EKSPOSISI 2 Korintus 12:7

Pdt.Budi Asali, M.Div.
EKSPOSISI 2 Korintus 12:7. 2 Korintus 12:7 - “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.”.
EKSPOSISI 2 Korintus 12:7
gadget, otomotif, bisnis
1) Kata ‘duri’.

Kata ‘duri’ diterjemahkan dari kata Yunani SKOLOPS.

Adam Clarke: “The word ‎skolops ‎signifies a stake, and anaskolopizesthai, to be tied to a stake by way of punishment; and it is used, says Schoettgen, to signify the most oppressive afflictions.” [= Kata SKOLOPS berarti sebuah tiang hukuman, dan anaskolopizesthai, diikat pada suatu tiang sebagai cara dari hukuman, kata Schoettgen, menunjukkan penderitaan-penderitaan yang paling menekan.].

The Bible Exposition Commentary: “The word translated thorn means ‘a sharp stake used for torturing or impaling someone.’ It was a physical affliction of some kind that brought pain and distress to Paul.” [= Kata yang diterjemahkan ‘duri’ berarti ‘suatu tiang hukuman yang tajam yang digunakan untuk menyiksa atau menusuk seseorang’. Itu merupakan suatu jenis penderitaan fisik yang membawa rasa sakit dan kesusahan pada Paulus.].

Kalau dilihat dalam Bible Works 8 maka memang arti yang diberikan oleh 2 penafsir ini memungkinkan, tetapi arti ‘duri’ juga memungkinkan, dan dilihat dari kata-kata tambahan ‘dalam daging’, menurut saya adalah tidak masuk akal untuk mengambil arti yang diberikan oleh Clarke ini.

Jadi, saya tetap mengambil arti ‘duri’ seperti semua Alkitab bahasa Inggris yang juga menterjemahkan ‘thorn’ (= duri).

2) Apa yang Paulus maksudkan dengan ‘duri dalam daging’ itu?

Ada macam-macam pandangan tentang arti dari istilah ini.

a) Calvin: ini adalah setiap jenis pencobaan dengan mana Paulus dilatih.

Calvin: “My opinion is, that under this term is comprehended every kind of temptation, with which Paul was exercised.” [= Pandangan saya adalah, bahwa di bawah istilah ini dimengerti setiap jenis pencobaan, dengan mana Paulus dilatih.].

b) Adam Clarke: oposisi yang ia temui di Korintus.

Adam Clarke: “‎I believe the apostle to refer simply to the distresses he had endured through the opposition he met with at Corinth; which were as painful and grievous to him as a thorn in his flesh, or his being bound to a stake; for, if he could have devoted himself to destruction, Rom 9:3, for his rebellious and unbelieving countrymen, what must he have suffered on account of an eminent church being perverted and torn to pieces by a false teacher?” [= Saya percaya bahwa sang rasul menunjuk hanya kepada kesukaran-kesukaran / kesusahan-kesusahan yang telah ia pikul melalui oposisi yang ia temui di Korintus; yang adalah sama menyakitkan dan menyedihkan baginya seperti sebuah duri dalam dagingnya, atau seperti kalau ia diikat pada suatu tiang hukuman; karena, jika ia bisa telah menyerahkan dirinya sendiri pada kehancuran, Roma 9:3, bagi orang-orang sebangsanya yang bersifat memberontak dan tidak percaya, apa yang pasti telah ia derita karena suatu gereja yang menonjol yang sudah disimpangkan dan dicabik-cabik jadi potongan-potongan oleh seorang guru palsu?].

Roma 9:3 - “Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.”.

c) Penganiayaan yang terus menerus.

IVP Bible Background Commentary: “‘Flesh’ here need not indicate a physical ailment (like the one in Gal 4:13), as is often supposed (so TEV); Paul may allude to the ‘thorn in Israel’s side,’ the Canaanites God left in the land to keep Israel from exalting themselves (Num 33:55; Judg 2:3; cf. Josh 23:13; Ezek 28:24). Scholars debate exactly what Paul’s ‘thorn’ was, but in view of the context and Paul’s ‘buffeting’ (KJV, NASB) in this verse (cf. 1 Cor 4:11), it may be continuing persecutions; or this ‘messenger of Satan’ might be an ironic insult against his opponents themselves (11:14-15)” [= ‘Daging’ di sini tidak perlu menunjuk suatu penyakit jasmani (seperti penyakit dalam Galatia 4:13), seperti yang sering diduga / dianggap (demikian TEV); Paulus mungkin menunjuk secara tak langsung pada ‘duri dalam sisi / rusuk Israel’, orang-orang Kanaan yang Allah tinggalkan di negeri untuk menjaga supaya Israel tidak meninggikan diri mereka sendiri (Bilangan 33:55; Hak 2:3; bdk. Yosua 23:13; Yehezkiel 28:24). Para sarjana memperdebatkan apa persisnya ‘duri’ Paulus itu, tetapi dengan mempertimbangkan kontext dan ‘pemukulan’ terhadap Paulus (KJV, NASB) dalam ayat ini (bdk. 1Korintus 4:11), itu bisa adalah penganiayaan yang terus menerus; atau ‘utusan Iblis’ ini bisa merupakan suatu penghinaan yang bersifat irony terhadap para penentangnya sendiri (11:14-15)].

Galatia 4:13 - “Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku.”.

Catatan: kata ‘sakit’ bisa diterjemahkan ‘kelemahan’ seperti dalam KJV, atau ‘penyakit’ seperti dalam NIV/NASB.

1Korintus 4:11 - “Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara,”.

2Korintus 11:14-15 - “(14) Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. (15) Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka.”.

Bilangan 33:55 - “Tetapi jika kamu tidak menghalau penduduk negeri itu dari depanmu, maka orang-orang yang kamu tinggalkan hidup dari mereka akan menjadi seperti selumbar di matamu dan seperti duri yang menusuk lambungmu, dan mereka akan menyesatkan kamu di negeri yang kamu diami itu.”.

Hak 2:3 - “Lagi Aku telah berfirman: Aku tidak akan menghalau orang-orang itu dari depanmu, tetapi mereka akan menjadi musuhmu dan segala allah mereka akan menjadi jerat bagimu.’”.

KJV: ‘as thorns in your sides’ [= seperti duri-duri di sisi / rusukmu].

Catatan: kata-kata ‘as thorns’ dalam KJV dicetak miring, yang menunjukkan itu tak ada dalam bahasa aslinya. NIV/NASB/NKJV/ASV juga mempunyai kata ‘thorns’ itu tetapi semua juga mencetaknya dengan huruf miring. RSV menterjemahkan seperti Kitab Suci Indonesia.

Yosua 23:13 - “maka ketahuilah dengan sesungguhnya, bahwa TUHAN, Allahmu, tidak akan menghalau lagi bangsa-bangsa itu dari depanmu. Tetapi mereka akan menjadi perangkap dan jerat bagimu, menjadi cambuk pada lambungmu dan duri di matamu, sampai kamu binasa dari tanah yang baik ini, yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.”.

