Paulus Berada di Troas: Kisah Para Rasul 20:1-12

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Paulus Berada di Troas: Kisah Para Rasul 20:1-12Paulus Berada di Troas: Kisah Para Rasul 20:1-12. Kisah Para Rasul 20:1-12 - “(1) Setelah reda keributan itu, Paulus memanggil murid-murid dan menguatkan hati mereka. Dan sesudah minta diri, ia berangkat ke Makedonia. (2) Ia menjelajah daerah itu dan dengan banyak nasihat menguatkan hati saudara-saudara di situ. Lalu tibalah ia di tanah Yunani. (3) Sesudah tiga bulan lamanya tinggal di situ ia hendak berlayar ke Siria. Tetapi pada waktu itu orang-orang Yahudi bermaksud membunuh dia. Karena itu ia memutuskan untuk kembali melalui Makedonia. (4) Ia disertai oleh Sopater anak Pirus, dari Berea, dan Aristarkhus dan Sekundus, keduanya dari Tesalonika, dan Gayus dari Derbe, dan Timotius dan dua orang dari Asia, yaitu Tikhikus dan Trofimus. (5) Mereka itu berangkat lebih dahulu dan menantikan kami di Troas. (6) Tetapi sesudah hari raya Roti Tidak Beragi kami berlayar dari Filipi dan empat hari kemudian sampailah kami di Troas dan bertemu dengan mereka. Di situ kami tinggal tujuh hari lamanya. (7) Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam. (8) Di ruang atas, di mana kami berkumpul, dinyalakan banyak lampu. (9) Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati. (10) Tetapi Paulus turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: ‘Jangan ribut, sebab ia masih hidup.’ (11) Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat. (12) Sementara itu mereka mengantarkan orang muda itu hidup ke rumahnya, dan mereka semua merasa sangat terhibur.”.

I) Dari Efesus ke Troas.

1) Sebelum meninggalkan Efesus, Paulus menguatkan murid-murid di Efesus (Kisah Para Rasul 20: 1).

Kisah Para Rasul 20:1: “Setelah reda keributan itu, Paulus memanggil murid-murid dan menguatkan hati mereka. Dan sesudah minta diri, ia berangkat ke Makedonia.”.

Jelas bahwa huru hara yang terjadi di Efesus dalam Kis 19 menyebabkan banyak orang kristen Efesus menjadi takut. Karena itu maka Paulus menguatkan mereka, jelas dengan menggunakan Firman Tuhan.

Penerapan: pada saat kita mundur, takut, lemah, jatuh dsb, maka kita justru membutuhkan Firman Tuhan untuk menguatkan kita kembali! Karena itu jangan justru makin menjauhi Firman Tuhan, baik dalam Kebaktian, Pemahaman Alkitab, maupun Saat Teduh pribadi!

Kesaksian: suatu hari saya merasa sumpek dan bingung karena problem-problem dalam gereja. Besoknya pada waktu saya bersaat teduh, saya berdoa tentang hal itu dan meminta petunjuk dari Tuhan melalui FirmanNya, dan Firman Tuhan yang saya dapatkan dari saat teduh itu diambil dari Nahum 1:3, yang dalam terjemahan KJV berbunyi: “The Lord hath his way in the whirlwind and in the storm” [= Tuhan mempunyai jalanNya dalam puting beliung dan dalam badai]. Jadi, sekalipun bagi manusia tidak ada jalan, tetapi bagi Tuhan selalu ada jalan! Ayat itu langsung ‘berbicara’ kepada saya dan menghibur / menguatkan saya!

2) Paulus menjelajahi Makedonia dan menguatkan orang-orang kristen di sana (Kisah Para Rasul 20: 2).

Kisah Para Rasul 20: 2: “Ia menjelajah daerah itu dan dengan banyak nasihat menguatkan hati saudara-saudara di situ. Lalu tibalah ia di tanah Yunani.”.

Paulus sendiri yang dulu memberitakan Injil di sana, dan sekarang ia kembali ke sana untuk meneguhkan iman mereka. Ini sesuai dengan perintah Yesus untuk memberitakan Injil dan mengajar (Mat 28:19).

