EKSPOSISI 2 TIMOTIUS 1:1-18
Pdt.Budi Asali, M.Div.
EKSPOSISI 2 TIMOTIUS 1:1-18 .2 Timotius 1:1-18 - “(1) Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus, (2) kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau. (3) Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam. (4) Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku. (5) Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu. (6) Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. (7) Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. (8) Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan Allah. (9) Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman (10) dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa. (11) Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru. (12) Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan. (13) Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus. (14) Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakanNya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita. (15) Engkau tahu bahwa semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling dari padaku; termasuk Figelus dan Hermogenes. (16) Tuhan kiranya mengaruniakan rahmatNya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara. (17) Ketika di Roma, ia berusaha mencari aku dan sudah juga menemui aku. (18) Kiranya Tuhan menunjukkan rahmatNya kepadanya pada hariNya. Betapa banyaknya pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahuinya dari padaku.”.
2 Timotius 1:1-2: “(1) Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus, (2) kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.”.
1) “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus”.
Calvin mengatakan bahwa sekalipun dalam 2 Timotius 1:2 kelihatannya surat ini ditujukan kepada Timotius, tetapi dari fakta bahwa dalam ay 1nya Paulus menyatakan dirinya sebagai rasul Yesus Kristus, maka tidak mungkin bahwa surat ini benar-benar ditujukan hanya kepada Timotius, karena untuk apa ia menekankan kerasulannya kepada orang yang sudah mengetahuinya dan mempercayainya?
Illustrasi: kalau saya sms kepada saudara yang sudah tahu saya, dan saya gunakan HP yang tidak saudara kenal nomernya, saya tak perlu sebutkan jabatan ‘pendeta’! Cukup ‘dari Budi Asali’. Tetapi bagi orang yang tidak kenal saya, mungkin saya akan sebutkan jabatan ‘pendeta’ itu.
2) “rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah”.
Kata-kata ‘oleh kehendak Allah’ merupakan sesuatu yang penting. Semua orang harus melayani, dan hanya boleh melayani, ‘oleh kehendak Allah’ atau sesuai dengan kehendak Allah!
Barnes’ Notes: “‘By the will of God.’ Called to be an apostle in accordance with the divine will and purpose; see the notes at Gal 1:1.” (= ‘Oleh kehendak Allah’. Dipanggil menjadi rasul sesuai dengan kehendak dan rencana ilahi; lihat catatan di Gal 1:1).
Galatia 1:1 - “Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati,”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Life shaped by the will of God: - In 1798 a child was born at Rome, N.Y. His father was a mechanic. At school he showed good talents, and his father at length consented that he might attempt to get a liberal education. His heart was set on the law, but God made him a minister, turned his thoughts towards the Holy Scriptures as a field of study, and before he died (at the age of seventy-two years) a million volumes, of which he was the author, had been sold. This is a very brief sketch of the Rev. Albert Barnes. Now, did he do all these things of his own power and wisdom? Not at all. Hear his modest and truthful statement on the subject: ‘I have carried out none of the purposes of any early years. I have failed in those things which I had designed, and which I hoped to accomplish. I have done what I never purposed or expected to do. I have known what it was to weep at discouragements. I have been led along contrary to my early anticipations. I can now see, I think, that while I have been conscious of entire freedom in all that I have done, yet that my whole life has been under the absolute control of a Higher Power, and that there has been a will and a plan in regard to my life which was not my own. Even my most voluntary acts, I can see, have been subservient to that higher plan, and what I have done has been done as if I had no agency in the matter.’” [= Kehidupan yang dibentuk oleh kehendak Allah: - Dalam tahun 1798 seorang anak dilahirkan di Rome, N. Y. Ayahnya adalah seorang mekanik. Di sekolah ia menunjukkan talenta-talenta yang bagus, dan ayahnya akhirnya menyetujui bahwa ia boleh mencoba untuk mendapatkan suatu pendidikan bebas. Hatinya ditetapkan pada hukum, tetapi Allah membuatnya seorang pendeta, membengkokkan pikirannya kepada Kitab Suci Kudus sebagai suatu bidang study, dan sebelum ia mati (pada usia 72 tahun) satu juta volume / buku, yang mana ia adalah pengarangnya, telah terjual. Ini adalah uraian yang sangat ringkas tentang Pdt. Albert Barnes. Sekarang, apakah ia melakukan semua hal-hal ini oleh kuasa dan hikmatnya sendiri? Sama sekali tidak. Dengarlah pernyataan yang rendah hati dan benar tentang pokok ini: ‘Saya tidak melaksanakan apapun dari tujuan-tujuan / rencana-rencana dari tahun-tahun awal. Saya telah gagal dalam hal-hal yang saya telah rancangkan, dan yang saya berharap untuk selesaikan. Saya telah melakukan apa yang saya tidak pernah rancangkan atau harapkan untuk lakukan. Saya telah mengetahui apa itu menangis karena kekecewaan. Saya telah terus dibimbing bertentangan dengan antisipasi mula-mula saya. Sekarang saya kira saya bisa melihat, bahwa sementara saya menyadari tentang kebebasan sepenuhnya dalam semua yang telah saya lakukan, tetapi bahwa seluruh kehidupan saya ada di bawah kontrol yang mutlak dari suatu Kuasa Yang Lebih Tinggi, dan bahwa disana ada suatu kehendak dan suatu rencana berkenaan dengan hidup saya yang bukan kehendak dan rencana saya. Bahkan tindakan-tindakan saya yang paling bebas / sukarela, saya bisa melihat, telah ditundukkan pada rencana yang lebih tinggi itu, dan apa yang telah saya lakukan telah dilakukan seakan-akan saya tidak mempunyai kuasa / urusan dalam hal itu’.].
3) “untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus”.
Ini salah terjemahan; bandingkan dengan terjemahan-terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV/RSV: ‘according to the promise of life which is in Christ Jesus’ (= sesuai dengan janji tentang kehidupan yang ada dalam Kristus Yesus). NIV/NASB ≈ KJV/RSV.
Calvin: “‘According to the promise of life.’ That his calling may be the more certain, he connects it with the promises of eternal life; as if he had said, ‘As from the beginning God promised eternal life in Christ, so now he has appointed me to be the minister for proclaiming that promise.’ Thus also he points out the design of his apostleship, namely, to bring men to Christ, that in him they may find life” (= ‘Sesuai dengan jani tentang kehidupan’. Supaya panggilannya bisa lebih pasti, ia menghubungkannya dengan janji-janji tentang hidup yang kekal; seakan-akan ia berkata, ‘Sebagaimana dari semula Allah menjanjikan hidup yang kekal dalam Kristus, begitu juga Ia telah menetapkan aku sebagai pelayan untuk memproklamirkan janji itu’. Maka ia juga menunjukkan rancangan dari kerasulannya, yaitu, membawa manusia kepada Kristus, supaya dalam Dia mereka bisa menemukan kehidupan).
Matthew Henry: “‘According to the promise of life which is in Christ Jesus,’ or according to the gospel. The gospel is the promise of life in Christ Jesus; life is the end, and Christ the way, John 14:6” (= ‘Sesuai dengan janji dari kehidupan yang ada di dalam Kristus Yesus’, atau sesuai dengan injil. Injil adalah janji dari kehidupan dalam Kristus Yesus; kehidupan adalah tujuannya, dan Kristus adalah jalannya, Yohanes 14:6).
Barnes’ Notes: “‘According to the promise of life which is in Christ Jesus.’ In accordance with the great promise of eternal life through the Saviour; that is, he was called to be an apostle to carry out the great purpose of human salvation; compare Eph 3:6. God has made a promise of life to mankind through faith in the Lord Jesus, and it was with reference to this that he was called to the apostleship.” (= ‘Sesuai dengan janji tentang kehidupan yang ada di dalam Kristus Yesus’. Sesuai dengan janji yang besar / agung tentang hidup yang kekal melalui sang Juruselamat; yaitu, ia dipanggil menjadi seorang rasul untuk melaksanakan tujuan / rencana besar / agung tentang keselamatan manusia; bandingkan dengan Efesus 3:6. Allah telah membuat suatu janji tentang kehidupan kepada umat manusia melalui iman kepada Tuhan Yesus, dan berhubungan dengan hal inilah maka ia dipanggil kepada kerasulan).
4) “kepada Timotius, anakku yang kekasih”.
Calvin: “‘My beloved son.’ By this designation he not only testifies his love of Timothy, but procures respect and submission to him; because he wishes to be acknowledged in him, as one who may justly be called his son. The reason of the appellation is, that he had begotten him in Christ; for, although this honor belongs to God alone, yet it is also transferred to ministers, whose agency he employs for regenerating us” (= ‘Anakku yang kekasih’. Dengan penunjukkan ini ia bukan hanya menyaksikan kasihnya kepada Timotius, tetapi menyebabkan hormat dan ketundukan kepada dia; karena ia ingin untuk diakui di dalam dia, sebagai seseorang yang secara benar bisa disebut anaknya. Alasan dari sebutan ini adalah, bahwa ia telah memperanakkan dia dalam Kristus; karena sekalipun kehormatan ini hanya merupakan milik Allah sendiri, tetapi itu juga dipindahkan kepada pelayan-pelayan / pendeta-pendeta, yang Ia gunakan sebagai cara / jalan untuk melahir-barukan kita).
Catatan: di sini Calvin pasti memaksudkan kelahiran baru dalam arti yang luas.
5) “kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘Grace, mercy, and peace’ (= Kasih karunia, belas kasihan, dan damai).
Calvin: “he appears to have inverted the order; for, since ‘mercy’ is the cause of ‘grace,’ it ought to have come before it in this passage. But still it is not unsuitable that it should be put after ‘grace’, in order to express more clearly what is the nature of that grace, and whence it proceeds; as if he had added, in the form of a declaration, that the reason why we are loved by God is, that he is merciful. Yet this may also be explained as relating to God’s daily benefits, which are so many testimonies of his ‘mercy’; for, whenever he assists us, whenever he delivers us from evils, pardons our sins, and bears with our weakness, he does so, because he has compassion on us” (= ia kelihatannya telah membalik urut-urutan; karena, karena ‘belas kasihan’ adalah penyebab dari ‘kasih karunia’, itu seharusnya datang sebelumnya dalam text ini. Tetapi tetap bukannya tidak tepat bahwa itu diletakkan setelah ‘kasih karunia’, untuk menyatakan dengan lebih jelas apa sifat dasar dari kasih karunia itu, dan dari mana itu keluar; seakan-akan ia telah menambahkan, dalam bentuk suatu pernyataan, bahwa alasan mengapa kita dikasihi oleh Allah adalah bahwa Ia penuh dengan belas kasihan. Tetapi ini bisa juga dijelaskan sebagai berhubungan dengan manfaat-manfaat dari Allah sehari-hari, yang begitu banyak kesaksian kesaksian tentang ‘belas kasihan’Nya; karena, kapanpun Ia membantu kita, kapanpun Ia membebaskan kita dari bencana-bencana, mengampuni dosa-dosa kita, dan sabar terhadap kelemahan kita, Ia melakukan itu karena Ia mempunyai belas kasihan terhadap kita).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “It is worth noting that Paul added ‘mercy’ to his greetings when he wrote to the pastors - 1 Timotius 1:2; 2 Timotius 1:2; Titus 1:4. Paul knew that pastors need mercy!” (= Merupakan sesuatu yang layak diperhatikan bahwa Paulus menambahkan ‘belas kasihan’ pada salam-salamnya pada waktu ia menulis kepada pendeta-pendeta - 1Tim 1:2; 2Tim 1:2; Titus 1:4. Paulus tahu bahwa pendeta-pendeta membutuhkan belas kasihan!).
1Timotius 1:2 - “kepada Timotius, anakku yang sah di dalam iman: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.”.
2Timotius 1:2 - “kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.”.
Titus 1:4 - “Kepada Titus, anakku yang sah menurut iman kita bersama: kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Juruselamat kita, menyertai engkau.”.
Catatan: dalam 1Timotius 1:2 dan 2Timotius 1:2 kata ‘rahmat’ diterjemahkan ‘mercy’ (= belas kasihan) dalam KJV/RSV/NIV/NASB. Sedangkan dalam Tit 1:4, RSV/NIV/NASB hanya mempunyai ‘grace and peace’ (= kasih karunia dan damai) saja, tetapi KJV menambahkan kata ‘mercy’ (= belas kasihan).
2 Timotius 1:3: “Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam.”.
1) Terjemahan.
Terjemahan Kitab Suci Indonesia membuat 2 Timotius 1:3 menjadi 2 kalimat, sehingga artinya menjadi berbeda. Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:
KJV: ‘I thank God, whom I serve from my forefathers with pure conscience, that without ceasing I have remembrance of thee in my prayers night and day;’ (= Aku bersyukur kepada Allah, yang aku layani dari nenek moyangku dengan hati nurani yang murni, sehingga tanpa henti-hentinya aku mengingat engkau dalam doa-doaku malam dan siang / pagi).
RSV: ‘I thank God whom I serve with a clear conscience, as did my fathers, when I remember you constantly in my prayers.’ (= Aku bersyukur kepada Allah yang aku layani dengan hati nurani yang bersih, seperti yang dilakukan nenek moyangku, pada waktu aku mengingat engkau terus menerus dalam doa-doaku).
NIV: ‘I thank God, whom I serve, as my forefathers did, with a clear conscience, as night and day I constantly remember you in my prayers.’ (= Aku bersyukur kepada Allah, yang aku layani, seperti yang dilakukan nenek moyangku, dengan hati nurani yang bersih, ketika malam dan siang / pagi aku terus menerus mengingat engkau dalam doa-doaku).
NASB: ‘I thank God, whom I serve with a clear conscience the way my forefathers did, as I constantly remember you in my prayers night and day,’ (= Aku bersyukur kepada Allah, yang aku layani dengan hati nurani yang bersih dengan jalan yang nenek moyangku lakukan, ketika aku terus menerus mengingat engkau dalam doa-doaku malam dan siang / pagi).
2) “Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni”.
Calvin: “‘a pure conscience’ is no ordinary commendation, and cannot be separated from the sincere and hearty fear of God” (= ‘hati nurani yang murni’ bukanlah suatu pujian / penghargaan yang biasa, dan tidak bisa dipisahkan dari rasa takut yang tulus dan sungguh-sungguh kepada Allah).
Kis 24:16 - “Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Deceitful service: - The observation of Augustine is founded on too much truth: ‘There is often a vast difference between the face of the work and the heart of The workman.’” (= Pelayanan yang menipu: - Pengamatan Agustinus didasarkan pada terlalu / sangat banyak kebenaran: ‘Disana sering ada suatu perbedaan yang sangat banyak antara wajah / rupa dari pekerjaan dan hati dari si pekerja’.).
3) “seperti yang dilakukan nenek moyangku.”.
William Hendriksen: “Literally Paul writes, ‘whom I from my forefathers serve.’ He means, ‘whom I serve with a faith derived from my forefathers,’ that is, with a faith which had its roots in their religion, and is therefore similar to theirs. Hence, the translation, ‘whom I, like my forefathers, serve,’ is justified.” (= Secara hurufiah Paulus menulis, ‘yang aku dari nenek moyangku layani’. Ia memaksudkan ‘yang aku layani dengan suatu iman yang didapatkan dari nenek moyangku’, yaitu, dengan suatu iman yang mempunyai akarnya dalam agama mereka, dan karena itu serupa dengan iman mereka. Jadi, terjemahan ‘yang aku, seperti nenek moyangku, layani’, dibenarkan).
William Hendriksen: “What Paul stresses, therefore, is that he has not introduced a new religion. Essentially what he now believes is what Abraham, Isaac, Jacob, Moses, Isaiah, and all the pious ancestors also believed. There is continuity between the old and the new dispensation. The forefathers believed in the resurrection; so does Paul. They looked forward to the coming Messiah; Paul proclaims the same Messiah, who had actually made his appearance.” (= Karena itu, apa yang Paulus tekankan, adalah bahwa ia tidak memperkenalkan suatu agama yang baru. Secara hakiki apa yang ia percayai sekarang adalah apa yang Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Yesaya, dan semua nenek moyang yang saleh juga percayai. Di sana ada suatu kontinuitas antara masa / jaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Nenek moyang percaya pada kebangkitan; demikian juga Paulus. Mereka menantikan kedatangan sang Mesias; Paulus memproklamirkan Mesias yang sama, yang sudah sungguh-sungguh membuat pemunculanNya).
Calvin: “‘Whom I worship from my ancestors.’ This declaration he made in opposition to those well-known calumnies with which the Jews everywhere loaded him, as if he had forsaken the religion of his country, and apostatized from the law of Moses. On the contrary, he declares that he worships God, concerning whom he had been taught by his ancestors, that is, the God of Abraham, who revealed himself to the Jews, who delivered his law by the hand of Moses; and not some pretended God, whom he had lately made for himself.” (= ‘Yang aku sembah dari nenek moyangku’. Pernyataan ini ia buat bertentangan dengan fitnahan-fitnahan yang terkenal itu, dengan mana orang-orang Yahudi membebaninya dimana-mana, seakan-akan ia telah meninggalkan agama dari negaranya, dan murtad dari hukum Taurat Musa. Sebaliknya, ia menyatakan bahwa ia menyembah Allah, berkenaan dengan siapa ia telah diajar oleh nenek moyangnya, yaitu Allah dari Abraham, yang menyatakan diriNya sendiri kepada orang-orang Yahudi, yang memberikan hukum Taurat oleh tangan Musa; dan bukan suatu Allah palsu, yang baru belakangan ia buat bagi dirinya sendiri).
Calvin: “he removes that false opinion, with which he knew that he was unjustly loaded, that he had forsaken the God of Israel, and framed for himself a strange god” (= ia membersihkan pandangan yang salah, dengan mana ia tahu bahwa ia secara tak adil dibebani, bahwa ia telah meninggalkan Allah Israel, dan membentuk untuk dirinya sendiri suatu allah asing).
Barnes’ Notes: “His was not, therefore, a different religion from theirs; it was the same religion carried out and perfected. The religion of the Old Testament and the New is essentially the same; see the notes at Acts 23:6.” (= Karena itu, agamanya bukanlah agama yang berbeda dari agama mereka; itu adalah agama yang sama yang dilaksanakan dan disempurnakan. Agama dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru secara hakiki adalah sama; lihat catatan pada Kisah 23:6.).
Bible Knowledge Commentary: “The apostle viewed his own faith in Christ, not as a break with his Jewish forefathers, but in continuity with their faith.” (= Sang rasul memandang imannya sendiri dalam Kristus, bukan sebagai suatu perubahan / pemutusan dengan nenek moyang Yahudinya, tetapi dalam suatu kontinuitas dari iman mereka.).
4) “Aku mengucap syukur kepada Allah, ... ketika aku terus menerus / selalu aku mengingat engkau dalam doa-doaku, malam dan siang.”.
Catatan:
· ini dari terjemahan bahasa Inggris.
· jangan merasa aneh dengan kata-kata ‘malam dan siang / pagi’. Orang-orang Yahudi mempunyai pergantian hari pada pk 18.00, dan karena itu malam didahulukan dari pagi / siang. Musa juga menulis ‘jadilah petang, jadilah pagi’ berulang-ulang (Kej 1).
Calvin: “‘In my prayers night and day.’ Hence we see how great was his constancy in prayer; ... We ought, therefore, to be moved and inflamed by such examples to imitate them, ... If any one understand this to mean the daily and nightly prayers which Paul was wont to offer at stated hours, there will be no impropriety in that view; though I give a more simple interpretation, that there was no time when he was not employed in prayer” (= ‘Dalam doa-doaku malam dan siang’. Maka kita melihat betapa besar kekonstanannya dalam doa; ... Karena itu, kita seharusnya, digerakkan dan dikobarkan oleh contoh-contoh / teladan-teladan seperti itu untuk menirunya. ... Jika siapapun mengerti / menafsirkan ini sebagai berarti doa-doa setiap siang dan malam yang Paulus biasa naikkan pada jam-jam yang ditetapkan, tidak ada ketidak-patutan dalam pandangan itu; sekalipun saya memberikan suatu penafsiran yang lebih sederhana, bahwa disana tidak ada saat dimana ia tidak sibuk berdoa).
Matthew Henry: “he thanks God that he remembered Timothy in his prayers. Observe, Whatever good we do, and whatever good office we perform for our friends, God must have the glory of it, and we must give him thanks. It is he who puts it into our hearts to remember such and such in our prayers” (= ia bersyukur kepada Allah bahwa ia mengingat Timotius dalam doa-doanya. Perhatikan, Apapun yang baik yang kita lakukan, dan apapun tugas baik yang kita lakukan untuk sahabat-sahabat kita, Allah harus mendapatkan kemuliaan di dalamnya, dan kita harus bersyukur kepadaNya. Adalah Dia yang memasukkan ke dalam hati kita untuk mengingat orang ini atau orang itu dalam doa-doa kita).
Matthew Henry: “In our prayers we are to remember without ceasing our friends, especially the faithful ministers of Christ” (= Dalam doa-doa kita kita harus mengingat tanpa henti-hentinya sahabat-sahabat kita, khususnya pelayan-pelayan / pendeta-pendeta yang setia dari Kristus).
2 Timotius 1:4: “Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku.”.
Bible Knowledge Commentary: “Paul remembered Timothy’s tears on their last parting, possibly at Paul’s second Roman arrest. In this letter he would ask Timothy to join him in Rome (cf. 4:9,21). Paul had longed for Timothy’s companionship which was such a joy to him. Even the great apostle at times became lonely, discouraged, and in need of support from fellow Christians.” [= Paulus mengingat air mata Timotius pada perpisahan terakhir mereka, mungkin pada waktu penangkapan Romawi yang kedua terhadap Paulus. Dalam surat ini ia meminta Timotius untuk bergabung dengannya di Roma (bdk. 4:9,21). Paulus merindukan penyertaan Timotius, yang merupakan suatu sukacita baginya. Bahkan rasul yang besar / agung itu kadang-kadang menjadi / merasa kesepian, kecil hati, dan membutuhkan dukungan dari sesama orang-orang Kristen].
2 Timotius 1:5: “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.”.
1) “Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas,”.
KJV/ASV: ‘unfeigned’ (= tidak dibuat-buat / tidak pura-pura).
RSV/NIV/NASB: ‘sincere’ (= tulus).
NKJV: ‘genuine’ (= asli).
Kalau ada iman yang tulus, mestinya juga ada iman yang pura-pura!
Bible Knowledge Commentary: “So many, it seems, had opposed or deserted Paul (cf. 1:15; 2:17; 3:1-9,13; 4:3-4,10-21) that Timothy’s ‘sincere’ (ANYPOKRITOU, ‘unhypocritical’; cf. 1 Tim 1:5) faith stood out in bold relief.” [= Begitu banyak orang, kelihatannya, telah menentang atau meninggalkan Paulus (bdk. 1:15; 2:17; 3:1-9,13; 4:3-4,10-21) sehingga iman Timotius yang ‘tulus’ (ANYPOKRITOU, ‘tidak munafik’; bdk. 1Timotius 1:5) menonjol dalam pertolongan yang berani].
1Tim 1:5 - “Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas.”.
2Timotius 1:15 - “Engkau tahu bahwa semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling dari padaku; termasuk Figelus dan Hermogenes.”.
2Timotius 2:17 - “Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus,”.
2Timotius 3:1-9,13 - “(1) Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. (2) Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, (3) tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, (4) suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. (5) Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu! (6) Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang menyelundup ke rumah orang lain dan menjerat perempuan-perempuan lemah yang sarat dengan dosa dan dikuasai oleh berbagai-bagai nafsu, (7) yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran. (8) Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji. (9) Tetapi sudah pasti mereka tidak akan lebih maju, karena seperti dalam hal Yanes dan Yambres, kebodohan merekapun akan nyata bagi semua orang. ... (13) sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan.”.
2Timotius 4:3-4,10-21 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. ... (10) karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia. (11) Hanya Lukas yang tinggal dengan aku. Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku. (12) Tikhikus telah kukirim ke Efesus. (13) Jika engkau ke mari bawa juga jubah yang kutinggalkan di Troas di rumah Karpus dan juga kitab-kitabku, terutama perkamen itu. (14) Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat kejahatan terhadap aku. Tuhan akan membalasnya menurut perbuatannya. (15) Hendaklah engkau juga waspada terhadap dia, karena dia sangat menentang ajaran kita. (16) Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorangpun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku - kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka -, (17) tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa. (18) Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam KerajaanNya di sorga. BagiNyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin. (19) Salam kepada Priska dan Akwila dan kepada keluarga Onesiforus. (20) Erastus tinggal di Korintus dan Trofimus kutinggalkan dalam keadaan sakit di Miletus. (21) Berusahalah ke mari sebelum musim dingin. Salam dari Ebulus dan Pudes dan Linus dan Klaudia dan dari semua saudara.”.
2) “yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.”.
Catatan: kata ‘hidup’ / ‘tinggal’ yang kedua sebetulnya tidak ada.
KJV: ‘which dwelt first in thy grandmother Lois, and thy mother Eunice; and I am persuaded that in thee also’ (= yang pertama-tama tinggal dalam nenekmu Lois, dan ibumu Eunike; dan aku yakin bahwa dalam dirimu juga).
a) ‘hidup’.
NIV: ‘lived’ (= hidup).
KJV/RSV/NASB/Lit: ‘dwelt’ (= tinggal / diam).
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Dwelt,’ (ENOOKEESEN) - ‘made its dwelling’ (John 14:23). The past tense implies they were now dead.” [= ‘Tinggal / diam’, (ENOOKEESEN) - ‘membuat tempat tinggalnya’ (Yoh 14:23). Past tense-nya secara implicit menunjukkan bahwa sekarang mereka sudah mati].
Catatan: Yohanes 14:23 - “Jawab Yesus: ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.”.
Saya tidak mengerti mengapa ia menggunakan Yoh 14:23 sebagai referensi, karena kata Yunani yang digunakan dalam ayat ini berbeda dengan yang digunakan dalam 2 Timotius 1:5.
b) “iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike”.
