YESUS, YAIRUS DAN PEREMPUAN YANG SAKIT PENDARAHAN (LUKAS 8:40-56)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
YESUS, YAIRUS DAN PEREMPUAN YANG SAKIT PENDARAHAN (LUKAS 8:40-56)YESUS, YAIRUS DAN PEREMPUAN YANG SAKIT PENDARAHAN (LUKAS 8:40-56). Lukas 8:40-56 - “(40) Ketika Yesus kembali, orang banyak menyambut Dia sebab mereka semua menanti-nantikan Dia. (41) Maka datanglah seorang yang bernama Yairus. Ia adalah kepala rumah ibadat. Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepadaNya, supaya Yesus datang ke rumahnya, (42) karena anaknya perempuan yang satu-satunya, yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir mati. Dalam perjalanan ke situ Yesus didesak-desak orang banyak. (43) Adalah seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan dan yang tidak berhasil disembuhkan oleh siapapun. (44) Ia maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubahNya, dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya. (45) Lalu kata Yesus: ‘Siapa yang menjamah Aku?’ Dan karena tidak ada yang mengakuinya, berkatalah Petrus: ‘Guru, orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau.’ (46) Tetapi Yesus berkata: ‘Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diriKu.’ (47) Ketika perempuan itu melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan, ia datang dengan gemetar, tersungkur di depanNya dan menceriterakan kepada orang banyak apa sebabnya ia menjamah Dia dan bahwa ia seketika itu juga menjadi sembuh. (48) Maka kataNya kepada perempuan itu: ‘Hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!’ (49) Ketika Yesus masih berbicara, datanglah seorang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: ‘Anakmu sudah mati, jangan lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru!’ (50) Tetapi Yesus mendengarnya dan berkata kepada Yairus: ‘Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat.’ (51) Setibanya di rumah Yairus, Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut masuk dengan Dia, kecuali Petrus, Yohanes dan Yakobus dan ayah anak itu serta ibunya. (52) Semua orang menangis dan meratapi anak itu. Akan tetapi Yesus berkata: ‘Jangan menangis; ia tidak mati, tetapi tidur.’ (53) Mereka menertawakan Dia, karena mereka tahu bahwa anak itu telah mati. (54) Lalu Yesus memegang tangan anak itu dan berseru, kataNya: ‘Hai anak bangunlah!’ (55) Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri. Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan. (56) Dan takjublah orang tua anak itu, tetapi Yesus melarang mereka memberitahukan kepada siapapun juga apa yang terjadi itu.”.

I) Yesus dan Yairus.

1) Kontras dengan text sebelumnya.

William Hendriksen mengatakan bahwa perpindahan dari text sebelumnya ke text ini mengandung suatu kontras yang harus diperhatikan. Kalau dalam text sebelumnya penduduk Gadara / Gerasa itu meminta Yesus untuk meninggalkan mereka, maka di sini terjadi yang sebaliknya, dimana:

a) Banyak orang menantikan dan menyambut Dia.

Lukas 8: 40: “Ketika Yesus kembali, orang banyak menyambut Dia sebab mereka semua menanti-nantikan Dia.”.

Tentang kata ‘menyambut’ (‘welcomed’) A. T. Robertson mengatakan bahwa artinya adalah ‘to receive with pleasure’ [= menerima dengan senang].

Tetapi Pulpit Commentary mengatakan: “This .... was only a temporary religious revival, but still while it lasted it gathered great crowds in every place where he visited” [= Ini ... hanya merupakan kebangunan rohani agamawi yang bersifat sementara, tetapi sementara hal itu bertahan hal itu tetap mengumpulkan kumpulan orang banyak di setiap tempat yang Ia kunjungi] - hal 209.

Penafsir yang lain dari Pulpit Commentary mengatakan (hal 226) bahwa tidak semua orang mempunyai perasaan dan motivasi yang sama dan benar tentang kedatangan Yesus ini. Mungkin ada yang hanya sekedar ingin tahu, ada yang ingin disembuhkan, ada yang ingin keluarganya disembuhkan, ada yang ingin belajar dari Dia, dan sebagainya.

Kalau saudara datang kepada Yesus / menerima Yesus, motivasi saudara perlu diperhatikan.

b) Yairus meminta Yesus untuk datang.

Lukas 8: 41: “Maka datanglah seorang yang bernama Yairus. Ia adalah kepala rumah ibadat. Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepadaNya, supaya Yesus datang ke rumahnya,”.

1. Lukas (dan Markus) mengatakan ‘tersungkur’ (PIPTO), tetapi Matius 9:18 mengatakan ‘menyembah’ (PROSKUNEO).

Calvin berpendapat bahwa yang dimaksud adalah sekedar berlutut di depan Yesus. Yairus tidak melakukan penyembahan ilahi terhadap Yesus, tetapi menghormatiNya sebagai seorang nabi.

Tetapi tetap perlu diperhatikan bahwa Yesus tidak menolak diperlakukan seperti itu. Bdk. dengan Petrus yang menolaknya (Kis 10:25-26), dan juga malaikat dalam kitab Wahyu (Wahyu 19:10 Wahyu 22:8-9).

2. Lukas 8: 41 ini menunjukkan bahwa Yairus adalah seorang kepala rumah ibadat / synagogue, tetapi ia tersungkur / menyembah Yesus. Ia mau merendahkan diri di hadapan Yesus. Ini merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan. Bagaimanapun tingginya kedudukan saudara, di hadapan Yesus / Allah, saudara harus merendahkan diri.

2) Permintaan Yairus.

Yairus ingin Yesus menolong anaknya. Yang dipersoalkan adalah: anak Yairus itu sakit berat dan hampir mati, atau sudah mati?

Lukas 8: 41b-42a: “(41b) Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepadaNya, supaya Yesus datang ke rumahnya, (42a) karena anaknya perempuan yang satu-satunya, yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir mati.”.

Sekarang kita bandingkan dengan ayat-ayat paralelnya:

Markus 5:22-23 - “(22) datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kakiNya (23) dan memohon dengan sangat kepadaNya: ‘Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tanganMu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.’”.

Matius 9:18 - “Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: ‘Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tanganMu atasnya, maka ia akan hidup.’”.

