YOHANES 21:15-19 (BOSKE, POIMAINE DAN ARNIA)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
YOHANES 21:15-19 (BOSKE, POIMAINE DAN ARNIA).Bacaan:Yohanes 21:15-19.Yohanes 21: 15: “Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?’ Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”.otomotif, gadget, bisnis |
1) “Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?’”.
a) ‘Simon, anak Yohanes’.
KJV: ‘Simon, son of Jonas’ (= Simon, anak Yonas).
NIV: ‘Simon, son of John’ (= Simon, anak Yohanes).
Bdk. Matius 16:17 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga”.
Di sini, dan juga dalam Yohanes 1:42, ia disebut ‘Simon anak Yohanes’, tetapi dalam Matius 16:17 ia disebut ‘Simon bin Yunus’. Apakah bagian-bagian ini bertentangan / kontradiksi? Sebetulnya tidak, karena dalam Mat 16:17 itu kata yang diterjemahkan ‘bin Yunus’ adalah BARIONA, dimana kata BAR berarti ‘bin’ (= anak dari), sedangkan kata IONA merupakan singkatan dari nama ‘Yohanes’, ayah Simon. Jadi, kata ‘Yunus’ itu sebetulnya salah terjemahan.
b) ‘apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini’.
NIV/NASB: ‘more than these’ (= lebih dari ini).
Kata ‘these’ ini bisa menunjuk kepada ikan-ikan dan pekerjaan menjala ikan, atau kepada para murid yang lain.
Jadi pertanyaan ini mempunyai 3 kemungkinan arti:
1. Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari perahu, jala, seluruh pekerjaan memancing ini?
2. Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari engkau mengasihi murid-muridKu yang lain?
3. Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada murid-murid yang lain mengasihi Aku?
Matthew Henry: “Those do not love Christ aright that do not love him better than the best friend they have in the world, and make it to appear whenever they stand in comparison or in competition. Or, ‘more than thou lovest these things, these boats and nets - more than all the pleasure of fishing, which some make a recreation of - more than the gain of fishing, which others make a calling of.’ Those only love Christ indeed that love him better than all the delights of sense and all the profits of this world. ... So Dr. Whitby” (= Mereka tidak mengasihi Kristus dengan benar jika mereka tidak mengasihi Dia lebih dari teman terbaik yang mereka punyai di dunia ini, dan membuatnya tampak / kelihatan pada waktu kedua hal itu diperbandingkan atau dipertandingkan. Atau, ‘lebih dari engkau mengasihi hal-hal ini, perahu dan jala ini - lebih dari semua kesenangan memancing / menjala, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai rekreasi - lebih dari keuntungan dari memancing / menjala, yang sebagian orang membuatnya sebagai pekerjaan’. Memang mereka hanya mengasihi Kristus jika mereka mengasihi Dia lebih dari semua kesenangan dan semua keuntungan dunia ini. ... Demikianlah Dr. Whitby).
Tetapi kebanyakan penafsir menganggap bahwa arti ketigalah yang dimaksudkan, mengingat bahwa dulu ia menganggap diri lebih dari yang lain (Matius 26:33). Sekarang ia tidak lagi berani bersikap demikian, karena ia hanya menjawab tanpa membandingkan kasihnya dengan kasih dari murid-murid yang lain: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’.
Barnes’ Notes: “The word ‘these’ may be in the neuter gender, and refer to ‘these things’ - his boat, his fishing utensils, and his employments; or it may be in the masculine, and refer to the apostles. In the former sense it would mean, ‘Lovest thou me more than thou lovest these objects? Art thou now willing, from love to me, to forsake all these, and go and preach my gospel to the nations of the earth?’ In the other sense, which is probably the true sense, it would mean, ‘Lovest thou me more than these other apostles love me?’ In this question Jesus refers to the profession of superior attachment to him which Peter had made before his death - Matt. 26:33” (= Kata ‘these’ bisa ada dalam jenis kelamin netral, dan menunjuk kepada ‘hal-hal ini’ - perahunya, peralatan memancingnya, dan pekerjaannya; atau kata itu bisa ada dalam jenis kelamin laki-laki, dan menunjuk kepada rasul-rasul. Dalam arti yang pertama artinya adalah: ‘Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari engkau mengasihi benda-benda ini? Apakah engkau mau, dari kasih kepadaKu, untuk meninggalkan semua ini, dan pergi dan memberitakan InjilKu kepada bangsa-bangsa di bumi?’. Dalam arti yang satunya, yang mungkin merupakan arti yang benar, itu berarti: ‘Apakah engkau mengasihiKu lebih dari pada rasul-rasul yang lain ini mengasihiKu?’. Dalam pertanyaan ini Yesus menunjuk pada pengakuan kasih yang lebih tinggi kepadaNya yang Petrus buat sebelum kematianNya - Mat 26:33).
Bdk. Matius 26:33 - “Petrus menjawabNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.’”.
Wycliffe Bible Commentary: “Some understand ‘these’ to refer to the paraphernalia of fishing. If this were so, Peter could have answered without any evasion and without the use of a different word for ‘love’ than Jesus used. The very fact that Jesus probed Peter’s love in the presence of his brethren suggests that the others were involved. Peter had boasted that he would remain loyal even if the others did not (Mk 14:29)” [= Sebagian orang menganggap bahwa kata ‘these’ menunjuk kepada perlengkapan memancing / menjala. Seandainya ini yang dimaksudkan, Petrus bisa menjawab tanpa menghindar dan tanpa menggunakan kata yang berbeda untuk ‘mengasihi’ dari pada kata yang digunakan oleh Yesus. Fakta bahwa Yesus memeriksa / menyelidiki kasih Petrus di depan saudara-saudaranya menunjukkan bahwa mereka terlibat. Petrus pernah membanggakan bahwa ia akan tetap setia sekalipun yang lain tidak (Markus 14:29)].
Markus 14:29 - “Kata Petrus kepadaNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak.’”.
Ada 2 hal yang perlu dijelaskan dari kata-kata penafsir ini:
· Yang ia maksudkan dengan ‘menghindar’ adalah bahwa dalam jawabannya Petrus menghindari perbandingan. Jadi, ia tidak mengatakan, ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau lebih dari mereka’. Penghindaran ini pasti tidak dibutuhkan seandainya Yesus memang membandingkan kasih Petrus kepadaNya dengan kasih Petrus pada pekerjaan memancing.
· Kata Yunani untuk ‘mengasihi’ yang digunakan oleh Yesus pada waktu bertanya, adalah AGAPAO, sedangkan kata Yunani yang digunakan oleh Petrus pada waktu menjawab adalah PHILEO. Ada penafsir-penafsir yang membedakan kedua kata ini dan mengatakan bahwa AGAPAO adalah jenis kasih yang lebih tinggi dari PHILEO, dan mereka berkata bahwa Petrus tak berani menggunakan kata AGAPAO. Penafsir di atas ini juga berpandangan demikian, dan ia menggunakan hal ini sebagai argumentasi. Seandainya Yesus bertanya dalam arti no 1. maka Petrus tak perlu menggunakan kata ‘mengasihi’ yang berbeda dengan kata yang digunakan oleh Yesus.
2) “Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’”.
a) Petrus tak berani membandingkan kasihnya kepada Yesus dengan kasih dari murid-murid yang lain kepada Yesus.
Barnes’ Notes: “Peter now made no pretensions to love superior to his brethren. His sad denial had convinced him of the folly of that claim; but still he could appeal to the Searcher of the heart, and say that he knew that he loved him. Here is the expression of a humbled soul - soul made sensible of its weakness and need of strength, yet with evidence of true attachment to the Saviour. It is not the most confident pretensions that constitute the highest proof of love to Christ; and the happiest and best state of feeling is when we can with humility, yet with confidence, look to the Lord Jesus and say, ‘Thou knowest that I love thee.’” (= Sekarang Petrus tidak menganggap kasihnya lebih tinggi dari kasih saudara-saudaranya. Penyangkalannya yang menyedihkan telah meyakinkan dia tentang kebodohan dari claim tersebut; tetapi ia tetap dapat naik banding kepada Penyelidik hati, dan berkata bahwa Ia tahu bahwa ia mengasihiNya. Inilah ungkapan dari suatu jiwa yang telah direndahkan - jiwa yang menjadi sadar tentang kelemahannya dan kebutuhannya akan kekuatan, tetapi dengan bukti dari kasih yang sejati kepada sang Juruselamat. Bukan anggapan yang paling yakin yang merupakan bukti tertinggi dari kasih kepada Kristus; dan keadaan perasaan yang paling berbahagia dan terbaik adalah pada waktu kita bisa dengan rendah hati, tetapi dengan yakin, memandang kepada Tuhan Yesus dan berkata: ‘Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau’.).
b) Untuk kata ‘mengasihi’ Petrus menggunakan kata Yunani PHILEO yang berbeda dengan kata ‘mengasihi’ yang Yesus gunakan pada waktu bertanya (AGAPAO).
Banyak penafsir yang sangat membedakan kata AGAPAO (kata bendanya AGAPE), dengan kata PHILEO (kata bendanya PHILIA).
A. T. Robertson: “Peter makes no claim here to superior love and passes by the ‘more than these’ and does not even use Christ’s word AGAPAOO for high and devoted love, but the humbler word FILEOO for love as a friend” (= Di sini Petrus tidak membuat claim tentang kasih yang lebih tinggi dan melewati ‘lebih dari ini’ dan bahkan tidak menggunakan kata dari Kristus AGAPAO untuk kasih yang tinggi dan penuh dedikasi, tetapi kata yang lebih rendah hati PHILEO untuk kasih sebagai seorang sahabat).
A. T. Robertson: “These two words are often interchanged in the New Testament, but here the distinction is preserved” (= Kedua kata ini sering digunakan secara bisa dibolak-balik dalam Perjanjian Baru, tetapi di sini perbedaan itu dipertahankan).
Tetapi ada juga penafsir-penafsir, seperti Leon Morris (hal 871-873), F. F. Bruce (hal 405), dan penafsir dari Word Biblical Commentary, yang menganggap bahwa kedua kata ini tak terlalu berbeda artinya, mengingat:
1. Dalam LXX kedua kata itu digunakan secara interchangeable (dapat dibolak-balik).
Contoh: dalam Kejadian 37:3 kasih Yakub kepada Yusuf digambarkan menggunakan kata AGAPAO, tetapi dalam Kej 37:4 hal yang sama digambarkan dengan kata PHILEO.
Kej 37:3-4 - “(3) Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. (4) Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah”.
2. Kata AGAPAO tidak harus menunjuk kepada kasih Allah / kasih yang lebih tinggi dan sebagainya. Kata itu hanya menunjuk pada kasih yang lebih tinggi kalau kontextnya jelas menunjukkan hal itu. Dalam 2Tim 4:10 ‘kasih Demas kepada dunia’ digambarkan dengan kata AGAPAO, dan ini tidak mungkin menunjuk kepada kasih yang lebih tinggi / kasih Allah dan sebagainya.
2Tim 4:10 - “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia”.
3. Yohanes sendiri menggunakan kedua kata itu secara interchangeable (dapat dibolak-balik) untuk menggambarkan:
a. Dirinya sendiri sebagai ‘murid yang dikasihi Yesus’; dalam Yohanes 13:23; 19:26; 21:7,20 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 20:2 ia menggunakan PHILEO.
Leon Morris (NICNT): “Barrett reminds us that the Beloved Disciple is several times called o[n h]gapa and once o[n e]filei (20:2) and proceeds, ‘it is highly improbable that there were two ‘beloved disciples’, one loved in a rather better way than the other” [= Barrett mengingatkan kita bahwa Murid yang dikasihi beberapa kali disebut o[n h]gapa / HON EGAPAdan satu kali o[n e]filei / HON EPHILEI (20:2) dan melanjutkan: ‘adalah sangat tidak mungkin bahwa di sana ada 2 murid yang dikasihi, yang satu dikasihi dengan cara yang lebih baik dari pada yang lain] - hal 873 (footnote).
b. Kasih Bapa kepada Anak; dalam Yoh 3:35 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 5:20 ia menggunakan PHILEO.
Yoh 3:35 - “Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya”.
Yoh 5:20 - “Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepadaNya segala sesuatu yang dikerjakanNya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepadaNya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran”.
c. Kasih Allah kepada manusia; dalam Yohanes 3:16 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yohanes 16:27 ia menggunakan PHILEO:
Yohanes 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Yoh 16:27 - “sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah”.
d. Kasih Yesus kepada manusia; dalam Yoh 11:3 ia menggunakan PHILEO, sedangkan dalam Yoh 11:5 ia menggunakan AGAPAO:
Yohanes 11:3,5 - “(3) Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: ‘Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.’ ... (5) Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus”.
e. Kasih manusia kepada manusia; dalam Yoh 13:34 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yohanes 15:19 ia menggunakan PHILEO:
Yohanes 13:34 - “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”.
Yoh 15:19 - “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu”.
Catatan: yang ini rasanya kurang cocok, karena Yoh 15:19 mempersoalkan kasih dari orang-orang dunia.
f. Kasih manusia kepada Yesus; dalam Yoh 8:42 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 16:27 ia menggunakan PHILEO:
Yohanes 8:42 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku”.
Yohanes 16:27 - “sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah”.
Sebagai tambahan argumentasi, perhatikan komentar F. F. Bruce dan Word Biblical Commentary di bawah ini.
F. F. Bruce: “Stylistically, this interchange between the Lord and his disciple is interesting because of the use of synonyms. Two words for ‘love’ are used (agapao and phileo), two words for tending the flock (bosko and poimaino), two for the flock itself (arnia and probatia) and two for ‘know’ (oida and ginosko). This interplay of synonyms is a feature of the writer’s Greek; it can hardly represent a comparable variation of vocabulary in the language which Jesus and Peter probably spoke” [= Dalam hal gaya, percakapan antara Tuhan dan muridNya ini menarik karena penggunaan sinonim / kata-kata yang sama artinya. Dua kata untuk ‘mengasihi’ digunakan (AGAPAO dan PHILEO), dua kata untuk ‘menggembalakan’ kawanan domba (BOSKO dan POIMAINO), dua kata untuk ‘kawanan domba’ itu sendiri (ARNIA dan PROBATIA) dan dua kata untuk ‘tahu’ (OIDA dan GINOSKO). Sinonim-sinonim yang saling mempengaruhi ini merupakan suatu ciri / keistimewaan dari bahasa Yunani sang penulis; itu tidak bisa menunjukkan variasi perbendaharaan kata yang sama dalam bahasa yang mungkin digunakan oleh Yesus dan Petrus] - hal 404.
Bagian yang saya garis bawahi itu mungkin berarti bahwa dalam pembicaraan asli antara Yesus dan Petrus, yang mungkin dilakukan dalam bahasa Aramaic, tidak akan ada penggunaan sinonim-sinonim seperti yang digunakan oleh Yohanes pada waktu menuliskannya dalam bahasa Yunani.
Hal yang kurang lebih sama dinyatakan oleh Word Biblical Commentary, yang berkata sebagai berikut:
“Bernard examined the use of the two verbs in the Fourth Gospel and concluded that whatever distinction they may have had elsewhere, in the Gospel they are synonymous. Both terms are used of God’s love for man (3:16; 16:27), of the Father’s love for the Son (3:35; 5:20), of Jesus’ love for men (11:5; 11:3), of the love of men for men (13:34; 15:19), and of the love of men for Jesus (8:42; 16:27). ... So also in vv 15–17, apart from the use of the two verbs for love, we find two verbs used for the shepherd’s care for his sheep, ... and two or even three nouns for the sheep, ... It is difficult to believe that the author intended any distinction of meaning in these varied verbs and nouns; the same applies to the two verbs for love” [= Bernard memeriksa penggunaan dari kedua kata kerja dalam Injil keempat dan menyimpulkan bahwa apapun perbedaan yang dipunyai oleh kedua kata kerja itu di tempat lain, dalam Injil ini kedua kata kerja itu sinonim. Kedua istilah itu digunakan untuk kasih Allah kepada manusia (3:16; 16:27), untuk kasih Bapa kepada Anak (3:35; 5:20), untuk kasih Yesus kepada manusia (11:5; 11:3), untuk kasih manusia kepada manusia (13:34; 15:19), dan untuk kasih manusia kepada Yesus (8:42; 16:27). ... Demikian juga dalam ay 15-17, terpisah dari penggunaan dari dua kata kerja untuk kasih, kita mendapatkan dua kata kerja digunakan untuk pemeliharaan / perhatian gembala kepada domba-dombanya, ... dan dua atau bahkan tiga kata benda untuk domba, ... Adalah sukar untuk percaya bahwa sang pengarang memaksudkan perbedaan arti apapun dalam kata-kata kerja dan kata-kata benda yang bervariasi ini; dan hal yang sama berlaku terhadap kedua kata kerja untuk ‘mengasihi’].
Saya berpendapat argumentasi ini kuat sekali. Pada waktu digunakan 2 kata kerja untuk ‘menggembalakan’, dan 2 kata benda untuk ‘domba’, dan 2 kata kerja untuk ‘tahu / mengetahui’, rasanya kita tidak mungkin menafsirkan adanya perbedaan arti antara kata-kata tersebut (sekalipun memang ada penafsir-penafsir yang melakukan pembedaan seperti itu). Jadi, pada waktu digunakan 2 kata kerja untuk ‘mengasihi’ kita juga tidak boleh menafsirkan adanya perbedaan arti dari kedua kata tersebut.
William Hendriksen (hal 494-500, footnote) memberikan penjelasan yang sangat banyak, mendalam, dan mendetail dalam persoalan ini, dan ia menyimpulkan bahwa ada sedikit perbedaan antara AGAPAO dan PHILEO tersebut.
3) “Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”.
a) ‘domba-dombaKu’.
1. Perhatikan kata ‘Ku’.
Pulpit Commentary: “Let the pastor ever remember that the sheep are not his own, but Christ’s. Although he is the shepherd, the provider, and the feeder, yet he is not the owner. Their owner is Christ” (= Hendaklah setiap pendeta selalu ingat bahwa domba-domba itu bukanlah miliknya sendiri, tetapi milik Kristus. Sekalipun ia adalah gembala, penyedia / pemelihara, dan pemberi makan, tetapi ia bukanlah pemilik. Pemilik mereka adalah Kristus) - hal 525.
Orang kristen bukan domba milik pendeta, tetapi domba milik Kristus. Jadi kata-kata ‘pendeta itu mencuri domba-dombaku’ yang sering diucapkan oleh banyak pendeta, merupakan sesuatu yang ngawur!
Banyak pendeta yang buka gereja seperti buka warung, karena mereka menganggap pendeta / gereja lain (yang benar) sebagai saingan, bukan sebagai rekan sekerja. Mereka tak peduli kalau ada tempat ibadah agama lain yang dibuka, atau kalau ada night club, bar dsb, yang dibuka, tetapi mereka marah kalau ada gereja baru dibuka di dekat gereja mereka. Pendeta-pendeta seperti ini perlu mencamkan bagian ini! Mereka bukan pemilik domba. Kristuslah pemilik domba. Kalau domba pindah gereja dari gereja mereka ke gereja lain, tetapi tetap ikut Kristus, itu sebetulnya bukan masalah.
