JANJI DAN RENCANA ALLAH BAGI KITA (ROMA 8:28-30)
Denny Teguh Sutandio.
Paulus mengajarkan, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”(Roma 8:28). Di dalam ayat ini, Allah melalui Paulus hendak mengajarkan bahwa di dalam segala sesuatu, Allah berjanji turut bekerja untuk kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia, yaitu bagi kita yang telah dipanggil Allah sesuai dengan rencana-Nya. Ada 4 (empat) hal yang dapat kita pelajari.
Pertama, Allah turut bekerja dalam segala sesuatu. Pernyataan “turut bekerja” dalam terjemahan King James Version (KJV) dan English Standard Version (ESV) adalah work together, sedangkan New International Version (NIV) hanya menerjemahkannya dengan kata work. Bahasa Yunani untuk pernyataan ini adalah sunergeō artinya be a fellow worker (teman kerja), yaitu co-operate (bekerja bersama). Selain dalam Roma 8:28, kata ini (bisa berarti menolong) dipakai sebanyak 4 kali di dalam Perjanjian Baru Yunani yaitu Markus 16:20 ; 1 Korintus 16:16 ; 2 Korintus 6:1 ; dan Yakobus 2:22.(Hasan Sutanto, 2003, p. 734)
Hal ini tidak boleh ditafsirkan bahwa untuk mengerjakan kehendak-Nya yang berdaulat, Ia mengikutsertakan manusia (seperti yang dianut dalam pandangan Open-Theismenya Clark H. Pinnock akibat pengaruh Arminianisme). Lalu, apa arti pernyataan ini ? Allah yang bekerja bersama atau turut bekerja dalam segala sesuatu berarti Allah memelihara segala sesuatu sehingga semuanya berjalan sesuai kehendak-Nya. Dengan kata lain, segala sesuatu berasal dari Allah, dikerjakan oleh Allah dan diperuntukkan untuk kemuliaan-Nya sendiri (Roma 11:36). Dengan demikian, tidak ada jasa baik manusia di dalam setiap unsur kehidupan manusia atau keselamatan manusia !
Kedua, Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk (mendatangkan) kebaikan. Allah yang memelihara segala sesuatu adalah Allah yang memelihara segala sesuatu dengan maksud baik. Tidak ada sedikitpun maksud Allah untuk memanfaatkan alam atau sesuatu yang lain untuk kepentingan buruk seperti yang kerapkali dilakukan oleh banyak manusia berdosa. Ini membuktikan bahwa selain Pemelihara, Allah itu juga bertanggungjawab atas segala sesuatu yang diciptakan dan dilakukan-Nya, sebaliknya banyak manusia berdosa yang tidak pernah mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan sehingga menimbulkan kerugian orang lain (contoh kasus, lumpur Lapindo di Porong).
Ketiga, Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Segala sesuatu dikerjakan Allah untuk kebaikan bagi siapa ? Bagi umat pilihan-Nya yang mengasihi Dia. Dengan kata lain, kebaikan yang telah dilakukan Allah diperuntukkan secara eksklusif bagi sebagian orang yang telah dipilih-Nya yang mengasihi-Nya. Misalnya, penderitaan dipakai oleh Allah untuk menempa iman dan pelayanan Paulus, sehingga di dalam kelemahannya, kuasa dan kekuatan-Nya semakin hebat. Apakah ini berarti kita mengasihi Dia, baru Allah mendatangkan kebaikan bagi kita ? TIDAK. Hal ini akan dijelaskan pada poin keempat.
Keempat, Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya. Mereka yang mengasihi Dia berarti mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya. Di dalam terjemahan Yunani, kata “yaitu” diartikan “adalah” untuk menjelaskan siapakah orang yang mengasihi Dia, tetapi terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) menghilangkan kata “yaitu” dan menggantikannya dengan kata “dan”, sehingga pernyataan “mereka yang mengasihi Dia” tidak memiliki arti.
