APAKAH MENGGUNAKAN NAMA YAHWEH MERUPAKAN SYARAT KESELAMATAN ?
Pdt. Samuel T. Gunawan,M.Th .
APAKAH MENGGUNAKAN NAMA YAHWEH MERUPAKAN SYARAT KESELAMATAN ?(Sebuah jawaban terhadap pandangan teologis Rev. DR. Yakub Sulityo, S.Th.,MA bahwa orang-orang yang menolak memakai penggunaan nama Yahweh tidak diselamatkan.
Salah satu kekeliruan fatal dari kelompok tertentu dalam gerakan Yahweisme adalah pernyataan bahwa orang-orang Kristen yang tidak memanggil nama YAHWEH tidak diselamatkan.
Saya tidak keberatan dan juga tidak melarang para penganut Yahweisme memakai nama YAHWEH untuk memanggil nama Tuhan. Tetapi mewajibkan pemakaian nama itu merupakan sebuah kekeliruan, apalagi jika menjastifikasi bahwa orang-orang Kristen yang tidak memanggil nama Tuhan dengan nama YAHWEH tidak diselamatkan seperti yang disampaikan oleh Rev. Dr. Yakub Sulistyo, S.Th.,MA dalam khotbahnya yang berjudul “Benarkah Tulisan Asli Perjanjian Baru Ditulis Dalam Bahasa Yunani” yang disampaikan di Gereja Yakin Hidup Sukses (YHS) pada tanggal 27 Agustus 2017.
Pernyataan seperti itu bukan hanya keliru sudah dikategorikan sesat (Link Video: https://www.youtube.com/watch?v=IZ16diztngw). Paulus Daun memberikan kriteria atau ciri-ciri ajaran sesat sebagai berikut: (1) Mengemukakan kebenaran baru; (2) Mengemukakan penafsiran baru; (3) Mengemukakan sumber otoritas non Alkitabih; (4) Mengemukakan Yesus yang lain; (5) Mengemukakan doktrin non ortodoks; (6) Mengemukakan kepalsuan; (7) Mengkultuskan (memuja) pemimpinnya. Berikut ini tanggapan saya terhadap kekeliruan pandangan teologis Rev. Dr. Yakub Sulistyo, S.Th.,MA tersebut di atas.
1. Menghubungkan keselamatan dengan menggunakan nama YAHWEH sebagai syaratnya bukan hanya salah tetapi sudah sesat. Mengapa? Karena jelas bahwa itu menunjuk pada ajaran keselamatan karena perbuatan baik dan ini bertentangan dengan pernyataan banyak ayat dalam Alkitab. Keselamatan itu semata-mata adalah anugerah Allah, yang artinya, tidak ada sedikitpun melibatkan jasa dan usaha manusia.
Pernyataan rasul Paulus yang tegas dalam Efesus 2:8-9, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”. Kita tidak mempercayai keselamatan karena perbuatan-perbuatan baik ataupun karena iman ditambah perbuatan baik, tetapi hanya karena anugerah oleh iman.
Charles F. Baker menyatakan, “siapapun yang percaya terhadap ajaran tentang pembenaran oleh perbuatan dalam bentuk yang mana pun tentu secara logis akan percaya bahwa ia harus menunggu hingga akhir hanyatnya barulah dapat mengetahui apakah ia sudah cukup berbuat untuk memperolah keselamatan”. Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan itu berpusat pada karya pendamaian Kristus.
Kristosentris atau sentralitas Kristus lebih dari sekedar prinsip penafsiran Alkitab. Yesus Kristus sendiri adalah inti dari keselamatan itu. Keselamatan adalah Kristus, dan mengalami keselamatan berarti mengalami Kristus. Kristus adalah keselamatan kita dan memberikan diriNya bagi kita sebagai keselamatan kita. Di Dalam Kristus kita menerima kepenuhan Allah. Dia adalah kehidupan, kekuatan, damai sejahtera, dan sukacita kita. Dia adalah hikmat, kebenaran, pengudusan, dan penebusan kita. Dia lah hidup kekal bagi kita (1 Yohanes 5:12).