2. Kata ‘domba’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani ARNIA.
A. T. Robertson: “ARNIA is a diminutive of ARNOS (lamb)” [= Kata ARNIA adalah bentuk lebih kecil dari kata ARNOS (domba kecil)] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 321.
Jadi, kata yang diterjemahkan ‘domba’ di sini secara hurufiah berarti ‘lambs’ (= anak-anak domba / domba-domba kecil).
Pulpit Commentary menekankan perbedaan ini dan menekankan perlunya memperhatikan dan memberi makan petobat-petobat baru dan anak-anak kecil dalam gereja. Tetapi saya sangat meragukan apakah perbedaan itu harus ditekankan seperti ini.
b) Setelah menanyakan tentang kasih Petrus kepadaNya, baru Kristus menyuruh dia untuk menggembalakan domba-dombaNya. Ini menunjukkan bahwa:
1. Kasih kepada Kristus mempunyai konsekwensi.
Barclay: “We must note what love brought Peter. (a) It brought him a task. ‘If you love me,’ Jesus said, ‘then give your life to shepherding the sheep and the lambs of my flock.’ We can prove that we love Jesus only by loving others. Love is the greatest privilege in the world, but it brings the greatest responsibility. (b) It brought Peter a cross. ... Love always involves responsibility, and it always involves sacrifice. We do not really love Christ unless we are prepared to face his task and take up his Cross” [= Kita harus memperhatikan apa yang dibawa oleh kasih itu kepada Petrus. (a) Kasih itu membawa suatu tugas kepadanya. ‘Jika engkau mengasihi Aku’, kata Yesus, ‘maka berikanlah hidupmu untuk menggembalakan domba-domba dan anak-anak domba dari kawanan dombaKu’. Kita bisa membuktikan bahwa kita mengasihi Kristus, hanya dengan kita mengasihi orang-orang lain. Kasih merupakan hak terbesar dalam dunia ini, tetapi itu membawa tanggung jawab yang terbesar. (b) Kasih itu membawa salib kepada Petrus. ... Kasih selalu melibatkan tanggung jawab, dan kasih selalu melibatkan pengorbanan. Kita tidak sungguh-sungguh mengasihi Kristus kecuali kita siap untuk menghadapi tugasNya dan memikul salibNya] - hal 286.
2. Kasih kepada Kristus merupakan syarat mutlak bagi seorang gembala / pendeta.
Leon Morris (NICNT): “the one thing about which Jesus questions Peter prior to commissioning him to tend the flock is love. This is the basic qualification for Christian service. Other qualities may be desirable but love is completely indispensable (cf. 1Cor. 13:1-3)” [= satu hal tentang mana Yesus menanyai Petrus sebelum menugaskannya untuk mengurus / merawat / memelihara kawanan domba adalah kasih. Ini merupakan persyaratan dasar untuk pelayanan Kristen. Kwalitet-kwalitet yang lain bisa diinginkan / diperlukan tetapi kasih merupakan sesuatu yang sepenuhnya diperlukan secara mutlak (bdk. 1Korintus 13:1-3)] - hal 875.
Catatan: kasih yang dibicarakan di sini adalah kasih kepada Yesus, sedangkan kasih yang dibicarakan dalam 1Kor 13 sebetulnya merupakan kasih kepada sesama (ini terlihat dengan jelas kalau saudara membaca 1Korintus 13:4-7). Jadi sebetulnya tidak cocok kalau di sini digunakan 1Kor 13:1-3. Tetapi pada sisi yang lain, memang kasih kepada Allah / Yesus berhubungan dengan kasih kepada sesama.
Calvin: “By these words Christ means that no man can faithfully serve the Church, and employ himself in feeding the flock, if he do not look higher than to men. First, the office of feeding is in itself laborious and troublesome; since nothing is more difficult than to keep men under the yoke of God, among whom there are many who are weak, others who are wanton and unsteady, others who are dull and sluggish, and others who are slow and unteachable. Satan now brings forward as many causes of offence as he can, that he may destroy or weaken the courage of a good pastor. In addition to this, we must take into account the ingratitude of many and other causes of disgust. No man, therefore, will steadily persevere in the discharge of this office, unless the love of Christ shall reign in his heart, in such manner that forgetful of himself and devoting entirely to Christ, he overcomes every obstacle” (= Dengan kata-kata ini Kristus memaksudkan bahwa tidak ada orang yang bisa dengan setia melayani Gereja, dan bekerja dalam pemberian makan kawanan domba, jika ia tidak melihat lebih tinggi dari pada kepada manusia. Pertama, tugas pemberian makan itu sendiri sulit / membutuhkan banyak tenaga dan menyusahkan; karena tidak ada yang lebih sukar dari pada menjaga / memelihara / menahan manusia di bawah kuk dari Allah, diantara mana ada banyak yang lemah, dan yang lain yang ceroboh / sembarangan dan tidak stabil / mudah terombang-ambing, dan yang lain lagi yang bodoh dan tak bersemangat, dan yang lain lagi yang lamban dan tak bisa diajar. Setan mengajukan hal-hal yang menyakitkan hati / menyandungi sebanyak yang ia bisa, supaya ia bisa menghancurkan atau melemahkan keberanian / keteguhan hati / semangat dari seorang gembala / pendeta yang baik. Sebagai tambahan terhadap hal ini, kita harus memperhitungkan sikap tidak tahu terima kasih dari banyak orang dan penyebab-penyebab ketidak-senangan yang lain. Karena itu, tidak ada orang yang akan bertekun secara stabil dalam pelaksanaan tugas ini, kecuali kasih kepada Kristus bertakhta dalam hatinya, dengan cara sedemikian rupa sehingga dengan melupakan dirinya sendiri dan sepenuhnya membaktikan diri kepada Kristus, ia mengatasi setiap rintangan) - hal 288.
Sekalipun hal ini terutama berlaku untuk pendeta / gembala, tetapi saya percaya ini juga berlaku untuk guru-guru Sekolah Minggu, dan pelayan-pelayan Tuhan yang lain. Ingat juga bahwa sebetulnya setiap orang kristen mempunyai tugas penggembalaan, yaitu tugas untuk mengarahkan dan mendorong dan bahkan mengajar orang-orang kristen lain di sekitarnya ke arah yang benar. Sedangkan bagi orang-orang yang menyesatkan, Yesus memberikan ancaman yang mengerikan bagi mereka.
Bdk. Mat 18:6 - “‘Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut”.
Kata ‘barangsiapa’ ini jelas mencakup semua orang. Dan ‘menyesatkan’ bisa dilakukan dengan:
· mengajarkan ajaran sesat.
· tidak ‘menjaga mimbar’ dari ajaran sesat dan nabi-nabi palsu.
· tindakan kita yang berdosa, yang menjadi batu sandungan bagi orang-orang sehingga tersesat.
· dengan membiarkan saja seseorang yang sedang tersesat.
Matthew Henry: “Before Christ would commit his sheep to his care, he asked him, Lovest thou me? Christ has such a tender regard to his flock that he will not trust it with any but those that love him, and therefore will love all that are his for his sake” (= Sebelum Kristus menyerahkan domba-dombaNya kepada pemeliharaannya, Ia menanyainya, Apakah engkau mengasihi Aku? Kristus mempunyai perhatian / perasaan yang begitu lembut kepada kawanan dombaNya sehingga Ia tidak akan mempercayakannya kepada siapapun kecuali mereka yang mengasihi Dia, dan karena itu akan mengasihi semua yang adalah milikNya demi Dia).
Mungkin saudara bertanya: ‘Lalu mengapa ada nabi-nabi palsu yang diikuti banyak orang? Mengapa Kristus membiarkan domba-dombaNya berada dalam bimbingan nabi-nabi palsu?’. Saya menjawab: ‘Mereka bukan domba-domba. Kalau mereka mengikuti nabi palsu, mereka adalah kambing-kambing’. Mereka tidak mencari kebenaran, sehingga Kristus membiarkan mereka untuk disesatkan.
3. Kristus tetap adalah Gembala yang sesungguhnya dari gereja / orang-orang kristen.
Calvin: “Christ is the only ‘Pastor’ or ‘Shepherd’ of the Church. ... But because he employs the agency of men in preaching doctrine, he conveys to them also his own name, or, at least, shares it with them. Those men, therefore, are reckoned to be ‘Pastors’ in the sight of God, who governs the Church by the ministry of the word under Christ, who is their Head” (= Kristus adalah satu-satunya ‘Pendeta’ atau ‘Gembala’ dari Gereja. ... Tetapi karena Ia menggunakan perantara manusia dalam memberitakan ajaranNya, Ia juga memberikan kedudukanNya sendiri kepada mereka, atau sedikitnya, membaginya dengan mereka. Karena itu, orang-orang itu dianggap sebagai ‘Pendeta-pendeta’ dalam pandangan Allah, yaitu mereka yang memerintah Gereja oleh pelayanan firman di bawah Kristus, yang adalah Kepala mereka) - hal 289-290.
Bandingkan dengan:
· 1Pet 2:25 - “Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu”.
· 1Petrus 5:4 - “Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the Chief Shepherd’ (= Gembala Kepala).
4. Pelayanan yang dilakukan oleh pendeta / gembala hanya akan berbuah dalam diri orang-orang pilihan.
Tetapi perlu diingat 2 hal ini:
· kita tidak bisa membedakan orang pilihan dan orang-orang non pilihan, dan karena itu kita harus melayani semua orang.
· Tuhan bisa mempertobatkan seseorang yang kelihatan sebagai binatang buas sehingga menjadi domba.
Calvin: “Christ does not give to Peter and others the office of feeding all sorts of persons, but only his sheep or his lambs. He elsewhere describes who they are whom he reckons to belong to his flock. My sheep, says he, hear my voice, and follow me; they hear not the voice of a stranger, (John 10:5,27.) True, faithful teachers ought to endeavour to gather all to Christ; and as they cannot distinguishes between sheep and wild beasts, they ought to try by all methods if they can tame those who resemble wolves rather than sheep. But after having put forth their utmost efforts, their labour will be of no avail to any but the elect sheep” [= Kristus tidak memberi Petrus dan yang lain tugas memberi makan semua jenis manusia, tetapi hanya domba-domba dan anak-anak dombaNya. Di tempat lain Ia menggambarkan siapa yang Ia anggap termasuk dalam kawanan dombaNya. Domba-dombaKu, kataNya, mendengar suaraKu, dan mengikut Aku; mereka tidak mendengar / mengikuti suara dari orang asing, (Yohanes 10:5,27). Guru-guru yang sejati dan setia harus berusaha untuk mengumpulkan semua kepada Kristus; dan karena mereka tidak bisa membedakan antara domba dan binatang liar, mereka harus mencoba dengan semua metode jika mereka bisa menjinakkan mereka yang lebih menyerupai serigala dari pada domba. Tetapi setelah mengusahakan usaha mereka yang sepenuhnya, jerih payah mereka akan sia-sia bagi siapapun kecuali bagi domba-domba pilihan] - hal 291.
Calvin: “Again, we are taught by this passage, that none can be fed to salvation by the doctrine of the Gospel but those who are mild and teachable; for it is not without reason that Christ compares his disciples to lambs and sheep; but it must also be observed that the Spirit of God tames those who by nature were bears or lions” (= Lagi-lagi, kita diajar oleh text ini, bahwa tidak seorangpun bisa diberi makan kepada keselamatan oleh ajaran dari Injil kecuali mereka yang lembut dan bisa diajar; karena bukan tanpa alasan bahwa Kristus membandingkan murid-muridNya dengan anak-anak domba dan domba-domba; tetapi juga harus diperhatikan bahwa Roh Allah menjinakkan mereka yang secara alamiah adalah beruang-beruang dan singa-singa) - hal 219.
5. Penafsiran Gereja Roma Katolik tentang text ini dan serangan terhadapnya.
Gereja Roma Katolik menganggap bagian ini sebagai dasar untuk mendukung kepausan mereka. Mereka berkata bahwa kepada Petrus, dan bukan kepada yang lain, hal ini diucapkan oleh Yesus.
Calvin mengatakan bahwa hal ini diucapkan oleh Yesus kepada Petrus, untuk mengembalikan Petrus pada kerasulan. Petrus menyangkal Yesus sebanyak 3 x, dan itu sebetulnya menjadikan ia tidak layak untuk tetap menjadi rasul. Tetapi Kristus ingin mengembalikan Petrus kepada jabatannya, atau mempertahankan Petrus dalam jabatannya. Karena itu maka Yesus juga bertanya 3 x kepada dia: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’.
Calvin menambahkan: “Besides, nothing was given to Peter by these words, that is not also given to all the ministers of the Gospel” (= Disamping itu, tidak ada yang diberikan kepada Petrus oleh kata-kata ini, yang tidak juga diberikan kepada semua pelayan-pelayan dari Injil) - hal 290.
Calvin: “In vain, therefore, do the Papists maintains that he holds the highest rank, because he alone is specially addressed; and, granting that some special honour was conferred on him, how, I ask, will they prove from this that he has been elevated to the primacy? Though he were the chief among the apostles, does it thence follow that he was the universal bishop of the whole world? To this it must be added, that all that Peter received does not belong to the Pope any more than to Mahomet; for on what ground does he claim to be Peter’s heir, and what man of sound understanding will admit that Christ here bestows on him any hereditary right? Yet he wishes to be reckoned Peter’s successor: I wish he were so. None of us hinders him from loving Christ, and from taking care to feed his flock; but to take no concern about loving Christ, and to throw aside the office of feeding, and then to boast of being Peter’s successor, is excessively foolish and absurd” [= Karena itu, secara sia-sia para pengikut Paus mempertahankan bahwa ia (Petrus) memegang kedudukan tertinggi, karena hanya kepadanya hal ini ditujukan secara khusus; dan, andaikata memang suatu kehormatan khusus diberikan kepadanya, bagaimana, saya bertanya, mereka akan membuktikan dari hal ini bahwa ia telah ditinggikan kepada kedudukan tertinggi? Andaikatapun ia adalah kepala dari rasul-rasul, apakah itu membuktikan bahwa ia adalah uskup universal dari seluruh dunia? Kepada hal ini harus ditambahkan, bahwa semua yang diterima Petrus tidak merupakan milik dari Paus sama seperti itu tidak merupakan milik dari Mohammad; karena atas dasar apa ia mengclaim untuk menjadi pewaris Petrus, dan orang mana dengan pengertian yang sehat mau mengakui bahwa di sini Kristus memberikan kepadanya hak pewaris? Tetapi ia ingin dianggap sebagai pengganti Petrus: saya ingin ia memang demikian. Tidak seorangpun dari kita menghalanginya untuk mengasihi Kristus, dan dari perhatian untuk memberi makan kawanan dombaNya; tetapi kalau ia tidak peduli tentang mengasihi Kristus, dan mengesampingkan tugas memberi makan, dan lalu membanggakan diri sebagai pengganti Petrus, itu merupakan sesuatu yang sangat tolol dan menggelikan] - hal 290-291.
Ada yang Calvin katakan memang benar. Text ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa Petrus dijadikan penguasa Gereja yang tertinggi di seluruh dunia. Dan para paus itu sama sekali tak mempunyai dasar untuk mengatakan bahwa mereka adalah pengganti Petrus. Lebih-lebih, mereka sama sekali tidak mengasihi Kristus, dan mereka tidak memberi makan domba-domba Kristus, karena mereka mengajarkan penyesatan, membuang Injil dari ajaran mereka, mengajarkan Injil yang berbeda, dan sebagainya.
Word Biblical Commentary: “In 1 Pet 2:25 Jesus is said to be ‘the Shepherd and Bishop of your souls’; in context this denotes Jesus as the one who gave his life for the sheep and cares for them in the present. In the hortatory part of the letter (5:2) Peter as ‘a fellow elder’ (= bishop, pastor) appeals to the elders: ‘Shepherd the flock of God that is among you’ (poimavnate to; … poivmnion tou` qeou`), so virtually citing the words of the risen Lord to him, ‘Shepherd my sheep’ (poivmaine ta; provbatav mou). By way of expounding his meaning he adds, ‘Watch over it (ejpiskopou`nte"), not because you have to, but willingly … not acting as lords over God’s people (tw`n klhvrwn), but becoming examples to the flock’ (1 Pet 5:3). A similar charge by Paul to the elders of Ephesus is recorded in Acts 20:28: ‘Keep watch over yourselves and over all the flock (poivmnion) of which the Holy Spirit has made you guardians (ejpiskovpou") to shepherd the Church of the Lord’ (poimaivnein th;n ejkklhsivan tou` kurivou). Both passages speak in the same manner as the risen Lord spoke to Peter on restoring him to fellowship and to the service of pastor. The verbs are the same, poimaivnw or variants of it; the scope of the ministry is the same - ‘my lambs, my sheep … the flock of God, the Church of the Lord.’ There is no formal difference of meaning in the language by which the risen Lord confirmed Peter in his calling to be a shepherd of his sheep from that by which Peter and Paul exhorted the pastor-elders to fulfill their calling as shepherds of the flock of God in 1 Pet 5:1–3 and Acts 20:28” [= Dalam 1Pet 2:25 Yesus dikatakan sebagai ‘Gembala dan Uskup dari jiwamu’ (KJV): dalam kontextnya ini menunjukkan Yesus sebagai seseorang yang telah memberikan nyawaNya untuk domba-domba dan memperhatikan / memelihara mereka pada saat ini. Dalam bagian yang menguatkan / memberi nasehat dari suratnya (5:2) Petrus sebagai ‘sesama penatua’ (= uskup, pendeta / gembala) meminta kepada para penatua: ‘Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu’ (poimavnate to; … poivmnion tou` qeou`), dengan begitu benar mengutip kata-kata Tuhan yang bangkit kepadanya, ‘Gembalakanlah domba-dombaKu’ (poivmaine ta; provbatav mou). Untuk menjelaskan maksudnya ia menambahkan: ‘Berjaga-jagalah atasnya (ejpiskopou`nte"), jangan dengan terpaksa, tetapi dengan sukarela ... tidak bertindak sebagai tuan atas umat Allah (tw`n klhvrwn), tetapi menjadi teladan bagi kawanan domba itu’ (1Pet 5:3). Suatu tugas yang serupa yang diberikan oleh Paulus kepada para penatua dari Efesus dicatat dalam Kis 20:28: ‘Jagalah dirimu sendiri dan seluruh kawanan (poivmnion), terhadap siapa Roh Kudus telah membuat engkau penjaga-penjaga / penilik-penilik (ejpiskovpou") untuk menggembalakan Gereja Tuhan’ (poimaivnein th;n ejkklhsivan tou` kurivou). Kedua text berbicara dengan cara yang sama seperti Tuhan yang bangkit berbicara kepada Petrus pada waktu memulihkan dia kepada persekutuan dan kepada pelayanan gembala. Kata-kata kerjanya sama, poimaivnw atau variasinya; bidang / jangkauannya sama - ‘anak-anak dombaKu, domba-dombaKu ... kawanan domba Allah, Gereja Tuhan’. Tidak ada perbedaan arti yang hakiki dalam bahasa / kata-kata dengan mana Tuhan yang bangkit meneguhkan Petrus dalam panggilannya sebagai seorang gembala dari domba-dombaNya dari bahasa / kata-kata dengan mana Petrus dan Paulus mendesak pendeta-tua-tua untuk menggenapi panggilan mereka sebagai gembala-gembala dari kawanan domba Allah dalam 1Petrus 5:1-3 dan Kis 20:28].
