YUDAS DAN PENANGKAPAN YESUS: YOHANES 18:1-11

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
YUDAS DAN PENANGKAPAN YESUS: YOHANES 18:1-11. Yohanes 18:1-11 - “(Yohanes 18:1) Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-muridNya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-muridNya. (Yohanes 18:2) Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-muridNya. (3) Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata. (4) Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diriNya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: ‘Siapakah yang kamu cari?’ (5) Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka: ‘Akulah Dia.’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. (Yohanes 18:6) Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. (7) Maka Ia bertanya pula: ‘Siapakah yang kamu cari?’ Kata mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ (Yohanes 18:8) Jawab Yesus: ‘Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.’ (Yohanes 18:9) Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakanNya: ‘Dari mereka yang Engkau serahkan kepadaKu, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa.’ (Yohanes 18:10) Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. (Yohanes 18:11) Kata Yesus kepada Petrus: ‘Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?’”.
YUDAS DAN PENANGKAPAN YESUS: YOHANES 18:1-11
otomotif, gadget, bisnis

I) Pencarian / penangkapan terhadap Yesus.

1) Yesus ditangkap oleh pasukan Romawi.

Yohanes 18:3: “Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.”.

Kata ‘pasukan’ (Yohanes 18: 3) dalam bahasa Yunaninya adalah SPEIRA. William Barclay (hal 222) berkata ini bisa mempunyai 3 kemungkinan arti:

a) Ini menunjuk kepada ‘a Roman cohort’ [= satu satuan tentara Romawi], dan 1 cohort terdiri dari 600 orang.

b) Ini menunjuk kepada ‘a cohort of auxilliary soldiers’ [= suatu pasukan tentara pembantu], yang terdiri dari 1000 orang, yaitu 240 pasukan berkuda dan 760 pasukan yang berjalan kaki.

c) Kadang-kadang (agak jarang), ini menunjuk kepada ‘the detachment of men called a maniple which was made up of two hundred men’ [= suatu pasukan yang disebut maniple yang terdiri dari 200 orang].

Kalaupun diambil yang terkecil, itu berarti mereka datang dengan 200 orang! Ini jumlah yang luar biasa untuk menangkap hanya 1 orang!

Tentara itu membawa lentera dan suluh, padahal Barclay (hal 223) berkata bahwa masa Paskah adalah masa bulan purnama dan malam itu hampir sama terangnya seperti siang. Mereka tidak membutuhkan lentera dan suluh untuk mencari jalan, tetapi mereka mengira bahwa Yesus akan sembunyi di pohon-pohon / semak-semak dsb, sehingga mereka membawa lentera dan suluh.

2) Yesus ditangkap di taman Getsemani ( Yohanes 18:1 ), menggunakan pengkhianatan dan ciuman dari Yudas (Matius 26:48-49 Lukas 22:47-48).

Yohanes 18:1: “Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-muridNya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-muridNya.”.

a) Yudas adalah salah satu dari 12 murid.

John Henry Jowett: “Our Master was betrayed by a disciple, ‘one of the twelve.’ The blow came from one of ‘His own household.’ ... The devil would rather gain one belonging to the inner circle than a thousand who stand confessed as the friends of the world.” [= Tuan kita dikhianati oleh seorang murid, ‘seorang dari 12 murid’. Pukulan datang dari salah seorang dari ‘rumah tangganya sendiri’. ... Setan lebih senang mendapatkan satu orang dari lingkaran dalam dari pada 1000 orang yang mengaku sebagai sahabat dari dunia.] - ‘Spring of the Living Water’, March 23.

Penerapan: karena itu kalau saudara sudah adalah orang kristen, lebih-lebih orang kristen yang aktif dalam gereja, saudara harus lebih waspada. Setan jauh lebih senang menjatuhkan saudara dari pada menjatuhkan 1000 orang dunia! Apakah saudara waspada dalam menjaga diri saudara, misalnya dalam saat teduh / kehidupan doa, dalam belajar firman Tuhan, dalam pengudusan, dsb?

b) Yudas mengkhianati Yesus menggunakan ciuman.