Semua keberadaanNya menjadi milik kita pada saat kita menerimaNya dengan iman. Alkitab mengatakan, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” (Yohanes 1:12).
Dan lagi, “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32). Kekristenan adalah seorang Pribadi, dan pengalaman keselamatan adalah mengalami pribadi Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.
Kebenaran inti dari Kekistenan ini merupakan hal yang paling signifikan bagi doktrin Alkitab yang sehat dan bagi kehidupan Kristen yang sejati. Hal itulah yang melindungi kita dari ajaran yang keliru dan membuat kehidupan kita terkait pada Kristus, mengidentifikasikan diri kepada Kristus, bergantung kepada Kristus, dan berpusat kepada Kristus serta menghormati Kristus. Dia akan menjadi segala-galanya dalam pengalaman kita dan dalam kehidupan kita.
Yesus Kristus merupakan sentralitas dalam Kekristenan sebagaimana yang dinyatakan oleh Michael Eaton, “Kekristenan adalah Kristus! Iman Kristen bukan sebuah buku, Ia bukan sebuah filosofi. Ia bukan sebuah pengalaman. Ia bukan sebuah program tindakan. Iman Kristen terutama dan pertama-tama adalah tentang seorang Pribadi, Tuhan kita Yesus Kristus, Anak Allah”.
2. Keselamatan seluruhnya hanyalah oleh anugerah. Alkitab menyatakan fakta mengenai manusia yang berdosa, moralnya yang rusak total secara alamiah, dan keadaannya yang digelapkan, diperbudak, serta terasing. Terhadap hal ini Alkitab secara teguh berpegang pada doktrin tentang dosa serta keasalah asali dan keadaan manusia yang terhilang (Roma 3:9-24).
Keselamatan itu semata-mata adalah anugerah Allah, yang artinya, tidak ada sedikitpun melibatkan jasa dan usaha manusia. Pernyataan rasul Paulus yang tegas dalam Efesus 2:8-9, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”. Kita tidak mempercayai keselamatan karena perbuatan-perbuatan baik ataupun karena iman ditambah perbuatan baik, tetapi hanya karena anugerah oleh iman.
R.C. Sproul menyatakan, “deklarasi utama dari reformasi adalah sola gratia, yaitu keselamatan hanya merupakan anugerah Allah semata-mata”. Anugerah adalah kemurahan (perlakuan istimewa) yang tidak layak kita diterima, tidak diupayakan, dan tidak diterima karena jasa. Istilah “anugerah” disebut juga kasih karunia (grace) adalah pemberian Allah yang tidak selayaknya diberikan kepada kita karena kita memang tidak layak untuk menerimanya.
Jadi, seseorang masuk surga bukan karena kebaikan, kepatuhan, ataupun jasa-jasanya melainkan karena ia telah menerima anugerah hidup kekal dalam Kristus. Anugerah hidup kekal itu dapat dimiliki hanya karena keberadaannya “dalam Kristus”.
Frase “dalam Krisus” adalah terjemahan Yunani “en Christō” yang muncul sekitar tujuh puluh kali di dalam surat-surat rasul Paulus, dan dua kali dalam surat Petrus (1 Petrus 3:16; 5:14).
Misalnya, rasul Paulus mengatakan, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus (en Christō), ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Korintus 5:17); “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus (en Christō) Yesus” (Roma 8:1); “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus (en Christō) telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Efesus 1:3-4); “Tetapi sekarang di dalam Kristus (en Christō) Yesus kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus” (Efesus 2:13).
3. Keselamatan hanya diterima dengan iman. Perjanjian Baru lebih banyak menyebutkan tentang iman ini. Kata benda Yunani “πιστις-pistis” digunakan 243 kali dan selalu diterjemahkan dengan “iman (faith)”. Kata kerja “πιστευω-pisteuô” muncul sebanyak 246 kali dan selalu diterjemahkan dengan “percaya (believe). Pada saat kata “iman” dan “percaya” digunakan muncul dalam Perjanjian Baru pada umumnya merupakan terjemahan dari kata pistis dan pisteuô tersebut.
