RAJA ARAM, ELISA DAN KASIH KEPADA MUSUH:2 RAJA-RAJA 6:8-23
Pdt.Budi Asali, M.Div.
RAJA ARAM, ELISA DAN KASIH KEPADA MUSUH:2 Raja-Raja 6:8-23. 2 Raja-Raja 6:8-23 - “(2 Raja-Raja 6:8) Raja negeri Aram sedang berperang melawan Israel. Ia berunding dengan pegawai-pegawainya, lalu katanya: ‘Ke tempat ini dan itu haruslah kamu turun menghadang.’ (2 Raja-Raja 6:9) Tetapi abdi Allah menyuruh orang kepada raja Israel mengatakan: ‘Awas, jangan lewat dari tempat itu, sebab orang Aram sudah turun menghadang ke sana.’ (2 Raja-Raja 6:10) Sebab itu raja Israel menyuruh orang-orang ke tempat yang disebutkan abdi Allah kepadanya. Demikianlah Elisa memperingatkan kepadanya, supaya berawas-awas di sana, bukan sekali dua kali saja. (2 Raja-Raja 6:11) Lalu mengamuklah hati raja Aram tentang hal itu, maka dipanggilnyalah pegawai-pegawainya, katanya kepada mereka: ‘Tidakkah dapat kamu memberitahukan kepadaku siapa dari kita memihak kepada raja Israel?’ (2 Raja-Raja 6:12) Tetapi berkatalah salah seorang pegawainya: ‘Tidak tuanku raja, melainkan Elisa, nabi yang di Israel, dialah yang memberitahukan kepada raja Israel tentang perkataan yang diucapkan oleh tuanku di kamar tidurmu.’ (2 Raja-Raja 6:13) Berkatalah raja: ‘Pergilah melihat, di mana dia, supaya aku menyuruh orang menangkap dia.’ Lalu diberitahukanlah kepadanya: ‘Dia ada di Dotan.’ (2 Raja-Raja 6:14) Maka dikirimnyalah ke sana kuda serta kereta dan tentara yang besar. Sampailah mereka pada waktu malam, lalu mengepung kota itu. (2 Raja-Raja 6:15) Ketika pelayan abdi Allah bangun pagi-pagi dan pergi ke luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Lalu berkatalah bujangnya itu kepadanya: ‘Celaka tuanku! Apakah yang akan kita perbuat?’ (2 Raja-Raja 6:16) Jawabnya: ‘Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka.’ (17) Lalu berdoalah Elisa: ‘Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.’ Maka TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa. (2 Raja-Raja 6:18) Ketika orang-orang Aram itu turun mendatangi dia, berdoalah Elisa kepada TUHAN: ‘Butakanlah kiranya mata orang-orang ini.’ Maka dibutakanNyalah mata mereka, sesuai dengan doa Elisa. (2 Raja-Raja 6:19) Kemudian berkatalah Elisa kepada mereka: ‘Bukan ini jalannya dan bukan ini kotanya. Ikutlah aku, maka aku akan mengantarkan kamu kepada orang yang kamu cari.’ Lalu diantarkannya mereka ke Samaria. (20) Segera sesudah mereka sampai ke Samaria berkatalah Elisa: ‘Ya TUHAN, bukalah mata orang-orang ini, supaya mereka melihat.’ Lalu TUHAN membuka mata mereka, sehingga mereka melihat, dan heran, mereka ada di tengah-tengah Samaria. (2 Raja-Raja 6:21) Lalu bertanyalah raja Israel kepada Elisa, tatkala melihat mereka: ‘Kubunuhkah mereka, bapak?’ (2 Raja-Raja 6:22) Tetapi jawabnya: ‘Jangan! Biasakah kaubunuh yang kautawan dengan pedangmu dan dengan panahmu? Tetapi hidangkanlah makanan dan minuman di depan mereka, supaya mereka makan dan minum, lalu pulang kepada tuan mereka.’ (2 Raja-Raja 6:23) Disediakannyalah bagi mereka jamuan yang besar, maka makan dan minumlah mereka. Sesudah itu dibiarkannyalah mereka pulang kepada tuan mereka. Sejak itu tidak ada lagi gerombolan-gerombolan Aram memasuki negeri Israel.”.
