SIAPAKAH KRISTUS ? Sifat & Karya Kristus
Pdt. DR. Stephen Tong.
PRAKATA : SIAPAKAH KRISTUS ? Sifat & Karya Kristus
Siapakah Kristus? Pertanyaan ini merupakan sebuah pertanyaan yang paling kontraversial dalam sepanjang sejarah, sebab kehadiran Kristus dalam sejarah merupakan suatu tantangan bagi eksistensi manusia. Sejarah telah membuktikan bahwa sejak Kristus berada di dalam dunia ini sampai sekarang tidak kurang dari berjuta-juta orang yang mencintai Dia rela mati bagi Dia. Sedangkan orang-orang yang membenci Dia bukan saja membunuh Dia, tetapi juga merencanakan pemusnahan dari pengaruh yang telah diberikan-Nya dari dalam otak manusia. Tetapi sejarah juga telah menunjukan ada begitu banyak orang yang semula membenci Dia berbalik menjadi orang-orang yang sangat mencintai Dia, dan sebaliknya hanya ada sedikit, bahkan sangat sedikit orang yang semula mencintai Dia lalu berbalik membenci-Nya.
Dinasti-dinasti dan pemerintah-pemerintah Anti Kristus menjadi kewalahan dalam usaha mereka untuk menumpas kekristenan, bahkan sebagai akibat dari keinginan mereka itu secara langsung maupun tidak langsung justru kekuasaan mereka sendiri yang tertumpas.
Tidak ada seorang pun yang dapat menilai berapa besar kerugian yang dihadapi manusia jika seandainya Kristus tidak pernah datang ke dalam dunia ini.
Benarlah perkataan Napoleon ini, “Hannibal, Alexander the Great, Charlemagne adalah orang-orang yang memiliki kuasa militer yang sangat besar, tetapi kebesaran ini tidak terlepas dari keadaan yang bersandar kepada senjata dan akhirnya kami akan menjadi pudar di bawah geseran sejarah”. Hanya Kristus yang tidak mempunyai pisau dan pedang telah menggerakkan begitu banyak sukarelawan dan sukarelawati yang tidak pernah habis dalam sepanjang sejarah dalam membela kebenaran dan mati bagi-Nya. Benarlah perkataan Immanuel Kant, “Manusia harus berjuang menuju summum bonum”, tetapi sesungguhnya Orang Nazaret (Yesus) itu sudah mencapainya. Benarlah perkataan Goethe, “Walaupun gelombang kebudayaan manusia meningkat terus, tak mungkin melampaui sinar etika yang dipancarkan oleh hidup Kristus”.
Siapakah Kristus? Apakah hubungan-Nya dengan Anda? Jikalau Dia mengatakan ”Akulah Jalan, dan Kebenaran dan Hidup”, sebuah perkataan yang tidak boleh dan tidak akan pernah dapat dikatakan oleh siapapun juga, mengapa Anda tidak mencoba mengenal-Nya dan menerima kebahagiaan sejati yang berasal hanya dari pada-Nya?
Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13 : 8).
Jakarta, Januari 1992
Pdt. Dr. Stephen Tong
BAB I : SIAPAKAH KRISTUS ? Sifat & Karya Kristus
SIAPAKAH KRISTUS ?
Pertanyaan “Siapakah Kristus?” merupakan tema yang paling kontraversial dan menarik perhatian. Waktu Kristus berada di dalam dunia. Ia mempunyai pengagum dan pecinta yang luar biasa dan sampai Kristus mati di atas kayu salibpun, para pengikut-Nya tidak takut bahaya dan tetap mengelilingi Dia. Pada waktu Kristus berada di dalam dunia, ada juga orang-orang yang begitu membenci Dia dan bertekad untuk tidak akan melepaskan Dia, sampai membawa-Nya ke lubang kubur. Orang-orang ini merasa sangat tersinggung dengan keberadaan dan kata-kata yang diucapkan-Nya.
A. Konflik Kebudayaan
Di dalam buku Richard Niebuhr yang berjudul “Christ and the Culture”, ada satu kalimat yang mengatakan : “Apakah sebabnya orang Yahudi harus membunuh Kristus? Bukankah Ia orang Yahudi dan dilahirkan dalam silsilah yang dapat ditelusuri dengan pasti. Dan kalau kita mau mengaku dengan jujur, maka tidak ada seorang Yahudi yang mempunyai pengaruh lebih besar dari Kristus,” Mengapa Kristus harus disalibkan di bawah tangan orang-orang Romawi yang begitu kejam dan keji? Richard Niebuhr berpendapat bahwa Kristus merupakan ancaman untuk kebudayaan orang-orang Yahudi. Jika Kristus hidup, maka kebudayaan Yahudi harus mati; jikalau mau mempertahankan kebudayaan Yahudi maka Kristus harus mati. Di antara kedua ekstrim ini, bagaimana bisa dicapai keseimbangan? Akhirnya orang-orang Yahudi memutuskan bahwa Kristus dibunuh di atas kayu salib supaya kebudayaan Yahudi tetap bertahan.
Sampai di manakah terjadi suatu konflik yang tidak kita sadari sehingga pada detik-detik tertentu kita merasakan keberadaan Kristus sangat mengancam keberadaan kita? Apakah kita pernah menemukan momen-momen seperti itu sehingga Yesus yang kita rindu, yang kita puji, yang kita sembah dan kita ikuti, menjadi ancaman bagi diri kita? Apakah hal ini membuat kita menyesal menjadi orang Kristen, atau merasakan adanya kesulitan yang terlalu besar jika kita tetap mengakui iman kita. Iman Kristen mungkin membawa kita kepada suatu saat yang kontraversil sehingga pada saat itu kita tidak tahu harus bagaimana dan akhirnya kita seperti orang Yahudi yang memaku Dia. Apakah kita sadar bahwa Kristus lain dengan yang lain? Bukankah Kristus dibuang, dibunuh, dikuburkan, tetapi pada hari ketiga Ia bangkit?
B. Konflik Pemikiran
Pikiran manusia yang dicipta oleh Tuhan tidak sama dengan kebenaran Allah itu sendiri. Ada banyak orang yang memperilah pikirannya sendiri dan menganggapnya sebagai satu-satunya kebenaran, padahal pemikiran manusia itu terbatas, mengalami proses pertumbuhan; sehingga tidak mungkin sama dengan kebenaran Allah. Pada waktu orang-orang bergumul dengan pengetahuan. Maka John Locke seorang filsuf Inggris, membagi-bagi sistem pengetahuan menjadi tiga, yaitu :
-. Pengetahuan yang masuk akal (Rasionil)
-. Pengetahuan yang tidak masuk akal (Kontra rasionil)
-. Pengetahuan yang melampaui akal (Supra rasionil)
Sejak zaman Yunani kuno, hal pertama dan kedua sudah dimengerti secara samar-samar – jadi manusia mengerti dari dua jalur; pertama adalah jalur pemikiran yang bertanggungjawab dan bisa diterima oleh rasio, dan kedua adalah jalur pemikiran yang tidak bertanggung jawab, yang tidak bisa diterima oleh rasio. Apakah seluruh pemikiran manusia memang terdiri dari dua jalur ini saja? Jika memang demikian, maka manusia mau atau tidak mau sudah tidak bisa terlepas daripada memperilah pikiran manusia. Bukankah dengan hanya mempunyai dua jalur demikian, maka manusia menganggap bahwa yang masuk akal pikirannya adalah yang paling benar dan yang tidak masuk adalah hal yang pasti salah? Adakah kebenaran bisa diukur hanya melalui rasio? Kecelakaan dan kesalahan yang berulang-ulang dalam sejarah pemikiran manusia adalah memperilah rasio. Barang siapa memperilah rasionya, ia akan menolak segala sesuatu yang melampaui kesanggupan daya tamping rasio. Orang semacam demikian mungkin masuk ke dalam gereja dan menganggap dirinya percaya kepada Allah; tetapi sebenarnya orang itu percaya kepada pikirannya sendiri sebagai Allah, karena ia berusaha menyesuaikan kebenaran Allah dengan konsepnya sendiri.
John Locke mengemukakan tentang hal yang supra rasionil, dan ini berarti bahwa rasio tidak boleh diperilah, diperdewa, dimutlakkan seperti Allah, tetapi kita mengaku bahwa rasio manusia terbatas. Bagaimanakah mengetahui dan membedakan hal-hal antara kontra rasionil dengan hal-hal yang supra rasionil? Kesulitan bagi banyak kaum intelektual adalah mereka mengira bahwa hal-hal yang tidak rasionil adalah hal yang kontra rasionil, dengan demikian hal-hal yang kontra rasionil dicampur aduk dengan hal yang supra rasionil. Dari pengenalan semacam ini maka kita dapat melihat mereka menganggap dirinya pandai, akan selalu membuang dirinya di luar anugerah Tuhan. Orang seperti itu menganggap bahwa Injil Tuhan Yesus itu kuno, tidak masuk akal dan tidak bisa dipercaya. Mereka tidak tahu bahwa rasio manusia itu terbatas dan bahwa Allah sanggup melakukan pekerjaan-pekerjaan yang jauh melampaui rasio. Tapi dalam lingkup kekristenan sendiri, begitu banyak orang yang menafsirkan Alkitab tanpa pengertian yang sesuai dengan Alkitab, merusak doktrin-doktrin yang paling penting dalam iman Kristen dan menganggap dirinya melayani Tuhan. Paulus berkata: “Pahamilah kasih Kristus dan ketahuilah bahwa ini melampaui pengertian.” Pengetahuan tentang pengetahuan yang melebihi pengetahuan sudah ada dalam Alkitab, jauh sebelum John Locke mengemukakan teorinya, kekristenan bukan hal kosong.
Siapakah yang mengatakan bahwa kekristenan itu terlalu kuno dan bahwa filsuf itu jauh lebih pandai dari pengajaran Alkitab? Alkitab jauh lebih pandai dari pengajaran para filsuf manapun! Setelah mengajar filasafat selama 20 tahun, menyelidiki, membaca dan membanding-bandingkan antara pengajaran Alkitab dan filsafat, yang lebih tinggi nilainya dari Kitab Suci. Setelah prinsip ini kita ketahui, baru kita tahu bagaimana mempertanggungjawabkan pengertian kita tentang Kristus dengan konsisten.
Kita tidak memakai istilah Yesus, tetapi Kristus, karena istilah Yesus adalah istilah yang umum pada zaman itu. Tetapi istilah Kristus langsung memberi arti Satu-satunya yang diutus Allah dengan pengurapan khusus, menjadi satu-satunya pengharapan dunia dan Juruselamat. Istilah Yesus berarti Juruselamat, istilah Kristus berarti Yang Diurapi. Maka yang diurapi oleh Tuhan untuk menyelamatkan dunia disebut Yesus Kristus. Nama Yesus merupakan nama yang popular dipakai oleh umum. Tetapi setiap kali pada waktu Rasul Paulus menulis mengenai Yesus selalu dengan sebutan Tuhan Yesus atau Yesus Kristus, atau Yesus Kristus Tuhan kita, atau Kristus Yesus Tuhan kita. Ini berarti menegaskan sifat Kristus dan karya Kristus yang unik, berbeda dari yang lain. Itu sebabnya jika kita berdoa dalam nama Yesus Kristus atau dalam nama Yesus Tuhan kita, kita sama-sama mengucapkan Amin. Ini berarti membedakan dengan mereka yang menerima seorang yang bernama Yesus dengan kita yang beriman menerima karya yang dikerjakan oleh Kristus.
Apakah dengan menyebut diri-Nya sebagai anak Manusia maka Kristus menjadi lebih rendah daripada Anak Allah? Tidak. Manusia adalah biasa, Allah tidak ada bandingnya. Manusia banyak, Allah hanya satu. Manusia relative, Allah mutlak. Manusia dicipta, Allah mencipta. Tapi Kristus menyebut diri sebagai Anak Manusia, karena Dia sudah berada dalam dunia ciptaan. Dia masuk, menerobos, hidup, dan berada dalam lingkaran ciptaan. Tetapi sebenarnya Dia adalah Pencipta. Sementara Dia ada dalam dunia ciptaan, Dia menyebut diri sebagai Anak Manusia.
C. Konflik Tentang Keberadaan Allah
Mengapa orang Timur harus percaya Yesus yang adalah orang Barat? Bukankah lingkungan kita penuh dengan kelenteng dan berhala-berhala, mengapa harus ke gereja? Siapakah Yesus? Jika di Asia ada orang-orang saleh seperti Confusius, Tagore, Radha Khrisnan, Gandhi, Mensius, Shinto, Zen Budhisme, mengapa orang Timur perlu percaya Yesus? Bukankah Yesus disembah orang Amerika dan Eropa? Mengapa orang Asia ikut orang orang Barat menyembah Yesus? Kalau setiap tempat mempunyai sifat agama sendiri, kenapa harus kita kembali kepada Yesus baru kepada Bapa? Bukankah setiap suku bangsa mempunyai cara beribadat sendiri-sendiri?
Mempelajari banyak pendapat-pendapat orang mengenai agama, membuat pikiran kita begitu penuh. Mengapa harus percaya kepada agama, dan kalau memegang agama kenapa harus kepada Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang Tunggal? Bukankah semua pendiri agama dilahirkan sebagai bayi biasa? Yesus juga demikian. Tetapi justru keunikan Alkitab adalah berani mengatakan bahwa Ia dilahirkan oleh seorang anak dara. Perempuan yang belum menikah bisa mengandung dan oleh malaikat disuruh memberi nama Yesus kepada bayi yang akan dilahirkannya. Tidak ada satupun pendiri agama yang kelahirannya dicatat seperti ini.
Pikiran manusia sering melawan Alkitab dan mengatakan bahwa ini hanya sekedar tulisan pengikut Yesus. “Bukankah pena penulis Alkitab dipegang oleh manusia dan hal itu ditulis atas kemauannya sendiri?”, demikian argumentasi mereka. Tapi dengan pengertian seperti itu, timbullah satu pertanyaan yang lain: “Kalau memang Alkitab ditulis oleh manusia, kenapa tidak ada kitab-kitab suci dari agama lain yang berani menulis seperti Alkitab? Apakah karena kebetulan penulis Alkitab itu seorang pemberani? Kalau ini karena keberanian, Mungkin. Tapi, mungkinkah Allah melakukan mujizat yang terbesar yang tidak mungkin diulangi lagi? Bahwa seorang dara melahirkan seorang anak tanpa melalui persetubuhan? Bila kita percaya pada Allah maka Allah itu pasti harus Allah yang Mahakuasa. Kalau Allah tidak berkuasa maka Ia bukan Allah. Jikalau doktrin Allah benar, percaya bahwa Ia Mahakuasa dan dapat melakukan segala sesuatu yang melampaui dalil natural maka hal itu adalah logis diterima.
Kita percaya bahwa Allah itu ada dan Allah tidak mungkin menjadi tidak ada hanya karena komunis percaya bahwa Allah tidak ada. Apakah Allah bisa menjadi ada kalau kita percaya Dia ada dan sebaliknya? Jika benar demikian maka Ia bukan Allah. Jika tidak ada Allah mengapa manusia bisa percaya tentang Allah? Kenapa manusia bisa berdebat tentang ada dan tidaknya Allah? Jadi, apakah keberadaan Allah yang menjadi sebab manusia berdebat, berfikir dan berdiskusi atau Allah ada sebagai akibat dari perdebatan, pemikiran dan hasil diskusi manusia? Keberadaan Allah adalah sebab sehingga manusia mulai berfikir tentang Allah, termasuk mempertanyakan kenapa Dia tidak kelihatan. Kalau Allah tidak kelihatan bagaimana membuktikan bahwa Dia ada? Maka keberadaan Allah menjadi bahan pemikiran, sumber rangsangan rasio dan diskusi serta perdebatan.
D. Konflik Tentang Ketuhanan Kristus
Ada satu orang yang berbeda dari orang lain, yang disebut Yesus Kristus, Siapakah Dia? Dari mana kita tahu Dia lain? Lahir, mati, cara bekerja, karya, pengaruh-Nya lain? Mau tidak mau harus kita selidiki dan pikirkan. Tidak mungkin kita singkirkan dan anggap tidak penting. Barang siapa dirangsang oleh Roh Kudus untuk memikirkan tentang Kristus tetapi menolak pasti satu saat akan ditarik kembali untuk memikirkannya.
Waktu Ia lahir tidak ada tempat menampung-Nya, waktu mati tidak ada tempat untuk dikubur. Ia harus meminjam tempat untuk lahir dan mati. Di antara kelahiran dan kematian-Nya Ia hidup dalam keadaan miskin dan papa. Tetapi sebelumnya sudah dinubuatkan akan dilahirkan dalam kitab Suci dilahirkan di kota Betlehem (Mi 5 : 1). Ia tidak dilahirkan di tempat agung dan dalam keluarga kaya, tetapi di dalam palungan. Alkitab mengatakan bahwa Ia terkadang tidak punya waktu untuk makan, tidak ada tempat untuk tidur. Seharusnya setiap orang yang membaca ayat-ayat itu meneteskan air mata karena ada seorang yang begitu tidak mempunyai hak asasi dalam hidup-Nya. Tetapi herannya, Orang inilah yang menentukan hidup matinya seluruh umat manusia dengan kuasa yang melampaui kematian dan kemenangan hidup.
Yesus tidak pernah mendirikan sekolah Kristen, ataupun satu kelas sekecil apapun untuk ruang kuliah. Tetapi gereja dan orang Kristen sepanjang Abad, mendirikan sekolah lebih banyak dari siapapun. Indonesia mengenal prinsip kedaulatan rakyat dari dasar kekristenan yang menjunjung tinggi Allah dan mengerti sifat hakiki manusia yang dicipta oleh Allah. Alkitab memberikan pengertian tentang bagaimana menghargai manusia. Reformasi menemukan kembali harkat manusia, dignity of man berdasarkan pengertian bahwa manusia diciptakan sebagai peta dan teladan Allah. Di dalam diri manusia kita melihat moral, kesucian, keadilan, hukum, rasio dan pengertian kebenaran dan inilah aspek-aspek penting dari keberadaan Tuhan yang dipancarkan melalui manusia. Demikianlah manusia menjadi makhluk yang memiliki sifat hukum, moral mempunyai rasio untuk mencari dan mungkin menemukan kebenaran dalam alam. Firman Tuhan memberi pencerahan terus dalam rangsangan pengertian kebenaran dalam kebudayaan manusia.