Leon Morris (NICNT): “John omits any reference to the kiss of Judas (Matt. 26:49; Markus 14:45; Luke 22:47), which would have taken place at this juncture. He is not concerned to tell us everything that happened, but rather to show Jesus’ complete control of the situation.” [= Yohanes menghapus ciuman Yudas (Matius 26:49; Markus 14:45; Lukas 22:47), yang seharusnya terjadi waktu ini. Ia tidak berminat untuk menceritakan kepada kita segala sesuatu yang terjadi, tetapi menunjukkan pengontrolan Yesus sepenuhnya atas situasi itu.] - hal 743.

c) Yudas mengkhianati Yesus di Taman doa (Getsemani).

John Henry Jowett: “our Master was betrayed in the garden of prayer. In the most hallowed place the betrayer gave the most unholy kiss. He brought his defilement into the most awe-inspiring sanctuary the world has ever known. And so may it be with me. I can kindle the unclean fire in the church. I can stab my Lord when I am on my knees. While I am in apparent devotion I can be in league with the powers of darkness.” [= Tuan kita dikhianati di taman doa. Di tempat yang paling kudus si pengkhianat memberikan ciuman yang paling tidak kudus. Ia membawa pengotoran / pencemaran ke dalam tempat kudus yang paling membangkitkan rasa hormat yang dikenal oleh dunia. Dan hal yang sama bisa terjadi dengan saya. Saya bisa menyalakan api yang najis dalam gereja. Saya bisa menikam Tuhan saya pada waktu saya sedang berlutut / berdoa. Pada waktu kelihatannya saya sedang beribadah saya bisa sedang bersekutu dengan kuasa kegelapan.] - ‘Spring of the Living Water’, March 23.

d) Yudas mengkhianati Yesus demi uang .

John Henry Jowett: “And this ‘dark betrayal’ was for money! The Lord of Glory was bartered for thirty pieces of silver! And the difference between Judas and many men is that they often sell their Lord for less! From the power of Mammon, and from the blindness which falls upon his victims, good Lord, deliver me!” [= Dan ‘pengkhianatan gelap’ ini adalah demi uang! Tuhan kemuliaan ditukar dengan 30 keping perak! Dan perbedaan antara Yudas dan banyak orang adalah bahwa mereka sering menjual Tuhan mereka dengan harga kurang dari itu! Tuhan yang baik, selamatkanlah / lepaskanlah aku dari kuasa Mammon / dewa uang, dan dari kebutaan yang menimpa korban-korbannya!] - ‘Spring of the Living Water’, March 23.

II) Sikap Yesus waktu ditangkap.

1) Yesus berinisiatif menyerahkan diri ( Yohanes 18:4-5).

Yohanes 18:4-5: “(4) Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diriNya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: ‘Siapakah yang kamu cari?’ (5) Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka: ‘Akulah Dia.’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka.”.

Leon Morris (NICNT): “The Lord knows all the things that are coming upon Him, and in the light of this knowledge goes out to meet the soldiers. He is not ‘arrested’ at all. He has the initiative and He gives Himself up. First He asks whom they are seeking. When they say, ‘Jesus of Nazareth’, He replies, ‘I am’, which may well mean ‘I am Jesus of Nazareth’. But the answer is in the style of deity (see on 8:58). This must have been a most unexpected move on His part. The soldiers had come out secretly to arrest a fleeing peasant. In the gloom they find themselves confronted by a commanding figure, who so far from running away comes out to meet them and speaks to them in the very language of deity.” [= Tuhan tahu segala sesuatu yang mendatangiNya, dan dalam terang pengetahuan ini Ia keluar untuk menemui tentara-tentara itu. Ia sama sekali tidak ‘ditangkap’. Ia yang melakukan inisiatif dan Ia menyerahkan diriNya sendiri. Pertama-tama Ia bertanya siapa yang sedang mereka cari. Ketika mereka berkata: ‘Yesus dari Nazaret’, Ia menjawab: ‘Akulah Dia / Aku adalah’, yang bisa berarti ‘Aku adalah Yesus dari Nazaret’. Tetapi jawaban ini ada dalam gaya ilahi (lihat 8:58). Ini pasti merupakan gerakan yang paling tidak terduga dari Dia. Tentara-tentara datang secara diam-diam untuk menangkap orang rendahan yang lari. Dalam kegelapan mereka menemukan diri mereka sendiri dihadapkan pada seseorang yang memerintah, yang bukannya melarikan diri tetapi datang menemui mereka dan berbicara kepada mereka dalam bahasa ilahi.] - hal 743.