I) Penggagalan rencana raja Aram.1) Raja Aram sedang berperang dengan Israel (2 Raja-Raja 6: 8).
Pulpit Commentary: “Benhadad, after the miracle wrought upon his favourite Naaman, had abundant reason to know that Israel was the people of God, and enjoyed special Divine protection and superintendence. Had he been truly wise, he would have laid aside his hostile designs against that nation, and have made it his endeavour to cultivate friendly relations with them, and, if possible, secure their alliance. But true wisdom is a plant of rare growth, while its counterfeit, cunning, is a weed that grows rankly at all times and everywhere.” [= Benhadad, setelah mujijat yang dikerjakan pada orang kesayangannya yaitu Naaman, mempunyai banyak alasan untuk mengetahui bahwa Israel adalah umat Allah, dan bahwa mereka menikmati perlidungan dan pengawasan ilahi yang khusus. Seandainya ia betul-betul adalah orang yang bijaksana, ia akan menyingkirkan rencana permusuhannya terhadap bangsa itu, dan mengusahakan hubungan yang bersahabat dengan mereka, dan jika mungkin, memastikan persekutuan dengan mereka. Tetapi hikmat yang benar merupakan tanaman yang langka, sementara hikmat yang palsu, yaitu kelicikan, merupakan rumput liar yang bertumbuh dengan subur pada setiap saat dan di setiap tempat.] - hal 126.
2) Elisa berulang kali menggagalkan rencana raja Aram.
a) Raja Aram berunding dengan pegawai-pegawainya dan membuat rencana penghadangan (2 Raja-raja 6: 8b).
b) Elisa mengetahui hal itu, tentu dari Tuhan, dan lalu memberitahu raja Israel (2 Raja-raja 6: 9).
Pulpit Commentary: “Elisha did not suffer his hostile feeling towards Jehoram (ch. 3:13; 5:8; 6:32) to interfere with his patriotism. When disaster threatened his country, he felt it incumbent on him to warn even an ungodly king.” [= Elisa tidak membiarkan perasaan bermusuhannya terhadap Yoram (pasal 3:13; 5:8; 6:32) untuk mencampuri kepatriotannya. Pada waktu bencana mengancam negaranya, ia merasa berkewajiban untuk memperingatkan bahkan seorang raja yang jahat.] - hal 120.
Mari kita melihat ketiga ayat yang dijadikan ayat referensi.
2Raja-Raja 3:13 - “Tetapi berkatalah Elisa kepada raja Israel: ‘Apakah urusanku dengan engkau? Pergilah kepada para nabi ayahmu dan kepada para nabi ibumu.’ Jawab raja Israel kepadanya: ‘Jangan begitu, sebab TUHAN memanggil ketiga raja ini untuk menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Moab!’”.
Kelihatannya Elisa bersikap bermusuhan terhadap raja Israel.
2Raja-Raja 5:8 - “Segera sesudah didengar Elisa, abdi Allah itu, bahwa raja Israel mengoyakkan pakaiannya, dikirimnyalah pesan kepada raja, bunyinya: ‘Mengapa engkau mengoyakkan pakaianmu? Biarlah ia datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel.’”.
Saya tak melihat permusuhan apa pun di sini.
2Raja-raja 6:32 - “Adapun Elisa, duduk-duduk di rumahnya, dan para tua-tua duduk bersama-sama dia. Raja menyuruh seorang berjalan mendahuluinya, tetapi sebelum suruhan itu sampai kepada Elisa, Elisa sudah berkata kepada para tua-tua itu: ‘Tahukah kamu, bahwa si pembunuh itu menyuruh orang untuk memenggal kepalaku? Awas-awaslah, apabila suruhan itu datang, segeralah tutup pintu dan tahanlah dia supaya orang itu jangan masuk. Bukankah sudah kedengaran bunyi langkah tuannya di belakangnya?’”.
Tetapi ini terjadi setelah text yang kita baca, jadi tak cocok untuk digunakan di sini.