Agama juga menjadi rangsangan pembangunan arsitektur yang agung, Candi Prambanan yang tingginya 46m, Borobudur yang tingginya 36m dibangun tanpa pelekat dan berdiri batu atas batu, bukan untuk raja atau siapapun tetapi untuk tempat beribadah. Katedral di Jerman Utara tingginya 136m. Oelem 150m lebih didirikan ratusan tahun yang lalu tanpa beton karena mereka mau menyembah Yesus. Batu-batunya dari bawah ke atas tetap dengan ukuran yang tepat. Gereja di Milano atapnya memakai marmer Itali asli. Setiap tempat ada patung yang melukiskan orang suci yang mereka agungkan, tidak ada satupun yang sama.
E. Kasih Allah Turun Atas Manusia
Bayi yang lahir di kandang sekarang mendapatkan penyembahan di tempat yang begitu tinggi dan agung. Siapakah Dia? Setelah hampir 2000 tahun orang masih menyembah kepada-Nya? Dalam dunia ada satu manusia yang waktu hidup dihina, ditolak, disalibkan, tetapi setelah mati, diakui dunia sebagai yang terbesar di dalam dunia. Apa sebabnya? Bukan karena kaya, gelar atau kuasa, tetapi karena sebagai manusia Ia adalah Allah Anak yang taat kepada Allah Bapa.
Kasih yang agung hanya dimulai dari Salib Kristus dan tidak pernah ada di luar Kristus. Setelah kita menerima pengorbanan Kristus, barulah kita mengerti apa arti kasih yang sebenarnya.
Plato memakai istilah kasih dengan istilah rendah yaitu eros, yaitu satu pergumulan dari yang rendah ke atas, mau mencari yang lebih baik dan kebenaran. Sejak timbulnya kekristenan kita tahu bahwa eros itu bukan kasih yang sejati. Kalau orang cinta kepada seseorang karena cantik ataupun kaya, maka itu bukanlah cinta tapi ketamakan. Kekristenan mengajarkan cinta yang sejati, bukan dari yang bawah menuju ke atas. Cinta adalah dari atas ke bawah, yaitu agape, cinta Allah. Rela berkorban, merendahkan diri demi yang lebih rendah, itulah cinta. Yesus Kristus pernah berkata: “Langit atau bumi akan lewat, tetapi perkataan yang Kukatakan kepadamu satu titikpun tidak akan lewat.” Perkataan ini dalam konteks mengenai Kalimat Taurat dari Allah yang tidak mungkin digugurkan oleh siapapun (Luk 24:34, 35). Siapakah Kristus? Dialah Firman itu sendiri.
BAB II : SIAPAKAH KRISTUS ? Sifat & Karya Kristus
MENGENAL YESUS KRISTUS
Kalau dilihat secara lahiriah, Yesus tidak berbeda dengan manusia lain; dilahirkan dari perempuan, dibesarkan di desa, berkata-kata dalam bahasa manusia. Ia tidak memiliki hal yang begitu hebat sehingga kita harus memikirkan tentang Dia sedalam-dalamnya. Tetapi yang satu ini telah menjadi sesuatu batu yang menjatuhkan begitu banyak orang, telah menjadi sesuatu daya tarik yang mengagumkan begitu banyak orang dan menjadi sesuatu tanda tanya yang memusingkan banyak orang. Jika kita berkata-kata dan berfikir tentang Kristus, maka harus kita kembali pada satu waktu di mana Kristus menuntut manusia memberikan penilaian tentang diri-Nya. Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: “Menurut orang-orang, siapakah Aku?” Kalimat ini merupakan kalimat yang sering kita tanyakan kepada diri kita sendiri. Setiap orang pasti pernah mempunyai pertanyaan seperti itu dalam dirinya. Di dalam pertanyaan: “Siapakah saya?” ada tiga pertanyaan yang kecil yang dikandungnya:
A. Siapa Yang Bertanya?
Di dalam pertanyaan ini timbul satu kesulitan karena adanya sesuatu campuran antara subjek dan objek. Di dalam momen kita bertanya tentang siapakah diri kita, ada sesuatu yang tidak bisa dianalisa dengan jelas karena yang bertanya adalah yang ditanya; yang ingin mengetahui adalah yang ingin diketahui; yang diketahui adalah yang tidak diketahui dan yang ingin mengetahui sedang menanyakan tentang apa yang sedang diketahuinya. Ini merupakan suatu pertanyaan yang tidak mungkin dibereskan oleh manusia itu sendiri. Pada waktu Tuhan Yesus menanyakan hal tersebut, Ia bukan menanyakan hal itu kepada diri-Nya sendiri, tetapi kepada pengikut-pengikut-Nya yang sudah sekian lama melihat pernyataan Kristus itu sendiri. Dia adalah yang memberikan pernyataan kepada manusia dan Dia sendiri adalah yang dinyatakan itu. Dia pewahyu dan Dia adalah intinya wahyu, Dia adalah yang mewahyukan diri kepada manusia.
Waktu murid-murid-Nya mendadak menerima pertanyaan ini, mau tidak mau apa yang sebelumnya pernah mereka pikirkan tentang Kristus harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Momen seperti ini tidak bisa dicipta oleh manusia sendiri tetapi diberikan oleh Tuhan. Sebagai orang Kristen, apakah setelah kita mendengar khotbah bertahun-tahun, membaca Kita Suci, dibaptiskan dan menjadi orang Kristen sekian lama, kita sudah dapat menjawab pertanyaan tentang siapakah Kristus? Siapakah Dia?
Murid-murid Yesus mulai memberikan evaluasi-evaluasi tentang Kristus kepada Kristus yang menuntut evaluasi. Dari gudang pikiran mereka, mulailah timbul jawaban-jawaban; sebab mereka mulai memikirkan kembali tentang siapakah Kristus. Maka ada yang menjawab kepada-Nya bahwa Dia adalah seorang nabi, seorang nabi besar, yang lain menjawab bahwa Dia adalah Yeremia.* Yesus dinilai sebagai Yeremia karena dalam zaman yang sedang dilanda kesedihan, Ia mempunyai tangisan seluruh zaman, perasaan yang sama dengan seluruh zaman. Yang lain menjawab bahwa Ia adalah Yohanes Pembatis yang bangkit dari kematian. Orang-orang itu menganggap bahwa kuasa Tuhan yang begitu besar, dinyatakan-Nya dengan membangkitkan Yohanes Pembatis yang sudah dibunuh oleh raja Herodes dan Yohanes Pembaptis yang bangkit kembali itu adalah Yesus. Yang lain lagi menjawab bahwa Yesus adalah nabi yang pernah disebut oleh Musa di mana barang siapa yang mendengarkan Dia, akan hidup, tetapi barangsiapa tidak mendengarkan Dia akan binasa.
Semua penilaian-penilaian zaman itu diberikan kepada Yesus Kristus yang dalam waktu tidak lebih dari tiga setengah tahun. Yesus telah melakukan begitu banyak hal, menyembuhkan, mengajar, dan membuktikan bahwa Dia adalah Allah yang berkuasa yang diutus ke dunia. Lalu pada waktu semua sudah memberikan penilaian-penilaiannya, Yesus tidak menanggapi apa-apa, tapi Ia mendorong lagi dengan satu kalimat; “Menurutmu, siapakah Aku?** Pertanyaan ini penting, sebab bila kita memiliki pengenalan sendiri tentang siapakah Kristus berdasarkan firman Tuhan, barulah kita mempunyai kekuatan yang cukup untuk bersaksi bagi Dia. Apakah Kristus itu sekedar dokter yang paling mujarab? Apakah Kristus itu hakim yang keras? Mak comblang yang mencarikan jodoh bagi orang-orang muda? Ahli sulap yang membuat Anda kaya? Apakah Kristus itu sekedar pemuas emosi yang kita peroleh melalui kebaktian-kebaktian doa dan puji-pujian? Jika Anda mengetahui jawaban-jawaban yang diberikan oleh orang-orang Kristen di Indonesia, maka Anda akan mengetahui apa itu simpang-siurnya kekristenan zaman ini.
B. Kepada Siapa Pertanyaan Itu Diajukan?
Pernahkah Anda memikirkan dengan baik tentang siapakah Kristus? Apakah artinya mengikut Kristus, apakah artinya menjadi Kristen? Bukankah di Indonesia ada lebih banyak orang yang bukan Kristen dari pada orang Kristen? Bukankah ada banyak agama-agama lain di Indonesia, mengapa Anda menjadi orang Kristen? Yesus tidak menolak ataupun menghina jawaban dari dunia akademis tentang siapakah diri-Nya, Ia tahu jika Anda memiliki penilaian-penilaian yang bersifat otoritatif, tetapi Ia menuntun Anda secara pribadi untuk berakar dan mempunyai iman yang sungguh-sungguh dan mengenal-Nya dengan benar.
Pada waktu Yesus menantang dengan pertanyaan demikian, maka seolah-olah semua murid-Nya tidak mempunyai jawaban; tetapi ada dari semua murid yang menjawab dengan tegas:”Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup.” Kalimat ini timbul dari mulut Petrus; inilah satu pengakuan iman pertama dalam sejarah gereja. Orang pertama yang dihadapan umum mengaku tentang siapakah Yesus adalah Petrus. Tidak mudah bagi Petrus untuk menyimpulkan dan mengatakan pengertiannya tentang siapakah Kristus. Ia bukanlah orang yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, juga bukan pengikut dari ahli-ahli Taurat yang belajar Perjanjian Lama dengan ketat tapi dia hanyalah seorang nelayan. Seorang rakyat jelata yang mendengar bahwa seorang nabi telah muncul. Jadi selain menangkap ikan, Petrus juga mengikuti dan mendengarkan khotbah-khotbah Yohanes Pembaptis. Rupanya Petrus memperhatikan bahwa Yohanes Pembaptis membawa berita yang berfokuskan pada firman Allah tentang kedatangan Kristus. Kedatangan Kristus adalah sumber pengharapan bangsa Israel sehingga mereka siang malam berdoa memohon kedatangan Mesias.
Konsep bangsa Israel zaman itu tentang Kristus adalah konsep yang sudah dibatasi oleh persepsi selektif. Pada waktu Petrus mengikut Yohanes Pembatis, ia melihat perbedaan antara Yohanes dengan para ahli Taurat dan ia melihat perbedaan Yohanes dengan para ahli taurat dan yang lainnya yang juga mengajarkan tentang kedatangan Kristus yang pertama. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi juga belajar tentang Kristus yang akan datang, tetapi pada waktu mengajarkan tentang Kristus, pengajaran mereka dibatasi oleh persepsi selektif yang begitu sempit dan bersifat subjektif. Mereka tidak mau mengenal Allah melalui apa yang sudah diberikan oleh Allah. Mereka tidak mau mengenal Kristus melalui wahyu yang sudah diberikan tentang Kristus, mereka hanya memilih bagian-bagian yang cocok dengan apa yang mereka inginkan. Pada zaman sekarang juga ada begitu banyak orang yang tidak mau mengenal Kristus yang tersalib, tapi hanya mau Kristus yang menyembuhkan; mereka tidak mau mengenal Kristus yang menderita tetapi hanya mau Kristus yang memberikan kekayaan. Orang Yahudi terdampar dan dibuang oleh Tuhan karena mereka tidak mencapai fokus daripada Kristologi dari seluruh Kitab Suci.
Di dalam Perjanjian Lama sudah dijanjikan oleh Allah bahwa Kristus akan datang, menderita, dijual seharga 30 keping perak, lahir di kota Betlehem, di paku di atas kayu salib, dan kedua tangan dan kedua kaki-Nya akan ditusuk tetapi tidak ada satu tulangpun dari tubuh-Nya yang akan patah. Semua ditulis dengan begitu jelas. Lalu pada aspek yang lain Alkitab menulis juga bahwa Kristus akan menjadi Raja, dan seluruh kuasa akan berada di atas bahu-Nya dan kuasa-Nya lebih besar dari pada siapapun. Dia akan melenyapkan kuasa musuh, membangun kembali kerajaan Israel, membalas dendam kepada mereka yang menginjak-injak kehormatan bani Israel; Kristus yang menang, yang memberikan keadilan, menegakan satu sistem dan ordo politik dan militer yang baru di dalam dunia.
Pada waktu ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mempelajari Perjanjian Lama, mereka mempelajarinya dengan satu persepsi selektif yang sudah menjadi kaku dan keras dalam hati mereka sehingga mereka membuat pemisahan antara nubuat-nubuat mengenai Kristus yang dihina, dipaku dan tidak memiliki kemuliaan lahiriah, sebagai hal-hal yang tidak benar; mereka berdoa memohon kedatangan Kristus yang membalas dendam kepada orang-orang Romawi yang menjajah bangsa Yahudi serta yang akan mencuci noda sejarah bangsa Israel yang dijajah. Orang orang Yahudi umumnya memohonkan kedatangan Kristus yang akan membawa bangsa Yahudi ke dalam zaman keemasan yang dulu pernah mereka capai dalam masa Daud memerintah Israel sebagai raja. Doa-doa mereka dipengaruhi oleh persepsi selektif atas Kristologi yang sudah dicemarkan oleh keinginan dunia dan tidak lagi berfokus kepada Kristus dan salib-Nya.
Petrus adalah murid dari Yohanes Pembaptis sebelum ia mengenal Yesus. Ia tidak tertarik oleh kedatangan Mesias seperti yang diajarkan oleh ahli-ahli Taurat dengan persepsi selektifnya yang subjektif, tetapi ia tertarik dengan pengajaran Kristologi yang benar, yang lengkap, menyeluruh dan harmonis.
Pada waktu Adam makan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, maka Allah membunuh binatang-binatang dan mengajarkan kepada Adam bahwa tanpa ada pengaliran darah, tidak ada pengampunan bagi manusia. Yohanes Pembatis melihat dengan jelas bahwa Yesus Kristus adalah Domba Allah yang dijanjikan itu, yang menjadi korban pengganti manusia. Yohanes menyerukan:”Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia!” Jadi semua khotbah-khotbah yang muluk-muluk dan khotbah-khotbah yang sudah diseleksi oleh para ahli tidak masuk ke telinga Petrus; tetapi khotbah yang berfokus kepada Kristus yang akan mati menganti dosa umat manusia langsung masuk ke dalam hati dan pikiran Petrus, itulah sebabnya pada waktu Yesus Kristus menanyakan tentang siapakah diri-Nya, Petrus langsung menjawab dengan tepat:”Engkaulah Kristus, Anak Allah yang hidup!” Pengakuan iman yang akurat dan dinamis yang pertama di dalam sejarah telah diucapkannya.
Hari itu Yesus langsung menjawab Petrus dengan satu kalimat:”Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, karena apa yang kamu katakan itu bukan berasal dari manusia tetapi dari Bapa-Ku yang ada di surga.” Yesus tidak pernah meremehkan doktrin-doktrin yang benar yang membuat Anda menyatakan pengakuan-pengakuan iman yang sungguh-sungguh berasal dari pengenalan yang benar yang merupakan sari dari kristalisasi tentang Dia. Bukan saja tidak meremehkan bahkan Kristus memberikan konfirmasi bahwa hal itu bukan berasal dari manusia, tetapi dari Allah. Pada saat itu juga Kristus memberikan wahyu selanjutnya yang kedua yaitu : Gereja mulai berdiri.
C. Bertanya Tentang Apa?
Sekarang marilah kita memperhatikan beberapa hal berikut ini; Gereja yang tidak mempunyai pengakuan iman, tidak seharusnya berdiri sebagai gereja. Tidak seharusnya gereja berdiri hanya karena ramai-ramai membawa orang ikut kebaktian, tetapi tidak tahu apa yang akan didirikan. Kristus tak pernah mengatakan sebelumnya tentang ekklesia, sampai Petrus mengeluarkan pengakuan iman yang benar itu. Gereja harus mempunyai pengakuan iman dan pengakuan iman harus berfokus kepada Kristus. Jikalau gereja tidak mengaku Kristus sebagai Tuhan Juruselamat dan berfokus kepada-Nya sebagai sumber kepercayaan, maka gereja itu pada suatu hari harus menutup pintunya sendiri. Bukankah pada saat ini begitu banyak orang mengaku Yesus? Tetapi mengaku Yesus itu sebagai apa? Sebagai pembagi roti? Sebagai pemberi berkatkah? Sumber anugerah? Tabib? Atau satu-satunya Juruselamat yang diutus Allah kedalam dunia?
Pada waktu Petrus mengatakan:”Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Maka kita dapat mengerti hal itu dalam dua pengertian, yaitu : sejarah dan supra sejarah yang difokuskan menjadi satu. Sepanjang sejarah, Kristus adalah yang dinanti-nantikan oleh umat mansuia sepanjang zaman, berarti pada titik kedatangan Kristus, maka apa yang manusia harapkan dari zaman ke zaman sudah konkrit. Titik pada waktu Kristus datang, berkait pula dengan kekekalan. Kristus yang datang ke dalam sejarah adalah Kristus yang berada dalam kekekalan yang melampaui sejarah. Pengharapan ini adalah suatu pengharapan sejati seluruh umat manusia, bukan hanya pengharapan dari bangsa Israel saja. Kekekalan dan kesementaraan hanya mempunyai satu titik kontak yaitu inkarnasi.
