PAULUS DI: ATENA, AREOPAGUS DAN TANGGAPAN (KISAH PARA RASUL 17:15-34)
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
PAULUS DI: ATENA, AREOPAGUS DAN TANGGAPAN (KISAH PARA RASUL 17:15-34). Kisah Para Rasul 17:15-34 - “(15) Orang-orang yang mengiringi Paulus menemaninya sampai di Atena, lalu kembali dengan pesan kepada Silas dan Timotius, supaya mereka selekas mungkin datang kepadanya. (16) Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala. (17) Karena itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah, dan di pasar setiap hari dengan orang-orang yang dijumpainya di situ. (18) Dan juga beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata: ‘Apakah yang hendak dikatakan si peleter ini?’ Tetapi yang lain berkata: ‘Rupa-rupanya ia adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing.’ Sebab ia memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitanNya. (19) Lalu mereka membawanya menghadap sidang Areopagus dan mengatakan: ‘Bolehkah kami tahu ajaran baru mana yang kauajarkan ini? (20) Sebab engkau memperdengarkan kepada kami perkara-perkara yang aneh. Karena itu kami ingin tahu, apakah artinya semua itu.’ (21) Adapun orang-orang Atena dan orang-orang asing yang tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru. (22) Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: ‘Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. (23) Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. (24) Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, (25) dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang. (26) Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, (27) supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. (28) Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga. (29) Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia. (30) Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat. (31) Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukanNya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.’ (32) Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, maka ada yang mengejek, dan yang lain berkata: ‘Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu.’ (33) Lalu Paulus pergi meninggalkan mereka. (34) Tetapi beberapa orang laki-laki menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya, di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus, dan seorang perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain bersama-sama dengan mereka.”.
gadget, otomotif, bisnis |
I) Kota Atena.
1) Kota ini merupakan pusat ilmu pengetahuan dan kesenian.
a) Kota ini pernah memimpin dunia dalam pencapaian inte¬lektual (intellectual achievement).
b) Pada saat itu, dalam hal arsitektur dan kesenian, kota Atena melebihi kota manapun di seluruh dunia.
2) Kota ini merupakan pusat filsafat.
Kisah Para Rasul 17: 18a: “Dan juga beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata: ‘Apakah yang hendak dikatakan si peleter ini?’”.
Kata-kata ‘ahli pikir’ dalam Kisah Para Rasul 17: 18 seharusnya adalah ‘ahli filsafat’.
a) Ini adalah kota dari Plato, Aristotle dan Socrates!
b) Pada abad ke 3 sebelum Masehi, hidup 2 orang ahli filsafat, yaitu:
1. Zeno (mati tahun 264 SM). Pengikut-pengikut¬nya disebut golongan Stoa (Kisah Para Rasul 17: 18).
2. Epicurus (mati tahun 270 SM). Pengikut-pengikutnya disebut golongan Epikuros (Kisah Para Rasul 17: 18).
Golongan Epikuros:
1. Mereka percaya adanya allah-allah (gods), tetapi mereka menganggap bahwa para allah itu hanya bermalas-malasan di surga, dan tidak mempedulikan dunia maupun manusia (mirip dengan Deisme).
2. Mereka tidak percaya bahwa dunia diciptakan oleh allah, dan mereka percaya bahwa materi (matter) itu bersifat kekal.
3. Mereka beranggapan bahwa segala sesuatu terjadi secara kebetulan, dan karena itu nasib manusia terombang-ambing tanpa ada yang mengontrol. Jelas bahwa mereka tidak percaya pada doktrin Reformed tentang Decree & Providence of God [= penetapan Allah dan pelaksanaannya].
4. Mereka tidak percaya bahwa jiwa manusia tidak bisa binasa, dan mereka beranggapan bahwa kematian adalah akhir dari segala sesuatu.