Ini mengajar kita untuk selalu mengecek ayat yang digunakan oleh pengkhotbah, penulis dan sebagainya, karena sering ada pemberian referensi ayat, tetapi tidak cocok!
c) 2 Raja-raja 6: 10: raja Yoram menaati nasehat Elisa, dan ini tentu saja membuat rencana raja Aram gagal.
d) Ini membuat raja Aram marah, dan mengira bahwa dalam kalangannya ada pengkhianat (2 Raja-raja 6: 11).
e) Tetapi seorang pegawainya berkata bahwa Elisalah yang memberitahu raja Israel tentang rencana penghadangan tersebut (2 Raja-raja 6: 12).
Pulpit Commentary: “How the Syrian Lord knew this, or whether he merely made a shrewd guess, we cannot say. Elisha’s miraculous gifts had, no doubt, become widely known to the Syrian through the cure of Naaman’s leprosy; and the lord, who may possibly have been Naaman himself, concluded that a man who could cure a leper could also read a king’s secret thoughts without difficulty.” [= Kita tidak tahu bagaimana orang Aram itu mengetahui hal ini, atau apakah ia semata-mata menebak dengan cerdik. Tak diragukan lagi, karunia melakukan mujijat dari Elisa telah diketahui secara meluas di kalangan orang Aram, melalui penyembuhan kusta Naaman; dan orang ini, yang mungkin adalah Naaman sendiri, menyimpulkan bahwa seseorang yang bisa menyembuhkan seorang kusta juga bisa membaca pemikiran rahasia raja tanpa kesukaran.] - hal 121.
Catatan: kata-kata yang saya garisbawahi itu sekedar merupakan dugaan yang tidak mempunyai dasar.
II) Tentara Aram vs Elisa.
1) Raja Aram menyuruh untuk menyelidiki di mana Elisa berada, dan lalu menyuruh untuk menangkapnya (2 Raja-raja 6: 13-14).
Ini sebetulnya merupakan tindakan bodoh dari Benhadad. Seharusnya ia berpikir sebagai berikut: kalau tadi berulang kali Elisa bisa mengetahui rencananya, mengapa kali ini tidak bisa?
Pulpit Commentary: “What had frustrated his efforts previously? Not human strength; not human wisdom or sagacity; but Divine omniscience. God had enabled Elisha to show the King of Israel the words which he spake in the secrecy of his bedchamber. Why should he not grant him a foreknowledge of the new design? Or why should he not enable the prophet in some other way to frustrate it? There are ten thousand ways in which God can bring the counsels of men to no effect, whenever he pleases. Benhadad ought to have known that it was God, not merely the prophet, against whom he was contending, and that it would be impossible to outwit the Source of wisdom, the Giver of all knowledge and understanding.” [= Apa yang telah menggagalkan usahanya sebelum ini? Bukan kekuatan manusia; bukan hikmat atau kecerdikan / kecerdasan manusia; tetapi kemahatahuan ilahi. Allah telah memampukan Elisa untuk menunjukkan kepada raja Israel kata-kata yang ia katakan dalam kerahasiaan di kamar tidurnya. Mengapa Ia tidak memberinya pengetahuan lebih dulu tentang rencana yang baru ini? Atau mengapa Ia tidak memampukan sang nabi dengan suatu cara yang lain untuk menggagalkan rencana baru itu? Ada 10.000 cara dengan mana Allah bisa menggagalkan rencana manusia, kapanpun Ia menghendakinya. Benhadad seharusnya tahu bahwa adalah Allah, dan bukannya semata-mata sang nabi, terhadap siapa ia sedang berjuang, dan adalah mustahil untuk memperdayakan / mengecoh Sang Sumber dari hikmat, Sang Pemberi dari semua pengetahuan dan pengertian.] - hal 126.
Pulpit Commentary lalu memberi banyak contoh di mana Allah menggagalkan rencana manusia:
a) Orang-orang jaman menara Babel digagalkan usahanya untuk berkumpul, bersatu, dan membangun menara ‘yang puncaknya sampai ke langit’.
b) Ishak digagalkan usahanya untuk memberikan berkat kepada Esau, yang bukan merupakan pilihan Allah.