Catatan:
· Bagian yang saya garis bawahi itu merupakan bagian yang diperdebatkan keasliannya; ada manuscripts yang tidak mempunyai kata itu. Tetapi kelihatannya kebanyakan penafsir menerima bagian ini.
· 1Pet 2:25 - “Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu”.
Di sini Kristus disebut sebagai ‘gembala’ dan ‘pemelihara’ jiwa. Untuk kata ‘gembala’ tidak ada problem, tetapi kata ‘pemelihara’ sebetulnya kurang tepat terjemahannya.
KJV: ‘Bishop’ (= Uskup).
RSV/NASB: ‘Guardian’ (= Penjaga).
NIV: ‘Overseer’ (= Pengawas / penilik).
· Untuk Kis 20:28, memang ada 2 macam manuscripts; ada yang menuliskan ‘gereja Tuhan’ dan ada yang menuliskan ‘Gereja Allah’. Tetapi boleh dikatakan semua versi mengambil ‘gereja Allah’. Tetapi dalam pembahasan di sini, hal ini tak berpengaruh.
· 1Petrus 5:1-3 - “(1) Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. (2) Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. (3) Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu”.
· Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.
· Maksud dari penafsir ini adalah: kata-kata yang digunakan oleh Yesus kepada Petrus dalam Yohanes 21:15-17 ini tidak berbeda dengan kata-kata yang digunakan oleh Petrus dalam memberikan nasehat kepada para penatua dalam 1Pet 5:1-3, dan juga tidak berbeda dengan kata-kata yang digunakan oleh Paulus dalam menasehati tua-tua Efesus dalam Kis 20:28. Karena itu jelas bahwa pengucapan kata-kata seperti itu kepada Petrus dalam Yoh 21:15-17 ini tidak menunjukkan bahwa ia diangkat menjadi penguasa tertinggi gereja universal.
Ay 16: “Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”.
1) “Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’”.
Di sini Yesus membuang perbandingan (kata-kata ‘more than these’ / ‘lebih dari ini’), tetapi Ia tetap menggunakan kata ‘mengasihi’ yang sama dengan yang Ia gunakan dalam Yohanes 21: 15, yaitu AGAPAO.
2) “Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’”.
Di sini Petrus tetap menggunakan kata PHILEO, bukan AGAPAO.
3) “Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”.
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘domba’ di sini berbeda dengan kata Yunani yang digunakan dalam ay 15. Kalau dalam ay 15 digunakan kata Yunani ARNIA, maka dalam ay 16 ini digunakan kata Yunani PROBATIA.
A. T. Robertson mengatakan (hal 321) bahwa kata ARNIA merupakan bentuk lebih kecil (diminutive) dari kata Yunani ARNOS (= sheep / domba), sedangkan kata PROBATIA ini merupakan bentuk lebih kecil (diminutive) dari kata Yunani PROBATON (= sheep / domba). Jadi, terjemahan hurufiah di sini seharusnya tetap sama dengan pada ay 15, yaitu ‘lamb’(= anak domba / domba kecil). Dalam ay 17, juga digunakan kata Yunani yang sama dengan dalam ay 16 ini.
Tetapi A. T. Robertson juga mengatakan (hal 321) bahwa dalam ay 16 dan ay 17 ada banyak manuscripts yang menuliskan PROBATA (= sheep / domba-domba), bukan PROBATIA (= lambs / domba-domba kecil)
Leon Morris (NICNT): “The word rendered ‘sheep’ in ARV is actually a diminutive and strictly speaking means ‘lambs’ ... But it is so often used without diminutive force that it is impossible to quarrel with the translation ‘sheep’. However, it is equally impossible to maintain that there is a change of meaning” [= Kata yang diterjemahkan ‘sheep’ (= domba) dalam ARV sebetulnya merupakan suatu kata yang menunjuk pada sesuatu yang lebih kecil, dan secara ketat berarti ‘lamb’ (= anak domba / domba kecil) ... Tetapi kata itu begitu sering digunakan tanpa arti yang menunjukkan ‘lebih kecil’ sehingga adalah tidak mungkin untuk bertengkar mengenai terjemahan ‘sheep’ / ‘domba’. Bagaimanapun, adalah sama tidak mungkinnya untuk mempertahankan bahwa di sana ada perubahan arti] - hal 874.Yohanes 21: 17: “Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’ Dan ia berkata kepadaNya: ‘Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu”.
1) “Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’”.
a) Pada kali yang ke 3 ini Yesus menggunakan kata ‘mengasihi’ yang berbeda dengan yang Ia gunakan pada kali pertama dan kedua. Sekarang Ia menggunakan PHILEO.
Orang-orang yang menganggap AGAPAO lebih tinggi dari PHILEO, mengatakan tadi Yesus mempertanyakan kasih yang lebih tinggi, tetapi sekarang, kasih yang lebih rendahpun dipertanyakan.
A. T. Robertson: “This time Jesus picks up the word FILEOO used by Peter and challenges that. These two words are often interchanged in the New Testament, but here the distinction is preserved. Peter was cut to the heart ... because Jesus challenges this very verb, and no doubt the third question vividly reminds him of the three denials in the early morning by the fire” (= Kali ini Yesus mengambil kata PHILEO yang digunakan oleh Petrus dan mempertanyakannya. Kedua kata ini sering digunakan secara bisa dibolak-balik dalam Perjanjian Baru, tetapi di sini perbedaan itu dipertahankan. Petrus tertusuk hatinya ... karena Yesus mempertanyakan kata kerja ini, dan tak diragukan pertanyaan yang ketiga secara jelas / menyolok mengingatkan dia tentang tiga penyangkalan pada pagi hari dekat api unggun) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 321.
Tetapi di atas telah saya bahas alasan untuk menolak perbedaan arti dari PHILEO dan AGAPAO di sini.
b) Adanya 3 x pertanyaan ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’ jelas menunjuk kepada 3 x penyangkalan yang dilakukan oleh Petrus.
Pulpit Commentary: “There is no positive reference to the denial and fall of Peter; but the implication and suggestion cannot be hidden, ... The circumstance that Peter was ‘grieved’ because the Lord put this question to him a third time makes the reference very little less than explicit” (= Tidak ada hubungan positif / explicit dengan penyangkalan dan kejatuhan Petrus, tetapi maksud / pengertian dan kesannya tidak bisa disembunyikan, ... Keadaan dimana Petrus menjadi sedih karena Tuhan mengajukan pertanyaan kepadanya untuk ke 3 x nya membuat hubungan yang sedikit lebih rendah dari explicit) - hal 505.
c) Adanya 3 x pertanyaan yang serupa menunjukkan kerasnya ujian / testing yang diberikan oleh Yesus kepada Petrus dalam persoalan kasih Petrus kepadaNya.
Pulpit Commentary: “It was proper that Peter’s love should be severely tried. ... He denied Christ thrice, and thrice was the question of love put to him. A damaged vessel must be well examined and repaired before being sent to sea again” (= Adalah benar bahwa kasih Petrus diuji dengan keras. ... Ia menyangkal Kristus 3 x, dan 3 x pertanyaan tentang kasih diajukan kepadanya. Suatu kapal yang rusak harus diperiksa dan diperbaiki dengan baik sebelum dikirim ke laut lagi) - hal 524.
Calvin: “Peter undoubtedly did not perceive the object which Christ had in view, in putting the same question so frequently; and therefore he thinks that he is indirectly accused, as if he had not answered with sincerity. ... Peter was not yet sufficiently aware how deeply the love of Christ must be engraven on the hearts of those who have to struggle against innumerable difficulties. ... Those who are to undertake the charge of governing the Church are also taught, in his person, not to examine themselves slightly, but to make a thorough scrutiny what zeal they possess, that they may not shrink or faint in the middle of their course” (= Petrus tak diragukan tidak mengerti tujuan yang dipunyai oleh Kristus dengan mengajukan pertanyaan yang sama begitu sering; dan karena itu ia mengira bahwa ia dituduh secara tidak langsung, seakan-akan ia tidak menjawab dengan tulus. ... Petrus belum sadar betapa dalamnya kasih kepada Kristus harus diukirkan pada hati mereka yang harus bergumul dengan kesukaran-kesukaran yang tak terhitung banyaknya. ... Mereka yang harus mengerjakan tugas / tanggung jawab tentang memerintah Gereja juga diajar, dalam dirinya, bukan untuk memeriksa diri mereka sendiri dengan sepintas, tetapi untuk membuat penelitian dengan cermat dan seksama tentang semangat apa / bagaimana yang mereka punyai, supaya mereka tidak berbalik karena takut atau menjadi lemah di tengah-tengah perjalanan mereka) - hal 291-292.
2) “Dan ia berkata kepadaNya: ‘Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’”.
a) Kata-kata Petrus ini menunjukkan bahwa Petrus mengakui kemaha-tahuan Yesus (perhatikan kata-kata ‘segala sesuatu’) dan itu menunjukkan bahwa ia mengakui Yesus sebagai Allah sendiri. Hal lain yang harus diperhatikan adalah bahwa Yesus tidak menegur Petrus, dan secara implicit membenarkan kata-kata tersebut.
b) Kalau pada waktu menjawab pertanyaan pertama dan kedua, Petrus mengawali dengan kata-kata ‘Benar Tuhan’, maka di sini ia membuang kata-kata itu, dan ia hanya mengandalkan kemaha-tahuan Yesus.
Matthew Henry: “Peter was sure that Christ knew all things, and particularly that he knew the heart, and was a discerner of the thoughts and intents of it, Jn 16:30. ... Peter was satisfied of this, that Christ, who knew all things, knew the sincerity of his love to him, and would be ready to attest it in his favour. It is a terror to a hypocrite to think that Christ knows all things; for the divine omniscience will be a witness against him. But it is a comfort to a sincere Christian that he has that to appeal to” (= Petrus yakin bahwa Kristus mengetahui segala sesuatu, dan secara khusus bahwa Ia mengetahui hati, dan merupakan seorang yang melihat / membedakan pikiran dan maksudnya, Yohanes 16:30. ... Petrus puas dengan hal ini, dan Kristus, yang mengetahui segala sesuatu, mengetahui ketulusan dari kasihnya kepadaNya, dan akan siap untuk menyokongnya untuk kepentingannya. Merupakan sesuatu yang menakutkan bagi orang yang munafik untuk memikirkan bahwa Kristus mengetahui segala sesuatu; karena kemaha-tahuan ilahi akan menjadi saksi terhadap dia. Tetapi merupakan suatu penghiburan bagi seorang Kristen yang tulus bahwa ia mempunyai hal itu kepada mana ia bisa naik banding).
3) “Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu”.
a) Tuhan tetap mau memakai anakNya yang jatuh ke dalam dosa, asal ia menyesali dosanya dan bertobat darinya.
Kejatuhan Petrus yang begitu dalam bukan alasan untuk tidak melayani Kristus lagi. Kristus tetap mau memakai dia. Semua hamba Tuhan adalah manusia biasa yang penuh dosa, dan bisa jatuh dalam dosa-dosa yang hebat. Asal mereka menyesali dosa-dosa itu dan bertobat darinya, tidak ada alasan mengapa mereka tidak harus melayani lagi. Hal ini perlu direnungkan, dicamkan, dan diterapkan pada waktu:
· saudara sendiri jatuh ke dalam dosa yang hebat, dan setan berbisik kepada saudara bahwa saudara tak layak lagi untuk menjadi pelayan Tuhan.
· saudara melihat orang kristen lain jatuh ke dalam dosa. Pada saat seperti ini:
* jangan menganggap orang kristen tersebut tak layak lagi melayani Tuhan.
* hiburkan dan kuatkan orang kristen tersebut untuk mau kembali ke dalam pelayanan.
Catatan: tentu semua hal di atas ini berlaku kalau orangnya menyesali dosanya dan bertobat darinya.
b) Kata yang diterjemahkan ‘gembalakanlah’ dalam Yohanes 21: 15,17 adalah BOSKE, yang arti hurufiahnya adalah ‘feed’ (= berilah makan), sedangkan dalam Yohanes 21: 16 digunakan kata POIMAINE, yang secara hurufiah berarti ‘tend’ (= uruslah / peliharalah / rawatlah) atau ‘shepherd’ (= gembalakanlah).
Di atas telah kita pelajari bahwa mungkin sekali perbedaan ini hanya merupakan suatu variasi penggunaan kata, sehingga perbedaannya tak perlu ditekankan. Tetapi banyak penafsir yang menekankan perbedaan arti dari kedua kata ini.
Matthew Henry: “the charge he gives him concerning them is to feed them. The word used in v. 15, 17, is BOSKE, which strictly signifies to give them food; but the word used in v. 16 is POIMAINE, which signifies more largely to do all the offices of a shepherd to them: ‘Feed the lambs with that which is proper for them, and the sheep likewise with food convenient. The lost sheep of the house of Israel, seek and feed them, and the other sheep also which are not of this fold.’” (= tugas / tanggung jawab yang Ia berikan kepadanya mengenai mereka adalah untuk memberi makan mereka. Kata yang digunakan dalam ay 15,17 adalah BOSKE, yang secara ketat berarti memberi mereka makan; tetapi kata yang digunakan dalam ay 16 adalah POIMAINE, yang mempunyai arti yang lebih luas untuk melakukan semua tugas dari seorang gembala kepada mereka: ‘Berilah makan anak-anak domba dengan apa yang layak / benar untuk mereka, dan domba-domba juga dengan makanan yang sesuai. Domba-domba yang hilang dari keluarga Israel, carilah mereka dan berilah mereka makan, dan juga domba-domba lain yang bukan dari kawanan ini).
Barnes’ Notes tentang Yohanes 21: 15: “The word here rendered ‘feed’ means the care afforded by furnishing nutriment for the flock. In the next verse (v. 16) there is a change in the Greek, and the word rendered ‘feed’ denotes rather the care, guidance, and protection which a shepherd extends to his flock. By the use of both these words, it is supposed that our Saviour intended that a shepherd was both to offer the proper food for his flock and to govern it; or, as we express it, to exercise the office of a pastor” [= Kata yang diterjemahkan ‘berilah makan’ berarti perhatian / pemeliharaan yang diberikan dengan memberi makan untuk kawanan domba itu. Dalam ayat selanjutnya (Yohanes 21: 16) ada perubahan dalam bahasa Yunaninya, dan kata yang diterjemahkan ‘berilah makan’ lebih menunjuk pada pemeliharaan, bimbingan dan perlindungan yang diberikan oleh seorang gembala kepada kawanan dombanya. Oleh penggunaan kedua kata ini, dianggap bahwa Juruselamat kita memaksudkan bahwa seorang gembala harus memberikan makanan untuk kawanan dombanya dan memerintahnya (govern); atau, seperti kami menyatakannya, melaksanakan tugas seorang pendeta / gembala].
c) Dalam urusan memberi makan domba ini Spurgeon memberi komentar yang menarik.
John Stott: “As Spurgeon once commented, Christ said, ‘Feed my sheep ... Feed my lambs.’ Some preachers, however, put the food so high that neither lambs nor sheep can reach it. They seem to have read the text, ‘Feed my giraffes.’” (= Seperti Spurgeon pernah memberi komentar, Kristus berkata, ‘Berilah makan domba-dombaKu ... Berilah makan anak-anak dombaKu’. Tetapi sebagian pengkhotbah, meletakkan makanan itu begitu tinggi sehingga baik anak domba maupun domba tidak bisa mencapainya. Kelihatannya mereka telah membaca text ini ‘Berilah makan jerapah-jerapahKu’.) - ‘Between Two Worlds’, hal 147.
Kata-kata ini mungkin menarik dan perlu diperhatikan oleh setiap pengajar Firman Tuhan, tetapi saya berpendapat bahwa kata-kata ini tak terlalu cocok dengan kontextnya.Yohanes 21: 18-19: “(18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.’ (19) Dan hal ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: ‘Ikutlah Aku.’”.
1) “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki,”.
Ini menunjukkan kehidupan yang bisa semaunya sendiri.
Barnes’ Notes: “The Jews, in walking or running, girded their outer garments around them, that they might not be impeded. ... The expression here denotes freedom. He did as he pleased - he girded himself or not - he went or remained, as he chose” (= Orang-orang Yahudi, pada waktu berjalan atau berlari, mengikat jubah luar mereka di sekeliling pinggang mereka, supaya mereka tidak dirintangi. ... Ungkapan di sini menunjukkan kebebasan / kemerdekaan. Ia melakukan seperti yang ia senangi - ia mengikat pinggangnya sendiri atau tidak - ia pergi atau tinggal, seperti yang ia pilih / inginkan).
2) “tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.’”.
a) Ini menunjukkan bahwa dulu berbeda dengan sekarang. Dulu ia bebas, tetapi setelah ini semuanya berbeda.
Matthew Henry: “he compares this with his former liberty. ‘Time was when thou knewest not any of these hardships, thou girdest thyself, and walkedst whither thou wouldest.’ Where trouble comes we are apt to aggravate it with this, that it has been otherwise; and to fret the more at the grievances of restraint, sickness, and poverty, because we have known the sweets of liberty, health, and plenty, Job 29:2 .... But we may turn it the other way, and reason thus with ourselves: ‘How many years of prosperity have I enjoyed more than I deserved and improved? And, having received good, shall I not receive evil also?’” (= ia membandingkan ini dengan kebebasannya dahulu. ‘Dulu ada saat dimana engkau tidak mengenal yang manapun dari kesukaran-kesukaran ini, engkau mengikat pinggangmu sendiri, dan berjalan / pergi kemana engkau mau’. Dimana kesukaran datang, kita condong memperburuknya dengan ini, seandainya halnya tidak demikian; dan makin bersungut-sungut terhadap keadaan yang tidak enak dari pembatasan, penyakit, dan kemiskinan, karena kita telah mengenal manisnya kebebasan, kesehatan, dan kelimpahan, Ayub 29:2 ... Tetapi kita bisa membalikkannya dan berargumentasi demikian dengan diri kita sendiri: ‘berapa banyak tahun kemakmuran telah aku nikmati lebih dari yang aku layak dapatkan dan manfaatkan? Dan setelah menerima yang baik, tidakkah saya mau menerima yang buruk juga?’).
Bdk. Ayub 29:2 - “‘Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam, seperti pada hari-hari, ketika Allah melindungi aku”.
b) Calvin menganggap bahwa kalimat ini hanya menunjukkan kematian dengan kekerasan.
Calvin: “Many think that this denotes the manner of death which Peter was to die, meaning that he was hanged, with his arms stretched out; but I consider the word ‘gird’ as simply denoting all the outward actions by which a man regulates himself and his whole life. ‘Thou girdest thyself;’ that is, ‘thou wast accustomed to wear such raiment as thou choosest, but this liberty of choosing thy dress will be taken from thee.’” (= Banyak orang mengira bahwa ini menunjuk cara kematian yang harus dialami Petrus, artinya ia harus digantung, dengan tangan terentang; tetapi saya menganggap kata ‘mengikat pinggang’ hanya menunjukkan semua tindakan luar / lahiriah dengan mana seseorang mengatur dirinya sendiri dan seluruh kehidupannya. ‘Engkau mengikat pinggangmu sendiri’; artinya, ‘engkau terbiasa mengenakan pakaian yang engkau pilih, tetapi kebebasan memilih pakaian ini akan diambil darimu’)- hal 293-294.