Penerapan: tugas saudara bukan hanya memberitakan Injil, tetapi juga mengajar untuk menumbuhkan iman orang yang sudah bertobat. Kalau saudara sendiri tidak bisa mengajar, setidaknya saudara bisa mengajak orang itu datang ke Pemahaman Alkitab supaya ia bisa belajar Firman Tuhan dan bertumbuh dalam iman.

3) Ia mau pergi ke Siria, tetapi karena adanya usaha pembunuhan terhadap dirinya, ia lalu kembali ke Makedonia dan lalu pergi ke Troas (Kisah Para Rasul 20: 3,6).

Kisah Para Rasul 20: 3,6: “(3) Sesudah tiga bulan lamanya tinggal di situ ia hendak berlayar ke Siria. Tetapi pada waktu itu orang-orang Yahudi bermaksud membunuh dia. Karena itu ia memutuskan untuk kembali melalui Makedonia. ... (6) Tetapi sesudah hari raya Roti Tidak Beragi kami berlayar dari Filipi dan empat hari kemudian sampailah kami di Troas dan bertemu dengan mereka. Di situ kami tinggal tujuh hari lamanya.”.

Ini menunjukkan bahwa hidup Paulus penuh dengan penderitaan dan bahaya. Mengapa? Karena ia selalu memberitakan Injil dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga setan menyerang dia habis-habisan.

Penerapan: apakah hidup saudara aman-aman saja? Mungkin sekali setan tidak menyerang saudara karena saudara tidak pernah memberitakan Injil! Atau saudara memberitakan Injil juga, tetapi saudara menyeleksi orang-orang yang akan diinjili, dan saudara hanya memberitakan Injil kepada orang yang ‘aman’ untuk diinjili! Hidup juga bisa ‘aman’ karena saudara selalu berkompromi dengan dosa / dunia.

II) Pelayanan Paulus di Troas.

1) Mereka bertemu pada hari ke 1 dalam minggu itu (Kisah Para Rasul 20: 7 bdk. Yoh 20:19,26 1Kor 16:2).

Kisah Para Rasul 20: 7: “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.”.

Yoh 20:19,26 - “(19) Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ ... (26) Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.

Catatan: dalam cara menghitung hari dari orang Yahudi, maka 8 hari / hari ke 8 dari hari Minggu adalah hari Minggu lagi.

1Korintus 16:2 - “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing - sesuai dengan apa yang kamu peroleh - menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.”.

Catatan: kata-kata ‘di rumah’ itu seharusnya tidak ada.

Hari yang pertama adalah hari Minggu. Sekalipun hari Sabat seharusnya adalah hari ke 7, yang adalah hari Sabtu, tetapi sejak kebangkitan Yesus yang terjadi pada hari Minggu, maka gereja-gereja abad I bertemu / beribadah pada hari Minggu! Dan karena itu, sekalipun dalam Kitab Suci tidak ada ayat yang secara explicit mengubah hari kebaktian dari Sabtu menjadi Minggu, tetapi berbakti pada hari Minggu jelas merupakan sesuatu yang alkitabiah!

2) Mereka memecah-mecahkan roti (Kisah Para Rasul 20: 7,11).

Kisah Para Rasul 20: 7,11: “(7) Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam. ... (11) Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat.”.

Ada yang mengatakan bahwa ini hanya menunjuk pada Perjamuan Kudus, tetapi ada juga yang menganggap bahwa ini menunjuk pada Perjamuan Kudus, dan Perjamuan Kasih (love-feast) sekaligus.

Istilah ‘memecah-mecahkan roti’ tidak harus menunjuk pada Perjamuan Kudus, tetapi bisa pada makan biasa, seperti dalam Mat 14:19.

Matius 14:19 - “Lalu disuruhNya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambilNya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-muridNya, lalu murid-muridNya membagi-bagikannya kepada orang banyak.”.

Tetapi adanya 2 x pemecahan roti di sini (Kisah Para Rasul 20: 7 dan Kisah Para Rasul 20: 11) menunjukkan bahwa setidaknya salah satu dari 2 itu pasti merupakan Perjamuan Kudus, dan karena itu, ini adalah suatu kebaktian!

3) Di ruang pertemuan mereka ada banyak lampu (Kisah Para Rasul 20: 8).