Pulpit Commentary (tentang 2Raja-raja 6): “Isaac sought to outwit God, and frustrate his preference of Jacob over Esau (Gen. 25:23), by giving his special blessing to his firstborn; but God blinded him, and caused him to be himself outwitted by Rebekah and Jacob, so that he gave the blessing where he had not intended to give it (Gen. 27:27-29).” [= Ishak berusaha untuk memperdayakan / mengecoh Allah, dan menggagalkan pemilihanNya terhadap Yakub di atas Esau (Kejadian 25:23), dengan memberikan berkat khususnya kepada anak sulungnya; tetapi Allah membutakannya, dan menyebabkan dirinya sendiri diperdayakan / dikecoh oleh Ribka dan Yakub, sehingga ia memberikan berkatnya dimana ia tidak bermaksud untuk memberikannya (Kejadian 27:27-29).] - hal 126.
c) Firaun digagalkan dalam rencananya untuk menahan Israel di Mesir.
d) Yunus digagalkan rencananya untuk melawan perintah Allah untuk pergi ke Niniwe.
e) Herodes digagalkan rencananya untuk membunuh Yesus.
Penerapan: pikirkan ini sebelum / pada waktu saudara membuat suatu perencanaan. Kalau itu tidak sesuai kehendak / rencana Allah, dan tetap saudara lakukan, maka itu bisa menghancurkan saudara! Jadi buatlah rencana yang sesuai kehendak Tuhan, yang betul-betul bertujuan untuk kemuliaan Tuhan!
2) Pada waktu bangun pagi dan melihat pengepungan tentara Aram, maka bujang Elisa menjadi takut (2 Raja-raja 6: 15). Mengapa ia menjadi takut sedangkan Elisa tidak? Karena ia tidak percaya / melihat kehadiran Allah bersama mereka, sedangkan Elisa beriman akan hal itu.
Elisa lalu berkata: ‘Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka.’.
Lalu ia berdoa supaya Tuhan membukakan mata bujangnya, dan bujangnya lalu melihat pasukan malaikat yang mengelilingi mereka (2 Raja-raja 6: 16-17).
Pulpit Commentary: “There is no reason to believe that Elisha saw the angels that compassed him round, with his bodily eyes. But he knew that they were there. He was sure that God would not desert him in his peril, and had such a confident faith in ‘the doctrine of angels,’ that it was as if he could see them.” [= Tidak ada alasan untuk percaya bahwa Elisa melihat malaikat-malaikat yang mengepung /mengelilinginya, dengan mata jasmaninya. Tetapi ia tahu bahwa mereka ada di sana. Ia yakin bahwa Allah tidak akan meninggalkannya dalam bahaya, dan ia mempunyai iman yang begitu yakin pada ‘doktrin tentang malaikat-malaikat’, sehingga seakan-akan ia melihat mereka.] - hal 127.
Bdk. Mazmur 34:8 - “Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.”.
2Tawarikh 32:7-8 - “(7) ‘Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Janganlah takut dan terkejut terhadap raja Asyur serta seluruh laskar yang menyertainya, karena yang menyertai kita lebih banyak dari pada yang menyertai dia. (8) Yang menyertai dia adalah tangan manusia, tetapi yang menyertai kita adalah TUHAN, Allah kita, yang membantu kita dan melakukan peperangan kita.’ Oleh kata-kata Hizkia, raja Yehuda itu, rakyat mendapat kepercayaannya kembali.”.
Pulpit Commentary: “It is generally supposed that the reference is here to angels ‘that excel in strength;’ they are in truth the body-guard of the good. ... But to see them we must have our spiritual eyes open as the prophet’s eyes were now. Faith in the wonderful resources which Heaven has provided for the good will dispel all fear.” [= Pada umumnya dianggap bahwa ini berkenaan dengan malaikat-malaikat ‘yang hebat dalam kekuatan’; mereka betul-betul merupakan pengawal dari orang saleh. ... Tetapi untuk melihat mereka kita harus membuka mata rohani kita seperti mata sang nabi sekarang. Iman pada sumber yang indah yang telah disediakan surga untuk orang saleh akan menghilangkan semua rasa takut.] - hal 137.
