1 SAMUEL 3:1-21 ( PANGGILAN TUHAN, PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN DAN PENYERTAAN TUHAN)

1 SAMUEL 3:1-21 ( PANGGILAN TUHAN, PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN DAN PENYERTAAN  TUHAN)
1 SAMUEL 3:1-21 ( PANGGILAN TUHAN, PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN DAN PENYERTAAN TUHAN)· Teks ini dimulai dengan keterangan tentang Samuel, ”Samuel yang muda itu menjadi pelayan Tuhan...” ( 1 Samuel 3:1), sedangkan 1 Samuel 3: 21 juga diakhiri dengan keterangan tentang Samuel, ”...Ia menyatakan diri di Silo kepada Samuel....” Hal ini menunjukkan bahwa I Samuel 3:1-21 merupakan 1 unit cerita.

· Pasal sebelumnya (2:27-36) mengisahkan tentang hukuman Tuhan atas imam Eli dan keluarganya yang disampaikan oleh seorang abdi Allah. Perikop ini sama sekali tidak menyinggung tentang Samuel. Kesimpulannya, I Samuel 2:27-36 merupakan bagian yang berbeda dengan teks ini. 

· Pasal sesudahnya (1 Samuel 4:1ª) dimulai dengan kata hubung ’dan’, serta diakhiri dengan keterangan tentang Samuel, ”Dan perkataan Samuel sampai ke seluruh Israel.” Artinya, bagian ini masih merupakan satu kesatuan cerita dengan I Samuel 3:1-21. 

· I Samuel 4:1b-22, berbicara tentang peperangan bangsa Israel melawan bangsa Filistin. 

· Jadi, 1 Samuel 3:1-21, 4:1a merupakan satu unit cerita yang utuh, yang berbeda dengan bagian sebelum dan sesudahnya. 

I. Pendahuluan: Gambaran Kondisi Rumah Allah (1 Samuel 3:1-3)

Samuel menjadi pelayan Tuhan sejak ia masih muda. Menurut tradisi Yahudi, dalam kisah ini Samuel berusia kira-kira 12 tahun.[1] Ia adalah anak pertama dari Elkana dan Hana, keturunan Lewi yang tinggal di daerah Efraim. Samuel merupakan anak jawaban doa ibunya, sehinga ia dipersembahkan bagi Tuhan dan sejak kecil telah diserahkan untuk menjadi pelayan Tuhan di Silo.[2] Ia melayani Tuhan di bawah pengawasan Eli yang adalah imam besar di Silo. Tugas Samuel adalah menjaga tabut Allah, dan memelihara lampu rumah Allah, yaitu mengisinya dengan minyak setiap sore, supaya tetap menyala sepanjang malam.[3]

Silo merupakan pusat kegiatan religius yang telah dibangun sejak jaman Yosua.[4] Aktivitas religius di Silo berjalan dengan normal dalam kesehariannya. Namun, ada satu hal yang kurang, yaitu jarangnya firman Tuhan dan penglihatan[5]. Hal ini menjelaskan kondisi jaman dimana Samuel hidup. Pada masa Samuel hidup, Israel berada dalam kondisi yang menyedihkan. Mereka hidup berbalik dari Tuhan dan melakukan apa yang benar di mata mereka sendiri.[6] Selain itu, Samuel juga hidup di tengah-tengah lingkungan yang melalaikan ketetapan Tuhan, seperti yang diperbuat oleh anak-anak imam Eli, Hofni dan Pinehas. Sebagai imam, mereka hidup bercela dan tak bermoral.[7]

Frasa ‘pada suatu hari’ (1 Samuel 3: 2) memberikan keterangan akan dimulainya sebuah kisah.[8] Kemudian frasa tersebut dilanjutkan dengan menjelaskan kondisi mata imam Eli yang mulai kabur dan melemah. Kemungkinan imam Eli masih dapat melihat sedikit, namun memang tidak terlalu dapat melihat dengan baik. Menurunnya kualitas penglihatan imam Eli membuatnya harus bergantung pada bantuan Samuel.[9]

Penjelasan tentang imam Eli yang berbaring di tempat tidurnya, sementara Samuel tidur di dalam bait suci (tempat tabut Allah) memberikan gambaran bahwa mereka tidur di ruang yang berbeda. Eli biasanya tidur di ruang depan bait suci, sedangkan Samuel tidur di ruang tengah bait suci, tempat tabut Allah. Letak keduanya diasumsikan berdekatan.[10]

