YAKOBUS 3:1-12 (PENGENDALIAN PERKATAAN, KUASA LIDAH DAN KETIDAKKONSISTENAN LIDAH)

YAKOBUS 3:1-12 (PENGENDALIAN PERKATAAN, KUASA LIDAH DAN KETIDAKKONSISTENAN LIDAH)
YAKOBUS 3:1-12 (PENGENDALIAN PERKATAAN, KUASA LIDAH DAN KETIDAKKONSISTENAN LIDAH)· Kesatuan teks sebagai satu unit pikiran didukung dengan adanya kata-kata yang sama yang dipakai berulang-ulang sepanjang teks ini, seperti: kata “lidah” (Yakobus 3: 5,6 atau 8,) , “tubuh” (Yakobus 3: 2,3,5 dan 6) dan “kendali” (kata “mengendalikan” di ayat 2 dan 3 dan kata dikendalikan di Yakobus 3: 4)

Kisah ini diawali dengan panggilan “saudara-saudaraku” (Yakobus 3:1) dan ditutup kembali dengan panggilan “saudara-saudaraku” (Yakobus 3: 12) 

Adanya kesatuan teks dan alur cerita yang tidak terputus yang diawali dengan pemaparan tentang resiko yang akan diterima seorang guru berkaitan dengan perkataannya. Lalu dilanjutkan dengan membandingkan kuasa lidah yang positif dan negatif melalui beberapa metafora. Kemudian, diakhiri dengan pertanyaan retoris untuk menjelaskan kontras atau pertentangan berkaitan dengan lidah (Yakobus 3:11-12

Kesimpulannya: Yakobus 3:1-12 merupakan satu kesatuan kisah tersendiri yang berbeda dengan ayat-ayat sebelum dan ayat-ayat sesudahnya. 

PENJELASAN: 

A. Peringatan kepada para pengajar (Yakobus 3: 1 – 2) 

1. Konsekuensi menjadi pengajar (Yakobus 3: 1) 

Penerima Surat Yakobus adalah orang Kristen Yahudi yang tersebar di seluruh penjuru Kekaisaran. 

Hal ini didukung oleh banyaknya pertemuan berkala di rumah ibadah (Yakobus 2:2). Sebagian besar jemaat penerima surat ini adalah orang miskin.[1] Munculnya diskriminasi dan kesenjangan sosial yang cukup menonjol antara yang kaya dan miskin sangat berdampak pada kehidupan berjemaat saat itu. 

Hal ini terlihat dari adanya jurang pemisah yang jelas antara pemimpin gereja (dengan tingkat ekonomi yang lebih tinggi) dengan pelayan Tuhan kelas bawah. Karena kondisi finansial gereja saat itu tidak terlalu mendukung, anggota jemaat cenderung mencari belas kasihan dari anggota jemaat yang kaya, tidak ada kerelaan dalam memberi, dan berlomba-lomba untuk menjadi yang utama. Yakobus merasa penting untuk menuliskan surat guna menyadarkan dan membangunkan kembali semangat jemaatnya[2]

Dalam Yakobus 3:1, Yakobus mengarahkan fokusnya kepada para pengajar rohani di jemaat Yahudi. Pada masa itu, pengajar memainkan peranan penting dalam kehidupan gereja mula-mula selain rasul dan nabi (1 Korintus 12:28). 

Pengajar gereja mula-mula dipercayai tugas penting dalam menyampaikan ajarankekristenan (2 Timotius 2:2). Karena pada masa itu tidak banyak yang bisa membaca dan kecil kemungkinan bagi masyarakat kelas bawah untuk bisa menduduki posisi tersebut, maka posisi sebagai guru sangat dipandang dan berprestise tinggi. Hal inilah yang membuat orang berbondong-bondong untuk menjadi pengajar.[3] Kondisi ini mendorong Yakobus untuk menekankan konsekuensi yang akan dihadapi guru karena elemen utama dalam mengajar adalah lewat perkataan. 

“Sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat” dimaksudkan bahwa para pengajar rohani harus berhati-hati dan bertanggung jawab dalam pengajarannya karena kegagalan dalam memberikan pengajaran yang tepat akan menerima hukuman yang lebih berat (Lukas. 12:48).[4] 

Yakobus tidak sedang berusaha berbicara dengan orang yang memiliki panggilan khusus dan karunia sebagai guru, tapi dia lebih menekankan pada keseriusan dan motivasi di dalam menjalankan panggilan sebagai guru.[5] Pemakaian kata “kita” menunjukkan bahwa Yakobus sendiri juga adalah pengajar dan dengan posisinya yang juga sebagai pengajar cukuplah memberikan efektivitas dalam menerangkan maksud penulisannya.[6]

2. Pengendalian perkataan (Yakobus 3: 2) 

Kata “bersalah” dalam bahasa Yunani memakai kata ptaio yang mengandung makna metafora yaitu jatuh atau kalah atau melakukan kesalahan, dosa.[7] Pemakaian kata “bersalah” dalam frase “kita semua bersalah dalam banyak hal” menunjukkan bahwa semua orang tanpa kecuali tidak terluput dari dosa, termasuk Yakobus. Salah satu dosa yang dimaksudkan adalah dalam hal perkataan. Seorang yang tidak bersalah dalam perkataannya adalah orang yang sempurna. 

Kata sempurna dalam Yakobus 3: 2b ini diartikan dalam konteks kesempurnaan yang dimaksudkan dalam pasal 1:4 yaitu orang yang memiliki karakter yang dewasa dan utuh, bukan orang yang tidak pernah melakukan dosa.[8] Seorang yang sempurna dalam perkataannya akan dapat juga “mengendalikan seluruh tubuh”. Hal ini berarti orang tersebut memiliki kemampuan untuk menghadapi setiap ujian dan pencobaan dan bisa mengontrol diri terhadap kejahatan yang menyerang (Yakobus 1:12-15).[9]

B. Kuasa Lidah (Yakobus 3: 3 – 8 ) 

1. Kuasa lidah yang positif (Yakobus 3: 3 – 4) 

Yakobus memakai dua ilustrasi untuk memperjelas Yakobus 3: 2 mengenai orang sempurna yang mampu mengendalikan seluruh tubuhnya. Contoh yang dipakai Yakobus adalah contoh yang sudah lazim dipakai dalam dunia Hellenisme maupun dalam kalangan Yahudi pada saat itu.[10] Kedua ilustrasi ini (Yakobus 3: 3-4) berfokus pada pengendalian yang dilakukan seseorang terhadap suatu benda yang besar (kuda dan kapal) dengan hanya mengendalikan benda kecil (kekang dan kemudi). 

Kekang adalah suatu benda berukuran kecil (Yakobus 3: 3). Ketika kekang dipasangkan di mulut kuda, kuda tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menurut kehendak orang yang mengendalikannya.[11] Demikian juga dengan kemudi adalah suatu alat yang kecil yang terdapat pada ujung pasak kemudi. 

Bila dibandingkan dengan ukuran kapal dan kekuatan tenaga angin, kemudi yang kecil itu mampu mengendalikan kapal sesuai dengan keinginan dari juru mudinya.[12] Kapal yang dimaksudkan dalam nats ini adalah gambaran kapal secara umum, bukan kapal perang atau yang sejenisnya. Kekuatan angin yang keras menggambarkan suatu kemampuan untuk merusak.[13]

Pengendalian atas lidah diibaratkan seperti mengendalikan kekang dan kemudi. Philo menyebut akal sebagai pengendara dan juru mudi hidup manusia.[14] Akal mengendalikan setiap kata dan akal sehat itu sendiri pun dikendalikan oleh Kristus sehingga kehidupan menjadi selamat. 