Charles F. Beker menyebutkan beberapa pengertian yang di dalamnya iman digunakan, yaitu:
(1) Dalam arti luas, iman adalah keyakinan benar. Kita mempercayai hal yang kita anggap benar;
(2) Iman adalah hal menaruh kepercayaan. Kata dalam bahasa Yunani untuk iman berarti diyakinkan bahwa sesuatu atau seseorang dapat dipercaya. Keabsahan subjektif dalam menilai keyakinan memiliki tiga tingkat, yaitu: pendapat, kepercayaan, dan pengetahuan. Pendapat merupakan penilaian secara sadar yang tidak memadai baik secara subjektif maupun objektif. Kepercayaan memadai secara subjektif, tetapi diakui tidak memadai secara subjektif. Sedangkan pengetahuan memadai secara subjektif maupun objektif;
(3) Iman adalah keyakinan yang lebih kuat daripada pendapat tetapi lebih lemah daripada pengetahuan; Iman didasarkan pada pengetahuan.
Kita tidak mungkin mempercayai hal yang tidak kita ketahui. Iman harus mempunyai objek. Kita tidak dapat beriman terhadap hal-hal yang tidak ada dengan kata lain hal yang tidak ada tidak dapat menjadi objek iman (Bandingkan Roma 10:14). Penekanan yang diberikan kepada iman dan percaya harus dilihat dengan latar belakang karya penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus.
Gagasan bahwa Allah mengutus AnakNya menjadi Juruselamat dunia merupakan inti Perjanjian Baru. Yesus Kristus melakukan karya penyelamatan manusia melalui kematianNya yang mendamaikan manusia dengan Allah di salibNya.
Iman ialah sikap yang didalamnya seseorang melepaskan andalan pada segala usahanya sendiri untuk mendapatkan keselamatan, baik berupa kebajikan, kebaikan susila atau apa saja, kemudian sepenuhnya mengandalkan Yesus Kristus, dan mengharap hanya dari Dia segala sesuatu yang dimaksud oleh “keselamatan”.
Sewaktu kepala penjara di Filipi bertanya, “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat supaya aku selamat?”. Dijawab oleh Paulus dan Silas tanpa ragu-ragu, ”Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat” (Kisah Para Rasul 16:30; bandingkan Yohanes 3:16).
Jadi iman adalah satu-satunya jalan, melalui mana manusia beroleh keselamatan. Perhatikanlah bahwa pernyataan klasik “tê gar khariti este sesôsmenoi dia tês pisteôs” yang diterjemahkan “Sebab adalah karena kasih karunia kamu telah diselamatkan melalui iman”, menunjukkan bahwa kita menerima anugerah Allah itu hanya dengan percaya kepada Yesus Kristus.
Rasul Petrus dengan tegas mengatakan, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kisah Para Rasul 4:12). Banyak ayat dalam Alkitab menegaskan bahwa tanggung jawab manusia untuk diselamatkan hanya percaya (Yohanes 1:12; 3:16,18,36; 5;24; 11:25-26; 12:44; 20:31; Kisah Para Rasul 16:31; 1 Yohanes 5:13, dan lainnya). Tetapi, “apakah percaya itu?” Iman yang dimaksud oleh Yohanes dalam Injilnya adalah “aktivitas yang membawa manusia menjadi satu dengan Kristus”, dan ini diterima pada saat lahir baru (regenerasi).
4. Memanggil nama YAHWEH saja tidak menjamin seseorang diselamatkan. Perhatikan penegasan Yesus dalam Matius 7:21-23. Dikatakan dalam ayat tersebut demikian, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7:21-23). Berikut ini penjelasan saya terhadap maksud dari ayat-ayat tersebut.
