LUKAS 7:18-23 (PENDERITAAN YOHANES PEMBAPTIS)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Bacaan: Lukas 7:18-23.
I) Penderitaan / pemenjaraan terhadap Yohanes Pembaptis.
Dalam bagian ini Lukas tidak menceritakan bahwa Yohanes Pembaptis sedang ada dalam penjara. Ia menganggap pembacanya harus tahu hal itu karena sudah ia ceritakan dalam Lukas 3:19-20 - “Akan tetapi setelah ia menegor raja wilayah Herodes karena peristiwa Herodias, isteri saudaranya, dan karena segala kejahatan lain yang dilakukannya, raja itu menambah kejahatannya dengan memasukkan Yohanes ke dalam penjara”.
William Barclay: “The career of John had ended in disaster. It was not John’s habit to soften the truth for any man; and he was incapable of seeing evil without rebuking it. He had spoken toofearlessly and too definitely for his own safety. ... Publicly and sternly John rebuked Herod. It was never safe to rebuke an eastern despot and Herod took his revenge; John was thrown into the dungeons of the fortress of Machaerus in the mountains near the Dead Sea” [= Karir Yohanes telah berakhir dalam bencana. Bukanlah merupakan kebiasaan Yohanes untuk melunakkan kebenaran untuk siapapun juga; dan ia tidak bisa melihat kejahatan tanpa menegurnya. Ia telah berbicara dengan terlalu berani dan terlalu tertentu (maksudnya menunjuk orang tertentu, yaitu Herodes) untuk keamanannya sendiri. ... Di depan umum dan dengan keras Yohanes menegur Herodes. Tidak pernah aman untuk menegur seorang raja Timur yang lalim dan Herodes membalas dendam; Yohanes dilemparkan ke dalam penjara dari benteng Machaerus di pengunungan di dekat Laut Mati] - ‘The Gospel of Matthew’, vol II, hal 1.
Catatan: apa yang tidak saya setujui dari kata-kata Barclay ini adalah kata ‘too’ (= terlalu), yang ia gunakan 2 x (bagian yang saya garis bawahi. Ini secara implicit menyalahkan Yohanes Pembaptis, seakan-akan ia kurang bijaksana. Pada waktu Petrus dan Yohanes masuk ke penjara (Kis 4-5), dan juga Paulus (Kis 16) apakah mereka juga terlalu berani, dan kurang bijaksana? Perlu dicamkan kata-kata Paulus dalam 2Timotius 4:2 - “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran”.
Dengan kata-kata ini saya tidak memaksudkan bahwa tidak pernah ada orang kristen yang bertindak secara extrim / ngawur dalam memberitakan Injil, khususnya di negara-negara yang ‘anti kristen’. Jelas ada orang-orang seperti itu. Tetapi menyalahkan Yohanes Pembaptis dan rasul-rasul merupakan sesuatu yang sangat salah. Perlu diingat bahwa dalam jaman dimana kompromi sudah membudaya, maka sikap yang lurus selalu dianggap sebagai sikap yang extrim, tidak bijaksana dan sebagainya.
Penerapan:
Saya yakin bahwa Yohanes Pembaptis melakukan peneguran terhadap Herodes itu sebagai ketaatannya kepada Tuhan, tetapi akibat ketaatan itu, sekarang ia menderita dalam penjara.
Kalau saudara dituntut untuk melakukan sesuatu yang mengandung resiko, apakah saudara tetap taat? Dalam Pemahaman Alkitab Rabu kemarin ini seorang jemaat memberitahu saya bahwa di Cikarang, Jawa Barat, gereja-gereja mendapat kiriman selebaran, yang mengancam akan menyerbu mereka jika pada hari Minggu ini mereka melakukan kebaktian. Kalau gereja kita mendapat selebaran seperti itu, saudara mau tetap berbakti atau tidak? Ingat pada Daniel, yang pada saat menghadapi larangan untuk meminta kepada siapapun kecuali kepada raja, dengan ancaman akan dilemparkan ke gua singa, tetap berdoa 3 x sehari, seperti yang biasa ia lakukan (Daniel 6:1-12).
