah kesimpulan yang terlalu berani. Orang-orang yang mengerti perbedaan kualitatif (qualitative difference) akan terus memacu diri untuk mencari tahu rahasia besar yang terkandung di dalamnya. Maka dengan demikian ia menjadi orang yang pandai. Seseorang dari pedalaman yang dibawa ke kota akan melihat semua mobil sama. Itu terjadi karena dia melihat berdasarkan persamaan kasar saja. Tetapi orang yang betul-betul memahami mobil, tentu dapat membedakan mobil yang satu dengan mobil yang lain. Memang untuk itu tidak mudah, karena dibutuhkan pengetahuan yang rinci dan mendalam. Ketika para evolusionis menyatakan kesamaan manusia dengan binatang hanya karena ada kemiripan bentuk, itu adalah suatu tindakan yang sangat gegabah dan berani. Fosil yang dinyatakan sebagai fosil manusia purba, ternyata tidak memiliki rongga pita suara. Hal ini menunjukkan bahwa itu bukanlah fosil manusia.

Ketika binatang marah, dia akan mengeluarkan suara yang keras sebagai pernyataan kemarahannya. Manusia tidak perlu menggunakan kekuatan suara, cukup dengan suara yang lembut dan perlahan, tetapi dengan penggunaan bahasa yang keras dan tegas. Manusia bisa menyatakan cinta, rindu, sedih, atau marah, tanpa perlu menggunakan kekuatan atau kelemahan suara, tetapi dengan kemampuan ungkapan bahasa yang dimilikinya. Perkataan manusia adalah perkataan pembahasaan yang di dalamnya mengandung makna, dan di balik makna tersebut ada Firman, dan Firman itu adalah Tuhan. Jadi, hanya Kitab Suci yang memberikan kepada kita pengertian akan relasi antara satu dengan yang lain.

Allah adalah Logos, dan Logos itu beserta dengan Dia. Dia menciptakan manusia sebagailogikos yang memiliki peta teladan-Nya, sehingga menjadi satu-satunya makhluk yang mampu mengutarakan kehendaknya. Itulah inti pentingnya bahasa. Maka orang yang memakai mulutnya untuk mengutarakan kepentingan dirinya sendiri adalah orang yang rendah. Apalagi kalau dia memakai mulutnya untuk melawan kebenaran, dia adalah orang yang hina dan keji. Jika seseorang memakai mulutnya untuk mengatakan kalimat yang membangun, dia melakukan hal yang mulia. Itu sebabnya, kita harus memakai mulut kita sebagai anggota tubuh yang hormat, mulia, dan menjadi berkat bagi banyak orang. Untuk itulah Allah memberikan hukum kesembilan.

Hukum kesembilan bukan sekadar masalah berbohong atau tidak. Pengertian yang membatasi arti hukum kesembilan sedemikian adalah pengertian dan tafsiran yang terlalu sederhana. Hukum ini juga memaparkan bagaimana pentingnya kita tidak mengucapkan kata-kata yang berakibat mencelakakan orang lain. Hak asasi manusia menegaskan bahwa kita harus saling menghormati. Ini jauh lebih penting dari sekadar berbohong atau tidak. Hukum ini secara esensial berbicara tentang relasi timbal balik antara satu pribadi dengan pribadi lainnya. Setiap orang harus belajar dan berusaha menghormati sesamanya. Setiap orang berbeda-beda, tetapi semua dicipta menurut peta teladan Allah, maka seharusnya ia tahu bagaimana menghormati dan menghargai sesamanya. Sayang, manusia tidak seperti itu. Dosa telah menodai manusia sedemikian rupa, sehingga hanya memikirkan untung rugi sendiri dan tidak memikirkan dampaknya terhadap keuntungan atau kerugian orang lain. Dia tidak mau tahu apakah tindakannya akan merugikan orang lain atau tidak.

Ketika berusia belasan tahun, saya pernah mendengar Dr. Andrew Gih dalam sebuah Kebaktian Kebangunan Rohani berkata, “Jika aku mempunyai seratus potong baju dan aku kenakan semua, tentu aku akan mati kepanasan. Jika aku mempunyai seratus buah tempat tidur dan setiap hari berpindah tempat tidur, maka aku tidak akan ingat lagi tempat tidur mana yang pernah kupakai. Jika aku mempunyai banyak makanan dan aku habiskan semuanya, tentu aku akan mati kekenyangan. Jadi apakah sesuatu yang berlebih pantas kita banggakan?” Kelebihan yang tidak wajar, yang sangat berlebihan, adalah tanda dari dosamu. Apalagi jika kelebihan itu engkau dapatkan dari cara yang tidak benar, maka jiwamu akan terus menegur engkau. Kita harus belajar memikirkan orang lain, bukan hanya menghitung keuntungan atau kerugian diri sendiri. Di sini kita belajar untuk saling menghormati, saling mengerti, yang akan menjadi dasar keharmonisan masyarakat.

Mengapa Ada Orang yang Berniat dan Tega Mencelakakan Orang Lain?

Ada orang-orang yang menganggap dirinya yang paling penting, sementara orang lain tidak penting. Dirinya yang harus mendapat untung, sementara orang lain boleh dirugikan. Ada orang berpikir dirinya pantas hidup mewah, sementara orang lain seharusnya hidup sederhana. Jika kita dapat mengerti sebab-sebab mengapa orang mencelakakan orang lain, maka kita harus bersyukur untuk karunia Tuhan memberikan hadiah besar untuk kita, yaitu otak. Sayang, karakteristik masyarakat sekarang ini adalah masyarakat yang mudah dan suka membuat orang lain susah dan menderita dengan memfitnah, mengumpat, menuduh orang lain dengan cara-cara yang tidak jujur. Di sini pentingnya hukum kesembilan yang menegaskan bahwa kita tidak boleh mengatakan sesuatu yang dapat mencelakakan orang lain.

Kita telah membahas sebelumnya, bahwa karena kesalahan seorang pemuda menafsirkan pemberhentian kereta, telah menyebabkan seorang nenek meninggal kedinginan di tengah salju. Akibat kejadian itu, pemuda ini terus mempersalahkan dirinya sehingga ia tidak memiliki rasa damai lagi. Jika kita memelihara diri sedemikian rupa, kita tidak pernah mencelakakan orang lain, tentu kita lebih dapat tidur nyenyak setiap malam. Tetapi ada orang-orang yang setelah mencelakakan orang lain tetap bisa tidur nyenyak. Itu orang yang dosanya ganda. Ada juga orang-orang yang ketakutan pembunuhan yang dilakukan akan ketahuan, maka ia memotong-motong korbannya, lalu memasak dagingnya. Ini adalah orang yang hatinya sudah bejat, bahkan lebih jahat daripada binatang. Kita tidak boleh memarahi orang dengan mempersamakan dia dengan binatang, karena dengan itu kita telah menghina binatang di seluruh dunia. Tidak ada binatang yang lebih jahat dari manusia. Binatang hanya membunuh karena lapar atau diganggu. Jika dia sudah kenyang, dia tidak akan membunuh. Sementara manusia lebih jahat puluhan kali dari binatang. Saat dia membenci bangsa lain, dia bisa melakukan pembasmian etnis, membunuh semua orang dari suku tertentu (genocide). Apa yang terjadi di Afrika beberapa tahun lalu, tidak kalah jahat dengan apa yang dilakukan Hitler di masa Perang Dunia II, di mana ia membunuh lebih dari enam setengah juta orang Yahudi. Maka kita tidak boleh mencelakakan orang lain, karena niat mencelakakan orang pasti berasal dari Iblis yang tidak memiliki cinta kasih dan hanya dikuasai oleh kebencian.

Lebih celaka lagi, hal membunuh orang dengan sadar bisa saja dilakukan oleh para pemimpin agama. Maka orang yang kelihatan begitu saleh, malah mungkin jauh dari Tuhan. Sebaliknya, orang yang dekat dengan kebenaran mungkin bisa dibenci orang. Oleh karena itu, setiap kali kita mengalami kesulitan, kita harus bertanya, “Tuhan apa yang Engkau kehendaki? Dan apa yang harus aku pelajari dari kesulitan ini?” Jangan sibuk bertanya, “Mengapa aku hidup begitu sulit?” Kita harus belajar dan mengerti bahwa di balik semua kesulitan ada rencana Tuhan yang lebih besar. Anugerah Allah itu gratis, tetapi bukan berarti anugerah Allah itu murah adanya. Siapa yang dipilih oleh Tuhan saja yang berhak menikmati anugerah khusus-Nya. Itulah sebabnya, cara berpikir orang Reformed harus dimulai dengan melihat takhta Tuhan sebagai titik pusat alam semesta dan sebagai sumber anugerah. Orang yang menolak Kristus adalah orang yang telah menolak hidup yang kekal. Dengan demikian kita menyadari betapa besar nilai orang yang boleh menerima Kristus. Orang yang menolak anugerah adalah orang yang menolak hak untuk menerima anugerah. Dengan demikian kita tidak perlu dirisaukan oleh banyak hal. Kita hanya hidup mencari dan menjalankan apa yang menjadi kehendak Allah.

