PARA SAKSI DISEKITAR KELAHIRAN YESUS
Pdt.Samuel T. Gunawan.,M.Th.
PARA SAKSI DISEKITAR KELAHIRAN YESUS. “(Lukas 2:1) Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. (2:2) Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. (2:3) Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. (2:4) Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, -- karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud – (2:5) supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. (2:6) Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, (2:7) dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.” (Lukas 2:1-7).
Lukas melaporkan sebuah peristiwa penting yaitu sensus penduduk pertama di dunia yang diperintahkan oleh Kaisar Agustus Oktavianus dari Romawi, melalui Kirenius yang pada saat itu menjabat Gubernur di Siria. Sensus ini dilaksanakan oleh Herodes Agung selaku raja di Yudea pada masa itu (Lukas 2:1-2). Setiap orang diwajibkan untuk kembali ke kota dan keluarga asal mereka. Hal inilah yang memaksa Yusuf, membawa istrinya Maria yang sedang mengadung sembilan bulan, untuk kembali ke Betlehem karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud (Lukas 2:3-5).
Tidak ada pilihan lain bagi Yusuf ataupun pengecualiaan bagi Maria yang sedang hamil tua itu selain kembali ke Betlehem dengan menempuh perjalanan sejauh 96 kilometer dari Nazaret. Sebuah perjalanan yang cukup jauh dan ditempuh selama beberapa hari dengan kondisi jalan dan alat transportasi tradisional pada masa itu. Karena perintah sensus penduduk oleh Kaisar Agustus tersebut, maka Yusuf dan Maria dengan terpaksa berangkat dari dataran rendah Nazarat di utara menuju dataran tinggi Betlehem di perbukitan Yudea sebelah Selatan.
Tepat sekali, tidak lama setelah Yusuf dan Maria tiba di Betlehem dan mendaftarkan diri mereka disana, tiba waktunya bagi Maria untuk bersalin dan ia melahirkan seorang Bayi laki-laki yang segera mereka menamainya Yesus, sesuai dengan pesan yang disampaikan melalui malaikat Gabriel beberapa bulan sebelumnya (Lukas 1:30-33; Bandingkan Matius 1:20-23).
Perlu diketahui, pada masa itu jika seorang perempuan melahirkan anak, biasanya hanya dihadiri oleh kaum perempuan. Namun, jauh dari rumah di Nazarat, Maria tidak mendapat dukungan dan kehadiran dari ibunya serta sanak saudara perempuannya yang dikenalnya. Bahkan ia harus melahirkan disebuah rumah di tempat hewan karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Hal ini dapat dimengerti karena penginapan telah penuh oleh para penziarah yang datang ke Betlehem dengan maksud yang sama, yaitu mendaftarkan diri dalam sensus yang diperintahkan Kaisar Agustus.
Jadi, tidak ada pilihan lain bagi Yusuf dan Maria, kecuali menerima bayi mereka dilahirkan sebuah di rumah di dekat hewan. Bayi Yesus dibungkus dengan kain lampin, yakni kain-kain panjang yang mirip dengan kain yang dipakai untuk membungkus mumi-mumi Mesir, negara tetangga. Kemudian sebuah palungan, yaitu tempat makanan hewan, digunakan sebagai pengganti tempat tidur bagi bayi yang baru lahir yang dibungkus ini.
Kita tidak diberitahu siapa dan berapa orang perempuan yang membantu Maria dalam persalinannya yang menjadi saksi kelahiran Mesias, Sang Juruselamat yang dijanjikan tersebut. Namun yang kita tahu, bahwa Yusuf dan Maria adalah saksi-saksi pertama, bahwa Yesus benar-benar dilahirkan di Betlehem, sebuah kota kecil yang tertetak sekitar 9 kilometer di sebelah selatan Kota Yerusalem.
