TUGAS KHUSUS SEORANG KRISTEN (2 TIMOTIUS 4:1-5)
Pdt. Effendi Susanto, S.Th.
Bagian ini biar kita baca dengan serius dan khusuk, dengan satu kesadaran penting luar biasa kalau kita mengetahui konteksnya di 2 Timotius 4: 6, “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.” Inilah konteks yang mendasari 2 Timotius 4:1-5 di depan.
Ada tiga hal yang penting di 2 Timotius 4:1 ini Paulus bicara berkaitan dengan siapakah Yesus Kristus yang saat ini sedang duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Satu hal yang diungkapkan kepada kita yang intinya pada waktu Ia datang, kedatanganNya kali yang kedua, yang jelas sama sekali berbeda dengan keadaan dan kondisi pada waktu Yesus Kristus datang ke dunia kali yang pertama.
Pertama, Yesus Kristus akan datang kembali. Kedua, Yesus Kristus akan datang untuk menghakimi. Ketiga, demi kerajaanNya. Dari sini kita bisa melihat Alkitab secara konsisten bicara tentang Allah Bapa yang akan menghakimi kita, tetapi setelah Yesus Kristus mati, bangkit dan mendapatkan kemuliaan dan naik ke surga, ada nuansa yang berubah. Sekarang Allah Bapa akan menyerahkan penghakiman itu kepada AnakNya, karena Yesus berhak menerima kuasa, otoritas, dan kekuasaan sampai selama-lamanya.
Mengapa Paulus memberikan pesan yang sungguh-sungguh kepada Timotius seperti ini? Karena sebagai hamba Tuhan, sebagai pelayan Tuhan, satu kali kelak kita akan berdiri di hadapan Yesus untuk dihakimi oleh Dia. Itu berarti setiap hamba Tuhan mengambil keputusan berdedikasi melayani Tuhan dan menjadi seorang hamba Tuhan, dan setiap kita yang mengambil keputusan untuk boleh menjadi pelayan dan pengurus rumah Tuhan, mari kita taruh dalam hati kita yang sedalam-dalamnya akan hal ini. Itu berarti aturan, prinsip yang ketat dan juga standar yang tinggi akan diletakkan oleh Tuhan sebagai Gembala dan Hakim bagi setiap kita.
Yang kedua, pada waktu Paulus mengatakan Yesus Kristus akan datang menghakimi kita, ini kita jangan hanya melihat ini sebagai perkataan yang menakutkan, tetapi mari kita juga melihatnya sebagai satu insentif yang paling penting bagi kita, supaya kita tidak lagi melihat standar penilaian yang lebih sekunder, yang lebih rendah daripada itu. Mari kita mendapatkan satu insentif yang paling penting, karena tidak ada hal yang lebih indah daripada kalimat yang keluar dari mulut Yesus pada waktu kita bertemu dengan Dia, “Hai, hambaKu yang baik dan setia, well done!” Ini harus menjadi satu dorongan yang penting di dalam pelayanan kita.
Kita dalam hidup ini betapa gampang dan mudah terpancing oleh pujian dari manusia. Kita betapa gampang dan mudah juga terpancing oleh respons dan sikap orang di dalam hidup kita. Kita betapa gampang dan mudah juga terpancing ingin menunjukkan performance kita untuk bisa dihargai dan dihormati oleh orang lain. Tetapi jangan biarkan keinginan-keinginan daging seperti itu membuat kita melupakan satu insentif yang penting: satu kali kelak Tuan kita Yesus Kristus akan datang dan biarlah standarNya yang menjadi standar yang menilai setiap kita.
Yang ketiga, Paulus mengatakan “demi KerajaanNya,” artinya Yesus Kristus akan datang kembali, meng-klaim apa yang menjadi hak dan milik kepunyaanNya. Dunia dan segala ciptaanNya sudah dengan palsu di-klaim oleh si Jahat dan secara palsu juga di-klaim oleh manusia yang berpikir itu adalah milik mereka; apa yang kita dapat dan kita raih, kita pikir itu milik kita semuanya. Tidak. Satu kali kelak Kristus akan datang dan meng-klaim itu semua adalah milikNya.