Yehezkiel 28:24 - “Dan tidak akan ada lagi bagi kaum Israel dari semua tetangganya yang menghina mereka, menjadi duri yang menusuk atau onak yang memedihkan. Dan mereka akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan ALLAH.”.

Barclay mengatakan bahwa Luther menggabungkan b) dan c).

d) Suatu penyakit secara jasmani.

1. Penyakit telinga (ini pandangan dari Tertullian, lihat Adam Clarke).

Tetapi Barclay mengatakan Tertullian dan Jerome mempercayai penyakit itu sebagai sakit kepala.

2. Sakit kepala (ini pandangan Chrysostom, lihat Adam Clarke).

3. Ayan / epilepsi (lihat Barclay).

4. Cyprian: siksaan jasmani yang banyak dan menyedihkan (lihat Adam Clarke).

Ia menggunakan kata ‘torment’ yang bisa berarti sakit itu disebabkan siksaan, tapi juga bisa sakit itu disebabkan oleh penyakit.

5. Malaria (Barclay).

6. Suatu penyakit mata (The Bible Exposition Commentary).

Barclay menganggap ini sebagai suatu kemungkinan, dengan beberapa alasan ini:

a. Ia pernah mengalami kebutaan dalam Kis 9, yang akhirnya mempertobatkan dia. Mungkin ia tidak sembuh total dari kebutaan itu. Point ini sangat meragukan bagi saya, karena kesembuhan ilahi selalu bersifat total.

Kisah Para Rasul 9:17-18 - “(17) Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: ‘Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.’ (18) Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis.”.

b. Galatia 4:15 - “Betapa bahagianya kamu pada waktu itu! Dan sekarang, di manakah bahagiamu itu? Karena aku dapat bersaksi tentang kamu, bahwa jika mungkin, kamu telah mencungkil matamu dan memberikannya kepadaku.”.

c. Galatia 6:11 - “Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri.”.

7. Itu adalah suatu kelemahan / penyakit jasmani, tanpa memerinci kelemahan / penyakit apa itu.

Barnes’ Notes: “it seems more probable to me that he refers to some bodily infirmity.” [= kelihatannya lebih memungkinkan bagi saya bahwa ia menunjuk pada suatu kelemahan fisik.].

A. T. Robertson: “‘A thorn in the flesh’. ... What was it? Certainly it was some physical malady that persisted.” [= ‘Suatu duri dalam daging’. ... Apakah itu? Pastilah itu adalah penyakit fisik yang terus menerus.].

Charles Hodge: “it was doubtless some painful bodily affection” [= itu tak diragukan adalah suatu penyakit jasmani yang menyakitkan].

The Biblical Illustrator: “This was probably some physical infirmity, and if it did not obstruct him in his ministerial labours, it rendered them difficult and distressing.” [= Ini mungkin merupakan suatu kelemahan jasmani / fisik, dan jika itu tidak menghalanginya dalam jerih payah pelayanannya, itu menyebabkan pelayanannya menjadi sukar dan menyakitkan.].

The Biblical Illustrator: “‘A thorn.’ A thorn is - (a) But a little thing, and indicates a painful but not a killing trial. (b) Yet it is almost a secret thing, not very apparent to any one but the sufferer. (c) A commonplace thing, such as might grow in any field and fall to any man’s lot - nothing to make a man remarkable. (d) One of the most wretched intruders that can molest our foot or hand. Those pains which are despised because they are seldom fatal, are frequently the source of the most intense anguish - toothache, headache, earache, what greater miseries are known to mortals? ... ‘In the flesh.’ The evil had an intimate connection with his body.” [= ‘Suatu duri’. Suatu duri adalah - (a) Hanya suatu benda kecil, dan menunjukkan suatu ujian / pencobaan yang menyakitkan tetapi tidak membunuh. (b) Tetapi itu hampir merupakan suatu hal yang rahasia, tidak terlalu jelas bagi siapapun kecuali si penderita. (c) Suatu hal yang biasa ditemui / dilihat, seperti yang bisa tumbuh di tanah manapun dan jatuh pada nasib orang manapun - tak ada apapun yang membuat seseorang layak diperhatikan. (d) Satu dari penyusup yang paling buruk yang bisa mengganggu kaki atau tangan kita. Rasa sakit yang diremehkan karena jarang bersifat fatal itu, sering merupakan sumber dari kesedihan yang paling hebat - sakit gigi, sakit kepala, sakit telinga, penderitaan lebih besar apa yang dikenal orang-orang yang fana? ... ‘Dalam daging’. Hal yang jahat / bencana itu mempunyai hubungan dekat dengan tubuhnya.].

Alexander MacLaren: “It is of little consequence what his thorn in the flesh may have been. The original word suggests very much heavier sorrow than the metaphor of ‘a thorn’ might imply. It really seems to mean not a tiny bit of thorn that might lie half concealed in the finger tip, but one of those hideous stakes on which the cruel punishment of impalement used to be inflicted. And Paul’s thought is, not that he has a little, trivial trouble to bear, but that he is, as it were, forced quivering upon that tremendous torture. Unquestionably, what he means is some bodily ailment or other. The hypothesis that the ‘thorn in the flesh’ was the sting of the animal nature inciting him to evil is altogether untenable, because such a thorn could never have been left when the prayer for its removal was earnestly presented; nor could it ever have been, when left, an occasion for glorifying. Manifestly it was no weakness removable by his own effort, no incapacity for service which in any manner approximated to being a fault, but purely and simply some infliction from God’s hand (though likewise capable of being regarded as a ‘messenger of Satan’) which hindered him in his work, and took down any proud flesh and danger of spiritual exaltation in consequence of the largeness of his religious privileges.” [= Kecil konsekwensinya apa duri dalam dagingnya itu. Kata aslinya mengusulkan kesedihan yang jauh lebih berat dari pada kiasan yang secara implicit diberikan oleh ‘suatu duri’. Itu kelihatannya sungguh-sungguh berarti bukan sebagian kecil dari duri yang tertanam sebagian di ujung jari, tetapi satu dari tiang hukuman yang buruk itu pada mana hukuman penusukan yang kejam biasa diberikan. Dan pemikiran Paulus adalah, bukan bahwa ia mempunyai suatu kesukaran yang kecil, remeh untuk ditanggung, tetapi bahwa ia seakan-akan dipaksa untuk menggelepar pada siksaan yang sangat hebat itu. Tak diragukan, apa yang ia maksudkan adalah suatu penyakit jasmani yang khronis atau yang lain. Hipotesa bahwa ‘duri dalam daging’ adalah sengat dari sifat binatang yang mendorong dia pada kejahatan sama sekali tak bisa dipertahankan, karena duri seperti itu tidak pernah bisa dibiarkan pada waktu doa untuk penghilangannya dinaikkan dengan sungguh-sungguh; juga kalau itu dibiarkan, itu tidak pernah bisa menjadi suatu kesempatan / alasan untuk bermegah. Jelas itu bukan kelemahan yang bisa disingkirkan oleh usahanya sendiri, bukan suatu ketidak-mampuan untuk pelayanan yang dengan cara apapun dekat dengan keberadaan suatu kesalahan, tetapi secara murni dan sederhana suatu pemberian dari tangan Allah (sekalipun juga bisa dianggap sebagai seorang ‘utusan Iblis’) yang menghalanginya dalam pekerjaan / pelayanannya, dan menurunkan / menghancurkan daging yang sombong dan bahaya dari peninggian rohani apapun sebagai konsekwensi dari besarnya hak-hak agamawinya.] - Libronix.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Thorn in the flesh’ (Num 33:55; Ezek 28:24). Compare the affliction (Galatia 4:13-14). But it rather was one that followed the ‘revelation,’ something affecting him individually, not as an apostle: causing bodily paroxysms of pain (as ‘thorn’ implies), with shame (‘buffet:’ as a slave, 1 Peter 2:20). ‘Messenger of Satan’ - permitted by God to afflict his saints, as Job (Job 2:7; Luke 13:16). ‘To buffet me’ - ‘that he may buffet me’ (‎kolafizee‎, present), even now continuously. It was still afflicting him now.” [= ‘Duri dalam daging’ (Bilangan 33:55; Yeh 28:24). Bandingkan penderitaannya (Galatia 4:13-14). Tetapi itu merupakan sesuatu yang mengikuti ‘wahyu / penyataan’, sesuatu yang menyakiti dia secara individuil, bukan sebagai seorang rasul: menyebabkan serangan jasmani terus menerus yang menyakitkan (seperti secara implicit ditunjukkan oleh ‘duri’), dengan rasa malu (‘memukuli’: sebagai seorang budak, 1Petrus 2:20). ‘Utusan Iblis’ - diijinkan oleh Allah untuk membuat orang-orang kudusNya menderita, seperti Ayub (Ayub 2:7; Lukas 13:16). ‘Memukuli aku’ - ‘supaya ia bisa memukuli aku’ (KOLAFIZEE, bentuk present tense), bahkan sekarang secara terus menerus. Itu tetap sedang menyakitinya sekarang.].