1. Iman yang bagaimana yang ada dalam diri Lois dan Eunike?
Calvin mengatakan bahwa tidak ada kepastian apakah iman mereka adalah iman Yahudi (tetapi yang benar), atau iman Kristen. Calvin lebih condong pada yang pertama. Ia berkata sekalipun Yudaisme pada saat itu sudah sangat rusak / sesat, tetapi Allah tetap selalu mempunyai umatNya, yang Ia tidak ijinkan untuk ikut menjadi rusak bersama dengan orang banyak. Jadi, ada kemungkinan bahwa Lois dan Eunike hidup dan mati dengan iman kepada sang Pengantara, tetapi Kristus belum pernah dinyatakan kepada mereka.
Calvin: “It is uncertain whether, on the one hand, these women were converted to Christ, and what Paul here applauds was the commencement of faith, or whether, on the other hand, faith is attributed to them apart from Christianity. The latter appears to me more probable; for, although at that time everything abounded with many superstitions and corruptions, yet God had always his own people, whom he did not suffer to be corrupted with the multitude, but whom he sanctified and separated to himself, that there might always exist among the Jews a pledge of this grace, which he had promised to the seed of Abraham. There is, therefore, no absurdity in saying that they lived and died in the faith of the Mediator, although Christ had not yet been revealed to them” (= ).
Bahkan pada waktu Paulus mengatakan kata-kata “dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu”, Calvin berpandangan bahwa ia tidak sedang berbicara tentang iman Timotius pada saat itu. Calvin menganggap bahwa ini berarti bahwa sejak kecil, sekalipun belum mendengar Injil Kristen, Timotius sudah dikaruniai rasa takut kepada Allah, dan iman seperti itu terbukti adalah benih yang hidup, yang belakangan menyatakan dirinya sendiri (pada saat Paulus memberitakan Injil Kristen kepadanya).
Calvin: “‘And I am persuaded that in thee also.’ This clause confirms me in the conjecture which I have just now stated; for, in my opinion, he does not here speak of the present faith of Timothy. It would lessen that sure confidence of the former eulogium, if he only said that he reckoned the faith of Timothy to resemble the faith of his grandmother and mother. But I understand the meaning to be, that Timothy, from his childhood, while he had not yet obtained a knowledge of the gospel, was imbued with the fear of God, and with such faith as proved to be a living seed, which afterwards manifested itself” (= ).
Ini berbeda dengan pandangan William Hendriksen; ia berpendapat bahwa iman mereka adalah iman kristen. Argumentasinya:
a. Kis 16:1 dengan jelas mengajar bahwa ibu Timotius disebut sebagai ‘seorang Yahudi dan telah menjadi percaya’. Terjemahan hurufiahnya adalah ‘a believing Jewish woman’ (= seorang perempuan Yahudi yang percaya). Kata sifat ‘believing’ yang digunakan di sini dimodifikasi sedikit menjadi ‘faithful’ (= setia) dan digunakan dalam pasal yang sama berkenaan dengan Lidia (Kis 16:15). Itu adalah setelah Lidia dibaptis. Sebelum pertobatan kepada iman Kristen itu, ia disebut ‘orang yang menyembah / beribadah kepada Allah’ (Kis 16:14).
Kis 16:14-15 - “(14) Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. (15) Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: ‘Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya [KJV/RSV/NASB: ‘faithful’ (= setia)] kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku.’ Ia mendesak sampai kami menerimanya.”.
Di sini bisa ditambahkan tentang Kornelius, yang pada saat sudah mempunyai iman Yahudi (yang benar), tetapi belum pernah mendengar Injil Kristen, disebut sebagai orang yang takut kepada Allah.
Kis 10:2,22 - “(2) Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah. ... (22) Jawab mereka: ‘Kornelius, seorang perwira yang tulus hati dan takut akan Allah, dan yang terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi, telah menerima penyataan Allah dengan perantaraan seorang malaikat kudus, supaya ia mengundang engkau ke rumahnya dan mendengar apa yang akan kaukatakan.’”.
b. Pasal yang sama juga mengajar bahwa setelah kepala penjara mentaati desakan / nasehat dari Paulus, ia dibicarakan sebagai ‘seorang percaya’ (Kis 16:31,34).
Kis 16:31,34 - “(31) Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’ ... (34) Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah.”.
c. Dalam penggunaan istilah dari Paulus, ‘orang-orang percaya’ adalah orang-orang yang pada jaman Perjanjian Lama percaya pada janji-janji yang berpusatkan kepada Kristus, seperti Abraham, dan mereka yang pada jaman Perjanjian Baru menerima Kristus sebagai penggenapan dari janji-janji itu (Ro 4:12; Gal 3:9). Jadi, berkenaan dengan jaman Perjanjian Baru maka ‘orang-orang percaya’ adalah orang-orang Kristen (2Kor 6:15).
Roma 4:12 - “dan juga menjadi bapa orang-orang bersunat, yaitu mereka yang bukan hanya bersunat, tetapi juga mengikuti jejak iman Abraham, bapa leluhur kita, pada masa ia belum disunat.”.
Galatia 3:9 - “Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu.”.
2 Korintus 6:15 - “Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?”.
d. Menurut Lukas, orang-orang Yahudi yang bertobat pada iman Kristen adalah ‘orang-orang percaya dari antara orang-orang yang bersunat’ (Kis 10:45).
Kis 10:45 - “Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga,”.
William Hendriksen: “What does he mean here by ‘faith’? Was it nothing more than ‘Old Testament Israelitish faith,’ or was it faith in Jesus Christ, as the fulfilment of the Old Testament promises? I believe that the latter view has probability on its side: (1) Acts 16:1 clearly teaches that as soon as Timothy’s mother is introduced, at the beginning of the second missionary journey, she is called ‘a believing Jewish woman.’ That adjective (‘believing’) is the one which, in a slightly modified sense (‘faithful’), is used in the same chapter with respect to Lydia (Acts 16:15). That was after Lydia’s baptism. Before that conversion to the Christian faith she was called, ‘one who worshiped God’ (Acts 16:14). (2) The same chapter also teaches that after the jailer had obeyed the missionaries’ exhortation, he is spoken of as a believer. (Acts 16:31, 34.) (3) In Paul’s terminology ‘believers’ are those of the old dispensation who trusted in the Christ-centered promises - for example, Abraham -, and those of the new dispensation who accept Christ as the fulfilment of these promises (Rom. 4:12; Gal. 3:9). As far as the new dispensation is concerned, ‘believers’ are Christians (II Cor. 6:15). According to Luke, Jews converted to the Christian faith are ‘believers from among those circumcised’ (Acts 10:45). It would seem, therefore, that, at a date not later than Paul’s first missionary journey, grandmother Lois (living, perhaps, with her daughter?) and mother Eunice had been converted, so that they saw in Christ the fulfilment of the promises, and placed their, trust in him; and that these two women, in turn, had co-operated with Paul in that glorious work of grace which resulted in Timothy’s conversion.” [= ].
Kelihatannya William Hendriksen mempunyai argumentasi-argumentasi yang cukup kuat, tetapi kalau ia benar, bagaimana mungkin Timotius dikatakan sebagai anak rohani dari Paulus (2Tim 1:2)? Mungkin seperti dikatakan Adam Clarke (lihat di bawah), Lois dan Eunike memang orang Kristen, dan mereka juga sudah memberitakan Injil Kristen kepada Timotius, tetapi Timotius hanya mengerti tetapi belum percaya. Ia baru menjadi percaya setelah Paulus memberitakan Injil kepadanya.
2. Keluarga Timotius dan kekristenan.
Jamieson, Fausset & Brown: “It is an undesigned coincidence, and so a mark of truth, that in Acts 16:1, just as here, the belief of the mother alone is mentioned, while no notice is taken of the father” (= Merupakan suatu kebetulan yang tidak dirancang, dan dengan demikian suatu tanda kebenaran, bahwa dalam Kis 16:1, persis seperti di sini, kepercayaan dari sang ibu saja yang disebutkan, sedangkan tak ada perhatian / pemberitahuan tentang sang ayah).
Bdk. Kis 16:1-3 - “(1) Paulus datang juga ke Derbe dan ke Listra. Di situ ada seorang murid bernama Timotius; ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani. (2) Timotius ini dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium, (3) dan Paulus mau, supaya dia menyertainya dalam perjalanan. Paulus menyuruh menyunatkan dia karena orang-orang Yahudi di daerah itu, sebab setiap orang tahu bahwa bapanya adalah orang Yunani.”.
Barnes’ Notes: “In the history in the Acts, nothing is said of the father, except that he was ‘a Greek,’ but it is implied that he was not a believer. In the Epistle before us, nothing WHATEVER is said of him. But the piety of his mother ALONE is commended, and it is fairly implied that his father was NOT a believer.” (= Dalam sejarah dalam Kisah Rasul, tak ada apapun dikatakan tentang sang ayah, kecuali bahwa ia adalah ‘seorang Yunani’, tetapi ditunjukkan secara implicit bahwa ia bukanlah orang percaya. Dalam Surat di depan kita, tak ada APAPUN yang dikatakan tentang dia. Tetapi kesalehan dari ibunya SAJA yang dipuji, dan secara adil ditunjukkan secara implicit bahwa ayahnya BUKAN seorang percaya).
Adam Clarke: “In Acts 16:1, we are informed that Paul came to Derbe and Lystra; and behold, a certain disciple was there, named Timotheus, the son of a certain woman, who was a Jewess, and believed; but his father was a Greek. ... Luke says Timothy’s father was a Greek, consequently we may believe him to have been then in his pagan state; Paul, in mentioning the grandmother, mother, and son, passes by the father in silence; which intimates that either the father remained in his unconverted state, or was now dead. ... Lois, the grandmother, appears to have been the first convert to Christianity: she instructed her daughter Eunice, and both brought up Timothy in the Christian faith; so that he had a general knowledge of it before he met with Paul at Lystra. There, it appears the apostle was the instrument of the conversion of his heart to God; for a man may be well instructed in divine things, have a very orthodox creed, and yet his heart not be changed. Instruction precedes conversion; conversion should follow it. To be brought up in the fear of God is a great blessing; and a truly religious education is an advantage of infinite worth.” (= Dalam Kis 16:1, kita diberi informasi bahwa Paulus datang ke Derbe dan Listra; dan lihatlah, seorang murid tertentu ada di sana, bernama Timotius, anak laki-laki dari seorang perempuan tertentu, yang adalah seorang Yahudi, dan percaya; tetapi ayahnya adalah seorang Yunani. ... Lukas berkata bahwa ayah Timotius adalah seorang Yunani, dan karena itu kita bisa percaya bahwa ia pada saat itu ada dalam keadaan kafir; Paulus, dalam menyebutkan nenek, ibu, dan anak, melewati sang ayah; yang mengisyaratkan bahwa atau ia tetap ada dalam keadaan tidak bertobat, atau ia sekarang sudah mati. ... Lois, sang nenek, kelihatannya adalah petobat pertama kepada kekristenan; ia mengajar anak perempuannya Eunike, dan keduanya membesarkan / mendidik Timotius dalam iman Kristen; sehingga ia mempunyai pengetahuan umum tentangnya sebelum ia bertemu dengan Paulus di Listra. Di sana, kelihatannya sang rasul menjadi alat dari pertobatan dari hatinya kepada Allah; karena seseorang bisa diajar dengan baik dalam hal-hal ilahi, mempunyai pengakuan iman yang sangat ortodox, tetapi hatinya tidak diubah. Pengajaran mendahului pertobatan; pertobatan harus mengikutinya. Dibesarkan / dididik dalam rasa takut terhadap Allah merupakan suatu berkat yang besar; dan suatu pendidikan agamawi yang benar merupakan suatu keuntungan yang nilainya tak terhingga.).
The Biblical Illustrator (New Testament): “THE INSTRUMENTAL CAUSE TO WHICH THE FAITH OF TIMOTHY IS HERE ASCRIBED - namely, the previous faith of his pious mother, Eunice, and of his grandmother, Lois. The only effectual cause to which unfeigned faith can be ascribed, is the grace of Christ and His Spirit. Nevertheless, in conferring this precious gift, the Lord frequently works by instruments or means.” (= Penyebab yang bersifat sebagai alat pada mana iman Timotius dianggap berasal - yaitu, iman yang sebelumnya dari ibunya yang saleh, Eunike, dan dari neneknya, Lois. Satu-satunya penyebab yang efektif pada mana iman yang tidak pura-pura bisa dianggap berasal, adalah kasih karunia Kristus dan RohNya. Tetapi dalam memberi / menganugerahkan karunia yang berharga ini, Tuhan sering bekerja dengan alat-alat atau jalan-jalan / cara-cara).
Catatan: aneh, mengapa dikatakan ‘sering’ dan bukannya ‘selalu’?
Bdk. 1Korintus 3:5-9 - “(5) Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (6) Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. (8) Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. (9) Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.”.
Ada dua hal yang ingin saya persoalkan tentang kutipan di atas ini:
a. Iman / keselamatan dari nenek, ibu, dan Timotius sendiri, tidak bisa menyelamatkan ayat Timotius! Karena itu, Kis 16:31 tidak boleh ditafsirkan bahwa kalau seseorang selamat maka seluruh keluarga selamat / pasti akan selamat!
Kis 16:31 - “Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’”.
Ayat ini harus diartikan sebagai perintah dan janji yang masing-masing berlaku bagi orang yang diajak bicara (kepala penjara) maupun bagi keluarganya. Jadi, kepala penjara itu diperintahkan untuk percaya dan diberi janji keselamatan, dan keluarganya juga diperintahkan untuk percaya dan juga diberi janji keselamatan. Kalau hanya salah satu yang percaya, tentu hanya pihak itu saja yang diselamatkan!
b. Pendidikan Kristen dalam keluarga sejak kecil merupakan sesuatu yang sangat penting / berharga! Karena itu, kita harus mengajarkan sesering mungkin tentang kekristenan / injil kepada anak-anak / cucu-cucu kita.
Kel 12:24-27 - “(24) Kamu harus memegang ini sebagai ketetapan sampai selama-lamanya bagimu dan bagi anak-anakmu. (25) Dan apabila kamu tiba di negeri yang akan diberikan TUHAN kepadamu, seperti yang difirmankanNya, maka kamu harus pelihara ibadah ini. (26) Dan apabila anak-anakmu berkata kepadamu: Apakah artinya ibadahmu ini? (27) maka haruslah kamu berkata: Itulah korban Paskah bagi TUHAN yang melewati rumah-rumah orang Israel di Mesir, ketika Ia menulahi orang Mesir, tetapi menyelamatkan rumah-rumah kita.’ Lalu berlututlah bangsa itu dan sujud menyembah.”.
Ul 4:8-9 - “(8) Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum ini, yang kubentangkan kepadamu pada hari ini? (9) Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu,”.
Ul 6:4-9 - “(4) Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! (5) Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. (6) Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, (7) haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. (8) Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, (9) dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.”.
Ulangan 11:18-20 - “(18) Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu. (19) Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun; (20) engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu,”.
Ul 32:45-46 - “(45) Setelah Musa selesai menyampaikan segala perkataan itu kepada seluruh orang Israel, (46) berkatalah ia kepada mereka: ‘Perhatikanlah segala perkataan yang kuperingatkan kepadamu pada hari ini, supaya kamu memerintahkannya kepada anak-anakmu untuk melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat ini. ”.
Yos 4:4-7,20-24 - “(4) Lalu Yosua memanggil kedua belas orang yang ditetapkannya dari orang Israel itu, seorang dari tiap-tiap suku, (5) dan Yosua berkata kepada mereka: ‘Menyeberanglah di depan tabut TUHAN, Allahmu, ke tengah-tengah sungai Yordan, dan angkatlah masing-masing sebuah batu ke atas bahumu, menurut bilangan suku orang Israel, (6) supaya ini menjadi tanda di tengah-tengah kamu. Jika anak-anakmu bertanya di kemudian hari: Apakah artinya batu-batu ini bagi kamu? (7) maka haruslah kamu katakan kepada mereka: Bahwa air sungai Yordan terputus di depan tabut perjanjian TUHAN; ketika tabut itu menyeberangi sungai Yordan, air sungai Yordan itu terputus. Sebab itu batu-batu ini akan menjadi tanda peringatan bagi orang Israel untuk selama-lamanya.’ ... (20) Kedua belas batu yang diambil dari sungai Yordan itu ditegakkan oleh Yosua di Gilgal. (21) Dan berkatalah ia kepada orang Israel, demikian: ‘Apabila di kemudian hari anak-anakmu bertanya kepada ayahnya: Apakah arti batu-batu ini? (22) maka haruslah kamu beritahukan kepada anak-anakmu, begini: Israel telah menyeberangi sungai Yordan ini di tanah yang kering! - (23) sebab TUHAN, Allahmu, telah mengeringkan di depan kamu air sungai Yordan, sampai kamu dapat menyeberang seperti yang telah dilakukan TUHAN, Allahmu, dengan Laut Teberau, yang telah dikeringkanNya di depan kita, sampai kita dapat menyeberang, (24) supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa kuat tangan TUHAN, dan supaya mereka selalu takut kepada TUHAN, Allahmu.’”.
Amsal 22:6 - “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”.
Amsal 29:17 - “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.”.
Efesus 6:4 - “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”.
Ay 2 Timotius 1:6: “Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.”.
1) “Karena itulah kuperingatkan engkau”.
NIV/NASB: ‘For this reason I remind you’ (= Untuk alasan ini kuingatkan engkau).
Matthew Henry: “Here is an exhortation and excitation of Timothy to his duty (v. 6): ‘I put thee in remembrance.’ The best men need remembrancers; what we know we should be reminded of” [= Di sini ada suatu desakan dan pembangkitan gairah terhadap Timotius kepada kewajibannya (ay 2 Timotius 1:6): ‘Aku mengingatkan engkau’. Orang-orang yang terbaik perlu pengingatan; apa yang kita tahu, kita harus diingatkan tentangnya].
2) “untuk mengobarkan karunia Allah”.
Bdk. 1Timotius 4:14 - “Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.”.
Pulpit Commentary: “‘Stir up.’ (a)nazwpurei=n); here only in the New Testament, but found in the LXX. of Gen 45:27 and I Macc. 13:7, in an intransitive sense, ‘to revive.’ In both passages it is contrasted with a previous state of despondency (Gen 45:26) or fear (1 Macc. 13:2). We must, therefore, conclude that St. Paul knew Timothy to be cast down and depressed by his own imprisonment and imminent danger, and therefore exhorted him to revive ‘the spirit of power, and of love, and of a sound mind,’ which was given him at his ordination.” [= ‘Mengobarkan’. (a)nazwpurei=n / ANAZOPUREIN); hanya di sini dalam Perjanjian Baru, tetapi ditemukan dalam Septuaginta dari Kej 45:27 dan 1Makabe 13:7, dalam arti intransitif, ‘hidup / bangkit / segar kembali’. Dalam kedua text, itu dikontraskan dengan keadaan putus asa sebelumnya (Kej 45:26) atau takut (1Makabe 13:2). Karena itu, kita harus menyimpulkan bahwa Santo Paulus tahu Timotius kecil hati / sedih dan tertekan oleh pemenjaraannya dan bahaya yang dekat, dan karena itu mendesaknya untuk menghidupkan kembali ‘roh kekuatan, dan kasih, dan pikiran yang sehat’, yang diberikan kepadanya pada pentahbisannya.].
Kej 45:26-27 - “(26) Mereka menceritakan kepadanya: ‘Yusuf masih hidup, bahkan dialah yang menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir.’ Tetapi hati Yakub tetap dingin, sebab ia tidak dapat mempercayai mereka. (27) Tetapi ketika mereka menyampaikan kepadanya segala perkataan yang diucapkan Yusuf, dan ketika dilihatnya kereta yang dikirim oleh Yusuf untuk menjemputnya, maka bangkitlah kembali semangat Yakub, ayah mereka itu.”.
1Makabe 13:3,7 - “(2) Ia melihat pula bahwa rakyat bergetar ketakutan. Maka naiklah ia ke Yerusalem dan dikerahkannyalah segenap rakyat. ... (7) Demi perkataan ia didengar oleh rakyat maka berkobar-kobarlah semangat mereka karenanya.”.
Catatan: 1Makabe termasuk dalam Apocrypha / Deuterokanonika dan tidak kita akui sebagai Alkitab / Firman Tuhan, tetapi digunakan hanya sebagai suatu buku kuno, dan dalam hal arti kata masih bisa dipakai, sekalipun jelas otoritasnya berbeda dengan Alkitab / Firman Tuhan.
The Biblical Illustrator (New Testament): “The apostle puts Timothy in rememberance ‘that he stir up the gift of God which is in him.’ Again and again he insists on this and similar counsels (see vers. 8, 14, 2:8, 15, 3:14). And then, as the letter draws to a close, he speaks in still more solemn tones of warning (2 Tim 4:1,2,5). Evidently the apostle is anxious lest even the rich gifts with which Timothy is endowed should be allowed to rust through want of use. Timidity and weakness may prove fatal to him and his work, in spite of the spiritual advantages which he has enjoyed.” [= Sang rasul mengingatkan Timotius ‘supaya ia mengobarkan karunia Allah yang ada dalam dia’. Berulang-ulang ia berkeras tentang hal ini dan nasehat-nasehat yang serupa (lihat ayat-ayat 8,14, 2:8,15, 3:14). Dan lalu, pada saat surat itu hampir sampai pada akhirnya, ia berbicara dengan nada peringatan yang lebih khidmat (2Tim 4:1,2,5). Jelas bahwa sang rasul kuatir bahwa bahkan karunia-karunia yang kaya dengan mana Timotius diberkati dibiarkan berkarat karena tidak digunakan. Ketakutan dan kelemahan bisa terbukti fatal baginya dan pekerjaannya, sekalipun ada keuntungan-keuntungan rohani yang telah ia nikmati.].
2Timotius 1:8 - “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan Allah.”.
2Timotius 1:14 - “Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakanNya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.”.
2Timotius 2:8 - “Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.”.
2Tim 2:15 - “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.”.
2Timotius 3:14 - “Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.”.
Adam Clarke: “‘Stir up the gift of God, which is in thee.’ The gift which Timothy had received was the Holy Spirit; and through him, a particular power to preach and defend the truth. This gift is represented here, under the notion of a fire, which, if it be not frequently stirred up, and fresh fuel added to it, will go out. This is the precise idea which the apostle had in his mind; hence, the term ANAZOOPUREIN, which signifies to stir up the fire; to add fresh fuel to it. From this it plainly appears, that if Timothy had not continued to be a daily worker with God, he would have received the grace of God in vain.” (= ‘Kobarkanlah karunia Allah, yang ada di dalam engkau’. Karunia yang telah Timotius terima adalah Roh Kudus; dan melalui Dia, suatu kuasa khusus untuk memberitakan dan mempertahankan kebenaran. Karunia ini digambarkan di sini, di bawah gagasan / gambaran suatu api, yang jika tidak secara sering dikobarkan, dan ditambahkan bahan bakar / bensin tambahan padanya, akan mati. Ini persis merupakan gagasan yang sang rasul punyai dalam pikirannya; karena itu digunakan istilah ANAZOOPUREIN, yang berarti mengobarkan api; menambahkan bahan bakar / bensin tambahan padanya. Dari sini dengan jelas terlihat, bahwa jika Timotius tidak terus menerus menjadi seorang pekerja harian dengan Allah, ia akan menerima kasih karunia Allah dengan sia-sia.).
Catatan: saya tak mengerti mengapa Adam Clarke menafsirkan kata-kata ‘karunia Allah’ sebagai Roh Kudus. Saya kira seharusnya menunjuk pada ‘karunia Allah’ itu sendiri.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Be diligent in the discharge of thy duty; avoid idleness in thy calling.” (= Rajinlah dalam penunaian kewajibanmu; hindarkanlah kemalasan dalam panggilanmu.).
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Stir up,’ (ANAZOOPUREIN) - ‘kindle up:’ fan into a flame: the opposite of ‘quench,’ or extinguish (1 Thess 5:19). Paul does not doubt Timothy’s faith; but, just because of his ‘persuasion’ of its reality, urges him to put it in full exercise. Timothy probably had become dispirited by the long absence and imprisonment of his spiritual father.” [= ‘mengobarkan’, (ANAZOOPUREIN) - ‘mengobarkan’; mengipasi menjadi nyala api: lawan kata dari ‘memadamkan’, atau mematikan (1Tes 5:19). Paulus tidak meragukan iman Timotius; tetapi justru karena kepercayaannya tentang realitanya, mendesak dia untuk menggunakannya dengan sepenuhnya. Timotius mungkin telah menjadi kecil hati / putus asa oleh absen dan pemenjaraan yang lama dari bapa rohaninya.].
1Tes 5:19 - “Janganlah padamkan Roh,”.