(1) Kesalahan menafsirkan Matius 7:22-23 ini seringkali terjadi karena penafsir Alkitab terjebak pada terjemahan Alkitab yang melakukan pemisahan ayat 21-23 dari ayat 15-20. Padahal Matius 7:15-23 seharusnya merupakan suatu kesatuan, bukan terpisah seperti yang dilakukan oleh beberapa terjemahan Alkitab saat ini. Jadi ketika membahas Matius Matius 7:21-23 maka pembahasan itu secara konteks tidak boleh dilepaskan dari ayat sebelumnya, khusus konteks paling dekat di Matius 7:15-20.
Kontek Matius 7:15-23 ini menjelaskan bahwa Kristus sedang berbicara tentang kewaspadaan terhadap “nabi-nabi palsu” yang berusaha mengelabui orang-orang percaya dengan cara penyamaran atau pemalsuan. Pemalsuan adalah upaya untuk menyerupai yang asli tetapi tidak memiliki mutu atau kualitas seperti aslinya. Kata Yunani “pseudoprophētōn” berarti “nabi-nabi yang menyampaikan pesan berisi kebohongan”. Hal ini nyata dari kata-kata Tuhan Yesus bahwa nabi-nabi palsu itu “menyamar seperti domba”.
Frase Yunani “en endumasion probaton“ diterjemahkan dengan tepat dalan NIV “in sheep’s clothing (dalam berpakaian domba)”. Kata lain untuk “palsu” adalah “tiruan atau imitasi”. Karena itu, Yesus memulai peringatanNya dengan “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas” (Matius 7:15).
Kata “waspadalah” dalam ayat tersebut adalah kata Yunani “prosekhete” merupakan bentuk present imperatif orang kedua jamak dari kata Yunani “prosekho”. Secara leksikal kata ini dapat diterjemahkan dengan “berhati-hatilah” atau “perhatikanlah dengan seksama”. Secara gramatika, bentuk imperatifnya menunjukkan keseriusan dari perintah ini, sedang present tense-nya menunjukkan sikap kewaspadaan yang harus terus menerus dilakukan terhadap nabi-nabi palsu.
(2) Istilah Tuhan merupakan terjemahan dari kata Yunani “Kurios” artinya “Tuhan atau Tuan”. Di dalam Septuaginta (Perjanjian Lama terjemahan Yunani), lebih dari 6000 kali kata “Kurios” diterjemahkan dari kata Ibrani “YAHWEH”, yaitu sebagai nama diri Allah. Sedang dalam Perjanjian Baru, kata “Kurios” digunakan sebanyak 718 kali, terbanyak dalam tulisan Paulus (275 kali), menyusul Lukas (201 kali), dan siasanya oleh para penulis Perjanjian Baru lainnya (242).
Kata ”Kurios menyatakan otoritas dan supremasi. Bila berkenaan dengan Allah, kata “Kurios” ini menyatakan “KekhalikanNya, kuasaNya yang dinyatakan dalam sejarah, dan kuasaNya atas alam semesta”.
Menurut Henry C. Thessen, dalam Perjanjian Baru Istilah Yunani untuk Tuhan (Kurios) dipakai dalam empat cara, yaitu :
(1) Untuk menujuk kepada Allah Bapa (Matius 4:7; 11:25; Lukas 2:29; Kisah Para Rasul 17:24; Roma 4:8; 2 Korintus 6:17-18; Wahyu 4:8);
(2) Untuk menunjukkan rasa hormat (Matius13:27; 21:29; 27:63; Lukas 13:8; Yohanes 12:21);
(3) Sebagai nama untuk seorang majikan atau pemilik (Matius 20:8; Lukas 12:46; Yohanes 15:15; Kolose 4:1);
(4) Sebagai sebutan bagi Kristus (Matius 7:22; 8:2; 14:28; Markus 7:28). Di dalam Perjanjian Baru, gelar Tuhan (Kurios) yang sering dipakai untuk Yesus merupakan terjemahan dari kata Ibrani “YAHWEH”.
