Penginjilan dan Pengajaran: Eksposisi 1 Korintus 3:1-15

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Penginjilan dan Pengajaran: Eksposisi 1 Korintus 3:1-15. 1 Korintus 3:1-15 - “(1 Korintus 3:1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. (2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. (3) Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? (4) Karena jika yang seorang berkata: ‘Aku dari golongan Paulus,’ dan yang lain berkata: ‘Aku dari golongan Apolos,’ bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani? (5) Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. (8) Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. (9) Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. (10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. (11) Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. (12) Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, (13) sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. (14) Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. (15) Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”.
Penginjilan dan Pengajaran: Eksposisi 1 Korintus 3:1-15
bisnis, gadget, otomotif
Dalam text ini Paulus menggunakan 2 penggambaran. Yang pertama ia berkata bahwa ia menanam, Apolos menyiram (1 Korintus 3: 6). Yang kedua ia mengatakan bahwa ia meletakkan dasar, dan orang lain membangun di atasnya (ay 10). Kedua penggambaran ini artinya kurang lebih adalah sama. Yang ia lakukan adalah PENGINJILAN untuk mempertobatkan orang-orang yang belum percaya, sedangkan yang dilakukan oleh Apolos dan orang lain itu adalah PENGAJARAN untuk menumbuhkan orang-orang yang telah percaya.

Ini menunjukkan bahwa dalam membangun gereja ada 2 hal yang mutlak penting, yaitu 

PENGINJILAN dan PENGAJARAN.

I) Penginjilan.

1) Apakah ‘Injil’ itu?
Dilihat dari arti katanya ‘Injil’ artinya ‘kabar baik’. Kabar baik apa? Ada beberapa point:

a) Kita adalah manusia berdosa, bahkan sangat berdosa.

b) Keberdosaan itu seharusnya membawa kita semua ke neraka karena Allah itu adil.

c) Allah itu telah menjadi manusia, dalam diri Yesus Kristus, dan menderita dan mati disalib untuk memikul hukuman dosa-dosa kita.

d) Sekarang, kita bisa masuk surga, sama sekali bukan karena perbuatan baik, tetapi hanya dengan beriman / percaya kepada Yesus Kristus. Percaya apa? Bahwa Yesus telah mati untuk membayar hukuman dosa-dosa kita.

Kalau mau singkat, Injil bisa diberitakan dalam beberapa menit. Tetapi kalau mau dibahas secara lebih mendalam, itu bisa membutuhkan waktu yang cukup lama.

Paulus tinggal selama 18 bulan di Korintus (Kisah Para Rasul 18:11), dan selama itu ia hanya menanam, meletakkan dasar, memberikan susu (1Korintus 3:2,6,10).

Kis 18:11 - “Maka tinggallah Paulus di situ selama satu tahun enam bulan dan ia mengajarkan firman Allah di tengah-tengah mereka.”.

Sekarang lihat 1 Korintus 3:11 dimana dikatakan: “Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.”.

Gereja / hamba Tuhan boleh berbeda dalam banyak ajaran, tetapi kalau berbeda dalam soal ‘Injil’, maka itu adalah gereja sesat / nabi palsu.

2) Ada banyak gereja yang tidak mempunyai Injil sama sekali.
Pemberitaan ‘Firman Tuhan’ di sana hanyalah yang bersifat moral dan etika. Ini menjadikan Kristen seperti agama lain, dan hampir tak ada bedanya antara Kristen dan agama-agama lain maupun dengan sekte-sekte sesat, karena yang membedakan Kristen dengan semua itu adalah ajaran-ajaran doktrinal, khususnya Injil itu sendiri.

Illustrasi: saya bisa membunuh orang dengan memberinya makanan bercampur racun. Jadi, ada sesuatu yang betul-betul negatif / berbahaya dalam makanan itu, yang bisa membunuh orang itu. Tetapi saya juga bisa membunuh seseorang dengan terus memberinya air saja! Air itu berguna, sangat berguna, dan tidak ada yang negatif / berbahaya dalam air itu. Tetapi kalau seseorang hanya diberi air, dan tidak diberi hal-hal lain yang ia butuhkan, seperti nasi / karbohidrat, daging / telur / protein, dsb, ia akan mati.

Demikian juga dalam dunia rohani. Seseorang bisa mati / masuk neraka, bukan hanya karena diberi ajaran yang memang negatif, seperti Yesus bukan Tuhan, neraka tidak ada, kita bisa masuk surga dengan berbuat baik, dan sebagainya. Seseorang juga bisa mati, kalau hanya diberi ajaran moral / etika saja, tetapi tidak diberi Injil. Karena tidak diberi Injil, ia tidak bisa percaya kepada Kristus (Ro 10:13-14,17), dan karena itu pada saat mati ia masuk neraka!

Roma 10:13-14,17 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? ... (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”.

3) Ada gereja-gereja yang tidak lagi memberitakan Injil, karena mereka menganggap jemaatnya toh sudah Kristen.

Bandingkan dengan perumpamaan tentang lalang di antara gandum dalam Matius 13. Selalu ada orang kristen KTP dalam gereja manapun sehingga tidak boleh gereja tidak memberitakan Injil.

Pendeta / penginjil / majelis / pengurus persekutuan harus mempunyai kepekaan berkenaan dengan adanya / banyaknya orang kristen KTP di gereja / persekutuan mereka. Kalau tidak, ini betul-betul bisa menjadi bencana.