Catatan: Turut bekerja. Itu semua turut bekerja, seperti obat bekerja pada tubuh, dengan berbagai cara, sesuai dengan maksud sang dokter. Tetapi itu semua demi kebaikan pasien.
Lalu, apa arti mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya ? Di Roma 8:29-30, Paulus menjelaskan 5 (lima) urutan panggilan Allah dari pilihan, penentuan, pemanggilan, pembenaran dan pemuliaan umat pilihan-Nya. Mari kita akan membahas bagian ini satu per satu.
Di Roma 8: 29 dan Roma 8:30, Paulus menjelaskan, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.”
Pdt. Sutjipto Subeno pernah menafsirkan bagian ini dengan mengatakan bahwa dua urutan panggilan Allah dalam rencana-Nya ini (dipilih dan ditentukan) ditambah dengan pernyataan “dari semula” yang menunjukkan bahwa itu dilakukan oleh-Nya “dari” kekekalan, sedangkan tiga urutan sesudahnya (dipanggil, dibenarkan dan dimuliakan) tidak ada tambahan “dari semula” menunjukkan bahwa itu tindakan Allah di dalam memproses manusia. Mari kita menyelidiki kelima urutan ini.
Rencana Allah pertama adalah memilih beberapa manusia dari semula untuk diselamatkan. Pernyataan “dari semula” dalam bahasa Yunaninya pro berarti sebelumnya. Lalu, kata Yunani proginōskō untuk menerjemahkan “dipilih-Nya dari semula” diterjemahkan KJV sebagai foreknow (mengetahui sebelumnya). Sebenarnya, kata Yunani ini juga bisa berarti memilih sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan pemakaian kata Yunani yang sama untuk Kristus di dalam 1 Petrus 1:20, “Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.” (Sutanto, 2003, p. 670)
Doktrin pemilihan ini sangat sulit dimengerti, sehingga tidak heran kaum Calvinis berdebat dengan Arminian tentang doktrin ini. Arminian berpendapat bahwa Allah memilih manusia setelah Ia melihat perbuatan baik manusia yaitu beriman kepada-Nya, tetapi Alkitab dalam perspektif Calvinis yang konsisten mengajarkan bahwa ajaran ini tidak sesuai dengan Alkitab, karena Alkitab sendiri mengajarkan bahwa ketika Allah memilih Yakub (dan bukan Esau), Ia tak terlebih dahulu memperhatikan kebaikan Yakub, bahkan Pdt. Sutjipto Subeno pernah mengatakan bahwa secara kasat mata, Yakub tidak lebih baik daripada Esau, tetapi Allah tetap memilih Yakub sehingga ia mampu berbuat baik memuliakan-Nya.
Dengan kata lain, Rasul Paulus ingin mengajarkan, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” (Efesus 1:4) Rasul Petrus di dalam suratnya yang pertama pasal 1 ayat 2 menuturkan hal yang sama tentang siapakah orang Kristen, yaitu, “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita,…” Ini membuktikan kekonsistenan doktrin pilihan dari Paulus dan Petrus, di mana semuanya itu berasal dari Tuhan Yesus di dalam sabda-Nya sendiri di dalam Yohanes 6:37-44 (disebutkan tiga kali, yaitu di dalam ayat 37, 39 dan 44 tentang orang-orang yang dapat datang kepada Kristus, setelah mereka ditarik oleh Bapa).