Menurut Kevin J. Conner, nama “YAHWEH” adalah kata Ibrani yang merupakan nama pribadi Allah sendiri. Kata Ibrani yang menunjuk pada nama ini sebagai nama Allah yang tidak bisa diucapkan atau dikomunikasikan. Hal ini disebabkan, kata “YAHWEH” dalam bahasa Ibrani aslinya tertulis dalam empat konsonan “YHWH” yang dikenal oleh para ahli teologi sebagai “tetragrammaton, yang kemudian ditambahkan tanda-tanda vokal. Karena orang Yahudi pada saat itu menganggap nama itu terlalu suci untuk diucapkan, sehingga dalam pembacaan Kitab Suci kepada umum mereka menggantinya dengan “Adonai”.
Bagi orang Yahudi, sesungguhnya “YAHWEH” adalah nama yang tidak terucapkan. Karena itu mereka menolak untuk mengucapkan nama itu tidak lain karena rasa hormat mereka. Jadi, ketika menyebut Kristus (di Perjanjian Baru) sebagai Tuhan (Kurios) maka yang dimaksud adalah Ia sama dengan YAHWEH dari Perjanjian Lama (Yohane 12:40-41; Roma 10:9,13; 1 Petrus 3:15; bandingan dengan Yesaya 6:1-2; Yoel 2:23; dan Yesaya 8:13).
Charles C. Ryrie menyatakan, “Bagi orang Kristen mula-mula yang biasa membaca Perjanjian Lama, kata “Tuhan” bila dipakai tentang Yesus akan menyamakan Dia dengan Allah dalam Perjanjian Lama”.
George E. Ledd mengatakan, “Sebutan utama dan karakteristik bagi Yesus adalah Tuhan (Kurios), yang bukan hanya ditemukan dalam surat-surat Paulus, melainkan pula secara meluas dalam Kekristenan non Yahudi”. Karena itu, “Tuhan” merupakan gelar yang diberikan kepada Yesus yang memiliki hak-hak istimewa seperti Yang Ilahi, yang menunjukkan keilahianNya.
(3) Orang-orang yang “bernubuat, mengusir setan, dan mengadakan banyak mujizat” dalam ayat 22 tersebut bukanlah orang percaya yang lahir baru (diselamatkan), tetapi mereka adalah nabi-nabi palsu (ayat 15).
Yesus menyebut nabi-nabi palsu ini dengan sebutan “lukos” atau “serigala”. Namun mereka bukan hanya sekedar serigala tetapi disebut juga “yang buas”, dimana dalam bahasa Yunani kata “harpaks” berarti “perampok, penipu, atau rakus” (ayat 15).
Nabi-nabi palsu ini disebut juga dengan “anomion” atau “pembuat kejahatan” atau “pelanggar hukum” yang melawan kehendak Tuhan (ayat 23). Hal itu nyata dari deklarasi penghakiman Kristus dalam penolakanNya terhadap mereka. Kata “Tuhan dalam ayat ini adalah “Kurios” merupakan padanan kata Ibrani untuk Yahweh.
Kristus mengatakan “Aku tidak pernah mengenal kamu! Pernyataan deklaratif Yesus tersebut dalam frase Yunani adalah “hoti oudepote egnon humas” yang secara harafiah diterjemahkan “karena tidak pernah (sekalipun) Aku mengenal kamu”. Kata Yunani “egnon” dalam ayat tersebut merupakan bentuk aorist indikatif aktif dari kata “ginosko” yang berarti “mengetahui atau mengenal”.
Kata “egnon” tersebut dinegasi secara tegas dengan kata “oudepote” yang diterjemahkan dengan “tidak pernah”, untuk menekankan bahwa memang tidak pernah sama sekali dalam satu titik waktu di masa lampau sampai dengan penghakiman itu dideklarasi, para nabi palsu tersebut memiliki relasi pribadi dengan Yesus. Artinya, tidak pernah ada intimasi atau relasi pribadi dengan Yesus sehingga memang Yesus tidak mengenali mereka; atau dengan kata lain, mereka belum pernah menjadi milik Yesus.
