EKSPOSISI 1 TIMOTIUS 6:3-5
Pdt.Budi Asali, M.Div
EKSPOSISI 1 TIMOTIUS 6:3-5. 1Timotius 6:3-5 - “(1Timotius 6:3) Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat - yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus - dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, (1Timotius 6:4) ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, (1Timotius 6:5) percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan”.
1) “Jika seorang mengajarkan ajaran lain”.
a) Kata ‘lain’ / ‘yang lain’ berasal dari kata Yunani HETEROS.
Ada 2 kata bahasa Yunani yang berarti ‘yang lain (= another)’, yaitu ALLOS dan HETEROS. Tetapi kedua kata ini ada bedanya.
W. E. Vine: “ALLOS ... denotes another of the same sort; HETEROS ... denotes another of a different sort” (= ALLOS ... menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang sama; HETEROS ... menunjuk pada ‘yang lain’ dari jenis yang berbeda) - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 52.
Illustrasi: Saya mempunyai satu gelas Aqua. Kalau saya menginginkan satu gelas Aqua ‘yang lain’, yang sama dengan yang ada pada saya ini, maka saya akan menggunakan ALLOS. Tetapi kalau saya menghendaki minuman ‘yang lain’, misalnya Coca Cola, maka saya harus menggunakan HETEROS, bukan ALLOS.
Catatan: kata HETEROS ini juga digunakan dalam Galatia 1:6 - “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain (Yunani: HETEROS)”.
b) Karena dalam 1Timotius 6:1-2 (ayat-ayat sebelum 1 Timotius 6:3 yang sedang kita bahas saat ini), Paulus mengajar tentang hubungan budak dengan tuannya, maka merupakan sesuatu yang wajar kalau ‘ajaran lain’ ini diterapkan juga berkenaan dengan hal itu.
Jadi, dalam 1 Timotius 6:1-2 Paulus sudah memberikan ajaran yang benar berkenaan dengan hubungan budak dengan tuannya. Sekarang dalam 1 Timotius 6:3-5 ia mengecam orang / pengajar yang mengajarkan ajaran yang berbeda dengan ajaran yang sudah ia ajarkan itu.
Adam Clarke: “‘If any man teach otherwise.’ It appears that there were teachers of a different kind in the church, a sort of religious levellers, who preached that the converted servant had as much right to the master’s service as the master had to his. Teachers of this kind have been in vogue long since the days of Paul and Timothy” (= ‘Jika ada orang siapapun mengajarkan yang lain’. Kelihatannya ada guru-guru / pengajar-pengajar dari jenis yang lain dalam gereja, suatu jenis pengajar yang melakukan penyama-rataan agamawi, yang berkhotbah bahwa pelayan yang telah bertobat mempunyai hak yang sama terhadap pelayanan sang tuan seperti tuannya mempunyai hak terhadap pelayanannya. Guru-guru / pengajar-pengajar dari jenis ini telah menjadi mode / sangat digemari sejak jaman Paulus dan Timotius).
c) Komentar Calvin tentang kata-kata ‘mengajarkan ajaran lain’.
Calvin: “The word eJterodidaskalei~, being a compound, may also, not improperly, be translated, ‘teacheth other things.’ Yet there is no ambiguity as to the meaning; for he condemns all those who do not agree with this manner of teaching, although they do not openly and avowedly oppose, sound doctrine. It is possible that he who does not profess any wicked or open error may yet, by endeavoring to insinuate himself by means of silly babbling, corrupt the doctrine of godliness; for, when there is no progress, and no edification in the doctrine itself, there is already a departure from the ordinance of Christ. Now although Paul does not speak of the avowed supporters of wicked doctrines, but of vain and irreligious teachers, who, by their ambition or covetousness, disfigure the plain and simple doctrine of godliness, yet we see with what sharpness and severity he attacks them” (= Kata HETERODIDASKALEI, yang merupakan suatu kata gabungan, juga bisa secara benar diterjemahkan ‘mengajarkan hal-hal lain’. Tetapi tidak ada arti ganda / membingungkan berkenaan dengan artinya; karena ia mengecam semua mereka yang tidak setuju dengan cara pengajaran ini, sekalipun mereka tidak menentang secara terbuka dan terang-terangan, ajaran yang sehat. Adalah mungkin bahwa ia yang tidak mempunyai pengakuan yang salah apapun yang jahat atau terbuka, bisa, oleh usaha memperkenalkan dirinya sendiri dengan ocehan yang tolol, merusak ajaran tentang kesalehan; karena pada saat di sana tidak ada kemajuan, dan tidak ada pendidikan dalam ajaran itu sendiri, di sana sudah ada suatu penyimpangan dari peraturan / perintah Kristus. Sekalipun Paulus tidak berbicara tentang pendukung-pendukung yang terang-terangan dari ajaran-ajaran yang jahat, tetapi tentang guru-guru yang sia-sia dan tidak religius, yang oleh ambisi dan ketamakan mereka, menodai / mengubah bentuk dari ajaran kesalehan yang jelas dan sederhana, tetapi kita bisa melihat dengan kekerasan yang bagaimana ia menyerang mereka).