Rencana Allah kedua adalah menentukan dari semula beberapa manusia yang dipilih-Nya itu untuk menjadi serupa dengan gambaran Kristus, supaya Kristus menjadi Kakak Sulung kita. Pernyataan “dari semula” dalam bagian ini dalam bahasa Yunani berarti terlebih dahulu. Kata ini (proorizō) muncul sebanyak 5 kali selain Roma 8:29, yaitu di dalam Kisah Para Rasul 4:28 ; Roma 8:30 ; 1 Korintus 2:7 ; Efesus 1:5, 11. (Sutanto, 2003, p. 673)
Dalam Kisah Para Rasul 4:28, para rasul berdoa berseru kepada Tuhan dan mengatakan bahwa penderitaan yang dialami oleh Kristus itu sudah ditentukan dari semula oleh Bapa. Dalam 1 Korintus 2:7, Injil disebut hikmat Allah yang tersembunyi yang dari sejak semula (sebelum dunia dijadikan) ditentukan oleh Allah bagi kemuliaan kita (menurut konteksnya : Rasul Paulus dan jemaat Korintus).
Urutan yang kedua ini juga dipakai Paulus di dalam suratnya kepada jemaat Efesus pasal 1 ayat 5, “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,” Dengan kata lain, dari semula Allah menentukan kita yang telah dipilih-Nya dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya di dalam Kristus.
Kita disebut anak-anak adopsi Allah di dalam Kristus, sedangkan Kristus disebut Kakak Sulung kita. Karena kita adalah anak-anak adopsi Allah di dalam Kristus, maka kita ditentukan-Nya dari semula dengan maksud agar kita (yang aslinya menyandang gambar Allah, tetapi sudah rusak total akibat dosa) menjadi serupa dengan gambar Allah sejati di dalam Kristus. Dengan demikian, pengadopsian kita menjadi anak-anak-Nya di dalam Kristus memulihkan gambar Allah yang dahulu sudah rusak akibat dosa. Dengan tujuan itulah kita ditentukan Allah terlebih dahulu.
Catatan:“Menentukan dari semula” berarti memutuskan atau menetapkan sebelumnya nasib apa yang akan Anda miliki
Rencana Allah ketiga adalah memanggil kita. Pada rencana Allah ketiga ini TIDAK ditambahi kata “dari semula”, karena rencana Allah dalam panggilan bukanlah dari kekekalan, tetapi di dalam proses. Kata “memanggil” dalam bahasa Yunaninya kaleō bisa berarti memanggil ; menamai ; mengundang ; memanggil datang ; memanggil berkumpul ; mengambil (seseorang untuk suatu tugas). Kata ini muncul sebanyak 147 kali di dalam Perjanjian Baru selain Roma 8:30, beberapa diterjemahkan di dalam bahasa Indonesia sebagai : diundang, disebut, menyebut, dipanggil, memanggil, ialah, bernama,terkenal sebagai, disuruh masuk, dll. (Sutanto, 2003, pp. 423-424)
Di dalam memanggil beberapa orang yang telah dipilih dan ditentukan-Nya, Ia menggunakan proses waktu. Bagaimana caranya ? Ia memanggil manusia melalui Roh Kudus yang mengefektifkan karya penebusan Kristus di dalam hati umat pilihan-Nya. Rasul Paulus menuliskan hal ini di dalam Efesus 1:5-14 tentang penebusan Kristus dan karya Roh Kudus yang memeteraikan penebusan dan janji-janji yang akan diterima oleh anak-anak-Nya.
Allah memanggil kita melalui Roh Kudus yang melahirbarukan kita dengan berbagai macam cara, tujuannya hanya satu, supaya kita akhirnya bertobat dan percaya di dalam Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita secara pribadi. Allah memanggil Paulus dengan cara yang unik yang berbeda dari siapapun, yaitu menjatuhkan dia ketika dia sedang berjalan menuju Damsyik untuk membinasakan pengikut Kristus/Jalan Tuhan, Dia juga membuat matanya buta, supaya Paulus (dulu bernama Saulus) menyadari kelemahannya, lalu Dia mengutus Ananias untuk mendoakannya agar matanya dapat melihat dan dipenuhi Roh Kudus, lalu Saulus dibaptis.
