KISAH PARA RASUL 2:1-4 (PENUH ROH KUDUS DAN BAPTISAN ROH KUDUS)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
KISAH PARA RASUL 2:1-4 (PENUH ROH KUDUS DAN BAPTISAN ROH KUDUS). Kisah Para Rasul 2:1-4 - “(1) Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. (2) Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; (3) dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. (4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”.
Efesus 5:18 - “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh”.
I) Penuh Roh Kudus berbeda dengan dibaptis Roh Kudus.
1) Baptisan Roh Kudus adalah penerimaan Roh Kudus.
Ini hanya terjadi sekali saja, karena sekali Roh Kudus itu masuk, Ia tidak akan keluar selama-lamanya.
Dalam Yohanes 14:16 Yesus berkata: “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya”.
Tetapi kepenuhan Roh Kudus bisa terjadi berulang-ulang. Ini terlihat dari fakta Kitab Suci bahwa Petrus mengalami kepenuhan Roh Kudus berulang-ulang (Kisah Para Rasul 2:4 Kis 4:8 Kis 4:31).
2) Baptisan Roh Kudus terjadi pada saat percaya (Kisah Para Rasul 2:38 Efesus 1:13), kepenuhan Roh Kudus belum tentu terjadi pada saat percaya.
Kisah Para Rasul 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.
Kata-kata ‘karunia Roh Kudus’ tidak berarti ‘karunia dari Roh Kudus’, tetapi ‘karunia berupa Roh Kudus’.
Efesus 1:13 - “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.
Memang dalam Kisah Para Rasul 2:4 orang-orang yang menerima baptisan Roh Kudus itu langsung dipenuhi dengan Roh Kudus. Tetapi tidak selalu terjadi seperti itu.
Jaman sekarang dalam kalangan Pentakosta / Kharismatik, orang-orang mencari baptisan Roh Kudus. Tetapi Kitab Suci tidak pernah memerintahkan kita untuk mencai baptisan Roh Kudus, atau memerintahkanh kita untuk dibaptis Roh Kudus. Kitab Suci hanya memerintahkan kita untuk percaya kepada Yesus Kristus. Mengapa? Karena kalau kita percaya kepada Yesus Kristus, maka kita pasti akan dibaptis Roh Kudus / menerima Roh Kudus. Tak perlu dicari lagi!
II) Penuh Roh Kudus dan mabuk anggur.
Persamaan antara penuh Roh Kudus dan mabuk oleh anggur: sama-sama dipengaruhi (under the influence).
Perbedaannya: kalau penuh Roh Kudus ada ‘self-control’ (= penguasaan diri); sedangkan kalau mabuk justru kehilangan penguasaan diri. Perhatikan kata-kata ‘anggur menimbulkan hawa nafsu’. Banyak gadis yang kehilangan kegadisannya karena pengaruh minuman keras. Banyak orang yang dalam keadaan mabuk melakukan hal-hal, yang dalam keadaan waras pasti tidak dilakukannya. Jadi orang kehilangan penguasaan dirinya kalau sedang mabuk. Tetapi orang yang penuh dengan Roh Kudus pasti justru menunjukkan buah Roh Kudus, dan ini antara lain adalah penguasaan diri.
Dalam Kisah Para Rasul 2 orang-orang penuh Roh Kudus dan lalu berbahasa Roh.
Kisah Para Rasul 2:13 - “Tetapi orang lain menyindir: ‘Mereka sedang mabuk oleh anggur manis.’”.
Mereka dikatai sebagai mabuk anggur, tetapi ini hanya ‘menyindir’. NIV: ‘made fun of them’ (= mempermainkan mereka); NASB: ‘mocking’ (= mengejek).
Kisah Para Rasul 2:14-15 - “Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: ‘Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. Orang-orang ini tidak mabuk seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan”.
Dalam Kisah Para Rasul 2:14-15 Petrus menyangkal tuduhan mabuk itu. Jadi jelas bahwa ‘mabuk’ berbeda dengan ‘penuh Roh Kudus’.
Tetapi ‘orang-orang yang mengaku penuh Roh Kudus’ pada jaman ini seperti ‘orang mabuk’. Misalnya: nggeblak, berguling-guling di lantai, histeris, tertawa terbahak-bahak dan sebagainya.
Tetapi bdk. 1Korintus 14:23 - “Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila?”.
Mengapa Paulus mengatakan seperti ini? Apakah memang kalau orang-orang kristen berbahasa roh mereka terlihat seperti orang gila? Saya berpendapat: kalau bahasa Rohnya benar, seperti dalam Kisah Para Rasul 2, maka tidak demikian. Tetapi bahasa Roh dari orang-orang Kristen di Korintus sama seperti bahasa Roh jaman sekarang. Yang ini memang terlihat seperti orang gila / mabuk!