Calvin: “As to the manner in which Peter was put to death, it is better to remain ignorant of it than to place confidence in doubtful fables” (= Berkenaan dengan cara dalam mana Petrus akan dibunuh, adalah lebih baik untuk tetap tidak tahu tentangnya dari pada meletakkan keyakinan pada dongeng-dongeng yang meragukan) - hal 294.
Calvin: “‘And will lead thee whither thou wouldst not.’ The meaning is, that Peter did not die a natural death, bu by violence and by the sword.” (= ‘Dan akan membawa engkau ke tempat yang tidak engkau kehendaki’. Artinya adalah bahwa Petrus tidak mati secara alamiah, tetapi dengan kekerasan dan oleh pedang) - hal 294.
Calvin: “as Satan continually makes new and various attacks, all who undertake the office of feeding must be prepared for death; as they certainly have to do not only with sheep, but also with wolves” (= karena setan secara terus menerus membuat serangan-serangan yang baru dan bervariasi, semua yang mengerjakan tugas memberi makan harus dipersiapkan untuk mati; karena mereka pasti tidak harus menangani hanya domba tetapi juga serigala) - hal 292.
c) Kebanyakan penafsir yang mengatakan bahwa istilah ‘mengulurkan / merentangkan tangan’ ini menunjuk kepada penyaliban, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa kalau itu menunjuk kepada penyaliban, maka itu akan dituliskan setelah kata ‘mengikat’, dan bukan sebelumnya. Tetapi orang-orang yang mengatakan bahwa ini menunjuk kepada penyaliban mengatakan bahwa ini didahulukan, dengan tujuan untuk menekankan.
William Hendriksen: “it is interesting to note that the expression ‘to stretch out the hands’ is often used by Greek authors and by the early fathers to indicate crucifixion” (= merupakan sesuatu yang menarik untuk memperhatikan bahwa ungkapan ‘mengulurkan / merentangkan tangan’ sering digunakan oleh pengarang-pengarang Yunani dan oleh bapa-bapa gereja mula-mula untuk menunjuk pada penyaliban) - hal 490.
Saya sendiri menganggap bahwa kalimat ini memang merupakan nubuat bahwa Petrus akan mati melalui salib.
d) Kebanyakan penafsir percaya bahwa Petrus mati disalib, tetapi ada pro dan kontra tentang kematian Petrus dengan disalib secara terbalik.
Adam Clarke: “Ancient writers state that, about thirty-four years after this, Peter was crucified; and that he deemed it so glorious a thing to die for Christ that he begged to be crucified with his head downwards, not considering himself worthy to die in the same posture in which his Lord did” (= Penulis-penulis kuno menyatakan bahwa kira-kira 34 tahun setelah ini, Petrus disalibkan; dan bahwa ia menganggap mati untuk Kristus sebagai sesuatu yang begitu mulia sehingga ia meminta untuk disalibkan dengan kepala di bawah, karena menganggap dirinya sendiri tidak layak mati dengan postur yang sama seperti Tuhannya mati).
F. F. Bruce: “By the time the Gospel was written, Peter had glorified God in martyrdom. Knowing what form Peter’s martyrdom took, the Evangelist could see a precise reference to it in the words of Jesus, such as could not have been seen at the time. ... The stretching out of his hands would then be understood in retrospect to be their stretching out on the cross-beam of the cross. (We need not take too seriously the later embellishment, found in the apocryphal Acts of Peter and in Eusebius, according to which he was crucified head downwards at his own insistence.)”[= Pada saat Injil ini ditulis, Petrus telah memuliakan Allah dalam kematian syahid. Mengetahui bentuk kematian syahid Petrus, sang Penginjil (Yohanes) bisa melihat hubungan yang persis dengannya dalam kata-kata Yesus, yang tidak bisa terlihat pada saat itu. ... Jadi, perentangan tangannya dimengerti dalam suatu peninjauan kembali, sebagai perentangannya pada kayu horizontal dari salib. (Kita tidak perlu menerima dengan terlalu serius pembubuhan belakangan, yang ditemukan dalam kitab Apocrypha Kisah Petrus dan dalam tulisan Eusebius, menurut mana ia disalibkan dengan kepala di bawah atas desakannya sendiri.)] - hal 406.
Catatan: kata-kata ‘pada saat itu’ yang saya garis bawahi itu kelihatannya menunjuk pada saat Yesus mengucapkan kata-kata tersebut. Jadi pada saat itu orang tak mengerti maksud kata-kata Yesus itu, tetapi pada saat Injil Yohanes ditulis, orang mengertinya, karena pada saat itu nubuat ini sudah tergenapi.
3) “Dan hal ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah”.
a) Ini menunjukkan bahwa cara kematian seseorang ditentukan oleh Tuhan.
Pulpit Commentary: “The Lord determines the manner of Peter’s death. It was to be a death of violence. He was to become a martyr of the Christian faith” (= Tuhan menentukan cara kematian Petrus. Itu akan merupakan kematian oleh kekerasan. Ia harus menjadi martir dari iman Kristen) - hal 515.
Matthew Henry: “That it is not only appointed to all once to die, but it is appointed to each what death he shall die, whether natural or violent, slow or sudden, easy or painful. When Paul speaks of so great a death, he intimates that there are degrees of death; there is one way into the world, but many ways out, and God has determined which way we should go” (= Bukan hanya bahwa setiap orang ditetapkan untuk mati satu kali, tetapi juga ditetapkan bagi masing-masing orang kematian yang bagaimana yang akan ia jalani, apakah alamiah atau dengan kekerasan, perlahan-lahan atau mendadak, mudah / enak atau menyakitkan. Pada waktu Paulus berbicara tentang ‘kematian yang begitu besar’, ia mengisyaratkan bahwa ada tingkat-tingkat kematian; ada satu jalan untuk masuk ke dalam dunia ini, tetapi banyak jalan keluar / meninggalkannya, dan Allah telah menentukan jalan yang harus kita jalani).
Catatan: bagian yang saya garis bawahi diambil dari 2Korintus 1:10 - “Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepadaNya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi”.
KJV: ‘Who delivered us from so great a death, and doth deliver: in whom we trust that he will yet deliver us’ (= Yang telah melepaskan kami dari kematian yang begitu besar, dan terus melepaskan: dalam siapa kami percaya bahwa Ia akan melepaskan kami lagi).
William Hendriksen: “whatever happens in our lives has been wisely ordained by the Lord, just as the very manner of Peter’s glorious death had been foreseen and predicted” (= apapun yang terjadi dalam kehidupan kita telah secara bijaksana ditentukan oleh Tuhan, sama seperti cara kematian Petrus yang mulia telah dilihat lebih dulu dan diramalkan) - hal 475.
b) Pengakuan kasih kepada Tuhan mempunyai konsekwensi menggembalakan domba (Yohanes 21: 15-17), dan kedua hal itu mempunyai konsekwensi untuk mati bagi Dia (Yohanes 21: 18-19).
Bdk. Yohanes 10:11 - “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”.
George Hutcheson: “Love to Christ must be evidenced, not only by active doing of duty, but by suffering also unto death, if we be called unto it; ... therefore is this prediction joined with the former injunction as another proof of Peter’s love to Christ” (= Kasih kepada Kristus harus dibuktikan, bukan hanya dengan tindakan kewajiban yang aktif, tetapi juga dengan penderitaan sampai mati, jika kita dipanggil untuk itu; ... karena itu ramalan ini digabungkan dengan perintah yang di depan sebagai bukti lain dari kasih Petrus kepada Kristus) - hal 435.
c) Bagi Petrus, ini merupakan kasih karunia, karena ia diberi kesempatan untuk mati bagi Tuhan, yang tadinya telah gagal ia lakukan, pada waktu ia menyangkal Yesus 3 x.
Darby: “But the grace of the loving Savior did not stop here. Peter might still feel the sorrow of having missed such an opportunity of confessing the Lord at the critical moment. Jesus assures him that if he had failed in doing so of his own will, he should be allowed to do it by the will of God; ... It should be given him by the will of God to die for the Lord, as he had formerly declared himself ready to do in his own strength. Now also that Peter was humbled and brought entirely under grace - that he knew he had no strength - that he felt his dependence on the Lord, his utter inefficiency if he trusted to his own power - now, I repeat, the Lord calls Peter to follow Him; which he had pretended to do, when the Lord had told him he could not. It was this that his heart desired. ... what he had pretended to do and could not, he would now do - follow Christ to prison and to death” (= Tetapi kasih karunia dari Juruselamat yang penuh kasih itu tidak berhenti di sini. Petrus mungkin masih merasakan kesedihan karena gagal dalam kesempatan untuk mengakui Tuhan pada saat yang kritis. Yesus meyakinkan dia bahwa jika ia telah gagal dalam melakukan hal itu dari kehendaknya sendiri, ia harus diijinkan untuk melakukannya oleh kehendak Allah; ... Ia akan diijinkan untuk mati bagi Tuhan, seperti yang dulu ia nyatakan sendiri siap ia lakukan dengan kekuatannya sendiri. Sekarang Petrus telah dibuat jadi rendah hati dan dibawa sepenuhnya ke bawah kasih karunia - sehingga ia tahu ia tidak mempunyai kekuatan - sehingga ia merasakan ketergantungannya kepada Tuhan, ketidak-efisienannya jika ia mempercayai kekuatannya sendiri - sekarang, saya ulangi, Tuhan memanggil Petrus untuk mengikuti Dia; yang tadinya ia kira bisa ia lakukan, pada waktu Tuhan memberitahunya bahwa ia tidak bisa. Inilah yang diinginkan hatinya. ... apa yang tadinya ia kira bisa lakukan dan ternyata tidak bisa ia lakukan, akan ia lakukan sekarang - mengikuti Kristus ke penjara dan kematian).
d) Baik kehidupan kita, maupun kematian kita, harus ditujukan untuk kemuliaan Tuhan.
Bdk. Roma 14:7-9 - “(7) Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. (8) Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. (9) Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup”.
John Wesley: “It is not only by acting, but chiefly by suffering, that the saints glorify God” (= Bukan hanya dengan bertindak, tetapi terutama dengan menderita, orang-orang kudus memuliakan Allah).
Pulpit Commentary: “The consequences which flowed from the early martyrdom have been generally acknowledged. It is proverbial that ‘the blood of martyrs is the seed of the Church.’ Even persecutors have been touched by the exhibition of constancy, fortitude, and expectation of glory which they have witnessed on the part of sufferers” (= Konsekwensi yang mengalir dari kematian syahid pada abad-abad awal telah diakui secara umum. Merupakan suatu pepatah bahwa ‘darah dari para martir merupakan benih dari Gereja’. Bahkan para penganiaya telah tersentuh oleh pertunjukan dari keteguhan / kesetiaan, ketabahan, dan pengharapan kemuliaan yang telah mereka saksikan pada para penderita) - hal 520.
Pulpit Commentary: “God is the Giver of life; and death, according to the scriptural teaching, comes by sin. In life God is glorified. Yet, as Christianity transmutes dross into gold, it is credible that even death may tend to the Divine glory. ... The Christian, in order to glorify God in death, must first glorify him in life. ... The end crowns the work. He who lives well, dies well”(= Allah adalah sang Pemberi kehidupan; dan kematian, menurut ajaran Kitab Suci, datang karena dosa. Dalam kehidupan Allah dipermuliakan. Tetapi, karena kekristenan mengubah barang buangan menjadi emas, adalah dapat dipercaya bahwa bahkan kematian bisa membawa pada kemuliaan Ilahi. ... Orang kristen, untuk bisa memuliakan Allah dalam kematian, harus lebih dulu memuliakan Dia dalam kehidupan. ... Akhir(nya) memahkotai pekerjaan. Ia yang hidup dengan baik, mati dengan baik) - hal 520.
e) Dalam kehidupan kita, segala sesuatu harus kita lakukan untuk kemuliaan Allah, yang memang seharusnya merupakan tujuan yang sebenarnya dari kehidupan setiap orang.
Banyak orang menanyakan pertanyaan ini: apa gunanya aku dilahirkan di dalam dunia ini? Jawabnya: untuk memuliakan Allah. Jadi, kalau seseorang tidak hidup dengan tujuan ini, ia sedang salah jalan, dan hidup di dalam dosa.
1Korintus 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
Bdk. Zakharia 7:6 - “Dan ketika kamu makan dan ketika kamu minum, bukankah kamu makan dan minum untuk dirimu sendiri?”.
Bdk. Roma 14:15,20,21 - “(15) Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia. ... (20) Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan! Segala sesuatu adalah suci, tetapi celakalah orang, jika oleh makanannya orang lain tersandung! (21) Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur, atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu”.
Kontext dari 1Korintus 10:31 adalah persoalan makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, tetapi jelas bahwa ini juga berlaku untuk seadanya makan dan minum. Jadi, makan tanpa peduli orang lain, atau makan makanan yang merusak kesehatan diri sendiri, jelas merupakan sesuatu yang salah. Sebaliknya makan makanan yang menyehatkan diri kita, supaya dengan kesehatan itu kita bisa melayani Tuhan dengan lebih baik, merupakan sesuatu yang benar.
Ini bukan hanya berlaku untuk hal-hal remeh / sehari-hari seperti makan dan minum, tetapi juga berlaku untuk semua hal lain. Ini ditunjukkan oleh kata-kata ‘atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain’.
Calvin: “he teaches that there is no part of our life, and no action so minute, that it ought not to be directed to the glory of God, and that we must take care that, even in eating and drinking, we may aim at the advancement of it” (= ia mengajar bahwa tidak ada bagian dalam kehidupan kita, dan tidak ada tindakan yang sekecil apapun yang tidak harus diarahkan untuk kemuliaan Allah, dan bahwa kita harus berawas-awas bahwa, bahkan dalam makan dan minum, kita bisa mengarahkannya pada kemajuan dari kemuliaan Allah itu) - hal 347.
Keharusan melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Allah ini bisa dijadikan pedoman untuk menentukan boleh tidaknya kita melakukan hal-hal yang tidak diatur oleh Kitab Suci.
Adam Clarke: “whether he eats or drinks of this or the other kind of aliments, or whatever else he may do, he must do it so as to bring glory to God. This is a sufficient rule to regulate every man’s conscience and practice in all indifferent things, where there are no express commands or prohibitions” (= apakah ia makan atau minum dari makanan ini atau jenis yang lain, atau hal lain apapun yang ia lakukan, ia harus melakukannya sebagai membawa kemuliaan bagi Allah. Ini merupakan peraturan yang cukup untuk mengatur hati nurani setiap manusia dan mempraktekkannya dalam semua hal-hal yang biasa, dimana di sana tidak ada perintah atau larangan yang jelas / explicit).
Barnes’ Notes: “this rule is designed to be one of the chief directors of our lives. It is to guide all our conduct, and to constitute a ‘test’ by which to try our actions. Whatever can be done to advance the honor of God is right; whatever cannot be done with that end is wrong. Whatever plan a man can form that will have this end is a good plan; whatever cannot be made to have this tendency, and that cannot be commended, continued, and ended with a distinct and definite desire to promote His honor, is wrong, and should be immediately abandoned” (= peraturan ini direncanakan sebagai salah satu dari pengarah-pengarah utama dari kehidupan kita. Ini harus membimbing kita dalam semua tindak tanduk kita, dan merupakan suatu ‘ujian’ dengan mana kita menguji tindakan-tindakan kita. Apapun yang bisa dilakukan untuk memajukan kehormatan Allah adalah benar; apapun tidak bisa dilakukan dengan tujuan itu adalah salah. Rencana apapun yang bisa dibentuk seseorang yang mempunyai tujuan ini adalah rencana yang baik; apapun yang tidak bisa dibuat untuk mempunyai tujuan / arah ini, dan yang tidak bisa dianjurkan, dilanjutkan, dan diakhiri dengan keinginan yang jelas dan pasti untuk memajukan kehormatanNya, adalah salah, dan harus segera ditinggalkan).
Hal-hal yang memang dilarang atau diperintahkan oleh Kitab Suci, tidak perlu dipersoalkan lagi. Itu harus ditaati. Tetapi bagaimana dengan hal-hal tidak diatur oleh Kitab Suci?
Misalnya:
1. Bolehkah pacaran dengan si A? Maka tanyakan dan renungkan: kalau aku pacaran dengan si A, apakah semua ini akan membawa kemuliaan bagi Tuhan?
2. Aku harus kerja di A atau di B? Maka tanyakan / bandingkan: yang mana dari 2 pekerjaan ini yang memungkinkan aku belajar Firman Tuhan, melayani Tuhan, dsb? Adakah dari 2 pekerjaan ini yang mengharuskan aku berdosa, seperti bekerja pada hari Minggu, dsb?
Perlu diperhatikan bahwa dalam menilai apa yang bisa atau tidak bisa dilakukan untuk kemuliaan Allah, kita harus memikir secara mendalam, bukan hanya sepintas lalu.
Misalnya:
· kalau kita berpikir sepintas lalu, olah raga bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka olah raga itu menyehatkan, dan dengan kesehatan itu kita bisa lebih memuliakan Allah. Jadi dalam hal ini motivasi / alasan yang menyebabkan seseorang itu berolah raga, perlu diteliti.
· kalau kita berpikir sepintas lalu, istirahat / berlibur / piknik bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka semua hal-hal itu merelaxkan, dan alternatifnya (kalau seseorang tak pernah istirahat) menimbulkan stress, kelelahan, penyakit dsb, dan ini justru tidak memuliakan Allah atau merugikan bagi kemuliaan Allah.
BACA JUGA: PEMULIHAN SIMON PETRUS (YOHANES 21:15-23)
· kalau kita berpikir sepintas lalu, nonton TV atau bioskop bukanlah sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi perlu dipikirkan bahwa manusia membutuhkan hiburan / sesuatu yang merelaxkan, dan karena itu, selama tidak terlalu banyak, dan filmnya bukan film yang bersifat dosa, maka hal itu tidak bisa disalahkan.
· kalau kita berpikir sepintas lalu, pesta bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka pesta itu bisa membangun persekutuan (tentu bukan seadanya pesta), dan itu bisa memuliakan Allah.
Tetapi coba pikirkan:
¨ kalau saudara membeli mobil baru padahal sudah mempunyai beberapa, hanya karena saudara mempunyai hobby mobil, apakah itu bisa memuliakan Allah? Atau memuliakan diri saudara sendiri?
¨ juga kalau saudara membeli perhiasan, pakaian mewah yang sangat mahal, setiap saat ganti handphone, pesta pora yang berlebihan, dan sebagainya. Pikirkan, apakah pemborosan seperti itu bisa dilakukan untuk kemuliaan Allah?
Satu hal lagi yang ingin saya tambahkan adalah: kalaupun saudara melakukan hal-hal yang secara lahiriah kelihatannya rohani dan baik, tetapi kalau motivasi / alasannya bukan untuk memuliakan Allah, maka saudara tetap berdosa. Misalnya melayani karena terpaksa, memberi persembahan karena mengharapkan berkat Tuhan, pergi ke gereja sekedar sebagai kebiasaan atau untuk cari teman / pacar, dan sebagainya.