Kalau saudara meniru Daniel, ingat bahwa belum tentu saudara bebas seperti Daniel!
2) Penderitaan Yohanes Pembaptis dalam penjara.
William Barclay: “For any man that would have been a terrible fate, but for John the Baptist it was worse than for most. He was a child of the desert; all his life he had lived in the wide open spaces, with the clean wind on his face and the spacious vault of the sky for his roof. And now he was confined within the four narrow walls of an underground dungeon. For a man like John, who had perhaps never lived in a house, this must have been agony” (= Untuk siapapun itu merupakan nasib yang mengerikan, tetapi untuk Yohanes Pembaptis itu lebih jelek dari pada untuk kebanyakan orang lain. Ia adalah anak padang pasir; dalam seluruh hidupnya ia hidup di tempat terbuka, dengan angin yang bersih menerpa wajahnya dan kolong langit sebagai atapnya. Dan sekarang ia dikurung / dibatasi di dalam empat tembok yang sempit dari penjara bawah tanah. Untuk orang seperti Yohanes, yang mungkin tidak pernah tinggal dalam sebuah rumah, ini pasti merupakan penderitaan yang berat) - ‘The Gospel of Matthew’, vol II, hal 1.
II) Keragu-raguan Yohanes Pembaptis.
1) Waktu Yohanes Pembaptis ada dalam penjara, kelihatannya para muridnya menjadi pendengar dari Yesus, dan para muridnya bisa membezoeknya dengan bebas, dan menyampaikan berita tentang apa yang Yesus lakukan di luar.
Pulpit Commentary: “In the course of John’s imprisonment, it is probable that very many of his disciples became hearers of Jesus” (= Selama pemenjaraan Yohanes, adalah mungkin bahwa sangat banyak dari murid-muridnya menjadi pendengar dari Yesus) - hal 172.
Pulpit Commentary: “it is clear that his friends and disciples had free access to his prison” (= adalah jelas bahwa teman-teman dan murid-muridnya mempunyai akses bebas kepada penjaranya) - hal 172.
2) Dari Lukas 7: 19-20 terlihat dengan jelas bahwa ada keragu-raguan tentang ke-Mesias-an Yesus. Tetapi siapa yang ragu-ragu?
a) Ada yang menganggap bahwa bukan Yohanes Pembaptis sendiri yang ragu-ragu, tetapi para muridnya. Dan ia mengirim murid-muridnya kepada Yesus dengan pertanyaan tersebut, supaya para murid itu mendapatkan jawaban dari Yesus sendiri, dan dikuatkan dalam iman mereka.
Calvin beranggapan bahwa Yohanes Pembaptis sendiri tidak ragu-ragu tentang Kristus. Tetapi ia meragukan kerohanian / iman dari murid-muridnya dan ia kuatir bahwa setelah ia mati, para muridnya akan murtad. Karena itu ia mengirim murid-muridnya kepada Kristus dengan pertanyaan tersebut, supaya mereka mendengar dari Kristus sendiri, dan dikuatkan dalam iman mereka.
Calvin: “Besides, the pastors of the Church are here reminded of their duty. They ought not to endeavour to bind and attach disciples to themselves, but to direct them to Christ, who is the only Teacher. From the beginning, John had openly avowed that he is not the bridegroom, (John 3:39.)” [= Disamping itu, di sini pendeta-pendeta dari Gereja diingatkan akan kewajiban mereka. Mereka tidak boleh berusaha untuk mengikat dan mengambil murid-murid bagi diri mereka sendiri, tetapi mengarahkannya kepada Kristus, yang adalah satu-satunya Guru. Dari semula, Yohanes telah mengakui secara terbuka bahwa ia bukanlah mempelai pria (Yoh 3:39)] - hal 8.
