MATIUS 9:1-13 (4 ORANG MEMBAWA SI LUMPUH KEPADA YESUS)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
BACAAN: MATIUS 9:1-13.

Matius 9:1-8.
MATIUS 9:1-13 (4 ORANG MEMBAWA SI LUMPUH KEPADA YESUS)
gadget, otomotif, bisnis
Bagian ini paralel dengan Markus 2:1-12 dan Lukas 5:17-26.
Matius 9: 1:

‘KotaNya sendiri’ menunjuk pada kota Kapernaum (bdk. Markus 2:1). Yesus memang lahir di Betlehem dan dibesarkan di Nazaret. Di sini Kapernaum disebut ‘kotaNya sendiri’ karena Ia sering pergi ke sana.

Matius 9: 2: (bdk. Markus 2:2-5).

1) 4 orang membawa si lumpuh kepada Yesus. Dari bagian ini kita bisa mempelajari beberapa hal yang penting tentang suatu pelayanan:

a) Ada kesatuan dan ada 1 tujuan yaitu membawa si lumpuh kepada Yesus.

b) Ada kerja sama. Ini mutlak harus ada dalam pelayanan.

c) Ada ketekunan. Mereka tidak putus asa sekalipun ada halangan (banyak orang menghalangi pintu masuk).

d) Ada kasih kepada orang yang dilayani. Kasih ini menyebabkan mereka mau berkorban tenaga, waktu, perasaan, dsb.

Adakah hal-hal ini dalam pelayanan saudara?

2) Penderitaan sering membawa seseorang kepada Kristus.

Kelumpuhan itu jelas merupakan suatu penderitaan. Banyak orang pada waktu menderita justru lari ke dalam dosa. Tetapi bagi orang lumpuh ini, penderitaannya justru membawanya kepada Yesus.

3) Yesus ‘melihat’ iman mereka.

a) Ini merupakan bukti keilahian Yesus. Ia bisa melihat iman.

b) Ada yang menganggap bahwa yang dimaksud dengan ‘mereka’ hanyalah 4 orang yang mengusung si lumpuh. Tetapi ini tidak mungkin, karena kalau si lumpuh itu sendiri tidak beriman, ia tidak mungkin mendapat pengampunan dosa (bdk. Ibrani 11:6). Jadi jelaslah bahwa yang dimaksud dengan ‘mereka’ adalah 4 orang yang mengusung dan si lumpuh sendiri.

4) ‘Percayalah ...’. Ini salah terjemahan.

NIV/RSV: ‘take heart’ (= teguhkanlah hatimu).

NASB: ‘take courage’ (= beranikanlah dirimu).

KJV: ‘be of good cheer’ (= bergembiralah).

Kata Yunani yang sama dalam Matius 9:22 diterjemahkan ‘teguhkanlah hatimu’.

5) ‘Dosamu sudah diampuni’.

a) Ini menunjukkan bahwa mungkin sekali orang itu lumpuh karena dosa.

b) Orang itu pasti menginginkan kesembuhan jasmani. Yesus memberikan kebutuhan orang itu, yaitu kesembuhan jiwa, sekalipun orang itu tidak meminta hal itu.

c) Yesus lebih mementingkan kesembuhan rohani / jiwa dari pada kesembuhan jasmani. Apakah kita / gereja kita juga seperti itu?
Matius 9: 3:

1) ‘Ahli Taurat’.

Bagian paralelnya dalam Lukas 5:17 versi Kitab Suci Indonesia tetap menterjemahkan ‘ahli Taurat’. Tetapi Kitab Suci bahasa Inggris memberikan terjemahan yang berbeda.

NIV/NASB/RSV: ‘teachers of the law’ (= guru-guru hukum Taurat).

KJV: ‘doctors of the law’ (= doktor-doktor hukum Taurat).

Ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang belajar dan mengajar hukum Taurat.

2) Mereka menganggap bahwa Yesus menghujat Allah (bdk. Markus 2:7).

Mereka mempunyai pandangan yang benar, yaitu bahwa hanya Allah saja yang bisa mengampuni dosa. Lalu mereka melihat Yesus mengampuni dosa. Ada 2 kesimpulan yang bisa mereka ambil:

a) Yesus adalah Allah.

b) Yesus menghujat Allah, karena sekalipun Ia adalah manusia biasa yang bukan Allah, Ia mengampuni dosa, dan itu berarti menyamakan diri dengan Allah (bdk. Yohanes 10:32-33).