4) “Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: ‘Ikutlah Aku.’”.
Kata ‘ikutlah’ merupakan present imperative (= kata perintah bentuk present), dan menunjukkan suatu perintah untuk terus menerus ikut Yesus. Pada masa yang lalu Petrus tidak terus menerus ikut Yesus (pada saat menyangkalNya 3 x), tetapi mulai sekarang ia harus terus menerus ikut Yesus.
YOHANES 21:15-19 (BOSKE, POIMAINE DAN ARNIA)
-AMIN-
a) ‘Simon, anak Yohanes’.
KJV: ‘Simon, son of Jonas’ (= Simon, anak Yonas).
NIV: ‘Simon, son of John’ (= Simon, anak Yohanes).
Bdk. Matius 16:17 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga”.
Di sini, dan juga dalam Yohanes 1:42, ia disebut ‘Simon anak Yohanes’, tetapi dalam Matius 16:17 ia disebut ‘Simon bin Yunus’. Apakah bagian-bagian ini bertentangan / kontradiksi? Sebetulnya tidak, karena dalam Mat 16:17 itu kata yang diterjemahkan ‘bin Yunus’ adalah BARIONA, dimana kata BAR berarti ‘bin’ (= anak dari), sedangkan kata IONA merupakan singkatan dari nama ‘Yohanes’, ayah Simon. Jadi, kata ‘Yunus’ itu sebetulnya salah terjemahan.
b) ‘apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini’.
NIV/NASB: ‘more than these’ (= lebih dari ini).
Kata ‘these’ ini bisa menunjuk kepada ikan-ikan dan pekerjaan menjala ikan, atau kepada para murid yang lain.
Jadi pertanyaan ini mempunyai 3 kemungkinan arti:
1. Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari perahu, jala, seluruh pekerjaan memancing ini?
2. Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari engkau mengasihi murid-muridKu yang lain?
3. Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada murid-murid yang lain mengasihi Aku?
Matthew Henry: “Those do not love Christ aright that do not love him better than the best friend they have in the world, and make it to appear whenever they stand in comparison or in competition. Or, ‘more than thou lovest these things, these boats and nets - more than all the pleasure of fishing, which some make a recreation of - more than the gain of fishing, which others make a calling of.’ Those only love Christ indeed that love him better than all the delights of sense and all the profits of this world. ... So Dr. Whitby” (= Mereka tidak mengasihi Kristus dengan benar jika mereka tidak mengasihi Dia lebih dari teman terbaik yang mereka punyai di dunia ini, dan membuatnya tampak / kelihatan pada waktu kedua hal itu diperbandingkan atau dipertandingkan. Atau, ‘lebih dari engkau mengasihi hal-hal ini, perahu dan jala ini - lebih dari semua kesenangan memancing / menjala, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai rekreasi - lebih dari keuntungan dari memancing / menjala, yang sebagian orang membuatnya sebagai pekerjaan’. Memang mereka hanya mengasihi Kristus jika mereka mengasihi Dia lebih dari semua kesenangan dan semua keuntungan dunia ini. ... Demikianlah Dr. Whitby).
Tetapi kebanyakan penafsir menganggap bahwa arti ketigalah yang dimaksudkan, mengingat bahwa dulu ia menganggap diri lebih dari yang lain (Matius 26:33). Sekarang ia tidak lagi berani bersikap demikian, karena ia hanya menjawab tanpa membandingkan kasihnya dengan kasih dari murid-murid yang lain: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’.
Barnes’ Notes: “The word ‘these’ may be in the neuter gender, and refer to ‘these things’ - his boat, his fishing utensils, and his employments; or it may be in the masculine, and refer to the apostles. In the former sense it would mean, ‘Lovest thou me more than thou lovest these objects? Art thou now willing, from love to me, to forsake all these, and go and preach my gospel to the nations of the earth?’ In the other sense, which is probably the true sense, it would mean, ‘Lovest thou me more than these other apostles love me?’ In this question Jesus refers to the profession of superior attachment to him which Peter had made before his death - Matt. 26:33” (= Kata ‘these’ bisa ada dalam jenis kelamin netral, dan menunjuk kepada ‘hal-hal ini’ - perahunya, peralatan memancingnya, dan pekerjaannya; atau kata itu bisa ada dalam jenis kelamin laki-laki, dan menunjuk kepada rasul-rasul. Dalam arti yang pertama artinya adalah: ‘Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari engkau mengasihi benda-benda ini? Apakah engkau mau, dari kasih kepadaKu, untuk meninggalkan semua ini, dan pergi dan memberitakan InjilKu kepada bangsa-bangsa di bumi?’. Dalam arti yang satunya, yang mungkin merupakan arti yang benar, itu berarti: ‘Apakah engkau mengasihiKu lebih dari pada rasul-rasul yang lain ini mengasihiKu?’. Dalam pertanyaan ini Yesus menunjuk pada pengakuan kasih yang lebih tinggi kepadaNya yang Petrus buat sebelum kematianNya - Mat 26:33).
Bdk. Matius 26:33 - “Petrus menjawabNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.’”.
Wycliffe Bible Commentary: “Some understand ‘these’ to refer to the paraphernalia of fishing. If this were so, Peter could have answered without any evasion and without the use of a different word for ‘love’ than Jesus used. The very fact that Jesus probed Peter’s love in the presence of his brethren suggests that the others were involved. Peter had boasted that he would remain loyal even if the others did not (Mk 14:29)” [= Sebagian orang menganggap bahwa kata ‘these’ menunjuk kepada perlengkapan memancing / menjala. Seandainya ini yang dimaksudkan, Petrus bisa menjawab tanpa menghindar dan tanpa menggunakan kata yang berbeda untuk ‘mengasihi’ dari pada kata yang digunakan oleh Yesus. Fakta bahwa Yesus memeriksa / menyelidiki kasih Petrus di depan saudara-saudaranya menunjukkan bahwa mereka terlibat. Petrus pernah membanggakan bahwa ia akan tetap setia sekalipun yang lain tidak (Markus 14:29)].
Markus 14:29 - “Kata Petrus kepadaNya: ‘Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak.’”.
Ada 2 hal yang perlu dijelaskan dari kata-kata penafsir ini:
· Yang ia maksudkan dengan ‘menghindar’ adalah bahwa dalam jawabannya Petrus menghindari perbandingan. Jadi, ia tidak mengatakan, ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau lebih dari mereka’. Penghindaran ini pasti tidak dibutuhkan seandainya Yesus memang membandingkan kasih Petrus kepadaNya dengan kasih Petrus pada pekerjaan memancing.
· Kata Yunani untuk ‘mengasihi’ yang digunakan oleh Yesus pada waktu bertanya, adalah AGAPAO, sedangkan kata Yunani yang digunakan oleh Petrus pada waktu menjawab adalah PHILEO. Ada penafsir-penafsir yang membedakan kedua kata ini dan mengatakan bahwa AGAPAO adalah jenis kasih yang lebih tinggi dari PHILEO, dan mereka berkata bahwa Petrus tak berani menggunakan kata AGAPAO. Penafsir di atas ini juga berpandangan demikian, dan ia menggunakan hal ini sebagai argumentasi. Seandainya Yesus bertanya dalam arti no 1. maka Petrus tak perlu menggunakan kata ‘mengasihi’ yang berbeda dengan kata yang digunakan oleh Yesus.
2) “Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’”.
a) Petrus tak berani membandingkan kasihnya kepada Yesus dengan kasih dari murid-murid yang lain kepada Yesus.
Barnes’ Notes: “Peter now made no pretensions to love superior to his brethren. His sad denial had convinced him of the folly of that claim; but still he could appeal to the Searcher of the heart, and say that he knew that he loved him. Here is the expression of a humbled soul - soul made sensible of its weakness and need of strength, yet with evidence of true attachment to the Saviour. It is not the most confident pretensions that constitute the highest proof of love to Christ; and the happiest and best state of feeling is when we can with humility, yet with confidence, look to the Lord Jesus and say, ‘Thou knowest that I love thee.’” (= Sekarang Petrus tidak menganggap kasihnya lebih tinggi dari kasih saudara-saudaranya. Penyangkalannya yang menyedihkan telah meyakinkan dia tentang kebodohan dari claim tersebut; tetapi ia tetap dapat naik banding kepada Penyelidik hati, dan berkata bahwa Ia tahu bahwa ia mengasihiNya. Inilah ungkapan dari suatu jiwa yang telah direndahkan - jiwa yang menjadi sadar tentang kelemahannya dan kebutuhannya akan kekuatan, tetapi dengan bukti dari kasih yang sejati kepada sang Juruselamat. Bukan anggapan yang paling yakin yang merupakan bukti tertinggi dari kasih kepada Kristus; dan keadaan perasaan yang paling berbahagia dan terbaik adalah pada waktu kita bisa dengan rendah hati, tetapi dengan yakin, memandang kepada Tuhan Yesus dan berkata: ‘Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau’.).
b) Untuk kata ‘mengasihi’ Petrus menggunakan kata Yunani PHILEO yang berbeda dengan kata ‘mengasihi’ yang Yesus gunakan pada waktu bertanya (AGAPAO).
Banyak penafsir yang sangat membedakan kata AGAPAO (kata bendanya AGAPE), dengan kata PHILEO (kata bendanya PHILIA).
A. T. Robertson: “Peter makes no claim here to superior love and passes by the ‘more than these’ and does not even use Christ’s word AGAPAOO for high and devoted love, but the humbler word FILEOO for love as a friend” (= Di sini Petrus tidak membuat claim tentang kasih yang lebih tinggi dan melewati ‘lebih dari ini’ dan bahkan tidak menggunakan kata dari Kristus AGAPAO untuk kasih yang tinggi dan penuh dedikasi, tetapi kata yang lebih rendah hati PHILEO untuk kasih sebagai seorang sahabat).
A. T. Robertson: “These two words are often interchanged in the New Testament, but here the distinction is preserved” (= Kedua kata ini sering digunakan secara bisa dibolak-balik dalam Perjanjian Baru, tetapi di sini perbedaan itu dipertahankan).
Tetapi ada juga penafsir-penafsir, seperti Leon Morris (hal 871-873), F. F. Bruce (hal 405), dan penafsir dari Word Biblical Commentary, yang menganggap bahwa kedua kata ini tak terlalu berbeda artinya, mengingat:
1. Dalam LXX kedua kata itu digunakan secara interchangeable (dapat dibolak-balik).
Contoh: dalam Kejadian 37:3 kasih Yakub kepada Yusuf digambarkan menggunakan kata AGAPAO, tetapi dalam Kej 37:4 hal yang sama digambarkan dengan kata PHILEO.
Kej 37:3-4 - “(3) Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. (4) Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah”.
2. Kata AGAPAO tidak harus menunjuk kepada kasih Allah / kasih yang lebih tinggi dan sebagainya. Kata itu hanya menunjuk pada kasih yang lebih tinggi kalau kontextnya jelas menunjukkan hal itu. Dalam 2Tim 4:10 ‘kasih Demas kepada dunia’ digambarkan dengan kata AGAPAO, dan ini tidak mungkin menunjuk kepada kasih yang lebih tinggi / kasih Allah dan sebagainya.
2Tim 4:10 - “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia”.
3. Yohanes sendiri menggunakan kedua kata itu secara interchangeable (dapat dibolak-balik) untuk menggambarkan:
a. Dirinya sendiri sebagai ‘murid yang dikasihi Yesus’; dalam Yohanes 13:23; 19:26; 21:7,20 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 20:2 ia menggunakan PHILEO.
Leon Morris (NICNT): “Barrett reminds us that the Beloved Disciple is several times called o[n h]gapa and once o[n e]filei (20:2) and proceeds, ‘it is highly improbable that there were two ‘beloved disciples’, one loved in a rather better way than the other” [= Barrett mengingatkan kita bahwa Murid yang dikasihi beberapa kali disebut o[n h]gapa / HON EGAPAdan satu kali o[n e]filei / HON EPHILEI (20:2) dan melanjutkan: ‘adalah sangat tidak mungkin bahwa di sana ada 2 murid yang dikasihi, yang satu dikasihi dengan cara yang lebih baik dari pada yang lain] - hal 873 (footnote).
b. Kasih Bapa kepada Anak; dalam Yoh 3:35 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 5:20 ia menggunakan PHILEO.
Yoh 3:35 - “Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya”.
Yoh 5:20 - “Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepadaNya segala sesuatu yang dikerjakanNya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepadaNya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran”.
c. Kasih Allah kepada manusia; dalam Yohanes 3:16 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yohanes 16:27 ia menggunakan PHILEO:
Yohanes 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Yoh 16:27 - “sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah”.
d. Kasih Yesus kepada manusia; dalam Yoh 11:3 ia menggunakan PHILEO, sedangkan dalam Yoh 11:5 ia menggunakan AGAPAO:
Yohanes 11:3,5 - “(3) Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: ‘Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.’ ... (5) Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus”.
e. Kasih manusia kepada manusia; dalam Yoh 13:34 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yohanes 15:19 ia menggunakan PHILEO:
Yohanes 13:34 - “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”.
Yoh 15:19 - “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu”.
Catatan: yang ini rasanya kurang cocok, karena Yoh 15:19 mempersoalkan kasih dari orang-orang dunia.
f. Kasih manusia kepada Yesus; dalam Yoh 8:42 ia menggunakan AGAPAO, sedangkan dalam Yoh 16:27 ia menggunakan PHILEO:
Yohanes 8:42 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendakKu sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku”.
Yohanes 16:27 - “sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah”.
Sebagai tambahan argumentasi, perhatikan komentar F. F. Bruce dan Word Biblical Commentary di bawah ini.
F. F. Bruce: “Stylistically, this interchange between the Lord and his disciple is interesting because of the use of synonyms. Two words for ‘love’ are used (agapao and phileo), two words for tending the flock (bosko and poimaino), two for the flock itself (arnia and probatia) and two for ‘know’ (oida and ginosko). This interplay of synonyms is a feature of the writer’s Greek; it can hardly represent a comparable variation of vocabulary in the language which Jesus and Peter probably spoke” [= Dalam hal gaya, percakapan antara Tuhan dan muridNya ini menarik karena penggunaan sinonim / kata-kata yang sama artinya. Dua kata untuk ‘mengasihi’ digunakan (AGAPAO dan PHILEO), dua kata untuk ‘menggembalakan’ kawanan domba (BOSKO dan POIMAINO), dua kata untuk ‘kawanan domba’ itu sendiri (ARNIA dan PROBATIA) dan dua kata untuk ‘tahu’ (OIDA dan GINOSKO). Sinonim-sinonim yang saling mempengaruhi ini merupakan suatu ciri / keistimewaan dari bahasa Yunani sang penulis; itu tidak bisa menunjukkan variasi perbendaharaan kata yang sama dalam bahasa yang mungkin digunakan oleh Yesus dan Petrus] - hal 404.
Bagian yang saya garis bawahi itu mungkin berarti bahwa dalam pembicaraan asli antara Yesus dan Petrus, yang mungkin dilakukan dalam bahasa Aramaic, tidak akan ada penggunaan sinonim-sinonim seperti yang digunakan oleh Yohanes pada waktu menuliskannya dalam bahasa Yunani.
Hal yang kurang lebih sama dinyatakan oleh Word Biblical Commentary, yang berkata sebagai berikut:
“Bernard examined the use of the two verbs in the Fourth Gospel and concluded that whatever distinction they may have had elsewhere, in the Gospel they are synonymous. Both terms are used of God’s love for man (3:16; 16:27), of the Father’s love for the Son (3:35; 5:20), of Jesus’ love for men (11:5; 11:3), of the love of men for men (13:34; 15:19), and of the love of men for Jesus (8:42; 16:27). ... So also in vv 15–17, apart from the use of the two verbs for love, we find two verbs used for the shepherd’s care for his sheep, ... and two or even three nouns for the sheep, ... It is difficult to believe that the author intended any distinction of meaning in these varied verbs and nouns; the same applies to the two verbs for love” [= Bernard memeriksa penggunaan dari kedua kata kerja dalam Injil keempat dan menyimpulkan bahwa apapun perbedaan yang dipunyai oleh kedua kata kerja itu di tempat lain, dalam Injil ini kedua kata kerja itu sinonim. Kedua istilah itu digunakan untuk kasih Allah kepada manusia (3:16; 16:27), untuk kasih Bapa kepada Anak (3:35; 5:20), untuk kasih Yesus kepada manusia (11:5; 11:3), untuk kasih manusia kepada manusia (13:34; 15:19), dan untuk kasih manusia kepada Yesus (8:42; 16:27). ... Demikian juga dalam ay 15-17, terpisah dari penggunaan dari dua kata kerja untuk kasih, kita mendapatkan dua kata kerja digunakan untuk pemeliharaan / perhatian gembala kepada domba-dombanya, ... dan dua atau bahkan tiga kata benda untuk domba, ... Adalah sukar untuk percaya bahwa sang pengarang memaksudkan perbedaan arti apapun dalam kata-kata kerja dan kata-kata benda yang bervariasi ini; dan hal yang sama berlaku terhadap kedua kata kerja untuk ‘mengasihi’].
Saya berpendapat argumentasi ini kuat sekali. Pada waktu digunakan 2 kata kerja untuk ‘menggembalakan’, dan 2 kata benda untuk ‘domba’, dan 2 kata kerja untuk ‘tahu / mengetahui’, rasanya kita tidak mungkin menafsirkan adanya perbedaan arti antara kata-kata tersebut (sekalipun memang ada penafsir-penafsir yang melakukan pembedaan seperti itu). Jadi, pada waktu digunakan 2 kata kerja untuk ‘mengasihi’ kita juga tidak boleh menafsirkan adanya perbedaan arti dari kedua kata tersebut.
William Hendriksen (hal 494-500, footnote) memberikan penjelasan yang sangat banyak, mendalam, dan mendetail dalam persoalan ini, dan ia menyimpulkan bahwa ada sedikit perbedaan antara AGAPAO dan PHILEO tersebut.
3) “Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”.
a) ‘domba-dombaKu’.
1. Perhatikan kata ‘Ku’.
Pulpit Commentary: “Let the pastor ever remember that the sheep are not his own, but Christ’s. Although he is the shepherd, the provider, and the feeder, yet he is not the owner. Their owner is Christ” (= Hendaklah setiap pendeta selalu ingat bahwa domba-domba itu bukanlah miliknya sendiri, tetapi milik Kristus. Sekalipun ia adalah gembala, penyedia / pemelihara, dan pemberi makan, tetapi ia bukanlah pemilik. Pemilik mereka adalah Kristus) - hal 525.
Orang kristen bukan domba milik pendeta, tetapi domba milik Kristus. Jadi kata-kata ‘pendeta itu mencuri domba-dombaku’ yang sering diucapkan oleh banyak pendeta, merupakan sesuatu yang ngawur!