Kalau dalam ‘gereja’ Yesus sendiri, bisa ada satu Yudas Iskariot, maka saya percaya tak ada gereja manapun yang tidak ada orang kristen KTPnya, dan juga gereja kita sendiri.

4) Banyak gereja memberitakan Injil yang berbeda / lain.
Apakah memang ada Injil yang berbeda / yang lain?
Mari kita lihat ayat-ayat ini:

a) Galatia 1:6-9 - “(6) Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu INJIL LAIN, (7) YANG SEBENARNYA BUKAN INJIL. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk MEMUTARBALIKKAN INJIL KRISTUS. (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu SUATU INJIL YANG BERBEDA dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. (9) Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu SUATU INJIL, YANG BERBEDA dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.”.

b) 2Korintus 11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan YESUS YANG LAIN dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu ROH YANG LAIN dari pada yang telah kamu terima atau INJIL YANG LAIN dari pada yang telah kamu terima.”.

Dalam kontext jaman itu, Injil yang lain / berbeda itu adalah berita bahwa keselamatan bukan hanya karena iman saja, tetapi karena iman + ketaatan terhadap hukum Taurat Musa. Ini bisa kita lihat kalau kita membaca seluruh surat Galatia.

Tetapi pada jaman sekarang, Injil yang lain / berbeda itu berkembang / bertambah dengan jenis-jenis yang lain lagi, seperti:

a) Social Gospel.
Ini banyak dalam gereja-gereja Protestan, dimana ‘Injil’ mereka hanya menekankan bantuan sosial kepada orang-orang yang dalam kebutuhan / penderitaan. Jadi, mereka pergi ke tempat-tempat yang mengalami bencana alam, panti asuhan dsb, dan lalu memberikan makanan, pakaian, uang, obat, lalu pulang. Orang-orang yang dilayani itu senang menerima hal-hal jasmani itu, tetapi mereka sama sekali tidak diberi Injil, sehingga tidak bisa percaya kepada Yesus, dan kalau mereka mati, mereka tetap akan pergi ke neraka! Tugas gereja bukan jadi sinterklaas yang bagi-bagi hadiah, tetapi memberitakan Injil yang benar!

b) Yesus ditekankan bukan sebagai Juruselamat, tetapi sebagai Dokter / Penyembuh penyakit, Pelaku mujijat, Pemberi kekayaan / berkat-berkat jasmani.

Ini banyak dalam kalangan gereja-gereja Pentakosta / Kharismatik. Memang mungkin Injil yang benar masih ada, tetapi sedikit / samar-samar, dan seakan-akan tertimbun berita lain yang jauh lebih ditekankan, yaitu bahwa Yesus bisa menyembuhkan / melakukan mujijat, Yesus menolong kita dari kesukaran duniawi, Yesus memberi kekayaan, dan sebagainya.
Kalau hal yang kurang penting ditekankan, maka hal yang terpenting menjadi tidak diperhatikan!

Illustrasi: round girl yang cantik / sexy membuat kita tidak memperhatikan papan ronde yang ia bawa, yang seharusnya merupakan hal yang terpenting.

c) Injilnya Saksi Yehuwa.
Mereka sama sekali tidak memberitakan Injil seperti yang kita lakukan, tetapi hanya ‘membetulkan’ doktrin-doktrin / pengertian doktrinal dari orang-orang Kristen, dan mengubahnya menjadi seperti ajaran mereka. Misalnya mereka katakan Yesus hanya allah kecil, Allah Tritunggal tidak ada, neraka tidak ada, dan sebagainya.

Mereka yakin tidak masuk surga, karena surganya sudah penuh (hanya 144.000 orang). Mereka hanya berharap bisa masuk Firdaus, yang mereka anggap sebagai bumi ini yang nanti akan disempurnakan. Kalau ini gagal, mereka dimusnahkan. Ini bukan injil / kabar baik tetapi kabar buruk!

d) Injil yang didasarkan pada Kitab Suci agama lain.
Misalnya orang Kristen yang berasal dari agama lain, yang kalau ‘memberitakan Injil’ kepada orang dari agama lamanya lalu mengunakan Kitab Suci agama lain itu.
Yang dalam Kitab Suci disebut sebagai ‘pedang Roh’ adalah Firman Tuhan / Kitab Suci kita (Efesus 6:17), bukan Kitab Suci agama lain.

Efesus 6:17 - “dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah,”.
Jadi, dalam memberitakan Injil, gunakan Kitab Suci kita sendiri!

e) Injil yang didasarkan pada ‘wahyu yang baru’.
Misalnya: ‘Wahyu Tuhan Yesus tentang Neraka’.


Manusia, waktu masih bayi membutuhkan susu, tetapi sesudah itu ia membutuhkan makanan keras (1 Korintus 3: 2). Tanaman bukan hanya perlu ditanam, tetapi juga harus disiram (1 Korintus 3: 6-8). Bangunan bukan hanya perlu dibangun dasarnya, tetapi setelah itu harus dibangun bangunannya di atas dasar tersebut (1 Korintus 3: 10-12). Demikian juga gereja tidak bisa hidup hanya dengan penginjilan semata-mata. Gereja membutuhkan pengajaran! Tetapi camkan bahwa dasarnya harus benar dulu.

1 Korintus 3: 11: “Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.”.

Kalau dasarnya tidak ada, maka harus dibangun dasarnya dulu. Kalau dasarnya salah, maka harus dibetulkan dulu. Kalau dasarnya sudah benar, baru diatasnya dibangun bangunan (diberi pengajaran).