Catatan: Yohanes 3:39 pasti salah cetak, karena ayat itu tidak ada. Mungkin yang dimaksud oleh Calvin adalah Yohanes 3:29 dimana Yohanes Pembaptis berkata: “Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh”.
b) Ada yang berpendapat bahwa memang Yohanes Pembaptis sendiri yang ragu-ragu. Alasan / argumentasi yang diberikan adalah:
1. Dalam Lukas 7: 22, waktu Yesus menjawab, Ia memberikan jawabanNya kepada Yohanes Pembaptis, karena Ia berkata: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes ...’.
Calvin menjawab argumentasi ini dengan mengatakan bahwa Kristus melakukan itu, karena pertanyaannya juga datang seolah-olah dari Yohanes Pembaptis (Lukas 7: 20), maka jawabanNyapun diberikan kepada Yohanes Pembaptis.
2. Yohanes Pembaptis bukanlah orang yang tidak bisa jatuh ke dalam dosa.
Norval Geldenhuys (NICNT): “Because John was a fallible man, he could quite well entertain these questionings even after all the former clear signs and proofs of Jesus’ divine Messiahship that had been given to him by God” (= Karena Yohanes adalah manusia yang bisa salah, ia bisa saja mempunyai pertanyaan-pertanyaan ini bahkan setelah semua tanda-tanda dan bukti-bukti terdahulu yang jelas tentang ke-Mesias-an yang ilahi dari Yesus yang telah diberikan kepadanya oleh Allah) - hal 226.
3. Spurgeon (Encyclopedia, vol 13, hal 386) mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis adalah Elia dari jaman Kristen. Kalau Elia bisa takut dan minta mati (mengalami kejatuhan), mengapa Yohanes Pembaptis tidak bisa?
Saya sendiri condong bahwa yang ragu-ragu adalah Yohanes Pembaptis sendiri. Perhatikan bahwa Yohanes Pembaptis adalah:
· pendahulu Kristus / orang yang menyiapkan jalan bagi Kristus (Lukas 3:4-6).
· orang yang penuh dengan Roh Kudus sejak dari rahim ibunya (Lukas 1:15).
· seorang pemberita Firman Tuhan (Lukas 3:3-dst).
· orang yang membaptis Yesus sendiri, dan menyaksikan mujijat yang terjadi pada saat pembaptisan Yesus (Matius 3:16-17 Yohanes 1:32-34).
· orang yang rendah hati yang selalu mencari kemuliaan Tuhan (Yohanes 3:30).
· seorang nabi, bahkan lebih dari nabi (Lukas 7: 26).
· orang yang besar, lebih dari siapapun juga (Lukas 7: 28).
· orang yang dulunya yakin sekali tentang Yesus (Yohanes 1:15,29-36).
Tetapi orang yang begitu hebat sekalipun, juga bisa ragu-ragu! Ini menunjukkan bahwa:
a. Kita semua harus sadar bahwa kita ini lemah! (1Korintus 10:12).
b. Semua hamba Tuhan adalah manusia biasa yang lemah dan karena itu harus didukung dengan doa oleh jemaatnya!
Bahwa Yohanes Pembaptis, yang adalah seorang nabi dan bahkan pendahulu dari Kristus, bisa menjadi ragu-ragu tentang ke-Mesias-an Yesus, mirip dengan apa yang terjadi dengan Ayub, seperti yang dituduhkan oleh Elifas kepadanya, dalam Ayub 4:3-5 - “Sesungguhnya, engkau telah mengajar banyak orang, dan tangan yang lemah telah engkau kuatkan; orang yang jatuh telah dibangunkan oleh kata-katamu, dan lutut yang lemas telah kaukokohkan; tetapi sekarang, dirimu yang tertimpa, dan engkau kesal, dirimu terkena, dan engkau terkejut”.
3) Mengapa Yohanes Pembaptis menjadi ragu-ragu tentang ke-Mesias-an Kristus?
a) Ia dipenjara oleh Herodes.
