PARA MURID YESUS, AMBISI DAN ANAK KECIL (LUKAS 9:46-48)
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
PARA MURID YESUS, AMBISI DAN ANAK KECIL (LUKAS 9:46-48). Lukas 9:46-48 - “(46) Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. (47) Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di sampingNya, (48) dan berkata kepada mereka: ‘Barangsiapa menyambut anak ini dalam namaKu, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.’”.
I) Pertengkaran Para murid karena ambisi.
Lukas 9: 46-47: “(46) Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. (47) Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di sampingNya,”.
1) Cerita versi Lukas berbeda / bertentangan dengan cerita versi Matius dan Markus?
Lukas 9: 46-47: “(46) Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. (47) Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di sampingNya,”.
Matius 18:1-2 - “(1) Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: ‘Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?’ (2) Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka”.
Markus 9:33-34 - “(33) Kemudian tibalah Yesus dan murid-muridNya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-muridNya: ‘Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?’ (34) Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.”.
a) Yang kelihatan berbeda / bertentangan antara ayat-ayat paralel ini adalah dalam persoalan urut-urutan.
1. Dalam Lukas 9:46-47, urut-urutannya adalah: mereka berdebat - Yesus tahu apa yang mereka perdebatkan - Yesus mengajar menggunakan anak kecil.
2. Dalam Matius 18:1-2, urut-urutannya adalah: murid-murid datang kepada Yesus dan bertanya - Yesus mengajar menggu¬nakan anak kecil.
3. Dalam Markus 9:33-34, urut-urutannya adalah: mereka berdebat - Yesus bertanya - mereka diam - Yesus mengajar menggunakan anak kecil.
Pengharmonisannya: Mungkin cerita lengkapnya adalah sebagai berikut:
a. Mereka berdebat tentang siapa yang terbesar.
b. Yesus tahu apa yang mereka perdebatkan.
c. Yesus bertanya apa yang mereka perdebatkan.
d. Mula-mula mereka diam (karena malu).
e. Lalu mereka menjelaskan dan menanyakan pandangan Yesus.
f. Yesus mengajar menggunakan anak kecil.
Lukas hanya menceritakan: a, b, f.
Matius hanya menceritakan: e, f.
Markus hanya menceritakan: a, c, d, f.
Ingat bahwa para penulis Injil tidak harus / wajib menceritakan setiap cerita secara lengkap. Mereka mempunyai tujuannya masing-masing, sehingga mereka menekankan bagian-bagian sesuai dengan tujuannya masing-masing.
b) Dimana Yesus meletakkan anak kecil itu?
Lukas 9:47 - “Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di sampingNya,”.
Matius 18:2 - “Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka”.
Markus 9:36 - “Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka:”.
Anak itu ditempatkan di samping Yesus (Lukas) atau di tengah-tengah mereka (Matius dan Markus)?
Saya kira ini bukan problem sama sekali. Keduanya bisa benar kalau Yesus juga ada di tengah-tengah mereka / para murid.
2) Mengapa para murid tahu-tahu mempertengkarkan siapa yang terbesar dari antara mereka?
Ada beberapa kemungkinan:
a) Kalau dilihat urut-urutan dalam Injil Matius maka sebelum Mat 18:1 ini Matius banyak menceritakan bagian-bagian yang menekankan / menonjolkan Petrus, seperti:
1. Matius 14:28-29 - Petrus berjalan di atas air.
2. Matius 15:15 - Petrus bertanya tentang ajaran yang sukar.
3. Matius 16:16-20 - Pengakuan Petrus tentang ke-Mesias-an Yesus.
4. Matius 17:1-13 - Petrus ikut ke gunung bersama Yesus.
5. Matius 17:24-27 - Yesus membayar pajak untuk diriNya dan Petrus.
Semua ini bisa menimbulkan kesan bahwa Matius menganggap Petrus sebagai murid / rasul yang terbesar. Tetapi dengan adanya perde¬batan di antara murid-murid tentang hal ini, jelaslah bahwa murid-murid tidak menganggap bahwa Petrus adalah yang terbesar. Dan dari jawaban Yesus di sini, jelaslah bahwa Yesus sendiripun tidak beranggapan bahwa Petrus adalah yang terbesar.
Dari semua ini jelaslah bahwa Kitab Suci memang tidak mengajarkan adanya satu manusia yang terbesar (paling tinggi pangkatnya) dalam gereja Tuhan!