1 Korintus 3: 11 ini juga menunjukkan bahwa Kristus adalah satu-satunya dasar dan itu tidak boleh dicampur dengan hal-hal lain.
Terjemahan hurufiah dari 1 Korintus 3: 11 itu adalah: ‘Tidak seorangpun bisa meletakkan dasar di sisi / di sebelah (Yunani: PARA) dasar yang sudah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.’.

Ini bertentangan dengan kesesatan banyak gereja yang menggabungkan Kristus dengan hal-hal lain sebagai dasar, biasanya perbuatan baik, dan / atau baptisan.

Kalau seseorang meletakkan dasar yang lain di sisi / di sebelah Kristus saja sudah sesat, apalagi kalau sama sekali tidak ada Kristusnya, atau kalau yang dipakai sebagai dasar adalah ‘Kristus YANG LAIN’ (Galatia 1:6-9 2Korintus 11:4). Ini tentu sesat.

Sekarang, ada beberapa macam pengajaran yang dibicarakan oleh Paulus di sini:

1) Pengajaran yang baik, disimbolkan dengan membangun dengan emas, perak, batu permata (ay 12a).
1 Korintus 3: 12: “Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,”.

Jemaat perlu diajar dengan baik, bukan hanya dengan khotbah-khotbah yang bersifat topik, tetapi exposisi berseri Alkitab, juga doktrin-doktrin penting, dan sebagainya.

2) Pengajaran yang asal-asalan / buruk, disimbolkan dengan kayu, rumput kering atau jerami (ay 12b).
1 Korintus 3: 12: “Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,”.
Ini pengajaran yang salah / tak bermutu, tetapi bukan pengajaran sesat. Alasannya:

a) Pengajarnya tetap selamat, biarpun seperti dari dalam api / pas-pasan (1 Korintus 3: 15)!
1 Korintus 3: 15: “Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”.

b) Untuk ‘orang lain’ dalam ay 10 ini Paulus menggunakan kata Yunani ALLOS. 
1 Korintus 3: 10: “Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.”.

Berbeda dengan kata HETEROS yang menunjuk kepada ‘yang lain dari jenis yang berbeda’, maka ALLOS menunjuk kepada ‘yang lain dari jenis yang sama’.

Jadi Paulus bukan memaksudkan orang kristen yang sesat atau orang kristen KTP tetapi orang kristen yang sejati, yang sejenis dengan dirinya sendiri.

Kalau pendeta khotbah asal-asalan, karena malas persiapan ataupun karena penyebab lain apapun, maka ia termasuk pembangun dengan menggunakan kayu, rumput kering atau jerami ini.

3) Pengajaran yang mudah / sederhana, disimbolkan dengan ‘susu’ (1 Korintus 3: 2).
Ini cocok untuk bayi / orang yang belum dewasa dalam Kristus (ay 1-2).

1 Korintus 3: 1-2: “(1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. (2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya.”.

a) 1 Korintus 3: 1: ‘belum dewasa’. Ini kurang tepat terjemahannya.
NIV: ‘infants’ [= bayi-bayi].

b) Ay 1,3: “(1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. ... (3) Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?”.

1 Korintus 3: 1: ‘manusia duniawi’ kata Yunaninya adalah SARKINOI [= ‘of flesh’ {= dari daging}].
1 Korintus 3: 3: ‘manusia duniawi’ kata Yunaninya SARKIKOI [= ‘ruled by the flesh’ {= diperintah oleh daging}].

Dalam ay 1,3 ini istilah ‘manusia duniawi’ menunjuk kepada orang Kristen bayi.

Dengan pemberian susu ini seharusnya bayi bertumbuh. Tetapi jemaat gereja Korintus ini tidak bertumbuh, tetapi jadi bayi terus.

1 Korintus 3: 1-4: “(1) Dan aku, saudara-saudara, PADA WAKTU ITU tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. (2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan SEKARANGPUN kamu belum dapat menerimanya. (3) Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? (4) Karena jika yang seorang berkata: ‘Aku dari golongan Paulus,’ dan yang lain berkata: ‘Aku dari golongan Apolos,’ bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?”.
Catatan: sebetulnya kata-kata ‘pada waktu itu’ dan ‘sekarangpun’ tidak ada dalam bahasa aslinya. Hanya saja dalam bagian pertama digunakan past tense, dan dalam bagian kedua digunakan pesent tense.

Bdk. Ibrani 5:11-14 - “(11) Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. (12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. (13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (14) Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.”.

Dari text di atas ini terlihat bahwa Paulus menilai bahwa mereka masih tetap bayi / manusia duniawi dari:

1. Kehidupan mereka.

a. Ada iri hati dan perselisihan (1 Korintus 3: 3).
Ay 3: “Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?”.

Iri hati pasti salah, tetapi perselisihan belum tentu salah. Kalau kita berselisih tentang hal-hal yang tidak penting, itu salah. Tetapi kalau misalnya ada orang mengajar ajaran sesat, atau ada korupsi / pencurian di gereja, dsb, haruskah kita tetap ‘damai’???

Hati-hati dengan ajaran yang menekankan ‘kasih’ secara kelewat batas sehingga mengharuskan damai dalam segala sikon! Ini salah! Yesus sendiri mengobrak abrik Bait Allah, juga melabrak ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, dsb! Paulus dan Barnabas juga gegeran dengan orang-orang sesat yang mengajarkan keselamatan karena iman + perbuatan baik (Kis 15:1-2). Di surat Galatia, ia bahkan mengutuk orang-orang seperti itu (Galatia 1:6-9).