Peristiwa kelahiran ini kita tahu merupakan ramalan nabi Mikha (Mikha 5:2) yang digenapi (Matius 2:4-6), sekaligus merupakan satu bukti keakuratan Kitab Suci. Selain Yusuf dan Maria, ada saksi-saksi lainnya yang disebutkan dalam Alkitab untuk meneguhkan peristiwa kelahiran Kristus benar-benar di Betlehem, yaitu beberapa gembala di padang Efrata, orang-orang Majus dari Timur, serta Simeon dan Hana.
1. GEMBALA-GEMBALA DI PADANG EFRATA (LUKAS 2:8-20)
Betlehem merupakan wilayah peternakan domba karena termasuk dataran tinggi. Bukit-bukit digunakan sebagai padang rumput tempat domba-domba dipelihara untuk diambil bulunya menjadi wol, untuk dimakan dagingnya, dan untuk dipersembahkan senagai kurban di Bait Allah Yerusalem yang tidak begitu jauh letaknya. Para gembala biasanya menjaga kawanan domba milik masyarakat disana. Dalam tatanan sosial budaya, para gembala ini memiliki status yang rendah. Karena itu, sangatlah mengejutkan ketika seorang malaikat menampakkan diri pada sekelompok gembala di perbukitan Efrata di luar Betlehem.
Sinar ilahi yang cemerlang meneranginya sementara ia berkata kepada para gembala yang ketakutan itu “jangan takut. Aku memberitahukan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Hari ini, di kota Daud, telah lahir bagimu Juruselamat: yaitu Kristus, Tuhan. Inilah tandanya bagimu : Kamu akan menjumpai seorang bayi yang dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan”. (Lukas 2:10-12). Kemudian sejumlah besar malaikat bergabung dengan malaikat yang pertama itu dan berkata kepada para gembala dengan serempak, “Kemuliaan bagi Allah ditempat yang mahatinggi. Damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya”. (Lukas 2:13-14).
Munculnya malaikat-malaikat itu secara tiba-tiba tentunya lebih membingungkan para gembala ketimbang berita yang disampaikan. Mengapa? Seorang bayi yang dibungkus dengan kain lampin adalah hal yang biasa pada masa itu. Namun yang tidak lazim adalah bahwa Bayi itu ditidurkan di sebuah palungan.
Dan, karena menyadari bahwa mereka berada di tengah-tengah peristiwa yang supranatural, maka para gembala itu saling berunding dengan penuh kegembiraan, dan akhirnya bersepakat pergi ke Betlehem untuk melihat dan menyaksikan apa yang terjadi disana seperti yang diberitahukan Tuhan kepada mereka (Lukas 2:15-20).
Mereka yakin bahwa berita dari malikat itu merupakan berita yang berasal dari Tuhan. Di kota itu, mereka menemukan Maria, Yusuf, dan Sang Bayi persis seperti yang digambarkan malaikat kepada mereka. Ketika mereka meninggalkan tempat itu, mereka menceritakan pengalaman mereka keseluruh penjuru Betlehem dan sekitarnya.
Pelajaran penting yang bisa ditarik dari kisah para gembala ini adalah bahwa meskipun mungkin banyak orang berpendapat bahwa kisah pengalaman mereka berjumpa dengan para malaikat dan Juruselamat yang baru lahir itu sulit untuk dipercaya, namun para gembala itu tahu bahwa mereka telah menyaksikan dan menerima hal itu sebagai kehendak Tuhan. Mereka menyembah dan memujiNya karena telah mengikutsertakan mereka diseputar kelahiran Kristus.
2. SIMEON DAN HANA (LUKAS 2:25-38)
Dua orang lainnya yang menjadi saksi beberapa hari setelah Yesus dilahirkan adalah Simeon dan Hana. Arti nama Simeon adalah “mendengar” berasal dari kata Ibrani “syim’on” yang diturunkan dari kata “syama”. Simeon adalah seorang nabi dan seorang penduduk Yerusalem yang benar dan saleh. Ia dengan setia menantikan penghiburan bagi Israel, dan yang rindu akan kedatangan Mesias yang dijanjikan.
