IMMANUEL / ALLAH MENYERTAI KITA:YESAYA 7:14,MATIUS 1:20-23
Pdt.Budi Asali, M.Div.
IMMANUEL / ALLAH MENYERTAI KITA:YESAYA 7:14,MATIUS 1:20-23. Yesaya 7:14 - “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”.
Matius 1:20-23 - “(Matius 1:20) Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. (21) Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka.’ (22) Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: (23) ‘Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’ - yang berarti: Allah menyertai kita.”.
I) Pada saat apa dan sikon yang bagaimana janji dalam Yesaya 7:14 ini diberikan?
Latar belakang dari pemberian janji dalam Yesaya 7:14 adalah keadaan perang dimana Yehuda diserang oleh gabungan 2 negara yaitu Israel dan Aram, dan sedang ada dalam keadaan takut dan putus asa.
Yesaya 7:1-2 - “(1) Dalam zaman Ahas bin Yotam bin Uzia, raja Yehuda, maka Rezin, raja Aram, dengan Pekah bin Remalya, raja Israel, maju ke Yerusalem untuk berperang melawan kota itu, namun mereka tidak dapat mengalahkannya. (2) Lalu diberitahukanlah kepada keluarga Daud: ‘Aram telah berkemah di wilayah Efraim,’ maka hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan seperti pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin.”.
C. H. Spurgeon: “It is noteworthy that the clearest promises of the Messiah have been given in the darkest hours of history.” (= Patut diperhatikan bahwa janji-janji yang paling jelas tentang Mesias telah diberikan pada saat-saat yang paling gelap dalam sejarah.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 95.
Contoh-contoh lain:
1) Kejadian 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.
Kapan dan dalam sikon bagaimana janji ini diberikan? Pada waktu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, dan akan diusir dari Taman Eden.
C. H. Spurgeon: “How bright shone that one promise amid the surrounding gloom!” (= Alangkah terangnya janji yang satu ini bersinar di tengah-tengah kesuraman di sekelilingnya) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 95.
2) Domba Paskah / Perjamuan Paskah (Keluaran 12).
Kapan dan dalam sikon bagaimana gambaran / type ini diberikan? Pada waktu Israel ada di Mesir, dan Firaun menolak untuk membebaskan mereka sekalipun sudah diberi 9 tulah, maka Tuhan memberikan gambaran / Type domba Paskah, yang merupakan gambaran dari Kristus.
1Korintus 5:7 - “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.”.
C. H. Spurgeon: “the Paschal lamb, whose blood sprinkled on the lintel and the two side posts secured the chosen from the avenger of blood. The type is marvellously clear, and the times were marvellously dark. It seemed as if the Lord would make the consolation to abound even as the tribulation abounded.” (= domba Paskah, yang darahnya dipercikkan pada ambang pintu dan kedua tiang pintu menjamin / melindungi / mengamankan orang-orang pilihan dari pembalasan Allah. Typenya sungguh-sungguh terang, dan saatnya sungguh-sungguh gelap. Kelihatannya seakan-akan Tuhan ingin membuat penghiburan berlimpah-limpah bahkan pada saat kesukaran berlimpah-limpah.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 96.
3) Yesaya 28:16 - “beginilah firman Tuhan ALLAH: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!”.
Kapan dan dalam keadaan bagaimana janji tentang Mesias ini diberikan? Lihat Yesaya 28:14-15 - “(14) Sebab itu dengarlah firman TUHAN, hai orang-orang pencemooh, hai orang-orang yang memerintah rakyat yang ada di Yerusalem ini! (15) Karena kamu telah berkata: ‘Kami telah mengikat perjanjian dengan maut, dan dengan dunia maut kami telah mengadakan persetujuan; biarpun cemeti berdesik-desik dengan kerasnya, kami tidak akan kena; sebab kami telah membuat bohong sebagai perlindungan kami, dan dalam dusta kami menyembunyikan diri,’”.
C. H. Spurgeon: “Thus, when lies and falsehood rules the hour, the Lord proclaims the blessed truth that the Messiah would come and would be a sure foundation for believers.” (= Jadi, pada waktu dusta dan kebohongan memerintah / berkuasa, Tuhan menyatakan kebenaran yang mulia bahwa sang Mesias akan datang dan akan menjadi fondasi yang teguh untuk orang-orang percaya.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 96.
4) Yeremia 23:5-6 - “(5) Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. (6) Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN - keadilan kita.”.
Kapan dan dalam situasi apa janji tentang Mesias ini diberikan. Lihat Yeremia 23:1-2 - “(1) ‘Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaanKu hilang dan terserak!’ - demikianlah firman TUHAN. (2) Sebab itu beginilah firman TUHAN, Allah Israel, terhadap para gembala yang menggembalakan bangsaku: ‘Kamu telah membiarkan kambing dombaKu terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat, demikianlah firman TUHAN.”.
C. H. Spurgeon: “When the people of the Lord thus found their worst enemies where they ought to have met with friendly care, then they were promised happier days through the coming of the divine Son of David.” (= Pada waktu umat Tuhan menemukan musuh-musuh terburuk mereka dimana mereka seharusnya bertemu dengan pemeliharaan yang ramah, maka kepada mereka dijanjikan hari-hari yang lebih bahagia melalui kedatangan dari Anak Daud yang ilahi.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 96.
6) Yeh 34:23 - “Aku akan mengangkat satu orang gembala atas mereka, yang akan menggembalakannya, yaitu Daud, hambaKu; dia akan menggembalakan mereka, dan menjadi gembalanya.”.
Kapan dan dalam situasi apa janji tentang Mesias ini diberikan. Lihat Yeh 34:5-6 - “(5) Dengan demikian mereka berserak, oleh karena gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala binatang di hutan. Domba-dombaKu berserak (6) dan tersesat di semua gunung dan di semua bukit yang tinggi; ya, di seluruh tanah itu domba-dombaKu berserak, tanpa seorangpun yang memperhatikan atau yang mencarinya.”.
C. H. Spurgeon: “Thus you see that, in each case, when things were at their worst, the Lord Jesus was the one well of consolation in a desert of sorrows. ... In the worst time we are to preach Christ, and to look to Christ. In Jesus there is a remedy for the direst of diseases, and a rescue from the darkest of despairs.” (= Demikianlah kami lihat bahwa dalam setiap kasus, ketika segala sesuatu ada dalam keadaan terburuk, Tuhan Yesus adalah suatu sumur penghiburan pada padang pasir kesedihan. ... Pada saat yang terburuk kita harus memberitakan Kristus, dan memandang kepada Kristus. Dalam Yesus ada obat untuk penyakit yang paling menakutkan, dan pertolongan dari keputus-asaan yang paling gelap.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 96-97.
II) Janji dan penggenapannya.
Yesaya 7:14 - “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”.
1) ‘Sesungguhnya’.
Yesaya 7:14 - “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”.
KJV: ‘Therefore the Lord himself shall give you a sign; Behold, a virgin shall conceive, and bear a son, and shall call his name Immanuel.’ (= Karena itu, Tuhan sendiri akan memberimu suatu tanda; Lihatlah, seorang perawan akan mengandung, dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan akan menamaiNya Immanuel.).
E. J. Young: “‘Behold!’ ... It has also appeared in the texts from Ugarit. ... In Ugarit it had been used to announce the birth of gods, nonexistent beings who were a part of that web of superstition which covered the ancient pagan world. On Isaiah’s lips, however, this formula is lifted from its ancient pagan context and made to introduce the announcement of the birth of the only One who truly is God and King.” (= ‘Lihatlah!’ ... Kata itu juga muncul dalam text-text dari Ugarit. ... Di Ugarit kata itu telah digunakan untuk mengumumkan kelahiran allah-allah / dewa-dewa, makhluk-makhluk yang tidak mempunyai keberadaan yang merupakan sebagian dari jaringan takhyul yang meliputi dunia kafir kuno. Tetapi di bibir Yesaya, kata ini diangkat dari kontex kafir kunonya dan digunakan untuk mengajukan pengumuman tentang kelahiran dari satu-satunya ‘Makhluk’ yang sungguh-sungguh adalah Allah dan Raja.) - ‘The Book of Isaiah’, vol I, hal 284-285.
Kalau Yesaya boleh menggunakan kata yang berasal dari orang kafir dalam urusan berhala mereka, dan menggunakannya untuk menubuatkan kelahiran Kristus, mengapa orang Kristen jaman sekarang menolak Natal dengan alasan itu berasal dari orang kafir / penyembah berhala? Selama semua kekafiran dan hal-hal salah lainnya (seperti Santa Claus / Sinter Klaas, pesta pora yang tak bermoral dsb) dibuang, maka Natal bisa menjadi sarana penginjilan, penyegaran iman, pengingat akan kasih Allah, dan bahkan untuk mempererat persekutuan. Karena itu adalah suatu kegilaan untuk menentang perayaan Natal.
Calvin: “The word ‘Behold’ is used emphatically, to denote the greatness of the event; for this is the manner in which the Spirit usually speaks of great and remarkable events, in order to elevate the minds of men” (= Kata ‘Lihatlah’ digunakan dengan cara yang ditekankan, untuk menunjukkan kebesaran dari peristiwa itu; karena ini adalah cara dengan mana Kitab Suci biasanya berbicara tentang peristiwa-peristiwa yang besar dan hebat / luar biasa, dengan tujuan untuk mengangkat pikiran manusia) - hal 247.
Jadi, selain kata ‘tanda’ maka kata ‘lihatlah’ ini juga menunjukkan bahwa yang akan dibicarakan adalah suatu mujijat. Ini penting untuk diperhatikan dalam penafsiran tentang kata ALMAH nanti.
2) ‘Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadaMU suatu pertanda’.
Yesaya 7:11-14 - “(11) ‘Mintalah suatu pertanda dari TUHAN, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas.’ (12) Tetapi Ahas menjawab: ‘Aku tidak mau meminta, aku tidak mau mencobai TUHAN.’ (13) Lalu berkatalah nabi Yesaya: ‘Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah KAMU melelahkan orang, sehingga KAMU melelahkan Allahku juga? (14) Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadaMU suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”.
a) Kata ‘mu’ dan ‘kamu’ dalam ay 13,14 ada dalam bentuk jamak.
Jadi bagian ini tidak lagi ditujukan kepada raja Ahas saja. Tadi dalam ay 11 dikatakan ‘Mintalah suatu pertanda dari TUHAN, Allahmu’. Kata ‘mu’ ada dalam bentuk tunggal. Juga sebetulnya dalam bahasa Ibraninya dalam ay 11 ini ada kata-kata ‘for you’ (= untukmu) dimana untuk ‘you’ (= mu) digunakan bentuk tunggal. Jadi seharusnya diterjemahkan: ‘Mintalah untukMU suatu pertanda dari TUHAN, AllahMU’. Tetapi karena Ahas menolak untuk minta tanda (ay 12), maka sekarang Tuhan memberi tanda untuk seluruh bangsa (E. J. Young, hal 284).
Barnes’ Notes: “the word ‘you’ is designed to include the nation, or the people of the kingdom of Judah” (= kata ‘mu / kamu’ dimaksudkan untuk mencakup bangsa itu, atau bangsa dari kerajaan Yehuda) - hal 158.
b) Penolakan Ahas (ay 12) tidak menghalangi Tuhan untuk memberikan tanda kepada orang Yahudi.
