MATIUS 22:23-40 (PERTANYAAN ORANG SADUKI TENTANG KEBANGKITAN)

Pdt.Budi Asali, M.Div.

Matius 22:23-33:

1) Orang Saduki (Matius 22: 23):

Ini adalah suatu golongan yang kecil, tetapi kaya dan berpengaruh. Kebanyakan imam-imam, bahkan imam besar dan anggota-anggota mahkamah agama / Sanhedariin, adalah orang Saduki (bdk. Kisah Para Rasul 5:17). Berbeda dengan orang Farisi, orang Saduki mau bekerja sama dengan orang Roma.
MATIUS 22:23-40 (PERTANYAAN ORANG SADUKI TENTANG KEBANGKITAN)
otomotif, keuangan, gadget
Perbedaan kepercayaan mereka dengan kepercayaan orang Farisi:
mereka menolak semua tradisi dari orang Farisi.
mereka tidak percaya takdir / predestinasi.
hanya 5 kitab Musa (Kejadian - Ulangan) yang mereka anggap sebagai Firman Tuhan, sedangkan kitab nabi-nabi tidak. Tetapi tidak semua penafsir sependapat dengan hal ini. Ada yang beranggapan bahwa orang Saduki tetap menerima kitab nabi-nabi sebagai Firman Tuhan, tetapi mereka lebih menekankan 5 kitab Musa.
mereka tidak percaya adanya malaikat, roh, dan kebangkitan orang mati (Matius 22: 23 bdk. Kis 23:6-8).

2) Pertanyaan orang Saduki (Matius 22: 24-28).

a) Pertanyaan / cerita mereka ini didasarkan pada Ulangan 25:5.

Dalam Kitab Suci ada 2 cerita yang berhubungan dengan Ul 25:5, yaitu:

· Kejadian 38:8-10 - dimana Tuhan membunuh Onan karena tidak mau memberi keturunan kepada istri kakaknya.

· Rut 2-4 - cerita tentang Boas dan Rut.

b) Cerita mereka ini sengaja dibuat-buat. Sebetulnya 2 saudara sudah cukup untuk menunjukkan maksud mereka, tetapi sengaja mereka buat 7 saudara, supaya doktrin tentang kebangkitan orang mati makin terlihat menggeli­kan dan tidak masuk akal.

c) Tujuan pertanyaan mereka ini: atau Yesus menyetujui bahwa tidak ada kebangkitan, atau Yesus harus malu karena tak bisa menjawab pertanyaan mereka.

d) Kalau pertanyaan ini diberikan kepada para rabi Yahudi, maka mereka akan menjawab bahwa suami pertamalah yang berhak atas istri itu

3) Jawaban Yesus (Matius 22: 29-32).

a) Yesus menegur mereka (Matius 22: 29).

· ‘tak mengerti Kitab Suci’ adalah sesuatu yang sangat berbahaya! Ini menyebabkan orang jadi sesat (bdk. Hos 4:6,14b).

Penerapan:

Apakah saudara tidak mengerti Kitab Suci, atau hanya mengerti sedikit sekali tentang Kitab Suci? Jangan anggap enteng hal itu karena hal itu bisa menyesatkan saudara! Karena itu berusahalah untuk belajar Kitab Suci dengan serius!

· Yesus menambahkan ‘kuasa Allah’ (Matius 22: 29), karena orang-orang Saduki itu tak percaya kebangkitan karena mereka anggap mustahil / tidak masuk akal. Mereka tidak bisa percaya bahwa Allah bisa melakukan hal itu, karena mereka bersandar pada logika / otak mereka. Ini juga menyebabkan kesesatan mereka!

Penerapan:

Hati-hatilah pada logika / otak saudara. Saudara boleh / harus memakainya, tetapi saudara tidak boleh bersan­dar kepadanya. Jangan membiarkan otak / logika menjadi penghalang di dalam mempercayai Allah / kuasaNya.

b) Yesus menjawab pertanyaan mereka (Matius 22: 30).

