BERKAT: GAMBARAN, PENTINGNYA, CARA DAN ORANG KRISTEN
Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.
BERKAT: GAMBARAN, PENTINGNYA, CARA DAN ORANG KRISTEN. “TUHAN memberkati Abraham, Abraham memberkati Ishak, Ishak Memberkati Yakub, Yakub memberkati Yusuf dan anak-anaknya; demikianlah kita melihat penghargaan para Patriakh (leluhur Israel) terhadap berkat. Sesungguhnya ada kuasa dan kehidupan di dalam berkat!”
PENDAHULUAN:
Alkitab sangat banyak membicarakan tentang berkat. Kata “berkat” adalah kata yang sangat penting khususnya dalam Perjanjian Lama. Kata “berkat” diterjemahkan dari kata Ibrani “berakhah", berasal dari kerja “barakh", yang bermakna “memberkati, memberikan salam; berlutut memberi hormat”. Kata “berkat” ini digunakan lebih dari 640 kali dalam Perjanjian Lama.
Kepada Abraham Tuhan berfirman, “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan (Aku akan) memberkati engkau (va'avârekhkha) serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi (vehyêh) berkat(berâkhâh) (Kejadian 12:2). Kata Yunani yang biasa digunakan untuk “berkat” adalah "oilogeo" atau "oilogia" yang berarti “perkataan yang baik”. Biasanya dalam bentuk ungkapan kata-kata pujian dan syukur yang memuliakan Tuhan.
Berkat, secara ultimat berasal dari Tuhan (Ulangan 8:17-8; Amsal 10:22). Pencarian agar memperoleh suatu keadaan yang diberkati merupakan kerinduan manusia yang universal. Jeritan kepedihan hati dan tangisan Esau menggambarkan keadaan banyak orang saat ini yang hidup tanpa berkat, Kata Esau kepada ayahnya: "Hanya berkat yang satu itukah ada padamu, ya bapa? Berkatilah aku ini juga, ya bapa!" Dan dengan suara keras menangislah Esau” (Kejadian 27:38). Manusia sering mengutarakan suatu harapan untuk kehidupan yang diberkati baik kepada dirinya, keturunanya dan berkat kepada sesamanya.
Orang-orang yang hidup di dalam Perjanjian Lama tampaknya dengan jelas mengerti kuasa berkat. Saat kepala keluarga mendekati kematiannya, para putra tertua berkumpul di sisi ayah mereka. Sang ayah kemudian akan meletakkan tangannya di kepala masing-masing putra serta mengucapkan kata-kata yang meramalkan kehidupan dan masa depan mereka.
Kata-kata ini berisi apa yang kemudian dikenal sebagai "berkat". Keluarga menyadari bahwa saat-saat seperti ini lebih dari sekedar pesan-pesan terkahir sebelum kematian sang ayah; kata-kata ini membawa otoritas rohani, mempunyai kuasa untuk mendatangkan keberhasilan, kemakmuran, dan kesehatan di masa depan mereka.
Perjanjian Lama memberikan contoh pentingnya berkat, sehingga untuk mendapatkannya harus diperebutkan. Esau dan Yakub “bertengkar” memperebutkan berkat dari ayah mereka, Ishak (Kejadian 27:1-41). Mereka tidak bertengkar karena uang atau warisan keluarga lainnya yang mungkin bisa mereka warisi. Esau dan Yakub, sama-sama menyadari bahwa jika mereka menerima berkat ayahnya, maka kekayaan dan keberhasilan merupakan sesuatu yang nyata di masa depan.
GAMBARAN ALKITAB TENTANG BERKAT
Gambaran Alkitab tentang berkat orang percaya dihubungkan dengan penciptaan, patriak (para bapa leluhur Israel), kovenan (perjanjian), dan berkat yang dihubungkan dengan Perjanjian Baru.