Dalam suatu buku Saat Teduh dikatakan: “It is not your weakness that can defeat God’s promise, nor your strength that can fulfill the promise: He that spoke the Word will Himself make it good” (= Bukanlah kelemahanmu yang bisa menggagalkan janji Allah, juga bukan kekuatanmu yang bisa menggenapi janji itu: Ia yang mengucapkan Firman itu sendiri yang akan menggenapinya) - ‘Streams in the Desert’, vol 3, tgl 12 Desember.
3) ‘Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.’ (Yesaya 7:14).
Ada 2 problem dengan bagian ini:
a) Apakah terjemahan yang benar adalah ‘perempuan muda’ (LAI/RSV) atau ‘perawan’ (KJV/NIV/NASB/ASV/NKJV).
Kata bahasa Ibraninya adalah ALMAH. Banyak diperdebatkan apakah kata bahasa Ibrani ALMAH harus diterjemahkan ‘a young woman’ (= seorang perempuan muda), atau ‘a virgin’ (= seorang perawan). Yang mengatakan bahwa kata ALMAH seharusnya diterjemahkan ‘perempuan muda’ mengatakan bahwa kalau Yesaya memaksudkan ‘perawan’ maka ia bisa menggunakan kata BETHULAH yang artinya ‘perawan’. Disamping itu kata ALMAH kadang-kadang digunakan bukan dalam arti ‘perawan’. Pandangan ini mungkin sekali akan disukai oleh orang-orang Liberal, dan karena itu ini perlu dibahas secara terperinci. Saya sendiri menganggap bahwa kata ALMAH seharusnya diterjemahkan ‘seorang perawan’, karena:
1. Asal usul kata ALMAH.
Calvin berkata bahwa kata Ibrani ALMAH berarti seorang perawan, dan kata ini diturunkan dari kata Ibrani ALAM, yang berarti ‘to hide’ (= menyembunyikan / bersembunyi), karena “shame and modesty of virgins does not allow them to appear in public;” (= rasa malu dan kesopanan dari perawan-perawan tidak mengijinkan mereka untuk muncul di depan umum;) - hal 247.
Adam Clarke: “The word ALMAH, comes from ALAM, to lie hid, be concealed: ... A virgin was not called ALMAH, because she was concealed by being kept at home in her father’s house, which is not true; but, literally and physically, because as a woman she had not been uncovered - she had not known man. This fully applies to the blessed virgin, see Luke 1:34. ‘How can this be, seeing I know no man?’” [= Kata ALMAH, datang dari ALAM, tersembunyi, disembunyikan: ... Seorang perawan disebut ALMAH bukan karena ia disembunyikan dengan cara ditahan di rumah ayahnya, yang merupakan sesuatu yang tidak benar; tetapi, secara hurufiah dan secara fisik, karena sebagai seorang perempuan ia tidak pernah dibuka / telanjang (di depan laki-laki) - ia tidak pernah mengenal (berhubungan sex dengan) laki-laki. Ini berlaku sepenuhnya terhadap perawan yang diberkati, lihat Luk 1:34 - ‘Bagaimana hal ini mungkin terjadi, mengingat aku belum mengenal (berhubungan sex dengan) laki-laki?’] - hal 56.
Catatan: dalam persoalan ini mungkin Clarke lebih benar dari pada Calvin, karena memang seorang perawan tidaklah disembunyikan dalam arti ‘dipenjara’ / dipingit dalam rumah ayahnya. Bdk. Kej 24:15-16 Kejadian 29:6,9 dimana perawan bisa berkeliaran secara cukup bebas.
2. Kontext menuntut arti seperti itu, karena ‘tanda’ itu adalah suatu mujijat.
Agak aneh memang, tetapi Calvin mengakui bahwa kata Ibrani ALMAH kadang-kadang menunjuk pada seorang perempuan muda, tetapi ia juga berkata bahwa dalam kasus ini harus diterjemahkan ‘seorang perawan’. Alasannya adalah:
“For what wonderful thing did the Prophet say, if he spoke of a young woman who conceived through intercourse with a man? It would certainly have been absurd to hold out this as a sign or a miracle. ... It is therefore, plain enough that he speaks of a virgin who should conceive, not by the ordinary course of nature, but by the gracious influence of the Holy Spirit.” (= Karena hal ajaib apa yang dikatakan oleh sang Nabi, jika ia berbicara tentang seorang perempuan muda yang mengandung melalui hubungan sex dengan seorang laki-laki? Pastilah merupakan sesuatu yang menggelikan untuk menawarkan ini sebagai suatu tanda atau suatu mujijat. ... Karena itu, cukup jelas bahwa ia berbicara tentang seorang perawan yang mengandung, bukan dengan cara alamiah biasa, tetapi oleh pengaruh yang bersifat kasih karunia dari Roh Kudus.) - hal 247-248.
3. LXX / Septuaginta (Perjanjian Lama berbahasa Yunani), yang muncul pada 2 abad sebelum kelahiran Kristus, menterjemahkan kata ini sebagai HE PARTHENOS (the virgin / sang perawan). Barnes menambahkan bahwa Vulgate (Kitab Suci bahasa Latin) menterjemahkan VIRGO. Matius juga menterjemahkan HE PARTHENOS (the virgin / sang perawan).
Matius 1:22-23 - “(22) Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: (23) ‘Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’ - yang berarti: Allah menyertai kita.”.
KJV/RSV: ‘a virgin’ (= seorang perawan).
NIV/NASB: ‘The virgin’ (= Sang perawan).
Pulpit Commentary: “The LXX., writing two centuries before the birth of Christ, translate by PARTHENOS.” (= LXX, menulis 2 abad sebelum kelahiran Kristus, menterjemahkan dengan PARTHENOS.) - hal 128.
William Hendriksen: “During the second century B.C., when the earliest extant Greek translation of the prophetical books of the Old Testament was produced, an important portion of which came to be known as the Septuagint, the Hebrew word HA-ALMAH was rendered HE PARTHENOS, i.e., ‘the virgin.’” (= Pada abad kedua SM, pada saat terjemahan Yunani yang paling awal yang masih ada dari kitab-kitab nubuatan dari Perjanjian Lama dibuat, suatu bagian penting yang akhirnya dikenal sebagai Septuaginta, kata Ibrani HA-ALMAH diterjemahkan HE PARTHENOS, yaitu ‘sang perawan’.) - hal 143.
William Hendriksen melanjutkan: “That, in passing, is the only pre-Christian rendering of this Hebrew word known to us. Was Matthew influenced by this LXX translation? If so, this cannot be held against him. But it must be borne in mind that in ever so many places it is especially this evangelist who shows that he is by no means slavishly dependent upon the LXX. He is able to read the Hebrew original, and he knows that in the given context HA-ALMAH means ‘the virgin.’” (= Itu, secara sambil lalu, merupakan satu-satunya terjemahan sebelum jaman Kristen yang kita kenal dari kata Ibrani ini. Apakah Matius dipengaruhi oleh terjemahan LXX / Septuaginta ini? Jika demikian, ia tidak bisa disalahkan. Tetapi harus diingat bahwa dalam banyak tempat adalah khususnya penginjil ini yang menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak tergantung dengan meniru LXX / Septuaginta. Ia bisa membaca bahasa Ibrani yang merupakan bahasa asli, dan ia tahu bahwa dalam kontex itu HA-ALMAH artinya ‘sang perawan’.) - hal 143.
Jika Yesaya dalam nubuatnya itu memikirkan tentang seorang perempuan yang sudah menikah, yang mengandung dari suaminya, maka bagaimana mungkin Matius bisa menerapkannya kepada Maria yang mengandung tanpa pertolongan suaminya?
William Hendriksen: “If Isaiah was thinking of a young married woman who, with the help of her husband, conceived and gave birth to a child, it is difficult to see how Matthew could regard Christ’s birth ‘of the virgin Mary’ to be a fulfilment of Isa. 7:14. The ALMAH mentioned in Isa. 7:14 cannot have been at the same time virgin and non-virgin.” (= Jika Yesaya berpikir tentang seorang perempuan muda yang sudah menikah yang, dengan pertolongan suaminya, mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, sukar dimengerti bagaimana Matius bisa menganggap kelahiran Kristus ‘dari perawan Maria’ sebagai penggenapan dari Yes 7:14. Kata ALMAH yang disebutkan dalam Yesaya 7:14 tidak bisa pada saat yang sama berarti ‘perawan’ dan ‘tidak perawan’.) - hal 138.
Tetapi tentang pengutipan dan penterjemahan oleh Matius ini ada yang berkata bahwa sekalipun Matius, pada waktu mengutip Yesaya 7:14 itu, menterjemahkan istilah ALMAH itu dengan kata HE PARTHENOS (the virgin / sang perawan), tetapi perlu diingat bahwa Matius memang sering mengutip Perjanjian Lama secara menyimpang dari arti aslinya. Misalnya bandingkan Mat 4:15 dengan Yesaya 9:1-2. Karena itu ini tidak membuktikan bahwa Yesaya memang memaksudkan ‘perawan’.
Terhadap kata-kata ini William Hendriksen menjawab: “It is freely admitted that, under the guidance of the Spirit, Matthew and the other New Testament writers at times made a different use of a passage than that to which it had been put originally, but such a fresh application to a new situation is never a contradiction.” (= Memang diakui bahwa di bawah pimpinan dari Roh Kudus, Matius dan penulis-penulis lain dari Perjanjian Baru kadang-kadang menggunakan suatu text secara berbeda dari aslinya, tetapi penerapan segar pada situasi yang baru seperti itu tidak pernah merupakan suatu kontradiksi.) - hal 138.
Jadi, maksud dari Hendriksen adalah: sekalipun penerapannya bisa berbeda, tetapi artinya tidak mungkin bertentangan.
4. Kata ALMAH muncul hanya 7 x dalam Perjanjian Lama, yaitu dalam: Kejadian 24:43 Keluaran 2:8 Maz 68:26b Kidung 1:3 6:8 Amsal 30:19 dan setiap kali kata ALMAH muncul dalam Kitab Suci artinya selalu adalah ‘perawan’.
Memang ada yang tidak menyetujui hal ini, seperti Keil & Delitzsch dan Albert Barnes.
Keil & Delitzsch: “whilst BETHULAH ... signifies a maiden living in seclusion in her parents’ house and still a long way from matrimony, ALMAH ... is applied to one fully mature, and approaching the time of her marriage. The two terms could both be applied to persons who were betrothed, and even to such as were married. ... It is also admitted that the idea of spotless virginity was not necessarily connected with ALMAH ... since there are passages - such, for example, as Song of Sol. 6:8 - where it can hardly be distinguished from the Arabic SURRIJE; and a person who had a very young-looking wife might be said to have an ALMAH for his wife.” (= sementara BETHULAH ... menunjuk kepada seorang gadis yang hidup dalam pingitan di rumah orang tuanya dan masih jauh dari pernikahan, ALMAH ... diterapkan kepada seorang yang sudah matang sepenuhnya, dan mendekati saat pernikahan. Kedua istilah bisa diterapkan pada perempuan yang bertunangan, dan bahkan yang menikah. ... Juga diakui bahwa gagasan tentang keperawanan yang tak bercacat tidak harus berhubungan dengan ALMAH ... karena ada text-text seperti Kidung 6:8 dimana kata itu hampir tidak bisa dibedakan dengan kata bahasa Arab SURRIJE; dan seorang yang mempunyai seorang istri yang kelihatannya sangat muda bisa dikatakan mempunyai seorang ALMAH sebagai istrinya.) - hal 217.