Itu sebab kalimat pembukaan ini sangat penting untuk setiap hamba Tuhan, untuk setiap pelayan Tuhan, mari kita letakkan hal ini menjadi insentif, kita tahu dan menyadari bahwa kita sedang melayani Tuhan, Raja di atas segala raja, yang memiliki kerajaan yang tidak akan pernah berlalu adanya. Sehingga Paulus bisa berkata, “Segala jerih payah kita tidak akan pernah pulang dengan sia-sia” (1 Korintus 15:58).
Preambule pembukaan ini menjadi dasar yang penting, di hadapan Allah dan Yesus Kristus, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu. Apa yang Paulus pesankan? Ada lima kata imperatif yang muncul: beritakanlah firman; siap sedialah baik atau tidak baik waktunya; nyatakanlah apa yang salah; tegurlah dan nasehatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Puji Tuhan, kita melihat terjemahan bahasa Indonesia ada lima akhiran “-lah” dari kata kerja imperatif yang muncul di ayat ini: beritakanlah, siap sedialah, nyatakanlah, tegurlah, nasehatilah.
Kalimat pertama Paulus muncul, “Beritakanlah!” Ini adalah panggilan untuk menjadi seorang public preacher, inilah panggilan Tuhan kepadamu. Lalu di dalam panggilan itu Paulus menyebutkan aspek imperatif yang kedua: siap sedialah, in the bad seasons or in the good seasons; ada availability dan kesiapan hati.
John Calvin adalah salah satu anak muda yang lari dari penganiayaan kepada orang Protestan di Perancis menuju Geneva.. Calvin sendiri di dalam bukunya mengatakan dia pergi ke Geneva sebab dia tahu di situ dia bisa belajar firman Tuhan dengan baik dan teliti karena banyak tokoh Reformator yang tinggal di Geneva. Ia mau mendapatkan ketenangan dan boleh hidup dengan damai dan belajar firman Tuhan bagi dirinya sendiri supaya hidup rohaninya bisa bertumbuh maju.
Yang selanjutnya tiga kata yang saling berkaitan di sini: koreksi, tegur, encourage. Koreksi dalam pengertian supaya mengingatkan ada yang salah; tegur dalam pengertian supaya mengingatkan orang itu stop dan jangan teruskan kesalahannya; tetapi encourage berarti apa yang sudah luka itu disembuhkan dan diperbaiki lagi. Meluruskan apa yang bengkok, menyembuhkan apa yang sakit, mendorong orang yang putus asa. Kita tidak hanya mendengarkan apa yang kita suka dan kita mau.
Beritakanlah firman. Firman yang seperti apa? Firman yang mengkoreksi hidup orang; firman yang mengur orang; tetapi juga firman yang meng-encourage orang, memberi kekuatan, menghibur mereka, memperlihatkan apa yang salah. Inilah natur dari firman Tuhan; itulah sifat dari Alkitab sendiri.
Ada dua hal yang perlu kita perhatikan pada TUGAS KHUSUS SEORANG KRISTEN .
Yang pertama, saudara tidak usah merasa minder dan kuatir bahwa isi dari Alkitab yang diturunkan kepada kita ini tidak berbentuk Tuhan mendiktenya langsung dari surga. Itu harus kita pegang baik-baik.
Kedua, kita juga tahu bahwa yang menjadi tulisan awal yaitu teks asli dari para rasul dan nabi itu sudah tidak kita miliki lagi. Itu tidak perlu menjadi kekuatiran kita. Mengapa? Mari kita lihat beberapa argumentasi ini.
Salah satu contoh sederhana, kita lihat Yeremia 36, Yeremia mengutus Barukh untuk membawa naskah dari firman yang Tuhan sampaikan melalui Yeremia kepada raja. Raja marah dan tidak mau menerima firman ini dan membakarnya. Tetapi Tuhan menyuruh Yeremia untuk menulis lagi apa yang sudah dikara oleh Yoyakim, raja Yehuda itu.
