KEADILAN ALLAH, KARYA KRISTUS DAN PENAWARAN KASIH ALLAH (ROMA 3:23-26)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
KEADILAN ALLAH, KARYA KRISTUS DAN PENAWARAN KASIH ALLAH (ROMA 3:23-26)Roma 3:23-26 - “(Roma 3:23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (24) dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. (25) Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya. Hal ini dibuatNya untuk menunjukkan keadilanNya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaranNya. (26) MaksudNya ialah untuk menunjukkan keadilanNya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus”.
KEADILAN ALLAH, KARYA KRISTUS DAN PENAWARAN KASIH ALLAH (ROMA 3:23-26)
gadget, education, insurance
I) Keadilan Allah.

Kitab Suci mempunyai banyak ayat yang menekankan keadilan dari Allah, seperti:

Mazmur 11:7 - “Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajahNya.”.

Mazmur 116:5 - “TUHAN adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang.”.

Tetapi, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam Kitab Suci, kita sering melihat hal-hal yang seolah-olah menunjukkan bahwa Allah itu tidak adil. Misalnya:

1) Dalam penciptaan dan Predestinasi.

a) Dalam penciptaan.

Dalam penciptaan, Allah menciptakan sebagian makhluk sebagai binatang, sebagian lagi jadi manusia. Yang jadi manusia, sebagian hitam sebagian putih, sebagian ganteng / cantik sebagian jelek, sebagian pandai sebagian bodoh, sebagian dalam keluarga kaya sebagian dalam keluarga melarat, sebagian utuh anggota-anggota tubuhnya sebagian cacat, dsb. Kalau saudara diciptakan ganteng / cantik, dalam keluarga kaya, pandai, utuh anggota-anggota tubuhnya, maka mungkin saudara tidak menganggap Allah tidak adil. Tetapi bagaimana kalau saudara diciptakan sebagai orang yang cacat, melarat, buruk mukanya dsb?

b) Dalam predestinasi.

Efesus 1:4-5,11 - “(4) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya, ... (11) Aku katakan ‘di dalam Kristus’, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan - kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya -”.

Roma 9:10-13 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’”.

Untuk menjawab kedua problem ini perlu diketahui bahwa ‘adil’ tidak berarti Allah harus memberi secara sama rata.

Matius 20:1-16 - “(1) ‘Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. (2) Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. (3) Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. (4) Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan merekapun pergi. (5) Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. (6) Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? (7) Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. (8) Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu. (9) Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. (10) Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga. (11) Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, (12) katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. (13) Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? (14) Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. (15) Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (16) Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.’”.

Tuan dalam perumpamaan ini jelas tidak berlaku sama rata. Ia lebih murah hati kepada pekerja-pekerja yang datang belakangan. Tetapi toh ia berkata bahwa ia bukannya berlaku tidak adil. Kalau ia berjanji sedinar sehari, dan ia lalu memberi kurang dari itu, maka itu tidak adil. Tetapi ia memberikan sedinar sehari, jadi pekerja kelompok pertama tidak bisa menyalahkan tuan itu. Ia memang berlaku lebih murah hati kepada pekerja-pekerja yang datang belakangan, tetapi ia berhak menggunakan milik / uangnya sesukanya. Ia tidak berlaku tidak adil, sekalipun ia tidak memberi dengan sama rata!

Dalam penciptaan, Tuhan memang tidak memberi secara sama rata. Tetapi Ia berhak melakukan itu. Ini kedaulatanNya! Jadi bukanlah tidak adil kalau ada yang diberi banyak, dan ada yang diberi sedikit, ada yang diciptakan jelek ada yang pandai, dan sebagainya.

Demikian juga pada waktu Ia mau memberikan keselamatan hanya pada sebagian manusia, sehingga Ia lalu menentukan sebagian untuk selamat dan sebagian binasa. Ini bukannya tidak adil. Karena itu, predestinasi tidak bertentangan dengan keadilan Allah.

Bdk. Roma 9:14-15 - “(14) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’”.

Juga kalau kita mau memikir lebih dalam, maka kita bisa melihat bahwa orang yang dipilih dan diselamatkan, mendapatkan kasih / kemurahan / belas kasihan Allah. Sedangkan orang yang tidak dipilih, mendapatkan keadilan Allah. Tidak ada orang yang mendapatkan ketidak-adilan Allah.

mendapat keadilan Allah

2) Adanya banyak kasus dimana orang saleh justru menderita dan orang jahat hidup enak.