Kidung 6:8 - “Permaisuri ada enam puluh, selir delapan puluh, dan dara-dara tak terbilang banyaknya.”.
Catatan: kata ‘dara-dara’ dalam Kidung 6:8 tidak harus diartikan sebagai ‘bukan perawan’. Tentang bagian ini Matthew Poole berkata: “Virgins; either, 1. Which wait upon the queens and concubines. Or, 2. Which were reserved as a nursery, out of which queens and concubines were to be taken.” (= Perawan-perawan; atau, 1. Gadis-gadis yang melayani ratu-ratu / permaisuri-permaisuri dan selir-selir. Atau, 2. Gadis-gadis yang disimpan di kamar anak-anak / ‘kebun bibit’, dari mana ratu-ratu dan selir-selir diambil.) - hal 321.
Dengan demikian jelas bahwa kata ALMAH di sini tidak menunjuk kepada perempuan yang sudah menikah ataupun sudah tidak perawan.
Barnes’ Notes: “In all these places, except, perhaps, in Proverbs, it is used in its obvious natural sense, to denote a young, unmarried female.” (= Di semua tempat ini, kecuali mungkin dalam Amsal, kata itu digunakan dalam arti biasa yang nyata, untuk menunjuk kepada seorang wanita muda yang belum menikah.) - hal 158.
Amsal 30:18-19 - “(18) Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti: (19) jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.”.
Saya berpendapat bahwa Amsal 30:19 ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa kata ALMAH diartikan sebagai seorang yang sudah menikah.
Pulpit Commentary: “It is questioned whether the word translated ‘virgin,’ viz. ’ALMAH, has necessarily that meaning; but it is admitted that the meaning is borne out by every other place in which the word occurs in the Old Testament (Gen. 24:43; Exod. 2:8; Ps. 68:25; Providensia Allah 30:19; Cant. 1:3; 6:8).” [= Dipertanyakan apakah kata yang diterjemahkan ‘perawan’, yaitu ALMAH, harus diartikan seperti itu; tetapi diakui bahwa arti itu disokong oleh setiap tempat lain dalam mana kata itu muncul dalam Perjanjian Lama (Kej 24:43; Kel 2:8; Mazmur 68:26 Amsal 30:19 Kidung 1:3 6:8).] - hal 127-128.
William Hendriksen menceritakan bahwa Luther, mungkin saking yakinnya bahwa kata ALMAH pasti berarti ‘seorang perawan’, berani memberikan tantangan: “‘If a Jew or Christian can prove to me that in any passage of Scripture ALMAH means a married woman, I will give him 100 florins, although God alone knows where I might find them.’” (= ‘Jika seorang Yahudi atau Kristen bisa membuktikan kepadaku bahwa dalam text manapun dalam Kitab Suci ALMAH berarti seorang perempuan yang sudah menikah, aku akan memberinya 100 florins, sekalipun hanya Allah yang tahu dimana aku bisa mendapatkan uang itu’.) - ‘The Gospel of Matthew’, hal 137.
William Hendriksen juga mengutip kata-kata E. J. Young sebagai berikut:
“‘The word ALMAH ... is never used of a married woman, either in the Bible or elsewhere. The new evidence from Ras Shamra is strikingly interesting on this point.’ With respect to BETHULAH this author writes, ‘The word in question is ambiguous. Does it mean a virgin, a betrothed virgin, or a married woman? I am convinced that it may mean any one of the three.’ He continues: Isaiah (in Isa. 7:14) used the one word in the Hebrew language (ALMAH) which is never employed of a married woman.’ ... In no case should the word in this passage be translated by the vague and weak term ‘young woman’.” [= ‘Kata ALMAH ... tidak pernah digunakan tentang seorang perempuan yang sudah menikah, baik dalam Alkitab maupun di tempat lain. Bukti baru dari Ras Shamra sangat menarik dalam hal ini’. Berkenaan dengan BETHULAH pengarang ini menulis: ‘Kata yang dipersoalkan ini kabur artinya. Apakah kata itu berarti seorang perawan, seorang perawan yang sudah bertunangan, atau seorang perempuan yang sudah menikah? Saya yakin bahwa itu bisa berarti salah satu dari tiga arti itu’. Ia melanjutkan: Yesaya (dalam Yes 7:14) menggunakan satu kata dalam bahasa Ibrani (ALMAH) yang tidak pernah digunakan tentang seorang perempuan yang sudah menikah’. ... Tak ada kasus dimana kata dalam text ini diterjemahkan oleh istilah yang kabur dan lemah ‘perempuan muda’.] - hal 137.
E. J. Young: “we may confidently assert that the word ALMAH is never employed of a married woman. At least one of these occurrences makes it clear that the word may designate one who is truly a virgin (Gen. 24:43). Rebekah is called an ALMAH, but she is furthermore designated a BETHULAH, and it is said of her that a man had not known her. In one passage, namely, Proverbs 30:19, the word ALMAH may possibly signify an immoral girl, but it does not indicate a married girl. Perhaps the closest equivalent in English is the word ‘damsel’ or ‘maiden’. Neither of these is generally employed of a married woman. Yet even these words may not be precise equivalents, for whereas they could possibly refer to married women, ALMAH does not do so. For these reasons it may be wisest, after all, to render ALMAH in English by ‘virgin.’” [= Kita bisa dengan yakin menegaskan bahwa kata ALMAH tidak pernah digunakan tentang seorang perempuan yang sudah menikah. Setidaknya ada satu dari kejadian-kejadian ini membuat jelas bahwa kata itu bisa menunjuk kepada seorang yang betul-betul adalah seorang perawan (Kejadia 24:43). Ribka disebut seorang ALMAH, tetapi selanjutnya ia dikatakan sebagai seorang BETHULAH, dan dikatakan tentang dia bahwa ia tidak mengenal laki-laki (Kejadian 24:16). Dalam satu text, yaitu Amsal 30:19, kata ALMAH mungkin menunjuk kepada seorang gadis yang tidak bermoral, tetapi itu tidak menunjuk kepada seorang perempuan yang sudah menikah. Mungkin kata yang sama dalam bahasa Inggris adalah kata ‘damsel / maiden’ (= gadis). Tidak ada dari kata-kata ini yang digunakan secara umum terhadap seorang perempuan yang sudah menikah. Tetapi bahkan kata-kata ini tidak merupakan kata yang persis sama artinya, karena kalau kata-kata itu bisa menunjuk kepada perempuan yang sudah menikah, maka ALMAH tidak demikian. Karena alasan-alasan ini maka bagaimanapun juga merupakan hal yang paling bijaksana untuk menterjemahkan ALMAH ke dalam bahasa Inggris dengan kata ‘virgin’ (= perawan).] - hal 287.
Catatan: ia menganggap bahwa ‘gadis’ dalam Amsal 30:19 adalah seorang gadis yang tidak bermoral, mungkin karena ‘gadis’ dalam Amsal 30:19 ia hubungkan dengan ‘perempuan yang berzinah’ dalam Amsal 30:20. Tetapi saya berpendapat bahwa kedua ayat ini terpisah. Perlu juga diketahui bahwa kata ‘perempuan’ dalam Amsal 30:20 menggunakan kata Ibrani yang berbeda yaitu ISHAH.
Amsal 30:19-20 - “(19) jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis (ALMAH). (20) Inilah jalan perempuan(ISHAH) yang berzinah: ia makan, lalu menyeka mulutnya, dan berkata: Aku tidak berbuat jahat.”.
E. J. Young membahas beberapa kata Ibrani yang memungkinkan untuk digunakan oleh Yesaya, dalam Yesaya 7:14 ini.
a. Kata YALDAH. Ini dianggapnya tidak cocok, karena kata ini digunakan untuk menunjuk kepada anak kecil.
b. Kata NAARAH. Ini juga tidak cocok, karena bisa menunjuk kepada seadanya perempuan (baik perawan, sudah bertunangan, sudah menikah, janda dsb).
c. Kata BETHULAH.
E. J. Young: “Often it has been said that had the prophet desired to designate the mother as a virgin, there was at his disposal the word BETHULAH. At first sight this might seem to be a perfectly good word; upon closer examination, however, it proves to be most unsatisfactory. True enough, BETHULAH may designate a virgin, ... In Joel 1:8 the BETHULAH is clearly a married woman, ... the Aramaic equivalent of BETHULAH refers to a married woman. If Isaiah had used this word BETHULAH, he would have left us in confusion. We could not have known precisely what he had in mind.” (= Seringkali dikatakan bahwa seandainya sang nabi ingin menunjukkan ibu itu sebagai seorang perawan, ia bisa menggunakan kata BETHULAH. Pada pandangan pertama ini kelihatannya merupakan kata yang sempurna; tetapi kalau diperiksa secara lebih dekat, maka kata itu paling tidak memuaskan. Memang benar bahwa BETHULAH bisa menunjuk kepada seorang perawan, ... Dalam Yoel 1:8 kata BETHULAH secara jelas menunjuk kepada seorang perempuan yang sudah menikah, ... Kata yang sama artinya dengan BETHULAH dalam bahasa Aram menunjuk kepada seorang perempuan yang sudah menikah. Jika Yesaya menggunakan kata BETHULAH ini, ia akan membingungkan kita. Kita tidak akan bisa tahu secara persis apa yang ada dalam pikirannya.) - hal 288.
Yoel 1:8 - “Merataplah seperti anak dara (BETHULAH) yang berlilitkan kain kabung karena mempelai, kekasih masa mudanya”.
KJV: ‘Lament like a virgin girded with sackcloth for the husband of her youth’ (= Merataplah seperti seorang perawan yang berlilitkan kain kabung karena suami masa mudanya).
NIV juga menterjemahkan ‘a virgin’ (= seorang perawan), tetapi pada footnotenya menterjemahkan ‘a young woman’ (= seorang perempuan muda).
Bagaimanapun adanya kata ‘suami’ menunjukkan bahwa perempuan ini sudah menikah. Dan bahwa suami ini ditangisi, menunjukkan bahwa perempuan ini adalah seorang janda.
Jadi jelas bahwa kata BETHULAH di sini menunjuk kepada seorang perempuan yang sudah menikah / janda.