2. Kuasa lidah yang negatif (Yakobus 3: 5 – 6 ) 

Pada Yakobus 3: 5 pertama kalinya lidah dimunculkan sebagai metonimia untuk mewakili perkataan manusia.Pada ayat ini, kata memegahkan diterjemahkan sebagai boast (NIV) dimana dalam bahasa Yunani, boastmemiliki arti “aucheo” dan kata ini hanya ditemukan di Perjanjian Baru, makna kata ini selalu berarti negatif, yang mencakup kesombongan melebihi Allah.[15] Dalam nats ini, Yakobus menerangkan bahwa lidah memiliki potensi “boasting”. Lidah berkemampuan untuk menghancurkan. 


Jika yang sebelumnya fungsi lidah itu pasif, dimana harus digerakkan, akan tetapi kali ini lidah bersifat aktif. “Lidah sebagai api” Percikan api yang menyala akan meluas dan membakar habis seluruh hutan.[16] Dalam bahasa Yunani, kata forest (terjemahan NIV) ini memakai arti kata wood (Pada masa itu di Timur Dekat kondisi topografinya menunjukkan bahwa di lokasi tersebut jarang terdapat forest). 

Kata “hutan” dalam bagian ini lebih mengarah pada semak-semak yang mengelilingi kebanyakan bukit di Palestina, dalam iklim Mediteranian yang kering semak-semak akan sangat mudah terbakar bila ada percikan api kecil.[17] Analogi yang dipakai di perikop ini makin lama makin besar mulai dari kuda, kapal lalu hutan. Jadi api bukan saja membakar sebatang pohon besar tapi banyak pohon di dalam hutan dan dampaknya luas sekali.[18]

Di dalam Yakobus 3: 6, Yakobus menggunakan empat kata kunci untuk mendeskripsikan potensi lidah sebagai api yang merusak yaitu dunia kejahatan, anggota tubuh, roda kehidupan, dan api neraka. “Dunia kejahatan” dalam bahasa Yunani “kosmos” berarti dunia tanpa Allah, dunia yang dalam ketidaktahuannya sering bermusuhan dengan Allah.[19] Dalam terjemahan RSV frase tersebut menggunakan istilah “unrighteous world” yaitu dunia yang penuh dengan keberdosaan. 

Lidah yang tidak terkontrol merupakan wujud dari kejahatan yang berasal dari dorongan hati yang ada di dalam tubuh dan dampak yang dihasilkannya tidak terbatas hanya pada wilayah sendiri, tapi menyebar hingga ke seluruh tubuh.[20] Kata “di antara anggota tubuh” dalam bahasa Ibrani yeser ha-ramerujuk kepada kejahatan yang berasal dari dalam hati (1:14). Bahasa yang dipakai Yakobus mengandung sebagian makna metaphora dan mengandung makna yang hampir sama dengan perkataan Yesus tentang kerusakan bukan berasal dari luar tapi dari dalam diri manusia (Matius 7:14-23).[21] 

Jadi yang merupakan sumber masalah sesungguhnya adalah pikiran dan keinginan manusia yang membuat lidah menjadi jahat dan membawa dampak pada seluruh keberadaan manusia. Sumber dari kejahatan itu sendiri juga berasal dari neraka. Neraka berasal dari kata Yunani, gehena yang berarti tempat yang dikelilingi oleh kejahatan dan lokasinya setan. Dalam hal ini Yakobus mengarahkan penyesatan yang dilakukan Iblis dengan meracuni manusia melalui kata-kata yang keluar dari mulut guru yang tak terkontrol.[22]

3. Betapa sulitnya mengendalikan lidah (Yakobus 3: 7 – 8).

Yakobus 3: 7-8 Yakobus memberikan kontras antara ketidakmampuan manusia dalam menjinakkan lidah dengan kemampuan manusia menjinakkan binatang. Manusia telah diberikan mandat oleh Tuhan Allah untuk menguasai binatang baik di darat, laut maupun udara. Dalam terjemahan bahasa Inggris NIV frase tersebut ditulis dalam bentu present dan perfect tense “are being tamed and have been tamed”). Ini menekankan aspek “present progressive” dimana manusia mampu dan telah menjinakkan binatang di bumi ini.[23]