Bilangan 33:55 - “Tetapi jika kamu tidak menghalau penduduk negeri itu dari depanmu, maka orang-orang yang kamu tinggalkan hidup dari mereka akan menjadi seperti selumbar di matamu dan seperti duri yang menusuk lambungmu, dan mereka akan menyesatkan kamu di negeri yang kamu diami itu.”.

Yehezkiel 28:24 - “Dan tidak akan ada lagi bagi kaum Israel dari semua tetangganya yang menghina mereka, menjadi duri yang menusuk atau onak yang memedihkan. Dan mereka akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan ALLAH.”.

Galatia 4:13-14 - “(13) Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku. (14) Sungguhpun demikian keadaan tubuhku itu, yang merupakan pencobaan bagi kamu, namun kamu tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang hina dan yang menjijikkan, tetapi kamu telah menyambut aku, sama seperti menyambut seorang malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri.”.

Catatan: kata ‘sakit’ bisa diterjemahkan ‘kelemahan’ seperti dalam KJV, atau ‘penyakit’ seperti dalam NIV/NASB.

1Petrus 2:20 - “Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.”.

Ayub 2:7 - “Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.”.

Lukas 13:16 - “Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?’”.

Dua ayat terakhir ini jelas menunjukkan bahwa kalau Tuhan ijinkan, setan bisa memberi penyakit kepada orang, bahkan seorang anak Tuhan seperti Ayub.

Bible Knowledge Commentary: “Countless explanations concerning the nature of his thorn in the flesh have been offered. They range from incessant temptation, dogged opponents, chronic maladies (such as ophthalmia, malaria, migraine headaches, and epilepsy), to a disability in speech. No one can say for sure what his was, but it probably was a physical affliction (for the work of Satan in this, cf. 1Cor 5:5; 10:10).” [= Penjelasan-penjelasan yang tak terhitung berkenaan dengan sifat dari duri dalam dagingnya telah ditawarkan. Mereka berderet dari pencobaan yang tak henti-hentinya, musuh-musuh yang keras kepala / tekun, penyakit-penyakit yang khronis (seperti penyakit mata, malaria, sakit kepala migren, dan epilepsi / ayan), sampai suatu ketidakmampuan dalam berbicara. Tak seorangpun bisa mengatakan dengan pasti apa duri dalam dagingnya itu, tetapi itu mungkin adalah suatu penderitaan fisik (untuk pekerjaan Iblis dalam hal ini, bdk. 1Korintus 5:5; 10:10).].

1Korintus 5:5 - “orang itu harus kita serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.”.

1Korintus 10:10 - “Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.”.

Catatan: saya merasa ayat terakhir ini tak cocok.

e) Beberapa penafsir memilih untuk mengatakan tidak tahu apa duri dalam daging itu.

The Bible Exposition Commentary: “We do not know what Paul’s thorn in the flesh was. .... Some Bible students think that Paul had an eye affliction (see Gal 6:11); but we cannot know for sure. It is a good thing that we do not know, because no matter what our sufferings may be, we are able to apply the lessons Paul learned and get encouragement” [= Kita tak tahu apa duri dalam daging Paulus itu. ... Beberapa pelajar Alkitab berpikir bahwa Paulus mempunyai suatu penderitaan mata (lihat Gal 6:11); tetapi kita tidak tahu dengan pasti. Merupakan sesuatu yang baik bahwa kita tidak tahu, karena tak peduli apa adanya penderitaan kita, kita bisa menerapkan pelajaran-pelajaran yang Paulus pelajari dan mendapatkan dorongan / semangat].

Galatia 6:11 - “Lihatlah, bagaimana besarnya huruf-huruf yang kutulis kepadamu dengan tanganku sendiri.”.

A. T. Robertson: “It is a blessing to the rest of us that we do not know the particular affliction that so beset Paul. Each of us has some such splinter or thorn in the flesh, perhaps several at once” [= Merupakan suatu berkat bagi sisa dari kita bahwa kita tidak tahu penderitaan khusus yang begitu mengganggu Paulus. Setiap kita mempunyai selumbar atau duri seperti itu dalam daging, mungkin beberapa sekaligus.].

Saya sendiri lebih condong untuk mengatakan bahwa duri dalam daging itu merupakan suatu penyakit, tetapi tak bisa diketahui penyakit apa. Alasan saya untuk memilih bahwa ini adalah suatu penyakit adalah adanya 2 Korintus 12: 8-9.

2 Korintus 12: 8-9: “(8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”.

Kalau duri dalam daging itu menunjuk kepada pencobaan, musuh-musuh Paulus / nabi-nabi palsu, atau penganiayaan, maka rasanya aneh kalau Paulus minta supaya utusan Iblis itu mundur dari dia. Dan lebih aneh lagi, pada waktu doanya tidak dikabulkan, Tuhan maupun Paulus menyebutnya sebagai ‘kelemahan’ (2 Korintus 12: 9).