Kenapa Paulus perlu memberikan charge yang serius ini kepada Timotius? Kita kembali kepada 2 Timotius 4:3-4 karena akan datang waktunya orang tidak lagi dapat menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran. Ini adalah situasi yang aneh dan gila, orang lebih suka kepada dongeng daripada kebenaran. Ini menjadi tantangan kita, tugas panggilan kita untuk melayani Dia dengan serius.
Karakter apa yang penting dan perlu bagi kita yang melayani Tuhan? 2 Timotius 4: 5 menjadi ayat yang penting bagi setiap kita yang hidup sebagai orang Kristen, yang melayani Tuhan di berbagai tempat dan aspek kehidupan: kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita dan lakukanlah pekerjaan pemberitaan Injil, tunaikanlah tugas pelayananmu.
Pertama, milikilah pikiran yang terkontrol. Anak-anak muda mungkin dipengaruhi oleh filsafat “listen to your heart” yang menganjurkan hati kita yang memimpin seluruh tindakan kita, ikuti suara hatimu. Itu tidak boleh. Suara hati kita gampang menipu kita. Perasaan kita gampang sekali menipu kita. Yang benar adalah biar hati kita dipimpin oleh pikiran kita; biar pikiran kita dipimpin oleh firman Tuhan. Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, situasi yang aneh dan gila dalam dunia ini, biar pikiran kita terkontrol dengan tenang.
Kedua, Paulus mengingatkan kita melakukan pemberitaan Injil sebagai our daily task. Kita seringkali pikir rutin itu menjemukan, hal-hal yang sama kita kerjakan dari hari ke hari itu tidak mengenakkan. Tetapi Paulus mengatakan kalimat ini, do evangelise daily, itu tugasmu sehari-hari, itu tanggung jawabmu, kerjakan dengan setia. Tidak ada hidup kita yang tidak dibentuk oleh kerutinan sehari-hari. Menjadi orang tua kita bangun, kita kerjakan tugas kita. Pada waktu kita menjalani hal yang rutin hari ke sehari mari kita tidak boleh mengabaikan kalimat yang muncul dari rasul Paulus hari ini.
Surat 2 Timotius 4:1-5. 2 Timotius 4:1. Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya: 4:2 Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. 4:3 Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. 4:4 Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. 2 Timotius 4:5 Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!
TUGAS KHUSUS SEORANG KRISTEN .
Bagian ini biar kita baca dengan serius dan khusuk, dengan satu kesadaran penting luar biasa kalau kita mengetahui konteksnya di 2 Timotius 4: 6, “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.” Inilah konteks yang mendasari 2 Timotius 4:1-5 di depan.
Paulus tahu hidupnya sudah hampir berakhir dan setiap kalimat yang dia tuliskan menjadi pesan penting, satu legacy darinya. “In the presence of God the Father and in the presence of Jesus Christ, I charge you…” Di hadapan Allah Bapa dan di hadapan Yesus Kristus, aku berpesan dengan sungguh-sungguh. Tidak ada hal yang lebih solemn daripada kalimat ini; Paulus menyatakan hal ini penting dan serius, seperti kita mencetuskan satu sumpah, seperti kita menyatakan satu janji nikah.
Ada tiga hal yang penting di 2 Timotius 4:1 ini Paulus bicara berkaitan dengan siapakah Yesus Kristus yang saat ini sedang duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Satu hal yang diungkapkan kepada kita yang intinya pada waktu Ia datang, kedatanganNya kali yang kedua, yang jelas sama sekali berbeda dengan keadaan dan kondisi pada waktu Yesus Kristus datang ke dunia kali yang pertama.