Lampu rumah Allah yang belum padam mengindikasikan bahwa Samuel dipanggil Tuhan pada dini hari. Hal ini dikarenakan lampu di bait suci biasanya diisi dengan minyak, sehingga cukup menyala di sepanjang malam dan baru habis pada pagi harinya.[11]

II. Panggilan Tuhan atas Samuel (1 Samuel 3:4-14) 

A. Panggilan Tuhan sebanyak 3 kali dan Ketidakmengertian Samuel (1 Samuel 3:4-9). 

Setelah sekian lama tidak ada firman Tuhan dan penglihatan di Silo, akhirnya Tuhan berhenti berdiam dan berinisiatif melakukan aksi anugerahNya. Tuhan memanggil[12] Samuel untuk yang pertama kalinya. Samuel mendapatkan anugerah dan berkat Tuhan dengan dipercayakan suara kenabian, yang pada jaman itu merupakan sesuatu yang sangat langka dan berharga.[13]

Tiga kali Tuhan memanggil Samuel, dan tiga kali pula Samuel mengira bahwa yang memanggilnya adalah imam Eli. Wajar jika ia mengira suara Tuhan adalah suara imam Eli, karena memang dia belum pernah menerima wahyu dari Allah. Ia hidup pada jaman dimana Firman Tuhan dan penglihatan jarang.[14] Selain itu, masalah pada mata imam Eli membuat Samuel berpikir bahwa imam Eli membutuhkan bantuannya.[15]

Ketika Samuel dipanggil Tuhan yang pertama kalinya (1 Samuel 3: 4-5), ia segera menjawab panggilan itu dan berkata, “Ya, Bapa.” Dalam bahasa Ibrani, Samuel menjawab dengan “hinneni” (Here I am). Kata ini biasanya digunakan untuk menunjukkan seorang hamba yang selalu siap mendengar dan taat.[16] Setelah menjawab, Samuel segera berlari menghampiri imam Eli karena ia berpikir bahwa yang memanggilnya adalah imam Eli. Hal ini menunjukkan karakter Samuel sebagai pelayan Tuhan, yang rela untuk melayani imam Eli dan taat ketika ia dipanggil.[17] Bahkan ketika imam Eli mengatakan bahwa ia tidak memanggil Samuel dan menyuruhnya tidur kembali, Samuel taat dan segera pergi tidur. 

Dalam ketidakmengertian Samuel terhadap panggilanNya, Tuhan memanggil Samuel sekali lagi. Pada panggilan Tuhan yang kedua ini, Samuel tidak segera menjawab, namun ia bangun dulu dan pergi menghampiri imam Eli, barulah kemudian ia berkata, “Ya, Bapa...” Hal ini mengindikasikan kebingungan yang dialami Samuel, yaitu siapakah sebenarnya yang memanggil dia, mengapa imam Eli mengatakan tidak memanggilnya, tapi beberapa saat kemudian ia mendengar lagi ada suara memanggilnya.[18]

Kisah panggilan Tuhan yang kedua kepada Samuel diakhiri dengan kalimat keterangan, yang mengatakan bahwa Samuel belum mengenal Tuhan dan firman Tuhan belum pernah dinyatakan kepadanya (1 Samuel 3: 7). Yang dimaksud dengan ‘Samuel belum mengenal Tuhan’[19] bukanlah berarti Samuel belum pernah mendengar dan mengetahui tentang Tuhan. Orangtua Samuel merupakan keturunan Lewi yang takut akan Tuhan, sehingga tidaklah mungkin mereka lupa menceritakan kisah-kisah yang menyatakan kehebatan Allah Israel kepada Samuel. Maksud dari keterangan tersebut adalah menjelaskan bahwa Samuel belum pernah mendapatkan pengalaman mendengar atau menerima pernyataan firman Tuhan secara langsung.[20]

Setelah dua kali memanggil dan Samuel tetap belum mengerti, Tuhan tidak menjadi jengkel kepada Samuel. Tuhan memberikan waktu bagi Samuel untuk mengerti dan merespon panggilanNya.[21] Ia memahami kondisi Samuel yang memerlukan proses untuk memahami panggilanNya. Kisah ini menyatakan gambaran karakter Tuhan Yahweh yang lemah lembut dan penuh kebaikan.[22]

