ISTILAH, DEFINISI DAN PRINSIP KARUNIA ROHANI

Pdt.Samuel T Gunawan , M.Th.
ISTILAH, DEFINISI DAN PRINSIP KARUNIA ROHANI
ISTILAH, DEFINISI DAN PRINSIP KARUNIA ROHANIPasal ini disediakan khusus karena teologi Kharismatik sangat menekankan pada penggunaan karunia-karunia rohani atau “charismata”. Sebenarnya, saya berkeyakinan bahwa semua anggota tubuh Kristus saat ini, baik Kharismatik maupun non Kharismatik memiliki Roh Kudus yang memberikan karunia-karuniaNya kepada tiap-tiap orang percaya menurut kehendakNya yang berdaulat.

Karunia-karunia (charismata) tersebut harus terus diaktifkan dalam kehidupan dan pertumbuhan iman orang-orang percaya yang menerimanya, jika tidak, maka karunia-karunia tersebut tidak akan berguna dan memberi manfaat dalam rangka membangun tubuh Kristus. Alkitab mengatakan “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan (phanerõsis) Roh untuk kepentingan bersama” (1 Korintus 12:7). Tujuan karunia-karunia diberikan kepada tiap-tiap orang percaya adalah untuk kepentingan tubuh Kristus dan pelayanan. Karunia-karunia rohani diberikan karena ada tugas yang harus dikerjakan dan jika karunia-karunia itu bekerja dengan baik, maka tugas itu dapat diselesaikan.

Kecenderungan mengabaikan karunia rohani tidaklah menunjukkan kedewasaan rohani. Mengabaikan hal tersebut justru menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap kasih karunia Allah. Mengapa? Karena karunia rohani (charisma) dihubungkan dengan kasih karunia (kharis) Allah. 

Perhatikan apa yang rasul Petrus katakan berikut ini, “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia (charisma) yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia (Kharistos) Allah” (1 Petrus 4:10). Karena itu, karunia-karunia itu perlu dikenali, digali dan dikembangkan, sehingga berdaya guna bagi pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus. A.W Tozer mengatakan, “Diberkatilah orang yang mengenal karunia-karunianya dan yang ingin mempraktekkannya untuk anggota lain dalam tubuh Kristus ‘sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah’ (1 Petrus 4:10)”.

Tugas gereja terlalu besar untuk dilakukan oleh seseorang dan terlalu beragam dari ketrampilan yang dimiliki seseorang. Allah telah menyelesaikan masalah ini dengan cara membagi tugas dan memberikan karunia yang berbeda-beda kepada setiap orang, sehingga mereka dimampukan untuk melakukan bagian mereka masing-masing. Dengan cara membagikan tugas, Ia meringankan beban semua orang dan memungkinkan pelaksanaan tujuan-Nya dengan lancar di antara manusia. Tidak diragukan lagi itu adalah alasan di balik karunia-karunia Roh yang diberikan kepada berbagai anggota komunitas Kristen.

ISTILAH DAN DEFINISI KARUNIA-KARUNIA ROHANI 

Ajaran tentang karunia-karunia rohani hampir seluruhnya adalah ajaran rasul Paulus. Tiga daftar utama ditemukan dalam Kitab Roma 12, 1 Korintus 12 dan Efesus 4. Bagian utama dalam Efesus 4 menghubungkan karunia-karunia rohani (ayat 11-12) sebagai pemberian Kristus yang telah bangkit dan naik ke surga (ayat 8). 

Bagian utama dalam 1 Korintus menekankan pekerjaan Roh Kudus sebagai Pribadi yang berdaulat (ayat 4,7,11) yang memberikan karunia-karunia menurut kehendak-Nya (ayat 8-10). Bagian utama lainnya di Roma 12 tidak menyebutkan dengan jelas siapakah pribadi yang memberikan karunia-karunia itu (ayat 6-8), tetapi di ayat empat mengindikasikan bahwa Allah yang memberi iman adalah Allah yang memberi karunia-karunia. Selain rasul Paulus, satu-satunya penulis Perjanjian Baru yang menyinggung tentang karunia-karunia rohani adalah rasul Petrus.

Di dalam 1 Petrus 4:10-11, ia menasihati, “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia (charisma) yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin”.

1. Istilah Karunia-Karunia Rohani

Istilah Yunani yang umumnya dipakai oleh para penulis Perjanjian Baru untuk mendeskripsikan “karunia-karunia Roh” adalah “charisma”. Kata “charisma (χαρίσμα)” ini memiliki makna yang beragam sesuai dengan konteks penggunaannya. Kata ini pada dasarnya berarti “karunia, anugerah, pemberian atau hadiah”. Bentuk jamak dari kata “charisma” adalah “charismata”. Dari kata inilah kemudian muncul sebutan “kharismatik” yang menunjuk kepada “gerakan Kharismatik” atau “orang-orang Kharismatik”. Selanjutnya, kata “charisma” ini berasal dari “charis” yang dalam bahasa Yunani berarti “kasih karunia”. Jadi, ada hubungan yang sangat erat antara karunia-karunia Roh dan kasih karunia Allah.

Sebenarnya, kata “charismata” bukanlah satu-satunya yang digunakan di Perjanjian Baru untuk karunia-karunia Roh, walaupun kata tersebut adalah kata yang biasanya paling umum digunakan. Kata Yunani lainnya yang digunakan adalah “pneumatikos” dan “domata”. Kata “pneumatikos” ini misalnya muncul dalam 1 Korintus 12:1, “Sekarang tentang karunia-karunia Roh (pneumatikos). Aku mau, saudara-saudara, supaya kamu mengetahui kebenarannya”. 

Sedangkan kata “domata” (bentuk tunggalnya “doma”) muncul di Efesus 4:8, “Itulah sebabnya kata nas: “Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian (domata) kepada manusia”. Baik kata “pneumatikos” “maupun kata “domata”, keduanya dihubungkan dengan “charismata” dan “charis” dalam konteks penggunaannya. Dengan demikian, karunia-karunia Roh, dalam konteks Perjanjian Baru, berhubungan erat dengan kasih karunia Allah.

2. Definisi Karunia-Karunia Rohani

Teolog Dispensasional Charles C. Ryrie dan Paul Enns secara terpisah memberikan definisi karunia-karunia rohani sebagai berikut. Ryrie mendefinisikan karunia rohani sebagai “suatu kemampuan yang diberikan Allah untuk pelayanan”. 

Tampaknya ada tiga hal yang ditekankan Ryrie dalam definisinya di atas, yaitu: (1) Suatu karunia rohani adalah suatu kemampuan; (2) Karunia rohani diberikan oleh Allah; dan (3) karunia rohani digunakan untuk pelayanan tubuh Kristus. Sementara itu, Enns mengatakan “Suatu definisi singkat dari karunia rohani adalah ‘pemberian anugerah’. Definisi yang lebih lengkap adalah “pelimpahan ilahi akan kemampuan khusus untuk pelayanan atas anggota tubuh Kristus”.

Menurut Paul Enns ada dua konsep dalam karunia-karunia rohani, yaitu (1) karunia rohani pada seseorang adalah perlengkapan dari Allah bagi pelayanan secara individu (1 Korintus 12:11); dan (2) suatu karunia rohani bagi gereja adalah di mana secara unik seseorang diperlengkapi bagi pendidikan dan pendewasaan gereja (Efesus 4:11-13).

Anthony Hoekema, seorang teolog Calvinis-Reformed mengutip Arnold Bittlinger saat mendefinisikan karunia rohani sebagai berikut, “Manifestasi bebas dari Roh Kudus, yang berkarya di dalam dan melalui, tetapi melampaui kemampuan natural orang percaya, bagi kebaikan bersama umat Allah”. 

Selanjutnya Hoekema menyatakan fungsi karunia-karunia Roh itu adalah untuk “memampukan orang-orang percaya untuk melakukan berbagai bentuk pelayanan di dalam jemaat, atau terlibat di dalam bentuk pelayanan tertentu dalam kerajaan Allah. Tujuan karunia-karunia ini adalah untuk membangun orang-orang percaya, membangun jemaat, dan untuk melayani keseluruhan komunitas Kristen”. 

Wayne Grudem seorang teolog injili mendefinisikan karunia rohani sebagai, “Kemampuan apapun yang diberi kuasa oleh Roh Kudus dan digunakan dalam pelayanan gereja”. Disini Wayne Grudem menekankan bahwa karunia-karunia rohani merupakan suatu pemberian kuasa oleh Roh Kudus kepada setiap orang percaya dan karunia-karunia tersebut digunakan bagi pelayan gereja. 

Sementara itu teolog Injili lainnya, Darrel W. Robinson menyatakan bahwa “karunia Roh adalah pemberian dari Allah yang memampukan anak-anak-Nya untuk melakukan ‘pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus’ (Efesus 4:12)”.

Pakar teologi misi dan pertumbuhan gereja, C. Peter Wagner, yang juga seorang Injili Kharismatik, mendefinisikan karunia rohani sebagai berikut, “sebuah karunia rohani adalah sebuah perlengkapan istimewa yang diberikan oleh Roh Kudus kepada tiap-tiap anggota tubuh Kristus menurut kasih karunia Allah untuk dipakai dalam konteks tubuh itu”.

