9 KHOTBAH YESAYA 52:13-53:12 (YESUS PUSAT DARI ALKITAB)

Pdt.Budi Asali, M.Div.

9 KHOTBAH YESAYA 52:13-53:12 (YESUS PUSAT DARI ALKITAB).Yesaya 52:13-15 - “(Yosua 52:13) Sesungguhnya, hambaKu akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. (14) Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia - begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi - (15) demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.”.
YESAYA 52:13-53:12 (YESUS PUSAT DARI ALKITAB)
Yesaya 53:1-12 - “(1) Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? (2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. (3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. (4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. (7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. (8) Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. (9) Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. (10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. (11) Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hambaKu itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. (12) Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.”.

KHOTBAH 1. YESAYA 52:13-15 (YESUS PUSAT DARI ALKITAB)

Yesaya 52:13-15: “(13) Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. (14) Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia - begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi - (15) demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.”.

Apa yang diuraikan dalam 3 ayat ini merupakan inti dari apa yang akan diuraikan secara lebih panjang lebar dalam Yesaya 53:1-12, tetapi urut-urutannya terbalik. Dalam Yesaya 52:13-15 yang diceritakan lebih dulu adalah sukses / peninggiannya (Yesaya 52:13), dan setelah itu baru diceritakan tentang penderitaan / perendahannya (Yesaya 52:14-15); sedangkan dalam 53:1-12, yang diceritakan lebih dulu adalah penderitaan / perendahannya (53:1-10), dan setelah itu baru diceritakan tentang sukses / peninggiannya (53:11-12).

Yesaya 52:13: “Sesungguhnya, hambaKu akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan.”.

1) ‘Sesungguhnya’. Ini terjemahannya kurang tepat.

NIV: ‘See’ [= lihatlah].

KJV/RSV/NASB: ‘Behold’ [= lihatlah / perhatikanlah].

Kata ini digunakan supaya kita memperhatikan dengan lebih sungguh-sungguh, karena text ini akan berbicara tentang Mesias / Yesus. Memang Yesus adalah pusat dari kekristenan, dan karena itu gereja / Pendeta / orang kristen yang tidak menekankan Yesus, adalah gereja / Pendeta / orang kristen yang menyimpang.

2) ‘hambaKu akan berhasil’.

a) ‘hambaKu’.

Kalau kita membaca seluruh kontex sampai dengan Yesaya 53:12, maka terlihat dengan jelas bahwa yang dimaksud dengan ‘hambaKu’ [‘suffering servant’ {= hamba / pelayan yang menderita}] adalah Kristus sendiri.

b) ‘akan berhasil’.

KJV: ‘shall deal prudently’ [= akan berlaku dengan bijaksana].

NIV: ‘will act wisely’ [= akan bertindak dengan bijaksana].

NASB/Footnote NIV: ‘will prosper’ [= akan berhasil].

RSV: ‘shall prosper’ [= akan berhasil].

Ada bermacam-macam penafsiran tentang bagian ini:

1. E. J. Young dan J. A. Alexander mengambil arti seperti yang diberikan oleh NIV.

2. Calvin, Barnes, dan Leupold mengambil arti seperti yang diberikan oleh LAI/RSV/NASB.

Calvin berkata bahwa kedua arti memang memungkinkan, tetapi ia lebih memilih ‘akan berhasil’ karena ini lebih sesuai dengan kalimat selanjutnya yang berbunyi: ‘ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan’ (Yesaya 52: 13b).

Barnes memilih terjemahan seperti dalam LAI/RSV/NASB, karena ia berkata bahwa dalam ayat ini ada 2 kalimat yang paralel dan sama artinya (kalimat pertama adalah ‘hamba-Ku akan berhasil’, dan kalimat kedua adalah ‘ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan’), dan karena itu arti kedua lebih cocok dibandingkan dengan arti pertama.

3. Hengstenberg (Barnes’ Notes, hal 255) menggabungkan kedua arti tersebut di atas dan menafsirkan ‘shall reign well’ [= akan memerintah dengan baik].

Spurgeon mempunyai pandangan yang mirip dengan ini, dan ia berkata: “Another translation of the passage is ‘my servant shall have prosperous success.’ Let us append that meaning to the other. Prosperity will grow out of our Lord’s prudent dealings.” [= Terjemahan yang lain dari text ini adalah ‘hambaKu akan mendapatkan kesuksesan yang makmur / menyenangkan’. Marilah kita menambahkan arti itu kepada yang lain. Kemakmuran / kesuksesan akan tumbuh dari penanganan yang bijaksana dari Tuhan kita.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 579.

Saya condong pada penafsiran kedua, yang menunjukkan bahwa Kristus akan berhasil. Jadi Yesaya 52:13 ini menunjukkan kesuksesan / pemuliaan Mesias. Ini merupakan suatu hiburan atau sesuatu yang menguatkan kita sebagai pengikut / pelayan Kristus. Sekalipun dalam mengikuti / melayani Kristus pada saat ini kelihatannya ada banyak tantangan, penderitaan, kegagalan, dan bahkan kekalahan, tetapi pada akhirnya Kristus akan sukses / berhasil, dan demikian juga dengan kita, karena kita satu dengan Dia. Kata-kata ‘pada akhirnya’ sengaja saya garis-bawahi, karena saya menentang theologia sukses / kemakmuran, yang menekankan sukses pada saat ini.

Yesaya 52:14: “Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia - begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi -”.

1)Yesaya 52:14 ini menunjukkan perendahan / penderitaan Kristus, dan dengan demikian sangat kontras dengan Yesaya 52:13 yang menunjukkan kesuksesan / pemuliaan Kristus.

2) ‘banyak orang akan tertegun melihat dia’.

a) ‘melihat dia’.

KJV: ‘As many were astonied at thee’ [= Karena / seperti banyak orang heran terhadapmu].

NASB: ‘Just as many were astonished at you’ [= Seperti banyak orang heran terhadapmu].

Jadi, ada 2 kesalahan dalam terjemahan LAI:

1. Kata ‘melihat’ sebetulnya tidak ada.

2. Dalam bahasa Ibraninya sebetulnya bukan ‘dia’, tetapi ‘kamu’.

Berbeda dengan KJV dan NASB di atas yang menterjemahkan ‘thee / you’ [= kamu], RSV dan NIV menterjemahkan ‘him’ / ‘dia’, tetapi pada catatan kakinya mereka mengatakan bahwa bahasa Ibraninya sebetulnya adalah ‘you’ / ‘kamu’.

Ada 2 kemungkinan penafsiran:

a. Ini adalah kesalahan pengcopyan.

b. Kalau ini bukan kesalahan, maka bagian awal dari Yesaya 52:14 ini ditujukan kepada hamba yang menderita tersebut (Yesus).

b) ‘tertegun’.

NIV: ‘appalled’ [= terkejut, jijik, ngeri].

KJV: ‘astonied’ [= heran].

RSV/NASB: ‘astonished’ [= heran].

Ini tidak boleh diartikan dalam arti positif (misalnya heran melihat mujijat yang dilakukan Kristus). Kontextnya jelas menunjukkan arti negatif, yaitu heran melihat jeleknya atau rendahnya Kristus.

Calvin: “The cause of their astonishment was this, that he dwelt among men without any outward shew; and the Jews did not think that the Redeemer would come in that condition or attire. When he came to be crucified, their horror was greatly increased.” [= Penyebab dari keheranan mereka adalah ini: bahwa Ia tinggal di antara manusia tanpa penampilan / pertunjukan lahiriah; dan orang-orang Yahudi tidak mengira bahwa sang Penebus akan datang dalam kondisi atau pakaian seperti itu. Pada waktu Ia datang untuk disalibkan, kejijikan mereka makin bertambah.] - hal 108.

Catatan: ingat bahwa dari dulu orang Yahudi mempunyai pemikiran bahwa Mesias akan datang dengan kemegahan dan akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi. Akibatnya waktu Yesus datang dalam kehinaan, apalagi lalu disalibkan, mereka heran (secara negatif), atau jijik, terhadap Kristus. Karena itulah Paulus mengatakan bahwa bagi orang Yahudi yang menghendaki tanda, maka salib adalah batu sandungan (1Korintus 1:22-23).

Charles Haddon Spurgeon: “It is his cross, which to Jew and Greek is ever a hindrance. ... To-day he has risen from the grave and gone into his glory, but the offence of the cross has not ceased, for upon his gospel there remains the image of his marred visage, and therefore men despise it.” [= Adalah salibNya, yang bagi orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani selalu merupakan suatu halangan. ... Sekarang Ia sudah bangkit dari kubur dan naik ke dalam kemuliaanNya, tetapi batu sandungan dari salib tidak berhenti, karena pada injilNya di sana tersisa / tertinggal gambaran dari wajah / penampilanNya yang rusak, dan karena itu orang-orang menghina / merendahkannya.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 580.

Karena itu, jangan heran kalau saudara memberitakan Injil, dan tahu-tahu ada banyak orang yang membenci / mengejek saudara, dan sebagainya.

Tetapi janganlah hal ini menyebabkan saudara membuang salib Kristus pada saat saudara memberitakan Injil!

Charles Haddon Spurgeon: “if you leave out the substitutionary work of Christ from it, there is no gospel left. It is a body without a soul.” [= jika kamu membuang pekerjaan penggantian Kristus darinya, di sana tidak ada injil yang tersisa. Itu adalah suatu tubuh tanpa suatu jiwa.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 580.

Baik ‘social gospel’ [= injil sosial] maupun ‘prosperity gospel’ [= injil kemakmuran], sama-sama membuang salib Kristus!

Spurgeon menambahkan lagi: “Jesus, thou marred One, thy cross, instead of being a stumbling-blockto us is the glory of our faith.” [= Yesus, Engkau ‘Orang’ yang dirusak, salibMu, alih-alih menjadi suatu batu sandungan bagi kami, merupakan kemuliaan dari iman kami.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 582.

Bdk. 1Korintus 1:18-24 - “(18) Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. (19) Karena ada tertulis: ‘Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan.’ (20) Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? (21) Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. (22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, (24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.”.

Spurgeon juga mengatakan bahwa selain salib Kristus itu sendiri, ada hal lain yang juga sering menjadi batu sandungan, yaitu keadaan rendah, hina, dan bahkan bodoh / tak berpendidikan dari orang-orang yang dipakai oleh Kristus untuk memberitakan Injil.