Kisah Para Rasul 15:1-2 - “(1) Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.’ (2) Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu.”.

Tetapi gegeran yang terjadi di Korintus pada saat itu jelas bukan karena doktrin. Doktrin yang kurang dari Apolos telah diluruskan / ditambahkan oleh Priskila dan Akwila (Kis 18:26), yang mendapatkannya dari Paulus (Kisah Para Rasul 18:2-19), sehingga Paulus dan Apolos tidak mungkin mempunyai doktrin yang berbeda.

b. Ada grup-grupan / perpecahan (1 Korintus 3: 4).
1 Korintus 3: 4: “Karena jika yang seorang berkata: ‘Aku dari golongan Paulus,’ dan yang lain berkata: ‘Aku dari golongan Apolos,’ bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?”.

Kalau perpecahan karena grup-grupan ini, pasti salah. Kalau sudah urusan grup-grupan, orang sudah tidak peduli kebenaran, tetapi hanya membenarkan orang dari grupnya sendiri, dan sikap / tindakan seperti ini tidak mungkin bisa dibenarkan.

Lebih parah lagi, ini adalah grup-grupan yang disebabkan pengidolaan hamba-hamba Tuhan. Yang satu mengidolakan Paulus, yang lain mengidolakan Apolos dan sebagainya.

Bdk. 1Korintus 1:12-13 - “(12) Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus. (13) Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?”.

Adam Clarke (tentang 1Korintus 1:12): “‎it is very easy to conceive that, in a Church so divided, a party might be found, who, dividing Christ from his ministers, might be led to say, ‘We will have nothing to do with your parties, nor with your party spirit; we are the disciples of Christ, and will have nothing to do with Paulians, Apolloians, or Kephians, as contradistinguished from Christ.’” [= adalah sangat mudah untuk mengerti bahwa, dalam suatu Gereja yang begitu terpecah, bisa ditemukan suatu golongan, yang memisahkan Kristus dari pelayan-pelayanNya, dan berkata, ‘Kami tak mempunyai urusan dengan golonganmu, ataupun dengan roh / kecenderungan dari golonganmu; kami adalah murid-murid Kristus, dan tidak mau mempunyai urusan dengan pengikut-pengikut Paulus, Apolos, atau Kefas, yang dibedakan / dikontraskan dari Kristus’.].

Barnes’ Notes (tentang 1Korintus 1:12): “‘And I of Christ.’ Why this sect professed to be the followers of Christ, is not certainly known. It probably arose from one of the two following causes: (1) Either that they had been in Judea and had seen the Lord Jesus, and thus regarded themselves as particularly favored and distinguished: or, (2) More probably because they refused to call themselves by any inferior leader, and wished to regard Christ alone as their head, and possibly prided themselves on the belief that they were more conformed to him than the other sects.” [= ‘Dan aku dari golongan Kristus’. Mengapa sekte ini mengaku sebagai pengikut-pengikut Kristus, tak diketahui dengan jelas. Itu mungkin muncul dari salah satu dari dua penyebab berikut ini: (1) Atau bahwa mereka telah ada di Yudea dan telah melihat Tuhan Yesus, dan lalu menganggap diri mereka sendiri sebagai disukai dan dibedakan secara khusus: atau, (2) Lebih mungkin karena mereka menolak untuk menyebut diri mereka sendiri dengan nama dari pemimpin yang lebih rendah, dan ingin untuk menganggap Kristus saja sebagai kepala / pemimpin mereka, dan mungkin membanggakan diri mereka sendiri pada kepercayaan bahwa mereka lebih menyerupai Dia dari pada sekte-sekte yang lain.].

Penerapan: jaman sekarang juga ada orang-orang yang kalau ditanya alirannya, menjawab ‘aliran Tuhan Yesus’, atau ‘aliran Alkitab’! Menurut saya orang yang menjawab seperti itu termasuk ‘aliran bodoh’. Orang kristen harus punya aliran, karena kalau tidak, maka biasanya ia termasuk ‘aliran gado-gado’, dan pasti akan ada banyak kontradiksi dalam pengertiannya. Tak ada yang salah dengan orang kristen mempunyai aliran, seperti kita yang termasuk Reformed / Calvinist, SELAMA INI TAK MENYEBABKAN KITA TAK MAU BERSATU DENGAN ORANG KRISTEN LAIN YANG TIDAK SESAT, TETAPI BERBEDA ALIRAN DENGAN KITA.

Bandingkan dengan keadaan gereja mula-mula:
• Kisah Para Rasul 2:44-47 - “(44) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, (45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. (46) Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, (47) sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.”.

• Kisah Para Rasul 4:32 - “Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.”.

Ini semua termasuk dalam ‘perbuatan daging’ (Galatia 5:19-21).
Gal 5:19-21a - “(19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (21a) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.”.

‘Perbuatan daging’ dalam Galatia 5:19-21 ini dikontraskan dengan ‘buah Roh’ dalam Galatia 5:22-23 - “(22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, (23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.”.

Kalau ada banyak buah Roh, orang itu rohani / dewasa dalam iman. Kalau banyak perbuatan daging, orang itu bayi. Dari buahnyalah kamu mengenal pohonnya!

Matius 7:15-20 - “(15) ‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.”.

