DOSA ADAM DAN DOSA ASAL (ROMA 5:19) - John Calvin

John Calvin.
DOSA ADAM DAN DOSA ASAL (ROMA 5:19) - Jhon Calvin
DOSA ADAM DAN DOSA ASAL (ROMA 5:19). Melalui Kejatuhan dan Pemberontakan Adam Seluruh Umat Manusia Berada di Bawah Kutuk, dan Kehilangan Kondisinya yang Orisinal: Doktrin Dosa Asal. (John Calvin, Institutes of the Christian Religion, II.1, disadur oleh syo) 

Pengetahuan akan diri yang benar menghindarkan kita dari kesombongan. Para filsuf memberi nasihat yang bijaksana kepada kita, “kenalilah dirimu sendiri”, tetapi jika pengetahuan diri itu diperoleh secara salah ia justru hanya menjadikan kita sombong, karena itu kita harus berusaha mendapatkan pengetahuan yang benar. Pengetahuan diri yang benar terdiri dari dua hal. Pertama, memahami keunggulan alamiah yang dikaruniakan Allah kepada kita saat penciptaan, yang jika tidak dirusak oleh kejatuhan akan menjadi demikian luar biasa. 

Suatu pemahaman yang harus membuat kita bersyukur; kedua, menyadari kondisi nestapa yang kita alami setelah kejatuhan. Pada mulanya, kita dibentuk menurut gambar Allah, dan diberikan akal budi dan hikmat untuk menempuh kehidupan yang berkebajikan dan beribadah kepada Allah. Namun di dalam Adam, kita semua tergelincir dan kondisi orisinil kita. Pengertian ini biarlah membuat kita benar-benar rendah hati dan mendorong kita untuk mencari Allah. 

Allah mau kita mengenal diri dengan benar supaya kesombongan kita dihancurkan dan hal itu membawa kita untuk tunduk kepada-Nya. Namun karena pada dasarnya sifat manusia itu suka disanjung, maka kita cenderung untuk mengamati sifat-sifat baik kita dan mengabaikan keadaan kita yang celaka yang hanya membuat kita malu, akibatnya kita tertipu untuk menganggap bahwa tidak ada sesuatu dalam diri kita yang layak untuk dibenci. 

Dengan demikian, kita berpikir bahwa tanpa pertolongan dari luar (Allah) kita mampu menjalani kehidupan yang baik. Ajaran-ajaran yang menyenangkan telinga ini telah menyesatkan kita dan tidak membawa kita kepada pengenalan diri yang seharusnya. 

Orang berusaha mengenal diri berdasarkan standar Allah tidak memiliki alasan untuk memegahkan diri; namun secara paradoks ia mengetahui kelebihan-kelebihan yang Allah tanamkan dalam dirinya. Untuk mengenal diri dengan benar;

pertama-tama, kita harus memperhatikan apa tujuan kita diciptakan sehingga diberikan karunia yang demikian luar biasa; kedua, mempertimbangkan kemampuan maupun keterbatasan kita. Yang pertama, membawa dia kepada kesadaran akan tugas kita kepada Allah, sedangkan yang

kedua, kesadaran akan kemampuan yang kita miliki untuk melaksanakan tugas kita. 

Larangan untuk memakan buah pengetahuan baik dan jahat itu dimaksudkan sebagai ujian atas ketaatan manusia pertama, apakah ia bersedia tunduk kepada perintah Allah. Oleh tipuan Iblis, Hawa memandang rendah kebenaran firman Allah dan menggantikannya dengan kebohongan. Tidak adanya penghormatan kepada firman Allah akhirnya membawa dia kepada ketidaktaatan (Roma 5:19). 

Ambisi dan kesombongan, yang disertai dengan ketidakpuasan kepada Allah membuat manusia pertama menghina karunia Allah yang demikian luar biasa kepadanya dan menginginkan apa yang bukan diperuntukkan baginya, sehingga ia secara jahat memberontak kepada Allah. 