Ada orang yang mengerti anugerah dan ada orang yang tidak mengerti anugerah. Itu sebab Tuhan Yesus berkata, “Apakah dengan Aku mengatakan kebenaran, engkau mau membunuh Aku?” Namun, kita menyadari bahwa bagaimanapun dunia membutuhkan kebenaran. Apakah karena manusia tidak suka dan menolak kebenaran, maka kebenaran menjadi tidak bernilai? Tidak. Kebenaran adalah kebenaran dan sedemikian bernilai tanpa tergantung orang menyukai atau tidak menyukai, karena kebenaran adalah kebutuhan absolut umat manusia. Itulah yang kita terima dari prinsip Theologi Reformed, di mana firman Allah yang berdaulat harus dikabarkan ke seluruh dunia sampai Kristus datang kembali.

Seseorang yang menghargai orang lain haruslah memakai mulutnya untuk mengatakan hal yang benar. Inilah prinsip kebenaran. Jangan ada sedikit pun motivasi ingin merugikan orang lain. Sekalipun dia tidak ada hubungan dekat dengan kita, dia bukan keluarga kita, bukan orang sebangsa atau sesuku dengan kita, kita harus tetap mau menjadi berkat baginya. Perumpamaan Tuhan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati menerobos kebudayaan orang Yahudi. Orang Samaria adalah bangsa yang dimusuhi dan dilecehkan oleh bangsa Yahudi, tetapi justru dia menjadi berkat bagi orang Yahudi yang baru saja dirampok, tanpa memedulikan siapa dia, bahaya apa yang akan mengancam dirinya. Dia rela menaikkan orang Yahudi itu ke atas keledainya, mengolesi minyak pada lukanya, serta membayar biaya penginapan dan pengobatannya. Inilah sikap yang benar bagi relasi antarmanusia.

Kata-Kata Mencelakakan yang Tidak Sengaja

Apa jadinya, jika kata-kata kita yang tidak bermotivasi mencelakakan orang lain, akhirnya berakibat pada kecelakaan orang lain? Tuhan akan mengerti hal itu. Dari segi kedaulatan Tuhan, peristiwa itu adalah kesempatan bagi orang itu untuk menerima latihan, yang di dalam rencana Allah, dan tidak ada sangkut pautnya dengan diri Anda. Tetapi bagimu, peristiwa itu akan mengoreksi dirimu, sehingga membuat engkau lebih berhati-hati di dalam berbicara.

Orang yang sengaja mempunyai motivasi mencelakakan orang, telah melanggar hukum kesembilan. Alkitab mengatakan tentang orang-orang yang suka berbohong, memfitnah, atau berbelit-belit sebagai orang yang ditusuk lidahnya dengan panah, dan dia harus dihukum. Tuhan sangat membenci kata-kata yang tidak bertanggung jawab. Wang Ming Dao dalam bukunya “Pepatah bagi Etika Orang Kristen” menuliskan, “Jangan mengatakan kata-kata yang tidak membangun, jangan menyebarkan apa yang kita dengar tetapi tidak ada buktinya, karena akibatnya akan seperti yang digambarkan dalam peribahasa Tiongkok kuno, ‘Meski menggunakan tenaga empat ekor kuda sekalipun, tetap tidak sangggup kita tarik kembali.’” Kalimat yang sudah keluar dari mulut kita bisa menjadi malapetaka besar bagi orang lain.

Alkitab mencatat ada seorang bernama Herodes, yang ketika merayakan ulang tahunnya, anak tirinya, Salome menari. Richard Strauss menggubah satu opera yang berjudul “Salome”. Opera ini mengisahkan bagaimana Salome menari sambil menanggalkan pakaiannya satu per satu, sampai hampir telanjang. Ini adalah cerita Salome versi komponis non-Kristen yang memperalat Alkitab. Salome adalah anak perempuan dari istri Herodes yang dirampas dari kakaknya. Herodes sebagai raja bisa menggunakan hak dan kekuasaannya untuk melakukan apa saja yang ia inginkan. Ia hanya memikirkan kesenangan, nafsu, dan keinginan dirinya, tidak peduli telah merugikan kakaknya. Herodes senang sekali melihat tarian Salome dan mengatakan bahwa apa saja yang dimintanya akan diberikan, sekalipun sampai separuh kerajaannya. Salome meminta nasihat kepada ibunya yang sangat membenci Yohanes Pembaptis. Maka ibunya berkata kepada Salome untuk meminta kepala Yohanes Pembaptis. Di sini kita melihat bahwa nyawa hamba Tuhan yang turut campur urusan orang lain bisa saja terancam. Itu sebabnya, banyak hamba Tuhan memilih untuk memberi berkat saja dan tidak mau tahu urusan yang lain. Kita juga perlu waspada kepada perempuan yang dilanda kebencian, dia selalu menunggu waktu yang tepat untuk membalas dendam. Istri Herodes meminta kepala Yohanes Pembaptis diletakkan di atas pinggan. Sungguh sangat jahat. Bisa dibayangkan betapa dilematiknya keadaan yang Herodes alami. Dia adalah raja, dan dia gentar dengan teguran Yohanes Pembaptis. Dia juga takut karena Yohanes Pembaptis memiliki banyak pengikut, dan apa yang dikatakannya benar. Tetapi kini ia tidak bisa lagi mencabut perkataannya.

Herodes marah karena dia ditegur oleh Yohanes, dan menjebloskannya ke dalam penjara. Akibatnya banyak orang tidak bisa mendengar lagi khotbah Yohanes Pembaptis. Dia telah merugikan banyak orang demi kepentingannya. Sekarang dengan permintaan Salome, ia membunuh Yohanes Pembaptis. Perkataannya telah menyebabkan orang lain celaka. Di lain pihak, dengan semua ini, Tuhan memakai setiap peristiwa untuk mendemonstrasikan bagaimana Yohanes Pembaptis telah menjadi hamba Tuhan yang setia sampai mati. Ia telah menjadi teladan selama beribu-ribu tahun terus berbicara di hati setiap hamba Tuhan. Tuhan tidak pernah terganggu oleh kejahatan manusia. Dia justru bisa memakai setiap peristiwa, termasuk peristiwa ini untuk membuktikan hamba-Nya begitu setia. Sebaliknya Herodes hidupnya menjadi sangat tidak tenang. Yohanes Pembaptis adalah hamba Tuhan yang tidak pernah berkompromi, tidak seperti banyak nabi palsu yang hanya membicarakan hal yang menyenangkan telinga untuk mendapat keuntungan. Richard Strauss membuat opera yang sangat berbeda. Digambarkan Salome jatuh cinta pada Yohanes, tetapi ketika Salome merayu, Yohanes bergeming. Salome sampai nekat datang ke penjara supaya bisa mencium dan bercinta, tetapi ditolak oleh Yohanes. Maka akhirnya Salome berpikir bahwa Yohanes harus mati. Saya menonton satu kali opera itu dan tidak akan mau menonton lagi, apalagi mementaskannya.

Kalimat yang telah keluar dari mulut Herodes tidak dapat ia tarik kembali, dan akhirnya mencelakakan Yohanes Pembaptis. Itulah sebabnya, berhati-hatilah saat berbicara. Berhati-hatilah ketika berjanji pada seseorang, karena bisa saja kata-kata kita mengikat dan membelenggu kita seumur hidup, dan bisa membawa malapetaka bagi orang lain. Kiranya jangan ada kalimat yang keluar dari mulut kita yang melukai orang lain, tetapi sebaliknya, bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Tuhan memberkati kita semua.

SEPULUH HUKUM TAURAT: “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.” (Keluaran 20:16)

Terjemahan yang paling tepat untuk hukum kesembilan adalah: Jangan bersaksi dusta untuk mencelakakan orang lain. Tuhan telah memberikan kapasitas berbicara kepada kita, dan menempatkan manusia di atas segala makhluk. Tidak ada satu pun makhluk seperti manusia, yang dapat mengaitkan kata-kata dengan rencana Allah yang kekal. Semua binatang hanya dapat menyuarakan kebutuhan nalurinya. Oleh karena itu, kita harus bersyukur kepada Tuhan atas kemampuan berbicara yang Ia berikan, sebagai bukti bahwa kita dicipta menurut peta teladan-Nya. Hanya kepada manusia Allah mewahyukan rencana-Nya yang kekal, lewat para nabi di Perjanjian Lama dan para rasul di Perjanjian Baru. Sungguh ini adalah suatu hak istimewa yang manusia boleh miliki di hadapan Allah.

Hukum kesembilan adalah satu-satunya hukum yang memiliki hubungan dengan bagaimana kita berbicara. Jangan berbicara hal yang salah, jangan memberikan kesaksian palsu, apalagi itu terhadap orang lain. Jadi, penekanan di dalam hukum kesembilan bukan sekadar masalah berbohong atau tidak, melainkan apakah mulut kita sudah mengatakan hal yang benar atau tidak. Apakah ketika kita mengatakan sesuatu, karena perkataan itu tidak benar, akhirnya berakibat mencelakakan orang lain? Kita harus menyadari bahwa “takut akan Tuhan” dan “cinta terhadap sesama” adalah dua dasar utama dari Sepuluh Hukum. Kita harus bersaksi hanya untuk kebenaran, tidak untuk yang lain. Mulut kita haruslah menjadi alat (instrumen) kebenaran, karena kita dicipta menurut peta teladan Allah. Dengan demikian, mulut kita tidak menjadi batu sandungan atau pisau yang tidak nampak, yang menusuk dan mencelakakan orang.