Definisi Wagner tersebut menekankan lima hal penting karunia rohani yaitu: (1) karunia rohani adalah perlengkapan istimewa; (2) karunia rohani diberikan oleh Roh Kudus; (3) karunia rohani diberikan kepada tiap-tiap anggota tubuh Kristus atau orang percaya; (4) karunia rohani diberikan menurut kasih karunia Allah; dan (5) karunia rohani dipakai dalam konteks pelayanan tubuh Kristus.

Saya sendiri mendefinisikan karunia rohani sebagai “suatu kemampuan khusus yang diberikan kepada orang-orang percaya oleh Kristus dan Roh Kudus menurut kasih karunia Allah untuk memuliakan Kristus dan membangun gereja-Nya”. Berdasarkan definisi tersebut ada empat hal yang harus dipahami tentang karunia rohani, yaitu: 

1. Karunia Rohani Adalah Suatu Kemampuan Khusus

Suatu karunia rohani adalah suatu kemampuan khusus. Kemampuan khusus ini tidak sama dengan dengan talenta atau pun kemampuan alami yang dibawa setiap orang sejak lahirnya. Sebagai contoh, ada yang dapat menyanyi atau belajar memainkan sebuah alat musik dengan baik, ada yang pandai melukis gambar yang indah atau mengukir bentuk-bentuk dari kayu, dan lain-lainnya. Tuhan memberikan kemampuan-kemampuan ini, tetapi itu bukanlah karunia rohani. Walaupun demikian, ketika kemampuan alamiah ini dipersembahkan kepada Tuhan untuk kepentingan-Nya, kemampuan itu dapat menjadi suatu cara untuk mengekspresikan sebuah karunia rohani. 

2. Karunia-Karunia Rohani Diberikan Oleh Kristus Dan Roh Kudus

Dua bagian utama tentang karunia Rohani dihubungkan dengan Kristus dan Roh Kudus. Bagian Utama dalam Efesus 4 menghubungkan karunia-karunia rohani (ayat 11-12) sebagai pemberian Kristus yang telah bangkit dan naik ke surga (ayat 8). Bagian utama dalam 1 Korintus menekankan pekerjaan Roh Kudus sebagai Pribadi yang berdaulat (ayat 4,7,11) yang memberikan karunia-karunia menurut kehendak-Nya (ayat 8-10).

3. Karunia-Karunia Diberikan Menurut Kasih Karunia Allah

Karunia-karunia diberikan menurut kasih karunia, artinya bahwa karunia-karunia diberikan secara gratis dan bukannya karena hasil perbuatan seseorang (1 Korintus 12:11). Karunia-karunia bukan diberikan sebagai tanda atau badge yang menyatakan bahwa Allah senang dengan tingkat kerohanian seseorang. Karunia-karunia juga tidak kita per oleh karena kita mengabdi dengan sungguh-sungguh sekali. Karunia-karunia itu pemberian berdasarkan kasih karunia Allah. Petrus menasihati, “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” ( 1 Petrus 4:10-11). Jadi, karunia-karunia Roh, dalam konteks Perjanjian Baru, berhubungan erat dengan kasih karunia Allah.

4. Karunia Rohani diberikan Untuk Memuliakan Kristus dan Membangun Gereja-Nya

Karunia-karunia tersebut diberikan untuk memuliakan Kristus (1 Korintus 12:3). Pekerjaan Roh Kudus sekarang ini adalah memuliakan Kristus. Dan segala sesuatu yang dikerjakan-Nya mempunyai tujuan tertinggi untuk memuliakan Kristus. Karunia-karunia rohani harus digunakan untuk pelayanan di dunia ini. dan menolong gereja untuk bertumbuh (Efesus 4:11-13). 

Tozer mengatakan, “Tidak seorang pun bisa mengasihi Tuhan Yesus Kristus jikalau Roh Allah tidak diberi kesempatan untuk menyatakan diri-Nya di dalam kehidupan. Tidak seorang pun bisa berkata bahwa Yesus adalah Tuhan jikalau Roh Kudus tidak memampukannya melalui kehidupan dan pengalaman rohani”.[19] Karunia-karunia yang diberikan kepada tiap-tiap orang percaya adalah untuk kepentingan tubuh Kristus dan pelayanan. Karunia-karunia rohani diberikan karena ada tugas yang harus dikerjakan dan jika karunia-karunia itu bekerja dengan baik, maka tugas itu dapat diselesai (Yohanes 15:26-27; Kisah Para Rasul 1:4,8;Efesus 4:12-16).

DAFTAR DAN PENJELASAN RINGKAS KARUNIA-KARUNIA ROHANI 

Perjanjian Baru mencantumkan empat perikop yang mendaftarkan serangkaian karunia-karunia (charismata) yang berbeda-beda, yang Tuhan berikan kepada Gereja-Nya yaitu: Roma 12:6-8; 1 Korintus 12:4-11; 28-30; Efesus 4:11-12; 1 Petrus 4:11. Saat diteliti dan dibuat daftar lengkap, para teolog dan ahli Alkitab ada yang menemukan delapan belas karunia, sembilan belas karunia, ada yang dua puluh, ada yang menemukan dua puluh tujuh, dan ada jumlah lainnya. Rupanya Paulus dan lainnya, tidak bermaksud membuat daftar yang lengkap mengenai karunia rohani. 

Millard J. Erickson mengatakan, “Karena tak satu pun dari keempat daftar tersebut mencakup semua karunia yang terdapat pada daftar-daftar yang lain, maka tampaknya dapat dibayangkan bahwa secara kolektif daftar-daftar tersebut belum menghabiskan keseluruhan karunia Roh Kudus yang ada. Dengan demikian daftar-daftar tersebut, baik secara tersendiri maupun secara kolektif, merupakan contoh dari berbagai karunia yang dianugerahkan Allah kepada gereja”. 

Jadi tampaknya karunia yang disebutkan dalam Alkitab hanya sebagai contoh tentang bagaimana Tuhan memberikan kemampuan dan kuasa kepada umat-Nya untuk melaksanakan perintah-Nya dan kehendak-Nya (Matius 28:19-20).

Beberapa hal perlu diperhatikan mengenai daftar karunia-karunia rohani berhubungan dengan orientasinya yang berbeda. Efesus 4:11 dan 1 Korintus 12:28a tampaknya mendaftarkan berbagai jabatan dalam gereja atau orang-orang yang dapat dianugerahkan Allah kepada gereja. Roma 12:6-8; 1 Korintus 12:28b; dan 1 Petrus 4:11 tampaknya merupakan daftar berbagai fungsi dasar yang harus ada dalam gereja. Sedangkan daftar dalam 1 Korintus 12:4-11 merupakan daftar kemampuan pribadi yang istimewa.

1. Daftar Karunia Rohani 

Berdasarkan Roma 12:6-8; 1 Korintus 12:4-11; 28-30; Efesus 4:11-12; 1 Petrus 4:11, yang memuat daftar utama karunia rohani kita menemukan berbagai macam karunia rohani.

(1) Daftar karunia rohani dalam Efesus 4:11, “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul (αποστολοuς-apostolous) maupun nabi-nabi (προφητας-prophêtas), baik pemberita-pemberita Injil (ευαγγελιστας-euaggelistas) maupun gembala-gembala (ποιμενας-poimenas) dan pengajar-pengajar (διδασκαλονς-didaskalous)”, dan daftar karunia rohani dalam 1 Korintus 12:28a, “Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul (αποστολοuς-apostolous), kedua sebagai nabi (προφητας-prophêtas), ketiga sebagai pengajar (διδασκαλονς-didaskalous)”. Jadi dari daftar ini kita mendapatkan lima macam karunia rohani yaitu: rasul, nabi, penginjil, gembala, dan pengajar. Beberapa penulis menggabungkan gembala dan pengajar menjadi satu. 

Di sini saya mengikuti Kevin J. Conner dengan menggunakan sudut pandang umum mengenai adanya lima jawatan pelayanan. Alfred Martin, profesor teologi dari Moody Bible Institute menyatakan, “kedua jabatan ini berjalan seiring”. Alfred Martin jelas menyebutkan dua jabatan yang berbeda walaupun dipegang oleh satu orang. 

(2) Daftar karunia rohani dalam 1 Korintus 12:8-10, “Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat (λόγος σοφίας-logos sophias), dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan (λόγος γνώσεως-logos gnōseōs). Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman (πίστις-pistis), dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan (ἰαμάτων-iamatōn). Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat (ἐνεργήματα δυνάμεων-energēmata dunameōn ), dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat (προφητείαν-prophēteian), dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh (διακρισεις πνευματων-diakriseis pneumatôn). Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh (γλωσσῶν-glōssōn), dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh (ἑρμηνεία γλωσσῶν-hermēneia glōssōn) itu”. 

Jadi dari daftar ini kita mendapatkan sembilan macam karunia rohani, yaitu: kata-kata hikmat, kata-kata pengetahuan, karunia iman, karunia kesembuhan, mengadakan mujizat, bernubuat, membedakan roh, berbahasa roh, menafsirkan bahasa roh.