Pulpit Commentary: “Thus men under similar circumstances receive different impressions. The event which overwhelms one with alarm inspires another with hope and heroism. The reason of this is that some have eyes to see only the evil in things, others to see the good as well.” [= Demikianlah manusia yang ada dalam keadaan yang mirip / sama menerima kesan yang berbeda. Peristiwa yang membanjiri seseorang dengan rasa takut, mengilhami orang yang lain dengan pengharapan dan kepahlawanan. Alasan dari hal ini adalah bahwa sebagian orang mempunyai mata untuk hanya melihat bencana dalam hal-hal di sekitarnya, sedangkan yang lain mempunyai mata yang juga melihat kebaikan dalam hal-hal itu.] - hal 140.
Penerapan: berapa dari saudara yang merasakan kehadiran Allah dalam bahaya, problem, penderitaan, atau bahkan dalam gereja?
3) Orang-orang Aram lalu turun untuk mendatangi Elisa, dan Elisa berdoa supaya Tuhan membutakan mata mereka (2 Raja-Raja 6: 18).
Pulpit Commentary: “Not literal blindness, or they could not have followed Elisha’s lead, and marched a distance of twelve miles to Samaria; but a state of confusion and bewilderment, in which ‘seeing they saw, but did not perceive’ (compare the ‘blindness’ of the men of Sodom, in Gen. 19:11).” [= Bukan kebutaan hurufiah, atau mereka tidak akan bisa mengikuti pimpinan Elisa, dan berjalan sejauh 12 mil ke Samaria; tetapi suatu keadaan kacau dan bingung, dalam mana ‘mereka melihat dan melihat tetapi tidak mengerti’ (bandingkan dengan kebutaan orang-orang Sodom, dalam Kejadian 19:11).] - hal 122.
Kejadian 19:11 - “Dan mereka membutakan mata orang-orang yang di depan pintu rumah itu, dari yang kecil sampai yang besar, sehingga percumalah orang-orang itu mencari-cari pintu.”.
4) Elisa lalu berkata kepada mereka: ‘Bukan ini jalannya dan bukan ini kotanya. Ikutlah aku, maka aku akan mengantarkan kamu kepada orang yang kamu cari.’, dan Elisa lalu memimpin orang-orang Aram itu ke kota Samaria (2 Raja-raja 6: 19).
Sekarang mari kita bahas kata-kata Elisa dalam 2 Raja-Raja 6: 19 itu. Apakah ini merupakan suatu dusta? Ada pandangan-pandangan yang berbeda tentang hal ini.
a) Ada yang menganggap bahwa Elisa memang berdusta, atau kata-katanya sendiri sudah merupakan dusta, atau setidaknya kata-kata itu dimaksudkan untuk mendustai.
Pulpit Commentary: “This was clearly ‘an untruthful statement’ (Keil), if not in the letter, yet in the intent. Elisha meant the Syrian to understand him to say, ‘This is not the way which ye ought to have taken if ye wanted to capture the Prophet Elisha, and this is not the city (Dothan) where you were told that he was to be found.’ And so the Syrians understood him. In the morality of the time, and, indeed, in the morality of all times up to the present, it has been held to be justifiable to deceive a public enemy.” [= Ini jelas merupakan ‘pernyataan yang tidak benar’ (Keil), jika bukannya secara hurufiah, maka tentu dalam maksud / tujuannya. Elisa bermaksud supaya orang-orang Aram itu mengerti kata-katanya sebagai berikut: ‘Ini bukanlah jalan yang harus kauambil jika engkau ingin menangkap nabi Elisa, dan ini bukanlah kota (Dotan) dimana kamu diberitahu bahwa ia akan ditemukan’. Dan demikianlah orang-orang Aram itu mengerti dia. Dalam moral jaman itu, dan bahkan dalam moral dari setiap saat sampai sekarang, ini dianggap sebagai sesuatu yang bisa dibenarkan untuk menipu musuh masyarakat.] - hal 122.
