YESUS DI HADAPAN PONTIUS PILATUS (MATIUS 27:11-18)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
YESUS DI HADAPAN PONTIUS PILATUS (MATIUS 27:11-18). Matius 27:11-18 - “(11) Lalu Yesus dihadapkan kepada wali negeri. Dan wali negeri bertanya kepadaNya: ‘Engkaukah raja orang Yahudi?’ Jawab Yesus: ‘Engkau sendiri mengatakannya.’ (12) Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apapun. (13) Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?’ (14) Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun, sehingga wali negeri itu sangat heran. (15) Telah menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak. (16) Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas. (17) Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: ‘Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?’ (18) Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki”.
YESUS DI HADAPAN PONTIUS PILATUS (MATIUS 27:11-18)
gadget, otomotif, bisnis
Matius 27: 11: “Lalu Yesus dihadapkan kepada wali negeri. Dan wali negeri bertanya kepadaNya: ‘Engkaukah raja orang Yahudi?’ Jawab Yesus: ‘Engkau sendiri mengatakannya.’”.

1) Setelah menyimpang sebentar untuk membicarakan kematian Yudas (ay 3- 10), maka sekarang dalam Matius 27: 11 ini Matius melanjutkan apa yang ia ceritakan dalam Matius 27: 1-2.

2) Pontius Pilatus adalah gubernur Yudea.

Setelah Herodes Archelaus (bdk. Mat 2:22) dibuang oleh Kaisar Agustus, maka Yudea digabungkan dengan propinsi Romawi yang besar, yaitu Syria. Dan Yudea lalu diperintah oleh wakil / utusan yang disebut procurator. Pontius Pilatus adalah procurator yang ke 5. Ia sebetul­nya berkedudukan di Kaisarea seperti halnya dengan procurator yang lain (bdk. Kis 23:33 dan Kis 25:1,4,6,13). Tetapi pada hari raya Paskah, ia pergi ke Yerusalem untuk menjaga keamanan / perdamaian di sana.

3) Yesus di hadapan Pontius Pilatus.

Calvin: “Though it was a shocking exhibition, and highly incompatible with the majesty of the Son of God, to be dragged before the judgment-seat of a profane man, to be tried on the charge of a capital offence, as a malefactor in chains; yet we ought to remember that our salvation consists in the doctrine of the cross, which is folly to the Greeks, and an offence to the Jews, (1Cor. 1:23)” [= Sekalipun itu merupakan suatu pertunjukan yang mengejutkan, dan sangat tidak sesuai dengan keagungan dari Anak Allah, untuk diseret di hadapan kursi pengadilan dari seorang kafir, untuk diadili dengan tuduhan melakukan pelanggaran besar / dengan ancaman hukuman mati, sebagai seorang penjahat / kriminil; tetapi kita harus ingat bahwa keselamatan kita ada dalam doktrin dari salib, yang merupakan kebodohan bagi orang-orang Yunani, dan batu sandungan bagi orang-orang Yahudi (1Korintus 1:23)] - hal 274-275.

Calvin: “For the Son of God chose to stand bound before an earthly judge, and there to receive sentence of death, in order that we, delivered from condemnation, may not fear to approach freely to the heavenly throne of God. ... So then, the Son of God stood, as a criminal, before a mortal man, and there permitted himself to be accused and condemned, that we may stand boldly before God. His enemies, indeed, endeavoured to fasten upon him everlasting infamy; but we ought rather to look at the end to which the providence of God directs us. For if we recollect how dreadful is the judgment-seat of God, and that we could never have been acquitted there, unless Christ had been pronounced to be guilty on earth, we shall never be ashamed of glorying in his chains” (= Karena Anak Allah memilih untuk berdiri dengan terbelenggu di hadapan seorang hakim duniawi, dan di sana menerima hukuman mati, supaya kita, dibebaskan dari kutukan / penghukuman, bisa tanpa takut mendekat secara bebas pada takhta surgawi dari Allah. ... Maka demikianlah, Anak Allah berdiri, sebagai seorang kriminil, di hadapan seorang manusia yang fana, dan di sana mengijinkan diriNya untuk dituduh dan dihukum, supaya kita bisa berdiri dengan berani di hadapan Allah. Memang musuh-musuhNya berusaha untuk melekatkan padaNya keburukan yang kekal; tetapi kita seharusnya melihat pada akhir / tujuan pada mana providensia Allah mengarahkan kita. Karena jika kita mengingat bagaimana mengerikannya kursi penghakiman Allah, dan bahwa kita tidak akan pernah bisa dibebaskan di sana, kecuali Kristus telah dinyatakan bersalah di bumi, kita tidak akan pernah malu untuk bermegah dalam belengguNya) - hal 275.