Setiap kata yang jahat, seperti mencaci maki, fitnah, dan lain-lain sekalipun diucapkan hanya beberapa detik, mampu melukai hati orang, bahkan melumpuhkan niat perjuangannya. Ibu-ibu yang merendahkan anaknya sedemikian rupa, mengatakan anaknya bodoh, seperti babi, dan lain-lain, akan mematahkan semangat juang anak itu seumur hidupnya. Oleh karena itu, kata-kata sekalipun pendek yang mengekspresikan ketidakpuasan diri, bisa menjadi batu sandungan dan hambatan bagi anaknya. Kita perlu meminta pertolongan Tuhan agar setiap kata yang kita ucapkan adalah benar dan membangun.

Pada saat kita mengetahui bahwa anak kita berbohong kepada kita, kita akan marah. Kita tidak suka dikelabui atau ditipu. Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa jika kita ingin diperlakukan dengan benar, kita juga harus terlebih dahulu memperlakukan orang lain dengan benar. Kalau engkau ingin orang lain tersenyum kepadamu, tersenyumlah terlebih dahulu kepada orang lain. Etika orang Kristen adalah etika inisiatif, etika aktif dan bukan pasif. Maka orang Kristen yang selalu merasa kurang dihormati, kurang dihargai, kurang diperhatikan, kurang dikasihi, menunjukkan bahwa dia belum mengerti etika Kristen. Konfusius berkata, “Gentleman (orang agung) selalu menuntut diri, orang kerdil selalu menuntut orang.” Orang yang selalu menuntut diri dan merasa diri kurang, harus segera disertai dengan semangat dan tindakan meninggalkan kekurangan itu. Jadi, sambil merasa diri kurang, sambil bersandar pada anugerah Tuhan untuk berubah. Orang yang selalu memperbaiki diri akan menjadi dewasa.

Mengapa seorang anak berbohong? Selain karena dia kreatif, nakal, dan jahat, kemungkinan juga karena orang tuanya terlalu keras, sehingga membuat dia takut dihukum. Oleh karena itu, sebagai pendidik, jangan perlakukan anakmu, muridmu, bawahanmu terlalu keras, sehingga membuat mereka berpura-pura baik di hadapanmu untuk menutupi ketidakmampuannya mencapai tuntutanmu dan melepaskan diri dari hukumanmu.

Seorang anak 13 tahun mengatakan kepada ibunya bahwa dia jatuh cinta kepada seorang gadis yang berusia 18 tahun. Sebenarnya ibunya ingin marah, tetapi ia menahan diri. Lalu di buku harian anak itu tertulis: “Saya bersyukur bisa bertumbuh dengan jiwa yang sehat. Sekalipun aku tidak menikah dengan wanita yang aku taksir itu, tetapi ketika aku mengutarakan cintaku itu kepada ibuku, ia tidak memarahi aku. Di mataku, dia adalah ibu yang bijak.” Kalau orang tua berlaku begitu keras terhadap anaknya, memotong setiap perkataan anaknya, maka tidak ada jalan lain bagi anak itu kecuali berbohong, sehingga semakin lama akan semakin ahli berbohong.

Prof. Peter Whitlock dari Vancouver pernah menceritakan pengalamannya di Perang Dunia II. Ia pernah memerintahkan anak buahnya untuk mempersiapkan dua pesawat untuk terbang dalam waktu dua jam. Tetapi anak buahnya mengatakan bahwa satu pesawat dalam kondisi rusak dan butuh waktu enam jam untuk memperbaiki. Dia minta lebih cepat, dan akhirnya diperkirakan bisa selesai dalam empat jam. Setelah hampir empat jam, perbaikan itu hampir selesai, tiba-tiba ada satu baut yang melejit dan masuk ke lubang busi. Pada mulanya, anak buahnya tidak mau melaporkan. Tetapi akhirnya dia melaporkan bahwa dia butuh empat jam lagi untuk memperbaiki, karena ada baut yang masuk ke lubang busi. Memang kalau dijalankan, mesin itu akan jalan, tetapi dalam waktu kurang dari dua jam, pesawat itu akan meledak. Prof. Whitlock berterima kasih atas kejujuran anak buahnya itu. Seandainya dia berlaku keras kepada anak buahnya, dan anak buahnya mendiamkan kejadian itu, tentu ia akan mati. Ada orang yang sebenarnya tidak suka berbohong, tetapi di saat terdesak ia mungkin akan berbohong dan mencelakakan orang. Tentu hal ini sangat disayangkan.

Hukum kesembilan juga mengatakan tentang motivasi. Kita harus memiliki motivasi membangun dan menjadi berkat bagi sesama. Jangan punya niat mencelakakan orang, karena hal itu akan menyeret engkau menjadi alat Iblis dan dibenci oleh Tuhan. Apakah dengan demikian kita bisa berbohong demi menolong orang? Saya tidak mengatakan bahwa hal ini benar, tetapi terkadang demi menolong orang, kita tidak memiliki pilihan lain kecuali berbohong. Maka persoalannya bukan boleh atau tidak boleh berbohong; tetapi bisa atau tidak bisa tidak berbohong.

Ada seseorang yang suka pergi menginjili ke tempat-tempat yang sangat miskin di mana tidak ada toilet yang memadai. Istrinya tidak bisa dengan toilet seperti itu, sehingga kalau pergi ke tempat demikian, istrinya tidak mau ikut. Satu kali dia harus pergi meninjau tempat penginjilan yang berbahaya di Kalimantan. Ia tidak ingin istrinya ikut, maka ia katakan di sana toiletnya kotor sekali. Ia bertanya kepada saya, apakah berdosa berbohong seperti itu. Saya katakan, sebenarnya engkau bisa berkata jujur. Terkadang kita ingin jujur, tetapi khawatir kejujuran kita akan mengundang kesulitan besar. Ada orang-orang yang sangat berpikir negatif. Maka, kita perlu kebijaksanaan dari Tuhan untuk memberikan pengertian kepada seseorang secara jujur, dengan kasih, dan dengan motivasi yang baik. Terkadang ketika kita tidak bisa meyakinkan seseorang, Tuhan membiarkan kita berbohong dahulu. Bukan berarti Tuhan senang dan setuju kita berbohong.

Salah satu contoh dalam Alkitab yang paling jelas adalah kasus Rahab, pelacur di Yerikho. Rahab menyembunyikan Yosua dan Kaleb. Rahab beriman kepada Allah Israel. Rahab seorang pelacur, tetapi beriman besar. Sungguh satu sindiran Tuhan bagi manusia. Mungkinkah orang Kristen yang terbaik saat ini masih menjadi perampok atau pelacur? Kita tidak boleh menganggap semua pelacur jahat. Mungkin mereka seperti itu karena terdesak keadaan. Kita perlu memiliki hati yang rendah hati.

Kalimat pernyataan wanita yang paling penting dan berbobot adalah pernyataan Maria, ibu Yesus; tetapi perkataan yang terpanjang yang diwahyukan di dalam Alkitab adalah perkataan Rahab. Ia menyimpulkan bahwa “Allahmu adalah Allah yang sejati, sementara allahku adalah allah palsu.” Dua pengintai itu masuk ke rumah Rahab bukan ingin tidur dengan Rahab, tetapi karena Tuhan mau memilih dan menyelamatkan dia. Rahab berbohong ketika para tentara menggeledah rumahnya. Apakah dia melanggar hukum kesembilan? Sebagai seorang manusia, kita begitu lemah dan bisa takut untuk berkata jujur. Maka Rahab, demi imannya kepada Allah Israel dan demi menyelamatkan dua orang yang tidak bersalah itu, dia berbohong. Dengan demikian ia berhasil menyelamatkan kedua orang itu. Maka, Rahab berdusta dalam kondisi yang berbeda dengan tuntutan hukum kesembilan. Dia tidak mencelakakan orang.

Sejak kecil saya memerhatikan bahwa di dalam hukum keenam hingga kedelapan, hanya berisi larangan, tetapi hukum kesembilan ditambah dengan motivasinya: “untuk mencelakakan orang lain”. Ini mirip dengan hukum kedua tentang membuat patung. Bukan masalah pembuatannya, tetapi motivasinya. Buktinya, Allah menyuruh orang Israel membuat dua patung kerub dan meletakkannya di atas Tabut Perjanjian. Maka, motivasi menentukan pembuatan patung ini. Demikian juga, Allah mencatat kasus Rahab yang berdusta demi menolong orang yang Tuhan pilih. Maka sekali lagi, di sini bukan masalah boleh atau tidak, tetapi apakah ada kemungkinan tidak berbohong atau tidak. Jika Rahab tidak berbohong, apakah Allah sanggup menyelamatkan kedua orang itu? Pasti sanggup. Bukan demi menyelamatkan orang maka saya boleh berbohong. Hal itu Allah izinkan terjadi karena kita tidak punya pilihan dan kita tidak berani untuk tidak berbohong. Bahkan dalam keadaan seperti itu, itu tetap merupakan dosa, tetapi karena motivasimu untuk menolong, maka Tuhan mengerti. Dan setelah itu, engkau harus tetap minta pengampunan dari-Nya. Tuhan Yesus sangat mengerti kesulitan kita. Itu sebabnya, ketika Ia di dunia, Ia mau menjadi kawan bagi pelacur, pemungut cukai, dan orang-orang yang berseberangan dengan orang Farisi. Mari kita mengerti isi hati Tuhan lebih dari sekadar mengerti Alkitab secara harfiah.