Matthew Poole: “There is indeed some ambiguity in his speech, and an intention to deceive them, which hath ever been esteemed lawful in the state of war, as appears from the use of stratagems.” [= Di sana memang ada arti ganda dalam kata-katanya, dan suatu maksud untuk menipu mereka, yang dalam keadaan perang dianggap sah menurut hukum, seperti yang terlihat pada penggunaan tipu daya / muslihat (dalam perang).] - hal 728.
Catatan: Saya tidak setuju dengan kata-kata kedua penafsir di atas ini, yang mengijinkan dusta / penipuan terhadap musuh! Siasat perang berbeda dengan penipuan / dusta. Tentang dusta kepada orang brengsek / musuh, perhatikan kata-kata R. L. Dabney di bawah ini.
Robert L. Dabney: “... God, and not the hearer, is the true object on whom any duty of veracity terminates. God always has the right to expect truth from me, however unworthy the person to whom I speak.” [= ... Allah, dan bukan pendengarnya, merupakan obyek / tujuan yang benar terhadap siapa kewajiban kejujuran ditujukan. Allah selalu mempunyai hak untuk mengharapkan kebenaran dari aku, tidak peduli betapa tidak berharganya orang kepada siapa aku berbicara.] - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 425.
Keil & Delitzsch (hal 326) juga menyebut kata-kata Elisa ini sebagai ‘Elisha’s untruthful statement,’ [= pernyataan Elisa yang tidak benar,].
b) Ada yang menganggap bahwa Elisa tidak berdusta, dan sama sekali tidak salah.
John Murray: “As we study Elisha’s statement, however, it is just as difficult to find untruth in what Elisha said. Let it be granted that the Syrians understood Elisha’s words in a way entirely different from Elisha’s intent, does it follow that Elisha spoke untruth? Elisha was under no obligation to inform them that he was the man whom they sought. ... Furthermore, when Elisha said, ‘This is not the city’ how are we to know precisely what he intended? He may have meant, ‘This is not the city in which you will find the man whom you seek’. Apparently he was outside the city when he addressed them and he did not intend to re-enter the city. ... If there was deception in what Elisha said, it would have been more of deception to have said ‘This is the city’. ... Again, when he said, ‘Follow me, and I will bring you to the man ye seek’, he carried this into effect, though not with the result which the Syrians envisaged or might have envisaged. ... how can we say that Elisha had spoken an untruth? Elisha did bring them to the city in which they found the man whom they sought.” [= Tetapi jika kita mempelajari pernyataan Elisa, adalah sama sukarnya untuk mendapatkan ketidakbenaran dalam apa yang Elisa katakan. Anggaplah saja bahwa orang-orang Aram itu mengerti kata-kata Elisa dengan cara yang sepenuhnya berbeda dengan maksud Elisa, apakah itu membuktikan bahwa Elisa mengatakan ketidakbenaran?Elisa tidak mempunyai kewajiban untuk memberitahu mereka bahwa ia adalah orang yang mereka cari. ... Selanjutnya, pada waktu Elisa berkata: ‘bukan ini kotanya’ bagaimana kita bisa tahu secara tepat apa yang ia maksudkan? Ia bisa bermaksud: ‘Ini bukanlah kota dimana kamu akan menemukan orang yang kamu cari’. Jelas bahwa ia ada di luar kota pada waktu ia mengatakan hal itu kepada mereka dan ia tidak bermaksud untuk masuk kembali ke kota itu. ... Jika ada dusta / penipuan dalam apa yang Elisa katakan, maka akan lebih menipu lagi jika ia berkata: ‘Inilah kota itu’ (karena pada saat itu mereka ada di luar kota). Juga pada waktu ia berkata, ‘Ikutlah aku, maka aku akan mengantarkan kamu kepada orang yang kamu cari’, ia melaksanakan hal ini, sekalipun tidak seperti yang dibayangkan oleh orang-orang Aram itu. ... bagaimana kita bisa mengatakan bahwa Elisa telah mengatakan ketidakbenaran? Elisa memang membawa mereka ke kota di mana mereka menemukan orang yang mereka cari.] - ‘Principles of Conduct’, hal 142-143.