Markus sama dengan Lukas, tetapi Matius kelihatannya memberikan cerita yang kontradiksi dengan Markus dan Lukas, karena Matius mengatakan bahwa anak itu ‘baru saja meninggal’.

Cara mengharmoniskan:

a) Calvin mengatakan (hal 410) bahwa Matius hanya menyingkat cerita tanpa mempedulikan detail-detailnya, sedangkan Markus dan Lukas menceritakan detail-detailnya. Leon Morris (Tyndale) juga mempunyai pandangan seperti ini (hal 158).

b) Kata-kata Yairus yang sebenarnya adalah: ‘Anakku sakit begitu berat sehingga pasti saat ini ia sudah mati’. Matius lalu mengambil sebagian dari kata-kata ini dan Markus / Lukas mengambil bagian yang lain.

Ini adalah satu penafsiran yang mungkin sekali. Memang dalam Markus 5:23 di katakan: ‘Supaya ia selamat dan tetap hidup’. Ayat ini seolah-olah menentang penafsiran ini. Tetapi kata ‘tetap’ dalam ayat itu sebetulnya tidak ada sehingga penafsiran ini tetap mempunyai kemungkinan benar.

c) Anak itu masih hidup waktu Yairus meninggalkan rumah, tetapi sudah mati waktu Yairus berbicara dengan Yesus. Matius memasukkan fakta itu ke dalam perkataan Yairus, sedangkan Markus / Lukas menceritakan kata-kata Yairus sesuai dengan anggapan Yairus (Yairus tidak tahu anaknya sudah mati). Ini juga merupakan penafsiran yang mungkin sekali benar.

3) Yesus pergi ke rumah Yairus (Lukas 8: 42).

Adam Clarke (tentang Matius 9:19): “Our blessed Lord could have acted as well at a distance as present; but he goes to the place, to teach his ministers not to spare either their steps or their pains when the salvation of a soul is in question. Let them not think it sufficient to pray for the sick in their closets; but let them go to their bed-sides, that they may instruct and comfort them” [= Tuhan kita yang terpuji bisa bertindak dari jarak jauh seakan-akan Ia hadir; tetapi Ia pergi ke tempat itu, untuk mengajar pelayan-pelayanNya untuk tidak menghemat langkah mereka atau usaha mereka pada waktu keselamatan dari suatu jiwa dipersoalkan. Hendaklah mereka tidak berpikir bahwa adalah cukup untuk berdoa bagi orang sakit di dalam kamar; tetapi hendaklah mereka pergi ke sisi ranjang orang sakit itu, supaya bisa mengajar dan menghibur orang sakit itu].

II) Interupsi: Perempuan yang sakit pendarahan.

Lukas 8: 42b-44: “(42b) Dalam perjalanan ke situ Yesus didesak-desak orang banyak. (43) Adalah seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan dan yang tidak berhasil disembuhkan oleh siapapun. (44) Ia maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubahNya, dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya.”.

Markus 5:26-29 - “(26) Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. (27) Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubahNya. (28) Sebab katanya: ‘Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh.’ (29) Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.”.

1) Penderitaan perempuan ini:

a) Pendarahan. Ini sudah merupakan penderitaan.

b) Imamat 15:19-27 - “(19) Apabila seorang perempuan mengeluarkan lelehan, dan lelehannya itu adalah darah dari auratnya, ia harus tujuh hari lamanya dalam cemar kainnya, dan setiap orang yang kena kepadanya, menjadi najis sampai matahari terbenam. (20) Segala sesuatu yang ditidurinya selama ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang didudukinya menjadi najis juga. (21) Setiap orang yang kena kepada tempat tidur perempuan itu haruslah mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam. (22) Setiap orang yang kena kepada sesuatu barang yang diduduki perempuan itu haruslah mencuci pakaiannya, membasuh diri dengan air dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam. (23) Juga pada waktu ia kena kepada sesuatu yang ada di tempat tidur atau di atas barang yang diduduki perempuan itu, ia menjadi najis sampai matahari terbenam. (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan perempuan itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka ia menjadi najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya menjadi najis juga. (25) Apabila seorang perempuan berhari-hari lamanya mengeluarkan lelehan, yakni lelehan darah yang bukan pada waktu cemar kainnya, atau apabila ia mengeluarkan lelehan lebih lama dari waktu cemar kainnya, maka selama lelehannya yang najis itu perempuan itu adalah seperti pada hari-hari cemar kainnya, yakni ia najis. (26) Setiap tempat tidur yang ditidurinya, selama ia mengeluarkan lelehan, haruslah baginya seperti tempat tidur pada waktu cemar kainnya dan setiap barang yang didudukinya menjadi najis sama seperti kenajisan cemar kainnya. (27) Setiap orang yang kena kepada barang-barang itu menjadi najis, dan ia harus mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air, dan ia menjadi najis sampai matahari terbenam.”.

Peraturan ini kelihatannya berlaku untuk perempuan yang datang bulan, tetapi boleh dikatakan semua penafsir menganggap bahwa ini juga berlaku untuk penyakit pendarahan seperti yang dialami oleh perempuan ini. Dalam jaman Perjanjian Baru Im 15 yang merupakan ‘ceremonial law’ [= hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan] ini tak berlaku lagi (bdk. Efesus 2:15). Tetapi Perjanjian Baru baru dimulai pada saat Yesus mati dan bangkit. Jadi pada saat itu peraturan ini masih berlaku. Peraturan ini membuat penderitaan perempuan ini semakin hebat. Ia tidak bisa berbakti ataupun bersekutu dengan orang lain!

William Hendriksen mengatakan bahwa berdasarkan Im 15:19-dst di atas, maka perempuan itu harus dianggap sebagai najis, dan siapapun yang menyentuh dia juga menjadi najis. Mungkin ini alasannya sehingga ia tidak menyentuh Yesus, tetapi hanya ujung jubahNya.

c) Jangka panjang yaitu 12 tahun!

d) Mark 5:26 mengatakan bahwa ia sudah mencari semua tabib sehingga semua uang habis untuk itu, tetapi penyakitnya bukan hanya tidak sembuh tetapi bahkan semakin memburuk.

Markus 5:26 - “Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.”.

2) Perempuan itu sudah mendengar tentang Yesus.