4) Pontius Pilatus bertanya kepada Yesus: ‘Engkaukah raja orang Yahudi?’.

a) Pertanyaan ini muncul karena adanya tuduhan dari orang-orang Yahudi.

Luk 23:1-2 - “(1) Lalu bangkitlah seluruh sidang itu dan Yesus dibawa menghadap Pilatus. (2) Di situ mereka mulai menuduh Dia, katanya: ‘Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang diriNya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja.’”.

b) Yesus menjelaskan bahwa kerajaanNya bersifat rohani.

Yoh 18:36-37 - “(36) Jawab Yesus: ‘KerajaanKu bukan dari dunia ini; jika KerajaanKu dari dunia ini, pasti hamba-hambaKu telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi KerajaanKu bukan dari sini.’ (37) Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Jadi Engkau adalah raja?’ Jawab Yesus: ‘Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu.’”.

Penerapan: karena itu hati-hati dengan Theologia Kemakmuran. Sekalipun kita memang anak Raja, tetapi kita adalah anak Raja dalam arti rohani, bukan dalam arti jasmani. Karena itu kita tidak harus kaya!

5) “Jawab Yesus: ‘Engkau sendiri mengatakannya.’” (Matius 27: 11b).

Kata ‘sendiri’ yang saya coret itu seharusnya tidak ada. Jawaban Yesus dalam Matius 27: 11b ini berarti ‘Ya’.

Memang ada yang menafsirkan bahwa jawaban ini berarti: ‘Engkau yang mengatakan bahwa Aku adalah raja; Aku sendiri tidak mengatakan hal itu’. Atau dengan kata lain, jawaban Yesus berarti bahwa Ia menyang­kal kalau diriNya adalah raja.

Tetapi penafsiran ini salah karena:

a) Tidak cocok dengan Mat 26:63-66, karena kalau diartikan seperti itu, maka mengapa orang-orang Yahudi itu menjadi marah dan menganggap Yesus menghujat Allah?

Mat 26:63-66 - “(63) Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepadaNya: ‘Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.’ (64) Jawab Yesus: ‘Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit.’ (65) Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: ‘Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujatNya. (66) Bagaimana pendapat kamu?’ Mereka menjawab dan berkata: ‘Ia harus dihukum mati!’”.

b) Tidak cocok dengan Yoh 18:37b, karena kalau kata-kata Yesus dalam Yoh 18:37a berarti ‘tidak’ maka Yoh 18:37b sama sekali tidak cocok diletakkan di situ.

Yoh 18:37 - “Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Jadi Engkau adalah raja?’ Jawab Yesus: ‘Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu.’”.

Matius 27: 12-14: “(12) Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apapun. (13) Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?’ (14) Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun, sehingga wali negeri itu sangat heran”.

1) Tuduhan terhadap Yesus adalah:

a) Luk 23:1-2,5 yaitu:

· menyesatkan bangsa Yahudi.

· melarang membayar pajak kepada kaisar (bdk. Mat 22:15-22).

· mengaku bahwa diriNya adalah Kristus, yaitu raja.

· menghasut rakyat.

Luk 23:1,2,5 - “(1) Lalu bangkitlah seluruh sidang itu dan Yesus dibawa menghadap Pilatus. (2) Di situ mereka mulai menuduh Dia, katanya: ‘Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang diriNya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja.’ ... (5) Tetapi mereka makin kuat mendesak, katanya: ‘Ia menghasut rakyat dengan ajaranNya di seluruh Yudea, Ia mulai di Galilea dan sudah sampai ke sini.’”.

b) Yoh 18:29-30 - Ia adalah penjahat.

Yoh 19:7 - Ia mengaku sebagai Anak Allah.

Yoh 19:12 - Ia mengaku sebagai raja.