(3) Daftar karunia rohani dalam Roma 12:6-8, “Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: 

Jika karunia itu adalah untuk bernubuat (προφητείαν-prophēteian) baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani (διακονίαν-diakonian), baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar (διδάσκων-didaskōn), baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati (παρακαλῶν-parakalōn), baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan (μεταδιδοὺς-metadidous) sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan (προϊστάμενος-proistamenos), hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan (ἐλεῶν-eleōn), hendaklah ia melakukannya dengan sukacita. 

Daftar karunia rohani dalam 1 Korintus 12:28b, “Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mukjizat (ἐνεργήματα δυνάμεων-energēmata dunameōn), untuk menyembuhkan (ἰαμάτων-iamatōn), untuk melayani (διακονίαν-diakonian), untuk memimpin (προϊστάμενος-proistamenos), dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh (γλωσσῶν-glōssōn)”. 

Daftar karunia rohani dalam 1 Petrus 4:11, “Jika ada orang yang berbicara (λαλει-lalei), baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani (διακονεί- diakonei), baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin” 

Tanpa mengulangi daftar yang terdahulu dari daftar ini kita mendapatkan enam macam karunia rohani, yaitu, melayani, menasihati, membagi-bagikan, memberi pimpinan, kemurahan, berbicara atau berkhotbah. 

2. Penjelasan Mengenai Karunia-Karunia Rohani 

Berdasarkan daftar di atas berikut ini dua puluh macam karunia-karunia rohani beserta penjelasan ringkasnya. 

(1) Rasul, adalah seorang yang diutus Tuhan. Gelar ini digunakan untuk kelompok tertentu dalam Perjanjian Baru yaitu Yesus Kristus (Ibrani 3:1), kedua belas murid (Matius 10:2), Paulus (Roma 1:1; 2 Korintus 1:1; Galatia 1:1) dan orang lainnya, yaitu Andronikus (Roma 16:7), Barnabas, Paulus (Kisah Para Rasul 14:14), Titus (2 Korintus 8:23), Timotius (1 Tesalonika 1:1; 2:6), dan lain-lain. Nampaknya, tugas para rasul adalah untuk meletakkan dasar untuk Gereja-gereja Lokal yang didirikan (Efesus. 2:20). Mereka membentuk jemaat-jemaat lokal yang baru (1 Korintus 9:1-2) dan bekerja sama dengan jemaat-jemaat lokal yang sudah berdiri tetapi masih perlu pembinaan lebih lanjut. 

(2) Nabi, adalah orang yang diutus Tuhan untuk menyampaikan suatu berita atau pesan dan mampu meramalkan masa dengan tepat. Dalam Perjanjian Baru, istilah nabi ditujukan kepada mereka yang di era Perjanjian Lama berbicara di bawah pengaruh ilahi. Hal ini mencakup menceritakan sebelumnya hal-hal yang akan terjadi di masa depan (ramalan). 

Di kalangan gereja Perjanjian Baru, para nabi merupakan pemberita dan penafsir firman Allah yang dipenuhi Roh, dipanggil Allah untuk mengingatkan, menasihati, menghibur, dan membangun (Kisah Para Rasul 2:14-36; 3:12-26; 1 Korintus 12:10; 14:3). Mereka harus menjalankan karunia nubuat, kadang-kadang mereka adalah “pelihat” yang menceritakan tentang masa depan (Kisah Para Rasul 11:28; 21:10-11). 

Seperti halnya para nabi Perjanjian Lama, maka nabi Perjanjian Baru dipanggil untuk menyingkapkan dosa, memberitakan kebenaran, mengingatkan akan datangnya penghakiman, dan memberantas keduniawian dan kesuaman di antara umat Allah (Lukas 1:14-17). Pelayanan nabi sering dilakukan bersamaan dengan pelayanan rasul, dan rasul serta nabi nampaknya bekerja sama untuk meletakkan suatu dasar (Efesus 2:20). 

Agabus adalah nabi yang paling terkenal namanya di Kisah Para Rasul, karena ia menubuatkan suatu kelaparan yang akan terjadi, juga bahwa Rasul Paulus akan dipenjarakan (Kisah Para Rasul 11:27-28; 21:10-14). Nabi-nabi melayani tubuh Kristus dalam mentahabiskan dan mengutus pelayan-pelayan Tuhan di bawah naungan jemaat lokal (Kisah Para Rasul 13:3); dalam menasihati, membina dan menghibur seluruh tubuh Kristus (1 Korintus 14:3).

(3) Pemberita Injil, adalah seseorang yang menyampaikan kabar baik Yesus Kristus kepada mereka yang belum percaya. Pemberita Injil mempunyai urapan khusus untuk mengarahkan orang-orang kepada pertobatan. Pemberita Injil memperlengkapi anggota gereja untuk bersaksi; Dalam Perjanjian Baru, pemberita Injil adalah orang milik Allah yang berbakat dan ditugaskan untuk memberitakan Injil (yaitu kabar baik) keselamatan kepada yang belum selamat dan membantu membuka gereja yang baru di sebuah kota. Filipus adalah contoh seorang penginjil yang disebut dalam Perjanjian Baru (Kisah Para Rasul 21:8). Penginjil sering tidak menetap di suatu tempat tertentu melainkan bepergian sebagai misionari.

(4) Gembala, adalah seseorang yang memelihara ternak, secara metafora ditujukan bagi pemimpin rohani dari suatu gereja tertentu. Para gembala adalah mereka yang bertugas untuk mengawasi dan memelihara kebutuhan rohani jemaat lokal. Mereka juga disebutkan “penatua” (Kisah Para Rasul 20:17; Titus 1:5) dan “penilik jemaat” (1 Timotius 3:1; Titus 1:7).

(5) Pengajar, adalah seseorang yang diberi kemampuan khusus untuk menyampaikan informasi, menjelaskan, menguraikan secara terinci, dan memberitakan firman Allah agar membangun tubuh Kristus (Efesus 4:12). Tugas khusus para pengajar ialah memelihara Injil yang dipercayakan kepada mereka dengan pertolongan Roh Kudus (2 Timotius 1:11-14). Mereka harus dengan setia mengarahkan gereja kepada pernyataan Alkitabiah dan berita asli Kristus dan para rasul, serta bertekun di dalam tugas ini.

Selanjutnya, penjelasan karunia-karunia lainnya adalah sebagai berikut:

(6) Melayani, adalah seseorang yang diberi kemampuan khusus untuk melayani, memenuhi kebutuhan, dan menolong;

(7) Menasihati, adalah seseorang yang diberi kemampuan khusus untuk memberi dorongan semangat kepada orang-orang sehingga mereka mau melangkah;

(8) Memberi Pimpinan, adalah seseorang yang diberi kemampuan khusus untuk mengatur program, mengorganisir, dan memimpin orang-orang;

(9) Karunia kemurahan, adalah seseorang yang diberi kemampuan khusus untuk melihat kebutuhan orang lain, turut merasakan, dan memiliki empati;

(10) Memberi, adalah seseorang yang diberi kemampuan khusus untuk mendapatkan uang atau harta benda dan memberikan ke tempat yang tepat pada waktu yang tepat bagi pekerjaan Tuhan.

(11) Bernubuat, adalah seseorang yang diberi kemampuan khusus untuk dipakai Allah untuk menerima dan menyampaikan suatu berita atau pesan;

(12) Mukjizat, adalah seseorang yang diberi kemampuan khusus untuk dipakai Allah dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib;

(13) Menyembuhkan, adalah seseorang yang diberi kemampuan khusus untuk dipakai Allah dalam melayani kebutuhan fisik, emosi, dan rohani orang-orang;

(14) Bahasa roh, adalah seseorang yang diberi kemampuan khusus untuk berbicara dalam bahasa lain dan menggunakannya untuk menyampaikan Injil;

(15) Menafsirkan bahasa roh, adalah seseorang yang diberi kemampuan khusus untuk menafsirkan bahasa Roh;

(16) Membedakan roh, adalah seseorang yang diberi kemampuan khusus untuk mengetahui roh atau sikap yang sebenarnya dari seseorang;

(17) Kata-kata hikmat, adalah seseorang yang diberi kemampuan khusus untuk mengerti dan menerapkan apa yang diketahui, melakukan dan mengatakan hal yang benar;

(18) Kata-kata pengetahuan, adalah seseorang yang diberi kemampuan khusus untuk mengerti dan mengetahui fakta-fakta serta hal-hal yang tidak kelihatan;

(19) Iman, adalah seseorang yang diberi kemampuan khusus untuk mempercayai Allah dan bekerja sama dengan Allah dalam melakukan pekerjaan-Nya yang besar;

(20) Berkata-kata atau bersaksi, adalah seseorang yang diberi kemampuan khusus untuk berbicara tentang Kristus dan menjelaskan kebenaran firman Allah sehingga orang-orang dapat mengerti. 

PRINSIP-PRINSIP KARUNIA ROHANI 

Prinsip-prinsip Alkitabiah dari karunia-karunia rohani adalah untuk memberikan suatu pedoman atau aturan umum (normatif) bagi operasional karunia-karunia rohani yang diberikan kepada orang-orang percaya dalam pelayanan sehingga dapat dijalankan secara bertanggung jawab dan sesuai dengan tujuannya. Prinsip-prinsip tersebut ditetapkan oleh Tuhan sendiri di dalam firman-Nya yang tertulis (Alkitab). 