Charles Haddon Spurgeon: “Then, what seems even more humbling, ... he sends this gospel among us by men who are neither great nor noble, nor even among the wise of this world. The proud say, ‘We would submit ourselves to men of master-minds, but we cannot endure these foolish ones. Send us philosophers and orators combined, let men overcome us by cogent arguments, let them master us by words whose splendour shall dazzle our intellects.’ Instead of which the Lord sends a man who talks humbly, plainly, and perhaps even coarsely. Very simple is what he says: ‘Believe and live; Christ in your stead suffered for you, trust him:’ he says this and little more. Is not this the fool’s gospel? Is it not worthy to be called the foolishness of preaching? Men do not like this, it is an offence to their dignity. They would hear Cæsar if he would officiate in his purple, but they cannot endure Peter preaching in his fisherman’s coat. They will hear a pope in his sumptuous array, or a cardinal in his red hat, and they would not object to listen to a well-trained dialectician of the schools, or an orator from the forum; but they are indignant at the man who disdains the excellency of speech, and styles the wisdom of this world folly.” [= Lalu, apa yang kelihatannya lebih hina / merendahkan lagi, ... Ia mengirimkan injil ini di antara kita oleh orang-orang yang bukan orang besar / agung ataupun mulia, bahkan juga tidak di antara orang-orang bijak dari dunia ini. Orang-orang yang sombong berkata, Kami akan menundukkan diri kami sendiri kepada orang-orang yang sangat pandai, tetapi kami tidak bisa tahan dengan orang-orang bodoh ini. Utuslah kepada kami ahli-ahli filsafat dan para orator / ahli pidato yang digabungkan, hendaklah orang-orang mengalahkan kami dengan argumentasi-argumentasi yang sangat meyakinkan, hendaklah mereka mengalahkan kami dengan kata-kata yang kemegahannya mengherankan / mengagumkan intelek kami’. Alih-alih Tuhan mengutus seseorang yang berbicara dengan rendah hati, sederhana, dan mungkin kasar. Sangat sederhana apa yang ia katakan: ‘Percayalah dan hiduplah; Kristus menderita di tempatmu bagimu, percayalah kepadaNya’: ia mengatakan ini ditambah sedikit lagi. Bukanlah ini adalah injil orang-orang tolol? Tidakkah ini layak disebut kebodohan dari pemberitaan? Orang-orang tidak menyukai ini, ini adalah suatu batu sandungan bagi kewibawaan mereka. Mereka akan mendengarkan Kaisar seandainya ia mau melayani dalam kain ungunya, tetapi mereka tidak bisa mentoleransi Petrus berkotbah dengan jubah nelayannya. Mereka mau mendengar seorang Paus dalam pakaian indahnya yang megah dan mahal, atau seorang Kardinal dengan topi merahnya, dan mereka tidak akan keberatan untuk mendengar pada ahli debat filsafat yang terlatih dengan baik dari sekolah-sekolah, atau seorang ahli pidato dari tempat pertemuan umum; tetapi mereka marah pada orang yang meremehkan kwalitas yang sangat bagus dari pidato / cara berbicara, dan menyebut hikmat dari dunia ini sebagai kebodohan.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 581.

Bdk. Kis 4:13 - “Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus.”.

Bdk. 1Korintus 1:26-29 - “(26) Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. (27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, (28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, (29) supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.”.

Kalau saudara adalah orang yang mau mendengar seorang pengkhotbah karena kepandaiannya, kefasihannya, pendidikannya yang tinggi dsb, maka renungkan kata-kata di atas ini!

Mau tidaknya kita mendengar seorang pengkhotbah, harus didasarkan pada benar tidaknya apa yang ia sampaikan! Atau dengan kata lain, sesuai tidaknya apa yang ia sampaikan dengan Alkitab!

Kisah Para Rasul 17:11 - “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.”.

c) ‘banyak orang’.

Alexander menyoroti kata ‘banyak’. Tidak dikatakan ‘semua orang’, tetapi ‘banyak orang’. Jadi, tidak semua orang tertegun dalam arti negatif pada waktu melihat Kristus. Ada orang-orang yang percaya! Ini yang perlu ditiru! Jangan ikut-ikutan pada orang banyak, karena yang banyak belum tentu yang benar. Sekalipun seluruh bangsa / suku / keluarga saudara tidak percaya kepada Yesus, dan bahkan menghina / merendahkan Kristus, janganlah mengikuti mereka. Percayalah kepada Kristus dan saudara akan selamat!

3) ‘begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi’.

Pulpit Commentary mengatakan bahwa hal ini terjadi karena penyiksaan / penderitaan yang dialami oleh Kristus, seperti pencambukan, pemberian mahkota berduri, pemukulan, peludahan, pemikulan salib, dan penyaliban itu sendiri.

Pada waktu menceritakan tentang penyaliban, yang dilakukan setelah pencambukan, William Barclay mengutip seorang bernama Klausner yang berkata sebagai berikut:

“The criminal was fastened to his cross, already a bleeding mass from the scourging. There he hung to die of hunger and thirst and exposure, unable even to defend himself from the torture of the gnats and flies which settled on his naked body and on his bleeding wounds.” [= Kriminil itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh dengan darah karena pencambukan. Di sana ia tergantung untuk mati karena lapar, haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada luka-lukanya yang berdarah.] - ‘The Gospel of Matthew’, Vol 2, hal 364.

Dan Barclay lalu menambahkan kata-kata Klausner yang mengatakan: “It is not a pretty picture but that is what Jesus Christ suffered - willingly - for us.” [= Itu bukanlah suatu gambaran yang bagus, tetapi itu adalah apa yang diderita oleh Yesus Kristus - dengan sukarela - bagi kita.].

Pulpit Commentary: “The prophet, as Delitzsch says, sits at the foot of the cross on Calvary, and sees the Redeemer as he hung upon the accursed tree, after he had been buffeted, and crowned with thorns, and smitten, and scourged, and crucified, when his face was covered with bruises and with gore, and his frame and features distorted with agony.” [= Sang nabi (Yesaya), seperti dikatakan oleh Delitzsch, duduk di kaki dari salib di Kalvari, dan melihat sang Penebus pada waktu Ia tergantung pada salib yang terkutuk, setelah Ia dipukuli, dan dimahkotai dengan duri, dan dicambuki, dan disalibkan, pada waktu wajahNya dipenuhi dengan luka-luka / memar dan dengan darah yang mengental / membeku, dan badan dan mukanya berubah bentuk dengan kesakitan / penderitaan yang hebat.] - hal 280.

H. C. Leupold: “the striking correspondence between the thing prophesied and the fulfillment again and again fills us with wonder. Little wonder that many of the fathers of the church of days of old claim that the account reads as though Isaiah had sat at the foot of the cross.” [= kesesuaian / kecocokan yang menyolok antara ‘hal-hal yang dinubuatkan’ dan ‘penggenapannya’ berulang-ulang membuat kita heran. Tidak heran bahwa banyak bapa gereja kuno mengclaim bahwa cerita ini berbunyi seakan-akan Yesaya duduk di kaki dari salib.] - hal 224.

Ada 2 hal yang perlu direnungkan dari bagian ini:

a) Penderitaan Kristus betul-betul luar biasa hebatnya, dan itu semua rela Ia alami untuk menebus dosa saudara dan saya!

b) Nabi Yesaya hidup pada sekitar 700 tahun sebelum kelahiran Kristus, tetapi ia bisa menggambarkan secara begitu tepat penderitaan Kristus (juga hal-hal lain yang akan kita pelajari dalam Yesaya 52:13-53:12 ini). Dari mana ia bisa mengetahui dan menubuatkan semua ini? Tidak bisa tidak, ia pasti mendapatkan wahyu dari Allah, sehingga bisa menubuatkan / meramalkan semua ini dengan begitu tepat. Ini membuktikan bahwa Kitab Suci memang adalah Firman Allah! Karena itu rajin dan tekunlah dalam belajar Kitab Suci, dan tunduklah pada otoritasnya!

KHOTBAH 2.YESAYA 52:13-15 (BAPTISAN PERCIK DAN YESUS PENEBUS DOSA DUNIA)

Yesaya 52:15: “demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.”.

1) ‘ia akan membuat tercengang banyak bangsa’.

RSV: ‘so shall he startle many nations’ [= demikianlah ia akan mengejutkan banyak bangsa].

KJV: ‘so shall he sprinkle many nations’ [= demikianlah ia akan memerciki banyak bangsa].

NIV: ‘so will he sprinkle many nations’ [= demikianlah ia akan memerciki banyak bangsa].

NASB: ‘Thus He will sprinkle many nations’ [= Demikianlah ia akan memerciki banyak bangsa].

a) Jadi terlihat bahwa ada 2 macam penterjemahan:

1. ‘tercengang’ / ‘startle’.

a. Terjemahan Kitab Suci Indonesia (juga RSV) diambil dari LXX / Septuaginta (Perjanjian Lama berbahasa Yunani). Adam Clarke (hal 202) mengatakan bahwa ada seorang penafsir yang mengatakan bahwa Septuaginta bisa menterjemahkan ‘astonish’ / ‘tercengang’, karena orang yang diperciki air (secara tiba-tiba, dan pada mukanya) akan kaget / tercengang. Tetapi Clarke sendiri tidak setuju dengan teori ini, dan memang teori ini rasanya terlalu dibuat-buat. Jadi tidak jelas bagaimana LXX / Septuaginta bisa menterjemahkan seperti itu.

b. Ada juga yang mengatakan bahwa kata Ibrani yang diterjemahkan ‘sprinkle’ itu telah mengalami kesalahan penyalinan.

Pulpit Commentary: “Mr. Cheyne thinks that the present Hebrew text is corrupt, ... It is certainly hard to see how the idea of ‘sprinkling,’ even if it can mean ‘purifying,’ comes in here.” [= Tuan Cheyne beranggapan bahwa text Ibrani saat ini rusak / berubah, ... Memang sukar untuk melihat bagaimana gagasan ‘pemercikan’, bahkan jika itu bisa berarti ‘penyucian / pemurnian’, masuk ke sini.] - hal 281.

c. Kalau kita memilih terjemahan ‘tercengang’ ini, maka ‘tercengang’ di sini bukan dalam arti negatif seperti dalam ay 14, tetapi dalam arti positif. Jadi artinya adalah: orang yang mendengar, menghayati dan percaya pada berita Injil pasti akan kagum / tercengang karena Allah mau menjadi manusia, direndahkan, menderita dan mati untuk memikul hukuman dosa kita, dsb.

2. ‘memerciki’ / ‘sprinkle’.

a. Barnes’ Notes (hal 257) mengatakan terjemahan ‘sprinkle’ [= memerciki] memang sesuai dengan arti kata Ibraninya, dan menambahkan bahwa dimanapun kata ini muncul dalam Kitab Suci (Keluaran 29:21 Im 5:9 Im 6:6-17,27 Imamat 8:11,30 Imamat 14:7,16,27,51 Im 16:14,15,19 Bil 8:7 Bilangan 19:4,18,19,21 2Raja 9:33 Yesaya 63:3) selalu diterjemahkan ‘sprinkle’ [= memerciki].

b. Adam Clarke menafsirkan bahwa kata ‘sprinkle’ [= memerciki] terhadap banyak bangsa ini menunjuk pada pertobatan dari bangsa-bangsa non Yahudi dan pembaptisan terhadap mereka.

c. Calvin juga menterjemahkan ‘sprinkle’ [= memerciki], tetapi ia menghubungkannya dengan firman Tuhan.