William Hendriksen: “Paul knew that the fire of Timothy’s CHARISMA (the gift of God’s grace which enabled the younger man to become the apostle’s chosen representative) was burning low. Once before, in the earlier letter, the apostle had written, ‘Do not grow careless about the gift that is within you, which was granted to you by prophetic utterance with the laying on of the hands of the presbytery’ (I Tim. 4:14; see on that passage). The repetition, in slightly altered form, of this exhortation is really not surprising. We should bear in mind the following: a. Timothy was handicapped by frequent physical ailments (I Tim. 5:23). b. He was naturally timid (‘Now if Timothy comes, see to it that he is with you without fear,’ I Cor. 16:10). c. He was, in a sense, ‘a young man’ (I Tim. 4:12; cf. II Tim. 2:22). d. The Ephesian errorists who opposed him were very determined (I Tim. 1:3–7, 19, 20; 4:6, 7; 6:3–10; II Tim. 2:14–19, 23). e. Believers were being persecuted by the State. Think of Paul (I Tim. 4:6). Of course, we do not know whether all or only some of these factors contributed to the expressed result, namely, that the flame of Timothy’s ministerial office needed attention, nor do we know to what extent each contributed. The main idea, however, is clear. So Paul, having carefully selected the most gentle verb, reminds Timothy to ‘stir (up) into a living flame’ the divine gift of ordination. The flame had not gone out, but it was burning slowly and had to be agitated to white heat. The times were serious. Paul was about to depart from the scene of history. Timothy must carry on where Paul was about to leave off. The gift of the Spirit must not be quenched (cf. I Thess. 5:19).” [= Paulus tahu bahwa api dari KHARISMA Timotius (karunia dari kasih karunia Allah yang memampukan orang yang lebih muda ini untuk menjadi wakil pilihan dari sang rasul) sudah menyala dengan lemah. Sekali sebelumnya, dalam surat yang terdahulu, sang rasul telah menulis, ‘Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua’ (1Tim 4:14; lihat tentang text itu). Pengulangan, dalam bentuk yang diubah sedikit, dari desakan / nasehat ini betul-betul tidak mengejutkan. Kita harus mencamkan hal-hal berikut ini: a. Timotius dihalangi / dirintangi oleh penyakit fisik yang sering (1Tim 5:23). b. Ia secara alamiah adalah penakut (‘Jika Timotius datang kepadamu, usahakanlah supaya ia berada di tengah-tengah kamu tanpa takut’, 1Kor 16:10). c. Ia adalah, ‘seorang muda’ (1Tim 4:12; bdk. 2Tim 2:22). d. Orang-orang sesat Efesus yang menentang dia sangat tekun / berketetapan hati (1Tim 1:3–7,19,20; 4:6,7; 6:3–10; 2Tim 2:14–19,23). e. Orang-orang percaya sedang dianiaya oleh pemerintah. Pikirkan tentang Paulus (I Tim 4:6). Tentu kita tidak tahu apakah semua atau hanya sebagian / beberapa dari faktor-faktor ini memberikan kontribusi pada hasil yang dinyatakan, yaitu bahwa nyala api dari tugas pelayanan Timotius membutuhkan perhatian, juga kita tidak tahu sampai tingkat apa masing-masing memberi kontribusi. Tetapi gagasan utamanya adalah jelas. Demikianlah Paulus, setelah dengan hati-hati memilih kata kerja yang paling lembut, mengingatkan Timotius untuk ‘mengobarkan menjadi nyala api yang hidup’ karunia ilahi dari pentahbisan. Nyala api itu belum mati, tetapi itu sedang membakar dengan lambat dan harus digerakkan / dirangsang pada panas yang membara. Masa itu adalah masa yang serius. Paulus sedang mau meninggalkan kancah sejarah. Timotius harus melanjutkan dimana Paulus akan berhenti. Karunia dari Roh tidak boleh dipadamkan (bdk. 1Tes 5:19).].
1Tim 5:23 - “Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah.”.
1Tim 4:12 - “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”.
2Timotius 2:22 - “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.”.
1Tim 1:3-7 - “(3) Ketika aku hendak meneruskan perjalananku ke wilayah Makedonia, aku telah mendesak engkau supaya engkau tinggal di Efesus dan menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain (4) ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman. (5) Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas. (6) Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia. (7) Mereka itu hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkataan mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan”.
Calvin: “This exhortation is highly necessary; for it usually happens, and may be said to be natural, that the excellence of gifts produces carelessness, which is also accompanied by sloth; and Satan continually labors to extinguish all that is of God in us. We ought, therefore, on the other hand, to strive to bring to perfection everything that is good in us, and to kindle what is languid; for the metaphor, which Paul employs, is taken from a fire which was feeble, or that was in course of being gradually extinguished, if strength and flame were not added, by blowing upon it and by supplying new fuel. Let us therefore remember that we ought to apply to use the gifts of God, lest, being unemployed and concealed, they gather rust. Let us also remember that we should diligently profit by them, lest they be extinguished by our slothfulness.” (= Desakan / nasehat ini sebagai dibutuhkan; karena yang biasanya terjadi, dan bisa dikatakan sebagai alamiah, bahwa keunggulan dari karunia-karunia menghasilkan kecerobohan, yang juga disertai dengan kemalasan; dan Iblis secara terus menerus berjerih payah untuk memadamkan semua hal yang dari Allah dalam diri kita. Karena itu, kita harus, sebaliknya, berjuang untuk membawa kepada kesempurnaan segala sesuatu yang baik dalam diri kita, dan mengobarkan apa yang lesu / tak bersemangat; karena kiasan yang Paulus gunakan, diambil dari api yang lemah, atau yang secara perlahan-lahan mau padam, jika kekuatan dan nyala tidak ditambahkan, dengan mengipasinya dan menambahkan bahan bakar / bensin yang baru. Karena itu hendaklah kita mengingat bahwa kita harus menggunakan karunia-karunia dari Allah, supaya jangan, karena tak digunakan dan disembunyikan, karunia-karunia itu berkarat. Hendaklah kita juga mengingat bahwa kita harus secara rajin mendapatkan manfaat oleh karunia-karunia itu, supaya jangan mereka dipadamkan oleh kemalasan kita.).
The Biblical Illustrator (New Testament): “HOW WE ARE TO STIR UP OUR GIFTS. 1. First, we should do it by examination to see what gifts we really have. ... 2. The next mode of stirring up our gift is to consider to what use we could put the talents we possess. ... 3. But, next, stir it up not merely by consideration and examination, but by actually using it. 4. And then, in addition to using our gift, every one of us should try to improve it. 5. And then pray over your gifts:” (= BAGAIMANA KITA HARUS MENGOBARKAN KARUNIA-KARUNIA KITA. 1. Pertama, kita harus melakukannya dengan pemeriksaanuntuk melihat karunia-karunia apa yang kita betul-betul punyai. ... 2. Mode selanjutnya tentang pengobaran karunia-karunia adalah mempertimbangkan penggunaan apa yang bisa kita lakukan dengan talenta-talenta yang kita punyai. ... 3. Tetapi selanjutnya, kobarkanlah itu bukan hanya dengan pertimbangan dan pemeriksaan, tetapi dengan sungguh-sungguh menggunakannya. 4. Dan lalu, sebagai tambahan pada penggunaan karunia-karunia kita, setiap orang dari kita harus berusaha untuk meningkatkannya. 5. Dan lalu berdoalah untuk karunia-karuniamu:).
2) “yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.”.
Bdk. 1Tim 4:14 - “Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.”.
Ada penafsir yang mempunyai pandangan bahwa pada jaman itu memang penumpangan tangan dari rasul itu yang menyebabkan terjadinya pemberian karunia, tetapi itu hanya bisa terjadi pada jaman itu. Kita tidak bisa dan tidak boleh menirunya, karena kita tidak diberi hak / otoritas dalam hal itu.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Paul reminded Timothy of the time God called him into service and the local church ordained him. Paul had laid his hands on Timothy (1 Tim 4:14). Through Paul, God had imparted to Timothy the spiritual gift he needed for His ministry. The laying on of hands was a common practice in apostolic days (Acts 6:6; 13:3), but no believer today has the same authority and privileges that the Apostles did. Today, when we lay hands on people for the ministry, it is a symbolic act and does not necessarily impart any special spiritual gifts to them.” [= Paulus mengingatkan Timotius tentang saat Allah memanggilnya ke dalam pelayanan dan gereja lokal mentahbiskannya. Paulus telah meletakkan tangannya pada Timotius (1Tim 4:14). Melalui Paulus, Allah telah memberikan kepada Timotius karunia rohani yang ia butuhkan untuk pelayananNya. Penumpangan tangan merupakan praktek yang umum / biasa pada jaman rasuli (Kis 6:6; 13:3), tetapi tidak ada orang percaya jaman sekarang yang mempunyai otoritas dan hak yang sama dengan para rasul. Jaman sekarang, pada waktu kita meletakkan / menumpangkan tangan atas orang-orang untuk pelayanan, itu merupakan suatu tindakan simbolis dan tidak harus memberikan karunia-karunia rohani khusus kepada mereka.].
Kisah Para Rasul 6:6 - “Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.”.
Kisah Para Rasul 13:3 - “Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi.”.
Tetapi kebanyakan penafsir tidak berpandangan bahwa Timotius menerima karunia oleh nubuat ataupun penumpangan tangan.
Vincent (tentang 1Timotius 4:14): “‘By prophecy,’ (DIA PROFEETEIAS). ... The meaning is ‘by the medium of prophecy.’ The reference is to prophetic intimation given to Paul concerning the selection of Timothy for the ministerial office. These prophecies were given by the Holy Spirit who bestowed the ‘gift’; so that the gift itself and the prophecy concurred in attesting the candidate for ordination” [= ‘Oleh nubuat’, (DIA PROFEETEIAS). ... Artinya adalah ‘oleh / dengan perantaraan nubuat’. Ini menunjuk pada pemberitahuan yang bersifat nubuat yang diberikan kepada Paulus berkenaan dengan pemilihan Timotius untuk tugas / jabatan pendeta. Nubuat-nubuat ini diberikan oleh Roh Kudus yang memberikan ‘karunia’ itu; sehingga karunia itu sendiri dan nubuatnya setuju dalam menyokong sang calon untuk pentahbisan].
Catatan: kata kerja ‘to concur’ bisa berarti ‘setuju’, tetapi bisa juga berarti ‘terjadi pada saat yang sama’ (Webster’s New World Dictionary).
A. T. Robertson (tentang 1Tim 4:14): “‘By prophecy.’ (DIA PROFEETEIAS). Accompanied by prophecy (1 Tim. 1:18), not bestowed by prophecy” [= ‘Oleh nubuat’. (DIA PROFEETEIAS). Disertai oleh nubuat (1Tim 1:18), bukan diberikan oleh nubuat].
1Timotius 1:18 - “Tugas ini kuberikan kepadamu, Timotius anakku, sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan tentang dirimu, supaya dikuatkan oleh nubuat itu engkau memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni”.
A. T. Robertson (tentang 1Tim 4:14): “‘With the laying on of the hands of the presbytery.’ (META EPITHESEOOS TON CHEIROON TOU PRESBUTERIOU). In Acts 13:2f, when Barnabas and Saul were formally set apart to the mission campaign (not then ordained as ministers, for they were already that), there was the call of the Spirit and the laying on of hands with prayer. Here again META does not express instrument or means, but merely accompaniment. In 2 Tim. 1:6 Paul speaks only of his own laying on of hands, but the rest of the presbytery no doubt did so at the same time and the reference is to this incident”[= ‘Dengan penumpangan tangan sidang penatua’. (META EPITHESEOOS TON CHEIROON TOU PRESBUTERIOU). Dalam Kis 13:2-dst, pada waktu Barnabas dan Saulus secara formil dipisahkan untuk kampanye missi (bukan ditahbiskan sebagai pendeta / pelayan pada saat itu, karena mereka sudah adalah pendeta / pelayan), di sana ada panggilan dari Roh dan penumpangan tangan dengan doa. Di sini lagi-lagi kata Yunani META tidak menyatakan alat atau cara / jalan, tetapi semata-mata penyertaan. Dalam 2Tim 1:6 Paulus berbicara hanya tentang penumpangan tangannya, tetapi sisa dari penatua tak diragukan juga melakukannya pada saat yang sama dan bagian ini menunjuk pada peristiwa ini].
2Timotius 1:6 - “Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.”.
Kisah Para Rasul 13:2-3 - “(2) Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: ‘Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagiKu untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.’ (3) Maka berpuasa dan berdoalah mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi.”.
Jadi, jelas bahwa baik Vincent maupun A. T. Robertson mengatakan bahwa penumpangan tangan itu bukan alat / cara / jalan yang menyebabkan Timotius menerima karunia. Tetapi penumpangan tangan itu hanya menyertai pemberian karunia kepada Timotius. Pemberi karunia itu sendiri pasti adalah Roh Kudus / Tuhan sendiri.
Bdk. 1Korintus 12:11 - “Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya”.
Karena itu, jangan menggunakan ayat ini sebagai dasar ajaran / praktek bahwa dengan menumpangkan tangan, seorang pendeta / hamba Tuhan bisa memberikan karunia tertentu kepada seseorang (biasanya karunia bahasa Roh). Ini omong kosong. Kalau itu tetap terjadi, perlu dipertanyakan:
a) Karunianya asli atau palsu?
b) Siapa yang memberi karunia itu, Tuhan, setan, atau orang itu sendiri?
William Hendriksen: “Let Timothy remember, then, that at the time of his ordination Paul’s hands, too, had rested upon him as a symbol of the impartation of the Spirit’s gift!” (= Maka, hendaklah Timotius ingat, bahwa pada saat pentahbisannya tangan Paulus juga diletakkan atasnya sebagai suatu simbol dari pemberian karunia Roh!).
Calvin: “it is asked, ‘Was grace given by the outward sign?’ To this question I answer, whenever ministers were ordained, they were recommended to God by the prayers of the whole Church, and in this manner grace from God was obtained for them by prayer, and was not given to them by virtue of the sign, although the sign was not uselessly or unprofitably employed, but was a sure pledge of that grace which they received from God’s own hand. That ceremony was not a profane act, invented for the sole purpose of procuring credit in the eyes of men, but a lawful consecration before God, which is not performed but by the power of the Holy Spirit. Besides, Paul takes the sign for the whole matter or the whole transaction; for he declares that Timothy was endued with grace, when he was offered to God as a minister. Thus in this mode of expression there is a figure of speech, in which a part is taken for the whole” (= ditanyakan, ‘Apakah kasih karunia diberikan oleh tanda lahiriah?’ Terhadap pertanyaan ini saya menjawab, kapanpun pendeta-pendeta ditahbiskan, mereka diserahkan kepada Allah oleh doa-doa dari seluruh Gereja, dan dengan cara ini kasih karunia dari Allah didapatkan bagi mereka oleh doa, dan tidak diberikan kepada mereka oleh kebaikan dari tanda, sekalipun tanda itu tidaklah digunakan / dipakai secara tak berguna atau secara tak bermanfaat, tetapi merupakan suatu tanda / jaminan yang pasti bahwa kasih karunia itu mereka terima dari tangan Allah sendiri. Upacara itu bukanlah suatu tindakan biasa / duniawi, ditemukan / diciptakan dengan tujuan satu-satunya untuk mendapatkan penghargaan / pujian di mata manusia, tetapi suatu pentahbisan yang sah di hadapan Allah, yang tidak dilakukan kecuali oleh kuasa dari Roh Kudus. Disamping, Paulus mengartikan tanda itu untuk seluruh persoalan atau seluruh transaksi; karena ia menyatakan bahwa Timotius diberi kasih karunia, pada waktu ia dipersembahkan kepada Allah sebagai seorang pendeta. Karena itu, dalam cara menyatakan ini ada suatu gaya bahasa, dalam mana sebagian diartikan sebagai seluruhnya).
Calvin: “But we are again met by another question; for if it was only at his ordination that Timothy obtained the grace necessary for discharging his office, of what nature was the election of a man not yet fit or qualified, but hitherto void and destitute of the gift of God? I answer, it was not then so given to him that he had it not before; for it is certain that he excelled both in doctrine and in other gifts before Paul ordained him to the ministry. But there is no inconsistency in saying, that, when God wished to make use of his services, and accordingly called him, he then fitted and enriched him still more with new gifts, or doubled those which he had previously bestowed. It does not therefore follow that Timothy had not formerly any gift, but it shone forth the more when the duty of teaching was laid upon him” (= Tetapi kita menemui pertanyaan yang lain lagi; karena jika hanya pada saat pentahbisannya Timotius mendapatkan kasih karunia yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas / jabatannya, jenis pemilihan apa pemilihan dari seorang manusia yang belum cocok atau memenuhi syarat, tetapi sampai saat ini tidak mempunyai karunia Allah? Saya menjawab, itu bukannya diberikan kepadanya seakan-akan ia belum mempunyainya sebelumnya; karena adalah pasti bahwa ia menonjol baik dalam doktrin / ajaran maupun dalam karunia-karunia lain sebelum Paulus mentahbiskannya pada pelayanan. Tetapi di sana tidak ada ketidak-konsistenan dalam mengatakan bahwa pada waktu Allah menginginkan untuk menggunakan pelayanannya, dan karena itu memanggilnya, Ia lalu menyesuaikan dan memperkaya dia lebih lagi dengan karunia-karunia yang baru, atau menggandakan karunia-karunia yang sebelumnya sudah Ia berikan. Karena itu, tidak berarti bahwa Timotius sebelumnya tidak mempunyai karunia apapun, tetapi itu makin bersinar pada waktu kewajiban pengajaran diletakkan kepadanya).
2 Timotius 1:7: “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.”.
1) Terjemahan.
Dalam 2 Timotius 1:7 ini sebetulnya kata ‘roh’ hanya keluar 1 x.
KJV: ‘For God hath not given us the spirit of fear; but of power, and of love, and of a sound mind.’ (= Karena Allah tidak memberikan kepada kita roh dari ketakutan; tetapi dari kuasa, dan dari kasih, dan dari suatu pikiran yang sehat.).
Catatan: RSV/NIV menuliskan 2x seperti Kitab Suci Indonesia, tetapi yang benar adalah seperti KJV (hanya 1x).
2) “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan”.
a) Haruskah kita menuliskan ‘roh’ (menunjuk kepada roh manusia) atau ‘Roh’ (menunjuk kepada Roh Kudus)?
William Hendriksen: “In this passage some (in agreement with A.V., A.R.V., R.S.V.) spell Spirit with a small letter (‘spirit’), while others capitalize. The former sometimes argue that the descriptive genitive (‘… of power and love and self-discipline’) rules out any reference to the Holy Spirit. But the use of such a genitive does not in itself settle the question, for a similar modifier is also used in passages which undoubtedly refer to the Holy Spirit. Thus, Jesus, in speaking about the coming Helper or Comforter, calls him ‘the Spirit of truth’ (John 14:17; 15:26; 16:13). There are other similar phrases in which many interpreters find a reference to the Holy Spirit (Is. 11:2; Zech. 12:10; Rom. 8:2; Eph. 1:17; Heb. 10:29). Moreover, the idiom, ‘not the Spirit of … but (the Spirit) of …’ is used by Paul in other passages which, in the light of their specific contexts, seem to refer to the Holy Spirit, though not every interpreter is ready to grant this (Rom. 8:15; I Cor. 2:12).” [= Dalam text ini sebagian orang (dalam persetujuan dengan AV, ARV, RSV) mengeja ‘Roh’ dengan suatu huruf kecil (‘roh’), sedangkan yang lain menggunakan huruf besar (‘Roh’). Yang terdahulu kadang-kadang berargumentasi bahwa genitif yang bersifat menggambarkan (‘... dari kuasa dan kasih dan kedisiplinan diri sendiri’) mengesampingkan referensi apapun dengan Roh Kudus. Tetapi penggunaan genitif seperti itu dalam dirinya sendiri tidaklah membereskan persoalannya, karena suatu pemodifikasi (kata yang menentukan sifat) yang mirip, juga digunakan dalam text-text yang tak diragukan menunjuk kepada Roh Kudus. Karena itu, Yesus, dalam berbicara tentang datangnya sang Penolong dan Penghibur, menyebutNya ‘Roh kebenaran’ (Yoh 14:17; 15:26; 16:13). Di sana ada ungkapan-ungkapan lainnya yang mirip dalam mana banyak penafsir menemukan suatu referensi dengan Roh Kudus (Yes 11:2; Zakh 12:10; Ro 8:2; Ef 1:17; Ibr 10:29). Lebih lagi, ungkapan ‘bukan Roh dari ... tetapi (Roh) dari ...’ digunakan oleh Paulus dalam text-text lain yang, dalam terang dari kontext-kontext mereka yang spesifik, kelihatannya menunjuk kepada Roh Kudus, sekalipun tidak setiap penafsir siap untuk mengakui hal ini (Ro 8:15; 1Kor 2:12).].
Yohanes 14:17 - “yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.”.
Yohanes 15:26 - “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.”.
Yohanes 16:13 - “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.”.
Yesaya 11:2 - “Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN;”.
Zakh 12:10 - “‘Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.”.
Roma 8:2 - “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.”.
KJV: ‘For the law of the Spirit of life in Christ Jesus hath made me free from the law of sin and death.’ (= Karena hukum dari Roh kehidupan dalam Kristus Yesus telah membuat aku bebas dari hukum dosa dan maut).
Efesus 1:17 - “dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.”.
Ibrani 10:29 - “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”.
Roma 8:15 - “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’”.
KJV: ‘For ye have not received the spirit of bondage again to fear; but ye have received the Spirit of adoption, whereby we cry, Abba, Father.’ (= Karena kamu tidak menerima roh perbudakanuntuk takut lagi; tetapi kamu telah menerima Roh adopsi, dengan mana kita berseru, Abba, Bapa!).
1Korintus 2:12 - “Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita.”.
Jadi, sekalipun tak ada kepastian tetapi kelihatannya William Hendriksen menganggap bahwa kata ‘Roh’ menunjuk kepada Roh Kudus.
UBS New Testament Handbook Series: “The interpretation of the phrase ‘a spirit of timidity’ depends on how ‘spirit’ is understood. This is so because ‘spirit’ is used in a variety of ways in the Bible. If ‘spirit’ here refers to the human spirit, that is, to the inner being of a person or the state in which a person finds himself or herself, then ‘a spirit of timidity’ is another way of saying ‘a timid spirit.’ The whole clause can then be restructured as: ‘God did not make us timid’ (compare TNT ‘God did not make us cowards’) or ‘God did not give us a timid spirit.’ It is possible, however, to take ‘spirit’ here as referring to the Holy Spirit, so that the clause is stating that the Holy Spirit does not make one timid. Many commentaries in fact offer this opinion, but only a few translations make this information explicit (for example, TEV, French Common Language Version FRCL). Some translations make a distinction between the first and second occurrences of ‘spirit,’ with the second occurrence being identified with God’s Spirit (compare NJB ‘God did not give us a spirit of timidity, but the Spirit of power and love and self control’). While all three are possible, the second of these options seems to make better sense” [= Penafsiran dari ungkapan ‘roh ketakutan’ tergantung pada bagaimana ‘roh’ dimengerti. Ini adalah seperti itu karena ‘roh’ digunakan dalam berbagai-bagai cara dalam Alkitab. Jika ‘roh’ di sini menunjuk pada roh manusia, yaitu pada keberadaan dalam dari seorang pribadi atau keadaan dalam mana seseorang mendapati dirinya sendiri, maka ‘roh ketakutan’ adalah suatu cara lain untuk mengatakan ‘suatu roh yang takut’. Maka seluruh anak kalimat bisa disusun ulang seperti ini: ‘Allah tidak membuat kita takut’ (bandingkan TNT ‘Allah tidak membuat kita pengecut’) atau ‘Allah tidak memberi kita roh yang takut’. Tetapi adalah mungkin untuk mengartikan ‘roh’ di sini sebagai menunjuk kepada Roh Kudus, sehingga anak kalimat itu menyatakan bahwa Roh Kudus tidak membuat seseorang takut. Dalam faktanya, banyak buku tafsiran memberikan pandangan ini, tetapi hanya sedikit terjemahan membuat informasi ini explicit (sebagai contoh, TEV, French Common Language Version FRCL). Sebagian terjemahan membuat suatu pembedaan antara pemunculan ‘roh’ yang pertama dan yang kedua, dengan pemunculan kedua diidentifikasi sebagai Roh Allah (bandingkan NJB ‘Allah tidak memberi kita roh ketakutan, tetapi Roh dari kuasa dan kasih dan penguasaan diri’). Sekalipun ketiganya memungkinkan, yang kedua dari pilihan-pilihan ini kelihatannya membuat arti yang lebih baik].
Catatan: pandangan ketiga tak bisa diterima, karena seperti sudah saya bahas di atas, kata ‘roh’ sebetulnya hanya muncul 1 x dalam bahasa Yunaninya.
b) ‘Ketakutan’.
Adam Clarke: “Instead of DEILIAS, fear, some MSS. and versions have DOULEIAS, servitude or bondage; God hath not given unto us the spirit of BONDAGE” (= Bukannya DEILIAS, ‘rasa takut’, sebagian manuscript dan versi mempunyai DOULEIAS, ‘perbudakan’ atau ‘perhambaan’; Allah tidak memberi kita roh PERHAMBAAN).
Catatan: saya tidak melihat penafsir lain membicarakan hal ini, jadi, itu pasti hanya manuscript-manuscript yang tak terlalu bagus, dan seharusnya diabaikan.
A. T. Robertson: “‘A spirit of fearfulness’ PNEUMA DEILIAS. ... DEILIA is an old word (DEILOS, DEIDOO) and always in a bad sense of cowardice, only here in the New Testament.” [= ‘Roh ketakutan’ PNEUMA DEILIAS. ... DEILIA adalah suatu kata kuno (DEILOS, DEIDO) dan selalu dalam arti buruk dari kepengecutan, hanya di sini dalam Perjanjian Baru.].
Vincent: “‘Spirit of fear’ (PNEUMA DEILIAS). Better, ‘of cowardice.’ Occurs only here in the New Testament.” [= ‘Roh ketakutan’ (PNEUMA DEILIAS). Lebih baik ‘dari kepengecutan’. Muncul hanya di sini dalam Perjanjian Baru.].
UBS New Testament Handbook Series: “The word for ‘timidity’ occurs only here in the whole New Testament. The word pertains to a state of being afraid due to lack of courage, hence ‘cowardice’ (NRSV).” [= Kata untuk ‘ketakutan’ muncul hanya di sini dalam seluruh Perjanjian Baru. Kata itu berkenaan dengan suatu keadaan takut karena tak adanya keberanian, karena itu bisa diartikan ‘kepengecutan’ (NRSV).].
c) 2 Timotius 1:7 ini harus dimengerti dalam kontextnya, yang berhubungan dengan pelayanan (2 Timotius 1:6-8).
Jadi, bagian ini artinya: kalau kita orang Kristen, maka kita tidak boleh takut melayani!
Tetapi perhatikan bagaimana Adam Clarke menafsirkan bagian ini.