Saya ingin memperjelas kata-kata Calvin ini. Dengan kata-katanya di atas ini, ia memaksudkan bahwa seseorang bisa dikatakan ‘mengajarkan ajaran yang lain’, pada saat ia betul-betul mengajarkan sesuatu yang salah secara terang-terangan. Tetapi ia lalu menambahkan bahwa ‘mengajarkan ajaran yang lain’ juga bisa terjadi pada saat seseorang hanya memberikan ocehan-ocehan yang tolol, yang sama sekali tidak berguna bagi pendidikan! Mungkin yang ia maksudkan adalah orang-orang yang memberikan pengajaran-pengajaran, yang tidak ada isinya, atau isinya sama sekali tidak berguna, karena memang membahas topik / hal-hal yang tidak berguna.
Penerapan: kalau saudara pergi ke suatu gereja dengan rajin, dan saudara juga selalu mendengar khotbah dengan sungguh-sungguh, tetapi ternyata saudara sama sekali tidak maju dalam pengetahuan tentang firman / tentang Allah / Yesus sendiri, maka mungkin sekali saudara sedang mengikuti suatu gereja, yang para pengajarnya adalah orang-orang seperti ini (yang dimaksudkan oleh Calvin).
Repotnya, orang yang pergi ke gereja-gereja yang seperti itu, biasanya sudah terbiasa dengan keadaan ‘tidak mendapat apa-apa’ sepulang dari gereja, sehingga tidak menganggap hal itu sebagai suatu kerugian / sesuatu yang salah! Padahal, seandainya ini terjadi dalam dunia jasmani, tidak ada orang yang tidak merasakan ini sebagai suatu kerugian / kesalahan. Misalnya, kalau ada orang yang rajin sekolah tetapi sama sekali tak maju dalam kepandaian / pengetahuan, atau orang yang pergi ke restoran, dan setiap kali mengeluarkan uang untuk membayar, tetapi selalu pulang tanpa makan apa-apa, dan tetap lapar. Adakah orang yang mau menerima hal seperti itu? Anehnya, dalam dunia rohani, banyak orang menerima saja keadaan seperti itu!
d) Dari kata-kata Paulus dalam 1 Timotius 6: 5 ini terlihat bahwa seorang pengajar Kristen boleh, bahkan harus, memberikan pelajaran yang sifatnya negatif, yaitu yang menyerang ajaran lain yang ia anggap salah! Karena itu, kalau saudara melihat pendeta / pengkhotbah / pengajar yang seperti itu, jangan menganggap bahwa orang itu adalah orang yang ‘suka bertengkar / berperang’, ‘tidak cinta damai’, dsb!
Seluruh Kitab Suci, dan juga mayoritas buku-buku tafsiran dan theologia, penuh dengan serangan-serangan seperti itu!
Alasannya jelas adalah karena orang yang memang mencintai kebenaran, pasti akan membenci kesalahan, apalagi kesesatan. Karena itu, tidak bisa tidak, mereka akan menyerang ajaran salah / sesat itu.
2) “dan tidak menurut perkataan sehat - yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus - dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita,”.
KJV/RSV/NASB: ‘godliness’ (= kesalehan).
NIV: ‘godly teaching’ (= ajaran yang saleh).
Calvin: “Whoever, therefore, does not strive to teach usefully, does not teach as he ought to do; and not only so, but that doctrine is neither godly nor sound, whatever may be the brilliancy of its display, that does not tend to the profit of the hearers” (= Karena, itu, siapapun tidak berjuang untuk mengajar secara berguna, tidak mengajar seperti yang seharusnya ia lakukan; dan bukan hanya demikian, tetapi bahwa ajaran itu tidaklah saleh maupun sehat, bagaimanapun cemerlangnya kelihatannya, kalau ajaran itu tidak mempunyai kecenderungan untuk memberikan manfaat kepada para pendengarnya).
Penerapan: ada pendeta / pengkhotbah yang pada waktu khotbah membahas text / ayat secara sukar, menggunakan bahasa asli Kitab Suci, dsb, tetapi apa yang dibahas boleh dikatakan tidak ada gunanya. Ini yang dikatakan oleh Calvin sebagai ‘cemerlang tetapi tak berguna’! Dan ini ia katakan sebagai bukan ajaran yang saleh maupun sehat.
3) “ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa”.
Matthew Henry: “Commonly those are most proud who know least; for with all their knowledge they do not know themselves” (= Biasanya mereka yang paling sombong tahu paling sedikit; karena dengan semua pengetahuan mereka, mereka tidak mengenal diri mereka sendiri).
Matthew Henry: “Whoever teaches otherwise, and does not consent to these wholesome words, he is proud, knowing nothing; for pride and ignorance commonly go together” (= Siapapun yang mengajarkan ajaran yang lain, dan tidak setuju dengan kata-kata yang sehat ini, ia adalah sombong, tidak tahu apa-apa; karena kesombongan dan kebodohan / ketidak-tahuan biasanya berjalan bersama-sama).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Instead of being humble, a false teacher is proud; yet he has nothing to be proud about because he does not know anything ... A believer who understands the Word will have a burning heart, not a big head” (= Bukannya rendah hati, seorang guru palsu adalah sombong; tetapi ia tidak mempunyai apapun untuk disombongkan karena ia tidak mengetahui apapun ... Seorang percaya yang mengerti Firman akan mempunyai hati yang berkobar-kobar, bukan kepala yang besar).