Kita semua berada di dalam dunia yang bersifat sementara. Allah berada di surga yang bersifat kekal. Agama-agama yang bukan Kristen begitu takut dan gentar kepada Allah, karena mereka mengetahui bahwa yang sementara tidak mungkin mencapai yang kekal; tetapi yang kekal itu mungkin memberikan kemurahan kepada manusia dan kemurahan itu belum dipastikan, sehingga mereka hanya dapat mengatakan: “Mudah-mudahan dapat tempat yang baik di sisi Tuhan.” Hal ini terjadi karena titik kontak itu tidak ada. Mengakui adanya Allah tidak berarti bahwa manusia pasti menikmati keberadaan-Nya. Tidak mengakui adanya Allah, tidak berarti bahwa manusia bisa meniadakan keberadaan-Nya. Mengakui adanya Allah dengan menikmati keberadaan Allah itu sama sekali berbeda; perbedaannya terletak pada adanya titik kontak antara yang sementara dan yang kekal itu, atau tidak. Kristus berada di titik kontak itu.
Manusia dicipta di tengah-tengah dua wilayah yaitu wilayah yang kelihatan dan wilayah yang tidak kelihatan. Dalam wilayah yang kelihatan, manusia harus menerima segala sesuatu yang meneruskan keberadaannya di dalam alam materi, yang lebih rendah dari pada manusia itu sendiri. Tuhan Yesus berkata:”Manusia hidup bukan hanya bersandarkan roti saja, melainkan kepada setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah.” Wilayah kedua, adalah wilayah yang tidak bisa dilihat oleh manusia. Jadi, Allah mencipta dan menempatkan manusia untuk hidup sekaligus dalam dua dunia yang bersifat berbeda secara kualitas. Orang komunis yang mengakui keberadaan dunia materi, akhirnya akan hancur sendiri, demikian pula orang-orang yang hanya mengakui dunia spritual seperti penganut-penganut ajaran mistik, akan hidup menjadi schizoprenis, sehingga terlepas dari kebutuhan dan kesaksian sebagai wakil Tuhan di dalam dunia materi. Di dalam dunia materi yang tercampur dengan dunia spritual ini, mau tidak mau kita harus mengakui terjadinya suatu hubungan yang terputus antara manusia dengan dunia yang tidak kelihatan, yang mengakibatkan putusnya hubungan tersebut adalah dosa, ini tercantum dalam kitab Yesaya 59 : 1,2. Dosa merupakan pemisah antara kita dan Pencipta dan Sumber hidup kita.
Orang bisa menjadi kaya tanpa memiliki sejahtera, orang bisa mempunyai banyak uang tanpa mempunyain pengharapan, orang boleh mempunyai kenikmatan dunia sebanyak mungkin, tapi tidak mempunyai kepuasan hidup, sebab manusia sudah terpisah dari Allah. Manusia berusaha mencari titik kontak antara kesementaraan dan kekekalan, dan mereka mencarinya di dalam diri manusia sendiri, di dalam agama, di dalam nabi-nabi dan pengajar-pengajar, yang akhirnya juga mati dengan sendirinya. Ketidak-mungkinan merajalela sehingga manusia mati dalam kekecewaan, putus asa dan tidak memiliki pengharapan apapun, mereka mati dan tidak tahu ke mana. Tuhan mengasihi manusia dan Tuhan menurunkan satu titik kontak; titik kontak ini bersumber dari atas menuju ke bawah dan mengakibatkan inkarnasi. Inkarnasi berarti: Tuhan menjadi daging; Tuhan yang tidak kelihatan sekarang bisa dilihat; Allah menyatakan diri dalam tubuh dan hidup sebagai manusia. Inilah fokus dari Kristologi.
Melalui iman, Petrus sudah mencapai pengertian yang jelas tentang pertemuan dua dunia, antara yang kekal dan yang sementara. Inilah kristalisasi iman Kristen yang benar. Kalau kita mempunyai pengenalan Kristologi seperti ini, kita tidak akan terjerumus seperti orang yang tidak mengenal Kristus. Kalau orang lain mengenal Kristus hanya sebagai perubah dari moral, sosiolog yang besar, revolusionis dalam politik, pemimpin agama yang paling jenius, maka semua itu akan menjadi nihil pada akhirnya. Petrus berkata:”You are The Christ, The Son of The Living God.” Istilah are berarti istilah menunjukan kejadian yang terjadi sekarang, nyata, jelas. Maka dengan kedatangan Kristus, kita tidak perlu lagi kembali kepada satu pengharapan yang hari depannya tidak diketahui dengan pasti, yang secara abstrak ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang tidak mengenal Yesus Kristus. Kata “The Son of The Living God“, menunjukan bahwa Yesus berasal dari dunia yang tidak kelihatan, dunia kekekalan dan sekarang Ia ada dan berwujud dalam dunia yang kelihatan, dunia sejarah. Inilah satu berkat yang besar di mana manusia boleh bertemu dengan Tuhan yang begitu prihatin kepada umat manusia.
Sebenarnya sebelum Petrus mengatakan hal itu, ada perkataan yang mirip yang keluar dari mulut seorang yang bernama Simeon kepada Yesus Kristus, kira-kira tiga puluh tahun sebelumnya. Simeon yang saat itu menggendong Yesus Kristus yang masih bayi, berkata: “Ya Allah, lepaskanlah kini hamba-Mu ke dalam damai, karena hari ini dengan mataku sendiri, aku sudah melihat keselamatan yang dari pada-Mu.” Kalimat itu Agung karena kalimat itu sudah diurapi oleh Roh Kudus dan keluar dari bibir seseorang dengan begitu tepat:”Aku sudah melihat keselamatan yang dari pada-Mu.”
Keberadaan Kristus dalam sejarah merupakan suatu realisasi dari keselamatan Tuhan Allah yang dikaruniakan kepada manusia. Maka Tuhan Yesus berkata: “Di atas batu karang ini aku akan mendirikan gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Apakah artinya istilah batu karang? Orang-orang Katolik mengatakan bahwa istilah itu dikenakan kepada Petrus. Pengertian semacam ini tidak benar, karena jika itu benar, maka seluruh pemberitaan Kitab Suci harus mengubah arahnya, karena seluruh Kitab Suci tidak pernah menyebut gereja didirikan di atas Petrus, satu ayatpun tidak ada yang menunjang kalimat dari pengakuan iman Katolik tentang hal ini.
Kita Suci mengatakan bahwa gereja didirikan di atas nabi dan rasul, dan bentuk kata yang digunakan adalah bentuk yang jamak, bukan tunggal – nabi-nabi dan rasul-rasul, bukan hanya di atas Petrus. Istilah nabi-nabi dan rasul-rasul, bukan hanya di atas Petrus. Istilah nabi-nabi dan rasul-rasul merupakan istilah yang menerangkan bahwa nabi-nabi mewakili Perjanjian Lama dan rasul-rasul mewakili Perjanjian Baru. Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama dan dalam Perjanjian Baru itulah fondasi didirikannya gereja. Tapi inipun belum mencapai finalnya, karena Alkitab mengatakan bahwa gereja didirikan di atas Batu Karang yang tidak pernah berubah. Siapakah Dia? Dia Yesus Kristus.
Gereja didirikan di atas para nabi dan para rasul; berarti bahwa gereja yang benar, berdiri di atas kepercayaan pada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru; dan isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru difokuskan kepada Kristus. Tuhan tidak mengatakan bahwa Petruslah satu-satunya yang menjadi fondasi didirikannya gereja; tak pernah. Kita menolak penafsiran demikian, tapi kita menerima kesaksian Kitab Suci yang mengatakan bahwa Petrus adalah nama baru yang diberikan Tuhan Yesus kepadanya.
Yesus adalah Kristus di dalam sejarah dan Anak Allah dalam supra-sejarah. Iman menjelajah kedua wilayah, terlepas dari dunia yang kelihatan, kita juga menikmati sekaligus dunia yang tidak kelihatan karena kita berada di dalam Kristus.
BAB III : SIAPAKAH KRISTUS ? Sifat & Karya Kristus
KRISTUS TITIK PUSAT ALAM SEMESTA
Istilah “Kristus sebagai titik pusat pada seluruh alam semesta” pada abad 20, mungkin hanya dicetuskan satu orang. Ia seorang pastor Roma Katolik berkebangsaan Perancis, sekaligus ekspeditur, yang pada masa hidupnya tidak berani mengemukakan teorinya namun mengumpulkan catatan-catatannya dan menginstruksikan kepada pengikut-pengikutnya agar semua catatan tersebut disebarluaskan setelah dia mati. Pastor itu bernama Pierre Teilhard De Chardin. Selama bertahun-tahun dia mengikuti team ekspedisi pergi ke RR Cina (dahulu masih bernama Kuo Min Tang). Di satu tempat penggalian dekat kota Beijing, ia menemukan tengkorak yang dianggap sebagai nenek moyang Tiongkok; dan melalui penemuan itu ia mencoba membuktikan kebenaran teori evolusi. Teilhard de Chardin memang adalah seorang evolusionis; tetapi ia berbeda dengan evolusionis pengikut Darwin yang percaya adanya suatu seleksi alam. De Chardin percaya bahwa kekuatan yang mendorong evolusi adalah Kristus. Jadi sambil mempercayai evolusi, sekaligus ia mempercayai kekuatan dari Allah untuk mengadakan perubahan dan proses evolusi. Dengan pengertian sedemikian, maka menurut dia, Kristus adalah titik pusat alam semesta.
Pikiran de Chardin total berbeda dengan pemahaman iman Reformed karena dalam pemikiran de Chardin tidak ada tindakan penciptaan alam semesta yang Allah lakukan secara langsung, spontan, dari tidak ada menjadi ada. Apa yang Alkitab nyatakan secara harafiah yaitu:”Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” (Kejadian 1:1). Allah bertindak dari sejak semula, sebelum ada segala sesuatu. Allah menciptakan waktu dan tempat sebagai wadah, dan hal-hal lain yang berupa materi untuk mengisi wadah itu. Kristus yang kita sembah sujud bukan hanya berada di gereja, tapi Kristus yang kita sembah adalah juga titik pusat dari pada alam semesta. Apa artinya mengerti Kristus sebagai titik pusat alam semesta?
A. Kristus Penopang Alam Semesta
Kitab Suci mengatakan bahwa Yesus Kristus telah menopang seluruh alam semesta yang begitu besar dan hampir tidak terbatas itu dengan kuasa-Nya. Istilah “hampir tidak terbatas” saya pakai, karena ini satu kalimat yang berada dalam pengertian dunia relatif. Batasnya alam semesta belumlah dapat kita mengerti, tetapi kita mengerti bahwa alam semesta pasti memiliki keterbatasan. Seperti sebuah rumah besar, alam semesta juga ditopang oleh satu kekuatan yang terus memeliharanya, kekuatan apakah itu? Alam semesta itu begitu ajaib, mengherankan dan begitu tertib. Kalau manusia mengakui alam semesta sebagai sumber keakuratan, berarti kita mengakui bahwa penopangan Allah atas alam semesta itu bukanlah hal yang kecil! Kalau orang merancang bangun pesawat terbang dengan menghitung faktor-faktor bentuk fisik dari burung, kekuatan tekanan udara dan penghematan tenaga yang dilakukan burung saat ia terbang, berarti kita mengakui bahwa bagaimanapun pandainya manusia, tidaklah sepandai Allah yang menciptakan burung-burung yang berterbangan.
Kebenaran ini kita jumpai dalam Surat Ibrani. Penulis surat Ibrani itu amat hebat, ia mempunyai pengertian yang luar biasa tentang Kristus. Ia mempunyai pengenalan tentang Kristus, bukan saja Kristus yang pernah hidup di dalam sejarah, lahir di Betlehem, mati disalibkan dan naik ke surga tetapi juga mempunyai pengertian global, pra sejarah, dan pra-eksistansi dari Kristus dalam kekekalan. Ibrani 1:1-3 berbunyi demikian “ Setelah pada zaman dahulu Allah berulangkali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala sesuatu yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi.”
Kata “yang berhak menerima segala yang ada” yang ditunjukan kepada Yesus Kristus, mempunyai arti: hak milik atas dunia bukan berada di dalam tangan para pemimpin dunia, tapi di tangan Kristus. Dia yang berhak menerima segala sesuatu yang ada. Kata “Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta”. Berarti bahwa melalui Kristus sebagai Mediator, Allah telah menciptakan segala sesuatu. Kristus mempunyai fungsi Pencipta. Alam semesta dicipta oleh Allah melalui Kristus, sehingga melalui hal penciptaan, maka Kristus juga adalah pencipta alam semesta. Di sini kita melihat perencanaan atas alam semesta di dalam Wahyu Khusus. Setelah alam semesta dicipta melalui Kristus, maka alam semesta ditopang oleh Kristus. Dia yang memelihara, menahan dan memperhatikan segala sesuatu yang ada. Yang memberikan nafas kepada kita adalah Kristus. Segala yang ada, termasuk kepada umat milik-Nya termasuk musuh-Nya, pengikut Dia atau lawan-Nya, semua di dalam kekuatannya ditopang oleh Kristus.
Kenapa Kristus mau menopang bahkan segala ajaran sesat, gereja setan, dan sekte-sekte yang menyeleweng melawan Dia? Mengapa orang-orang yang melawan Tuhan mendapat kekuatan dan topangan dari Tuhan juga? Kalau Allah memperbolehkan manusia melawan Dia, itu adalah supaya manusia boleh bertobat melalui toleransi berdasarkan panjang lebar dan dalamnya kasih Tuhan Yesus; atau kalau tidak bertobat, serta menghina panjang lebar dan dalam kasih Tuhan, maka manusia diperbolehkan melawan Tuhan untuk menumpuk dosa-dosanya hingga suatu saat penghukuman yang keras datang (Roma 2 : 4-6)
Alam semesta sampai sekarang terus berada dan berdiri karena ditopang oleh kekuatan yang sama dengan kekuatan yang menciptakan alam, yaitu kekuatan Pencipta itu sendiri. Oknum Kedua adalah Oknum Pencipta sekaligus adalah Oknum Penopang Kristus yang sudah mencipta, juga menopang, memelihara serta mempertahankan apa yang ada, dengan demikian melihat bahwa alam semesta bergantung pada satu pusat yaitu Kristus.
B. Penciptaan Dan Keunikan Ciptaan
Allah berkarya bersama-sama dengan Kristus menciptakan langit dan bumi serta waktu dan tempat sebagai wadahnya. Wadah pertama adalah tempat, yang merupakan penempatan lokasi dan status dari materi. Materi memerlukan satu lokasi, wadah atau ruang dan menjadi pengisi ruang. Allah yang menciptakan materi, menciptakannya dan menaruhnya di dalam suatu wadah yang disebut ruang. Tapi bukan hanya itu saja, sebab Allah juga menciptakan wadah yang kedua yang sifatnya lebih abstrak dari pada yang pertama; hal ini membuka kemungkinan bagi pemikiran manusia agar tidak bergantung kepada materi semata-mata. Wadah yang kedua itu adalah waktu. Bintang hanya tahu bahwa mereka juga diliputi oleh waktu. Satu-satunya makhluk yang mempunyai konsep yang melampaui keterbatasan materi adalah manusia. Satu-satunya makhluk yang mengetahui adanya wadah lain selain dari ruang adalah manusia. Hal ini mengakibatkan manusia mempunyai satu kepekaan mengenai proses waktu yang sedang menggarap, mengelilingi dan merubah, sehingga manusia menganggap dirinya sedang dirubah secara pasif oleh waktu yang merubah secara aktif. Waktu merupakan wadah dari sejarah, ruang merupakan wadah dari materi. Materi memerlukan ruang pertama, tetapi event memerlukan wadah lain yang memberikan kemungkinan itu terjadi.
Dalam waktu, event-event terjadi; misalnya tahun 1945 Indonesia merdeka, tahun 1949 PBB berdiri, tahun 1960 Irian Jaya kembali kepada Indonesia, tahun 1989 tembok Berlin runtuh dan sebagainya. Allah Pencipta langit dan bumi, Pencipta waktu dan tempat, telah menjadikan waktu dan tempat sebagai wadah bagi materi dan event. Materi bersifat segala yang berbentuk benda; tetapi event bersifat peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi di dalam sesaat yang berkait maknanya di dalam konsep kekekalan. Demikianlah ada agama yang memperjuangkan satu fase atau aspek yang melampaui sejarah. Petrus yang hidup 2000 tahun yang lalu sudah mengerti satu fase supra sejarah-ia mengerti bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang kekal. Di dalam kekekalan, Kristus disebut sebagai Firman atau Logos.
C. Pernyataan Allah Yang Tertinggi
Orang yang sedang berbicara, sedang mengekspresikan kemauan dan isi hatinya. Pada waktu orang tersebut mengatakan satu kemauan melalui mulutnya, berarti ia sedang mengeluarkan satu ekspresi dari kemauan jiwanya. Kita melihat bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan Firman-Nya, artinya adalah kemauan Allah dinyatakan dengan Firman. Waktu Allah mengatakan “Adalah Terang”, maka terang itu ada. Dua hal yang tidak mungkin dipisahkan yaitu antara perkataan Allah dan kemauan Allah. Perkataan Allah menyatakan kemauan-Nya. Kuasa Allah berkaitan dengan Firman Allah; kuasa Allah menggenapi kemauan-Nya. Dengan perkataan, Tuhan Allah menyatakan kemauan-Nya; dengan Kuasa, Tuhan Allah menggenapi kemauan-Nya. Kedua hal ini dapat kita mengerti dengan pengertian lebih dalam bahwa Perkataan dan Kuasa dari Allah, adalah Oknum Kedua dan Oknum Ketiga dari Tritunggal.
