Ada seorang pendeta berkata: bahwa Allah bisa hadir bertriliunan tempat, tetapi Allah tidak selalu hadir di setiap tempat. bagaimana tanggapan pak Budi
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Dia selalu hadir dimanapun, tidak ada tempat Dia tidak hadir. Tidak bisa ada tempat dimana Dia tidak ada.
Psa 139:7 Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?
Psa 139:8 Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau.
Psa 139:9 Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut,
Psa 139:10 juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.
Psa 139:11 Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,"
Psa 139:12 maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.
Jeremia 23:23 Masakan Aku ini hanya Allah yang dari dekat, demikianlah firman TUHAN, dan bukan Allah yang dari jauh juga?
Kebesaran / keluasan Allah (His immensity).
Ini adalah ketidak-terbatasan Allah di dalam hal tempat.
Artinya:
a) Ia melampaui semua batasan-batasan tempat (1Raja-raja 8:27 Yesaya 66:1 Yer 23:24b).
b) Ia ada / hadir di setiap tempat dengan seluruh keberadaanNya / seluruh diriNya (His whole being) (Kis 17:27-28 Yeremia 23:23 Maz 139:7-10 Mat 18:20 Matius 28:20 Yohanes 1:18 Yoh 14:23).
Jadi, jangan membayangkan seakan-akan Allah adalah seperti gas yang menyebar, sebagian ada di sini dan sebagian ada di situ. Juga jangan membayangkan seakan-akan Allah seperti raksasa yang besar, dimana di sini hanya ada tangannya, di situ hanya ada kakinya dsb.
Yang benar adalah: seluruh Allah ada di mana-mana. Hati-hati dengan ajaran sesat yang mengatakan bahwa yang maha ada / ada dimana-mana itu bukanlah Allahnya, tetapi kehendak Allah atau kuasa Allah atau pengetahuan Allah. Ini salah / sesat! Yang maha ada adalah Allahnya sendiri.
Kita tidak perlu merasa menghina Allah kalau kita mengatakan bahwa Allah ada dimana-mana, bahkan ditempat-tempat yang kotor (got, tempat sampah, dsb), dan di neraka sekalipun!
Ada orang yang bertanya: ‘Where is God?’ ( = dimanakah Allah?) yang lalu dijawab dengan pertanyaan: ‘Where is He not?’ ( = dimana Ia tidak ada?).
Kalau dalam Kitab Suci dikatakan Allah datang, pergi, turun, naik, dsb (Kej 11:5-7 Hakim-hakim 13:20), itu semua hanyalah bahasa Anthropomorphism ( = bahasa yang menggambarkan Allah seakan-akan Ia adalah manusia).
Kalau dikatakan bahwa dosa memisahkan manusia dengan Allah, maka itu hanya menunjukkan perpisahan rohani, bukan secara jasmani / fisik.
Dalam kemahadaaan Allah ini terlihat sifat ‘transcendent’ dan ‘immanent’ dari Allah.
• ‘Transcendent’ artinya: ‘that exists apart from the material universe’ ( = yang ada di luar alam semesta yang bersifat materi).
Deisme hanya menekankan sifat transcendent dari Allah.
• ‘Immanent’ merupakan lawan kata dari ‘transcendent’, artinya: ‘present throughout the universe’ ( = ada / hadir di setiap tempat dalam alam semesta).
Berlawanan dengan Deisme, maka Pantheisme hanya menekankan sifat immanent dari Allah.
Baik Deisme maupun Pantheisme adalah salah / sesat, karena Allah mempunyai kedua sifat ini, dan ini terlihat dengan jelas dalam Yeremia 23:23.
Istilah ‘immensity’ hampir sama dengan ‘omnipresence’ ( = kemaha-adaan), tetapi:
• Immensity lebih menekankan ‘Allah tidak dibatasi tempat’.
• Omnipresence lebih menekankan ‘Allah ada di mana-mana dengan seluruh keberadaanNya / diriNya’.
Sekalipun Allah itu ada / hadir dimana-mana, tetapi Allah tidak hadir di semua tempat dengan tingkat, arti, dan sikap yang sama.
Louis Berkhof: “This does not mean, however, that He is equally present and present in the same sense in all His creatures” ( = Tetapi ini tidak berarti bahwa Ia hadir secara sama dan hadir dalam arti yang sama dalam semua makhluk ciptaanNya) - ‘Systematic Theology’, hal 61.
Herman Bavinck: “He is not present in the same degree and manner everywhere” ( = Ia tidak hadir dalam tingkat dan cara yang sama di mana-mana) - ‘The Doctrine of God’, hal 157.
Misalnya:
KehadiranNya di surga berbeda dengan di bumi.
KehadiranNya pada benda berbeda dengan kehadiranNya pada binatang.
KehadiranNya pada binatang berbeda dengan kehadiranNya pada manusia.
KehadiranNya pada orang kafir berbeda dengan kehadiranNya pada orang kristen.
KehadiranNya pada orang kristen yang tidak memberitakan Injil berbeda dengan kehadiranNya pada orang kristen yang memberitakan Injil (bdk. Mat 28:19-20).
KehadiranNya pada orang kristen / gereja berbeda dengan kehadiranNya pada diri Kristus sendiri (Bdk. Yohanes 3:34 dan Kolose 2:9 dengan Yohanes 1:16).
Illustrasi: Polisi hadir bersama presiden maupun bersama penjahat, tetapi waktu hadir bersama presiden, ia hadir dengan sikap hormat dan bertujuan melindungi, sedangkan waktu hadir bersama penjahat, ia hadir untuk mengawasi supaya penjahat itu tidak lari. Ini jelas menunjukkan cara hadir yang berbeda.
Penerapan:
Kalau kita berdoa: ‘Tuhan, hadirlah dalam kebaktian ini’, maka itu tidak berarti bahwa kalau kita tidak berdoa Ia lalu tidak hadir. Tentu saja Ia sudah hadir. Tetapi kalau Ia sudah hadir, untuk apa kita meminta Ia hadir lagi? Supaya Ia lebih hadir, dan supaya Ia hadir dengan cara yang berbeda, yang menguntungkan kita, yaitu hadir untuk melindungi kita dari setan, untuk menguasai dan menerangi hati dan pikiran kita, dan untuk memberkati kita.
Untuk orang kristen yang betul-betul hidup sesuai kehendak Tuhan, sifat maha ada dari Allah ini menyenangkan dan memberi damai / sukacita. Untuk orang kristen yang berdosa, ini tidak menyenangkan. Untuk orang kafir, ini mengerikan! Karena itu setiap mau berbuat dosa, baik berdusta, menipu, ngerpek, berzinah, dsb, pikirkan bahwa Allah itu ada di dekat saudara dan mengawasi saudara!