4) “Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata”.
KJV: ‘but doting about questions and strifes of words’ (= tetapi gemar akan persoalan dan perselisihan tentang kata-kata).
RSV: ‘he has a morbid craving for controversy and for disputes about words’ (= ia mempunyai kecanduan / keinginan yang tidak wajar akan kontroversi dan pertengkaran tentang kata-kata).
NIV: ‘He has an unhealthy interest in controversies and quarrels about words’ (= Ia mempunyai keinginan / interest yang tidak sehat dalam kontroversi dan pertengkaran tentang kata-kata).
NASB: ‘but he has a morbid interest in controversial questions and disputes about words’ (= tetapi ia mempunyai keinginan / interest yang tidak wajar dalam persoalan yang versifat kontroversial dan pertengkaran tentang kata-kata).
Ayat ini mungkin bisa digunakan oleh orang-orang yang ‘anti debat’ untuk mengatakan bahwa berdebat merupakan sesuatu yang salah. Dan ada lagi beberapa ayat yang serupa seperti:
a) 2Timotius 2:14 - “Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya”.
KJV: ‘that they strive not about words to no profit’ (= supaya mereka tidak berjuang tentang kata-kata tanpa ada gunanya).
RSV: ‘to avoid disputing about words, which does no good’ (= untuk menghindari pertengkaran tentang kata-kata, yang tidak membawa kebaikan).
NIV: ‘against quarreling about words; it is of no value’ (= terhadap pertengkaran tentang kata-kata; itu tidak ada nilainya).
NASB: ‘not to wrangle about words, which is useless’ (= untuk tidak bertengkar tentang kata-kata, yang tak ada gunanya).
b) Titus 3:9 - “Tetapi hindarilah persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat, karena semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka”.
c) 2Timotius 2:23 - “Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran”.
Apakah memang ayat-ayat di atas ini melarang orang Kristen untuk berdebat? Ada beberapa hal yang akan saya berikan sebagai jawaban:
1. Siapapun yang melarang orang Kristen berdebat dengan menggunakan ayat-ayat tersebut di atas sebagai dasar, atau dengan menggunakan alasan-alasan lain (seperti ‘debat tidak pernah mempertobatkan orang’, dsb), maka pada saat itu ia sendiri sudah berdebat, dan dengan demikian ‘ia menampar mukanya sendiri’!
Ini tidak terlalu berbeda dengan orang yang menyalahkan saya pada waktu saya menyerang ajaran sesat / nabi palsu, dengan mengatakan kepada saya ‘jangan menghakimi’. Pada saat itu ia sendiri sudah menghakimi saya!
2. Sekarang kita perhatikan banyak text dari Kitab Suci yang menunjukkan orang-orang saleh berdebat, bahkan pada saat kepenuhan Roh Kudus.
a. Stefanus.
Kisah Para Rasul 6:5,8-10 - “(5) Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. ... (8) Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. (9) Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini - anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria - bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, (10) tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara”.
Untuk contoh yang satu ini perhatikan bahwa Stefanus penuh dengan Roh Kudus (ay 5), dan dalam bersoal jawab / berdebat, ia dipimpin Roh Kudus! Hanya orang yang tidak menghargai otoritas Firman Tuhan yang tahu akan text ini tetapi tetap melarang orang Kristen untuk berdebat!
b. Apolos.
Kisah Para Rasul 18:27b-28 - “(27b) Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. (28) Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias”.
c. Paulus.
Kisah Para Rasul 9:20-22,28-29 - “(20) Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. (21) Semua orang yang mendengar hal itu heran dan berkata: ‘Bukankah dia ini yang di Yerusalem mau membinasakan barangsiapa yang memanggil nama Yesus ini? Dan bukankah ia datang ke sini dengan maksud untuk menangkap dan membawa mereka ke hadapan imam-imam kepala?’ (22) Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias. ... (28) Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Yerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam nama Tuhan. (29) Ia juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, tetapi mereka itu berusaha membunuh dia”.
Kisah Para Rasul 15:1-2 - “(1) Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.’ (2) Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu”.
Kisah Para Rasul 19:8 - “Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan mengajar dengan berani. Oleh pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah”.
Kisah Para Rasul 25:19 - “Tetapi mereka hanya berselisih paham dengan dia tentang soal-soal agama mereka, dan tentang seorang bernama Yesus, yang sudah mati, sedangkan Paulus katakan dengan pasti, bahwa Ia hidup”.
Kisah Para Rasul 26:1-3 - “(1) Kata Agripa kepada Paulus: ‘Engkau diberi kesempatan untuk membela diri.’ Paulus memberi isyarat dengan tangannya, lalu memberi pembelaannya seperti berikut: (2) ‘Ya raja Agripa, aku merasa berbahagia, karena pada hari ini aku diperkenankan untuk memberi pertanggungan jawab di hadapanmu terhadap segala tuduhan yang diajukan orang-orang Yahudi terhadap diriku, (3) terutama karena engkau tahu benar-benar adat istiadat dan persoalan orang Yahudi. Sebab itu aku minta kepadamu, supaya engkau mendengarkan aku dengan sabar”.