Karena itulah mereka tidak disebut dengan sebutan “probaton (domba” tetapi dengan sebutan “lukos (serigala)”. Nasib mereka dalam penghakiman terakhir nanti adalah kebinasan kekal yang digambarkan Yesus dengan ungkapan seperti pohon yang “ditebang dan dibuang ke dalam api” (ayat 19). Jadi memanggil nama Tuhan (Yahweh) bukanlah jaminan bagi seseorang untuk diselamatkan, melainkan relasi pribadi dengan si Pemilik Nama itu. Keadaan tidak pernah dikenalinya nabi-nabi palsu ini kontras dengan keadaan “domba” atau orang percaya yang dikenal oleh Kristus.
Kristus dalam Yohanes 10:27-28 mengatakan, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku”. Disini Yesus sendiri yang menyatakan bahwa orang yang termasuk domba, yaitu orang-orang pilihanNya pasti akan mendengar suaraNya dan mengikutiNya.
Orang-orang yang percaya kepada Kristus dan menjadi milik Kristus ini adalah orang-orang yang kenali oleh Yesus. Kepada mereka Yesus memberikan kehidupan yang kekal, suatu kehidupan yang tidak pernah berakhir. Hal ini merupakan jaminan yang pasti bagi keselamatan mereka! Lebih dari itu, dalam ayat 28 Yesus sendiri menyatakan bahwa “mereka pasti tidak akan binasa”.
Kata yang diterjemahkan “tidak akan” adalah kata Yunani “ου μη (ou mê)”. Secara gramatikal kata “ου μη (ou mê)” merupakan suatu bentuk double negative (negatif ganda), yaitu gabungan dari dua kata “ou” dan “mê” keduanya berarti “tidak”. Jadi frase “mereka pasti tidak akan binasa” dalam bahasa Yunani tersebut merupakan cara pengungkapan negasi yang terkuat “ou mē” dengan aorist subjuctive. Secara harfiah ayat frase tersebut diterjemahkan dengan cara demikian, “dan tidak ada kemungkinan sedikitpun bagi mereka untuk binasa sampai kekekalan”.
BACA JUGA: YESUS KRISTUS DITANGISI
(4) Frase “banyak orang” dalam ayat 22 berarti “bukanlah semua orang”. Dengan demikian orang-orang yang melakukan mujizat, pengusiran setan dan bernubuat yang berasal dari Tuhan dan yang melakukan kehendak Tuhan bukanlah termasuk kelompok orang-orang yang ditolak (serigala yang buas dan nabi-nabi palsu) tersebut. Iblis selalu berusaha meniru dan memalsukan karya-karya Tuhan untuk menarik perhatian orang-orang Kristen. Tetapi, orang Kristen sejati tidak akan mudah tertipu karena mereka mengenal Kristus (Bandingkan Yohanes 10:27).
Justru dengan adanya mujizat, penyembuhan, dan nubuat dari para nabi palsu tersebut menunjukkan memang benar-benar ada mujizat, penyembuhan dan nubuat yang benar-benar asli. Dengan mengenali yang asli orang Kristen akan terhindar dari penipuan. Bagiamanakah caranya “serigala yang buas” dan “nabi-nabi palsu” ini dapat dikenali oleh orang percaya? Jawabannya “dari buahnya”. Tuhan Yesus Kristus mengatakan “dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Matius 7:16,20).
Disini, dengan gaya tulisan kiastik simetris (melintang sejajar) dalam Matius 7:16-20 menunjukkan adanya “inclusio”, yakni pengulangan atau penegasan kembali ayat 16 (dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka) di dalam ayat 20 (jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka). Bila dicermati dengan teliti maka ide pokok yang mengikat kesatuan kiastik simetris Matius 7 ayat 16-20 ini adalah “karpos (buah)”. Buah disini merupakan indikator utama untuk mengenali kepalsuan para nabi palsu tersebut. Buah yang baik dihasilkan dari pohon yang baik. Sebaliknya buah yang tidak baik dihasilkan dari pohon yang tidak baik (ayat 17-18).