Jika demikian, bolehkah kita menyamakan bohong demi menolong orang dan bukan demi menolong orang? Prinsip penting dalam hukum kesembilan adalah saling menghormati dan tidak mau merugikan atau mencelakakan sesama. Sering kali orang berbohong karena takut mengatakan hal yang benar. Mungkin dengan mengatakan hal yang benar, ia akan mencelakakan dan merugikan dirinya sendiri. Jadi pada saat orang dalam bahaya, ia mungkin tidak berani mengambil risiko untuk berkata jujur.

Di dalam abad 20, ada dua kali Perang Dunia (PD I: 1914-1918; PD II: 1939-1945). Perang Dunia I menelan 7 juta korban jiwa. Oleh karena itu, setelah PD I, pada tahun 1919 negara-negara di dunia mengadakan konferensi di Paris dan berpawai untuk menyatakan tidak mau berperang lagi dan menginginkan kedamaian. Tetapi 20 tahun kemudian, Hitler merasa sebagai bangsa yang paling superior, paling benar, maka Jerman pantas memerintah dunia. Hitler mengawalinya dengan buku kecilnya yang berjudul: Perjuanganku (Mein Kampf). Buku kecil ini telah menelan 30 juta lebih korban. Sebenarnya Hitler adalah orang Austria, tetapi ia merasa lebih Jerman dan pantas memerintah dunia. Pidatonya sangat berkharisma dan berhasil menaklukkan parlemen Jerman. Ketika tahun 1933 ia memerintah, ia mulai menjadi diktator yang memulai Perang Dunia II.

Hitler, bersekutu dengan Mussolini di Italia dan Hirohito di Jepang telah mendatangkan korban sekitar 30-50 juta. Tetapi angka ini kemudian diveto oleh Gorbachev pada tahun 1989 dengan menyatakan bahwa ada 30 juta lagi di Rusia yang tidak pernah diumumkan. Itu berarti seluruh korban Perang Dunia II lebih dari 60 juta jiwa. Itu dikarenakan saat Perang Dunia I, alat-alat perang mutakhir belum ada. Perang Dunia II sudah dilengkapi dengan tank dan bom yang berkekuatan tinggi, pesawat tempur, dan terakhir bom atom. Hal yang paling tragis dalam PD II adalah pembantaian orang Yahudi oleh orang-orang Jerman. Pada saat itu, ada seorang wanita Reformed yang cinta Tuhan, Corrie ten Boom, yang berani berbohong untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi. Juga Schindler, seorang pedagang kaya yang suka main perempuan, melakukan hal yang sama, yaitu menyembunyikan orang-orang Yahudi agar tidak dibunuh oleh orang Jerman. Rezim Hitler menganiaya orang Yahudi, rezim Mao Zedong menganiaya orang Kristen dengan sangat kejam dan brutal. Tetapi di masa-masa seperti itu, Tuhan membangkitkan orang-orang, baik Kristen atau non-Kristen yang berhati mulia untuk menolong orang-orang yang terancam bahaya.

Mengapa manusia yang dicipta menurut peta teladan Allah tidak mencerminkan kesucian, keadilan, kasih, dan kemurahan Allah; sebaliknya malah dilanda benci, egois, balas dendam, bahkan tega melakukan hal-hal yang sangat sadis? Theologi Reformed menjawab, karena anugerah umum telah disingkirkan. Manusia bisa melakukan tindakan-tindakan yang lebih brutal, tetapi hal itu tidak dilakukan karena masih ditahan oleh anugerah umum. Di surat Tesalonika dinyatakan bahwa orang berdosa besar itu belum muncul karena masih ada yang menahannya. Theologi Reformed menyebut penahan itu sebagai anugerah umum (common grace). Maka menurut John Calvin, anugerah umum itu mencakup: 1) Pemerintah; karena pemerintah yang paling buruk masih lebih baik daripada tidak ada pemerintah; 2) Hukum negara; 3) Semua peraturan dalam masyarakat; 4) Hati nurani; 5) Opini masyarakat; 6) Kebudayaan; 7) Tradisi; 8) Agama. Unsur-unsur ini menyebabkan manusia takut mendapatkan celaka, balasan, dan hukuman, sehingga membendung manusia untuk melakukan dosa dan tindakan yang lebih mengerikan. Di sini kedaulatan Allah nyata, bahkan berlaku kepada orang yang bukan Kristen sekalipun.

Adanya anugerah umum memungkinkan suatu daerah yang bukan Kristen bisa lebih damai dan lebih baik dibanding dengan daerah Kristen. Oleh karena itu, orang Kristen tidak boleh sombong. Bahkan mungkin saja orang yang beragama bisa lebih berani berbuat jahat ketimbang orang yang tidak beragama. Semua ini bisa terjadi karena adanya anugerah umum. Maka, orang atheis, orang sekuler bisa melakukan kebajikan berdasarkan  anugerah umum. Maka, kembalikan semua kemuliaan kepada Allah, kita tidak memiliki jasa apa pun.

Kita telah menyinggung Rahab, Schindler, dan Corrie ten Boom. Mereka telah berbohong demi menyelamatkan nyawa orang lain. Tindakan ini mirip seperti yang menjadi landasan dari Etika Situasi. Ajaran Etika Situasi mengatakan bahwa seseorang boleh berdusta jika dengan alasan dan motivasi kasih. Sebelum makan, orang Yahudi biasa cuci tangan terlebih dahulu. Ketika suatu kali orang Yahudi menemukan bahwa murid-murid Tuhan Yesus makan tanpa mencuci tangan, mereka bertanya kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menjawab, “Makanan yang masuk tidak menajiskan jiwa; tetapi perkataan yang diucapkan mulut, yang keluar dari hati yang jahat; itulah yang mendatangkan malapetaka bagi orang lain.” Yesus menegur mereka karena mereka hanya memikirkan hal yang remeh, tentang cuci tangan, tetapi melupakan hal yang terpenting, yaitu makanan rohani.

Pada zaman ini, orang kalau kurang makan sedikit saja, langsung marah-marah; sementara ketika mendengarkan khotbah yang salah, tidak bereaksi apa-apa. Maka, tidak heran Tuhan Yesus menegur orang Yahudi, “Kamu mencari Aku bukan karena telah melihat tanda, tetapi karena sudah makan dan menjadi kenyang.” Dia memisahkan orang yang telah melihat tanda dan orang yang ingin makan. Kita perlu mengerti siapa Tuhan dari apa yang Ia lakukan. Tetapi orang lebih suka pada hasil apa yang Tuhan lakukan. Di sini kita melihat bahwa Tuhan Yesus mengetahui isi hati manusia lebih dari siapapun. Ketika Tuhan Yesus memberikan firman, mereka tidak menghiraukan. Ini berbeda dari Rahab yang mengutamakan perkara yang kekal. Dari apa yang terjadi di dalam sejarah, ia mengerti siapa Allah orang Israel. Ketika Rahab atau Corrie berbohong, itu bukan karena Tuhan yang menggerakkan atau mengizinkan dia berbohong, tetapi karena ia merasa tidak ada cara lain.

Manusia memang terbatas, sehingga sekalipun ia seorang rohani, di saat tertentu ia menjadi takut ketika diperhadapkan pada satu situasi yang menakutkan. Orang tua, guru, dosen, bahkan pendeta atau penginjil adalah manusia yang memiliki kelemahan. Itu sebab, kita sangat menghargai orang Kristen yang imannya sejalan dengan kelakuannya. Berkata mudah, menjalankan sulit. Saya rasa Tuhan mengerti ketika Rahab, Schindler, Corrie ten Boom berbohong, karena mereka merasa tidak ada jalan lain. Dia akan mengampuni kita. Tetapi tidak boleh dibalik, karena aku berniat menolong orang, maka bohong itu bisa dibenarkan. Itu tetap dosa. Salah tetap salah, benar adalah benar. Tetapi saat engkau ingin menolong orang lain dan tidak mempunyai cara lain, tidak mempunyai keberanian untuk berkata jujur, maka mungkin engkau berbohong. Maka, kembali ke hukum kesembilan, jangan merugikan atau mencelakakan orang lain, apalagi dengan menjadi saksi dusta.

Ada orang-orang yang dalam keadaan yang sulit diberi kekuatan untuk berani berkata jujur. Ada seorang ibu yang menyuruh anaknya yang baru berusia sebelas tahun untuk mengantar uang ke rumah kakeknya yang sedang sakit. Tetapi karena perjalanan berbahaya, ibu itu memasukkan uang itu ke kaos kaki anaknya. Ketika anaknya di tengah jalan, ia dihadang perampok. Perampok itu bertanya, “Mau ke mana?” Dia menjawab dengan sangat tenang, “Mau ke rumah kakek.” Perampok itu bertanya lagi, “Apakah engkau membawa uang?” Dia mulai sedikit gelisah, kalau dia berkata jujur, pasti uang itu diambil dan kakeknya yang sakit mungkin akan mati; tapi kalau ia berbohong, lalu digeledah dan ditemukan, ia pasti dipukuli sampai mati. Maka ia menjawab jujur. Dia berkata, “Ya, saya membawa uang.” Ditanya, “Di mana?” Ia menjawab, “Uang yang saya bawa bukan uang biasa.” Perampok itu heran, “Apa maksudmu?” Lalu anak itu bercerita, bahwa uang itu dibawa untuk pengobatan kakeknya yang sakit keras. Lalu ia mengeluarkan uang itu dari kaos kakinya, dan berkata, “Inilah uang yang mama berikan untuk pengobatan kakekku.” Perampok itu bertanya, “Kakekmu sakit apa?” Dengan nada yang sudah melunak, si anak menceritakan sakit kakeknya dengan sedih. Akhirnya, perampok itu berkata, “Ok, bawalah uang itu untuk kakekmu, saya minta sedikit saja.”