Calvin: “the Lord will pour out his Word over ‘many nations.’” [= Tuhan akan mencurahkan FirmanNya ke atas ‘banyak bangsa’.] - hal 108.

Calvin juga mengatakan bahwa kata-kata selanjutnya, yaitu “raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia” menunjukkan akibat / hasil dari pengajaran Firman ini.

d. E. J. Young menerima terjemahan ‘sprinkle’ [= memerciki], dan menafsirkan bahwa Mesias akan menyucikan banyak bangsa. Ia menjadi buruk (Yesaya 52:14) karena Ia mau menyucikan banyak bangsa. Barnes (hal 257) mengatakan bahwa terjemahan bahasa Syria menterjemahkan ‘purify’ [= menyucikan], dan maksudnya jelas adalah ‘menyucikan melalui penebusan’.

Saya paling condong dengan penafsiran E. J. Young, karena adanya kata ‘so’ [= demikianlah] pada awal ay 15 ini, kelihatannya menghubungkan ayat ini dengan ayat sebelumnya.

b) Apakah kata ‘sprinkle’ [= memerciki] ini berhubungan dengan cara baptisan (baptisan percik)?

Barnes’ Notes: “It may be remarked that whichever of the above senses is assigned, it furnishes no argument for the practice of sprinkling in baptism. It refers to the fact of his purifying or cleansing the nations, and not to the ordinance of Christian baptism; nor should it be used as an argument in reference to the mode in which that should be administered.” [= Bisa diperhatikan bahwa yang manapun dari arti-arti di atas yang dipilih, itu tidak memberikan argumentasi untuk praktek baptisan percik. Ini menunjuk pada fakta pemurnian atau penyucian bangsa-bangsa, dan tidak pada peraturan baptisan Kristen; dan tidak boleh dipakai sebagai suatu argumentasi berkenaan dengan cara pelaksanaan baptisan.] - hal 258.

Catatan: Barnes mengatakan ini bukan karena ia mendukung baptisan selam, karena ia sendiri kelihatannya bukanlah penganut baptisan selam. Ia hanya mau bersikap jujur / fair, dan tidak mau menggunakan ayat yang ia anggap tidak cocok, untuk mendukung pandangannya. Sikapnya ini patut diteladani.

Tetapi saya meragukan pandangannya bahwa bagian ini tak boleh dijadikan dasar bagi baptisan percik. Memang kata ‘sprinkle’ [= memerciki] dalam Yesaya 52:15 ini, berhubungan dengan penyucian yang dilakukan oleh Kristus dan bukan dengan baptisan. Tetapi perlu diingat bahwa baptisan merupakan simbol penyucian / purification. Dan dalam Kitab Suci purification / penyucian selalu disimbolkan dengan percikan.

Contoh:

1. Keluaran 24:8 - “Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: ‘Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini.’”.

Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkannya’ seharusnya adalah ‘memercikkannya’. NIV: ‘sprinkled’ [= memercikkan].

2. Keluaran 29:16,21 - “(16) Haruslah kausembelih domba jantan itu dan kauambillah darahnya dan kausiramkan pada mezbah sekelilingnya. ... (21) Haruslah kauambil sedikit dari darah yang ada di atas mezbah dan dari minyak urapan itu dan kaupercikkanlah kepada Harun dan kepada pakaiannya, dan juga kepada anak-anaknya dan pada pakaian anak-anaknya; maka ia akan kudus, ia dan pakaiannya, dan juga anak-anaknya dan pakaian anak-anaknya.”.

Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘kausiramkan’ seharusnya adalah ‘percikkanlah’.NIV: ‘sprinkle’ [= percikkanlah].

3. Imamat 7:14 - “Dan dari padanya, yakni dari setiap bagian persembahan itu haruslah dipersembahkannya satu roti sebagai persembahan khusus bagi TUHAN. Persembahan itu adalah bagian imam yang menyiramkan darah korban keselamatan.”.

Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkan’ seharusnya adalah ‘memercikkan’. NIV: ‘sprinkles’ [= memercikkan].

4. Im 14:7,51 - “(7) Kemudian ia harus memercik tujuh kali kepada orang yang akan ditahirkan dari kusta itu dan dengan demikian mentahirkan dia, lalu burung yang hidup itu haruslah dilepaskannya ke padang. ... (51) Lalu ia harus mengambil kayu aras dan hisop, kain kirmizi dan burung yang masih hidup itu, dan mencelupkan semuanya ke dalam darah burung yang sudah disembelih dan ke dalam air mengalir itu, kemudian ia harus memercik kepada rumah itu tujuh kali.”.

5. Imamat 16:14 - “Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh kali.”.

6. Bilangan 8:7 - “Beginilah harus kaulakukan kepada mereka untuk mentahirkan mereka: percikkanlah kepada mereka air penghapus dosa, kemudian haruslah mereka mencukur seluruh tubuhnya dan mencuci pakaiannya dan dengan demikian mentahirkan dirinya.”.

7. Bilangan 19:18 - “Kemudian seorang yang tahir haruslah mengambil hisop, mencelupkannya ke dalam air itu dan memercikkannya ke atas kemah dan ke atas segala bejana dan ke atas orang-orang yang ada di sana, dan ke atas orang yang telah kena kepada tulang-tulang, atau kepada orang yang mati terbunuh, atau kepada mayat, atau kepada kubur itu;”.

8. Yesaya 52:15 - “demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.”.

NIV: ‘He will sprinkle many nations’ [= Ia akan memerciki banyak bangsa].

9. Ibrani 9:13 - “Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah,”.

10. Ibrani 9:19,21 - “(19) Sebab sesudah Musa memberitahukan semua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu dan darah domba jantan serta air, dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki kitab itu sendiri dan seluruh umat, ... (21) Dan juga kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinya secara demikian dengan darah.”.

11. Ibrani 10:22 - “Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.”.

Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘telah dibersihkan’ seharusnya adalah ‘telah diperciki’. NIV: ‘sprinkled to cleanse’ [= diperciki untuk membersihkan].

12. Ibrani 12:24 - “dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.”.

Bukankah aneh kalau penyucian selalu disimbolkan dengan pemercikan, tetapi baptisan yang juga merupakan simbol penyucian harus dilakukan dengan cara baptisan selam? Karena itu saya berpendapat bahwa kata ‘sprinkle’ [= memerciki] ini bisa menjadi dasar secara implicit bagi baptisan percik. Kalaupun tidak mengharuskan baptisan percik, setidaknya mengijinkan baptisan percik!

2) ‘raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia’.

a) ‘Raja-raja’.

Ini tentu hanya menunjuk kepada raja-raja yang percaya. Dan mungkin juga bahwa kata ‘raja’ tidak harus menunjuk kepada ‘raja’ tetapi menunjuk kepada ‘orang gede / berkedudukan tinggi’.

b) ‘Melihat dia’.

KJV: ‘at him’ [= terhadap dia].

RSV/NIV: ‘because of him’ [= karena dia].

NASB: ‘on account of him’ [= karena dia].

c) ‘Mengatupkan mulutnya’.

Calvin: ini artinya juga heran, tetapi dalam arti positif, atau dengan kata lain, kagum.

Calvin: “He next mentions the effect of doctrine, that ‘kings shall shut their mouth,’ that is, in token of astonishment, but a different kind of astonishment from that which he formerly described.” [= Selanjutnya ia menyebutkan hasil / akibat dari ajaran, bahwa ‘raja-raja akan mengatupkan mulut mereka’, artinya, sebagai tanda dari keheranan, tetapi suatu jenis keheranan yang berbeda dari keheranan yang tadi ia gambarkan.].

Bdk. Ayub 29:9-10 - “(9) para pembesar berhenti bicara, dan menutup mulut mereka dengan tangan; (10) suara para pemuka membisu, dan lidah mereka melekat pada langit-langitnya;”.

Jelas bahwa kontext bagian ini menunjukkan bahwa ‘menutup / mengatupkan mulut’ juga diartikan sebagai ‘kagum’ (mereka kagum terhadap Ayub).

3) ‘apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat’.

Ini berhubungan dengan berita Injil, dan kata ‘mereka’ di sini menunjuk kepada orang-orang non Yahudi. Tadinya mereka tidak tahu apa-apa, tetapi lalu Injil diberitakan kepada mereka, sehingga mereka menjadi tahu. Bandingkan dengan Roma 15:21 dimana Paulus mengutip Yesaya 52:15b ini. Bandingkan juga dengan Roma 16:25-26.

Yesaya 52:15b - “sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.”.

Roma 15:21 - “tetapi sesuai dengan yang ada tertulis: ‘Mereka, yang belum pernah menerima berita tentang Dia, akan melihat Dia, dan mereka, yang tidak pernah mendengarnya, akan mengertinya.’”.

Roma 16:25-26 - “(25) Bagi Dia, yang berkuasa menguatkan kamu, - menurut Injil yang kumasyhurkan dan pemberitaan tentang Yesus Kristus, sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiamkan berabad-abad lamanya, (26) tetapi yang sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman -”.

Charles Haddon Spurgeon:

“Now will I tell to sinners round 

What a dear Saviour I have found,

Point them to his redeeming blood

And say, Behold the way to God.” 

[= Sekarang aku akan memberitahu kepada orang-orang berdosa di sekitar

Seorang Juruselamat terkasih yang bagaimana yang telah aku temukan,

Arahkan mereka kepada darahNya yang menebus

Dan katakan, Lihatlah jalan kepada Allah.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 585.