Keunikan dari Simeon dalam kaitannya dengan Kristus adalah bahwa ia telah dijanjikan tidak akan mati sebelum melihat Mesias dengan matanya sendiri. Dan ketika waktu itu tiba, disaat Yusuf dan Maria membawa Yesus ke Bait Allah untuk diserahkan kepada Allah menurut tradisi Yahudi, maka Simeon dibimbing oleh Roh Kudus supaya datang ke Bait Allah dan berjumpa dengan bayi Yesus.
Akhirnya, ia benar-benar melihat Yesus dengan matanya sendiri, bahkan ia mendapat kesempatan menggendong Bayi itu dan menyampaikan nubuat tentangNya. Ketika mengembalikan Bayi yang digendongnya kepada Maria, ibuNya itu, Simeon mengatakan bahwa oleh Anak Allah yang menjadi manusia ini, maka akan nyata pikiran hati banyak orang. Kristus akan menjadi batu ujian bagi semua orang yang bertemu dengaNya.
Namun kebenaran penting yang bisa kita ambil dari kehidupan Simeon adalah kesalehan hidupnya dan kesetiaanNya menantikan penggenapan janji Tuhan yang telah disampaikan kepadaNya tentang kedatangan Mesias. Dan setelah menyaksikan langsung penggenapan janji itu, ia dengan sukacita siap untuk meninggalkan dunia ini dalam damai karena tugasnya sudah selesai. Dimasa tuanya, keinginan untuk mati bukanlah tanda keputusasaannya, melainkan karena harapan tersebasarnya untuk melihat Mesias telah terpenuhi.
Berbeda dengan kebanyakan orang yang menginginkan umur panjang karena merasa bahwa kehidupan dalam dunia inilah satu-satunya “tempat” yang mereka miliki, bagi kita orang-orang percaya, sama seperti Simeon, pikiran tentang kematian atau meninggalkan dunia ini menimbulkan kedamaian yang menyejukkan karena itulah saat dimana tugas kita telah selesai.
Selain Nabi Simeon, pada saat yang bersamaan, seorang nabiah bernama Hana juga mendapat kesempatan untuk melihat Bayi Yesus. Arti nama Hana adalah “belas kasih” atau “karunia”, yang berasal dari kata Ibrani “hannĂ¢”. Hana adalah seorang janda yang sudah lanjut usianya, anak perempuan Fanuel dari suku Asyer. Seperti Simeon yang juga sedikit dari antara orang-orang yang menantikan penghiburan bagi Israel.
Ia dengan setia secara tetap menghadiri ibadah siang dan malan di Bait Allah karena pengharapannya akan kedatangan Mesias. Ia tidak meninggalkan Bait Allah sehari pun karena mungkin ia tidak mau kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan Mesias yang dinantikannya. Dan tepat setelah Simeon menyampaikan nubuat tentang Bayi Yesus itu, Hana memuji-mujiNya dan dengan penuh semangat memberi kesaksian kepada semua orang disekitarnya bahwa Bayi Yesus itu adalah Juruselamat yang sudah lama dinantikan. Ia mengucap sykur kepada Allah karena telah menggenapi janji-janjiNya.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari kehidupan Hana adalah semangat hidupnya, dimana dengan kehilangan suami dan menjadi janda di usia senja tidak memudarkan semangat hidupnya. Justru baginya, masa yang paling membahagiakan dalam hidupnya ialah usia senja karena ia mendapat kesempatan untuk melihat Mesias.
Hari ini, beberapa orang membiarkan semangat dan kekuatan mereka surut oleh usia dan waktu. Semangat hidup mereka menjadi sama menurunnya seperti tenaga mereka. Tetapi Hana berbeda, ia benar-benar keturunan Asyer sejati, baik secara harafiah maupun rohaniah. Ia memasuki dan menjalani setiap hari-harinya bersama dengan Allah serta bergantung sepenuhnya pada kuasaNya. Sungguh benar di masa lalu ketika Musa membekati suku Asyer dengan berkata, “selama umurmu kiranya kekuatanmu” (Ulangan 33:25), karena demikianlah yang dapat kita lihat dari nabiah Hana keturunan sejati dari suku Asyer itu.