Yoh 18:29-30 - “(29) Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: ‘Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?’ (30) Jawab mereka kepadanya: ‘Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkanNya kepadamu!’”.

Yoh 19:7,12 - “(7) Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: ‘Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diriNya sebagai Anak Allah.’ ... (12) Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: ‘Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar.’”.

2) Yesus tidak mau menjawab tuduhan-tuduhan itu, padahal dalam berdebat dengan orang-orang Yahudi itu Yesus tidak pernah kalah. Kalau saat itu Ia menjawab, mereka pasti akan kalah. Ia tidak mau menjawab karena:

a) Tidak ada gunanya berdebat dengan orang-orang yang bukan saja tidak mencari kebenaran, tetapi bahkan berusaha menginjak-injak / menindas kebenaran.

b) Ia mau menggenapi nubuat Kitab Suci tentang diriNya dalam Yes 53:7, yang berbunyi: “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya”.

c) Ia memang mau mati untuk menebus dosa kita.

3) Yesus tidak menjawab tuduhan-tuduhan itu, tetapi anehnya, Pontius Pilatus tetap bisa melihat bahwa Yesus tidak bersalah, dan bahwa tokoh-tokoh Yahudi itulah yang bersalah (Matius 27: 18 bdk. Luk 23:4,14,22 Yoh 18:38b Yoh 19:4,6b).

Luk 23:4,14,22 - “(4) Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: ‘Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini.’ ... (14) dan berkata kepada mereka: ‘Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksaNya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati padaNya. ... (22) Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: ‘Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati padaNya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskanNya.’”.

Yoh 18:38b - “Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: ‘Aku tidak mendapati kesalahan apapun padaNya”.

Yoh 19:4,6 - “(4) Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: ‘Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun padaNya.’ ... (6) Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: ‘Salibkan Dia, salibkan Dia!’ Kata Pilatus kepada mereka: ‘Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun padaNya.’”.

Calvin: “The integrity of Christ was such that the judge saw it plainly without any defence” (= Ketulusan / kejujuran Kristus adalah sedemikian rupa sehingga hakim bisa melihatnya dengan jelas sekalipun tidak ada pembelaan diri) - hal 277.

Penerapan: Mengapa kalau orang memfitnah kita, selalu ada banyak orang yang mempercayai fitnahan itu? Salah satu kemungkinan / sebabnya adalah: karena kita tidak hidup seperti Kristus! Kalau saja kita bisa hidup seperti Dia, maka ada banyak fitnahan dan gossip tentang diri kita yang tanpa kita jawabpun sudah nyata kesalahannya, sehingga tidak akan dipercayai orang.

4) Dalam Injil Lukas ada Luk 23:6-12 dimana Yesus dikirim oleh Pontius Pilatus kepada Herodes (Antipas).

Luk 23:6-12 - “(6) Ketika Pilatus mendengar itu ia bertanya, apakah orang itu seorang Galilea. (7) Dan ketika ia tahu, bahwa Yesus seorang dari wilayah Herodes, ia mengirim Dia menghadap Herodes, yang pada waktu itu ada juga di Yerusalem. (8) Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihatNya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda. (9) Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawaban apapun. (10) Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang berat terhadap Dia. (11) Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran kepadaNya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus. (12) Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan”.

· Luk 23:6-7 - Pontius Pilatus mengirimkan Yesus kepada Herodes karena ia ingin melepaskan tanggung jawabnya!

Kalau saudara adalah orang yang tidak bertanggung jawab, saudara tidak berbeda dengan Pontius Pilatus.

· Lukas 23:8 - Herodes senang karena sudah lama ia ingin melihat Yesus. Tetapi ia ingin melihat Kristus, bukan karena ia percaya kepada Yesus atau ingin mendengar firmanNya, tetapi hanya karena ia ingin melihat tanda / mujijat.

Ini seperti banyak orang kristen jaman ini yang hanya senang melihat hal-hal yang spektakuler, tetapi sebetulnya tidak percaya kepada Yesus, dan tidak rindu mendengar dan belajar firman Tuhan.