5. Mereka melampiaskan nafsu mereka dengan bebas. Ini jelas merupakan akibat dari kepercayaan mereka pada point 4. di atas (bdk. 1Kor 15:32b).
Bdk. 1Korintus 15:32b - “Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati’.”.
Golongan Stoa:
1. Mereka percaya adanya allah, tetapi mereka mencampur-adukkan allah dengan dunia / alam semesta, karena mereka percaya bahwa segala sesuatu adalah allah (seperti Pantheisme).
2. Mereka percaya adanya Ketetapan / penentuan allah, tetapi yang mereka maksudkan adalah adanya takdir, yang bahkan ada di atas allah!
3. Mereka percaya bahwa jiwa manusia akhirnya akan diserap ke dalam hakekat ilahi dan menjadi bagian dari allah.
4. Mereka beranggapan bahwa nafsu harus dikuasai, dan mereka bangga terhadap kebenaran mereka sendiri (seperti orang Farisi).
3) Kota ini penuh dengan berhala (Kisah Para Rasul 17: 16).
Kisah Para Rasul 17: 16: “Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala.”.
a) Pada saat itu, semua kota mempunyai berhala, tetapi kota Atena dikatakan ‘penuh dengan patung-patung berhala’ (Kisah Para Rasul 17: 16).
William Barclay: “It was said that there were more statues of the gods in Athens than in all the rest of Greece put together and that in Athens it was easier to meet a god than a man.” [= Dikatakan bahwa ada lebih banyak patung berhala / dewa-dewa di Atena dari pada di seluruh wilayah Yunani lainnya digabung menjadi satu, dan bahwa di Atena lebih mudah untuk bertemu dengan seorang dewa (patung berhala) dari pada seorang manusia.].
b) Dari penuhnya kota Atena ini dengan berhala, bisa disimpulkan bahwa kota yang merupakan pusat ilmu pengetahuan, filsafat dan kesenian ini ternyata tidak bisa mengenal Allah dengan benar! Mereka menyembah berhala, dan bahkan menyembah ‘allah yang tak dikenal’!
Kisah Para Rasul 17: 23: “Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.”.
Memang manusia dengan segala kepandaiannya, tanpa Kitab Suci dan terang Roh Kudus, sama seperti orang buta yang pasti akan sampai pada kepercayaan yang salah dan moral yang bejat!
Seorang penafsir berkata:
1. “Human wisdom can never hope to go further than it went in Athens.” [= Hikmat manusia tidak pernah dapat berha¬rap untuk lebih maju dari apa yang dicapai di Atena.].
2. “If ever, anywhere, human philosophy, human art, the human imagination could have reached truth and found God, it would have triumphed at Athens. But there was the melancholy exhibition of error and immorality.” [= Andaikata filsafat, kesenian, dan imajinasi manusia bisa mencapai kebenaran dan menemukan Allah, maka hal itu pasti sudah terjadi di Atena. Tetapi yang ada di sana adalah pameran /pertunjukan yang menyedihkan dari kesalahan dan ketidak-bermoralan.].
II) Paulus di Atena.
1) Paulus sedih (Kisah Para Rasul 17: 16).
NIV: ‘distressed’ [= sedih].
NASB/RSV: ‘provoked’ [= jengkel / marah].
KJV: ‘stirred’ [= kacau].
Kata Yunaninya menunjukkan pada gabungan perasaan sedih, marah, kasihan dsb.
Ini aneh! Pada saat itu Atena adalah kota no 1 di dunia dalam hal arsitektur dan kesenian. Jadi pasti ada banyak kuil-kuil dan patung-patung berhala yang sangat indah! Turis-turis jaman sekarang pasti akan sangat mengagumi keindahan tersebut. Tetapi Paulus justru menjadi sedih! Mengapa? Karena ia melihat melalui semua itu bahwa Allah tidak dihormati di sana, dan bahwa orang-orang Atena itu begitu bodoh dan sesat dalam hal rohani!