Catatan:

a) Perlu diketahui bahwa kata-kata yang diterjemahkan ‘Akulah Dia’ secara hurufiah hanyalah ‘I am’ [= Aku adalah]. Ini disebut bahasa ilahi karena dihubungkan dengan kata-kata ‘AKU ADALAH AKU’ dalam Kel 3:14a, dan ‘AKULAH AKU’ [NIV: ‘I AM’ {= AKU ADALAH}] dalam Kel 3:14b.

Keluaran 3:14 - “Firman Allah kepada Musa: ‘AKU ADALAH AKU.’ Lagi firmanNya: ‘Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.’”.

b) Saya berpendapat bahwa para tentara itu, yang adalah tentara Romawi, tidak mungkin mengerti ‘bahasa ilahi’ itu, tetapi mereka pasti bisa merasakan kewibawaan dari Yesus.

Kata -kata Yesus ‘Akulah Dia’ menyebabkan para penangkapNya rebah (Yohanes 18:6).

Yohanes 18:6: “Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.”.

Calvin: “We may infer from this how dreadful and alarming to the wicked the voice of Christ will be, when he shall ascend his throne to judge the world. At that time he stood as a lamb ready to be sacrificed; his majesty, so far as outward appearance was concerned, was utterly gone; and yet when he utters but a single word, his armed and courageous enemies fall down. And what was the word? He thunders no fearful excommunication against them, but only replies, It is I. What then will be the result, when he shall come, not to be judged by a man, but to be the Judge of the living and the dead; not in that mean and despicable appearance, but shining in heavenly glory, and accompanied by his angels?” [= Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan betapa mengerikan dan menakutkan bagi orang jahat suara Kristus nanti, pada waktu Ia naik ke atas tahta untuk menghakimi dunia. Pada saat itu (pada saat Ia ditangkap) Ia berdiri sebagai Domba yang siap untuk dikorbankan, dan keagunganNya, sejauh kita melihatnya secara lahiriah / dari luar, sama sekali hilang. Tetapi pada saat Ia mengucapkan sepatah kata, musuh-musuhNya yang bersenjata dan berani jatuh ke tanah. Dan apa kata yang Ia ucapkan? Ia tidak mengguntur dengan suatu pengucilan yang menakutkan terhadap mereka, tetapi hanya menjawab: ‘Akulah Dia’. Apa yang akan terjadi, pada saat Ia datang nanti, bukan untuk dihakimi oleh manusia, tetapi untuk menjadi Hakim bagi orang yang hidup dan orang yang mati; bukan dalam penampilan yang buruk dan hina, tetapi bersinar dalam kemuliaan surgawi, dan diiringi malaikat-malaikatNya?] - hal 192.
YUDAS DAN PENANGKAPAN YESUS: YOHANES 18:1-11
otomotif, gadget, bisnis
Charles Haddon Spurgeon: “When in His humiliation he did but say to the soldiers, ‘I am He,’ they fell backward; what will be the terror of His enemies when He shall more fully reveal Himself as the ‘I am?’” [= Jika dalam perendahanNya Ia hanya berkata kepada tentara-tentara itu ‘Akulah Dia’ dan mereka rebah ke belakang; bagaimana ketakutan dari musuh-musuhNya pada waktu Ia akan menyatakan diriNya sendiri secara lebih penuh sebagai ‘Aku adalah’?] - ‘Morning and Evening’, October 15, morning.

2) Yesus berusaha melindungi murid-muridNya (Yohanes 18:7-9).

Yohanes 18:7-9: “(7) Maka Ia bertanya pula: ‘Siapakah yang kamu cari?’ Kata mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ (8) Jawab Yesus: ‘Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.’ (9) Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakanNya: ‘Dari mereka yang Engkau serahkan kepadaKu, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa.’”.

Kristus mengucapkan Yohanes 18: 7-8 untuk melindungi domba-dombaNya (Yohanes 18:9).