Penderitaan fisik bisa mempengaruhi kerohanian / iman kita (bandingkan dengan Elia dalam 1Raja 19).
Karena itu kalau saudara menderita secara fisik, hati-hatilah dengan kerohanian saudara. Dan pada saat saudara melihat orang sakit, berdoalah bukan hanya untuk penyakit jasmaninya saja, tetapi juga untuk kerohaniannya.
b) Ia tidak mengalami pertolongan dari Kristus. Mungkin ia sudah berbulan-bulan dalam penjara dan berdoa, tetapi tak ada pertolongan. Problem yang berlarut-larut memang sering melemahkan iman kita. Karena itu ingatlah orang yang mengalami hal seperti itu dan doakan mereka.
Dari para muridnya Yohanes Pembaptis mendapatkan informasi tentang mujijat-mujijat yang dilakukan oleh Yesus. Dan Hendriksen berkata (hal 392-393) bahwa Yohanes Pembaptis mungkin berpikir: ‘Kalau Ia memang begitu berkuasa, mengapa Ia tidak bertindak apa-apa terhadap pemenjaraanku?’.
Knox Chamblin: “John is troubled not so much by what Jesus is doing as by what he is not doing. If Jesus is the figure of John’s expectation, where are the judgment and the wrath that John had predicted (3:7-12)? If Jesus is the mighty Messiah, why is his forerunner allowed to languish in prison at the hands of a wicked monarch?” [= Yohanes terganggu bukanlah oleh apa yang Yesus lakukan, tetapi oleh apa yang Yesus tidak lakukan. Jika Yesus adalah gambar dari pengharapan Yohanes, dimana penghakiman dan murka yang diramalkan oleh Yohanes (3:7-12)? Jika Yesus adalah Mesias yang kuat / perkasa, mengapa orang yang mendahuluiNya diijinkan untuk merana dalam penjara pada tangan dari seorang raja yang jahat?] - ‘A Commentary on the Gospel according to Matthew’, hal 80.
Catatan: yang dimaksud dengan 3:7-12 adalah Matius 3:7-12.
c) Pengertian yang kurang tentang Kristus.
Yohanes mengatakan / menubuatkan bahwa Yesus akan menghukum, membaptis dengan Roh Kudus dan api (Mat 3:7,10-12 Lukas 3:7,9,17), tetapi sekarang ia melihat Yesus terus bersikap kasih dan lemah lembut, tak pernah menghukum. Ini membingungkan dia!
Pulpit Commentary: “He had preached that Jesus was coming to judgment. ... And in the spirit of the Old Testament, which was largely a dispensation of judgment, John looked for Messiah to be mainly a Messiah of judgment. ... John’s difficulty is what we all experience when we imagine that a more impressive and decisive method of advancing God’s cause might be adopted. Human nature has great faith in blows!” (= Ia telah memberitakan bahwa Yesus sedang datang untuk melakukan penghakiman. ... Dan dalam roh dari Perjanjian Lama, yang pada umumnya merupakan jaman penghakiman, Yohanes melihat Mesias secara umum sebagai Mesias dari penghakiman. ... Kesukaran Yohanes adalah apa yang kita semua alami pada waktu kita membayangkan bahwa metode yang lebih mengesankan dan menentukan untuk memajukan perkara Allah bisa diambil. Manusia mempunyai iman yang besar pada pukulan / angin ribut!) - hal 197.
William Barclay: “It may well be that John was impatient with Jesus because he was not what he expected him to be. The man who waits for savage wrath will always be disappointed in Jesus, but the man who looks for love will never find his hope defeated” (= Mungkin sekali bahwa Yohanes tidak sabar dengan Yesus karena Ia tidaklah seperti apa yang ia harapkan. Orang yang menunggu untuk kemarahan yang ganas akan selalu kecewa dengan Yesus, tetapi orang yang mencari kasih tidak akan pernah mendapati bahwa pengharapannya dikalahkan) - ‘The Gospel of Matthew’, vol II, hal 3.