Waktu Allah berfirman: “Jadilah terang”, maka kita melihat bahwa Firman dan Kuasa Allah berjalan bersama-sama; sejauh mana pengutaraan Firman Allah, maka sejauh itu pulalah Kuasa Allah sampai di sana. Demikianlah waktu Allah menciptakan segala sesuatu, Ia menyatakan rencana kekal-Nya. Oknum Kedua dipakai-Nya sebagai Oknum Pencipta dan Oknum Ketiga dipakai-Nya sebagai Oknum Penggenap kemauan-Nya. Bapa mencipta, Anak mencipta, Roh Kudus mencipta dengan firman kebenaran-Nya, Bapa mencipta dengan rencana kekal-Nya. Tidak ada satu hal pun yang diinginkan Tuhan yang tidak mungkin terjadi. Kesalahan kaum Armenian adalah karena mereka mengatakan bahwa Allah mau semua orang bertobat. Bukankah banyak orang yang sampai matinya tidak bertobat
Penginjilan yang tidak mempunyai dasar teologi yang konsisten mengatakan bahwa Allah mau semua orang bertobat, maka mari sekarang semua bertobat tetapi tidak semua orang bertobat, apakah Allah akan susah dan menangis terus karena apa yang diinginkan-Nya itu tidak terjadi? Itu omong kosong! Allah yang mengatakan bahwa tidak satu orang pun yang tidak diinginkan-Nya bertobat; itu dikatakan-Nya bukan kepada setiap orang di dunia, tetapi kepada setiap orang pilihan-Nya di dunia, Allah yang menginginkan orang pilihan-Nya bertobat adalah Allah yang juga mengatakan bahwa Ia membiarkan sebagian orang lain menjadi keras hati supaya jangan bertobat dan jangan diselamatkan. Mustahil jika sesuatu apapun yang diinginkan Tuhan itu ada yang tidak terjadi; doktrin ini harus kita jadikan pegangan yang kuat sehingga kita tidak terjerumus ke dalam pengertian bahwa kemauan manusia melampaui kemauan Allah. Saya harus mengakui bahwa orang-orang Armenian juga mungkin merupakan orang-orang yang diselamatkan, tetapi dalam pengertian mereka tentang Allah, mereka kurang stabil dan kurang konsisten. “Allah mau semua orang bertobat, Allah mau semua orang percaya kepada Dia”, kalimat ini ditulis dalam Alkitab ditujukan kepada orang-orang Kristen, kaum pilihan dan bukan kepada setiap orang. Namun demikian, tugas kita mengabarkan Injil tetap harus kita kerjakan karena itu adalah perintah Allah. Kita harus mengabarkan Injil, tetapi setelah orang lain bertobat melalui pemberitaan kita, maka mereka juga harus mengetahui bahwa bisa bertobat dan kembali kepada Tuhan, itu karena Allah sudah memilih dia.
D. Pencipta Semesta
Istilah ini pernah digunakan oleh kaum Stoa dan mereka mengatakan bahwa alam semesta terbentuk dari lapisan-lapisan yang berbeda. Lapisan yang paling rendah adalah lapisan yang kasar dan itu adalah lapisan yang kita kenal sebagai materi karena lapisan materi itu adalah lapisan yang mati. Dan kemudian kaum Stoik menganggap bahwa materi itu nilainya rendah. Kaum Stoik mengatakan bahwa dunia ini terbagi menjadi dua. Alam semesta yang bisa kita lihat adalah tubuh dari alam semesta. Mereka percaya bahwa alam semesta juga mempunyai jiwa dan jiwa alam semesta itulah logos. Jadi, pengertian tentang alam semesta bagi kaum Stoik adalah : alam semesta mempunyai badan yang adalah materi, juga mempunyai jiwa yang adalah logos.
Orang-orang Stoa mulai memikirkan hal ini kira-kira 400 tahun sebelum Kristus lahir, dan kemudian Paul Tillich di dalam bukunya yang berjudul “Confession of Christian Thought” mengatakan bahwa orang Kristen sebenarnya meminjam istilah dan konsep yang asalnya dari Yunani. Saya katakan hal itu sebagai pendapat yang salah, saya tidak setuju akan pemikiran Paul Tillich. Saya menganggap bahwa Allah mengizinkan istilah tersebut dipakai lebih dahulu oleh orang Yunani. Orang Yunani memakai istilah logos, tetapi mereka tidak mengetahui artinya, seperti orang kafir yang menyebut nama Allah sembarangan yang tidak mengetahui siapakah Allah itu. Tapi orang Kristen akan Allah sejati, yang mengirim Kristus menjadi Juruselamat kita!
Pada waktu rasul Yohanes memakai istilah Logos, memang ia terlambat memakainya kira-kira 400 tahun dibandingkan orang-orang Stoa dan lebih lambat 500 tahun dibandingkan orang-orang pengikut Herakleitos. Namun demikian, pada waktu orang Kristen mengerti akan maknanya logos, maka orang Kristen langsung mengerti akan makna dan titik pusat sesungguhnya dan mereka yang di luarnya akan meraba-raba di luar secara lahiriah dan tidak mengerti dengan sesungguhnya. Menurut pengertian kaum Stoik, di antara materi dan logos yang tinggi, kita melihat adanya tahap-tahap yang berbeda. Tahap yang tidak bisa ditangkap oleh indera kita, lalu tahap yang bisa ditangkap oleh indra, lalu tahap rasionil, tahap instrinktif dan sebagainya.
Teori tersebut dapat diterangkan sebagai berikut : waktu Anda memukul sebuah meja, maka sekeras apapun meja itu Anda pukul, tetap ia tidak akan membalasa memukul Anda. Beda halnya jika Anda memukul monyet yang besar. Demikian pula jika Anda menginjak rumput, maka di antara rumput ada sejenis rumput yang bisa mengatupkan daun-daunnya (rumput putri malu) maka kaum Stoik menyimpulkan bahwa dunia ini memiliki bagian-bagian yang bisa bereaksi terhadap sensasi dan bagian yang tidak, dan di antara segala yang lain dalam alam, maka yang paling memiliki sensasi adalah binatang. Demikian pemikiran kaum Stoik yang menganggap bahwa yang paling tinggi di antara alam semesat yang berada di bawah logos, adalah manusia. Siapakah manusia menurut mereka? Mereka menyebutnya sebagai logikos. Logos berarti: firman besar; logikos artinya firman kecil. Logos adalah rasio universal, tapi logikos artinya rasio pribadi yang fragmental. Logos ada dalam seluruh alam semesta dan berkeliling untuk mengedarkan sesuatu pikiran, tetapi pecahan/kepingan yang keluar dari pada logos adalah logikos.
Teori dari Laplace mengatakan: jika suatu benda ruang angkasa berjalan dengan cepat, maka akhirnya kekuatan yang keluar dari gerakan benda itu akan mengakibatkan pecahan-pecahan. Dengan demikian maka kita dapat melihat bahwa eksistensi dari pecahan-pecahan benda tersebut, sepenuhnya tergantung dari eksistensi benda induknya sekaligus merupakan sumber eksistensi pecahan tersebut. Orang Stoa mengemukakan bahwa sebagai kepingan-kepingan logos, maka manusia seharusnya terkait dengan induknya dan induk itu adalah logos, manusia itu logikos. Dengan istilah logikos, mereka mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk yang bisa berfikir, berlogika, berspekulasi, analisa, diskusi, eksperimen, serta dialog. Hal ini dimungkinkan karena mereka menganggap manusia sebagai kepingan yang keluar dari logos dan jika manusia mati maka ia kembali ke logos.
Seorang raja dari kekaisaran Romawi yang bernama Markus Aurelius menulis dalam bukunya demikian:”Waktu saya mati, janganlah menangisi saya. Tak perlu engkau bersedih karena perpisahan, itu salah. Karena sebenarnya waktu saya mati, itu bukan berpisah dari kamu semua, tetapi saya berpulang kembali kepada induknya.” Ajaran ini bukanlah ajaran Krsiten, tetapi dengan melihat sebagai cermin, kita dapat membandingkannya dengan ajaran Kristen yang jauh lebih tinggi melampaui ajaran itu. Logikos adalah kepingan-kepingan yang kecil yang keluar dari logos, namun kaum Stoa mengajarkan bahwa tidak semua manusia telah menggunakan instink maupun fungsi logosnya. Orang yang tidak mempunyai kesanggupan ber-logikos, akan mati dan musnah, tapi orang-orang yang ber-logikos akan kembali kepada logos.
E. Sumber Hikmat Semesta
Alkitab mengatakan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan Firman-Nya. Logos yang dimaksudkan Alkitab adalah faktor kekuatan dan menjadi unsur Pencipta. Yohanes 1:1-2 berkata : “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada sesuatupun yang telah jadi dari segala sesuatu yang telah dijadikan.” Kita lihat di sini bahwa Kristus yang adalah Media ciptaan yang dimengerti dalam Alkitab sebagai Creating Logos. Kristus juga boleh dimengerti dalam Alkitab sebagai Univesal Wisdom, yaitu bijaksana daripada keseluruhan alam semesta.
Bijaksana berbeda dengan pengetahuan. Bijaksana bersifat lebih, di dalam aspek dan fungsi menentukan apa yang ada di dalam pengetahuan. Pengetahuan mempunyai satu fungsi yang menetapkan isi yang seharusnya ada di dalam bijaksana. Pengetahuan adalah isi dari bijaksana, bijaksana adalah arah bagi pengetahuan. Bijaksana adalah fondasi pengetahuan, pengetahuan adalah bangunan yang berdiri di atas bijaksana. Sebuah gedung yang tinggi menjulang pasti memiliki fondasi yang cukup memadai di dasarnya. Untuk menunjang berdirinya gedung yang tinggi, perlu memasang pondasi yang begitu dalam. Faktor manakah yang lebih menentukan berdirinya satu bangunan, fondasi atau bagian yang diatasnya? Fondasi tentu menentukan yang di atasnya. Demikianlah fondasi itu saya gambarkan sebagai bijaksana, sedang bangunan yang di atasnya, itulah pengetahuan. Anda bisa saja pergi belajar ke Amerika dan memperoleh pengetahuan banyak, tapi belum tentu Anda memperoleh bijaksana, tapi jika Anda mempunyai bijaksana yang banyak, tapi tidak mempunyai pengetahuan, maka orang lain tidak melihat bijaksana Anda itu. Pengetahuan dan Bijaksana itu saling bekerjasama, bijaksana menunjang pengetahuan. Kristus adalah Universal Wisdom, Bijaksana dalam seluruh alam semesta.
Setangkai bunga yang kecil mengandung bijaksana yang luar-biasa di balik proses terjadinya; baik dalam pembentukannya, bahannya, kekuatannya dan fisiknya, sehingga angin yang bertiup keras, tidak mudah untuk mematahkan bunga itu. Telur ayam yang begitu kecil, telah memakai teori fisika yang paling tepat untuk mempergunakan bahan yang seminim mungkin dan memperoleh daya tahan sebesar mungkin. Kebenaran ini sudah dibuktikan oleh sarjana-sarjana fisika yang menerima penciptaan sebagai bijaksana Allah yang paling tinggi. Tidak ada seorangpun manusia yang mampu membuat alat telekomunikasi yang beratnya hanya kurang lebih satu setengah kilogram, namun mampu mempelajari segala-event-event yang penting dalam sejarah yang umurnya sudah lebih dari 5 ribu tahun; kecuali otak kita yang sudah Tuhan ciptakan. Jika Anda melihat bunga yang kecil di bawah mikroskop eletron yang mampu membesarkan gambarnya ribuan kali, maka kita akan melihat bahwa tenunan yang membentuk bunga, jauh lebih teliti daripada semua hasil sulaman yang dijual di toko. Waktu kita melihat sel dari tubuh manusia yang diperbesar gambarnya, maka Anda akan melihat bahwa pembentukan dari segala jaringan sel dalam keadaan kerjasama, maka Anda akan mengakui bahwa tidak ada bentuk arsitektur yang lebih agung, yang lebih lengkap dan lebih sempurna dan lebih rumit dibandingkan bentuk arsitektur yang Tuhan buat. Telinga, mata dan apa yang ada pada kita yang begitu rumit, membuktikan Universal Wisdom, Kristus. Sebagai mana Creating Logos adalah Kristus, demikian juga Universal Wisdom adalah Kristus juga.
Ibrani 11:3 berkata: “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh Firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.” Dalam terjemahan yang lain, istilah yang dipakai untuk “alam semesta” adalah “segala dunia”, menggunakan istilah yang bersifat jamak, bukan tunggal. Segala dunia diciptakan Tuhan melalui Firman-Nya, segala dunia diciptakan oleh Firman-Nya. Walaupun pengetahuan bisa dibagi-bagi menjadi ribuan macam, tetap fokus dari segala pengetahuan adalah Kristus, maka kaum cendikiawan secara samar-sama mempunyai satu gambaran tentang adanya satu poros dari segala pengertian dan disiplin ilmu, mereka menyebutnya logika.
Dalam istilah Yunani, setiap disiplin ilmu diakhiri dengan istilah “logi”; misalnya biologi, filologi. Itu adalah bagian dari sistem akademis yang di dalamnya diakui memiliki satu logika yang menelusuri, mendorong hingga menjadi sumber bagi manusia untuk mempelajarinya. Siapakah Sumber logika itu? Itulah Yesus Kristus. Saya harap kita mengetahui Yesus Kristus bukan sebagai patung yang Anda taruh dirumah Anda, yang kelihatan seperti wanita yang rambutnya panjang. Saya harap kita tidak mengenal Kristus yang setiap hari tergantung di kayu salib saja. Kristus adalah faktor utama dari penciptaan. Di dalam segala sesuatu yang ada, Kristus adalah Bijaksana yang menjadi pusat pengertian bagi manusia dalam mengenal kebenaran.
F. Inkarnasi Allah
Yesus Kristus juga adalah “Eternal glory of invisible of God” Dia menjadi kemuliaan kekal Allah yang dapat dilihat oleh manusia. Allah sejati tidak bisa kita lihat, tapi Allah yang tidak nampak telah menampakan Diri-Nya di dalam kemuliaan kekal-Nya melalui satu tindakan inkarnasi. Kalau kita sudah melihat tindakan Allah yang pertama yaitu mencipta, maka kita masuk di dalam pengertian yang kedua yang besar ini, yaitu inkarnasi. Allah yang menciptakan segala sesuatu, memilih untuk mengunjungi dunia yang telah Ia ciptakan; Dia turun ke dunia, datang berada ditengah-tengah kita melalui tindakan inkarnasi, Allah menjadi daging. Kristus bukan saja Pusat dari alam semesta, Dia juga adalah Pusat dari sejarah; setelah Kristus, manusia tetap mengharapkan sesuatu. Sesuatu yang akan datang dan mengakhiri sejarah, sesuatu yang akan datang untuk menyelesaikan segala hal yang tidak adil.
Pengharapan manusia menuju titik penyelesaian total, itulah pengharapan akan kedatangan Mesias yang kedua kalinya. Konsep semacam ini ada pada semua agama yang agung; agama yang tidak mempunyai konsep pengharapan akan kedatangan sesuatu yang akan mengakhiri dan menyempurnakan segala sesuatu yang tidak beres dan tidak terselesaikan, tidak mungkin akan menjadi agama yang besar. Dengan demikian kita melihat bahwa kekristenan memberikan kepada kita satu gambaran total tentang pengharapan yang kekal. Dengan mengirimkan Anak-Nya yang kekal ke dalam dunia melalui tindakan inkarnasi dari Firman menjadi daging, kita melihat tindakan Allah dalam dunia, kita melihat satu kemuliaan kekal yang dinyatakan dalam dunia, maka melalui Kristus kita mengerti Allah yang tidak mungkin kita mengerti; melalui Kristus kita menikmati kemuliaan Allah yang tidak mungkin kita mengerti. Yesus Kristus adalah pengutaraan dari Allah yang tidak kelihatan.
Bukan saja demikian, Kristus juga adalah standard moral yang abadi bagi manusia. Hidup Kristus menjadi Standard of morality for eternity. Dalam iman, hidup Kristen mempunyau suatu cara hidup yang sudah ada puncaknya, yaitu satu titik yang begitu mulia dan tidak mungkin terlampaui oleh manusia. Seperti Goethe mengatakan: “Biar manusia dengan kebudayaannya terus bergolak dan berkembang, tidak mungkin mencapai moral dari Kristus yang sudah dinyatakan dalam keempat Injil.” Pada waktu membaca pernyataan yang dituliskan oleh Goethe, saya begitu terkejut akan pengertian orang Jerman yang begitu hebat ini. Ia mengerti Kristus sampai pada titik puncak dan berani meramalkan bahwa sekalipun kebudayaan manusia terus maju, bergolak, tetap tidak mungkin menghasilkan moral yang lebih tinggi dari moral Yesus Kristus yang dicatat dalam keempat Injil. Waktu saya mengerti kalimat itu, saya sadar dan disegarkan lagi oleh Goethe tentang Kristus yang sudah saya miliki. Tuhan adalah yang paling suci, yang paling adil, yang paling bijak, yang paling mempunyai penguasaan diri, contoh bagi segala zaman, standard moral kekekalan dan yang patut kita sembah sujud. Inilah Kristus yang kita sembah, inilah Kristus yang kita kabarkan, inilah Kristus yang tiap hari mempunyai hubungan dengan kita, tapi kita tidak menyadarinya.
Waktu memegang setangkai bunga, Anda harus tahu bahwa yang menopang bunga itu adalah Kristus. Waktu Anda melihat ke cermin, ingatlah bahwa yang membuat hari ini Anda tetap hidup di dunia adalah Kristus. Waktu Anda menulis surat dan masih bisa mengingat banyak hal yang sudah Anda alami, ingatlah bahwa ingatan Anda ditopang oleh Kristus. Waktu Anda melihat gunung-gunung yang indah, lautan yang besar, keajaiban segala ciptaan Allah, ingatlah bahwa ditengah-tengahnya ada logi yang pusatnya adalah Kristus yang adalah logos. Waktu Anda melihat istri Anda yang begitu baik, suami yang setia, cinta kasih antara pacar yang begitu indah, ingatlah bahwa Dia adalah Sumber cinta kasih yang memberikan cinta murni yang seharusnya tidak diselewengkan oleh siapapun, tapi harus setia di dalam setiap keluarga. Dia Pencipta, Penopang, Bijaksana, Dia Logos, Dia adalah Allah, Bukan saja demikian, Dia juga menjadi manusia, hidup di tengah-tengah kita dan menjadi contoh bagaimana seharusnya kita hidup di dalam kesucian, cinta kasih, keadilan, biarlah semua orang belajar dari Yesus Kristus. Inilah karya Kristus, sebelum sejarah, sesudah sejarah; sebelum inkarnasi dan sesudah inkarnasi.