Charles Haddon Spurgeon: “Dear brethren, when our Lord ascended on high He gave us this commission ‘Go ye into all the world and preach the gospel to every creature.’ Our duty is to obey that command, whether men will hear or whether they will forbear; the commission is unconditional, and is not dependent upon our success. If up to this date, 1875, there had never been a solitary convert through Christian ministry, if the whole of the church of God had hitherto laboured in vain, and the succession of saints had only been kept up by miracle, it would not affect our duty one iota. Our business is to preach the gospel, even to those who are aroused to persecution thereby. We are to sow, whether a harvest follow or not. Success is with God; service belongs to us. I believe therefore, that true faith, when it is in a healthy condition, will enable us to go plodding on, carefully scattering the seed, even by the wayside and on stony places; yet there is flesh about us all, and faith is not always unalloyed with sight, and consequently we occasionally flag and almost faint if we do not see some present usefulness. This passage may cheer us if we fear that we have spent our strength for naught, for such certainly was the condition of the church of God at the time when this passage was addressed to it.” [= Saudara-saudara yang kekasih, pada waktu Tuhan kita naik ke surga, Ia memberi kita perintah ini, ‘Pergilah kamu ke seluruh dunia dan beritakanlah injil kepada setiap makhluk’. Kewajiban kita adalah mentaati perintah itu, apakah orang-orang mau mendengar atau apakah mereka akan menolaknya; perintah ini tidak bersyarat, dan tidak tergantung pada kesuksesan kita. Seandainya sampai sekarang, tahun 1875, di sana tidak pernah ada seorangpun yang bertobat melalui pelayanan Kristen, seandainya seluruh gereja Allah sampai sekarang telah berjerih payah dengan sia-sia, dan rangkaian / penggantian orang-orang kudus dijaga hanya oleh mujijat, itu tidak akan mempengaruhi kewajiban kita sedikitpun. Urusan kita adalah memberitakan Injil, bahkan kepada mereka yang dibangkitkan pada penganiayaan olehnya. Kita harus menabur, apakah suatu tuaian mengikuti atau tidak. Kesuksesan ada dengan / bersama Allah; pelayanan adalah milik kita. Karena itu, saya percaya bahwa iman yang benar, pada waktu itu ada dalam kondisi yang sehat, akan memampukan kita untuk pergi bergerak / bekerja dengan tekun, dengan hati-hati / teliti menyebarkan benih, bahkan di tepi jalan dan di tempat yang berbatu-batu; tetapi di sana ada daging di setiap sisi dari kita semua, dan iman tak selalu tidak bercampur dengan penglihatan, dan karena itu kadang-kadang kita melemah dan hampir pingsan, jika kita tidak melihat beberapa kebergunaan / keberhasilan pada saat ini. Text ini bisa membuat kita bersemangat jika kita takut bahwa kita telah menghabiskan kekuatan kita secara sia-sia, karena pasti seperti itulah kondisi dari gereja Allah pada waktu text ini ditujukan kepadanya (bdk. Yes 6:9-10).] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 575-576.

Bdk. Yesaya 6:9-10 - “(9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.’”.

Bdk. 1Korintus 15:58 - “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam (persekutuan dengan) Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”.

Catatan: bagian yang saya kurung dan saya coret itu seharusnya tidak ada.

4) ‘apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami’.

a) Ini mengulang kata-kata dalam point ke 3 di atas, dengan kata-kata yang berbeda.

b) Calvin menyoroti kata-kata ‘akan mereka pahami’ dan berkata: “By this word he shews that faith consists in certainty and clear understanding. Wherever, therefore, knowledge of this kind is wanting, faith is unquestionably wanting.” [= Dengan kata ini ia menunjukkan bahwa iman terdiri dari kepastian / keyakinan dan pengertian yang jelas. Karena itu, dimanapun pengetahuan seperti ini tidak ada, tak diragukan bahwa iman juga tidak ada.] - hal 109.

Penerapan:

1. Gereja yang ajarannya sesat tidak bisa diharapkan bisa menghasilkan jemaat yang imannya benar. Karena itu carilah gereja yang ajarannya benar.

2. Orang kristen yang tidak mau belajar Firman Tuhan, juga tidak bisa diharapkan mempunyai iman yang benar. Karena itu rajin dan tekunlah dalam belajar Firman Tuhan.

3. Dalam memberitakan Injil, berusahalah memberitakan Injil yang selengkap mungkin, supaya orang yang saudara injili itu betul-betul mengerti injil itu secara keseluruhan. Kalau pengertiannya tentang injil itu hanya setengah-setengah, apalagi salah, maka tak bisa diharapkan bahwa ia akan menjadi orang percaya yang sungguh-sungguh.

KHOTBAH 3.YESAYA 53:1-2 (FREE WILL VS ANUGERAH ALLAH)

Yesaya 53:1-2 - “(1) Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? (2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.”.

1) Calvin berpendapat bahwa pemulaian pasal di sini sangat tidak tepat, dan seharusnya Yesaya 53 dimulai dari Yesaya 52:13.

Charles Haddon Spurgeon juga berpendapat serupa, karena is berkata: “There is a break made in our version between the 52nd and 53rd chapters, but no such break should have been made,” [= Di sana ada suatu pemisahan yang dibuat dalam versi kita antara pasal ke 52 dan pasal ke 53, tetapi seharusnya tidak boleh dibuat pemisahan seperti itu,] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 576.

2) Clarke mengatakan bahwa orang-orang Yahudi berusaha untuk menafsirkan bagian ini untuk menunjuk pada penderitaan mereka dalam pembuangan, tetapi ini tentu saja merupakan penafsiran yang menggelikan. Bagian ini hanya bisa menunjuk kepada Yesus!

Yesaya 53:1: “Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan?”.

1) ‘Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar’.

Bagian yang saya garisbawahi itu secara hurufiah sebetulnya adalah: ‘the thing heard’ [= hal yang didengar]. Ada 2 kemungkinan arti:

a) Menunjuk pada berita yang kami dengar (Kitab Suci Indonesia/RSV).

b) Menunjuk pada berita yang kami sampaikan (KJV/NIV/NASB).

KJV: ‘Who hath believed our report?’ [= Siapa yang telah percaya pada pemberitaan kami?].

NIV/NASB: ‘Who has believed our message’ [= Siapa yang telah mempercayai berita kami].

Untuk mengetahui yang mana yang benar, mari kita membandingkan bagian ini dengan Yohanes 12:37-38 dimana rasul Yohanes mengutip Yesaya 53:1 ini.

Yohanes 12:37-38 - “(37) Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepadaNya, (38) supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ‘Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?’”.

Bagian yang saya garisbawahi diterjemahkan ‘our report’ [= laporan / pemberitaan kami] oleh KJV/RSV/NASB, dan ‘our message’ [= berita kami] oleh NIV. Jadi kalau penterjemahan Yesaya 53:1 berbeda-beda, maka penterjemahan Yohanes 12:38 (yang mengutip Yesaya 53:1) boleh dikatakan seragam.

Dari sini terlihat dengan jelas bahwa dalam Yesaya 53:1 itu arti ke 2, yaitu yang diberikan oleh KJV/NIV/NASB, merupakan arti yang benar.

2) Sekarang mari kita baca lagi Yesaya 53:1 ini: “Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar (beritakan), dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan?”

Ayat ini menghubungkan atau bahkan mengidentikkan ‘kepercayaan terhadap berita Injil’ dan ‘pernyataan kuasa TUHAN’. Kesimpulannya: seseorang hanya bisa percaya kepada Injil karena pekerjaan Tuhan. Memang iman / pertobatan adalah karunia Allah!

a) Filipi 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaru¬niakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,”.

b) Kis 11:18b - “‘Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.’”.

Catatan: kalau dilihat kontex dari Kis 10-11, yang mempersoalkan ‘pertobatan’ Kornelius dan keluarganya, maka jelas terlihat bahwa yang dimaksud dengan pertobatan di sini, bukanlah pertobatan dari dosa, tetapi ‘datang / percaya kepada Yesus’.

3) Pertanyaan dalam Yesaya 53:1 ini menunjukkan keheranan karena sedikit / tidak adanya orang yang percaya pada berita Injil, khususnya di kalangan orang Yahudi.

Selanjutnya, bagian ini dikutip dalam Yoh 12:38 dan Ro 10:16, dan menunjukkan bahwa pada jaman Perjanjian Baru juga ada banyak orang menolak Injil dan secara relatif sangat sedikit yang mau percaya pada Injil / Yesus.

Roma 10:16 - “Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: ‘Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?’”.

LAI: ‘menerima’.

KJV/RSV: ‘obeyed’ [= mentaati].

NIV: ‘accepted’ [= menerima].

NASB: ‘heed’ [= memperhatikan].

Calvin: “Isaiah declares that there will be few that submit to the Gospel of Christ; for, when he exclaims, ‘Who will believe the preaching?’ he means that of those who hear the Gospel scarcely a hundredth person will be a believer. Nor does he merely speak of himself alone, but like one who represents all teachers.” [= Yesaya menyatakan bahwa hanya sedikit yang akan tunduk pada Injil Kristus; karena, pada waktu ia berseru: ‘Siapa akan percaya khotbah itu / pemberitaan itu?’, ia memaksudkan bahwa dari mereka yang mendengar Injil mungkin tidak ada seperseratusnya yang akan menjadi seorang percaya. Juga ia tidak berbicara semata-mata tentang dirinya sendiri saja, tetapi ia berbicara sebagai orang yang mewakili semua guru / pengajar.] - hal 111.

Penerapan: karena itu kalau saudara memberitakan Injil, jangan kecewa kalau banyak yang menolak, dan jangan berhenti memberitakan Injil karena banyak yang menolak. Ingat bahwa tugas kita hanya menyampaikan Injil. Kalau kita sudah melakukannya, kita sebetulnya sudah berhasil. Apakah orang yang kita injili itu mau bertobat atau tidak, itu merupakan urusan orang itu dengan Tuhan. Ini tidak berarti bahwa kita memberitakan Injil tanpa beban / keinginan supaya orang yang kita injili itu bertobat. Kita tetap harus mempunyai beban itu, tetapi kita juga harus mengingat bahwa nubuat Yesaya ini mengatakan bahwa secara relatif hanya sedikit orang yang bertobat.

Bandingkan juga dengan Mat 7:13-14 yang berbunyi: “(13) Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; (14) karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.’”.

53:2: “Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.”.

1) ‘Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering’.

Ada 2 kata yang perlu disoroti terjemahannya:

a) ‘taruk’.

KJV: ‘tender plant’ [= tanaman lembut].

RSV: ‘young plant’ [= tanaman muda].

NIV/NASB: ‘tender shoot’ [= tunas lembut].

b) ‘tunas’.

Ini salah terjemahan; KJV/RSV/NIV/NASB menterjemahkan ‘root’ [= akar].

Kalau saudara membaca Yesaya 53:2a ini dalam Terjemahan Lama (TL), maka terjemahannya lebih benar, dan bunyinya adalah: “Karena ia telah tumbuh di hadapan hadiratNya seperti taruk muda, seperti sebuah akar dari pada tanah yang kering;”.

Sekarang mari kita membahas dua hal ini secara lebih terperinci:

a) Tanaman muda ini menunjuk kepada Tuhan Yesus sendiri.

Dalam banyak bagian Kitab Suci, seperti Yeremia 23:5-6 Yeremia 33:15-16 Yesaya 4:2 Yesaya 11:1, Yesus digambarkan sebagai ‘Tunas’. Disamping itu, kalau Yes 53 ini kita baca terus, yaitu ay 5,6,7 dstnya, maka akan terlihat dengan jelas bahwa seluruh pasal ini adalah suatu nubuat tentang Mesias atau Tuhan Yesus sendiri.