Leon Morris (NICNT): “The Good Shepherd takes thought for His sheep at the very hour in which He goes forth to arrest, trial and death. It may be that this is behind His request for them to repeat that it is ‘Jesus of Nazareth’ for whom they are looking. Out of their own mouth, in a twice-repeated statement, He leads them to declare in effect that their business is not with the disciples.” [= Gembala yang baik memikirkan domba-dombaNya pada saat Ia menuju pada penangkapan, pengadilan dan kematian. Mungkin hal ini ada di belakang permintaanNya bagi mereka untuk mengulang bahwa adalah ‘Yesus dari Nazaret’ yang sedang mereka cari. Dari mulut mereka sendiri, dalam pernyataan yang diulang dua kali, Ia sebenarnya mengarahkan mereka untuk menyatakan bahwa urusan mereka bukanlah dengan murid-murid.] - hal 744.

Penerapan: Kita harus meniru Kristus dalam persoalan ini, yaitu dalam penderitaan apapun tetap memikirkan orang lain!

Apa yang Yesus lakukan ini menunjukkan bahwa keadaan kritis apapun tidak bisa menghancurkan keselamatan kita!

Calvin: “Whenever, therefore, either wicked men or devils make an attack upon us, let us not doubt that this good Shepherd is ready to aid us in the same manner.” [= Karena itu, kapanpun orang jahat atau setan menyerang kita, janganlah kita meragukan bahwa Gembala yang baik ini siap menolong kita dengan cara yang sama.] - hal 193.

Penjelasan tentang Yohanes 18:9b: “‘Dari mereka yang Engkau serahkan kepadaKu, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa.’”.

Kata-kata seperti ay 9 sudah pernah diucapkan dalam Yohanes 6:39 10:28 17:12, dan selalu DALAM ARTI ROHANI. Bagaimana mungkin sekarang diucapkan DALAM ARTI JASMANI? Perhatikan penjelasan dari kutipan-kutipan di bawah ini.

Calvin: “This passage appears to be inappropriately quoted, as it relates to their souls rather than to their bodies; for Christ did not keep the apostles safe to the last, but this he accomplished, that, amidst incessant dangers, and even in the midst of death, still their eternal salvation was secured. I reply, the Evangelist does not speak merely of their bodily life, but rather means that Christ, sparing them for a time, made provision for their eternal salvation. Let us consider how great their weakness was; what do we think they would have done, if they had been brought to the test? While therefore, Christ did not choose that they should be tried beyond the strength which he had given to them, he rescued them from eternal destruction. ... And, indeed, we see how he continually bears with our weakness, when he puts himself forward to repel so many attacks of Satan and wicked men, because he sees that we are not yet able or prepared for them. In short, he never brings his people into the field of battle till they have been fully trained, so that even in perishing they do not perish, because there is gain provided for them both in death and in life.” [= Bagian ini kelihatannya dikutip secara tidak tepat, karena bagian itu berhubungan dengan jiwa mereka dan bukannya dengan tubuh mereka; karena Kristus tidak menjaga rasul-rasul itu aman (secara jasmani) sampai akhir, tetapi ini yang Ia kerjakan, yaitu bahwa di tengah-tengah bahaya yang tidak henti-hentinya, dan bahkan di tengah-tengah kematian, keselamatan kekal mereka tetap terjamin / aman. Saya menjawab, sang Penginjil (rasul Yohanes) tidak berbicara semata-mata untuk kehidupan jasmani mereka, tetapi memaksudkan bahwa Kristus, menyelamatkan mereka untuk sementara waktu, membuat persiapan untuk keselamatan kekal mereka. Marilah kita mempertimbangkan betapa besarnya kelemahan mereka pada saat itu; apa yang kita pikir akan terjadi, jika mereka dibawa kepada ujian? Karena itu, pada waktu Kristus memilih bahwa mereka tidak dicobai / diuji melampaui kekuatan yang telah diberikan kepada mereka, Ia menyelamatkan mereka dari penghancuran kekal. ... Dan memang, kita melihat betapa secara terus menerus Ia memikul / sabar terhadap kelemahan kita, pada waktu Ia mengajukan diriNya sendiri untuk menolak begitu banyak serangan Setan dan orang-orang jahat, karena Ia Ia melihat bahwa kita belum mampu atau belum siap untuk hal-hal itu. Singkatnya, Ia tidak pernah membawa umatNya ke dalam medan pertempuran sampai mereka dilatih dengan sepenuhnya, sehingga bahkan dalam penghancuran mereka tidak hancur, karena ada keuntungan yang disediakan bagi mereka baik dalam mati maupun dalam hidup.] - hal 193-194.