BAB IV : SIAPAKAH KRISTUS ? Sifat & Karya Kristus
JALAN, KEBENARAN DAN HIDUP
"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang kembali kepada Bapa kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6)
Ayat ini adalah perkataan Yesus yang paling tajam dan paling dibenci oleh orang dunia. Kalimat ini bersifat kontroversial. Yesus Kristus mengumumkan bahwa Ia adalah satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup, Dia sedang mengumumkan suatu satus unik, yang tidak ada pada orang lain, status yang tidak ada bandingannya!. Akulah jalan, Akulah kebenaran, Akulah Hidup. Ketiga kalimat ini mempunyai suatu keunikan, Yesus memakai kalimat ini dengan memakai bentuk jamak, tetapi bentuk tunggal. Artinya : Akulah satu-satunya jalan, Akulah satu-satunya kebenaran, Akulah satu-satunya hidup.
Perkataan-Perkataan Ilahi
Pada bagian terdahulu kita telah membahas tentang Kristus yang adalah logos. Kristus yang adalah faktor dan Oknum Pencipta, serta bijaksana di dalam seluruh ciptaan Allah, standard moral yang mutlak di dalam sejarah melalui inkarnasi. Fokus penginjilan adalah memberitakan Yesus sebagai Juruselamat yang mengampuni dosa. Ini benar, ini penting. Namun kita perlu memiliki wawasan lebih besar lagi dan mengenal Kristus lebih lengkap, kalau kita mau mengerti siapakah Yesus Kristus sebenarnya.
Waktu Ia bertemu dengan musuh-Nya, Ia berkata-kata dengan perkataan yang paling tajam; waktu berkata-kata dengan murid-murid-Nya, Ia mengatakan kalimat-kalimat yang paling terbuka. Yesus memberikan pewahyuan yang begitu tajam, tepat, mendalam dan penting kepada murid-muridNya. Ia menjawab pertanyaan dari murid-Nya yang berkata : “Di manakah jalan itu, ya Rabi?” yang menanyakan ini adalah murid-murid yang paling dekat dengan Tuhan, yang dipilih sebagai kelompok inti, tetapi yang inti pun ternyata belum mengenal di mana jalan itu berada.
Yesus tahu bahwa orang-orang banyak mengikut Dia karena roti, karena kesembuhan, karena motivasi yang tidak baik. Sampai saat sebelum Yesus naik ke kayu salib, didapati-Nya bahwa murid-murid yang paling dekat dengan Dia masih saja tidak mengerti diri-Nya. Berapa sedih yang dialami dan berapa besar kesabaran Yesus menunggu zaman yang demikian, murid yang demikian? Tapi ternyata Yesus tidak terlalu cepat menjadi marah, tapi Ia mendidik dengan sabar. Yesus tidak mencela mereka, tapi mengatakan : “Akulah jalan, kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun kembali kepada Bapa, kecuali melalui Aku.” Kebenaran dan mengenal Allah bukan melalui Taurat, tetapi melalui Kristus. Hidup sejati bukan di dalam tokoh-tokoh sejarah dan orang-orang yang hebat yang mempunyai kelakuan serta watak yang menjadi contoh, tapi melalui Kristus. Siapakah Kristus?
Kepada orang-orang yang paling dekat dengan-Nya, Yesus mengatakan hal itu. Sekarang berapa banyak orang Kristen di Indonesia yang sudah mengerti dengan benar tentang Kristus?
Kalau Anda baru mengerti sedikit lalu menganggap diri hebat, maafkan jika saya berkata bahwa Anda terlalu jauh dari Tuhan. Jika Anda merasa diri terlalu dekat dengan Tuhan dan mengerti Tuhan Yesus, ingatlah bahwa pada hari terakhir sebelum disalibkan, Dia menemukan bahwa murid-Nya yang paling dekat masih tidak tahu apa-apa tentang Dia. Mereka tahu Dia adalah Kristus, Anak Allah yang kekal, itu hebat. Tapi mereka belum dapat mengetahui di mana keunikan dari Sifat dan Karya Kristus. Yesus harus mengatakan dengan terus terang dan langsung kepada murid-Nya : “I am the way, I am the truth, I am the life.” Inilah pertama kalinya dalam sejarah manusia, di mana satu Orang berani menggabungkan diri-Nya dengan kebenaran.
Hal ini adalah hal yang istimewa, karena sebelum dan sesudah Yesus, tak pernah ada seorangpun berani mengatakan bahwa diri-nya adalah kebenaran walau bagaimanapun agungnya dia. Musa tidak menyebut dirinya sebagai kebenaran, Yesaya juga tidak, Yohanes Pembabtis juga tidak, meskipun Yohanes adalah satu-satunya orang yang dipenuhi Roh Kudus sebelum lahir. Selain dari itu, baik para rasul, nabi, maupun pendiri agama yang lain juga tidak. Tak ada seorangpun berani mengatakan kalimat seperti Tuhan Yesus. Zacheomones mau mencari kebenaran, Muhammad tidak mengatakan bahwa dirinya adalah kebenaran dan Shintoisme, Budhisme, Tagore, Tolstoy dan orang-orang yang paling hebat di dalam sejarah manusia, tidak ada satupun yang pernah mengatakan bahwa dirinya itu kebenaran. Ingatlah keunikan yang pertama ini sebagai orang Kristen, itulah Yesus Tuhan kita.
Tujuan Utama Manusia
Tuhan Yesus mengaitkan tiga topik yang besar, yaitu jalan, kebenaran dan hidup ke dalam diri-Nya. Apakah manusia mempunyai hidup? Ya. Apakah manusia mempunyai jalan? Belum menemukannya. Apakah manusia ingin kebenaran? Ingin sekali. Bagaimanakah hidup yang dimiliki manusia? Hidup yang sudah terlepas dari Sumber hidupnya. Kita adalah satu-satunya makhluk yang sedang mencari jalan ke luar dan mencari isi ke dalam. “Jalan” ke luar, berarti hidup perlu pergi. “Isi” ke dalam berarti hidup itu perlu inti. Kalau di dalam hidup manusia tidak memiliki inti, maka hidupnya tidak berarti. Kalau dalam hidup manusia tidak pergi, maka hidup manusia tidak menjadi puas. Kita belajar di SD, SMP, SMA, Universitas, paska sarjana sampai menjadi orang-orang terpelajar yang diakui seluruh dunia. Apakah alasan bagi manusia untuk melakukan hal itu? Karena manusia tidak bisa hidup tanpa kebenaran.
Hewan cukup hanya mengetahui di mana mencari pasangan dan di mana tempat mencari makan, tempat tidur; tiga hal itu cukup. Berbeda dengan binatang, manusia perlu pengertian, kita perlu membaca surat kabar, majalah, jurnal, buku-buku yang paling baru maupun yang kuno, mengetahui sejarah, ilmiah, teknologi, pengetahuan yang paling baru. Semua ini membuktikan bahwa manusia perlu mengisi ke dalam dirinya dan arah ke luar. Ini merupakan tiga hal yang berkaitan yang paling diperlukan seluruh umat manusia: jalan, kebenaran, hidup.
Waktu mengisi ke dalam, kita mencari ke sana-sini, dari ilmu, teknik, moral, buku, sistem dalam akademis, agama-agama yang besar untuk mengisi kebenaran yang seharusnya, sebagai inti hidup. Sesudah mendapatkan itu, manusia mencari jalan untuk menembus dari keterbatasan menuju kepada ketidakterbatasan. Sasaran manusia adalah ketidakterbatasan-kita yang mempunyai sesuatu yang sedikit, menginginkan yang banyak, jika kita sudah memiliki banyak, kita mau lebih banyak, demikianlah seterusnya. Ini bukan hanya soal uang ataupun harta, tetapi segala sesuatu yang berada antara keterbatasan dan ketidakterbatasan.
Seorang yang berusia dua puluh tahun, mungkin menganggap hidupnya cukup panjang jika sampai pada usia lima puluh. Setelah berumur lima puluh kurang sehari, ia mengharap agar umurnya lebih panjang dua puluh tahun lagi, setelah Tuhan memperpanjang umurnya dua puluh tahun lagi, semua keadaan demikian adalah usaha untuk menerobos dari keterbatasan menuju ketidakterbatasan. Inilah motivasi agama, yaitu mau melepaskan diri dari yang terbatas dan berkonflik menuju kepada yang tidak terbatas dan harmonis. Pada waktu kita pergi menuju ke sana, mengakibatkan kita bergumul dan berkontemplasi menuju ketidakterbatasan – Manusia berusaha beramal dan berbuat baik supaya bisa pergi ke sana.
Konsep “pergi” adalah konsep yang besar. Anak kecil yang ditinggal pergi oleh ibunya akan menangis. Ibunya mungkin berpikir bahwa anak itu menangis karena sayang padanya, tapi sebenarnya ia menangis karena ia sendiri belum pergi. Janganlah Anda salah paham dengan sikap anak, karena ia menangis bukan karena kita, tapi karena anakpun tidak terbatas. Konsep “pergi” adalah konsep dasar agama, konsep yang mau lepas daripada keterbatasan menuju ketidakterbatasan, itu satu naluri manusia yang paling hakiki, karena manusia dicipta dengan konsep ketidakterbatasan.
Dalam menggabungkan seluruh sistem yang besar ini, Yesus Kristus mengatakan kalimat ini: “Akulah jalan, untuk jalan keluar, di sinilah jalannya. Akulah kebenaran, untuk kebenaran hidup, isinya ada pada-Ku.” Kalimat ini adalah kalimat yang paling besar, bersangkut-paut dengan seluruh kebutuhan isi manusia dan kebutuhan jalan ke luar manusia. Kita mau pergi, seluruh sejarah mau pergi: kemana mereka hendak pergi? Yesus mempunyai jawaban:”Pergi menuju kepada Bapa, dan melalui Aku.”
Agama Budha mengatakan bahwa setelah mati, manusia pergi ke Barat, di langit Barat ada Nirwana. Agama lain mengatakan bahwa setelah mati, manusia pergi dan mudah-mudahan diterima dengan baik oleh Allah. Mereka pergi bukan dengan kepastian, tapi dengan satu tanda tanya – tidak ada jawaban tepat, tidak ada pegangan tepat dan tidak ada kepastian perginya ke mana, namun hanya ada tanda tanya. Yesus Kristus mengatakan: “Di mana Aku berada, di sana kamu akan ada bersama-sama dengan Aku.” Kalimat Tuhan Yesus ini menimbulkan reaksi besar, sengit, kontroversial dan sangat tidak adil dalam sejarah agama, teologi, dan kebudayaan.
Tantangan Atas Pernyataan Yesus
Teolog-teolog Liberal yang tidak bertanggung-jawab, yang sudah mempunyai pra-anggapan yang mereka buat sendiri, mengatakan bahwa perkataan ini tidak keluar dari mulut Tuhan Yesus, tetapi ditambah-tambah oleh Yohanes supaya orang percaya pada apa yang dia tulis. Mereka tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah, mereka berani menantang kekristenan dan Injil. Teolog-teolog demikian masih mempengaruhi pendeta-pendeta yang berani berdiri di atas mimbar, yang tidak pernah berani berdiri untuk mengkhotbahkan kalimat Tuhan ini! Bukankah kita berada dalam satu zaman di mana kita mendengar bahwa semua agama sama dan semua jalan menuju sorga? Bukankah kita terbiasa mendengar ajakan memelihara kerukunan beragama? Saya setuju bahwa antara agama yang berbeda, kita harus hidup rukun, tapi saya tidak setuju jika orang menganggap bahwa semua agama itu sama! Orang yang mengatakan semua agama itu sama hanya ada dua macam : pertama adalah mereka yang dengan sengaja mau merusak keunikan agama-agama, yang kedua adalah orang-orang yang tak pernah belajar agama.
Tanyakanlah kepada orang Islam yang ketat, apakah semua agama itu sama, maka ia akan menjawab bahwa semua agama tidak sama. Tanyakanlah pada orang Kristen, Budha, maka Anda akan tahu bahwa semua agama tidak sama. Mari kita jujur mengakui adanya ketidak-samaan, tapi meskipun tidak sama, dengan kasih Kristus kita bisa mencintai orang yang beragama lain, hidup rukun dengan mereka, berdamai dengan orang yang yang agamanya berbeda dan menghormati agama, karena agama-agama merupakan reaksi manusia terhadap wahyu Allah yang bersifat umum. Di dalam sistem agama mereka, mereka sendiri mengaku tidak menyodorkan keselamatan. Keselamatan hanya ada di dalam Kristus saja; Kristus berkata: “Aku datang untuk mencari dan menyelamatkan yang sesat.” Dia datang untuk memberi hidup kepada manusia.
Karl Jaspers, seorang filsuf dari Switzerland menulis satu buku untuk memuji empat orang, orang yang dipujinya antara lain Yesus dan Sokrates dan dua yang lain di Timur. Di dalam tesisnya, Karl Jaspers menulis tentang riwayat dan keagungan Yesus. Tetapi Karl Jaspers menulis bahwa Yesus tak pernah mengatakan bahwa Dia adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Mengapa ada orang-orang seperti teolog-teolog liberal dan filsuf-filsuf yang mengatakan kata-kata yang sama? Paulus menulis bahwa otak manusia tidak mengerti hal rohani. Bagi penilaian akal mereka, suatu kejadian yang supra akal itu tidak bisa diterima; ini hanya membuktikan bahwa mereka tetap berada dalam lingkaran keterbatasan, mereka belum menikmati kategori supra rasionil – keadaan pengertian Jaspers mengenai Kristus masih dangkal sekali.
Dalam buku lainnya ada penyataan yang paling tajam, paling bahaya dan paling menakutkan yang ditulis oleh seorang Budhisme yang paling terkemuka yang sudah meninggal dunia. Sebelum meninggal, dia mendapat reputasi tertinggi di dalam Zen Budhisme. Ia mendapat penghargaan tertinggi dari seluruh dunia, sehingga di dalam bidang filsafat, para filsuf terkemuka mengakuinya. Demikian pula dalam bidang agama, pemimpin-pemimpin agama-agama besar di dunia mengaguminya. Dia adalah seorang Jepang bernama Suzuki. Zen Budhisme yang berkembang secara pesat di Jepang mengakibatkan perdebatan yang besar antara Suzuki dengan filsuf Tionghoa bernama Hu Tse Tse. Bagi Suzuki, pemikiran Hu Tse Tze terlalu dangkal.
Suzuki menafsirkan Yohanes 14 : 6; ia mengaku bahwa Yesus betul betul sudah mengatakan hal itu (“Akulah jalan, kebenaran dan hidup”). Seorang Budhis sekaligus filsuf yang dikagumi di seluruh dunia berani mengatakan secara umum dan dengan tulisan resmi membuktikan bahwa Yesus memang mengatakan kalimat itu. Suzuki mengatakan ia tidak heran mendengar Yesus betul-betul mengatakan kalimat tersebut, itu merupakan suatu keheranan; tapi ditambah lagi dengan mengatakan bahwa ia tidak heran akan perkataan Yesus itu, maka hal itu menyebabkan kita semakin heran.
Suzuki menafsirkan bahwa Yesus sudah melatih diri sampai pada taraf tertentu. Kalau Yesus melatih diri dengan meditasi dan pembersihan, sampai mempunyai moral yang begitu tinggi, suci dan memuncak sampai taraf seperti Nirwana sehingga kontemplasi dan pemurnian diri-Nya telah sampai pada taraf puncak, maka Dia boleh mengatakan: “Aku sudah sampai; sekarang Aku sudah sampai puncak, Aku adalah jalan, Aku adalah kebenaran, dan Aku adalah hidup.” Suzuki menambahkan lagi bahwa jikalau kita bisa melatih diri seperti Yesus hidup suci, bisa bermeditasi seperti Yesus bermeditasi, bisa berkontemplasi seperti Yesus melatih dan mengkontemplasikan diri dan memurnikan diri sampai puncak, maka Andapun boleh mengatakan bahwa diri Anda adalah jalan, kebenaran dan hidup. Benarkah itu?
Kekacauan epistemologi seperti ini sesungguhnya sudah dimulai sejak kitab Kejadian 3. Di dalam Kejadian 3, hal-hal yang pasti ditafsirkan menjadi tidak pasti, sedangkan yang tidak pasti menjadi pasti. Setan mengatakan kepada Hawa bahwa jika ia memakan buah yang dilarang itu, matanya pasti menjadi lebih besar, lebih cantik dan dapat melihat lebih jelas. Tetapi setan tidak memberitahu tentang apa yang akan dilihat oleh Hawa! Setelah Hawa menurut akan perkataan setan dan matanya terbuka, maka ia melihat. Bukan Allah yang dilihatnya, bukan pula siasat dari setan, tapi yang dilihatnya adalah dirinya yang telanjang. Kitab Suci mengandung semua prinsip yang paling dasar dan paling sulit dimengerti oleh manusia di dalam agama dan kebudayaan, pendidikan dan dalam segala sesuatu penuntutan ilmu yang digali oleh manusia.
Kalau benar Yesus mengatakan: “Akulah jalan, kebenaran dan hidup”, sebagai pengumuman atas kesuksesan dan keberhasilanNya, maka timbul pertanyaan pertama: Apakah berarti Yesus sendiri berada dalam sifat perubahan? Menurut Suzuki, di dalam keadaan proses ini, Yesus makin maju, makin unggul, makin melatih diri untuk makin sempurna, akhirnya Ia mengatakan : “Akulah jalan, kebenaran dan hidup.” Pertanyaan kedua yang muncul adalah Apakah Yesus sendiri berada di dalam sifat perubahan?
Alkitab Menjawab Tantangan Tersebut
Apakah Yesus itu seorang keturunan Adam yang akhirnya sadar akan dosa-Nya, lalu berusaha berbuat baik, membersihkan diri, menjadikan diri makin maju dan makin sukses sehingga akhirnya mencapai kesucian seperti apa yang sedang digumuli oleh orang-orang Budha sekarang?