Effek / akibat dari duri dalam daging dalam diri Paulus / kita.

The Biblical Illustrator: “And how many of us can feelingly place ourselves in St. Paul’s situation! We have had thorns in our flesh, shameful marks which the world has seen. Sometimes we are ready to say when suffering under any of these, ‘Were we really the servants of Christ, it would not be thus with us,’ and a scoffing world may say the same; but here is one of the most beloved, honoured, of all the Lord’s servants in the same situation as we. And the Bible and Church history show that it has been the lot of the holiest men” [= Dan betapa banyak dari kita bisa dengan penuh perasaan menempatkan diri kita sendiri dalam situasi Santo Paulus! Kita telah mempunyai duri-duri dalam daging kita, tanda-tanda yang memalukan yang telah dilihat oleh dunia. Kadang-kadang pada waktu kita menderita di bawah hal-hal ini kita siap untuk mengatakan, ‘Seandainya kita sungguh-sungguh adalah pelayan-pelayan Kristus, tidak akan terjadi demikian dengan kita’, dan dunia yang mengejek bisa mengatakan hal yang sama; tetapi di sini ada satu dari yang paling dikasihi, dihormati dari semua pelayan-pelayan Tuhan dalam situasi yang sama seperti kita. Dan Alkitab dan sejarah Gereja menunjukkan bahwa itu telah merupakan nasib dari orang-orang yang paling kudus].

Hal ini bisa ‘memalukan’, dan menyebabkan orang yang mengalaminya dianggap sebagai ‘bukan hamba Tuhan’ atau bahkan ‘bukan anak Tuhan’ oleh orang-orang yang terlalu cepat dalam menghakimi.

Perhatikan text ini:

Galatia 4:13-14 - “(13) Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku. (14) Sungguhpun demikian keadaan tubuhku itu, yang merupakan pencobaan bagi kamu, namun kamu tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang hina dan yang menjijikkan, tetapi kamu telah menyambut aku, sama seperti menyambut seorang malaikat Allah, malahan sama seperti menyambut Kristus Yesus sendiri.”.

Catatan: kata ‘sakit’ bisa diterjemahkan ‘kelemahan’ seperti dalam KJV, atau ‘penyakit’ seperti dalam NIV/NASB.

Jelas bahwa kelemahan / penyakit ini bisa menyebabkan orang memandang rendah / hina, menganggap jijik dan sebagainya.

Hal ini bisa mengambil bermacam-macam wujud dalam kehidupan anak / hamba Tuhan, seperti:

1. Penyakit, yang menyebabkan orang berkata bahwa itu merupakan hukuman dosa, atau lebih parah lagi, dianggap sebagai adanya roh jahat dalam diri kita.

2. Problem tidur / insomnia sering dianggap sebagai bukti orangnya kurang beriman atau kurang berserah kepada Tuhan.

3. Anak yang sakit / cacat fisik / mental, atau bejat, sering dianggap sebagai ‘hukuman Tuhan’.

4. Kebangkrutan / kemiskinan, yang juga sering menyebabkan orang setidaknya berkata kalau kita ‘tidak diberkati oleh Tuhan’.

5. Suami atau istri yang ‘tidak beres’. Keluarga yang tak harmonis, atau berantakan / cerai.

6. Tidak mendapat jodoh / pasangan hidup.

7. Pelayanan yang tak berkembang.

8. Bencana-bencana lain.

3) Seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku.

Paulus juga menyebut ‘duri dalam daging’ itu dengan istilah lain, yaitu ‘seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku’.

Kata ‘menggocoh’ diterjemahkan seperti ini oleh Alkitab bahasa Inggris:

KJV/NASB: ‘to buffet’ [= memukuli].

RSV: ‘to harass’ [= mengganggu terus menerus].

NIV: ‘to torment’ [= menyiksa].

Yunani: KOLAPHIZO [= meninju, memukul, memperlakukan dengan buruk] - Bible Works 8.

a) ‘Utusan’.

Pulpit Commentary: “The messenger of Satan; rather, an angel of Satan” [= Utusan Iblis; atau lebih tepat, seorang malaikat dari Iblis].

Bukan hal aneh kalau setan disebut dengan istilah ‘malaikat’, karena ia memang ex malaikat.

Bdk. Matius 25:41 - “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.”.

Tetapi KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘messenger’ [= utusan].

b) ‘Utusan Iblis’.

Calvin: “He calls it farther the messenger of Satan on this ground, that as all temptations are sent by Satan, so, whenever they assail us, they warn us that Satan is at hand. Hence, at every apprehension of temptation, it becomes us to arouse ourselves, and arm ourselves with promptitude for repelling Satan’s assaults” [= Ia menyebutnya lebih jauh sebagai utusan Iblis atas dasar ini, bahwa semua pencobaan dikirimkan oleh Iblis, maka kapanpun mereka menyerang kita, mereka memperingati kita bahwa Iblis dekat dengan kita. Jadi, pada setiap pengertian tentang pencobaan, itu merupakan suatu kejadian yang cocok untuk membangunkan diri kita sendiri, dan mempersenjatai diri kita sendiri dengan cepat untuk menolak serangan-serangan Iblis] - hal 374.

Jamieson, Fausset & Brown: “After tasting the bliss of good angels, he is now exposed to an evil angel. The chastisement from hell follows the revelation from heaven. As his sight and hearing had been ravished with heavenly ‘revelations,’ so his touch is pained with the ‘thorn in the flesh.’” [= Setelah mengecap kebahagiaan dari malaikat-malaikat yang baik, sekarang ia terbuka terhadap seorang malaikat yang jahat. Pukulan / hajaran dari neraka mengikuti wahyu dari surga. Sebagaimana penglihatan dan pendengarannya telah digairahkan dengan ‘wahyu-wahyu’ surgawi, begitu juga ketrampilannya disakiti dengan ‘duri dalam daging’.].


Pulpit Commentary: “Paul recognized Satan’s hand (see Job 2:7; Luke 13:16). It was used of Satan to annoy, pain, depress, and harass Paul, and with the hope that it would hinder his great work. Satanic malice rejoiced in the anticipation that it might prove the last straw upon the camel’s back. Paul interfered much with the devil’s kingdom; it is no wonder that the devil sought to interfere with him. Satan can afford to leave some people alone; but if we faithfully attack his kingdom and his rule we may expect reprisals.” [= Paulus mengenali tangan Iblis (lihat Ayub 2:7; Lukas 13:16). Itu digunakan oleh Iblis untuk mengganggu, menyakiti, menekan, dan mengusik Paulus, dengan harapan bahwa itu akan menghalangi pekerjaannya yang besar. Kebencian Iblis bersukacita dalam pengharapan bahwa itu bisa didapati sebagai jerami terakhir pada punggung unta. Paulus banyak ikut campur / menentang kerajaan setan; tidaklah mengherankan bahwa setan berusaha untuk ikut campur / menentang dia. Iblis bisa membiarkan beberapa orang sendiri (tak mengganggu mereka); tetapi jika kita dengan setia menyerang kerajaannya dan pemerintahannya kita bisa mengharapkan balasan-balasan.].

c) ‘menggocoh’ [KJV/NASB: ‘buffet’ (‘memukuli’)].