3) Mereka berkata ‘dalam hatinya’.

Jadi, ini adalah ketidaksenangan yang tidak diungkapkan (beda dengan Matius 8:34 dan Matius 9:11). Sebetulnya lebih baik mengungkapkan ketidaksenangan dari pada memendamnya, karena memendam ketidaksenangan biasanya berakhir dengan penyebaran gossip pada waktu orang yang tak disenangi itu tidak ada.
Matius 9: 4a:

Yesus mengetahui pikiran mereka. Dalam 1Korintus 2:11 dikatakan bahwa yang tahu pikiran seseorang hanyalah roh orang itu. Tetapi seseorang bisa mengetahui pikiran orang lain:

· dengan pertolongan Tuhan. Contoh: nabi-nabi dan rasul-rasul sering bisa tahu pikiran orang lain (Misalnya: Kisah Para Rasul 5:1-4 1Raja-raja 14:1-6).

· dengan pertolongan setan. Karena itu jangan terlalu heran dan lalu percaya kepada orang yang tahu pikiran saudara atau problem / penyakit saudara. Ia mungkin saja menggunakan kuasa gelap.

· kalau orang itu adalah Tuhan sendiri.
Matius 9: 4b-7:

Dari sudut manusia memang gampang untuk berkata ‘dosamu sudah diampuni’. Karena apa? Karena tidak ada buktinya apakah hal itu betul-betul terjadi atau tidak. Tetapi kalau harus mengucapkan kalimat itu dan harus betul-betul terjadi, maka itu jelas mustahil. Juga mengatakan ‘bangunlah dan berjalanlah’ dan harus betul-betul terjadi, adalah sesuatu yang mustahil bagi manusia.

Tetapi bagaimana kalau ditinjau dari sudut Tuhan? Ada yang mengatakan bahwa bagi Tuhan mengampuni dosa lebih sukar karena untuk bisa mengampuni dosa Ia harus menjadi manusia dulu dan mati menebus dosa manusia. Sedangkan untuk menyembuhkan penyakit Ia tidak perlu melakukan semua itu. Tetapi kalau penyakit orang itu terjadi karena dosanya, maka jelas bahwa penyakit itu tidak akan sembuh sebelum dosanya diampuni.

Jadi, pertanyaan Yesus dalam Matius 9: 5 harus dijawab sebagai berikut: ‘Bagi manusia dua hal itu sama-sama mustahil, sedangkan bagi Allah sama-sama mungkin / bisa dilakukan’.

Arti dari bagian ini: dalam Matius 9: 2 Yesus mengampuni dosa. Ini merupakan suatu claim bahwa Ia adalah Allah. Tetapi tidak ada bukti bahwa pengampunan dosa itu betul-betul terjadi. Karena itu, claimnya sebagai Allah juga tidak terbukti. Ia lalu membuktikan claimnya sebagai Allah itu dengan menyembuhkan orang lumpuh itu. Ini membuktikan bahwa Ia adalah Allah, dan ini membuktikan bahwa pengampunan dosa yang tadi Ia ucapkan memang betul-betul terjadi.
Matius 9: 8:

Pada waktu melihat Mujizat itu, orang banyak itu kagum, takut, dan memuliakan Allah. Tetapi mereka toh tetap tidak percaya kepada Yesus! Dari mana kita bisa tahu bahwa mereka masih tetap tidak percaya?

1) Sampai Yesus mati dan bangkit, hanya ada 11 murid dan sedikit orang yang betul-betul percaya kepada Yesus.

2) Matius 9: 8b mengatakan: ‘Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia’.

a) Jelas bahwa mereka masih tetap menganggap Yesus sebagai manusia, bukan sebagai Allah.

b) Kata ‘manusia’ sebetulnya ada dalam bentuk jamak (Inggris: ‘men’). Yang dimaksud adalah ‘seluruh umat manusia’ (human race). Jadi, mereka menganggap Yesus hanya sebagai salah satu dari ‘human race / umat manusia’.

Dalam Matius 8:1-17 Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas penyakit.

Dalam Matius 8:23-27 Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam (badai, ombak, angin, dsb).