Ada kisah lain yang dicatat dalam buku Prof. Sorokin dari Harvard University, mantan Sekretaris Umum Partai Komunis di zaman Stalin. Ia membenci komunisme dan mencari suaka politik di Amerika Serikat. Di dalam buku itu ada kisah yang menceritakan kekuatan besar yang terkandung dalam kata-kata yang jujur dan penuh cinta kasih, yang sanggup menyentuh hati orang jahat dan mengubahnya. Suatu kali, ada seorang perempuan tua, bendahara dari satu yayasan orang tua yang baru saja mengumpulkan dana lebih dari lima belas ribu dolar. Ia membawa uang itu ke apartemennya di Manhattan, menaruhnya di laci dan tidur. 

Pada tengah malam itu, seorang maling berperawakan tinggi besar masuk ke apartemennya, menodong dia dengan pistol sambil membangunkan dia. Nenek itu bangun terkejut, tetapi dia masih dapat berkata dengan tenang, “Mengapa engkau datang di rumahku?” Ia menjawab, “Aku butuh uang, serahkan uangmu kepadaku.” “Seharusnya engkau tidak menjadi orang jahat seperti ini,” kata nenek itu dengan lembut, “ayo duduk. Kalau hidupmu susah, carilah pekerjaan.” Penjahat itu membentak, “Jangan banyak bicara, serahkan uangmu!” Nenek berkata, “Kamu masuk ke tempatku tanpa permisi, jangan galak-galak seperti itu. 

Di tempatku memang ada uang. Tetapi uang itu bukan milikku.” Perampok itu menyanggah, “Tidak peduli, serahkan kepadaku!” Nenek itu melanjutkan, “Uang itu adalah uang perhimpunan sosial yang akan dipakai untuk menolong orang-orang lanjut usia, khususnya mereka yang terbaring di rumah sakit karena kena kanker. Kemarin kami berhasil mengumpulkan lima belas ribu dolar lebih. Besok akan kubagikan pada orang-orang yang membutuhkan.” Nenek itu berbicara dengan jiwa yang sangat stabil dan jujur. Perampok itu terharu, tetapi ia pikir apakah aku akan keluar dari sini tanpa membawa hasil? “Tetapi kalau aku ambil uang itu, aku berdosa.” Di sini common grace bekerja. Wanita tua itu mengeluarkan uang dari laci dan berkata, “Ini uangnya, tetapi kalau engkau mengambil uang yang sedianya dipakai untuk menolong orang miskin yang sakit ini, engkau berdosa.” 

Perampok itu berkata, “Tetapi aku butuh uang.” Nenek menyanggah, “Orang lain lebih membutuhkannya darimu.” Lalu perampok itu melunak, “Apa yang harus aku perbuat, Bu?” Dijawab, “Pergilah dari sini, aku ingin tidur.” Perampok itu setuju, lalu berjalan ke arah pintu. Tetapi ia kemudian berbalik dan berkata, “Aku rasa kata-katamu betul. Ada banyak orang tua yang miskin dan susah. Aku juga mau ikut berbagian.” Ia mengeluarkan sepuluh dolar dari sakunya dan memberikannya kepada wanita tua itu dengan pesan, “Tidak usah tulis namaku. Aku percaya. Engkau adalah orang yang jujur. Aku ingin berbagian supaya aku diberkati Tuhan.”

Prof. Sorokin mengomentari bahwa manusia tidak seburuk apa yang kita pikirkan. Orang jahat pun masih memiliki hati nurani. Kalau kata-kata kita jujur, jiwa kita stabil, mungkin kita bisa menggerakkan dia menjadi lebih baik. Mahatma Gandhi, yang hidup di abad ke-20, sanggup menaklukkan hati Kerajaan Inggris Raya, yang waktu itu merupakan kerajaan terbesar di dunia, tanpa menggunakan senapan atau peluru, karena kekuatan batin tidak dapat ditaklukkan dengan kekuatan mesin perang. Jadi, orang yang lemah, kurang rohani, memang bisa berbohong, maka mintalah agar Tuhan memberi engkau kekuatan, memiliki batin yang stabil, dan lebih berani daripada orang jahat. Kiranya Tuhan memberkati.

SEPULUH HUKUM TAURAT: “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."  (Keluaran 20:17)

Melalui hukum kesembilan, kita telah belajar bagaimana kita mengontrol mulut kita. Kita harus berbicara dengan kata-kata yang benar, yang tidak mencelakakan atau merugikan orang lain. Kini kita masuk ke dalam satu tahap lagi, yang begitu panjang seolah merupakan rangkuman dari seluruh hukum yang kelima hingga kesembilan. Inti pembahasan di dalam hukum kesepuluh adalah tentang niat manusia.

Manusia yang Tuhan ciptakan memiliki kapasitas yang menjadikan dia tidak pernah puas dengan apa yang telah i a miliki. Hal ini membedakan manusia dari semua binatang. Binatang hanya memiliki dua keinginan dasar, yang disebut sebagai naluri (instinct): keinginan makan (untuk mempertahankan hidup) dan keinginan seks (untuk mempertahankan jenis).

Dua ribu tiga ratus delapan puluh tahun silam, Mensius, seorang filsuf terkenal Tiongkok, pernah mengatakan akan kedua kebutuhan paling dasar dari setiap makhluk hidup ini. Hidup binatang hanya melayani kedua kebutuhan tersebut. Tetapi manusia memiliki kebutuhan lebih dari sekadar makanan dan seks. Manusia masih memiliki kebutuhan akan pakaian, rumah, bahkan sampai ke berbagai hal dengan lingkup yang sangat luas. Pdt. Fosdick dalam bukunya menulis, “Waktu kecil aku ingin mempunyai sebuah sepeda, ayahku menjanjikan tahun depan akan membelikannya untukku. Maka mulai hari ini, selain rajin belajar, setiap pagi aku bangun, aku menghitung mundur hari-hariku. Maka pada hari ayahku membelikan sepeda itu, hatiku sangat bersukacita.” Tetapi pernyataan Pdt. Fosdick berikutnya sangat menyentuh saya. Ia berkata, “Tetapi anak sekarang tidak lagi merasakan sukacita seperti itu, karena orang tua mereka tidak pernah menyuruh mereka menunggu, tetapi langsung membelikan apa yang mereka minta. Padahal menanti dengan penuh harap adalah suatu hal yang sangat penting yang membawa kita melintasi masa sekarang sambil memandang pada masa depan yang belum tiba, yaitu masa dia mendapatkan apa yang dia inginkan.” Keinginannya ditahan oleh proses waktu.

“Keinginan” dalam Ajaran Plato

Dari mana datangnya “keinginan”? Menurut filsuf Arthur Schopenhauer, “Keinginan selalu menguasai rasio manusia.” Plato membagi manusia ke dalam tiga kategori. Yang paling bawah disebut orang rendah, yaitu orang yang hidupnya dikontrol oleh kemauannya. Hidup orang seperti ini bagai kereta yang ditarik oleh kuda yang kuat, suatu kemauan yang tidak sanggup dihentikannya. Menurut Plato, orang seperti ini adalah budak dari volition (kemauan kuat), yang mengakibatkan hidupnya merasa tidak berarti, tidak puas, dan tidak pernah bersukacita.

Surat kabar belakangan ini banyak mengungkapkan adanya ayah yang memerkosa anak perempuannya sendiri, ada orang yang tega memerkosa nenek berusia 80 tahun, bahkan ada yang meniduri mayat wanita di kamar jenazah. Ini menyatakan betapa bobroknya dunia ini. Manusia bisa menjadi begitu biadab. Menurut ajaran Buddha, hal ini terjadi karena manusia dikuasai oleh kemauannya. Maka manusia harus terus-menerus melakukan pemurnian diri (self-purification) sampai sempurna sehingga ia bisa masuk ke nirwana, tempat di mana tidak ada lagi nafsu yang merupakan sumber dari semua kesusahan dan penderitaan manusia. Orang menjadi sangat susah dan menderita ketika keinginannya tidak terpenuhi. Itu sebabnya ajaran Buddha memiliki daya tarik yang kuat, sampai ada raja di Tiongkok dari Dinasti Qing yang rela turun takhta dan hidup menyendiri di gunung untuk meniadakan nafsunya.

Saat orang-orang Mongolia Utara di bawah pimpinan Genghis Khan menyerbu ke Selatan, Beijing saat itu merupakan kota kecil dan tidak berarti. Beijing berada di dekat Gurun Gobi, sehingga jika terjadi badai gurun, Beijing akan mengalami hujan pasir. Tetapi di akhir abad ke-12, Kublai Khan, cucu Genghis Khan, memindahkan ibukota Mongolia ke Beijing. Sejak itu Beijing menjadi kota penting, baik di dalam bidang politik maupun ekonomi.