Misalnya:

Ayub 19:6 - “insafilah, bahwa Allah telah berlaku tidak adil terhadap aku, dan menebarkan jalaNya atasku.”.

Ayub 21:7-15 - “(7) Mengapa orang fasik tetap hidup, menjadi tua, bahkan menjadi bertambah-tambah kuat? (8) Keturunan mereka tetap bersama mereka, dan anak cucu diperhatikan mereka. (9) Rumah-rumah mereka aman, tak ada ketakutan, pentung Allah tidak menimpa mereka. (10) Lembu jantan mereka memacek dan tidak gagal, lembu betina mereka beranak dan tidak keguguran. (11) Kanak-kanak mereka dibiarkan keluar seperti kambing domba, anak-anak mereka melompat-lompat. (12) Mereka bernyanyi-nyanyi dengan iringan rebana dan kecapi, dan bersukaria menurut lagu seruling. (13) Mereka menghabiskan hari-hari mereka dalam kemujuran, dan dengan tenang mereka turun ke dalam dunia orang mati. (14) Tetapi kata mereka kepada Allah: Pergilah dari kami! Kami tidak suka mengetahui jalan-jalanMu. (15) Yang Mahakuasa itu apa, sehingga kami harus beribadah kepadaNya, dan apa manfaatnya bagi kami, kalau kami memohon kepadaNya?”.

Mazmur 73:1-14 - “(1) Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya. (2) Tetapi aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku tergelincir. (3) Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik. (4) Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; (5) mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain. (6) Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan. (7) Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan. (8) Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati. (9) Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi. (10) Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah. (11) Dan mereka berkata: ‘Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?’ (12) Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya! (13) Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. (14) Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.”.

Yeremia 12:1-2 - “(1) Engkau memang benar, ya TUHAN, bilamana aku berbantah dengan Engkau! Tetapi aku mau berbicara dengan Engkau tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik, sentosa semua orang yang berlaku tidak setia? (2) Engkau membuat mereka tumbuh, dan merekapun juga berakar, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah juga. Memang selalu Engkau di mulut mereka, tetapi jauh dari hati mereka.”.

Untuk menjawab problem ini perlu diketahui bahwa keadilan yang sebenarnya memang belum dijalankan pada saat ini, dan baru akan dijalankan pada saat kita mati (bdk. cerita tentang Lazarus dan orang kaya - Lukas 16:19-31) / pada pengadilan akhir jaman.

2Korintus 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”.

Roma 2:4-8 - “(4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5) Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. (6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.”.

Pada pengadilan akhir jaman Allah betul-betul akan memberikan keadilan, dimana Ia akan memberikan pahala / hukuman sesuai dengan kehidupan manusia.

a) Allah akan memberikan pahala kepada manusia.

Hal ini sebenarnya merupakan perwujudan dari kasih ilahi. Pahala diberikan, sebenarnya bukan karena kita betul-betul berjasa dan layak menerimanya (Lukas 17:10 1Korintus 4:7), tetapi karena adanya janji Allah (Ulangan 7:9,12-13 Mazmur 58:12 Matius 25:21,34 Roma 2:6-7 1Korintus 4:7).

b) Allah akan memberikan hukuman sebagai perwujudan dari keadilan dan murka Allah (Roma 2:8-9  Roma 12:19). Perlu diperhatikan bahwa sekalipun manusia tidak berhak / tidak layak menerima pahala, tetapi ia betul-betul layak menerima hukuman.

Di sini keadilan diwujudkan dengan menghukum sesuai dengan hukum Allah. Karena hukum Allah / Firman Allah sudah menyatakan bahwa orang berdosa akan dimasukkan selama-lamanya dalam neraka (Wahyu 14:11 Wahyu 20:10 Wahyu 21:8), maka nanti kalau Allah betul-betul melakukan hal itu, Ia bertindak adil.

Bandingkan keadilan Allah ini dengan pandangan Saksi Yehuwa di bawah ini:

1. Orang-orang dari sekte Saksi Yehuwa tidak percaya akan adanya neraka. Mereka beranggapan bahwa orang jahat pada akhirnya akan dimusnahkan, sehingga tidak mempunyai keberadaan lagi (cease to exist). Alasan mereka adalah: Allah yang kasih itu tidak akan tega untuk menghukum orang selama-lamanya dalam neraka. Ini adalah ajaran yang terlalu menekankan kasih Allah sehingga mengorbankan keadilanNya!

