Irresistible Grace (Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) Dan Free Will.

Pdt.Budi Asali, M.Div.
Irresistible Grace (Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) Dan Free Will.
Irresistible Grace (Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) Dan Free Will. Serangan terhadap doktrin Irresistible Grace dan jawabannya.

A) Doktrin ‘Irresistible Grace’ (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) ini dianggap bertentangan dengan ‘Free Will’ (= Kehendak Bebas).

Steven Liauw: “Bisa-bisa saja bahwa Kalvinis tidak memakai istilah ‘memaksakan.’ Tetapi saya sudah beri dalam tanda kurung penjelasan lebih lanjut: ‘Memberi tanpa dapat ditolak.’ Asali mengakui dipakainya istilah irresistible grace. Bagi saya, irresistible dan ‘tidak dapat ditolak’ sudah sama dengan memaksa. Kalvinis mengatakan bahwa manusia menerima Kristus dengan senang hati karena dilahirbarukan dulu oleh Tuhan. Tetapi kelahiran kembali itu kan juga kasih karunia. Jadi sebelum manusia itu lahir baru, dia berdosa, mati dalam dosa. Dalam kondisinya yang mati dalam dosa itu, apakah dia mau lahir baru? Kalvinis akan menjawab bahwa manusia yang mati dalam dosa, tidak mau lahir baru. Jadi, dalam Kalvinisme, manusia (yang selamat) dilahirbarukan tanpa pilihan, tanpa dapat menolak, dan bertentangan dengan keinginan dia (dia tidak mau lahir baru sebelum dilahirbarukan). Pembaca-lah yang dapat menilai, apakah ini tidak mirip dengan pemaksaan? Percuma untuk mengatakan bahwa setelah lahir baru dia akan menerima Kristus dengan rela hati, karena: 1. Dia tidak punya pilihan untuk mau lahir baru atau tidak (jadi kelahiran baru dipaksakan padanya). 2. kerelaan hatinya adalah sesuatu yang telah Tuhan tetapkan dan toh tidak mungkin dia lawan. Permasalahannya bukanlah apakah Kalvinis mau mengakui ini ‘memaksa’ atau tidak. Kalvinis boleh jadi tidak mau mengakui, tetapi saya menyimpulkan. Silakan publik yang menilai”. (graphe - Liauw4.doc).

Suhento Liauw: “Sama seperti Limited Atonement, Irresistible Grace adalah poin nalar lanjutan dari serangkaian nalar Calvin. Karena nalar mereka menyimpulkan bahwa Kristus hanya memilih sebagian orang sehingga Ia tidak mungkin menebus semua orang, maka penebusan Kristus sewajarnya bersifat terbatas dari situ terciptalah konsep Limited Atonement. Nalar lanjutannya, jika Kristus hanya memilihi sebagian kecil orang untuk masuk Sorga, dan hanya menebus mereka saja, maka orang yang terpilih serta yang tertebus tidak mungkin dapat menolak anugerah itu. Inilah dasar dari konsep Irresistible Grace. Bisakah disimpulkan bahwa sesungguhnya ada orang yang pada dasarnya tidak ada keinginan masuk Sorga namun apa boleh buat karena telah terpilih maka tidak dapat menolak sehingga terpaksa masuk Sorga? Sebaliknya ada orang yang sangat ingin masuk Sorga namun saying (sayang) sekali ia tidak terpilih dan akhirnya masuk neraka? Sebagian Calvinis mengiyakan dan sebagian membantah.”. (Graphe - Liauw - I.doc).

Catatan: kata-kata Steven Liauw dan Suhento Liauw di atas ini sudah saya kutip dan bahas di bagian awal tulisan ini, dan karena itu tak perlu saya ulang pembahasannya di sini.

JAWABAN DARI CALVINISME:

1) Irresistible Grace (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak) tidak bertentangan dengan ‘Free Will’ (= Kehendak Bebas), karena menurut Calvinisme / Reformed orang itu tidak dipaksa.

Dalam Westminster Confession of Faith, pasal 10, no 1, bagian akhir, dikatakan: “they come most freely, being made will-ing by His grace” (= mereka datang dengan paling bebas, setelah dibuat menjadi mau oleh kasih karuniaNya).