Mark 5:27 - “Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubahNya.”.

Ia sudah mendengar berita tentang Yesus. Iman timbul dari pendengaran (Ro 10:17).

3) Iman dan pemikiran perempuan ini.

Markus 5:27b-28: “(27b) maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubahNya. (28) Sebab katanya: ‘Asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh.’”.

Memang perempuan ini mempunyai iman, tetapi imannya:

a) Lemah. Ini terlihat dari kata-kata Yesus kepadanya: ‘teguhkanlah hatimu’ (Matius 9:22).

b) Bercampur dengan kesalahan dan bahkan takhyul. Ini terlihat dari kepercayaannya berkenaan dengan penyentuhan ujung jubah Yesus (Markus 5:28).

c) Jelek. Ia mengira Yesus tak akan tahu kalau ujung jubahNya disentuh.

Tetapi Kristus toh menerimanya dan bahkan memuji imannya (Lukas 8: 48).

Calvin: “there was a mixture of sin and error in the woman’s faith, which Christ graciously bears and forgives. ... Christ bestows high commendation on her faith. ... God deals kindly and gently with his people, - accepts their faith, though imperfect and weak” [= ada suatu campuran dosa dan kesalahan dalam iman perempuan ini, yang dengan murah hati ditahan dan diampuni oleh Kristus. ... Kristus memberikan pujian / penghargaan yang tinggi tentang imannya. ... Allah menangani umatNya dengan baik dan lembut, - menerima iman mereka, sekalipun tidak sempurna dan lemah] - hal 411,412.

Dalam kasus Yairus sendiri Calvin beranggapan bahwa iman Yairus lemah, dan tidak sekuat iman perwira dalam Lukas 7:1-10. Dan inilah komentar Calvin tentang hal itu.

Calvin: “his faith was feeble and nearly exhausted. Yet Christ yields to his prayers, ... Though we have not such abundance of faith as might be desired, there is no reason why our weakness should drive away or discourage us from prayer” [= imannya lemah dan nyaris habis. Tetapi Kristus mengabulkan doanya, ... Sekalipun kita tidak mempunyai iman yang berlimpah-limpah seperti yang diinginkan, tidak ada alasan mengapa kelemahan kita harus mengusir kita dari doa atau mengecilkan hati kita untuk berdoa] - hal 411.

Pulpit Commentary: “This is not the only instance of this kind of strange faith mingled with superstition being signally rewarded. The case of the miraculous efficacy of the handkerchiefs and aprons which had had contact with Paul’s body (Acts 19:12) is an interesting example. A still more startling one exists in the healing influence of the shadow of Peter falling on the sick as he passed along the street (Acts 5:15). ... this incident in the Divine and perfect life which we have just dwelt on, teaches us with striking clearness that he can and will bless the dimmest, most imperfect faith, the faith of the little child, and of the poorest untaught one” [= Ini bukanlah satu-satunya kejadian tentang jenis iman yang aneh yang dicampur dengan takhyul yang diberi pahala secara menyolok. Kasus dari kemujaraban yang bersifat mujijat dari sapu tangan dan kain yang pernah bersentuhan dengan tubuh Paulus (Kis 19:12) merupakan contoh yang menarik. Contoh yang lebih mengejutkan terdapat dalam pengaruh yang menyembuhkan dari bayangan Petrus yang jatuh pada orang sakit pada saat ia melewati jalanan (Kis 5:15). ... peristiwa dalam kehidupan Ilahi dan sempurna yang baru kita pikirkan ini, mengajar kita dengan kejelasan yang menyolok bahwa Ia bisa dan akan memberkati iman yang paling suram dan tidak sempurna, iman dari seorang anak, dan seorang miskin yang bodoh] - hal 209,210.

Hati-hati dalam mengartikan kata-kata ini. Kata-kata ini berbahaya, karena iman dalam persoalan keselamatan berbeda dengan iman dalam doa. Dalam persoalan keselamatan, iman harus benar. Iman yang tidak sempurna, dalam arti sangat cacat, misalnya kalau seseorang percaya bahwa ia diselamatkan oleh perbuatan baik, atau tidak mempercayai keilahian Kristus, tidak akan diberkati.

Tetapi dalam persoalan doa, iman yang tidak sempurna itu tetap bisa diterima dan diberkati oleh Tuhan, karena iman yang tidak sempurna itu disempurnakan oleh iman kita kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

4) Yesus bertanya siapa yang menyentuh Dia.

Lukas 8: 45-48: “(45) Lalu kata Yesus: ‘Siapa yang menjamah Aku?’ Dan karena tidak ada yang mengakuinya, berkatalah Petrus: ‘Guru, orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau.’ (46) Tetapi Yesus berkata: ‘Ada seorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diriKu.’ (47) Ketika perempuan itu melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan, ia datang dengan gemetar, tersungkur di depanNya dan menceriterakan kepada orang banyak apa sebabnya ia menjamah Dia dan bahwa ia seketika itu juga menjadi sembuh. (48) Maka kataNya kepada perempuan itu: ‘Hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!’”.

a) Mengapa Yesus menanyakan: ‘Siapa yang menjamah Aku?’. Tentu bukan karena Ia tidak tahu, tetapi karena:

1. Seseorang yang mengalami berkat / pertolongan Tuhan, harus memuliakan Tuhan.

Mazmur 50:15 - “Berserulah kepadaKu pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.’ Sela”.

Pulpit Commentary: “That sensitive heart, trying to screen herself from the observation of the crowd, and wishing to come and go unnoticed, was not rejected. Nevertheless, the Lord, by his repeated questioning, constrained her to come forward and acknowledge the blessing she had received. Christ does not wish for an ostentatious piety; he hates all pretence; but he approves and desires a suitable and grateful avowal of our indebtedness to him. Though we come with a trembling heart, yet we are to come and tell our friends what great things the Lord has done for us” [= Hati yang peka itu, yang berusaha untuk menutupi dirinya sendiri dari pengamatan orang banyak, dan ingin datang dan pergi tanpa diperhatikan, tidak ditolak. Namun, Tuhan, dengan pertanyaanNya yang berulang-ulang,mendesaknya untuk maju dan mengakui berkat yang telah ia terima. Kristus tidak menginginkan suatu kesalehan yang bersifat pameran; Ia membenci semua kepura-puraan; tetapi Ia merestui dan menginginkan suatu pengakuan yang sesuai dan penuh syukur dari keberhutangan kita kepadaNya. Sekalipun kita datang dengan hati yang gemetar, tetapi kita harus datang dan memberi tahu teman-teman kita hal-hal besar apa yang Tuhan telah lakukan untuk kita] - hal 227.

