UNTUK KESELAMATAN: APAKAH PENGAMPUNAN DOSA SAJA CUKUP DAN TANPA KRISTUS?


UNTUK KESELAMATAN: APAKAH PENGAMPUNAN DOSA SAJA CUKUP DAN TANPA KRISTUS?
UNTUK KESELAMATAN: APAKAH PENGAMPUNAN DOSA SAJA CUKUP DAN TANPA KRISTUS?. Bukankah Allah itu Mahapengampun? Cukup manusia meminta ampun, bertaubat dengan sungguh-sungguh di hadapan Allah maka Allah pasti mengampuni dosa manusia, tanpa perlu Yesus Kristus. Cukup manusia datang langsung kepada Allah –tanpa perlu pengantara bernama Yesus, lalu meminta ampun kepada Allah saja, niscaya Allah pasti mengampuni. Jika manusia benar-benar bertaubat dan kembali jadi baik, pintu taubat begitu terbuka. Yang penting segeralah bertaubat, jangan ditunda, Allah itu Mahapengampun.

Jawab: Benar, bahwa Allah itu Mahapengampun, tapi jangan lupa bahwa Allah juga Mahaadil. TUHAN berfirman kepada manusia pertama, Adam dan Hawa:

tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” , (Kejadian 2:17, TB-LAI )

Manusia pertama, Adam dan Hawa pada akhirnya melanggar perintah Allah dengan memakan buah pengetahuan yang baik dan jahat, maka ganjarannya adalah mati. Dan sejak saat itu berlakulah hukuman itu: “pastilah engkau mati.” Dan manusia menyandang status manusia berdosa. Hal ini juga dijelaskan di bagian Alkitab yang lain:

Roma 6:23a: Sebab upah dosa ialah maut.

Manusia telah berdosa dihadapan Allah dan kehilangan kemuliaan Allah, konsekuensinya adalah maut —mati kekal dalam neraka! Manusia berdosa pasti binasa dan mengalami maut sebagai upah dosa. Dengan status manusia berdosa, bila Allah cukup hanya mengampuni, tanpa melalui kematian Yesus Kristus yang mengalirkan darah di kayu salib sebagai kurban penebus dosa, maka firman-Nya adalah dusta, sebab dosa ternyata tidak membuat manusia mengalami kematian rohani (maut) sebagai upah atas dosa-dosanya sebagaimana disebutkan di Kejadian 2:17 di atas: pastilah engkau mati. Semua keturunan Adam dan Hawa, entah itu raja, entah itu konglomerat, entah itu ilmuwan, agamawan, bahkan para nabi, juga para rasul, termasuk anda dan saya berstatus sebagai manusia berdosa di hadapan Allah. Allah yang Mahaadil tak mungkin membiarkan begitu saja pelanggaran yang melawan kehendak-Nya. Di 1Yohanes 3:4 tertulis: Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” Bila pelanggaran hukum Allah kemudian Allah begitu saja memberi pengampunan maka akan bertentangan dengan sifat-Nya yang Mahaadil. Kita semua harus binasa karena dosa-dosa kita. Kita sudah berhutang kepada Allah yang tidak mungkin sanggup kita bayar dengan amal, kebaikan, puasa maupun ritual-ritual keagamaan. Allah menuntut kita hidup kudus dan taat kepada perintah-Nya, tetapi kita tidak taat dan selalu melawan Allah, karena dosa berkuasa dalam diri semua manusia.

Ilustrasi: Ada pemuda (laki-laki) yang oleh karena marah tak terkendali kemudian dia membunuh pacarnya di kamar kos. Lalu polisi menangkap pemuda itu. Kemudian pemuda —sang pembunuh itu menangis dan mohon ampun serta menangis sekeras-sekerasnya dihadapan polisi dan dihadapan ayah ibu pacarnya itu. Dia menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan membunuh orang.

Apa yang dilakukan oleh pemuda itu, apakah dengan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya dan sungguh-sungguh menyesal kemudian akan serta-merta menghilangkan tuntutan hukum terhadap pasal pembunuhan yang dikenakan kepada pemuda tersebut? Jawabannya: Tidak! Pemuda itu tetap harus menghadapi tuntutan hukum sesuai undang-undang negara yang berlaku di pengadilan, sebab ia telah menghilangkan nyawa orang lain dengan cara membunuh.

Dosa mencengkeram manusia, segala yang dipikirkan dan diperbuat manusia telah tercemar oleh dosa. Tidak ada manusia yang berkenan dihadapan Allah dan konsekuensinya adalah maut. Allah yang Mahasuci tak mungkin dihampiri manusia dengan perbuatan-perbuatan amal, kebaikan, puasa dan ritual-ritual keagamaan. Semua itu bentuk manipulasi menutupi dosa manusia kepada Allah. Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa semua manusia telah berdosa dan tidak ada yang mencari Allah:

Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. (Kejadian 8:21, TB-LAI)

Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa! (Pengkhotbah 7:20, TB-LAI)

Jawab Yesus: “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.(Injil Lukas 18:19, TB-LAI)

Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. (Roma 3:11-12, TB-LAI).