R. C. Sproul: “Much confusion exists on this point. I remember the first lecture I ever heard from John Gerstner. It was on the subject of predestination. Shortly into his lecture Dr. Gerstner was interrupted by a student who was waving his hand in the air. Gerstner stopped and acknowledged the student. The student asked, ‘Dr. Gerstner, is it safe to assume that you are a Calvinist?’ Gerstner answered, ‘Yes,’ and resumed his lecture. A few moments later a gleam of recognition appeared in Gerstner’s eyes and he stopped speaking in mid-sentence and asked the student, ‘What is your definition of a Calvinist?’ The student replied, ‘A Calvinist is someone who believes that God forces some people to choose Christ and prevents other people from choosing Christ.’ Gerstner was horrified. He said, ‘If that is what a Calvinist is, then you can be sure that I am not a Calvinist.’ The student’s misconception of irresistible grace is widespread. I once heard the president of a Presbyterian seminary declare, ‘I am not a Calvinist because I do not believe that God brings some people, kicking and screaming against their wills, into the kingdom, while he excludes others from his kingdom who desperately want to be there.’ I was astonished when I heard these words. I did not think it possible that the president of a Presbyterian seminary could have such a gross misconception of his own church’s theology. He was reciting a caricature which was as far away from Calvinism as one could get. Calvinism does not teach and never has taught that God brings people kicking and screaming into the kingdom or has ever excluded anyone who wanted to be there. Remember that the cardinal point of the Reformed doctrine of predestination rests on the biblical teaching of man’s spiritual death. Natural man does not want Christ. He will only want Christ if God plants a desire for Christ in his heart. Once that desire is planted, those who come to Christ do not come kicking and screaming against their wills. They come because they want to come. They now desire Jesus. They rush to the Savior. The whole point of irresistible grace is that rebirth quickens someone to spiritual life in such a way that Jesus is now seen in his irresistible sweetness. Jesus is irresistible to those who have been made alive to the things of God. Every soul whose heart beats with the life of God within it longs for the living Christ. All whom the Father gives to Christ come to Christ (John 6:37).” [= Ada banyak kebingungan tentang pokok ini. Saya teringat pelajaran pertama yang pernah saya dengar dari John Gerstner. Itu adalah tentang pokok predestinasi. Begitu masuk ke dalam pelajarannya, Dr. Gerstner diinterupsi oleh seorang mahasiswa yang melambaikan tangannya di udara. Gerstner berhenti dan mengenali / menjawab mahasiswa itu. Mahasiswa itu bertanya, ‘Dr. Gerstner, apakah tepat untuk menganggap bahwa engkau adalah seorang Calvinist?’ Gerstner menjawab, ‘Ya’, dan melanjutkan pelajarannya. Beberapa saat kemudian sekilas perhatian tampak / muncul di mata Gerstner dan ia berhenti berbicara di tengah-tengah kalimat dan bertanya kepada mahasiswa itu, ‘Apa definisimu tentang seorang Calvinist?’ Mahasiswa itu menjawab, ‘Seorang Calvinist adalah seseorang yang percaya bahwa Allah memaksa sebagian orang untuk memilih Kristus dan mencegah orang-orang lain dari memilih Kristus’. Gerstner terkejut. Ia berkata, ‘Jika itu adalah seorang Calvinist, maka engkau bisa yakin / pasti bahwa saya bukanlah seorang Calvinist’. Kesalah-mengertian mahasiswa itu tentang ‘kasih karunia yang tidak bisa ditolak’ tersebar luas. Saya pernah mendengar seorang presiden dari suatu seminari Presbyterian menyatakan, ‘Saya bukanlah seorang Calvinist karena saya tidak percaya bahwa Allah membawa sebagian orang, sambil menendang-nendang dan menjerit-jerit bertentangan dengan kehendak mereka, ke dalam kerajaan, sementara / sedangkan Ia mengeluarkan orang-orang lain dari kerajaanNya, yang benar-benar ingin untuk berada di sana’. Saya heran pada waktu saya mendengar kata-kata ini. Saya menganggap mustahil bahwa presiden dari suatu seminari Presbyterian bisa mempunyai suatu kesalah-mengertian yang begitu besar tentang theologia gerejanya sendiri. Ia sedang mengutip suatu karikatur / penggambaran yang sengaja disalahkan, yang adalah sejauh mungkin dari Calvinisme yang bisa didapatkan seseorang. Calvinisme tidak mengajar dan tidak pernah mengajar bahwa Allah membawa orang-orang, yang sambil menendang-nendang dan menjerit-jerit, ke dalam kerajaan, atau pernah mengeluarkan siapapun yang ingin berada di sana. Ingat bahwa pokok utama dari doktrin Reformed tentang predestinasi bersandar / terletak pada ajaran Alkitabiah tentang kematian rohani manusia. Manusia alamiah tidak menghendaki Kristus. Ia hanya akan menghendaki Kristus jika Allah menanamkan suatu keinginan untuk Kristus dalam hatinya. Satu kali keinginan itu ditanamkan, mereka yang datang kepada Kristus tidak datang dengan menendang-nendang dan menjerit-jerit bertentangan dengan kehendak mereka. Mereka datang karena mereka ingin / mau datang. Sekarang mereka menginginkan Yesus. Mereka lari dengan tergesa-gesa kepada sang Juruselamat. Seluruh pokok tentang kasih karunia yang tidak bisa ditolak adalah bahwa kelahiran kembali menghidupkan seseorang pada kehidupan rohani dengan cara sedemikian rupa sehingga sekarang Yesus terlihat dalam kemanisanNya yang tidak bisa ditolak. Yesus tidak bisa ditolak bagi mereka yang telah dibuat hidup bagi hal-hal dari Allah. Setiap jiwa yang hatinya berdenyut dengan kehidupan dari Allah di dalamnya, rindu akan Kristus yang hidup. Semua yang Bapa berikan kepada Kristus datang kepada Kristus (Yoh 6:37).] - ‘Chosen By God’, hal 121-123.
Yohanes 6:37 - “Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang.”.

R. C. Sproul: “The position of Augustine, Martin Luther, John Calvin, and others is so often caricatured to mean that in God’s gracious election he brings people kicking and screaming against their wills into his kingdom. The Augustinian view is that God changes the recalcitrant and enslaved sinner’s will by the Spirit’s changing his internal bent, disposition, or inclination. Augustinians have spelled out this view so often and so clearly, it is amazing that the caricature is so often repeated.” [= Posisi dari Agustinus, Martin Luther, John Calvin, dan yang lain-lain, begitu sering dengan sengaja digambarkan secara salah sehingga berarti bahwa dalam pemilihan yang bersifat kasih karunia dari Allah, Ia membawa orang-orang yang menendang-nendang dan menjerit-jerit bertentangan dengan kehendak mereka ke dalam kerajaanNya. Pandangan Augustinian adalah bahwa Allah mengubah kehendak yang keras kepala dan diperbudak dari orang berdosa oleh Roh yang mengubah kecenderungan atau kecondongan batinnya. Orang-orang Augustinian telah menunjukkan pandangan ini begitu sering dan dengan begitu jelas, dan adalah mengherankan bahwa karikatur / gambaran yang sengaja disalahkan ini begitu sering diulang.] - ‘Willing to Believe’, hal 94 (Libronix).

Loraine Boettner: “It is a common thing for opponents to represent this doctrine as implying that men are forced to believe and turn to God against their wills, or, that it reduces men to the level of machines in the matter of salvation. This is a misrepresentation. Calvinists hold no such opinion, and in fact the full statement of the doctrine excludes or contradicts it. The Westminster Confession, after stating that this efficacious grace which results in conversion is an exercise of omnipotence and cannot be defeated, adds, ‘Yet so as they come most freely, being made willing by His grace.’” (= Merupakan suatu hal yang umum bagi penentang-penentang untuk menggambarkan doktrin ini sebagai menunjukkan bahwa orang-orang dipaksa untuk percaya dan berbalik kepada Allah bertentangan dengan kehendak / kemauan mereka, atau, doktrin ini merendahkan manusia ke tingkat dari mesin dalam persoalan keselamatan. Ini adalah suatu penggambaran yang salah. Para Calvinist tidak mempercayai pandangan seperti itu, dan dalam faktanya pernyataan penuh dari doktrin itu membuang atau menentang pandangan itu. Pengakuan Westminster, setelah menyatakan bahwa kasih karunia yang mujarab / efektif ini yang menghasilkan pertobatan adalah suatu penggunaan dari kemahakuasaan dan tidak bisa dikalahkan, menambahkan, ‘Tetapi sedemikian rupa sehingga mereka datang dengan paling bebas, setelah dibuat menjadi mau oleh kasih karuniaNya’.) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 176.

Loraine Boettner: “The special grace which we refer to as efficacious is sometimes called irresistible grace. This latter term, however, is somewhat misleading since it does suggest that a certain overwhelming power is exerted upon the person, in consequence of which he is compelled to act contrary to his desires, whereas the meaning intended, as we have stated before, is that the elect are so influenced by divine power that their coming is an act of voluntary choice.” [= Kasih karunia khusus yang kami tunjukkan sebagai efektif / pasti berhasil, kadang-kadang disebut sebagai kasih karunia yang tidak bisa ditolak. Tetapi istilah yang terakhir ini agak menyesatkan, karena istilah itu menunjukkan secara tak langsung bahwa suatu kuasa tertentu yang sangat besar digunakan terhadap orang itu, dan sebagai akibatnya ia dipaksa untuk bertindak bertentangan dengan keinginannya, sedangkan arti yang dimaksudkan, seperti yang telah kami nyatakan sebelumnya, adalah bahwa orang-orang pilihan begitu dipengaruhi oleh kuasa ilahi sehingga datangnya mereka (kepada Kristus) merupakan tindakan dari pilihan yang sukarela.] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 178.