Sebenarnya, perang antara para penunggang kuda (gembala) dan penunggang sapi (petani) di Tiongkok sudah berlangsung lebih dari 2.500 tahun. Daerah Mongolia, Xinjiang, Siberia memiliki padang rumput yang luasnya ribuan kilometer. Gunung Tian (Tian Shan) merupakan gunung barisan yang panjangnya lebih dari 1.500 km dan puncaknya diselimuti salju. Para penunggang kuda lebih liar karena tempat tinggal mereka tidak menetap. Mereka tinggal di tenda-tenda yang bentuknya seperti payung besar, disebut Meng Gu Bao (bakpao Mongolia). Mereka makan dengan satu piring besar berdiameter sekitar 50 cm, dan memasak daging, sayur semua dicampur di situ, lalu mereka makan bersama dengan memakai sumpit dari satu piring itu. Oleh karena itu, orang Tionghoa menganggap mereka barbar karena orang Tionghoa makan dengan mangkok kecil. Piring Mongolia yang istimewa berwarna Islamic blue (Mohammedan blue) yang dibuat dari kobalt Turki atau Irak (ada tiga buah di Museum Gajah, Jakarta; masing-masing satu buah di museum di Beijing dan Taipei).

Sebaliknya, orang Mongolia menghina orang Tionghoa, penunggang sapi dari Selatan. Sapi tidak bisa berlari dengan cepat. Tetapi para penunggang sapi ini memperkembangkan agrikultur dan kaligrafi karena mereka menetap. Mereka memiliki tempat tinggal yang besar, memiliki istana, dan kebudayaan. Maka, kebudayaan di Selatan berkembang pesat, tetapi kekuatan Utara sering kali datang dengan tiba-tiba dan cepat, bagai badai yang tidak terduga, lalu membunuh, merampas, memerkosa, dan menghilang, menyisakan puing-puing rumah yang mereka bakar. Oleh karena itu, orang-orang Selatan takut sekali kepada para penunggang kuda. Mereka menemukan bahwa kuda tidak bisa melompat lebih dari 3 m, maka 3.000 tahun yang lalu, mereka membangun tembok besar, yaitu Great Wall of China, yang tingginya lebih dari 3 meter. Tetapi baru pada tahun 228 SM, kaisar pertama Tiongkok memerintahkan untuk menyatukan kepingan-kepingan tembok itu menjadi satu kesatuan dengan panjang lebih dari 6.000 km, menjadi satu-satunya bangunan yang bisa dilihat dengan mata telanjang dari bulan.

Kuda memiliki kekuatan yang besar, bagaikan orang liar yang tidak dapat dikendalikan. Itu sebabnya manusia perlu mengendalikan kemauannya dengan rasio. Tetapi menurut Schopenhauer, rasio adalah budak dari keinginan. Orang yang menginginkan sesuatu dengan kuat, cenderung tidak memikirkan hal itu dengan cermat dan mencari alasan yang tepat sebelum melakukan. Ia cenderung melakukan dulu, baru mencari alasan kemudian. Menurut Schopenhauer, kemauan adalah bos kita. Martin Luther lebih tajam lagi melukiskan: Rasio adalah pelacur. Saat pelacur bersetubuh dengan pria, ia menunjukkan seolah-olah begitu mencintai pria itu, padahal semua itu hanya pura-pura untuk mendapatkan uang. Jadi, pria yang tidur dengan pelacur merasa seperti ia mendapatkan cinta dan kepuasan seksual, padahal ia hanya menggunakan uangnya untuk membeli cinta yang palsu. Begitu juga dengan rasio manusia, yang mau menyetujui semua ajaran bahkan ajaran yang menyeleweng dari Kitab Suci. Oleh karena itu, rasio tidak dapat diandalkan. Bahkan sekalipun ia sudah menyatakan komitmen kepada Tuhan, ia tetap masih bisa menyeleweng. Dan ketika ditegur, ia akan mengeluarkan berbagai alasan. Akibatnya, manusia sering menyesal. Maka Plato mengatakan bahwa orang yang dikuasai oleh nafsu adalah orang rendahan.

Tingkat kedua bagi Plato adalah orang yang lebih tinggi moralnya, yang dikendalikan oleh perasaannya. Orang Yunani mengatakan bahwa alam telah membuat hati manusia di atas alat kelaminnya, maka seharusnya manusia mengontrol nafsu seks dengan cinta yang murni, tidak boleh sebaliknya, yang membuat ia bagaikan binatang. Maka nafsu manusia harus dikuasai oleh emosi yang murni.

Tetapi tingkat ketiga, orang yang paling tinggi moralnya dalam ajaran Plato adalah orang yang meletakkan emosinya di bawah kontrol akal sehat. Jadi, orang yang dapat menggunakan rasionya untuk mengontrol emosinya, dan menggunakan emosinya untuk mengontrol kemauannya, adalah orang yang paling agung. Ini adalah sesuai dengan aturan alam, di mana otak terletak di paling atas, jantung (heart) di tengah, dan alat kelamin di bawah. Itu sebabnya, filsafat (philo + sophia = cinta kebijaksanaan) ingin agar kita menggunakan otak untuk menguasai emosi dan emosi untuk menguasai keinginan. Dengan demikian keinginan kita tidak menguasai hidup kita.

Keinginan Menurut Hukum Kesepuluh

Di dalam hukum kesepuluh, Tuhan ingin kita mengontrol keinginan. Maka kita tidak bisa menganggap sepi hukum ini, karena di dalamnya tersimpan makna yang sangat mendalam. Sekalipun ada bagian-bagian yang juga diajarkan oleh agama lain, tetapi hukum ini disampaikan oleh Tuhan Allah, Pencipta alam semesta, untuk mengatur manusia.

Tuhan memerintahkan kita untuk mengontrol keinginan dan nafsu kita. Tetapi bagaimana mengontrolnya? Jawabannya tidak terdapat di dalam Perjanjian Lama, melainkan di dalam Perjanjian Baru. Elemen buah Roh Kudus yang terakhir adalah penguasaan diri. Pikiran manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa selalu dikontrol oleh kemauannya. Maka manusia yang ingin meniadakan keinginannya, karena ingin masuk ke nirwana, tetap akan memilikikeinginan. Di sini keinginan tidak mungkin bisa ditiadakan. Tidak bisa dibayangkan jika manusia tidak memiliki keinginan. Keinginan adalah elemen dasar pembentuk suatu pribadi. Seseorang boleh dan harus memiliki keinginan. Ia boleh memiliki keinginan untuk maju, keinginan untuk menjadi pemimpin, keinginan untuk melayani Tuhan. Allah yang meletakkan keinginan di dalam hati manusia, sehingga itu tidak boleh ditiadakan. Tuhan Yesus mengajarkan, “Jika engkau ingin menjadi besar, jadilah hamba semua orang.” Tuhan bukan meniadakan keinginan, tetapi mengarahkan keinginan ke jalur yang benar. Orang yang ingin menerima mahkota sorgawi, dia harus memikul salib dahulu; orang yang ingin dibangkitkan, harus mau mati dahulu, karena tidak ada kebangkitan tanpa melalui kematian. Prinsip-prinsip Alkitab menegaskan bahwa orang boleh saja memiliki keinginan. Itu tidak salah. Ajaran ini berbeda dari ajaran agama lain yang mengharuskan manusia meniadakan keinginan. Maka, intinya, kita harus memiliki keinginan yang dikuduskan.

Ada banyak orang Kristen, termasuk Reformed, yang mencampuradukkan visi dan mimpi. Visi bukanlah mimpi dan mimpi bukan visi. Namun, di balik itu, para motivator, sekolah, partai, gembar-gembor tentang visi dan misi, yang membuat bulu kuduk saya berdiri. Bagi saya, orang yang tidak mengenal Allah, tidak berhak menggunakan istilah ini. Visi hanya dari Tuhan, yang membukakan isi hati-Nya kepada orang-orang tertentu untuk menjalankan kehendak-Nya. Maka orang dunia yang memakai kata ini telah menghujat istilah yang penting ini. Ia menggunakan istilah yang agung, yaitu visi, untuk menggantikan istilah yang buruk, yaitu nafsunya, ambisi pribadinya, keinginannya, dan mimpinya.

Orang seperti Yonggi Cho menawarkan doa yang divisualisasikan. Kita bisa memvisualisasikan (membayangkan keinginan kita sampai terbayang jelas di pikiran kita) apa yang kita inginkan dan memintakannya kepada Tuhan, maka Tuhan akan mengabulkan permintaan kita. Ini adalah hujatan melawan kehendak Tuhan. Dia tidak mengajarkan bagaimana berdoa untuk taat kepada Tuhan, tetapi memaksa Tuhan untuk taat pada keinginannya dengan bersembunyi di balik istilah yang begitu suci, yaitu berdoa. Ini adalah tindakan yang sangat kurang ajar terhadap Tuhan. Mereka melandaskan kepastian pengabulan doa dengan dua dasar. 1) Allah Maha Kuasa, sehingga Dia bisa melakukan apa saja. Tetapi di sini kita melihat Allah yang begitu maha kuasa berhasil dikuasai dan didikte oleh keinginan manusia dengan doanya. Doa yang benar, yang didasarkan pada kemahakuasaan Allah, harusnya seperti Doa Bapa Kami, “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” Yonggi Cho dan para penganutnya lebih suka, “Jadilah kehendakku, di sorga seperti di bumi.” Oleh karena itu, gereja yang mengutamakan kehendak Tuhan tidak diminati banyak orang, sementara gereja yang mengutamakan keinginan diri, jemaatnya bertambah dengan cepat.