Para penganut Kharismatik tidak menetapkan prinsip-prinsip tersebut tetapi memformulasi dan menegaskan kembali dalam bentuk pernyataan-pernyataan dan menjadikannya suatu aturan yang harus ditaati. Apabila prinsip-prinsip tersebut ditaati maka karunia-karunia rohani yang beroperasi akan bermanfaat sesuai maksud dan kehendak-Nya. 

1. Pentingnya Prinsip

Prinsip-prinsip Alkitabiah yang normatif akan sangat bermanfaat bagi pelayanan yang berorientasi pada penggunaan karunia-karunia rohani agar berjalan sesuai dengan tujuan dan kehendak-Nya. Pertanyaan pentingnya ialah “mengapa kita membutuhkan aturan umum (prinsip-prinsip) dalam menjalan karunia-karunia rohani yang Tuhan berikan? Menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu mengingat bahwa karunia-karunia Roh yang diberikan Tuhan, dilakukan melalui orang percaya sebagai tindakan operatif. Manusia bukan menjadi sebuah boneka atau robot, yang bertindak tanpa sadar, atau masuk dalam alam ketidaksadaran. Melainkan, dia harus bekerja sama dengan Tuhan untuk mengekspresikan apa yang Tuhan kehendaki.

Pada dasar prinsip itu penting karena prinsip berfungsi untuk : (1) mengarahkan kepada tujuan dan maksud karunia-karunia tersebut dinyatakan; dan (2) melindungi dari penyimpangan dan penyalahgunaan karunia-karunia rohani yang mungkin terjadi karena sifat alami manusia sebagai alat yang tidak sempurna. Apabila prinsip-prinsip itu dilanggar, maka akan menyebabkan terjadinya kekacauan, kesalahan, dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan.

2. Karakteristik Prinsip

Perlu bagi saya untuk menegaskan karakteristik atau sifat dari prinsip, sebab dengan mengetahui karakteristik dari prinsip dapat membantu kita memahami bagaimana prinsip berfungsi di dalam hidup dan pelayanan kita. 

Myles Munroe seorang Sarjana Kharismatik dari Oral Robert University menyebutkan tujuh karakteristik dari prinsip, yaitu: (1) Prinsip bersifat permanen; (2) Prinsip tidak pernah berubah, tetapi tetap konstan; (3) Prinsip berlaku di mana pun; (4) Prinsip melindungi dari bahaya; (5) Prinsip tidak boleh dilanggar; (6) Prinsip bila dilanggar mengakibatkan kerusakan; dan (7) Prinsip mengandung penghukuman yang melekat.

3. Daftar Prinsip-Prinsip Karunia Rohani 

David Lim menyebutkan beberapa prinsip dalam menjalankan karunia rohani, khususnya karunia nubuat, yaitu: (1) Prinsip inkarnasi, yaitu karunia-karunia yang supranatural itu dilaksanakan dengan memakai manusia yang alami dan tak sempurna; (2) Prinsip proses, yaitu proses nubuat yang melibatkan unsur-unsur: penubuat, jemaat, serta hasil-hasilnya; (3) Prinsip persiapan dan konfirmasi. Hal ini penting karena karunia (untuk bernubuat) bukan untuk memprakarsai tujuan pribadi jadi perlu mendapat konfirmasi dari orang lain juga; (4) Prinsip saling ketergantungan, yaitu bahwa setiap orang saling ketergantungan satu dengan yang lainnya. Bahwa karunia setiap orang akan berhubungan dengan orang lainnya; (5) Prinsip Komunikasi yang jelas, yaitu karunia-karunia rohani harus disampaikan dengan jelas.

Darrell W. Robinson menyebutkan empat prinsip tentang karunia-karunia Roh berdasarkan Efesus 4, yaitu: (1) Karunia Roh diberikan kepada setiap orang Kristen. Setiap orang paling sedikit mempunyai satu karunia Roh; (2) Karunia Roh adalah milik tubuh Kristus; (3) Karunia Roh diberikan untuk membangun tubuh Kristus. Ini bagian dari karya Allah untuk memampukan orang-orang Kristen melakukan pekerjaan pelayanan; (4) Gereja harus menantang anggotanya untuk menggunakan karunia-karunia rohani. Gereja bertanggung jawab untuk memperlengkapi orang-orang kudus supaya mereka dapat memanfaatkan karunianya dalam pelayanan.

William dan Robert Menzies menyebutkan tiga prinsip utama karunia-karunia rohani, yaitu: (1) Prinsip kasih karunia, yaitu bahwa karunia rohani bukanlah tanda kedewasaan (1 Korintus 12:4); (2) Prinsip pembinaan, yaitu bahwa karunia-karunia diberikan supaya kita bisa membina orang-orang lain (1 Korintus 12:7); (3) Prinsip partisipasi, yaitu bahwa setiap orang memiliki sesuatu yang khusus untuk disumbangkan (1 Korintus 12:11).

Dick Iverson memberikan enam prinsip dalam menjalankan karunia-karunia Roh, yaitu: (1) Karunia-karunia roh tunduk kepada Firman Tuhan yang tertulis; (2) Karunia-karunia roh tunduk kepada penilik-penilik pelayanan Gereja (Efesus 4:11-15); (3) Prinsip “menyerahkan” anggota-anggotamu (Roma 6:13); (4) Karunia-karunia harus diperintah oleh kasih (1 Korintus 13); (5) Prinsip “membangun” (1 Korintus 14:12); dan (6) Prinsip kesatuan (1 Korintus 12:4-6).

Mike Bikle memberikan tiga prinsip karunia-karunia rohani sebagai berikut, yaitu: 

(1) Karunia-karunia dari kasih karunia, artinya bahwa karunia-karunia diberikan secara gratis dan bukannya karena hasil perbuatan seseorang (1 Korintus 12:11). Karunia-karunia bukan diberikan sebagai tanda atau badge yang menyatakan bahwa Allah senang dengan tingkat kerohanian seseorang. Karunia-karunia juga tidak kita per oleh karena kita mengabdi dengan sungguh-sungguh sekali. Karunia-karunia itu pemberian berdasarkan kasih karunia Allah; 

(2) Menjadi karunia sendiri yang digunakan untuk pelayanan gereja-Nya (Efesus 4:7). Karunia yang Allah berikan kepada seseorang bukan untuk menghormati diri orang itu sendiri. Karunia-karunia itu diberikan kepada tiap-tiap orang percaya agar digunakan bagi kepentingan orang-orang percaya lainnya; 

(3) Melalui kasih karunia berdasarkan iman. Karunia-karunia Roh Kudus seperti halnya keselamatan, diterima berdasarkan iman, bukan berdasarkan perbuatan (Galatia 3:1-5).

Millard J. Erickson memberikan empat prinsip karunia rohani berdasarkan 1 Korintus 12 dan 14, yaitu: 

(1) Karunia-karunia tersebut diberikan kepada gereja. Karunia-karunia tersebut adalah untuk membangun tubuh Kristus, bukan sekedar untuk dinikmati atau memperkaya anggota-anggota gereja yang memiliki karunia-karunia itu (1 Korintus 12:7; 14:5,12; 

(2) Tidak satu pun yang memiliki semua karunia (1 Korintus 12:14-21), dan juga tidak ada satu karunia pun yang diberikan kepada semua orang (1 Korintus 12:28-30). Karena itu, setiap anggota gereja memiliki karunia masing-masing sehingga mereka saling membutuhkan. 

(3) Sekalipun tidak semuanya sama-sama menonjol namun semua karunia itu penting (1 Korintus 12:22-26); (4) Roh Kudus membagi secara adil berbagai karunia kepada orang yang dikehendaki-Nya sesuai dengan perkenan-Nya juga (1 Korintus 12:11).

PENJELASAN PRINSIP-PRINSIP KARUNIA ROHANI 

Berdasarkan, berbagai daftar dari prinsip-prinsip di atas berikut ini saya bagikan lima belas prinsip Alkitabiah karunia-karunia rohani disertai penjelasan singkat. 

(1) Karunia rohani diberikan pada saat seorang dibaptis ke dalam tubuh Kristus, yaitu bersamaan dengan peristiwa regenerasi (1 Korintus 12:13). Baptisan Roh Kudus dan regenerasi adalah peristiwa yang terjadi secara bersamaan, dan membuat setiap orang percaya dapat menerima karunia-karunia Roh. Dalam 1 Korintus 12:13 mengatakan “...kita semua diberi minum dari satu Roh.” Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa setiap karunia yang dimiliki oleh orang-orang percaya, meskipun berbeda-beda, semuanya berasal dari satu Roh yang sama, yaitu Roh Kudus.

(2) Karunia rohani diberikan kepada setiap orang percaya (1 Korintus 12:7). Semua anggota tubuh Kristus saat ini, memiliki Roh Kudus yang memberikan karunia-karunia-Nya kepada tiap-tiap orang percaya menurut kehendak-Nya. Artinya, setiap orang percaya mempunyai paling sedikit satu karunia roh; ada kemungkinan lebih dari satu. 

