MATIUS 18:18-35 (HAMBA YANG BERHUTANG 10.000 TALENTA)

Pdt.Budi Asali,M.Div.
Matius 18:18-20.

Matius 18: 18:

1) Kata-kata dalam Matius 18: 18 ini sudah pernah diucapkan oleh Yesus dalam Matius 16:19, tetapi pada saat itu, kata-kata itu ditujukan kepada Petrus sebagai wakil dari semua murid, dan karena itu kata ‘mu / kau’ (you) yang digunakan ada dalam bentuk tung­gal (dalam bahasa Yunaninya). Sedangkan dalam Matius 18: 18 ini, kata-kata ini ditujukan kepada semua murid dan karena itu kata ‘kamu’ (you) yang digunakan ada dalam bentuk jamak. Ayat ini memastikan bahwa kata-kata dalam Matius 16:19 itu tidak berlaku hanya untuk Petrus sehingga juga menegaskan bahwa Petrus bukanlah penguasa tertinggi dari gereja.
MATIUS 18:18-35 (HAMBA YANG BERHUTANG 10.000 TALENTA)
keuangan, bisnis, wisata
2) Arti Matius 18: 18 ini:

Dalam tradisi Yahudi, ‘mengikat’ diartikan melarang, dan ‘melepaskan’ diartikan mengijinkan. Jadi, ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan akan bersikap / bertindak sejalan dengan keputusan gereja untuk mengucil­kan atau menerima kembali seseorang yang tadinya dikucilkan. Karena itu, kita tidak boleh menganggap enteng pengucilan dari gereja!

3) Tentu saja Matius 18: 18 ini ada syaratnya, yaitu bahwa gereja memang ada di pihak yang benar dan orang yang dikucilkan itu memang salah dan layak disiasat / dikucilkan (Matius 18: 15 - orang itu berbuat dosa!). Kalau ternyata yang salah adalah gerejanya dan orang yang dikucilkan itu justru yang benar, maka jelas Matius 18: 18 ini tidak berlaku!

Contoh: Martin Luther dikucilkan tetapi ia yang benar! Tentu saja Tuhan tidak mendukung pengucilan yang seperti itu.

Matius 18: 19-20:

1) Ada 2 pandangan tentang ayat-ayat ini:

a) Ada yang berpendapat bahwa Matius 18: 19-20 harus dihubungkan dengan Matius 18: 18. Jadi, Matius 18: 19-20 ditambahkan di sini untuk menunjukkan bahwa Matius 18: 18 baru berlaku kalau ada ‘doa’ (Matius 18: 19) dan ‘pertemuan dalam nama Yesus’ (Matius 18: 20). Dengan demikian, Matius 18: 19-20 tidak berlaku umum / dalam segala keadaan.

b) Tetapi, ada pandangan lain yang berkata bahwa Matius 18: 19-20 boleh dikatakan terpisah dari Matius 18: Matius 18:18 sehingga Matius 18: 19-20 adalah ayat yang berlaku umum.

2) Matius 18: 19 punya persamaan dengan Matius 18: 18 yaitu ada keserasian antara apa yang dilakukan oleh gereja di dunia dan apa yang dilakukan oleh Allah di surga.

Tentu ini hanya berlaku kalau gerejanya adalah gereja yang benar!

3) Matius 18: 19: ‘apapun juga’ akan dikabulkan!

Ini harus ditafsirkan dengan memperhatikan:

a) Ayat-ayat seperti Mat 7:11 1Yohanes 5:14.

Matius 7:11 - “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya”.

1Yohanes 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya”.

Jadi jelas bahwa kalau permintaan kita tidak baik (dalam pandangan Tuhan) atau tidak sesuai dengan kehendak / Rencana Tuhan, maka Tuhan tidak akan mengabulkannya.

b) Kontex (Matius 18: 15-18).

Doa ini berhubungan dengan disiplin gerejani. Jadi ini adalah doa untuk meminta hikmat / pimpinan dari Tuhan dalam melaksanakan disiplin gerejani.

Catatan: Ini kalau saudara mengambil pandangan pertama dari 2 pandangan pada no 1 di atas.

4) Matius 18: 19: ‘sepakat’.

Sesuatu yang sangat penting dalam persekutuan doa, adalah kese­pakatan atau kesatuan hati / pikiran.

5) Bandingkan Matius 18: 19-20 dengan Matius 18: 10,12-14.