2) Harus diingat bahwa arti dari istilah ‘Free will’ (= Kehendak Bebas) dalam theologia Reformed berbeda dengan ‘Free will’ (= Kehendak Bebas) dalam kalangan Arminian.

a) Banyak orang Reformed yang tidak setuju dengan istilah free will ( = kehendak bebas). Mereka lebih memilih istilah ‘free agent’ (= agen bebas), karena yang bebas bukan kehendaknya, tetapi seluruh manusianya.

Perlu dicamkan bahwa istilah free will / kehendak bebas yang begitu populer itu, sebetulnya tidak pernah ada dalam Alkitab. Memang, kalau istilahnya tidak ada, tetapi ajarannya ada (seperti ‘Tritunggal’), maka tentu saja tak ada masalah. Tetapi apakah ajarannya ada? Kalau kita menanyai orang Arminian dimana ada ajaran tentang free will / kehendak bebas, maka biasanya ia menunjukkan ayat-ayat dimana ada orang-orang yang memilih, atau ada perintah dari Tuhan untuk memilih, atau ayat-ayat yang mengatakan ‘barangsiapa percaya’ dan seterusnya.
Misalnya:

Yosua 24:14-15 - “(14) Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. (15) Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!’”.

Memang mereka disuruh memilih, tetapi dari mana terlihat kalau mereka bisa memilih yang baik dari diri mereka sendiri? Atau, dari mana bisa terlihat bahwa mereka punya free will / kehendak bebas untuk memilih yang baik dari diri mereka sendiri?

Yohanes 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”.

Memang ayat ini mengatakan ‘setiap orang’ (bahasa Inggris; ‘whosoever’ / barangsiapa), tetapi apakah setiap orang memang bisa memilih untuk percaya kepada Yesus dengan kekuatan dan kemauannya sendiri? Ayat ini tidak membicarakan hal itu. Ayat-ayat yang secara explicit membahas hal itu adalah ayat-ayat di bawah ini.

Yohanes 6:44,65 - “(44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.

Jadi, sebetulnya, bukan hanya istilah free will / kehendak bebas itu tidak ada dalam Alkitab, tetapi bahkan ajarannya juga tidak ada.

Karena itu, jangan merasa aneh kalau Calvin dan para Calvinist tak senang dengan istilah itu.

Charles Haddon Spurgeon: “Any man who should deny that man is a free agent might well be thought unreasonable, but free-will is a different thing from free-agency. Luther denounces free-will when he said that ‘free-will is the name for nothing’; and President Edwards demolished the idea in his mastery treatise” (= Orang yang menyangkal bahwa manusia adalah agen bebas akan dianggap tidak masuk akal / tidak rasionil, tetapi kebebasan kehendak berbeda dengan tindakan bebas. Luther mencela kehendak bebas ketika ia berkata bahwa ‘kehendak bebas adalah nama untuk sesuatu yang tidak ada’; dan Presiden Edwards menghancurkan gagasan / idee ini dalam bukunya yang luar biasa) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 7, hal 10.

Robert L. Dabney: “... I have not used the phrase ‘freedom of the will’. I exclude it, because persuaded that it is inaccurate, and that it has occasioned much confusion and error. Freedom is properly predicated of a person, not of a faculty. ... I have preferred therefore to use the phrase, at once popular and exact: ‘free agency’ and ‘free agent’” (= Saya tidak memakai ungkapan ‘kebebasan kehendak’. Saya meniadakannya karena diyakinkan bahwa itu adalah tidak tepat, dan bahwa itu menimbulkan banyak kebingungan dan kesalahan. Kebebasan secara tepat ditujukan kepada seseorang, bukan pada bagian dari jiwa / pikiran. ... Karena itu saya lebih menyukai untuk menggunakan ungkapan yang sekaligus populer dan tepat: ‘tindakan bebas’ dan ‘agen bebas’) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 129.

Catatan:
1. Istilah ‘agent’ berarti ‘a person that performs actions or is able to do so’ (= seseorang yang melakukan tindakan-tindakan atau yang mampu melakukannya).
2. Istilah ‘agency’ berarti ‘action’ (= tindakan) atau ‘the business of a person’ (= kegiatan / kesibukan seseorang).
Ini diambil dari Webster’s New World Dictionary.

Tetapi karena istilah ‘free will’ sudah begitu populer, dan lebih-lebih dalam kalangan orang awam di Indonesia istilah kehendak bebas sangat populer sedangkan istilah ‘agen bebas’ dan ‘tindakan bebas’ tidak pernah terdengar, maka saya tetap menggunakan istilah free will / kehendak bebas. Tetapi tentu saja kita harus berhati-hati terhadap penyalah-gunaan atau arti yang salah dari istilah free will / kehendak bebas ini.

b) Arti yang salah dan benar dari free will ( = kehendak bebas).

1. Adanya free will / kehendak bebas tidak berarti bahwa manusia itu bebas secara mutlak.
Kalau kita meninjau doktrin Allah (theology), maka kita bisa melihat bahwa satu-satunya makhluk yang bebas mutlak adalah Allah, dan Allah menciptakan segala sesuatu dan membuat segala sesuatu tergantung kepada diriNya (Neh 9:6 Mazmur 94:17-19 Mazmur 104:27-30 Kisah Para Rasul 17:28 1Timotius 6:13 Ibrani 1:3). Jadi jelas bahwa manusia tidak bebas secara mutlak, tetapi sebaliknya tergantung kepada Allah.

2. Adanya free will / kehendak bebas tidak berarti bahwa manusia selalu bisa / mampu melakukan apa yang ia kehendaki.

Ini berlaku dalam hal:
a. Biasa / jasmani. Misalnya manusia boleh saja ingin terbang, tetapi ia tidak bisa terbang.
b. Rohani. Orang berdosa di luar Kristus tidak bisa berbuat baik atau datang kepada Kristus dengan kekuatannya sendiri. Bahkan orang kristenpun sering menginginkan hal yang baik tetapi tidak mampu melakukannya.

Roma 7:18-23 - “(18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. (19) Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. (20) Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. (21) Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. (22) Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, (23) tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.”.
Matius 26:41 - “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.’”.
Jadi free will / kehendak bebas tidak berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan apa yang ia kehendaki.