Adam Clarke: “‘God hath not given us the spirit of fear.’ Here is an allusion to the giving of the law on mount Sinai. This was communicated with such terrible majesty as to engender fear in all the Israelites: even Moses, on the occasion, did exceedingly fear and tremble. The Gospel was ushered in, in a much milder manner; everything was placed on a level with the human intellect; and within reach of every human spirit. Nothing was terrific, nothing forbidding; but all was inviting.” (= ‘Allah tidak memberi kita roh ketakutan’. Di sini ada suatu kiasan pada pemberian hukum Taurat di Gunung Sinai. Ini diberikan dengan keagungan yang begitu mengerikan sehingga menimbulkan rasa takut dalam semua orang Israel: bahkan Musa, pada peristiwa itu, sangat takut dan gemetar. Injil diperkenalkan / dibawa masuk, dengan suatu cara yang jauh lebih lembut; segala sesuatu ditempatkan pada suatu level dengan intelek manusia; dan dalam jangkauan dari setiap roh manusia. Tak ada apapun yang menakutkan, tak ada yang melarang; tetapi semua mengundang.).
Saya menganggap tafsiran Clarke sama sekali tak cocok dengan kontextnya. Baik 2 Timotius 1:6 maupun 2 Timotius 1: 8 nya, berbicara tentang pelayanan, dan sama sekali tidak mengarah pada perbandingan antara hukum Taurat dan Injil.
2 Timotius 1:6-8: “(6) Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. (7) Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. (8) Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan Allah.”.
The Biblical Illustrator (New Testament): “Christian enthusiasm is not ‘the spirit of fear.’ This is obvious. Until that spirit is laid there can be no enthusiasm.” (= Antusiasme / kegairahan / semangat Kristen bukanlah ‘roh ketakutan’. Ini jelas. Sampai roh itu diletakkan, di sana tidak bisa ada antusiasme / kegairahan / semangat.).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “The ministry of the Gospel is no place for a ‘timid soul’ who lacks enthusiasm. In fact, courageous enthusiasm is essential for success in any kind of work.” (= Pelayanan dari Injil bukanlah tempat bagi suatu ‘jiwa pengecut’ yang tidak mempunyai antusiasme / semangat. Dan faktanya, antusiasme yang berani merupakan sesuatu yang hakiki untuk sukses dalam jenis pekerjaan apapun.).
Ketakutan yang dimaksudkan di sini tentu bukan rasa takut kepada Allah, karena kalau rasa takut yang itu, justru harus dipunyai orang Kristen. Tetapi rasa takut terhadap setan, manusia, dan sebagainya. Manusia itu bisa bermacam-macam, misalnya pemerintah yang anti Kristen, orang-orang yang anti Kristen, orang tua yang anti Kristen, atau bahkan dari kalangan orang-orang Kristen sendiri, seperti pendeta / majelis yang tidak Alkitabiah, donatur / orang kristen kaya yang mau mengatur kita semau mereka, dan sebagainya.
Bdk. Matius 10:28 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”.
Bdk. Matius 16:24-25 - “(24) Lalu Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (25) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.”.
2) “melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”.
a) Kata-kata ‘yang membangkitkan’ itu sebetulnya tidak ada.
b) “kekuatan”.
Vincent: “‘Of power’ (DUNAMEOS). Found in all the Pauline Epistles except Philemon. In the Pastorals only here, 2 Tim 1:8, and 2 Tim 3:5. Not used by our writer in the sense of ‘working miracles,’ which it sometimes has in Paul. Here, the power to overcome all obstacles and to face all dangers. It is closely linked with the sense of PARREESIA ‘boldness.’” [= ‘Dari kuasa / kekuatan’ (DUNAMEOS). Ditemukan dalam semua Surat-surat Paulus kecuali Filemon. Dalam surat-surat Pastoral hanya di sini, 2Tim 1:8, dan 2Tim 3:5. Tidak digunakan oleh penulis kita dalam arti dari ‘pekerjaan / tindakan melakukan mujijat-mujijat’, yang kadang-kadang merupakan artinya dalam Paulus. Di sini kuasa untuk mengalahkan semua halangan dan untuk menghadapi semua bahaya. Itu berhubungan dekat dengan arti dari PARRESIA ‘keberanian’.].
UBS New Testament Handbook Series: “‘Power’ here is not physical but refers to the spiritual strength that enables Christians to be victorious over adverse circumstances and to remain faithful to their Lord. Another way of saying this is ‘strength in our hearts (or, minds).’” [= ‘Kekuatan’ di sini bukan bersifat fisik tetapi menunjuk pada kekuatan rohani yang memampukan orang-orang Kristen untuk menang atas keadaan-keadaan yang merugikan / bersifat bermusuhan dan tetap setia kepada Tuhan mereka. Cara lain untuk mengatakan ini adalah ‘kekuatan dalam hati (atau pikiran) kita’.].
The Biblical Illustrator (New Testament): “Christian enthusiasm is not a transient spasm of excitement; it is power, and that means stability, persistence, inexhaustible resources, unwearied and inextinguishable force. The spirit of power, however, although the first and basal element in Christian enthusiasm, is not the only one. For power, by itself, will make a man not an enthusiast, but a fanatic. Fanaticism is by no means weakness, it is force, often of the most vigorous kind, but force without regulation and control.” (= Antusiasme / semangat Kristen bukanlah suatu kegembiraan / kegairahan sementara yang angin-anginan / berubah-ubah; itu adalah kekuatan, dan itu berarti kestabilan, keteguhan hati, sumber-sumber yang tak habis-habisnya, tenaga / kekuatan yang tak lelah dan tak bisa dipadamkan. Tetapi roh kekuatan, sekalipun merupakan elemen yang pertama dan dasari dalam antusiasme / semangat Kristen, bukanlah satu-satunya elemen. Karena kekuatan, kalau hanya sendirian, akan membuat seseorang bukan menjadi antusias, tetapi membuatnya menjadi seorang fanatik. Fanatisme sama sekali bukanlah kelemahan, itu adalah tenaga / kekuatan, seringkali dari jenis yang paling bersemangat, tetapi itu adalah tenaga / kekuatan tanpa peraturan dan kontrol / kendali.).
Calvin: “Hence we are taught, first, that not one of us possesses that firmness and unshaken constancy of the Spirit, which is requisite for fulfilling our ministry, until we are endued from heaven with a new power. And indeed the obstructions are so many and so great, that no courage of man will be able to overcome them. It is God, therefore, who endues us with ‘the spirit of power;’ for they who, in other respects, give tokens of much strength, fall down in a moment, when they are not upheld by the power of the Divine Spirit” (= Karena itu, kita diajar, pertama-tama, bahwa tak seorangpun dari kita memiliki keteguhan dan kekonstanan yang tak tergoyahkan dari Roh, yang merupakan persyaratan untuk menyelesaikan pelayanan kita, sampai kita diberi suatu kuasa yang baru dari surga. Dan memang halangan-halangannya adalah begitu banyak dan begitu besar, sehingga tak ada keberanian dari manusia yang bisa mengalahkan mereka. Karena itu, Allahlah yang memberi kita dengan ‘roh kekuatan’; karena mereka yang dalam hal-hal lain menunjukkan tanda-tanda kekuatan yang besar, jatuh dalam sekejap mata, pada waktu mereka tidak didukung oleh kuasa dari Roh Ilahi).
Calvin: “Secondly, we gather from it, that they who have slavish meanness and cowardice, so that they do not venture to do anything in defense of the truth, when it is necessary, are not governed by that Spirit by whom the servants of Christ are guided. Hence it follows, that there are very few of those who bear the title of ministers, in the present day, who have the mark of sincerity impressed upon them; for, amongst a vast number, where do we find one who, relying on the power of the Spirit, boldly despises all the loftiness which exalts itself against Christ? Do not almost all seek their own interest and their leisure? Do they not sink down dumb as soon as any noise breaks out? The consequence is, that no majesty of God is seen in their ministry” (= Kedua, kami menyimpulkan darinya, bahwa mereka yang mempunyai keburukan / kejahatan yang memperbudak dan kepengecutan, sehingga mereka tidak berusaha melakukan apapun untuk membela kebenaran, pada waktu itu diperlukan, tidak diperintah oleh Roh itu oleh siapa pelayan-pelayan Kristus dibimbing. Karena itu, di sana ada sangat sedikit dari mereka yang mempunyai gelar pendeta / pelayan, pada masa ini, yang mempunyai tanda ketulusan ditanamkan pada mereka; karena di antara suatu jumlah yang besar, dimana kita menemukan seseorang yang, dengan bersandar pada kuasa / kekuatan Roh, dengan berani memandang rendah semua kemegahan yang meninggikan dirinya sendiri terhadap Kristus? Tidakkah hampir semua orang mencari kepentingan mereka sendiri dan kesenangan mereka? Tidakkah mereka tenggelam membisu begitu ada suara / keributan timbul? Konsekwensinya adalah, bahwa tak ada keagungan Allah terlihat dalam pelayanan mereka).
c) “kasih”.
UBS New Testament Handbook Series: “For ‘love’ compare 1 Tim 1:5. The focus here is on people’s love for other people, rather than their love for God or God’s love for people.” (= Untuk ‘kasih’ bandingkan dengan 1Tim 1:5. Fokusnya di sini adalah pada kasih orang-orang untuk orang-orang lain dan bukannya kasih mereka untuk Allah atau kasih Allah untuk orang-orang.).
1Tim 1:5 - “Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas.”.
Barnes’ Notes: “‘And of love.’ Love to God and to the souls of men. The tendency of THIS, also, is to ‘cast out fear’ (1 John 4:18), and to make the mind bold and constant. Nothing will do more to inspire courage, to make a man fearless of danger, or ready to endure privation and persecution, than ‘love.’ The love of country, and wife, and children, and home, makes the most timid bold when they are assailed; and the love of Christ and of a dying world nerves the soul to great enterprises, and sustains it in the deepest sorrows.” [= ‘Dan dari kasih’. Kasih kepada Allah dan kepada jiwa-jiwa manusia. Kecenderungan dari INI, juga adalah ‘membuang rasa takut’ (1Yoh 4:18), dan untuk membuat pikiran berani dan konstan / tetap. Tak ada yang akan melakukan lebih untuk menginspirasikan keberanian, untuk membuat manusia tidak takut terhadap bahaya, atau siap untuk menanggung kekurangan dan penganiayaan, dari pada ‘kasih’. Kasih akan negara, dan istri, dan anak-anak, dan rumah, membuat orang yang paling penakut menjadi berani pada waktu hal-hal itu diserang; dan kasih terhadap Kristus dan terhadap dunia yang sekarat memberanikan jiwa bagi suatu usaha besar yang berbahaya, dan menopangnya dalam kesedihan yang terdalam.].
1Yohanes 4:17-18 - “(17) Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. (18) Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.”.
Catatan: saya merasa penggunaan ayat ini tidak terlalu cocok, karena ketakutan yang dibicarakan oleh ayat ini adalah ketakutan terhadap hari penghakiman.
Tentang kasih kepada Allah atau kepada manusia yang dibicarakan, saya lebih setuju dengan pandangan dari Barnes. Kasih kepada Allah dan kepada sesama manusia tak bisa dipisahkan.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “If we have love for lost souls and for the people of God, we will be able to endure suffering and accomplish the work of God. Selfishness leads to fear because, if we are selfish, we are interested only in what we will get out of serving God, and we will be afraid of losing prestige, power, or money. True Christian love, energized by the Spirit (Rom 5:5), enables us to sacrifice for others and not be afraid.” [= Jika kita mempunyai kasih untuk jiwa-jiwa yang terhilang dan untuk umat Allah, kita akan mampu untuk menanggung penderitaan dan menyelesaikan pekerjaan Allah. Keegoisan membimbing pada ketakutan karena jika kita egois, kita berminat hanya dalam apa yang akan kita dapatkan dari pelayanan Allah, dan kita akan takut untuk kehilangan gengsi, kuasa, atau uang. Kasih Kristen yang sejati, diberi kekuatan oleh Roh (Ro 5:5), memampukan kita untuk berkorban untuk orang-orang lain dan tidak takut.].
d) “dan ketertiban”.
Kata ‘ketertiban’ di sini diterjemahkan dan ditafsirkan secara beraneka ragam.
KJV: ‘a sound mind’ (= suatu pikiran yang sehat).
RSV: ‘self-control’ (= penguasaan diri).
NIV: ‘self-discipline’ (= kedisiplinan diri sendiri).
NASB: ‘discipline’ (= kedisiplinan).
Menurut Bible Works 7 kata Yunaninya bisa diterjemahkan seperti KJV atau seperti RSV.
A. T. Robertson: “‘Of discipline’ SOOFRONISMOU. A late Koine word (from SOOFRONIZOO, to control), self-control, here only in the New Testament.” [= ‘Dari disiplin’ (SOFRONISMOU). Suatu kata Koine kuno (dari SOFRONIZO, mengontrol), penguasaan diri, hanya di sini dalam Perjanjian Baru.].
Vincent: “‘Of a sound mind’ (SOOFRONISMOU). Occurs only here in the New Testament. Not occurring in the Septuagint. Not occurring in Classical writers. Not ‘self-control,’ but ‘the faculty of generating it in others or in oneself,’ making them SOOFRONES, ‘of sound mind.’ Compare Titus 2:4.” [= ‘Dari suatu pikiran yang sehat’ (SOFRONISMOU). Muncul hanya di sini dalam Perjanjian Baru. Tidak muncul dalam Septuaginta. Tidak muncul dalam penulis-penulis klasik. Bukan ‘penguasaan diri’, tetapi ‘kemampuan untuk menghasilkannya dalam orang-orang lain atau dalam diri sendiri’, membuat mereka SOFRONES, ‘dari pikiran yang sehat’. Bandingkan dengan Tit 2:4.].
Titus 2:4 - “dan dengan demikian mendidik (SOPHRONIZOSIN) perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya,”.
UBS New Testament Handbook Series: “The word for ‘self-control’ occurs only here in the whole New Testament and refers to ‘self discipline,’ ‘good judgment’ (SPCL), and ‘moderation.’ Its opposite is excessive self-indulgence or lack of good sense.” [= Kata untuk ‘penguasaan diri’ muncul hanya di sini dalam seluruh Perjanjian Baru dan menunjuk pada ‘pendisiplinan diri sendiri’, ‘penilaian yang baik’ (SPCL), dan ‘sikap yang tidak berlebih-lebihan’. Lawan katanya adalah pemuasan diri sendiri yang berlebih-lebihan atau kurangnya kemampuan untuk berpikir sehat / kemampuan untuk menilai.].
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “He is also the One who gives self-control (‘a sound mind’). This word is related to the words ‘sober’ and ‘sobriety’ that we often meet in the pastoralletters (1 Tim 2:9,15; Titus 1:8; 2:2,4,6,12). ‘Self-discipline’ is a better translation of ‘sound mind’ (2 Tim 1:7). It describes a person who is sensibly minded and balanced, who has his life under control.” [= Ia juga adalah Yang memberikan penguasaan diri (‘suatu pikiran yang sehat’). Kata ini berhubungan dengan kata-kata ‘waras / tak mabuk / bijaksana’ dan ‘kewarasan’ yang sering kita jumpai dalam surat-surat pastoral (1Tim 2:9,15; Titus 1:8; 2:2,4,6,12). ‘Disiplin diri sendiri’ merupakan suatu terjemahan yang lebih baik dari ‘pikiran sehat’ (2Tim 1:7). Itu menggambarkan seseorang yang berpikiran waras dan seimbang, yang mempunyai kehidupannya di bawah kontrol.].
Calvin: “But why did he afterwards add ‘love’ and ‘soberness’? In my opinion, it was for the purpose of distinguishing that power of the Spirit from the fury and rage of fanatics, who while they rush forward with reckless impulse, fiercely boast of having the Spirit of God. For that reason he expressly states that this powerful energy is moderated by ‘soberness and love,’ that is, by a calm desire of edifying” (= Tetapi mengapa ia belakangan menambahkan ‘kasih’ dan ‘kewarasan’? Dalam pandangan saya, itu adalah untuk tujuan membedakan kuasa / kekuatan dari Roh itu dari kemarahan dan kegusaran dari orang-orang fanatik, yang pada waktu mereka berlari ke depan dengan dorongan hati yang berani / sembrono, dengan sengit membanggakan bahwa mereka mempunyai Roh Allah. Untuk alasan itu ia secara explicit menyatakan bahwa tenaga yang kuat ini dilunakkan oleh ‘kewarasan dan kasih’, yaitu, oleh suatu keinginan yang tenang untuk mendidik).
The Biblical Illustrator (New Testament): “Soundness of mind is opposed to SUPERSTITION. A person in the dark sees nothing distinctly, and is therefore very apt to form confused and erroneous ideas of every object around him, his imagination giving to them what form and colour it pleases. Such is the situation of a superstitious man with respect to all objects of a spiritual or religious kind - he sees nothing in its proper form and proportion. A frequent and dangerous superstition is that which lays an undue stress on mere external religious observances. A man, therefore, of a sound mind, while he attributes to forms and ceremonies their true value, will not substitute them for more substantial good. He will manifest the soundness of his mind by preferring the substance to the form, and by endeavouring to possess the spirit of religion rather than the mere shadow of it.” (= Kesehatan dari pikiran dikontraskan dengan TAKHYUL. Seseorang dalam kegelapan tidak melihat apapun dengan jelas, dan karena itu sangat condong untuk membentuk gagasan-gagasan yang kacau dan salah tentang setiap obyek di sekitarnya, khayalannya memberi kepada hal-hal itu bentuk dan warna apapun yang disenanginya. Demikianlah situasi dari seorang yang bersifat takhyul berkenaan dengan semua obyek dari jenis rohani dan agamawi - ia tidak melihat apapun dalam bentuk dan proporsi yang benar. Takhyul yang sering dan berbahaya adalah yang memberikan suatu tekanan yang tidak semestinya pada semata-mata ibadah agamawi lahiriah. Karena itu, seseorang dengan pikiran yang sehat, sekalipun ia menghubungkan dengan bentuk-bentuk dan upacara-upacara nilai mereka yang benar, tidak akan menggantikan mereka untuk kebaikan yang lebih besar. Ia akan menyatakan kesehatan dari pikirannya dengan lebih memilih zat / hakekatnya dari bentuknya, dan dengan berusaha untuk memiliki roh dari agama dari pada semata-mata bayangannya.).
Contoh:
1. Takhyul kafir, misalnya:
a. Angka 13 dan angka 4, yang dianggap sebagai angka sial.
b. Shio, hong sui, astrologi / horoscope.
c. Banyak hal aneh-aneh yang berhubungan dengan kematian / orang mati, atau dengan pernikahan.
d. Dan sebagainya.
2. Takhyul Kristen.
a. Orang-orang yang menekankan baptisan / Perjamuan Kudus kelewat batas, atau memberi arti / manfaat kepada hal-hal itu, yang sama sekali tidak pernah diberikan oleh Alkitab. Misalnya dengan menganggap / mengajarkan bahwa baptisan / Perjamuan Kudus bisa menyembuhkan penyakit, menjadikan kita hebat / pandai dan sebagainya.
b. Penggunaan minyak urapan yang sama sekali ngawur (bdk. Kel 30:22-33!).
c. Penekanan berlebihan terhadap penggunaan Doa Bapa Kami, 12 Pengakuan Iman Rasuli dalam kebaktian.
d. Pandangan-pandangan yang berhubungan dengan Israel / Holy Land, seperti baptis ulang di Sungai Yordan, pemberkatan nikah ulang di sana dan sebagainya.
3) Arti kata-kata Paulus.
William Hendriksen: “The gist of Paul’s argument, then, would seem to be as follows: ‘My dear child, Timothy, fight that tendency of yours toward fearfulness. The Holy Spirit, given to you and me and every believer, is not the Spirit of timidity but of power and love and self-discipline. Avail yourself of that limitless, never-failing power ..., and you will proclaim God’s truth; of that intelligent, purposeful love ..., and you will comfort God’s children, even to the extent of visiting me in my Roman prison; and of that ever-necessary self-discipline or self-control ..., and you will wage God’s battle against cowardice, taking yourself in hand.’” (= Maka, inti dari argumentasi Paulus, kelihatannya adalah sebagai berikut: ‘Anakku yang kekasih, Timotius, perangilah kecenderunganmu pada ketakutan. Roh Kudus, yang diberikan kepadamu dan kepadaku dan kepada setiap orang percaya, bukanlah Roh dari ketakutan tetapi dari kuasa / kekuatan dan kasih dan disiplin diri sendiri. Gunakanlah bagi dirimu sendiri kekuatan yang tak terbatas dan tak pernah gagal itu ..., dan kamu akan memberitakan kebenaran Allah; kasih yang cerdas dan punya maksud tertentu ..., dan kamu akan menghibur anak-anak Allah, bahkan sampai pada tingkat mengunjungi aku dalam penjara Romawiku; dan disiplin diri sendiri atau penguasaan diri yang selalu perlu ..., dan kamu akan berperang dalam pertempuran Allah terhadap kepengecutan, sambil menguasai dirimu sendiri’.).
Catatan: bagian yang saya loncati dan gantikan dengan titik-titik adalah kata-kata Yunaninya, yang saya anggap tak terlalu perlu.
Wiersbe’s Expository Outlines (New Testament): “One of Timothy’s problems was cowardice, a timidity about facing problems and doing God’s work. His youthfulness probably contributed to this (1 Tim 4:12). Paul reminds Timothy that he was neglecting the gift God had given him (1 Tim 4:14) and that he needed to stir it up, ... Paul was not suggesting that Timothy was losing his salvation, for this is impossible, but that he was losing his zeal for the Lord and enthusiasm in the Lord’s work. Paul is writing about the Holy Spirit in v. 7. The Spirit does not generate fear in us (see Rom 8:15), but rather power, love, and discipline (sound mind, self-control). Every Christian needs all three! The Holy Spirit is the power of our lives (Acts 1:8; Eph 3:20-21; Phil 4:13). ... The Spirit also gives us ‘love’ for the fruit of the Spirit is ‘love’ (Gal 5:22). Our love for Christ, for the Word, for other believers, and for the lost, must come from the Spirit (Rom 5:5). The Spirit also gives us discipline and self-control; as a result we are not easily captured by our feelings or circumstances. When the Spirit is in control, we will experience peace and poise, and fear and cowardice will vanish. Note Acts 4:1-22, especially v. 13.” [= Salah satu problem Timotius adalah kepengecutan, suatu ketakutan dalam menghadapi problem-problem dan melakukan pekerjaan Allah. Usianya yang muda mungkin memberi sumbangsih kepada hal ini (1Tim 4:12). Paulus mengingatkan Timotius bahwa ia sedang menyia-nyiakan karunia yang Allah telah berikan kepadanya (1Tim 4:14) dan bahwa ia perlu mengobarkannya, ... Paulus tidak menunjukkan secara implicit bahwa Timotius sedang kehilangan keselamatannya, karena ini merupakan sesuatu yang mustahil, tetapi bahwa ia sudah kehilangan semangatnya untuk Tuhan dan antusiasmenya dalam pekerjaan Tuhan. Paulus sedang menulis tentang Roh Kudus dalam ay 7. Roh tidak membangkitkan rasa takut dalam diri kita (lihat Ro 8:15), tetapi kekuatan, kasih dan disiplin (pikiran sehat, penguasaan diri). Setiap orang Kristen membutuhkan ketiga hal ini! Roh Kudus adalah kuasa / kekuatan dari kehidupan kita (Kis 1:8; Ef 3:20-21; Fil 4:13). ... Roh juga memberi kita ‘kasih’ karena buah dari Roh adalah ‘kasih’ (Gal 5:22). Kasih kita untuk Kristus, untuk Firman, untuk orang-orang percaya yang lain, dan untuk orang-orang yang terhilang, harus datang dari Roh (Ro 5:5). Roh juga memberi kita disiplin dan penguasaan diri; dan sebagai akibatnya kita tidak mudah ditangkap / dikuasai oleh perasaan kita atau sikon. Pada waktu Roh menguasai, kita akan mengalami damai dan ketenangan, dan rasa takut dan kepengecutan akan hilang. Perhatikan Kis 4:1-22, khususnya ay 13.].
1Tim 4:12,14 - “(12) Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. ... (14) Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.”.
Kisah Para Rasul 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.
Ef 3:20-21 - “(20) Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, (21) bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin.”.
Filipi 4:13 - “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”.
Gal 5:22 - “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,”.
Roma 5:5 - “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”.
Kisah Para Rasul 4:7-13 - “(7) Lalu Petrus dan Yohanes dihadapkan kepada sidang itu dan mulai diperiksa dengan pertanyaan ini: ‘Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?’ (8) Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: ‘Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, (9) jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, (10) maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati - bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. (11) Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan - yaitu kamu sendiri -, namun ia telah menjadi batu penjuru. (12) Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’ (13) Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus.”.
2 Timotius 1:8: “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan Allah.”.
1) “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita”.
KJV: ‘Be not thou therefore ashamed of the testimony of our Lord’ (= Karena itu janganlah kamu malu tentang kesaksian dari / tentang Tuhan kita).
NIV ≈ Kitab Suci Indonesia; NASB ≈ KJV.
William Hendriksen: “The testimony ‘concerning our Lord’ (objective genitive; cf. I Tim. 2:6) is, of course, the gospel, as the very parallelism of the compound clause indicates. ‘Do not be ashamed of the testimony concerning our Lord,’ is explained by, ‘But, in fellowship with (me) suffer hardship for the gospel.’ And cf. Rom. 1:16. In the gospel we find the testimony concerning the works and words of the Lord (John 15:26, 27). Not to be ashamed of the gospel means to be proud of it.” [= Kesaksian ‘mengenai Tuhan kita’ (obyektif genitif; bdk. 1Tim 2:6) adalah, tentu saja, injil, seperti yang ditunjukkan oleh paralelisme dari anak kalimat gabungan. ‘Janganlah malu tentang kesaksian mengenai Tuhan kita’, dijelaskan oleh, ‘Tetapi, dalam persekutuan dengan (aku) menderitalah kesukaran untuk injil’. Dan bdk. Ro 1:16. Dalam injil kita menemukan kesaksian mengenai pekerjaan-pekerjaan dan kata-kata dari Tuhan (Yoh 15:26,27). Tidak malu tentang injil berarti bangga tentangnya.].