Pertama, berkat dihubungkan dengan penciptaan. Ketika Tuhan memciptakan langit, bumi, manusia dan segenap mahluk yang tinggal didalamnya, Ia memberkati ciptaanNya itu (Kejadian 1:22,28; 2;3). Berkat dalam penciptaan dan alam semesta ini adalah berkat yang bersifat umum, universal dan bagi semua manusia (Bandingkan Matius 5:45).
Kedua, berkat yang dihubungkan para Patriakh. TUHAN memberkati Abraham, Abraham memberkati Ishak, Ishak memberkati Yakub, Yakub memberkati Yusuf dan anak-anaknya; demikianlah kita melihat penghargaan para Patriakh terhadap berkat (Kejadian 12:1-4; 24:1; 25:5; 27:27-30; 48; 49). Sesungguhnya ada kuasa dan kehidupan di dalam berkat! Berkat-berkat lebih dari sekedar harapan yang baik, dalam hal-hal tertentu berkat berdampak bagi kehidupan dan masa depan para Patriakh dan keturunannya.
Ketiga, berkat yang dihubungkan dengan perjanjian (kovenan). Tuhan berjanji untuk memberkati Abraham, dan oleh Abraham semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat (Kejadian 12:3). Paulus mengatakan bahwa orang-orang percaya adalah anak-anak Abraham (Galatia 3:7); dan bahwa mereka adalah keturunan Abraham yang berhak menerima janji Allah (Galatia 3:29). Orang-orang percaya disebut anak-anak Abraham hanya karena mereka mengikuti jejak iman Abraham (Galatia 3:9).
Kepada orang percaya berkat perjanjian terutama dihubungkan dengan karya Kristus bagi orang percaya (Galatia 3:26,27) dan ketaatan dimana Tuhan memberi upah karena ketaatan. Tetapi, walaupun Tuhan memberi berkat karena ketaatan, yang menyebabkan Ia melakukannya adalah anugerahNya (Bandingkan Ulangan 7:6-16; Mazmur 5:9).
Keempat, berkat dalam Perjanjian Baru. Sementara berkat dalam Perjanjian Lama dikaitkan dengan kemakmuran fisik, maka berkat dalam Perjanjian Baru lebih menekankan pada warisan rohani yang disediakan di sorga (Efesus 1:3). Walaupun demikian, Perjanjian Baru juga memberikan tempat bagi kemakmuran materi (2 Korintus 8:9). Berkat yang kita bicarakan dalam kesempatan ini adalah berkat yang dihubungkan dengan patriakh dan kovenan, seperti yang disebutkan diatas.
PENTINGNYA BERKAT
Alkitab memberikan alasan pentingnya berkat dalam kehidupan kita.
Pertama, berkat menggambarkan kehendak Tuhan dari sejak penciptaan dan itu adalah rancanganNya dari semula (Efesus 1:3-4). Setelah Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, Ia memberkati mereka. Alkitab mencatat bahwa “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”. (Kejadian 1:28). Kebenaran ini sungguh luar biasa, karena kita mengetahu bahwa kita diciptakan supaya diberkati!
Kedua, berkat adalah cara untuk memohon perlindungan Tuhan (bandingkan Bilangan 6:24-26). Bagi mereka yang hidup pada masa Patriakh berkat adalah saat untuk memohon perlindungan Tuhan bagi yang dikasihi. Begitu pentingnya berkat ini, sehingga bila ada anggota keluarga yang akan bepergian jauh, mereka akan menerima berkat sebelum berangkat. Misalnya, Ishak memberkati Yakub sebelum Yakub pergi mencari seorang istri (Kejadian 28:1). Atau, Laban dan Betual, yang memberkati Ribka, saudara mereka yang akan pergi meninggalkan mereka untuk menjumpai Ishak dan menjadi istrinya (Kejadian 24:60).
Ketiga, berkat digunakan untuk menandai peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan. Ketika orang tua mendekati saat kematian, ia memanggil anak-anak untuk memberkati (Kejadian 27:1; 48:1). Berkat juga diberikan pada peristiwa perkawinan (Kejadian 24:60) dan peristiwa kelahiran (Rut 4:14-15).