Jadi, sangat tidak beralasan untuk menganggap Petrus sebagai Paus pertama seperti yang diajarkan / dipercaya oleh Gereja Roma Katolik!
Matthew Henry (tentang Matius 18:1-dst): “We have abundant reason to think, that if Christ ever intended that Peter and his successors at Rome should be heads of the church, and his chief vicars on earth, having so fair an occasion given him, he would now have let his disciples know it; but so far is he from this, that his answer disallows and condemns the thing itself. Christ will not lodge such an authority or supremacy any where in his church; whoever pretend to it are usurpers; instead of settling any of the disciples in this dignity, he warns them all not to put in for it.” [= Kita mempunyai banyak alasan untuk berpikir, bahwa jika Kristus pernah memaksudkan bahwa Petrus dan para penggantinya di Roma harus menjadi kepala-kepala dari Gereja, dan wakil-wakil utamaNya di bumi, pada waktu mendapat suatu kesempatan yang begitu bagus yang diberikan kepadaNya, sekarang Ia akan sudah membiarkan murid-muridNya mengetahuinya; tetapi begitu jauh Ia dari hal ini, sehingga jawabanNya tidak mengijinkan dan mengecam hal itu sendiri. Kristus tidak akan mengajukan / menyediakan otoritas atau keunggulan / supremasi seperti itu dimanapun dalam gerejaNya; siapapun yang mengclaimnya adalah perebut-perebut kuasa; alih-alih menentukan murid yang manapun dalam martabat ini, Ia memperingatkan mereka semua untuk tidak mengajukan untuk ini.].
b) Barclay mengatakan bahwa ada seseorang yang mengatakan bahwa pertengkaran ini muncul karena Yesus membawa hanya 3 orang muridNya untuk naik ke gunung. Sembilan murid yang lain menjadi iri hati, dan ini yang memicu pertengkaran ini.
c) Nubuat Yesus tentang kebangkitanNya.
Calvin mengatakan bahwa nubuat Yesus tentang kebangkitanNya membuat mereka kembali memikirkan kerajaan duniawi dari sang Mesias, dan mereka berebut untuk mendapatkan kedudukan tertinggi.
Catatan: pada waktu kita membahas nubuat Yesus tentang kematian dan kebangkitanNya, memang ada yang mengatakan bahwa mereka menjadi sedih karena mereka hanya memperhatikan kematianNya saja dan tidak memperhatikan kebangkitanNya. Tetapi kelihatannya Calvin mempunyai pandangan yang berbeda.
3) Perdebatan para murid-murid ini (bdk. Lukas 9:46) jelas adalah sesuatu yang berdosa! Mengapa? Karena perdebatan itu menunjukkan adanya ambisi dalam diri mereka untuk menjadi yang terbesar. Karena itulah maka mereka terdiam ketika Yesus menanyakan apa yang mereka perdebatkan (Markus 9:34).
Sikap Kristen yang seharusnya adalah seperti dalam text ini:
Filipi 2:1-7 - “(1) Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, (2) karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, (3) dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; (4) dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.
4) Beberapa hal tentang ambisi.
a) Ambisi bisa terjadi dalam bermacam-macam hal, baik hal-hal yang bersifat jasmani / duniawi (misalnya: ambisi untuk menjadi kaya, terke¬nal, kedudukan tinggi dsb), maupun dalam hal-hal yang bersifat rohani (misalnya: ingin menjadi orang kristen yang paling mengerti Kitab Suci / Firman Tuhan, ingin menjadi jemaat yang paling rajin, ingin menjadi orang yang memberi persembahan paling besar, ingin menjadi pengkhotbah top dsb).
b) Ambisi adalah sesuatu yang berbahaya karena akan menyeret kita ke dalam dosa-dosa yang lain!
Dalam cerita yang kita bahas hari ini ambisi itu menyeret para murid ke dalam pertengkaran! Pada saat dimana mereka seharusnya memikirkan perang rohani yang harus mereka lakukan, dan yang seharusnya mereka lakukan dalam kesatuan, mereka justru bertengkar untuk memperebutkan tempat tertinggi! Calvin mengatakan bahwa ini seperti tentara yang belum bekerja / berperang, tetapi sudah memikirkan tentang upah dan kehormatan yang akan menjadi milik mereka.