Jamieson, Fausset & Brown: “‘To buffet me’ - ‘that he may buffet me’ (‎kolafizee‎, present), even now continuously. It was still afflicting him now.” [= ‘Memukuli aku’ - ‘supaya ia bisa memukuli aku’ (KOLAFIZEE, present tense), bahkan sekarang secara terus menerus. Itu tetap menyakitinya sekarang.].

The Biblical Illustrator: “St. Paul speaks of a divided experience of two selves: one Paul in the third heaven, enjoying the beatific vision; another on earth, buffeted by Satan.” [= Santo Paulus berbicara tentang suatu pengalaman yang terpisah dari dua Paulus: satu Paulus di surga / langit ketiga, menikmati penglihatan yang membahagiakan; Paulus yang lain di bumi, dipukuli oleh Iblis.].

The Bible Exposition Commentary: “Satan was permitted to buffet Paul. The word means ‘to beat, to strike with the fist.’ The tense of the verb indicates that this pain was either constant or recurring. When you stop to think that Paul had letters to write, trips to take, sermons to preach, churches to visit, and dangers to face as he ministered, you can understand that this was a serious matter. No wonder he prayed three times (as his Lord had done in the Garden - Mark 14:32-41) that the affliction might be removed from him (2Cor 12:8)” [= Iblis diijinkan untuk memukuli Paulus. Kata itu berarti ‘memukul, memukul dengan tinju’. Tensa dari kata kerjanya menunjukkan bahwa rasa sakit ini atau konstan atau terjadi berulang-ulang. Pada waktu kamu berhenti untuk memikirkan bahwa Paulus mempunyai surat-surat untuk ditulis, perjalanan-perjalanan untuk dilakukan, khotbah-khotbah untuk dikhotbahkan, gereja-gereja untuk dikunjungi, dan bahaya-bahaya untuk dihadapi pada waktu ia melayani, kamu bisa mengerti bahwa ini merupakan persoalan serius. Tak heran ia berdoa 3 x (seperti Tuhannya telah lakukan di Taman - Markus 14:32-41) supaya penderitaan itu bisa disingkirkan darinya (2Korintus 12:8)].

Penderitaan apapun tidak menyenangkan bagi setiap orang, tetapi itu akan lebih menyakitkan (dan memberikan stress) pada waktu itu mengganggu / menghalangi kita melakukan apa yang harus kita lakukan, seperti pekerjaan, pemeliharaan keluarga, dan khususnya pelayanan.

4) Sekarang kita menyoroti kata ‘diberi’ dalam 2 Korintus 12: 7.

2 Korintus 12: 7: “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.”.

Siapa yang memberi ‘duri dalam daging’ / ‘utusan Iblis untuk menggocoh / memukuli Paulus’? Biarpun 2 Korintus 12:7 tidak menyebutkannya secara explicit, tetapi dari kalimatnya, terlihat dengan jelas bahwa Tuhan sendirilah yang memberikan hal itu.

The Bible Exposition Commentary: “Not all sickness is caused by sin. The argument of Job’s comforters was that Job had sinned, and that was why he was suffering. But their argument was wrong in Job’s case, as well as in Paul’s case. There are times when God permits Satan to afflict us so that God might accomplish a great purpose in our lives.” [= Tidak semua penyakit disebabkan oleh dosa. Argumentasi dari penghibur-penghibur Ayub adalah bahwa Ayub telah berbuat dosa, dan itu adalah mengapa ia sedang menderita. Tetapi argumentasi mereka salah dalam kasus Ayub, maupun dalam kasus Paulus. Ada saat-saat pada waktu Allah mengijinkan Iblis untuk menyerang / membuat kita menderita sehingga Allah bisa mencapai suatu tujuan / rencana yang besar dalam kehidupan kita.].

Pulpit Commentary: “Both suffering and Satan are under the direction of God. He uses them as his instruments for good. Satan himself is the servant of the Holy One” (= Baik penderitaan maupun Iblis ada di bawah pengarahan Allah. Ia menggunakan mereka sebagai alat-alatNya untuk kebaikan. Iblis sendiri adalah pelayan dari Yang Maha Kudus.).

Pulpit Commentary: “God’s hand was in it as well as Satan’s. This is so with all our tribulations; in one aspect they are messengers of Satan, in the other messengers of God. All depends upon which message we listen to.” [= Tangan Allah maupun tangan Iblis ada di dalamnya. Ini adalah demikian dengan semua kesukaran kita; dalam satu aspek itu adalah utusan Iblis, dalam aspek lain itu adalah utusan Allah. Semua tergantung pada pesan yang mana yang kita dengarkan.].

Contoh lain:

a) Kasus Ayub.

Ayub 1:21 - “katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!’”.

Ayub 1:12 jelas menunjukkan bahwa Tuhan menyerahkan semua milik Ayub ke dalam tangan Iblis, sehingga Iblis lalu menggunakan orang-orang untuk menghabiskan semua milik Ayub.

Ayub 1:12 - “Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.’ Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.”.

Tetapi toh Ayub mengatakan ‘Tuhan yang mengambil’ (Ayub 1:21)!

b) Kasus Yusuf.

Kejadian 45:5,7,8 - “(5) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. ... (7) Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. (8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.”.

Catatan:

1. Bagian yang saya beri garis bawah tunggal salah terjemahan.

KJV: ‘and to save your lives by a great deliverance.’ [= dan untuk menyelamatkan kehidupanmu oleh suatu pembebasan yang besar.].

2. Bagian yang saya beri garis bawah ganda merupakan dusta Yusuf untuk menghibur saudara-saudaranya, dan baru dalam ayat di bawah ini ia mengatakan kebenaran.

Kejadian 50:20 - “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”.

c) Kasus Daud.

2Samuel 16:5-11 - “(5) Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia terus-menerus mengutuk. (6) Daud dan semua pegawai raja Daud dilemparinya dengan batu, walaupun segenap tentara dan semua pahlawan berjalan di kiri kanannya. (7) Beginilah perkataan Simei pada waktu ia mengutuk: ‘Enyahlah, enyahlah, engkau penumpah darah, orang dursila! (8) TUHAN telah membalas kepadamu segala darah keluarga Saul, yang engkau gantikan menjadi raja, TUHAN telah menyerahkan kedudukan raja kepada anakmu Absalom. Sesungguhnya, engkau sekarang dirundung malang, karena engkau seorang penumpah darah.’ (9) Lalu berkatalah Abisai, anak Zeruya, kepada raja: ‘Mengapa anjing mati ini mengutuki tuanku raja? Izinkanlah aku menyeberang dan memenggal kepalanya.’ (10) Tetapi kata raja: ‘Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?’ (11) Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: ‘Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian.”.