Jadi jelaslah bahwa yang dimaksud dengan ‘tanaman muda yang akarnya ada di tanah yang kering’ itu tidak lain adalah Tuhan Yesus sendiri.

Sekarang, apa maksudnya kalau Yesus dikatakan sebagai ‘tanaman muda yang akarnya ada di tanah yang kering’? Ini jelas menunjukkan ‘aspek gelap’ dari Tuhan Yesus, atau dengan kata lain ini menunjukkan bahwa Yesus nantinya tidak sukses terus / berkembang pengaruhNya dengan mudah.

Pulpit Commentary: “Psalms probably written before his time (as Ps. 2,22,31,40,69, etc.) had partially drawn aside the veil, and given indications that the career of the Deliverer would not be all glory or all triumph. But it was difficult to determine how far they were historical, how far prophetic. It was a part of Isaiah’s mission to reveal, in language that could scarcely be mistaken, the darker aspect of Messiah’s coming, the ‘contradiction of sinners’ which he would encounter, and its consequences.” [= Mazmur-mazmur yang mungkin ditulis sebelum jaman Yesaya (seperti Mazmur 2,22,31,40,69, dsb.) telah menyingkapkan sebagian selubung, dan telah memberikan petunjuk bahwa karir dari sang Penyelamat / Pembebas tidak akan seluruhnya berupa kemuliaan atau kemenangan. Tetapi adalah sukar untuk menentukan sejauh mana mereka itu bersifat sejarah, dan sejauh mana bersifat nubuatan. Adalah bagian dari misi nabi Yesaya untuk menyatakan, dalam bahasa yang tidak mungkin disalah-mengerti, aspek yang gelap dari kedatangan Mesias, permusuhan orang-orang berdosa yang akan Ia hadapi / alami, dan konsekwensi-konsekwensinya.] - hal 299.

1. Tuhan Yesus disebut sebagai tanaman muda.

Kalau tanaman tua / besar, misalnya pohon mangga yang sudah besar, maka tentu saja tanaman itu kuat sekali. Kita boleh memukulnya, menendangnya, dsb, ia akan tetap bertahan. Tetapi tidak demikian dengan tanaman muda, tanaman yang baru tumbuh. Ia sangat lemah dan mudah mati. Kalau kita menendangnya, menginjaknya, mencabutnya maka ia segera akan mati.

Demikianlah keadaan Tuhan Yesus pada waktu Ia datang ke dunia ini untuk pertama kalinya. Ia tidak datang sebagai tanaman besar, Ia tidak datang dengan keperkasaan, kekuatan dan kemuliaan. Tidak! Sebaliknya Ia datang sebagai seorang bayi yang lemah, yang secara logika, setiap saat bisa sakit dan bahkan mati. Lalu Herodes ingin membunuh Dia, sehingga Yusuf dan Maria terpaksa membawaNya mengungsi ke Mesir. Kalau terlambat lari, Ia pasti dibunuh dan mati. Pada waktu Yesus sudah melayani, Ia dibenci dan dimusuhi oleh tokoh-tokoh agama jaman itu dan Ia berulangkali mau dibunuh.

Jadi, Dia kelihatan lemah dan mudah mati, tetapi aneh bin ajaib, dalam kenyataannya Ia tidak bisa musnah. Sekalipun memang akhirnya Ia ditangkap, disalibkan dan mati, tetapi Ia tetap tidak musnah, karena Ia bangkit kembali dan hidup selama-lamanya.

2. Tanaman muda itu akarnya ada di tanah yang kering, tetapi ia tetap bertumbuh.

Pertama-tama kita soroti kata ‘tumbuh’ dalam Yesaya 53:2a ini.

KJV: ‘shall grow up’ [= akan tumbuh]. Ini ada dalam future tense [= bentuk akan datang] dan ini salah.

RSV/NIV/NASB: ‘grew up’ [= telah tumbuh]. Ini ada dalam past tense [= bentuk lampau], dan ini yang benar.

Memang ini merupakan nubuat tentang hal yang akan datang, tetapi saking pastinya, lalu ditulis dalam past tense / bentuk lampau, seakan-akan hal itu sudah terjadi.

Pulpit Commentary: “The verbs are, all of them, in the past, or completed tense, until ver. 7, and are to be regarded as ‘perfects of prophetic certitude.’ As Mr. Cheyne remarks, ‘All has been finished before the foundations of the world in the Divine counsels.’” [= Kata-kata kerja yang digunakan semuanya ada dalam ‘bentuk lampau’ atau ‘bentuk sudah selesai’ sampai ay 7, dan harus dianggap sebagai ‘sudah terjadi dari sudut kepastian nubuatan’. Seperti dikatakan oleh Tuan Cheyne: ‘Semua sudah diselesaikan sebelum penciptaan alam semesta / dunia, dalam Rencana Ilahi’.] - hal 294.

Selanjutnya dikatakan bahwa ia tumbuh di tanah yang kering. Kalau kita melihat tanaman yang tumbuh di tanah yang subur, kita tidak perlu heran. Tetapi kalau kita melihat tanah yang kering, bukan hanya bagian atasnya tetapi terus sampai dalam sekali dan ternyata di sana ada sebuah tanaman muda yang bisa bertumbuh, maka ini betul-betul luar biasa.

Di tempat dimana rasanya tidak mungkin ada sesuatu yang bisa tumbuh, ternyata tanaman muda ini bisa tumbuh. Demikian pula halnya dengan Tuhan Yesus. Ia tumbuh dalam hal pengaruhNya terhadap orang banyak, padahal rasanya tidak mungkin. Mengapa rasanya tidak mungkin?

a. Ditinjau dari sudut keturunan.

Ia memang keturunan raja yaitu Raja Daud, tetapi kerajaan Israel maupun Yehuda telah hancur dan pada saat itu Yehuda ada di bawah penjajahan Romawi. Andaikata Ia adalah keturunan / anak raja yang berhak atas mahkota kerajaan, maka tidak aneh kalau pengaruhNya bisa begitu hebat. Tetapi Ia tidak punya hak apa-apa atas kerajaan, Ia dikenal sebagai rakyat jelata, anak tukang kayu yang miskin. Jadi ditinjau dari sudut keturunan, rasanya tidak mungkin Ia bisa mempunyai pengaruh yang besar.

b. Ditinjau dari sudut kebangsaan.

Andaikata Ia adalah orang Romawi, maka tidak aneh kalau Ia bisa mempunyai pengaruh yang besar, karena bangsa Romawi pada saat itu kuat sekali. Tetapi Ia adalah orang Yahudi, yang pada waktu itu adalah bangsa yang kecil, lemah, dijajah / ditindas, sehingga rasanya tidak memungkinkan bagi Tuhan Yesus untuk menumbuhkan pengaruhNya.

c. Ditinjau dari sudut pengikut.

Andaikata Tuhan Yesus memilih murid-muridNya dari kalangan orang-orang top, seperti kaisar, gubernur, panglima perang, ahli filsafat, ahli Taurat, orang Farisi, Imam, dsb, maka tidak heran jika Ia mempunyai pengaruh yang hebat. Tetapi kenyataannya, Ia memilih murid-murid dari golongan rendahan seperti nelayan, pemungut cukai, dsb. Rasanya ini tidak memungkinkan untuk menumbuhkan pengaruhNya.

d. Ditinjau dari keadaan alamiah manusia.

Andaikata ajaran dan kehidupan Yesus sesuai dengan keadaan alamiah manusia, maka tidak aneh kalau banyak orang mau ikut Dia. Tetapi kenyataannya, ajaran maupun kehidupan Tuhan Yesus bertentangan dengan keadaan alamiah manusia, misalnya:

(1) Adakah manusia yang kalau diam-diam ditempeleng tidak kepingin membalas? Pasti kepingin membalas, itulah keadaan alamiah manusia. Tetapi bagaimana ajaran Tuhan Yesus? Bila kamu ditampar pipi kananmu berikan juga pipi kirimu, kasihilah musuhmu, berdoalah bagi orang yang menganiaya kamu, dsb (Matius 5:39,43-44).

(2) Adakah orang laki-laki yang tidak pernah melihat seorang gadis yang cantik dan sexy dan lalu terangsang? Semua laki-laki normal pasti pernah dan bahkan sering mengalami hal seperti itu. Itulah keadaan alamiah manusia. Tetapi bagaimana ajaran Tuhan Yesus? Ia berkata: Barangsiapa memandang seorang perempuan dan menginginkannya sudahlah ia berzinah dalam hatinya (Matius 5:28).

Ajaran-ajaran Tuhan Yesus yang bertentangan dengan keadaan alamiah manusia ini menyebabkan rasa-rasanya sukar bagiNya untuk bisa menumbuhkan pengaruhNya.

Jadi, ditinjau dari sudut keturunan, kebangsaan, pengikut, maupun keadaan alamiah manusia, rasanya Yesus tidak bisa menumbuhkan pengaruhNya. Tetapi kenyataannya, pengaruhNya toh bertumbuh. Ia betul-betul seperti tanaman muda yang bertumbuh, sekalipun akarnya ada di tanah yang kering!

b) Calvin berkata bahwa kedua hal di atas dalam Yesaya 53:2a ini berlaku bukan hanya bagi diri Kristus sendiri, tetapi juga bagi Gereja (tubuh Kristus) / kekristenan. Saya setuju dengan Calvin, karena:

1. Yesus itu satu dengan Gereja yang adalah tubuhNya.

2. Yesus berkata bahwa seorang hamba tidak lebih tinggi dari tuannya, dan seorang murid tidak lebih tinggi dari gurunya (Matius 10:24 Yohanes 15:20). Jadi, kalau Yesus mempunyai ‘aspek yang gelap’, dimana Ia tidak akan sukses dengan mudah, banyak ditentang dsb, maka Gereja / orang kristen pasti juga demikian.