Contoh: pada saat saudara gegeran dengan seseorang, saudara mungkin ingin pihak ‘musuh’ dihukum oleh Tuhan. Sekalipun hal seperti itu bisa terjadi (seperti tempo hari orang yang memfitnah saya, mati), tetapi dalam jaman kasih karunia ini biasanya bukan itu cara dari Tuhan. Ini menyebabkan kita menjadi tidak sabar.
Yohanes Pembaptis tidak mengerti kalau Yesus akan menghukum, bukan pada kedatangan yang pertama tetapi pada kedatangan yang kedua. Dari sini jelas terlihat bahwa kuatnya iman sangat dipengaruhi oleh pengertian yang benar tentang Firman Tuhan! Karena itu kita harus selalu belajar Firman Tuhan dengan tekun! Sudahkah saudara melakukan hal itu?
4) Cara Yohanes Pembaptis menangani keragu-raguannya tentang Kristus.
Keragu-raguannya adalah keragu-raguan tentang Kristus, dan ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk dibereskan! Apa yang ia lakukan untuk membereskannya?
a) Bukan ditekan atau disimpan dalam hati, tetapi diakui!
Seringkali seseorang malu untuk mengakui bahwa ia mempunyai suatu keragu-raguan! Bahkan malu kepada dirinya sendiri sehingga pada saat keragu-raguan itu timbul, ia mengalihkan pikirannya pada hal-hal lain. Ini justru sikap yang salah! Kalau hal yang salah itu tidak diakui keberadaannya, maka hal itu tidak akan pernah bisa dibereskan!
b) Yohanes Pembaptis menyampaikan keragu-raguannya kepada Yesus! Ia mencari jawabannya dari Yesus sendiri ! (Lukas 7: 20).
William Hendriksen: “John made a very wise decision when, instead of keeping his difficulty regarding Jesus to himself, or talking it over with others but not with the right person, he took it to Jesus” (= Yohanes melakukan keputusan yang sangat bijaksana pada waktu ia bukannya menyimpan problem berkenaan dengan Yesus bagi dirinya sendiri, atau membicarakannya dengan orang-orang lain tetapi bukan dengan orang yang tepat, tetapi ia membawanya kepada Yesus) - hal 393.
Ini tidak berarti bahwa saudara tidak boleh menyampaikan keragu-raguan itu kepada seorang hamba Tuhan. Hamba Tuhan memang bisa dipakai oleh Tuhan untuk menolong saudara dari keragu-raguan itu, tetapi bagaimanapun, harapan saudara haruslah diletakkan pada Tuhan dan bukan pada hamba Tuhan!
Apakah saudara juga mempunyai keragu-raguan? Tentang Kitab Suci sebagai Firman Tuhan? Tentang keilahian Yesus? Tentang keselamatan saudara? Tentang pengampunan? Tentang kepastian masuk surga? Tentang Yesus sebagai satu-satunya jalan ke Surga? Jangan biarkan semua itu! Bereskanlah secepat mungkin!
III) Jawaban dari Yesus (Lukas 7: 22-23).
1) Lukas 7: 22: “Dan Yesus menjawab mereka: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik”.
Jawaban Yesus dalam ay 22 ini seakan-akan tidak ada hubungannya dengan pertanyaannya. Tetapi sebetulnya bukannya tidak berhubungan! Yohanes Pembaptis sebagai orang Yahudi pasti tahu tentang Perjanjian Lama, apalagi tentang bagian-bagian yang berisi nubuat tentang Mesias seperti:
· Yesaya 29:18 - “Pada waktu itu orang-orang tuli akan mendengar perkataan-perkataan sebuah kitab, dan lepas dari kekelaman dan kegelapan mata orang-orang buta akan melihat”.
· Yesaya 35:5-6 - “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara”.
· Yesaya 61:1-2 - “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung”.