3. Text ini merupakan perintah bagi orang Kristen untuk ber-apologetik, yang sebenarnya tidak berbeda dengan ‘keharusan berdebat’ pada saat iman kristen diserang.
1Petrus 3:15 - “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat”.
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘pertanggungan jawab’ adalah APOLOGIA, dan dari kata itu diturunkan kata ‘apologetics’ / ‘apologetik’!
4. Sekarang mari kita perhatikan beberapa komentar dari para penafsir tentang ayat-ayat yang dianggap sebagai larangan debat ini.
Calvin (tentang 1Timotius 6:4): “‘But languishing after questions and debates of words.’ There is an indirect contrast between ‘the soundness of the doctrine of Christ,’ and that ‘languishing;’ for, when they have wearied themselves much and long with ingenious questions, what advantage do they reap from their labor, but that the disease continually grows? Thus not only do they consume their strength to no purpose, but their foolish curiosity begets this languishing; and hence it follows, that they are very far from profiting aright, as the disciples of Christ ought to do” (= ‘Tetapi merana karena merindukan persoalan-persoalan dan debat tentang kata-kata’. Ada suatu kontras yang tidak langsung antara ‘sehatnya ajaran Kristus’, dan ‘merana karena rindu’ itu; karena, pada waktu mereka telah melelahkan diri mereka sendiri dengan begitu banyak dan lama dengan persoalan-persoalan yang pintar / dibuat dengan pintar, manfaat apa yang mereka tuai dari jerih payah mereka, kecuali bahwa penyakit itu bertumbuh terus menerus? Maka, bukan hanya mereka menghabiskan kekuatan mereka tanpa tujuan, tetapi keingin-tahuan mereka yang bodoh melahirkan keadaan merana ini; dan karena itu akhirnya mereka sangat jauh dari mendapatkan keuntungan dengan benar, seperti yang seharusnya dilakukan oleh murid-murid Kristus).
Calvin (tentang 1Timotius 6:4): “Not without reason does the Apostle connect ‘questions and disputes of words;’ for by the former term he does not mean every kind of questions, which either arise from a sober and moderate desire to learn, or contribute to clear explanation of useful things, but to such questions as are agitated, in the present day, in the schools of the Sorbonne, for displaying acuteness of intellect. There one question gives rise to another; for there is no limit to them, when every person, desiring to know more than is proper, indulges his vanity; and hence, there afterwards arise innumerable quarrels” (= Bukan tanpa alasan sang Rasul menghubungkan ‘persoalan-persoalan dan pertengkaran-pertengkaran tentang kata-kata’; karena dengan istilah yang pertama ia tidak memaksudkan setiap jenis persoalan, yang atau muncul dari suatu keinginan untuk belajar yang waras dan moderat, atau memberikan sumbangsih pada penjelasan yang jelas dari hal-hal yang berguna, tetapi persoalan-persoalan / pertanyaan-pertanyaan yang digerakkan seperti itu dalam sekolah-sekolah dari Sorbonne, untuk menunjukkan ketajaman intelek. Di sana satu pertanyaan menyebabkan munculnya pertanyaan yang lain; karena tak ada batas terhadap pertanyaan-pertanyaan itu, pada waktu setiap orang, ingin mengetahui lebih dari yang seharusnya, memuaskan kesombongannya; dan karena itu selanjutnya muncullah pertengkaran-pertengkaran yang sangat banyak).
Catatan: ‘Sorbonne’ adalah nama sekolah theologia di Paris pada pertengahan abad 13 (Webster’ New World Dictionary).
Calvin (tentang 1Timotius 6:4): “He gives the name logomaci>av (logomachies, or disputes about words) to contentious disputes about words rather than things, or, as it is commonly expressed, without substance or foundation; for if any person carefully inquire what sort of contentions are burning among the sophists, he will perceive that they do not arise from realities, but are framed out of nothing. In a word, Paul intended to condemn all questions which sharpen us for disputes that are of no value” [= Ia memberi sebutan LOGOMAKHIAS (atau ‘pertengkaran tentang kata-kata’) pada pertengkaran-pertengkaran yang disukai tentang kata-kata dari pada tentang hal-hal, atau, seperti yang dinyatakan biasanya, tanpa bahan / isi atau dasar; karena jika siapapun menyelidiki dengan teliti pertikaian / perdebatan jenis apa yang membara di antara ahli-ahli filsafat, ia akan mengerti bahwa pertanyaan-pertanyaan itu tidak muncul dari realita / kenyataan, tetapi dibentuk dari sesuatu yang tidak ada. Singkatnya, Paulus bermaksud mengecam semua pertanyaan yang menajamkan kita untuk perdebatan yang tidak mempunyai nilai / tidak berharga].