Dari sini jelaslah bahwa orang-orang yang menilai kerohanian seseorang berdasarkan bahasa Roh, menilai secara salah! Jemaat Korintus banyak berbahasa Roh (1Kor 14), tetapi disebut sebagai ‘bayi’ / ‘manusia duniawi’! Jadi, bukan bahasa Roh, tetapi buah Roh, yang harus dijadikan ukuran kerohanian / iman seseorang!

2. Cara mereka mengidolakan hamba Tuhan.
1 Korintus 3: 4a: “... yang seorang berkata: ‘Aku dari golongan Paulus,’ dan yang lain berkata: ‘Aku dari golongan Apolos,’ ...”.

Calvin (tentang 1Korintus 1:12): “For as nothing is more effectual for uniting us, and there is nothing that tends more to draw our minds together, and keep them in a state of peace, than agreement in religion, so, on the other hand, if any disagreement has arisen as to matters of this nature, the effect necessarily is, that men’s minds are straightway stirred up for combat, and in no other department are there more fierce contendings.” [= Karena tidak ada yang lebih efektif untuk mempersatukan kita, dan disana tidak ada yang cenderung untuk lebih mempersatukan pikiran kita, dan menjaga / memelihara mereka dalam keadaan damai, dari pada persetujuan dalam agama, maka di sisi lain, jika ketidak-setujuan apapun telah muncul berkenaan dengan persoalan-persoalan dari jenis ini, efeknya pasti adalah bahwa pikiran-pikiran manusia segera dihasut untuk berkelahi, dan tak ada lingkungan lain dimana ada pertengkaran yang lebih sengit / ganas.].

Matthew Henry: “We should take care not to deify ministers, nor put them into the place of God.” [= Kita harus berhati-hati untuk tidak mendewakan pendeta-pendeta, ataupun meletakkan mereka di tempat yang seharusnya untuk Allah.].

Bahwa jemaat mengidolakan / mendewakan hamba Tuhan, bisa terjadi karena:

a. Kesalahan hamba Tuhannya, yang memang selalu meninggikan dirinya, dan bercerita yang muluk-muluk tentang dirinya. Kalau dirinya bagus diceritakan, kalau dirinya jelek disembunyikan. Lebih buruk lagi, kalau ia membagus-baguskan dirinya sendiri dengan membual.
Misalnya:
• Pendeta yang bersaksi: ‘Dulu saya mata kranjang, tetapi setelah bertobat, saya hanya cinta istri saya, dan sama sekali tidak tertarik perempuan lain!’.
• Pendeta yang memberi kesaksian tentang pergi ke surga dan neraka, atau diajar Yesus sendiri dan sebagainya.

Calvin (tentang 1Korintus 1:12): “the aim of good ministers is this, that they may all in common serve Christ, and claim for him exclusively power, authority, and glory - fight under his banner - obey him alone, and bring others in subjection to his sway. If any one is influenced by ambition, that man gathers disciples, not to Christ, but to himself. This then is the fountain of all evils - this the most hurtful of all plagues - this the deadly poison of all Churches, when ministers seek their own interests rather than those of Christ. In short, the unity of the Church consists more especially in this one thing - that we all depend upon Christ alone, and that men thus occupy an inferior place, so as not to detract in any degree from his pre-eminence.” [= tujuan dari pendeta-pendeta yang baik adalah ini, supaya mereka semua bisa secara sama melayani Kristus, dan mengclaim kuasa, otoritas, dan kemuliaan hanya untuk Dia - berperang di bawah panjiNya - mentaati Dia saja, dan membawa orang-orang lain dalam ketundukan pada pemerintahanNya. Jika siapapun dipengaruhi oleh ambisi, orang itu mengumpulkan murid-murid, bukan bagi Kristus, tetapi bagi dirinya sendiri. Maka ini adalah sumber dari semua kejahatan - ini adalah yang paling merusak dari semua wabah - ini adalah racun yang paling mematikan dari semua gereja-gereja, pada waktu pendeta-pendeta mencari kepentingan-kepentingan diri mereka sendiri dan bukannya kepentingan-kepentingan Kristus. Singkatnya, kesatuan Gereja ada secara lebih khusus dalam satu hal ini - bahwa kita semua tergantung kepada Kristus saja, dan bahwa dengan demikian orang-orang menempati tempat yang lebih rendah, sehingga tidak mengurangi sedikitpun dari kesuperioran / keunggulanNya.].

Calvin (tentang 1 Korintus 3: 8): “he indirectly reproves those ambitious teachers, who, by giving occasion for contentions, discovered thereby that they were not the servants of Christ, but the slaves of vain-glory - that they did not employ themselves in planting and watering, but in rooting up and burning.” [= ia secara tak langsung menegur guru-guru yang ambisius itu, yang dengan menyebabkan konflik / permusuhan, terdeteksi olehnya bahwa mereka bukanlah pelayan-pelayan Kristus, tetapi budak-budak dari kemuliaan yang sia-sia - bahwa mereka tidak membaktikan diri mereka sendiri dalam menanam dan menyiram, tetapi dalam mencabut dan membakar.].

Penerapan: semua hamba Tuhan harus membaca, merenungkan kata-kata Calvin ini, dan memeriksa motivasi mereka dalam pelayanan!!! Sebanyak apapun karunia mereka, sebagus / sehebat apapun pengertian / pengajaran / perlayanan mereka, tetapi kalau motivasi mereka salah, maka pada hakekatnya mereka adalah pelayan setan!

b. Kesalahan jemaatnya.
Kadang-kadang hamba Tuhan itu sudah mengajar secara benar dalam persoalan itu. Bandingkan dengan Paulus di sini; dalam 1 Korintus 3: 5-7 ia berkata: “(5) Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.”.