Kesimpulan dari E. J. Young:
E. J. Young: “In the light of these considerations it appears that Isaiah’s choice of ALMAH was deliberate. It seems to be the only word in the language which unequivocally signifies an unmarried woman. No other available Hebrew word would clearly indicate that the one whom it designates was unmarried. Consequently, no other word would have been suitable for fulfilling the requirements of the sign such as the context demanded. None of these other words would have pointed to an unusual birth. Only ALMAH makes it clear that the mother was unmarried.” (= Dalam terang dari pertimbangan-pertimbangan ini kelihatannya pemilihan Yesaya terhadap kata ALMAH ini merupakan suatu kesengajaan. Kelihatannya itu merupakan satu-satunya kata dalam bahasa itu yang tanpa diragukan menunjuk kepada seorang perempuan yang belum menikah. Tidak ada kata Ibrani lain yang tersedia yang menunjukkan secara jelas bahwa orang yang ditunjukkannya belum menikah. Karena itu, tidak ada kata lain yang cocok untuk memenuhi persyaratan dari tanda seperti yang dituntut oleh kontexnya. Tidak ada dari kata-kata lain ini yang akan menunjuk pada suatu kelahiran yang luar biasa. Hanya ALMAH membuat jelas bahwa sang ibu belum menikah.) - hal 288.
E. J. Young: “If, however, the mother is an unmarried woman, a question arises. Was the child illegitimate or not? If the child were illegitimate, would such a birth be a sign? The whole context, indeed the whole Biblical context, rules this out. On the other hand, if the mother were a good woman, then the birth was out of the ordinary, an unusual birth. The mother is both unmarried and a good woman. When this fact is understood, it becomes apparent that in all history there is only one of whom this can be predicated, namely, Mary, the mother of the Lord.” (= Tetapi jika sang ibu adalah seorang perempuan yang belum menikah, muncul suatu pertanyaan. Apakah anak itu anak haram atau tidak? Jika anak itu adalah anak haram, apakah kelahirannya merupakan suatu tanda? Seluruh kontex, bahkan seluruh kontex Alkitab mengesampingkan kemungkinan ini. Di sisi lain, jika sang ibu adalah seorang perempuan baik-baik, maka kelahirannya bukanlah kelahiran biasa tetapi kelahiran yang luar biasa. Sang ibu belum menikah dan adalah seorang perempuan baik-baik. Pada waktu fakta ini dimengerti, menjadi jelas bahwa dalam seluruh sejarah hanya ada satu tentang siapa hal ini bisa dikatakan sebagai suatu kebenaran, yaitu Maria, ibu dari Tuhan.) - hal 288-289.
b) Berapa kali nubuat ini digenapi (penggenapan ganda atau tunggal).
Ada 2 teori tentang persoalan ini.
1. Penggenapan ganda.
Mereka yang mengambil pandangan ini mengatakan bahwa nubuat ini mempunyai penggenapan pertama pada jaman Yesaya, dan lalu mempunyai penggenapan kedua pada diri Maria dan Yesus.
Barnes’ Notes: “Its general original meaning is not difficult. It is, that in a short time - within the time when a young woman, then a virgin, should conceive and bring forth a child, and that child should grow old enough to distinguish between good and evil - the calamity which Ahaz feared would be entirely removed. The confederacy would be broken up, and the land forsaken by both those kings.” (= Artinya yang asli dan umum tidaklah sukar. Yaitu, dalam waktu yang singkat - di antara saat dimana seorang perempuan muda, yang pada waktu itu adalah seorang perawan, mengandung dan melahirkan seorang anak, dan saat dimana anak itu bertumbuh sehingga bisa membedakan baik dan jahat - bencana yang ditakuti Ahas akan disingkirkan seluruhnya. Persekutuan itu akan bubar, dan negara itu akan ditinggalkan oleh kedua raja itu.) - hal 157.
Ada penganut penggenapan tunggal yang menggunakan persoalan pemberian nama dalam Yesaya 7:14 itu untuk mendukung pandangannya. Mereka berkata bahwa: Pertama, anak itu diberi nama oleh ibunya. Ini menunjukkan bahwa anak itu tidak mempunyai bapa. Kedua, nama ‘Imanuel’ (= Allah dengan kita) tidak cocok untuk siapapun selain untuk Yesus.
Terhadap argumentasi ini Barnes (hal 159-160) berkata:
a. Merupakan sesuatu yang umum kalau ibu memberi nama kepada anaknya (Kej 4:1 19:37 29:32 30:18). Karena itu ini bukan sesuatu yang bisa dijadikan alasan untuk mengatakan bahwa anak itu tidak mempunyai seorang bapa.
Tetapi Calvin membantah hal ini.
Calvin (tentang Matius 1:22): “In this respect, also, the prophet expresses something extraordinary: for, though it is frequently related in Scripture, that the names were given to children by their mothers, yet it was done by the authority of the fathers.” (= Juga dalam hal ini, sang nabi menyatakan sesuatu yang luar biasa: karena, sekalipun sering diceritakan dalam Kitab Suci, bahwa nama-nama diberikan kepada anak-anak oleh ibu-ibu mereka, tetapi itu dilakukan oleh otoritas dari bapa-bapa.).
b. Ungkapan ‘ia (she) akan menamakan’ sama dengan ‘mereka akan menamakan’ atau ‘ia (he) akan dinamakan’.
Barnes’ Notes (tentang Yesaya 7:14): “The phrase, ‘she will name,’ is, moreover, the same as ‘they shall name,’ or ‘he shall be named.’” [= Lebih lagi / selanjutnya, ungkapan ‘ia (she) akan menamakan’, adalah sama dengan ‘mereka akan menamakan’, atau ‘ia (he) akan dinamakan’.].
Catatan: setahu saya semua penafsir menterjemahkan ‘ia (she) akan menamakan’. Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa artinya adalah ‘ia (she) akan menamakan’. Tetapi dalam Mat 1:23 memang Matius menggantinya dengan ‘mereka akan menamakan’.
Calvin: “‘And shall call.’ The Hebrew verb is in the feminine gender, She shall call; for as to those who read it in the masculine gender, I know not on what they found their opinion.” [= ‘Dan akan menamakan / memanggil’. Kata kerja Ibraninya ada dalam jenis kelamin perempuan, ‘Ia (she) akan menamakan / memanggil’; untuk mereka yang membacanya dalam jenis kelamin laki-laki, saya tidak tahu pada apa mereka mendasarkan pandangan mereka.].
c. Pemberian nama dengan menggunakan nama / sebagian nama Allah merupakan sesuatu yang umum dalam kalangan orang Yahudi / Israel. Ia lalu memberi contoh:
· nama Yesaya berarti ‘keselamatan dari Yahweh’.
· nama Yeremia berarti ‘pemuliaan atau kemegahan dari Yahweh’.
· nama Elia berarti ‘Allah Yahweh’.
· nama Eliab berarti ‘Allah, bapaku’.
· nama Elyada berarti ‘pengetahuan dari Allah’.
· nama Elyakim berarti ‘kebangkitan dari Allah’.
· nama Elihu berarti ‘Ia adalah Allahku’.
· nama Elisa berarti ‘keselamatan dari Allah’.
Barnes memberikan beberapa pandangan / penafsiran tentang penggenapan pertama dari Yesaya 7:14 ini:
(1) ‘Perawan’ itu adalah istri Ahas, dan anak itu adalah Hizkia.
Ini dikatakannya sebagai pandangan dari kebanyakan penafsir Yahudi modern.
Tetapi penafsiran ini jelas salah, karena Ahas memerintah selama 16 tahun (2Raja-Raja 17:2), dan Hizkia naik takhta pada usia 25 tahun (2Raja-Raja 18:2), dan karena itu pada saat Ahas naik takhta Hizkia sudah berusia 9 tahun.
(2) ‘Perawan’ itu adalah istri kedua dari Ahas, dan anak itu menunjuk kepada anak yang akan dilahirkan olehnya.
Barnes’ Notes: “This supposition cannot be proved to be false, though it is evidently a mere supposition. It has been adopted by the Jews, because they were pressed by the passage by the early Christians, as constituting an argument for the divinity of Christ. The ancient Jews, it is believed, referred it mainly to the Messiah.” (= Anggapan ini tidak bisa dibuktikan sebagai salah, sekalipun itu hanyalah sekedar suatu anggapan. Anggapan itu diterima oleh orang-orang Yahudi, karena mereka ditekan oleh text ini yang digunakan oleh orang-orang Kristen mula-mula, yang menggunakannya sebagai suatu argumentasi tentang keilahian Kristus. Tetapi orang-orang Yahudi kuno menghubungkan ayat ini dengan Mesias.) - hal 162.
(3) Perawan itu adalah seorang perawan yang hadir pada saat itu.
(4) Perawan itu tidak betul-betul ada.
Barnes’ Notes: “‘By the time when one who is yet a virgin can bring forth (i.e., nine months), all will be happily changed, and the present impending danger so completely passed away, that if you were yourself to name the child, you would call him Immanuel.’” [= ‘Pada saat seseorang yang pada saat ini adalah seorang perawan bisa melahirkan (yaitu 9 bulan), semua akan berubah secara menyenangkan, dan bahaya yang mengancam saat ini akan berlalu sepenuhnya, sehingga seandainya engkau harus memberi nama kepada anak itu, engkau akan menamakan dia Imanuel’.] - hal 162.
(5) Perawan itu adalah istri Yesaya.
Keberatannya: Yesaya saat itu sudah punya anak (7:3), dan karena itu istrinya pasti sudah tidak perawan.
Jawab: istri yang pertama sudah mati, dan Yesaya sedang akan kawin lagi dengan seorang perawan.
Barnes menganggap bahwa ada beberapa hal yang mendukung bahwa tanda ini menunjuk kepada anak Yesaya:
(a) Yesaya 8:18 - “Sesungguhnya, aku dan anak-anak yang telah diberikan TUHAN kepadaku adalah tanda dan alamat di antara orang Israel dari TUHAN semesta alam yang diam di gunung Sion.”.
Jadi ayat ini menunjukkan bahwa anak dari Yesaya adalah tanda.
(b) Cerita dalam Yesaya 8:1-4 berhubungan erat dengan nubuat dalam Yesaya 7:14.
Yesaya 8:1-4 - “(1) Berfirmanlah TUHAN kepadaku: ‘Ambillah sebuah batu tulis besar dan tuliskanlah di atasnya dengan tulisan biasa: Maher-Syalal Hash-Bas.’ (2) Maka aku memanggil dua saksi yang dapat dipercaya, yaitu imam Uria dan Zakharia bin Yeberekhya. (3) Kemudian aku menghampiri isteriku; ia mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Lalu berfirmanlah TUHAN kepadaku: ‘Namailah dia: Maher-Syalal Hash-Bas, (4) sebab sebelum anak itu tahu memanggil: Bapa! Ibu! maka kekayaan Damsyik dan jarahan Samaria akan diangkut di depan raja Asyur.’”.
Barnes’ Notes: “... the record contained in ch. 8:1-4. That record is evidently connected with this account, and is intended to be a public assurance of the fulfilment of what is here predicted respecting the deliverance of the land from the threatened invasion. ... it is expressedly declared (ver. 4) that before the child should have ‘knowledge to say, My father, and my mother,’ i.e., be able to discern between good and evil (ch. 7:16), ‘the riches of Damascus and the spoil of Samaria’ should be ‘taken away before the king of Assyria.’” [= ... catatan yang ada dalam pasal 8:1-4. Catatan itu jelas berhubungan dengan cerita ini, dan dimaksudkan sebagai suatu jaminan umum tentang penggenapan dari apa yang di sini diramalkan berkenaan dengan pembebasan dari negara dari invasi yang mengancam. ... dinyatakan secara jelas (ay 4) bahwa sebelum anak itu mempunyai ‘pengetahuan untuk berkata, Bapaku, dan ibuku’, yaitu mampu membedakan antara baik dan jahat (pasal 7:16), maka ‘kekayaan Damsyik dan jarahan Samaria’ akan ‘diangkut di depan raja Asyur’.] - hal 164.