Simeon memberkati Keluarga Yusuf dan Maria saat mereka membawa Yesus ke Yerusalem untuk diserahkan kepada Allah (Lukas 2:25-34). Tradisi Yahudi yang masih ada sampai sekarang yaitu “bar mitsva” untuk upacara ulang tahun anak lelaki, dan “bat mitsva” untuk upacara ulng tahun anak perempuan. Masa akil balig (tradisi Yahudi untuk menyatakan seorang anak telah dewasa) adalah saat berkat khusus yang diberikan oleh orang tua kepada anak mereka (Galatia 4:1-2).
Keempat, berkat menunjukkan penerimaan dan penghargaan. Berkat yang diberikan pada seseorang merupakan bentuk pengakuan yang dipahami bahwa orang tersebut diterima dan dihargai. Demikian kita melihat Abraham memberkati Ishak, Ishak memberkati Yakub, Yakub memberkati keduabelas anaknya, serta dua cucunya. Bahkan Kata-kata berkat berkat Yakub bagi Efraim dan Manasye hingga saat ini masih diucapkan oleh orang tua Yahudi untuk memberkati anak-anak mereka. Alkitab mencatat “Lalu diberkatinyalah mereka pada waktu itu, katanya: "Dengan menyebutkan namamulah orang Israel akan memberkati, demikian: Allah kiranya membuat engkau seperti Efraim dan seperti Manasye” (Kejadian 48:20).
Kelima, berkat memberikan arah dan tujuan bagi masa depan (Kejadian 49:1). Berkat yang diberikan oleh Patriakh meramalkan kehidupan dan masa depan khusus bagi orang yang diberkati. Hal ini berkaitan dengan berkat khusus yang diberikan Tuhan kepada para Patriakh sebagai bapa bangsa Israel yang dipilih Tuhan. Perhatikanlah bagaimana Ishak menggambarkan masa depan Yakub saat ia mengucapkan perkataan berkat kepada Yakub dalam Kejadian 27:27-29. Juga perhatikan bagaimana Yakub menggambarkan masa depan Yusuf, anaknya dan dua cucunya melalui kata-kata berkat (Kejadian 48:15-22).
CARA PEMBERIAN BERKAT
Dalam Alkitab, secara umum ada dua cara pemberian berkat, yaitu dengan kata-kata dan sentuhan. Kata-kata adalah berkat yang diucapkan; sedangkan sentuhan adalah berkat yang dinyatakan. Seringkali, berkat diucapkan disertai dengan sentuhan (Kejadian 27:27-29; 48:15-22). Dalam Alkitab kita memperhatikan bahwa Tuhan mengucapkan kata-kata berkat kepada Abraham (Kejadian 12:1-4); Abraham mengucapkan berkat kepada anaknya, Ishak (Kejadian 24:1; 25:5); Ishak mengucapkan kata-kata berkat kepada anaknya, Yakub (Kejadian 27:27-19); Yakub mengucapkan kata-kata berkat kepada anaknya Yusuf, juga kepada kedua cucunya, Efraim dan Manasye (Kejadian 48:15-22).
Berkat hanya menjadi berkat bila diucapakan melalui perkataan berkat! Berkat yang diucapkan harus disertai pengakuan bahwa orang tersebut berharga. Berkat yang diucapkan akan memberi keyakinan kepada yang menerimanya bahwa mereka diterima (diperkenan) dan dihargai.
Demikian juga sentuhan pada saat memberkati merupakan hal yang sangat penting dalam berkat di Perjanjian Lama. Sentuhan ini berupa pelukan, ciuman atau meletakkan tangan pada kepala (Kejadian 27:26; Kejadian 48:14). Banyak kali berkat diberikan dalam Alkitab, disertai dengan sentuhan yang memperlihatkan perhatian, penghargaan, dan penerimaan sebelum berkat itu diucapkan.