Leon Morris (NICNT): “Some object that the object of the saying as originally given was spiritual, but here it is physical. But an arrest of the disciples at this moment would have been a very severe test of faith and it might well have caused them great spiritual harm. It is unnecessary to see an opposition. To preserve them physically was to preserve them spiritually.” [= Beberapa orang keberatan bahwa tujuan dari kata-kata itu pada waktu mula-mula diberikan adalah rohani, tetapi di sini tujuannya adalah fisik / jasmani. Tetapi penangkapan terhadap murid-murid pada saat ini akan merupakan ujian iman yang sangat berat, dan itu bisa menyebabkan kerugian / kerusakan rohani yang besar. Adalah tidak perlu untuk menganggap bahwa di sini terjadi pertentangan / kontradiksi. Memelihara mereka secara fisik berarti memelihara mereka secara rohani.] - hal 744-745.

Dari hal ini bisa kita lihat bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita mengalami penderitaan jasmani yang terlalu besar, sehingga merusak / menghancurkan kerohanian kita! Bdk. 1Korintus 10:13 - “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”.

3) Waktu Petrus membelaNya dengan pedang, Yesus justru menegur Petrus ( Yohanes 18:10-11a).

Yohanes 18:10-11a: “(10) Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. (11a) Kata Yesus kepada Petrus: ‘Sarungkan pedangmu itu;”.

Petrus menghadapi situasi kritis itu dengan caranya sendiri dan dengan kekuatannya sendiri (ay Yohanes 18:10), dan Yesus menegurnya (ay 11a Matius 26:52-54), dan lalu menyembuhkan telinga orang yang putus itu (Lukas 22:51).

a) Peristiwa ini menunjukkan keberanian Petrus.

Sekalipun tindakannya ini salah, tetapi dalam tindakan ini kita juga melihat suatu hal yang positif dalam diri Petrus yaitu keberaniannya menghadapi ratusan tentara demi Kristus.

William Barclay: “Peter was soon to deny his master, but at that moment he was prepared to take on hundreds all alone for the sake of Christ. We may talk of the cowardice and the failure of Peter; but we must never forget the sublime courage of this moment.” [= Petrus akan segera menyangkal Tuannya, tetapi pada saat itu ia siap untuk menghadapi ratusan orang sendirian demi Kristus. Kita boleh berbicara mengenai sikap pengecut dan kegagalan Petrus, tetapi kita tidak boleh melupakan keberaniannya yang luhur / agung pada saat ini.] - hal 224.

b) Apa salahnya Petrus sehingga ia ditegur?

1. Tindakan Petrus bertentangan dengan rencana Allah tentang kematian Kristus untuk menebus dosa manusia.

Sebetulnya membela diri dalam keadaan terpaksa tidaklah salah; lihat orang Yahudi pada jaman Ester (Ester 9). Tetapi dalam kasus penangkapan Kristus ini, Kristus memang harus ditangkap dan mati untuk dosa kita. Ini dinyatakan oleh Kristus dengan berkata bahwa Ia harus minum cawan yang diberikan oleh Bapa kepadaNya (Yohanes 18:11b). Jadi di sini Petrus melakukan sesuatu yang bertentangan Rencana Allah, dan karena itu ia disalahkan.

2. Tindakan Petrus ini bisa menyebabkan fitnahan yang ditujukan kepada Kristus kelihatannya benar.

Fitnahan / tuduhan terhadap Yesus banyak sekali, misalnya Ia difitnah / dituduh sebagai:

a. Penjahat (Yohanes 18:30).

b. Menganggap diri sebagai raja (Yohanes 18:33-35 19:12).

c. Penyesat bangsa Yahudi, melarang membayar pajak kepada Kaisar (Lukas 23:2a).


Calvin: “Christ having already been more than enough hated by the world, this single deed might give plausibility to all the calumnies which his enemies falsely brought against him.” [= Kristus telah lebih dari cukup dibenci oleh dunia, tindakan ini (tindakan Petrus memotong telinga) bisa membuat semua fitnahan yang dituduhkan secara salah kepadaNya oleh musuh-musuhNya menjadi kelihatan benar / bisa diterima.] - hal 195.