· Di sini Yesus membetulkan pemikiran mereka yang begitu duniawi tentang kehidupan di surga. Dengan kata-kata ini Yesus memaksudkan bahwa di surga tidak ada pernikahan, hubungan sex, dan perkembang-biakan (tetapi bukan tidak ada jenis kelamin!). Dengan demikian, jelaslah bahwa pertanyaan orang Saduki itu adalah sesuatu yang tidak relevan!

· Dengan kata-kata ini jelas bahwa Yesus mempercayai adanya malaikat, dan kebangkitan orang mati.

c) Yesus menyerang ketidak-percayaan mereka pada kebangkitan (Matius 22: 31-32).

· Yesus mengutip dari Keluaran 3:6. Ini aneh! Dalam Kitab Suci ada ayat-ayat lain yang secara lebih jelas menunjukkan tentang adanya kebangkitan orang mati. Misalnya: Yesaya 26:19 dan Daniel 12:2. Lalu mengapa Yesus mengutip Keluaran 3:6?

* Ada yang berkata: karena orang Saduki hanya mempercayai 5 kitab Musa.

* Ada juga yang berkata: karena mereka menanyakan berda­sarkan suatu ayat dalam 5 kitab Musa (yaitu Ulangan 25:5), maka Yesuspun menjawab dengan menggunakan suatu ayat dalam 5 kitab Musa.

· Yesus memaksudkan: kalau memang tidak ada kebangkitan orang mati, maka itu berarti bahwa dalam Kel 3:6 Allah memperkenalkan diriNya kepada Musa sebagai Allah orang mati (saat itu Abraham, Ishak, Yakub sudah mati). Ini tidak mungkin! Ini sama dengan raja tanpa rakyat atau bapa tanpa anak!

Seseorang mengatakan:

“The Lord cannot be called the God of any but the living” (= Tuhan tidak bisa disebut sebagai Allah dari apapun kecuali yang hidup).

· Ada orang yang lalu berkata: bukankah kata-kata Yesus ini hanya membuktikan kekekalan dari jiwa (immortality of the soul), dan bukan kebangkitan tubuh?

Jawab: Ya, tetapi karena manusia adalah tubuh dan jiwa, maka tidak mungkin bahwa akhirnya hanya jiwa saja yang tertinggal. Jadi, dengan membuktikan kekekalan jiwa, maka Yesus sekaligus membuktikan kebangkitan tubuh.

Matius 22:34-40:

1) Mat 22:34-40 paralel dengan Markus 12:28-34, tetapi tidak dengan Lukas 10:25-37.

Alasannya:
Dalam Lukas, pertanyaan dari ahli Taurat itu berbeda (Lukas 10:25).
Dalam Lukas, ahli Tauratlah yang mengucapkan hukum kasih itu. Dalam Matius / Markus, Yesuslah yang mengucapkan.
Dalam Lukas, ahli Taurat itu tegar tengkuk (Lukas 10:29). Ini berbeda dengan gambaran yang diberikan oleh Markus (Markus 12:32-34).
Dalam Lukas ada cerita tentang orang Samaria yang murah hati (Lukas 10:30-37)

2) Matius 22: 34-35:

a) Seharusnya orang-orang Farisi senang karena Yesus bisa mengalahkan orang Saduki, dan dengan demikian memperta­hankan kebenaran. Tetapi ternyata tidak. Kebencian mereka kepada Yesus menyebabkan mereka tak senang meli­hat kebenaran menang

Penerapan:

Pikirkan tentang seorang pendeta / pengkhot­bah yang tidak saudara senangi (pribadinya, bukan ajarannya) Kalau ternyata orang itu bisa sukses dalam mengadakan suatu KKR, bagaimana perasaan saudara?

b) Ahli Taurat ini juga adalah orang Farisi (kebanyakan ahli Taurat adalah orang Farisi, tetapi tidak semua orang Farisi adalah ahli Taurat).

c) Kata ‘mencobai’ dalam bahasa Yunaninya bisa mempunyai arti yang negatif, seperti dalam Matius 22: 18. Tetapi bisa juga mempunyai arti yang positif sehingga harus diterjemahkan ‘menguji’.