Karunia-karunia tersebut harus terus diaktifkan dalam kehidupan dan pertumbuhan iman orang-orang percaya yang menerimanya, jika tidak, maka karunia-karunia tersebut tidak akan berguna dan memberi manfaat dalam rangka membangun tubuh Kristus. Alkitab mengatakan “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan (phanerõsis) Roh untuk kepentingan bersama” (1 Korintus 12:7).

(3) Karunia roh diberikan sesuai kehendak Tuhan, bukan menurut keinginan orang percaya itu sendiri (1 Korintus 12:11; Efesus 4:7). Setiap orang percaya adalah sebagai bagian dari anggota tubuh Kristus (1 Korintus 12:13), yang saling memperlengkapi, saling membutuhkan, saling mendukung, saling merasakan, dan saling memperhatikan. Melalui kesatuan dalam Kristus itulah kita harus sama-sama merasakan sukacita dan penderitaan, karena kita semua adalah tubuh Kristus (1 Korintus 12:14-27). 

(4) Karunia rohani setiap orang percaya berbeda-beda satu dengan lainnya (Roma 12:6). Tugas gereja terlalu besar untuk dilakukan oleh seseorang dan terlalu beragam dari keterampilan yang dimiliki seseorang. Allah telah menyelesaikan masalah ini dengan cara membagi tugas dan memberikan karunia yang berbeda-beda kepada setiap orang, sehingga mereka dimampukan untuk melakukan bagian mereka masing-masing. 

Dengan cara membagikan tugas, Ia meringankan beban semua orang dan memungkinkan pelaksanaan tujuan-Nya dengan lancar di antara manusia. Tidak diragukan lagi itu adalah alasan di balik karunia-karunia Roh yang diberikan kepada berbagai anggota komunitas Kristen.

(5) Karunia-karunia rohani diberikan untuk membangun tubuh Kristus (1 Korintus 12:12 ; Roma 12:4-6; Efesus 4:12-16). Karunia-karunia diberikan kepada tiap-tiap orang percaya adalah untuk kepentingan tubuh Kristus dan pelayanan. Karunia-karunia rohani diberikan karena ada tugas yang harus dikerjakan dan jika karunia-karunia itu bekerja dengan baik, maka tugas itu dapat diselesaikan (Kisah Para Rasul 1:4,8).

(6) Karunia-karunia rohani berupa karunia jabatan kepemimpinan diberikan untuk memperlengkapi orang percaya untuk melakukan pekerjaan pelayanan (Efesus 4:12). Tujuan dari karunia-karunia Roh untuk memampukan orang-orang percaya melakukan berbagai bentuk pelayanan guna pembangunan tubuh Kristus. Pelayanan-pelayanan ini diberikan sampai tujuannya tercapai, yaitu membawa jemaat mencapai kesatuan iman, pengetahuan akan Kristus, kedewasaan penuh; mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Efesus 4:13-16; bandingkan Efesus 5:23-33).

(7) Setiap orang percaya harus menggunakan karunia-karunia mereka untuk saling melengkapi dan melayani (Roma 12:4-5; 1 Petrus 4:10). Rasul Paulus membandingkan gereja sebagai sebuah tubuh jasmani (1 Korintus 12:12-31). Tubuh memiliki banyak anggota dan setiap anggota memiliki tugas khusus. Satu bagian tidak dapat melakukan pekerjaan bagian yang lain. Mata tidak dapat mendengar, tangan tidak dapat berjalan. 

Demikian juga halnya dengan orang percaya, setiap orang percaya harus tahu bagaimana menggunakan karunianya. Tuhan telah memperlengkapi orang-orang percaya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu dalam gereja. Jika seseorang gagal menggunakan karunianya, bagian dari fungsi gereja itu akan lemah. Setiap orang percaya harus bersatu dengan karunia-karunia yang berbeda-beda itu.

(8) Karunia-karunia rohani mendapat konfirmasi dari para pemimpin rohani (Efesus 4:11-15). Para pemimpin bertanggung-jawab atas kesehatan dan keadaan yang baik dari kawanan domba. Seseorang harus bertanggung jawab atas apa yang dikatakan dan dilakukan di dalam Gereja/jemaat. Salah satu kesalahan terbesar dari perkumpulan-perkumpulan orang percaya di mana karunia-karunia dipraktikkan adalah tanpa kehadiran penilik/pemimpin. Para Pemimpin rohani ini adalah alat yang Tuhan sediakan untuk mengawasi agar segala sesuatu dilakukan sesuai dengan petunjuk Alkitab.

(9) Karunia-karunia rohani dijalankan secara kooperatif dengan Roh Kudus (1 Korintus 14:15). Karunia-karunia Roh yang diberikan Tuhan, dilakukan melalui orang percaya sebagai tindakan kooperatif. Manusia bukan menjadi sebuah boneka atau robot, yang bertindak tanpa sadar, atau masuk dalam alam ketidak sadaran. Melainkan, dia harus bekerja sama dengan Tuhan untuk mengekspresikan apa yang Tuhan ingin katakan atau lakukan dalam cara yang Dia kehendaki. 

Orang percaya itu tidak pasif, tetapi melibatkan kehendak dan tubuhnya; partisipasi secara aktif. Partisipasi itu tidak terjadi apabila dia berada dalam keadaan tidak sadar diri. Partisipasi itu dengan akal budi dan kerelaan. Dalam 1 Korintus 14:15, Paulus berkata, “Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku.” 

(10) Karunia-karunia rohani dijalankan dengan dimotivasi kasih (1 Korintus 13). Tidak ada suatu kebetulan dalam Kitab suci, Allah menembus subjek karunia dengan penekanan kasih. “pasal kasih” sesungguhnya adalah bagian yang integral dari pengajaran karunia-karunia. 

Motivasi untuk “mengobarkan karunia kita” harus tidak kurang dari pernyataan Paulus: “sebab kasih Kristus yang menguasai kami.” (2 Korintus 5:14). Paulus dalam Galatia 5:16 memberitahu kita bahwa iman harus bekerja oleh kasih. Banyak masalah di masa lalu dan mungkin dimasa depan baik di antara jemaat dan di antara para pemimpin terjadi karena telah melanggar prinsip kasih ini.

(11) Karunia-karunia rohani melibatkan partisipasi dan untuk memelihara kesatuan (1 Korintus 12:4-6). Begitu luar biasa dan indahnya bagaimana Tuhan membangun suatu desain dalam ibadah-ibadah Gereja. Dia senantiasa mengikuti suatu tema atau suatu pesan atau berita, dan setiap orang yang berjalan dalam Roh akan berbicara yang sama. Bahkan ada “berbagai karunia”, “perbedaan dalam administrasi” dan “berbagai operasi”, Roh yang sama yang “mengerjakan semuanya itu” (1 Korintus 12:4-6). Selama Roh yang sama bekerja melalui semua, maka akan ada kesatuan berita atau pesan. 

(12) Karunia-karunia rohani berjalan bersama-sama buah Roh kudus (Galatia 6:22-23). Baik karunia Roh (1 Korintus 12:7-12) dan buah Roh (Galatia 5:22-25), keduanya adalah karya Roh di dalam dan melalui kita. Tujuan karunia Roh Kudus diberikan sebagai alat yang memungkinkan kita dengan kuasa-Nya melayani orang-orang yang kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. 

Sedangkan buah Roh adalah karakter yang Dia hasilkan di dalam dan melalui kita. Tujuan dari buah Roh diberikan karena kita membutuhkan karakter-Nya agar cocok dengan kuasa-Nya. Mengapa? Karena kuasa yang diterima tanpa diimbangi karakter dapat merusak. Buah Roh merupakan prasyarat untuk menggunakan karunia-karunia Roh secara efektif. Karunia-karunia tanpa buah tidaklah berharga. 

Jadi Roh Kudus berkarya di dalam kita melalui dua cara, yaitu: Pertama, kuasa Roh yang mengubahkan dan memerdekakan; Kedua, karakter Roh, yaitu moral dan etika yang menyertainya. Baik kuasa Roh maupun buah Roh, keduanya sama-sama kita perlukan. Pemikiran yang menyatakan bahwa kita tidak memerlukan salah satu dari kedua hal tersebut, pastilah merupakan pemikiran yang datangnya bukan dari Tuhan. Karena dalam konteks penjelasan yang Alkitabiah, keduanya sama pentingnya bagi kita.

(13) Karunia-karunia Rohani dijalankan dengan tertib (1 Korintus 14:40). Menurut Kitab Suci, tidak seorang pun yang memaksa atau yang menonjolkan diri, atau terlampau emosi sehingga dia tidak dapat mengontrol dirinya sendiri dapat mengatakan bahwa “itu adalah Roh Kudus” (1 Korintus 14:32). Pengoperasian yang murni dari karunia rohani adalah kesopanan dan keteraturan. Tidak cukup hanya bernubuat atau berkata-kata dalam bahasa Roh; itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan teratur.