Tetapi mengapa anak itu dinamai Maher-Syalal Hash-Bas? Bukankah tidak sesuai dengan Yesaya 7:14, yang menyatakan bahwa namanya adalah Imanuel?
Barnes menjawab sebagai berikut: “Nothing was more common than to give two names to children. ... the circumstances of his birth were such an evidence of the Divine protection, and such an emblem of the Divine guardianship, as to make proper the name Immanuel; ... It was no more true of Jesus of Nazareth than of the child of Isaiah, that he was commonly called Immanuel. He had another name also, and was called by that other name. Indeed, there is not the slightest evidence that the Lord Jesus was ever designated by the name Immanuel as a proper name. All that the passage means is, that such should be the circumstances of the birth of the child as to render the name Immanuel proper; not that it would be applied to him in fact as the usual appellation.” (= Tidak ada yang lebih umum dari pada memberi 2 nama kepada anak-anak. ... keadaan dari kelahirannya adalah merupakan bukti dari perlindungan ilahi, dan simbol dari penjagaan ilahi, sehingga membuat nama Imanuel itu cocok; ... Tidak lebih benar untuk Yesus dari Nazaret dari pada untuk anak Yesaya, bahwa ia akan dipanggil Imanuel. Ia juga mempunyai nama yang lain, dan dipanggil dengan nama lain itu. Bahkan tidak ada bukti sekecil apapun bahwa Tuhan Yesus pernah disebut dengan nama Imanuel. Semua yang dimaksudkan oleh text ini adalah bahwa keadaan dari kelahiran anak itu adalah sedemikian rupa sehingga nama Imanuel itu cocok; bukan bahwa nama itu akan digunakan baginya sebagai suatu sebutan biasa.) - hal 164-165.
Pandangan E. J. Young (penganut penggenapan tunggal) tentang Yes 8:1-4:
1. E. J. Young: “Immanuel was to be named by His mother; here it is the father who is to name the child.” (= Imanuel harus dinamakan oleh ibuNya; di sini adalah bapanya yang akan memberi nama kepada anak itu.) - ‘The Book of Isaiah’, vol I, hal 303.
2. Yes 8:1-4 merupakan tanda tambahan yang sejalan dengan tanda dalam Yesaya 7:14, tetapi bukan merupakan penggenapan dari Yesaya 7:14.
3. Tanda tambahan dalam Yesaya 8:1-4 ini merupakan suatu jaminan bahwa nubuat / tanda dalam Yesaya 7:14 akan terjadi.
Barnes’ Notes: “though the prophet at first had his eye on an event which was soon to occur, and which would be to Ahaz full demonstration that the land would be safe from the impending invasion, yet that he employed language which would describe also a future glorious event, and which would be a fuller demonstration that God would protect the people. ... To both, the name Immanuel, though not the common name by which either would be designated, might be appropriately given. Both would be born of a virgin - the former, of one who was then a virgin, and the birth of whose child could be known only to God, - the latter, of one who should be appropriately called the virgin, and who should remain so at the time of his birth. This seems to me to be the meaning of this difficult prophecy.” (= sekalipun sang nabi mula-mula memperhatikan suatu peristiwa yang akan segera terjadi, dan yang bagi Ahas akan menjadi bukti penuh bahwa negaranya akan aman dari invasi yang mendatang, tetapi ia menggunakan bahasa yang juga akan menggambarkan suatu peristiwa yang mulia di masa yang akan datang, dan yang akan merupakan bukti yang lebih penuh bahwa Allah akan melindungi bangsa itu. ... Bagi keduanya, nama Imanuel, sekalipun bukan nama sungguh-sungguh dengan mana mereka dipanggil, bisa diberikan secara cocok. Keduanya akan dilahirkan dari seorang perawan - yang pertama, dari seseorang yang pada saat itu adalah seorang perawan, dan yang kelahirannya hanya bisa diketahui oleh Allah, - yang terakhir / kedua, dari seseorang yang secara cocok disebut sang perawan, dan yang akan tetap perawan pada saat kelahiran anak itu. Bagi saya ini adalah arti dari nubuat yang sukar ini.) - hal 167-168.
Adam Clarke: “not excluding a higher secondary sense, the obvious and literal meaning of the prophecy is this: ‘that within the time that a young woman, now a virgin, should conceive and bring forth a child, and that child should arrive at such an age as to distinguish between good and evil, that is, within a few years, (compare chap. 8:4,) the enemies of Judah should be destroyed.’” [= tanpa membuang / mengesampingkan arti kedua yang lebih tinggi, arti yang jelas dan hurufiah dari nubuat ini adalah ini: ‘bahwa dalam waktu di antara saat dimana seorang perempuan muda, yang sekarang adalah seorang perawan, mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan saat dimana anak itu mencapai usia tertentu sehingga bisa membedakan baik dan jahat, yaitu dalam waktu beberapa tahun, (bandingkan dengan 8:4), musuh-musuh dari Yehuda akan dihancurkan’.] - hal 54.
Keberatan terhadap ‘penggenapan ganda’.
a. Kalau penggenapan pertama itu terjadi pada saat seorang perawan menikah lalu mengandung dengan cara biasa, lalu dimana mujijatnya? Mengapa disebut tanda?
Tetapi ada penafsir yang berkata bahwa kata yang diterjemahkan ‘tanda’ tak harus merupakan mujijat.
The Biblical Illustrator (Old Testament): “What, then, is the meaning of the word toa, which is translated ‘sign’? Delitzsch defines the word as ‘a thing, event, or act which may serve to guarantee the Divine certainty of some other thing, event, or act.’ It does not of necessity denote a miracle. For example, in Gen 17:11, circumcision is said to be a ‘sign,’ or token. The context, together with the nature of the thing, event, or act, must decide whether the toa is a miracle or not.” (= Lalu, apa arti dari kata OWT yang diterjemahkan ‘tanda’? Delitzsch mendefinisikan kata itu sebagai ‘suatu benda / hal, peristiwa, atau tindakan, yang bisa berfungsi untuk menjamin kepastian Ilahi tentang suatu hal / benda, peristiwa, atau tindakan yang lain’. Itu tidak harus menunjuk pada suatu mujijat. Sebagai contoh, dalam Kej 17:11, sunat dikatakan sebagai suatu ‘tanda’. Kontextnya, bersama-sama dengan natur / sifat dasar dari hal / benda, peristiwa, atau tindakan itu, harus menentukan apakah OWT itu merupakan suatu mujijat atau tidak.).
Tetapi menurut saya, kontext memang menuntut bahwa itu harus merupakan suatu mujijat, karena Yesaya 7:11 mengatakan: “‘Mintalah suatu pertanda dari TUHAN, Allahmu, biarlah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah atau sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas.’”.
b. Kalau Matius bisa menerapkan nubuat ini kepada Maria, yang tetap adalah seorang perawan pada saat mengandung dan melahirkan Yesus, maka hal ini juga harus ada dalam penggenapan pertama (seandainya ada penggenapan pertama).
William Hendriksen: “The ALMAH mentioned in Isa. 7:14 cannot have been at the same time virgin and non-virgin.” (= Kata ALMAH yang disebutkan dalam Yesaya 7:14 tidak bisa pada saat yang sama berarti ‘perawan’ dan ‘bukan perawan’.) - hal 138.
William Hendriksen: “... it is clearly as an ALMAH that she conceived and gives birth to a child. The interpreter has no right, as is sometimes done, first to introduce her as a young unmarried woman, and then surreptitiously, as it were, to let her get married before she conceived and bears a son.” (= ... adalah jelas bahwa sebagai seorang ALMAH / perawan ia mengandung dan melahirkan seorang anak. Penafsir tidak mempunyai hak, seperti yang kadang-kadang dilakukan, untuk pertama-tama memperkenalkannya sebagai seorang perempuan muda yang belum menikah, dan lalu secara diam-diam membiarkannya menikah sebelum ia mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki.) - hal 138.
2. Penggenapan tunggal (Calvin, Hendriksen, E. J. Young).
Para penafsir dari golongan ini beranggapan bahwa satu-satunya penggenapan dari nubuat ini terjadi pada diri perawan Maria yang mengandung dan melahirkan Yesus. Tidak ada penggenapan dari nubuat ini pada jaman Yesaya.
Calvin: “This passage is obscure; but the blame lies partly on the Jews, who, by much cavilling, have laboured, as far as lay in their power, to pervert the true exposition. They are hard pressed by this passage for it contains an illustrious prediction concerning the Messiah, who is here called Immanuel; and therefore they have laboured, by all possible means, to torture the Prophet’s meaning to another sense.” (= Text ini kabur; tetapi kesalahannya sebagian ada pada orang-orang Yahudi, yang dengan banyak mempertengkarkan hal-hal yang kecil, telah berjerih payah, sejauh yang mampu mereka lakukan, untuk membengkokkan exposisi yang benar. Mereka ditekan secara keras oleh text ini karena text ini berisikan suatu ramalan yang jelas mengenai Mesias, yang di sini disebut Imanuel; dan karena itu mereka bekerja keras dengan semua cara yang dimungkinkan, untuk membelokkan maksud sang nabi kepada arti yang lain.) - hal 244.
Calvin: “As to those who think that it was Isaiah’s son, it is an utterly frivolous conjecture; for we do not read that a deliverer would be raised up from the seed of Isaiah, who should be called Immanuel; for this title is too illustrious to admit of being applied to any man.” (= Tentang mereka yang beranggapan bahwa itu adalah anak Yesaya, itu merupakan dugaan yang bodoh; karena kita tidak membaca bahwa seorang pembebas akan dibangkitkan dari benih Yesaya, yang akan dinamakan Imanuel; karena gelar ini terlalu menyolok untuk diterapkan pada manusia yang manapun.) - hal 244-245.
Calvin: “Now, it is certain, as we have already said, that this name Immanuel could not be literally applied to a mere man; and, therefore, there can be no doubt that the Prophet referred to Christ.” (= Adalah jelas, seperti yang sudah kami katakan, bahwa nama Imanuel ini tidak bisa diterapkan secara hurufiah kepada seorang manusia belaka; dan karena itu tidak diragukan bahwa sang Nabi menunjuk kepada Kristus.) - hal 245.
Calvin: “This name was unquestionably bestowed on Christ on account of the actual fact; for the only-begotten Son of God clothed himself with our flesh, and united himself to us by partaking of our nature. He is, therefore, called ‘God with us,’ or united to us; which cannot apply to a man who is not God. ... it denotes not only the power of God, such as he usually displays by his servant, but a union of person, by which Christ became God-man.” (= Tidak diragukan bahwa nama ini diberikan kepada Kristus karena itu merupakan fakta yang sebenarnya; karena Anak Tunggal Allah memakaikan kepada diriNya sendiri daging kita, dan mempersatukan diriNya sendiri dengan kita dengan mengambil bagian dalam hakekat kita. Karena itu Ia disebut / dinamakan ‘Allah dengan kita’, atau dipersatukan dengan kita; yang tidak bisa diterapkan kepada seorang manusia yang bukan Allah. ... itu bukan hanya menunjukkan kuasa Allah, seperti yang biasanya Ia tunjukkan oleh hambaNya, tetapi suatu persatuan pribadi, dengan mana Kristus menjadi manusia-Allah.) - hal 248,249.