Catatan: 2 x kata ‘berfirman’ (ay 10b, 11b) tidak mungkin diartikan bahwa Tuhan betul-betul memerintahkan Simei untuk mengutuki Daud. Ini hanya bisa diartikan ‘Tuhan mengatur kejadian itu dengan ProvidensiaNya’.

Bdk. 1Raja-raja 17:4,9 - “(4) Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana.’ ... (9) ‘Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.’”.

d) Kasus Yesus.

Yohanes 18:11 - “Kata Yesus kepada Petrus: ‘Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?’”.

Pulpit Commentary: “Notice the clear view St. Paul has of the Divine hand in his thorn in the flesh. If he is perfectly assured of the abundance of the revelations, if he can locate the scene in Paradise, if he realizes the sanctity of these disclosures in the ‘unspeakable words,’ he is just as certain that the thorn ‘was given’ him. He knew it was a ‘thorn,’ and he knew whence it came. He acknowledged God in it, and, in this feeling, prayed thrice for its removal. Christians often fail at this point. They doubt at times whether their afflictions come from God. Some Christians cannot be induced to believe that their sufferings are sent from above, and they see in them nothing more than evil casualties. But if they fail to recognize God in the sorrow, they will not find him in the joy of his blessed promise, ‘My grace is sufficient for thee.’” [= Perhatikan pandangan yang jelas yang dimiliki oleh Santo Paulus tentang tangan Ilahi dalam duri dalam dagingnya. Jika ia yakin sepenuhnya tentang wahyu-wahyu / penyataan-penyataan yang berlimpah, jika ia bisa menentukan tempat dari kejadian di Firdaus, jika ia menyadari kekeramatan dari penyingkapan-penyingkapan ini dalam ‘kata-kata yang tak terucapkan’, ia sama pastinya bahwa duri itu ‘diberikan’ kepadanya. Ia tahu itu adalah ‘duri’, dan ia tahu dari mana itu datang. Ia mengakui Allah di dalamnya, dan dalam perasaan ini, berdoa 3 x untuk penyingkirannya. Orang Kristen sering gagal pada titik ini. Mereka kadang-kadang meragukan apakah penderitaan-penderitaan mereka datang dari Allah. Sebagian orang Kristen tidak bisa dibujuk untuk percaya bahwa penderitaan-penderitaan mereka dikirimkan dari atas, dan mereka tidak melihat apa-apa dalam penderitaan-penderitaan itu lebih dari bencana-bencana yang jahat. Tetapi jika mereka gagal untuk mengenali Allah dalam kesedihan, mereka tidak akan mendapati Dia dalam sukacita dari janji yang diberkati, ‘Cukuplah kasih karuniaKu bagimu’.].

The Biblical Illustrator: “Remember that he who sent Paul thorns for his good once wore a thorn-crown Himself for the salvation of sinners; and if you will trust Him you shall be saved from the thorn of unforgiven sin, the fear of the wrath to come.” [= Ingatlah bahwa Ia yang memberikan Paulus duri-duri untuk kebaikannya, pernah sekali memakai sendiri mahkota duri untuk keselamatan orang-orang berdosa; dan jika kamu percaya kepadaNya, kamu akan diselamatkan dari duri dosa yang tak diampuni, rasa takut dari murka yang akan datang.].

5) Alasan pemberian duri dalam daging adalah: supaya Paulus jangan meninggikan diri.

2 Korintus 12: 7: “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.”.

The Biblical Illustrator: “The ‘thorn’ was not pleasant, but it was profitable” [= Duri itu tidak menyenangkan, tetapi itu bermanfaat].

The Biblical Illustrator: “Others who, because they have more real spiritual knowledge, and a deeper inward experience when they hear the prattle of young beginners, or the blunders of saints, cannot help saying to themselves, ‘Thank God, I do know better than that.’ They have probably also been successful in sacred work, a legitimate source of rejoicing, but a temptation to boastfulness. Among the flowers of gratitude will grow the hemlock of pride. ... None of the things we have spoken of are justifiable grounds for boasting. What if a believer should have received more Divine illuminations than his fellow? Did not the Lord give them to him? There are two beggars in the street; I give one a shilling and the other a penny; shall the man who obtains the shilling be proud, and glory over his companion?” [= Orang-orang lain yang, karena mereka mempunyai lebih banyak pengetahuan rohani yang sungguh-sungguh, dan suatu pengalaman batin yang lebih dalam, pada waktu mereka mendengar ocehan dari pemula-pemula muda, atau blunder-blunder dari orang-orang kudus, tidak bisa tidak mengatakan kepada diri mereka sendiri, ‘Terima kasih Allah, aku tahu lebih baik dari itu’. Mereka mungkin juga telah berhasil dalam pekerjaan yang kudus, suatu sumber yang sah untuk bersukacita, tetapi suatu pencobaan pada kesombongan. Di antara bunga-bunga dari rasa terima kasih akan bertumbuh tumbuh-tumbuhan beracun dari kesombongan. Tidak ada dari hal-hal tentang mana kami telah berbicara merupakan dasar-dasar yang bisa dibenarkan untuk sombong. Bagaimana jika seorang percaya telah menerima lebih banyak pencerahan Ilahi dari pada sesamanya? Tidakkah Tuhan yang memberikan itu kepadanya? Ada dua pengemis di jalanan; aku memberi yang satu satu rupiah dan yang lain satu sen; akankah orang yang menerima satu rupiah itu menjadi sombong, dan bermegah atas temannya?].

1Korintus 4:7 - “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?”.

Bagian yang saya garis-bawahi salah terjemahan.

KJV: ‘For who maketh thee to differ from another?’ [= Karena siapa yang membuat engkau berbeda dari yang lain?].

RSV: ‘For who sees anything different in you?’ [= Karena siapa melihat apapun yang berbeda dalam engkau?].

NIV: ‘For who makes you different from anyone else?’ [= Karena siapa membuat engkau berbeda dari siapapun yang lain?].

NASB: ‘For who regards you as superior?’ [= Karena siapa menganggap engkau sebagai lebih tinggi?].

The Biblical Illustrator: “It is dangerous for a Christian to be exalted above measure, for if he be - (1) He will rob God of His glory, and this is a high crime and misdemeanour. (2) It is equally evil to the Church. Had Paul been lifted up he would have become the leader of a sect; the rival rather than the servant of Jesus. (3) It would have been bad for ungodly sinners, for proud preachers win not men’s hearts. He who is exalted in himself will never exalt the Saviour. (4) It would have been worst of all for the apostle himself, for pride goeth before destruction, and a haughty spirit before a fall” [= Merupakan sesuatu yang berbahaya bagi seorang Kristen untuk ditinggikan secara luar biasa, karena jika demikian - (1) Ia akan merampok Allah dari kemuliaanNya, dan ini merupakan kejahatan yang besar dan suatu tindakan yang salah. (2) Itu secara sama juga merupakan kejahatan terhadap Gereja. Seandainya Paulus ditinggikan ia akan menjadi seorang pemimpin dari suatu sekte; saingan dan bukannya pelayan Yesus. (3) Itu akan merupakan sesuatu yang buruk untuk orang-orang berdosa yang jahat, karena pengkhotbah yang sombong tidak akan memenangkan hati manusia. Ia yang ditinggikan dalam dirinya sendiri tidak akan pernah meninggikan sang Juruselamat. (4) Untuk sang rasul sendiri, itu adalah yang terburuk dari semua, karena kesombongan mendahului kehancuran, dan suatu roh yang sombong mendahului kejatuhan.].