3. Adanya free will / kehendak bebas tidak berarti pada saat manapun dalam kehidupannya, manusia itu betul-betul bisa memilih beberapa tindakan sesuai dengan kehendaknya sendiri.
Orang Reformed mempercayai bahwa segala sesuatu ditentukan oleh Allah, dan pasti akan terjadi sesuai kehendak Allah. Karena itu adalah omong kosong kalau kita dalam hal ini beranggapan bahwa manusia betul-betul bisa memilih tindakan sesuai dengan kemauannya. Sebaliknya, ia pasti akan melakukan tindakan yang telah ditentukan oleh Allah.

Catatan: kalau mau mengetahui tentang penentuan mutlak dari Allah atas segala sesuatu, bacalah buku saya yang berjudul ‘Providence of God’.

4. Free will / kehendak bebas berarti: semua yang manusia lakukan, ia lakukan sesuai dengan ketetapan Tuhan, tetapi pada saat yang sama, ia tetap melakukan itu karena itu memang adalah kehendaknya / keputusannya. Ia tidak dipaksa oleh Allah untuk melakukan kehendak / ketetapan Allah tersebut. Ia akan secara sukarela melakukan ketetapan Allah tersebut.

R. L. Dabney: “We fully admit that where an agent is not free he is not morally responsible. A just God will never punish him for actions in which he is merely an instrument, impelled by the compulsion of external force or fate. But what is free-agency? ... Let every man’s consciousness and common sense tell him: I know that I am free whenever what I choose to do is the result of my own preference. I choose and act so as to please myself, then I am free. That is to say, our responsible volitions are the expression and the result of our own rational preference. When I am free and responsible it is because I choose and do the thing which I do, not compelled by some other agents, but in accordance with my own inward preference.” (= Kami sepenuhnya mengakui bahwa dimana seseorang yang melakukan suatu tindakan tidak bebas, ia tidak bertanggung jawab secara moral. Seorang Allah yang adil tidak akan pernah menghukumnya untuk tindakan-tindakan dalam mana ia semata-mata hanyalah alat, dipaksa oleh paksaan dari kekuatan luar atau takdir. Tetapi apakah tindakan bebas itu? ... Hendaklah hati nurani dan akal sehat dari setiap orang memberitahunya: Saya tahu bahwa saya bebas kapanpun apa yang saya pilih untuk lakukan adalah hasil dari pilihanku sendiri. Saya memilih dan bertindak sedemikian rupa sehingga menyenangkan diri saya sendiri, maka saya bebas. Artinya, kemauan-kemauan yang bertanggung jawab dari kita adalah ungkapan dan hasil dari pilihan rasionil kita sendiri. Pada waktu saya bebas dan bertanggung jawab itu adalah karena saya memilih dan melakukan hal yang saya lakukan, tidak dipaksa oleh agen-agen yang lain, tetapi sesuai dengan pilihan hatiku sendiri.) - ‘The Five Points of Calvinism’, hal 13-14 (Libronix).

Bahkan pada saat manusia itu ‘dipaksa’ untuk melakukan sesuatu, ia tetap melakukan sesuai keputusan / kehendaknya sendiri. Misalnya: seseorang ditodong dan dipaksa untuk menyerahkan uangnya. Ia bisa saja memutuskan untuk melawan, apapun resikonya. Tetapi setelah ia mempertimbangkan resiko kehilangan nyawa / terluka, maka ia mengambil keputusan untuk menyerahkan uangnya. Ini tetap adalah keputusan / kehendak bebasnya. Karena itu sebetulnya ungkapan bahasa Inggris ‘I did it against my will’ (= aku melakukan itu bertentangan kehendakku) adalah sesuatu yang salah.

Yang bisa terjadi adalah: sesuatu DILAKUKAN terhadap kita bertentangan dengan kehendak kita. Misalnya kita diikat lalu dibawa ke tempat yang tidak kita ingini. Tetapi ini bukan kita yang melakukan, dan tentu saja dalam hal seperti ini kita tidak bisa dianggap bertanggung jawab.
Jadi, kalau kita MELAKUKAN sesuatu, itu karena kita mau / menghendaki untuk melakukan hal itu.

John Owen: “... we do not absolutely oppose free-will, ... but only in that sense the Pelagians and Arminians do assert it” (= ... kami tidak secara mutlak menentang kehendak bebas, ... tetapi hanya dalam arti yang dinyatakan oleh orang-orang Pelagian dan Arminian) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 116.

c) Predestinasi tidak menghancurkan kebebasan manusia.
Sekalipun Calvinisme mempercayai kedaulatan Allah yang menentukan keselamatan seseorang dan bahkan juga menentukan segala sesuatu yang lain, tetapi Calvinisme tetap mempercayai kebebasan manusia. Mengapa? Karena dalam Kitab Suci kita melihat bahwa sekalipun segala sesuatu terjadi sesuai kehendak / rencana Allah, tetapi pada waktu manusianya melakukan hal itu, ia tidak dipaksa, tetapi melakukannya dengan sukarela.

Misalnya:

1. Pada waktu mengutus Musa kepada Firaun, Tuhan berkata bahwa Ia akan mengeraskan hati Firaun.

Keladian 4:21 - “Firman TUHAN kepada Musa: ‘Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir, ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu, kauperbuat di depan Firaun. Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.”.

Keluaran 7:3 - “Tetapi Aku akan mengeraskan hati Firaun, dan Aku akan memperbanyak tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang Kubuat di tanah Mesir.”.

Ini menunjukkan bahwa Tuhan sudah menentukan bahwa Firaun tidak akan melepaskan Israel. Tetapi pada waktu Musa sampai kepada Firaun, dikatakan bahwa ‘Firaunlah yang mengeraskan hatinya sendiri’.

Keluaran 7:22 - “Tetapi para ahli Mesir membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu mantera mereka, sehingga hati Firaun berkeras dan ia tidak mau mendengarkan mereka keduanya seperti yang telah difirmankan TUHAN.”.

Kel 8:15,19,32 - “(15) Tetapi ketika Firaun melihat, bahwa telah terasa kelegaan, ia tetap berkeras hati, dan tidak mau mendengarkan mereka keduanya - seperti yang telah difirmankan TUHAN. ... (19) Lalu berkatalah para ahli itu kepada Firaun: ‘Inilah tangan Allah.’ Tetapi hati Firaun berkeras, dan ia tidak mau mendengarkan mereka - seperti yang telah difirmankan TUHAN. ... (32) Tetapi sekali inipun Firaun tetap berkeras hati; ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.”.

Kel 9:34-35 - “(34) Tetapi ketika Firaun melihat, bahwa hujan, hujan es dan guruh telah berhenti, maka teruslah ia berbuat dosa; ia tetap berkeras hati, baik ia maupun para pegawainya. (35) Berkeraslah hati Firaun, sehingga ia tidak membiarkan orang Israel pergi - seperti yang telah difirmankan TUHAN dengan perantaraan Musa.”.