Banyak pendeta yang buka gereja seperti buka warung, karena mereka menganggap pendeta / gereja lain (yang benar) sebagai saingan, bukan sebagai rekan sekerja. Mereka tak peduli kalau ada tempat ibadah agama lain yang dibuka, atau kalau ada night club, bar dsb, yang dibuka, tetapi mereka marah kalau ada gereja baru dibuka di dekat gereja mereka. Pendeta-pendeta seperti ini perlu mencamkan bagian ini! Mereka bukan pemilik domba. Kristuslah pemilik domba. Kalau domba pindah gereja dari gereja mereka ke gereja lain, tetapi tetap ikut Kristus, itu sebetulnya bukan masalah.
2. Kata ‘domba’ di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani ARNIA.
A. T. Robertson: “ARNIA is a diminutive of ARNOS (lamb)” [= Kata ARNIA adalah bentuk lebih kecil dari kata ARNOS (domba kecil)] - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 321.
Jadi, kata yang diterjemahkan ‘domba’ di sini secara hurufiah berarti ‘lambs’ (= anak-anak domba / domba-domba kecil).
Pulpit Commentary menekankan perbedaan ini dan menekankan perlunya memperhatikan dan memberi makan petobat-petobat baru dan anak-anak kecil dalam gereja. Tetapi saya sangat meragukan apakah perbedaan itu harus ditekankan seperti ini.
b) Setelah menanyakan tentang kasih Petrus kepadaNya, baru Kristus menyuruh dia untuk menggembalakan domba-dombaNya. Ini menunjukkan bahwa:
1. Kasih kepada Kristus mempunyai konsekwensi.
Barclay: “We must note what love brought Peter. (a) It brought him a task. ‘If you love me,’ Jesus said, ‘then give your life to shepherding the sheep and the lambs of my flock.’ We can prove that we love Jesus only by loving others. Love is the greatest privilege in the world, but it brings the greatest responsibility. (b) It brought Peter a cross. ... Love always involves responsibility, and it always involves sacrifice. We do not really love Christ unless we are prepared to face his task and take up his Cross” [= Kita harus memperhatikan apa yang dibawa oleh kasih itu kepada Petrus. (a) Kasih itu membawa suatu tugas kepadanya. ‘Jika engkau mengasihi Aku’, kata Yesus, ‘maka berikanlah hidupmu untuk menggembalakan domba-domba dan anak-anak domba dari kawanan dombaKu’. Kita bisa membuktikan bahwa kita mengasihi Kristus, hanya dengan kita mengasihi orang-orang lain. Kasih merupakan hak terbesar dalam dunia ini, tetapi itu membawa tanggung jawab yang terbesar. (b) Kasih itu membawa salib kepada Petrus. ... Kasih selalu melibatkan tanggung jawab, dan kasih selalu melibatkan pengorbanan. Kita tidak sungguh-sungguh mengasihi Kristus kecuali kita siap untuk menghadapi tugasNya dan memikul salibNya] - hal 286.
2. Kasih kepada Kristus merupakan syarat mutlak bagi seorang gembala / pendeta.
Leon Morris (NICNT): “the one thing about which Jesus questions Peter prior to commissioning him to tend the flock is love. This is the basic qualification for Christian service. Other qualities may be desirable but love is completely indispensable (cf. 1Cor. 13:1-3)” [= satu hal tentang mana Yesus menanyai Petrus sebelum menugaskannya untuk mengurus / merawat / memelihara kawanan domba adalah kasih. Ini merupakan persyaratan dasar untuk pelayanan Kristen. Kwalitet-kwalitet yang lain bisa diinginkan / diperlukan tetapi kasih merupakan sesuatu yang sepenuhnya diperlukan secara mutlak (bdk. 1Korintus 13:1-3)] - hal 875.
Catatan: kasih yang dibicarakan di sini adalah kasih kepada Yesus, sedangkan kasih yang dibicarakan dalam 1Kor 13 sebetulnya merupakan kasih kepada sesama (ini terlihat dengan jelas kalau saudara membaca 1Korintus 13:4-7). Jadi sebetulnya tidak cocok kalau di sini digunakan 1Kor 13:1-3. Tetapi pada sisi yang lain, memang kasih kepada Allah / Yesus berhubungan dengan kasih kepada sesama.
Calvin: “By these words Christ means that no man can faithfully serve the Church, and employ himself in feeding the flock, if he do not look higher than to men. First, the office of feeding is in itself laborious and troublesome; since nothing is more difficult than to keep men under the yoke of God, among whom there are many who are weak, others who are wanton and unsteady, others who are dull and sluggish, and others who are slow and unteachable. Satan now brings forward as many causes of offence as he can, that he may destroy or weaken the courage of a good pastor. In addition to this, we must take into account the ingratitude of many and other causes of disgust. No man, therefore, will steadily persevere in the discharge of this office, unless the love of Christ shall reign in his heart, in such manner that forgetful of himself and devoting entirely to Christ, he overcomes every obstacle” (= Dengan kata-kata ini Kristus memaksudkan bahwa tidak ada orang yang bisa dengan setia melayani Gereja, dan bekerja dalam pemberian makan kawanan domba, jika ia tidak melihat lebih tinggi dari pada kepada manusia. Pertama, tugas pemberian makan itu sendiri sulit / membutuhkan banyak tenaga dan menyusahkan; karena tidak ada yang lebih sukar dari pada menjaga / memelihara / menahan manusia di bawah kuk dari Allah, diantara mana ada banyak yang lemah, dan yang lain yang ceroboh / sembarangan dan tidak stabil / mudah terombang-ambing, dan yang lain lagi yang bodoh dan tak bersemangat, dan yang lain lagi yang lamban dan tak bisa diajar. Setan mengajukan hal-hal yang menyakitkan hati / menyandungi sebanyak yang ia bisa, supaya ia bisa menghancurkan atau melemahkan keberanian / keteguhan hati / semangat dari seorang gembala / pendeta yang baik. Sebagai tambahan terhadap hal ini, kita harus memperhitungkan sikap tidak tahu terima kasih dari banyak orang dan penyebab-penyebab ketidak-senangan yang lain. Karena itu, tidak ada orang yang akan bertekun secara stabil dalam pelaksanaan tugas ini, kecuali kasih kepada Kristus bertakhta dalam hatinya, dengan cara sedemikian rupa sehingga dengan melupakan dirinya sendiri dan sepenuhnya membaktikan diri kepada Kristus, ia mengatasi setiap rintangan) - hal 288.
Sekalipun hal ini terutama berlaku untuk pendeta / gembala, tetapi saya percaya ini juga berlaku untuk guru-guru Sekolah Minggu, dan pelayan-pelayan Tuhan yang lain. Ingat juga bahwa sebetulnya setiap orang kristen mempunyai tugas penggembalaan, yaitu tugas untuk mengarahkan dan mendorong dan bahkan mengajar orang-orang kristen lain di sekitarnya ke arah yang benar. Sedangkan bagi orang-orang yang menyesatkan, Yesus memberikan ancaman yang mengerikan bagi mereka.
Bdk. Mat 18:6 - “‘Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut”.
Kata ‘barangsiapa’ ini jelas mencakup semua orang. Dan ‘menyesatkan’ bisa dilakukan dengan:
· mengajarkan ajaran sesat.
· tidak ‘menjaga mimbar’ dari ajaran sesat dan nabi-nabi palsu.
· tindakan kita yang berdosa, yang menjadi batu sandungan bagi orang-orang sehingga tersesat.
· dengan membiarkan saja seseorang yang sedang tersesat.
Matthew Henry: “Before Christ would commit his sheep to his care, he asked him, Lovest thou me? Christ has such a tender regard to his flock that he will not trust it with any but those that love him, and therefore will love all that are his for his sake” (= Sebelum Kristus menyerahkan domba-dombaNya kepada pemeliharaannya, Ia menanyainya, Apakah engkau mengasihi Aku? Kristus mempunyai perhatian / perasaan yang begitu lembut kepada kawanan dombaNya sehingga Ia tidak akan mempercayakannya kepada siapapun kecuali mereka yang mengasihi Dia, dan karena itu akan mengasihi semua yang adalah milikNya demi Dia).
Mungkin saudara bertanya: ‘Lalu mengapa ada nabi-nabi palsu yang diikuti banyak orang? Mengapa Kristus membiarkan domba-dombaNya berada dalam bimbingan nabi-nabi palsu?’. Saya menjawab: ‘Mereka bukan domba-domba. Kalau mereka mengikuti nabi palsu, mereka adalah kambing-kambing’. Mereka tidak mencari kebenaran, sehingga Kristus membiarkan mereka untuk disesatkan.
3. Kristus tetap adalah Gembala yang sesungguhnya dari gereja / orang-orang kristen.
Calvin: “Christ is the only ‘Pastor’ or ‘Shepherd’ of the Church. ... But because he employs the agency of men in preaching doctrine, he conveys to them also his own name, or, at least, shares it with them. Those men, therefore, are reckoned to be ‘Pastors’ in the sight of God, who governs the Church by the ministry of the word under Christ, who is their Head” (= Kristus adalah satu-satunya ‘Pendeta’ atau ‘Gembala’ dari Gereja. ... Tetapi karena Ia menggunakan perantara manusia dalam memberitakan ajaranNya, Ia juga memberikan kedudukanNya sendiri kepada mereka, atau sedikitnya, membaginya dengan mereka. Karena itu, orang-orang itu dianggap sebagai ‘Pendeta-pendeta’ dalam pandangan Allah, yaitu mereka yang memerintah Gereja oleh pelayanan firman di bawah Kristus, yang adalah Kepala mereka) - hal 289-290.
Bandingkan dengan:
· 1Pet 2:25 - “Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu”.
· 1Petrus 5:4 - “Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the Chief Shepherd’ (= Gembala Kepala).
4. Pelayanan yang dilakukan oleh pendeta / gembala hanya akan berbuah dalam diri orang-orang pilihan.
Tetapi perlu diingat 2 hal ini:
· kita tidak bisa membedakan orang pilihan dan orang-orang non pilihan, dan karena itu kita harus melayani semua orang.
· Tuhan bisa mempertobatkan seseorang yang kelihatan sebagai binatang buas sehingga menjadi domba.
Calvin: “Christ does not give to Peter and others the office of feeding all sorts of persons, but only his sheep or his lambs. He elsewhere describes who they are whom he reckons to belong to his flock. My sheep, says he, hear my voice, and follow me; they hear not the voice of a stranger, (John 10:5,27.) True, faithful teachers ought to endeavour to gather all to Christ; and as they cannot distinguishes between sheep and wild beasts, they ought to try by all methods if they can tame those who resemble wolves rather than sheep. But after having put forth their utmost efforts, their labour will be of no avail to any but the elect sheep” [= Kristus tidak memberi Petrus dan yang lain tugas memberi makan semua jenis manusia, tetapi hanya domba-domba dan anak-anak dombaNya. Di tempat lain Ia menggambarkan siapa yang Ia anggap termasuk dalam kawanan dombaNya. Domba-dombaKu, kataNya, mendengar suaraKu, dan mengikut Aku; mereka tidak mendengar / mengikuti suara dari orang asing, (Yohanes 10:5,27). Guru-guru yang sejati dan setia harus berusaha untuk mengumpulkan semua kepada Kristus; dan karena mereka tidak bisa membedakan antara domba dan binatang liar, mereka harus mencoba dengan semua metode jika mereka bisa menjinakkan mereka yang lebih menyerupai serigala dari pada domba. Tetapi setelah mengusahakan usaha mereka yang sepenuhnya, jerih payah mereka akan sia-sia bagi siapapun kecuali bagi domba-domba pilihan] - hal 291.
Calvin: “Again, we are taught by this passage, that none can be fed to salvation by the doctrine of the Gospel but those who are mild and teachable; for it is not without reason that Christ compares his disciples to lambs and sheep; but it must also be observed that the Spirit of God tames those who by nature were bears or lions” (= Lagi-lagi, kita diajar oleh text ini, bahwa tidak seorangpun bisa diberi makan kepada keselamatan oleh ajaran dari Injil kecuali mereka yang lembut dan bisa diajar; karena bukan tanpa alasan bahwa Kristus membandingkan murid-muridNya dengan anak-anak domba dan domba-domba; tetapi juga harus diperhatikan bahwa Roh Allah menjinakkan mereka yang secara alamiah adalah beruang-beruang dan singa-singa) - hal 219.
5. Penafsiran Gereja Roma Katolik tentang text ini dan serangan terhadapnya.
Gereja Roma Katolik menganggap bagian ini sebagai dasar untuk mendukung kepausan mereka. Mereka berkata bahwa kepada Petrus, dan bukan kepada yang lain, hal ini diucapkan oleh Yesus.
Calvin mengatakan bahwa hal ini diucapkan oleh Yesus kepada Petrus, untuk mengembalikan Petrus pada kerasulan. Petrus menyangkal Yesus sebanyak 3 x, dan itu sebetulnya menjadikan ia tidak layak untuk tetap menjadi rasul. Tetapi Kristus ingin mengembalikan Petrus kepada jabatannya, atau mempertahankan Petrus dalam jabatannya. Karena itu maka Yesus juga bertanya 3 x kepada dia: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’.
Calvin menambahkan: “Besides, nothing was given to Peter by these words, that is not also given to all the ministers of the Gospel” (= Disamping itu, tidak ada yang diberikan kepada Petrus oleh kata-kata ini, yang tidak juga diberikan kepada semua pelayan-pelayan dari Injil) - hal 290.
Calvin: “In vain, therefore, do the Papists maintains that he holds the highest rank, because he alone is specially addressed; and, granting that some special honour was conferred on him, how, I ask, will they prove from this that he has been elevated to the primacy? Though he were the chief among the apostles, does it thence follow that he was the universal bishop of the whole world? To this it must be added, that all that Peter received does not belong to the Pope any more than to Mahomet; for on what ground does he claim to be Peter’s heir, and what man of sound understanding will admit that Christ here bestows on him any hereditary right? Yet he wishes to be reckoned Peter’s successor: I wish he were so. None of us hinders him from loving Christ, and from taking care to feed his flock; but to take no concern about loving Christ, and to throw aside the office of feeding, and then to boast of being Peter’s successor, is excessively foolish and absurd” [= Karena itu, secara sia-sia para pengikut Paus mempertahankan bahwa ia (Petrus) memegang kedudukan tertinggi, karena hanya kepadanya hal ini ditujukan secara khusus; dan, andaikata memang suatu kehormatan khusus diberikan kepadanya, bagaimana, saya bertanya, mereka akan membuktikan dari hal ini bahwa ia telah ditinggikan kepada kedudukan tertinggi? Andaikatapun ia adalah kepala dari rasul-rasul, apakah itu membuktikan bahwa ia adalah uskup universal dari seluruh dunia? Kepada hal ini harus ditambahkan, bahwa semua yang diterima Petrus tidak merupakan milik dari Paus sama seperti itu tidak merupakan milik dari Mohammad; karena atas dasar apa ia mengclaim untuk menjadi pewaris Petrus, dan orang mana dengan pengertian yang sehat mau mengakui bahwa di sini Kristus memberikan kepadanya hak pewaris? Tetapi ia ingin dianggap sebagai pengganti Petrus: saya ingin ia memang demikian. Tidak seorangpun dari kita menghalanginya untuk mengasihi Kristus, dan dari perhatian untuk memberi makan kawanan dombaNya; tetapi kalau ia tidak peduli tentang mengasihi Kristus, dan mengesampingkan tugas memberi makan, dan lalu membanggakan diri sebagai pengganti Petrus, itu merupakan sesuatu yang sangat tolol dan menggelikan] - hal 290-291.
Ada yang Calvin katakan memang benar. Text ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa Petrus dijadikan penguasa Gereja yang tertinggi di seluruh dunia. Dan para paus itu sama sekali tak mempunyai dasar untuk mengatakan bahwa mereka adalah pengganti Petrus. Lebih-lebih, mereka sama sekali tidak mengasihi Kristus, dan mereka tidak memberi makan domba-domba Kristus, karena mereka mengajarkan penyesatan, membuang Injil dari ajaran mereka, mengajarkan Injil yang berbeda, dan sebagainya.
Word Biblical Commentary: “In 1 Pet 2:25 Jesus is said to be ‘the Shepherd and Bishop of your souls’; in context this denotes Jesus as the one who gave his life for the sheep and cares for them in the present. In the hortatory part of the letter (5:2) Peter as ‘a fellow elder’ (= bishop, pastor) appeals to the elders: ‘Shepherd the flock of God that is among you’ (poimavnate to; … poivmnion tou` qeou`), so virtually citing the words of the risen Lord to him, ‘Shepherd my sheep’ (poivmaine ta; provbatav mou). By way of expounding his meaning he adds, ‘Watch over it (ejpiskopou`nte"), not because you have to, but willingly … not acting as lords over God’s people (tw`n klhvrwn), but becoming examples to the flock’ (1 Pet 5:3). A similar charge by Paul to the elders of Ephesus is recorded in Acts 20:28: ‘Keep watch over yourselves and over all the flock (poivmnion) of which the Holy Spirit has made you guardians (ejpiskovpou") to shepherd the Church of the Lord’ (poimaivnein th;n ejkklhsivan tou` kurivou). Both passages speak in the same manner as the risen Lord spoke to Peter on restoring him to fellowship and to the service of pastor. The verbs are the same, poimaivnw or variants of it; the scope of the ministry is the same - ‘my lambs, my sheep … the flock of God, the Church of the Lord.’ There is no formal difference of meaning in the language by which the risen Lord confirmed Peter in his calling to be a shepherd of his sheep from that by which Peter and Paul exhorted the pastor-elders to fulfill their calling as shepherds of the flock of God in 1 Pet 5:1–3 and Acts 20:28” [= Dalam 1Pet 2:25 Yesus dikatakan sebagai ‘Gembala dan Uskup dari jiwamu’ (KJV): dalam kontextnya ini menunjukkan Yesus sebagai seseorang yang telah memberikan nyawaNya untuk domba-domba dan memperhatikan / memelihara mereka pada saat ini. Dalam bagian yang menguatkan / memberi nasehat dari suratnya (5:2) Petrus sebagai ‘sesama penatua’ (= uskup, pendeta / gembala) meminta kepada para penatua: ‘Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu’ (poimavnate to; … poivmnion tou` qeou`), dengan begitu benar mengutip kata-kata Tuhan yang bangkit kepadanya, ‘Gembalakanlah domba-dombaKu’ (poivmaine ta; provbatav mou). Untuk menjelaskan maksudnya ia menambahkan: ‘Berjaga-jagalah atasnya (ejpiskopou`nte"), jangan dengan terpaksa, tetapi dengan sukarela ... tidak bertindak sebagai tuan atas umat Allah (tw`n klhvrwn), tetapi menjadi teladan bagi kawanan domba itu’ (1Pet 5:3). Suatu tugas yang serupa yang diberikan oleh Paulus kepada para penatua dari Efesus dicatat dalam Kis 20:28: ‘Jagalah dirimu sendiri dan seluruh kawanan (poivmnion), terhadap siapa Roh Kudus telah membuat engkau penjaga-penjaga / penilik-penilik (ejpiskovpou") untuk menggembalakan Gereja Tuhan’ (poimaivnein th;n ejkklhsivan tou` kurivou). Kedua text berbicara dengan cara yang sama seperti Tuhan yang bangkit berbicara kepada Petrus pada waktu memulihkan dia kepada persekutuan dan kepada pelayanan gembala. Kata-kata kerjanya sama, poimaivnw atau variasinya; bidang / jangkauannya sama - ‘anak-anak dombaKu, domba-dombaKu ... kawanan domba Allah, Gereja Tuhan’. Tidak ada perbedaan arti yang hakiki dalam bahasa / kata-kata dengan mana Tuhan yang bangkit meneguhkan Petrus dalam panggilannya sebagai seorang gembala dari domba-dombaNya dari bahasa / kata-kata dengan mana Petrus dan Paulus mendesak pendeta-tua-tua untuk menggenapi panggilan mereka sebagai gembala-gembala dari kawanan domba Allah dalam 1Petrus 5:1-3 dan Kis 20:28].