Dan perhatikan kapan hal itu terjadi? Setelah Yesus menubuatkan penderitaan dan kematianNya, yang pada saat itu membuat para murid menjadi sangat sedih. Tetapi tahu-tahu ambisi mereka muncul, dan mereka melupakan hal yang tadinya menyedihkan mereka itu, dan lalu bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka.
Ambisi untuk kaya bisa membuat kita melakukan kejahatan apapun untuk menjadi kaya, termasuk korupsi, mencuri, merampok, membunuh, menjadi pengedar narkoba, bahkan melacurkan diri! Dan yang paling jahat dari semua, menyalah-gunakan gereja atau mendirikan gereja untuk tujuan mendapatkan kekayaan!!!
Ambisi untuk mempunyai kedudukan yang lebih tinggi / tertinggi bisa menyebabkan kita bahkan menggunakan kuasa gelap / dukun.
Ambisi untuk menjadi seseorang yang top secara rohani bisa membuat kita memfitnah hamba-hamba Tuhan yang lain, supaya kita terlihat lebih baik dari mereka.
Ambisi untuk mempunyai gereja yang besar dan jemaat yang banyak, bisa membuat kita menghalalkan cara apapun untuk mencapai hal itu. Misalnya mengadakan acara makan setiap hari kebaktian, atau membagi-bagikan sembako setelah kebaktian, dan sebagainya.
Ambisi untuk mempunyai banyak gelar theologia, bisa menyebabkan seorang pendeta berusaha mendapatkan gelar-gelar itu tak peduli apapun caranya, apakah dengan membelinya dari orang-orang yang tak bertanggung jawab, atau menempuh ‘jalan tol’ (by pass), dan sebagainya! Itu salah satu alasan mengapa sekarang sangat banyak master-master dan doktor-doktor theologia yang tidak tahu apa-apa tentang Alkitab!
c) Tuhan selalu tahu ambisi apa yang ada dalam diri kita.
Dalam Lukas 9:47 dikatakan ‘Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka’.
Pasti mereka bertengkar secara diam-diam, tetapi Yesus toh mengetahuinya. Kita bisa saja berusaha mati-matian untuk menyembunyikan ambisi itu, dan manusia tak ada yang mengetahuinya, tetapi kemahatahuan Yesus tidak memungkinkan kita menyembunyikan apapun dari diriNya.
Karena itu, periksalah diri saudara! Ambisi apa yang ada dalam diri saudara? Mintalah ampun kepada Tuhan dan mintalah supaya Tuhan membuang ambisi-ambisi yang tidak sesuai kehendakNya itu.
d) Ada ambisi yang bagus, yaitu ambisi untuk menyenangkan dan memuliakan Tuhan!
Seharusnya semua orang Kristen berkonsentrasi untuk hal ini!
Calvin (tentang Matius 18:4): “And hence we may obtain a short definition of humility. That man is truly humble who neither claims any personal merit in the sight of God, nor proudly despises brethren, or aims at being thought superior to them, but reckons it enough that he is one of the members of Christ, and desires nothing more than that the Head alone should be exalted.” [= Dan karena itu kita bisa mendapatkan suatu definisi yang singkat tentang kerendahan hati. Orang itu benar-benar rendah hati yang tidak mengclaim jasa pribadi apapun dalam pandangan Allah, atau dengan sombong memandang rendah / hina saudara-saudara, atau mempunyai tujuan untuk dianggap superior terhadap mereka, tetapi menganggapnya cukup bahwa ia adalah salah satu dari anggota-anggotaKristus, dan tidak menginginkan apapun lebih dari pada bahwa sang Kepala saja yang harus ditinggikan.].
Bandingkan dengan kata-kata Yohanes Pembaptis dalam Yohanes 3:30 - “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”.
II) Yesus mengajar kerendahan hati dengan menggunakan seorang anak.
Lukas 9: 47-48: “(47) Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di sampingNya, (48) dan berkata kepada mereka: ‘Barangsiapa menyambut anak ini dalam namaKu, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.’”.
1) Yesus mengambil seorang anak kecil; siapa anak kecil itu?
Tradisi mengatakan bahwa anak itu adalah Ignatius (bishop di Antiokhia yang mati syahid pada tahun 107 M pada jaman pemerintahan Kaisar Trajan). Ignatius mempunyai julukan THEO¬PHOROS / THEOPHORUS yang berarti ‘God carried’ [= Allah membawa / menggendong] dan tradisi lalu berkata bahwa ia mendapat julukan itu, karena Yesus memeluk / menggendongnya di sini.