Kata-kata berkat kita akan mempengaruhi masa depan anak-anak kita. Kita perlu mengucapkan kata-kata penuh kasih, persetujuan dan penerimaan, kata-kata yang mendorong, memberi memotivasi bagi anggota-anggota keluarga kita untuk mencapai tujuan dan mendapatkan masa depan mereka. Saat kita melakukannya, kita sedang mengucapkan berkat-berkat ke dalam kehidupan mereka dan mereka akan sungguh-sungguh diberkati.
Walaupun berkat yang kita diberikan pada saat ini tidak dapat meramalkan secara tepat masa depan seperti yang dilakukan Patriakh, tetapi kita dapat mendorong dan menolong anak-anak dan orang lainnya untuk menetapkan dan mencapai tujuan yang berarti dalam hidup mereka. Berkat akan membuat anak-anak merasa aman dan membantu mereka bertumbuh dengan percaya diri dimasa yang akan datang.
ORANG KRISTEN DAN BERKAT DI DALAM KRISTUS
Berkat dalam Perjanjian Lama dikaitkan dengan kemakmuran fisik, maka berkat dalam Perjanjian Baru lebih menekankan pada warisan rohani yang disediakan di sorga (Efesus 1:3). Walaupun demikian, Perjanjian Baru juga memberikan tempat bagi kemakmuran materi (2 Korintus 8:9). Orang Kristen menerima berkat-berkat karena keberadaannya “di dalam Kristus”. Frase Yunani “di dalam Krisus” adalah “en Christo”. Paulus mengatakan “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus (en Christo) telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga”(Efesus 1:3).
Kesatuan dengan Kristus (inggris: union with Christ) merupakan alasan utama kita menerima berkat. Kesatuan dengan Kristus ini pertama kali terjadi saat kita mengalami regenerasi (lahir baru) oleh Roh Kudus. Regenerasi merupakan perubahan yang terjadi secara seketika. Paulus mengatakan, “ telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan -” (Efesus 2:5).
Disini, kata kerja yang diterjemahkan “menghidupkan” adalah “synezoopoiesen”, memakai bentuk aorist tense yang berarti tindakan yang seketika atau sekejap. Jadi, disaat regenerasi kesatuan antara Kristus dan orang percaya secara aktual diterjadi.
Pertama, Allah di dalam Kristus memilih kita untuk menerima keselamatan dan segala berkatNya. Pemilihan (inggris: election) Allah atas kita dalam Kristus ini berdasarkan kedaulatannya (Efesus 1:3-4). Paulus menegaskan bahwa Allah telah memberkati kita dengan semua berkat rohani di dalam Kristus (en Christo), bukan berdasarkan kelayakan kita melainkan karena Allah telah memilih di dalam Kristus sebelum dunia diciptakan (Yunani: pro kataboles kosmou). Ketika Bapa memilih Kristus; Dia juga memilih kita (1 Petrus 1:20; Efesus 1:4).
Kedua, karya penebusan Kristuslah yang menjadikan keselamatan dan berkat-berkatNya teraktualisasi bagi kita. Paulus menegaskan “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia (en auto) berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu” (Galatia 3:14).
Kata Yunani yang digunakan untuk istilah keselamatan adalah Soteria yang merupakan terjemahan dari kata Ibrani Yasha dimana kata tersebut mengandung arti pembebasan dan penyelamatan dari kesukaran, penderitaan, kesakitan dan ikatan, juga di dalamnya terkandung makna pemeliharaan, keamanan dan keutuhan.
Ketiga, berkat-berkat tersebut hanya dapat diterima oleh orang percaya melalui iman. Paulus mengatakan bahwa orang-orang percaya adalah anak-anak Allah karena iman (Galatia 3:26); dan bahwa mereka adalah keturunan Abraham yang berhak menerima janji Allah (Galatia 3:29). Berkat yang dihubungkan dengan perjanjian (kovenan). Orang-orang percaya disebut juga anak-anak Abraham hanya karena mereka mengikuti jejak iman Abraham (Galatia 3:7,9). Kepada orang percaya berkat perjanjian terutama dihubungkan dengan karya Kristus bagi orang percaya yang diterima melalui iman (Galatia 3:26,27).