Barnes’ Notes (tentang 1Timotius 6:4): “‘But doting.’ Margin, ‘sick.’ The Greek word - NOSEOO - means properly to be sick; then to languish, to pine after. The meaning here is, that such persons had a sickly or morbid desire for debates of this kind. They had not a sound and healthy state of mind on the subject of religion. They were like a sickly man, who has no desire for solid and healthful food, but for that which will gratify a diseased appetite. They desired not sound doctrine, but controversies about unimportant and unsubstantial matters” (= ‘Tetapi gemar’. Catatan tepi, ‘sakit’. Kata Yunani - NOSEOO - arti sebenarnya adalah ‘menjadi sakit’; lalu ‘merana’, ‘rindu terhadap’. Artinya di sini adalah bahwa orang seperti itu mempunyai suatu keinginan yang sakit atau tidak wajar untuk perdebatan dari jenis ini. Mereka tidak mempunyai suatu keadaan pikiran yang sehat tentang pokok / subyek dari agama. Mereka seperti orang yang sakit, yang tidak mempunyai keinginan untuk makanan yang padat dan sehat, tetapi untuk makanan yang akan memuaskan nafsu makan yang sakit. Mereka bukan menginginkan doktrin / ajaran yang sehat, tetapi kontroversi-kontroversi tentang hal-hal yang tidak penting dan remeh).
Pulpit Commentary: “‘Disputes of words’ (logomaxi/a$); found only here. The verb logomaxe/w is used in 2Timotius 2:14. Would that the Church had always remembered St. Paul’s pithy condemnation of unfruitfulcontroversies about words!” [= ‘Pertengkaran tentang kata-kata’ (LOGOMAKHIAS); ditemukan hanya di sini. Kata kerja LOGOMAKHEO digunakan dalam 2Tim 2:14. Seandainya saja Gereja selalu mengingat pengecaman yang ringkas dan tajam dari Paulus tentang kontroversi yang tak berbuah tentang kata-kata!].
Jelas bahwa tidak seadanya pertengkaran tentang kata-kata dilarang oleh Paulus / Firman Tuhan. Yang dilarang hanyalah pertengkaran mengenai kata-kata yang tidak ada gunanya atau pertengkaran tentang hal-hal yang tidak penting! Jadi, kalau saudara mempunyai perbedaan pandangan dengan seseorang, sebelum saudara berdebat dengan dia, pikirkan apakah itu merupakan persoalan yang penting, yang remeh, atau yang dicari-cari.
Misalnya:
· ada seorang teman saya yang bertanya kepada saya apakah orang Kristen boleh makan darah atau tidak. Saya jawab: boleh, dan saya berikan beberapa alasan. Ia lalu menanyakan kepada pendetanya, dan pendetanya berkata ‘tidak boleh’. Lalu ia bertanya kepada saya apakah saya mau berdebat dengan pendetanya. Saya jawab ‘tidak’, karena ini bukan sesuatu yang penting.
· sebaliknya, kalau dalam Sidang Gereja Nicea tahun 325 M. dipertengkarkan mengenai kata-kata HOMO-OUSIOS (= zat yang sama), HETERO-OUSIOS (= zat yang berbeda), dan HOMOI-OUSIOS (= zat yang mirip) berhubungan dengan hakekat dari Bapa dan Anak, maka ini tentu merupakan sesuatu yang berguna dan bahkan sangat penting.
Sekarang saya akan membahas 3 ayat yang mempunyai kemiripan dengan ayat ini, yaitu 2Tim 2:14, Titus 3:9, dan 2Timotius 2:23.
a. 2Timotius 2:14 - “Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya”.
Calvin (tentang 2Timotius 2:14): “‘Solemnly charging them before the Lord, not to dispute about words.’ Logomacei~n means to engage earnestly in contentious disputes, which are commonly produced by a foolish desire of being ingenious. Solemn charging before the Lord is intended to strike terror; and from this severity we learn how dangerous to the Church is that knowledge which leads to debates, that is, which disregards piety, and tends to ostentation. ... ‘For no use.’ On two grounds, logomaci>a, or ‘disputing about words,’ is condemned by him. It is of no advantage, ... Paul’s words may be explained in this manner, ‘That which is useful for nothing.’ ... Let us remark, first, that, when a manner of teaching does no good, for that single reason it is justly disapproved; for God does not wish to indulge our curiosity, but to instruct us in a useful manner. Away with all speculations, therefore, which produce no edification!” (= ‘Meminta / memerintahkan mereka dengan khidmat di hadapan Tuhan, untuk tidak bertengkar / berdebat tentang kata-kata’. LOGOMAKHEIN berarti terlibat secara sungguh-sungguh dalam pertengkaran / perdebatan yang terjadi karena kegemaran akan hal itu, yang biasanya dihasilkan oleh suatu keinginan yang bodoh dari orang pintar. Perintah yang khidmat di hadapan Tuhan dimaksudkan untuk mendatangkan rasa takut; dan dari kekerasan ini kita belajar betapa berbahaya bagi Gereja pengetahuan yang membimbing pada perdebatan, yaitu, yang tidak menghiraukan kesalehan, dan cenderung pada pameran. ‘Yang tak berguna’. Berdasarkan dua hal, LOGOMAKHIA, atau ‘berdebat tentang kata-kata’ dikecam olehnya. Itu tak punya manfaat / keuntungan, ... kata-kata Paulus bisa dijelaskan dengan cara ini, ‘hal yang sama sekali tidak berguna’. ... Pertama-tama, baiklah kita mengatakan bahwa pada waktu suatu cara mengajar tidak membawa kebaikan, maka untuk satu alasan itu saja hal itu secara benar harus dicela; karena Allah tidak ingin memuaskan keingin-tahuan kita, tetapi mengajar kita dengan suatu cara yang berguna).
b. Titus 3:9 - “Tetapi hindarilah persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat, karena semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka”.