(14) Karunia-karunia tersebut diberikan untuk memuliakan Kristus (1 Korintus 12:3). Karunia-karunia rohani harus digunakan untuk pelayanan di dunia dan menolong gereja untuk bertumbuh (Efesus 4:11-13). Pekerjaan Roh Kudus sekarang ini adalah memuliakan Kristus. Dan segala sesuatu yang dikerjakan-Nya mempunyai tujuan tertinggi untuk memuliakan Kristus. Tidak seorang pun bisa mengasihi Tuhan Yesus Kristus jikalau Roh Allah tidak diberi kesempatan untuk menyatakan diri-Nya di dalam kehidupan. Tidak seorang pun bisa berkata bahwa Yesus adalah Tuhan jikalau Roh Kudus tidak memampukannya melalui kehidupan dan pengalaman rohani.

(15) Karunia-karunia rohani selaras dan harmonis dengan firman tertulis (Alkitab). Tidak peduli betapa yakinnya seseorang bahwa dia memiliki wahyu rohani atau firman dari Tuhan, jika itu berkontradiksi dengan pengajaran Alkitab yang jelas, maka itu tidak bisa diterima. Satu-satunya yang aman bagi kita supaya tidak masuk dalam ajaran yang sesat adalah tinggal di dalam batas-batas kebenaran yang dinyatakan. Pengalaman harus diukur dalam terang Firman Allah. Hal yang subjek harus tunduk pada yang objek; hal yang tidak sempurna harus tunduk pada yang sempurna; Jika tidak, pengalaman yang tidak dituntun bisa menyebabkan kesalahan dan kekeliruan. 

KESALAH-PAHAMAN TENTANG KARUNIA-KARUNIA ROHANI

1. Kesalahpahaman Mengenai Sifat Karunia Rohani 

Sudah dijelaskan dalam pasal sebelumnya bahwa karunia-karunia Roh yang diberikan Tuhan, dilakukan melalui orang percaya sebagai tindakan kooperatif. Manusia bukan menjadi sebuah boneka atau robot, yang bertindak tanpa sadar, atau masuk dalam alam ketidak-sadaran. Melainkan, dia harus bekerja sama dengan Tuhan untuk mengekspresikan apa yang Tuhan ingin katakan dalam cara yang Dia kehendaki. 

Karena itu, dua pandangan eks trim yang keliru secara mendasar tentang sifat karunia-karunia rohani perlu dihindari, yaitu : 

(1) Pandangan yang menganggap bahwa semua karunia rohani sama dengan talenta dan bakat alamiah. Pandangan ini merumuskan semua karunia rohani sebagai kemampuan alamiah, misalnya: para penyanyi, dokter dan, pemusik yang mendedikasikan bakat dan keahlian mereka dianggap mempraktikkan karunia-karunia rohani; dan 

(2) Pandangan yang menganggap bahwa semua karunia tersebut sepenuhnya supranatural. Pandangan ini menyangkal kemampuan dan peranan manusia. Mereka yang beregang pada pandangan ini berargumentasi bahwa segala sesuatu yang menyangkut jasmaniah seseorang itu jahat adanya. Karena itu, ketika Tuhan berbicara melalui manusia, Ia menerobos pikiran mereka dan menggunakan lidah mereka begitu saja. Dengan demikian manusia hanya sebagai alat yang pasif dan tidak berperan dengan aktif.


\Kedua pandangan eks trim tersebut, sama-sama tidak Alkitabiah! Kita memang membutuhkan perlengkapan supranatural dari Tuhan. Namun, hal itu tidak menghilangkan atau membuang sama sekali kemampuan alamiah manusia. Apabila dalam menjalankan karunia-karunia rohani tersebut sepenuhnya bersifat supranatural tanpa melibatkan kemampuan alamiah manusia, maka tentunya hasilnya adalah sempurna (tidak dapat keliru). 

Namun, Firman Tuhan mengatakan supaya kita mengevaluasi dan menguji setiap karunia yang diekspresikan dari sudut pandang membangun, menasihati, dan memberi rasa nyaman bagi semua anggota tubuh Kristus. Jadi dalam melaksanakan karunia-karunia rohani tersebut, Tuhan juga memakai kemampuan-kemampuan dan potensi alamiah dengan kuasa supranatural. Semua kemampuan yang didapatkan dari Roh Kudus untuk melayani serta memenuhi kebutuhan gereja, datangnya dari karunia-karunia Roh yang memampukan itu.

Pada saat Tuhan memakai seseorang sebagai alatnya dan memberi karunia-karunia Roh kepadanya, maka Ia tidak menghilangkan kemampuan alami dari orang tersebut. Dengan demikian orang tersebut dapat meresponi hal-hal yang supranatural dari dirinya sendiri. Ada perbedaan antara “reaksi” dan “respon” kepada Roh Kudus. 

Kita bisa mengilustrasikan ini dengan memakai listrik: ketika kita memasang sebuah bola lampu pada aliran listrik, maka kita akan mendapatkan suatu respons listrik yang baik dan konstruktif. Tetapi, jika kita mengeluarkan bola lampu tersebut dan memasukkan jari kita, maka akan ada suatu reaksi pada aliran yang sama. Demikian juga, sering kali, dalam pengoperasian karunia-karunia, ada banyak reaksi manusia yaitu unsur tambahan manusia yang menyebabkan kebingungan dan tidak dapat menerima sebagaimana mestinya. 

Wayne Grudem, seorang teolog dan pakar Perjanjian Baru mengatakan dengan bijaksana, “Allah tidak membuat kesalahan, dan Ia tidak memberikan pernyataan yang salah. Tetapi kita dapat membuat kesalahan dalam beberapa cara: (1) Kita mungkin saja tidak dapat membedakan dengan sempurna apa yang berasal dari Allah dan apa yang berasal dari pikiran kita sendiri; (2) Kita mungkin salah memahami pernyataan yang mana berasal dari Allah; (3) Kita mungkin tidak melaporkan wahyu itu dengan tepat sekali. Bisa saja beberapa gagasan dan penafsiran kita tercampur dalam wahyu itu”.

2. Kesalahpahaman Mengenai Arti Karunia Rohani 

Ada berbagai kesalah-paham mengenai arti dari karunia-karunia rohani. Berikut ini beberapa diantaranya: 

(1) Menyamakan karunia rohani dengan tempat dalam pelayan. Karunia rohani adalah kemampuan, bukan tempat di mana kemampuan itu digunakan. Misalnya, mengajar dapat dilakukan di dalam ataupun di luar situasi ruangan kelas formal, dan di setiap negara di dunia. Menolong orang lain dapat dilakukan dalam gereja maupun dalam lingkungan tempat tinggal. 

(2) Menyamakan karunia rohani dengan jabatan organisasi gereja. Karunia rohani adalah kemampuan dan dapat digunakan oleh seseorang tanpa melihat apakah dia memegang suatu jabatan di gereja lokal atau tidak. 

(3) Mengklasifikasikan karunia rohani dengan pelayanan terhadap kelompok usia tertentu. Perjanjian baru tidak mengenal karunia-karunia pelayanan untuk pekerjaan kaum tertentu, misalnya untuk pekerjaan kaum bapak, kaum ibu, kaum muda atau anak-anak. Semua golongan usia harus dilayani oleh para gembala atau pendeta, pengajar, pengurus, pengerja, dan sebagainya. 

(4) Menyamakan karunia rohani dengan teknik keahlian khusus. Tidak ada karunia rohani untuk mendidik orang Kristen atau menulis, untuk memainkan musik atau menyanyi. Semua hal tersebut adalah teknik keahlian (skill) yang harus dipelajari, yang dapat digunakan untuk menyalurkan karunia-karunia rohani. 

(5) Menyamakan karunia rohani dengan bakat-bakat alamiah. Suatu bakat alamiah bisa dipakai untuk melayani tubuh Kristus, tetapi juga bisa tidak dipakai untuk melayani. Sedangkan karunia rohani harus dipakai untuk melayani tubuh Kristus. Perbedaan antara karunia rohani dari bakat alamiah antara lain: Karunia diberikan oleh Allah pada saat lahir baru (regenerasi), sedangkan bakat alamiah diberikan melalui orang tua pada saat dilahirkan; Karunia rohani dipakai khusus untuk kepentingan tubuh Kristus, sedangkan bakat alamiah dipakai untuk kepentingan umum. 

(6) Menyamakan karunia rohani dengan peranan Kristen. Banyak dari daftar karunia-karunia yang menggambarkan kegiatan-kegiatan yang diharapkan dilaksanakan oleh orang Kristen. Misalnya, karunia penginjilan diberikan kepada orang-orang tertentu, sedangkan bersaksi diharapkan dilakukan oleh setiap orang Kristen. Karunia iman juga diberikan kepada orang-orang tertentu, sedangkan iman wajib dimiliki oleh setiap orang Kristen.

3. Menyembunyikan dan Menyalahgunakan Karunia Rohani

Tuhan memberikan karunia-karunia rohani kepada setiap anggota-anggota tubuh Kristus atau jemaat-jemaat lokal, agar karunia-karunia tersebut digunakan. Menggunakan karunia-karunia rohani merupakan hak istimewa yang diberikan Tuhan kepada setiap orang percaya. Karunia-karunia tersebut hendaknya digunakan dengan penuh tanggung jawab untuk memuliakan Kristus, memperlengkapi orang-orang kudus, melayani dan membangun tubuh Kristus, serta menginjili orang-orang yang belum percaya, sesuai perintah Kristus. 