Tetapi saya tidak akan berkompromi dalam memberitakan firman Tuhan, meninggikan salib Kristus, menantang orang-orang yang mengasihi Tuhan untuk memikul salib menggenapkan rencana dan keinginan Tuhan. 2) Janji Tuhan. Di Alkitab, Tuhan Yesus pernah berjanji, “Apa pun yang kamu minta kepada Bapa di dalam nama-Ku akan diberikan kepadamu.” Allah pasti akan menggenapkan janji-Nya. Ayat ini tidak bermaksud demikian. Ayat di dalam Yohanes 15:16b ini adalah sebagian dan merupakan suatu janji di balik penugasan yang Tuhan Yesus berikan. Ayat itu hanya diperuntukkan bagi mereka yang dipilih dan ditetapkan Allah untuk pergi dan menghasilkan buah yang tetap, orang yang hidupnya sungguh-sungguh menjalankan keinginan Tuhan, bukan keinginan dirinya.

Ayat ini dimaksudkan untuk memberikan batasan bahwa doa yang dikabulkan harus di dalam perkenanan Tuhan Yesus sehingga di dalam nama-Nya doa itu dikabulkan. Kalau Tuhan tidak setuju dan doa itu tidak sesuai dengan keinginan dan kebenaran-Nya, maka Ia berhak untuk menolak doa itu, bagaikan tanda tangan persetujuan permintaan barang. Jika penanggung jawab tidak mau menandatangani bon pembelian, tidak ada dana yang akan dikeluarkan untuk itu. Iman bukanlah sarana pemaksa Tuhan, iman adalah dasar ketaatan kita kepada Tuhan. Ini yang membuat kebaktian doa gereja yang sejati sepi pengunjung (bukan berarti gereja yang kebaktian doanya sepi pengunjung pasti gereja sejati) dan gereja yang tidak beres kebaktian doanya ramai sekali, karena semua sibuk menuntut keinginannya dikabulkan. Lalu orang luar mengira gereja yang terlihat begitu serius berdoa adalah gereja yang rohani dan beriman.

Hukum kesepuluh menekankan masalah keinginan manusia. Bagaimana kita menggunakan keinginan kita? Adakah yang membatasi keinginan tersebut? Ya, batasan itu adalah relasi antara pribadi dengan pribadi lainnya. Caranya adalah kita tidak boleh menginginkan milik orang lain. Hukum ini selain membahas batasan keinginan kita, juga membahas hak milik orang lain. Inilah inti dari hukum kesepuluh yang akan dibahas kemudian.

SEPULUH HUKUM TAURAT:“Jangan mengingini rumah sesamamu; janganmengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, ataulembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."  (Keluaran 20:17)

Sepuluh Hukum berbeda dari hukum negara manapun di sepanjang zaman, karena hukum dunia adalah produk dari pikiran manusiayang dicipta, terbatas, dan tercemar oleh dosa. Tiga unsur ini menyebabkanhukum negara tidak mungkin netral. Friedrich Nietzsche mengatakan bahwa hanyaada dua dasar hukum: 1) hukum yang ditetapkan oleh orang kuat untuk mengekangorang lemah, yang menyebabkan adanya diktator yang berbuat sewenang-wenang dan2) hukum yang ditetapkan oleh orang lemah untuk mengekang orang kuat.

Dalamwawancara dengan Reuters, saya mengungkapkan dua hal yang membuat Inggris darinegara kecil bisa menjadi negara besar:

1). Magna Charta, hukum dunia pertama yang mendeklarasikanraja harus tunduk pada hukum, sehingga tidak ada yang kebal hukum. Seorangprofesor Post-Doctorate Study di Beijing berkata, “Yang Cina butuhkanadalah Allah, yang melampaui semua otoritas mutlak pemerintah, karena sejak the first emperor, Qin Shi Huangdi, sampai Mao Zedong,pemerintah memegang kekuasaan mutlak, rakyat dijadikan korban. Meski saya bukanKristen, tetapi saya tahu bahwa solusi untuk masa depan Cina hanya satu, yaituTuhan yang adil dan berkuasa atas segalanya.”

Ini adalah diagnosa yang sangat jeli, jujur,dan sekaligus menawarkan solusi yang tepat bagi negara besar ini. Penguasa yangtidak mengenal Tuhan selalu merasa dirinya adalah Tuhan, lalu menyengsarakanrakyat. Hal seperti ini tidak ada di dalam Alkitab. Alkitab menyatakan bahwaYesus, Raja di atas segala raja, Tuhan di atas segala tuhan, Nabi di atassegala nabi, Imam di atas segala imam, ketika datang ke dunia, justru lahir dipalungan, disalibkan, dan dikuburkan di kuburan pinjaman, bahkan hanya satukali masuk ke Yerusalem dengan menunggang keledai, bukan kuda. Ini memberikanteladan terbaik bagi penguasa dalam menjalankan pemerintahan yang adil.

2). Semangat toleransi.Jika penguasa tidak memberikan toleransi kepada rakyat, ketidakadilan akanterus terjadi. Negara yang mayoritas Islam menindas orang Kristen yangminoritas. Begitu juga di Abad Pertengahan, Kristen yang mayoritas menindasorang-orang yang berbeda pendapat dengannya. Itu sebabnya kita harus memilikipengertian adil yang melampaui konsep adil yang ada di dalam rasio yangdicipta, yang terbatas, dan tercemar dosa ini. Kita harus kembali kepada konsepkeadilan dari takhta Allah.

SepuluhHukum sangat penting. Sekalipun ini tertulis di dalam Perjanjian Lama, tetapiesensinya berlaku secara kekal. Paulus dalam Roma 7 menyatakan bahwa melaluiHukum Taurat kita mengenal kebajikan Allah, kesucian Allah, dan kebenaranAllah. Ini tiga unsur yang harus ada di dalam hukum mana pun di dunia. Tetapifaktanya, hanya Tuhan Yesus seorang yang sanggup mewujudkannya. Misikedatangan-Nya bukan untuk meniadakan Hukum Taurat, tetapi menggenapinya.

SepuluhHukum memiliki makna yang lebih dari sekadar makna harfiah. Inti dari hukumkesepuluh adalah jangan serakah, jangan menginginkan sesuatu yang bukanmilikmu. Ini adalah dasar dari hak milik, suatu landasan dari hak asasi manusiadi sepanjang zaman yang melindungi kepemilikan pribadi. Komunisme menganutpaham kepemilikan bersama. Engkau boleh memakai barangku dan aku juga bolehmemakai barangmu. Niat awalnya adalah ingin menciptakan keadilan sosial, tetapisaat diterapkan malah menjadi malapetaka besar bagi masyarakat. Misalnya, dalamfilsafat Plato kepemilikan bersama bukan hanya pada harta, tetapi juga istri.Tentu ini konsep moral yang rusak. Alasannya adalah bangsa akan menjadi kuatkalau memerhatikan eugenic (keturunan atau bibit unggul). Caranyaadalah pria pintar harus menikah dengan wanita pintar untuk menghasilkan anakpintar. Maka kalau pria pintar hanya dimiliki oleh seorang istri, tentu akanmerugikan bangsa. Juga kalau istri pintar hanya dimiliki seorang suami tentusayang. Jadi bukan hanya harta yang menjadi milik bersama, tapi termasuk jugaistri.

Kepemilikan bersama sepertinya jugadiajarkan di Alkitab, yang menjadi ciri jemaat mula-mula. Mereka melakukan itukarena berasumsi bahwa Tuhan Yesus akan segera datang kembali, tetapi setelahsatu generasi, mereka melihat bahwa sistem itu membuat orang malas akan menjadisemakin malas dan lari dari kewajiban untuk bekerja. Maka, Paulus mengajarkanbahwa barang siapa yang tidak bekerja, dia tidak usah makan. Artinya, orangmalas tidak berhak untuk ikut menikmati hasil jerih lelah orang lain. Beberapaorganisasi misi pernah menjalankan pole system yaitusemua persembahan disatukan dan dibagi rata. Akibatnya mereka yang malas danyang kerja keras mendapatkan honor yang sama. Cara seperti ini tidak sesuaidengan ajaran Alkitab. Tuhan tidak menciptakan manusia sama rata. Ada yanglebih pandai, ada yang kurang pandai; ada yang lebih sehat, ada yang kurangsehat. Jadi pernyataan “men are created equal (semuamanusia dicipta sama)” bukanlah ajaran Alkitab, melainkan ajaran deisme yangsangat berpengaruh dalam proses kemerdekaan Amerika Serikat. Plato mengatakanbahwa setiap orang bekerja menurut talenta yang ia miliki. Itu berarti, Platomengakui manusia tidak dicipta sama rata dalam hal talenta, penampilan,kemampuan, dan lain-lain.

Jadi, bagaimana kita mengerti keadilan didalam Alkitab? Yesus berkata, “Barang siapa diberi banyak, ia dituntut banyak;barang siapa diberi sedikit, dituntut sedikit.” Konsep keadilan yang palingtepat dan sempurna bukanlah pada talenta yang dia miliki, tetapi pada tanggungjawabnya kepada Tuhan akan bagaimana ia menggunakan semua talenta itu.