2. Seorang murid saya yang berasal dari sekte Saksi Yehuwa mengatakan bahwa tidak adil kalau orang berbuat dosa cuma sebentar tetapi dihukum secara kekal. Saya jawab: adil tidak berarti bahwa lamanya hukuman harus sama dengan lamanya berbuat dosa. Kalau memang harus demikian, maka orang yang melakukan pemerkosaan (mungkin hanya 15 menit) harus dimasukkan penjara hanya 15 menit, dan orang yang melakukan pembunuhan (mungkin hanya kurang dari 1 menit) harus dimasukkan penjara selama 1 menit. Ini justru tidak adil. Jadi adil atau tidak, tergantung apakah hukuman yang diberikan itu sesuai dengan hukum atau tidak. Kalau hukum menyatakan bahwa pemerkosa bisa dihukum maximum 20 tahun, dan ia dihukum 20 tahun maka itu adil. Demikian juga karena hukum Tuhan / Firman Tuhan menyatakan bahwa orang berdosa akan dihukum secara kekal dalam neraka, maka nanti kalau hal itu terjadi, itu berarti bahwa Allah adil.

c) Keadilan yang menguntungkan dan keadilan pembalasan ini jelas mengharuskan adanya tingkatan-tingkatan baik di surga maupun di neraka.

Bahwa surga maupun neraka memang ada tingkatan-tingkatannya terlihat dari ayat-ayat ini:

1. Matius 5:19 - “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.”.

2. Matius 20:20,21,23,26-28 - “(20) Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapanNya untuk meminta sesuatu kepadaNya. (21) Kata Yesus: ‘Apa yang kaukehendaki?’ Jawabnya: ‘Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam KerajaanMu, yang seorang di sebelah kananMu dan yang seorang lagi di sebelah kiriMu.’ ... (23) Yesus berkata kepada mereka: ‘CawanKu memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu telah menyediakannya.’ ... (26b) Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; (28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.’”.

Text ini menunjukkan bahwa Yohanes dan Yakobus minta kepada Yesus supaya mereka mendapat tempat di kiri dan kanan Yesus (tempat yang paling terhormat). Sekalipun Yesus menolak permintaan itu, tetapi Yesus sedikitpun tidak membantah akan adanya tempat yang paling terhormat itu, bahkan secara implicit Ia membenarkan hal itu, dan mengatakan bahwa untuk bisa menduduki tempat tertinggi, kita harus mau menjadi hamba bagi semua (ay 26-28). Semua ini menunjukkan adanya perbedaan tingkat kemuliaan di sorga.

3. Lukas 19:16-19 - “(16) Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. (17) Katanya kepada orang itu: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. (18) Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina. (19) Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota.”.

Orang yang dari 1 mina menghasilkan 10 mina diberi kekuasaan atas 10 kota, sedangkan orang yang dari 1 mina menghasilkan 5 mina diberi kekuasaan atas 5 kota. Ini jelas menunjukkan adanya perbedaan pahala di sorga nanti.

4. 1Korintus 3:10-15 - “(10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. (11) Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. (12) Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, (13) sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. (14) Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. (15) Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”.

Text ini mengatakan tentang orang yang selamat tetapi seperti dari dalam api. Ini jelas berarti bahwa orang itu masuk surga secara pas-pasan, dan ini menunjukkan adanya tingkat di sorga.

5. Matius 6:20 - “Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.”.

Yesus menyuruh kita untuk mengumpulkan harta di sorga. Secara implicit ini menunjukkan ada orang yang mengumpulkan banyak, dan ada yang sedikit.

6. Matius 11:20-24 - “(20) Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya: (21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.’”.

Text ini mengatakan bahwa pada akhir jaman tanggungan Tirus, Sidon, dan Sodom lebih ringan dari tanggungan Khorazim, Betsaida dan Kapernaum, karena sekalipun Khorazim, Betsaida dan Kapernaum menyaksikan mujizat-mujizat Yesus mereka tetap tidak bertobat. Ini menunjukkan bahwa dosa mereka dianggap lebih hebat dan karenanya hukuman mereka (dalam neraka) akan lebih berat. Hal yang sama ada dalam Mat 10:15.