Tentang text-text tersebut di atas Calvin berkata:
“The former passage contains a description of Christ’s reign, under which God promises that he will be so kind and gracious as to grant relief and assistance for every kind of disease. He speaks, no doubt, of spiritual deliverance from all diseases and remedies; but under outward symbols, as has been already mentioned, Christ shows that he came as a spiritual physician to cure souls” (= Text-text tadi mencakup penggambaran tentang pemerintahan Kristus, di bawah mana Allah menjanjikan bahwa Ia akan begitu baik dan penuh kasih karunia sehingga memberikan pembebasan / kelegaan dan pertolongan untuk setiap jenis penyakit. Tidak diragukan bahwa Ia berbicara tentang pembebasan rohani dari semua penyakit dan obat; tetapi di bawah simbol-simbol lahiriah, seperti telah disebutkan, Kristus menunjukkan bahwa Ia datang sebagai seorang Dokter rohani untuk menyembuhkan jiwa) - hal 9.
Dalam Yes 61 tersebut dikatakan bahwa Kristus diutus untuk menyampaikan Injil kepada orang-orang miskin dan sengsara / menderita. Bdk. ay 22b: “kepada orang miskin diberitakan kabar baik”. Karena itu:
¨ Jangan hanya mau memberitakan Injil kepada orang-orang kaya!
¨ Calvin mengatakan (hal 9) bahwa ini dimaksudkan untuk mengajar para pengikutNya kerendahan hati, dan juga supaya kita tidak memandang rendah orang yang miskin / menderita.
Calvin: “Hence it follows, that it is no new occurrence, or one that ought to disturb our minds, if the Gospel is despised by all the great, who, puffed up with their wealth, have no room to spare for the grace of God. Nay, if it is rejected by the greater part of men, there is no reason to wonder; for there is scarcely one person in a hundred who does not swell with wicked confidence” (= Karena itu, sebagai akibatnya, bukanlah merupakan kejadian baru, atau merupakan sesuatu yang harus mengganggu pikiran kita, jika Injil dihina oleh semua orang gede, yang sombong dengan kekayaan mereka, tidak mempunyai tempat untuk kasih karunia dari Allah. Tidak, jika injil itu ditolak oleh sebagian besar manusia, tidak ada alasan untuk bertanya-tanya; karena tidak ada 1 dari 100 orang yang tidak membengkak / sombong dengan keyakinan yang jahat) - hal 10.
Barnes’ Notes: “Jesus referred them for an answer to these miracles. They were proof that he was the Messiah. Prophets had indeed wrought miracles, but no prophet had wrought so many, or any so important. Jesus, moreover, wrought them in his own name, and by his own power. Prophets had done it by the power of God. Jesus, therefore, performed the works which none but the Messiah could do; and John might easily infer that he was the Christ” (= Yesus mengarahkan mereka untuk suatu jawaban kepada mujijat-mujijat ini. Mujijat-mujijat itu adalah bukti bahwa Ia adalah Mesias. Nabi-nabi memang telah melakukan mujijat-mujijat, tetapi tidak ada nabi yang melakukan begitu banyak mujijat, atau yang melakukan mujijat yang begitu penting. Selanjutnya, Yesus mengerjakan mujijat-mujijat itu dalam namaNya sendiri, dan oleh kuasaNya sendiri. Nabi-nabi telah melakukannya dengan kuasa Allah. Karena itu, Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain kecuali oleh Mesias; dan Yohanes bisa dengan mudah menyimpulkan bahwa Ia adalah Kristus) - hal 52.