Tuhan sekali lagi memanggil Samuel untuk yang ketiga kalinya. Samuel pun tetap belum mengerti bahwa yang memanggilnya adalah Tuhan. Seperti yang sebelumnya, ia bangun dan pergi menghampiri Eli untuk yang ketiga kalinya. Di tengah kebingungan dan ketidakmengertiannya, Samuel terbukti memiliki kesetiaan dan ketaatan dalam merespon panggilan, sekalipun ia salah mengerti tentang Subjek yang memanggilnya. Samuel memiliki kualifikasi karakter pelayan Tuhan yang baik, yang kepadanya dapat dipercayakan Firman Tuhan.[23]

Pengulangan panggilan sebanyak tiga kali pada Samuel, membuat imam Eli akhirnya sadar pada apa yang sebenarnya terjadi dan mengetahui dengan jelas bahwa Tuhanlah yang memanggil Samuel.[24] Kemudian Eli memberitahu Samuel bagaimana merespon panggilan Tuhan dengan etika yang tepat. Ia memberikan nasihat pada Samuel untuk menjawab panggilan itu dengan berkata, ”Berbicaralah TUHAN, sebab hambaMu ini mendengar.”[25]

B. Panggilan Tuhan yang ke-4 dan Jawaban Samuel (1 Samuel 3:10) 

Ketika memanggil Samuel untuk yang keempat kalinya, Tuhan tidak hanya memanggil, namun juga mendatangi Samuel dan menampakkan diriNya secara visual, dengan berdiri dan memanggil Samuel. Dengan demikian, Samuel menerima penyataan Tuhan yang lengkap, tidak hanya perkataan Tuhan (verbal), namun juga penglihatan (visual).[26] Melalui Samuel, Tuhan menyatakan anugrahNya di tengah-tengah bangsa Israel, dengan memberikan penyataan dan penglihatan, setelah sekian lama Tuhan tidak menyatakan diriNya di tengah-tengah mereka.[27]

Sekali lagi Tuhan memanggil nama Samuel dua kali seperti panggilanNya yang sebelumnya.[28] Samuel merespon panggilan Tuhan yang keempat ini sesuai dengan apa yang diajarkan imam Eli padanya. Ia berusaha mengulangi kata-kata imam Eli secara harafiah, namun ia tidak menyebutkan kata Tuhan Yahweh[29]. Jawaban Samuel “hambaMu mendengar’ menunjukkan kesiapannya mendengarkan Tuhan berbicara. Kesediaan untuk mendengar merupakan syarat untuk menerima Firman Tuhan.[30] Penekanan pada bagian ini bukanlah pada apa yang Samuel lihat, tapi pada apa yang Tuhan hendak katakan dan pada apa yang Samuel harus dengar.[31]

C. Firman Tuhan mengenai kehendakNya atas Israel dan keluarga Eli (1 Samuel 3:11-14). 

Firman Tuhan yang disampaikan pada Samuel merupakan berita malapetaka yang akan terjadi di Israel dan keluarga Eli.[32] Tuhan akan melakukan sesuatu di Israel, mencakup kekalahan Israel, kematian Eli dan anak-anaknya, perampasan tabut perjanjian, dan kehancuran tempat ibadah.[33] Tuhan memanggil Samuel untuk mempersiapkan Samuel menjadi nabi yang membawa pesanNya di tengah-tengah bangsa Israel. Oleh sebab itulah, Tuhan memberitahukan kehendakNya atas Israel pada Samuel. Tuhan memberitahu Samuel tentang apa yang akan dilakukanNya di Israel.[34]

Frasa ”akan bising kedua telinganya” (1 Samuel 3: 11), dipakai dua kali di kemudian hari, yaitu di 2 Raja-raja 21:12 dan Yeremia 19:3. Frasa tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan kekagetan yang akan dialami oleh bangsa Israel ketika melihat dan menerima penghukuman dari Tuhan.[35]

Melalui firman yang disampaikanNya pada Samuel, Tuhan menegaskan kembali apa yang akan dilakukanNya pada Eli dan keluarganya, yaitu mendatangkan malapetaka atas mereka. Ia berjanji akan menepati apa yang telah Ia katakan sebelumnya melalui perantaraan abdi Allah.[36]