Roma 1:16 - “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.”.
Bagian yang saya garis-bawahi salah terjemahan; entah dari mana gerangan muncul terjemahan seperti itu.
KJV: ‘For I am not ashamed of the gospel of Christ’ (= Karena aku tidak malu tentang injil Kristus).
RSV/NIV/ ASB: ‘For I am not ashamed of the gospel’ (= Karena aku tidak malu tentang injil).
Calvin: “He said this, because the confession of the gospel was accounted infamous; and therefore he forbids that either ambition or the fear of disgrace shall prevent or retard him from the liberty of preaching the gospel. And he infers this from what has been already said; for he who is armed with the power of God will not tremble at the noise raised by the world, but will reckon it honorable that wicked men mark them with disgrace” (= Ia mengatakan ini, karena pengakuan tentang injil dianggap sebagai nama buruk; dan karena itu ia melarang bahwa ambisi atau takut tentang aib / malu menghalangi / mencegah atau menunda / memperlambat dia dari kebebasan pemberitaan injil. Dan ia menyimpulkan ini dari apa yang telah dikatakan; karena ia yang dipersenjatai dengan kuasa Allah tidak akan gemetar terhadap bunyi / keributan yang ditimbulkan / dikemukakan oleh dunia, tetapi akan menganggapnya terhormat bahwa orang-orang jahat menilai mereka dengan aib).
Bdk. 1Korintus 4:3-5 - “(3) Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiripun tidak kuhakimi. (4) Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan. (5) Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.”.
Bagian yang saya garis-bawahi salah terjemahan.
NIV: ‘(3) I care very little if I am judged by you or by any human court; indeed, I do not even judge myself. (4) My conscience is clear, but that does not make me innocent. It is the Lord who judges me. (5) Therefore judge nothing before the appointed time; wait till the Lord comes. He will bring to light what is hidden in darkness and will expose the motives of men’s hearts. At that time each will receive his praise from God’ [= (3) Aku tidak terlalu peduli jika aku dihakimi olehmu atau oleh pengadilan manusia; bahkan aku tidak menghakimi diriku sendiri. (4) Hati nuraniku bersih, tetapi itu tidak membuat aku tak berdosa. Tuhanlah yang menghakimi aku. (5) Karena itu jangan menghakimi apapun sebelum waktu yang ditetapkan; tunggulah sampai Tuhan datang. Ia akan menerangi apa yang tersembunyi dalam kegelapan dan menyingkapkan motivasi dari hati manusia. Pada saat itu setiap orang akan menerima pujiannya dari Allah].
NASB: ‘(3) But to me it is a very small thing that I should be examined by you, or by any human court; in fact, I do not even examine myself. (4) For I am conscious of nothing against myself, yet I am not by this acquitted; but the one who examines me is the Lord. (5) Therefore do not go on passing judgment before the time, but wait until the Lord comes who will both bring to light the things hidden in the darkness and disclose the motives of men’s hearts; and then each man’s praise will come to him from God’ [= (3) Tetapi bagiku merupakan sesuatu yang sangat kecil / remeh bahwa aku diperiksa / diuji olehmu, atau oleh pengadilan manusia manapun; bahkan aku tidak memeriksa / menguji diriku sendiri. (4) Karena aku tidak menyadari apapun menentang aku, tetapi bukan karena hal ini aku dibebaskan (dari tuduhan); tetapi yang memeriksa / menguji aku adalah Tuhan. (5) Karena itu jangan menghakimi sebelum waktunya, tetapi tunggulah sampai Tuhan datang yang akan menerangi hal-hal yang tersembunyi dalam kegelapan dan menyingkapkan motivasi hati manusia; dan lalu setiap pujian manusia akan datang kepadanya dari Allah].
Calvin: “there is no Christian that ought not to reckon himself a witness of Christ” (= tidak ada orang Kristen yang tidak harus menganggap dirinya sendiri seorang saksi dari / tentang Kristus).
Bandingkan dengan:
· Kisah Para Rasul 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.
· Mat 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.
Calvin: “Accordingly, the more hateful the doctrine of the gospel is in the world, the more earnestly should they labor to confess it openly” (= Sesuai dengan itu, makin doktrin tentang injil dibenci dalam dunia, makin dengan sungguh-sungguh mereka bekerja untuk mengakuinya secara terbuka / terang-terangan).
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Therefore’ - seeing that God hath given us such a spirit; not fear. ‘Be not thou, therefore, ashamed’ (at any time) ... Timothy had not yet evinced such shame; still Paul, being deserted by others who once promised fair, and aware of Timothy’s constitutional timidity ..., felt it necessary to guard him against the possibility of failure in bold confession of Christ. Shame (2 Tim 1:8) is the companion of fear (2 Timotius 1:7): if fear be overcome, false shame flees (Bengel). Paul himself (2 Tim 1:12), and Onesiphorus (2 Tim 1:16), were instances of fearless profession removing false ‘shame.’ Contrast sad instances of fear and shame, 2 Tim 1:15.” [= ‘Karena itu’ - melihat bahwa Allah telah memberi kita Roh seperti itu; bukan rasa takut / ketakutan. ‘Karena itu, janganlah kamu malu’ (pada saat apapun / kapanpun) ... Timotius belum menunjukkan rasa malu seperti itu; tetapi Paulus tetap saja, karena telah ditinggalkan oleh orang-orang lain yang pernah berjanji dengan indah (?), dan sadar tentang ketakutan yang hakiki dari Timotius ..., merasa perlu untuk menjaga dia terhadap kemungkinan dari kegagalan dalam pengakuan yang berani tentang Kristus. Malu (2Tim 1:8) adalah rekan / kawan dari ketakutan / rasa takut (2Tim 1:7): jika rasa takut dikalahkan, rasa malu yang salah lari (Bengel). Paulus sendiri (2Tim 1:12), dan Onesiforus (2Tim 1:16), adalah contoh-contoh dari pengakuan tanpa rasa takut yang menyingkirkan ‘rasa malu’ yang salah. Kontraskan contoh-contoh menyedihkan dari rasa takut dan malu, 2Tim 1:15.].
2Tim 1:12,15,16 - “(12) Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan. ... (15) Engkau tahu bahwa semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling dari padaku; termasuk Figelus dan Hermogenes. (16) Tuhan kiranya mengaruniakan rahmatNya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara.”.
2) “dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi InjilNya”.
KJV: ‘nor of me his prisoner’ (= atau tentang aku orang hukumanNya).
William Hendriksen: “‘... nor of me his prisoner.’ Not Nero’s prisoner is Paul, though it may seem that way, but ‘our Lord’s.’ The apostle always emphasizes that thought in connection with the idea of being a prisoner (Eph. 3:1; 4:1; Philem. 1,9). Now, the expression, ‘his prisoner’ does not only mean that it was for the defence of ‘our Lord’s’ gospel that Paul had been imprisoned, but also that whatever pertained to his incarceration was entirely safe in the hands of the Sovereign Disposer of destinies.” [= ‘... atau tentang aku orang hukumanNya’. Paulus bukan orang hukuman / tahanan dari Nero, sekalipun itu bisa terlihat seperti itu, tetapi orang hukuman / tahanan dari ‘Tuhan kita’. Sang rasul selalu menekankan pemikiran itu dalam hubungan dengan gagasan dari menjadi seorang tahanan / hukuman (Ef 3:1; 4:1; Filemon 1,9). Ungkapan ‘orang tahananNya’ tidak hanya berarti bahwa adalah untuk pembelaan dari injil ‘Tuhan kita’ maka Paulus telah dipenjara, tetapi juga bahwa apapun yang berhubungan dengan penahanannya adalah aman sepenuhnya dalam tangan dari Penentu yang Berdaulat dari nasib.].
Efesus 3:1 - “Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah”.
Efesus 4:1 - “Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.”.
Filemon 1,9 - “(1) Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami ... (9) tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu. Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus,”.
Barnes’ Notes: “This passage proves that, when Paul wrote this Epistle, he was in confinement; compare Eph 3:1; 6:20; Phil 1:13-14,16; Col 4:3,18; Philem 9. Timothy knew that he had been thrown into prison on account of his love for the gospel. To avoid that himself, there might be some danger that a timid young man might shrink from an open avowal of his belief in the same system of truth.” (= Text ini membuktikan bahwa pada waktu Paulus menulis Surat ini, ia ada dalam kurungan / penjara; bandingkan Ef 3:1; 6:20; Fil 1:13-14,16; Kol 4:3,18; Filemon 9. Timotius tahu bahwa ia dilemparkan ke dalam penjara karena kasihnya untuk injil. Untuk menghindari hal itu bagi dirinya sendiri, di sana bisa ada bahaya bahwa seorang muda yang penakut bisa mengkerut / mundur dari pengakuan terbuka / terang-terangan tentang kepercayaannya kepada sistim kebenaran yang sama.).
Efesus 6:20 - “yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara.”.
Fil 1:13-14,16 - “(13) sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus. (14) Dan kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut. ... (16) Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil,”.
Kolose 4:3,18 - “(3) Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus, yang karenanya aku dipenjarakan. ... (18) Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Ingatlah akan belengguku. Kasih karunia menyertai kamu.”.
Paulus masuk penjara bukan karena melakukan kejahatan apapun, tetapi karena memberitakan Injil! Jelas bahwa tak ada orang Kristen yang boleh malu karena pendeta / orang Kristen lain masuk penjara karena memberitakan Injil. Sebaliknya hal itu harus mendorong mereka untuk juga mau menderita bagi pemberitaan Injil!
Bdk. Fil 1:12-14 - “(12) Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil, (13) sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus. (14) Dan kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut”.
3) “oleh kekuatan Allah”.
William Hendriksen: “Timothy must be willing to bear ill treatment (cf. II Tim. 2:3) along with Paul. He must be willing to take his share of persecution; and this not in his own power, which would be impossible, but ‘according to (the) power of God.’ That power is infinite. It will enable a person to endure even unto death.” [= Timotius harus mau memikul perlakuan yang buruk (bdk. 2Tim 2:3) bersama-sama dengan Paulus. Ia harus rela untuk mengambil bagiannya dari penganiayaan; dan ini bukan dalam kekuatannya sendiri, yang merupakan sesuatu yang mustahil, tetapi ‘sesuai dengan kekuatan dari Allah’. Kekuatan itu tak terbatas. Itu akan memampukan seseorang untuk menahannya bahkan sampai pada kematian.].
Barnes’ Notes: “‘According to the power of God.’ That is, according to the power which God gives to those who are afflicted on account of the gospel. The apostle evidently supposes that they who were subjected to trials on account of the gospel, might look for divine strength to uphold them, and asks him to endure those trials, relying on that strength, and not on his own.” (= ‘Sesusi dengan kekuatan Allah’. Artinya, sesuai dengan kekuatan yang Allah berikan kepada mereka yang menderita karena injil. Sang rasul jelas menganggap bahwa mereka yang menjadi sasaran dari pencobaan-pencobaan karena injil, boleh / bisa mencari / melihat pada kekuatan ilahi untuk menguatkan mereka, dan memintaNya untuk menahan pencobaan-pencobaan itu, sambil bersandar pada kekuatan itu, dan bukan pada kekuatannya sendiri.).
Tanpa kekuatan dari Allah tidak mungkin kita bisa berani memberitakan Injil, apalagi pada waktu melihat / mendengar adanya orang yang dipenjarakan / dianiaya / dibunuh karena memberitakan Injil! Bandingkan dengan:
a) Kisah Para Rasul 4:20-31 - “(20) Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.’ (21) Mereka semakin keras mengancam rasul-rasul itu, tetapi akhirnya melepaskan mereka juga, sebab sidang tidak melihat jalan untuk menghukum mereka karena takut akan orang banyak yang memuliakan nama Allah berhubung dengan apa yang telah terjadi. (22) Sebab orang yang disembuhkan oleh mujizat itu sudah lebih dari empat puluh tahun umurnya. (23) Sesudah dilepaskan pergilah Petrus dan Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka. (24) Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: ‘Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. (25) Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hambaMu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? (26) Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang DiurapiNya. (27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu. (29) Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hambaMu keberanian untuk memberitakan firmanMu. (30) Ulurkanlah tanganMu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, HambaMu yang kudus.’ (31) Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani”.
b) Kisah Para Rasul 5:26-42 - “(26) Maka pergilah kepala pengawal serta orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu, tetapi tidak dengan kekerasan, karena mereka takut, kalau-kalau orang banyak melempari mereka. (27) Mereka membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah Agama. Imam Besar mulai menanyai mereka, (28) katanya: ‘Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami.’ (29) Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ‘Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. (30) Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. (31) Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kananNya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. (32) Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.’ (33) Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu. (34) Tetapi seorang Farisi dalam Mahkamah Agama itu, yang bernama Gamaliel, seorang ahli Taurat yang sangat dihormati seluruh orang banyak, bangkit dan meminta, supaya orang-orang itu disuruh keluar sebentar. (35) Sesudah itu ia berkata kepada sidang: ‘Hai orang-orang Israel, pertimbangkanlah baik-baik, apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang ini! (36) Sebab dahulu telah muncul si Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa dan ia mempunyai kira-kira empat ratus orang pengikut; tetapi ia dibunuh dan cerai-berailah seluruh pengikutnya dan lenyap. (37) Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, muncullah si Yudas, seorang Galilea. Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan cerai-berailah seluruh pengikutnya. (38) Karena itu aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, (39) tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah.’ Nasihat itu diterima. (40) Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. (41) Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus. (42) Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.”.
c) Kisah Para Rasul 8:1b-4 - “(1b) Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. (2) Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat. (3) Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara. (4) Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil”.
d) Kisah Para Rasul 14:19-22 - “(19) Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati. (20) Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe. (21) Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. (22) Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.”.
e) Kisah Para Rasul 20:18-24 - “(18) Sesudah mereka datang, berkatalah ia kepada mereka: ‘Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini: (19) dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku. (20) Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; (21) aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus. (22) Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ (23) selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. (24) Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.”.
Catatan: yang saya beri garis bawah ganda menunjukkan penderitaan dan penganiayaan yang dialami oleh rasul-rasul, sedangkan yang saya beri garis bawah tunggal adalah sikap mereka yang terus memberitakan Injil dalam penderitaan tersebut, oleh kekuatan dari Allah.
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “Years ago, I read about a Christian who was in prison because of his faith. He was to be burned at the stake, and he was certain he would never be able to endure the suffering. One night, he experimented with pain by putting his little finger into the candle flame. It hurt, and he immediately withdrew it. ‘I will disgrace my Lord,’ he said to himself. ‘I cannot bear the pain.’ But when the hour came for him to die, he praised God and gave a noble witness for Jesus Christ. God gave him the power when he needed it, and not before.” (= Bertahun-tahun yang lalu, saya membaca tentang seorang Kristen yang ada dalam penjara karena imannya. Ia akan dibakar pada tiang untuk hukuman dengan pembakaran, dan ia yakin bahwa ia tidak akan pernah bisa menahan penderitaan itu. Suatu malam, ia melakukan percobaan dengan rasa sakit dengan meletakkan kelingkingnya ke dalam nyala api dari lilin. Itu menyakitkan, dan ia segera menariknya. ‘Aku akan mempermalukan Tuhanku’, ia berkata kepada dirinya sendiri. ‘Aku tak bisa menahan rasa sakit itu’. Tetapi ketika saatnya tiba baginya untuk mati, ia memuji Allah dan memberikan suatu kesaksian yang mulia untuk Yesus Kristus. Allah memberinya kekuatan pada waktu ia membutuhkannya, dan tidak sebelumnya.).
2 Timotius 1:9-10: “(9) Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman (10) dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.”.
1) “Dialah yang menyelamatkan kita”.
Calvin: “From the greatness of the benefit he shews how much we owe to God; for the salvation which he has bestowed on us easily swallows up all the evils that must be endured in this world. ... So then he means that they who, having obtained through Christ not a fading or transitory, but an eternal salvation, shall spare their fleeting life or honor rather than acknowledge their Redeemer; are excessively ungrateful” (= Dari besarnya keuntungan ia menunjukkan betapa banyak kita berhutang kepada Allah; karena keselamatan yang telah Ia berikan kepada kita dengan mudah menelan semua kejahatan yang harus ditahan dalam dunia ini. ... Jadi ia memaksudkan bahwa mereka yang telah mendapatkan melalui Kristus suatu keselamatan, bukan yang memudar / luntur atau sementara tetapi yang kekal, tetapi menyelamatkan nyawa / hidup mereka yang berlalu dengan cepat atau kehormatan mereka dari pada mengakui Penebus mereka, adalah sangat tidak tahu berterima-kasih).
Calvin: “salvation must not be sought anywhere but in Christ” (= keselamatan tidak boleh dicari dimanapun kecuali dalam Kristus).
Dalam ayat yang jelas berbicara tentang predestinasi seperti ini Calvin tetap mengatakan bahwa keselamatan hanya bisa dicari di dalam Kristus! Pada saat ahli theologia ini bicara tentang hal-hal yang sangat doktrinal, ia tidak lupa / meninggalkan injil! Moga-moga saja semua orang Reformed juga mempunyai sikap injili seperti itu!
2) “dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman”.
KJV: ‘and called us with an holy calling’ (= dan memanggil kita dengan suatu panggilan kudus).
RSV/NASB: ‘and called us with a holy calling’ (= dan memanggil kita dengan suatu panggilan kudus).
NIV: ‘and called us to a holy life’ (= dan memanggil kita pada suatu kehidupan yang kudus).
a) Mengapa dalam ayat ini ‘memanggil kita’ mendahului ‘menyelamatkan kita’?
2 Timotius 1:9 - “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman”.
Jamieson, Fausset & Brown: “The ‘saved us’ in His purpose of ‘grace, given us in Christ before the world began,’ precedes His ‘calling’ us in due time with a call made effective by the Holy Spirit; therefore, ‘saved us’ comes before ‘called us’ (Rom 8:28-30).” [= ‘Menyelamatkan kita’ dalam rencanaNya dari ‘kasih karunia, yang diberikan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum dunia mulai / dijadikan’, mendahului ‘panggilan’Nya kepada kita pada waktunya dengan suatu panggilan yang dibuat efektif oleh Roh Kudus; karena itu, ‘menyelamatkan kita’ mendahului ‘memanggil kita’ (Ro 8:29-30).].
Ro 8:29-30 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya.”.
b) Panggilan kudus = panggilan untuk hidup kudus.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Holy calling’ - the actual call to holiness, and ‘the fellowship of His Son’ (1 Cor 1:9; Heb 3:1, ‘heavenly calling:’ whereas we were sinners and enemies, Eph 1:18; 4:1). The call comes wholly from, and claims us wholly for, God. ‘Holy’ implies the believer’s separation from the world unto God.” [= ‘Panggilan kudus’ - panggilan sungguh-sungguh kepada kekudusan, dan ‘persekutuan dari / dengan AnakNya’ (1Kor 1:9; Ibr 3:1, ‘panggilan surgawi’: sedangkan kita adalah orang-orang berdosa dan musuh-musuh, Ef 1:18; 4:1). Panggilan itu sepenuhnya datang dari, dan mengclaim kita sepenuhnya bagi, Allah. ‘Kudus’ secara implicit menunjuk pada pemisahan orang-orang percaya dari dunia bagi Allah.].
1Korintus 1:9 - “Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan AnakNya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.”.
Ibrani 3:1 - “Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus,”.
Efesus 1:18 - “Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilanNya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukanNya bagi orang-orang kudus,”.
Efesus 4:1 - “Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.”.
William Hendriksen (tentang 2Tesalonika 1:11): “In the New Testament κλῆσις is always the divine call to salvation: Rom. 11:29; I Cor. 1:26; 7:20; Eph. 1:18; 4:1,4; Phil. 3:14; II Tim. 1:9; Heb. 3:1; II Peter 1:10. ... we see no need of interpreting the term as used here in II Thess. 1:11 in any other way than as indicating the effective Gospel call.” (= Dalam Perjanjian Baru κλῆσις / KLESIS selalu adalah panggilan ilahi kepada keselamatan: Ro 11:29; 1Kor 1:26; 7:20; Ef 1:18; 4:1,4; Fil 3:14; 2Tim 1:9; Ibr 3:1; 2Pet 1:10. ... kami tidak melihat kebutuhan untuk menafsirkan istilah ini sebagaimana yang digunakan di sini dalam 2Tes 1:11 dengan cara lain manapun dari pada sebagai menunjukkan panggilan Injil yang efektif.) - hal 162, footnote (Libronix).
Roma 11:29 - “Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilanNya.”.
1Korintus 1:26 - “Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.”.
1Korintus 7:20 - “Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah.”.
Ef 1:18 - “Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilanNya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukanNya bagi orang-orang kudus,”.
Ef 4:1,4 - “(1) Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. ... (4) satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,”.
Ibr 3:1 - “Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus,”.
2Pet 1:10 - “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.”.
William Hendriksen: “in saving us he made us the recipients of ‘the effective gospel call’ ..., which is always ‘a holy calling,’ for not only does it reveal God’s holiness but it is also distinctly a call unto holiness of life, unto a holy task, and unto a condition of everlasting sinlessness and virtue (Eph. 4:1; Phil. 3:14; II Thess. 1:11).” [= dalam menyelamatkan kita Ia membuat kita menjadi penerima-penerima dari ‘panggilan injil yang efektif’ ..., yang selalu adalah ‘panggilan kudus’, karena itu bukan hanya menyatakan kekudusan Allah tetapi itu juga dengan jelas merupakan suatu panggilan kepada kekudusan kehidupan, kepada tugas yang kudus, dan kepada suatu kondisi dari ketidak-berdosaan dan kebaikan yang kekal (Ef 4:1; Fil 3:14; 2Tes 1:11).].
Fil 3:14 - “dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”.
NASB: ‘I press on toward the goal for the prize of the upward call of God in Christ Jesus.’ (= Aku mendesak maju ke arah tujuan untuk hadiah dari panggilan ke arah atas dari Allah dalam Kristus Yesus.).
2Tes 1:11 - “Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilanNya dan dengan kekuatanNya menyempurnakan kehendakmu untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu,”.
c) Bukan berdasarkan perbuatan baik kita tetapi berdasarkan rencana Allah dari kekekalan.
2Tim 1:9 - “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman”.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Not according to’ - not having regard to our works in His election and calling (Rom 9:11; Eph 2:8-9). ‘His own purpose.’ Salvation originated from His own purpose of goodness; not for (?) works of ours, but wholly of His gratuitous, electing love (Theodoret and Calvin). ‘Grace which was given us’ - in His everlasting purpose, regarded as actually given. ‘In Christ.’ Believers are viewed by God as IN HIM, with whom the Father makes the covenant (Eph 1:4; 3:11).” [= ‘Bukan berdasarkan’ - tidak mempedulikan / mempertimbangkan perbuatan baik kita dalam pemilihan dan panggilanNya (Ro 9:11; Ef 2:8-9). ‘Maksud / rencanaNya sendiri’. Keselamatan berasal mula dari rencana kebaikanNya sendiri; bukan dari perbuatan baik kita, tetapi sepenuhnya dari kasih yang bersifat kasih karunia dan memilih (Theodoret dan Calvin). ‘Kasih karunia yang telah diberikan kepada kita’ - dalam rencana kekalNya, dianggap sebagai sungguh-sungguh telah diberikan. ‘Dalam Kristus’. Orang-orang percaya dipandang oleh Allah sebagai DALAM DIA, dengan siapa Bapa membuat perjanjian (Ef 1:4; 3:11).].
Ro 9:11 - “Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya -”.
Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”.
Ef 1:4 - “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya.”.
Ef 3:11 - “sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakanNya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”.
Barnes’ Notes: “‘Not according to our works’ Titus 3:5; notes, Eph 2:8-9. The idea is, that our own works have nothing to do in inducing God to call us. As, when we BECOME Christians, he does not choose us BECAUSE of our works, so the eternal purpose in regard to our salvation could not have been formed because he foresaw that we WOULD perform such works as would be a reason why he should choose us. The whole arrangement was irrespective of our deserts.” (= ‘Bukan berdasarkan perbuatan kita’ Titus 3:5; catatan, Ef 2:8-9. Gagasannya adalah, bahwa perbuatan baik kita sama sekali tidak menyebabkan Allah memanggil kita. Seperti, pada waktu kita menjadi orang-orang Kristen, Ia tidak memilih kita KARENA perbuatan baik kita, demikian juga rencana kekal berkenaan dengan keselamatan kita tidak bisa telah dibentuk karena Ia melihat lebih dulu bahwa kita akan melakukan perbuatan-perbuatan sedemikian rupa yang merupakan alasan mengapa Ia memilih kita. Seluruh pengaturan tak ada hubungannya dengan ganjaran kita).
Barnes’ Notes: “‘Which was given us in Christ Jesus, before the world began’ That is, which he INTENDED to give us, for it was not then ACTUALLY given. The thing was so certain in the divine purposes, that it might be said to be already done” (= ‘Yang telah diberikan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum dunia dijadikan’. Artinya, yang Ia MAKSUDKAN untuk berikan kepada kita, karena itu bukannya SUNGGUH-SUNGGUH telah diberikan pada saat itu. Hal itu begitu pasti dalam rencana ilahi, sehingga itu bisa dikatakan sebagai telah terjadi / dilakukan).