E. J. Young: “Isaiah, therefore, is not announcing some contemporary birth, neither that of Hezekiah, nor of any unknown, obscure child. Rather, in dim and strange vision he looks forward to the birth of One whose very presence brings God to His people. ... Calvin rightly maintains that the name cannot be applied to anyone who is not God. No one else in the Old Testament bears this name. For these reasons, the prophecy must be interpreted only of that One to whom these conditions apply, namely, Jesus the Christ, the Son of the Virgin and the Mighty God.” (= Karena itu, Yesaya bukannya mengumumkan suatu kelahiran yang terjadi di jamannya, bukan kelahiran Hizkia, ataupun kelahiran anak yang tidak dikenal dan tak jelas. Tetapi, dalam penglihatan yang kabur dan aneh ia memandang ke depan kepada kelahiran dari Orang yang kehadiranNya membawa Allah kepada umat / bangsaNya. ... Calvin secara benar mempertahankan bahwa nama itu tidak bisa diterapkan kepada siapapun yang bukan Allah. Tidak ada orang lain dalam Perjanjian Lama mempunyai nama ini. Karena alasan-alasan ini, nubuat ini harus ditafsirkan hanya tentang Orang bagi siapa syarat itu berlaku, yaitu Yesus Kristus, Anak dari Perawan, dan Allah yang Perkasa.) - hal 291.
Keberatan terhadap ‘penggenapan tunggal’ dan jawabannya:
a. Mengapa tanda bagi Ahas, yang sedang dikepung oleh Aram dan Israel, baru muncul / digenapi sekitar 730 tahun setelahnya? Apa gunanya tanda seperti itu bagi Ahas?
Jawab:
Seandainya Ahas mau meminta tanda, maka tanda itu bukan hanya menjanjikan kedatangan Mesias, tetapi juga akan bermanfaat bagi Ahas sendiri. Tetapi karena Ahas menolak meminta tanda, maka sekalipun kedatangan Mesias tetap akan terjadi, dan karena itu dijanjikan lagi dalam Yesaya 7:14 ini, tetapi Ahas sendiri tidak mendapatkan manfaat dari janji itu.
Calvin: “King Ahaz having rejected the sign which God had offered to him, the Prophet reminds him of the foundation of the covenant, ... The Messiah must be born; and this was expected by all, because the salvation of the whole nation depended on it. The Prophet, therefore, after having expressed his indignation against the king, again argues in this manner: ‘By rejecting the promise, thou wouldest endeavour to overturn the decree of God; but it shall remain inviolable, and thy treachery and ingratitude will not hinder God from being continually the Deliverer of his people; for he will at length raise up his Messiah.’ ... Most appropriately, therefore, did Isaiah say, ‘True, thou dost not believe the promise of God, but yet God will fulfil them; for he will at length send his Christ, for whose sake he determines to preserve this city. Though thou art unworthy, yet God will have regard to his own honour.’ King Ahaz is therefore deprived of that sign which he formerly rejected, and loses the benefit of which he proved himself to be unworthy; but still God’s inviolable promise is still held out to him.” (= Setelah raja Ahas menolak tanda yang telah ditawarkan Allah kepadanya, sang Nabi mengingatkan dia tentang fondasi dari perjanjian, ... Sang Mesias harus dilahirkan; dan ini diharapkan oleh semua, karena keselamatan dari seluruh bangsa tergantung padanya. Karena itu setelah sang Nabi menyatakan kemarahannya terhadap sang raja, menyatakan lagi dengan cara ini: ‘Dengan menolak janji, engkau berusaha membalikkan ketetapan Allah; tetapi ketetapan itu tidak bisa diganggu gugat, dan pengkhianatanmu dan sikap tidak tahu berterima-kasihmu tidak akan menghalangi Allah untuk terus menerus menjadi Pembebas umatNya; karena akhirnya Ia akan membangkitkan MesiasNya’. ... Karena itu secara cocok Yesaya berkata: ‘Memang engkau tidak percaya janji Allah, tetapi Allah akan menggenapinya; karena akhirnya Ia akan mengirimkan KristusNya, dan demi Kristus itu Ia menetapkan / memutuskan untuk melindungi kota ini. Sekalipun engkau tidak layak, tetapi Allah akan menghormati kehormatanNya sendiri’. Karena itu raja Ahas tidak bisa menikmati tanda yang tadi ia tolak, dan kehilangan manfaat yang ia buktikan bahwa ia tidak layak menerimanya; tetapi janji Allah yang tidak bisa diganggu gugat tetap bertahan baginya.) - hal 245-246.
Calvin: “the Prophet leaves the wicked king and looks to the nation, so far as it had been adopted by God. He will therefore give, not to thee a wicked king, and to those who are like thee, but to you whom he has adopted; for the covenant which he made with Abraham continues to be firm and inviolable. And the Lord always has some remnant to whom the advantage of the covenant belongs; though the rulers and governors of his people may be hypocrites.” (= sang Nabi meninggalkan raja yang jahat dan melihat kepada bangsa itu, sejauh yang telah diadopsi oleh Allah. Karena itu Ia akan memberikan, bukan kepadamu, seorang raja yang jahat, dan bukan kepada mereka yang seperti engkau, tetapi kepadamu yang telah Ia adopsi; karena perjanjian yang telah Ia buat dengan Abraham tetap teguh dan tak bisa diganggu gugat. Dan Tuhan selalu mempunyai suatu ‘sisa’ yang memiliki / mendapatkan keuntungan dari perjanjian; sekalipun penguasa dan pemerintah dari bangsaNya adalah orang-orang yang munafik.) - hal 247.
Di sini kita perlu mengingat apa yang sudah kita pelajari pada waktu membahas Yesaya 7:13, yaitu bahwa kata ‘kamu’ dan ‘mu’ dalam Yesaya 7:13-14 ada dalam bentuk jamak, padahal kata ‘mu’ dalam ayat-ayat sebelumnya (ay 4,11) ada dalam bentuk tunggal! Dengan demikian janji dalam Yesaya 7:14 memang bukan diberikan kepada Ahas!
b. Kalau nubuat dalam Yesaya 7:14 itu digenapi hanya dalam diri Maria yang mengandung dan melahirkan Yesus, lalu apa artinya Yes 7:15-16?
Yesaya 7:15-16 - “(15) Ia akan makan dadih dan madu sampai ia tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik, (16) sebab sebelum anak itu tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik, maka negeri yang kedua rajanya engkau takuti akan ditinggalkan kosong.”.
Yesaya 7:16 ini jelas menunjukkan bahwa nubuat Yesaya itu menunjuk bukan ke masa yang akan datang yang masih jauh (7 abad lebih setelah saat itu) tetapi ke masa yang akan datang yang dekat (masih termasuk jaman Ahas). Karena Yesaya 7:15-16 mempunyai hubungan yang dekat sekali dengan Yesaya 7:14, maka pasti Yesaya 7:14 juga menunjuk pada masa yang akan datang yang dekat (masih termasuk jaman Ahas).
Jawab:
Dalam ay 15-16 Yesaya berbicara seakan-akan Mesias itu dilahirkan pada saat itu. Mungkin ini disebabkan karena pada saat itu ia memang sedang mendapatkan penglihatan tentang kelahiran Mesias tersebut.
Jadi, maksud kata-katanya adalah sebagai berikut: seandainya Mesias itu dilahirkan sekarang, maka sebelum Ia tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik (maksud / artinya, sebelum Ia berusia 2-3 tahun), maka negeri yang kedua rajanya engkau takuti akan ditinggalkan orang.
William Hendriksen: “As to the relation between verses 14 and 16, Isaiah can be understood as saying: ‘Behold, the virgin conceives and gives birth to a son. ... Before this child, who before my prophetic eye has already arrived, shall know to refuse the evil and choose the good - i.e., within a very short time - the land whose two kings you abhor shall be deserted.’” (= Tentang hubungan antara ay 14 dan ay 16, kita bisa menganggap bahwa Yesaya berkata: ‘Lihatlah, sang perawan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. ... Sebelum anak ini, yang di hadapan mata nubuatanku telah datang, tahu untuk menolak yang jahat dan memilih yang baik - yaitu, dalam waktu yang sangat singkat - negara yang kedua rajanya engkau benci akan ditinggalkan’.) - hal 139.
Pulpit Commentary: “One of this class says, ‘The passage describes the actual desolations of the early period of Christ’s life.’ Another skilfully paraphrases one of the sentences thus: ‘Before the Messiah, if he were born now, could know to distinguish between good and evil.’ And one suggests that Isaiah had a prophet’s vision of the birth of Messiah, and so spoke of it as though taking place then.” (= Seorang dari golongan ini berkata: ‘Text itu menggambarkan bahwa negara ditinggalkan itu betul-betul terjadi pada kehidupan awal dari Kristus’. Seorang lain dengan cekatan mengatakan kalimat itu dengan kata-katanya sendiri sebagai berikut: ‘Sebelum Mesias, seandainya Ia dilahirkan sekarang, bisa membedakan antara baik dan jahat’. Dan seorang mengusulkan bahwa Yesaya mendapatkan penglihatan seorang nabi tentang kelahiran Mesias, dan berbicara tentangnya seakan-akan hal itu terjadi pada saat itu.) - hal 143.
Saya sendiri mengambil pandangan kedua ini (penggenapan tunggal).
Ini merupakan sesuatu yang luar biasa, mengingat Yesaya menubuatkan ini sekitar 730 tahun sebelum kelahiran Kristus, dan ini membuktikan bahwa Kitab Suci adalah Firman Allah. Adanya begitu banyak nubuat, yang semuanya digenapi dengan sempurna, merupakan keunggulan Kitab Suci kita dibandingkan Kitab Suci lain, yang tidak mampu memberikan nubuat!
Penerapan: tidak ada gunanya percaya bahwa Kitab Suci adalah Firman Tuhan kalau saudara tidak mau belajar Kitab Suci secara serius dan tekun!
4) Berbeda dengan Yesaya 7:14 yang hanya menggunakan istilah ‘Imanuel’ tanpa memberikan terjemahannya, maka Matius 1:23 memberikan terjemahannya.
Yesaya 7:14 - “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”.
Matius 1:23 - “‘Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’ - YANG BERARTI: ALLAH MENYERTAI KITA.”.
a) Penterjemahan dalam Matius 1:23 ini tak ada dalam Yesaya 7:14. Mengapa? Karena Yesaya 7:14 memang ditulis dalam bahasa Ibrani, sedangkan Matius 1:23 dalam bahasa Yunani, sehingga kata ‘Imanuel’ yang merupakan kata Ibrani, harus diberi penterjemahan.