Dalam Matius 8:28-34 Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas setan.

Dalam Matius 9:1-8 Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas dosa!

Matius 9:9-13: (paralel dengan Mark 2:13-17 dan Lukas 5:27-32).
Matius 9: 9:

1) Orang yang bernama ‘Matius’ dalam ay 9 ini sama dengan ‘Lewi’ dalam Markus 2:14 / Lukas 5:27. Ialah yang nantinya menulis Injil Matius ini.

Ia adalah:

· orang Yahudi.

· pemungut cukai (Lukas 5:27).

· orang kaya.

· orang yang dibenci masyarakat karena ia bekerja sebagai penagih pajak untuk pemerintah Romawi (yang adalah penjajah dan orang kafir), dan pada waktu menagih pajak, pemungut cukai ini memeras rakyat dengan cara menaikkan pajak dan mengkorupsi kelebihannya.

2) Matius dipanggil oleh Yesus pada waktu ia ada di rumah cukai. Ia masih ada di dalam dosa (sebetulnya pekerjaan sebagai penagih pajak bukanlah dosa, tetapi tindakan korupsinya jelas adalah dosa). Tetapi ia toh dipanggil oleh Yesus. Inilah kasih Allah kepada orang berdosa!

3) Matius ikut Yesus, padahal dalam panggilan Yesus kepadanya tidak ada janji berkat apa-apa! Ini merupakan sesuatu yang luar biasa!

4) Matius meninggalkan segala sesuatu (Lukas 5:28).

a) Ini kontras sekali dengan sikap pemuda kaya dalam Matius 19:22.

b) Pekerjaan pemungut cukai sebetulnya tidak dosa kalau dilakukan dengan benar. Ini terlihat dari:

· Yesus tidak menyuruh Zakheus meninggalkan pekerjaannya (Lukas 19:1-10).

· Yohanes Pembaptis tidak menyuruh pemungut cukai meninggalkan pekerjaannya.

Tetapi untuk Matius pekerjaan itu tidak memungkinkan ia memenuhi panggilan Tuhan, sehingga pekerjaan itu harus ditinggalkan. Di sini kita bisa mempelajari sesuatu yang penting: panggilan Tuhan harus diutamakan lebih dari segala sesuatu!

c) Waktu Matius mengikut Yesus ia mendapat sesuatu (damai, sukacita, dsb), tetapi ia juga kehilangan sesuatu (pekerjaan, harta, teman-teman, dsb). Kalau kita mau ikut Yesus kita akan mengalami hal yang sama. Harus ada kemauan untuk mengorbankan sesuatu!
Matius 9: 10:

1) Pesta itu diadakan oleh Matius (Lukas 5:29). Ini mungkin merupakan pesta perpisahan dengan teman-temannya, tetapi jelas juga merupakan usaha Matius untuk memperkenalkan teman-temannya kepada Yesus. Orang yang sudah diampuni pasti mempunyai keinginan untuk membawa orang lain kepada Yesus. Adakah keinginan itu ada pada saudara?

2) Yesus ikut pesta.

Ini menunjukkan bahwa pesta bukanlah dosa. Orang Kristen tidak pernah diperintah oleh Tuhan untuk menjauhi dunia sedemikian rupa sehingga menjadi seorang pertapa!

3) Yesus berkumpul / bergaul dengan orang-orang berdosa.

Ini kontras dengan sikap orang-orang Farisi yang menjauhi orang berdosa. Kita memang harus mau bergaul dengan orang berdosa / bejad, tetapi tetap ada batas-batasnya. Kalau pergaulan saudara dengan orang berdosa itu menyebabkan saudara jatuh ke dalam dosa, maka sebaiknya saudara menghindari hal itu. Misalnya: ex perokok sebaiknya tidak bergaul dengan perokok!
Matius 9: 11:

1) Orang Farisi itu pasti tidak ikut pesta ini. Mereka menganggap diri mereka lebih baik dari orang lain (Lukas 18:9) dan menganggap bahwa kalau mereka berkumpul atau bergaul dengan orang berdosa, maka mereka akan menjadi najis.