Kali pertama Dia datang, Dia lahir di palungan yang hina, Yesus sendiri berkata, “Serigala punya liang, burung punya sarang, tetapi Anak Manusia tidak punya tempat untuk meletakkan kepalaNya.” Dia dihina, disiksa, dibunuh, bahkan waktu mati pun kuburannya pinjaman dari orang. Dia mati di dalam keadaan mati yang paling hina daripada semua kematian yang pernah ada, Dia mati di atas kayu salib. Tetapi Paulus berbicara mengenai status Kristus, keadaan Kristus yang sekarang ini berada dalam kemuliaan di surga.
Pertama, Yesus Kristus akan datang kembali. Kedua, Yesus Kristus akan datang untuk menghakimi. Ketiga, demi kerajaanNya. Dari sini kita bisa melihat Alkitab secara konsisten bicara tentang Allah Bapa yang akan menghakimi kita, tetapi setelah Yesus Kristus mati, bangkit dan mendapatkan kemuliaan dan naik ke surga, ada nuansa yang berubah. Sekarang Allah Bapa akan menyerahkan penghakiman itu kepada AnakNya, karena Yesus berhak menerima kuasa, otoritas, dan kekuasaan sampai selama-lamanya.
Mengapa Paulus memberikan pesan yang sungguh-sungguh kepada Timotius seperti ini? Karena sebagai hamba Tuhan, sebagai pelayan Tuhan, satu kali kelak kita akan berdiri di hadapan Yesus untuk dihakimi oleh Dia. Itu berarti setiap hamba Tuhan mengambil keputusan berdedikasi melayani Tuhan dan menjadi seorang hamba Tuhan, dan setiap kita yang mengambil keputusan untuk boleh menjadi pelayan dan pengurus rumah Tuhan, mari kita taruh dalam hati kita yang sedalam-dalamnya akan hal ini. Itu berarti aturan, prinsip yang ketat dan juga standar yang tinggi akan diletakkan oleh Tuhan sebagai Gembala dan Hakim bagi setiap kita.
Yakobus 3:1 mengingatkan kita jangan cepat-cepat ingin menjadi guru karena setiap orang yang mengajar orang lain akan dihakimi dengan standar yang lebih berat. Kenapa Tuhan memberikan standar seperti itu kepada hamba-hamba Tuhan? Saya percaya karena hamba Tuhan menjadi wakil Tuhan, berdiri mewakili Kristus menggembalakan JemaatNya; berdiri mewakili Tuhan kita dalam hidup ini, dan satu kali kelak Dia akan menuntut pertanggungan jawab dengan standar yang tinggi kepada setiap orang yang melayani Tuhan.
Yang kedua, pada waktu Paulus mengatakan Yesus Kristus akan datang menghakimi kita, ini kita jangan hanya melihat ini sebagai perkataan yang menakutkan, tetapi mari kita juga melihatnya sebagai satu insentif yang paling penting bagi kita, supaya kita tidak lagi melihat standar penilaian yang lebih sekunder, yang lebih rendah daripada itu. Mari kita mendapatkan satu insentif yang paling penting, karena tidak ada hal yang lebih indah daripada kalimat yang keluar dari mulut Yesus pada waktu kita bertemu dengan Dia, “Hai, hambaKu yang baik dan setia, well done!” Ini harus menjadi satu dorongan yang penting di dalam pelayanan kita.
Kita dalam hidup ini betapa gampang dan mudah terpancing oleh pujian dari manusia. Kita betapa gampang dan mudah juga terpancing oleh respons dan sikap orang di dalam hidup kita. Kita betapa gampang dan mudah juga terpancing ingin menunjukkan performance kita untuk bisa dihargai dan dihormati oleh orang lain. Tetapi jangan biarkan keinginan-keinginan daging seperti itu membuat kita melupakan satu insentif yang penting: satu kali kelak Tuan kita Yesus Kristus akan datang dan biarlah standarNya yang menjadi standar yang menilai setiap kita.
Jangan kecewa kalau kita hidup menjadi orang Kristen yang ditertawakan karena iman kita. Jangan malu, kecil hati dan minder pada waktu kita tidak mendapatkan pujian melainkan kritikan dan cemoohan dari orang-orang di dalam hidup kita. Itu memang bukan menjadi achievement kita dalam hidup ini.