II) Manusia berdosa, keadilan Allah dan karya Kristus.

1) Semua manusia berdosa (kecuali Kristus).

a) Adanya dosa asal / original sin.

Adam adalah wakil dari seluruh umat manusia yang ada di dalam dirinya. Karena itu, ketika ia jatuh, maka semua manusia diperhitungkan sebagai jatuh bersama-sama dengan dia.

Ayat-ayat Alkitab yang menjadi dasar dari dosa asal / original sin.

1. Roma 5:18-19 - “(18) Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. (19) Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.”.

2. Mazmur 51:7 - “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.”.

3. Ayub 25:4 - “Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan perempuan itu bersih?”.

4. Mazmur 58:4 - “Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat.”.

5. Yesaya 48:8b - “orang menyebutkan engkau: pemberontak sejak dari kandungan.”.

b) Dalam hidupnyapun semua orang berbuat sangat banyak dosa (actual sin).

Roma 3:10-18,23 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. (13) Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. (14) Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, (15) kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. (16) Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, (17) dan jalan damai tidak mereka kenal; (18) rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu.’... (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,”.

2) Manusia sangat berdosa, sedangkan Allah itu adil, dan akan ada penghakiman akhir jaman. Ini menjadi problem! Sekarang, bagaimana manusia berdosa ini bisa diselamatkan?

a) Ada agama lain, yang mempunyai pandangan bahwa Allah itu maha penyayang dan pengasih, dan karena itu sekalipun manusia itu berdosa, manusia tetap bisa masuk surga.

Tetapi ini menghancurkan keadilan Allah! Kalau Allah memasukkan manusia berdosa begitu saja ke surga, maka ini menghancurkan keadilan Allah!

Bdk. Nahum 1:3a - “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah.”.

Jadi, Allah itu adil, artinya Ia tidak bisa tidak menghukum pada waktu terjadi dosa.

b) Semua agama lain mengajarkan keselamatan karena perbuatan baik / ketaatan / usaha manusia.

Bisakah manusia diselamatkan dengan berbuat baik? Tidak bisa, karena:

1. Manusia tidak bisa berbuat baik.

Kejadian 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,”.

Titus 1:15 - “Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis.”.

Kalau saudara menganggap diri saudara cukup baik, maka perhatikan gambaran Firman Tuhan di bawah ini tentang keadaan manusia di hadapan Allah.

Yesaya 64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor;”.

Perhatikan bahwa Yesaya bukan mengatakan ‘segala dosa kami seperti kain kotor’. Ia juga tidak mengatakan ‘sebagian kesalehan kami seperti kain kotor’. Yesaya mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’.

Banyak penafsir yang mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan ‘kain kotor’ di sini adalah kain yang dipakai oleh seorang perempuan pada saat datang bulan! Dan itulah yang Alkitab gunakan untuk menggambarkan ‘segala kesalehan’ kita!

Sekarang, kalau ‘segala kesalehan’ kita digambarkan seperti ‘kain kotor’ di hadapan Allah, bagaimana dengan ‘dosa’ kita? Perhatikan ayat di bawah ini.

Yehezkiel 36:17 - “‘Hai anak manusia, waktu kaum Israel tinggal di tanah mereka, mereka menajiskannya dengan tingkah laku mereka; kelakuan mereka sama seperti cemar kain di hadapanKu.”.

Dosa / kejahatan kita digambarkan seperti ‘cemar kain’. Apakah ‘cemar kain’ itu? NIV menterjemahkannya: ‘a woman’s monthly uncleanness’ [= kenajisan bulanan dari seorang perempuan].

Bandingkan juga dengan Imamat 15:20,24 - “(20) Segala sesuatu yang ditidurinya selama ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang didudukinya menjadi najis juga. ... (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan perempuan itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka ia menjadi najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya menjadi najis juga.”.

Untuk kata ‘cemar kain’ yang pertama (Imamat 15: 20) NIV menterjemahkan ‘her period’ [= masa datang bulannya], sedangkan untuk kata ‘cemar kain’ yang kedua (Imamat 15: 24) NIV menterjemahkan ‘her monthly flow’ [= aliran bulanannya].

Jadi kelihatannya yang dimaksudkan dengan ‘cemar kain’ itu adalah cairan darah yang dikeluarkan seorang perempuan pada saat datang bulan.