Calvin: “He describes the source both of our calling and of the whole of our salvation. We had not works by which we could anticipate God; but the whole depends on his gracious purpose and election; for in the two words purpose and grace there is the figure of speech called Hypallage, and the latter must have the force of an objection, as if he had said, - ‘according to his gracious purpose.’ Although Paul commonly employs the word ‘purpose’ to denote the secret decree of God, the cause of which is in his own power, yet, for the sake of fuller explanation, he chose to add ‘grace,’ that he might more clearly exclude all reference to works. And the very contrast proclaims loudly enough that there is no room for works where the grace of God reigns, especially when we are reminded of the election of God, by which he was beforehand with us, when we had not yet been born. ... From the order of time he argues, that, by free grace, salvation was given to us which we did not at all deserve; for, if God chose us before the creation of the world, he could not have regard to works, of which we had none, seeing that we did not then exist” (= Ia menggambarkan sumber dari baik panggilan kita dan dari seluruh keselamatan kita. Kita tidak mempunyai perbuatan baik dengan mana kita bisa mengantisipasi Allah; tetapi seluruhnya tergantung pada rencana dan pemilihanNya yang penuh kasih karunia; karena dalam dua kata ‘rencana’ dan ‘kasih karunia’ di sana ada gaya bahasa yang disebut Hypallage, dan kata yang terakhir harus mempunyai kekuatan dari suatu keberatan, seakan-akan ia telah mengatakan, - ‘sesuai dengan rencanaNya yang penuh kasih karunia’. Sekalipun Paulus biasanya menggunakan kata ‘rencana’ untuk menunjuk pada ketetapan rahasia dari Allah, yang penyebabnya ada dalam kuasaNya sendiri, tetapi demi penjelasan yang lebih penuh, ia memilih untuk menambahkan kata ‘kasih karunia’, supaya ia bisa dengan lebih jelas membuang semua hubungan dengan perbuatan baik. Dan kontrasnya menyatakan dengan cukup keras bahwa di sana tidak ada tempat bagi perbuatan baik dimana kasih karunia Allah bertakhta, khususnya pada waktu kita diingatkan tentang pemilihan Allah, dengan mana Ia telah bersama dengan kita sebelumnya, pada waktu kita belum dilahirkan. ... Dari urut-urutan waktu ia berargumentasi bahwa, oleh kasih karunia yang cuma-cuma / gratis, keselamatan diberikan kepada kita yang sama sekali tidak layak kita dapatkan; karena, jika Allah memilih kita sebelum penciptaan dunia / alam semesta, Ia tidak bisa menghargai / mempedulikan perbuatan baik, yang sama sekali tidak kita punyai, karena pada saat itu kita belum ada).
Bdk. Ro 9:10-13 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’”.
Calvin: “This giving of grace, which he mentions, is nothing else than predestination, by which we were adopted to be the sons of God. On this subject I wished to remind my readers, because God is frequently said actually to ‘give’ his grace to us when we receive the effect of it. But here Paul sets before us what God purposed with himself from the beginning” (= Pemberian kasih karunia, yang ia sebutkan, bukan lain dari predestinasi, oleh mana kita diadopsi menjadi anak-anak Allah. Tentang pokok ini saya ingin mengingatkan pembaca-pembaca saya, karena Allah sering dikatakan sungguh-sungguh ‘memberi’ kasih karuniaNya kepada kita pada waktu kita menerima akibat / hasil darinya. Tetapi di sini Paulus meletakkan di hadapan kita apa yang Allah rencanakan dengan diriNya sendiri dari semula).
Calvin mengatakan bahwa di sini ia hanya membicarakan hal ini secara singkat karena ia sudah membahasnya dalam Ef 1. Karena itu mari kita melihat tafsirannya tentang Ef 1:4.
Ef 1:4,5,11 - “(4) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, SUPAYA KITA KUDUS DAN TAK BERCACAT DI HADAPANNYA. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya, .... (11) Aku katakan ‘di dalam Kristus’, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan - kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya”.
Calvin (tentang Ef 1:4): “The foundation and first cause, both of our calling and of all the benefits which we receive from God, is here declared to be his eternal election. If the reason is asked, why God has called us to enjoy the gospel, why he daily bestows upon us so many blessings, why he opens to us the gate of heaven, the answer will be constantly found in this principle, ‘that he hath chosen us before the foundation of the world.’ The very time when the election took place proves it to be free; for what could we have deserved, or what merit did we possess, before the world was made? How childish is the attempt to meet this argument by the following sophism! ‘We were chosen because we were worthy, and because God foresaw that we would be worthy.’ We were all lost in Adam; and therefore, had not God, through his own election, rescued us from perishing, there was nothing to be foreseen. ... But though they had not yet acted, might a sophist of the Sorbonne reply, God foresaw that they would act. This objection has no force when applied to the depraved natures of men, in whom nothing can be seen but materials for destruction” (= Dasar dan penyebab pertama, baik dari panggilan kita dan dari semua manfaat yang kita terima dari Allah, di sini dinyatakan sebagai pemilihan kekalNya. Jika alasannya ditanyakan, mengapa Allah telah memanggil kita untuk menikmati injil, mengapa Ia sehari-hari / setiap hari memberi kepada kita begitu banyak berkat, mengapa Ia membuka bagi kita pintu gerbang surga, jawabannya akan secara tetap ditemukan dalam prinsip ini, ‘bahwa Ia telah memilih kita sebelum dunia dijadikan’. Saat dimana pemilihan itu terjadi membuktikan bahwa pemilihan itu bebas / cuma-cuma; karena apa yang bisa layak kita dapatkan, atau jasa apa yang kita miliki, sebelum dunia / alam semesta dibuat? Betapa kekanak-kanakan usaha untuk menyangkal argumentasi ini dengan argumentasi yang cerdik tetapi salah sebagai berikut: ‘Kita telah dipilih karena kita layak, dan karena Allah melihat lebih dulu bahwa kita akan menjadi layak’. Kita semua terhilang di dalam Adam; dan karena itu, seandainya Allah, melalui pemilihanNya sendiri, tidak menolong kita dari kebinasaan, di sana tidak ada apapun yang dilihat lebih dulu. ... Tetapi sekalipun mereka belum berbuat, seorang sophist dari Sorbonne mungkin menjawab, Allah melihat lebih dulu bahwa mereka akan berbuat. Keberatan ini tidak mempunyai kekuatan pada waktu diterapkan kepada manusia yang bejat, dalam diri siapa tak ada yang bisa dilihat kecuali materi-materi / bahan-bahan untuk kebinasaan).
Calvin (tentang Ef 1:4): “‘In Christ.’ This is the second proof that the election is free; for if we are chosen ‘in Christ,’ it is not of ourselves. It is not from a perception of anything that we deserve, but because our heavenly Father has introduced us, through the privilege of adoption, into the body of Christ. In short, the name of Christ excludes all merit, and everything which men have of their own; for when he says that we are ‘chosen in Christ,’ it follows that in ourselves we are unworthy” (= ‘Dalam Kristus’. Ini adalah bukti kedua bahwa pemilihan itu bebas / cuma-cuma; karena jika kita dipilih ‘dalam Kristus’, itu bukan dari kita sendiri. Itu bukan dari suatu pengertian tentang apapun yang kita layak dapatkan, tetapi karena Bapa surgawi kita telah memperkenalkan kita, melalui hak adopsi, ke dalam tubuh Kristus. Singkatnya, nama Kristus mengeluarkan / membuang semua jasa dan segala sesuatu yang manusia punyai dari diri mereka sendiri; karena pada waktu ia katakan bahwa kita ‘dipilih dalam Kristus’, logika selanjutnya adalah bahwa dalam diri kita sendiri kita tidak layak).
Calvin (tentang Ef 1:4): “‘That we should be holy.’ ... This leads us to conclude, that holiness, purity, and every excellence that is found among men, are the fruit of election; so that once more Paul expressly puts aside every consideration of merit. If God had foreseen in us anything worthy of election, it would have been stated in language the very opposite of what is here employed, and which plainly means that all our holiness and purity of life flow from the election of God. How comes it then that some men are religious, and live in the fear of God, while others give themselves up without reserve to all manner of wickedness? If Paul may be believed, the only reason is, that the latter retain their natural disposition, and the former have been chosen to holiness. The cause, certainly, is not later than the effect. Election, therefore, does not depend on the righteousness of works, of which Paul here declares that it is the cause” (= ‘Supaya kita kudus’. ... Ini membimbing kita untuk menyimpulkan bahwa kekudusan, kemurnian, dan setiap keunggulan yang ditemukan di antara manusia, adalah buah dari pemilihan; sehingga sekali lagi Paulus secara explicit mengesampingkan setiap pertimbangan tentang jasa. Seandainya Allah telah melihat lebih dulu dalam diri kita apapun yang layak untuk pemilihan, itu akan sudah dinyatakan dalam kata-kata yang bertentangan dengan apa yang di sini digunakan, dan yang dengan jelas berarti bahwa semua kekudusan dan kemurnian kehidupan kita mengalir dari pemilihan Allah. Bagaimana bisa terjadi bahwa sebagian orang adalah relijius, dan hidup dalam takut kepada Allah, sedangkan orang-orang lain menyerahkan diri mereka sendiri tanpa batasan pada semua cara / jalan dari kejahatan? Jika Paulus bisa / boleh dipercayai, satu-satunya alasan adalah, bahwa yang terakhir mempertahankan kecondongan alamiah mereka, dan yang terdahulu telah dipilih pada kekudusan. Penyebabnya jelas bukan lebih belakang dari pada hasilnya. Karena itu, pemilihan tidak tergantung pada kebenaran dari perbuatan baik, tentang mana Paulus di sini menyatakan bahwa itu adalah penyebabnya).
3) “dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.” (2 TIMOTIUS 1:10).
a) Terjemahan.
1. Kata ‘kuasa’ yang saya coret itu seharusnya tidak ada.
KJV: ‘who hath abolished death’ (= yang telah menghapuskan / meniadakan maut).
RSV/NASB: ‘who abolished death’ (= yang telah menghapuskan / meniadakan maut).
NIV: ‘who has destroyed death’ (= yang telah menghancurkan maut).
2. Kata ‘kedatangan’ seharusnya adalah ‘pemunculan’.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the appearing’ (= pemunculan).
b) Beberapa komentar tentang ayat ini.
Jamieson, Fausset & Brown: “‘But is now made manifest’ - in contrast to its concealment heretofore in God’s eternal purpose ‘before the world began’ (2 Timotius 1:9; Col 1:26; Titus 1:2-3). ‘Appearing,’ (EPIFANEIAS) - Christ’s whole manifestation on earth.” [= ‘dan yang sekarang dinyatakan’ - dalam kontras dengan penyembunyiannya sampai sekarang dalam rencana kekal Allah ‘sebelum dunia mulai’ (2Timotius 1:9; Kolose 1:26; Tit 1:2-3). ‘Pemunculan’ (EPIPHANEIAS) - seluruh manifestasi Kristus di bumi.].
Calvin: “Observe how appropriately he connects the faith which we have from the gospel within God’s secret election, and assigns to each of them its own place. God has now called us by the gospel, not because he has suddenly taken counsel about our salvation, but because he had so determined from all eternity. Christ hath now ‘appeared’ for our salvation, not because the power of saving has been recently bestowed on him, but because this grace was laid up in him for us before the creation of the world” (= Perhatikan betapa cocok ia menghubungkan iman yang kita miliki dari injil di dalam pemilihan rahasia dari Allah, dan menempatkan masing-masing di tempatnya sendiri. Allah sekarang telah memanggil kita oleh injil, bukan karena Ia tiba-tiba telah berunding / meminta nasehat tentang keselamatan kita, tetapi karena Ia telah menentukan demikian dari kekekalan. Kristus sekarang telah ‘muncul’ untuk keselamatan kita, bukan karena kuasa menyelamatkan telah diberikan kepadaNya baru-baru ini, tetapi karena kasih karunia ini disimpan dalam Dia bagi kita sebelum penciptaan dunia / alam semesta).
Catatan: komentar ini bukan hanya tentang ay 10 saja tetapi tentang ay 9-10 - “(9) Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman (10) dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.”.
Matthew Henry: “By the gospel of Christ death is abolished: ‘He has abolished death,’ not only weakened it, but taken it out of the way, has broken the power of death over us; by taking away sin he has abolished death (for the sting of death is sin, 1 Cor 15:56), in altering the property of it, and breaking the power of it. Death now of an enemy has become a friend; it is the gate by which we pass out of a troublesome, vexatious, sinful world, into a world of perfect peace and purity; and the power thereof is broken, for death does not triumph over those who believe the gospel, but they triumph over it.” [= Oleh injil Kristus maut dihapuskan / ditiadakan: ‘Ia telah menghapuskan / meniadakan maut’, bukan hanya melemahkannya, tetapi mengambilnya / menghilangkannya, telah mematahkan kuasa dari maut atas kita; dengan mengambil dosa Ia telah menghapuskan maut (karena sengat dari maut adalah dosa, 1Kor 15:56), dalam mengubah sifatnya, dan mematahkan kuasanya. Sekarang maut dari seorang musuh telah menjadi seorang sahabat; itu adalah pintu gerbang oleh mana kita melewati dunia yang menyusahkan, menjengkelkan, berdosa, ke dalam suatu dunia dari damai dan kemurnian yang sempurna; dan kuasa darinya dipatahkan, karena maut tidak menang atas mereka yang percaya injil, tetapi mereka menang atasnya.].
Bdk. 1Kor 15:55-56 - “(55) Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?’ (56) Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.”.
2 Timotius 1:11: “Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru.”.
1) Terjemahan KJV.
KJV: ‘Whereunto I am appointed a preacher, and an apostle, and a teacher of the Gentiles’ (= Untuk mana Aku ditetapkan sebagai seorang pengkhotbah / pemberita, dan seorang rasul, dan seorang guru dari orang-orang non Yahudi).
Catatan: kata-kata ‘to the Gentiles’ (= kepada / bagi orang-orang non Yahudi) ada dalam terjemahan KJV/NKJV, tetapi tidak ada dalam RSV/NIV/NASB/ASV.
Bruce Metzger mengatakan bahwa kata-kata ini ditambahkan oleh banyak manuscript dari 1Tim 2:7 - “Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul - yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta - dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.”.
Metzger mengatakan bahwa seandainya kata-kata ini memang asli, maka tidak ada alasan bagi manuscript-manuscript yang lain untuk menghapuskannya. Vincent juga berpendapat serupa.
Calvin: “‘To the Gentiles;’ for the main hinge of the controversy was about them, because the Jews denied that the promises of life belonged to any others than to the fleshly children of Abraham. In order, therefore, that the salvation of the Gentiles may not be called in question, he affirms that to them he has been especially sent by God” (= ‘Kepada / bagi orang-orang non Yahudi’; karena engsel utama dari kontroversi adalah tentang mereka, karena orang-orang Yahudi menyangkal bahwa janji-janji dari kehidupan adalah milik dari orang-orang lain manapun selain dari anak-anak secara daging dari Abraham. Karena itu, supaya keselamatan dari orang-orang non Yahudi tidak dipertanyakan, ia menegaskan bahwa ia telah diutus secara khusus oleh Allah kepada mereka).
Yesus datang bukan hanya untuk satu bangsa / golongan manapun, tetapi untuk semua bangsa / golongan! Dari bangsa / golongan manapun saudara berasal, Yesus datang untuk saudara, dan saudara bisa diselamatkan, asal saudara percaya kepada Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara! Dan dari bangsa / golongan manapun seseorang berasal, kita harus memberitakan Injil kepadanya, karena Yesus juga datang untuk dia!
2) Kalau dalam 2 Timotius 1:10 Paulus meninggikan / memuji injil, maka sekarang ia mempertahankan jabatan / kedudukannya sebagai pemberita injil tersebut!
Calvin: “Not without good reason does he so highly commend the gospel along with his apostleship. Satan labors, beyond all things else, to banish from our hearts, by every possible method, the faith of sound doctrine; and as it is not always easy for him to do this if he attack us in open war, he steals upon us by secret and indirect methods; for, in order to destroy the credibility of doctrine, he holds up to suspicion the calling of godly teachers. Paul, therefore, having death before his eyes, and knowing well the ancient and ordinary snares of Satan, determined to assert not only the doctrine of the gospel in general, but his own calling. ... This is the reason why Paul expressly wishes to be acknowledged to be a faithful and lawful minister of that life-giving doctrine which he had mentioned” (= Bukan tanpa alasan yang baik ia dengan begitu tinggi memuji injil bersama-sama dengan kerasulannya. Iblis berjerih payah, melebihi segala sesuatu yang lain, untuk membuang dari hati kita, dengan setiap metode yang memungkinkan, iman dari doktrin / ajaran yang sehat; dan karena tidak selalu mudah baginya untuk melakukan ini jika ia menyerang kita dalam perang terbuka, ia tiba-tiba mendatangi kita dengan metode yang rahasia dan tidak langsung; karena, untuk menghancurkan credibilitas dari doktrin / ajaran, ia mengangkat kecurigaan panggilan dari guru-guru yang saleh. Karena itu, Paulus, mempunyai kematian di depan matanya, dan tahu dengan benar jerat-jerat yang kuno dan biasa dari Iblis, memutuskan untuk menegaskan bukan hanya doktrin / ajaran dari injil secara umum, tetapi juga panggilannya sendiri. ... Ini adalah alasan mengapa Paulus secara explicit menginginkan untuk diakui sebagai seorang pelayan yang setia dan sah dari doktrin / ajaran pemberi-hidup yang telah ia sebutkan).
Catatan: ‘credibility’ (= credibilitas / keadaan dapat dipercaya).
Penerapan: Dengan merusak orangnya maka setan secara otomatis berhasil membuat ajarannya tidak diterima orang. Kalau Paulus saja, yang adalah seorang rasul, bisa diragukan credibilitasnya, apalagi pendeta-pendeta dan hamba-hamba Tuhan jaman sekarang! Dan setan sering berusaha menghancurkan credibilitas dari hamba-hamba Tuhan, dengan memfitnah / menyebarkan gossip tentang mereka! Karena itu, hati-hatilah baik dengan mulut / lidah maupun dengan telinga saudara, supaya jangan saudara dipakai setan untuk hal terkutuk itu!
Bdk. 1Timotius 5:19 - “Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali kalau didukung dua atau tiga orang saksi.”.
3) Tiga jabatan / kedudukan Paulus berhubungan dengan injil: pemberita, rasul, dan guru / pengajar.
William Barclay: “This gospel laid three obligations on Paul. (a) It made him a herald. The word is KERUX, which has three main lines of meaning, each with something to suggest about our Christian duty. The KERUX was the herald who brought the announcement from the king. The KERUX was the one who was sent when two armies were opposed to each other, who brought the terms of or the request for truce and peace. The KERUX was the person whom an auctioneer or a merchant employed to advertise the wares and invite people to come and buy. So, the Christian is to be the one who brings the message to others; the one who brings men and women into peace with God; the one who calls on others to accept the rich offer which God is making to them. (b) It made him an apostle, APOSTOLOS, literally one who is sent out. The word can mean an envoy or an ambassador. The APOSTOLOS did not speak for himself, but for the one who sent him. He did not come in his own authority, but in the authority of the one who sent him. Christians are the ambassadors of Christ, whose task is to speak for him and to represent him to the world. (c) It made him a teacher. There is a very real sense in which the teaching task of Christians and of the Church is the most important of all. Certainly, the task of the teacher is very much harder than the task of the evangelist. The evangelist’s task is to appeal to people and confront them with the love of God. In a vivid moment of emotion, someone may respond to that summons. But a long road remains. That person must learn the meaning and discipline of the Christian life. The foundations have been laid, but the main structure still has to be built. The flame of evangelism has to be followed by the steady glow of Christian teaching. It may well be that people drift away from the Church after their first decision, for the simple yet fundamental reason that they have not been taught about the full meaning of the Christian faith. Herald, ambassador, teacher - here is the threefold function of all Christians who would serve their Lord and their Church.” [= Injil ini memberikan tiga kewajiban kepada Paulus. (a) Injil itu membuatnya menjadi seorang pemberita. Kata yang digunakan adalah KERUX, yang mempunyai tiga arti utama, masing-masing dengan sesuatu yang diusulkan tentang kewajiban Kristen kita. KERUX adalah pemberita yang membawa pengumuman dari raja. KERUX adalah seseorang yang diutus pada waktu 2 pasukan tentara bertentangan satu sama lain, yang membawa syarat-syarat atau tuntutan untuk gencatan senjata dan damai. KERUX adalah orang yang dipekerjakan oleh seorang juru lelang atau seorang pedagang untuk mengiklankan barang-barang dan mengundang orang-orang untuk datang dan membeli. Maka, orang Kristen harus menjadi seseorang yang membawa berita kepada orang-orang lain; seseorang yang membawa laki-laki dan perempuan ke dalam damai dengan Allah; seseorang yang memanggil orang-orang lain untuk menerima tawaran yang kaya yang Allah sedang buat bagi mereka. (b) Injil itu membuatnya menjadi seorang rasul, APOSTOLOS, secara hurufiah adalah seseorang yang diutus. Kata itu bisa berarti seorang utusan / wakil atau seorang duta besar. Sang APOSTOLOS tidak berbicara untuk dirinya sendiri, tetapi untuk orang yang mengutusnya. Ia tidak datang dalam / dengan otoritasnya sendiri, tetapi dalam / dengan otoritas dari orang yang mengutusnya. Orang-orang Kristen adalah duta-duta besar dari Kristus, yang tugasnya adalah untuk berbicara untuk Dia dan untuk mewakili Dia kepada dunia. (c) Injil itu membuatnya menjadi seorang guru. Ada suatu arti yang sungguh-sungguh dalam mana kewajiban mengajar dari orang-orang Kristen dan dari gereja adalah yang terpenting dari semua. Pastilah, tugas dari guru jauh lebih berat dari tugas dari penginjil. Tugas penginjil adalah untuk memohon / berseru kepada orang-orang dan menghadapkan mereka dengan kasih Allah. Dalam suatu saat dari emosi yang hidup / bersemangat, seseorang bisa menanggapi panggilan itu. Tetapi suatu jalan yang panjang masih tertinggal / ada. Orang itu harus belajar arti dan disiplin dari kehidupan Kristen. Fondasi / dasar telah diletakkan, tetapi bangunan utama tetap harus dibangun. Api dari penginjilan harus diikuti dengan cahaya yang tetap dari pengajaran Kristen. Bisa terjadi bahwa orang-orang terhanyut dari gereja setelah keputusan pertama mereka, karena alasan yang sederhana tetapi dasari, bahwa mereka belum diajar tentang arti yang penuh dari iman Kristen. Pemberita, duta besar, guru - di sini ada fungsi berlapis tiga dari semua orang-orang Kristen yang mau melayani Tuhan mereka dan Gereja mereka.].
Catatan: saya tak yakin bahwa kata-kata yang saya beri garis bawah ganda itu menunjukkan iman yang sejati.
2 Timotius 1:12: “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan.”.
1) “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini,”.
Calvin: “‘For which cause also I suffer these things.’ It is well known that the rage of the Jews was kindled against Paul, for this reason more than any other, that he made the gospel common to the Gentiles. Yet the phrase ‘for which cause’ relates to the whole verse, and therefore must not be limited to the last clause about ‘the Gentiles.’” (= ‘Untuk alasan mana aku juga menderita semua hal-hal ini’. Merupakan sesuatu yang diketahui bahwa kemarahan dari orang-orang Yahudi dibangkitkan terhadap Paulus, untuk alasan ini lebih dari yang lain, bahwa ia membuat injil itu umum bagi orang-orang non Yahudi. Tetapi ungkapan ‘untuk alasan mana’ berhubungan dengan seluruh ayat, dan karena itu tidak boleh dibatasi pada anak kalimat terakhir tentang ‘orang-orang non Yahudi’).
Catatan: perlu diingat bahwa dari komentar Calvin tentang 2 TIMOTIUS 1:11 di atas, terlihat bahwa Calvin menerima kata-kata ‘kepada / bagi orang-orang non Yahudi’ dalam terjemahan KJV untuk 2 TIMOTIUS 1:11 itu.
Bandingkan dengan:
Kis 22:21-23 - “(21) Tetapi kata Tuhan kepadaku: Pergilah, sebab Aku akan mengutus engkau jauh dari sini kepada bangsa-bangsa lain.’ (22) Rakyat mendengarkan Paulus sampai kepada perkataan itu; tetapi sesudah itu, mereka mulai berteriak, katanya: ‘Enyahkan orang ini dari muka bumi! Ia tidak layak hidup!’ (23) Mereka terus berteriak sambil melemparkan jubah mereka dan menghamburkan debu ke udara.”.
Kis 26:20-21 - “(20) Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu. (21) Karena itulah orang-orang Yahudi menangkap aku di Bait Allah, dan mencoba membunuh aku.”.
Jadi, yang Calvin maksudkan adalah: pemberitaan Injil yang Paulus lakukan kepada orang-orang non Yahudi sangat membuat marah orang-orang Yahudi. Tetapi bukan itu saja. Sekedar pemberitaan Injil kepada siapapun membuat banyak orang marah kepadanya.
2) “tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya”.
Calvin: “‘But I am not ashamed.’ That the prison in which he was bound might not in any degree lessen his authority, he contends, on the contrary, by two arguments. First, he shows that the cause, far from being disgraceful, was even honorable to him; for he was a prisoner, not on account of any evil deed, but because he obeyed God who called him. ... And when he says, that he ‘is not ashamed,’ he stimulates others, by his example, to have the same courage” (= ‘Tetapi aku tidak malu’. Supaya penjara dalam mana ia dibatasi / dipenjara tidak mengurangi otoritasnya dalam tingkat apapun, ia sebaliknya menentang dengan dua argumentasi. Pertama, ia menunjukkan bahwa penyebabnya, jauh dari memalukan, bahkan merupakan sesuatu yang terhormat baginya; karena ia adalah seorang tahanan, bukan karena tindakan jahat apapun, tetapi karena ia mentaati Allah yang memanggilnya. ... Dan pada waktu ia mengatakan, bahwa ia ‘tidak malu’, ia mendorong orang-orang lain, oleh teladan ini, untuk mempunyai keberanian yang sama).
3) “dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan”.
a) Terjemahan.
1. Kata-kata ‘hari Tuhan’ seharusnya adalah ‘hari itu’.
2. Terjemahan Kitab Suci Indonesia dan RSV berbeda dengan KJV/NIV/NASB.
RSV: ‘until that Day what has been entrusted to me’ (= sampai Hari itu apa yang telah dipercayakan kepadaku).
KJV: ‘that which I have committed unto him against that day’ (= itu yang aku telah percayakan kepadaNya terhadap hari itu).
NIV: ‘what I have entrusted to him for that day’ (= apa yang telah aku percayakan kepadaNya untuk hari itu).