Semua manusia sudah berdosa, semua manusia sudah menyeleweng dan tidak ada manusia yang baik dihadapan Allah, termasuk tokoh-tokoh agama, bahkan para nabi dan para rasul pun berdosa dihadapan Allah. Para rabi Yahudi, para pemuka agama Yahudi yang kelihatan begitu agung, mereka mempelajari hukum Taurat dan melakukan hukum Taurat itu begitu ketat, di mana kita akan menyangka mereka berkenan dihadapan Allah, tetapi Yesus berkata:

Bukankah Musa yang telah memberikan hukum Taurat kepadamu? Namun tidak seorangpun di antara kamu yang melakukan hukum Taurat itu. Mengapa kamu berusaha membunuh Aku?” (Injil Yohanes 7:19, TB-LAI).

Penekanan dari ayat di atas: Namun tidak seorangpun di antara kamu yang melakukan hukum Taurat itu. Ya, tidak seorangpun melakukan hukum Taurat. Ribuan tahun sebelum Yesus datang ke dunia dalam kelahirannya sebagai manusia, Hukum Taurat sudah diberikan TUHAN kepada bangsa Yahudi selama beribu-ribu tahun, tetapi mereka semua gagal melakukan hukum Taurat. Itu sebabnya Yesus berkata demikian: “Namun tidak seorangpun di antara kamu yang melakukan hukum Taurat itu. “ Mengapa demikian? Karena semua manusia sudah berdosa dihadapan Allah dan kehilangan kemuliaan Allah.

Jangan kita menyangka bahwa kita sudah banyak berbuat amal maka Allah berkenan kepada kita.

Jangan kita menyangka kita sudah sering berpuasa maka Allah berkenan kepada kita.

Jangan kita menyangka kita sudah melakukan perintah-perintah agama dan sudah menjauhi larangan-Nya maka kita berkenan dihadapan Allah.

Semua perbuatan baik menurut ukuran kita hanya manipulasi untuk menutupi dosa kita dihadapan Allah. Tidak ada seorangpun yang berhasil melakukan kewajiban-kewajiban agama dihadapan Allah, karena dosa yang menjadi sebab penghalang kita kepada Allah. Satu dosa saja cukup bagi kita supaya kita dilempar ke dalam neraka.

Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. (Yakobus 2:10, TB-LAI)

Dosa tidak harus diwujudkan dalam perbuatan, dosa yang masih dalam pikiran dan angan-angan pun telah mencemari kita dan itu sama sekali tidak berkenan dihadapan Allah Yang Mahasuci. Allah tidak begitu saja mengampuni manusia berdosa sebab manusia diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya telah berhutang dosa kepada-Nya. Ingat ilustrasi di atas, meskipun manusia memohon ampun sejadi-jadinya dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi lagi, tetapi tidak akan meniadakan hukuman dosa akibat perbuatan dosa kita dihadapan Allah. Hukuman dosa tetap dituntut Allah kepada manusia yang telah melanggar perintah-Nya. Masalahnya adalah tidak ada seorangpun yang sanggup menghadapi tuntutan keadilan Allah terhadap dosa. Yang menarik untuk diperhatikan bahwa di Perjanjian Lama, TUHAN memerintahkan kepada bangsa Israel agar orang yang berbuat dosa guna pendamaian dosa harus mempersembahkan lembu jantan muda yang tak bercela. TUHAN berfirman kepada Musa untuk disampaikan dan dilakukan oleh bangsa Israel:.

Imamat 4:

(1) TUHAN berfirman kepada Musa: (2) “Katakanlah kepada orang Israel: Apabila seseorang tidak dengan sengaja berbuat dosa dalam sesuatu hal yang dilarang TUHAN dan ia memang melakukan salah satu dari padanya, (3) maka jikalau yang berbuat dosa itu imam yang diurapi, sehingga bangsanya turut bersalah, haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN karena dosa yang telah diperbuatnya itu, seekor lembu jantan muda yang tidak bercela sebagai korban penghapus dosa. (4) Ia harus membawa lembu itu ke pintu Kemah Pertemuan, ke hadapan TUHAN, lalu ia harus meletakkan tangannya ke atas kepala lembu itu, dan menyembelih lembu itu di hadapan TUHAN.