Ada juga yang menganggap bahwa anak itu adalah anaknya Petrus.
Pulpit Commentary (tentang Lukas 9:46-47): “St. Mark mentions that this teaching was ‘in the house,’ and commentators have suggested, with some probability, that the house was St. Peter’s, and the child one of his. Clement of Alexandria (‘Stromata,’ iii. 448, B) especially mentions that this apostle had children.” [= Santo Markus menyebutkan bahwa pengajaran ini ada ‘di rumah’, dan para penafsir telah mengusulkan, dengan suatu kemungkinan, bahwa rumah itu adalah rumah Santo Petrus, dan anak itu adalah salah satu dari anak-anaknya. Clement dari Alexandria (‘Stromata’, iii. 448, B) secara khusus menyebutkan bahwa rasul ini mempunyai anak-anak.].
Markus 9:33 - “Kemudian tibalah Yesus dan murid-muridNya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-muridNya: ‘Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?’”.
Markus adalah satu-satunya Penginjil yang menuliskan ‘di rumah’, juga ia adalah satu-satunya yang mengatakan bahwa Yesus memeluk anak itu.
Markus 9:36 - “Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka:”.
Pulpit Commentary (tentang Lukas 9:46-47): “St. Mark tells us how Jesus folded his arms round the little creature in loving fondness. If the child, as above suggested, was Peter’s own, such an incident as that embrace would never have been forgotten by the father, and would, of course, find a place in the memoir of his faithful disciple Mark.” [= Santo Markus memberitahu kita bagaimana Yesus merangkulkan lenganNya di sekeliling makhluk kecil itu dengan kasih sayang. Jika anak itu, seperti diusulkan di atas, adalah anak Petrus sendiri, peristiwa pelukan seperti itu tidak akan pernah dilupakan oleh sang ayah, dan tentu saja akan mendapatkan suatu tempat dalam ingatan dari muridnya yang setia, Markus.].
Catatan: saya memberi 2 kutipan di atas ini, sebetulnya bukan untuk mencari tahu atau ingin memastikan siapa anak itu, tetapi untuk menunjukkan adanya 2 hal dalam cerita ini yang hanya dituliskan oleh Markus, yang membuktikan bahwa Markus tidak meringkas dari Matius.
Siapa anak itu, adalah sesuatu yang tidak bisa dipastikan, dan disamping itu, hal itu juga sama sekali tidak penting. Yang penting adalah apa yang Yesus ajarkan dengan menggunakan anak itu!
2) Yesus memakai anak itu sebagai simbol kerendahan hati, dan untuk mengajarkan kerendahan hati.
Matius 18:3-4 - “(3) lalu berkata: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. (4) Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.”.
a) Ini tentu tidak berarti bahwa anak kecil itu suci.
Memang harus diakui bahwa anak itu, sebagai keturunan Adam, adalah anak yang lahir dalam dosa dan mempunyai kecondongan pada dosa, dan karena itu pasti mempunyai benih-benih kesombongan dalam dirinya. Tetapi bagaimanapun juga, Yesus menggunakan anak kecil ini sebagai simbol kerendahan hati, karena dibandingkan dengan orang dewasa, anak kecil adalah seseorang yang rendah hati, dan pasti tidak ambisius. (Catatan: anak berusia 8-10 tahun jelas bisa saja sudah sombong, tetapi kalau anak itu berusia 3-4 tahun, sekalipun benih-benih kesombongan ada dalam dirinya, tetapi pasti belum dimanifestasikan keluar).
b) Yesus berkata bahwa mereka (juga kita) harus ‘bertobat menjadi seperti anak kecil ini’ (Matius 18:3).
1. Ini menunjukkan bahayanya kesombongan dan ambisi, dan keharusan mereka / kita untuk bertobat dari hal itu.
Matthew Henry (tentang Mat 18:1-dst): “Our Lord designs here to show the great danger of pride and ambition; whatever profession men make, if they allow themselves in this sin, they will be rejected both from God’s tabernacle and from his holy hill. Pride threw the angels that sinned out of heaven, and will keep us out, if we be not converted from it.” [= Di sini Tuhan kita bermaksud untuk menunjukkan bahaya yang besar dari kesombongan dan ambisi; apapun pengakuan yang manusia buat, jika mereka mengijinkan diri mereka sendiri dalam dosa ini, mereka akan ditolak baik dari Kemah Suci Allah dan dari gunungNya yang kudus. Kesombongan melemparkan malaikat-malaikat yang berdosa keluar dari surga, dan akan mencegah kita di luar (surga), jika kita tidak bertobat darinya.].