Anak-anak Eli, Hofni dan Pinehas, berperilaku terkutuk dengan menyepelekan sistem korban yang telah ditetapkan Tuhan. Dengan berlaku demikian, mereka sama saja menghina kekudusan Tuhan. Hukuman yang Tuhan berikan kepada mereka menunjukkan bahwa Tuhan adalah Allah yang adil. Ia berpihak pada orang yang benar, namun barangsiapa yang berbuat kejahatan akan dihukum olehNya. Tuhan itu penuh kasih, sekaligus juga adil. Segala tingkah laku dan perbuatan manusia harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.[37]

Imam Eli sebagai orangtua Hofni dan Pinehas juga mendapatkan hukuman dari Tuhan. Sebagai orangtua dan juga imam besar di Silo, seharusnya imam Eli melakukan tindakan aktif untuk menghukum anak-anaknya yang telah berperilaku tidak menghormati Tuhan. Namun, imam Eli hanya menasehati dan membiarkan mereka tetap melakukan kejahatan di bait suci tanpa konsekuensi apapun.[38] Jika melihat teguran Tuhan kepada Eli di pasal sebelumnya (I Samuel 2:29), maka dapat disimpulkan bahwa Eli membiarkan anak-anaknya melakukan kejahatan di bait suci, karena sebenarnya ia sendiri memperoleh keuntungan dari perbuatan anak-anaknya.[39]Oleh sebab itulah, Tuhan juga menghukum Eli. 

Allah telah berkeputusan untuk mengakhiri kepemimpinan Eli dan keluarganya sebagai imam karena dosa-dosa yang mereka perbuat (1 Samuel 3: 14). Tidak ada yang bisa mengubah keputusan Allah, baik melalui korban hewan, maupun korban hasil tanah.[40]

Dalam Imamat 4:3-12, sebenarnya dosa imam bisa ditebus dengan korban, namun karena anak-anak Eli telah menghina kekudusan Tuhan dengan memandang rendah korban bakaran dan persembahan (I Samuel 2:29), maka Tuhan menetapkan bahwa dosa mereka tidak akan dihapuskan dengan korban sembelihan maupun sajian untuk selamanya.[41]

Mengapa bisa demikian? Bukankah Allah telah berjanji bahwa keturunan Harun akan menjadi imam Allah untuk selama-lamanya? Tuhan tidak pernah terjebak oleh perkataanNya sendiri. Janji Tuhan kepada keturunan Harun berlaku dalam kondisi jika mereka tetap menghidupi panggilan mereka sebagai imam dengan setia. Namun, ketika Harun dan keluarganya lebih memilih untuk mendapatkan keuntungan pribadi dalam melayani Tuhan dan umatNya, maka mereka membuang hak mereka (privilege from God) untuk merepresentasikan Tuhan, dan tidak ada cara untuk memperoleh hak itu kembali. They lost their privilege.[42]

Frasa ’Aku bersumpah’ menunjukkan Tuhan bersumpah demi dirinya sendiri karena Ia adalah kuasa tertinggi (Yesaya 45:23; Yeremia 49:13; 51:14), demi kekudusanNya sendiri (Mazmur 89:35), demi tangan kananNya (Yesaya 62:8), atau demi kebesaran namaNya (Yeremia 44:26). Firman Tuhan berbicara tentang otoritas Tuhan sendiri. Hal itu berarti setiap janji dan kehendak Tuhan akan tergenapi.[43]

III. Pemberitaan Firman Tuhan kepada Eli oleh Samuel (1 Samuel 3:15-18). 

Setelah Samuel mendengar suara Tuhan, ia tidur sampai pagi. Ketika bangun, ia melakukan tugas rutin seorang pelayan tempat ibadah. Dia bertugas menyalakan lampu dan membuka pintu rumah Tuhan. Tampaknya, setelah apa yang dilihat dan didengarnya semalam, pagi harinya Samuel berusaha menyibukkan diri dengan tugas-tugasnya untuk menghindari percakapan dengan Eli.[44]