2. Hal yang sama terjadi pada waktu Firaun akhirnya memutuskan untuk mengejar Israel.

Keluaran 14:3-4 - “(3) Maka Firaun akan berkata tentang orang Israel: Mereka telah sesat di negeri ini, padang gurun telah mengurung mereka. (4) Aku akan mengeraskan hati Firaun, sehingga ia mengejar mereka. Dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya Aku akan menyatakan kemuliaanKu, sehingga orang Mesir mengetahui, bahwa Akulah TUHAN.’ Lalu mereka berbuat demikian.”.

Keluaran 14:5 - “Ketika diberitahukan kepada raja Mesir, bahwa bangsa itu telah lari, maka berubahlah hati Firaun dan pegawai-pegawainya terhadap bangsa itu, dan berkatalah mereka: ‘Apakah yang telah kita perbuat ini, bahwa kita membiarkan orang Israel pergi dari perbudakan kita?’”.

3. Yudas mengkhianati / menyerahkan Yesus sesuai dengan ketetapan Allah.

Lukas 22:22 - “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!’”.

Tetapi pada waktu Yudas melakukan hal itu, ia betul-betul melakukannya dengan kehendaknya sendiri. Kita tidak melihat bahwa Allah memaksa dia untuk mengkhianati Yesus.

4. Orang-orang yang membunuh Yesus melakukan hal itu sesuai dengan apa yang sudah Allah tentukan dari semula.

Kisah Para Rasul 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu.”.

Tetapi pada waktu mereka melakukannya, mereka betul-betul bebas, dan melakukannya atas kehendak mereka sendiri.

3) Tambahan berkenaan dengan free will / kehendak bebas versi Arminian.
Point ini sebetulnya agak menyimpang, tetapi saya memang mau membahas free will secara lebih lengkap, untuk menunjukkan betapa konyolnya kepercayaan terhadap ‘dewa orang Arminian’ yang bernama free will ini!

a) Pada waktu Allah mencipta kita, apakah dia tanya / minta ijin kepada kita dalam hal:
1. Apakah kita mau dicipta?
2. Apakah kita mau dicipta sebagai manusia?
3. Apakah kita mau dicipta sebagai manusia seperti apa adanya kita sekarang ini, baik dalam bentuk badan, kebangsaan, jenis kelamin, kepandaian / IQ, bakat / karunia dan sebagainya?

Dia tak pernah menanyakan apapun tentang hal-hal itu, atau minta ijin tentang hal-hal itu! Dia mau mencipta kita jadi apa, itu haknya Dia! Ini berlaku juga untuk binatang-binatang dan para malaikat. Apakah ini melindas free will kita / semua makhluk ciptaan???

Calvin: “Let them answer why they are men rather than oxen or asses. Although it was in God’s power to make them dogs, he formed them to his own image” [= Biarlah mereka (orang-orang yang menolak Predestinasi) menjawab mengapa mereka adalah manusia dan bukannya sapi atau keledai. Sekalipun Allah berkuasa membuat mereka menjadi anjing, Ia membentuk mereka sesuai gambarNya] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXII, no 1.

Bdk. Roma 9:20-21 - “(20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’ (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?”.

Bdk. Yesaya 45:9-17 - “(9) Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia tidak lain dari beling periuk saja! Adakah tanah liat berkata kepada pembentuknya: ‘Apakah yang kaubuat?’ atau yang telah dibuatnya: ‘Engkau tidak punya tangan!’ (10) Celakalah orang yang berkata kepada ayahnya: ‘Apakah yang kauperanakkan?’ dan kepada ibunya: ‘Apakah yang kaulahirkan?’ (11) Beginilah firman TUHAN, Yang Mahakudus, Allah dan Pembentuk Israel: ‘Kamukah yang mengajukan pertanyaan kepadaKu mengenai anak-anakKu, atau memberi perintah kepadaKu mengenai yang dibuat tanganKu? (12) Akulah yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia di atasnya; tanganKulah yang membentangkan langit, dan Akulah yang memberi perintah kepada seluruh tentaranya. (13) Akulah yang menggerakkan Koresh untuk maksud penyelamatan, dan Aku akan meratakan segala jalannya; dialah yang akan membangun kotaKu dan yang akan melepaskan orang-orangKu yang ada dalam pembuangan, tanpa bayaran dan tanpa suap,’ firman TUHAN semesta alam. (14) Beginilah firman TUHAN: ‘Hasil tanah dari Mesir dan segala laba dari Etiopia dan orang-orang Syeba, orang-orang yang tinggi perawakannya, akan pindah kepadamu dan menjadi kepunyaanmu, mereka akan berjalan di belakangmu dengan dirantai; mereka akan sujud kepadamu dan akan membujuk engkau, katanya: Hanya di tengah-tengahmu ada Allah, dan tidak ada yang lain; di samping Dia tidak ada Allah! (15) Sungguh, Engkau Allah yang menyembunyikan diri, Allah Israel, Juruselamat. (16) Tetapi tukang-tukang berhala harus mundur dengan penuh noda, semuanya akan mendapat malu dan kena noda juga. (17) Sedangkan Israel diselamatkan oleh TUHAN dengan keselamatan yang selama-lamanya; kamu tidak akan mendapat malu dan tidak akan kena noda sampai selamanya dan seterusnya.’”.

Tetapi bagaimana dengan text di bawah ini, yang kelihatannya bertentangan dengan 2 text di atas?

Yeremia 18:1-11 - “(1) Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya: (2) ‘Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataanKu kepadamu.’ (3) Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. (4) Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. (5) Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya: (6) ‘Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tanganKu, hai kaum Israel! (7) Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan membinasakannya. (8) Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka. (9) Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam mereka. (10) Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mataKu dan tidak mendengarkan suaraKu, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka. (11) Sebab itu, katakanlah kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku ini sedang menyiapkan malapetaka terhadap kamu dan merancangkan rencana terhadap kamu. Baiklah kamu masing-masing bertobat dari tingkah langkahmu yang jahat, dan perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu!”.

Ada beberapa hal yang ingin saya tekankan:

1. Jelas bahwa yang cocok dengan Ro 9:20-21 adalah Yes 45:9-dst itu, bukan Yer 18:1-dst.

Calvin (tentang Roma 9:20): “But he represses this arrogance of contending with God by a most apt similitude, in which he seems to have alluded to Isaiah 45:9, rather than to Jeremiah 18:6; for nothing else is taught us by Jeremiah, than that Israel was in the hand of the Lord, so that he could for his sins wholly break him in pieces, as a potter the earthen vessel. But Isaiah ascends higher, ‘Woe to him,’ he says, ‘who speaks against his maker;’ that is, the pot that contends with the former of the clay; ‘shall the clay say to its former, what doest thou?’ etc. And surely there is no reason for a mortal man to think himself better than earthen vessel, when he compares himself with God.” (= Tetapi ia menekan kesombongan yang menentang / melawan Allah ini oleh suatu gambaran / perumpamaan yang paling cocok, dalam mana ia kelihatannya telah menyinggung Yes 45:9, dan bukannya Yer 18:6; dan tak ada yang lain yang diajarkan kepada kita oleh Yeremia, dari pada bahwa Israel ada dalam tangan Tuhan, sehingga karena dosa-dosanya Ia bisa menghancurkan mereka sepenuhnya, seperti seorang penjunan menghancurkan periuk tanah liat. Tetapi Yesaya naik lebih tinggi, ‘Celakalah ia’, katanya, ‘yang berbicara menentang / melawan Penciptanya’; yaitu, periuk yang menentang / melawan pembentuk tanah liat; ‘akankah tanah liat berkata kepada pembentuknya, apa yang engkau lakukan?’ dst. Dan pasti disana tidak ada alasan bagi manusia yang fana untuk memikirkan bahwa dirinya lebih tinggi dari periuk tanah liat, pada waktu ia membandingkan dirinya sendiri dengan Allah.).