Penerapan: Kalau saudara pergi ke Bali, Borobudur, Gunung Kawi, ataupun negara-negara yang terkenal karena keindahan kuil dan patung berhalanya (seperti Jepang, Cina, dsb), bagaimana sikap hati saudara? Kagum pada keindahan duniawi tersebut? Mengabaikan kebejatan rohani dibalik semua keindahan itu? Ataukah saudara bisa mempunyai perasaan seperti Pau¬lus?
2) Paulus memberitakan Injil (Kisah Para Rasul 17: 17,18c).
Kisah Para Rasul 17: 17-18: “(17) Karena itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah, dan di pasar setiap hari dengan orang-orang yang dijumpainya di situ. (18) Dan juga beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata: ‘Apakah yang hendak dikatakan si peleter ini?’ Tetapi yang lain berkata: ‘Rupa-rupanya ia adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing.’ Sebab ia memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitanNya.”.
a) Banyak orang yang kalau melihat dosa, kebejatan moral / rohani lalu menjadi sedih / marah, tetapi selanjut¬nya tidak berbuat apa-apa! Tetapi Paulus tidak demiki¬an! Ia sedih / marah, lalu memberitakan Injil kepada mereka!
Penerapan: Apa yang saudara lakukan kalau melihat suami / istri, anak, pegawai, boss, atau teman yang bejat? Apakah saudara hanya sekedar sedih atau marah dan selanjutnya tidak berbuat apa-apa? Atau saudara menangani kebejatan mereka dengan memberitakan Injil kepada mereka?
b) Paulus sedang sendirian, karena ia sedang menunggu Timotius dan Silas (Kisah Para Rasul 17: 14-16).
Kisah Para Rasul 17: 14-16: “(14) Tetapi saudara-saudara menyuruh Paulus segera berangkat menuju ke pantai laut, tetapi Silas dan Timotius masih tinggal di Berea. (15) Orang-orang yang mengiringi Paulus menemaninya sampai di Atena, lalu kembali dengan pesan kepada Silas dan Timotius, supaya mereka selekas mungkin datang kepadanya. (16) Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala.”.
Tetapi sekalipun sendi¬rian, ia tetap memberitakan Injil!
c) Ia memberitakan tentang Yesus dan kebangkitan (Kisah Para Rasul 17: 18c).
Ay 18c: “Sebab ia memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitanNya.”.
Ia tetap memberitakan Injil yang sederhana, padahal ia berhadapan dengan orang-orang yang pandai, ahli-ahli filsafat dsb! Bandingkan ini dengan kata-kata Paulus dalam:
1. Ro 1:16 (NIV): “I am not ashamed of the Gospel, because it is the power of God for the salvation of everyone who believes; first for the Jew, then for the Gentile.” [= Aku tidak malu tentang Injil, karena itu adalah kuasa Allah untuk keselamatan setiap orang yang percaya; pertama-tama untuk orang Yahudi, lalu untuk orang non Yahudi].
Catatan: Roma 1:16 versi Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.
2. 1Korintus 1:22-24 - “(22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, (24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah.”.
3. 1Korintus 2:1-2 - “(1) Demikian pula aku, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. (2) Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.”.
Penerapan: Kalau kita menghadapi orang biasa, kita mungkin memberitakan Injil yang sederhana, tetapi seringkali pada waktu kita berhadapan dengan orang yang pandai / terpelajar, kita malu untuk memberitakan Injil yang sederhana itu dan kita lalu mengubah Injil yang seder¬hana / ‘bodoh’ itu untuk ‘disesuaikan’ dengan orang yang kita injili. Ini salah! Jangan mengubah Injil! Ingat 1Kor 1:21b yang berbunyi: “Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.”.
d) Tanggapan mereka yang diinjili:
1. Ada yang mengejek (Kisah Para Rasul 17: 18).
Kisah Para Rasul 17: 18a: “Dan juga beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata: ‘Apakah yang hendak dikatakan si peleter ini?’”.