Catatan:
· Bagian yang saya garis bawahi itu merupakan bagian yang diperdebatkan keasliannya; ada manuscripts yang tidak mempunyai kata itu. Tetapi kelihatannya kebanyakan penafsir menerima bagian ini.
· 1Pet 2:25 - “Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu”.
Di sini Kristus disebut sebagai ‘gembala’ dan ‘pemelihara’ jiwa. Untuk kata ‘gembala’ tidak ada problem, tetapi kata ‘pemelihara’ sebetulnya kurang tepat terjemahannya.
KJV: ‘Bishop’ (= Uskup).
RSV/NASB: ‘Guardian’ (= Penjaga).
NIV: ‘Overseer’ (= Pengawas / penilik).
· Untuk Kis 20:28, memang ada 2 macam manuscripts; ada yang menuliskan ‘gereja Tuhan’ dan ada yang menuliskan ‘Gereja Allah’. Tetapi boleh dikatakan semua versi mengambil ‘gereja Allah’. Tetapi dalam pembahasan di sini, hal ini tak berpengaruh.
· 1Petrus 5:1-3 - “(1) Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. (2) Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. (3) Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu”.
· Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri”.
· Maksud dari penafsir ini adalah: kata-kata yang digunakan oleh Yesus kepada Petrus dalam Yohanes 21:15-17 ini tidak berbeda dengan kata-kata yang digunakan oleh Petrus dalam memberikan nasehat kepada para penatua dalam 1Pet 5:1-3, dan juga tidak berbeda dengan kata-kata yang digunakan oleh Paulus dalam menasehati tua-tua Efesus dalam Kis 20:28. Karena itu jelas bahwa pengucapan kata-kata seperti itu kepada Petrus dalam Yoh 21:15-17 ini tidak menunjukkan bahwa ia diangkat menjadi penguasa tertinggi gereja universal.
Ay 16: “Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”.
1) “Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’”.
Di sini Yesus membuang perbandingan (kata-kata ‘more than these’ / ‘lebih dari ini’), tetapi Ia tetap menggunakan kata ‘mengasihi’ yang sama dengan yang Ia gunakan dalam Yohanes 21: 15, yaitu AGAPAO.
2) “Jawab Petrus kepadaNya: ‘Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’”.
Di sini Petrus tetap menggunakan kata PHILEO, bukan AGAPAO.
3) “Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu.’”.
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘domba’ di sini berbeda dengan kata Yunani yang digunakan dalam ay 15. Kalau dalam ay 15 digunakan kata Yunani ARNIA, maka dalam ay 16 ini digunakan kata Yunani PROBATIA.
A. T. Robertson mengatakan (hal 321) bahwa kata ARNIA merupakan bentuk lebih kecil (diminutive) dari kata Yunani ARNOS (= sheep / domba), sedangkan kata PROBATIA ini merupakan bentuk lebih kecil (diminutive) dari kata Yunani PROBATON (= sheep / domba). Jadi, terjemahan hurufiah di sini seharusnya tetap sama dengan pada ay 15, yaitu ‘lamb’(= anak domba / domba kecil). Dalam ay 17, juga digunakan kata Yunani yang sama dengan dalam ay 16 ini.
Tetapi A. T. Robertson juga mengatakan (hal 321) bahwa dalam ay 16 dan ay 17 ada banyak manuscripts yang menuliskan PROBATA (= sheep / domba-domba), bukan PROBATIA (= lambs / domba-domba kecil)
Leon Morris (NICNT): “The word rendered ‘sheep’ in ARV is actually a diminutive and strictly speaking means ‘lambs’ ... But it is so often used without diminutive force that it is impossible to quarrel with the translation ‘sheep’. However, it is equally impossible to maintain that there is a change of meaning” [= Kata yang diterjemahkan ‘sheep’ (= domba) dalam ARV sebetulnya merupakan suatu kata yang menunjuk pada sesuatu yang lebih kecil, dan secara ketat berarti ‘lamb’ (= anak domba / domba kecil) ... Tetapi kata itu begitu sering digunakan tanpa arti yang menunjukkan ‘lebih kecil’ sehingga adalah tidak mungkin untuk bertengkar mengenai terjemahan ‘sheep’ / ‘domba’. Bagaimanapun, adalah sama tidak mungkinnya untuk mempertahankan bahwa di sana ada perubahan arti] - hal 874.Yohanes 21: 17: “Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’ Dan ia berkata kepadaNya: ‘Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu”.
1) “Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: ‘Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’”.
a) Pada kali yang ke 3 ini Yesus menggunakan kata ‘mengasihi’ yang berbeda dengan yang Ia gunakan pada kali pertama dan kedua. Sekarang Ia menggunakan PHILEO.
Orang-orang yang menganggap AGAPAO lebih tinggi dari PHILEO, mengatakan tadi Yesus mempertanyakan kasih yang lebih tinggi, tetapi sekarang, kasih yang lebih rendahpun dipertanyakan.
A. T. Robertson: “This time Jesus picks up the word FILEOO used by Peter and challenges that. These two words are often interchanged in the New Testament, but here the distinction is preserved. Peter was cut to the heart ... because Jesus challenges this very verb, and no doubt the third question vividly reminds him of the three denials in the early morning by the fire” (= Kali ini Yesus mengambil kata PHILEO yang digunakan oleh Petrus dan mempertanyakannya. Kedua kata ini sering digunakan secara bisa dibolak-balik dalam Perjanjian Baru, tetapi di sini perbedaan itu dipertahankan. Petrus tertusuk hatinya ... karena Yesus mempertanyakan kata kerja ini, dan tak diragukan pertanyaan yang ketiga secara jelas / menyolok mengingatkan dia tentang tiga penyangkalan pada pagi hari dekat api unggun) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol V, hal 321.
Tetapi di atas telah saya bahas alasan untuk menolak perbedaan arti dari PHILEO dan AGAPAO di sini.
b) Adanya 3 x pertanyaan ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’ jelas menunjuk kepada 3 x penyangkalan yang dilakukan oleh Petrus.
Pulpit Commentary: “There is no positive reference to the denial and fall of Peter; but the implication and suggestion cannot be hidden, ... The circumstance that Peter was ‘grieved’ because the Lord put this question to him a third time makes the reference very little less than explicit” (= Tidak ada hubungan positif / explicit dengan penyangkalan dan kejatuhan Petrus, tetapi maksud / pengertian dan kesannya tidak bisa disembunyikan, ... Keadaan dimana Petrus menjadi sedih karena Tuhan mengajukan pertanyaan kepadanya untuk ke 3 x nya membuat hubungan yang sedikit lebih rendah dari explicit) - hal 505.
c) Adanya 3 x pertanyaan yang serupa menunjukkan kerasnya ujian / testing yang diberikan oleh Yesus kepada Petrus dalam persoalan kasih Petrus kepadaNya.
Pulpit Commentary: “It was proper that Peter’s love should be severely tried. ... He denied Christ thrice, and thrice was the question of love put to him. A damaged vessel must be well examined and repaired before being sent to sea again” (= Adalah benar bahwa kasih Petrus diuji dengan keras. ... Ia menyangkal Kristus 3 x, dan 3 x pertanyaan tentang kasih diajukan kepadanya. Suatu kapal yang rusak harus diperiksa dan diperbaiki dengan baik sebelum dikirim ke laut lagi) - hal 524.
otomotif, gadget, bisnis |
2) “Dan ia berkata kepadaNya: ‘Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.’”.
a) Kata-kata Petrus ini menunjukkan bahwa Petrus mengakui kemaha-tahuan Yesus (perhatikan kata-kata ‘segala sesuatu’) dan itu menunjukkan bahwa ia mengakui Yesus sebagai Allah sendiri. Hal lain yang harus diperhatikan adalah bahwa Yesus tidak menegur Petrus, dan secara implicit membenarkan kata-kata tersebut.
b) Kalau pada waktu menjawab pertanyaan pertama dan kedua, Petrus mengawali dengan kata-kata ‘Benar Tuhan’, maka di sini ia membuang kata-kata itu, dan ia hanya mengandalkan kemaha-tahuan Yesus.
Matthew Henry: “Peter was sure that Christ knew all things, and particularly that he knew the heart, and was a discerner of the thoughts and intents of it, Jn 16:30. ... Peter was satisfied of this, that Christ, who knew all things, knew the sincerity of his love to him, and would be ready to attest it in his favour. It is a terror to a hypocrite to think that Christ knows all things; for the divine omniscience will be a witness against him. But it is a comfort to a sincere Christian that he has that to appeal to” (= Petrus yakin bahwa Kristus mengetahui segala sesuatu, dan secara khusus bahwa Ia mengetahui hati, dan merupakan seorang yang melihat / membedakan pikiran dan maksudnya, Yohanes 16:30. ... Petrus puas dengan hal ini, dan Kristus, yang mengetahui segala sesuatu, mengetahui ketulusan dari kasihnya kepadaNya, dan akan siap untuk menyokongnya untuk kepentingannya. Merupakan sesuatu yang menakutkan bagi orang yang munafik untuk memikirkan bahwa Kristus mengetahui segala sesuatu; karena kemaha-tahuan ilahi akan menjadi saksi terhadap dia. Tetapi merupakan suatu penghiburan bagi seorang Kristen yang tulus bahwa ia mempunyai hal itu kepada mana ia bisa naik banding).
3) “Kata Yesus kepadanya: ‘Gembalakanlah domba-dombaKu”.
a) Tuhan tetap mau memakai anakNya yang jatuh ke dalam dosa, asal ia menyesali dosanya dan bertobat darinya.
Kejatuhan Petrus yang begitu dalam bukan alasan untuk tidak melayani Kristus lagi. Kristus tetap mau memakai dia. Semua hamba Tuhan adalah manusia biasa yang penuh dosa, dan bisa jatuh dalam dosa-dosa yang hebat. Asal mereka menyesali dosa-dosa itu dan bertobat darinya, tidak ada alasan mengapa mereka tidak harus melayani lagi. Hal ini perlu direnungkan, dicamkan, dan diterapkan pada waktu:
· saudara sendiri jatuh ke dalam dosa yang hebat, dan setan berbisik kepada saudara bahwa saudara tak layak lagi untuk menjadi pelayan Tuhan.
· saudara melihat orang kristen lain jatuh ke dalam dosa. Pada saat seperti ini:
* jangan menganggap orang kristen tersebut tak layak lagi melayani Tuhan.
* hiburkan dan kuatkan orang kristen tersebut untuk mau kembali ke dalam pelayanan.
Catatan: tentu semua hal di atas ini berlaku kalau orangnya menyesali dosanya dan bertobat darinya.
b) Kata yang diterjemahkan ‘gembalakanlah’ dalam Yohanes 21: 15,17 adalah BOSKE, yang arti hurufiahnya adalah ‘feed’ (= berilah makan), sedangkan dalam Yohanes 21: 16 digunakan kata POIMAINE, yang secara hurufiah berarti ‘tend’ (= uruslah / peliharalah / rawatlah) atau ‘shepherd’ (= gembalakanlah).
Di atas telah kita pelajari bahwa mungkin sekali perbedaan ini hanya merupakan suatu variasi penggunaan kata, sehingga perbedaannya tak perlu ditekankan. Tetapi banyak penafsir yang menekankan perbedaan arti dari kedua kata ini.
Matthew Henry: “the charge he gives him concerning them is to feed them. The word used in v. 15, 17, is BOSKE, which strictly signifies to give them food; but the word used in v. 16 is POIMAINE, which signifies more largely to do all the offices of a shepherd to them: ‘Feed the lambs with that which is proper for them, and the sheep likewise with food convenient. The lost sheep of the house of Israel, seek and feed them, and the other sheep also which are not of this fold.’” (= tugas / tanggung jawab yang Ia berikan kepadanya mengenai mereka adalah untuk memberi makan mereka. Kata yang digunakan dalam ay 15,17 adalah BOSKE, yang secara ketat berarti memberi mereka makan; tetapi kata yang digunakan dalam ay 16 adalah POIMAINE, yang mempunyai arti yang lebih luas untuk melakukan semua tugas dari seorang gembala kepada mereka: ‘Berilah makan anak-anak domba dengan apa yang layak / benar untuk mereka, dan domba-domba juga dengan makanan yang sesuai. Domba-domba yang hilang dari keluarga Israel, carilah mereka dan berilah mereka makan, dan juga domba-domba lain yang bukan dari kawanan ini).
Barnes’ Notes tentang Yohanes 21: 15: “The word here rendered ‘feed’ means the care afforded by furnishing nutriment for the flock. In the next verse (v. 16) there is a change in the Greek, and the word rendered ‘feed’ denotes rather the care, guidance, and protection which a shepherd extends to his flock. By the use of both these words, it is supposed that our Saviour intended that a shepherd was both to offer the proper food for his flock and to govern it; or, as we express it, to exercise the office of a pastor” [= Kata yang diterjemahkan ‘berilah makan’ berarti perhatian / pemeliharaan yang diberikan dengan memberi makan untuk kawanan domba itu. Dalam ayat selanjutnya (Yohanes 21: 16) ada perubahan dalam bahasa Yunaninya, dan kata yang diterjemahkan ‘berilah makan’ lebih menunjuk pada pemeliharaan, bimbingan dan perlindungan yang diberikan oleh seorang gembala kepada kawanan dombanya. Oleh penggunaan kedua kata ini, dianggap bahwa Juruselamat kita memaksudkan bahwa seorang gembala harus memberikan makanan untuk kawanan dombanya dan memerintahnya (govern); atau, seperti kami menyatakannya, melaksanakan tugas seorang pendeta / gembala].
c) Dalam urusan memberi makan domba ini Spurgeon memberi komentar yang menarik.
John Stott: “As Spurgeon once commented, Christ said, ‘Feed my sheep ... Feed my lambs.’ Some preachers, however, put the food so high that neither lambs nor sheep can reach it. They seem to have read the text, ‘Feed my giraffes.’” (= Seperti Spurgeon pernah memberi komentar, Kristus berkata, ‘Berilah makan domba-dombaKu ... Berilah makan anak-anak dombaKu’. Tetapi sebagian pengkhotbah, meletakkan makanan itu begitu tinggi sehingga baik anak domba maupun domba tidak bisa mencapainya. Kelihatannya mereka telah membaca text ini ‘Berilah makan jerapah-jerapahKu’.) - ‘Between Two Worlds’, hal 147.
Kata-kata ini mungkin menarik dan perlu diperhatikan oleh setiap pengajar Firman Tuhan, tetapi saya berpendapat bahwa kata-kata ini tak terlalu cocok dengan kontextnya.Yohanes 21: 18-19: “(18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.’ (19) Dan hal ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: ‘Ikutlah Aku.’”.
1) “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki,”.
Ini menunjukkan kehidupan yang bisa semaunya sendiri.
Barnes’ Notes: “The Jews, in walking or running, girded their outer garments around them, that they might not be impeded. ... The expression here denotes freedom. He did as he pleased - he girded himself or not - he went or remained, as he chose” (= Orang-orang Yahudi, pada waktu berjalan atau berlari, mengikat jubah luar mereka di sekeliling pinggang mereka, supaya mereka tidak dirintangi. ... Ungkapan di sini menunjukkan kebebasan / kemerdekaan. Ia melakukan seperti yang ia senangi - ia mengikat pinggangnya sendiri atau tidak - ia pergi atau tinggal, seperti yang ia pilih / inginkan).
2) “tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.’”.
a) Ini menunjukkan bahwa dulu berbeda dengan sekarang. Dulu ia bebas, tetapi setelah ini semuanya berbeda.
Matthew Henry: “he compares this with his former liberty. ‘Time was when thou knewest not any of these hardships, thou girdest thyself, and walkedst whither thou wouldest.’ Where trouble comes we are apt to aggravate it with this, that it has been otherwise; and to fret the more at the grievances of restraint, sickness, and poverty, because we have known the sweets of liberty, health, and plenty, Job 29:2 .... But we may turn it the other way, and reason thus with ourselves: ‘How many years of prosperity have I enjoyed more than I deserved and improved? And, having received good, shall I not receive evil also?’” (= ia membandingkan ini dengan kebebasannya dahulu. ‘Dulu ada saat dimana engkau tidak mengenal yang manapun dari kesukaran-kesukaran ini, engkau mengikat pinggangmu sendiri, dan berjalan / pergi kemana engkau mau’. Dimana kesukaran datang, kita condong memperburuknya dengan ini, seandainya halnya tidak demikian; dan makin bersungut-sungut terhadap keadaan yang tidak enak dari pembatasan, penyakit, dan kemiskinan, karena kita telah mengenal manisnya kebebasan, kesehatan, dan kelimpahan, Ayub 29:2 ... Tetapi kita bisa membalikkannya dan berargumentasi demikian dengan diri kita sendiri: ‘berapa banyak tahun kemakmuran telah aku nikmati lebih dari yang aku layak dapatkan dan manfaatkan? Dan setelah menerima yang baik, tidakkah saya mau menerima yang buruk juga?’).
Bdk. Ayub 29:2 - “‘Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam, seperti pada hari-hari, ketika Allah melindungi aku”.
b) Calvin menganggap bahwa kalimat ini hanya menunjukkan kematian dengan kekerasan.
Calvin: “Many think that this denotes the manner of death which Peter was to die, meaning that he was hanged, with his arms stretched out; but I consider the word ‘gird’ as simply denoting all the outward actions by which a man regulates himself and his whole life. ‘Thou girdest thyself;’ that is, ‘thou wast accustomed to wear such raiment as thou choosest, but this liberty of choosing thy dress will be taken from thee.’” (= Banyak orang mengira bahwa ini menunjuk cara kematian yang harus dialami Petrus, artinya ia harus digantung, dengan tangan terentang; tetapi saya menganggap kata ‘mengikat pinggang’ hanya menunjukkan semua tindakan luar / lahiriah dengan mana seseorang mengatur dirinya sendiri dan seluruh kehidupannya. ‘Engkau mengikat pinggangmu sendiri’; artinya, ‘engkau terbiasa mengenakan pakaian yang engkau pilih, tetapi kebebasan memilih pakaian ini akan diambil darimu’)- hal 293-294.
Calvin: “As to the manner in which Peter was put to death, it is better to remain ignorant of it than to place confidence in doubtful fables” (= Berkenaan dengan cara dalam mana Petrus akan dibunuh, adalah lebih baik untuk tetap tidak tahu tentangnya dari pada meletakkan keyakinan pada dongeng-dongeng yang meragukan) - hal 294.
Calvin: “‘And will lead thee whither thou wouldst not.’ The meaning is, that Peter did not die a natural death, bu by violence and by the sword.” (= ‘Dan akan membawa engkau ke tempat yang tidak engkau kehendaki’. Artinya adalah bahwa Petrus tidak mati secara alamiah, tetapi dengan kekerasan dan oleh pedang) - hal 294.