Di sini tidak jelas apakah ahli Taurat itu mencobai (untuk menjatuhkan), atau menguji.

3) Matius 22: 36: ‘hukum yang terutama’.

NIV : ‘the greatest’ ( = yang terbesar).

NASB: ‘the great’ (= yang besar).

Orang-orang Yahudi membeda-bedakan hukum. Ada hukum yang mereka anggap besar / berat, dan ada juga yang mereka anggap kecil / ringan. Ini benar. Tetapi mereka lalu menganggap bahwa kalau yang besar-besar bisa dilakukan, maka yang kecil-kecil boleh diabaikan. Ini jelas merupakan sesuatu yang salah! Bandingkan dengan:

Yakobus 2:10 - “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. Sebab Ia yang mengatakan: ‘Jangan berzinah’, Ia mengatakan juga: ‘Jangan membunuh’. Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga”.

Ayat ini tidak berarti bahwa semua dosa sama berat. Yakobus memaksudkan: hukum Tuhan adalah satu kesatuan. Kalau mau taat, harus taat pada semua, tidak boleh pilih-pilih!

Matius 5:19 - “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga”.

4) Matius 22: 37-38.

a) Matius 22: 37 merupakan kutipan dari Ulangan 6:5.

Ini merupakan ringkasan / inti dari hukum Taurat. Kita tak mungkin bisa mentaati hukum yang manapun dengan benar, kalau dalam diri kita tidak ada kasih kepada Tuhan.

Sebaliknya, Agustinus berkata:

“love God, and do what you like!” (= kasihilah Allah, dan lakukanlah apa yang engkau senangi).

Renungkan hukum ini: saudara mungkin sudah aktif dalam gereja, rajin berbakti, ikut Pemahaman Alkitab, melayani Tuhan, memberikan persembahan dsb. Tetapi, apakah saudara mengasihi Allah?

Ingat bahwa ini adalah hukum yang terutama!

b) Matius 22: 37: hati, jiwa, akal budi.

Ulangan 6:5: hati, jiwa, kekuatan.

Markus 12:30 / Lukas 10:27: hati, jiwa, akal budi, kekuatan.

· Kita tidak perlu mengartikan setiap kata, dan kita tidak perlu membeda-bedakan arti setiap kata tersebut di atas. Kata- kata itu jelas sekali overlap satu sama lain, karena jiwa jelas sudah mencakup hati maupun pikiran, sedang­kan sekalipun hati dan pikiran sering dibedakan, tetapi Kitab Suci sendiri juga sering mencampuradukkan kedua hal itu.

Tujuan dari penggunaan kata-kata itu adalah menekankan ‘keseluruhan diri kita tanpa ada yang dikecualikan’ (bdk. 1Tesalonika 5:23 yang juga menekankan keseluruhan diri kita).

· Mengasihi Tuhan dengan akal budi / pikiran, hanya bisa terjadi kalau kita mengerti / mengenal Allah dengan benar (khususnya tentang kasihNya yang Ia tunjukkan di atas kayu salib bagi kita). Jadi, jelas bahwa belajar tentang Allah dari Kitab Suci adalah sesuatu yang sangat penting!

· Ajaran Trichotomy mempercayai bahwa manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Dan mereka mengatakan bahwa ‘jiwa’ adalah kehidupan binatang dalam diri manusia. Sedangkan ‘roh’ adalah sesuatu yang membedakan manusia dari binatang, dan ‘roh’ adalah suatu elemen yang menghu­bungkan Allah dengan manusia.


Tetapi, Matius 22:37 yang memerintahkan kita untuk menga­sihi Allah, ternyata tidak mengandung kata-kata ‘dengan segenap roh’! Ini membuktikan bahwa ajaran Trichotomy itu salah!

c) Ada 3 x kata ‘segenap’ (= all).

Ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh membagi kasih kita! Kita harus menyerahkannya sepenuhnya kepada Allah! Jangan ingin mengasihi Allah dan dunia, atau Allah dan uang! (Matius 6:24 Yakobus 4:4 1Yohanes 2:15).

Tetapi, kita boleh / harus mengasihi sesama kita (Matius 22: 39), karena kasih kepada sesama adalah perwujudan dari kasih kepada Allah. Tetapi, bagaimanapun juga, kita tak boleh mengasihi sesama lebih dari Allah (Matius 10:37).

d) Kasih kepada Allah harus diwujudkan dengan ketaatan (Yohanes 14:15).

Jadi, kasih ini bukanlah sekedar suatu perasaan belaka, tetapi harus ada wujudnya yaitu ketaatan! Orang yang taat, belum tentu mengasihi Allah (bdk. Wahyu 2:1-7), tetapi orang yang mengasihi Allah, pasti akan mentaatiNya!

5) Matius 22: 39-40.

a) ‘hukum yang ke dua yang sama dengan itu’ (Matius 22: 39). Ini salah terjemahan!

NIV: ‘and the second is like it’ (= dan yang kedua mirip dengan itu).

Dua hukum ini memang mirip, karena dua-dua tentang kasih dan dua-dua merupakan ringkasan / inti hukum Taurat.

b) Matius 22: 39 dikutip dari Imamat 19:18 (bdk. Roma 13:10).

c) Orang yang mengasihi Allah, akan mengasihi sesama, dan orang yang tidak mengasihi sesama, tidak mungkin menga­sihi Allah (1Yohanes 4:20-21).

d) Matius 22: 39 juga mengajarkan kasih kepada diri sendiri!

Semua tindakan yang membahayakan diri sendiri / merusak kesehatan diri sendiri tanpa ada gunanya, merupakan pelanggaran terhadap hukum ini!

Contoh:

· merokok, mengisap ganja, menjadi morfinist dan sebagainya.

· bunuh diri.

· ngebut.

· menjadi peminum / pemabuk.

· tidak menjaga kesehatan, tidak mau olah raga.

· tak mau pantang (gula, garam, lemak) padahal diharuskan oleh dokter.

6) Markus 12:32-34.

a) Matius 22: 32,33: tadinya ahli Taurat itu mencobai (ini kalau kita mengambil arti yang negatif dari kata ‘mencobai’), tetapi ia lalu sadar bahwa Yesus betul-betul mengajarkan Firman Tuhan. Dan ia menghormati semua itu!

b) Matius 22: 32: kasih lebih penting dari persembahan! (bdk. 1Samuel 15:22 Hosea 6:6).

Kita bisa memberi persembahan tanpa kasih (bdk. Kejadian 4:3-4 Kis 5:1-11 1Korintus 13:3), tapi kita tak bisa mengasihi Allah tanpa memberikan persembahan. Bahkan orang yang betul-betul mengasihi Allah pasti mau memberikan persembahan yang disertai dengan pengorbanan (bdk. Lukas 21:1-4 2Sam 24:18-25).

Penerapan:

Pada saat saudara memberikan persembahan, apakah saudara memberikannya dengan kasih? Adakah pengorbanan dalam persembahan itu? Atau saudara sekedar memberi ‘uang lebih’ kepada Tuhan? Ingatlah bahwa Ia sudah memberikan yang terbaik kepada saudara, yaitu nyawaNya! Tak ada persembahan apapun dari kita yang terlalu besar untuk kita berikan kepada Tuhan!

c) Matius 22: 34: ‘Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah’.

Sekalipun kata-kata ini merupakan suatu pujian, tetapi kata-kata ini juga merupakan suatu peringatan. Yesus berkata bahwa orang itu ‘tidak jauh’ dari Kerajaan Allah, berarti orang itu belum masuk / ada di dalam Kerajaan Allah. Jadi, dengan kata-kata ini Yesus ingin mendorong orang itu supaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak senang melihat seseo­rang ‘hampir selamat’!

-AMIN-
Next Post Previous Post