Samuel enggan bertemu dengan imam Eli. Keengganan Samuel ini sebenarnya dapat dipahami, mengingat pesan yang ia dapat dari Tuhan adalah tentang prediksi kematian Eli dan keluarganya. Namun, ketika Eli mendesak Samuel dengan ancaman sumpah[45] agar ia menceritakan semua firman Tuhan dengan detail, tanpa menyembunyikan sepatah kata pun (1 Samuel 3: 17), Samuel menyatakan semuanya.[46] Samuel belajar untuk menjalankan perannya sebagai nabi Tuhan untuk pertama kalinya, dengan menyampaikan pesan Tuhan kepada imam Eli. Sebagai seorang yang dipanggil oleh Tuhan, dan dipercayakan firman Tuhan, Samuel diutus untuk menjadi pembawa beritaNya.[47] Sekalipun Samuel menghadapi dilema ketika harus menyampaikan kehendak Allah kepada imam Eli, namun sebagai nabi yang dipercayakan firmanNya, Samuel harus mengatakan seluruh kebenaran. The true prophet must speak Yahweh’s word.[48]

Setelah imam Eli mendengar Samuel menyampaikan firman Tuhan kepadanya, ia tidak berbicara panjang dan lebar, tidak berdalih atau meratap, melainkan menerima keputusan Allah. Eli meletakkan dirinya pada kedaulatan Tuhan, menyadari bahwa merupakan hal yang sia-sia melawan kehendak dan keputusan Tuhan. Karena segala keputusan Tuhan itu adil adanya.[49] Baik Samuel maupun Eli sama-sama menerima keputusan Tuhan. Kepada Samuel diberikan kuasa dan otoritas sebagai nabi dari Yahweh. Begitu pula kepada Eli, diberikan nubuat tentang kematiannya yang menyedihkan. Keputusan ini sulit dijelaskan, namun inilah kehendak dan keputusan Tuhan yang berkuasa dan berdaulat.[50]

IV. Penyertaan dan penyataan diri Tuhan atas Samuel (1 Samuel 3:19-21,4:1a). 

Kisah ’Tuhan memanggil Samuel’ ini diakhiri dengan beberapa ayat yang memberikan ringkasan singkat tentang apa yang terjadi pada tahun-tahun berikutnya setelah peristiwa terpanggilnya Samuel. Ternyata Tuhan terus berbicara kepada Samuel. Tuhan menyertai Samuel dalam pertumbuhannya. Ia terus menyatakan firmanNya melalui Samuel.[51]

Yang dimaksud dengan ”tidak ada satupun dari firmanNya yang dibiarkanNya gugur” (1 Samuel 3: 19) adalah Tuhan membuat segala sesuatu yang dikatakan dan dikehendakiNya pasti terjadi. Tuhan akan menepati semua yang dikatakan dan difirmankanNya kepada Samuel.[52]

Karena penyertaan Tuhan atas Samuel, dimana Tuhan sendiri yang memastikan bahwa semua yang difirmankanNya melalui Samuel benar-benar terjadi, maka tidak lama kemudian berita tentang Samuel sampai ke seluruh Israel dari Dan sampai Bersyeba (1 Samuel 3:20, 4:1a).[53] Dan adalah batas Israel yang paling utara, sedangkan Bersyeba adalah batas paling selatan dari Israel. Hal ini mengindikasikan bahwa semua orang dari seluruh wilayah Israel mengetahui tentang Samuel dan datang untuk meminta nasihatnya di Silo.[54] Tuhan mempercayakan jabatan nabi Tuhan kepada Samuel dengan memberikannya Firman Tuhan dimana Samuel mendapat tugas khusus untuk menyatakan firmanNya di tengah umat Israel.[55]

Penyebutan kata ’Silo’ sebanyak 2 kali (1 Samuel 3: 21) memberikan penekanan tersendiri. Di awal kisah ini, Silo sebelumnya merupakan tempat dimana nama Allah dinista dan dinodai, karena kejahatan anak-anak Eli. Namun di akhir kisah ini, Silo menjadi pusat istimewa dari pernyataan Allah, yaitu melalui firmanNya yang dipercayakan pada Samuel[56]