PARADIGMA KRISTEN TENTANG BERKAT
Semua orang tentunya ingin diberkati. Diberkati dalam karier dan usaha, memiliki keuangan yang mapan, kekayaan berlimpah dan keluarga bahagia adalah impian setiap orang. Tidak ada masalah dengan kata “berkat”, tetapi bagaimana cara meraih berkat itulah masalahnya. Ratusan buku berisi teori sukses dan cara meraih berkat telah ditulis. Tidak sedikit dari buku tersebut menawarkan cara sukses yang instan, cepat dan praktis, menghalalkan segala cara yang keliru dan merugikan orang lain.
Ironisnya, banyak orang Kristen yang tergoda dan terjebak dengan tawaran tersebut. Pemahaman yang benar tentang berkat berdasarkan perspektif Alkitab akan mendorong kita bergantung pada Tuhan, serta berkarya dan melakukan yang terbaik sesuai kemampuan yang telah Ia berikan kepada kita (Ulangan 8:18).
Berkat, secara ultimat berasal dari Tuhan (Ulangan 8:17-8; Amsal 10:22). Berkat dalam Perjanjian Lama dikaitkan dengan kemakmuran fisik, namun di dalam Perjanjian Baru lebih menekankan pada warisan rohani yang disediakan di sorga (Efesus 1:3). Walaupun demikian, Perjanjian Baru juga memberikan tempat bagi kemakmuran materi (2 Korintus 8:9).
Pemazmur mengatakan, “Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya!” (Mazmur 128:1). Alkitab adalah buku panduan utama bagi iman dan praktek hidup Kristen. yang berisi rencana dan kehendak Tuhan bagi hidup kita (Mazmur 1:1-3).
Alkitab ibarat peta yang menunjukkan kepada kita jalan yang harus kita lewati hingga sampai ke tujuan. Sebagai contoh, banyak orang berpikir bahwa Alkitab itu menyelamatkan. Ini pikiran yang keliru! Sebab Alkitab tidak menyelamatkan kita. Tetapi petunjuk-petunjuk di dalam Alkitab menuntun kita agar selamat dengan percaya kepada Kristus.
Bandingkan dengan perkataan Yesus kepada orang Yahudi di dalam Yohanes5:39-40 “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehNya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu”.
Serupa itu dijelaskan rasul Paulus kepada Timotius, “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus” (2 Timotius 3:15).
BACA JUGA: EKSPOSISI KEJADIAN 2:4-25
Sama halnya dengan ungkapan yang diyakini oleh banyak orang bahwa “kebenaran itu memerdekakan” (Yohanes 8:32). Frase ini harus dipahami dengan benar. Sebab kebenaran tidak memerdekakan siapapun! Menurut ayat tersebut “mengetahui kebenaran itulah kebenaran yang memerdekaan”. Dan kebenaran yang perlu diketahui oleh setiap orang adalah bahwa kemerdekaan yang sesungguhnya hanya ada di dalam Yesus Kristus (Yohanes 8:36; 5:1).
Untuk menerima “anugerah kemerdekaan (eleutheria)” itu maka manusia harus datang kepada Kristus dan percaya kepadaNya (1 Korintus 7:22), kemudian secara sukarela menyerahkan dirinya menjadi hamba Allah (Roma 6:22) dan hamba kebenaran (Roma 6:18), serta menjadi saluran berkat bagi banyak orang (1 Korintus 9:19-23). Rasul Paulus menyatakan, “supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita” (Galatia 5:1).
Kemerdekaan sejati adalah kemerdekaan yang diperoleh di dalam Kristus dan melalui karya-karyaNya. Kemerdekaan ini tidak hanya bertujuan melepaskan kita dari belenggu dan perbudakan dosa, tetapi juga agar kita melaksanakan tujuan dan maksud Allah menciptakan kita. Paulus menegaskan, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Efesus 2:10).