Jadi, Gereja / kekristenan juga:

1. Seperti tanaman muda (lemah, mudah mati).

a. Waktu Yesus masih hidup dalam dunia, Gereja terdiri hanya dari 11 rasul dan beberapa orang lagi. Apa artinya? Kelihatannya sebentar lagi Gereja akan musnah.

b. Pada waktu Yesus mati disalib, murid-muridNya bubar, dan rasanya Gereja / kekristenan musnah, tetapi ternyata tidak! Yesus bangkit, dan Gereja / kekristenan juga bangkit!

c. Pada hari Pentakosta, memang ada 3.000 orang bertobat (Kisah Para Rasul 2:41), lalu sebentar lagi menjadi 5.000 orang (Kisah Para Rasul 4:4). Tetapi mereka lalu dimusuhi habis-habisan oleh orang-orang Yahudi. Saulus diberi kuasa untuk menangkapi dan membunuhi orang-orang Kristen. Orang-orang kristen lari berhamburan kemana-mana (Kis 8:1b-4). Apakah Gereja / kekristenan hancur? Tidak!

d. Penderitaan orang kristen memuncak pada jaman kaisar Nero (54-68 M), dan kaisar-kaisar Romawi lainnya yang anti kristen. Mereka menangkapi, menyiksa, membunuhi orang kristen dengan cara yang kejam. Rasanya Gereja / kekristenan pada saat itu pasti hancur. Tetapi ternyata tidak!

e. Sampai saat ini dimana-mana orang kristen dimusuhi, apalagi di negara-negara komunis, dan bahkan di Indonesia. Tetapi aneh, Gereja / kekristenan tetap bertahan dan tidak musnah!

Sama seperti Tuhan Yesus, Gereja itu lemah, seperti tanaman muda, kelihatannya mudah mati / hancur / musnah, tetapi kenyataannya tidak bisa musnah! Tidakkah saudara merasakan ini sebagai suatu penghiburan?

2. Seperti tanaman muda yang bertumbuh, sekalipun akarnya ada di tanah yang kering.

Gereja mula-mula (abad I) bertumbuh betul-betul pada saat / tempat yang rasanya sangat tidak cocok untuk pertumbuhan gereja. Mengapa?

a. Negara sedang dijajah oleh Roma, dan Roma memusuhi Gereja / kekristenan.

b. Orang Yahudi mempunyai gambaran yang salah tentang Mesias, karena mereka menganggap bahwa Mesias itu adalah raja duniawi yang akan membebaskan mereka dari penjajahan Roma.

Tetapi kenyataannya Gereja saat itu toh bertumbuh!

Juga sekarang, banyak tempat lain yang rasanya tidak memungkinkan gereja berkembang, seperti negara komunis, pedalaman-pedalaman, negara dengan mayoritas agama lain yang fanatik, negara seperti Indonesia dimana kristen dianggap oleh banyak orang sebagai agama penjajah (Belanda), dsb. Tetapi kenyataannya Gereja tetap bisa bertumbuh! Di tempat dimana rasanya tidak mungkin tumbuh, Gereja ternyata bisa tumbuh. Betul-betul seperti tanaman yang bertumbuh sekalipun akarnya ada di tanah kering!

Kedua hal di atas ini bisa dipakai untuk mengecheck suatu gereja.

Suatu gereja yang semuanya serba lancar dan sukses, misalnya jemaatnya bertambah terus, keuangan berlimpah-limpah, gereja-gerejanya seperti istana, setiap buka cabang langsung sukses, dsb, maka semua itu rasanya bertentangan dengan gambaran ‘tanaman muda yang akarnya ada di tanah yang kering’. Karena itu mungkin sekali gereja seperti ini sebenarnya bukanlah gereja dalam pandangan Tuhan. Mereka bisa sukses, mungkin karena berkat dari setan, yang mau memberkati mereka karena gereja itu berjalan sesuai kehendaknya.

Ini tidak berarti bahwa semua gereja yang besar adalah sesat, dan ini juga tidak berarti bahwa gereja yang benar tidak mungkin menjadi besar. Tentu saja gereja yang benar bisa menjadi besar, tetapi tidak mungkin ia menjadi besar tanpa problem dan serangan setan yang luar biasa beratnya dan perjuangan yang luar biasa kerasnya.

Sebaliknya, ini juga tidak berarti bahwa gereja yang kecil dan lemah, yang ada dalam keadaan ‘hidup segan mati tak mau’, pasti merupakan gereja yang benar. Bisa saja itu memang merupakan gereja yang jelek, yang tidak diberkati, baik oleh Tuhan, maupun oleh setan!

Tetapi juga ada gereja yang sungguh-sungguh adalah gereja yang benar, dan karenanya mengalami begitu banyak serangan setan, baik penderitaan, adu domba, dsb, sehingga sukar sekali bertumbuh. Kalau saudara ada dalam gereja yang seperti ini, jangan putus asa ataupun kecewa, karena gereja yang seperti ini sesuai dengan gambaran ‘tanaman muda yang akarnya ada di tanah yang kering’.

Kedua hal di atas ini juga bisa dipakai untuk mengecheck seorang kristen.

Orang kristen yang hidupnya semua lancar, baik jasmani (pekerjaan, keuangan, kesehatan, keluarga, dsb) maupun rohani (iman, pelayanan, sukacita, damai, dsb), tidak sesuai dengan kata-kata ‘tanaman muda yang akarnya ada di tanah yang kering’. Mungkin sekali ia adalah sekedar orang kristen KTP yang diberkati / dimanjakan oleh setan.

Orang kristen yang setiap kali bersaksi selalu bersaksi betapa banyak berkat Tuhan yang enak-enak baginya, mungkin sekali sebetulnya hanya bersaksi dusta atau menceritakan half-truth [= setengah kebenaran], dimana ia tidak mau menceritakan penderitaan, kekecewaan, dan kegagalan yang ia alami.

Sebaliknya kalau saudara adalah orang kristen yang menjumpai banyak penderitaan, pencobaan, kekecewaan, kegagalan, dsb, maka ingatlah bahwa itu justru sesuai dengan kata-kata ‘tanaman muda yang akarnya ada di tanah yang kering’. Karena itu bertekunlah dalam mengikut dan melayani Tuhan, sampai saudara bertemu muka dengan muka dengan Dia.

2) ‘Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.’.

a) Ada beberapa komentar / penafsiran tentang hubungan bagian ini dengan wajah / penampilan lahiriah Yesus.

Seorang penafsir dari Pulpit Commentary mengatakan sebagai berikut:

“It is scarcely the prophet’s intention to describe the personal appearance of our Lord. What he means is that ‘the Servant’ would have no splendid surroundings, no regal pomp nor splendour - nothing about him to attract men’s eyes, or make them think him anything extraordinary. It is impossible to suppose that there was not in his appearance something of winning grace and quiet majesty. But it was of a kind that was not adapted to draw the gaze of the multitude.” [= Bukanlah merupakan maksud sang nabi untuk menggambarkan penampilan / wajah pribadi dari Tuhan kita. Apa yang ia maksudkan adalah bahwa ‘sang Pelayan’ tidak akan mempunyai lingkungan yang bagus, tidak mempunyai kemegahan atau semarak seorang raja - tidak ada apapun tentang Dia yang menarik bagi mata manusia, atau menyebabkan mereka berpikir bahwa Ia itu luar biasa. Adalah tidak mungkin untuk menganggap bahwa dalam penampilan / wajahNya tidak ada suatu kasih karunia yang menarik hati / menawan dan keagungan yang tenang. Tetapi itu adalah dari jenis yang tidak disesuaikan untuk menarik pandangan orang banyak.] - hal 295.

Catatan: saya berpendapat bahwa kata-kata yang saya garis-bawahi itu lebih merupakan suatu kesimpulan yang sentimentil dari pada suatu kesimpulan yang dihasilkan oleh suatu exegesis dari ayat-ayat Kitab Suci.

Barnes’ Notes: “It may be added that there is no authentic information in regard to his appearance that has come down to us by tradition. All the works of sculptors and painters in attempting to depict his form are the mere works of fancy, and are undoubtedly as unlike the glorious reality as they are contrary to the spirit and intention of the Bible.” [= Bisa ditambahkan bahwa tidak ada informasi yang otentik / asli berkenaan dengan penampilan / wajahNya yang diturunkan kepada kita oleh tradisi. Semua pekerjaan pengukir / pemahat dan pelukis dalam mencoba untuk menggambarkan bentukNya hanyalah semata-mata pekerjaan khayalan / fantasi, dan tak diragukan lagi berbeda dengan kenyataannya dan bertentangan dengan arti dan maksud yang sebenarnya dari Alkitab.] - hal 261.

Catatan: sekalipun demikian, tidak tertutup kemungkinan bahwa kalau Yesus memberikan penglihatan kepada seseorang, Ia menampakkan diri dalam bentuk dan wajah yang dikenal oleh orang itu. Kalau ini terjadi, itu berarti bahwa Ia menyesuaikan diri dengan kapasitas kita supaya kita bisa mengenalNya dalam penglihatan itu.

Barnes juga mengatakan bahwa ada sebuah surat yang diclaim oleh beberapa orang sebagai surat yang ditulis oleh Publius Lentulus (yang dinyatakan sebagai gubernur Yudea) dan ditujukan kepada kaisar Tiberius, yang memberikan penggambaran tentang penampilan fisik dari Yesus.

Barnes mengatakan bahwa surat ini dibuktikan secara meyakinkan sebagai palsu oleh Calmet dan Profesor Robinson, tetapi karena ini adalah ‘the only legend of antiquity which even claims to be a description of his person,’ [= satu-satunya legenda / dongeng kuno yang mengclaim sebagai penggambaran pribadiNya,], maka ia tetap menuliskan surat itu dalam buku tafsirannya.

Surat itu bunyinya adalah sebagai berikut:

“There has a man appeared here, who is still living, named Jesus Christ, whose power is extraordinary. He has the title given to him of the great prophet; his disciples call him the Son of God. He raises the dead, and heals all sort of diseases. He is a tall, well-proportioned man; there is an air of serenity in his countenance, which attracts at once the love and reverence of those who see him. His hair is of the colour of new wine; from the roots to his ears, and from thence to the shoulders, it is curled, and falls down to the lowest part of them. Upon the forehead it parts in two, after the manner of the Nazarenes. His forehead is flat and fair, his face without any defect, and adorned with a very graceful vermilion; his air is majestic and agreeable. His nose and his mouth are very well proportioned; and his beard is thick and forked, of the colour of his hair; his eyes are gray and extremely lively; in his reproofs he is terrible, but in his exhortations and instructions amiable and courteous; there is something wonderfully charming in his face, with a mixture of gravity. He is never seen to laugh, but he has been observed to weep. He is very straight in stature; his hands are large and spreading, and his arms very beautiful. He talks little, but with great gravity, and is the handsomest man in the world” [= Ada seseorang yang muncul di sini, yang masih tetap hidup, bernama Yesus Kristus, yang kuasaNya luar biasa. Ia diberi gelar sebagai nabi yang besar; murid-muridNya menyebutNya Anak Allah. Ia membangkitkan orang mati, dan menyembuhkan segala macam penyakit. Ia tinggi, dan merupakan seseorang yang mempunyai proporsi tubuh yang baik; ada suasana yang tenang pada wajahNya, yang segera menarik kasih dan hormat dari mereka yang melihatNya. RambutNya berwarna seperti anggur baru; dari akarnya sampai pada telingaNya, dan dari telinga ke bahu rambutnya berombak, dan terurai sampai bagian bawah bahuNya. Pada dahiNya rambutNya terbelah menjadi dua, sesuai dengan cara orang Nazaret, dahiNya rata dan indah, wajahNya tanpa cacat, dan diperindah dengan warna merah terang; wajahNya agung dan ramah / menyenangkan. Hidung dan mulutNya mempunyai proporsi yang baik; dan janggutNya tebal dan bercabang dua, dan berwarna seperti warna rambutNya; mataNya abu-abu dan sangat hidup / bersemangat; dalam teguran / celaanNya Ia keras / menakutkan, tetapi dalam nasehat dan instruksiNya Ia ramah dan sopan; ada sesuatu yang sangat menawan / mempesonakan pada wajahNya, bercampur dengan keseriusan. Ia tidak pernah terlihat tertawa, tetapi pernah terlihat menangis. Ia sangat tegak dalam postur tubuhNya; tanganNya besar dan melebar, dan lenganNya sangat indah. Ia berbicara sedikit tetapi dengan sangat serius, dan Ia adalah orang yang paling ganteng dalam dunia ini] - hal 261.