Yang kedua, Yesus Kristus akan datang kembali, dalam pengertian Ia akan datang untuk melihat hasil kerja kita, “SiDak,” inspeksi mendadak. Waktu di “SiDak” baru ketahuan ada orang yang kerjanya bermalas-malasan, malu bukan main. Tetapi orang yang bekerja dengan setia Yesus Kristus akan datang menghargai dan bangga melihat hasil kerja kita.
Yang ketiga, Paulus mengatakan “demi KerajaanNya,” artinya Yesus Kristus akan datang kembali, meng-klaim apa yang menjadi hak dan milik kepunyaanNya. Dunia dan segala ciptaanNya sudah dengan palsu di-klaim oleh si Jahat dan secara palsu juga di-klaim oleh manusia yang berpikir itu adalah milik mereka; apa yang kita dapat dan kita raih, kita pikir itu milik kita semuanya. Tidak. Satu kali kelak Kristus akan datang dan meng-klaim itu semua adalah milikNya.
Itu sebab kalimat pembukaan ini sangat penting untuk setiap hamba Tuhan, untuk setiap pelayan Tuhan, mari kita letakkan hal ini menjadi insentif, kita tahu dan menyadari bahwa kita sedang melayani Tuhan, Raja di atas segala raja, yang memiliki kerajaan yang tidak akan pernah berlalu adanya. Sehingga Paulus bisa berkata, “Segala jerih payah kita tidak akan pernah pulang dengan sia-sia” (1 Korintus 15:58).
Preambule pembukaan ini menjadi dasar yang penting, di hadapan Allah dan Yesus Kristus, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu. Apa yang Paulus pesankan? Ada lima kata imperatif yang muncul: beritakanlah firman; siap sedialah baik atau tidak baik waktunya; nyatakanlah apa yang salah; tegurlah dan nasehatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Puji Tuhan, kita melihat terjemahan bahasa Indonesia ada lima akhiran “-lah” dari kata kerja imperatif yang muncul di ayat ini: beritakanlah, siap sedialah, nyatakanlah, tegurlah, nasehatilah.
Kalimat pertama Paulus muncul, “Beritakanlah!” Ini adalah panggilan untuk menjadi seorang public preacher, inilah panggilan Tuhan kepadamu. Lalu di dalam panggilan itu Paulus menyebutkan aspek imperatif yang kedua: siap sedialah, in the bad seasons or in the good seasons; ada availability dan kesiapan hati.
Saya percaya ini boleh menjadi panggilan yang indah bagi setiap kita, kita mungkin pemalu, kita tidak mampu dan tidak sanggup secara bakat dan karunia yang ada pada diri kita, tetapi saya percaya itu tidak menjadi soal di dalam pelayanan Tuhan. Sejarah sudah memperlihatkan kepada kita begitu banyak anak-anak Tuhan telah Tuhan pakai dan lengkapi sehingga orang lain juga takjub melihat betapa ajaib Tuhan bisa merubah seseorang.
Banyak hal di belakang seseorang menjadi seperti ini karena kita bersedia dan belajar untuk bertumbuh. Maka orang yang berdiri di mimbar saudara akan tahu dia baru belajar dari dua hal, kalau dia siapkan bahan untuk setengah jam tetapi lima belas menit sudah habis bahannya; atau dia siapkan bahan untuk setengah jam tetapi sudah satu jam lebih belum selesai juga karena dia tidak tahu bagaimana menutup khotbahnya. Ini prinsip yang Paulus ajarkan, siap sedia, make yourself available. Tuhan panggil kita seperti ini.
Dalam hidupmu menjadi anak Tuhan kadang engkau menghadapi tantangan kesulitan tetapi jangan biarkan itu menjadi penghalang bagimu. Dalam keadaan sehat ataupun sakit, biar Kristus dimuliakan dalam hidupmu. Ada waktu yang lancar, ada waktu sulit; ada waktu, ada ‘tidak ada waktu’; Paulus ingatkan Timotius, always available.