Dosa Adam memisahkan dirinya dari Allah. Sebagaimana kehidupan rohaninya terdiri dari kesatuannya dengan Pencipta, maka keterpisahannya dengan Allah membawa dia kepada kematian. Dosa Adam ini tidak hanya mencelakakan dirinya sendiri, tetapi seluruh keturunannya menjadi tercemar, bahkan seluruh tatanan alam semesta mengalami kerusakan (Roma 8:20, 22). Kerusakan gambar Allah dalam diri Adam ini yang kemudian menyebar kepada seluruh keturunannya inilah yang disebut dosa asal / turunan (Mazmur 1:7; Ayub. 14:4). 

Hal ini dijelaskan rasul Paulus ketika ia membandingkan Adam dan Kristus: “sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” (Roma 5:12). Dari Adam mengalirlah pencemaran kepada seluruh keturunannya. Tetapi penyebab penularan ini bukan di dalam substansi tubuh atau jiwa, tetapi berdasarkan ketetapan Allah. Ketika Adam mengalami kerusakan, maka seluruh natur kita juga dicemarkan. 

Dosa asal adalah suatu kerusakan natur kita secara turun temurun, yang menyebar ke seluruh jiwa kita, yang menjadikan kita layak dimurkai Allah, dan yang menghasilkan di dalam kita apa yang dalam Alkitab disebut “perbuatan daging” (Galatia 5:19). Dua hal yang perlu kita mengerti: 

Pertama, kita dihukum bukan atas kesalahan orang lain, tetapi kesalahan kita sendiri, sebab kita dilahirkan di dalam kesalahan, walaupun sebagai bayi buah kejahatan kita belum terwujud, tetapi benihnya sudah ada di dalam kita. Dan karena natur kita itu penuh dengan benih dosa, maka semua itu menjadi kejijikan bagi Allah. 

Kedua, kerusakan dalam kita itu tidak pernah berhenti, tetapi terus menerus menghasilkan buah baru, yaitu perbuatan daging, dan ini bukan sekadar tidak adanya kebenaran (pasif), tetapi dalam diri kita ada suatu daya aktif dan yang secara subur menghasilkan buah-buah kejahatan; suatu pencemaran yang meliputi pengertian dan kehendak, dari tubuh hingga jiwa, pokoknya seluruh natur kita telah dicemarkan. 

Demikian menyeluruh pencemaran ini sehingga tidak ada suatu bagian dari kita yang tidak dicemarkan (Roma 3:1-20), dan karena tidak ada bagian yang tidak dicemari oleh dosa, maka apa yang berasal darinya diperhitungkan sebagai dosa (Roma 8:6-7). 

Namun demikian, kita tidak dapat menyalahkan Allah dengan mengatakan karena kecemaran kita adalah pekerjaan Allah maka Dialah yang harus bertanggung jawab dan bukannya manusia. Alkitab menyatakan bahwa kejahatan manusia bukan karena kesalahan penciptaan Allah tetapi masuk karena dosa, seperti dikatakan oleh Pengkhotbah “Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih” (Pengkhotbah 7:29). 

Jadi jelaslah bahwa kesengsaraan manusia itu adalah akibat kesalahan manusia sendiri, sesuatu yang terjadi kemudian, bukan bawaan karena penciptaan. 
Sumber: Ready Bread – Reformed Evangelical Daily Bible Readings, Artikel Mingguan, Minggu ke-26 dan 27 (Bacaan Alkitab Setiap Hari, Gereja Reformed Injili Indonesia) 

For God does not consider, in chastening the faithful, what they deserve; but what will be useful to them in future; and fulfils the office of a physician rather than of a judge. — Dalam memurnikan umat-Nya yang setia, Allah tidak memperhatikan apa yang layak mereka terima; tetapi apa yang berguna bagi mereka di masa yang akan datang; di mana Ia memenuhi peran seorang dokter ketimbang seorang hakim. (John Calvin) 

Afflictions are not evils, because they have glory annexed to them… We are not afflicted by chance, but through the infallible providence of God. — Penderitaan itu dirinya sendiri bukan sesuatu yang jahat, karena bersamanya datanglah kemuliaan… Kita tidak menderita secara kebetulan, tetapi melalui providensi Allah yang tidak pernah salah. (John Calvin).DOSA ADAM DAN DOSA ASAL (ROMA 5:19).
Next Post Previous Post