Dengan demikian Kitab Suci menggambarkan segala kesalehan kita seperti kain kotor, dan menggambarkan dosa / kejahatan kita seperti cairan yang dikeluarkan oleh seorang perempuan pada saat mengalami datang bulan! Itulah keadaan saudara di hadapan Allah!

2. Kitab Suci tidak pernah mengajarkan bahwa perbuatan baik bisa menebus / menutup dosa.

Galatia 2:16 - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat.”.

Illustrasi: Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan 1 minggu setelahnya harus menghadap ke pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu banyak berbuat baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi uang kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia membawa semua orang kepada siapa ia sudah melakukan kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya: ‘Benarkah saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab: ‘Benar pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus dosa saya. Ini saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau hakim itu waras, apakah hakim itu akan membebaskan orang itu? Jawabnya jelas adalah ‘tidak’! Jadi terlihat bahwa dalam hukum duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus / menghapus dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan / Kitab Suci!

3. Kalau manusia memang bisa menyelamatkan dirinya melalui berbuat baik, maka Kristus pasti tidak perlu datang ke dunia, menjadi manusia, dan mati di salib bagi kita.

Galatia 2:21b - “Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.”.

Bahwa dalam faktanya Kristus datang ke dunia, menderita dan mati di salib untuk dosa kita, menunjukkan bahwa memang tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan manusia.

Penerapan: perbuatan baik tidak bisa menyelamatkan saudara! Karena itu, kalau saudara adalah orang kristen yang dibaptis supaya selamat / masuk surga, pergi ke gereja supaya selamat / masuk surga, berbuat baik / membuang dosa supaya selamat / masuk surga, maka saya menjamin bahwa saudara justru pasti akan masuk neraka!

Lalu bagaimana caranya Allah menyelamatkan manusia? Melihat manusia berdosa, Allah yang adil HARUS menjatuhkan hukuman. Tetapi karena Ia kasih, Ia tidak mau manusia menerima hukuman itu. Karena itu harus ada yang menerima hukuman itu. Kalau hukuman itu diberikan kepada ‘orang / makhluk lain’, misalnya kepada malaikat, maka lagi-lagi terjadi ketidak-adilan, karena malaikat itu tidak berdosa tetapi harus dihukum karena dosa manusia. Jadi, satu-satunya jalan adalah Allah sendiri harus menjadi manusia dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus, dan lalu menerima hukuman yang Ia sendiri jatuhkan, yaitu pada waktu Yesus menderita dan mati di kayu salib. Kalau Allah sendiri yang menerima hukuman itu, maka TIDAK ADA KETIDAK-ADILAN. Mengapa? Karena yang Ia korbankan untuk menerima hukuman itu bukan ‘orang / makhluk lain’ (seperti malaikat) tetapi diriNya sendiri.


Illustrasi: Ada 2 orang saudara kembar yang bentuk tubuh maupun wajahnya persis. Tetapi sejak kecil yang satu nakal, yang lain alim. Pada saat dewasa yang satu jadi perampok, yang satu jadi hakim. Suatu hari perampok itu membunuh orang dan tertangkap, dan ia diajukan ke pengadilan, dimana yang jadi hakim adalah saudara kembarnya. Setelah memeriksa akhirnya sang hakim secara adil menjatuhkan hukuman mati kepada saudara kembarnya. Tetapi karena hakim itu mengasihi saudara kembarnya itu, maka malam sebelum hukuman mati itu dilaksanakan, hakim itu mengunjungi saudara kembarnya di penjara, dan lalu mengajaknya tukar tempat. Besoknya hakim itu mengalami hukuman mati, sedangkan saudaranya bebas karena ‘penebusan’ sang hakim.

Apa yang dilakukan sang hakim mirip dengan apa yang dilakukan oleh Allah. Karena Ia adil, Ia harus menjatuhkan hukuman kepada manusia yang berdosa, tetapi karena Ia mengasihi manusia, Ia lalu menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus, dan Ia menerima hukuman yang Ia sendiri jatuhkan, pada waktu Ia mati di atas kayu salib.

Roma 3:25-26 - “(25) Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya. Hal ini dibuatNya untuk menunjukkan keadilanNya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi DAHULU pada masa kesabaranNya. (26) MaksudNya ialah untuk menunjukkan keadilanNya PADA MASA INI, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.”.