NASB: ‘what I have entrusted to Him until that day’ (= apa yang telah aku percayakan kepadaNya sampai hari itu).
William Hendriksen mengatakan bahwa kata-kata yang diterjemahkan ‘apa yang telah dipercayakanNya kepadaku’ dalam Kitab Suci Indonesia atau kata-kata ‘apa yang telah aku percayakan kepadaNya’ dalam KJV/NIV/NASB, terjemahan hurufiahnya adalah ‘my deposit’ (= uang tanggunganku / simpananku), dalam bahasa Yunani PARATHEKEN MOU. Tetapi istilah itu menunjuk kepada apa? Ini menyebabkan para penafsir dan penterjemah Alkitab terpecah dalam dua pandangan.
· Ada yang mengartikan ‘my deposit’ itu sebagai ‘deposit yang telah dipercayakanNya kepadaku’ (Kitab Suci Indonesia/RSV). Dengan kata lain istilah ini menunjuk kepada ‘injil’.
· Ada yang menafsirkan ‘my deposit’ sebagai ‘deposit yang telah aku percayakan kepadaNya’ (KJV/NIV/NASB). Dengan kata lain istilah ini menunjuk kepada ‘diriku sendiri dan keselamatanku’.
William Hendriksen sendiri lebih memilih pandangan kedua (terjemahan dari KJV/NIV/NASB), karena beberapa alasan ini:
a. Ayat ini mengatakan bahwa yang berkuasa memelihara ‘my deposit’ itu adalah Allah, bukan Paulus. Ini berbeda dengan 2 TIMOTIUS 1:14 dan 1Tim 6:20.
2 Timotius 1:14: “Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakanNya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.”.
1Tim 6:20 - “Hai Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu. Hindarilah omongan yang kosong dan yang tidak suci dan pertentangan-pertentangan yang berasal dari apa yang disebut pengetahuan,”.
Catatan: kata-kata ‘yang telah dipercayakan’ (2 Timotius 1:14) dan ‘apa yang telah dipercayakan’ (1Tim 6:20) dalam bahasa Yunani adalah sama dengan apa yang ada dalam 2 Timotius 1:12 yang sedang kita bahas, yaitu PARATHEKEN.
Dalam dua ayat ini yang disuruh memelihara adalah Timotius, dan karena itu lebih cocok kalau istilah itu diartikan sebagai ‘injil’.
Tetapi dalam ayat yang sedang kita bahas, yang memelihara deposit / PARATHEKE itu adalah Allah, dan karena itu lebih cocok kalau istilah itu diartikan menunjuk kepada ‘jiwaku’ atau ‘keselamatanku’.
b. Dalam 2 Timotius 1: 12 ini kata-kata yang sedang kita bahas itu didahului oleh kata-kata ‘aku tahu kepada siapa aku percaya’, dan itu juga lebih cocok dengan terjemahan dari KJV/NIV/NASB.
Catatan: saya hanya memberikan 2 dari 5 argumentasi yang diberikan oleh William Hendriksen, tetapi saya memberikan seluruh kutipan kata-kata William Hendriksen di bawah ini.
William Hendriksen: “Literally translated, the apostle says, ‘… and I am convinced that he is able to guard my deposit (τὴν παραθήκην μου) with a view to (or unto: εἰς) that day.’ This leads to the question on which commentators are hopelessly divided: Just what is meant by ‘my deposit’? Is it ‘that deposit which he has entrusted to me,’ or is it ‘that deposit which I have entrusted to him’? Or, putting it differently, Is it ‘the gospel’ or is it ‘myself and my complete salvation’? As I see it, the latter view deserves the preference, for the following reasons: (1) Clearly, not Paul but God (in Christ) guards this deposit (‘he is able to guard’). Hence, the view that it is the deposit which Paul has entrusted to God has probability on its side. In verse 14 (see on that verse) and also in I Tim. 6:20 it is not God but Timothy who must do the guarding. Hence, in that case it is the deposit which God has entrusted to (Paul and to) Timothy. Now if verse 12 has to do with the deposit which Paul has entrusted to God, then the view that the reference is to my soul or my spirit or myself and my complete salvation has logic on its side. Here some commentators favor my soul; others, my salvation. But the difference is not very important: ‘myself and my complete salvation’ includes both. (2) The immediate context favors this interpretation. Paul has just written, ‘I know whom I have believed,’ meaning, in the light of the clause which follows: ‘I know that this God in whom I have placed my confidence is dependable, and will certainly keep in perfect safety that which I have entrusted to him for safe-keeping and protection.’ (3) The words of verse 10 also support this view. The apostle has just referred to ‘life and incorruptibility.’ But, as was noted in the explanation of verse 10, the believer does not fully receive this blessing until the day of Christ’s glorious Return. Hence, the idea of verse 12 is that this truly immortal life possessed even now in principle, and deposited with God for safe-keeping, will be returned to Paul more gloriously than ever on ‘that day,’ the day of the great consummation (cf. verse 18 below; also II Tim. 4:8; then II Thess. 1:10). (4) The idea of a treasure that is guarded by God is also found elsewhere; sometimes in a slightly different sense (I Peter 1:4). (5) Cf. the words of our Lord as he died on the cross (Luke 23:46; cf. Ps. 31:5; I Peter 4:19). Christ’s spirit, having been committed to the Father, is on the third day re-united with the body, now gloriously resurrected. The arguments of those who defend the opposite view are answered in footnote.” (= ).
William Hendriksen: “These arguments are as follows: (1). If ‘deposit’ means ‘the gospel’ in I Tim. 6:20 and in II Tim. 1:14, why not here in II Tim. 1:12? Answer: Because the setting of the word is entirely different. In the other passages Timothy is the guard; here in II Tim. 1:12 God is the guard. - Besides, a word does not always have the same reference. For example, the apostle has just used the word ‘appearing’ (verse 10) with reference to Christ’s First Coming, whereas everywhere else he uses it with reference to the Second Coming! (2). The addition of ‘my’ to the word ‘deposit’ does not suffice to change the reference. Answer: We agree. ‘My deposit’ might conceivably mean either: a. ‘that which I have deposited,’ or b. ‘that which has been deposited with me.’ But that is neither here nor there. The argument either way should not be based on the word ‘my.’ (3). The reference to ‘myself and my complete salvation’ does not fit the words which follow, namely, ‘with a view to that day.’ Answer: It fits beautifully, as we have shown in the text.” (= ) - footnote.
Calvin juga mempunyai penafsiran yang sama dengan William Hendriksen, bahwa istilah ‘my deposit’ menunjuk pada ‘keselamatan kita’, dan ia lalu memberi komentar di bawah ini.
Calvin: “Observe that he employs this phrase to denote eternal life; for hence we conclude, that our salvation is in the hand of God, in the same manner as there are in the hand of a depository those things which we deliver to him to keep, relying on his fidelity. If our salvation depended on ourselves, to how many dangers would it be continually exposed? But now it is well that, having been committed to such a guardian, it is out of all danger.” (= Perhatikan bahwa ia menggunakan ungkapan ini untuk menunjuk pada hidup yang kekal; karena itu kami menyimpulkan bahwa keselamatan kita ada dalam tangan Allah, dengan cara yang sama seperti dalam tangan dari seorang yang dipercayai ada hal-hal itu yang kita serahkan kepadanya untuk menjaga, sambil bersandar pada kesetiaannya. Seandainya keselamatan kita tergantung pada diri kita sendiri, pada berapa banyak bahaya keselamatan itu harus terbuka secara terus menerus? Tetapi sekarang keselamatan itu baik-baik saja, karena telah diserahkan / dipercayakan kepada penjaga seperti itu, keselamatan itu ada di luar semua bahaya.).
Loraine Boettner mengutip kata-kata Martin Luther: “we ourselves are so feeble, that if the matter were left in our hands, very few, or rather none, would be saved; but Satan would overcome us all” (= kita sendiri adalah begitu lemah, sehingga seandainya persoalannya diletakkan dalam tangan kita, sangat sedikit, atau sama sekali tidak ada, yang akan diselamatkan; tetapi Setan / Iblis akan mengalahkan kita semua) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 187.
2 Timotius 1:13: “Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.”.
1) Terjemahan.
a) Kata ‘contoh’ diterjemahkan secara bervariasi.
KJV: ‘the form’ (= bentuk).
RSV/NIV: ‘the pattern’ (= pola).
NASB: ‘the standard’ (= standard).
b) Kata-kata ‘lakukanlah itu’ yang saya coret, sebetulnya tidak ada.
KJV: ‘Hold fast the form of sound words, which thou hast heard of me, in faith and love which is in Christ Jesus.’ (= Peganglah erat-erat bentuk dari kata-kata sehat, yang telah engkau dengar dari aku, dalam iman dan kasih yang ada dalam Kristus Yesus.).
NIV: ‘What you heard from me, keep as the pattern of sound teaching, with faith and love in Christ Jesus.’ (= Apa yang engkau dengar dari aku, peganglah / peliharalah sebagai pola dari ajaran sehat, dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus).
2) “Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat”.
Matthew Henry: “‘Have a form of sound words’ (so it may be read), ‘a short form, a catechism, an abstract of the first principles of religion, according to the scriptures, a scheme of sound words, a brief summary of the Christian faith, in a proper method, drawn out by thyself from the holy scriptures for thy own use;’ or, rather, by the form of sound words I understand the holy scriptures themselves.” [= ‘Peganglah suatu bentuk dari kata-kata sehat’ (begitulah itu bisa dibaca), ‘suatu bentuk pendek, suatu katekisasi, suatu pernyataan singkat dari prinsip-prinsip pertama dari agama, sesuai dengan Kitab Suci, suatu pola dari kata-kata sehat, suatu ringkasan singkat dari iman Kristen, dalam metode yang benar / tepat, diambil oleh dirimu sendiri dari Kitab Suci untuk penggunaanmu sendiri’; atau lebih baik, dengan ‘bentuk dari kata-kata sehat’ saya tafsirkan sebagai Kitab Suci sendiri.].
Catatan: saya tidak setuju dengan kata-kata yang saya garis-bawahi itu.
Barnes’ Notes: “On the Greek word here rendered ‘FORM,’ see the notes at 1 Tim 1:16, where it is rendered PATTERN. The word means a form, sketch, or imperfect delineation - an outline. Grotius says that it here means ‘an exemplar, but an exemplar fixed in the mind - an idea.’ Calvin says that the command is that he should adhere to the doctrine which he had learned, not only in its substance, but in its form. Dr. Tillotson explains this as meaning the profession of faith which was made by Christians at baptism. There seems to be an allusion to some summary or outline of truth which Paul had given to Timothy, though there is no evidence that it was written. Indeed, there is every presumption that, if it refers to such a summary, it was NOT committed to writing. If it had been, it would have been regarded as inspired, and would have taken its place in the canon of Scripture. ... But there is no improbability in supposing that Paul, either at his ordination, or on some other occasion, may have stated the outlines of the Christian religion to Timothy, that he might have a clear and connected view of the subject. The passage, therefore, may be used as an argument for the propriety of some brief summary of doctrine as a matter of convenience, though not as having binding authority on the consciences of others.” [= Tentang kata Yunani yang di sini diterjemahkan ‘form’ / ‘bentuk’, lihat catatan pada 1Tim 1:16, dimana itu diterjemahkan ‘POLA’ (Kitab Suci Indonesia: ‘contoh’). Kata itu berarti suatu bentuk, sketsa, atau gambaran yang tidak sempurna - suatu garis besar. Grotius mengatakan bahwa di sini itu berarti ‘suatu model / contoh, tetapi suatu model / contoh yang ditancapkan dalam pikiran - suatu idee / gagasan’. Calvin mengatakan bahwa perintahnya adalah bahwa ia harus mengikuti / setia kepada ajaran yang telah ia pelajari, bukan hanya dalam substansi / materinya, tetapi juga dalam bentuk / pengaturannya. Dr. Tillotson menjelaskan ini sebagai pengakuan iman yang dibuat oleh orang-orang Kristen pada saat baptisan. Kelihatannya di sana ada suatu referensi tak langsung kepada suatu ringkasan atau garis besar dari kebenaran yang telah Paulus berikan kepada Timotius, sekalipun disana tidak ada bukti bahwa itu dituliskan. Bahkan, di sana ada setiap alasan bahwa, jika itu menunjuk pada ringkasan seperti itu, itu TIDAK dituliskan. Seandainya itu dituliskan, itu akan sudah dianggap sebagai diilhamkan, dan akan sudah mengambil tempatnya dalam kanon Kitab Suci. ... Tetapi di sana tidak ada ketidak-mungkinan dalam dugaan bahwa Paulus, atau pada pentahbisannya, atau pada peristiwa yang lain, bisa telah menyatakan garis besar tentang agama Kristen kepada Timotius, supaya ia bisa mempunyai pandangan yang jelas dan berhubungan tentang pokok itu. Karena itu, text ini, bisa digunakan sebagai suatu argumentasi untuk kepantasan dari ringkasan singkat tentang doktrin sebagai sesuatu yang berguna, sekalipun tidak mempunyai otoritas yang mengikat pada hati nurani dari orang-orang lain.].
Barnes’ Notes: “‘Which thou hast heard of me’ This proves that he does not refer to a WRITTEN creed, since what he refers to was something which he had HEARD.” (= ‘Yang telah engkau dengar dari aku’. Ini membuktikan bahwa ia tidak menunjuk pada suatu pengakuan iman TERTULIS, karena apa yang ia tunjuk adalah sesuatu yang ia telah DENGAR.).
Calvin: “I rather think that Paul commands Timothy to hold fast the doctrine which he had learned, not only as to substance, but as to the very form of expression; for uJpotu>pwsiv - the word which Paul employs on this occasion - denotes a lively picture of objects, as if they were actually placed before the eyes. Paul knew how ready men are to depart or fall off from pure doctrine. For this reason he earnestly cautions Timothy not to turn aside from that form of teaching which he had received, and to regulate his manner of teaching by the rule which had been laid down; not that we ought to be very scrupulous about words, but because to misrepresent doctrine, even in the smallest degree, is exceedingly injurious” (= Saya lebih berpikir bahwa Paulus memerintahkan Timotius untuk memgang erat-erat ajaran yang telah ia pelajari, bukan hanya berkenaan dengan substansinya, tetapi berkenaan dengan bentuk dari pernyataannya; karena uJpotu>pwsiv / HUPOTUPOSIS - kata yang Paulus gunakan pada peristiwa ini - menunjukkan suatu gambaran yang hidup tentang obyek-obyek, seakan-akan mereka betul-betul ditempatkan di hadapan mata. Paulus tahu betapa siap orang-orang untuk meninggalkan atau jatuh dari doktrin yang murni. Karena alasan ini ia dengan sungguh-sungguh memperingati Timotius untuk tidak menyimpang dari bentuk pengajaran itu, yang telah ia terima, dan untuk mengatur cara pengajarannya dengan peraturan yang telah ia letakkan; bukan supaya kita harus sangat teliti tentang kata-kata, tetapi karena salah dalam menggambarkan / menyatakan doktrin / ajaran, bahkan dalam tingkat terkecil, adalah sangat berbahaya).
3) “dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.”.
Matthew Henry: “Faith and love must go together; it is not enough to believe the sound words, and to give an assent to them, but we must love them, believe their truth and love their goodness, and we must propagate the form of sound words in love; speaking the truth in love, Eph 4:15. ‘Faith and love which are in Christ Jesus;’ it must be Christian faith and love, faith and love fastening upon Jesus Christ, in and by whom God speaks to us and we to him.” (= Iman dan kasih harus berjalan bersama-sama; tidaklah cukup untuk percaya pada kata-kata sehat, dan memberikan persetujuan kepadanya, tetapi kita harus mengasihinya, percaya kebenarannya dan mengasihi kebaikannya, dan kita harus menyebarkan bentuk dari kata-kata sehat itu dalam kasih; mengatakan / membicarakan kebenaran dalam kasih, Ef 4:15. ‘Iman dan kasih yang ada dalam Kristus Yesus’; itu haruslah iman dan kasih Kristen, iman dan kasih yang diikatkan kepada Yesus Kristus, dalam dan oleh siapa Allah berbicara kepada kita dan kita kepada Dia.).
BACA JUGA: BERKAT YESUS KRISTUS KEPADA KITA: LUKAS 24:50-53
BACA JUGA: BERKAT YESUS KRISTUS KEPADA KITA: LUKAS 24:50-53
Efesus 4:15 - “tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.”.
Ayat ini juga salah terjemahan!
KJV: ‘But speaking the truth in love, may grow up into him in all things, which is the head, even Christ:’ (= Tetapi mengatakan kebenaran dalam kasih, bisa bertumbuh ke dalam Dia dalam segala sesuatu, yang adalah kepala, yaitu Kristus:).
RSV: ‘Rather, speaking the truth in love, we are to grow up in every way into him who is the head, into Christ,’ (= Tetapi, mengatakan kebenaran dalam kasih, kita akan dalam segala sesuatu bertumbuh ke dalam Dia yang adalah kepala, ke dalam Kristus.).
NIV: ‘Instead, speaking the truth in love, we will in all things grow up into him who is the Head, that is, Christ.’ (= Tetapi, mengatakan kebenaran dalam kasih, kita akan dalam segala sesuatu bertumbuh ke dalam Dia yang adalah kepala, yaitu, Kristus.).
NASB: ‘but speaking the truth in love, we are to grow up in all aspects into Him who is the head, even Christ,’ (= tetapi mengatakan kebenaran dalam kasih, kita harus bertumbuh dalam segala aspek ke dalam Dia yang adalah kepala, yaitu Kristus,).
2 Timotius 1:14: “Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakanNya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.”.
1) ‘Harta yang indah’.
KJV: ‘That good thing’ (= Hal / benda yang baik itu).
RSV: ‘the truth’ (= kebenaran).
NIV: ‘the good deposit’ (= deposit yang baik).
NASB: ‘the treasure’ (= harta).
Matthew Henry: “That ‘good thing’ was the form of sound words, the Christian doctrine, which was committed to Timothy in his baptism and education as he was a Christian, and in his ordination as he was a minister.” (= Hal baik itu adalah bentuk dari kata sehat, ajaran Kristen, yang diberikan kepada Timotius pada baptisan dan pendidikannya karena ia adalah seorang Kristen, dan dalam pentahbisannya karena ia adalah seorang pendeta / pelayan.).
William Hendriksen: “The ‘precious deposit’ is, of course, the gospel, taken in its widest sense (see on I Tim. 6:20). It consists of ‘the sound words’ which Timothy has heard from Paul (see the preceding verse). It is precious or excellent because it belongs to God and results in his glory through the salvation of those who accept it by sovereign grace (see verses 8–10 above).” [= ‘Deposit yang berharga’ itu adalah, tentu saja, injil, diartikan dalam artinya yang paling luas (lihat tentang 1Tim 6:20). Itu terdiri dari ‘kata-kata sehat’ yang telah Timotius dengar dari Paulus (lihat ayat sebelumnya). Itu berharga atau sangat bagus karena itu adalah milik Allah dan menghasilkan kemuliaanNya melalui keselamatan dari mereka yang menerimanya oleh kasih karunia yang berdaulat (lihat ayat-ayat 2 TIMOTIUS 1:8-10 di atas).].
1Tim 6:20a - “Hai Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu.”.
2) “yang telah dipercayakanNya kepada kita,”.
KJV: ‘thee’ (= engkau).
RSV/NIV/NASB: ‘you’ (= engkau).
Tetapi NASB mencetaknya dengan huruf miring, menunjukkan bahwa dalam aslinya kata ini tidak ada.
Matthew Henry: “The Christian doctrine is a trust committed to us. It is committed to Christians in general, but to ministers in particular. ... It is committed to us to be preserved pure and entire, and to be transmitted to those who shall come after us, and we must keep it, and not contribute any thing to the corrupting of its purity, the weakening of its power, or the diminishing of its perfection:” (= Doktrin Kristen adalah sesuatu yang dipercayakan kepada kita. Itu diserahkan untuk dijaga kepada orang-orang Kristen secara umum, tetapi kepada pendeta-pendeta secara khusus. ... Itu diserahkan kepada kita untuk dijaga / dipelihara / dipertahankan supaya murni dan utuh, dan untuk diteruskan kepada mereka yang akan datang setelah kita, dan kita harus menjaganya, dan tidak memberikan kontribusi apapun yang merusak kemurniannya, melemahkan kekuatannya, dan mengurangi kesempurnaannya:).
Calvin mempunyai pandangan yang berbeda tentang arti dari ‘harta yang indah yang telah dipercayakanNya kepada kita / engkau’ ini.
Calvin: “By ‘that which hath been committed,’ I understand him to mean both the honor of the ministry and all the gifts with which Timothy was endued. Some limit it to the ministry alone; but I think that it denotes chiefly the qualifications for the ministry, that is, all the gifts of the Spirit, in which he excelled. The word ‘committed’ is employed also for another reason, to remind Timothy that he must, one day, render an account; for we ought to administer faithfully what God has committed to us” (= Dengan ‘apa yang telah dipercayakan’, saya mengertinya sebagai memaksudkan baik kehormatan pelayanan dan semua karunia-karunia dengan mana Timotius diberi. Sebagian orang membatasi ini pada pelayanan saja; tetapi saya pikir itu terutama menunjukkan kecakapan untuk pelayanan, yaitu, semua karunia-karunia dari Roh, dalam mana ia unggul. Kata ‘diserahkan’ digunakan juga untuk alasan yang lain, untuk mengingatkan Timotius bahwa pada suatu hari ia harus memberikan pertanggung-jawaban; karena kita harus melayani dengan setia apa yang telah Allah serahkan kepada kita).
Catatan: kalau saya membandingkan dengan penafsir-penafsir lain, kelihatannya penafsiran Calvin ini berbeda dengan yang lain. Mungkin ia satu-satunya yang berpendapat seperti ini.
3) ‘Peliharalah .... oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.’.
RSV/NIV/NASB: ‘guard’ (= jagalah).
William Hendriksen: “Again (as in I Tim. 6:20) Timothy is urged once for all to guard this deposit. He must defend it against every attack and never allow it to be changed or modified in the slightest degree. ... Timothy, then, should hold on to the pure gospel, the sound doctrine, as Paul has always done.” [= Lagi, (seperti dalam 1Tim 6:20) Timotius didesak sekali untuk selamanya untuk menjaga deposit ini. Ia harus mempertahankannya terhadap setiap serangan dan tidak pernah mengijinkannya untuk diubah atau dimodifikasi dalam tingkat yang terkecil. ... Maka, Timotius harus memegang erat-erat injil yang murni, doktrin yang sehat, seperti Paulus telah selalu lakukan.].
Bible Knowledge Commentary: “It was Timothy’s responsibility to preserve sound teaching from becoming corrupted through distortion, dilution, deletion, and addition.” (= Merupakan tanggung jawab Timotius untuk menjaga / memelihara ajaran yang sehat dari menjadi rusak melalui penyimpangan / pemutar-balikan, pengenceran, penghapusan, dan penambahan.).
Bdk. Kis 20:26-27 - “(26) Sebab itu pada hari ini aku bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih, tidak bersalah terhadap siapapun yang akan binasa. (27) Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksudAllah kepadamu.”.
Catatan: kata ‘maksud’ (atau ‘rencana’) diartikan oleh banyak penafsir sebagai rencana Allah untuk keselamatan manusia, atau injil. Paulus memberitakan seluruhnya, tidak menambahinya, ataupun menguranginya! Apa yang ia lakukan dalam ay 27 itu yang menyebabkan ia bisa mengatakan ay 26 dengan benar!
Bdk. Yehezkiel 33:8-9 - “(8) Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Hai orang jahat, engkau pasti mati! - dan engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu. (9) Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu supaya ia bertobat dari hidupnya, tetapi ia tidak mau bertobat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.”.
Penerapan: pendeta-pendeta sering mengubah / memodifikasi injil / firman, karena bermacam-macam alasan, seperti:
a) Pemikiran yang memang sesat.
b) Politik.
c) Uang / keuntungan.
d) Takut, bisa kepada pemerintah, orang-orang yang beragama lain, orang-orang kaya dalam gereja, dan sebagainya.
e) Untuk menyesuaikan dengan ajaran / aliran gereja. Bukankah ajaran / aliran gereja yang seharusnya disesuaikan dengan firman / injil?
Bible Knowledge Commentary: “Heretical teaching was not only a possibility to Paul; it was a constant threat to be guarded against.” (= Ajaran-ajaran sesat bukan hanya merupakan suatu kemungkinan bagi Paulus, itu merupakan suatu ancaman yang terus menerus terhadap mana kita perlu berjaga-jaga.).
William Hendriksen: “But since the enemy is strong and Timothy is weak, Paul very wisely adds the thought that this guarding cannot be done except ‘through the Holy Spirit who dwells within us,’ that is, within Paul, Timothy, all believers (Rom. 8:11).” [= Tetapi karena musuh itu kuat dan Timotius itu lemah, Paulus dengan sangat bijaksana menambahkan pemikiran bahwa penjagaan ini tidak bisa dilakukan kecuali ‘melalui Roh Kudus yang tinggal di dalam kita’, yaitu di dalam Paulus, Timotius dan semua orang-orang percaya (Ro 8:11).].
Roma 8:11 - “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang diam di dalam kamu.”.
Calvin: “But what is the method of keeping it? It is this. We must beware lest we lose by our indolence what God has bestowed upon us, or lest it be taken away, because we have been ungrateful or have abused it; for there are many who reject the grace of God, and many who, after having received it, deprive themselves of it altogether. Yet because the difficulty of keeping it is beyond our strength, he therefore adds, - ‘By the Holy Spirit.’ As if he had said, ‘I do ask from thee more than thou canst, for what thou hast not from thyself the Spirit of God will supply to thee.’” (= Tetapi apa metode untuk menjaga / memeliharanya? Itu adalah ini. Kita harus berhati-hati supaya jangan kita kehilangan oleh kemalasan kita, apa yang telah Allah berikan kepada kita, atau supaya jangan itu diambil, karena kita telah mempunyai rasa tidak tahu terima kasih, atau telah menyalah-gunakannya; karena ada banyak orang yang menolak kasih karunia Allah, dan banyak orang yang, setelah menerimanya, membuang diri mereka sendiri sama sekali darinya. Tetapi karena kesukaran untuk menjaga / memeliharanya itu melampaui kekuatan kita, karena itu ia menambahkan, - ‘Oleh Roh Kudus’. Seakan-akan ia telah berkata, ‘Aku meminta darimu lebih dari kemampuanmu, karena apa yang engkau tidak punyai dari dirimu sendiri, akan disuplai oleh Roh Kudus bagimu’.).