Matthew Henry (tentang Titus 3:9): “There are needful questions to be discussed and cleared, such as make for improvement in useful knowledge; but idle and foolish enquiries, tending neither to God’s glory nor the edification of men, must be shunned. Some may have a show of wisdom, but are vain, as many among the Jewish doctors, as well as of later schoolmen, who abound with questions of no moment or use to faith or practice; avoid these” (= Ada pertanyaan-pertanyaan / persoalan-persoalan penting untuk didiskusikan dan dijelaskan / dijernihkan, seperti yang membuat kemajuan dalam pengetahuan yang berguna; tetapi pertanyaan-pertanyaan yang kosong / sia-sia / tak punya nilai dan bodoh, yang tidak membimbing / mengarah pada kemuliaan Allah ataupun pendidikan manusia, harus dihindari. Sebagian bisa kelihatannya mempunyai hikmat, tetapi sia-sia, seperti banyak di antara doktor-doktor Yahudi, seperti dari orang-orang terpelajar belakangan, yang berlimpah-limpah dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak penting ataupun berguna bagi iman ataupun praktek; hindarilah hal-hal ini).
Kata-kata ‘persoalan silsilah’ tentu tak berarti bahwa kita tak boleh mempelajari silsilah-silsilah yang ada dalam Kitab Suci. Juga kata-kata ‘mengenai hukum Taurat’ tentu tak bisa diartikan bahwa kita tak boleh memperdebatkan arti yang benar dari hukum Taurat, misalnya pada saat kita memperdebatkan apakah hari Sabat masih harus diperhatikan atau tidak, atau pada saat kita memperdebatkan apakah hari Sabat itu Sabtu atau Minggu. Perhatikan penafsiran Matthew Henry di bawah ini berkenaan dengan kata-kata itu.
Matthew Henry (tentang Titus 3:9): “And genealogies (of the gods, say some, that the heathen poets made such noise about; or rather those that the Jews were so curious in): some lawful and useful enquiries might be made into these things, to see the fulfilling of the scriptures in some cases, and especially in the descent of Christ the Messiah; but all that served to pomp only, and to feed vanity, in boasting of a long pedigree, and much more such as the Jewish teachers were ready to busy themselves in and trouble their hearers with, even since Christ had come, and that distinction of families and tribes had been taken away, as if they would build again that policy which now is abolished, these Titus must withstand as foolish and vain. - And contentious, and strivings about the law. There were those who were for the Mosaic rites and ceremonies, and would have them continued in the church, though by the gospel and the coming of Christ they were superseded and done away. Titus must give no countenance to these, but avoid and oppose them; for they are unprofitable and vain: ... They are so far from instructing and building up in godliness, that they are hindrances of it rather: the Christian religion, and good works, which are to be maintained, will hereby be weakened and prejudiced, the peace of the church disturbed, and the progress of the gospel hindered. Observe, Ministers must not only teach things good and useful, but shun and oppose the contrary, what would corrupt the faith, and hinder godliness and good works; nor should people have itching ears, but love and embrace sound doctrine, which tends most to the use of edifying” [= Dan silsilah (dari dewa-dewa, kata sebagian orang, yang diributkan oleh penyair-penyair kafir; atau lebih tepat hal-hal itu yang sangat ingin diketahui oleh orang-orang Yahudi): beberapa penyelidikan yang sah dan berguna tentang bisa dibuat dalam hal-hal ini, untuk melihat penggenapan dari Kitab Suci dalam beberapa kasus, dan khususnya dalam keturunan dari Kristus sang Mesias; tetapi semua yang hanya bermanfaat hanya untuk kemegahan, dan untuk memberi makan kesia-siaan, dalam membanggakan silsilah / asal usul yang panjang, dan lebih lagi seperti yang dalam mana guru-guru Yahudi siap untuk menyibukkan diri mereka sendiri dan dengan apa mereka menyusahkan pendengar-pendengar mereka, setelah Kristus datang, dan pembedaan keluarga-keluarga dan suku-suku telah disingkirkan, seakan-akan mereka mau membangun kembali perjanjian tertulis yang sekarang telah dihapuskan, Titus harus menentang hal-hal ini sebagai tolol dan sia-sia. - Dan suka berdebat, dan bertengkar tentang hukum Taurat. Ada orang-orang yang pro pada upacara-upacara dari hukum Musa, dan menginginkan hal-hal itu dilanjutkan dalam gereja, sekalipun oleh injil dan kedatangan Kristus hal-hal itu telah digantikan dan disingkirkan. Titus tidak boleh memberi persetujuan pada hal-hal ini, tetapi harus menghindari dan menentangnya; karena hal-hal itu tak berguna dan sia-sia: ... Hal-hal itu begitu jauh dari mengajar dan membangun dalam kesalehan, malahan hal-hal itu lebih merupakan halangan-halangan: agama Kristen, pekerjaan-pekerjaan / perbuatan-perbuatan baik, yang harus dipelihara / ditegakkan akan dilemahkan dan dirugikan oleh hal-hal ini, dan damai dalam gereja akan terganggu, dan kemajuan injil dihalangi. Perhatikan, Pendeta-pendeta bukan hanya harus mengajar hal-hal yang baik dan berguna, tetapi juga menolak dan menentang hal-hal yang sebaliknya, yang merusak iman, dan menghalangi kesalehan dan perbuatan baik; dan orang-orang tidak boleh mempunyai telinga yang gatal, tetapi harus mengasihi dan memeluk / memegang doktrin / ajaran yang sehat, yang paling membimbing pada kegunaan pendidikan].