Tuhan terus menampakkan diri di Silo. Ia menyatakan diriNya di Silo kepada Samuel dengan perantaraan firmanNya (1 Samuel 3: 21). Tuhan memutuskan untuk tidak berdiam lagi. Sebuah periode yang baru dimulai. Tuhan berbicara kepada bangsa Israel secara regular melalui Samuel. Tuhan berkenan menyatakan kehendakNya melalui Firman yang diberikanNya kepada umat Israel. Kisah ini bukanlah difokuskan pada pengalaman ketaatan Samuel dipanggil Tuhan, namun pada karakter Tuhan yang memanggil Samuel. Tuhan menyatakan diriNya di tengah-tengah bangsa Israel. Ia menyatakan kebaikanNya, kelemahlembutanNya, kehendakNya, serta kedaulatanNya. Ia memberi harapan yang baru pada Israel.[57]

Frasa ‘dengan perantaraan FirmanNya’ merupakan sebuah inklisio yang menekankan akan pentingnya Firman Tuhan. Samuel merupakan pembawa pesan Allah (nabi), yang dipanggil untuk mengkomunikasikan Firman Tuhan tersebut. Firman Tuhan yang dipercayakan pada Samuel jauh lebih penting daripada pengalaman panggilan Samuel sebagai nabi. Setiap nabi dipanggil untuk membawa pesan Allah yang harus disampaikan kepada umatNya.[58]

Pengalaman Samuel pada kisah ini secara keseluruhan berfokus pada inisiatif Tuhan. Tuhanlah yang berinisiatif untuk berbicara, dan Samuel sebagai hambaNya hanya mendengar dan taat. Samuel tidak punya pilihan. Sebagai hamba Allah, kehendak Samuel harus ditundukkan pada kehendak Tuhan.[59] 

Kesimpulan 

Dalam perikop yang bergenre narasi sejarah ini, Tuhan Yahweh merupakan subyek utama yang berinisiatif menyatakan kehendakNya di tengah-tengah umat Israel. Setelah sekian lama berdiam, Tuhan kembali berbicara dan menyatakan firmanNya melalui Samuel. 

Kisah ini menyatakan kedaulatan Allah dalam segala keputusanNya. Ia berdaulat memanggil Samuel untuk menjadi nabi yang membawa pesanNya di tengah-tengah bangsa Israel. Ia juga berdaulat untuk menghukum imam Eli dan anak-anaknya karena dosa-dosa mereka. Segala keputusan Tuhan adil dan berdaulat adanya. 

Tuhan secara aktif memanggil Samuel karena Ia hendak memberitahukan kehendakNya atas Israel pada Samuel, yaitu tentang apa yang akan dilakukanNya di Israel. Kisah ini bukanlah difokuskan pada pengalaman ketaatan Samuel dipanggil Tuhan, namun pada karakter Tuhan yang memanggil Samuel. Tuhan menyatakan diriNya di tengah-tengah bangsa Israel. Ia menyatakan kebaikanNya, kelemahlembutanNya, kehendakNya, serta kedaulatanNya.Sherly Praktiknyo. 

PUSTAKA: 1 SAMUEL 3:1-21 ( PANGGILAN TUHAN, PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN DAN PENYERTAAN TUHAN) 

Arnold, Bill T. The NIV Application Commentary: I&II Samuel. Grand Rapids: Zondervan, 2003. 

Baldwin, Joyce. Tyndale Old Testament Commentaries: I&II Samuel. England: Inter-Varsity Press, 1988. 

Beers, V. Gilbert. The Victor Handbook of Bible Knowledge. Wheaton: Victor Books, 1981. 

Blueggemann, Walter. Interpretation A Bible Commentary for Teaching and Preaching: First and Second Samuel. Louisville: John Knox Press, 1990. 

Buttrick, George Arthur. The Interpreter’s Bible: Volume 2. Nashville: Abingdon Press, 1987. 

Carson, D.A., et al. New Bible Commentary. Illinois : Intervarsity Press, 1994. 

Carter, Kyle Mc. The Anchor Bible: I Samuel. New York: Double Day, 1980. 

Cartledge, Tony W. Smyth & Helwys Bible Commentary: I&II Samuel. Georgia: Tony W. Cartlege Smyth & Helwys Publishing, 2001. 

Davis, Dale Ralph. Looking on the Heart: Expositions of the book of I Samuel 1-14. Grand Rapids: Baker Books, 1994. 