Bahwa Yesus melakukan mujijat-mujijat yang Ia katakan dalam Lukas 7: 22 itu, membuktikan bahwa Ia cocok dengan gambaran tentang Mesias dalam Perjanjian Lama, dan karena itu Ia betul-betul adalah Mesias. Dalam Lukas (Lukas 7:20-21), cerita ini terjadi pada saat Yesus melakukan mujijat-mujijat kesembuhan dan juga dalam Lukas, cerita ini (Lukas 7:18 dst) didahului dengan peristiwa dimana Yesus membangkitkan orang mati (Lukas 7:11-17), dan bahkan persis sebelum Lukas menceritakan jawaban Yesus, ia menceritakan bahwa Yesus melakukan banyak mujijat penyembuhan. Lukas 7: 21: “Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta”.
Pulpit Commentary: “We thus learn that the best defence of a suspected work is the patient performance of it. It will vindicate itself in due season, if it be good and genuine” (= Jadi kita belajar bahwa pertahanan yang terbaik untuk suatu pekerjaan yang dicurigai adalah pelaksanaan dengan sabar terhadap pekerjaan itu. Itu akan mempertahankan dirinya sendiri pada waktunya, jika pekerjaan itu baik dan asli) - hal 197.
William Barclay: “this is not the answer John expected. If Jesus was God’s anointed one, John would have expected him to say, ‘My armies are massing. Caesarea, the headquarters of the Roman government, is about to fall. The sinners are being obliterated. And judgment has begun.’ He would have expected Jesus to say, ‘The wrath of God is on the march.’ but Jesus said, ‘The mercy of God is here.’” (= ini bukanlah jawaban yang diharapkan oleh Yohanes. Jika Yesus adalah orang yang diurapi oleh Allah, Yohanes mengharapkan Ia untuk berkata: ‘PasukanKu banyak sekali. Kaisarea, markas besar dari pemerintahan Romawi, hampir jatuh. Orang-orang berdosa dihapuskan. Dan penghakiman telah dimulai’. Ia berharap Yesus berkata: ‘Murka Allah sedang mendatang’. tetapi Yesus berkata: ‘Belas kasihan Allah ada di sini’.) - ‘The Gospel of Luke’, hal 89-90.
2) Lukas 7: 23: “Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.’”.
Dalam Kitab Suci Indonesia digunakan 2 kata, yaitu ‘kecewa’ dan ‘menolak’. Tetapi sebetulnya hanya ada satu kata saja.
KJV: “shall not be offended in me.’” (= tidak sakit hati / tersinggung dalam Aku).
NIV: “does not fall away on account of me.’” (= tidak meninggalkan karena Aku).
NASB: “keeps from stumbling over Me.’” (= tidak tersandung olehKu).
otomotif, tutorial, gadget |
Barnes’ Notes: “The word ‘offence’ means a ‘stumbling-block’. ... This verse might be rendered, ‘Happy is he to whom I shall not prove a stumbling-block!’ That is, happy is he who shall not take offence at my poverty and lowliness of life, so as to reject me and my doctrine” (= Kata ‘sakit hati / tersinggung’ berarti suatu ‘batu sandungan’. ... Ayat ini bisa diterjemahkan ‘Berbahagialah ia bagi siapa Aku tidak terbukti sebagai batu sandungan!’ Yaitu, berbahagialah ia yang tidak tersinggung / tersandung karena kemiskinanKu dan kerendahan hidupKu, sehingga menolak Aku dan ajaranKu) - hal 52.
William Barclay: “This was spoken to John; and it was spoken because John had only grasped half the truth. John preached the gospel of divine holiness with divine destruction; Jesus preached the gospel of divine holiness with divine love. So Jesus says to John, ‘Maybe I am not doing the things you expected me to do. But the powers of evil are being defeated not by irresistible power, but by unshaken love.’ Sometimes a man can be offended at Jesus because Jesus cut across his ideas of what religion should be” (= Ini dikatakan kepada Yohanes; dan itu dikatakan karena Yohanes hanya mengerti setengah dari kebenaran. Yohanes memberitakan injil dari kekudusan ilahi dengan penghancuran ilahi; Yesus memberitakan injil dari kekudusan ilahi dengan kasih ilahi. Jadi Yesus berkata kepada Yohanes: ‘Mungkin Aku tidak sedang melakukan hal-hal yang engkau harapkan untuk Aku lakukan. Tetapi kuasa-kuasa kejahatan sedang dikalahkan, bukan oleh kuasa yang tidak bisa ditahan, tetapi oleh kasih yang tidak tergoyahkan’. Kadang-kadang seseorang bisa tersandung / tersinggung pada Yesus, karena Yesus mengabaikan gagasannya tentang bagaimana agama itu seharusnya) - ‘The Gospel of Matthew’, vol II, hal 4.