(13) Jikalau yang berbuat dosa dengan tak sengaja itu segenap umat Israel, dan jemaah tidak menyadarinya, sehingga mereka melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN, dan mereka bersalah, (14) maka apabila dosa yang diperbuat mereka itu ketahuan, haruslah jemaah itu mempersembahkan seekor lembu jantan yang muda sebagai korban penghapus dosa. Lembu itu harus dibawa mereka ke depan Kemah Pertemuan. (15) Lalu para tua-tua umat itu harus meletakkan tangan mereka di atas kepala lembu jantan itu di hadapan TUHAN, dan lembu itu harus disembelih di hadapan TUHAN.

Keluaran 30:10 (TB-LAI)

Sekali setahun haruslah Harun mengadakan pendamaian di atas tanduk-tanduknya; dengan darah korban penghapus dosa pembawa pendamaianharuslah ia sekali setahun mengadakan pendamaian bagi mezbah itu di antara kamu turun-temurun; itulah barang maha kudus bagi TUHAN.”

TUHAN memerintahkan kepada Musa, bahwa pengampunan dosa memerlukan kurban yang tak bercela, memerlukan darah hewan yang dicurahkan sebagai tanda pengampunan dosa. Bukan sekadar hewan kurban saja yang dipersembahkan, tetapi harus dipilih seekor yang tidak bercacat cela alias harus yang terbaik yang dipersembahkan:

Imamat 1:3

Jikalau persembahannya merupakan korban bakaran dari lembu, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela. Ia harus membawanya ke pintu Kemah Pertemuan, supaya TUHAN berkenan akan dia.

Imamat 1:10

Jikalau persembahannya untuk korban bakaran adalah dari kambing domba, baik dari domba, maupun dari kambing, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela.

Imamat 3:1

“Jikalau persembahannya merupakan korban keselamatan, maka jikalau yang dipersembahkannya itu dari lembu, seekor jantan atau seekor betina, haruslah iamembawa yang tidak bercela ke hadapan TUHAN.

Imamat 3:6

Jikalau persembahannya untuk korban keselamatan bagi TUHAN adalah dari kambing domba, seekor jantan atau seekor betina, haruslah ia mempersembahkan yang tidak bercela.

Imamat 4:3

maka jikalau yang berbuat dosa itu imam yang diurapi, sehingga bangsanya turut bersalah, haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN karena dosa yang telah diperbuatnya itu, seekor lembu jantan muda yang tidak bercela sebagai korban penghapus dosa.

Imamat 4:23

maka jikalau dosa yang telah diperbuatnya itu diberitahukan kepadanya, haruslah ia membawa sebagai persembahannya seekor kambing jantan yang tidak bercela.

Imamat 4:28

maka jikalau dosa yang telah diperbuatnya itu diberitahukan kepadanya, haruslah ia membawa sebagai persembahannya karena dosa yang telah diperbuatnya itu seekor kambing betina yang tidak bercela.

Imamat 22:19

maka supaya TUHAN berkenan akan kamu, haruslah persembahan itu tidak bercela dari lembu jantan, domba atau kambing.

Musa bukan tanpa maksud dan tujuan perlu adanya kurban penghapus dosa,tetapi itu dilakukan secara turun-menurun oleh bangsa Israel. Jadi, ajaran mengajarkan bahwa pengampunan dosa tanpa perlu ada darah tercurah, cukup bertaubat dengan sungguh-sungguh maka itu adalah ajaran yang di luar kebenaran Allah dan tidak sesuai yang diperintahkan TUHAN melalui Nabi Musa. Orang Yahudi gagal memahami makna dari persembahan domba sebagai kurban penghapus dosa. Mereka menyangka dengan amal, memberikan perpuluhan, menjalankan hukum Taurat secara ketat telah menghilangkan dosa mereka dihadapan Allah dan dianggap layak dihadapan Allah. Ada banyak orang juga yang mempelajari Alkitab, tetapi juga gagal memahami hakekat dari kurban penghapus dosa ini. Walaupun ada orang yang begitu paham bahasa-bahasa Timur Tengah, sanggup berbicara dengan berbagai bahasa Timur Tengah, paham bahasa Suryani, bisa membaca Alkitab Perjanjian Lama dalam teks asli berbahasa Ibrani, tetapi juga gagal memahami makna dari Taurat Musa ini tentang kurban penghapus dosa.

Allah adalah Mahapengampun, tetapi dalam mengampuni tidak cukup manusia bertobat begitu saja datang memohon ampun kepada-Nya, ada kurban yang diperlukan sebagai syarat pengampunan dosa. Dan perintah Allah kepada Musa ini adalah kiasan / gambaran tentang Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah kurban yang sempurna yang menyenangkan hati Bapa, darah Yesus Kristus di atas salib tercurah untuk mengampuni dosa manusia dan memperdamaikan manusia berdosa dengan Bapa. Yesuslah kurban yang tak bercela, yang sempurna yang diperkenan Bapa. Tentang hal ini Yohanes Pembaptis bersaksi:

…”Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. (Injil Yohanes 1:29, TB-LAI ).