Kata ‘peleter’ (Inggris: ‘babbler’) dalam bahasa Yuna¬ninya adalah SPERMOLOGOS, yang menunjuk pada burung yang mengumpulkan gandum di sana sini. Jadi, maksudnya, Paulus dianggap sebagai orang yang kerjanya mengumpulkan pandangan dari banyak orang, dan lalu mengajarkannya kepada orang lain.
2. Ada yang mau mendengar lebih banyak karena mereka ingin tahu (ay 18b-21).
Ay 18b-21: “(18b) Tetapi yang lain berkata: ‘Rupa-rupanya ia adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing.’ Sebab ia memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitanNya. (19) Lalu mereka membawanya menghadap sidang Areopagus dan mengatakan: ‘Bolehkah kami tahu ajaran baru mana yang kauajarkan ini? (20) Sebab engkau memperdengarkan kepada kami perkara-perkara yang aneh. Karena itu kami ingin tahu, apakah artinya semua itu.’ (21) Adapun orang-orang Atena dan orang-orang asing yang tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru.”.
a. Mereka memang adalah orang-orang yang senang membi¬carakan hal-hal yang baru (Kisah Para Rasul 17: 21).
b. Mereka beranggapan bahwa Paulus memberitakan ajaran tentang dewa-dewa asing (Kisah Para Rasul 17: 18). Ini adalah sesuatu yang baru bagi mereka.
c. Karena itu mereka lalu membawa Paulus ke sidang Areopagus, bukan untuk diadili, tetapi untuk didengar ajarannya / pandangannya.
Penerapan: Apakah saudara mau mendengar Firman Tuhan juga hanya karena rasa ingin tahu? Atau saudara betul-betul mencintai dan rindu akan Firman Tuhan?
3) Paulus berkhotbah di Areopagus.
Sekarang, ia betul-betul menghadapi tokoh-tokoh / orang-orang top dalam filsafat, karena para anggota majelis Areopagus pasti merupakan orang-orang pilihan. Tetapi Paulus tetap tidak takut dan ia tetap tidak malu karena Injil, dan ia berkhotbah / memberitakan Injil di Areopagus.
III) Khotbah Paulus di Areopagus.
1) Mula-mula ia memuji mereka.
Kisah Para Rasul 17: 22: “Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: ‘Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa.”.
KJV: ‘too superstituous’ [= terlalu percaya tahyul]. Ini terjemahan yang salah.
RSV/NIV/NASB: ‘very religious’ [= sangat religius]. Ini terjemahan yang benar.
Jadi, ini merupakan suatu pujian, dan Paulus melakukan ini supaya mereka mau mendengarnya.
2) Lalu ia menceritakan tentang apa yang ia lihat, yaitu mezbah dengan tulisan ‘kepada Allah yang tidak dike¬nal’ (Kisah Para Rasul 17: 23).
Kisah Para Rasul 17: 23: “Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu.”.
Ini dijadikannya sebagai batu loncatan untuk mengajarkan tentang Allah kepada mereka.
3) Ajaran Paulus tentang Allah:
a) Allah adalah pencipta bumi / alam semesta dengan seluruh isinya (Kisah Para Rasul 17: 24).
Kisah Para Rasul 17: 24: “Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia,”.
Ini jelas menentang ajaran Epikuros yang berkata bahwa:
1. Dunia tidak dicipta oleh Allah.
2. Segala sesuatu terjadi secara kebetulan.
3. Materi bersifat kekal.
b) Allah adalah Tuhan atas langit dan bumi (Kisah Para Rasul 17: 24).