2. Baik Roma 9:20-21 maupun Yesaya 45:9-dst memang bicara dari sudut pandang Allah, tentang kedaulatan Allah, yang berhak menjadikan manusia manapun menjadi bagaimanapun. Tetapi Yer 18:1-dst jelas berbicara dari sudut pandang manusia, sehingga seolah-olah Allah mengubah rencanaNya tentang seseorang / suatu bangsa sesuai dengan apa yang dilakukan oleh orang / bangsa itu. Perhatikan secara khusus kata-kata ‘maka menyesallah Aku’ dalam Yer 18:8,10! Ini jelas merupakan penyorotan dari sudut pandang manusia, karena dari sudut pandang Allah sendiri tidak mungkin Ia menyesal (1Sam 15:29).

Calvin (tentang Yeremia 18:7-10): “I have said that this part of the doctrine is more popular or comprehensive, for he refers to repentance. When Paul adduced this similitude, - that we are in the power of God as the clay is in the hand of the potter, he spoke not in so popular a manner: for he did not speak of repentance, but ascended higher and said, that before the world was created, it was in God’s power to determine what he pleased respecting every individual, and that we are now formed according to his will, so that he chooses one and rejects the other. Paul then did not refer to faithfulness nor to repentance, but spoke of the hidden purpose of God, by which he has predestinated some to salvation and some to destruction. (Romans 9:21.) Isaiah also seems to have had the same thing in view; for he says only, ‘Woe to them who rise up against their Maker.’ (Isaiah 45:9.) Cannot I determine, saith God, with regard to men, as the potter, who forms the clay as he pleases? We must then maintain this principle, - that men are thus formed according to God’s will, so that all must become mute; for uselessly do the reprobate make a clamor, object and say, ‘Why hast thou formed us thus?’ Has not the potter, says Paul, power, etc.? This is what must be said of God’s hidden predestination. But Jeremiah here accommodates his doctrine to the people, that he might shew, that God had by a gratuitous covenant chosen and adopted the seed of Abraham in such a way, that he could still repudiate the unworthy, even all those who despised so great a favor. We now see the various applications of this doctrine; God determined, before the creation of the world, what he pleased respecting each individual; but his counsel is hid, and to us incomprehensible. There is here a more familiar application made, - that, God at one time takes away his blessings, and that at another he raises men as it were from death, that he might set them on high, according as he pities those who truly and from the heart turn to him, or is offended with the ingratitude of such as reject his offered favors.” [= Aku telah berkata bahwa bagian doktrin ini lebih populer atau luas, karena ia menunjuk pada pertobatan. Pada waktu Paulus mengemukakan gambaran / perumpamaan ini, - bahwa kita ada dalam kuasa Allah seperti tanah liat ada dalam tangan dari penjunan, ia tidak berbicara dengan cara yang begitu populer: karena ia tidak berbicara tentang pertobatan, tetapi naik lebih tinggi dan berkata, bahwa sebelum dunia / alam semesta diciptakan, itu ada dalam tangan Allah untuk menentukan apa yang memperkenanNya berkenaan dengan setiap individu, dan bahwa kita sekarang dibentuk sesuai dengan kehendakNya, sehingga Ia memilih yang seorang dan menolak yang lain. Jadi, Paulus tidak menunjuk pada kesetiaan ataupun pada pertobatan, tetapi berbicara tentang rencana Allah yang tersembunyi, dengan mana Ia telah mempredestinasikan sebagian pada keselamatan dan sebagian pada kehancuran (Roma 9:21). Yesaya kelihatannya juga mempunyai hal yang sama dalam pandangannya; karena ia hanya berkata, ‘Celakalah mereka yang berbantah / menentang Pencipta mereka’ (Yesaya 45:9). Tidak bisakah Aku menentukan, kata Allah, berkenaan dengan manusia, seperti si penjunan, yang membentuk tanah liat seperti yang ia senangi? Jadi kita harus mempertahankan prinsip ini, - bahwa manusia dibentuk sedemikian rupa sesuai kehendak Allah, sehingga semua harus berdiam diri; karena secara sia-sia para reprobate / orang-orang yang ditentukan binasa membuat keributan, keberatan, dan berkata, ‘Mengapa Engkau telah membentuk aku seperti ini?’ Tidakkah sang penjunan, kata Paulus, mempunyai kuasa, dst.? Inilah yang harus dikatakan tentang predestinasi yang tersembunyi dari Allah. Tetapi Yeremia di sini menyesuaikan ajarannya dengan bangsa itu, supaya ia bisa menunjukkan, bahwa Allah, oleh perjanjianNya yang murah hati / bersifat kasih karunia, telah memilih dan mengadopsi benih Abraham dengan cara sedemikian rupa, sehingga Ia bisa tetap menolak untuk mengakui orang-orang yang tidak layak, yaitu mereka yang meremehkan kebaikan yang begitu besar. Sekarang kita melihat penerapan-penerapan yang bermacam-macam dari doktrin ini; Allah menentukan, sebelum penciptaan dunia, apa yang Ia perkenan berkenaan dengan setiap individu; tetapi rencanaNya tersembunyi, dan bagi kita tidak bisa dimengerti. Lalu di sini dibuat suatu penerapan yang lebih akrab, - bahwa, Allah pada satu waktu mengambil berkat-berkatNya, dan bahwa pada saat yang lain Ia membangkitkan orang-orang seakan-akan dari kematian, supaya Ia bisa meninggikan mereka, sesuai dengan bagaimana Ia mengasihani mereka yang sungguh-sungguh dan dari hati berbalik kepadaNya, atau bagaimana Ia tersinggung / marah dengan rasa tidak tahu terima kasih dari orang-orang yang menolak kebaikanNya yang Ia tawarkan.].

b) Arminian menganggap bahwa kalau orang berdosa tidak bisa berbuat baik ataupun percaya kepada Yesus, maka mereka juga tidak punya free will, dan kalau orang Kristen dijaga oleh Allah sehingga tidak bisa murtad, maka mereka juga tak punya free will / kehendak bebas.