Catatan: rasanya kata-kata ini sukar, atau bahkan mustahil, bisa diharmoniskan dengan Yesaya 53:2b.

Seorang penafsir lain dari Pulpit Commentary mengatakan sebagai berikut:

1. “Now, it is certainly singular that no trustworthy traces of the appearance of our Lord have come down to us. Everybody may imagine for himself what were the features and expression of his Divine Master; ... The faces of our Lord precisely differed according as the artist was Spanish, Italian, or English, or had made the uncertain attempt of creating a face of Jewish type. All that Scripture asserts is that, so far as face and form were concerned, there was nothing arresting about Christ; you might have passed him by as a common man. It is even suggested that, as with his servant Paul, men might have rudely said that his ‘bodily presence was contemptible.’ Dean Plumptre remarks, ‘These words (of ver 14) conflict strangely with the type of pure and holy beauty with which Christian art has made us familiar as its ideal of the Son of Man.” [= Jelas merupakan sesuatu yang aneh bahwa tidak ada jejak yang bisa dipercaya dari penampilan / wajah Tuhan kita yang diturunkan kepada kita. Setiap orang bisa membayangkan untuk dirinya sendiri apa ciri-ciri dan expresi / raut muka dari Tuan Ilahinya; ... Wajah-wajah dari Tuhan kita berbeda-beda sesuai dengan artisnya itu orang Spanyol, Itali, atau Inggris, atau usaha artisnya yang tidak pasti dalam menciptakan wajah yang bertype Yahudi. Semua yang ditegaskan oleh Kitab Suci adalah bahwa sejauh wajah dan bentuk badan yang dipersoalkan, tidak ada apapun yang menawan tentang Kristus; engkau bisa saja melewatiNya begitu saja seperti engkau melewati orang biasa. Bahkan ada yang mengusulkan bahwa seperti pelayanNya, Paulus, orang mungkin akan mengatakan dengan kasar bahwa ‘kehadiran tubuhnya adalah menjijikkan’. Dean Plumptre mengatakan: ‘Kata-kata ini (dari Yesaya 52:14) bertentangan dengan type keelokan yang murni dan suci yang telah diperkenalkan secara akrab oleh seni Kristen sebagai bentuk ideal dari Anak Manusia.] - hal 293.

2. “In no way striking. Not aristocratic-looking, or handsome, or big. Just a man, simple, undistinguished-looking.” [= Tidak menyolok dalam hal apapun. Tidak kelihatan seperti bangsawan, atau ganteng, atau besar. Hanya seorang manusia, sederhana, tidak kelihatan istimewa.] - hal 293.

3. “Why was Messiah thus different to all expectation of him? Because men are so enslaved to the literal, the temporal, the earthly. There was nothing in the Man to attract, because God would have us feel the attractions of the Divine Saviour.” [= Mengapa Mesias begitu berbeda dengan semua harapan tentang Dia? Karena manusia begitu diperbudak pada hal-hal yang hurufiah, sementara dan duniawi. Tidak ada apapun dalam Manusia itu yang menarik, karena Allah menginginkan kita merasakan daya tarik dari Juruselamat Ilahi.] - hal 293.

Catatan: sebetulnya penafsir ini mengomentari Yesaya 52:14, tetapi saya berpendapat bahwa kata-katanya lebih cocok untuk Yesaya 53:2, karena keburukan dalam Yes 52:14 itu disebabkan oleh penyiksaan, pencambukan dan sebagainya.

b) Mungkin saudara berpendapat bahwa andaikata Yesus mempunyai penampilan yang hebat (ganteng, tinggi besar, kaya, berkedudukan tinggi, dsb), maka itu pasti akan menarik lebih banyak orang kepadaNya. Tetapi ingat bahwa kalau Allah tidak memberikan manusia Yesus itu penampilan yang hebat, maka itu pastilah merupakan hal yang terbaik!

Hal ini bisa diterapkan dalam persoalan ajaran. Mungkin saudara beranggapan bahwa dalam Kitab Suci ada ajaran-ajaran yang sebaiknya dibuang. Mengapa? Karena saudara menganggap hal-hal itu justru menghalangi orang datang kepada Yesus. Sebagai contoh: doktrin tentang Predestinasi, Limited Atonement [= Penebusan terbatas], Total Depravity [= Kebejatan total], dan sebagainya. Andaikata hal-hal itu dibuang, maka penginjilan akan lebih mudah dan akan lebih banyak orang bertobat. Tetapi ini jelas adalah pemikiran yang salah. Kalau Allah meletakkan ajaran-ajaran itu dalam Kitab Suci, maka itu adalah kebenaran, dan pasti berguna!

Charles Haddon Spurgeon: “Perhaps you think that certain doctrines are hindrances to the success of the gospel: you know not what you say. In the end it shall be seen that every part of his teachings, and procedure, and every act of his life, and all his government in providence were so wisely ordered, that as a whole they secured in the best and speediest manner the exalting and extolling of his holy name.” [= Mungkin kamu berpikir bahwa doktrin-doktrin tertentu merupakan halangan-halangan dari injil: kamu tidak tahu apa yang kamu katakan. Pada akhirnya akan terlihat bahwa setiap bagian dari pengajaran-pengajaran, dan prosedurNya, dan setiap tindakan dari kehidupanNya, dan semua pemerintahanNyadalam providensia adalah begitu diatur dengan bijaksana, sehingga sebagai suatu keseluruhan, mereka memastikan dalam cara yang terbaik dan tercepat pemuliaan dan peninggian NamaNya yang kudus.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 580.

YESAYA 52:13-53:12 (4)

KHOTBAH 4.PENYAKIT KITA DITANGGUNG YESUS DAN SOLIDER ADALAH AJARAN SESAT

YESAYA 53:3-4

Yesaya 53:3-4 - “(3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. (4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.”.

Yesaya 53:3: “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.”.

1) ‘Ia dihina dan dihindari orang’.

KJV: ‘He is despised and rejected of men’ [= Ia dihina dan ditolak orang].

RSV/NIV: ‘He was despised and rejected by men’ [= Ia dihina dan ditolak orang].

NASB: ‘He was despised and forsaken of men’ [= Ia dihina dan ditinggalkan orang].

Ini menunjukkan bahwa Kristus ditolak oleh manusia.

Yohanes 1:11 - “Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya.”.

Yoh 3:19 - “Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.”.

2) ‘seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan’.

KJV/RSV/NASB: ‘a man of sorrows, and acquainted with grief’ [= seorang yang penuh kesengsaraan, dan yang terbiasa dengan kesedihan].

NIV: ‘a man of sorrows, and familiar with suffering’ [= seorang yang penuh kesengsaraan, dan akrab dengan penderitaan].

Barnes’ Notes: “The word render ‘grief,’ means usually sickness, disease (Deut. 7:15; 27:61; Isa. 1:5); but it also means anxiety, affliction (Eccl. 5:16); and then any evil or calamity (Eccl. 6:12).” [= Kata yang diterjemahkan ‘kesedihan’, biasanya berarti kesakitan, penyakit (Ulangan 7:15 27:61 Yesaya 1:5); tetapi itu juga berarti kekuatiran, kesusahan / penderitaan (Pkh 5:16); dan lalu sembarang bencana atau malapetaka (Pkh 6:12).] - hal 263.

Barnes’ Notes: “The idea is, that he was familiar with sorrow and calamity. It does not mean, as it seems to me, that he was to be himself sick and diseased; but that he was to be subject to various kinds of calamity, and that it was to be a characteristic of his life that he was familiar with it.” [= Gagasannya adalah bahwa Ia akrab dengan kesedihan dan bencana. Bagi saya itu tidak berarti bahwa Ia sendiri sakit / kena penyakit; tetapi bahwa Ia terkena oleh bermacam-macam bencana, dan bahwa itu menjadi ciri kehidupanNya sehingga Ia akrab dengan hal itu.] - hal 263.

3) ‘sehingga orang menutup mukanya terhadap dia’.

Orang memalingkan mukanya dari Dia dan tidak mau memandangNya, atau karena penderitaanNya yang hebat, atau karena Ia sendiri dianggap menjijikkan.

4) ‘dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan’.

Kata-kata ‘tidak masuk hitungan’ ini merupakan istilah yang kabur dan membingungkan. Karena itu bandingkan dengan terjemahan-terjemahan Alkitab bahasa Inggris di bawah ini.

KJV/RSV/NIV: ‘and we esteemed him not’ [= dan kita tidak menghargainya].

NASB: ‘and we did not esteem Him’ [= dan kita tidak menghargaiNya].

Jadi, maksud dari kata-kata ‘tidak masuk hitungan’ adalah ‘tidak menghargai’.

Perlu saudara camkan bahwa sekalipun saudara tidak menghina, menolak, atau jijik terhadap Kristus, tetapi kalau saudara tidak menghargaiNya, itu sudah cukup untuk membuang saudara selama-lamanya ke dalam neraka! Ingat kata-kata Yesus dalam Mat 12:30a - “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku”.

5) Seorang penafsir mengatakan bahwa:

a)Yesaya 53:2 menyatakan secara negatif - orang tidak memandang / menginginkan Dia.

b)Yesaya 53:3 menyatakan secara positif - orang menghinaNya, menolakNya, menutup muka (jijik) terhadapNya.

6) Penerapan:

a) Kalau Yesus pada waktu datang ke dunia untuk melayani manusia diperlakukan seperti itu, maka jangan terlalu heran jika pada waktu saudara melayani seseorang / suatu gereja / persekutuan, saudara juga diperlakukan seperti itu. Ingat bahwa seorang murid tidak lebih tinggi dari gurunya, dan seorang hamba tidak lebih tinggi dari tuannya (Mat 10:24).

b) Sebaliknya kalau semua orang, termasuk orang-orang kafir yang tidak bertobat, menerima saudara dengan baik, itu justru menunjukkan bahwa saudara adalah nabi palsu.