Catatan: 2 Raja-raja 6: 14 mengatakan bahwa orang-orang Aram itu mengepung kota Dotan, dan karena itu mereka memang masih di luar kota. Lalu ay 18 mengatakan bahwa mereka turun mendatangi dia, mungkin maksudnya mereka turun untuk akan memasuki kota itu. Dengan demikian mereka masih di luar kota, sehingga Elisa tidak bisa disalahkan pada waktu ia mengatakan ‘bukan ini kotanya’.
III) Kasih kepada musuh.
1) Setelah sampai di Samaria, Elisa berdoa supaya Tuhan membuka mata mereka, dan mereka mendapati diri mereka ada di tengah-tengah musuh (2 Raja-Raja 6: 20).
2) Raja Israel lalu bertanya kepada Elisa, yang ia sebut sebagai ‘bapak’ [NIV: ‘my father’ (bapaku)], apakah ia boleh membunuh mereka atau tidak (2 Raja-raja 6: 21).
Matthew Poole: “My father: now he gives him this title of reverence and affection, because of a great and present benefit he received from him; though otherwise he hated him, and would not hearken to his counsel.” [= ‘Bapaku’: sekarang ia memberi Elisa gelar kehormatan dan kasih, karena manfaat yang besar yang baru ia terima dari dia; sekalipun jika tidak demikian ia membencinya dan tidak mau mendengarkan nasehatnya.] - hal 728.
3) Elisa melarangnya untuk membunuh mereka dan bahkan menyuruhnya untuk menjamu mereka (2 Raja-raja 6:22).
Keil & Delitzsch: “The object of the miracle would have been frustrated if the Syrians had been slain. For the intention was to show the Syrians that they had to do with a prophet of the true God, against whom no human power could be of any avail, that they might learn to fear the Almighty God.” [= Tujuan dari mujijat akan gagal jika orang-orang Aram itu dibantai. Karena tujuannya adalah untuk menunjukkan kepada orang-orang Aram bahwa mereka harus berurusan dengan nabi dari Allah yang benar, terhadap siapa tidak ada kekuatan manusia yang bisa berhasil, sehingga mereka belajar untuk takut kepada Allah yang mahakuasa.] - hal 327.
Pulpit Commentary: “There was also, perhaps, a further political object. By sparing the prisoners and treating them with kindness, it might be possible to touch the heart of the King of Syria, and dispose him towards peace.” [= Di sana mungkin juga ada tujuan politik yang lebih jauh. Dengan tak membunuh orang tahanan dan memperlakukan mereka dengan kebaikan, itu mungkin menyentuh hati dari raja Aram, dan mencondongkan dia kepada damai.] - hal 122.
BACA JUGA : PERUMPAMAAN 4 GOLONGAN TANAH:LUKAS 8:4-21
Pulpit Commentary: “The magnanimous kindness extinguished the flames and paralyzed the arms of revenge, so that they came no more into the land of Israel. This is the Divine way, nay, the only way, of conquering our enemies. Evil can only be overcome by good. The most glorious victory over an enemy is to turn him into a friend.” [= Kebaikan yang besar memadamkan nyala api dan melumpuhkan lengan pembalasan dendam, sehingga mereka tidak memasuki negeri Israel lagi. Ini merupakan cara ilahi, tidak, ini merupakan satu-satunya cara untuk mengalahkan musuh-musuh kita. Kejahatan hanya bisa dikalahkan dengan kebaikan. Kemenangan yang paling mulia atas seorang musuh adalah membalikkannya menjadi seorang sahabat.] - hal 138.
Bdk. Roma 12:18-21 - “(18) Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (19) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. (20) Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. (21) Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!”.
Catatan: Clarke mengatakan (entah dari mana ia tahu hal ini) bahwa apa yang terjadi dalam 2 Raja-raja 6: 24 di mana raja Aram menyerang lagi, terjadi lebih dari satu tahun setelah peristiwa ini.
Penutup.
Sebelum belajar mengasihi musuh yang benar-benar adalah musuh, belajarlah untuk mengasihi sesama saudara seiman dalam gereja ini, yang tidak menyenangkan atau menjengkelkan bagi saudara. Maukah saudara? Tuhan memberkati saudara.
RAJA ARAM, ELISA DAN KASIH KEPADA MUSUH:2 Raja-Raja 6:8-23
-AMIN-