Ay 25a membicarakan penebusan Kristus. Kata ‘dahulu’ dalam ay 25b menunjukkan bahwa ay 25b membicarakan jaman Perjanjian Lama / sebelum Kristus datang. Sebelum Kristus datang dan mati, Allah menunjukkan kesabaranNya dengan membiarkan dosa / tidak menghukum dosa dari umatNya. Kalau ini dilakukan terus, tanpa Ia sendiri memikul hukuman mereka, maka Ia kehilangan keadilanNya. Karena itu penebusan oleh Kristus untuk menebus dosa dikatakan oleh ayat ini ‘untuk menunjukkan keadilanNya’. Dengan adanya penebusan oleh Kristus, maka Allah bisa membiarkan / tidak menghukum dosa dari umatNya, dan tetap adil.

Kalau Roma 3: 25 tadi membicarakan umat Allah pada jaman sebelum Yesus / jaman Perjanjian Lama, maka Roma 3: 26 mempersoalkan umat Allah pada jaman sekarang / jaman Perjanjian Baru (ay 26: ‘pada masa ini’). Allah, tanpa kehilangan keadilanNya, bisa membenarkan orang-orang percaya pada jaman Perjanjian Baru, juga karena penebusan yang dilakukan oleh Kristus.

Penebusan oleh Kristus ini merupakan satu-satunya jalan yang bisa ditempuh oleh Allah untuk menyelamatkan manusia berdosa tanpa mengorbankan keadilanNya.

III) Penawaran kasih Allah dan tanggapannya.

Dengan adanya penebusan oleh Kristus, barulah Allah, tanpa kehilangan keadilanNya, bisa melakukan ayat seperti Mazmur 103:10 - “Tidak dilakukanNya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita,”.

Dengan adanya penebusan ini, sekarang kasih dan pengampunan Allah bisa ditawarkan secara cuma-cuma kepada semua orang.

Roma 3:24 - “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.”.

Apa maksudnya kalau dikatakan bahwa kita dibenarkan dengan cuma-cuma? Mengomentari kata-kata ‘telah dibenarkan dengan cuma-cuma’, Calvin berkata: “the whole is from God, and nothing from us.” [= seluruhnya adalah dari Allah, dan tidak ada yang dari kita.] - hal 141.

Dan mengomentari Roma 3:26, Calvin berkata: “nothing is more difficult than to persuade man that he ought to disclaim all things as his own, and to ascribe them all to God.” [= tidak ada yang lebih sukar dari pada meyakinkan orang bahwa ia harus menyangkal segala sesuatu sebagai miliknya, dan menganggap semuanya berasal dari Allah.] - hal 146.

Jadi, maksudnya adalah bahwa perbuatan baik kita sama sekali tidak mempunyai andil dalam menyelamatkan kita. Kita diselamatkan hanya oleh iman (Efesus 2:8-9 Roma 3:27-28 Galatia 2:16), dan inipun merupakan anugerah dari Allah (Filipi 1:29).


Sekalipun iman yang sejati pasti diikuti oleh adanya ketaatan / perbuatan baik / pengudusan, tetapi yang menyebabkan kita diselamatkan adalah imannya, dan sama sekali bukan perbuatan baiknya.

Illustrasi:

sakit è obat è sembuh è olah raga / bekerja
dosa è iman è selamat è taat / berbuat baik

Apa yang menyebabkan sembuh? Tentu saja obat, bukan olah raga / bekerja. Olah raga / bekerja hanya merupakan bukti bahwa orang itu sudah sembuh. Karena itu kalau seseorang berkata bahwa ia sudah minum obat dan sudah sembuh, tetapi ia tetap tidak bisa berolah raga / bekerja, maka pasti ada yang salah dengan obatnya.

Demikian juga dengan orang berdosa. Ia selamat karena iman, bukan karena perbuatan baik. Tetapi kalau seseorang berkata bahwa ia sudah beriman dan sudah selamat, tetapi dalam hidupnya sama sekali tidak ada perbuatan baik / ketaatan, maka pasti ada yang salah dengan imannya.

Juga kalau kita melihat pada garis waktu, maka akan terlihat dengan jelas bahwa imanlah, dan bukannya perbuatan baik, yang menyebabkan kita diselamatkan.


Lukas 19:9 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.”.