Calvin: “he who would adhere firmly and stedfastly to the faith of the Gospel must encounter offences, which will tend to interrupt the progress of faith. ... The first lesson, therefore, to be learned is, that we must contend with offences, if we would continue in the faith of Christ; for Christ himself is justly denominated ‘a rock of offence and stone of stumbling, by which many fall’ (1Petrus 2:8.)” [= ia yang mau berpegang dengan teguh dan setia kepada iman dari Injil harus menemui / menghadapi batu sandungan / hal-hal yang menyinggung / menyakitkan hati, yang cenderung untuk mengganggu kemajuan iman. ... Karena itu, pelajaran pertama yang harus dipelajari adalah bahwa kita harus puas dengan batu sandungan / hal-hal yang menyinggung / menyakitkan hati, jika kita ingin melanjutkan dalam iman dari Kristus; karena Kristus sendiri secara benar dinamakan / disebut ‘batu sentuhan dan batu sandungan, oleh mana banyak orang jatuh’ (1Pet 2:7b-8)] - hal 10.
1Petrus 2:7-8 - “Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: ‘Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.’ (8) Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan”.
Bagi Yohanes Pembaptis ay 23 ini merupakan teguran halus, sedangkan bagi kita Lukas 7: 23 ini menunjukkan bahwa kalau kita ikut Yesus pasti akan mengalami banyak hal yang mengecewakan kita (secara daging). Misalnya:
· tidak ditolong dari problem.
· tidak dijawab doanya.
· dikecewakan oleh manusia (pendeta, penginjil, majelis, teman pelayanan, jemaat lain).
· adanya penganiayaan, dan Tuhan kelihatannya diam saja.
Tetapi semua ini tidak boleh menyebabkan kita berhenti atau kendur dalam mengikut Yesus.
3) Dari jawaban Yesus kepada Yohanes Pembaptis ini terlihat bahwa sekalipun sistim yang digunakan oleh Yesus dalam pelayanannya menimbulkan kebingungan dan ketidak-puasan dalam diri Yohanes Pembaptis, tetapi Yesus hanya menjelaskannya kepada Yohanes Pembaptis tetapi tidak mengubah sistim yang Ia gunakan.
Norval Geldenhuys (NICNT): “When John the Baptist became dissatisfied with the Saviour’s method of work, Jesus did not change His method but continued in the same way and, in addition, expressly informed John that this and this alone was His method of work. What a lesson for the church of Christ when the Biblical methods of living and working are criticised, not to agree to compromises but to continue faithfully with the work as His Word ordains and to give the critics to understand that this and this alone is the method according to which she intends to work” (= Pada waktu Yohanes Pembaptis menjadi tidak puas dengan metode kerja dari sang Juruselamat, Yesus tidak mengubah metodeNya tetapi meneruskan dengan cara yang sama dan sebagai tambahan, secara jelas / explicit memberi informasi kepada Yohanes bahwa ini, dan hanya ini, adalah metode kerjaNya. Ini merupakan suatu pelajaran untuk gereja Kristus pada waktu metode-metode yang Alkitabiah tentang kehidupan dan pekerjaan dikritik, untuk tidak menyetujui kompromi-kompromi tetapi meneruskan dengan setia pekerjaan seperti yang ditetapkan oleh FirmanNya dan menjelaskan kepada para pengkritik bahwa ini, dan hanya ini, merupakan metode menurut apa ia mau bekerja) - hal 229.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-