Kalau satu orang saja dihargai (Matius 18: 10,12-14), maka pasti dua atau tiga orang juga dihargai oleh Tuhan.

Yang penting bukanlah banyaknya orang dalam gereja, tetapi apakah orang-orang itu betul-betul berkumpul dalam nama Yesus atau tidak. Berkumpul dalam nama Yesus tidak berarti bahwa persekutuan itu dibukan dengan doa / ucapan dalam nama Yesus, tetapi artinya adalah bahwa mereka mempunyai hubungan pribadi dengan Yesus dan mereka percaya akan jasa penebusan Kristus untuk diri mereka. Dengan kata lain, mereka adalah orang kristen yang sejati.

Kalau saudara adalah orang yang selalu menyoroti jumlah orang yang hadir dalam persekutuan / kebaktian, maka perhatikan kata-kata penafsir di bawah ini:

· “Jesus is just as much present in the little congregation as in the great mass meeting” (= Yesus sama hadirnya dalam jemaat yang kecil seperti dalam pertemuan masa yang besar).

· “Jesus is not the slave of numbers” (= Yesus bukanlah budak dari jumlah).

Karena itu kalau kita berbakti / mengadakan persekutuan doa hanya dengan sedikit orang, selama kebaktian / perseku­tuan doa itu dilakukan ‘dalam nama Yesus’, maka kita tidak boleh merasa malas, kecil hati, dsb! Tetapi kita juga tidak boleh sengaja tidak hadir dengan pemikiran bahwa yang hadir sedikit atau banyak toh sama saja!

Matius 18:21-35

Matius 18: 21-22:

1) Matius 18: 21 diucapkan Petrus sebagai reaksi atas ajaran Yesus pada Matius 18: 15 yang secara implicit menunjukkan bahwa kalau orang itu bertobat, kita harus mau mengampuni dia.

Pada saat itu para rabi Yahudi, berdasarkan penafsiran yang salah dari ayat-ayat seperti Amos 1:3 2:1,4,6 dsb, mengajarkan bahwa mereka hanya perlu mengampuni sampai 3 x saja, dan kesalahan ke 4 tidak perlu diampuni.

Jadi, kelihatannya, 7 x sudah banyak. Tetapi bagi Yesus itu masih kurang banyak. Yesus menghendaki 70 x 7 x. Ini tentu tidak boleh diartikan secara hurufiah (490 x). Artinya adalah: kita harus mau mengampuni terus-menerus.

2) Bandingkan Matius 18: 21-22 dengan Lukas 17:4.

Tidak jelas apakah 2 bagian ini paralel atau tidak! Ada 2 hal yang penting untuk diperhatikan:

a) Dalam Matius 18: 21 bilangan 7 mempunyai arti hurufiah.

Dalam Matius 18: 22 bilangan 70 x 7 tidak boleh diartikan secara hurufiah.

Dalam Luk 17:4 bilangan 7 tidak boleh diartikan secara hurufiah.

Dengan penafsiran seperti ini, maka Lukas 17:4 tidak bertentangan dengan Matius 18: 21-22.

b) Perhatikan juga bahwa:

Luk 17:4 memberi kata-kata ‘dalam sehari’.

Disamping itu, Lukas 17:4 menunjukkan bahwa kita harus mengampuni sebanyak orang itu minta ampun! Bagaimana kalau orangnya tidak minta ampun? Saya berpendapat: tetap harus mengampuni, tetapi tidak perlu menyatakan hal itu kepada orang itu.

Matius 18: 23-35:

1) Penjelasan tentang perumpamaan ini:

a) Hamba pertama berhutang 10.000 talenta.

Ini adalah jumlah yang sangat besar (kira-kira 10-15 juta US dolar!). Ia tidak mungkin bisa membayar jumlah itu (Catatan: ia mengucapkan Matius 18: 26 bukan karena ia yakin bisa membayar, tetapi hanya karena ia takut).

Perlu diketahui bahwa 1 talenta sama dengan 6.000 dinar, sedangkan 1 dinar adalah upah seorang buruh kasar dalam 1 hari (Matius 20:2,13). Jadi, seorang buruh kasar membutuhkan waktu 1000 minggu (hampir 20 tahun) untuk mendapatkan 1 talenta. Untuk mendapatkan 10.000 talenta, ia membutuhkan waktu 200.000 tahun!