Matthew Henry: “‘Keep it by the Holy Ghost that dwelleth in us.’ Observe, Even those who are ever so well taught cannot keep what they have learned, any more than they could at first learn it, without the assistance of the Holy Spirit. We must not think to keep it by our own strength, but keep it by the Holy Ghost. ... The Holy Ghost dwells in all good ministers and Christians; they are his temples, and he enables them to keep the gospel pure and uncorrupt; and yet they must use their best endeavours to keep this good thing, for the assistance and indwelling of the Holy Ghost do not exclude men’s endeavours, but they very well consist together.” (= ‘Pelihara / jagalah itu oleh Roh Kudus yang tinggal di dalam kita’. Perhatikan, Bahkan mereka yang pernah diajar dengan begitu baik tidak bisa menjaga apa yang telah mereka pelajari, sama seperti mereka pada awalnya juga tidak bisa mempelajarinya, tanpa pertolongan dari Roh Kudus. Kita tidak boleh berpikir untuk menjaga / memeliharanya dengan kekuatan kita sendiri, tetapi memelihara / menjaganya oleh Roh Kudus. ... Roh Kudus tinggal dalam diri semua pendeta-pendeta dan orang-orang Kristen yang baik; mereka adalah bait-baitNya, dan Ia memampukan mereka untuk menjaga / memelihara injil supaya murni dan tidak rusak; tetapi mereka harus menggunakan usaha-usaha terbaik mereka untuk menjaga / memelihara hal yang baik ini, karena pertolongan dan penghunian dari Roh Kudus, tidak membuang usaha-usaha manusia, tetapi ada bersama-sama dengan sangat baik.).
Saya kira bagian akhir dari kata-kata Matthew Henry ini sangat penting. Kita memang harus bersandar kepada Roh Kudus dalam menjaga / memelihara injil / firman Tuhan, tetapi itu tidak berarti kita hanya berdoa dan lalu tidak melakukan apa-apa. Kita tetap harus melakukan usaha yang terbaik, misalnya dengan mempelajari banyak buku-buku tafsiran / theologia. Mengapa saya katakan ‘banyak’? Karena kalau hanya menggunakan satu, dan yang satu itu salah, kita akan terseret oleh kesalahannya. Tetapi kalau menggunakan banyak buku, maka pada saat yang satu salah, buku-buku yang lain bisa mengkoreksinya.
Tetapi apa yang menyedihkan adalah: kebanyakan pendeta / hamba Tuhan tidak punya buku-buku, dan kalaupun punya, mereka tidak menggunakannya, entah karena merasa sudah pandai, karena malas, tak ada waktu, kurang kemampuan bahasa Inggris, dsb! Semua ini bukan alasan yang bisa dipertanggung-jawabkan!
2 Timotius 1:15: “Engkau tahu bahwa semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling dari padaku; termasuk Figelus dan Hermogenes.”.
Bdk. 2Timotius 4:16 - “Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorangpun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku - kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka -,”.
1) Orang-orang yang berpaling dari Paulus.
Matthew Henry: “Having (v. 13,14) exhorted Timothy to hold fast, I. He mentions the apostasy of many from the doctrine of Christ, v. 15. It seems, in the best and purest ages of the church, there were those that had embraced the Christian faith, and yet afterwards revolted from it, nay, there were many such. He does not say that they had turned away from the doctrine of Christ (though it should seem they had) but they had turned away from him, they had turned their backs upon him, and disowned him in the time of his distress.” [= Setelah menasehati Timotius (2 TIMOTIUS 1:13,14) untuk berpegang erat-erat, 1. Ia menyebutkan kemurtadan dari banyak orang dari ajaran Kristus, ay 15. Kelihatannya, dalam jaman yang terbaik dan termurni dari gereja, di sana ada mereka yang telah memeluk / mempercayai iman Kristen, tetapi belakangan memberontak darinya, bahkan ada banyak yang seperti itu. Ia tidak mengatakan bahwa mereka telah berbalik dari ajaran Kristus (sekalipun kelihatannya mereka memang telah berbalik) tetapi mereka telah berbalik dari dia, mereka telah memungkuri dia, dan tidak mengakui dia pada saat ia ada dalam keadaan sukar / berbahaya.].
Catatan: kebanyakan penafsir tak sependapat dengan Matthew Henry bahwa orang-orang yang dibicarakan di sini, termasuk Figelus dan Hormogenes, telah menyimpang / berbalik dari iman Kristen / ajaran Kristus. Boleh dikatakan semua beranggapan mereka hanya meninggalkan Paulus di saat kebutuhannya.
Bible Knowledge Commentary: “It is unnecessary to assume either (a) that ‘everyone’ means literally every Christian, or (b) that their failure consisted of a total defection from the faith. Verses 16-18 suggest rather that there was a general failure to support the apostle in his personal time of need.” [= Tidaklah perlu untuk menganggap atau (a) bahwa ‘semua mereka’ berarti secara hurufiah setiap orang Kristen, atau (b) bahwa kegagalan mereka terdiri dari suatu tindakan meninggalkan iman secara total. Sebaliknya, ayat 16-18 menunjukkan bahwa di sana ada suatu kegagalan umum untuk mendukung sang rasul dalam saat kebutuhan pribadinya.].
William Hendriksen: “It is probable that several leading Christians in the province of which Ephesus was the capital had been asked by Paul to come to Rome in order to appear on the witness-stand in his favor. However, with the possible exception of the one to be mentioned in verses 16–18, no one had complied with the request. In all likelihood fear had held them back. That was true also with respect to two among their number, namely, Phygelus and Hermogenes, known to Timothy but not to us, there being no further reference to them in Scripture. Are these two singled out for special mention because their failure to function as ‘friends in need who are friends indeed’ was especially surprising?” (= Adalah mungkin bahwa beberapa orang-orang Kristen yang terkemuka di propinsi dimana Efesus adalah ibu kotanya telah diminta oleh Paulus untuk datang ke Roma supaya muncul sebagai saksi untuk membelanya. Tetapi, dengan kemungkinan perkecualian dari satu orang yang disebutkan dalam ay 2 TIMOTIUS 1:16-18, tak seorangpun telah memenuhi permintaan itu. Mungkin sekali rasa takut telah menahan mereka. Itu juga benar berkenaan dengan dua di antara mereka, yaitu Figelus dan Hermogenes, yang dikenal oleh Timotius, tetapi tidak oleh kita, dan selanjutnya tak ada referensi lanjutan tentang mereka dalam Kitab Suci. Apakah dua orang ini dikhususkan untuk penyebutan khusus karena kegagalan mereka untuk berfungsi sebagai ‘sahabat dalam kebutuhan yang adalah betul-betul sahabat’ secara khusus sangat mengejutkan?).
Jamieson, Fausset & Brown: “‘Phygellus and Hermogenes’ - specified, perhaps, as persons from whom such cowardice could least be expected; or, as well known to Timothy, and spoken of in conversations between him and Paul when the latter was in Asia.” (= ‘Figelus dan Hermogenes’ - disebutkan dengan jelas / pasti, mungkin, sebagai orang-orang dari siapa kepengecutan seperti itu paling sedikit diharapkan; atau, karena dikenal baik oleh Timotius, dan dibicarakan tentangnya dalam percakapan antara dia dan Paulus pada waktu Paulus ada di Asia.).
Barnes’ Notes: “‘Of whom are Phygellus and Hermogenes.’ We know nothing of these individuals but what is here mentioned. It would seem that they were prominent persons, and those from whom the apostle had a right to expect other treatment. ... It is a sad thing when the ONLY record made of a man - the only evidence which we have that he ever lived at all - is, that he turned away from a friend, or forsook the paths of true religion. And yet there are many men of whom the only thing to be remembered of them is, that they lived to do wrong.” (= ‘Di antara siapa adalah Figelus dan Hormogenes’. Kita tidak tahu apa-apa tentang orang-orang ini kecuali apa yang disebutkan di sini. Kelihatannya mereka adalah orang-orang yang menonjol / terkemuka, dan mereka dari siapa sang rasul mempunyai hak untuk mengharapkan perlakuan yang lain. ... Merupakan sesuatu yang menyedihkan pada waktu catatan SATU-SATUNYA dibuat tentang seseorang - satu-satunya bukti yang kita punyai bahwa ia pernah hidup - adalah, bahwa ia berbalik dari seorang sahabat, atau meninggalkan jalan dari agama yang benar. Tetapi ada banyak orang tentang siapa satu-satunya hal yang bisa diingat tentang mereka adalah, bahwa mereka hidup untuk berbuat salah).
Calvin: “Those apostasies which he mentions might have shaken the hearts of many, and given rise, at the same time, to many suspicions; as we commonly look at everything in the worst light. Paul meets scandals of this kind with courage and heroism, that all good men may learn to abhor the treachery of those who had thus deserted the servant of Christ, when he alone, at the peril of his life, was upholding the common cause; and that they may not on that account give way, when they learn that Paul is not left destitute of divine assistance.” (= Kemurtadan-kemurtadan yang ia sebutkan itu bisa telah menggoncangkan hati banyak orang, dan pada saat yang sama, memunculkan banyak kecurigaan; karena kita biasanya memandang segala sesuatu dalam terang yang paling buruk. Paulus menghadapi skandal-skandal dari jenis ini dengan keberanian dan sikap pahlawan, supaya semua orang baik / saleh bisa belajar untuk jijik terhadap pengkhianatan dari mereka yang telah meninggalkan pelayan Kristus seperti itu, pada waktu ia sendiri, dengan resiko nyawanya, sedang menegakkan / menjunjung tinggi perkara bersama; dan supaya mereka tidak menyerah karena hal itu, pada waktu mereka belajar bahwa Paulus tidak ditinggalkan tanpa pertolongan ilahi.).
Penerapan: kalau banyak orang meninggalkan gereja kita, apakah itu membuat saudara kecil hati, atau lebih parah lagi, mencurigai saya, bahwa saya bukan hamba Tuhan yang benar?
Calvin: “‘Of whom are Phygellus and Hermogenes.’ He names two of them, who were probably more celebrated than the rest, that he may shut the door against their slanders; for it is customary with revolters and deserters from the Christian warfare, in order to excuse their own baseness, to forge as many accusations as they can against the good and faithful ministers of the gospel. ‘Phygellus and Hermogenes,’ knowing that their cowardice was justly reckoned infamous by believers, and that they were even condemned as guilty of base treachery, would not have hesitated to load Paul with false accusations, and impudently to attack his innocence. Paul, therefore, in order to take away all credit from their tries, brands them with the mark which they deserve.” (= ‘Di antara siapa adalah Figelus dan Hormogenes’. Ia menyebut nama dua dari mereka, yang mungkin lebih terkenal dari sisanya, supaya ia bisa menutup pintu bagi fitnah-fitnah mereka; karena merupakan suatu kebiasaan dengan pemberontak-pemberontak dan pembelot-pembelot / desertir-desertir dari perang Kristen, untuk mendapat alasan bagi kehinaan mereka sendiri, untuk memalsukan tuduhan-tuduhan sebanyak yang mereka bisa terhadap / menentang pendeta-pendeta / pelayan-pelayan yang baik dan setia dari injil. ‘Figelus dan Hormogenes’, yang mengetahui bahwa kepengecutan mereka dengan adil / benar dianggap sebagai nama buruk oleh orang-orang percaya, dan bahwa mereka bahkan dikecam sebagai bersalah tentang pengkhianatan yang buruk, tidak akan ragu-ragu untuk membebani Paulus dengan tuduhan-tuduhan palsu, dan secara kurang ajar menyerang ketidak-bersalahannya. Karena itu, Paulus untuk menyingkirkan semua penilaian yang baik dari usaha-usaha mereka, mencap mereka dengan cap / tanda yang layak mereka dapatkan.).
Calvin: “Thus also, in the present day, there are many who, because they are not here admitted into the ministry, or are stripped of the honor on account of their wickedness, or because we do not choose to support them while they do nothing, or because they have committed theft or fornication, are compelled to fly, and forthwith wander through France and other countries, and, by throwing upon us all the accusations that they can, borrow from them an attestation of their innocence.” (= Demikian juga, pada jaman sekarang ini, ada banyak orang yang, karena di sini mereka tidak diterima ke dalam pelayanan, atau dilucuti dari kehormatan karena kejahatan mereka, atau karena kami tidak memilih untuk menyokong mereka sementara mereka tidak melakukan apa-apa, atau karena mereka telah melakukan pencurian atau percabulan, didesak untuk pergi, dan dengan segera mengembara di seluruh Perancis dan negara-negara lain, dan dengan melemparkan kepada kita semua tuduhan yang mereka bisa tuduhkan, meminjam dari mereka suatu pengesahan tentang ketidak-bersalahan mereka.).
Calvin: “And some brethren are so silly as to accuse us of cruelty, if any of us paints such persons in their true colors. But it were to be wished that all of them had their forehead marked with a hot iron, that they might be recognized at first sight.” (= Dan beberapa saudara adalah begitu tolol sehingga menuduh kami melakukan kekejaman, jika siapapun dari kami menggambarkan orang-orang seperti itu dalam warna mereka yang sebenarnya. Tetapi harus diinginkan / diharapkan bahwa semua mereka ditandai pada dahi mereka dengan besi panas, sehingga mereka bisa dikenali pada pandangan pertama.).
2) Penyebutan nama orang dalam Alkitab.
Saya sering dikritik / diserang karena menyebutkan nama orang / gereja dalam kotbah / tulisan saya. Bagi orang yang beranggapan bahwa itu salah, coba bandingkan dengan kata-kata Calvin di atas, dan juga dengan 2 Timotius 1:15 ini dimana Paulus menyebutkan nama dari kedua orang ini, dan kedua nama ini masuk ke dalam Alkitab! Adalah aneh dan bodoh, kalau karena saya menyebutkan nama dari nabi-nabi palsu dalam khotbah / tulisan saya, lalu banyak orang Kristen menyalahkan saya!
Bagi yang merasa bahwa satu ayat ini masih kurang, bacalah lebih banyak lagi ayat-ayat sejenis di bawah ini:
· 1Timotius 1:19-20 - “(19) Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka, (20) di antaranya Himeneus dan Aleksander, yang telah kuserahkan kepada Iblis, supaya jera mereka menghujat.”.
· 2Timotius 2:17-18 - “(17) Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, (18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang.”.
· 2Timotius 3:8-9 - “(8) Sama seperti Yanes dan Yambres menentang Musa, demikian juga mereka menentang kebenaran. Akal mereka bobrok dan iman mereka tidak tahan uji. (9) Tetapi sudah pasti mereka tidak akan lebih maju, karena seperti dalam hal Yanes dan Yambres, kebodohan merekapun akan nyata bagi semua orang.”.
· 2Tim 4:9-10 - “(9) Berusahalah supaya segera datang kepadaku, (10) karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia.”.
· 2Timotius 4:14-15 - “(14) Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat kejahatan terhadap aku. Tuhan akan membalasnya menurut perbuatannya. (15) Hendaklah engkau juga waspada terhadap dia, karena dia sangat menentang ajaran kita.”.
· 3Yoh 9-10 - “(9) Aku telah menulis sedikit kepada jemaat, tetapi Diotrefes yang ingin menjadi orang terkemuka di antara mereka, tidak mau mengakui kami. (10) Karena itu, apabila aku datang, aku akan meminta perhatian atas segala perbuatan yang telah dilakukannya, sebab ia meleter melontarkan kata-kata yang kasar terhadap kami; dan belum merasa puas dengan itu, ia sendiri bukan saja tidak mau menerima saudara-saudara yang datang, tetapi juga mencegah orang-orang, yang mau menerima mereka dan mengucilkan orang-orang itu dari jemaat.”.
2 Timotius 1:16-17: “(16) Tuhan kiranya mengaruniakan rahmatNya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara. (17) Ketika di Roma, ia berusaha mencari aku dan sudah juga menemui aku.”.
Kata-kata ‘menyegarkan hatiku’ salah terjemahan. Kata ‘hati’ itu seharusnya tidak ada. Seharusnya ‘menyegarkan aku’.
KJV: ‘for he oft refreshed me’ (= karena ia sering menyegarkan aku).
RSV/NIV/NASB ≈ KJV.
Lalu kata-kata ‘Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara’ juga salah terjemahan. Kata ‘menjumpai’ seharusnya juga tidak ada.
KJV: ‘and was not ashamed of my chain:’ (= dan tidak malu tentang rantai / belengguku:)
RSV/NIV/NASB ≈ KJV.
Setelah membicarakan ketidak-setiaan dari banyak orang dalam ay 2 TIMOTIUS 1:15, maka dalam ay 2 TIMOTIUS 1:16-18 Paulus membicarakan satu orang yang setia, yaitu Onesiforus.
Untuk tafsirannya tentang ay 2 Timotius 1:15-18 William Barclay memberi judul: “THE FAITHLESS MANY AND THE FAITHFUL ONE” (= Orang banyak yang tidak setia dan satu orang yang setia).
Bible Knowledge Commentary: “From these sad examples of unfaithfulness, Paul turned to the sparkling instance of Onesiphorus (mentioned elsewhere only in 4:19), who had supported Paul not only in Ephesus but also in Rome. Repeatedly he had gone out of his way to help Paul, even to the point of following him to Rome and painstakingly seeking out his whereabouts. There, despite Paul’s imprisonment and the stigma attached to it, Onesiphorus remained unfazed, continuing his faithful ministry without hesitation. For all of this Paul commended him, twice invoking God’s mercy (1:16,18) on both the faithful servant and his household.” [= Dari contoh-contoh ketidak-setiaan yang menyedihkan ini, Paulus berpaling kepada contoh yang berkilauan dari Onesiforus (disebutkan di tempat lain hanya dalam 4:19), yang telah menyokong Paulus bukan hanya di Efesus tetapi juga di Roma. Berulang-ulang ia telah meninggalkan urusannya untuk menolong Paulus, bahkan sampai pada titik dimana ia mengikutinya ke Roma, dan dengan sungguh-sungguh mencari tempat dimana ia berada. Di sana, sekalipun Paulus dipenjara dan ada noda yang melekat pada hal itu, Onesiforus tetap tidak terganggu, melanjutkan pelayanannya yang setia tanpa ragu-ragu. Untuk semua ini Paulus memuji dia, dua kali meminta belas kasihan Allah (1:16,18) kepada baik pelayan yang setia ini maupun keluarganya.].
2Tim 4:19 - “Salam kepada Priska dan Akwila dan kepada keluarga Onesiforus.”.
Bible Knowledge Commentary: “The contrast between the faithful and the unfaithful, the strong and the weak, the trustworthy and the unreliable, is striking. The many in Asia (v. 15) portray the very things Paul had been warning Timothy against - cowardice, shame, self-indulgence, infidelity. Onesiphorus, on the other hand, demonstrated the characteristics Paul had been recommending to Timothy - courage, love, self-discipline, boldness, and faithfulness. Clearly the negative and the positive examples were designed to strengthen Timothy’s resolve to be counted among those who were willing to stand shoulder to shoulder with the apostle.” [= Kontras antara yang setia dan yang tidak setia, yang kuat dan yang lemah, yang bisa dipercayai dan yang tidak bisa dipercayai, adalah menyolok. Banyak orang di Asia (ay 15) menggambarkan hal-hal terhadap mana Paulus telah memperingatkan Timotius, ketakutan, rasa malu, pemuasan diri sendiri, ketidak-setiaan. Di sisi lain, Onesiforus menunjukkan karakteristik yang Paulus telah anjurkan kepada Timotius, keberanian, kasih, disiplin diri sendiri, keberanian, dan kesetiaan. Dengan jelas contoh-contoh yang negatif dan positif dirancang untuk menguatkan keputusan Timotius untuk diperhitungkan / dianggap termasuk di antara mereka yang mau untuk berdiri bahu membahu dengan sang rasul.].
Calvin: “From this prayer we infer, that the good offices done to the saints are not thrown away, even though they cannot recompense them; for, when he prays to God to reward them, this carries in it the force of a promise. At the same time, Paul testifies his gratitude, by desiring that God will grant the remuneration, because he is unable to pay.” (= Dari doa ini kami menyimpulkan, bahwa jasa-jasa baik yang dilakukan terhadap orang-orang kudus tidaklah dibuang, sekalipun mereka tidak bisa membalasnya; karena pada waktu ia berdoa kepada Allah untuk memberi upah / pahala kepada mereka, ini membawa di dalamnya kekuatan dari suatu janji. Pada saat yang sama, Paulus menyaksikan rasa terima kasihnya, dengan menginginkan bahwa Allah memberikan balasan / upah, karena ia tidak bisa membalas.).
Penerapan: pada waktu ada orang-orang yang berbuat baik kepada saudara dan saudara tak bisa membalasnya, setidaknya saudara bisa membalasnya dengan doa-doa saudara bagi dia.
Calvin: “It is worthy of attention, that although he praises the kindness of Onesiphorus alone, yet, on his account, he prays for mercy to the whole family. Hence we infer, that ‘the blessing of God rests, not only on the head of the righteous man,’ but on all his house. So great is the love of God toward his people, that it diffuses itself over all who are connected with them” (= Layak diperhatikan bahwa sekalipun ia memuji kebaikan Onesiforus saja, tetapi karena dia, ia berdoa untuk belas kasihan bagi seluruh keluarga. Karena itu kami menyimpulkan bahwa ‘berkat Allah tinggal / tetap ada, bukan hanya pada kepala dari orang benar’, tetapi pada seluruh keluarganya. Begitu besar kasih Allah kepada umatNya, sehingga kasih itu menyebarkan dirinya sendiri atas semua yang berhubungan dengan mereka).
Catatan: awas, ini tak berarti bahwa pada saat seseorang percaya maka ia dan keluarganya semua selamat!
Calvin: “‘And was not ashamed of my chain.’ This is a proof, not only of his liberality, but likewise of his zeal; seeing that he cheerfully exposed himself to danger and to the reproach of men, in order to assist Paul”(= ‘Dan ia tidak malu tentang rantai / belengguku’. Ini adalah bukti, bukan hanya tentang kemurahan hatinya, tetapi juga tentang semangatnya; mengingat bahwa ia dengan sukacita membuka dirinya sendiri terhadap bahaya dan terhadap celaan dari manusia, untuk bisa menolong Paulus).
2 Timotius 1:18: “Kiranya Tuhan menunjukkan rahmatNya kepadanya pada hariNya. Betapa banyaknya pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahuinya dari padaku”.
Calvin: “‘That he may find mercy with the Lord on that day.’ This prayer shews us how much richer a recompense awaits those who, without the expectation of an earthly reward, perform kind offices to the saints, than if they received it immediately from the hand of men. And what does he pray for? ‘That he may find mercy;’ for he who hath been merciful to his neighbors will receive such mercy from God to himself. And if this promise does not powerfully animate and encourage us to the exercise of kindness, we are worse than stupid” (= ‘Supaya ia bisa mendapatkan / menemukan belas kasihan dengan Tuhan pada hari itu’. Doa ini menunjukkan kepada kita betapa jauh lebih kayanya suatu upah yang menantikan mereka, yang tanpa mengharapkan upah duniawi, melaksanakan jasa-jasa yang baik kepada orang-orang kudus, dari pada jika mereka menerimanya langsung dari tangan manusia. ‘Supaya ia bisa menemukan belas kasihan’; karena ia yang telah berbelas kasihan kepada sesamanya akan menerima belas kasihan seperti itu dari Allah bagi dirinya sendiri. Dan jika janji ini tidak secara kuat menghidupkan dan menguatkan kita untuk melakukan kebaikan ini, kita lebih buruk dari bodoh / tolol).
Barnes’ Notes: “‘The Lord grant unto him that he may find mercy of the Lord in that day.’ The day of judgment; ... This proves that Onesiphorus was then alive, as Paul would not offer prayer for him if he was dead. The Papists, indeed, argue from this in favor of praying for the dead - ASSUMING from 2 Tim 4:19, that Onesiphorus was then dead. But there is no evidence of that. The passage in 2 Tim 4:19, would prove only that he was then absent from his family.” (= ‘Kiranya Tuhan memberinya supaya ia menemukan belas kasihan dari Tuhan pada hari itu’. Hari penghakiman; ... Ini membuktikan bahwa Onesiforus masih hidup pada saat itu, karena Paulus tidak akan menaikkan doa untuk dia jika ia sudah mati. Para pengikut Paus memang berargumentasi dari bagian ini untuk mendukung doa untuk orang mati - dengan menganggap dari 2Timotius 4:19, bahwa Onesiforus sudah mati pada saat itu. Tetapi tidak ada bukti tentang hal itu. Text dalam 2Tim 4:19 hanya membuktikan bahwa pada saat itu ia sedang absen dari keluarganya.).
2Timotius 4:19 - “Salam kepada Priska dan Akwila dan kepada keluarga Onesiforus.”.
Catatan: hanya karena Onesiforusnya sendiri tidak disebutkan dalam 2Timotius 4:19 ini, maka Gereja Roma Katolik menafsirkan bahwa ia sudah mati. Betul-betul suatu penafsiran yang lucu. Ini pasti merupakan suatu EISEGESIS, bukan EXEGESIS. Banyaknya ajaran dalam Gereja Roma Katolik yang sebetulnya tidak mempunyai dasar Alkitab sama sekali, seringkali menyebabkan mereka ‘terpaksa’ memutar-balikkan ayat-ayat Alkitab, supaya bisa mempunyai dasar Alkitab bagi ajaran mereka.
EKSPOSISI 2 TIMOTIUS 1:1-18
-AMIN-