Seandainya Matius 1:23 itu aslinya dalam bahasa Ibrani, lalu kalimatnya menjadi bagaimana? ‘Imanuel yang berarti Imanuel’?? Ini menunjukkan betapa tidak masuk akalnya ajaran Yahweh-isme, yang mengatakan bahwa Perjanjian Baru yang asli ada dalam bahasa Ibrani!
b) Spurgeon menyoroti kata-kata ‘yang berarti’ ini.
NASB: ‘which translated means’ (= yang kalau diterjemahkan berarti).
KJV/Lit: ‘which being interpreted is’ (= yang kalau diterjemahkan adalah).
Spurgeon mengatakan bahwa diterjemahkannya istilah bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani ini menunjukkan bahwa Yesus tidak datang hanya untuk bangsa Yahudi saja, tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain, termasuk kita.
C. H. Spurgeon: “Why should the word ‘Emmanuel’ in the Hebrew, be interpreted at all? Was it not to show that it has reference to us Gentiles, and therefore it must needs be interpreted into one of the chief languages of the then existing Gentile world, namely, the Greek. This ‘being interpreted’ at Christ’s birth, and the three languages employed in the inscription upon the cross at his death, show that he is not the Saviour of the Jews only, but also of the Gentiles.” (= Mengapa kata Ibrani ‘Imanuel’ harus diterjemahkan? Bukankah itu untuk menunjukkan bahwa itu mempunyai hubungan dengan kita orang-orang non Yahudi, dan karena itu itu harus diterjemahkan ke dalam salah satu dari bahasa-bahasa utama dari dunia orang-orang non Yahudi yang ada pada saat itu, yaitu bahasa Yunani. Kata-kata ‘diterjemahkan’ pada kelahiran Kristus, dan 3 bahasa yang digunakan dalam tulisan pada kayu salib pada kematianNya, menunjukkan bahwa Ia bukanlah Juruselamat dari orang-orang Yahudi saja, tetapi juga dari orang-orang non Yahudi.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 83.
C. H. Spurgeon: “‘Being interpreted’ must mean that different nations are addressed. We have the text put first in the Hebrew ‘Emmanuel,’ and afterwards it is translated into the Gentile tongue, ‘God with us;’ ‘being interpreted,’ that we may know that we are invited, that we are welcome, that God has seen our necessities and has provided for us, and that now we may freely come, even we who were sinners of the Gentiles, and far off from God.” (= ‘Diterjemahkan’ harus berarti bahwa bangsa-bangsa yang berbeda yang dituju. Kita mempunyai text itu diberikan pertama-tama dalam bahasa Ibrani ‘Imanuel’, dan setelah itu, itu diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, ‘Allah dengan kita’; ‘diterjemahkan’, supaya kita bisa tahu bahwa kita diundang, bahwa kita disambut, bahwa Allah telah melihat kebutuhan kita dan telah menyediakan untuk kita, dan bahwa sekarang kita bisa datang dengan bebas / cuma-cuma, bahkan kita yang adalah orang-orang berdosa dari orang-orang non Yahudi, dan jauh dari Allah.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 83.
Efesus 2:13 - “Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus.”.
5) ‘dan ia akan menamakan Dia Imanuel’ (Yesaya 7:14).
Matius 1:23b - “mereka akan menamakan Dia Imanuel’ - yang berarti: Allah menyertai kita.”.
Bahwa di sini dikatakan kalau Yesus dinamakan Immanuel, tidak berarti bahwa Ia betul-betul dipanggil dengan nama itu.
C. H. Spurgeon: “I am not aware that anywhere in the New Testament our Lord is afterwards called Emmanuel. I do not find his apostles, or any of his disciples, calling him by that name literally; but we find them all doing so in effect, for they speak of him as ‘God manifest in the flesh’, and they say, ‘The word was made flesh and dwelt among us, and we beheld his glory, the glory as of the only-begotten of the Father, full of grace and truth.’” [= Saya tidak menyadari bahwa dimanapun dalam Perjanjian Baru Tuhan kita belakangan dipanggil Immanuel. Saya tidak mendapati rasul-rasul, atau yang manapun dari murid-muridNya, memanggilNya dengan nama itu secara hurufiah; tetapi kami mendapati mereka semua sebetulnya melakukan demikian, karena mereka berbicara tentang Dia sebagai ‘Allah dinyatakan dalam daging’ (1Timotius 3:16), dan mereka berkata, ‘Firman itu dijadikan daging dan tinggal di antara kita, dan kami telah melihat kemuliaanNya, kemuliaan sebagai satu-satunya yang diperanakkan dari Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran’ (Yohanes 1:14).] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 84.
Barnes’ Notes (tentang Yesaya 7:14) mengutip kata-kata Hengstenberg: “‘We are not, then, to suppose that the child should actually receive the name Immanuel as a proper name, since, according to the usage of the prophet, and especially of Isaiah, that is often ascribed to a person or thing as a name which belongs to him in an eminent degree as an attribute; see ch. 9:5; 61:6; 62:4.” (= Jadi, kita tidak boleh menganggap bahwa Anak itu sungguh-sungguh menerima nama Immanuel sebagai suatu nama diri, karena, sesuai dengan penggunaan dari sang nabi, dan khususnya Yesaya, nama sering diberikan kepada seseorang atau suatu benda sebagai suatu nama yang menjadi miliknya dalam suatu tingkat yang menyolok sebagai suatu sifat / atribut; lihat pasal 9:5; 61:6; 62:4.) - hal 159.
Jadi, nama ‘Immanuel’ itu menunjukkan apa adanya Yesus. Ia memang betul-betul adalah Allah. Tetapi dengan dilahirkanNya Ia melalui perawan Maria, Ia telah menjadi manusia, sehingga Ia adalah ‘Allah beserta kita’, atau secara hurufiahnya ‘Allah dengan kita’.
a) Yesus adalah Allah sendiri.
C. H. Spurgeon: “Never let us for a moment hesitate as to the Godhead of our Lord Jesus Christ, for his Deity is a fundamental doctrine of the Christian faith.” (= Jangan pernah sesaatpun ragu-ragu berkenaan dengan keilahian Tuhan Yesus Kristus, karena keilahianNya merupakan doktrin / ajaran dasar dari iman Kristen.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 84.
b) Dalam diri Yesus, Allah sudah menjadi manusia, dan karena itu Yesus adalah Allah dan manusia dalam satu pribadi. Ini merupakan suatu perendahan diri yang luar biasa.
Bdk. Yohanes 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.
C. H. Spurgeon: “he has taken upon himself our nature, literally our nature, - flesh, blood, bone, everything that made a body; mind, heart, soul, memory, imagination, judgment, everything that makes a rational man.” (= Ia telah mengambil kepada / untuk diriNya sendiri hakekat kita, secara hurufiah hakekat kita, - daging, darah, tulang, segala sesuatu yang membuat / membentuk suatu tubuh; pikiran, hati, jiwa, ingatan, imajinasi, penghakiman / penilaian, segala sesuatu yang membuat / membentuk seorang manusia rasionil.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 88.
C. H. Spurgeon: “Do not confound the natures nor divide the person: he is but one person, yet very man as he is also very God.” (= Jangan mengacaukan / mencampuradukkan hakekat-hakekat ataupun membagi pribadi: Ia hanyalah satu pribadi, tetapi sungguh-sungguh Allah sebagaimana Ia juga sungguh-sungguh adalah Allah.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 88.
Pulpit Commentary: “At once Man and God; ... the Creator become a creature; the Lord of heaven and earth in the form of a servant. ... A babe, yet a King. An infant, yet a God. He who was from everlasting consenting to begin in time.” (= Sekaligus Manusia dan Allah; ... Sang Pencipta menjadi makhluk ciptaan; Tuhan dari langit dan bumi dalam bentuk seorang pelayan / hamba. ... Seorang bayi, tetapi seorang Raja. Seorang bayi, tetapi seorang Allah. Ia yang ada dari kekekalan setuju untuk mulai dalam waktu.) - hal 144.
Pulpit Commentary: “In Jesus Christ we see the union of God and man. God is no longer a distant Being seated on his throne above the heavens. He has descended to this earth.” (= Dalam Yesus Kristus kita melihat persatuan Allah dan manusia. Allah tidak lagi merupakan suatu ‘makhluk’ yang jauh yang duduk di takhtanya di atas langit / surga. Ia telah turun ke dunia ini.) - ‘Matthew’, hal 17.
C. H. Spurgeon: “Observe first, the wonder of condescension contained in this fact, that God who made all things should assume the nature of one of his own creatures, that the self-existent should be united with the dependent and derived, and the Almighty linked with the feeble and mortal.” (= Perhatikan pertama-tama keajaiban dari perendahan diri yang tercakup dalam fakta ini, bahwa Allah yang menciptakan segala sesuatu mengambil hakekat dari salah satu makhluk ciptaanNya, supaya ‘Yang ada dengan sendirinya’ bersatu dengan ‘sesuatu yang bersifat tergantung dan didapatkan’, dan ‘Yang Maha Kuasa’ berhubungan dengan ‘yang lemah dan fana / bisa mati’.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 85.
C. H. Spurgeon: “I am persuaded that no man has any idea how wonderful a stoop it was for God thus to dwell in human flesh, and to be ‘God with us.’” (= Saya yakin bahwa tidak ada orang yang mengerti betapa hebatnya perendahan itu bagi Allah untuk tinggal dalam daging manusia, dan menjadi ‘Allah dengan kita’.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 86.
c) Sebagai manusia, Yesus telah merasakan / mengalami apapun yang kita alami, kecuali dosa.
Kita dilahirkan, Ia juga. Kita ada di bawah otoritas orang tua, Ia juga. Kita masuk dalam perjuangan hidup, Ia juga. Kita mengalami kesepian, Ia juga. Kita masuk dalam pergaulan dengan banyak orang, Ia juga.
C. H. Spurgeon: “Being with us in our nature, God was with us in all our pilgrimage.” (= Bersama dengan kita dalam hakekat kita, Allah bersama kita dalam seluruh perjalanan kita.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 88.
C. H. Spurgeon: “Where can you find yourself, ... where, I say, can you be without discovering that Jesus has been there before you?” (= Dimana engkau bisa menemukan dirimu, ... dimana, saya katakan, engkau bisa ada tanpa menemukan bahwa Yesus telah ada di sana sebelum engkau?) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 89.
Yesus juga mengalami penderitaan-penderitaan yang kita alami, dan Ia bersama-sama dengan kita dalam penderitaan kita.