Kata ‘Tuhan’ berarti ‘pemilik / penguasa / pemerintah’. Jadi, di sini Paulus menentang ajaran Epikuros yang mengatakan bahwa Allah tidak peduli pada dunia, dan juga menentang ajaran Stoa yang mengatakan bahwa dunia / segala sesuatu adalah Allah.
c) Allah tidak diam di dalam kuil (ay 24b bdk. 1Raja-Raja 8:27). Ini menunjukkan kebesaran Allah yang tidak terbatas!
1Raja 8:27 - “Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langitpun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.”.
d) Allahlah yang memberikan segala sesuatu kepada kita dan karena itu Ia tidak perlu dilayani seakan-akan Ia membutuhkan kita (Kisah Para Rasul 17: 25 bdk. Mazmur 50:12-13).
Kisah Para Rasul 17: 25: “dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.”.
Mazmur 50:12-13 - “(12) Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya Kulah dunia dan segala isinya. (13) Daging lembu jantankah Aku makan, atau darah kambing jantankah Aku minum?”.
Kata ‘dilayani’ dalam ay 25 berarti ‘diperhatikan / diurus kebutuhannya’ dan ini jelas menunjuk pada praktek mereka di mana mereka memberi makan (sesajen) kepada dewa-dewa mereka.
e) Allah menciptakan semua manusia hanya dari satu orang saja (ay 26a). Ingat bahwa Hawapun berasal dari Adam!
Ay 26a: “Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi”.
f) Allah menentukan waktu / saat (Kisah Para Rasul 17: 26b).
Ay 26b: “dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka,”.
Kisah Para Rasul 17: 26: ‘musim-musim’. Ini salah terjemahan!
KJV/NIV/NASB: ‘times’ [= waktu-waktu].
RSV: ‘periods’ [= periode-periode].
Sekalipun kata bahasa Inggris ‘time’ bisa diterjemahkan ‘musim’, tetapi di sini terjemahan itu tidak cocok. Yang benar adalah ‘waktu’.
Jadi, bagian ini menunjukkan bahwa saat terjadinya segala sesuatu telah ditentukan oleh Tuhan!
g) Allah menentukan batas-batas kediaman mereka (Kisah Para Rasul 17: 26).
Ay 26b: “dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka,”.
h) Allah mau mendekat kepada manusia (ay 27), dengan cara menyatakan diriNya dengan berbagai macam cara. Karena itu, manusia harus mencari dan menemukan Allah (Kisah Para Rasul 17: 27).
Kisah Para Rasul 17: 27: “supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing.”.
i) Dalam Kisah Para Rasul 17: 28 ia menunjukkan bahwa manusia sepenuhnya tergantung kepada Allah, baik keberadaannya, kehidupannya maupun aktivitasnya.
Kisah Para Rasul 17: 28: “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.”.
Catatan: dalam ay 28b ia mengutip Aratus (hidup pada abad ke 3 SM) untuk menunjukkan bahwa apa yang ia ajarkan bukanlah semata-mata kepercayaan kristen.
4) Ia menyerang penyembahan berhala (Kisah Para Rasul 17: 29).
Kisah Para Rasul 17: 29: “Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia.”.
Manusia yang adalah keturunan / ciptaan Allah saja, jauh lebih mulia dari emas dan perak, apalagi Allahnya sendiri! Karena itu Allah tidak boleh digambarkan / dipatungkan dengan emas dan perak!
5) Ia menyuruh mereka bertobat (Kisah Para Rasul 17: 30).
Kisah Para Rasul 17: 30: “Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat.”.
Ayat ini tidak berarti bahwa Allah tidak akan menghukum orang yang berbuat dosa karena ketidaktahuan!
Bdk. Roma 2:12 - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat.”.
Ayat ini hanya menunjukkan kepanjang-sabaran Allah!
Tetapi sekarang Injil telah disebar dimana-mana, dan karena itu Allah menghendaki semua orang bertobat.
6) Ia mengatakan bahwa Allah telah menentukan hari penghakiman, dan juga orang yang akan menjadi hakim, yaitu Yesus yang telah dibangkitkan oleh Allah dari antara orang mati (Kisah Para Rasul 17: 31).