Penerapan: bagian ini merupakan teguran bagi orang kristen yang tidak pernah mau mensharingkan berkat yang telah mereka terima.

2. Pertanyaan ini akan menyebabkan perempuan itu memberikan pengakuan / kesaksian, dan pengakuan / kesaksian ini baik / bermanfaat untuk perempuan itu sendiri maupun untuk orang-orang yang mendengarnya. Dengan demikian perempuan itu tidak lagi dianggap najis.

b) Kata-kata Petrus maksudnya adalah ‘banyak orang mengerumuni dan mendesak Engkau, dan karena itu tentu banyak yang menjamah / menyentuh Engkau.’.

Jawaban Yesus dalam Lukas 8: 46 menunjukkan adanya perbedaan antara sekedar kontak fisik, dan kontak rohani. Manusia tidak bisa membedakan kedua hal ini, tetapi Yesus bisa!

Penerapan: kalau saudara berbakti di gereja, berdoa, bersaat teduh, datang dalam Pemahaman Alkitab, dsb, jangan asal ada ‘kontak fisik’, tetapi harus ada ‘kontak rohani’ dengan Tuhan.

Pulpit Commentary: “it conveys to us the important truth that we are not lost in the crowd. ... The fact that he controls the universe is no reason why he should not watch the workings of each humblest human soul. The vastness of the range of his observation does not diminish the fulness of his knowledge of every member of his family” [= itu menyampaikan kepada kita kebenaran yang penting bahwa kita tidak terhilang dalam kumpulan orang banyak. ... Fakta bahwa ia mengontrol alam semesta bukanlah alasan mengapa Ia tidak mengawasi pekerjaan dari setiap jiwa yang paling rendah. Keluasan dari pengamatanNya tidak mengurangi kepenuhan dari pengetahuanNya tentang setiap anggota dari keluargaNya] - hal 227.

William Barclay: “Almost everybody would have regarded the woman in the crowd as totally unimportant. For Jesus she was someone in need, and therefore he, as it were, withdrew from the crowd and gave himself to her. ‘God loves each one of us as if there was only one of us to love.’” [= Hampir setiap orang akan menganggap perempuan dalam kumpulan orang banyak itu sebagai sama sekali tidak penting. Untuk Yesus ia adalah seseorang dalam kebutuhan, dan karena itu Ia seakan-akan menarik diri dari kumpulan orang banyak itu dan memberikan diriNya kepadanya. ‘Allah mengasihi setiap orang dari kita seakan-akan di sana hanya ada satu orang dari kita untuk dikasihi’] - hal 114.

c) Mengapa perempuan itu menjadi takut?

William Hendriksen mengatakan (hal 459) bahwa pada saat itu di tempat itu perempuan dianggap tidak layak untuk bicara di tempat umum. Juga karena ia dianggap najis, tetapi menyentuh Yesus, yang dianggap sebagai nabi / guru.

d) Yesus lalu berkata kepada perempuan itu dalam ay 48: “Maka kataNya kepada perempuan itu: ‘Hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!’”.

1. Kata ‘anakKu’ dalam bahasa Inggris adalah ‘daughter’ [= anak perempuan].

Pulpit Commentary: “This is the only place in the Gospels where our Lord is reported to have used this loving word to any woman” [= Ini adalah satu-satunya tempat dalam Injil-injil dimana Tuhan kita dilaporkan telah menggunakan kata yang penuh kasih ini kepada seorang perempuan] - hal 210.

Pulpit Commentary juga mengatakan (hal 210) bahwa dalam kitab Apocrypha yang disebut ‘Injil Nikodemus’, perempuan bernama ‘Veronica’, dan pada waktu Yesus jatuh pada saat memikul kayu salib, perempuan ini memberikan sapu tangan untuk menyeka wajah Yesus. Tetapi tentang kebenaran dari cerita ini, tentu saja sama sekali tidak bisa dipastikan.

2. ‘Imanmu telah menyelamatkan engkau’.

NIV: ‘your faith has healed you.’ [= imanmu telah menyembuhkan engkau.].

Kata Yunaninya bisa diterjemahkan ‘menyelamatkan’ ataupun ‘menyembuhkan’.

Tetapi karena ini berurusan dengan penyakit, terjemahan NIV lebih benar.

William Hendriksen: “Her faith, though not the basic cause of her cure, had been the channel through which the cure had been accomplished” [= Imannya, sekalipun bukan penyebab dasar dari penyembuhannya, merupakan saluran melalui mana penyembuhan itu tercapai] - hal 459.

Barnes’ Notes (tentang Matius 9:22): “Her faith, her strong confidence in Jesus, had been the means of her restoration. It was the ‘power’ of Jesus that cured her; but that power would not have been exerted but in connection with faith. So in the salvation of a sinner. No one is saved who does not believe; but faith is the instrument, and not the power, that saves” [= Imannya, keyakinannya yang kuat kepada Yesus, telah menjadi jalan dari pemulihannya. Adalah kuasa dari Yesus yang menyembuhkannya; tetapi kuasa itu tidak akan digunakan kecuali berhubungan dengan iman. Demikian juga dalam keselamatan dari seorang berdosa. Tidak seorangpun yang diselamatkan yang tidak percaya; tetapi iman adalah alat, dan bukan kuasa, yang menyelamatkan].

Saya tidak setuju dengan pemutlakan iman dalam persoalan kesembuhan seperti ini, dan juga dengan penyamaan kemutlakan iman dalam persoalan kesembuhan dan dalam persoalan keselamatan. Dalam hal keselamatan iman memang mutlak harus ada, tetapi dalam hal kesembuhan tidak. Misalnya pada waktu Lazarus mati, ia sendiri tentu tidak beriman, dan kedua saudaranya juga tidak beriman, tetapi toh Lazarus dibangkitkan.