Memang ini diajarkan oleh Paulus setelah terjadi pengidolaan tersebut, tetapi melihat ajaran Paulus di semua suratnya kita bisa melihat bahwa ia bukan orang yang meninggikan diri, tetapi selalu hanya meninggikan Tuhan saja. Jadi, pada waktu dalam kasus seperti ini masih terjadi pengidolaan hamba Tuhan, maka jemaat itu yang bodoh!

Bdk. 1 Korintus 3: 8: “Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.”.
Kata-kata ‘adalah sama’ itu salah terjemahan.
KJV/NASB/Lit: ‘are one’ [= adalah satu].
Ini terjemahan yang hurufiah! Kata-kata Yunani HEN EISIN artinya ‘they are one’ [= mereka adalah satu]!

Bdk. 1Korintus 1:10 - “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.”.
KJV/ASV/NKJV/Lit: ‘that you speak the same thing’ [= supaya kamu mengatakan hal yang sama].

Calvin (tentang 1Kor 1:10): “When, however, he exhorts them to speak the same thing, he intimates still more fully from the effect, how complete the agreement ought to be - so that no diversity may appear even in words. It is difficult, indeed, of attainment, but still it is necessary among Christians, from whom there is required not merely one faith, but also one confession.” [= Tetapi pada waktu ia menasehati mereka untuk mengatakan hal yang sama, ia menyatakan secara tak langsung dengan lebih penuh lagi dari artinya, betapa lengkap persetujuan itu harus ada - sehingga tak ada perbedaan bisa terlihat bahkan dalam kata-kata. Itu memang sukar untuk dicapai, tetapi itu tetap perlu di antara orang-orang Kristen, dari siapa dituntut bukan semata-mata satu iman, tetapi juga satu pengakuan.].

Sekarang mari kita lihat 1 Korintus 3: 5 sekali lagi.
1 Korintus 3: 5: “Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya.”.

Paulus meletakkan hamba Tuhan (pendeta / penginjil) pada tempat yang sebenarnya, yaitu ‘pelayan Tuhan’! Ini penting dicamkan oleh orang-orang yang senang mengidolakan pendeta-pendeta top / hebat. ORANG-ORANG TOP / HEBAT INI HANYA PELAYAN TUHAN, ALAT TUHAN, DAN TIDAK ADA APAPUN DALAM DIRI MEREKA SENDIRI YANG BISA MEMBUAT MEREKA BERHASIL!

Tetapi sebagai penyeimbang, harus diingat bahwa ia adalah ‘pelayan Tuhan’, bukan ‘pelayan orang’. MAJELIS / ORANG KAYA DALAM GEREJA, YANG MENJADIKAN PENDETA / PENGINJIL SEBAGAI PELAYANNYA, ADALAH ORANG KURANG AJAR YANG MERUSAK GEREJA, DAN PENDETA / PENGINJIL YANG MAU DIJADIKAN PELAYAN ORANG DENGAN ALASAN APAPUN, ADALAH ORANG YANG TERLALU TAKUT KEPADA MANUSIA, DAN KURANG TAKUT KEPADA ALLAH!

3. Cara mereka menerima Firman Tuhan! (1 Korintus 3: 2).
1 Korintus 3: 2: “Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya.”.
1 Korintus 3: 2a (NIV): ‘you WERE not ready for it’ [= dahulu kamu tidak / belum siap untuk itu]. Ini dalam past tense!

Ay 2b (NIV): ‘you ARE still not ready’ [= sekarang kamu tetap tidak / belum siap untuk itu]. Ini dalam present tense!
Jadi, mereka tidak maju dalam kemampuan menerima Firman Tuhan!

Orang Korintus ini banyak berbahasa Roh (1Korintus 14:18,23), tetapi toh Paulus menilai bahwa mereka masih bayi terus, karena mereka tidak bisa menerima makanan keras! Mengapa mereka tidak bertumbuh-tumbuh, padahal yang melayani mereka adalah Paulus dan Apolos, 2 orang yang sangat hebat?

Matthew Henry: “They were still mere babes in Christ. ... it is plain, from several passages in this epistle, that the Corinthians were very proud of their wisdom and knowledge. Note, It is but too common for persons of very moderate knowledge and understanding to have a great measure of self-conceit.” [= Mereka tetap adalah semata-mata bayi dalam Kristus. ... adalah jelas dari beberapa text dalam surat ini, bahwa orang-orang Korintus sangat bangga / sombong tentang hikmat dan pengetahuan mereka. Perhatikan: Merupakan sesuatu yang sangat umum dimana orang-orang yang mempunyai pengetahuan dan pengertian rata-rata / biasa-biasa saja, mempunyai kesombongan yang sangat besar.].

Kesombongan ini menghalangi pertumbuhan, baik dalam pengetahuan maupun dalam iman, kekudusan dan sebagainya. Dan ini menyebabkan mereka tetap jadi bayi! Dan karena mereka tidak bertumbuh, Paulus memberi susu terus.