Saya menjawab:
1. Setan tidak bisa berbuat baik, dan jelas juga tidak bisa beriman kepada Kristus. Apakah mereka juga tidak punya free will?
2. Malaikat-malaikat yang baik tidak bisa berbuat dosa ataupun murtad; apakah mereka juga tidak punya free will?
3. Yesus (sebagai manusia) juga tidak bisa berbuat dosa. Apakah Ia juga tidak punya free will?
4. Kalau orang-orang Kristen masuk surga maka kita tidak lagi bisa berbuat dosa, meninggalkan iman dan sebagainya. Apakah kita kehilangan free will?
5. Pada saat orang-orang yang tidak percaya masuk neraka apakah masih ada kesempatan untuk percaya kepada Yesus? Sudah jelas tidak. Kalau demikian, apakah mereka kehilangan free will?
6. Allah sendiri tidak bisa berbuat dosa. Apakah Ia tidak punya free will?
Ibrani 6:18 - “supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita”.
2Timotius 2:13 - “jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya.’”.

R. L. Dabney: “Arminians urge always an objection drawn from their false philosophy. They say that if God’s grace in regeneration were efficient, certainly determining the convert’s will away from sin to gospel duty, it would destroy his free-agency. Then there would be no moral nor deserving quality in his subsequent evangelical obedience to please God, any more than in the natural color of his hair, which he could not help. My answer is, that their philosophy is false. The presence and operation of a right principle in a man, certainly determining him to right feelings and actions, does not infringe his free-agency but rather is essential to all right free-agency. My proofs are, that if this spurious philosophy were true, the saints and elect angels in heaven could not have any free-agency or praise-worthy character or conduct. For they are certainly and forever determined to holiness. The man Jesus could not have had any free-agency or merit, for his human will was absolutely determined to holiness. God himself could not have had any freedom or praiseworthy holiness. He least of all! for his will is eternally, unchangeably, and necessarily determined to absolute holiness. If there is anything approaching blasphemy in this, take notice, it is not mine. I put this kind of philosophy from me with abhorrence.” (= Orang-orang Arminian selalu mendesakkan suatu keberatan yang ditarik dari filsafat mereka yang salah. Mereka berkata bahwa jika kasih karunia Allah dalam kelahiran baru adalah efisien / pasti berhasil, dengan pasti menentukan kehendak si petobat menjauhi dosa kepada kewajiban injil, itu akan menghancurkan tindakan bebasnya. Maka disana tidak ada kwalitas moral atau bernilai dalam ketaatan injili setelahnya untuk menyenangkan Allah, sama seperti dalam warna alamiah dari rambutnya, yang tidak bisa ia apa-apakan. Jawaban saya adalah, filsafat mereka salah. Kehadiran dan operasi / pekerjaan dari suatu penyebab yang benar dalam seorang manusia, secara pasti menentukan dia kepada perasaan-perasaan dan tindakan-tindakan yang benar, tidak melanggar tindakan bebasnya tetapi merupakan sesuatu yang hakiki bagi semua tindakan bebas yang benar. Bukti-bukti saya adalah, bahwa seandainya filsafat yang palsu ini benar, maka orang-orang kudus dan malaikat-malaikat pilihan di surga tidak bisa mempunyai tindakan bebas atau karakter atau tingkah laku yang layak dipuji. Karena mereka secara pasti dan untuk selama-lamanya ditentukan pada kekudusan. Manusia Yesus tidak bisa mempunyai tindakan bebas atau jasa, karena kehendak manusiaNya ditentukan secara mutlak kepada kebenaran. Allah sendiri tidak bisa mempunyai kebebasan apapun atau kekudusan yang layak dipuji. Ia yang paling tidak bisa dari semua! karena kehendakNya secara kekal, secara tak bisa berubah, dan secara hakiki ditentukan kepada kekudusan yang mutlak. Jika disana ada apapun yang mendekati suatu penghujatan dalam hal ini, perhatikan, itu bukanlah pandangan saya. Saya mendorong / melemparkan jenis filsafat ini dari saya dengan kejijikan.) - ‘The Five Points of Calvinism’, hal 76-77 (Libronix).

c) Arminianisme mengatakan bahwa doktrin Reformed tentang kelahiran baru / regeneration menunjukkan bahwa Allah melindas kehendak bebas kita, karena Ia tidak meminta ijin / persetujuan kita, apakah kita mau dilahir-barukan atau tidak.

Ada 2 jawaban yang bisa saya berikan tentang hal ini:

1. Arminianisme mempercayai ‘Prevenient Grace’ (= Kasih karunia yang mendahului), yang mereka percayai telah Allah berikan kepada semua orang tanpa kecuali sejak lahir. Ini menyebabkan semua orang yang sebetulnya ada dalam keadaan Total Depravity (= Kebejatan Total) menjadi bisa percaya kepada Yesus, asal mereka menggunakan kehendak bebas mereka dengan baik.

Kalau doktrin ini benar, apakah Allah meminta persetujuan dari semua orang itu apakah mau diberi Prevenient Grace atau tidak? Sudah jelas tidak! Kalau demikian, apa bedanya dengan Allah melahirbarukan tanpa minta persetujuan kita? Bukankah sama-sama ‘melindas free will’?

2. Apakah seorang dokter kalau menolong orang yang pingsan / koma, minta ijin dulu kepada orang itu, apakah ia mau ditolong atau tidak?

d) Apakah Lot yang dipaksa untuk keluar dari Sodom (Kejadian 19:16), Yunus yang dipaksa ke Niniwe (Yunus 1-3), dan Bileam yang dipaksa untuk memberkati Israel, punya free will?

Bilangan 22:35,38 - “(35) Tetapi Malaikat TUHAN berfirman kepada Bileam: ‘Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu, tetapi hanyalah perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus kaukatakan.’ Sesudah itu pergilah Bileam bersama-sama dengan pemuka-pemuka Balak itu. (38) Tetapi berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Ini aku sudah datang kepadamu sekarang; tetapi akan mungkinkah aku dapat mengatakan apa-apa? Perkataan yang akan ditaruh Allah ke dalam mulutku, itulah yang akan kukatakan.’”.

Bil 23:5,8,12,16,20,26 - “(5) Kemudian TUHAN menaruh perkataan ke dalam mulut Bileam dan berfirman: ‘Kembalilah kepada Balak dan katakanlah demikian.’ ... (8) Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah? Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak dikutuk TUHAN? ... (12) Tetapi ia menjawab: ‘Bukankah aku harus berawas-awas, supaya mengatakan apa yang ditaruh TUHAN ke dalam mulutku?’ ... (16) Lalu TUHAN menemui Bileam dan menaruh perkataan ke dalam mulutnya, dan berfirman: ‘Kembalilah kepada Balak dan katakanlah demikian.’ ... (20) Ketahuilah, aku mendapat perintah untuk memberkati, dan apabila Dia memberkati, maka aku tidak dapat membalikkannya. ... (26) Tetapi Bileam menjawab Balak: ‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Segala yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kulakukan.’”.