III) Pembangkitan anak Yairus.

1) Interupsi dari perempuan itu merupakan pencobaan bagi Yairus.

Interupsi dari perempuan tadi jelas merupakan suatu pencobaan hebat bagi Yairus! Anaknya sakit berat / sekarat, dan pertolongan harus cepat datang atau anak itu akan mati, tetapi sekarang perempuan ini menyebabkan Yesus tertunda untuk menolong anaknya.

Tetapi sebetulnya, pada saat yang sama, interupsi ini juga membantu iman Yairus, karena dalam peristiwa ini ia melihat bahwa Yesus menyembuhkan perempuan yang sakit pendarahan itu.

2) Anak Yairus mati.

Lukas 8: 49: “Ketika Yesus masih berbicara, datanglah seorang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: ‘Anakmu sudah mati, jangan lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru!’”.

a) Orang yang membawa kabar ini memberi nasehat yang maksudnya baik, yaitu untuk tidak lagi menyusahkan Yesus, tetapi ia tetap salah.

Pulpit Commentary: “Christ may be much troubled by our distance and neglect; he is not likely to be burdened by our earnest approaches and appeals” [= Kristus bisa disusahkan oleh kejauhan dan pengabaian kita; Ia tidak mungkin disusahkan oleh pendekatan dan permohonan kita yang sungguh-sungguh] - hal 228.

Jadi, kalau saudara jauh dari Dia atau mengabaikan Dia, itu menyusahkan Dia. Tetapi kalau saudara mendekat kepadaNya dan memohon kepadaNya, betapapun banyaknya dan besarnya permintaan saudara, itu tidak menyusahkan Dia.

Pulpit Commentary: “the cause may be very low, the heart may be very cold, the character may be very corrupt, the life may be very base, the case may seem very hopeless; but do not shrink from ‘troubling the Master;’ his touch ‘has still its ancient power;’” [= perkaranya boleh rendah, hati boleh sangat dingin, karakter boleh sangat jahat, kehidupan boleh sangat jelek / hina, kasusnya boleh kelihatan tak ada harapan; tetapi jangan segan untuk ‘menyusahkan Guru’; sentuhanNya ‘tetap mempunyai kuasanya yang kuno’] - hal 228.

b) Anak Yairus mati.

Pencobaan seperti ini sering terjadi. Kita mendapat problem yang berat, dan kita lalu datang kepada Tuhan dalam doa. Tetapi apa yang terjadi? Bukannya keadaan lalu membaik tetapi sebaliknya memburuk sedemikian rupa, sehingga dalam pandangan kita menjadi mustahil untuk dibereskan. Pada saat seperti itu, kita juga harus memperhatikan apa yang Yesus katakan.

Lukas 8: 50: “Tetapi Yesus mendengarnya dan berkata kepada Yairus: ‘Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat.’”.

Markus 5:36 - “Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: ‘Jangan takut, percaya saja!’”.

Markus menggunakan kata Yunani PISTEUE, suatu present imperative, yaitu perintah yang harus dilakukan terus menerus, atau ‘teruslah percaya’.

Lukas menggunakan kata Yunani PISTEUSON, suatu aorist imperative, yaitu perintah yang hanya perlu dilakukan 1 x saja.

Keduanya harus digabungkan.

Leon Morris (Tyndale): “Jesus certainly made it clear to the ruler of the synagogue that in the face of the disaster that had hit him he must have faith. Nothing else mattered” [= Yesus pasti membuatnya jelas kepada kepala rumah ibadat itu bahwa di hadapan bahaya yang telah menghantamnya ia harus mempunyai iman. Tidak ada hal lain yang berarti] - hal 161.

Bdk. Amsal 24:10 - “Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.”.

KJV: ‘If thou faint in the day of adversity, thy strength is small’ [= Jika engkau lemah / takut / suam pada hari kesengsaraan, kekuatanmu kecil].

NASB: ‘If you are slack in the day of distress, Your strength is limited’ [= Jika engkau mengendur pada hari kesukaran, Kekuatanmu terbatas].

NIV: ‘If you falter in times of trouble, how small is your strength!’ [= Jika engkau bimbang / goyang pada masa kesukaran, alangkah kecilnya kekuatanmu].

3) Pembangkitan anak Yairus.

Lukas 8: 51-56: “(51) Setibanya di rumah Yairus, Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut masuk dengan Dia, kecuali Petrus, Yohanes dan Yakobus dan ayah anak itu serta ibunya. (52) Semua orang menangis dan meratapi anak itu. Akan tetapi Yesus berkata: ‘Jangan menangis; ia tidak mati, tetapi tidur.’ (53) Mereka menertawakan Dia, karena mereka tahu bahwa anak itu telah mati. (54) Lalu Yesus memegang tangan anak itu dan berseru, kataNya: ‘Hai anak bangunlah!’ (55) Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri. Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan. (56) Dan takjublah orang tua anak itu, tetapi Yesus melarang mereka memberitahukan kepada siapapun juga apa yang terjadi itu.”.

a) Yang diceritakan dalam ay 52 ini adalah peratap profesional.

Bdk. Yeremia 9:17-18 - “(17) Perhatikanlah! Panggillah perempuan-perempuan peratap, supaya mereka datang, dan suruhlah orang kepada perempuan-perempuan yang bijaksana, supaya mereka datang! (18) Biarlah mereka bersegera dan meratap karena kita, supaya mata kita mencucurkan air mata, dan kelopak mata kita melelehkan air!”.

Adam Clarke: “Pompous funeral ceremonies are ridiculous in themselves, and entirely opposed to the spirit and simplicity of the religion of Christ. Everywhere they meet with his disapprobation” [= Upacara-upacara penguburan yang megah merupakan sesuatu yang menggelikan dalam dirinya sendiri, dan sepenuhnya bertentangan dengan semangat dan kesederhanaan dari agama Kristus. Dimana-mana hal-hal seperti itu ditemui dengan penolakanNya].

Kalau saudara menghabiskan banyak uang untuk penguburan, maka renungkan kata-kata Clarke ini.