John Calvin adalah salah satu anak muda yang lari dari penganiayaan kepada orang Protestan di Perancis menuju Geneva.. Calvin sendiri di dalam bukunya mengatakan dia pergi ke Geneva sebab dia tahu di situ dia bisa belajar firman Tuhan dengan baik dan teliti karena banyak tokoh Reformator yang tinggal di Geneva. Ia mau mendapatkan ketenangan dan boleh hidup dengan damai dan belajar firman Tuhan bagi dirinya sendiri supaya hidup rohaninya bisa bertumbuh maju.
Itu adalah keinginan John Calvin. Di Geneva, dia bertemu dengan William Farrel yang waktu itu berumur 23 tahun sedang berkhotbah. William Farrel melihat dia dan berkata, keinginanmu itu tidak cukup, saya percaya Tuhan panggil engkau menjadi seorang pengkhotbah.
Calvin menolak dan mau pergi sebab dia adalah seorang anak muda yang pemalu adanya.. Puji Tuhan, Farrel mengeluarkan kalimat yang akhirnya membuat Calvin tidak jadi pergi, “Kalau kamu pergi, terkutuklah engkau! Tuhan panggil engkau untuk menjadi pengkhotbah. Engkau tidak boleh hanya belajar demi untuk dirimu sendiri.” Maka dari itu kemudian, karena panggilan Tuhan melalui Farrel, Calvin yang pemalu dan tidak fasih lidah akhirnya takluk dan taat.
Sejak itu kita tahu Calvin mewariskan begitu banyak commentary bagi kita, karena dari hari Senin, Rabu, Jumat, Sabtu dan Minggu, dia dengan setia meng-eksposisi kitab-kitab penting yang diturunkan kepada kita. Saya percaya ini kesaksian hidup bagi Calvin yang begitu similar dengan Timotius. Kita ingat Timotius sendiri adalah seorang yang pemalu dan tidak berani.
Yang selanjutnya tiga kata yang saling berkaitan di sini: koreksi, tegur, encourage. Koreksi dalam pengertian supaya mengingatkan ada yang salah; tegur dalam pengertian supaya mengingatkan orang itu stop dan jangan teruskan kesalahannya; tetapi encourage berarti apa yang sudah luka itu disembuhkan dan diperbaiki lagi. Meluruskan apa yang bengkok, menyembuhkan apa yang sakit, mendorong orang yang putus asa. Kita tidak hanya mendengarkan apa yang kita suka dan kita mau.
Kita juga tidak boleh terus menyatakan penghakiman dan penghukuman Tuhan tanpa kita menyatakan keselamatan dan penghiburan di dalamnya. Tetapi kita tidak boleh terus mengkhotbahkan God is love, God is good, tanpa kita mengatakan bahwa Tuhan juga mencegah dan melarang kita terus melakukan apa yang salah. Tuhan juga memerintahkan kita untuk mengkoreksi hidup kita.
Beritakanlah firman. Firman yang seperti apa? Firman yang mengkoreksi hidup orang; firman yang mengur orang; tetapi juga firman yang meng-encourage orang, memberi kekuatan, menghibur mereka, memperlihatkan apa yang salah. Inilah natur dari firman Tuhan; itulah sifat dari Alkitab sendiri.
Dalam 2 Timotius 3:15-17 kita mengetahui firman Tuhan mengajar orang, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan memimpin kita kepada keselamatan di dalam Yesus Kristus. Mari kita sungguh mencintai dan menghargai Alkitab yang kita miliki sebagai satu karya pekerjaan Tuhan memelihara firman yang sudah Ia sampaikan ribuan tahun yang lalu menjadi firman yang sampai sekarang kita baca dan dengar.
This Bible is our Bible. Ini yang akan kita tegakkan sama-sama.
