YAKOBUS 3:1-9 (DOSA KARENA LIDAH)
gadget, bisnis, otomotif |
Pendahuluan.
YAKOBUS 3:1-9 (DOSA KARENA LIDAH). Dosa karena lidah adalah dosa yang dikeluarkan dari mulut yang diungkapkan melalui kata-kata yang tidak menyenangkan didengar oleh orang lain. Lidah merupakan anggota kecil, tetapi lidah juga dapat mendeteksi kondisi fisik seseorang melalui kata-kata yang diucapkannya seperti yang di atas.
Artinya seseorang dapat mendeteksi orang lain apakah ia dewasa dalam Tuhan atau tidak itu semuanya dapat diketahui melalui kata-kata yang diucapkannya. Dengan lidah manusia memuji nama Tuhan, tetapi dengan lidah yang sama manusia mengutuk manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Alllah. Dari lidah yang sama keluar berkat dan kutuk (Yakobus 3:1-12).
Orang Kristen perlu menguasai diri dalam pengucapannya karena ia tidak terlepas dari setiap kesalahan kata-kata yang dikeluarkan dari mulutnya, sebab itu dapat berdampak positif dan negatif
Penjelasan
Tidak hanya kata-kata yang kita ucapkan, tetapi juga kata-kata yang kita ketik (yang kita kirim lewat chat, kita forward, atau sosial media), matters to God. Penguasaan atas kata-kata kita adalah merupakan sebuah bukti iman yang sejati – Yakobus 1:26.
Ada 3 hal berkaitan dosa karena lidah di Yakobus 3:1-9, yaitu:
1.The Tongue is Accountable (Yakobus 3: 1)
Guru atau pengajar di jaman itu di asosiasikan dengan seorang rabi, yang sangat dihormati. Jadi kemungkinan besar banyak umat Tuhan yang berambisi menjadi seorang guru (dengan motivasi yang salah). Padahal di dalam Kristus, kita sudah dikenal, di kasihi Allah, jadi mengapa kita masih mencari kehormatan dan ingin disukai orang?
Seorang guru punya pengaruh yang besar, karena bisa mempengaruhi sebuah kelompok, bahkan sebuah gereja besar. Karena itulah seorang guru harus mempertanggung jawabkan dirinya, dan juga apa yang dia ajarkan! Para guru akan dihakimi dengan lebih berat karena pengaruhnya yang besar!
Yakobus bukan menyuruh kita untuk tidak menjadi guru, tapi supaya kita lebih berhati-hati dan punya rasa takut pada Allah yang benar. Jangan kita menganggap remeh karena kita harus mempertanggung jawabkan apa yang kita katakan dan contohkan! Teruslah bergantung pada tuntunan Tuhan, bukan pada kemampuan diri sendiri saat menyiapkan dan mengajar.
Lalu bagaimana kita yang bukan seorang guru atau pemimpin? Perhatikan kalimat terakhir di ayat 1, karena ayat tersebut menyebutkan bahwa kita yang bukan seorang guru, tetap akan dihakimi atas perkataan kita!
Catatan: Ada 2 penafsiran tentang apa yang dimaksud dengan "guru"
1. Guru berarti pengajar Firman Tuhan/ Orang yang mengenal Tuhan.2. Guru bisa juga berarti "orang yang suka menghakimi / mengkritik"Guru dianggap sebagai orang yang mengetaui sesuatu lebih dari orang lain (anak didiknya). Maka guru dianggap sebagai sosok yang pengetahuannya lebih. Orang yang dianggap sebagai guru dalam kekristenan, tentu saja mereka adalah orang-orang yang mengerti tentang Firman Allah lebih dari orang lain.
Setiap dari kita juga punya pengaruh pada sesama kita, mau tidak mau. We will all be accountable!
Ayat Yakobus 3:2 lalu mengalihkan perhatian dari pada pengajar pada kita semua. Semua orang bersalah, semua orang bergumul dalam perkataan!
2.The Tongue is Powerful
Lidah/perkataan kita punya kuasa yang besar. Yakobus memberikan 3 gambaran yang menunjukkan betapa besarnya kuasa lidah: kekang kuda yang kecil, kemudi kapal yang kecil, dan api yang kecil. Hal-hal yang kecil ini mempengaruhi hal-hal yang besar (sama seperti lidah).
Seberapa dari kita menyadari kuasa perkataan kita? Berapa banyak dari ribuan kata yang kita bicarakan (lewat mulut atau ketikan) yang kita pikirkan dengan benar-benar?
Kata-kata yang diutarakan untuk kita bahkan sejak kita kecil, bisa membentuk siapa diri kita sampai saat ini, bisa terngiang-ngiang. Itu bisa positif, dan bisa juga negatif (terhantui dengan kata-kata yang abusive, kasar, dan menyakiti kita dari seseorang).
Kekang kuda dan kemudi kapal kalau dikendalikan dengan baik akan membawa hal yang baik. Tetapi yang terakhir, tentang api, menyebutkan akan membawa kehancuran yang pesat dan besar, kalau tidak dikendalikan.