Kisah Para Rasul 20: 8: “Di ruang atas, di mana kami berkumpul, dinyalakan banyak lampu.”.

Ada 2 hal yang bisa kita pelajari dari sini:

a) Dalam ruangan untuk kebaktian kita harus mengatur suasana ruangan dan memberikan peralatan-peralatan yang mendukung pengajaran / penerimaan Firman Tuhan. Ada cukup banyak hal / peralatan yang harus kita perhatikan seperti:

1. Penerangan yang cukup.

Ini penting baik untuk pengkhotbahnya maupun untuk jemaatnya dalam membaca Kitab Suci. Ada gereja yang sengaja diberi penerangan yang suram, mungkin supaya lebih romantis / artistik. Tetapi ingat bahwa gereja adalah tempat belajar Firman Tuhan, dan gereja yang penerangannya suram, pasti tidak bisa terlalu menekankan pengajaran Firman Tuhan!

2. Penggunaan AC.

Cuaca panas membuat jemaat mendengarkan Firman Tuhan sambil kipasan, dan juga membuat pengkhotbah bercucuran keringat. Semua ini bisa merusak konsentrasi baik dari pengkhotbah maupun jemaat. Penggunaan AC bisa mengatasi problem ini, dan karena itu jangan menganggap penggunaan AC ini sebagai suatu kemewahan, atau sebagai perwujudan dari ketidakmauan menderita (kepanasan) bagi Tuhan. Tetapi dalam menggunakan AC juga harus dipikirkan adanya orang-orang yang tidak tahan AC dan karena itu menurut saya sebaiknya posisi AC diatur sedemikian rupa sehingga ada tempat-tempat yang dingin dan ada yang agak kurang dingin.

3. Akustik ruangan.

Ruangan yang menggema pasti menyukarkan orang untuk mendengar Firman Tuhan. Saya tidak mengerti mengapa ada gereja yang membiarkan hal seperti ini terjadi dalam gerejanya, dan tidak berusaha memperbaikinya, padahal mereka mempunyai cukup uang untuk itu. Ini pasti menunjukkan bahwa gereja itu tidak terlalu mementingkan pemberitaan Firman Tuhan.

4. Sound-system.

Sound-system yang jelek, juga bisa mengacaukan pemberitaan / penerimaan Firman Tuhan. Juga microphone yang diberikan tanpa stand, bisa menganggu pemberita firman dalam memberitakan firman, karena tangannya harus membuka Kitab Suci dan catatan khotbah dan juga memegang microphone itu.

5. Banyaknya nyamuk.

Adalah sesuatu yang mengherankan bahwa ada banyak gereja penuh dengan nyamuk, dan gereja itu membiarkan hal itu begitu saja. Ini tidak bisa dibiarkan, karena inipun mengganggu konsentrasi jemaat baik pada waktu berdoa maupun mendengar Firman Tuhan. Kita bisa menanganinya dengan melakukan penyemprotan secara rutin, atau dengan menggunakan Baygon Electronic / obat nyamuk.

6. Tempat duduk yang enak.

Tempat duduk yang tidak enak bisa mengganggu, tetapi tempat duduk yang terlalu enak juga bisa menyebabkan jemaat tidur di gereja!

7. Ketenangan.

Ada gereja yang mengadakan Pemahaman Alkitab pada jam yang sama dengan latihan paduan suara, sehingga ketenangan dalam suasana Pemahaman Alkitab menjadi kacau. Ini lagi-lagi adalah gereja yang tidak mementingkan Firman Tuhan.

Juga ada gereja dimana pendeta / majelis tidak mendidik jemaat / anak-anak jemaat, sehingga semua ribut, jalan-jalan dalam kebaktian dan sebagainya.

8. Mimbar yang layak.

Pernah ada satu STT yang mengundang saya berkhotbah, dan pada waktu saya lihat mimbarnya, tidak ada tempat untuk meletakkan Alkitab atau catatan khotbah! Bagaimana suatu STT bisa punya mimbar seperti itu betul-betul tidak bisa saya mengerti.

9. Penggunaan LCD juga merupakan sesuatu yang sangat penting karena menolong jemaat dalam berkonsentrasi dan mengerti dengan lebih baik.

b) Lukas adalah seorang saksi mata.