Tak seorang pun yang hidup berkenan dihadapan Allah, semua manusia berdosa, dan hukuman dosa manusia ditanggung oleh Yesus Kristus, Anak Domba Allah yang menghapus dosa manusia di kayu salib. Yesus Kristus menderita sengsara di kayu salib, darah-Nya tercurah demi membayar hutang dosa manusia kepada Bapa. Di atas salib Yesus berseru:

“Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Injil Markus 15:34, TB-LAI)

Ucapan Yesus tersebut bagi sebagian orang menjadi bahan ejekan, cemooh, tertawaan, dan bukti bahwa Yesus ditinggalkan Allah. Yesus pernah berkata: Dia dan Bapa adalah satu. Satu kesatuan hakekat yang tak terpisahkan, Bapa dan Firman yang satu kesatuan tak terpisahkan, tetapi ada suatu saat…ada suatu waktu Bapa meninggalkan Yesus, Anak yang dikasihi-Nya, karena Yesus sedang mengalami hukuman dosa yang seharusnya kita tanggung, karena hakekat maut adalah absennya hadirat Allah secara keseluruhan dan itu yang sedang Yesus alami di kayu salib hingga Ia berseru: : “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.

Apa yang dialami Yesus di kayu salib telah menggenapi nubuat Nabi Yesaya beratus-ratus tahun sebelum kelahiran Yesus ke dunia. Nabi Yesaya menubuatkan akan adanya hamba Allah yang begitu setia yang menanggung kesalahan, kejahatan, dosa manusia:

(3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. (4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. (7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. (8) Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. (9) Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. (10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. (Yesaya 53:3-10, TB-LAI)

Yesuslah penggenap nubuat Nabi Yesaya di atas. Tidak ada nabi, tidak ada rasul yang menggenapi nubuat tersebut —baik sebelum kelahiran Yesus maupun setelah kelahiran Yesus di dunia, selain Yesus Kristus. Allah adalah Mahakasih. Begitu kasih-Nya kepada manusia sehingga Ia tidak akan membiarkan umat-Nya binasa. Itulah kasih Bapa yang diwujudkan dalam Yesus Kristus. Dan kasih Allah tidak berhenti di sini saja, kasih Allah adalah kasih yang sempurna, kasih yang rela berkurban. Kita tentu setuju bahwa kasih sejati adalah kasih yang rela berkurban. Seorang pria yang sangat mencintai seorang wanita, tetapi dia tidak mau berkurban waktu, berkurban uang, berkurban tenaga demi wanita pujaannya dan dia hanya menuntut agar wanita itu memperhatikan dirinya dan tidak mau direpotkan…itu adalah cinta palsu. Cinta kasih Allah sejati bukan hanya berupa konsep tetapi secara nyata dinyatakan melalui Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus yang rela menjadi manusia. Yesus adalah Firman Allah yang tak terbatas namun rela menjadi terbatas, menjadi manusia. Yesus rela menanggung hukuman dosa di kayu salib walaupun Dia sendiri tidak berdosa…namun demi cinta kasih Bapa kepada manusia berdosa, Yesus rela taat sampai mati menjadi kurban pendamaian dosa manusia. Tanpa Yesus Kristus tidak seorangpun diselamatkan dan murka Allah tetap ada padanya.

Tuhan Yesus berkata:

Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.” (Injil Yohanes 3:36, TB-LAI )

Itulah perkataan yang benar, yang terpercaya, yang bersumber dari sumber aslinya, Yesus Kristus. Namun…percaya yang seperti apa maksud ayat di atas? Banyak orang beragama berkata bahwa mereka pun percaya Yesus, tetapi hanya sebagai nabi. Percaya kepada Yesus menurut ujaran dan perkataan Yesus di atas maksudnya adalah percaya bahwa Yesus Kristus taat dan setia sampai mati untuk memperdamaikan antara manusia berdosa yang harus binasa dalam neraka dengan Bapa yang Mahasuci sehingga barangsiapa percaya kepada Anak-Nya yang tunggal akan diselamatkan, sebab dosa telah ditanggung oleh Yesus Kristus di kayu salib, darah-Nya telah membayar lunas hutang dosa manusia kepada Bapa. Tanpa penumpahan darah, TIDAK ADA pengampunan dosa.

Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa. (Injil Matius 26:28, TB-LAI)

Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, (Efesus 1:7 , TB-LAI)

Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan. (Ibrani 9:22, TB-LAI)

Segala kemuliaan hanya bagi Allah Bapa dan segala Pujian bagi Yesus Kristus dalam kuasa Roh Kudus. UNTUK KESELAMATAN: APAKAH PENGAMPUNAN DOSA SAJA CUKUP DAN TANPA KRISTUS?.
Next Post Previous Post