Dua hal harus dihindari setiap orang percaya dalam hal karunia-karunia rohani, yaitu : (1) Menyembunyikan karunia-karunia rohani atau tidak menggunakan karunia-karunia rohani. Karunia rohani yang tidak digunakan tidak akan bermanfaat. Kelalaian, kemalasan, dan ketidaksetiaan adalah bukti dari ketiadaan tanggung jawab di hadapan Tuhan; (2) Penyalahgunaan karunia-karunia rohani yaitu menggadaikan atau menjual karunia-karunia itu kepada dunia untuk keuntungan dan kepentingan sendiri, berupa sanjungan, prestise, kekuasaan, jabatan, dan uang.

CARA MENGETAHUI KARUNIA-KARUNIA ROH YANG ASLI DARI YANG PALSU

Kita seharusnya mengenal Roh Kudus dan karya-karya-Nya masa kini sebagaimana kita mengenal kedua Pribadi Allah yang lain yaitu Bapa dan Anak (Kisah Para Rasul 5:3,4). Sebagaimana karya Kristus sangat penting dalam keselamatan dan gereja, demikian juga karya Roh Kudus. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa karya-karya Roh Kudus berhenti seiring dengan meninggalnya para rasul, atau karena Alkitab sudah selesai ditulis. Roh Kudus masih aktif dan berkarya dalam gereja-Nya dan kehidupan orang percaya. Ayat-ayat yang memuat daftar karunia-karunia (charismata) yang Tuhan berikan kepada Gereja terdapat dalam Roma 12:6-8; 1 Korintus 12:4-11; Efesus 4:11-12; 1 Petrus 4:11. 

Menurut penganut Kharismatik, setiap orang percaya memiliki karunia-karunia yang berbeda-beda satu dengan yang lain, dan hingga kini karunia-karunia itu masih eksis di dalam dan melalui gereja. Dengan kata lain karunia-karunia ini belum berakhir sebagaimana yang diyakini oleh para penganut Sessasionisme yang mengajarkan bahwa “charismata” atau karunia-karunia rohani yang disebutkan dalam 1 Korintus 12 hanya berlaku pada zaman rasul-rasul saja. 

Pendapat yang mengajarkan berhentinya karunia-karunia Roh setelah masa para rasul, atau karena Alkitab sudah selesai ditulis jelaslah tidak didasarkan pada eksegese yang memadai terhadap teks-teks Alkitab, tetapi lebih merupakan asumsi pribadi dan reaksi terhadap orang-orang yang membela adanya pengalaman religius mengenai karunia-karunia yang istimewa. Tetapi, ada pertanyaan yang lebih penting lagi untuk dibahas, yaitu: “bagaimanakah kita mengetahui bahwa karunia-karunia Roh sekarang ini bukanlah tipuan dari setan yang menyesatkan orang-orang percaya?” 

1. Karunia-Karunia Palsu Tidak Pernah Dilakukan Oleh Orang Percaya Sejati

Perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mukjizat-mukjizat palsu memang ada disebutkan dalam Alkitab, tetapi jika kita meneliti dengan cermat maka kita akan menemukan bahwa mukjizat-mukjizat palsu tersebut bukan dilakukan oleh orang-orang percaya yang sejati. 

Pertama, perhatikan data-data Alkitab dan berapa contoh berikut ini: 

(1) Para ahli sihir Firaun raja Mesir, mampu membuat beberapa mukjizat palsu (Keluaran 7:11, 22; 8:7). Walaupun demikian, mereka segera mengakui bahwa kuasa Allah itu lebih besar (Keluaran 8:19); 

(2) Simon, si tukang sihir di kota Samaria membuat orang takjub karena mukjizatnya (Kisah Para Rasul 8:9-11). Walaupun demikian, mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Filipus ternyata lebih besar (Kisah Para Rasul 8:13); 

(3) Di Filipi, rasul Paulus bertemu dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai “roh tenung” dan dengan tenungan-tenungannya itu tuan-tuannya memperoleh keuntungan besar (Kisah Para Rasul 16:16). Tetapi, rasul Paulus dengan kuasa yang besar dari Tuhan menghardik roh-roh jahat itu, sehingga roh-roh jahat itu keluar dari perempuan tersebut (Kisah Para Rasul 16:18).

Kedua, bukti selanjutnya dalam surat-surat kiriman rasul Paulus berikut ini. Rasul Paulus mengatakan bahwa jika manusia durhaka (anti-Kristus) itu tiba, maka “Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, akan disertai dengan rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mukjizat-mukjizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka” (2 Tesalonika 2:9-10). 

Dari ayat ini ada dua hal yang Paulus sampaikan dengan jelas, yaitu: (1) Bahwa orang yang mengadakan perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mukjizat-mukjizat palsu karena kuasa Iblis tidak akan mengucapkan kebenaran, melainkan Injil palsu. Ingatlah, para pemalsu Injil tidak pernah memiliki Injil yang asli; (2) Orang-orang yang tertipu oleh kepalsuan tersebut adalah mereka yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran. Dengan kata lain mereka belum diselamatkan atau bukan orang-orang pilihan.

Ketiga, rasul Yohanes dalam wahyu 13 menunjukkan bahwa binatang kedua yang akan “keluar dari dalam bumi”, yaitu binatang yang memiliki “seluruh kuasa binatang yang pertama” dan “ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu” (Wahyu 13:11-14). 

Tetapi sekali lagi, Injil yang palsu menyertai mukjizat-mukjizat tersebut. Kuasa itu dilakukan dalam kaitan dengan binatang pertama yang mulutnya “penuh kesombongan dan hujat; ... ia membuka mulutnya untuk menghujat Allah, menghujat nama-Nya dan kemah kediaman-Nya dan semua mereka yang diam di sorga” (Wahyu 13:5-6). 

Berdasarkan data-data Alkitab di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 

(1) Kuasa Allah lebih besar dibandingkan dengan kuasa Iblis yang memakai orang-orang untuk melakukan perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mukjizat-mukjizat palsu; 

(2) Orang-orang percaya dengan kuasa Allah akan menang ketika menghadapi kuasa Iblis melalui orang-orang yang melakukan kejahatan (bandingkan 1 Yohanes 4:4); 

(3) Identitas orang-orang yang mengadakan perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mukjizat-mukjizat palsu selalu diketahui melalui penyangkalan mereka terhadap Injil Kristus; 

(4) Tidak ada indikasi dimanapun di dalam Alkitab bahwa orang Kristen sejati yang didiami Roh Kudus akan mengadakan perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mukjizat-mukjizat palsu. Bahkan orang-orang yang ditolak dalam Matius 7:21-23, jelaslah tidak menunjuk kepada orang percaya sejati. Tidak ada petunjuk bahwa orang-orang yang ditolak tersebut adalah orang percaya sejati.

-2. Kemurnian Doktrin dan Karakter Hidup 

Kristus memberikan suatu cara untuk menguji nabi-nabi palsu, yaitu: “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Matius 7:16-20). 

Yang dimaksud dengan buah di sini bukanlah hasil pekerjaan berupa kemampuan untuk “bernubuat, mengusir setan dan penyembuhan”, melainkan kemurnian “ajaran, motivasi, dan karakter hidup” yang sesuai dengan kehendak Tuhan (Lihat Matius 7:21-22; bandingkan 2 Petrus 2:1-22).

Agama-agama palsu seperti, Mormonisme, Saksi Yehova, dan lainnya mengajarkan doktrin palsu. Orang-orang ini menentang pekerjaan Allah dan Injil yang sejati. Mereka menghasilkan buah yang tidak baik. Rasul Petrus menyebutkan banyak ciri kemurnian doktrin dan karakter hidup yang membedakan nabi-nabi palsu dari nabi-nabi sejati (Baca 2 Petrus 2:1-20). 

Sementara itu, rasul Yohanes memberitahukan bahwa, “Kami berasal dari Allah: barang siapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barang siapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan” (1 Yohanes 4:6). Nasihat ini jelas, bahwa kita dapat membedakan yang palsu dari yang asli. 

Dengan demikian, apabila saat ini ada orang-orang percaya yang tidak mengajarkan doktrin palsu tetapi sebaliknya mengajarkan doktrin yang benar, memajukan pekerjaan Tuhan, memuliakan Kristus, dan menghasilkan berlimpah-limpah buah kebaikan di dalam kehidupan banyak orang, kita seharusnya tahu bahwa sifat-sifat baik ini bukanlah ciri-ciri yang menyesatkan. 

Sifat-sifat yang baik ini merupakan tanda-tanda kekristenan sejati di dalam kuasa Roh Kudus. Doktrin yang benar dan buah-buah kebaikan bukanlah ciri-ciri agama palsu. Sebaliknya, jika ada orang-orang yang sepertinya mengajarkan yang tulus dan sepertinya mengatakan hal-hal yang benar tetapi kehidupannya dan kehidupan orang-orang yang ada di sekitarnya justru hancur, rusak, dalam kesedihan dan kebingungan, serta menunjukkan buah-buah yang buruk, maka dapat dipastikan mereka adalah nabi-nabi palsu. 