Frase Yunani “pekerjaan baik” dalam ayat ini adalah “ergois agathois” diterjemahkan “perbuatan-perbuatan yang baik”. Kata “agathois” berasal dari kata “agathos” yaitu kata Yunani biasa untuk menerangkan gagasan yang “baik” sebagai kualitas jasmani atau moral. Kata ini dapat berarti “baik, mulia, patut, yang terhormat, dan mengagumkan”.
Kembali kepada pembahasan orang Kristen dan berkat. Apa yang saya bagikan di sini adalah peta jalan. Peta inilah yang akan memberi petunjuk pada jalan Alkitabiah menuju berkat. Namun sangat disayangkan, masih ada orang Kristen yang meragukan kebenaran tentang berkat di dalam Kristus ini.
Jika Tuhan memang tidak menghendaki orang Kristen hidup dalam berkat-berkatNya, seperti yang dipikirkan dan diajarkan oleh beberapa orang tertentu, maka ayat yang ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat Galatia yang menyatakan bahwa kematian Kristus di kayu salib agar kita menerima berkat-berkatNya harus dibuang. Dan, tentu saja pemikiran yang demikian jelas keliru.
Rasul Paulus mengatakan “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’ Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu... Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.
Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah” (Galatia 3:13-14, 26-29).
1. Tuhan menginginkan kita hidup diberkati (Galatia 3:1-29). Mulailah dengan langkah awal ini, yaitu mengetahui bahwa Tuhan menginginkan kita diberkati! Ia benar-benar menginginkan kehidupan kita diberkati (Bandingkan Yosua 1:8; Mazmur 1:1-3). Dua hal yang menyakinkan kita bahwa Tuhan menginginkan hidup kita diberkati dan berhasil di dalam Kristus, yaitu:
(1) Tuhan merancang masa depan baik dan yang penuh harapan, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).
(2) Tuhan memberikan kekuatan untuk berhasil. Tuhan tidak memberikan kita harta, tetapi kekuatan untuk memperoleh harta kekayaan melalui berbagai pekerjaan yang kita lakukan. Alkitab mengatakan, “Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkanNya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini” (Ulangan 8:18).
Paulus mengingatkan bahwa “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya” (2 Korintus 8:9).
2. Tuhan memberikan prinsip-prinsip hidup dalam berkatNya. Alkitab mencatat di dalam Mazmur 103:7 bahwa “Ia telah memperkenalkan jalan-jalanNya kepada Musa, perbuatan-perbuatanNya kepada orang Israel”.
Di sini dikatakan bahwa Tuhan menunjukkan jalan-jalanNya, yaitu kehendakNya kepada Musa. Tetapi kepada orang Israel Dia hanya menunjukkan perbuatan-perbuatanNya. Apa maksud ayat ini? Banyak orang hanya ingin melihat mujizat-mujizat yang spektakuler, namun tidak rindu mengetahui kehendak dan isi hati Tuhan. Itulah sebabnya walaupun bangsa Israel telah melihat perbuatan Tuhan yang ajaib dan berkat-berkatNya, mereka masih saja memberontak kepadaNya. Sebab mereka tidak mengenal kehendak Tuhan.
Demikian juga banyak orang Kristen menginginkan berkat-berkat dari Tuhan tanpa mau mengenal kehendak Tuhan melalui firmanNya bagi hidup mereka. Pengenalan akan Tuhan dan kehendakNya tidak terjadi secara instan, melainkan merupakan proses dan semuanya dimulai dengan penyerahan dan ketaatan kepadaNya. Harus disadari bahwa hidup kita bergantung kepada Tuhan bukan pada harta dan kekayaaan (Lukas 12:15). Karena itu, kita tidak boleh meragukan firman Tuhan dengan mengizinkan kekuatiran, tipu daya kekayaan, dan keinginan-keinginan menghimpit firman itu (Markus 4:18-19).
3. Kita harus melibatkan Tuhan dalam segala apa yang kita kerjakan (Yeremia 17:7-8; Yakobus 4:13-15). Keberhasilan yang tidak mengikutsertakan Tuhan merupakan suatu penghinaan terhadap Tuhan. Tuhan adalah Pencipta dari semua. Tuhan adalah Pemilik segalanya. Alkitab menyatakan “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mazmur 24:1 bandingkan Mazmur 50:10, 12).