Bahwa Lukas sebagai penulis Kisah Rasul bisa menuliskan kalau saat itu digunakan banyak lampu, membuktikan bahwa ia adalah saksi mata, dan ia tidak mendapat cerita ini dari orang lain (karena rasanya mustahil orang menceritakan hal yang begitu remeh seperti ini).

Bahwa Lukas adalah saksi mata juga terlihat dari Kisah Para Rasul 20: 5 yang mulai mengubah kata ganti orang ‘mereka’ menjadi ‘kami’. Tadinya penggunaan kata ‘kami’ berhenti pada Kis 16:17, yang menunjukkan bahwa Lukas berpisah dengan Paulus. Sekarang, mulai ay 5, kembali digunakan kata ‘kami’ yang menunjukkan bahwa Lukas kembali bergabung dengan Paulus.

Kisah Para Rasul 20: 5: “Mereka itu berangkat lebih dahulu dan menantikan KAMI di Troas.”.

4) Paulus berkhotbah sangat lama.

a) Lamanya khotbah Paulus.

Kisah Para Rasul 20: 7,11: “(7) Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam. ... (11) Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat.”.

Dalam Kisah Para Rasul 20: 7 dikatakan ia berkhotbah sampai tengah malam (tidak diketahui kapan mulainya). Lalu dalam Kisah Para Rasul 20: 11 dikatakan ia berkhotbah terus sampai pagi!

Seorang penafsir mengatakan bahwa kota Troas terletak di 40 derajad Lintang Utara, dan saat itu adalah masa Paskah (Kisah Para Rasul 20: 6a,16b) dan itu adalah sekitar awal Mei. Pada saat itu di sana, matahari terbenam pada pk. 7 malam dan terbit pada pk. 5 pagi. Kalau kita anggap bahwa Paulus mulai berkhotbah pk. 9 malam sampai pk. 5 pagi, itu berarti ia berkhotbah selama 8 jam. Kalaupun terputus di tengah jalan karena peristiwa kematian Eutikhus dan pemecahan roti, paling-paling dipotong sekitar 2 jam. Jadi Paulus berkhotbah selama 6 jam!

Seseorang mengatakan: “That which would be unwise as a rule is allowable as an exception.” [= Apa yang tidak bijaksana kalau diterapkan sebagai peraturan, diijinkan sebagai perkecualian.].

Saya setuju dengan kata-kata ini! Memang tidak bijaksana untuk berkhotbah selama 6 jam dalam setiap kebaktian! Tetapi bahwa pada saat itu jemaat bisa mendengar selama 6 jam, itu betul-betul menunjukkan kerohanian dan kerinduan pada Firman Tuhan yang luar biasa! Bagaimana kalau dibandingkan dengan diri saudara?

b) Cara Paulus menyampaikan Firman Tuhan.

Mungkin sekali di sini Paulus tidak berkhotbah dengan sistim 1 arah (ia bicara dan jemaat mendengar), tetapi dengan sistim 2 arah, sekalipun tentu saja Paulus yang lebih banyak berbicara.

Ini terlihat dari kata ‘berbicara’ dalam Kisah Para Rasul 20: 7 yang bahasa Yunaninya adalah DIELEGETO, dan kata ‘berbicara’ dalam Kisah Para Rasul 20: 9 yang bahasa Yunaninya adalah DIALE¬GOMENOU. Kedua kata Yunani ini mempunyai akar kata yang sama yaitu DIALEGOMAI, yang berarti ‘to discuss, to debate’ [= mendiskusikan, mendebatkan].

Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dalam pemberitaan Firman Tuhan yang menggunakan sistim diskusi:

1. Sistim diskusi memang memungkinkan pemberitaan Firman Tuhan lebih lama, asalkan semua orang mau terlibat. Kalau ada yang tidak mau terlibat, maka biasanya mereka jadi mengantuk.

2. Sistim ini baru bisa jalan kalau:

a. Pemimpinnya berkarunia untuk mengarahkan diskusi itu.

b. Orang-orangnya punya pengertian Firman Tuhan yang baik.

Karena itu, pertimbangkanlah hal-hal di atas itu lebih dulu sebe¬lum saudara ‘asal meniru’ sistim ini.