Matthew Henry (tentang Mat 9): “Observe, The parents, who were immediately touched with the affliction, were silent, while the people and minstrels, whose lamentations were forced, made such a noise. Note, The loudest grief is not always the greatest; rivers are most noisy where they run shallow. ... That grief is most sincere, which shuns observation” [= Perhatikan, orang tua anak itu, yang secara langsung disentuh oleh penderitaan / kesusahan itu, diam, sementara orang-orang dan penyanyi /pemusik, yang ratapannya dipaksakan, membuat keributan besar. Perhatikan, kesedihan yang paling keras bunyinya tidak selalu adalah kesedihan yang terbesar; sungai sangat keras bunyinya kalau mereka dangkal. ... Kesedihan itu paling sungguh-sungguh, yang menghindari pengamatan / pengawasan].

Pulpit Commentary: “The hired mourners, with their shouts and cries, their ostentation and display, are abhorrent to the Lord. Simplicity and genuineness of emotion befit the house of the dead, and all connected with death and burial” [= Orang-orang berkabung sewaan, dengan teriakan dan tangisan mereka, pameran dan pertunjukan mereka, merupakan sesuatu yang menjijikkan bagi Tuhan. Kesederhanaan dan keaslian dari perasaan cocok dengan rumah dari orang mati, dan semua yang berhubungan dengan kematian dan penguburan] - hal 217.

Bandingkan dengan orang-orang kristen yang nangis-nangis di gereja-gereja Pentakosta / Kharismatik. Sekalipun ini tak berhubungan dengan kematian tetapi pada umumnya ini juga bukan tangisan yang tulus, dan pasti tidak disenangi oleh Tuhan.

b) Yesus berkata bahwa anak itu tidak mati tetapi tidur (Lukas 8: 52).

Komentar William Barclay tentang text ini diberi judul ‘An only child is healed’ [= Anak tunggal disembuhkan]!

William Barclay: “They were sure she was dead, but Jesus said she was asleep. It is perfectly possible that Jesus meant this literally. It may well be that here we have a real miracle of diagnosis; that Jesus saw the girl was in a deep trance and that she was on the point of being buried alive” [= Mereka yakin bahwa ia mati, tetapi Yesus berkata bahwa ia tidur. Adalah sangat mungkin bahwa Yesus memaksudkan ini secara hurufiah. Mungkin di sini kita mempunyai suatu mujijat diagnose yang sejati; bahwa Yesus melihat gadis itu ada dalam suatu trance yang dalam, dan bahwa ia ada pada titik dimana ia akan dikubur hidup-hidup] - hal 110-111.

Ini merupakan omong kosong yang bodoh. Ada banyak hal yang jelas menunjukkan bahwa anak itu betul-betul telah mati, yaitu:

1. Kalau itu hanya suatu diagnose yang benar, maka itu bukan suatu mujijat yang hebat, sehingga tak akan dicatat oleh 3 penulis Injil.

2. Istilah ‘tidur’ sering dipakai untuk menyatakan ‘mati’.

Calvin: “‘Sleep’ is everywhere in Scripture employed to denote ‘death;’ and there is no doubt but this comparison, taken from temporal rest, points out a future resurrection. But here Christ expressly makes a distinction between ‘sleep’ and ‘death,’ so as to excite an expectation of life” [= ‘Tidur’ dimana-mana dalam Kitab Suci digunakan untuk menunjukkan ‘kematian’; dan tidak ada keraguan bahwa perbandingan ini, diambil dari istirahat sementara, menunjuk pada suatu kebangkitan pada masa yang akan datang] - hal 415-416.

Leon Morris (Tyndale): “In the New Testament believers are never said to die, but to sleep” [= Dalam Perjanjian Baru orang-orang percaya tidak pernah dikatakan mati, tetapi tidur] - hal 162.

Bdk. Yohanes 11:11-14 - “(11) Demikianlah perkataanNya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: ‘Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.’ (12) Maka kata murid-murid itu kepadaNya: ‘Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh.’ (13) Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. (14) Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: ‘Lazarus sudah mati;”.

Di sini Yesus secara jelas menjelaskan bahwa yang Ia maksud dengan ‘tidur’ adalah ‘mati’. Dan Kitab Suci seringkali juga meniru penggunaan istilah ‘tidur’ dalam arti ‘mati’.

Kis 7:60 (NIV): “Then he fell on his knees and cried out, ‘Lord, do not hold this sin against them.’ When he had said this, he fell asleep” [= Lalu ia berlutut dan menjerit: ‘Tuhan, jangan tanggungkan dosa ini terhadap mereka’. Pada waktu ia telah mengatakan ini, ia jatuh tertidur].

1Tesalonika 4:13-16 (NIV): ‘(13) Brothers, we do not want you to be ignorant about those who fall asleep, or to grieve like the rest of men, who have no hope. (14) We believe that Jesus died and rose again and so we believe that God will bring with Jesus those who have fallen asleep in him. (15) According to the Lord’s own word, we tell you that we who are still alive, who are left till the coming of the Lord, will certainly not precede those who have fallen asleep. (16) For the Lord himself will come down from heaven, with a loud command, with the voice of the archangel and with the trumpet call of God, and the dead in Christ will rise first’ [= (13) Saudara-saudara, kami tidak mau bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang jatuh tertidur, atau berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. (14) Kita percaya bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, dan kita percaya juga bahwa Allah akan membawa dengan Yesus mereka yang telah jatuh tertidur dalam Dia. (15) Sesuai dengan kata-kata Tuhan sendiri, kami memberitahu kamu bahwa kita yang masih hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah jatuh tertidur. (16) Sebab Tuhan sendiri akan turun dari surga, dengan perintah yang keras, dengan suara dari penghulu malaikat dan dengan panggilan sangkakala dari Allah, dan orang-orang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit].

3. Lukas 8: 55 mengatakan bahwa roh anak itu kembali, dan ini menunjukkan bahwa tadinya telah terjadi perpisahan antara tubuh dan jiwa / roh anak itu.

c) Lukas 8: 53: “Mereka menertawakan Dia, karena mereka tahu bahwa anak itu telah mati.”.

Bahwa mereka bisa mendadak berubah dari menangis menjadi tertawa, menunjukkan kemunafikan mereka. Tetapi ini juga menunjukkan keyakinan mereka tentang kematian anak itu.