Bilangan 24:2,3,12,13 - “(2) Ketika Bileam memandang ke depan dan melihat orang Israel berkemah menurut suku mereka, maka Roh Allah menghinggapi dia. (3) Lalu diucapkannyalah sanjaknya, katanya: ‘Tutur kata Bileam bin Beor, tutur kata orang yang terbuka matanya; ... (12) Tetapi berkatalah Bileam kepada Balak: ‘Bukankah telah kukatakan juga kepada utusan-utusan yang kaukirim kepadaku: (13) Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, AKU TIDAK AKAN SANGGUP melanggar titah TUHAN dengan berbuat baik atau jahat ATAS KEMAUANKU SENDIRI; apa yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kukatakan.”.

Ulangan 23:4-5 - “(4) karena mereka tidak menyongsong kamu dengan roti dan air pada waktu perjalananmu keluar dari Mesir, dan karena mereka mengupah Bileam bin Beor dari Petor di Aram-Mesopotamia melawan engkau, supaya dikutukinya engkau. (5) Tetapi TUHAN, Allahmu, tidak mau mendengarkan Bileam dan TUHAN, Allahmu, telah mengubah kutuk itu menjadi berkat bagimu, karena TUHAN, Allahmu, mengasihi engkau.”.

Yosua 24:9-10 - “(9) Ketika itu Balak bin Zipor, raja Moab, bangkit berperang melawan orang Israel. Disuruhnya memanggil Bileam bin Beor untuk mengutuki kamu. (10) Tetapi Aku tidak mau mendengarkan Bileam, sehingga iapun memberkati kamu. Demikianlah Aku melepaskan kamu dari tangannya.”.

Neh 13:2 - “Karena mereka tidak menyongsong orang Israel dengan roti dan air, malah mengupah Bileam melawan orang Israel supaya dikutukinya. Tetapi Allah kami mengubah kutuk itu menjadi berkat.”.

Dari sederetan ayat-ayat tentang Bileam yang dipaksa memberkati oleh Tuhan ini, saya akan soroti satu ayat yang paling menyolok.

Bilangan 24:13 - “Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku TIDAK AKAN SANGGUP melanggar titah TUHAN dengan berbuat baik atau jahat ATAS KEMAUANKU SENDIRI; apa yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kukatakan.”.
Kata ‘kemauan’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Ibrani LEB yang bisa diartikan ‘mind’ (=pikiran) atau ‘will’ (= kehendak) - Bible Works 7.
Perhatikan juga kata-kata ‘tidak akan sanggup’! Bileam menyatakan bahwa ia tidak akan sanggup berbuat baik dan jahat atas kemauannya sendiri. Ia hanya bisa mentaati Tuhan (dengan terpaksa!).

Pulpit Commentary (tentang Bilangan 23:20): “‘I have received commandment to bless.’ The word ‘commandment’ is not wanted here. Balaam had received, not instructions, but an inward revelation of the Divine will which he could not contravene.” [= ‘Aku telah menerima perintah untuk memberkati’. Kata ‘perintah’ tidak dibutuhkan di sini (kata itu sebetulnya tidak ada dalam bahasa aslinya). Bileam telah menerima, bukan instruksi / perintah, tetapi suatu wahyu di dalam dari kehendak Ilahi yang tidak bisa ia tentang.].

Matthew Henry (tentang Bilangan 23:8): “he owns the design defeated, and his own inability to accomplish it. He could not so much as give them an ill word or an ill wish: How shall I curse those whom God has not cursed? v. 8. Not that therefore he would not do it, but therefore he could not do it.” (= ia mengakui rancangannya dikalahkan, dan ketidak-mampuannya sendiri untuk mencapainya. Ia tidak bisa memberi mereka (Israel) suatu kata yang buruk atau suatu keinginan / harapan yang buruk: ‘Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah?’ ay 8. Bukan bahwa karena itu ia TIDAK MAU melakukannya, tetapi karena itu ia TIDAK BISA melakukannya.).

Matthew Henry (tentang Bil 23:8): “It is a confession of the sovereignty and dominion of the divine power. He owns that he could do no more than God would suffer him to do, for God could overrule all his purposes, and turn his counsels headlong” (= Itu merupakan suatu pengakuan tentang kedaulatan dan penguasaan dari kuasa ilahi. Ia mengakui bahwa ia TIDAK BISA melakukan lebih dari yang Allah ijinkan ia lakukan, karena Allah bisa mengesampingkan semua tujuannya, dan membalikkan rencananya dengan cepat).

Barnes’ Notes (tentang Bil 23:20): “‘I have received commandment to bless.’ literally, ‘I have received to bless.’ The reason of his blessing lay in the augury which he acknowledged, and in the divine overruling impulse which he could not resist, not in any ‘commandment’ in words” (= ‘Aku mendapat perintah untuk memberkati’. Secara hurufiah, ‘Aku mendapat untuk memberkati’. Alasan dari berkatnya terletak dalam nubuat yang ia akui, dan dalam dorongan pengesampingan ilahi yang tidak bisa ia tolak, bukan dalam ‘perintah’ dengan kata-kata).

Pulpit Commentary (tentang Bil 23): “God, who opened the mouth of an ass and made it utter human speech, now opens the mouth of one whose heart was ready to deceive and curse, and makes that mouth to utter truth and blessing” (= Allah, yang membuka mulut dari seekor keledai dan membuatnya mengucapkan ucapan manusia, sekarang membuka mulut dari orang yang hatinya siap untuk menipu dan mengutuk, dan membuat mulut itu mengucapkan kebenaran dan berkat) - hal 326.


Dimana kehendak bebas Bileam? Bukankah ia tidak lebih bebas dari keledainya? Silahkan orang-orang yang menyembah ‘dewa’ yang bernama ‘free will’ (= kehendak bebas) ini menjawab pertanyaan ini!

e) Arminianisme tidak percaya manusia diperbudak oleh dosa / setan, karena hal itu dianggap bertentangan dengan free will. Lalu bagaimana dengan ayat-ayat ini?

Yakobus 1:25 - “Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.”.

Yakobus 2:12 - “Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang.”.

Yohanes 8:31-36 - “(31) Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu (32) dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.’ (33) Jawab mereka: ‘Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?’ (34) Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. (35) Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. (36) Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.’”.

Galatia 5:1 - “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.”.

Roma 6:18 - “Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.”.

Roma 6:22 - “Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.”.

Roma 8:2 - “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.”.
Kalau manusia berdosa memang tidak diperbudak oleh dosa / setan, lalu dimerdekakan dari apa?

Next Post Previous Post