Setelah menyelidiki seluruh Alkitab, saya mendapatkan jawaban negatif. Semua keturunan Adam perlu perubahan, perlu pertobatan, tetapi Yesus Kristus tidak pernah perlu pertobatan. Kalau anda memperhatikan dengan seksama, maka Anda akan menemukan bahwa Yesus tidak pernah mengucapkan kalimat minta maaf.
Yesus tidak pernah mengatakan hal itu, karena tidak perlu bagi Dia, Dia tidak pernah berbuat salah kepada orang lain. Di dalam Kitab Suci tidak ada petunjuk, gejala fenomena, kemungkinan, kebutuhan dan keperluan bagi Yesus untuk mengatakan kalimat itu. Ia membuktikan hal itu dengan perkataan menantang: “Siapa di antara kamu yang dapat membuktikan bahwa Aku berbuat dosa, tunjukan dosa-Ku.” Bagi saya, tantangan itu merupakan tantangan yang paling besar di dalam dunia etika. Sejarah etika manusia yang sudah berlangsung beribu-ribu tahun, belum pernah membuktikan bahwa kalimat itu pernah keluar dari mulut seseorang kecuali Yesus Kristus!
Melihat kebenaran ini, kita tidak dapat memegang pendapat dan tafsiran Suzuki tersebut. Kalau memang tafsiran Suzuki itu benar, maka saya akan menjadi Buddhis dan tidak lagi menjadi orang Kristen. Bukan karena saya orang Kristen, maka saya berpihak kepada Kristen sebagai yang benar, tetapi karena Kristen itu benar, maka saya menjadi orang Kristen. Waktu saya menyelidiki Sokrates, Plato, Aristoteles, Rene Descrates, Kierkegaard, dan semua orang teragung dalam dunia, maka saya menemukan bahwa mereka semua lain jika dibandingkan dengan Kristus. Maka saya mulai meragukan kalimat Suzuki.
Bagaimana saya tahu bahwa Yesus tidak perlu akan proses pertobatan? Waktu Yohanes Pembatis mempertobatkan dan membaptiskan ratusan ribu orang bahkan jutaan orang di zamannya dalam waktu yang singkat, maka saat Yesus dibaptiskan Yohanes bukan karena bertobat! Satu-satunya kasus di mana baptisan itu tidak berhubungan sama sekali dengan pertobatan adalah baptisan air kepada Yesus. Pada waktu Yohanes Pembatis melihat bahwa Yesus datang untuk dibaptiskan, maka ia mengatakan bahwa Yesuslah yang seharusnya membaptiskan dirinya; Yohanes mengatakan hal itu, berlainan dengan adat biasa. Yohanes Pembatis lebih tua enam bulan daripada Yesus dan tidak seharusnya ia mengatakan: “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu.” Kalimat itu keluar dari mulut Yohanes, bukan karena basa-basi, mau cari muka, dan bukan karena mau menyenangkan Yesus, tidak. Ia tahu dalam hatinya bahwa Yesus lebih besar darinya; sehingga ia mengatakan :”Melepaskan tali kasut-Nya pun aku tidak layak.” Itulah satu pengertian Ilahi, untuk menunjukan bahwa manusia yang paling hebat seperti Yohanes Pembaptis, yang dipenuhi Roh Kudus sebelum ia lahir dari rahim ibunya; apabila dibandingkan dengan Yesus yang adalah Allah, maka Yohanes pun tidak layak untuk membuka tali kasut-Nya. Kalimat itu membuktikan keilahian Kristus.
Waktu Yohanes mengatakan kalimat itu, Yesus sendiri menjawab: “Biarlah kita mentaati segala kehendak Allah.” Kalimat ini membuktikan bahwa Yesus dibaptiskan bukan karena pertobatan; Ia dibaptiskan karena hendak menjalankan Taurat (Gal 4:4). Yesus dilahirkan di dalam dua hukum, pertama : hukum genetika, Ia dilahirkan bukan atas persetubuhan antara laki-laki dan perempuan tapi Ia lahir dari rahim perempuan; kedua : Yesus dilahirkan di bawah hukum, berarti Dia harus mewakili seluruh umat manusia mengulang lagi pengujian untuk taat kepada hukum Allah, sehingga menjadi teladan bagi umat manusia. Sebagaimana Adam jatuh dan berontak mewakili manusia yang berdosa, maka Yesus yang menang dan taat mewakili manusia baru dan menjadi teladan bagi Anda dan saya untuk taat kembali kepada Allah.
Apakah hubungan antara baptisan Yesus dan hukum? Sebagai seorang yang akan menjadi Iman bagi umat manusia, hukum Taurat tidak memperbolehkan seseorang menjadi imam, sampai usianya genap 30 tahun. Maka Yesus menunggu sampai berumur 30 tahun, baru Ia tampil untuk melayani sebagai imam. Di sinilah kita melihat bahwa Ia taat kepada hukum Taurat. Seorang imam juga harus diurapi atau dipercikkan air terlebih dahulu yang melambangkan pengudusan, sebelum ia memulai pekerjaannya. Yesus yang sudah kudus harus menjalankan syariat seperti juga orang lain, karena meskipun Dia tidak berdosa, Yesus dilahirkan di bawah Taurat.
Demikian pula Yohanes Pembaptis lahir dari keluarga imam Zakharia, sehingga mewarisi jabatan imam. Semua imam mempunyai pengertian dari Taurat tentang bagaimana menjadi imam; mereka masing-masing harus dibawa dahulu ke Bait Allah, dan di Bait Allah mereka menerima percikan dari atas yang melambangkan Roh Kudus menguduskan dan mengurapi dia untuk melayani Tuhan. Roh Kudus tidak pernah ada di bawah, sehingga manusia perlu dicelupkan ke dalam; tetapi Roh Kudus turun kepada seseorang, sehingga dengan percikan yang melambangkan penyucian dari Roh Kudus itu, manusia disucikan- inilah cara mempersiap-kan seseorang menjadi imam.
Waktu Tuhan Yesus datang kepada Yohanes, Ia menjalankan syariat Taurat itu, dengan demikian Yesus dibaptiskan bukan karena Ia bertobat. Ia tidak berada di dalam proses dari tidak suci menjadi suci; Yesus tidak melewati pertobatan untuk menjadi suci.
Yesus Datang Dari Allah
Yesus bukanlah manusia yang bergumul menuju kepada Allah; tetapi sebaliknya Ia adalah Allah yang sudah datang kepada manusia. Apa yang dikatakan oleh Suzuki yang isinya mengatakan bahwa Yesus mempunyai sifat manusia yang mempunyai pergumulan menjadi sifat Buddha sehingga mencapai Nirwana dan berhak mengatakan bahwa diri-Nya adalah jalan, kebenaran dan hidup, itu adalah omong korong, karena dalam Yoh 16 : 28 Yesus berkata : “Aku datang dari Bapa, masuk ke dalam dunia dan Aku pergi meninggalkan dunia kembali kepada Bapa.” Inilah perbedaan Kristus dengan semua agama; Kristus menyatakan two way traffic, sedangkan semua agama menyatakan one way traffic. Agama-agama yang lain berusaha mengajarkan manusia berbuat baik supaya amal kebaikannya diterima oleh Tuhan. One way traffic adalah: dari manusia berproses supaya menjadi baik, sehingga diterima oleh Allah. Tidak demikian dengan Yesus Kristus; Ia adalah Allah yang menjadi manusia. Dengan karya keselamatan-Nya, Ia membawa manusia kembali kepada Allah – proses yang disodorkan oleh Suzuki, tidak berlaku kepada Yesus!
Dalam suatu tanya jawab yang sengit di antara mahasiswa di Tung Hai University Taiwan, seorang teolog dari Taiwan yang bernama Chou Lien Hwa; mendapatkan satu pertanyaan dari seorang Profesor filsafat demikian: “Jika di dalam Konfusiusionisme, Buddhisme, Taoisme semua orang bisa menjadi Buddha, manusia sejati dan sebagainya, maka apakah di dalam Kristen semua orang bisa menjadi Kristus?” Sayang sekali, Chou Lien Hwa menjawab bahwa hal itu bisa. Dalam makalahnya yang disusun menjadi buku filsafat di honolulu, Chou Lien Hwa mengutip perkataan Paulus dalam Kitab Filipi yang berbunyi: “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”, sebagai alasan di mana manusia kelak akan menjadi Kristus. Pendapat seperti ini sangat keliru dan berlawanan dengan Alkitab dan hal itu adalah sesuatu yang membahayakan kekristenan. Manusia tidak bisa menjadi Kristus.
Kristus yang satu ini, berasal dari manusia yang melatih dirinya sampai sempurna, atau dipilih di antara manusia, atau ditetapkan oleh Allah di dalam kekekalan? Jawaban Alkitab adalah Kristus ditetapkan oleh Allah di dalam kekekalan. Kristus adalah Kristus yang kekal; Kristus adalah Kristus yang dari kekekalan, yang satu-satunya, yang adalah Allah, berinkarnasi menjadi manusia; Dia sekaligus adalah Allah dan manusia, Pengantara satu-satunya antara Allah dan manusia. Dengan demikian, mau tidak mau kita harus kembali kepada iman Kristen yang mengatakan:”Hanya ada satu Allah dan di antara Allah dan manusia hanya ada satu Pengantara, Pengantara itu adalah Dia yang pernah menjadi manusia.” (1 Tim 2:5).
KESIMPULAN : SIAPAKAH KRISTUS ? Sifat & Karya Kristus
Pada waktu Perjamuan Suci yang pertama, Yesus memberikan roti kepada Yohanes, murid yang dikasihi-Nya. Pada waktu Yesus hidup bersama-sama dengan Yohanes selama 3 1/2 tahun, Yohanes rupanya memperhatikan setiap gerak-gerik Yesus, lalu ia memperhatikan cara Yesus bekerja, melakukan mukzizat dan semua yang lain diperhatikannya. Dalam surat 1 Yoh 1 : 1, 2 atas pimpinan Roh Kudus rasul Yohanes menulis demikian :
“Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup–itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.” ( 1 Yohanes 1:1-2)
Yohanes menulis bahwa apa yang dinyatakan Bapa padanya dan rasul-rasul Kristus lainnya adalah Firman hidup yang ada dari “sejak semula”. Firman hidup yang pernah menjadi daging dan darah, telah dilihatnya (melihat dengan memperhatikan dan menunjukan mata dengan sungguh-sungguh, untuk mengerti dan dengan rasa ingin tahu), telah merabanya dengan tangannya. Kita memerlukan mata yang peka, pikiran yang lincah, jangan sampai sudah menjadi orang Kristen selama berpuluh tahun tanpa mengerti apa-apa tentang Tuhan. Yesus Kristus adalah satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia.
Hidup di dunia adalah hidup yang tidak mungkin dipuaskan kecuali kita mencari kebenaran. Kalau kita mencari kebenaran dan kebenaran itu lebih mengisi kita, maka itu berarti bahwa kebenaran itu pasti lebih besar dari hidup. Waktu kita mencari kebenaran, kita mengira bahwa kita memiliki jalan untuk mengerti kebenaran, tetapi jalan untuk mencari kebenaran, sudah terbukti dalam semua agama adalah hal yang sia-sia. Semua pendiri agama mengaku bahwa mereka belum memperoleh apa-apa, sehingga jalan menuju hidup sebenarnya bukan dimulai dari hidup, bukan dari hidup menuju kebenaran. Waktu kebenaran menyatakan diri manusia kepada Allah, tetapi dari Allah kepada manusia. Maka kaitan antara jalan, kebenaran dan hidup hanya dimengerti dalam Kristus yang adalah Allah Yang Benar, yang memberi jalan dan Allah yang memberi hidup.
Tuhan Yesus mengatakan:”Akulah jalan, kebenaran dan hidup.” Waktu Ia mengatakan kalimat ini, Ia telah mengatakan kalimat yang begitu besar sehingga sekaligus mencakup seluruh alam semesta di dalam pencaharian manusia tentang sistem nilai.
Pencarian manusia tentang sistem nilai, dicari manusia dalam dua bidang besar, yaitu agama dan filsafat. Manusia mau mengenal Allah, kebenaran, dan segala sesuatu hanya melalui dua cara. Cara pertama yaitu memakai hatinya untuk merenungkan, cara kedua yaitu menggunakan otak untuk memikirkan- dan hal ini tak pernah terlepas dari usaha manusia sepanjang sejarah untuk mencari kebenaran.
Agama lebih dalam daripada kebudayaan, kebudayaan lebih dalam daripada filsafat, filsafat lebih dalam daripada ideologi-ideologi politik. Agama yang dalam dan agung semua berasal dari Asia; tetapi mau tidak mau, kita harus mencantumkan satu hal yang penting di dalam Alkitab, yaitu kejatuhan manusia. Influence of the fall.
Setelah manusia jatuh, maka agama dicampuri oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Seolah-olah penemuan ilmiah tidak dicampuri oleh kejatuhan manusia; itu sebab kalau Anda belajar ilmu pengetahuan, hal itu tidak berbahaya jika dibandingkan dengan belajar agama. Agama yang tidak beres bisa mengakibatkan manusia bunuh diri, mengkultuskan individu sehingga akhirnya mengakibatkan kerusakan luar biasa seperti James Jones dan lainnya yang mengajarkan bunuh diri yang katanya untuk Tuhan. Tapi, apakah benar bahwa rasio tidak dicemarkan oleh kejatuhan manusia ke dalam dosa seperti yang dikatakan oleh sebagian orang yang menganut Natural Theology? Apakah benar bahwa kecemaran dosa tidak masuk ke dalam otak? Pada faktanya, penemuan daripada pikiran dan filsafat di Barat akhirnya memberikan kegagalan besar di dalam dunia. Karena apa hal ini terjadi? Karena dengan pikiran dan dengan menemukan prinsip-prinsip ciptaan Allah, manusia mungkin menciptakan bom atom seperti Einstein, tetapi atom itu juga bisa digunakan manusia untuk menghasilkan listrik dan mengusahakan perdamaian di dunia. Jadi, kejatuhan manusia merusak dan mencemari seluruh aspek hidup manusia. Di dalam dunia semacam inilah Tuhan Yesus berkata: “Akulah jalan, kebenaran dan hidup.”
Waktu Yesus berkata:”Akulah jalan…”, Tuhan bermaksud menyatakan kepada manusia agar jangan mengira bahwa agama bisa menyelamatkan; jalan satu-satunya adalah Yesus Kristus yang mati dan hidup bagi Anda, bukan agama. Bukankah semua agama mencari jalan? Tapi bukankah pendiri-pendiri agama akhirnya mati ditengah jalan sebelum mendapatkan jalan itu? Di dalam semua agama, tidak ada seorangpun pendirinya yang mengalami kebangkitan.
Yesus adalah kebenaran. Ia menunjukan kalimat ini ke dunia Barat. Ditengah-tengah dunia, Yesus berkata: Akulah jalan, kebenaran dan hidup.” Di dalam semua sistem filsafat, tidak ada kehidupan, semua filsuf-filsuf yang besar sudah ada di dalam kuburan. Satu-satunya yang menjadi pengharapan manusia adalah Kristus, yang berkata: “Akulah jalan, kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun kembali kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Inilah Kristologi, inilah Sifat dan Karya Kristus, yang selama ini belum pernah kita jamah dan belum pernah kita mengerti dengan pengertian yang tuntas. Begitu besar dan begitu agung Kristus; siapakah saya? Saya adalah menusia yang diselamatkan, sehingga bisa diberikan akan jalan menuju kepada hidup yang kekal di dalam Bapa. Sudahkah Anda mengenal Kristus? Kalau sudah, berapa besar cinta Anda kepada Yesus Kristus? Kiranya mulai saat ini kita menundukkan diri di hadapan Tuhan dan kita semua menaklukan diri kepada Raja di atas segala raja.
BAB V : SIAPAKAH KRISTUS ? Sifat & Karya Kristus
KEUNIKAN YESUS KRISTUS
Dalam sejarah ada satu orang yang lahirnya meminjam tempat, yang matinya pinjam kuburan, yang waktu hidup tidak ada apa-apanya, tak pernah dalam Alkitab dikatakan di mana tempat tinggal Tuhan Yesus yang permanen, tak pernah dikatakan Alkitab tempat Dia makan dengan uang yang rutin, tak pernah dikatakan dalam Alkitab berapa besar gaji-Nya, tak pernah dikatakan dalam Alkitab kalau Dia pernah punya dana untuk program penginjilan-Nya atau ada pendukung yang tetap. Tak pernah dikatakan ada administrasi yang menunjang Dia. Tetapi yang dikatakan Alkitab adalah Kerajaan Allah harus dikabarkan, karena kerajaan Allah sudah dekat. Beban-Nya, visi-Nya, berita-Nya, pengurapan Roh Kudus atas-Nya jelas, semuanya jelas, dan itulah yang digarap, sampai Dia mati, organisasi belum beres, sampai Dia mati administrasi tidak beres. Orang-orang yang mengikut Dia tidak tahu kenapa Tuhan bertindak secara demikian. Mereka bertanya kepada-Nya:”Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Yesus menjawab mereka: ”Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis 1:6-8)
Dalam sejarah ada seorang yang waktu lahir sangat miskin, waktu mati begitu miskin, tetapi ketika bangkit dan hendak naik ke sorga Ia mengutus murid-Nya ke seluruh dunia. Ke seluruh dunia? Dari mana dananya? Murid-Nya sudah begitu takluk kepada-Nya sehingga tidak berani bertanya, ke seluruh dunia harus naik kendaraan apa? Dan bahkan Tuhan tidak mempersoalkan itu, namun yang penting mereka akan pergi ke seluruh dunia, dan hal-hal yang lain adalah urusan Tuhan – inilah kekristenan. Kekristenan dimulai dengan cara seperti ini.