Perkataan kita punya pengaruh yang sangat besar! Kita bisa memakai perkataan kita untuk membangun, melengkapi, memulihkan, dan mengasihi. Tapi sebaliknya, kalau kita tidak berhati-hati dan sembarangan, perkataan kita akan menghancurkan hidup seseorang.
Perhatikan lagi Yakobus 3: 6. Kehancuran oleh kata-kata paling sulit untuk disembuhkan; kata-kata yang meyakitkan kita bertahun-tahun lalu mungkin masih terngiang-ngiang sampai saat ini.
Bagaimana dengan saudara? Pernahkah kita ada kata-kata yang menyakiti seseorang, dan bahkan sampai membuat dia meninggalkan pelayanan, meninggalkan Tuhan? Atau membuat dia terluka bahkan sampai sekarang?
– Saat kita sedang marah-marah, untuk menyakiti, merendahkan, menjatuhkan?
– Memfitnah orang lain supaya kita tidak menjadi bersalah (kita mengorbankan orang tersebut karena kita tidak mau mengakui kesalahan kita)
– Menggosipkan orang, menceritakan gosip pada orang-orang yang tidak ada hubungannya (mengorbankan orang lain untuk kenikmatan diri kita).
– Menggerutu, menghancurkan kesatuan
– Criticism, kritik yang tanpa pertimbangan, mematahkan semangat karena fokus pada kelemahan saja
– Sarcasm/sindiran – mengorbankan seseorang demi kenikmatan pribadi (menjadikan kelemahan orang sebagai bahan tertawaan)
Dalam Yakobus 3: 7-8, Yakobus menuliskan bahwa tidak ada seorang pun yang berkuasa untuk menjinakkan lidah yang buas.
ESV: “no human being can tame the tongue”; “tidak seorang manusia pun”! Kita harus menjinakkan lidah kita, tapi juga kita tidak mampu – sebuah paradoks. Jadi bagaimana? Kita memerlukan external help! Yaitu bantuan ilahi untuk bisa mengekangnya.
3.The Tongue is Inconsistent (Yakobus 3:9)
Yakobus 3: 9 menunjukkan lidah kita memuji Tuhan tapi juga mengutuk sesama kita (yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah). Kita lupa apa yang kita katakan pada sesama kita menunjukkan apa yang kita percayai tentang Tuhan!
Penyembahan kita yang sejati pada Allah adalah dengan mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita.
Ayat Yakobus 3:2 lalu mengalihkan perhatian dari pada pengajar pada kita semua. Semua orang bersalah, semua orang bergumul dalam perkataan!
2.The Tongue is Powerful
Lidah/perkataan kita punya kuasa yang besar. Yakobus memberikan 3 gambaran yang menunjukkan betapa besarnya kuasa lidah: kekang kuda yang kecil, kemudi kapal yang kecil, dan api yang kecil. Hal-hal yang kecil ini mempengaruhi hal-hal yang besar (sama seperti lidah).
Seberapa dari kita menyadari kuasa perkataan kita? Berapa banyak dari ribuan kata yang kita bicarakan (lewat mulut atau ketikan) yang kita pikirkan dengan benar-benar?
Kata-kata yang diutarakan untuk kita bahkan sejak kita kecil, bisa membentuk siapa diri kita sampai saat ini, bisa terngiang-ngiang. Itu bisa positif, dan bisa juga negatif (terhantui dengan kata-kata yang abusive, kasar, dan menyakiti kita dari seseorang).
Kekang kuda dan kemudi kapal kalau dikendalikan dengan baik akan membawa hal yang baik. Tetapi yang terakhir, tentang api, menyebutkan akan membawa kehancuran yang pesat dan besar, kalau tidak dikendalikan.
Perkataan kita punya pengaruh yang sangat besar! Kita bisa memakai perkataan kita untuk membangun, melengkapi, memulihkan, dan mengasihi. Tapi sebaliknya, kalau kita tidak berhati-hati dan sembarangan, perkataan kita akan menghancurkan hidup seseorang.
Perhatikan lagi Yakobus 3: 6. Kehancuran oleh kata-kata paling sulit untuk disembuhkan; kata-kata yang meyakitkan kita bertahun-tahun lalu mungkin masih terngiang-ngiang sampai saat ini.
Bagaimana dengan saudara? Pernahkah kita ada kata-kata yang menyakiti seseorang, dan bahkan sampai membuat dia meninggalkan pelayanan, meninggalkan Tuhan? Atau membuat dia terluka bahkan sampai sekarang?
– Saat kita sedang marah-marah, untuk menyakiti, merendahkan, menjatuhkan?
– Memfitnah orang lain supaya kita tidak menjadi bersalah (kita mengorbankan orang tersebut karena kita tidak mau mengakui kesalahan kita)
– Menggosipkan orang, menceritakan gosip pada orang-orang yang tidak ada hubungannya (mengorbankan orang lain untuk kenikmatan diri kita).