Kalau ada orang yang setelah mendengar penawaran itu lalu percaya kepada Yesus sebagai Tuhan / Juruselamatnya, maka sekalipun ia adalah orang berdosa, dosanya diampuni dan ia pasti masuk surga. Tidak adil? Adil, karena hukuman sudah dijatuhkan, tetapi ditanggung oleh Yesus sendiri.

Charles Haddon Spurgeon: “Memory looks back on past sins with deep sorrow for the sin, but yet with no dread of any penalty to come; for Christ has paid the debt of His people to the last jot and tittle, and received the divine receipt; and unless God can be so unjust as to demand double payment for one debt, no soul for whom Jesus died as a substitute can ever be cast into hell. It seems to be one of the very principles of our enlightened nature to believe that God is just; we feel that it must be so, and this gives us our terror at first; but is it not marvelous that this very same belief that God is just, becomes afterwards the pillar of our confidence and peace! If God is just, I, a sinner alone and without a substitute, must be punished; but Jesus stands in my stead and is punished for me; and now, if God is just, I, a sinner, standing in Christ, can never be punished.” [= Ingatan melihat ke belakang kepada dosa-dosa yang lalu dengan kesedihan yang dalam untuk dosa, tetapi tanpa rasa takut terhadap hukuman yang akan datang; karena Kristus telah membayar hutang umatNya sampai pada hal yang paling kecil / remeh, dan telah menerima kwitansi ilahi; dan kecuali Allah itu bisa begitu tidak adil / benar sehingga menuntut pembayaran dobel untuk satu hutang, tidak ada jiwa, untuk siapa Yesus mati sebagai pengganti, bisa dicampakkan ke dalam neraka. Kelihatannya merupakan satu prinsip dari diri kita yang sudah diterangi, untuk percaya bahwa Allah itu adil / benar; kita merasa bahwa haruslah demikian, dan ini mula-mula memberikan kita rasa takut; tetapi tidakkah merupakan sesuatu yang mengagumkan bahwa kepercayaan yang sama bahwa Allah itu adil / benar, setelah itu lalu menjadi pilar / tonggak dari keyakinan dan damai kita! Jika Allah itu adil / benar, saya, seorang yang berdosa, sendirian dan tanpa seorang pengganti, harus dihukum; tetapi Yesus telah menggantikan saya dan dihukum untuk saya; dan sekarang, jika Allah itu adil / benar, saya, seorang yang berdosa, berdiri dalam Kristus, tidak pernah bisa dihukum.] - ‘Morning and Evening’, September 25, morning.

Tetapi bagaimana dengan orang yang setelah mendengar penawaran kasih Allah itu tetapi tetap tidak percaya kepada Yesus sampai ia mati? Maka tidak bisa tidak, keadilan Allah harus diberlakukan terhadap dia, dan ia harus dihukum selama-lamanya dalam neraka.

Saudara mungkin berkata: ‘Lho, tidakkah Yesus sudah membayar hutang dosanya?’. Jawabnya: tidak! Karena kematian Yesus hanya ditujukan untuk membayar dosa orang pilihan (Limited Atonement / Penebusan terbatas). Orang yang menolak doktrin Limited Atonement ini, harus menyimpulkan bahwa dosa orang yang tidak percaya dihukum 2 x (satu kali pada diri Kristus, satu kali lagi pada diri orang itu sendiri), dan ini menjadikan Allah tidak adil.

Kesimpulan.

Jadi, kesimpulannya adalah: hanya ada 2 kemungkinan bagi saudara:

1) Menerima tawaran kasih Allah dalam Kristus, dengan datang kepada Kristus dan percaya / menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara. Kalau saudara melakukan ini maka saudara akan diselamatkan / diampuni.

2) Menolak / mengabaikan tawaran kasih Allah tersebut. Kalau saudara melakukan ini, maka saudara akan mendapatkan / merasakan keadilan Allah, yaitu hukuman kekal di neraka.

Seorang penafsir bernama Ironside, dalam komentarnya tentang Kisah Para Rasul 4:12, mengatakan: “Remember, it must be Christ or hell, and to neglect the one is to choose the other.” [= Ingat, harus Kristus atau neraka, dan mengabaikan yang satu berarti memilih yang lain.].

Sudahkah saudara datang dan percaya kepada Kristus?

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post