Calvin: “as Satan continually makes new and various attacks, all who undertake the office of feeding must be prepared for death; as they certainly have to do not only with sheep, but also with wolves” (= karena setan secara terus menerus membuat serangan-serangan yang baru dan bervariasi, semua yang mengerjakan tugas memberi makan harus dipersiapkan untuk mati; karena mereka pasti tidak harus menangani hanya domba tetapi juga serigala) - hal 292.
c) Kebanyakan penafsir yang mengatakan bahwa istilah ‘mengulurkan / merentangkan tangan’ ini menunjuk kepada penyaliban, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa kalau itu menunjuk kepada penyaliban, maka itu akan dituliskan setelah kata ‘mengikat’, dan bukan sebelumnya. Tetapi orang-orang yang mengatakan bahwa ini menunjuk kepada penyaliban mengatakan bahwa ini didahulukan, dengan tujuan untuk menekankan.
William Hendriksen: “it is interesting to note that the expression ‘to stretch out the hands’ is often used by Greek authors and by the early fathers to indicate crucifixion” (= merupakan sesuatu yang menarik untuk memperhatikan bahwa ungkapan ‘mengulurkan / merentangkan tangan’ sering digunakan oleh pengarang-pengarang Yunani dan oleh bapa-bapa gereja mula-mula untuk menunjuk pada penyaliban) - hal 490.
Saya sendiri menganggap bahwa kalimat ini memang merupakan nubuat bahwa Petrus akan mati melalui salib.
d) Kebanyakan penafsir percaya bahwa Petrus mati disalib, tetapi ada pro dan kontra tentang kematian Petrus dengan disalib secara terbalik.
Adam Clarke: “Ancient writers state that, about thirty-four years after this, Peter was crucified; and that he deemed it so glorious a thing to die for Christ that he begged to be crucified with his head downwards, not considering himself worthy to die in the same posture in which his Lord did” (= Penulis-penulis kuno menyatakan bahwa kira-kira 34 tahun setelah ini, Petrus disalibkan; dan bahwa ia menganggap mati untuk Kristus sebagai sesuatu yang begitu mulia sehingga ia meminta untuk disalibkan dengan kepala di bawah, karena menganggap dirinya sendiri tidak layak mati dengan postur yang sama seperti Tuhannya mati).
F. F. Bruce: “By the time the Gospel was written, Peter had glorified God in martyrdom. Knowing what form Peter’s martyrdom took, the Evangelist could see a precise reference to it in the words of Jesus, such as could not have been seen at the time. ... The stretching out of his hands would then be understood in retrospect to be their stretching out on the cross-beam of the cross. (We need not take too seriously the later embellishment, found in the apocryphal Acts of Peter and in Eusebius, according to which he was crucified head downwards at his own insistence.)”[= Pada saat Injil ini ditulis, Petrus telah memuliakan Allah dalam kematian syahid. Mengetahui bentuk kematian syahid Petrus, sang Penginjil (Yohanes) bisa melihat hubungan yang persis dengannya dalam kata-kata Yesus, yang tidak bisa terlihat pada saat itu. ... Jadi, perentangan tangannya dimengerti dalam suatu peninjauan kembali, sebagai perentangannya pada kayu horizontal dari salib. (Kita tidak perlu menerima dengan terlalu serius pembubuhan belakangan, yang ditemukan dalam kitab Apocrypha Kisah Petrus dan dalam tulisan Eusebius, menurut mana ia disalibkan dengan kepala di bawah atas desakannya sendiri.)] - hal 406.
Catatan: kata-kata ‘pada saat itu’ yang saya garis bawahi itu kelihatannya menunjuk pada saat Yesus mengucapkan kata-kata tersebut. Jadi pada saat itu orang tak mengerti maksud kata-kata Yesus itu, tetapi pada saat Injil Yohanes ditulis, orang mengertinya, karena pada saat itu nubuat ini sudah tergenapi.
3) “Dan hal ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah”.
a) Ini menunjukkan bahwa cara kematian seseorang ditentukan oleh Tuhan.
Pulpit Commentary: “The Lord determines the manner of Peter’s death. It was to be a death of violence. He was to become a martyr of the Christian faith” (= Tuhan menentukan cara kematian Petrus. Itu akan merupakan kematian oleh kekerasan. Ia harus menjadi martir dari iman Kristen) - hal 515.
Matthew Henry: “That it is not only appointed to all once to die, but it is appointed to each what death he shall die, whether natural or violent, slow or sudden, easy or painful. When Paul speaks of so great a death, he intimates that there are degrees of death; there is one way into the world, but many ways out, and God has determined which way we should go” (= Bukan hanya bahwa setiap orang ditetapkan untuk mati satu kali, tetapi juga ditetapkan bagi masing-masing orang kematian yang bagaimana yang akan ia jalani, apakah alamiah atau dengan kekerasan, perlahan-lahan atau mendadak, mudah / enak atau menyakitkan. Pada waktu Paulus berbicara tentang ‘kematian yang begitu besar’, ia mengisyaratkan bahwa ada tingkat-tingkat kematian; ada satu jalan untuk masuk ke dalam dunia ini, tetapi banyak jalan keluar / meninggalkannya, dan Allah telah menentukan jalan yang harus kita jalani).
Catatan: bagian yang saya garis bawahi diambil dari 2Korintus 1:10 - “Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepadaNya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi”.
KJV: ‘Who delivered us from so great a death, and doth deliver: in whom we trust that he will yet deliver us’ (= Yang telah melepaskan kami dari kematian yang begitu besar, dan terus melepaskan: dalam siapa kami percaya bahwa Ia akan melepaskan kami lagi).
William Hendriksen: “whatever happens in our lives has been wisely ordained by the Lord, just as the very manner of Peter’s glorious death had been foreseen and predicted” (= apapun yang terjadi dalam kehidupan kita telah secara bijaksana ditentukan oleh Tuhan, sama seperti cara kematian Petrus yang mulia telah dilihat lebih dulu dan diramalkan) - hal 475.
b) Pengakuan kasih kepada Tuhan mempunyai konsekwensi menggembalakan domba (Yohanes 21: 15-17), dan kedua hal itu mempunyai konsekwensi untuk mati bagi Dia (Yohanes 21: 18-19).
Bdk. Yohanes 10:11 - “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya”.
George Hutcheson: “Love to Christ must be evidenced, not only by active doing of duty, but by suffering also unto death, if we be called unto it; ... therefore is this prediction joined with the former injunction as another proof of Peter’s love to Christ” (= Kasih kepada Kristus harus dibuktikan, bukan hanya dengan tindakan kewajiban yang aktif, tetapi juga dengan penderitaan sampai mati, jika kita dipanggil untuk itu; ... karena itu ramalan ini digabungkan dengan perintah yang di depan sebagai bukti lain dari kasih Petrus kepada Kristus) - hal 435.
c) Bagi Petrus, ini merupakan kasih karunia, karena ia diberi kesempatan untuk mati bagi Tuhan, yang tadinya telah gagal ia lakukan, pada waktu ia menyangkal Yesus 3 x.
Darby: “But the grace of the loving Savior did not stop here. Peter might still feel the sorrow of having missed such an opportunity of confessing the Lord at the critical moment. Jesus assures him that if he had failed in doing so of his own will, he should be allowed to do it by the will of God; ... It should be given him by the will of God to die for the Lord, as he had formerly declared himself ready to do in his own strength. Now also that Peter was humbled and brought entirely under grace - that he knew he had no strength - that he felt his dependence on the Lord, his utter inefficiency if he trusted to his own power - now, I repeat, the Lord calls Peter to follow Him; which he had pretended to do, when the Lord had told him he could not. It was this that his heart desired. ... what he had pretended to do and could not, he would now do - follow Christ to prison and to death” (= Tetapi kasih karunia dari Juruselamat yang penuh kasih itu tidak berhenti di sini. Petrus mungkin masih merasakan kesedihan karena gagal dalam kesempatan untuk mengakui Tuhan pada saat yang kritis. Yesus meyakinkan dia bahwa jika ia telah gagal dalam melakukan hal itu dari kehendaknya sendiri, ia harus diijinkan untuk melakukannya oleh kehendak Allah; ... Ia akan diijinkan untuk mati bagi Tuhan, seperti yang dulu ia nyatakan sendiri siap ia lakukan dengan kekuatannya sendiri. Sekarang Petrus telah dibuat jadi rendah hati dan dibawa sepenuhnya ke bawah kasih karunia - sehingga ia tahu ia tidak mempunyai kekuatan - sehingga ia merasakan ketergantungannya kepada Tuhan, ketidak-efisienannya jika ia mempercayai kekuatannya sendiri - sekarang, saya ulangi, Tuhan memanggil Petrus untuk mengikuti Dia; yang tadinya ia kira bisa ia lakukan, pada waktu Tuhan memberitahunya bahwa ia tidak bisa. Inilah yang diinginkan hatinya. ... apa yang tadinya ia kira bisa lakukan dan ternyata tidak bisa ia lakukan, akan ia lakukan sekarang - mengikuti Kristus ke penjara dan kematian).
d) Baik kehidupan kita, maupun kematian kita, harus ditujukan untuk kemuliaan Tuhan.
Bdk. Roma 14:7-9 - “(7) Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. (8) Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. (9) Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup”.
John Wesley: “It is not only by acting, but chiefly by suffering, that the saints glorify God” (= Bukan hanya dengan bertindak, tetapi terutama dengan menderita, orang-orang kudus memuliakan Allah).
Pulpit Commentary: “The consequences which flowed from the early martyrdom have been generally acknowledged. It is proverbial that ‘the blood of martyrs is the seed of the Church.’ Even persecutors have been touched by the exhibition of constancy, fortitude, and expectation of glory which they have witnessed on the part of sufferers” (= Konsekwensi yang mengalir dari kematian syahid pada abad-abad awal telah diakui secara umum. Merupakan suatu pepatah bahwa ‘darah dari para martir merupakan benih dari Gereja’. Bahkan para penganiaya telah tersentuh oleh pertunjukan dari keteguhan / kesetiaan, ketabahan, dan pengharapan kemuliaan yang telah mereka saksikan pada para penderita) - hal 520.
Pulpit Commentary: “God is the Giver of life; and death, according to the scriptural teaching, comes by sin. In life God is glorified. Yet, as Christianity transmutes dross into gold, it is credible that even death may tend to the Divine glory. ... The Christian, in order to glorify God in death, must first glorify him in life. ... The end crowns the work. He who lives well, dies well”(= Allah adalah sang Pemberi kehidupan; dan kematian, menurut ajaran Kitab Suci, datang karena dosa. Dalam kehidupan Allah dipermuliakan. Tetapi, karena kekristenan mengubah barang buangan menjadi emas, adalah dapat dipercaya bahwa bahkan kematian bisa membawa pada kemuliaan Ilahi. ... Orang kristen, untuk bisa memuliakan Allah dalam kematian, harus lebih dulu memuliakan Dia dalam kehidupan. ... Akhir(nya) memahkotai pekerjaan. Ia yang hidup dengan baik, mati dengan baik) - hal 520.
e) Dalam kehidupan kita, segala sesuatu harus kita lakukan untuk kemuliaan Allah, yang memang seharusnya merupakan tujuan yang sebenarnya dari kehidupan setiap orang.
Banyak orang menanyakan pertanyaan ini: apa gunanya aku dilahirkan di dalam dunia ini? Jawabnya: untuk memuliakan Allah. Jadi, kalau seseorang tidak hidup dengan tujuan ini, ia sedang salah jalan, dan hidup di dalam dosa.
1Korintus 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
Bdk. Zakharia 7:6 - “Dan ketika kamu makan dan ketika kamu minum, bukankah kamu makan dan minum untuk dirimu sendiri?”.
Bdk. Roma 14:15,20,21 - “(15) Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia. ... (20) Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan! Segala sesuatu adalah suci, tetapi celakalah orang, jika oleh makanannya orang lain tersandung! (21) Baiklah engkau jangan makan daging atau minum anggur, atau sesuatu yang menjadi batu sandungan untuk saudaramu”.
Kontext dari 1Korintus 10:31 adalah persoalan makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala, tetapi jelas bahwa ini juga berlaku untuk seadanya makan dan minum. Jadi, makan tanpa peduli orang lain, atau makan makanan yang merusak kesehatan diri sendiri, jelas merupakan sesuatu yang salah. Sebaliknya makan makanan yang menyehatkan diri kita, supaya dengan kesehatan itu kita bisa melayani Tuhan dengan lebih baik, merupakan sesuatu yang benar.
Ini bukan hanya berlaku untuk hal-hal remeh / sehari-hari seperti makan dan minum, tetapi juga berlaku untuk semua hal lain. Ini ditunjukkan oleh kata-kata ‘atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain’.
Calvin: “he teaches that there is no part of our life, and no action so minute, that it ought not to be directed to the glory of God, and that we must take care that, even in eating and drinking, we may aim at the advancement of it” (= ia mengajar bahwa tidak ada bagian dalam kehidupan kita, dan tidak ada tindakan yang sekecil apapun yang tidak harus diarahkan untuk kemuliaan Allah, dan bahwa kita harus berawas-awas bahwa, bahkan dalam makan dan minum, kita bisa mengarahkannya pada kemajuan dari kemuliaan Allah itu) - hal 347.
Keharusan melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Allah ini bisa dijadikan pedoman untuk menentukan boleh tidaknya kita melakukan hal-hal yang tidak diatur oleh Kitab Suci.
Adam Clarke: “whether he eats or drinks of this or the other kind of aliments, or whatever else he may do, he must do it so as to bring glory to God. This is a sufficient rule to regulate every man’s conscience and practice in all indifferent things, where there are no express commands or prohibitions” (= apakah ia makan atau minum dari makanan ini atau jenis yang lain, atau hal lain apapun yang ia lakukan, ia harus melakukannya sebagai membawa kemuliaan bagi Allah. Ini merupakan peraturan yang cukup untuk mengatur hati nurani setiap manusia dan mempraktekkannya dalam semua hal-hal yang biasa, dimana di sana tidak ada perintah atau larangan yang jelas / explicit).
Barnes’ Notes: “this rule is designed to be one of the chief directors of our lives. It is to guide all our conduct, and to constitute a ‘test’ by which to try our actions. Whatever can be done to advance the honor of God is right; whatever cannot be done with that end is wrong. Whatever plan a man can form that will have this end is a good plan; whatever cannot be made to have this tendency, and that cannot be commended, continued, and ended with a distinct and definite desire to promote His honor, is wrong, and should be immediately abandoned” (= peraturan ini direncanakan sebagai salah satu dari pengarah-pengarah utama dari kehidupan kita. Ini harus membimbing kita dalam semua tindak tanduk kita, dan merupakan suatu ‘ujian’ dengan mana kita menguji tindakan-tindakan kita. Apapun yang bisa dilakukan untuk memajukan kehormatan Allah adalah benar; apapun tidak bisa dilakukan dengan tujuan itu adalah salah. Rencana apapun yang bisa dibentuk seseorang yang mempunyai tujuan ini adalah rencana yang baik; apapun yang tidak bisa dibuat untuk mempunyai tujuan / arah ini, dan yang tidak bisa dianjurkan, dilanjutkan, dan diakhiri dengan keinginan yang jelas dan pasti untuk memajukan kehormatanNya, adalah salah, dan harus segera ditinggalkan).
Hal-hal yang memang dilarang atau diperintahkan oleh Kitab Suci, tidak perlu dipersoalkan lagi. Itu harus ditaati. Tetapi bagaimana dengan hal-hal tidak diatur oleh Kitab Suci?
Misalnya:
1. Bolehkah pacaran dengan si A? Maka tanyakan dan renungkan: kalau aku pacaran dengan si A, apakah semua ini akan membawa kemuliaan bagi Tuhan?
2. Aku harus kerja di A atau di B? Maka tanyakan / bandingkan: yang mana dari 2 pekerjaan ini yang memungkinkan aku belajar Firman Tuhan, melayani Tuhan, dsb? Adakah dari 2 pekerjaan ini yang mengharuskan aku berdosa, seperti bekerja pada hari Minggu, dsb?
Perlu diperhatikan bahwa dalam menilai apa yang bisa atau tidak bisa dilakukan untuk kemuliaan Allah, kita harus memikir secara mendalam, bukan hanya sepintas lalu.
Misalnya:
· kalau kita berpikir sepintas lalu, olah raga bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka olah raga itu menyehatkan, dan dengan kesehatan itu kita bisa lebih memuliakan Allah. Jadi dalam hal ini motivasi / alasan yang menyebabkan seseorang itu berolah raga, perlu diteliti.
· kalau kita berpikir sepintas lalu, istirahat / berlibur / piknik bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka semua hal-hal itu merelaxkan, dan alternatifnya (kalau seseorang tak pernah istirahat) menimbulkan stress, kelelahan, penyakit dsb, dan ini justru tidak memuliakan Allah atau merugikan bagi kemuliaan Allah.
BACA JUGA: PEMULIHAN SIMON PETRUS (YOHANES 21:15-23)
· kalau kita berpikir sepintas lalu, nonton TV atau bioskop bukanlah sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi perlu dipikirkan bahwa manusia membutuhkan hiburan / sesuatu yang merelaxkan, dan karena itu, selama tidak terlalu banyak, dan filmnya bukan film yang bersifat dosa, maka hal itu tidak bisa disalahkan.
· kalau kita berpikir sepintas lalu, pesta bukan merupakan sesuatu yang memuliakan Allah. Tetapi kalau kita menganalisa dengan lebih cermat, maka pesta itu bisa membangun persekutuan (tentu bukan seadanya pesta), dan itu bisa memuliakan Allah.
Tetapi coba pikirkan:
¨ kalau saudara membeli mobil baru padahal sudah mempunyai beberapa, hanya karena saudara mempunyai hobby mobil, apakah itu bisa memuliakan Allah? Atau memuliakan diri saudara sendiri?
¨ juga kalau saudara membeli perhiasan, pakaian mewah yang sangat mahal, setiap saat ganti handphone, pesta pora yang berlebihan, dan sebagainya. Pikirkan, apakah pemborosan seperti itu bisa dilakukan untuk kemuliaan Allah?
Satu hal lagi yang ingin saya tambahkan adalah: kalaupun saudara melakukan hal-hal yang secara lahiriah kelihatannya rohani dan baik, tetapi kalau motivasi / alasannya bukan untuk memuliakan Allah, maka saudara tetap berdosa. Misalnya melayani karena terpaksa, memberi persembahan karena mengharapkan berkat Tuhan, pergi ke gereja sekedar sebagai kebiasaan atau untuk cari teman / pacar, dan sebagainya.
4) “Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: ‘Ikutlah Aku.’”.
Kata ‘ikutlah’ merupakan present imperative (= kata perintah bentuk present), dan menunjukkan suatu perintah untuk terus menerus ikut Yesus. Pada masa yang lalu Petrus tidak terus menerus ikut Yesus (pada saat menyangkalNya 3 x), tetapi mulai sekarang ia harus terus menerus ikut Yesus.
YOHANES 21:15-19 (BOSKE, POIMAINE DAN ARNIA)
-AMIN-