III) Penuh Roh Kudus dan bahasa Roh
Kebanyakan orang Kharismatik menganggap bahwa semua orang kristen yang dibaptis Roh Kudus, apalagi yang penuh Roh Kudus, pasti berbicara dalam bahasa Roh.
Dasar Kitab Suci yang sering dipakai adalah Kisah Para Rasul 2:1-4 - “(1) Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. (2) Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; (3) dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. (4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”.
Dalam menafsirkan bagian ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Dalam Kitab Suci ada bagian yang bersifat Descriptive dan Didactic.
a) Bagian Kitab Suci yang bersifat Descriptive (= bersifat menggambarkan).
Bagian yang bersifat Descriptive adalah bagian yang berupa cerita yang terjadi sungguh-sungguh dan bersifat menggambarkan apa yang terjadi pada saat itu. Ini tidak boleh dipakai sebagai rumus / hukum / norma!
Illustrasi: Dalam hal ini, membaca dan menafsirkan Kitab Suci mempunyai persamaan dengan membaca dan menafsirkan surat kabar. Kalau saudara membaca surat kabar, dan di sana diceritakan tentang adanya orang yang terkena serangan jantung pada waktu nonton TV, maka hal ini tentu bukan norma / hukum. Cerita ini tentu tidak boleh ditafsirkan seakan-akan semua orang yang nonton TV pasti terkena serangan jantung. Juga kalau di surat kabar diceritakan adanya satu keluarga yang piknik ke Tretes dan lalu mengalami kecelakaan, sehingga mati semua. Ini tentu tidak boleh ditafsirkan seakan-akan semua orang yang piknik sekeluarga akan mengalami kecelakaan dan mati semua.
Contoh:
· Kel 14, yang menceritakan peristiwa dimana Allah membelah Laut Teberau sehingga bangsa Israel bisa menyeberang di tanah kering, adalah suatu bagian yang bersifat Descriptive (menggambarkan apa yang terjadi pada saat itu). Ini bukan rumus / norma / hukum, artinya, kita tidak diperintahkan untuk menyeberangi laut dengan cara seperti itu!
· Yos 6 yang menceritakan robohnya tembok Yerikho setelah dikelilingi selama 7 hari juga merupakan bagian yang bersifat Descriptive, sehingga tidak boleh dijadikan hukum / norma dalam peperangan.
· Keluaran 16:13-16 yang menceritakan pemberian manna kepada bangsa Israel di padang gurun, jelas juga merupakan bagian yang bersifat Descriptive, sehingga tidak boleh dijadikan sebagai rumus / norma dalam kehidupan orang kristen di padang gurun.
b) Bagian Kitab Suci yang bersifat Didactic (= bersifat pengajaran).
Bagian yang bersifat Didactic adalah bagian yang bersifat pengajaran (Yunani: DIDACHE), dan bisa berbentuk suatu pernyataan, janji, perintah atau larangan. Ini adalah rumus / hukum / norma bagi kita.
Contoh:
· Kis 16:31 yang berbunyi “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat” adalah bagian yang bersifat Didactic. Karena itu, ini merupakan hukum / norma, artinya setiap orang yang percaya kepada Yesus pasti selamat.
· Filipi 4:4 yang berbunyi “Bersukacitalah senantiasa” adalah bagian yang bersifat Didactic. Ini adalah hukum / norma bagi kita, yang menyuruh kita bersukacita senantiasa.
· 10 Hukum Tuhan dalam Keluaran 20:3-17 merupakan bagian yang bersifat Didactic, sehingga merupakan Hukum / Norma bagi kita semua.
Jadi, pada waktu mendengar suatu khotbah / ajaran, telitilah apakah text yang dipakai sebagai dasar itu adalah text yang bersifat descriptive atau didactic! Ini bisa menghindarkan saudara dari ajaran-ajaran yang salah / sesat!
Jaman sekarang, khususnya dalam kalangan Pentakosta / Kharismatik, karena kurangnya / tidak adanya pengertian tentang Hermeneutics, yang menyebabkan mereka tidak membedakan antara bagian yang bersifat Descriptive dan bagian yang bersifat Didactic, maka ada banyak pengajaran salah yang ditimbulkan karena mereka menggunakan bagian yang bersifat descriptive sebagai rumus / hukum / norma, seolah-olah itu adalah bagian yang bersifat didactic.
Kisah Para Rasul 2:1-4 menceritakan apa yang terjadi pada hari Pentakosta dimana rasul-rasul kepenuhan Roh Kudus lalu berbahasa Roh / lidah. Ini adalah bagian yang bersifat Descriptive, tetapi banyak orang yang lalu menjadikan hal ini sebagai rumus / hukum / norma dan mereka mengajar bahwa orang yang menerima / dipenuhi Roh Kudus harus berbahasa Roh / lidah. Ini jelas salah, karena mereka menggunakan bagian yang bersfat descriptive sebagai rumus / norma, seakan-akan itu adalah bagian yang bersifat didactic.