Orang-orang Encyclopaedic School of Philosophy di Perancis pada abad 18 berusaha memadamkan kekristenan, tetapi beberapa puluh tahun kemudian mereka sendiri yang dipadamkan. Setiap zaman, setiap abad, setiap regim, setiap pemerintahan, yang berusaha menumpas kekristenan, pasti pada akhirnya mereka sendiri yang ditumpas. Api penginjilan itu dari Surga, yang dilemparkan oleh Kristus tidak mungkin dipadamkan. Siapakah Yesus itu? Makin kita berfikir kita makin tidak tahu, kecuali satu jawaban. Jawaban itu keluar dari mulut seorang pujangga Inggris, ia adalah C.S Lewis. Dulunya ia adalah seorang ateis, menerima evolusi dan menghina kekristenan. Tetapi akhirnya perlahan lahan ia menyelidiki dan akhirnya bertobat menjadi Kristen. Sesudah pujangga ateis ini menjadi Kristen, di Inggris terjadi satu goncangan yang luar biasa. Sesudah ia bertobat dan menjadi Kristen, ia terus menerus menulis buku tentang kekristenan yang memakai bahasa yang indah, mudah dibaca dan mengandung humor yang indah sekali. Pada satu hari C.S Lewis mengutarakan satu kalimat konklusi, “If Jesus is not God, then who is He?” Pernahkah Anda memikirkan bagaimana satu kalimat yang pendek seperti ini bisa mengungkapkan semacam penyaluran kepercayaan dan pengertian yang begitu hebat? Jikalau Yesus bukan Allah, maka cobalah katakan siapakah Dia?
Agama Baru Yang Hendak Berdiri
Kalau kita mengatakan Yesus bukan Allah, maka ada beberapa kemungkinan. Pertama, mungkin Dia seorang sombong yang mengaku diri-Nya anak Allah. Apakah Yesus adalah manusia biasa yang terlalu berani menganggap diri-Nya Allah? Apakah Yesus orang biasa yang sudah gila? Orang gila berani mengatakan dengan kalimat luar biasa? Siapapun orang yang bertemu dengan orang gila akan merasa takut. Mungkin Yesus gila kalau mengatakan diri-Nya sebagai satu-satunya jalan, satu-satunya kebenaran dan satu-satunya hidup, mengatakan diri-Nya roti hidup dan sebagainya. Mungkin Yesus gila, mungkin tidak beres atau mungkin orang sombong. Apakah kemungkinan hal ini terjadi pada Yesus? Tetapi akhirnya satu persatu secara logika dikoreksi oleh C.S. Lewis sendiri, akhirnya mengatakan bahwa satu-satunya kemungkinan Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, maka itulah satu-satunya kemungkinan Yesus mengucapkan kalimat-kalimat yang tak pernah diucapkan oleh orang lain.
August Comte adalah pendiri semacam aliran filsafat yang disebut “Logical Positivism”. Semacam aliran filsafat yang menganggap bahwa sejarah dunia ini harus dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama disebut tahap mitologis, manusia percaya kepada mitos dan gejala alam; lalu setelah kebudayaan manusia semakin maju dan mulai tidak percaya kepada mitos, maka mereka masuk pada tahap ke dua yaitu tahap metafisika. Tetapi setelah manusia lebih maju sampai pada tahap ilmiah, maka manusia tidak perlu lagi Allah, manusia tidak perlu lagi Kitab Suci dan semua upacara keagamaan, maka manusia masuk dalam tahap ilmiah. Pada satu hari Comte mengatakan bahwa scientific stage ini sama artinya dengan tahap positif, di mana manusia sudah cukup pintar, tidak perlu pendeta, tak perlu Alkitab, tak perlu agama, tidak perlu Allah. Tetapi setelah berfikir lagi akhirnya Comte berkata bahwa hal itu tidak mungkin demikian, bagaimana juga manusia tetap perlu agama. Tetapi agama yang semacam apa?
Agama yang diperlukan manusia masa kini, menurut Comte mestilah agama yang tidak ada hubungan dengan mitos, hal-hal yang metafisika, ataupun mujizat. Pokoknya semua hal yang berhubungan dengan Allah pencipta langit dan bumi harus dibuang. Tuhan Yesus menyembuhkan, harus dibuang. Maka yang sisa adalah, kita harus berbuat baik dan harus bersyukur pada Allah. Allah siapa? Tidak tahu! Pokoknya Allah yang di sorga sana. Itu sudah cukup untuk menyenangkan Dia. Akhirnya agama seperti itu jadi agama humanisme. Agama humanisme ini dipelopori oleh August Comte.
Thomas Carlyle yang namanya begitu besar, menulis buku tentang revolusi Perancis. Thomas Carlyle ini dalam menyusun bukunya memerlukan waktu 26 tahun untuk mengumpulkan data-data dan bahan-bahannya, baru ia menulis dengan baik. Setelah ia menulis ratusan halaman, pada suatu hari ia mendapat seorang pembantu rumah tangga yang baru, dan si pembantu itu mengira tulisan itu tidak terpakai, maka semua tulisan Thomas Crlyle dibakarnya habis. Tulisan manuskrip asli dengan data yang dikumpulkan puluhan tahun itu semua dibakar dalam api. Waktu Carlyle pulang dan mendapati bahwa semua tulisannya dibakar habis, ia tidak marah melainkan mulai menulis ulang dengan seluruh ingatannya.
Pada suatu hari August Comte bertemu dengan Thomas Carlyle dan mengatakan bahwa ia akan mendirikan agama baru yaitu humanisme, agama tanpa pendeta, tanpa Alkitab dan tanpa hal-hal metafisika. Kemudian Thomas Carlyle menjawab Comte demikian : “Selamat! Tetapi kalau Anda ingin agar agama yang Anda dirikan menjadi sukses, paling sedikit harus ada tiga syarat. Pertama, Anda harus mengatakan kalimat-kalimat yang belum pernah diucapkan oleh siapapun. Kedua, Anda harus mengerjakan hal-hal yang belum pernah dikerjakan oleh siapapun. Dan ketiga, Anda harus berani mengumumkan kapan Anda akan mati dan tiga hari setelah hari kematian, Anda mesti bangkit lagi. Kalau tiga syarat ini Anda penuhi, maka agama yang Anda dirikan pasti sukses.”
Jawaban Thomas Carlyle adalah ringkasan untuk mengatakan siapakah Kristus. Kristus pernah mengatakan kalimat-kalimat yang belum pernah diucapkan oleh siapapun, Kristus pernah mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang belum pernah dikerjakan oleh siapapun, dan Kristus pernah mengatakan bahwa Ia akan bangkit pada hari ketiga dan akhirnya dibuktikan oleh ratusan orang akan kebangkitan itu.
Dengan ketiga keunikan Kristus yang dikemukakan oleh Thomas Carlyle ini, marilah kita memikirkan tentang apa yang dikatakan oleh Alkitab. Alkitab mengatakan bahwa Kristus mengatakan perkataan yang berbeda dengan orang lain. Ketika orang-orang disuruh pergi untuk menangkap Yesus, akhirnya mereka pulang dengan tangan hampa, dengan rantai yang tidak mengikat, dan dengan gemetar karena tidak dapat menunaikan tugas mereka. Lalu orang yang mengutus mereka menangkap Yesus bertanya dengan marah: “Mengapa engkau tidak menangkap Yesus?” Jawab para pesuruh itu adalah : “Ketika kami pergi ke sana kami pergi mendengarkan ada sekelompok orang-orang yang mendengarkan Dia, dan kami sadar perkataan-Nya belum pernah dikatakan orang lain.” Mereka langsung sadar, bahwa kalimat itu tidak pernah diucapkan oleh orang lain.
Kalau kita tidak dapat membedakan antara perkataan yang bermakna dan yang tidak, maka kita tidak dapat memiliki satu kemajuan yang pesat, tetapi kalau kita bisa membedakan maka pasti akan terjadi perubahan dalam hidup kita.
Melampaui Segala Sesuatu
Sifat ke dua adalah sifat yang melampaui tempat; tidak ada tempat yang membatasi Dia. Jika di Indonesia ada dua orang berdoa demi nama Yesus, maka Yesus ada di antara mereka. Tetapi pada saat yang sama di Moskow ada dua orang yang berdoa demi nama Yesus, maka Yesus juga ada ditengah-tengah mereka. Ini tidak pernah terjadi pada pendiri-pendiri agama manapun. Pernahkah Confusius mengatakan: ”Jikalau engkau menyebut namaku, Confusius, Confusius, maka aku akan datang”? Sokrates, Confusius, Tagore, Muhammad, nabi-nabi, Daniel, Amos, sampai Petrus, Yohanes, Paulus, tidak ada orang yang mungkin, tidak ada orang yang boleh, tidak ada orang yang sanggup mengemukakan kalimat ini dengan membuktikan kebenarannya, Tetapi apakah Anda senantiasa dan sudah pernah merasakan penyertaan Tuhan Yesus?
Semua di antara kita pernah mengalami penyertaan Tuhan Yesus. Semua orang percaya, di Indonesia, di mana saja, di gereja-gereja lain, seluruh dunia, ratusan juta, bahkan milyaran orang Kristen sepanjang sejarah, sudah membuktikan kebenaran kalimat Tuhan Yesus ini. Waktu mereka berdoa dalam nama Tuhan Yesus, mereka menikmati penyertaan Tuhan. Ini bukan kalimat yang keluar dari mulut manusia biasa. Kalimat Tuhan Yesus ini bersifat melampaui tempat, melampaui waktu dan melampaui sejarah, sehingga waktu atau periode tidak dapat membatasi Dia.
Dengan siapakah kita berani membandingkan orang-orang suci dalam agama lain dengan Kristus? Apakah Lao Tze sama dengan Yesus? Apakah Confusius sama dengan Yesus? Tidak sama! Mereka adalah manusia, tetapi Yesus adalah Allah! Mereka semua itu adalah orang yang agung, mereka mempunyai pemikiran yang tinggi, tetapi bagaimanapun juga mereka tetap adalah manusia tetapi Yesus adalah Tuhan Allah.
Tuhan Yesus mengatakan, “Bapa-ku bekerja sampai hari ini, dan Aku juga.” Tuhan Yesus juga mengerjakan pekerjaan Bapa. Pekerjaan apakah itu? Ada tiga pekerjaan yang paling besar :
Karya Penciptaan – Creation
Karya Penebusan – Redemption
Karya mewahyukan kebenaran – Revelation
Allah yang sejati adalah Allah yang menciptakan segala sesuatu ex nihillo, dari tidak ada menjadi ada. Ini adalah karya Allah yang terbesar yang pertama. Karya Allah yang kedua adalah karya penebusan. Ketika ciptaan-Nya sudah salah, ketika ciptaan-Nya sudah berdosa; manusia berada dalam pemberontakan, di dalam perbuatan dosa; maka Allah yang diberontak itu bukannya marah, tetapi Ia rela mengorbankan diri-Nya untuk menebus. Jangan lupa bahwa Tuhan begitu mencintai kita, yang menghina, yang mengejek, yang menolak Dia, yang mengumpat dan membuang Dia. Tetapi ketika paku menembus daging-Nya dan darah-Nya mengalir, pada saat itu juga darah-Nya mengampuni kita semua. Penebusan Kristus dikerjakan sebagai pekerjaan-Nya yang ke dua. Pekerjaan ketiga mewahyukan kebenaran. Hanya Allah sendiri yang mampu mewahyukan diri-Nya kepada manusia. Hanya Allah yang mampu mewahyukan kebenaran kepada manusia. Yesus sebagai Allah mengerjakan ketiga hal ini.
Dari mana kita melihat kalau Yesus mencipta? Alkitab sudah cukup jelas memberitahukan kepada kita. Ini adalah tindakan penciptaan karena Allah yang menciptakan manusia membuat manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup kepadanya, lalu manusia menjadi makhluk yang hidup. Tindakan penciptaan ada pada karya Kristus. Kristus melakukan tindakan mencipta. Alkitab mengatakan tidak ada sesuatu yang dicipta tanpa melalui Dia. Semua dicipta melalui Dia, melalui tindakan penciptaan Kristus, Kristus adalah Allah karena Ia menciptakan.
Tuhan Yesus menebus. Hanya Allah yang dapat menebus. Tetapi Kristus di dalam dunia, meskipun Ia banyak menyembuhkan orang, banyak merawat orang yang perlu, membuat banyak mujizat untuk menunjukan bahwa Dia Allah, tetapi dalam penebusan Ia mengatakan kalimat yang penting. Dua kali Tuhan Yesus mengatakan : “Inilah darah-ku, yang dialirkan untuk menjadi tebusan bagi orang banyak.” (Matius 20:28 dan Matius 26 : 28) Tuhan Yesus akan dibunuh di kayu salib untuk menebus, untuk membeli kembali manusia yang sudah dikuasai setan. Manusia lebih suka night club daripada Alkitab, lebih suka mencari pelacur daripada mendengar khotbah dari hamba Tuhan, lebih suka berjudi daripada mencari kebenaran Tuhan Allah, kita menganggap pergi kebaktian adalah membuang waktu, padahal seumur hidup kita membuang waktu Tuhan. Kita kira Tuhan yang membuang waktu kita. Kita sudah diperbudak oleh iblis, kita ada dalam cengkeraman iblis. Tuhan Yesus telah membeli orang-orang yang telah ditawan oleh setan dan mereka kembali kepada Bapa. Inilah penebusan, inilah karya Kristus yang kedua.
Tuhan Yesus mengatakan, “Jikalau bukan Anak yang menyatakan kepadamu, niscaya tidak ada seorangpun yang mengenal Allah. Tetapi jika Anak sudah menyatakan barulah engkau tahu Dia adalah Bapamu”. Allah adalah Bapa, tetapi tanpa Anak yang memperkenalkan kepada kita, kita tidak akan tahu siapakah Bapa itu. Tuhan Yesus adalah Pewahyu, Allah Yehova akan menjadi Bapa kita: semua ini digenapkan hanya di dalam diri Tuhan Yesus Kristus. No one knows God without knowing Christ, through knowing Christ we know who God is.
Setelah Tuhan Yesus menyatakan cinta kasih yang begitu sempurna, barulah kita mengenal Allah. Setelah Tuhan Yesus Kristus mempunyai hidup kesucian yang begitu ketat, barulah kita mengetahui Allah kita adalah Allah yang tidak berkompromi dengan dosa. Allah yang suci itu adalah Allah yang menyatakan kesucian-Nya melalui Anak-Nya yang tunggal. Waktu Tuhan Yesus hidup di dunia Ia tidak pernah menolak orang berdosa yang paling besar. Tetapi pada waktu Yesus Kristus dalam dunia, Ia tidak pernah menerima dosa yang paling kecil. Dosa yang kecilnya seperti sebutir pasirpun ditolak oleh Dia, tetapi orang berdosa yang dosanya sebesar apapun juga datang kepada-Nya, diampuni-Nya.
Confusius mengatakan: “Kalau orang baik padamu, berbuatlah baik kepada orang itu, tetapi kalau orang tidak baik kepadamu, engkau harus lurus dan berani menghadapi dia.” Kalau kita mau mengatakan tentang etika yang paling mendalam, maka dapat kita katakan bahwa ajaran Lao Tze lebih dalam dari Confusius. Lao Tze mengatakan “Kalau orang baik kepadamu, baiklah kepadanya, tetapi kalau orang tidak baik kepadamu, tetaplah baik kepadanya.” Dengan sendirinya Confusius kalah dari Lao Tze dalam bidang relasi sosial, di dalam etika berinteraksi sesama manusia dan dalam saling menghargai. Confusius mempunyai satu keadilan yang bersifat timbal-balik. Kalau engkau baik kepadaku, aku akan baik kepadamu; tetapi kalau engkau tidak baik kepadaku, aku akan lurus dan tegas terhadap kamu. Rasanya ini memang benar, jika ada orang baik, kita baik; kalau orang tidak baik, kita tidak baik. Kalau kamu baik kepadaku, aku baik kepadamu, kalau kamu tidak baik baik kepadaku, ia tegas kepadamu, itu lumrah dan wajar. Tetapi Lao Tze tidak, ia berkata, bahwa orang baik kepadamu baiklah kepada dia, tetapi kalau orang tidak baik kepadamu, tetaplah baik kepadanya. Bagaimana dengan Yesus?
Yesus tidak meniru mereka; bahkan tidak pernah Yesus mengatakan sesuatu berdasarkan pikiran manusia, karena Dia sendiri adalah sumber kebenaran. Ia mengatakan : “Engkau pernah mendengar perkataan, jika orang baik kepadamu, baiklah kepadanya, tetapi kalau orang tidak baik kepadamu, engkau juga tidak baik kepadanya. Orang melukai gigimu, lukai giginya. Gigi ganti gigi, mata ganti mata. Tetapi Aku berkata kepadamu :orang yang memusuhi engkau, cintailah musuhmu.” Kalimat seperti ini belum pernah dikatakan oleh siapapun dalam sejarah, dan tidak mungkin diucapkan oleh manusia keturunan Adam yang seluruhnya telah dicemari oleh dosa-itu tak mungkin, mustahil. Hanya perkataan Yesus Kristus yang mengatakan, “Jika ada musuh yang membenci kamu, cintailah dia; jikalau ada yang menganiaya kamu, berdoalah bagi mereka”. Kalimat ini telah merubah seluruh etika kekristenan, sehingga Flavius Joshepus (Sejarawan bangsa Yahudi abad pertama sesudah Masehi) mengatakan, “Saya heran, waktu orang-orang itu mau diterkam oleh singa yang sengaja dipersiapkan untuk membunuh orang Kristen, maka orang Kristen bukannya maki-maki atau marah-marah, tetapi mereka malah bernyanyi memuji Tuhan, dan mendoakan musuh mereka.” Pengaruh dari mana ini? Pengaruh dari Yesus Kristus, pengaruh dari Anak Allah. Siapakah Yesus Kristus? Dia adalah Penebus, Pewahyu, melalui hidup-Nya yang telah menjadi teladan, Ia telah menyatakan siapakah Allah itu.