Amsal 16:18 - “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.”.

The Biblical Illustrator: “The Physician frequently, however, sends trials not to heal our spiritual maladies but to prevent them. ... God does not, therefore, require that sin should manifest itself in the outward conduct in order to attract His notice; He beholds its secret risings in the heart; and often before the storm arises He drives us to a place of refuge” [= Tetapi, sang Dokter seringkali mengirimkan pencobaan-pencobaan / ujian-ujian bukan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit rohani kita, tetapi untuk mencegah mereka. ... Karena itu, Allah tidak membutuhkan dosa untuk menyatakan dirinya sendiri dalam tingkah laku lahiriah untuk menarik perhatianNya; Ia memperhatikan pemunculan rahasianya dalam hati; dan sering sebelum badai datang Ia mendorong kita ke tempat perlindungan].

The Bible Exposition Commentary: “There is something worse than sickness, and that is sin, and the worst sin of all is pride. The healthy person who is rebelling against God is in worse shape than the suffering person who is submitting to God and enjoying God’s grace. It is a paradox - and an evidence of the sovereignty of God - that God used Satan, the proudest of all beings, to help keep Paul humble.” [= Di sana ada sesuatu yang lebih buruk dari penyakit, dan itu adalah dosa, dan dosa yang terburuk adalah kesombongan. Orang sehat yang sedang memberontak terhadap Allah ada dalam keadaan yang lebih buruk dari pada orang yang menderita yang sedang tunduk kepada Allah dan menikmati kasih karunia Allah. Merupakan suatu paradox - dan suatu bukti dari kedaulatan Allah - bahwa Allah menggunakan Iblis, yang tersombong dari semua makhluk, untuk menolong Paulus untuk tetap rendah hati.].

The Bible Exposition Commentary: “The Lord knows how to balance our lives. If we have only blessings, we may become proud; so He permits us to have burdens as well. Paul’s great experience in heaven could have ruined his ministry on earth; so God, in His goodness, permitted Satan to buffet Paul in order to keep him from becoming proud.” [= Tuhan tahu bagaimana untuk menyeimbangkan hidup kita. Jika kita hanya mempunyai berkat-berkat, kita bisa / mungkin menjadi sombong; maka Ia mengijinkan kita untuk mempunyai beban-beban juga. Pengalaman Paulus yang agung / besar di surga bisa menghancurkan pelayanannya di bumi; maka Allah, dalam kebaikanNya, mengijinkan Iblis untuk memukuli Paulus untuk menjaganya dari menjadi sombong.].

Calvin: “And unquestionably, as it was the cause of man’s ruin, so it is the last vice with which we have to contend, for other vices have a connection with evil deeds, but this is to be dreaded in connection with the best actions; and farther, it naturally clings to us so obstinately, and is so deeply rooted, that it is extremely difficult to extirpate it.” [= Dan tak perlu dipertanyakan, sebagaimana itu adalah penyebab dari kehancuran manusia, demikian juga itu adalah kejahatan terakhir yang harus kita lawan, karena kejahatan-kejahatan yang lain mempunyai hubungan dengan tindakan-tindakan jahat, tetapi ini harus ditakuti dalam hubungan dengan tindakan-tindakan yang terbaik; dan lebih jauh, ini secara alamiah merangkul / berpegang erat-erat kepada kita dengan begitu keras kepala / sukar berubah, dan berakar dengan begitu dalam, sehingga adalah sangat sukar untuk dihancurkan sama sekali.] - hal 375.

Calvin: “Instructed by his example, let us wage war with other vices in such a way, as to lay out our main efforts for the subduing of this one.” [= Diajar oleh teladannya, marilah kita berperang dengan kejahatan-kejahatan yang lain dengan cara sedemikian rupa, sehingga menyiapkan usaha utama kita untuk menundukkan yang satu ini.] - hal 375.

Barnes’ Notes: “Lest I should be spiritually proud; lest I should become self-confident and vain, and suppose that I was a special favorite of Heaven. If Paul was in danger of spiritual pride, who is not? If it was necessary for God to adopt some special measures to keep him humble, we are not to be surprised that the same thing should occur in other cases. There is abundant reason to believe that Paul was naturally a proud man. He was by nature self-confident; trusting in his own talents and attainments, and eminently ambitious. When he became a Christian, therefore, one of his besetting sins would be pride; and as he had been especially favored in his call to the apostleship; in his success as a preacher; in the standing which he had among the other apostles, and in the revelations imparted to him, there was also special danger that he would become self-confident and proud of his attainments. There is no danger that more constantly besets Christians, and even eminent Christians, than pride. There is no sin that is more subtle, insinuating, deceptive; none that lurks more constantly around the heart and that finds a more ready entrance, than pride. He who has been characterized by pride before his conversion will be in special danger of it afterward; he who has eminent gifts in prayer, or in conversation, or in preaching, will be in special danger of it; he who is eminently successful will be in danger of it; and he who has any extraordinary spiritual comforts will be in danger of it. Of this sin he who lives nearest to God may be in most special danger; and he who is most eminent in piety should feel that he also occupies a position where the enemy will approach him in a sly and subtle manner, and where he is in special danger of a fall. Possibly the fear that he might be in danger of being made proud by the flattery of his friends may have been one reason why Paul kept this thing concealed for 14 years; and if people wish to keep themselves from the danger of this sin, they should not be forward to speak even of the most favored moments of their communion with God.” [= Supaya jangan aku menjadi sombong secara rohani; supaya jangan aku menjadi percaya diri sendiri dan sia-sia, dan menganggap bahwa aku adalah seorang favorit khusus dari Surga. Jika Paulus ada dalam bahaya dari kesombongan rohani, siapa yang tidak? Jika adalah perlu bagi Allah untuk mengambil langkah-langkah terencana yang khusus untuk menjaganya tetap rendah hati, kita tidak boleh terkejut bahwa hal yang sama harus terjadi dalam kasus-kasus lain. Di sana ada banyak alasan untuk percaya bahwa Paulus secara alamiah adalah seorang yang sombong. Ia secara alamiah adalah orang yang percaya kepada dirinya sendiri; percaya kepada talenta-talenta dan pencapaian-pencapaiannya sendiri, dan sangat ambisius. Karena itu, pada waktu ia menjadi seorang Kristen, satu dari dosa-dosanya yang terus menerus menyerang / mengepungnya adalah kesombongan; dan karena ia telah lebih disukai secara khusus dalam panggilannya pada kerasulan; dalam kesuksesannya sebagai seorang pengkhotbah; dalam kedudukan yang ia miliki di antara rasul-rasul yang lain, dan dalam wahyu-wahyu yang diberikan kepadanya, di sana juga ada bahaya khusus bahwa ia menjadi percaya diri sendiri dan sombong akan pencapaian-pencapaiannya. Di sana tidak ada bahaya yang lebih secara terus menerus menyerang / mengepung orang-orang Kristen, dan bahkan orang-orang Kristen yang menonjol, dari pada kesombongan. Di sana tidak ada dosa yang lebih licik / halus / tak kentara, licin, menipu; tak ada yang mengintai secara lebih terus menerus di sekitar hati dan yang menemukan suatu pintu masuk yang lebih tersedia, dari pada kesombongan. Ia yang telah mempunyai ciri sombong sebelum pertobatannya akan ada dalam bahaya yang khusus tentangnya belakangan; ia yang mempunyai karunia-karunia yang menonjol dalam doa, atau dalam pembicaraan / percakapan, atau dalam khotbah, akan ada dalam bahaya khusus tentangnya; ia yang sukses secara menonjol akan ada dalam bahaya tentangnya; dan ia yang mempunyai penghiburan-penghiburan rohani yang luar biasa apapun akan ada dalam bahaya tentangnya. Tentang dosa ini, ia yang hidup paling dekat dengan Allah mungkin / bisa ada dalam bahaya yang paling khusus; dan ia yang paling menonjol dalam kesalehan harus merasa bahwa ia juga menempati suatu posisi dimana sang musuh akan mendekatinya dalam suatu cara yang lihai dan licik / halus / tak kentara, dan dimana ia ada dalam bahaya yang khusus dari suatu kejatuhan. Mungkin rasa takut bahwa ia bisa ada dalam bahaya untuk dijadikan sombong oleh umpakan dari teman-temannya mungkin telah menjadi satu alasan mengapa Paulus menjaga hal ini tetap tersembunyi selama 14 tahun; dan jika orang-orang ingin menjaga diri mereka sendiri dari bahaya dari dosa ini, mereka tidak boleh condong untuk berbicara bahkan tentang saat-saat yang paling disukai dari persekutuan mereka dengan Allah.] - hal 904.