Setelahmengajar filsafat selama 30 tahun lebih dan membandingkan banyak pemikiranmanusia yang dicipta, terbatas, dan tercemar, dengan prinsip firman Tuhan yangsempurna, saya menemukan perbedaan kualitatif yang besar, bukan sekadarperbedaan kuantitatif. Syukur kepada Tuhan karena konsep adil di dalam Alkitabadalah prinsip keadilan yang dinamis (the dynamic principle of justice),bukan statis. Berapa yang kita terima, harus kita pertanggungjawabkan kepadaAllah bagaimana kita menggunakannya. Di dunia ada orang lebih kaya atau lebihmiskin. Bukan berdosa kalau seseorang menjadi lebih kaya. Tetapi orang kayaharus meneliti bagaimana ia mendapatkan kekayaannya, dan bagaimana iamengunakan kekayaan tersebut. Inilah tanggung jawabnya. Kalau ia mendapatkannya dengan jujur, bekerja keras, ia berhak mendapatkan perlindungan atas miliknyadan tidak ada orang lain yang berhak merampasnya. Inilah dasar pemikiran hukumkesepuluh.

Hak kepemilikan pribadi diterapkan oleh negara yang beradab. Seseorang memiliki hakuntuk memilih pasangan hidupnya, hak bekerja dan mendapat untung yang wajarlewat jalur dan prinsip yang benar dengan memakai cara yang benar, dan hakmemakai hartanya, termasuk mendapatkan perlindungan hukum atas hartanya. Itulahsebabnya hukum kesepuluh dijadikan dasar Deklarasi PBB dalam hal kepemilikanpribadi. Janganlah kita memandang bahwa Alkitab adalah kitab kuno yang sudahtidak laku, berisi omong kosong, karena prinsip Alkitab yang paling dasar danpaling penting melestarikan manusia.

Hukumkesepuluh mengajarkan kita bahwa adalah legal untukmemiliki kekayaan dan keluarga. Ini bertolak belakang dengan ajaran komunismeyang tidak memiliki dasar. Saat komunisme datang, orang kaya lari; saatkapitalisme datang, orang miskin menderita. Tidak ada sistem dunia yangsempurna, karena sistem dunia adalah produk pikiran manusia berdosa. Untuk itukita perlu berpaling kepada firman Tuhan, melihat cara Allah menangani,mengontrol, membina manusia di dalam mengatur masyarakat, karena Allah adalahsatu-satunya Pencipta semua manusia. Alkitab tidak mengajarkan kita untukkompromi dengan orang kaya ataupun membela orang miskin. Keduanya harussama-sama patuh kepada firman Tuhan. Di sini pengertian “men arecreated equal” berarti manusia sama rata dan harus tunduk kepadafirman Tuhan. Maka prinsip keadilan dalam tanggung jawab jauh lebih pentingdari pengertian akan keadilan dalam banyaknya talenta yang diberikan. Manusiamencoba membangun konsep keadilan, akhirnya tidak seperti Alkitab karenamanusia berdosa.

Platomengatakan, “Orang yang mengetahui apa itu besar, apa itu kecil, mengertihubungan antara yang kecil dan yang kecil, yang besar dengan yang besar, yangkecil dengan yang besar, adalah orang bijak. Aku bersedia mengikuti dia seumurhidupku.” Plato berguru pada Socrates sejak usia 20 tahun. Ia meninggalkangurunya di usia 28 tahun, ketika gurunya dihukum mati karena menegakkankebenaran. Ia berkata, “Aku tidak memperkenankan demokrasi membunuh geniuskedua, yaitu diriku.” Maka ia pergi meninggalkan Athena, mengembara 13 tahun keIndia, Arab, Mesir, dan Yudea, baru kembali ke Athena mendirikanAcademia. Sekolahnya memiliki banyak murid, tetapihanya memiliki satu otak, yaitu Aristoteles. Maka eugenic sangat penting bagi Plato. Namun,bagaimana pandainya Socrates, Plato, dan Aristoteles, mereka tetap memilikikelemahan, sehingga filsafat mereka tidak dapat disejajarkan dengan Kitab Suci.

Hukumkesepuluh telah dipakai oleh PBB sebagai dasar melindungi hak kepemilikanpribadi. Sungguh ironis jika baru sekitar beberapa tahun ini komunisme di Cinamembahas tentang hak kepemilikan pribadi. Mereka tertinggal 3.500 tahun dariMusa. Namun, pembahasan di Cina ternyata bermotivasi agar kekayaan hasilkorupsi yang mereka dapat jangan disita. Ini bukanlah motivasi yang suci danadil. Kita perlu minta kebijaksanaan Tuhan untuk jeli melihat rasio orangberdosa, sadar bahwa setiap orang membutuhkan keselamatan, harus bertobat, dankembali kepada Tuhan. Setiap kita tidak akan lolos dari takhta penghakimanAllah.

Hukum kesepuluh berbicara tentang hakkepemilikan harta pribadi, tetapi juga bagaimana mengelola harta tersebut. Dinegara yang diwarnai oleh kekristenan, ada dermawan-dermawan besar, sepertiBill Gates dan Warren Buffet, yang rela menyerahkan uang puluhan miliar dolaruntuk orang miskin. Ketika terjadi tsunami di Aceh, orang-orang kaya di sanatidak memberikan bantuan. Pada saat itu Raja Arab sedang berlibur dengankeluarganya di laut Mediterania, menghabiskan puluhan juta dolar, dan hanyamemberi sumbangan tiga juta dolar. Sebaliknya, dukungan sumbangan besar datangjustru dari orang Kristen, orang Buddha, dan bukan dari orang Islam, ini karenaiman Kristen menghasilkan orang-orang yang bisa lebih memerhatikan keadilansosial secara meluas.

Bersyukurlahuntuk harta yang engkau miliki, dan jangan menggunakannya untuk kepentingansendiri. Ingatlah ada orang lain yang membutuhkan. Dalam kitab Amsal dikatakan,“Jika engkau diberi kelebihan, ingatlah orang lain yang seharusnya layak untukdiberi.” Tetapi siapakah yang layak diberi? Bukan orang yang tidak mau bekerjadan terus merasa diri perlu dibantu. Orang yang harus dibantu justru adalahorang-orang yang sudah bekerja keras, tetapi masih belum sanggup untukmencukupi kebutuhan dasar hidupnya, dan bahkan tidak pernah minta dibantu. Didunia ini ada orang-orang yang meskipun hidupnya tidak cukup, tetap berusahamengenakan pakaian bersih dan rapi; tetapi ada juga orang yang sudah kaya,tetapi mendandani diri seperti orang miskin, berpakaian compang-camping danminta sedekah, supaya orang berbelaskasihan. Rektor saya mengatakan, “Janganberpakaian lusuh sehingga memberi kesan miskin dan membutuhkan bantuan.”Bantulah orang yang sudah bekerja keras, tetapi masih berkekurangan, dan tidakpernah mau membuka mulut untuk meminta sedekah. Kita harus hemat, tetapi beranimemberi. Saya tidak pernah beli tiket pesawat kelas bisnis, tidak pernah masukrestoran mahal dengan inisiatif sendiri, kecuali diundang orang, hanya beberapakali setahun. Kalau pergi saya pilih makanan di tempat sederhana. Kalau adauang lebih saya pakai untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan.

Kitaboleh memiliki harta, tetapi tidak boleh mengingini harta orang lain. Itulahhukum kesepuluh. Antara milikmu dan milik orang lain ada garis pemisah yangtidak boleh dilanggar. Hukum kesepuluh mengajarkan kepada kita untuk mensyukuriapa yang Tuhan berikan, merasa puas atas milik kita. Ada orang mengatakan,“Ketika miskin bertanya, ‘Adakah yang akan kita makan?’ Setelah lebih kayabertanya, ‘Kita makan apa hari ini?’ Lalu ketika semakin kaya, ‘Kita makan dimana?’ Dan ketika kaya raya bertanya, ‘Siapa yang akan kita makan?’” Orang sukamemangsa perusahaan orang lain, juga menggaet pegawai orang dengan iming-iming honor yang berlipat ganda. Inipelanggaran hukum kesepuluh. Mungkin engkau berkata, “Kalau tidak pakai caraseperti itu mana mungkin bisa maju?” Saya tegaskan kepada Saudara bahwa sayabersih. Saya tidak pernah menarik pendeta gereja lain atau dosen theologi lainuntuk bergabung dalam gerakan ini dengan iming-iminghonorbesar. Perjuangan Gerakan Reformed Injili memang tidak mudah. Setiap langkahdikerjakan dengan bersama-sama berlutut, berdoa, dan berjuang. Orang yangmerebut milik orang lain dengan cara yang licik, melanggar hukum kesepuluh.Tuhan pasti akan menuntut balas keadilan-Nya kepada orang-orang demikian.

Sepuluh Hukum melestarikan masyarakat, memberikan rasa aman dan sejahtera kepada umatmanusia. Sepuluh Hukum dimulai dengan garis vertikal, baru kemudian garishorizontal; mulai dari takut akan Tuhan terlebih dahulu, baru mengasihi sesama.Dengan demikian, barulah kita bisa menjadi anak Tuhan yang baik, sampai Kristusdatang kembali.
SEPULUH HUKUM TAURAT
Amin.
Next Post Previous Post