3. ORANG-ORANG MAJUS DARI TIMUR (MATIUS 2:1-18)
Selain para gembala di padang Efrata, Tuhan juga berkenan menyatakan kelahiran Sang Juruselamat dunia kepada sekelompok orang-orang Majus dari Timur yang tinggal ribuan kilometer jauhnya dari Betlehem. Orang-orang bijak ini berasal dari Arab, Mesopotamia, Mesir, atau tempat-tempat lainnya di Timur. Disini Timur bukanlah dalam pengertian kita atau pengertian modern, melainkan merujuk kepada bangsa-bangsa yang terletak di bagian Timur sebelah utara Palestina.
Dengan demikian yang dirujuk adalah Persia (sekarang Iran) sebagai negara Timur. Jadi istilah “orang Majus” adalah istilah yang dipakai oleh Herodotus untuk suatu suku dari bangsa Madai, yang mempunyai jabatan imam di Kerajaan Persia. Bagi penulis-penulis kuno lainnya, istilah itu sama artinya dengan imam. Kitab Daniel memberitahu kita dukungan bagi hal ini (Daniel 1:20; 2:27; 5:15). Daniel menyebut mereka sebagai “orang bijaksana” atau “ahli nujum” yang manafsirkan mimpi dan pesan-pesan ilahi. Tetapi sayangnya, dalam Perjanjian Baru pemakaian kata itu meluas maknanya sehingga meliputi semua orang yang mempraktikkan ilmu-ilmu sihir (Bandingkan Kisah Para Rasul 8:9; 13:6-8).
Penjelasan di atas membantu kita untuk memahami bahwa “orang-orang Majus” dalam Matius 2:1-12 adalah para ilmuwan dan ahli nujum yang juga memiliki pengetahuan dalam hal perbintangan, tetapi tidak berkaitan dengan peramalan dan penyembahan berhala. Bintang terang yang muncul di langit sebelah timur tersebut hanyalah suatu tanda atau simbol kelahiran Kristus. Hal ini merupakan penggenapan nubuat Bileam yang terdapat di kitab Bilangan, untuk memberitahu kepada umat manusia bahwa Juruselamat “telah” lahir (Bilangan 24:17).
Dengan demikian bintang tersebut bukan untuk suatu peramalan hal yang akan (belum) terjadi, melainkan suatu pemberitahuan hal yang sudah terjadi. Lagi pula, Alkitab mencantumkan beberapa hal yang bersangkutan dengan matahari, bulan dan bintang-bintang, misalnya Matius 24:30; Yoel 2:28-32; Kisah Para Rasul 2:19-20, dan lain-lain. Hal-hal tersebut sama sekali tidak menyangkut astrologi.
Orang-orang Majus yang melihat bintang terang itu mungkin pernah membaca atau mendengar nubuat Bileam tentang bintang Yakub, sehingga tatkala mereka melihat bintang terang, dengan segera mereka mengetahui bahwa itu adalah tanda kelahiran seorang anak raja yang agung. Hal ini sesuai dan masuk akal karena pengaruh Daniel terhadap orang-orang Persia. Matius 2:1 (KJV) menyebut para pria ini “orang bijak (wise men)”.
Kata aktual yang digunakan dalam bahasa Yunani adalah “magos” yang berasal dari bahasa asing, mengindikasikan seorang ilmuwan dari negeri timur atau ahli nujum. Menurut para ahli Alkitab, para pria ini berasal dari Persia. Ini sangat penting karena Babel adalah tempat dimana Daniel dan beberapa pemuda Yahudi ditawan dan diangkat menjadi kepala dari semua ahli sihir. Ia selamat dari lubang singa dengan berkemenangan dan telah mendapatkan reputasi sebagai orang bijaksana terbesar (Daniel 6).
Pada akhirnya Daniel dipromosikan menjadi kepala dari semua orang bijaksana (Daniel 2:48). Daniel adalah nabi yang kepadanya Allah memberikan penafsiran dari nubuatan 70 minggu Yeremia, yang menunjukkkan kedatangan Mesias (Daniel 9:2; 24-27; Bandingkan Yeremia 25:11).