Kisah Para Rasul 17: 31: “Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.’”.
Ini jelas juga menentang ajaran Epikuros yang menganggap bahwa kematian adalah akhir dari segala-galanya.
IV) Tanggapan mereka.
1) Sebagian mengejek (Kisah Para Rasul 17: 32).
Kisah Para Rasul 17: 32: “Ketika mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, maka ada yang mengejek, dan yang lain berkata: ‘Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu.’”.
Ini adalah suatu interupsi terhadap khotbah Paulus sehingga Paulus tidak bisa menyelesaikan khotbahnya! Karena itu jangan heran kalau khotbah Paulus tidak terlalu injili / mengandung sedikit Injil! Ia baru masuk kepada bagian yang bersifat injil, tetapi harus berhenti karena interupsi tersebut. Interupsi ini mungkin timbul dari golongan Epikuros yang tidak bisa menerima adanya kebangkitan, karena bagi mereka kema¬tian adalah akhir dari segala-galanya.
2) Sebagian mau mendengar lagi (Kisah Para Rasul 17: 32b).
Kisah Para Rasul 17: 32b: ‘Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal ini’. Ini salah terjemahan!
NIV: “but others said, ‘We want to hear you again on this subject’” [= tetapi yang lain berkata: ‘Kami mau mendengar engkau lagi tentang hal ini’].
Tetapi akhirnya, keinginan ini tidak tercapai, karena setelah itu Paulus meninggalkan Atena. Dari sini kita bisa melihat bahaya / akibat dari interupsi. Orang-orang golongan kedua ini tidak jadi mendengar Injil, dan sekalipun mereka ingin mendengar lagi, tetapi tidak ada kesempatan. Mungkin sekali gara-gara interupsi itu mereka harus masuk neraka selama-lamanya!
Penerapan: Saudara mungkin tidak pernah menginterupsi khotbah dengan kata-kata saudara. Tetapi saudara bisa menginterupsinya dengan datang terlambat / datang pada saat pemberitaan Firman Tuhan sudah dimulai, atau dengan berbicara dengan tetangga saudara, atau dengan membiarkan anak saudara ribut pada saat khotbah disampaikan. Ingat akan bahayanya interupsi! Itu bisa membawa orang lain ke dalam neraka untuk selama-lamanya!
Tidak adil rasanya kalau semua kesalahan ditimpakan kepada golongan Epikuros yang melakukan interupsi itu. Orang golongan kedua ini juga salah, karena sekalipun mereka tidak mendengar Injil secara lengkap, tetapi sebetulnya mereka sudah mendengar sebagian, dan sebetulnya mereka bisa bertobat, seperti yang dilakukan oleh golongan ke 3 di bawah ini. Bahwa mereka tidak bertobat, tentu itu adalah sesuatu yang salah!
Penerapan: sekalipun saudara mendengar / mengerti hanya sedikit Firman Tuhan, tanggapilah secara positif, karena kalau tidak maka ada kemungkinan Tuhan tidak memberi Firman Tuhan lagi.
3) Beberapa orang menjadi percaya (Kisah Para Rasul 17: 34).
Kisah Para Rasul 17: 34: “Tetapi beberapa orang laki-laki menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya, di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus, dan seorang perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain bersama-sama dengan mereka.”.
Hasilnya hanya sedikit, tetapi toh ada! Padahal, kalau dilihat dari keadaan orang-orang Atena, kelihatannya penginjilan di tempat itu tidak akan mengha¬silkan apa-apa.
Karena itu, sama seperti Paulus, selalulah memberitakan Injil, bahkan juga kepada orang-orang yang rasanya tidak mungkin bertobat! Maukah saudara?.PAULUS DI: ATENA, AREOPAGUS DAN TANGGAPAN (KISAH PARA RASUL 17:15-34).
-AMIN-