C. H. Spurgeon: “Especially does this come out with sweetness in his being ‘God with us’ in our sorrows. There is no pang that rends the heart, I might almost say not one which disturbs the body, but what Jesus Christ has been with us in it all. Feel you the sorrows of poverty? He ‘had not where to lay his head.’ Do you endure the griefs of bereavement? Jesus ‘wept’ at the tomb of Lazarus. Have you been slandered for righteousness’ sake, and has it vexed your spirit? He said ‘Reproach hath broken mine heart.’ Have you been betrayed? Do not forget that he too had his familiar friend, who sold him for the price of a slave.” [= Khususnya ini memberikan sesuatu yang manis karena ‘Allah dengan kita’ dalam kesedihan kita. Tidak ada kepedihan yang merobek hati, saya hampir mengatakan tidak satupun yang mengganggu tubuh kita, kecuali apa yang Yesus Kristus telah ada dengan kita dalam semua itu. Apakah engkau merasakan kesedihan dari kemiskinan? Ia ‘tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya’ (Lukas 9:58). Apakah engkau mengalami kesedihan karena kehilangan orang yang engkau cintai? Yesus ‘menangis’ di kubur Lazarus (Yohanes 11:35). Apakah engkau difitnah karena kebenaran, dan apakah itu telah menyakiti hatimu? Ia berkata ‘Cela itu telah mematahkan hatiku’ (Mazmur 69:21). Apakah engkau telah dikhianati? Jangan lupa bahwa Ia juga mempunyai sahabat karibNya, yang menjualNya dengan harga seorang budak (Matius 26:15).] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 89.
C. H. Spurgeon: “On what stormy seas have you been tossed which have not also roared around his boat? Never glen of adversity so dark, so deep, apparently so pathless, but what in stooping down you may discover the footprints of the Crucified One. In the fires and in the rivers, in the cold night and under the burning sun, he cries, ‘I am with thee. Be not dismayed, for I am both thy companion and thy God.’”(= Laut dengan badai yang mana yang engkau alami yang belum pernah menerjang perahuNya? Tidak pernah ada lembah kesengsaraan yang begitu gelap, begitu dalam, yang kelihatannya tidak ada jalan, dimana kalau kita perhatikan dengan lebih dekat, kita tidak menjumpai jejak kaki dari ‘Yang tersalib’. Dalam api dan dalam sungai, di kegelapan malam dan di bawah teriknya matahari, Ia berteriak: ‘Aku bersamamu. Janganlah cemas / takut, karena Aku adalah teman seperjalananmu dan Allahmu’.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 89.
d) Inkarnasi dari Yesus menunjukkan maksud baik Allah.
C. H. Spurgeon: “When the Lord takes manhood into union with himself in this matchless way it must mean good to man. God cannot mean to destroy that race which he thus weds unto himself.” (= Pada waktu Tuhan mengambil kemanusiaan ke dalam persatuan dengan diriNya sendiri dengan cara yang tak tertandingi ini, itu pasti berarti baik bagi manusia. Allah tidak bisa bermaksud untuk menghancurkan umat manusia yang Ia satukan seperti itu kepada diriNya sendiri.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 87.
C. H. Spurgeon: “If the Lord had meant to destroy us, he would not have assumed our nature. ... the birth of Jesus is the proof of the good will of God to men: I am unable to conceive of proof more sure. He would not have come here to be born among men, to live among them, suffer and to die to die for them, if he had been slow to pardon, or unwilling to save. O despairing soul, does not Immanuel, God with us, make it hard to doubt the mercy of the Lord?” (= Seandainya Tuhan bermaksud untuk menghancurkan kita, Ia tidak akan mengambil hakekat kita. ... kelahiran Yesus merupakan bukti dari maksud baik Allah kepada manusia: saya tidak bisa membayangkan bukti yang lebih pasti / meyakinkan. Ia tidak akan datang ke sini untuk dilahirkan di antara manusia, hidup di antara mereka, menderita dan mati untuk mereka, seandainya Ia lambat dalam mengampuni, atau tidak mau menyelamatkan. O jiwa yang putus asa, bukankah Immanuel, Allah dengan kita, menyebabkan sukar untuk meragukan belas kasihan Tuhan?) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 97-98.
C. H. Spurgeon: “Why has he come down to us but that we may come up to him? Why has he taken our nature in its sorrow, but that we may be made partakers of the divine nature in righteousness and holiness? He comes down, not to thrust us lower, but to lift us to heights of perfectness and glory.” (= Mengapa Ia telah turun kepada kita kecuali supaya kita bisa naik kepadaNya? Mengapa Ia telah mengambil hakekat kita dengan kesedihannya, kecuali supaya kita bisa dijadikan pengambil bagian dari hakekat ilahi dalam kebenaran dan kekudusan? Ia turun, bukan untuk mendorong kita lebih rendah, tetapi untuk mengangkat kita pada tempat yang tinggi dari kesempurnaan dan kemuliaan.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 98.
Pulpit Commentary mengatakan bahwa Immanuel menunjukkan: “His love and pardoning grace, since he is ‘with us,’ not ‘against us;’ on our side, not our adversary. ... His atonement for our sins, since without atonement he could not pardon.” (= Kasih dan kasih karuniaNya yang mengampuni, karena Ia ada ‘dengan kita’, bukan ‘menentang kita’; pada pihak kita, bukan musuh kita. ... PenebusanNya untuk dosa-dosa kita, karena tanpa penebusan Ia tidak bisa mengampuni.) - hal 132.
Pulpit Commentary menggabungkan nama ‘Immanuel’ dan ‘Yesus’.
Pulpit Commentary: “‘Immanuel,’ ... The name carried the assurance ‘God with us.’ ... If God is near, he is near to help. If God manifests himself, he manifests himself to deliver and to save. ... ‘Jesus.’ It is the Greek form of the familiar ‘Joshua;’ but it has a significance and a history. It is really Hoshea, or Hoshua, ‘the Helper,’ with the name of God added as a prefix, Je-hoshua, shortened to Joshua. So it means in full, ‘God our helper.’ But, in the dream, a very full translation of the name was given. It was said to declare Messiah’s mission to be ‘saving the people from their sins,’ and ‘from their sins’ is designedly set in contrast with ‘from their troubles,’ so that the moral and spiritual character of the mission should be made quite plain. ... It is the fact that our supreme need arises out of our sins that decides the sphere of the Divine helping.” (= ‘Immanuel’, ... Nama itu membawa keyakinan ‘Allah dengan kita’. ... Jika Allah itu dekat, maka Ia dekat untuk menolong. Jika Allah menyatakan diriNya sendiri, Ia menyatakan diriNya untuk membebaskan dan menyelamatkan. ... ‘Yesus’. Ini merupakan bentuk Yunani dari nama ‘Yosua’ yang begitu dikenal; tetapi nama itu mempunyai arti dan sejarah. Sebetulnya itu adalah Hosea, atau Hosua, ‘sang Penolong’, dengan nama Allah ditambahkan sebagai awalan, Ye-hosua, disingkat / dipendekkan menjadi Yosua. Jadi artinya secara lengkap, ‘Allah penolong kita’. Tetapi dalam mimpi, diberikan suatu terjemahan yang sangat lengkap / penuh dari nama itu. Diucapkan untuk menyatakan missi Mesias sebagai ‘menyelamatkan umatNya dari dosa mereka’, dan kata-kata ‘dari dosa mereka’ secara sengaja dikontraskan dengan ‘dari kesukaran mereka’, sehingga sifat moral dan rohani dari missi itu dibuat jadi jelas. ... Fakta bahwa kebutuhan kita yang tertinggi muncul dari dosa-dosa kita yang menentukan ruang lingkup / bidang dari pertolongan Ilahi.) - ‘The Gospel According to Matthew’, hal 28.
Catatan:
1. Dalam Ibrani 4:8 muncul nama ‘Yosua’, tetapi sebetulnya dalam bahasa Yunani ini adalah ‘Yesus’. Ini menunjukkan bahwa Yosua (Ibrani) = Yesus (Yunani).
2. Bilangan 13:16 - “Itulah nama orang-orang yang disuruh Musa untuk mengintai negeri itu; dan Musa menamai Hosea bin Nun itu Yosua”. ‘Yosua’ di sini seharusnya adalah ‘Yehosua’.
e) Inkarnasi Yesus membuat kita yang tadinya ‘tanpa Allah’ bisa menjadi ‘dengan Allah’.
Efesus 2:12 - “bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.”.
C. H. Spurgeon: “‘God with us,’ for indeed, it seems to me to contain the whole history of redemption. It hints at man’s being without God, and God’s having removed from man on account of sin.” (= ‘Allah dengan kita’, karena memang, itu terlihat bagi saya mencakup seluruh sejarah dari penebusan. Itu mengisyaratkan pada keberadaan manusia tanpa Allah, dan Allah yang telah dijauhkan dari manusia karena dosa.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 88.
C. H. Spurgeon: “as a judge and lawgiver, God is ‘angry with the wicked every day,’ and apart from the reconciling sacrifice of Christ, his own people were ‘heirs of wrath even as others.’” (= sebagai seorang Hakim dan Pemberi Hukum, Allah ‘murka kepada orang-orang jahat setiap hari’, dan terpisah dari korban yang memperdamaikan dari Kristus, umatNya sendiri adalah ‘pewaris-pewaris dari kemurkaan, sama seperti orang-orang lain’.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 90.
Mazmur 7:12 - “Allah adalah Hakim yang adil dan Allah yang murka setiap saat”.
Efesus 2:3 - “Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain”.
KJV: ‘and were by nature the children of wrath, even as others’ (= dan secara alamiah adalah anak-anak kemurkaan, bahkan seperti orang-orang lain).
C. H. Spurgeon: “God in Christ is with us in the fullest reconciliation. ... There was a time when we were parted from God; we were without God, ... But now the sin which separated us from God has been put away by the blessed sacrifice of Christ upon the tree, and the righteousness, the absence of which must have caused a gulf between unrighteous man and righteous God, that righteousness, I say, has been found, for Jesus has brought in everlasting righteousness. So that now in Jesus God is with us, reconciled to us, the sin which caused his wrath being for ever put away from his people.” (= Allah dalam Kristus bersama kita dalam perdamaian yang paling penuh. ... Ada suatu waktu pada saat kita terpisah dari Allah; kita ada tanpa Allah, ... Tetapi sekarang dosa yang memisahkan kita dari Allah telah disingkirkan oleh korban yang diberkati dari Kristus di kayu salib, dan kebenaran, yang seandainya tidak ada pasti telah menyebabkan suatu jurang pemisah antara manusia yang tidak benar dan Allah yang benar, kebenaran itu, saya katakan, telah ditemukan, karena Yesus telah membawa masuk / menghasilkan kebenaran yang kekal. Sehingga sekarang dalam Yesus, Allah ada dengan / bersama kita, damai dengan kita, karena dosa yang menyebabkan kemurkaanNya telah disingkirkan untuk selama-lamanya dari umatNya.) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 90.
Kesimpulan .
Natal menunjukkan maksud baik Allah, untuk menolong manusia, terutama dalam persoalan dosa. Sudahkan saudara percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara? Ataukah selama ini saudara hanyalah orang Kristen KTP, yang sekalipun dari tahun ke tahun merayakan Natal, tetapi tidak pernah menghayati tujuan Natal yang sebenarnya? Saya ingin mengutip ulang sebagian kata-kata Spurgeon yang telah saya kutip di atas.
C. H. Spurgeon: “Why has he come down to us but that we may come up to him?” (= Mengapa Ia telah turun kepada kita kecuali supaya kita bisa naik kepadaNya?) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, vol 2, hal 98.
Seorang lain mengatakan: “ANAK ALLAH MENJADI MANUSIA SUPAYA MANUSIA BISA MENJADI ANAK ALLAH”.
Sudahkan saudara menjadi anak Allah? Kalau belum cepatlah percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara!
-AMIN-