Hamilton, Victor P. Handbook on the Historical Books, Grand Rapids: Baker Academic, 2001. 

Klein, Ralph E. Word Biblical Commentary: I Samuel. Waco: Word Books Publisher, 1983. 

Lasor, W.S., et al. Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000. 

Pfeiffer, Charles F., et al. Tafsiran Alkitab Wycliffe - Volume 1. Malang: Gandum Mas, 2004. 

Rothlisberger, H. Tafsiran Alkitab I Samuel, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983. 

Tsumura, David Toshio. The New International Commentary on the Old Testament: The First Book of Samuel. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 2007. 

Water, Mark. The Baker Encyclopedia of Bible People. Grand Rapids: Baker Books, 2006. 

Youngblood, Ronald F., et al. The Expositor’s Bible Commentary: Deuteronomy, Joshua, Judges, Ruth, 1&2 Samuel. Grand Rapids: Zondervan, 1992. 

[1]Dalam budaya Yahudi, anak laki-laki berusia 12 tahun dianggap sudah bisa dipercaya dan bertanggungjawab penuh, berkenaan dengan Hukum Taurat. Lih. Charles F. Pleiffer, et al. Tafsiran Alkitab Wycliffe - Volume 1 (Malang: Gandum Mas, 2004) 749. 

[2]Mark Water, The Baker Encyclopedia of Bible People (Grand Rapids: Baker Books, 2006) 126. 

[3]H. Rothlisberger, Tafsiran Alkitab I Samuel (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983) 38. 

[4]Setiap tahun bangsa Israel selalu pergi ke Silo untuk menyembah Tuhan dan merayakan Paskah/ Hari Raya Roti Tak Beragi. Lih. V. Gilbert Beers. The Victor Handbook of Bible Knowledge (Wheaton: Victor Books, 1981) 144-145. 

[5] Istilah ’penglihatan’ (bahasa Inggris: vision, bahasa yunani: hāzôn) mengacu pada penyataan Allah (wahyu Allah/ Firman Tuhan). Istilah ’penglihatan’ ini digunakan untuk pesan ilahi yang disampaikan pada para nabi, biasanya (paling sering) dalam bentuk verbal, namun kadangkala penglihatan itu bisa dalam bentuk tertulis/visual (Habakuk 2:2). Lih. David Toshio Tsumura. The First Book of Samuel. (Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company, 2007) 174. 

[6]Water, The Baker Encyclopedia 166. 

[7]Hofni dan Pinehas melanggar dan menyepelekan sistem korban yang telah ditetapkan Tuhan dalam hukum Taurat demi keuntungan pribadi. Selain itu, mereka juga tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu bait suci. Lih. Rothlisberger, Tafsiran Alkitab 28-32. 

[8]Ralph E Klein, Word Biblical Commentary: I Samuel (Waco: Word Books Publisher, 1983) 32. 

[9]Bill T Arnold, The NIV Application Commentary: I&II Samuel (Grand Rapids: Zondervan, 2003) 81. 

[10]Kyle Mc Carter, The Anchor Bible: I Samuel (New York: Doubleday, 1980) 98. 

[11]Ibid. 98. 

[12]Kata kerja “memanggil” (ay 4,6,8) berasal dari kata Ibrani qārā. Kata ini diulang-ulang sebanyak 11 kali di ayat 4-10. Lih. Dale Ralph Davis, Looking on the Heart: Expositions of the book of I Samuel 1-14 (Grand Rapids: Baker Books, 1994) 44. 

[13]Ralph E Klein, Word Biblical Commentary: I Samuel (Waco: Word Books Publisher, 1983) 32. 

[14]Victor P Hamilton, Handbook on the Historical Books (Grand Rapids: Baker Academic, 2001) 222. 

[15]George Arthur Buttrick, The Interpreter’s Bible: Volume 2 (Nashville: Abingdon Press, 1987) 893. 

[16]Arnold, NIV Aplication Commentary 82. 

[17]Ibid. 81. 

[18]Klein, Word Biblical Commentary 32. 

[19]Frasa ’mengenal Tuhan’ diikuti dengan frasa paralel ’Firman Tuhan dinyatakan’. Mengenal Tuhan artinya mengetahui kehendak Tuhan melalui FirmanNya. Lih. Tsumura, The First Book of Samuel 177. 