2) Ajaran tersebut tidak konsekwen karena mereka mengharuskan bahasa Rohnya saja, tetapi tidak mengharuskan adanya tiupan angin yang keras dan lidah-lidah api, yang jelas juga ada dalam bacaan itu (Kisah Para Rasul 2:2-3). Memang bahasa rohnya gampang dipalsukan, tetapi tiupan angin dan lidah api sukar / tidak dapat dipalsukan!
3) Ayat Kitab Suci tak boleh ditafsirkan sehingga bertentangan dengan ayat Kitab Suci yang lain. Kalau Kisah Para Rasul 2:1-4 ditafsirkan bahwa semua orang Kristen harus berbahasa roh, maka itu bertentangan dengan 1Korintus 12:7-11,28-30.
1Korintus 12:7-11,28-30 - “(7) Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. (8) Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. (11) Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya. ... (28) Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. (29) Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, (30) atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?”.
1Korintus 12:7-11,28-30 ini bersifat didactic dan mengajarkan bahwa hanya sebagian orang kristen yang menerima karunia bahasa Roh. Karena 1Kor 12:7-11,28-30 bersifat didacticmaka bagian inilah yang harus dianggap sebagai norma / hukum / rumus!
IV) Hendaklah kamu penuh dengan Roh Kudus.
1) Kata-kata ini merupakan suatu perintah!
2) Kata perintah itu ada dalam bentuk jamak.
Jadi ini ditujukan kepada semua orang Kristen, bukan orang Kristen tertentu saja. Juga kepenuhan Roh Kudus tersedia bagi semua orang Kristen.
3) Kata perintah itu ada dalam bentuk pasif.
Jadi Roh Kudus yang memenuhi, kita dipenuhi. Ini tidak berarti bahwa kita harus diam saja (pasif). Kita harus taat Firman Tuhan / membuang dosa, maka Roh Kudus akanmemenuhi kita.
Ilustrasi: saya jadi tamu di rumah saudara. Saudara hanya ijinkan saya di ruang tamu, atau serahkan kekuasaan atas seluruh rumah kepada saya.
Bagaimana kalau saudara suatu saat berbuat dosa dengan sengaja? Kepenuhannya berkurang. Tetapi apakah Roh Kudus keluar lagi dari diri saudara? Ada orang-orang yang mengajar demikian. Sehingga kita harus mengundang Yesus lagi, lalu Roh Kudus masuk lagi dan sebagainya.
Tetapi di atas saya sudah menunjukkan bahwa itu tidak mungkin. Roh Kudus diberikan satu kali untuk selama-lamanya.
Dalam Yohanes 14:16 Yesus berkata: “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya”.
Ibrani 13:5 - “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”.
Di atas kayu salib Yesus sudah terpisah dari BapaNya, yaitu pada saat Ia berteriak ‘AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’ (Matius 27:46). Ini menyebabkan, kalau kita percaya kepada Dia, kita didamaikan dengan Allah (Roma 5:1), dan kita tidak mungkin bisa pisah dengan Allah lagi.
Roma 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”.
Jadi kalau kita dosa, kepenuhan Roh Kudus bisa berkurang, tetapi Roh Kudus tidak keluar dari diri kita. Yang harus dilakukan hanyalah bertobat dari dosa, maka Roh Kudus akankembali memenuhi kita.
4) Kata perintah ini ada dalam bentuk present.
Dalam bahasa Yunani ada 2 macam kata perintah:
· Aorist Imperative (= kata perintah bentuk lampau).
Ini digunakan bila orang yang memerintah itu menginginkan perintahnya dilakukan satu kali saja. Contoh: kata ‘percayalah’ dalam Kis 16:31, kata ‘bertobatlah’ dan ‘hendaklah kamu memberi dirimu dibaptis’ dalam Kisah Para Rasul 2:38.
BACA JUGA: PENGERTIAN KHOTBAH EKSPOSITORI
· Present Imperative (= kata perintah bentuk present).
Ini digunakan bila orang yang memerintah itu menginginkan perintahnya dilakukan terus menerus. Contohnya adalah perintah untuk dipenuhi oleh Roh Kudus dalam Efesus 5:18b.
Jadi, berusahalah untuk terus menerus taat kepada Tuhan, supaya saudara terus dipenuhi dengan Roh Kudus.
KISAH PARA RASUL 2:1-4 (PENUH ROH KUDUS DAN BAPTISAN ROH KUDUS).
-AMIN-