5) Peristiwa Eutikhus (Kisah Para Rasul 20: 9-12).

Kisah Para Rasul 20: 9-12: “(9) Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati. (10) Tetapi Paulus turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: ‘Jangan ribut, sebab ia masih hidup.’ (11) Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat. (12) Sementara itu mereka mengantarkan orang muda itu hidup ke rumahnya, dan mereka semua merasa sangat terhibur.”.

a) Ia duduk di jendela (Kisah Para Rasul 20: 9a), mungkin karena ruangan penuh / tempat duduk tidak cukup.

b) Ia mengantuk lalu tertidur (Kisah Para Rasul 20: 9b).

Mengapa ini bisa terjadi?

1. Saat itu sudah terlalu malam. Tetapi mengapa hanya dia saja yang mengantuk dan tertidur sedangkan yang lain tidak?

2. Mungkin karena Paulus amat lama berbicara (Kisah Para Rasul 20: 9). Ada orang-orang yang bahkan menyalahkan Paulus. Tetapi saya tidak setuju karena:

a. Setelah peristiwa Eutikhus, Paulus bahkan meneruskan khot¬bahnya sampai pagi (Kisah Para Rasul 20: 11).

b. Orang-orang yang lain bisa tetap mendengar.

3. Mungkin karena ia lelah bekerja sepanjang hari. Ini tidak membenarkan dia, karena itu adalah hari Minggu yang seharusnya adalah hari istirahat!

4. Mungkin karena ia duduk di jendela. Dalam ruangan mungkin panas dan pengap. Tetapi karena ia duduk di jendela, ia terkena angin yang sejuk, sehingga ngantuk dan tertidur. Karena itu pada waktu mencari tempat duduk dalam gereja kita juga perlu memilih. Mungkin perlu memperhatikan sorotan angin dari AC, dan menjauhi orang yang selalu mengajak bicara pada waktu kebaktian / khotbah.

5. Mungkin karena ia tidak / kurang rindu pada Firman Tuhan!

The Biblical Illustrator: “Eutychus was not in the congregation. He was in the room, and yet not in it, as is the case with many.” [= Eutikhus tidak ada dalam jemaat. Ia ada dalam ruangan itu, tetapi tidak di dalamnya, seperti merupakan kasus dari banyak orang.].

c) Ia jatuh dari lantai 3 (Kisah Para Rasul 20: 9c).

Yang dipersoalkan adalah: apakah Eutikhus mati atau tidak?

1. Ada yang mengatakan: tidak!

Keil & Delitzsch, dalam tafsirannya tentang 1Raja 17:17-24, mengatakan: “the youth mentioned in Acts 20:10 was only apparently dead” [= anak muda yang disebutkan dalam Kis 20:10 hanya kelihatannya saja mati].

Alasannya: dalam Kisah Para Rasul 20: 10 dikatakan bahwa ‘ia masih hidup’.

Lit: ‘for the soul of him is in him’ [= karena jiwanya ada dalam dia].

2. Mayoritas penafsir mengatakan: ya!

Alasannya:

a. Untuk apa peristiwa ini diceritakan kalau Paulus hanya menyembuhkan orang yang pingsan? Tetapi kalau Eutikhus betul-betul mati, maka ini adalah peristiwa pembangkitan orang mati, yang merupakan mujijat yang besar, sehingga layak untuk diceritakan di sini

b. Kalau Eutikhus pingsan, untuk apa Paulus merebahkan diri di atasnya? Apakah tindakan ini tidak malah membunuh Eutikhus? Tetapi kalau Eutikhus mati, maka tindakan Paulus ini meniru Elia dan Elisa yang pernah membangkitkan orang mati dengan cara seperti itu (1Raja 17:21 2Raja 4:34). Tetapi ini tentu tidak berarti bahwa saudara boleh meniru hal ini!

c. Kisah Para Rasul 20: 9d mengatakan bahwa ‘ia sudah mati’.

Ingat bahwa penulis Kisah Rasul adalah Lukas yang adalah seorang tabib / dokter (Kol 4:14), dan tadi sudah kita lihat bahwa ia adalah seorang saksi mata! Tidak mungkin ia tidak bisa membedakan antara orang mati dan orang pingsan!


d. Kisah Para Rasul 20: 12 mengatakan bahwa ‘mereka mengantarkan orang muda itu hidup ke rumahnya’. Penekanan ‘hidup’ ini secara implicit menunjukkan bahwa tadinya ia mati.