Yang dimaksud dengan buah disini bukanlah hasil pekerjaan berupa kemampuan untuk “bernubuat, mengusir setan dan penyembuhan”, melainkan menujuk kepada “motivasi dan karakter pribadi”. Karena disini Yesus memberikan petunjuk untuk mengidentifikasi nabi palsu itu dari sisi etika, bukan dari sisi doktrinal, maka para nabi palsu itu perlu diuji dengan memperhatikan buahnya, bukan pada tindakan supranatural yang mereka lakukan.
Tetapi tentu saja, ajaran atau doktrin yang dipercayai oleh seseorang, entah buah yang baik ataupun buah yang buruk, sangat menentukan etika, yaitu motivasi dan karakter pribadi (Bandingkan 2 Petrus 2:1-22). Alkitab mengajarkan bahwa doktrin yang benar adalah doktrin yang sehat (1 Timotius 1:10; 2 Timotius 4:2-4; Titus 1:9; 2:1).
Doktrin yang sehat akan memelihara orang percaya agar tetap sehat dan terhindar dari kekeliruan. Doktrin dan pengajaran yang sehat selalu diharapkan untuk menghasilkan kehidupan yang kudus. Doktrin yang sehat tidak hanya dinyatakan melalui pengakuan iman atau kredo, tetapi melalui kehidupan yang berbuah-buah, yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Dengan demikian, Matius 7:21-23 ini tidak dimaksudkan untuk menyatakan semua mujizat, pengusiaran setan, dan nubuat itu palsu, melainkan peringatan kepada orang Kristen untuk mewaspai kepalsuan dari para nabi-nabi palsu (yaitu serigala yang rakus) dengan memakai nama atau mengatasnamakan Kurios (YAHWEH) dalam pelayanan untuk kepentingan pribadi bukan sesuai kehendak Tuhan.https://teologiareformed.blogspot.com/
KEPUSTAKAAN:
Abineno, J.L.Ch., 2012. Tafsiran Alkitab: Surat Efesus. Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Beker, Charles. F., 1994. A Dispensasional Theology. Terjemahan, Penerbit Alkitab Anugerah: Jakarta.
Berkhof, Louis., 2011. Systematic Theology. Jilid 1, Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Boice, James M., 2011. Fondations Of The Christian Faith: A Comprehensive And Readable Theology. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta
Boersema, Jan, Henk Venema & Yoel Indrasmoro., 2015. Berteologi Abab XXI. Penerbit Lieteratur Perkantas: Jakarta.
Carson, D.A., 2009. Kesalahan-Kesalahan Eksegetis. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Clark, Howard, ed. 2010. The Learning Bible Contemporary English Version. Dicetak dan diterbitkan Lembaga Alkitab Indonesia : Jakarta.
Conner, Kevin J., 2004. The Fondation of Christian Doctrine. Terjemahan, Pernerbit Gandum Mas: Malang.
Daun, Paulus., 1994. Bidat-Bidat Kristen dari Masa ke Masa. Yayasan Daun Family : Manado.
Douglas, J.D., ed, 1993. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jilid 2. Terjemahkan Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta.
Drewes, B.F, Wilfrid Haubech & Heinrich Vin Siebenthal., 2008. Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru. Jilid 1 & 2. Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta.
Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology, jilid 1 & 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Erickson J. Millard., 2003. Christian theology. Jilid 1,2 & 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Fee, Gordon D., 2008. New Testament Exegesis. Edisi Ketiga. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Ferguson, B. Sinclair, David F. Wright, J.I. Packer., 2009. New Dictionary of Theology. jilid 2, terjemahkan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Geisler, Norman & Ron Brooks., 2010. Ketika Alkitab Dipertanyakan. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.