Yang Dikalahkan Oleh Kebangkitan-Nya
Ia mengumumkan kapan saat kematian-Nya, dan kapan ia bangkit. Tidak ada seorangpun seperti Yesus yang mengatakan : “Aku berkata sungguh-sungguh kepadamu, pada satu hari Anak Manusia akan dijual, akan dikhianati, akan ditangkap, dan mati, tetapi pada hari ke tiga akan bangkit dari kematian.” Tuhan Yesus berkata dalam Wahyu 1 : 18 “Aku mati, tetapi Aku sudah bangkit. Dalam tangan-Ku ada kunci pintu kerajaan maut.” Kunci kerajaan maut ada di tangan-Nya; kunci pintu yang menutup kerajaan maut ada dalam tangan Yesus, dan kunci pintu yang merintangi kuasa maut berada dalam tangan-Nya. Siapa yang dapat mengucapkan kalimat-kalimat seperti itu kecuali Kristus? Siapakah Dia? Siapakah yang sudah mengumumkan bahwa diri-Nya akan mati, tetapi pada hari yang ke tiga akan bangkit kembali?
Waktu Yesus bangkit, ada begitu banyak kekuasaan harus tunduk pada kebangkitan-Nya, yaitu : pertama, kuasa politik yang tidak beres. Waktu itu Pilatus memerintahkan untuk membawa Yesus disalibkan ke bukit Golgota, lalu Pilatus mencuci tangannya. Sudah bersalah tetapi berusaha cuci tangan, dianggapnya dengan begitu ia bisa mencuci dosa. Ini kuasa politik yang tidak beres. Banyak orang menerima suap, lalu cuci tangan, banyak orang telah melakukan kesalahan lalu mencuci tangan. Sesudah Pilatus memberi perintah untuk menyelesaikan semua, Yesus dikuburkan. Tetapi pada waktu Tuhan Yesus bangkit hal ini membuat Pilatus gemetar. Yesus yang bangkit berarti menunjukan bahwa Pilatus yang tidak benar.
Yang kedua, kuasa militer tidak dapat menahan dia. Waktu Yesus mati kubur Yesus harus dijaga oleh tentara-tentara yang mengelilingi seluruh kuburan itu. Paling sedikit ada 80 tentara yang menjaga, karena menurut orang-orang yang melaporkan, Yesus buat issue Ia akan bangkit, tetapi Mayat-Nya akan dicuri oleh murid-murid-Nya, dan sesudah itu dikatakan Yesus bangkit. Karena itu mereka berusaha menjaga dari luar, supaya tidak ada orang yang berani datang dan mencuri mayat Yesus. Karena itu mereka terus berkeliling, terus melihat bagian luar, apakah ada pencuri yang datang. Mereka tidak mengangka bahwa pencuri mayat itu memang tidak datang, tetapi mayat itu sekarang hidup kembali. Waktu mereka melihat ke kanan ke kiri ada suara sendiri dari kubur itu, yang menggulingkan batu itu. Mereka gemetar ketakutan. Kuasa militer tidak bisa merintangi kebangkitan Yesus.
Ketiga, kuasa kebangkitan Yesus membuktikan bahwa kuasa agama yang palsu tidak merintangi Dia. Orang Farisi berusaha mengatakan bahwa Yesus tidak bangkit tetapi mayat-Nya dicuri. Orang Farisi memakai uang untuk menyiarkan kabar bohong. Dengan uang itu mereka mau membeli agar orang tutup mulut. Tetapi uang itu tidak bisa membeli hal itu. Yesus sudah bangkit bagaimana, bagaimana dengan uang mereka? Uang itu tidak dapat bekerja apa-apa. Murid-murid mengabarkan bahwa Yesus bangkit. Orang Farisi berusaha mengancam untuk membunuh orang yang mengatakan bahwa Yesus bangkit, tetapi para murid tidak perduli, kalau toh mereka harus dibunuh, mereka tetap mengakui bahwa Yesus bangkit. Tidak ada orang yang mau mati untuk kebohongan, tetapi orang mau mati untuk kesejatian. Mungkin ada orang yang mau berbohong demi uang, tetapi tidak ada orang yang mau mati untuk suatu hal yang merupakan kebohongan, sebenarnya tidak mempunyai dasar kekuatan, tetapi kalau toh ada orang yang harus mati demi kebenaran maka dasar bagi mereka mau mati adalah demi kebenaran.
BACA JUGA: YESUS KRISTUS=YHWH (YAHWEH)
Keempat, kebangkitan Tuhan Yesus Kristus membuktikan bahwa kuasa alam tidak dapat merintangi Dia. Batu itu harus terguling. Untuk menggulingkan batu itu agar bisa menutup kuburan paling sedikit diperlukan lima atau enam orang yang kuat, baru bisa batu itu menjadi penutup kuburan itu. Siapakah yang kemudian sanggup menggulingkan dan membuka batu penutup kubur itu? Siapa yang dapat merubah posisi batu yang besar itu?
Kalau Yesus yang dikira mati itu sesungguhnya tidak jadi mati, tetapi hanya pingsan saja, setelah sadar dari pingsan lalu bangun. Setelah dipaku, tidak makan, lalu Ia bangun dan berusaha menggulingkan batu itu, pastilah tidak mungkin bisa terguling. Hal itu hanya mungkin terjadi karena kuasa Ilahi. Yesus bangkit, seperti perkataan Dia, “Dengan sesungguhnya Aku berkata kepadamu, anak Manusia harus dijual dan mati di atas kayu salib, dikuburkan, tetapi pada hari yang ketiga akan bangkit”. Karya-Nya adalah mencipta, menebus, dan mewahyukan kebenaran.
BAB VI : SIAPAKAH KRISTUS ? Sifat & Karya Kristus
KEKRISTENAN DI ABAD 20
“Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Matius 16:22-23)
Terjemahan Alkitab dalam bahasa Jerman yang diterjemahkan Martin Luther, menerjemahkan perkataan Petrus dalam Matius 16 : 22 dengan satu kalimat yang berarti “Oh Tuhan, kasihankanlah diri-Mu sendiri, jangan ke Golgota” Tetapi Tuhan Yesus berkata kepada Petrus “Iblis! Enyahlah engkau.”
Kalau Anda mengenal Yesus Kristus dengan mendalam, maka sifat Kristus adalah sifat rela mengorbankan diri dan karya Kristus adalah mati di atas salib. Maukah kita mengikuti Kristus yang seperti Alkitab kabarkan? Yesus mengatakan kepada Petrus, “Iblis Enyahlah engkau!”, padahal pada sesaat sebelum Petrus mempunyai wahyu Allah, tetapi kemudian diakatakan sebagai iblis, karena tidak mengerti akan makna Injil dan kayu salib. Teologi Petrus benar? Memang benar. Injilnya ada? Belum ada; sudah reformed? Sudah; Injili? Belum.
a. Pengenalan Yang Salah
Orang-orang Kristen dapat saja mengatakan siapakah Kristus secara otak, logika dan teologi yang benar, sambil sekaligus tidak mengenal kuasa salib Kristus. Yesus mengatakan ”Enyahlah engkau setan, karena engkau tidak tahu makna Tuhan.” Terima wahyu Tuhan? Terima; Mengerti maknanya? Belum. Gereja yang ingin mengabarkan injil dengan sungguh-sungguh, berkobar-kobar luar biasa dan giat bagi pekerjaan Tuhan, harus mempersiapkan hamba Tuhan yang siap mengabarkan Injil dengan sungguh hati dan penuh pengabdian. Dengan demikianlah orang-orang Kristen dapat dipakai Tuhan. Orang yang melayani Tuhan pada waktu tertentu harus berani mati untuk Tuhan – ini bukan omong kosong.
Orang-orang yang rela menyerahkan diri sepenuhnya bagi pekerjaan Tuhan, bahkan yang merelakan hari depannya di tangan kemurahan Tuhan tidak boleh kita rugikan. Bahkan sejahtera yang cukup untuk semua orang yang melayani Tuhan di dalam beban dan panggilan yang sama, harus tetap diusahakan. Tetapi kesempatan bagi para hamba Tuhan untuk mengalami pergumulan yang sulit pada masa permulaan sangat perlu, karena kalau tidak ada itu maka seumur hidup ia tidak memiliki kekuatan. Jangan menolong mereka yang sedang bergumul untuk menjadi kuat, karena tanpa pergumulan itu, tidak akan pernah ada beton dalam hati mereka. Kalimat-kalimat seperti ini keluar dari hati saya dengan beban yang berat luar biasa. Orang yang selalu makan makanan yang sudah digiling dengan halus, tidak akan memiliki gigi yang kuat.
Tuhan Yesus tidak menerima kalimat “Oh, Tuhan, kasihankanlah dirimu.” Kita terlalu sering menjadi orang yang mengasihani diri sendiri. Kalau Tuhan memperbolehkan kita disalah-mengerti, dipuji dipersulit, mengalami banyak air mata, maka pada saat itu kita mempunyai hak untuk menerima tangan Tuhan sendiri yang sudah menciptakan langit dan bumi, untuk menghapus air mata kita. Kita akan mengalami suka cita. Tetapi orang yang tidak pernah mengalirkan air mata untuk Tuhan, maka ia tidak ada hak untuk meminta Tuhan merangkul dan menyeka air matanya. Kalau sekarang ada kesempatan untuk melayani lalu mendapat banyak kesulitan maka itu adalah hak istimewa. Mereka yang belum pernah bergumul dengan mengalirkan air mata dan belum pernah mengalami kesulitan yang luar biasa, tidak mungkin dapat melayani Tuhan dengan baik.
Kita sekarang ada di dalam zaman modern, abad 20. Abad 20 adalah abad yang bodoh karena orang-orang di abad 20 tidak mempunyai tulang punggung sendiri, bahkan rela mentaklukan diri dan menghambakan diri kepada ideologi-ideologi abad 19. Abad 20 bukanlah abad yang paling pintar, paling bijaksana, paling maju ataupun paling mutakhir, tetapi abad ini adalah abad yang bodoh. Teori-teori yang kita terima sebagai prinsip hidup yang muncul sekarang untuk diperluas dan dipopulerkan sehingga milyaran manusia dikuasai oleh pikiran dan prinsip-prinsip idealisme yang sesungguhnya berasal dari abad 19.
Abad ke berapa timbulnya teori evolusi? Charles Darwin menulis buku “The Origin of Species” pada tahun 1859, lalu dibaca oleh Karl Marx pada tahun 1860, dan orang komunis langsung mengetahui teori itu. Orang Kristen yang sudah ketinggalan 150 tahun, masih belum tahu teori evolusi. Omong kosong kalau orang Kristen mau menantang dunia dan menjadi terang dunia tanpa belajar dengan rajin. Darwin tetap mengadakan penyelidikan terus menerus, sampai akhirnya menjadi tua dan menyadari bahwa teorinya tidak benar – ia lalu kembali kepada Alkitab. Seorang perempuan dari skotlandia yang bernama Lady Hook pergi ke Inggris dan pergi ke daerah suburban dari kota London dan mencari Charles Darwin. Pada waktu itu Darwin sedang membaca buku yang tebal sekali lalu menanyakan buku yang sedang dibaca oleh Darwin. Darwin mengatakan, “This is the Bible, I call it the Royal Book“, Buku Kerajaan. Buku yang begitu mulia, tinggi dan berharga. “I discovered that the principle of biology according to what I found in the nature is so close with the creation theory in the first chapter in the Genesis”. Teori dan prinsip biologi yang saya temukan di dalam urutan-urutan presuposisi saya begitu dekat dengan Alkitab. Kitab Suci ini begitu luar biasa.
Teori evolusi itu kemudian diajarkan kepada manusia abad ke 20. Komunisme timbul di abad 19 lalu menjajah manusia pada abad ke 20. Eksistensialisme timbul pada abad 19 dan mempengaruhi manusia pada abad 20. Teori psikoanalisa dari Sigmund Freud timbul pada akhir abad 19 lalu timbul lagi di awal abad 20 lalu mempengaruhi seluruh abad 20. Semua teori abad 19 sudah menjadi pikiran yang merajalela di dalam rasio manusia abad 20. Logical Positivism dari abad 19 merajalela di abad 20. Orang-orang yang memiliki bijaksana dari Tuhan, sudah melihat dengan begitu tajam akan hal-hal yang akan terjadi dan sebelum kebahayaan datang ia sudah sadar akan keadaan dunia. Sedangkan orang lain yang belum sadar kesalahannya, mengatakan bahwa orang bijaksana seperti itu adalah orang yang aneh.
Sekarang bagaimana dengan gereja? Gereja sudah kehilangan bahan khotbah? Gereja sudah kekurangan bahan pengajaran? Sudah tidak ada lagi firman diberitakan dari mimbar? Mestikah gereja mencari bintang-bintang penyanyi untuk mengundang jemaat mengikuti kebaktian? Bagaimana dengan khotbah dan pengajaran firman? Kalau tidak dikembalikan ke fokus pemberitaan injil, gereja mau jadi apa? Haruskah khotbah yang dibawakan dibuat selucu mungkin, supaya menarik pendengar lebih banyak? Baikkah khotbah yang membuat pendengar merasa sakit perut karena lucu? John Stott mengatakan satu kalimat “I don’t understand why you American preachers always use jokes in your preachings?” Mengapa orang Amerika harus lucu di dalam khotbahnya untuk bisa menarik pendengar? Sedangkan nabi-nabi, rasul-rasul, ketika mereka berkhotbah mereka berperang dengan kuasa kegelapan, ketika mereka berkhotbah mereka memproklamirkan firman Tuhan dan menyatakan kebenaran. Kalau pemuda-pemudi kita sekarang ini tidak dididik untuk mengenal firman Tuhan yang sejati, dan setelah 20 tahun lagi mereka menjadi pemimpin gereja, maka mereka menjadi pemimpin gereja macam apa? Mereka menjadi penatua macam apa? Lalu sekolah teologi tidak mengajar doktrin yang ketat, melainkan asal bisa cukup uang, asal bisa menarik orang, asal bisa kelihatan cukup mewah, cukup bagus, lalu gereja mau jadi apa?
Siapa yang menjadi fokus di dalam iman kerohanian orang Kristen? Apakah jemaat datang ke gereja hanya untuk menerima berkat Tuhan, datang ke gereja supaya kaya supaya sembuh, atau sekedar datang mengikuti arus yang besar? Yesus Kristus mengatakan bahwa orang seperti itu tidak layak mengikut Dia. Barang siapa mau mengikut Yesus, harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Kristus. Berjiwa mau menyangkal diri, berjiwa mau membuang egoisme, berjiwa mau mengurangi segala kemungkinan meninggikan diri, lalu meninggikan Kristus. Inilah iman yang sejati.
B. Pengenalan Yang Benar
Kita telah memikirkan siapakah Yesus dari pandangan dunia dan dari tantangan Yesus kepada murid-murid-Nya. “Menurut orang-orang, siapakah Anak Manusia?” Murid-murid Tuhan menjawabnya: “Yeremia.” Mereka melihat Yesus begitu sabar, penuh belas kasihan, seperti Yeremia yang menangisi Israel supaya bertobat sehingga mereka berpendapat bahwa Yesus adalah seorang nabi yang mempunyai roh Yeremia. Yang lainnya berpendapat bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang sudah dipenggal mati, tetapi bangkit pula dan sekarang mengabarkan Injil dengan semangat yang sama.
Tuhan Yesus sekarang bertanya, “Menurut kamu siapakah Aku?” Petrus dengan berani tampil mengucapkan kalimat yang begitu kental mewakili orang Kristen sejati dari segala zaman, “Engkau adalah Kristus, Anak Allah yang hidup.” Yesus mengkonfirmasi bahwa apa yang Petrus katakan adalah benar. Itu bukan dari dirinya sendiri tetapi merupakan sesuatu yang diwahyukan Bapa di sorga kepadanya. Yesus menyambut pengakuan iman yang paling dasar dan pertama kali, membuktikan bahwa Dia mulai memberikan pengajaran yang penting, yaitu bahwa kepercayaan kepada Kristus karena manusia diberi wahyu oleh Allah. Jika kita tidak percaya Allah mewahyukan Anak-Nya kepada manusia, tidak mungkin iman yang sejati timbul dari diri manusia. Yesus berkata: “Hai Simon, Simon bin Yunus dengan sesungguhnya Aku berkata kepadamu bahwa itu bukan dari manusia, tetapi itu adalah wahyu dari Allah sendiri.” Waktu Allah memberikan wahyu kepada manusia baru manusia mengerti siapakah Allah. Jikalau Allah menutup rahasia pewahyuan, maka tidak ada seorangpun mengerti Kristus. Kristologi bisa menjadi tepat dan akurat hanya berdasarkan wahyu Allah tentang Anak Allah yang tunggal itu.
C. Berdirilah Gereja Di Atas Dunia
Sesudah ada pengertian yang benar mengenai wahyu Allah yang kokoh baru ada gereja. Paulus mengatakan “Aku tahu siapa yang kupercaya, yaitu Kristus.” Gereja didirikan atas dasar nabi dan rasul, di mana Kristus menjadi batu penjuru (Ef 2 : 20). Artinya berdasarkan Kristus sebagai batu yang paling penting yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama diwakili nabi-nabi, Perjanjian Baru diwakili dengan rasul-rasul. Nabi dipakai Tuhan untuk menuliskan kitab-kitab Perjanjian Lama sedangkan para rasul untuk menulis sebagian firman-Nya yang disebut Perjanjian Baru. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menjadi dasar iman kita. Apa yang tidak sesuai dengan yang dicatat dalam Alkitab jangan diterima! Karena iman kita berdasarkan firman yang ditulis oleh para nabi dalam Perjanjian Lama dan para rasul dalam Perjanjian Baru dan keduanya itulah yang menjadi suatu pertanggung-jawaban bagi iman kita. Gereja yang didirikan di atas nabi dan rasul dan Kristus yang menjadi batu penjuru, biarlah terus berpegang pada prinsip-prinsip Alkitab. Pendirian ini harus kita jalankan sebagai orang yang melayani Tuhan. SIAPAKAH KRISTUS ? Sifat & Karya Kristus.
Amin.