Catatan: Bandingkan bagian yang saya garis-bawahi dengan Mazmur 24:3-4 - “(3) ‘Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempatNya yang kudus?’ (4) ‘Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.”.
KJV: ‘who hath not lifted up his soul unto vanity,’ [= yang tidak mengangkat / meninggikan jiwanya pada kesia-siaan,].
2. Yesus berkata kita harus menjadi seperti anak kecil.
a. Ini tidak berarti bahwa kita harus bersikap kekanak-kanakan (childish)!
b. Ini juga tidak berarti bahwa DALAM SEGALA HAL, kita harus menjadi seperti anak kecil! Dalam 1Kor 14:20, Paulus berkata: “Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!”.
c. Penekanan Yesus adalah bahwa kita harus menjadi seperti anak kecil dalam kerendahan hati. Ini terlihat dari kata-kata ‘meren¬dahkan diri’ dalam Mat 18:4.
NIV/NASB: ‘humbles himself’ [= merendahkan dirinya sendiri].
3) Yesus berkata bahwa orang yang merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, ialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga (Matius 18:4).
Mat 18:4 merupakan jawaban atas pertanyaan murid-murid dalam Matius 18:1.
Mat 18:1,4 - “(1) Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: ‘Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?’ ... (4) Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.”.
Bandingkan dengan Lukas 9:48 dan Markus 9:35.
Luk 9:48b - “dan berkata kepada mereka: ‘Barangsiapa menyambut anak ini dalam namaKu, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.’”.
Mark 9:35b - “Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. KataNya kepada mereka: ‘Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.’”.
Calvin (tentang Mat 18:5): “Christ enjoins that the more a man abases himself, the more highly shall he be honored. Such, too, is the import of the words given by Luke, ‘he that is least among you shall be great;’ for our Lord does not enjoin us to think more highly of those who justly deserve to be despised, but of those who divest themselves of all pride, and are perfectly willing to occupy the lowest place.” [= Kristus mengajar bahwa makin seseorang merendahkan dirinya sendiri, makin tinggi ia akan dihormati. Demikian juga arti dari kata-kata yang diberikan oleh Lukas, ‘ia yang terkecil di antara kamu akan menjadi besar’; karena Tuhan kita tidak mengajar kita untuk menganggap / berpikir dengan lebih tinggi tentang mereka yang secara benar layak untuk direndahkan, tetapi tentang mereka yang melepaskan dirinya sendiri dari semua kesombongan, dan rela secara sempurna untuk menempati tempat yang terendah.].
Jelas bahwa penilaian Yesus tentang besar tidaknya seorang manusia, berbeda sekali dengan penilaian manusia pada umumnya. Manusia biasanya beranggapan bahwa orang yang besar / hebat adalah orang yang kaya, berkedudukan tinggi, pandai, punya kemampuan-kemampuan / karunia-karunia yang hebat, dan sebagainya. Bahkan orang Kristen biasanya beranggapan bahwa pendeta yang hebat adalah pendeta yang mempunyai gereja yang besar, jemaat yang banyak, gelar yang tinggi, dan sebagainya. Tetapi Yesus beranggapan bahwa orang yang besar adalah orang yang rendah hati yang mau melakukan pelayanan yang rendah di tempat yang rendah!
Karena itu berhati-hatilah dengan kehidupan saudara, supaya saudara jangan sekedar dianggap besar / hebat oleh manusia, tetapi dianggap tidak berarti oleh Tuhan!
Kata-kata Yesus ini pasti berhubungan dengan pelayanan.