Saya tak setuju dengan penafsiran Matthew Henry di atas tentang kata-kata ‘mengenai hukum Taurat’, karena saya berpendapat, kalau itu yang dimaksudkan, itu adalah sesuatu yang penting dan boleh / harus diperdebatkan, bukannya dihindari. Saya lebih setuju dengan penafsiran Jamieson, Fausset & Brown di bawah ini.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Titus 3:9): “Strivings about the law - about ‘commandments of men,’ which they sought to confirm by ‘the law’ (Titus 1:14: note, 1 Tim 1:7); and about the mystical meaning of the various parts of the law in connection with the ‘genealogies.’” [= Bertengkar tentang hukum Taurat - tentang ‘perintah-perintah / hukum-hukum dari manusia’, yang mereka usahakan untuk teguhkan oleh ‘hukum Taurat’ (Tit 1:14: catatan, 1Timotius 1:7); dan tentang arti mistik dari bagian-bagian yang bermacam-macam dari hukum Taurat dalam hubungannya dengan ‘silsilah’].
Titus 1:14 - “dan tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang berpaling dari kebenaran”.
c. 2Timotius 2:23 - “Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran”.
Kata ‘bodoh’ oleh KJV diterjemahkan ‘unlearned’ (= tak terpelajar), dan tentang kata ini perhatikan komentar Albert Barnes di bawah ini.
Barnes’ Notes (tentang 2Timotius 2:23): “The word ‘unlearned,’ here, means ‘trifling; that which does not tend to edification; stupid.’ The Greeks and the Hebrews were greatly given to controversies of various kinds, and many of the questions discussed pertained to points which could not be settled, or which, IF settled, were of no importance” (= Kata ‘tak terpelajar’ di sini berarti ‘remeh; hal yang tidak mempunyai kecenderungan pada pendidikan; bodoh’. Orang-orang Yunani dan Ibrani sangat banyak melakukan kontroversi tentang bermacam-macam jenis, dan banyak dari pertanyaan-pertanyaan yang didiskusikan berhubungan dengan hal-hal yang tidak bisa dibereskan / diselesaikan, atau yang JIKA bisa dibereskan / diselesaikan, adalah hal-hal yang tidak penting).
5) “yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran”.
Ini merupakan hal-hal buruk yang bisa muncul pada saat terjadi perdebatan
a) ‘dengki’.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘envy’ (= iri hati).
Memang kalau ada perdebatan dan ini memang dilakukan untuk ‘pinter-pinteran’, pameran dsb, maka pada saat ada satu pihak yang menang, maka pihak satunya bisa sekali menjadi iri hati pada ‘kepandaian’ lawannya.
b) ‘cidera’. Ini salah terjemahan.
KJV/NIV/NASB: ‘strife’ (= percekcokan / perselisihan).
RSV: ‘dissension’ (= pertikaian / perselisihan).
c) ‘fitnah’.
KJV: ‘railings’ (= kata-kata celaan / pahit).
RSV: ‘slander’ (= fitnah).
NIV: ‘malicious talk’ (= pembicaraan yang jahat).
NASB: ‘abusive language’ (= bahasa / kata-kata yang kasar).
d) ‘curiga’.
KJV: ‘evil surmisings’ (= dugaan jahat).
RSV: ‘base suspicions’ (= kecurigaan yang hina / jelek).
NIV/NASB: ‘evil suspicions’ (= kecurigaan yang jahat).
Barnes’ Notes: “Suspicions that they are led to hold their views, not by the love of the truth, but from sordid or worldly motives. Such suspicions are very apt to attend an angry debate of any kind” (= Kecurigaan bahwa mereka dibimbing untuk mempertahankan pandangan mereka, bukan oleh kasih pada kebenaran, tetapi dari motivasi yang kotor atau duniawi. Kecurigaan seperti itu sangat condong menyertai suatu debat yang marah dari jenis apapun).
e) ‘percekcokan’.
KJV: ‘perverse disputings’ (= percekcokan yang jahat).
RSV: ‘wrangling’ (= percekcokan).
NIV/NASB: ‘a constant friction’ (= suatu gesekan / perselisihan yang terus menerus).
Tak usah diragukan bahwa perdebatan tentang hal-hal yang benarpun bisa menimbulkan hal-hal di atas ini. Tetapi menurut saya, kalau berurusan dengan hal-hal yang penting, maka resiko itu harus tetap diambil.
Bdk. Yakobus 3:17 - “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik”.
Thomas Manton: “If the chiefest care must be for purity, then peace may be broken in truth’s quarrel. It is a zealous speech of Luther that rather heaven and earth should be blended together in confusion than one jot of truth perish” (= Jika perhatian yang paling utama adalah untuk kemurnian, maka damai boleh dihancurkan dalam pertengkaran kebenaran. Merupakan suatu ucapan yang bersemangat dari Luther bahwa lebih baik langit dan bumi bercampur aduk menjadi satu dari pada satu titik kebenaran binasa).