Calvin: “Hence it is the part of a wise teacher to accommodate himself to the capacity of those whom he has undertaken to instruct, so that in dealing with the weak and ignorant, he begins with first principles, and does not go higher than ‘they are able to follow,’ (Mark 4:33,) and so that, in short, he drops in his instructions by little and little, lest it should run over, if poured in more abundantly.” [= Maka / Jadi, adalah bagian dari guru / pengajar yang bijaksana untuk menyesuaikan dirinya sendiri dengan kapasitas / kemampuan dari mereka yang telah ia ambil di bawah tanggung-jawabnya untuk mengajar, sehingga dalam menangani mereka yang lemah dan bodoh / tak punya pengetahuan, ia mulai dengan prinsip-prinsip pertama / dasar, dan tidak naik lebih tinggi dari pada ‘mereka mampu untuk ikuti’, (Markus 4:33), dan sehingga, singkatnya, ia meneteskan dalam pengajarannya sedikit demi sedikit, supaya jangan itu meluber, jika dicurahkan dengan cara yang lebih berlimpah-limpah.].

Markus 4:33 - “Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka SESUAI DENGAN PENGERTIAN MEREKA,”.

KJV/RSV/NASB: ‘as they were able to hear it.’ [= sesuai dengan yang mereka mampu mendengarnya.].

NIV: ‘as much as they could understand.’ [= sebanyak yang mereka mampu mengerti.].

Banyak gereja / persekutuan minta thema yang muluk-muluk, tetapi pada saat saya khotbah di sana, saya melihat bahwa sebagian besar / semua mereka hanyalah bayi Kristen, atau bahkan orang kristen KTP! Mereka mestinya diinjili, bukan diberi pelajaran tingkat tinggi!

SEORANG PENDETA / MAJELIS / PENGURUS PERSEKUTUAN HARUS INGAT BAHWA AJARAN YANG MENJADI BERKAT BAGI MEREKA SENDIRI, BISA SAMA SEKALI TAK MENJADI BERKAT BAGI JEMAAT MEREKA, BAHKAN MEMBAHAYAKAN, KARENA PERBEDAAN TINGKAT ROHANI MEREKA, YANG MENYEBABKAN PERBEDAAN KEBUTUHAN MAKANAN ROHANI MEREKA!

Contoh: meminta topik ‘providence of God’ untuk jemaat yang masih bayi / kristen KTP.

Paulus sudah mengajar jemaat Korintus dengan benar, dengan menyesuaikan ajarannya dengan tingkat rohani mereka, sehingga pada waktu mereka tidak bertumbuh, itu jelas adalah salah mereka sendiri.

Matthew Henry: “It was a reproach to the Corinthians that they had so long sat under the ministry of Paul and had made no more improvement in Christian knowledge. Note, Christians are utterly to blame who do not endeavour to grow in grace and knowledge.” [= Merupakan suatu celaan kepada orang-orang Korintus bahwa mereka telah begitu lama duduk di bawah pelayanan Paulus dan tidak / belum membuat kemajuan dalam pengetahuan Kristen. Perhatikan, orang-orang Kristen sepenuhnya salah yang tidak berusaha untuk bertumbuh dalam kasih karunia dan pengetahuan.].

4) Pengajaran yang sukar, disimbolkan dengan ‘makanan keras’ (1 Korintus 3: 2).
Ini cocok untuk orang yang sudah dewasa dalam Kristus (ay 1-2).

1 Korintus 3: 1-2: “(1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. (2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya.”.

Apakah makanan keras lebih baik dari susu? Mungkin pertanyaan ini sebaiknya dijawab dengan pertanyaan-pertanyaan lain:
a) Apakah lebih baik mengajar seseorang 1 + 1 = 2, atau mengajarnya aljabar tinggi?

b) Apakah lebih baik menyuruh orang yang mau latihan angkat besi untuk mengangkat beban 100 kg, atau 5 kg?

Jelas jawabannya: Belum tentu, lihat-lihat siapa orangnya. Kalau bayi diberi makanan keras, dia malah mati! Tetapi kalau orang dewasa diberi susu terus, dia tidak akan bertumbuh. Ia membutuhkan makanan keras untuk bisa bertumbuh!

Bdk. Ibrani 5:11-14 - “(11) Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. (12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. (13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (14) Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.”.

Calvin: “if the hearer does not occasion delay by his slowness, it is the part of a good teacher to be always going up higher, till perfection has been attained.” [= jika si pendengar tidak menyebabkan penundaan oleh kelambanannya, merupakan bagian dari seorang guru / pengajar yang baik untuk selalu naik lebih tinggi, sampai kesempurnaan telah dicapai.].

Kalau pengajar takut, atau tidak mau memberikan makanan keras (karena malas, atau memang tidak punya kemampuan), padahal memang sudah waktunya, maka jemaat tidak akan bertumbuh!


III) Penginjilan dan Pengajaran hanya bisa berhasil jika Tuhan menumbuhkan.

Memang kita sebagai orang-orang Kristen, hamba-hamba Tuhan dsb, harus melakukan tugas-tugas kita dengan semaximal mungkin. Tetapi pada akhirnya, yang paling menentukan adalah Tuhan!

1 Korintus 3: 6-7: “(6) Aku menanam, Apolos menyiram, TETAPI ALLAH YANG MEMBERI PERTUMBUHAN. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, MELAINKAN ALLAH YANG MEMBERI PERTUMBUHAN.”.

Jangan lalu berkata, karena toh semua tergantung Tuhan maka kita santai-santai saja dalam pelayanan! Tidak boleh! Kita tetap harus melakukan pelayanan kita sebaik mungkin, tetapi apakah itu berhasil / bertumbuh atau tidak, itu memang hanya tergantung Tuhan saja!