– Menggerutu, menghancurkan kesatuan
– Criticism, kritik yang tanpa pertimbangan, mematahkan semangat karena fokus pada kelemahan saja
– Sarcasm/sindiran – mengorbankan seseorang demi kenikmatan pribadi (menjadikan kelemahan orang sebagai bahan tertawaan)
Dalam Yakobus 3: 7-8, Yakobus menuliskan bahwa tidak ada seorang pun yang berkuasa untuk menjinakkan lidah yang buas.
ESV: “no human being can tame the tongue”; “tidak seorang manusia pun”! Kita harus menjinakkan lidah kita, tapi juga kita tidak mampu – sebuah paradoks. Jadi bagaimana? Kita memerlukan external help! Yaitu bantuan ilahi untuk bisa mengekangnya.
3.The Tongue is Inconsistent (Yakobus 3:9)
Yakobus 3: 9 menunjukkan lidah kita memuji Tuhan tapi juga mengutuk sesama kita (yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah). Kita lupa apa yang kita katakan pada sesama kita menunjukkan apa yang kita percayai tentang Tuhan!
Penyembahan kita yang sejati pada Allah adalah dengan mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita.
The tongue’s inconsistency deveals a deeper problem: our heart. Akar dari masalah nya adalah sebenarnya hati kita! Karena apa yang diucapkan kita adalah luapan dari isi hati kita (Matius 12:34b).
Karena itu hati kita lah yang perlu diperbaharui dan dikuduskan.
Redeeming the tongue:
a. be honest: akui dengan jujur dan bertobatlah dari kata-kata yang suka merendahkan dan menjatuhkan. Cari pengampunan dari Tuhan! Cari juga pengampunan dari orang yang sudah kita sakiti.
b. behold: pandang pada Yesus, yang memakai lidahNya yang sempurna, yang penuh ketaatan, penuh kuasa, membebaskan, dan menjadi terang bagi banyak orang!
Karena itu hati kita lah yang perlu diperbaharui dan dikuduskan.
Redeeming the tongue:
a. be honest: akui dengan jujur dan bertobatlah dari kata-kata yang suka merendahkan dan menjatuhkan. Cari pengampunan dari Tuhan! Cari juga pengampunan dari orang yang sudah kita sakiti.
b. behold: pandang pada Yesus, yang memakai lidahNya yang sempurna, yang penuh ketaatan, penuh kuasa, membebaskan, dan menjadi terang bagi banyak orang!
BACA JUGA: YAKOBUS 3:1-12 (GURU DAN BAHAYANYA LIDAH)
c. be filled: dipenuhilah dengan Roh Kudus. Lidah api dalam Kisah Para Rasul di kontraskan dengan api neraka di Yakobus yang menghancurkan. Kita butuh kuasa Roh Kudus untuk menguasai hati kita dan menjinakkan lidah kita.
Penerapan
Penerapan
Datanglah pada Tuhan, minta Roh Kudus memenuhi kita dan menolong kita supaya saat kita berkata-kata, kata-kata kita penuh dengan kasih, damai, suka cita, dsb (buah Roh).
Kesimpulan
Yakobus memberikan peringatan pengaruh lidah yang berisiko begitu besar, supaya setiap orang Kristen hendaklah memperhatikan kata-kata yang ia gunakan ketika ia berkomunikasi dengan orang lain. Lidah merupakan bagian anggota tubuh manusia yang kecil, lidah dapat digunakan untuk mendatangkan hal yang positif tetapi juga berpotensi untuk merusak.
Apabila lidah dapat dikendalikan dan menguasai dirinya dengan baik, maka akan menghasilkan perkataan yang membangun dan perkataan yang memberkati. Perkataan yang selalu diucapkan dari hati yang sudah dipimpin Roh kudus. Jika pikiran hati dan keinginan dalam diri telah diperbarui, maka setiap perkataan yang bersih dan membangun. Jadi, alamat tegas yang disampaikan Yakobus kepada jemaatnya dari Yakobus 3:1-12 adalah bahwa lidah yang dapat dikendalikan bersumber dari hati yang benar di hadapan Tuhan.
Orang Kristen yang ingin menjadi pengajar hendaklah ia tahu menempatkan dirinya dalam profesi yang ia cita-citakan seperti seorang guru, atau hamba Tuhan. Orang Kristen yang sudah mengerti firman Tuhan hendaklah ia menjadi pengajar yang membangun dan membawa berkat bagi jemaat yang ia nasihati lewat firman Tuhan. Orang Kristen hendaklah menggunakan kata-kata yang tidak merusak.
Dosa karena lidah sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Untuk menghindari hal itu, yang dilakukan adalah percaya sepenuhnya kepada Tuhan, pergunakan kata-kata dan ucapan yang membangun dan membangkitkan semangat orang lain dan kata-kata yang menyenangkan hati Tuhan. Pergunakanlah lidah untuk memuji Tuhan dan tidak untuk mengutuk dan berkata kotor, sebab Tuhan akan memandang rendah orang yang melakukan hal demikian dan orang demikian tidak menghargai hdup yang Tuhan berikan.