Banyak orang skeptis mempertanyakan apakah betul Alkitab ini firman Tuhan? Apakah di luar dari Alkitab ini tidak ada firman Tuhan yang lain? Lalu pertanyaan kedua yang muncul, apa benar semua yang dicatat di Alkitab itu benar, bisa jadi banyak terkandung kesalahan di dalamnya?
Ada dua hal yang perlu kita perhatikan pada TUGAS KHUSUS SEORANG KRISTEN .
Yang pertama, saudara tidak usah merasa minder dan kuatir bahwa isi dari Alkitab yang diturunkan kepada kita ini tidak berbentuk Tuhan mendiktenya langsung dari surga. Itu harus kita pegang baik-baik.
Kedua, kita juga tahu bahwa yang menjadi tulisan awal yaitu teks asli dari para rasul dan nabi itu sudah tidak kita miliki lagi. Itu tidak perlu menjadi kekuatiran kita. Mengapa? Mari kita lihat beberapa argumentasi ini.
1.Pertama, waktu Yesus memegang dan membaca Alkitab, yang Ia baca pada jaman itu sendiri bukan tulisan atau naskah asli dari Perjanjian Lama. Yang dibaca oleh Yesus itu semua adalah copy atau salinan daripada tulisan aslinya. Di dalam penyalinan seperti itu, di dalam kelemahan manusia mungkin bisa terjadi kesalahan penyalinan. Tetapi kita bersyukur kepada Tuhan ada begitu banyak salinan yang bisa saling diperbandingkan sehingga dari situ kita bisa tahu di bagian mana terjadi salah tulis sehingga bisa diperbaiki.
Dan kita harus lihat, walaupun Yesus memegang dan membaca copy salinan, Ia sendiri tidak pernah meragukan dan mengabaikan otoritas dan esensi yang penting, dan ini yang Paulus tekankan di sini, “All scripture is God-breathed…”
2.Kemudian kita masuk kepada aspek kedua ini, Tuhan yang kita percaya tidak boleh menjadi Tuhan yang Deisme, yang kita pikir setelah menciptakan dunia ini lalu Ia duduk-duduk saja membiarkan perjalanannya berputar tanpa intervensi dari Tuhan. Kita tidak boleh mengabaikan intervensi Tuhan yang sanggup bekerja di dalam sejarah dan di dalam hidup setiap kita.
Tetapi sayang sekali begitu banyak orang Kristen percaya Allah ada namun kenyataannya di dalam hidup kita di-govern oleh natural law. Kita rasa umum seperti inilah jalannya, kita pakai segala cara seperti orang dunia, berjuang, berpikir, me-manage, mengatur hidup kita. Memang satu pihak tidak salah karena Allah menciptakan natural law, tetapi kita tidak boleh mempunyai konsep Deisme seperti ini.
Kita percaya Ia adalah Allah yang aktif intervensi dan berkarya di dalam hidup kita dan di dalam perjalanan sejarah. Maka kita percaya pada waktu orang meng-copy dan menyalin teks Alkitab ini, di tengah kelemahan itu kita percaya ada intervensi dan campur tangan Tuhan menjaga dan melindungi proses ini sampai akhirnya Kanonisasi 66 kitab itu menjadi satu keseluruhan yang di-recognise oleh Gereja sebagai Alkitab kita. Itu semua tidak lepas dari Providensi Tuhan bekerja di dalamnya.
Salah satu contoh sederhana, kita lihat Yeremia 36, Yeremia mengutus Barukh untuk membawa naskah dari firman yang Tuhan sampaikan melalui Yeremia kepada raja. Raja marah dan tidak mau menerima firman ini dan membakarnya. Tetapi Tuhan menyuruh Yeremia untuk menulis lagi apa yang sudah dikara oleh Yoyakim, raja Yehuda itu.