Adam Clarke tentang Mat 9: “People of the world generally ridicule those truths which they neither comprehend nor love, and deride those who publish them; but a faithful minister of God (copying the example of Christ), keeps on his way, and does the work of his Lord and Master” [= Orang-orang dunia pada umumnya mengejek kebenaran yang tidak mereka mengerti ataupun kasihi, dan mengejek mereka yang mengumumkannya; tetapi seorang pelayan yang setia dari Allah (meniru teladan Kristus), meneruskan jalannya, dan melakukan pekerjaan dari Tuhan dan Gurunya].

d) Lukas 8: 54: “Lalu Yesus memegang tangan anak itu dan berseru, kataNya: ‘Hai anak bangunlah!’”.

Matthew Henry tentang Mat 9: “Christ went in and took her by the hand, as it were to awake her, and to help her up, prosecuting his own metaphor of her being asleep. The high priest, that typified Christ, was not to come near the dead (Lev. 21:10-11), but Christ touched the dead. The Levitical priesthood leaves the dead in their uncleanness, and therefore keeps at a distance from them, because it cannot remedy them; but Christ, having power to raise the dead, is above the infection, and therefore is not shy of touching them. He took her by the hand, and the maid arose. So easily, so effectually was the miracle wrought; not by prayer, as Elijah did (1 Kin. 17:21), and Elisha (2 Kin. 4:33), but by a touch. They did it as servants, he as a Son, as a God, to whom belong the issues from death. Note, Jesus Christ is the Lord of souls, he commands them forth, and commands them back, when and as he pleases” [= Kristus masuk dan memegang tangannya, seakan-akan membangunkannya, dan menolongnya untuk bangun, melaksanakan kiasannya sendiri bahwa ia tidur. Imam besar, yang merupakan type dari Kristus, tidak boleh mendekati orang mati (Im 21:10-11), tetapi Kristus menyentuh orang mati. Keimaman Lewi meninggalkan orang mati dalam kenajisan mereka, dan karena itu menjaga jarak terhadap mereka, karena tidak bisa menyembuhkan mereka; tetapi Kristus, yang mempunyai kuasa untuk membangkitkan orang mati, ada di atas penularan itu, dan karena itu tidak takut untuk menyentuh mereka. Ia memegangnya pada tangannya, dan gadis itu bangkit. Begitu mudah, begitu efektif mujijat itu dilakukan; tidak dengan doa, seperti yang dilakukan Elia (1Raja 17:21), dan Elisa (2Raja 4:33), tetapi dengan sentuhan. Perhatikan, Yesus Kristus adalah Tuhan dari jiwa-jiwa, Ia memerintahkan mereka pergi dan memerintahkan mereka kembali, kapan dan seperti yang Ia inginkan].

Im 21:10-11 - “(10) Imam yang terbesar di antara saudara-saudaranya, yang sudah diurapi dengan menuangkan minyak urapan di atas kepalanya dan yang ditahbiskan dengan mengenakan kepadanya segala pakaian kudus, janganlah membiarkan rambutnya terurai dan janganlah ia mencabik pakaiannya. (11) Janganlah ia dekat kepada semua mayat, bahkan janganlah ia menajiskan diri dengan mayat ayahnya atau ibunya.”.

1Raja 17:21 - “Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya.’”.

2Raja 4:33 - “Sesudah ia masuk, ditutupnyalah pintu, sehingga ia sendiri dengan anak itu di dalam kamar, kemudian berdoalah ia kepada TUHAN.”.

e) Roh anak itu kembali dan anak itu hidup kembali.

Lukas 8: 55a: “Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri.”.

1. Ini menunjukkan jiwa / roh tetap ada pada saat terpisah dari tubuh / mati.

Matthew Henry: “This plainly proves that the soul exists and acts in a state of separation from the body, and therefore is immortal; that death does not extinguish this candle of the Lord, but takes it out of a dark lantern. ... it is ... something that subsists by itself, which, after death, is somewhere else than where the body is. Where the soul of this child was in this interval we are not told; it was in the hand of the Father of spirits, to whom all souls at death return” [= Ini secara jelas membuktikan bahwa jiwa ada dan bertindak dalam keadaan terpisah dari tubuh, dan karena itu tidak bisa mati; bahwa kematian tidak memadamkan lilin Tuhan ini, tetapi mengambilnya keluar dari lentera yang gelap. ... itu adalah sesuatu yang tetap ada / hidup dalam dirinya sendiri, yang, setelah kematian, ada di suatu tempat yang lain dari tempat dimana tubuhnya berada. Dimana jiwa dari anak ini ada dalam interval itu kita tidak diberi tahu; itu ada dalam tangan dari Bapa dari roh-roh, kepada siapa semua jiwa kembali pada saat kematian].

2. Ini menunjukkan bahwa kematian merupakan perpisahan antara tubuh dengan jiwa / roh.

William Hendriksen: “Luke 8:55 states that at the command of Jesus ‘her spirit returned.’ It is clear, therefore, that there had been a separation between spirit and body” [= Lukas 8:55 menyatakan bahwa atas perintah Yesus ‘rohnya kembali’. Karena itu jelas bahwa di sana telah ada perpisahan antara roh dan tubuh] - hal 462.

Bandingkan dengan tulisan Ir. Herlianto, M. Th. yang melarang kremasi, dengan alasan: kita tidak tahu kerugian apa yang akan terjadi pada roh orang itu, karena pada saat mati roh seseorang tidak langsung meninggalkan tubuhnya.

Ir. Herlianto:

“dalam pembakaran demikian kita membuka kemungkinan ikut terbakarnya roh / jiwa disamping tubuh, sebab kita tidak tahu berapa lama roh / jiwa manusia masih mempunyai keterkaitan dengan tubuh jasmani setelah seseorang dinyatakan meninggal secara klinis, dan apa yang dirasakan roh / jiwa saat terbakar!” - hal 2, kolom 1.

“proses pembakaran jenazah akan berdampak kemungkinan ikut terbakarnya roh / jiwa yang mungkin masih punya keterikatan dengan tubuh jasmani itu. Kita jangan berspekulasi mengenai kemungkinan apa yang bisa terjadi dengan roh / jiwa pada saat kita membakar tubuh jasmaninya dengan sengaja” - hal 3, kolom 1.