Penerapan:

Inilah gambaran dosa kita terhadap Tuhan. Sangat banyak, dan kita tidak mungkin bisa membayar! Tetapi Yesus sudah membayar hutang dosa itu. Karena itu percayalah dan terimalah Dia sebagai Juruselamat saudara!

b) Matius 18: 25b: ia dan keluarganya dan miliknya harus dijual.

Pada saat itu hal itu memang biasa dilakukan (bdk. Keluaran 22:3 Imamat 25:39,47 2Raja-raja 4:1). Jadi, kalau raja itu mau bertin­dak adil, itulah yang akan terjadi.

Ini sengaja diucapkan oleh raja, supaya orang itu tahu apa yang seharusnya ia dapatkan, sehingga nanti kalau hu­tangnya dihapuskan, ia akan makin merasakan besarnya kasih / anugerah raja itu.

c) Matius 18: 27: raja menghapuskan hutang itu.

Ternyata raja itu mau bertindak dengan kasih, sehingga hutang itu dihapuskan. Coba bayangkan, apa yang dirasakan oleh hamba itu? Apakah itu juga saudara rasakan pada waktu dosa saudara dihapuskan?

d) Matius 18: 28: hamba kedua berhutang 100 dinar kepada hamba pertama.

Perbandingan kedua hutang dari ke dua hamba itu:

· Kalau 100 dinar ditukar dengan mata uang 6 penny, maka seluruhnya bisa dimasukkan ke dalam saku.

· Kalau 10.000 talenta ditukar dengan mata uang 6 penny, maka dibutuhkan 8.600 orang, dimana masing-masing mengangkat 1 karung yang beratnya 27 kg, untuk mengangkut semua uang itu. Kalau mereka berbaris dengan jarak 1 meter antara tiap orang, maka mereka akan membentuk barisan sepanjang 8,6 km!

Inilah perbandingan antara dosa / kesalahan orang lain kepada kita dan dosa kita kepada Allah!

e) Sikap hamba pertama kepada hamba ke kedua.

Ia menangkap dan mencekik hamba kedua itu, baru menyuruh orang itu membayar (Matius 18: 28). Sekalipun sikap / kata-kata dari hamba kedua itu (Matius 18: 29) sama persis dengan sikap / kata-kata hamba pertama ketika raja menagih hutangnya (Matius 18: 26), sehingga seharusnya mengingatkannya bahwa ia baru saja mengalami nasib seperti itu, tetapi ternyata hal itu tidak membuatnya berbelas kasihan kepada hamba kedua. Ia bahkan melakukan Matius 18: 30, yaitu memasukkan hamba kedua itu ke dalam penjara.

Penerapan:

Setiap kali saudara tidak mau mengampuni orang lain, saudara melakukan apa yang dilakukan oleh hamba pertama itu!

f) Pada saat raja tahu hal itu, hutang hamba pertama diberlakukan kembali (Matius 18: 32-34).

Ini tidak boleh diartikan bahwa:

· Tuhan memang suka mengungkit dosa yang sudah Dia ampuni.

· Keselamatan bisa hilang.

Karena penafsiran seperti itu bertentangan dengan seluruh Kitab Suci!

Arti yang benar: Sekalipun Tuhan murah hati, tetapi kalau kita tidak mau mengampuni orang lain, kita tidak diampuni oleh Tuhan.

Kesimpulan dari perumpamaan ini:

· dosa kita sangat besar, kita tidak bisa membayarnya.

· Tuhan sudah mengampuni dosa kita.

· dosa orang lain kepada kita relatif kecil.

· kita harus mau mengampuni orang lain.

· kalau kita tidak mau ampuni, kita tidak diampuni!

2) Dari Matius 18: 21-22,35, jelaslah bahwa penekanan utama dari perumpamaan ini adalah: kita harus mau mengampuni orang lain.

Semua detail-detail yang tidak berhubungan dengan penekanan utama ini, tidak perlu dibahas dan tidak perlu diperdulikan. Kalau tetap mau dibahas, bisa menimbulkan ajaran-ajaran yang salah, seperti:

· dari Matius 18: 31 ditafsirkan bahwa Allah tidak mahatahu, sehingga perlu diberi informasi.

· Matius 18: 31 berbicara tentang ‘kawan-kawan’. Orang-orang ini tidak punya hutang. Siapa mereka? Malaikat? Orang suci?

· dari Matius 18: 27,32-34 ditafsirkan bahwa keselamatan bisa hilang.

Semua ini jelas bukan tujuan dari perumpamaan ini!

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post