Dengan cara yang unik, Allah memanggil Bapa Gereja Augustinus, yaitu melalui pengembaraannya di dalam berbagai macam filsafat, mulai dari Manichaeanisme, Neo-Platonisme, dll, lalu Augustinus muda menemukan ketidakmampuan filsafat Yunani menghubungkan realita being dan becoming, akhirnya Roh Kudus memakai Ambrosius untuk mencerahkan pikiran Augustinus dan juga seorang anak kecil yang bernyanyi “Ambil dan Bacalah” sehingga Augustinus akhirnya menemukan Alkitab dan membaca Roma 13:13. Lalu, Augustinus setelah percaya kepada Kristus menjadi bapa gereja yang paling berpengaruh pada abadnya dan banyak pandangan-pandangannya yang bersumber dari Alkitab dipakai oleh Dr. Martin Luther, Dr. John Calvin dan para tokoh reformator lainnya.
Allah juga memanggil Dr. Martin Luther dengan cara yang unik, dari kepercayaannya yang taat akan murka Allah (tanpa kasih Allah) dengan hidup membiara, menyiksa diri, dll di dalam tradisi monastisisme Katolik Roma dalam biara Augustinian, ia tak menemukan apa-apa di dalam tradisi yang ketat tersebut, akhirnya Allah mencerahkan pikirannya ketika membaca Roma 1:17 bahwa manusia dibenarkan melalui iman, bukan melalui perbuatan baik manusia.
Allah yang sama juga memanggil hamba-Nya, Pdt. Dr. Stephen Tong, yang dahulu pernah melawan Allah dengan mempelajari filsafat-filsafat Plato, Aristoteles, komunisme, Dialektikal-Materialisme, humanisme, dll, akhirnya Roh Kudus membawa beliau untuk mengikut Kristus, dan beliau dikenal sebagai pengkhotbah, theolog, gembala, filsuf, dan budayawan yang dinamis, penuh kuasa dan berhikmat. Ketika Allah memanggil kita di dalam pertobatan, marilah kita bersyukur atas anugerah-Nya, karena itu berarti Ia mengasihi kita dan tidak ingin membiarkan kita binasa kekal.
Rencana Allah yang keempat, yaitu membenarkan kita. Setelah Allah memanggil kita, Allah jugalah yang membenarkan kita. Kata Yunani untuk membenarkan adalah dikaioō bisa berarti membenarkan ; mengaku keadilan ; membuktikan benar ; membebaskan. Kata ini muncul sebanyak 37 kali di dalam Perjanjian Baru selain dua kali di dalam Roma 8:30.
Melalui apakah Allah membenarkan kita ? Melalui iman yang dikaruniakan Allah. Paulus juga mengajarkan prinsip penting ini di dalam surat-suratnya yang lain. Misalnya, Galatia 2:16a menyatakan, “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus.” Lalu, Galatia 3:24-26, “Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.
Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun. Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.” Kemudian Efesus 2:8,9, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
Di dalam Titus 3:4-7, Paulus juga mengajarkan, “Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.”
Tidak ada satu ayat Alkitab (dengan prinsip penafsirannya yang bertanggungjawab) yang mengajarkan bahwa iman adalah kerja sama antara Allah dan manusia, sehingga keselamatan itu adalah hasil joint-venture antara Allah yang memberikan anugerah dan manusia yang diberikan kehendak bebas dari Allah untuk beriman atau tidak beriman (seperti diajarkan oleh Arminianisme dan sebagian Katolik Roma) !
Ajaran itu adalah ajaran yang konyol, tidak Alkitabiah dan antroposentris, sehingga jangan pernah mengikuti ajaran konyol tersebut ! Kita dibenarkan melalui iman yang merupakan anugerah Allah, lalu pertanyaannya, iman di dalam siapa ? Di dalam diri ? TIDAK ! Iman kita yang sejati adalah iman di dalam Kristus, di dalam karya ketaatan, penebusan dan kebangkitan-Nya yang mengalahkan tiga kutuk : dosa, iblis dan maut. Ketaatan, kebenaran, penebusan dan kebangkitan-Nya diimputasikan oleh Roh Kudus kepada kita yang tidak taat, tidak benar, berdosa, jijik, kotor, cemar, dll.