Calvin (tentang Efesus 5:11): “But rather than the truth of God shall not remain unshaken, let a hundred worlds perish” (= Dari pada kebenaran Allah tergoncangkan, lebih baik seratus dunia binasa).
6) “yang mengira ibadah (kesalehan) itu adalah suatu sumber keuntungan”.
KJV: ‘supposing that gain is godliness’ (= menganggap bahwa keuntungan adalah kesalehan).
RSV: ‘imagining that godliness is a means of gain’ (= membayangkan / mengkhayalkan bahwa kesalehan adalah suatu cara / jalan dari keuntungan).
NIV: ‘who think that godliness is a means to financial gain’ (= yang berpikir bahwa kesalehan adalah suatu cara / jalan kepada keuntungan keuangan).
NASB: ‘who suppose that godliness is a means of gain’ (= yang menganggap bahwa kesalehan adalah suatu cara / jalan dari keuntungan).
Calvin: “They do wrong and wickedly, who make merchandise of the doctrine of Christ” (= Mereka berbuat salah dan jahat, yang membuat ajaran Kristus sebagai barang dagangan).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “These false teachers supposed ‘that godliness is a way of financial gain’ (literal translation). ‘Godliness’ here (1 Timotius 6:5) means ‘the profession of Christian faith’ and not true holy living in the power of the Spirit. They used their religious profession as a means to make money. What they did was not a true ministry; it was just a religious business. Paul was always careful not to use His calling and ministry as a means of making money. In fact, he even refused support from the Corinthian church so that no one could accuse him of greed (1 Cor 9:15-19). He never used his preaching as ‘a cloak of covetousness’ (1 Thess 2:5). What a tragedy it is today to see the religious racketeers who prey on gullible people, promising them help while taking away their money” [= Guru-guru palsu ini menganggap ‘bahwa kesalehan adalah suatu jalan dari keuntungan keuangan’ (terjemahan hurufiah). ‘Kesalehan’ di sini (1Timotius 6:5) berarti ‘pengakuan iman Kristen’ dan bukan betul-betul kehidupan kudus dalam kuasa Roh. Mereka menggunakan pengakuan agama sebagai suatu cara / jalan untuk mendapatkan uang. Apa yang mereka lakukan bukanlah suatu pelayanan yang benar; itu hanya suatu bisnis religius. Paulus selalu berhati-hati untuk tidak menggunakan panggilan dan pelayanannya sebagai suatu cara / jalan untuk mendapatkan uang. Dalam faktanya, ia bahkan menolak sokongan dari gereja Korintus sehingga tak seorangpun bisa menuduhnya sebagai tamak (1Kor 9:15-19). Ia tidak pernah menggunakan khotbahnya sebagai ‘selubung dari ketamakan’ (1Tes 2:5). Jaman ini betul-betul merupakan suatu tragedi untuk melihat penipu-penipu religius yang memangsa orang-orang yang mudah tertipu, menjanjikan mereka pertolongan sambil mengambil uang mereka].
1Tesalonika 2:5 - “Karena kami tidak pernah bermulut manis - hal itu kamu ketahui - dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi - Allah adalah saksi-”.
KJV: ‘a cloke of covetousness’ (= suatu selubung dari ketamakan).
Bdk. Titus 1:11 - “Orang-orang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan”.
7) Dalam KJV ada tambahan pada akhir 1 Timotius 6:5.
Bagian akhir 1 Timotius 6:5 (KJV): ‘from such withdraw thyself’ (= dari orang-orang seperti itu tariklah dirimu sendiri). Hanya KJV yang punya kata-kata itu.
Kata-kata seperti ini ada dalam 2Tim 3:5, dan juga ada dalam 2Yoh 10-11. Bandingkan juga dengan 1Korintus 5:11.
2Timotius 3:5 - “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!”.
2Yohanes 10-11 - “(10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. (11) Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.
1Kor 5:11 - “Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama”.
Adam Clarke: “‘From such withdraw thyself.’ Have no religious fellowship with such people. But this clause is wanting in AD*FG, some others, the Coptic, Sahidic, AEthiopic, Vulgate, and Itala, one copy excepted. It is probably spurious” (= ‘Dari orang-orang seperti itu tariklah dirimu sendiri’. Jangan mempunyai persekutuan agama dengan orang-orang seperti itu. Tetapi anak kalimat ini tidak ada dalam AD*FG, beberapa yang lain, Coptic, Sahidic, AEthiopic, Vulgate, dan Itala, kecuali satu naskah. Mungkin anak kalimat ini palsu).
Jamieson, Fausset & Brown: “From such withdraw thyself. Omitted in ‘Aleph (a) A Delta G f g, Vulgate. The connection with 1 Timotius 6:6 favours the omission; these words interrupt the connection” (= Dari orang-orang seperti itu tariklah dirimu sendiri. Dihapuskan / tidak ada dalam ‘Aleph (a) A Delta G f g, Vulgate. Hubungan dengan 1Timotius 6:6 mendukung penghapusan; kata-kata ini menyela / mengganggu hubungannya).
-o0o-