“Ada kemungkinan bahwa roh / jiwa tidak langsung melepaskan keterkaitannya dengan tubuh setelah seseorang dinyatakan mati tetapi membutuhkan waktu beberapa hari, bila demikian pembakaran jenazah dapat berdampak serius terhadap roh / jiwa yang masih punya keterikatan dengan tubuh” - hal 4, kolom 2.

Kepercayaan bahwa roh seseorang masih belum meninggalkan tubuhnya pada saat ia mati, adalah kepercayaan kafir, dan jelas bertentangan dengan Alkitab. Dari dulu definisi dari kematian adalah terpisahnya tubuh dengan jiwa / roh, dan itu juga secara jelas dinyatakan dalam Kitab Suci.

a. 1Raja 17:21-22 - “(21) Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa (Ibrani: NEPHESH = jiwa) anak ini ke dalam tubuhnya.’ (22) TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa (NEPHESH = jiwa) anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali.”.


b. Lukas 23:43,46 - “(43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’ ... (46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu (seharusnya ‘rohKu’).’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya.”.

c. Kis 7:59 - “Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: ‘Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.’”.

d. Penceritaan tentang kematian Ananias dan Safira dalam Kis 5:5,10, dan tentang kematian Herodes dalam Kis 12:23.

Kis 5:5,10 - ‘putuslah nyawanya’.

KJV: ‘gave up / yielded up the ghost’ [= menyerahkan roh].

RSV/NIV: ‘died’ [= mati].

NASB: ‘breathed his / her last’ [= menghembuskan nafas terakhir].

Kata Yunani yang dipakai adalah EXEPSUXEN (dalam Perjanjian Baru kata ini hanya digunakan 3 x, yaitu dalam Kis 5:5,10 Kis 12:23), yang berasal dari kata dasar EKPSUCHO. Kata EKPSUCHO ini pasti berasal dari 2 kata Yunani yaitu EK [= from (=dari), out from (=keluar dari), away from (=jauh dari)] + PSUCHE [= soul (=jiwa)]. Kata Yunani ini menunjukkan bahwa ‘mati’ merupakan ‘perpisahan tubuh dengan jiwa’.

e. Cara Paulus menggambarkan kematian dalam 2Kor 5:8 - “tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.”.

KJV: ‘to be absent from the body, and to be present with the Lord’ [= absen dari tubuh, dan hadir dengan Tuhan].

RSV: ‘be away from the body and at home with the Lord’ [= jauh dari tubuh dan di rumah dengan Tuhan].

NIV: ‘to be away from the body and at home with the Lord.’ [= jauh dari tubuh dan di rumah dengan Tuhan].

NASB: ‘to be absent from the body and to be at home with the Lord’ [= absen dari tubuh dan ada di rumah dengan Tuhan].

Yunani: EKDEMESAI EK TOU SOMATOS KAI ENDEMESAI PROS TON KURION.

Perhatikan kontras antara EKDEMESAI [= to go away from home / pergi dari rumah] dan ENDEMESAI [= to come home / pulang ke rumah]. Jadi kematian digambarkan sebagai ‘pergi dari rumah menjauhi tubuh’, dan ‘pulang ke rumah kepada Tuhan’.

f. 2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya DALAM HIDUPNYA INI, baik ataupun jahat.”.

Perhatikan kata-kata yang saya cetak dengan huruf besar itu, yang diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris.

KJV: ‘in his body’ [= dalam tubuhnya].

RSV/NIV/NASB: ‘in the body’ [= dalam tubuh].

Dalam bahasa Yunani memang digunakan kata SOMA, yang artinya adalah ‘tubuh’.

Yang dimaksudkan oleh Paulus jelas adalah bahwa apa yang dihakimi nanti hanyalah apa yang dilakukan oleh seseorang pada saat ia masih hidup. Paulus menggambarkan ‘keadaan masih hidup’ itu dengan kata-kata ‘dalam tubuh’. Ini jelas menunjukkan bahwa pada saat mati, roh / jiwa seseorang meninggalkan / terpisah dari tubuhnya.

Disamping itu saya berpendapat bahwa Ir. Herlianto ini kacau pengertiannya tentang penebusan Kristus. Karena kalau tidak, seharusnya ia tahu bahwa pada saat orang kristen mati, penebusan Kristus menyebabkan orang percaya tidak mungkin menderita lagi. Pada saat masih hidup memang ada penderitaan, sebagai serangan setan, ujian Tuhan, hajaran / didikan Tuhan, dsb. Tetapi setelah mati, semua itu tidak ada lagi, sehingga tidak mungkin lagi ada penderitaan bagi orang percaya.

f) Yesus menyuruh memberi anak itu makan.

Lukas 8: 55b: “Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan.”.

Adam Clarke mengatakan bahwa Yesus membangkitkan anak itu secara mujijat, tetapi dalam pemeliharaan anak itu selanjutnya Ia menghendaki digunakan cara-cara biasa. Anak itu harus makan.

Penerapan: kalau sakit yang tidak mungkin bisa sembuh boleh saja harapkan mujijat sekalipun Tuhan tidak berjanji akan melakukannya. Tetapi kalau sakit yang ada obatnya, dan tidak mau menggunakan, itu dosa.

g) Lukas 8: 56b: Yesus melarang memberitahukan hal itu.

Aneh, dalam peristiwa orang yang kerasukan setan di Gerasa / Gadara itu Yesus justru menyuruh orang itu untuk memberitakan hal itu. Tetapi di sini dilarang, tetapi ini jelas hanya untuk sementara waktu.

Tetapi Matius 9:26 mengatakan bahwa kabar tentang hal itu tersiar. Jadi mungkin orang-orang itu tidak mentaati larangan Yesus tersebut. Dan sekalipun bukan orang tua anak itu yang memberitakan hal itu, bisa saja orang-orang yang di luar yang memberitakan. Sekalipun mereka tidak melihat Yesus membangkitkan anak itu, tetapi mereka tahu bahwa anak itu tadinya sudah mati, dan lalu mereka melihat anak itu hidup kembali.

Kesimpulan.

Tidak ada problem yang Tuhan tidak bisa bereskan. Bawalah problem saudara kepadaNya dalam doa!

-AMIN-
Next Post Previous Post