Dengan demikian keberhasilan bukan semata-mata masalah sekuler tetapi menyangkut masalah spiritual yang berdampak kekal. Kekayaan tidak bisa disebut sekuler karena Pemilik segala sesuatu adalah Tuhan. Kita tidak bisa membicarakan kekayaan tanpa menaruh perspektif Tuhan lebih dulu. Keberhasilan dalam hidup yang dari Tuhan itu bernilai kekal.
Tuhan memberikan berkat-berkatNya bagi kita supaya digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuanNya. Jika kita bisa menunjukkan bagaimana berkat-berkat Tuhan dalam kehidupan kita mengalir kepada orang lain dan memenuhi tujuan Tuhan, maka Tuhan punya alasan untuk memberi kita keberhasilan.
4. Berkat bukanlah tujuan hidup melainkan suatu proses perjalanan hidup dalam mencapai tujuan Tuhan bagi hidup kita. Tuhan menjadikan segala sesuatu termasuk manusia bagi kemuliaanNya (Roma 11:36; Kolose 1:16). Memenuhi tujuan hidup yang Tuhan inginkan bagi kita merupakan panggilan hidup yang tertinggi.
Mother Theresa dari India, karena panggilan Tuhan rela meninggalkan kehidupan nyaman dan aman di biara, pergi melayani orang-orang miskin, pinggiran dan tak tersentuh di Calccuta. Ini merupakan contoh dari seorang yang memenuhi tujuan Tuhan dalam hidupnya. Tuhan memberikan berkat bagi kita supaya digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuanNya. Berkat-berkat yang diberikan Tuhan melalui kita juga harus mengalir kepada orang lain, atau dengan kata lain, berkat yang kita terima perlu dibagikan pada orang lain, terutama mereka yang membutuhkan.
KEYAKINAN IMAN DAN PENGHARAPAN KITA
Kita tak pernah tahu keadaan di depan kita, tetapi kita dapat mempercayakan kehidupan kita dan masa depan anak-anak kita kepada Tuhan karena Dia menginginkan hidup kita diberkati dan berhasil. Kita dapat mempercayai dan mengandalkan Tuhan dan janjiNya.
Pertama, Tuhan menjanjikan masa depan yang penuh harapan, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).
Kedua,Tuhan memberikan kekuatan untuk berhasil. Tuhan tidak memberikan kita harta, tetapi kekuatan untuk memperoleh harta kekayaan, “Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini”(Ulangan 8:18).
Paulus mengingatkan bahwa “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2 Korintus 8:9).
Seperti Ishak memberkati anaknya, kita juga bisa memberkati anak-anak kita. Walaupun berkat yang kita diberikan pada saat ini tidak dapat meramalkan secara tepat masa depan seperti yang dilakukan Patriakh, tetapi kita dapat mendorong dan menolong anak-anak dan orang lainnya untuk menetapkan dan mencapai tujuan yang berarti dalam hidup mereka.
Berkat akan membuat anak-anak merasa aman dan membantu mereka bertumbuh dengan percaya diri dimasa yang akan datang. Jika kita ingin anak-anak kita menjadi produktif dan berhasil, kita perlu mulai menyatakan kata-kata berkat kepada mereka untuk perjalanan hidupnya, studinya, pekerjaannya kelak, perjodohannya, keluarga yang kelak akan dibentuknya, pelayanan serta pertumbuhan rohaninya. Berkatilah anak-anak kita dan biarlah mereka menerima janji-janji Allah dalam hidup mereka.
“TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. Demikianlah harus mereka meletakkan nama-Ku atas orang Israel, maka Aku akan memberkati mereka." (Bilangan 6:24-26).BERKAT: GAMBARAN, PENTINGNYA, CARA DAN ORANG KRISTEN. https://teologiareformed.blogspot.com/