· Lukas 23:9 - Yesus tidak menjawabnya, dan tidak memberikan tanda apapun. Memang, orang yang tidak mencari kebenaran, tidak perlu diberi apa-apa! Kalau saudara pergi ke gereja tanpa suatu kerinduan untuk lebih mengenal Tuhan / lebih mengerti firman Tuhan, maka tidak aneh kalau saudara tidak mendapat apa-apa di gereja!

· Luk 23:11 - Herodes lalu mengolok-olok Yesus dan setelah itu mengembalikan Yesus kepada Pontius Pilatus.

Matius 27: 15-18: “(15) Telah menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak. (16) Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas. (17) Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: ‘Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?’ (18) Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki”.

1) Matius 27: 15: tidak diketahui dari mana asal usulnya tradisi pembebasan tawanan pada hari raya ini. Dalam buku-buku Yahudi, hal ini tidak ada, sehingga mungkin sekali tradisi ini berasal dari pihak Romawi (Pontius Pilatus).

a) Calvin mengatakan bahwa ini adalah suatu tradisi / kebiasaan yang jelek / salah, karena Tuhan tidak pernah mengajar untuk merayakan hari raya dengan membebaskan orang jahat yang memang selayaknya dihukum.

Calvin: “The custom of having one of the prisoners released by the governor on the festival, to gratify the people, was a foolish and improper practice, and, indeed, was an open abuse of the worship of God; for nothing could be more unreasonable than that festivals should be honoured by allowing crimes to go unpunished. God has armed magistrates with the sword, that they may punish with severity those crimes which cannot be tolerated without public injury; and hence it is evident that He does not wish to be worshipped by a violation of laws and punishments. But since nothing ought to be attempted but by the rule of his word, all that men gain by methods of worshipping God which have been rashly contrived by themselves is, that under the pretence of honouring, they often throw dishonour upon Him. We ought therefore to preserve such moderation, as not to offer to God any thing but what he requires; for he is so far from taking pleasure in profane gifts, that they provoke his anger the more” (= Tradisi / kebiasaan untuk melepaskan satu orang tahanan oleh gubernur pada hari raya, untuk menyenangkan orang banyak, merupakan suatu praktek yang bodoh dan tidak benar, dan bahkan merupakan suatu penyalah-gunaan terbuka dari ibadah kepada Allah; karena tidak ada yang lebih tidak masuk akal dari pada bahwa hari raya harus dihormati dengan mengijinkan kejahatan bebas tanpa dihukum. Allah telah mempersenjatai hakim-hakim dengan pedang, supaya mereka bisa menghukum dengan keras kejahatan-kejahatan yang tidak bisa ditoleransi tanpa melukai masyarakat; dan karena itu jelaslah bahwa Ia tidak menginginkan untuk disembah dengan suatu pelanggaran terhadap hukum-hukum dan hukuman-hukuman. Tetapi karena tidak ada apapun yang boleh diusahakan kecuali oleh peraturan dari firmanNya, semua yang didapatkan manusia oleh metode-metode penyembahan terhadap Allah yang telah dibuat dengan gegabah oleh mereka sendiri adalah, bahwa di bawah kepura-puraan untuk menghormatiNya, mereka sering memberikan ketidak-hormatan kepadaNya. Karena itu, kita harus memelihara sikap yang terbatas sedemikian rupa sehingga tidak memberikan kepada Allah apapun kecuali yang Ia kehendaki; karena Ia begitu jauh dari berkenan pada pemberian yang duniawi, sehingga hal-hal itu justru membangkitkan murkaNya) - hal 282-283.

Hari raya seperti ini (Paskah) seharusnya digunakan untuk beribadah kepada Tuhan. Tetapi ternyata pada saat seperti itu justru dibebaskan seorang penjahat, dan ini merupakan tradisi yang diciptakan manusia sendiri, tanpa dasar Firman Tuhan apapun. Karena itu jelaslah bahwa ini sama sekali bukan sesuatu yang menyenangkan Allah! Jadi, dalam melakukan ibadah / kebaktian, kita tidak boleh melakukan hal-hal yang tidak Ia perintahkan dalam FirmanNya.

Penerapan: dalam kebanyakan kebaktian saat ini dilakukan hal-hal yang tidak mempunyai dasar Kitab Suci, seperti:

· acara penyembahan dengan menggunakan bahasa Roh.

· doa yang diiringi dengan alat musik.