Saya pernah mendengarkan suatu khotbah dimana pengkhotbahnya berbicara tentang kesombongan dari orang Farisi dalam perumpamaan Yesus dalam Lukas 18, dimana ia bersyukur kepada Allah karena ia tidak seperti pemungut cukai itu. Setelah membahas panjang lebar tentang kesombongan, ia berkata (secara bergurau): ‘Marilah kita bersyukur kepada Tuhan karena kita tidak seperti orang Farisi itu’!

Ini memang merupakan suatu gurauan, tetapi dalam faktanya merupakan sesuatu yang bisa betul-betul terjadi!

Barnes’ Notes: “The general truth taught in this verse is, that God will take care that his people shall not be unduly exalted by the manifestations of his favor, and by the spiritual privileges which he bestows on them. He will take measures to humble them; and a large part of his dealings with his people is designed to accomplish this. Sometimes it will be done, as in the case of Paul, by bodily infirmity or trial, by sickness, or by long and lingering disease; sometimes by great poverty and by an humble condition of life; sometimes by reducing us from a state of affluence where we were in danger of being exalted above measure; sometimes by suffering us to be slandered and calumniated, by suffering foes to rise up against us who shall blacken our character and in such a manner that we cannot meet it; sometimes by persecution; sometimes by lack of success in our enterprises, and if in the ministry, by withholding his Spirit; sometimes by suffering us to fall into sin, and thus greatly humbling us before the world.” [= Kebenaran umum yang diajarkan oleh ayat ini adalah, bahwa Allah akan berjaga-jaga supaya umatNya tidak akan ditinggikan secara berlebihan oleh perwujudan dari kebaikanNya, dan oleh hak-hak rohani yang Ia berikan kepada mereka. Ia akan bertindak untuk merendahkan mereka; dan bagian terbesar dari penangananNya dengan umatNya dirancang untuk mencapai ini. Kadang-kadang itu akan dilakukan, seperti dalam kasus Paulus, oleh kelemahan atau pencobaan jasmani, oleh penyakit, atau penyakit yang panjang dan berlambat-lambat; kadang-kadang oleh kemiskinan yang besar dan oleh suatu keadaan hidup yang rendah; kadang-kadang dengan merendahkan kita dari suatu keadaan yang berlimpah-limpah dimana kita ada dalam bahaya untuk ditinggikan melebihi batas; kadang-kadang dengan membiarkan kita difitnah dan dituduh, dengan membiarkan musuh-musuh untuk bangkit menentang kita yang akan memburukkan karakter kita dan dengan cara sedemikian rupa sehingga kita tidak bisa menghadapinya / mengatasinya; kadang-kadang dengan penganiayaan; kadang-kadang dengan tidak adanya sukses dalam usaha-usaha kita, dan jika dalam pelayanan, dengan menahan RohNya; kadang-kadang dengan membiarkan kita jatuh ke dalam dosa, dan dengan demikian sangat merendahkan kita di hadapan dunia.].

PENUTUP: 

Barnes’ Notes: “Such was the case with David and with Peter; and God often permits us to see in this manner our own weakness, and to bring us to a sense of our dependence and to proper humility by suffering us to perform some act that should be ever afterward a standing source of our humiliation; some act so base, so humiliating, so evincing the deep depravity of our hearts as forever to make and keep us humble. How could David be lifted up with pride after the murder of Uriah? How could Peter after having denied his Lord with a horrid oath? Thus, many a Christian is suffered to fall by the temptation of Satan to show him his weakness and to keep him from pride; many a fall is made the occasion of the permanent benefit of the offender.” [= Demikianlah kasusnya dengan Daud dan Petrus; dan Allah sering mengijinkan kita untuk melihat dalam cara ini kelemahan kita sendiri, dan untuk membawa kita pada suatu pengertian tentang ketergantungan kita dan pada kerendahan hati yang benar dengan membiarkan kita untuk melakukan suatu tindakan yang setelah itu selalu merupakan suatu sumber yang tetap dari perendahan kita; suatu tindakan yang begitu hina, begitu merendahkan, begitu menyatakan kebejatan yang dalam dari hati kita sehingga untuk selamanya membuat dan menjaga kita untuk rendah hati. Bagaimana Daud bisa diangkat / ditinggikan dengan kesombongan setelah pembunuhan Uria? Bagaimana Petrus bisa diangkat / ditinggikan dengan kesombongan setelah menyangkal Tuhannya dengan sumpah yang mengerikan? Demikianlah, banyak orang Kristen dibiarkan untuk jatuh oleh pencobaan Iblis untuk menunjukkan kepadanya kelemahannya dan menjaganya dari kesombongan; banyak kejatuhan menjadi alasan / penyebab dari manfaat permanen dari si pelanggar.]. EKSPOSISI 2 Korintus 12:7.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post