Di Korintus, sebuah kota yang penuh penyembahan berhala dan pemujaan setan (1 Korintus 10:20-21), Paulus mengatakan kepada orang-orang percaya di Korintus yang banyak diantaranya berlatar belakang pemuja berhala,“ Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: ‘Terkutuklah Yesus!’ dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus” (1 Korintus 12:3). Tetapi di sini ia meyakinkan mereka bahwa orang yang sungguh-sungguh mengaku beriman kepada Yesus sebagai Tuhan, telah didiami Roh Kudus. 

Sungguh menarik, bahwa Paulus segera melanjutkan pembahasan mengenai karunia-karunia Roh yang dimiliki setiap orang beriman sejati (1 Korintus 12:7). Dan Paulus melakukan hal ini dalam suatu budaya dan tempat bahaya tipuan setan sama nyatanya seperti saat ini (1 Timotius 4:1-2). 

Ini meyakinkan kita bahwa jika kita melihat perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mujizat-mujizat dan karunia-karunia Roh yang sedang terjadi melalui orang-orang percaya sejati (1 Korintus 12:3), yang percaya pada inkarnasi dan keilahian Kristus (1 Yohanes 4:2), dan yang memperlihatkan buah-buah Roh Kudus di dalam kehidupan mereka dan menghasilkan buah-buah pelayanan (Matisu 7:20; bandingkan Yohanes 15:5; Galatia 5:22-23), maka jangan kita mencurigainya bahwa perbuatan ajaib, tanda-tanda, dan mukjizat-mukjizat dan karunia-karunia itu palsu. Sebaliknya, kita patut bersyukur kepada Allah bahwa Roh Kudus sedang bekerja. 

Jadi, orang Kristen sejati dapat dibedakan dari yang palsu melalui kemurnian doktrin dan karakter hidup yang baik dan memuliakan Tuhan.

PETUNJUK PRAKTIS MENGETAHUI, MENGGUNAKAN DAN MENGEMBANGKAN KARUNIA-KARUNIA ROHANI 

Pertanyaan penting yang sering diajukan adalah: Bagaimana seseorang dapat mengetahui karunia rohani yang dimilikinya? Lalu bagaimana menggunakan dan mengembangkan karunia-karunia yang ada itu? 

1. Mengetahui dan Menemukan Karunia Rohani

Berikut ini petunjuk-petunjuk yang berguna untuk menemukan karunia-karunia rohani Saudara: 

(1) Menyadari bahwa setiap orang percaya memiliki paling sedikit satu karunia rohani; 

(2) Berdoalah dan mintalah pada Tuhan agar menunjukkan kepada Anda apa karunia rohani Saudara; 

(3) Pelajarilah ayat-ayat Alkitab mengenai karunia-karunia rohani. Allah menyatakan kebenaran melalui Firman-Nya; 

(4) Tulislah beberapa hal yang senang Saudara lakukan. Apakah Saudara senang mengajar anak-anak? Apakah Saudara senang bersaksi? Apakah Saudara senang berdoa? Ingatlah, Tuhan menggunakan hal-hal yang diberikan kepada Saudara untuk kemuliaan-Nya; 

(5) Mengertilah tentang kemampuan Saudara sendiri. Pikirkanlah tentang cara-cara Tuhan memakai Saudara sekarang. Manakah di antara hal-hal itu yang paling menonjol? Maksudnya, ketika Saudara melakukannya banyak orang diberkati, banyak orang menjadi mengenal, mengasihi dan melayani Allah; 

(6) Dengarlah pendapat dari orang Kristen yang lain. Allah menggunakan orang lain untuk menolong seseorang mengetahui karunianya. Orang-orang Kristen di gereja Saudara tahu tentang hal-hal yang Saudara lakukan untuk memuliakan Kristus; 

(7) Minta nasehat dan konfirmasi (peneguhan) dari pemimpin rohani Saudara. Tuhan telah memberikan pemimpin-pemimpin rohani di dalam gereja untuk melengkapi jemaat bagi pekerjaan pelayanan. Karena itu pemimpin mendapat tugas untuk mengajar, mengarahkan, dan membimbing jemaat melayani berdasarkan karunia-karunia rohani mereka: 

(8) Terimalah karunia Saudara sekarang dengan bersyukur. Mengucap syukurlah kepada Tuhan atas karunia yang telah Ia berikan kepada Saudara. Janganlah menginginkan karunia milik orang lain. Tidak ada karunia yang kecil di mata Allah. Semuanya penting untuk membangun gereja-Nya.

2. Menggunakan dan Mengembangkan Karunia Rohani Yang Kita Miliki

Setiap anggota tubuh dibutuhkan untuk berfungsi secara menyeluruh. Setiap anggota tubuh Kristus dibutuhkan untuk memenuhi tujuannya di dunia ini. 

Berikut ini beberapa hal yang dapat Saudara lakukan untuk membangun karunia-karunia Saudara. 

(1) Izinkan Roh Kudus bebas untuk membangun karunia Saudara (Yudas 1:20). Bersedialah untuk dipakai dan setiap hari mintalah pada Roh Kudus untuk mengisi Saudara dan menjadikan Saudara sebagai berkat. Rasul Paulus memerintahkan, “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh” (Efesus 5:18); 

(2) Terlibatlah dengan pekerjaan dan pelayanan di Gereja lokal. Karunia-karunia itu diberikan untuk membangun tubuh Kristus, yaitu gereja. Melalui gereja lokal karunia-karunia rohani itu digunakan untuk melayani; 

(3) Cobalah cara-cara yang Saudara dapat untuk menggunakan karunia Saudara. Jika Saudara dapat menggunakan karunia Saudara melalui musik, mulailah untuk menyanyi dalam paduan suara. Jika Saudara dapat mengajar, mintalah agar Saudara dapat menolong program pengajaran dari gereja Saudara. Saat Saudara menggunakan karunia Saudara, Tuhan akan memberkati yang lain melalui Saudara; 

(4) Taatlah pada petunjuk dan bimbingan pemimpin rohani Saudara. Tuhan memberikan para pemimpin dalam gereja otoritas untuk memimpin dan memperlengkapi jemaat bagi pelayanan (Efesus 4:11). Belajarlah taat terutama dalam melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan pemimpin Saudara dengan penuh tanggung jawab (Ibrani 13:17). Lakukan tugas-tugas tersebut dengan kasih, ketulusan dan segenap hati, tanpa hal-hal tersebut, apa yang Saudara lakukan hanya akan memberi efek yang kecil. Saat karunia-karunia digunakan dengan benar dan terarah maka akan menghasilkan kesatuan dan pertumbuhan di gereja; 

(5) Melayani dengan kasih. Tunjukkanlah kasih Saudara kepada Tuhan dengan penggunaan dari setiap karunia rohani Saudara. Mulailah hari ini untuk menemukan, menggunakan karunia rohani yang telah diberikan kepada Saudara.

3. Manfaat Penggunaan Karunia Rohani 

Apakah yang terjadi jika karunia-karunia rohani dikembangkan dan digunakan sebagaimana yang dikehendaki oleh Tuhan? C. Peter Wagner menyebutkan tiga manfaatnya, yaitu: 

(1) Kita akan menjadi orang Kristen yang lebih baik dan lebih mampu untuk membiarkan Allah menjadikan kehidupan kita berarti untuk-Nya. Hal ini disebabkan karena adanya pemahaman bahwa apa pun karunia yang kita miliki itu penting di hadapan Tuhan dan penting bagi tubuh Kristus (1 Korintus 12:16). 

(2) Mengetahui karunia-karunia Roh bukan saja menolong orang-orang percaya secara perseorangan, tetapi juga menolong gereja secara keseluruhan. Bila tubuh berfungsi dengan baik dan tiap-tiap anggotanya bekerja sebagaimana mestinya, maka seluruh tubuh akan bertumbuh (Efesus 4:16). Jelaslah ada hubungan yang signifikan antara karunia-karunia Roh dan pertumbuhan gereja. 

(3) Hal yang paling penting jika seseorang mengetahui karunia-karunia rohani ialah bahwa Allah dimuliakan. Petrus menganjurkan agar jemaat menggunakan karunia Roh lalu menyebutkan alasannya, “supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin” (1 Petrus 4:10-11). Hal apakah yang lebih baik dari memuliakan Allah? Menurut Katekismus Westminster, inilah “tujuan utama manusia”.

Ringkasnya, Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa karya-karya Roh Kudus berhenti seiring dengan meninggalnya para rasul, atau karena Alkitab sudah selesai ditulis. Roh Kudus masih aktif dan berkarya dalam gereja-Nya dan kehidupan orang percaya. Menurut Alkitab, setiap orang percaya memiliki karunia-karunia yang berbeda-beda satu dengan yang lain, dan hingga kini karunia-karunia itu masih eksis di dalam dan melalui gereja. Dengan kata lain karunia-karunia ini belum berakhir. 

Pendapat yang mengajarkan berhentinya karunia-karunia Roh setelah masa para rasul, atau karena Alkitab sudah selesai ditulis jelaslah tidak didasarkan pada eksegesis dan analisis teologis yang memadai terhadap teks-teks Alkitab, tetapi lebih merupakan asumsi pribadi dan reaksi terhadap orang-orang yang membela adanya pengalaman religius mengenai karunia-karunia yang istimewa.
https://teologiareformed.blogspot.com/
Next Post Previous Post