Sebagai kepala ahli nujum dan orang bijaksana (ilmuwan) di Persia, Daniel membuat pengetahuan ini diketahui oleh rekan-rekannya. Tidak diragukan lagi, selama berabad-abad kemudian nubuatan tersebut diteruskan kepada generasi berikutnya, dan mereka terus mempelajari nubuatannya dan mengantisipasi peristiwa itu. Sangat dimengerti bahwa penampakkan sebuah bintang baru yang bergerak dengan cara berbeda dapat dianggap sebagai tanda khusus dari kelahiran Mesias orang Yahudi.
BACA JUGA: KEADILAN ALLAH dan KARYA KRISTUS
Sementara orang-orang Majus dari Persia tersebut tidak terkejut dengan kemunculan bintang tersebut, tidak demikian dengan para iman kepala, ahli Taurat Yahudi, dan seluruh penduduk Yerusalem yang sangat dikejutkan ketika diberitahu bahwa bintang itu menandakan kelahiran seorang raja besar Yahudi (Matius 2:2-3). Mengapa orang-orang Majus itu tidak terkejut dengan peristiwa tersebut? Karena mereka telah mempelajari firman Allah melalui Daniel. Firman itu membuat mereka bijaksana terhadap keselamatan (2 Timotius 3:15; Bandingkan 2 Petrus 1:19).
Karena itulah informasi dari para imam kepala dan ahli Taurat yang membenarkan bahwa seorang Juruselamat lahir di Betlehem Efrata seperti yang diramalkan oleh Nabi Mikha (Mikha 5:2) merupakan satu dari banyaknya ramalan tentang Kristus yang telah digenapi (Matius 2:5-6) secara tepat, justru semakin menguatkan keyakinan orang-orang Majus itu bahwa perjalanan mereka yang sangat jauh dan cukup melelahkan itu tidak sia-sia.
Dan, bintang yang muncul disebelah Timur itu, kini muncul lagi di Betlehem, dan menuntun mereka hingga tepat di atas rumah dimana Bayi Yesus dan orang tuanNya berada. Perjumpaan itu memberikan sukacita yang luar biasa bagi orang-orang Majus itu, dan mereka menyembahNya serta memberikan harta benda yang mereka bawa sebagai persembahkan kepada Juruselamat.
REFERENSI : PARA SAKSI DISEKITAR KELAHIRAN YESUS
Anderson, Leith. A., 2009. Yesus : Biografi Lengkap Tentang PribadiNya, NegaraNya, dan BangsaNya. Terjemahan, Penerbit Gloria Graffa: Yogyakarta.
Browning, W.R.F., 2007. Kamus Alkitab. Terjemahan, Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Douglas, J.D., ed, 1993. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jilid 1 & 2. Terjemahkan Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta.
Eaton, Michael 2008. Jesus Of The Gospel. Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.
Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology. Jilid 1. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.
Guthrie, Donald, dkk., 1982. Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jilid 3. Terjemahan. Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.
Guthrie, Donald., 2010. Teologi Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.
__________________., 2009. Pengantar Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary. Volume 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang.
Ladd, George Eldon., 1999. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 1, Terjemahkan, Penerbit Kalam Hidup: Bandung.
Misler, Chuck, 2006. Learn The Bible In 24 Hours. Penerbit Visimedia : Tangerang.
Morris, Leon., 2006. Teologi Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Ryken, Leland, James C. Wilhoit, Tremper Longman III, editor., 2002. Kamus Gambaran Alkitab. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Sandison, George & Staff., 2013. Bible Answers for 1000 Difficult Questions. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Stamps, Donald C., ed, 1995. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Tenney, Merril C., 1992. Survei Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Yancey, Philip & Brenda Quinn., ______. Kenalilah Alkitab. Terjemahan, Penerbit Gospel Press : Tanggerang.
Zuck, Roy B, editor., 2011. A Biblical of Theology The New Testament. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.