Lain halnya dengan lidah, tidak ada seorangpun yang mampu mengendalikan lidah. Tasker mengatakan bahwa karena kejatuhan manusia telah kehilangan penguasaannya atas dirinya sendiri. Hal ini menunjukkan keterbatasan manusia berdosa tapi tidaklah membatasi kedaulatan Allah. Lidah mampu dikuasai oleh manusia yang telah lahir baru dalam Roh Kudus.[24] “Buas” berasal dari kata akatastatosyang memiliki arti sama dengan tidak stabil (Yakobus 1:8). 

Di dalam konteks ini, kata itu berarti seperti seekor binatang liar yang melakukan perlawanan sengit untuk keluar dari kekang / kendalinya. Demikian juga dengan lidah cenderung untuk berbuat jahat dan berpotensi besar dalam menyebarkan racun yang mematikan. Racunnya lebih mematikan dari racun ular karena merusak moral, sosial, ekonomi, dan spiritualitas.[25]

C. Ketidakkonsistenan lidah (Yakobus 3: 9 – 12 ) 

1. Lidah mengeluarkan berkat dan kutuk (Yakobus 3: 9 – 10) 

Yakobus memperlihatkan kontradiksi atas perkataan yang keluar dari mulut. Pujian terhadap Allahmerupakan perkataan yang bermakna tinggi, murni dan mulia. Kutuk merupakan perkataan yang terendah, kotor dan tidak mulia. Mengutuk seseorang tidak hanya menyumpahi mereka, tapi itu juga berarti bahwa mereka diputuskan hubungan dari Allah dan akan mengalami penghukuman kekal. 

Perbuatan kutuk adalah suatu kekejian karena orang yang dikutuk itu adalah ciptaan yang serupa dengan Allah.[26] Perkataan menjadi barometer atas kehidupan spiritual seseorang; mencerminkan apa yang ada di hatinya. Hati yangtidak konsisten dan mendua, akan mencerminkan ketidakkonsistenan dalam perkataan.[27]

2. Lidah harus konsisten (Yakobus 3: 11 – 12) 

Pertanyaan retoris adalah gaya bahasa yang paling disukai Yakobus. Di dalam perikop ini Yakobus mengakhiri topik ini dengan memberikan beberapa pertanyaan retoris yang hanya memerlukan jawaban “tidak”.[28] Pertanyaan pertama dikaitkan antara air tawar dan air pahit:[29]

· “tawar” = sweet (terjemahan NIV) = glyky (bahasa Yunani) menjelaskan air yang jernih yang bisa dipakai untuk minum 

· “pahit” = salt (terjemahan NIV) = pikron (bahasa Yunani) menjelaskan air yang telah bercampur dengan garam atau air asin yang tidak bisa dipakai untuk minum. 

Suatu mata air tidak dapat menghasilkan air bersih pada menit pertama kemudian mengalirkan air pahit pada menit berikutnya. Satu mata air hanya akan menghasilkan satu jenis air. Akan tetapi lidah menunjukkan hal yang berbeda dalam praktiknya, ketidak-konsistenan lidah justru bertolak belakang dengan mata air. 

Pada menit pertama dari mulut yang sama bisa memuji Tuhan tapi pada menit berikutnyamelalui mulut yang sama juga mengutuk manusia.[30] Pertanyaan retoris kedua dan ketiga ini juga menjelaskan makna yang sama seperti pertanyaan pertama bahwa pohon tidak mungkin menghasilkan buah yang berbeda dengan biji buah yang ditanam. Pohon ara tidak mungkin menghasilkan buah zaitun dan pokok anggur tidak mungkin menghasilkan buah ara. 