Gunawan, Samuel., 2014. Apologetika Kharismatik: Kharismatik Yang Kukenal dan Kuyakini. Penerbit Bintang Fajar Ministries: Palangka Raya.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House : Grand Rapids, Michigan.
Grudem, Wayne., 2009. Christian Beliefs. Terjemahan, Penerbit Metanonia Publising: Jakarta.
Guthrie, Donald., 2010. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 1, Terjemahan, Penerbit BPK : Jakarta.
Klein, William W, Craig L. Blomberg, Robert L. Hubbard., 2012. Introduction Biblical Interpretation. Jilid 1 & 2, terjemahan, Literatur SAAT: Malang.
Ladd, George Eldon., 1999, Teologi Perjanjian Baru. Jilid I dan II. Terj, Penerbit Kalam Hidup: Bandung.
Lewis, C.S., 2006. Mere Christianity. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.
McDowell, Josh., 2007. Apologetika: Bukti Yang Meneguhkan Kebenaran Alkitab. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Marxsen, Willi., 2012. Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kristis Terhadap Masalah-Masalahnya. Terjemahan. Penerbit BPK : Jakarta.
Milne, Bruce., 1993. Knowing The Truth : A Handbook of Christian Belief. Terjemahan (1993). Penerbit BPK: Jakarta.
Morris, Leon., 2006. Teologi Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Mounce, William D., 2011. Basics of Biblical Greek, edisi 3. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Ngandas, Deky Hidnas Yan., 2013. Paradigma Eksegetis Penting dan Harus. Penerbit Indie Publising: Depok.
O’Brien, Peter T., 2013. Surat Efesus. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Osbone, Grant R., 2012. Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif Bagi Penafsiran Alkitab. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Pandensolang, Welly., 2009. Kristologi Kristen. Penerbit YAI Press : Jakarta.
______________________., 2010. Gramatika dan Sintaksis Bahasa Yunani Perjanjian Baru. Penerbit
Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary. Volume 1,2 & 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang.
Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 1 & 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset : Yogyakarta.
Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬_____________., 2008. Defending Your Faith: An Introduction To Apologetics. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Stein, Robert H., 2015. Prinsip-Prinsip Dasar dan Praktis Penafsiran Alkitab. Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta.
Strobel, Lee., 2002. The Case For Christ. Terjemahan, Penerbit Gospel Press : Batam.
Stuart, Douglas & Gordon D. Fee., 2011. Hermeneutik: Menafsirkan Firman Tuhan Dengan Tepat. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Susabda, Yakub B., 2010. Mengenal dan Bergaul Dengan Allah. Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid I & II. Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Tenney, Merril C., 1985. New Testament Survey. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Thiessen, Henry C., 1992. Lectures in Systematic Theology, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Tong, Stephen., 2012. Allah Tritunggal. Edisi Revisi, Penerbit Momentum : Jakarta.
Van Til, Cornelius., 2010. An Introduction to Systematic Theolog: Prolegomena and the Doctrine of Revelation, Scripture, and God. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Wiersbe, Warren W., 1993. Kaya Di Dalam Kristus: Tafsiran Surat Efesus. Terjemahan, Yayasan Kalam Hidup : Bandung.
Williamson, G.I., 2012. Westminster Confession Of Faith. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Virkler A. Henry & Karelynne Gerber Ayayo., 2015. Hermeneutik: Prinsip-Prinsip dan Proses Interpretasi Alkitabiah. Terjemahan, Penerbit Andi: Yogyakarta.
Zacharias, Ravi & Norman Geisler., 2009. Who Made God. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.
Zuck, Roy B, editor., 2010. A Biblical of Theology The Old Testament. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
_____________, editor., 2011. A Biblical of Theology The New Testament. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
APAKAH MENGGUNAKAN NAMA YAHWEH MERUPAKAN SYARAT KESELAMATAN ?