Di dalam karya Kristus lah ini, kita dibenarkan melalui iman, sehingga tidak ada satu sedikitpun jasa baik manusia yang layak diperhitungkan. Ketika ada orang yang mengaku diri “Kristen” tetapi berani mengajarkan bahwa manusia dibenarkan melalui iman dan perbuatan baik, ia sedang menghina karya penebusan Kristus yang baginya kurang cukup dan bahkan ia sedang menyalibkan Kristus untuk kedua kalinya sama seperti ketika andaikata ia murtad.
Rencana Allah kelima yaitu memuliakan kita. Kata “memuliakan” dalam bahasa Yunani doksazō bisa berarti memuliakan ; memuji ; menghormati ; memenuhi dengan mulia. Kata ini muncul sebanyak 60 kali di dalam Perjanjian Baru selain 1 kali di dalam Roma 8:30. Uniknya, dari antara 61 kali kata ini muncul, mayoritas ditujukan kepada Allah (baik Bapa maupun Putra/Kristus), dan beberapa kata menunjuk kepada manusia pilihan-Nya (di antara Roma 8:30 ; 11:13 ; 1 Korintus 12:26), sedangkan sisanya menunjukkan pemuliaan diri yang antroposentris (misalnya : Matius 6:2 à menggunakan kata “dipuji”, tentang orang-orang Farisi yang munafik dan Wahyu 18:7 tentang Babel). (Sutanto, 2003, p. 223)
Dari penyelidikan ini, kita menemukan pengertian bahwa Allah yang patut dimuliakan itu memberikan kemuliaan atau penghormatan kepada umat pilihan-Nya. Dengan kata lain, kemuliaan Allah juga dinikmati oleh kita yang dimuliakan-Nya. Mengapa ? Karena kita telah dipilih, ditentukan, dipanggil dan dibenarkan-Nya melalui anugerah-Nya di dalam iman.
Inilah janji Allah bagi kita yang telah dipilih, ditentukan, dipanggil dan dibenarkan, yaitu Allah akan memuliakan kita kelak. Sehingga, ketika kita menghadapi tantangan, penderitaan, fitnahan dari dunia kita, kita tak perlu kuatir dan kita harus terus berharap kepada Allah di dalam janji-Nya bahwa pada waktu-Nya, Ia akan memuliakan kita baik di sini dan di dalam kekekalan nantinya.
Kemuliaan ini, menurut Dr. John Gill di dalam tafsirannya John Gill’s Exposition of the Entire Bible, bukan berupa hal-hal yang luar biasa, tetapi berkaitan dengan hubungan yang intim dengan Kristus di dalam kekekalan (mystical union with Christ).
Oleh karena itu, di dalam Katekismus Singkat Westminster Pasal 1 dikatakan bahwa tujuan akhir manusia adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia untuk selama-lamanya. Kemuliaan kita adalah kemuliaan ketika kita bisa berhubungan intim dengan Kristus di dalam Surga nantinya, di mana sudah tidak ada lagi dosa, ratap tangis, dll. Bukankah ini adalah anugerah Allah yang begitu agung dan luar biasa yang tak mungkin bisa disamai di dalam agama-agama dunia lainnya ?
Hari ini, setelah merenungkan ketiga ayat ini, sudah siapkah kita berkomitmen hanya memuliakan nama-Nya di dalam doa-doa kita karena kita telah dipilih, ditentukan, dipanggil, dibenarkan dan akan dimuliakan-Nya ? Kiranya Tuhan memimpin dan memberkati hidup kita untuk terus-menerus memuliakan nama-Nya.
Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :
Amin. Soli Deo Gloria.