[20]Hamilton, Handbook on the Historical Books 222. 

[21]Dale Ralph Davis, Looking on the Heart: Expositions of the book of I Samuel 1-14 (Grand Rapids: Baker Books, 1994) 46. 

[22]Ibid. 45. 

[23]Joyce Baldwin, Tyndale Old Testament Commentaries: I and II Samuel (England: Inter-Varsity Press, 1988) 63. 

[24]Tsumura, The First Book of Samuel 177-178. 

[25]Tony W Cartledge, Smyth & Helwys Bible Commentary: I and II Samuel (Georgia: Tony W. Cartlege Smyth & Helwys Publishing, 2001) 64. 

[26]Arnold, The NIV Application Commentary 82. 

[27]Davis, Looking on the Heart 43. 

[28]Tuhan juga memanggil Abraham, Yakub, dan Musa sebanyak 2 kali berturut-turut dalam satu waktu. (Kejadian 22:11, 46:2; dan Keluaran 3:4). Panggilan nama yang diulang-ulang seperti itu dalam sejarah Israel mempunyai makna yang penting, yaitu bersifat memberi penekanan/penegasan. Selain itu, pengulangan juga merupakan variasi yang sering digunakan dalam tipe cerita narasi. Lih. Tsumura, The First Book of Samuel 179. 

[29]Nama Yahweh menyatakan sifat dan kepribadian Allah yang menyatakan diriNya di sepanjang sejarah Israel. Nama Yahweh dianggap terlalu suci dan tidak boleh disebut dengan sembarangan. Sebagai gantinya, orang Ibrani mengucapkan adonai. Lih. W.S.Lasor., et al, Pengantar Perjanjian Lama 1 (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2000) 196. 

[30]Rothlisberger, Tafsiran Alkitab I Samuel 39. 

[31]Hamilton, Handbook on the Historical Books 222. 

[32]Buttrick, The Interpreter’s Bible 894. 

[33]Pleiffer, Tafsiran Alkitab Wycliffe 749. 

[34]Tsumura, The First Book of Samuel 179. 

[35]Arnold, The NIV Application Commentary 82. 

[36]Lih. I Sam 2:27-36. 

[37]Cartledge, Smyth and Helwys Bible Commentary 65. 

[38]Ibid. 65. 

[39]Lih. I Samuel 2:29, ”Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel?” 

[40]Pleiffer, Tafsiran Alkitab Wycliffe 750. 

[41]Tsumura, The First Book of Samuel 180. 

[42]Cartledge. Smyth and Helwys Bible Commentary 64. 

[43]Ibid. 66. 

[44]Ronald F Youngblood, et al. The Expositor’s Bible Commentary: Deuteronomy, Joshua, Judges, Ruth, 1&2 Samuel (Grand Rapids: Zondervan, 1992) 592. 

[45]Frasa ”Kiranya beginilah Allah menghukum engkau, bahkan lebih dari itu,” merupakan pola sumpah kuno yang sering dipakai dalam kitab Samuel dan Raja-raja. Sumpah ini biasanya disertai dengan kata-kata, ”mati seperti binatang tersebut....” Lih. Rothlisberger, Tafsiran Alkitab I Samuel 40. 

[46]Cartledge, Smyth and Helwys Bible Commentary 64. 

[47]Tsumura, The First Book of Samuel 181. 

[48]Davis, Looking on the Heart 42-47. 

[49]Youngblood, The Expositor’s Bible Commentary 592. 

[50]Walter Blueggemann, Interpretation A Bible Commentary for Teaching and Preaching: First and Second Samuel (Louisville: John Knox Press, 1990) 26. 

[51]D.A. Carson, et al, New Bible Commentary (Illinois: Intervarsity Press, 1994) 300. 

[52]Rothlisberger, Tafsiran Alkitab I Samuel 40. 

[53]Carson, New Bible Commentary 300. 

[54]Pleifer, Tafsiran Alkitab Wycliffe 750-751. 

[55]Baldwin, Tyndale Old Testament Commentaries 64. 

[56]Hamilton, Handbook on the Historical Books 223. 

[57]Ralph, Looking on the Heart 42-43. 

[58]Tsumura, The First Book of Samuel 184. 

[59]Baldwin, Tyndale OT Commentaries 65.
Next Post Previous Post