Calvin: “It were, undoubtedly, as easy a thing for God to bless the earth without diligence on the part of men, ... In like manner, it were perfectly in the power of God, without the aid of men, if it so pleased him, to produce faith in persons while asleep; but he has appointed it otherwise, so that faith is produced ‘by hearing.’ (Romans 10:17.) That man, then, who, in the neglect of this means, expects to attain faith, acts just as if the husbandman, throwing aside the plough, taking no care to sow; and leaving off all the labor of husbandry, were to open his mouth, expecting food to drop into it from heaven.” [= Tak diragukan bahwa adalah suatu hal yang mudah bagi Allah untuk memberkati bumi tanpa kerajinan dari manusia, ... Secara sama, hal itu secara sempurna ada dalam kuasa Allah, tanpa bantuan manusia, jika itu memperkenan Dia, untuk menghasilkan iman dalam orang-orang pada waktu mereka tidur; tetapi Ia telah menetapkan secara berbeda, sehingga iman dihasilkan ‘oleh pendengaran’ (Roma 10:17). Maka, orang itu, yang dengan mengabaikan cara ini, mengharapkan untuk mencapai / mendapatkan iman, bertindak sama seperti petani, yang menyingkirkan bajak, tak peduli pada penaburan; dan menghentikan semua jerih payah pertanian, tetapi membuka mulutnya, dan mengharapkan makanan menetes ke dalamnya dari surga.].
Roma 10:17 - “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”.

Ada orang-orang yang khotbah dan pengajarannya bagus tetapi hasilnya sedikit, dan ada orang yang khotbah dan pengajarannya tak terlalu bagus tetapi hasilnya banyak.

Adam Clarke: “God does not reward his servants according to the success of their labour, because that depends on himself; but he rewards them according to the quantum of faithful labour which they bestow on his work. In this sense none can say, I have laboured in vain, and spent my strength for nought.” [= Allah tidak memberi pahala kepada pelayan-pelayanNya sesuai dengan kesuksesan jerih payah mereka, karena hal itu tergantung kepada diriNya sendiri; tetapi Ia memberi mereka pahala sesuai dengan kwantitas / jumlah energi dari jerih payah yang setia yang mereka berikan pada pekerjaanNya. Dalam arti ini tak seorangpun bisa berkata, Aku telah berperih payah dengan sia-sia, dan menghabiskan kekuatanku dengan tak berguna.].

Bdk. Matius 25:20-23 - “(20) Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. (21) Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. (22) Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. (23) Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”.

Ilustrasi: saya nonton sebuah film dokumenter yang menunjukkan bahwa kambing-kambing di pegunungan di Afghanistan makan rumput kering dan coklat, tetapi mereka gemuk dan sehat, tak ada penyakit kuku dsb, dan lebih bagus dari kambing di Inggris yang makan rumput yang hijau dan segar.

Bdk. Daniel 1:5-16 - “(5) Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya. Mereka harus dididik selama tiga tahun, dan sesudah itu mereka harus bekerja pada raja. (6) Di antara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda, yakni Daniel, Hananya, Misael dan Azarya. (7) Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Azarya dinamainya Abednego. (8) Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya. (9) Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu; (10) tetapi berkatalah pemimpin pegawai istana itu kepada Daniel: ‘Aku takut, kalau-kalau tuanku raja, yang telah menetapkan makanan dan minumanmu, berpendapat bahwa kamu kelihatan kurang sehat dari pada orang-orang muda lain yang sebaya dengan kamu, sehingga karena kamu aku dianggap bersalah oleh raja.’ (11) Kemudian berkatalah Daniel kepada penjenang yang telah diangkat oleh pemimpin pegawai istana untuk mengawasi Daniel, Hananya, Misael dan Azarya: (12) ‘Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari dan biarlah kami diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum; (13) sesudah itu bandingkanlah perawakan kami dengan perawakan orang-orang muda yang makan dari santapan raja, kemudian perlakukanlah hamba-hambamu ini sesuai dengan pendapatmu.’ (14) Didengarkannyalah permintaan mereka itu, lalu diadakanlah percobaan dengan mereka selama sepuluh hari. (15) Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja. (16) Kemudian penjenang itu selalu mengambil makanan mereka dan anggur yang harus mereka minum, lalu memberikan sayur kepada mereka.”.
Penginjilan dan Pengajaran: Eksposisi 1 Korintus 3:1-15
tutorial
Pelayanan Yunus berhasil, pelayanan Yesaya tidak. Dan itu jelas BUKAN karena Yunus lebih saleh, beriman, rajin dsb! Itu terjadi hanya karena Tuhan mau seperti itu. Pelayanan Petrus berhasil banyak, pelayanan Yesus berhasil sedikit. Lagi-lagi, itu karena Tuhan mau seperti itu.

Jadi, kita harus bagaimana selain bekerja mati-matian dan semaximal mungkin? Berdoa supaya Tuhan memberkati? Tentu saja, tetapi doa kita hanya akan dikabulkan kalau sesuai dengan kehendak Tuhan!

1Yohanes 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya.”.

Jadi, tidak perlu doa? Tentu harus tetap berdoa. Pelayanan maupun doa harus tetap kita lakukan mati-matian, tetapi lagi-lagi kesuksesan tergantung kepada Tuhan dan datang dari Tuhan.

Jadi, kalau gereja ini tetap saja, jangan putus asa, dan sebaliknya kalau gereja ini maju, jangan menjadi sombong, karena semua keberhasilan datang dari Tuhan! Biarlah segala kemuliaan diberikan hanya kepada Tuhan!. 

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post