Pada Yakobus 3: 12b, Yakobus memakai aplikasi dari mata air tapi kali ini langsung memakai pernyataan bermakna negatif. Mata air asin tidak mungkin mengeluarkan air tawar. Mata air itu diilustrasikan seperti hati. Bila pikiran dalam hati baik, maka perkataan yang keluar juga baik, demikian sebaliknya. Hati yang tidak benar di hadapan Tuhan akan menghasilkan perkataan yang tidak berasal dari Tuhan. Jadi hati yang diperbaharui akan mampu menghasilkan perkataan yang murni, konsisten dalam kemurnian ucapannya (walaupun tidak sempurna).[31]

Kesimpulan 

Di dalam perikop ini, Yakobus memberikan peringatan akan besarnya resiko yang harus diperhatikan sebagai seorang pengajar dalam berkata-kata karena elemen utama seorang pengajar adalah perkataannya. Lidah, bagian yang kecil dalam anggota tubuh yang dapat digunakan untuk mendatangkan hal yang positif tapi juga berpotensi untuk merusak. 

Bila lidah dapat dikendalikan dengan baik, maka akan menghasilkan perkataan yang membangun. Perkataan yang membangun bersumber dari hati yang bersih. Jika pikiran, hati dan keinginan dalam diri telah diperbaharui, maka setiap perkataan yang keluar dari lidah akan dapat dikendalikan sehingga menghasilkan perkataan yang bersih dan membangun. Jadi, amanat teks yang hendak disampaikan Yakobus kepada jemaatnya dari Yakobus 3:1-12 adalah bahwa lidah yang dapat dikendalikan bersumber dari hati yang benar di hadapan Tuhan. -Jenny. 

Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :


PUSTAKA:YAKOBUS 3:1-12 (PENGENDALIAN PERKATAAN, KUASA LIDAH DAN KETIDAKKONSISTENAN LIDAH) 

[1] Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Volume 3 (Surabaya: Momentum) 2009. 

[2]Peter H. Davids, New Internetional Biblical Commentary (Massachusetts: Hendrikson,1983) 11-12. 

[3]Douglas J.Moo, The Letter of James: The Tyndale New Testament Commentaries (Nottingham: Inter-Varsity Press, 1985) 119. 

[4]Ibid. 

[5]Douglas J.Moo, The Letter of James : The Pillar New Testament Commentary (Michigan: Grand Rapids, 2000) 150. 

[6]Ibid. 

[7]Ibid. 150. 

[8]David P. Nystrom, The NIV Application Commentary (Michigan: Zondervan, 1997) 175. 

[9]Peter H. Davids, James: New Internetional Biblical Commentary (Massachusetts: Hendrikson, 1983) 81. 

[10]J.Moo, Tyndale 121. 

[11]Hasan Sutanto, Surat Yakobus (Malang: Literatur SAAT, 2006) 211. 

[12]Donald W. Burdick, Expositor’s Bible Commentary (Michigan: Zondervan, 1981) 187. 

[13]J.Moo, Pillar 153. 

[14]Dikutip dari William Barclay, Surat Yakobus, 1 dan 2 Petrus: Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Yakobus(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010) 136. 

[15]J.Moo, Pillar 155. 

[16]J. Alec Motyer, The Message of James: The Test of Faith. Leicester (UK: Inter-Varsity Press, 1985) 121. 

[17]J.Moo, Pillar 155. 

[18]Susanto, Surat Yakobus 212. 

[19]Barclay, Surat Yakobus 140. 

[20]David, NIBC 83. 

[21]David, NIBC 93. 

[22]Ralph P. Martin, James: World Biblical Commentary (Waco, TX: Word Books, 1988) 116. 

[23]Burdick, Expositor’s 188. 

[24] Dikutip Ibid. 188. 

[25]John MacArthur, The MacArthur New Testament Commentary James (Chicago, IL: Moody Press, 1998) 158. 

[26]J.Moo, Tyndale 128. 

[27]Ibid. 129. 

[28]Ibid. 

[29]Burdick, Expositor’s 188. 

[30]J.Moo, Tyndale 129. 

[31]J.Moo, Tyndale 130. 

Next Post Previous Post