3. Yesus tidak memberi Petrus otoritas untuk melakukan hal itu.

Dalam Lukas 22:49 dikatakan bahwa murid-murid bertanya: ‘Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?’. Tetapi sebelum Yesus menjawab, Petrus sudah menyerang dengan pedangnya.

Calvin: “It was exceedingly thoughtless in Peter to attempt to prove his faith by his sword, while he could not do so by his tongue. When he is called to make confession, he denies his Master; and now, without his Master’s authority, he raises a tumult.” [= Merupakan tindakan yang sangat ceroboh / tanpa dipikir dari Petrus untuk mencoba membuktikan imannya dengan pedangnya, padahal ia tidak bisa membuktikan imannya dengan lidahnya. Pada waktu ia dipanggil untuk membuat pengakuan, ia menyangkal Tuannya, dan sekarang, tanpa otoritas Tuannya, ia menimbulkan keributan.] - hal 195.

4. Yang menangkap adalah alat negara, kepada siapa orang kristen harus tunduk (Roma 13:1).

5. Kerajaan Kristus bukan kerajaan dunia, tetapi kerajaan rohani (bdk. Yohanes 18:36).

Yohanes 18:36 - “Jawab Yesus: ‘KerajaanKu bukan dari dunia ini; jika KerajaanKu dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi KerajaanKu bukan dari sini.’”.

Calvin: “Warned by so striking an example, let us learn to keep our zeal within proper bounds; and as the wantonness of our flesh is always eager to attempt more than God commands, let us learn that our zeal will succeed ill, whenever we venture to undertake any thing contrary to the word of God. ... We are also reminded, that those who have resolved to plead the cause of Christ do not always conduct themselves so skillfully as not to commit some fault; and, therefore, we ought the more earnestly to entreat the Lord to guide us in every action by the spirit of prudence.” [= Diperingatkan oleh contoh yang menyolok seperti ini, marilah kita belajar untuk menjaga semangat kita dalam batasan yang benar; dan karena kecerobohan / ketidak-disiplinan daging kita selalu siap untuk berusaha lebih dari yang Allah perintahkan, biarlah kita mengerti bahwa semangat kita akan menghasilkan sesuatu yang buruk, kapanpun kita berusaha untuk melakukan apapun yang bertentangan dengan firman Allah. ... Kita juga diingatkan, bahwa mereka yang telah memutuskan untuk membela perkara Kristus tidak selalu bertingkahlaku dengan cekatan sedemikian rupa sehingga tidak melakukan suatu kesalahan; dan karena itu, kita harus makin sungguh-sungguh memohon dengan sangat kepada Tuhan untuk memimpin kita dalam setiap tindakan dengan roh kebijaksanaan.] - hal 195.

4) Yohanes 18:11b: “bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?”.

a) Yesus tahu akan kehendak Bapa, dan karena itu Ia berkata bahwa Ia harus meminum cawan itu.

Tadinya waktu di Taman Getsemani, Ia berdoa supaya cawan itu lalu, tetapi menambahinya dengan kata-kata: ‘janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki’ (Mat 26:39b), dan ‘jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!’ (Mat 26:42b).

Tetapi sekarang Ia tahu bahwa Ia harus meminum cawan itu.

Catatan: kalau Yesus bisa tidak tahu, maka itu merupakan pikiran manusiaNya (bdk. juga Matius 24:36). Pikiran ilahinya jelas maha tahu!

b) Dalam Kitab Suci kata ‘cawan’ / ‘anggur’ sering berhubungan dengan penderitaan dan murka Allah (Mazmur 75:9 Yesaya 51:17,22 Yeremia 25:15 Yehezkiel 23:31-33 Wahyu 14:10 Wahyu 16:19).

Jadi cawan di sini menunjuk pada penderitaan atau murka Allah yang seharusnya dipikul oleh manusia sebagai hukuman atas dosa-dosa mereka. Kristus ‘meminum cawan / anggur itu’, dengan membiarkan diriNya ditangkap, dicambuki, disalibkan sampai mati, SUPAYA KITA TIDAK PERLU MEMINUM CAWAN / ANGGUR ITU.

Tetapi ada satu syarat, yaitu kita harus mau percaya / menerima Kristus sebagai Juruselamat kita. Maukah saudara percaya kepada Dia? 

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN_
Next Post Previous Post