2) Mereka mengkritik Yesus yang berkumpul dan bergaul dengan orang berdosa. Mereka memang pintar mengecam dosa, tetapi mereka tidak berusaha mempertobatkan orang berdosa itu. Mereka seperti seorang dokter yang hanya mau mendiagnose pasiennya dari jauh, tetapi tidak mau mendekati pasiennya dan tidak mempunyai keinginan mengobati / menyembuhkan pasiennya.
Matius 9: 12-13:

1) Matius 9: 13a merupakan kutipan dari Hosea 6:6. Penekanan Hosea 6:6 itu adalah: Tuhan menginginkan mereka mempunyai belas kasihan / kebaikan kepada sesama manusia. Tidak berarti bahwa persembahan itu tidak penting, tetapi persembahan yang disertai kehidupan yang jahat kepada sesama manusia, tidak akan diterima oleh Allah.

Yesus mengutip Hosea 6:6 untuk menekankan perlunya kasih / kebaikan / belas kasihan kepada sesama manusia.

2) ‘pergilah dan pelajarilah’ (Matius 9: 13a) artinya adalah ‘renungkanlah’.

‘Menghindari orang berdosa adalah tradisi orang Farisi yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Kalau saja mereka mau merenungkan Firman Tuhan, maka tradisi seperti itu pasti tidak akan ada. Karena itu merenungkan Firman Tuhan adalah sesuatu yang penting!

Penerapan:

Dalam hidup saudara mungkin ada banyak tradisi yang bertentangan dengan Kitab Suci, tetapi tidak saudara sadari karena saudara tidak atau kurang merenungkan Kitab Suci. Misalnya:

· datang terlambat dalam kebaktian. Kalau saja saudara merenungkan bahwa dalam 2Timotius 2:3-4 orang Kristen disebut sebagai ‘prajurit’, yang tentu harus mempunyai kedisiplinan dalam hal waktu, maka mestinya tradisi datang terlambat dalam kebaktian itu tidak akan ada dalam hidup saudara!

· tidak / jarang ber saat teduh / berdoa. Kalau saja saudara merenungkan Yohanes 15:1-8 yang menggambarkan bahwa kita sebagai ranting anggur harus terus melekat pada pokok anggur, maka mestinya saudara akan menjadi orang Kristen yang banyak berdoa / bersafaat teduh secara teratur.

· tidak melakukan pelayanan apa-apa. Mayoritas orang Kristen termasuk di sini! Kalau saja mereka mau merenungkan bahwa setiap orang Kristen adalah anggota tubuh Kristus (1Korintus 12:27) yang pasti mempunyai fungsi / kegunaan, maka mereka mestinya akan mau melayani Tuhan.

3) Matius 9: 12,13b:

a) Bagian ini tidak berarti bahwa manusia cuma sakit secara rohani. Kitab Suci mengatakan bahwa manusia berdosa itu mati secara rohani (Efesus 2:1). Perumpamaan Yesus di sini tidak boleh diartikan sehingga keluar dari tujuannya / fokusnya!

b) Bagian ini tidak berarti bahwa di dunia ini ada orang benar. Yang dimaksud oleh Yesus dengan ‘orang benar’ adalah ‘orang berdosa yang merasa dirinya benar’.

c) Matius 9: 13b merupakan ayat yang penting dalam memberitakan Injil, yaitu:

· kalau kita berhadapan dengan orang yang putus asa melihat banyak-nya dosa-dosanya. Menggunakan ayat ini beritahu orang itu bahwa Yesus justru mencari orang seperti Dia. Tambahkan juga Yohanes 6:37 untuk menunjukkan bahwa kalau Ia mau datang kepada Yesus, ia pasti tidak akan ditolak.

· kalau kita berhadapan dengan orang yang membanggakan kebaikan-nya. Beritahu dia, bahwa kalau ia merasa diri baik, Yesus justru tidak mencari dia, sehingga ia pasti akan binasa dalam neraka!

d) Dalam Lukas 5:32 ada tambahan: ‘supaya mereka bertobat’.

Ini adalah sesuatu yang penting. Yesus memang mengasihi orang berdosa dan mau menerima mereka. Tetapi mereka harus bertobat dari segala dosa mereka dan berbalik kepada Tuhan!

Ini merupakan sesuatu yang harus ditekankan dalam memberitakan Injil. Jangan hanya memberitakan bahwa orang yang percaya kepada Yesus akan diampuni dan masuk surga. Beritakan juga bahwa orang yang mau ikut Yesus harus mau bertobat!

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post