· doa dimana semua jemaat membuka suara untuk berdoa.

· doa dan nyanyi bersama-sama (sebagian berdoa, sebagian menyanyi).

· adanya pengumuman dalam kebaktian; ini seharusnya dilakukan setelah kebaktian!

· dan sebagainya.

b) Pontius Pilatus adalah pemerintah kafir, tetapi ikut campur dalam persoalan rohani, yaitu perayaan Paskah. Ini menyebabkan perayaan hari raya itu menjadi tidak alkitabiah!

Penerapan: dalam perayaan Natal, Jum’at Agung, ataupun Paskah, sering gereja / orang kristen meminta pejabat (RT, RW, Lurah dsb) untuk memberikan sambutan / amanat dsb. Kalau pejabat itu adalah orang kristen, maka hal itu bisa diterima. Tetapi kalau pejabat itu adalah orang kafir, maka ini merupakan sesuatu yang keliru karena kita membiar­kan orang kafir ikut campur dalam perayaan hari raya kristen! Biasanya sambutan / amanat yang mereka berikan juga salah dan tidak alkitabiah, karena mereka memang tidak mengerti apa-apa!

2) Matius 27: 16-17.

a) Sekalipun hal ini dilakukan oleh Pontius Pilatus untuk membebaskan Kristus, tetapi ia jelas sudah melakukan kompromi secara salah. Karena ia tahu bahwa Kristus tidak bersalah dan orang-orang Yahudilah yang bersalah, maka seharusnya ia melepaskan Kristus tanpa syarat! Dengan demikian orang akan mengenang Kristus sebagai orang yang tidak bersalah. Tetapi dengan cara yang ia pakai, andaikata caranya ini berhasil, dan Kristus bebas, maka orang banyak akan mengenang Kristus sebagai penjahat yang bisa bebas hanya karena tradisi pelepasan penjahat pada hari raya Paskah!

b) Nama penjahat itu.

Matius 27: 16 (Kitab Suci Indonesia): ‘Yesus Barabas’.

KJV/RSV/NIV/NASB/NKJV: ‘Barabbas’.

Footnote RSV/NKJV: ‘Jesus Barabbas’.

Ini disebabkan karena adanya perbedaan manuscript.

Sukar diketahui yang mana yang benar, tetapi dari ay 17,22 dimana untuk Yesus digunakan istilah ‘Yesus, yang disebut Kristus’ (untuk membedakan dengan ‘Yesus, yang disebut Barabas’), maka bisalah ditarik kesimpulan bahwa Barabas juga mempunyai nama ‘Yesus’.

Adam Clarke mengatakan bahwa mungkin sekali penyalin Kitab Suci menghapus nama ‘Yesus’ dari ‘Yesus Barabas’, karena menganggap bahwa Barabas, yang adalah penjahat itu, tidak pantas memakai nama ‘Yesus’.

Penerapan: Kalau saudara / anak saudara menyandang nama Kristen, maka saudara harus berusaha supaya saudara / anak saudara hidup sesuai dengan namanya!

c) Kejahatan Barabas.

· Matius 27: 16 - ‘terkenal kejahatannya’.

· Kis 3:14 - ‘pembunuh’.

· Markus 15:7 & Luk 23:19,25 - ‘pemberontak dan pembunuh’.

· Yohanes 18:40 - ‘penyamun’.

Ini menunjukkan bahwa Pontius Pilatus memang sangat ingin melepaskan Kristus, sehingga ia mencari orang yang sejahat mungkin dari penjaranya, dengan harapan bahwa orang-orang Yahudi akan memilih supaya Kristuslah yang dibebaskan.

3) Matius 27: 18: ia tahu bahwa orang-orang Yahudi menuduh Kristus hanya karena dengki / iri hati!

a) Ini menunjukkan bahayanya iri hati!

Jangan meremehkan kalau dosa ini ada dalam diri saudara!

b) Pontius Pilatus tahu apa yang benar, tetapi takut melaksanakan hal yang benar itu! Seringkah saudara seperti itu? Kalau ya, apa bedanya saudara dengan Ponti­us Pilatus?

YESUS DI HADAPAN PONTIUS PILATUS (MATIUS 27:11-18) 
-o0o- 
Next Post Previous Post