Barclay (tentang Lukas 9:46-48): “There are so many wrong motives for service. (1) There is the desire for prestige. ... when we work for God, prestige will be the last thing that enters into our mind, for we will know that even our best is not good enough for him. (2) There is the desire for place. If we are given a task or a position or an office in the Church, we should regard it not as an honour but as a responsibility. There are those who serve within the Church, not thinking really of those they serve, but thinking of themselves. ... To be chosen for office is to be set apart for service, not elevated to honour. (3) There is the desire for prominence. Many people will serve or give so long as their service and their generosity are known and they are thanked and praised. It is Jesus’ own instruction that we should not let our left hand know what our right hand is doing. If we give only to gain something out of the giving for ourselves, we have undone much of its good.” [= Ada begitu banyak motivasi yang salah untuk pelayanan. (1) Ada keinginan untuk gengsi. ... pada waktu kita bekerja untuk Allah, gengsi adalah hal terakhir yang masuk ke dalam pikiran kita, karena kita tahu bahwa bahkan yang terbaik dari kita tidaklah cukup baik untuk / bagi Dia. (2) Ada keinginan untuk tempat. Jika kita diberi suatu tugas atau suatu posisi / kedudukan atau suatu jabatan dalam Gereja, kita harus menganggapnya bukan sebagai suatu kehormatan tetapi sebagai suatu tanggung jawab. Ada orang-orang yang melayani di dalam Gereja, yang tidak sungguh-sungguh memikirkan tentang mereka yang mereka layani, tetapi memikirkan tentang diri mereka sendiri. ... Dipilih untuk jabatan berarti dipisahkan untuk pelayanan, bukan diangkat / ditinggikan pada kehormatan. (3) Ada keinginan untuk keunggulan / ke-terkemuka-an. Banyak orang mau melayani atau memberi selama pelayanan mereka dan kemurahan hati mereka diketahui dan mereka diberi ucapan terima kasih dan pujian. Merupakan ajaran Yesus sendiri bahwa kita tidak boleh membiarkan tangan kiri kita tahu apa yang tangan kanan kita sedang lakukan. Jika kita memberi hanya untuk mendapatkan sesuatu dari pemberian itu untuk diri kita sendiri, kita telah merusak / menghancurkan banyak dari kebaikannya.].
4) Yesus mengajar untuk menyambut seorang anak kecil dalam namaNya.
Lukas 9:48a - “dan berkata kepada mereka: ‘Barangsiapa menyambut anak ini dalam namaKu, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku.”. Ini = Mark 9:37.
Matius 18:5 - “Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu, ia menyambut Aku.’”.
a) Menyambut anak kecil dalam nama Yesus.
Apa artinya? Tentu ini tidak berarti bahwa kita harus menyambut seorang anak kecil sambil mengucapkan kata-kata ‘dalam nama Yesus’! Tetapi ini berarti bahwa kita harus menerima / menyambut seorang anak ‘demi / karena Yesus’. Jadi, bukan sekedar karena kasihan, atau karena anak itu lucu, atau karena saudara senang pada anak kecil, tetapi karena / demi Yesus.
Albert Barnes menganggap bahwa orang yang seperti anak itu adalah orang Kristen.
Barnes’ Notes (tentang Mat 18:5): “‘And whoso shall receive one such little child.’ That is, whoso shall receive and love one with a spirit like this child - one who is humble, meek, unambitious, or a real Christian.” [= ‘Dan barangsiapa menerima seorang anak kecil seperti ini’. Artinya, siapapun menerima dan mengasihi orang dengan suatu roh / kecondongan seperti anak ini - orang yang rendah hati, lembut, tidak ambisius, atau orang Kristen yang sejati.].
The Bible Exposition Commentary (tentang Mat 18:5): “When we welcome a child (or a Christian believer), - we welcome Christ (Matt 18:5).” [= Pada waktu kita menyambut / menerima seorang anak (atau seorang percaya Kristen), - kita menyambut / menerima Kristus (Matius 18:5).].
b) Yesus berkata bahwa menyambut seorang anak (orang Kristen) dalam nama Yesus berarti menyambut Yesus sendiri. Ini menekankan kesatuan Yesus dengan orang per¬caya, sehingga sikap / tindakan kita kepada orang percaya disamakan dengan sikap / tindakan kita kepada Kristus.
Bandingkan dengan ayat-ayat ini:
Matius 10:40-42 - “(40) Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. (41) Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. (42) Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.’”.
Matius 25:40,45 - “(40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. ... (45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.”.
Kis 9:4-5 - “(4) Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: ‘Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?’ (5) Jawab Saulus: ‘Siapakah Engkau, Tuhan?’ KataNya: ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu.”.
Kesimpulan.
Mari kita berusaha membuang semua kesombongan / ambisi, dan menjadi seperti seorang anak kecil dalam hal itu. Maukah saudara? Tuhan memberkati saudara sekalian.
-AMIN-