Jadi ada firman Tuhan yang sampai kepada jaman kita ketika Tuhan berfirman, Tuhan bisa katakan itu tidak perlu dituliskan lagi karena Tuhan tidak menginginkan itu menjadi firman yang diteruskan kepada kita. Tetapi ada bagian ini, sekuat-kuatnya, sejaya-jayanya, manusia ingin mencegah firman Tuhan, kita melihat intervensi ini. Kitab yang sudah dibakar, tulis lagi. Dari sini kita percaya maka kitab yang kita terima melewati ribuan tahun ditulis oleh berbagai penulis dan sampai kepada kita, semua itu adalah kitab suci karya nafas Allah sendiri.
Kenapa Paulus perlu memberikan charge yang serius ini kepada Timotius? Kita kembali kepada 2 Timotius 4:3-4 karena akan datang waktunya orang tidak lagi dapat menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran. Ini adalah situasi yang aneh dan gila, orang lebih suka kepada dongeng daripada kebenaran. Ini menjadi tantangan kita, tugas panggilan kita untuk melayani Dia dengan serius.
Karakter apa yang penting dan perlu bagi kita yang melayani Tuhan? 2 Timotius 4: 5 menjadi ayat yang penting bagi setiap kita yang hidup sebagai orang Kristen, yang melayani Tuhan di berbagai tempat dan aspek kehidupan: kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita dan lakukanlah pekerjaan pemberitaan Injil, tunaikanlah tugas pelayananmu.
Pertama, milikilah pikiran yang terkontrol. Anak-anak muda mungkin dipengaruhi oleh filsafat “listen to your heart” yang menganjurkan hati kita yang memimpin seluruh tindakan kita, ikuti suara hatimu. Itu tidak boleh. Suara hati kita gampang menipu kita. Perasaan kita gampang sekali menipu kita. Yang benar adalah biar hati kita dipimpin oleh pikiran kita; biar pikiran kita dipimpin oleh firman Tuhan. Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, situasi yang aneh dan gila dalam dunia ini, biar pikiran kita terkontrol dengan tenang.
Kita belajar tidak boleh panik, belajar stabil di dalam karakter kita menghadapi tantangan dan situasi yang ada. Di dalam kita melayani bersama-sama kita perlu pikiran yang terkontrol dan tenang menghadapi segala situasi.
Kedua, Paulus mengingatkan kita melakukan pemberitaan Injil sebagai our daily task. Kita seringkali pikir rutin itu menjemukan, hal-hal yang sama kita kerjakan dari hari ke hari itu tidak mengenakkan. Tetapi Paulus mengatakan kalimat ini, do evangelise daily, itu tugasmu sehari-hari, itu tanggung jawabmu, kerjakan dengan setia. Tidak ada hidup kita yang tidak dibentuk oleh kerutinan sehari-hari. Menjadi orang tua kita bangun, kita kerjakan tugas kita. Pada waktu kita menjalani hal yang rutin hari ke sehari mari kita tidak boleh mengabaikan kalimat yang muncul dari rasul Paulus hari ini.
Ketiga, Paulus bilang sabar. Paulus berkali-kali menyebutkan kata ini “sabar… sabar…” Banyak hal yang kita kerjakan di dalam hidup ini tidak bisa kita lihat hasil secepatnya. Kita tidak bisa bernafsu meng-invest sesuatu dan ingin segera memetik hasilnya. Kita tidak bisa memanen benih yang baru kita tanam tadi pagi. Kita memerlukan kesabaran di dalam hidup ini. Kita tidak boleh lupa, Usain Bolt pelari 100m, itu kita menonton pertandingan yang paling cepat, hanya berlari 10 detik. Tetapi untuk 10 detik itu dia mempersiapkan diri bertahun-tahun lamanya.
PENUTUP:
Biar firman yang kita baca ini boleh menjadi firman yang memelihara dan menyiapkan hati kita. Saya percaya pengalaman hidup, tantangan kesulitan, titik akhir yang akan diselesaikan oleh Paulus di dalam pelayanannya meninggalkan firman yang begitu indah bagi kita.
TUGAS KHUSUS SEORANG KRISTEN (2 TIMOTIUS 4:1-5). https://teologiareformed.blogspot.com/
Amin.