Tetapi, kalau pada saat itu ia memang sudah mati, mengapa Kisah Para Rasul 20: 10 mengatakan bahwa ia masih hidup / jiwanya masih ada di dalam dia? Mungkin kata-kata ini diucapkan oleh Paulus dalam arti yang sama seperti waktu Yesus berkata tentang anak Yairus (yang pada saat itu jelas sudah mati): ‘... ia tidak mati, tetapi tidur’ (Luk 8:52b Mat 9:24 Mark 5:39b). Apa artinya? Artinya adalah: ia memang mati, tetapi ia bisa dibangkitkan.

Bdk. Yohanes 11:11-15 - “(11) Demikianlah perkataanNya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: ‘Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.’ (12) Maka kata murid-murid itu kepadaNya: ‘Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh.’ (13) Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. (14) Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: ‘Lazarus sudah mati; (15) tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya.’”.

d) Sekalipun Eutikhus berhasil dibangkitkan kembali, tetapi jelas bahwa hal ini mengajar kepada dia maupun kepada kita, untuk tidak mengantuk / tidur pada waktu mendengar Firman Tuhan!

Karena itu mari kita lihat macam-macam hal yang bisa membuat kita mengantuk pada waktu mendengar Firman Tuhan, dan bagaimana cara mengatasinya:

1. Kurang tidur. Ini sering terjadi pada jemaat dalam kebaktian Minggu pagi, kalau malamnya mereka tidur terlalu malam (nonton TV, acara malam minggu dsb).

Cara mengatasi: kuasai diri untuk tidur lebih pagi; minum kopi; ikut kebaktian sore.

2. Lelah. Ini sering terjadi kalau saudara bekerja pada hari Minggu, atau keluar kota dulu baru pergi ke kebaktian sore.

Cara mengatasi: sadarilah bahwa pada hari Sabat kita diharus¬kan untuk beristirahat. Tetapi juga ingat bahwa istirahat itu diberikan oleh Tuhan dengan tujuan supaya kita bisa berbakti! Kalau saudara piknik dsb sehingga saudara tidak bisa berbakti dengan baik, maka saudara sudah menyalah-gunakan hari istirahat itu!

3. Obat yang membuat kita mengantuk. Banyak obat flu / batuk (dan juga obat-obat lain) yang bisa membuat kebanyakan orang mengantuk. Karena itu sedapat mungkin janganlah minum obat-obat seperti itu sebelum acara pemberitaan Firman Tuhan.

4. Kesehatan yang jelek. Gangguan kesehatan tertentu, seperti kurang darah dsb, juga bisa membuat orang jadi mudah mengantuk. Karena itu, kita harus menjaga / memperbaiki kesehatan kita dengan obat, vita¬min, olah raga, makanan bergizi, atau bahkan dengan diet (tergantung dari penyakitnya).

5. Perut yang kenyang. Memang perut yang sangat lapar juga bisa mengganggu konsentra-si! Tetapi perut yang terlalu kenyang menyebabkan kita mengantuk. Karena itu lebih baik makan tetapi tidak sampai terlalu kenyang.

6. Pengkhotbah yang jelek. Suara pengkhotbah yang mono¬ton, atau isi khotbah yang tidak karuan arahnya, atau khotbah yang tidak ada isinya, pasti menyulitkan konsentrasi.

Cara mengatasi: jangan pilih pengkhotbah seperti itu!

7. Saudara tidak / kurang rindu Firman Tuhan.

Cara mengatasi: datanglah kepada Kristus dan bertobatlah dari segala dosa-dosa saudara, maka saudara akan menerima keselamatan dan sekaligus Roh Kudus, yang akan memberikan kerinduan terhadap Firman Tuhan dalam diri saudara!

Maukah saudara berusaha untuk selalu segar / penuh konsentrasi pada waktu mendengar Firman Tuhan?

Paulus Berada di Troas: Kisah Para Rasul 20:1-12
-AMIN-
Next Post Previous Post