Lukas 6:22,23,26 - “(22) Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. (23) Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. ... (26) Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.’”.

53:4: “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.”.

1) Setelah dalam Yesaya 53:2-3 Yesaya membahas penderitaan Yesus, sekarang dalam Yesaya 53:4 Yesaya menceritakan mengapa Ia mengalami semua penderitaan itu. Kristus dihina dan direndahkan, bukan karena Ia dihukum oleh Allah karena kesalahanNya, tetapi karena Ia memikul penyakit dan kesengsaraan kita.

Doktrin bahwa Yesus menjadi Pengganti (Substitute) kita dalam memikul hukuman dosa-dosa kita dari Allah, merupakan salah satu doktrin yang terpenting dalam penginjilan!

2) ‘penyakit’.

KJV/RSV/NASB: ‘griefs’ [= kesedihan].

NIV: ‘infirmities’ [= kelemahan].

Ada 2 pandangan tentang bagian ini:

a) Ada yang mempunyai pandangan bahwa kata ‘penyakit’ ini memang menunjuk pada penyakit jasmani. Ini biasanya merupakan pandangan golongan Pentakosta dan Kharismatik, yang biasanya menggunakan bagian ini untuk mendukung pandangan mereka bahwa orang kristen HARUS sembuh dari penyakit jasmani.

Dan ada dari mereka yang mendukung penafsiran ini dengan menggunakan Matius 8:15-17 - “(15) Maka dipegangNya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Iapun bangunlah dan melayani Dia. (16) Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. (17) Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ‘Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita’.”.

Jadi, kelihatannya Matius 8:17 memang mendukung penafsiran bahwa kata ‘penyakit’ menunjuk pada ‘penyakit jasmani’. Pandangan seperti ini dianut oleh boleh dikatakan mayoritas orang Kristen dari kalangan Pentakosta dan Kharismatik, dan dijadikan sebagai dasar ‘keharusan kesembuhan dari penyakit’.

Bahkan Albert Barnes, yang bukan orang Pentakosta ataupun Kharismatik, mempunyai pandangan yang serupa. Tentang kata ‘penyakit’ / ‘grief’ ini ia berkata:

“It is translated ‘sickness’ (Deut. 28:61; 7:15; 2Chron. 21:15; 1Kings 17:17); ‘disease’ (Eccl. 6:2; 2Chron. 21:18; 16:12; Ex. 15:26); ‘grief’ (Isa. 53:3,4; comp. Jer. 16:4]. It is never in our version rendered ‘sin’, and never used to denote ‘sin’. ... Matthew (8:17) has rendered it ASTHENEIAS - ‘infirmities,’ and intended no doubt to apply it to the fact that the Lord Jesus healed diseases, and there can be no doubt that Matthew has used the passage, not by way of accomodation, but in the true sense in which it is used by Isaiah; and that it means that the Messiah would take upon himself the infirmities of men, and would remove their sources of grief. It does not refer here to the fact that he would take their sins. That is stated in other places (ver. 6,12).” [= Kata itu diterjemahkan ‘sickness’ / ‘penyakit’ (Ul 28:61 7:15 2Taw 21:15 1Raja 17:17); ‘disease’ / ‘penyakit’ (Pkh 6:2 2Taw 21:18 16:12 Kel 15:26); ‘kesedihan’ (Yes 53:3,4; bdk. Yer 16:4). Dalam versi kita kata itu tidak pernah diterjemahkan ‘dosa’, dan tidak pernah digunakan untuk menunjuk kepada ‘dosa’. ... Matius (8:17) telah menterjemahkannya ASTHENEIAS - ‘kelemahan’, dan tak diragukan lagi bermaksud untuk menerapkannya pada fakta bahwa Tuhan Yesus telah menyembuhkan penyakit-penyakit, dan tidak diragukan lagi bahwa Matius telah menggunakan text ini, bukan dengan cara penyesuaian, tetapi dalam arti yang benar dalam mana kata itu digunakan oleh Yesaya; dan bahwa itu berarti bahwa Sang Mesias akan mengambil kepada diriNya sendiri kelemahan-kelemahan manusia, dan akan menyingkirkan sumber kesedihan mereka. Di sini ini tidak menunjuk pada fakta bahwa Ia akan mengambil dosa-dosa mereka. Itu dinyatakan di tempat lain (ay 6,12).] - hal 265.

Bagi saya, tafsiran Barnes ini salah!

b) Kata ‘penyakit’ ini menunjuk pada ‘penyakit rohani’ atau ‘dosa’.

Saya berpendapat bahwa kata ‘penyakit’ dalam Yesaya 53:4 harus diartikan secara rohani, dan menunjuk kepada dosa.

Alasannya:

1. Kontexnya yaitu Yesaya 53:4-6 jelas sekali membicarakan dosa-dosa manusia.

Yesaya 53:4-6 - “(4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.”.

2. Arti ‘dosa’ itu harus diambil kalau kita membandingkannya dengan 1Petrus 2:24-25 - “(24) Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh. (25) Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.”.

Dalam ayat ini jelas bahwa Petrus yang mengutip Yesaya 53:5-6 ini beranggapan bahwa kata ‘sembuh’ pada akhir Yesaya 53:5 menunjuk pada kesembuhan rohani / keselamatan jiwa. Ia tidak membicarakan apapun yang bersifat jasmani di sini, tetapi sebaliknya semua bersifat rohani. Dengan demikian jelaslah bahwa ‘penyakit’ yang dimaksud dalam Yesaya 53:4 pastilah merupakan ‘penyakit rohani’ / dosa, dan tidak menunjuk pada ‘penyakit jasmani’.

Tetapi sekarang bagaimana dengan Matius 8:15-17 yang menunjukkan bahwa Matius mengutip Yesaya 53:4 ini dan menunjuk pada penyembuhan penyakit jasmani?

1. Calvin: “Matthew quotes this prediction, after having related that Christ cured various diseases; though it is certain that he was appointed not to cure bodies, but rather to cure souls; for it is of spiritual disease that the Prophet intends to speak. But in the miracles which Christ performed in curing bodies, he gave a proof of the salvation which he brings to our souls. That healing had therefore a more extensive reference than to bodies, because he was appointed to be the physician of souls; and accordingly Matthew applies to the outward sign what belonged to the truth and reality.” [= Matius mengutip ramalan ini, setelah menceritakan bahwa Kristus menyembuhkan bermacam-macam penyakit; sekalipun sudah tentu bahwa Ia ditetapkan bukan untuk menyembuhkan tubuh, tetapi untuk menyembuhkan jiwa; karena adalah penyakit rohanilah yang dibicarakan oleh sang nabi. Tetapi dalam mujijat-mujijat yang dilakukan Kristus dalam menyembuhkan tubuh, Ia memberi suatu bukti tentang keselamatan yang Ia bawa kepada jiwa kita. Karena itu kesembuhan itu mempunyai hubungan yang lebih luas dengan jiwa dari pada tubuh, karena Ia ditetapkan sebagai dokter untuk jiwa; dan sesuai dengan itu Matius menerapkan pada tanda lahiriah apa yang termasuk pada kebenaran dan kenyataan.] - hal 115.

Jadi menurut Calvin, Yesaya 53:4 itu memang berbicara tentang penyakit rohani (dosa), tetapi dalam Matius 8:17, Matius mengutip Yesaya 53:4 itu dan menerapkannya pada kesem¬buhan jasmani, karena Yesus memang sering melakukan sesuatu yang bersifat jasmani untuk mengajar suatu kebenaran rohani (Ini bukan suatu pengallegorian!).

Contoh:

a. Ia mencelikkan mata orang buta dalam Yoh 9. Ini mengilustrasikan diriNya sebagai Terang dunia (Yohanes 9:5).

b. Ia membangkitkan orang mati / Lazarus (Yoh 11). Lalu Ia mengajar bahwa Ia adalah Kebangkitan dan Hidup (Yohanes 11:25-26).

c. Ia melipat gandakan roti (Yoh 6), lalu Ia mengajar bahwa Ia adalah Roti Hidup (Yohanes 6:35).

Dalam Mat 8 juga demikian. Ia menyembuhkan secara jasmani (Matius 8:15-16) untuk menunjukkan diriNya sebagai penyembuh rohani / dosa (Matius 8:17 bdk. Yesaya 53:4-5).

Jadi, sebetulnya sekalipun Matius 8:15-16 berbicara tentang kesembuhan / penyakit jasmani, tetapi Matius 8:17 berbicara tentang kesembuhan / penyakit secara rohani, yaitu dosa. Karena itu Matius lalu menganggap ini sebagai penggenapan dari Yesaya 53:4-5!

2. Pulpit Commentary: “The application which St. Matthew makes of this passage to our Lord’s miracles of healing (8:17) is certainly not the primary sense of the words, but may be regarded as a secondary application of them.” [= Penerapan yang dibuat oleh Matius tentang text ini terhadap mujijat penyembuhan Tuhan kita (8:17) jelas bukan merupakan arti utama dari kata-kata ini, tetapi boleh dianggap sebagai penerapan sekunder dari kata-kata itu.] - hal 295.

3) ‘Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya’.

a) KJV/RSV/NIV/NASB menterjemahkan kata ‘kesengsaraan’ dengan kata ‘sorrows’ [= kesedihan]. Yang dimaksudkan adalah kesengsaraan / kesedihan yang disebabkan karena dosa.

b) Kalau kata ‘penyakit’ memang menunjuk kepada ‘dosa’, dan di sini dikatakan bahwa ‘penyakit kita ditanggungnya’, maka apakah dosa-dosa manusia memang ditumpahkan kepada Yesus?

Pada umumnya (atau bahkan mungkin semua) penafsir berpendapat bahwa bukan dosa itu sendiri yang ditumplekkan kepada Yesus, tetapi hanya hukuman dosanya saja.

E. J. Young: “It should be noticed that the consequences of sin and not sin itself are mentioned.” [= Harus diperhatikan bahwa konsekwensi dari dosa dan bukan dosa itu sendiri yang disebutkan.] - ‘The Book of Isaiah’, vol 3, hal 346.

Menurut saya kata-kata E. J. Young ini cocok dengan kata-kata ‘kesengsaraan kita yang dipikulnya’, tetapi tidak cocok dengan kata-kata ‘penyakit kitalah yang ditanggungnya’, karena yang terakhir ini tidak menunjuk pada konsekwensi dosa, tetapi menunjuk pada dosa itu sendiri.

Barnes (hal 265) menyoroti kata ‘ditanggungnya’. KJV/RSV: ‘borne’ (dari to bear). Ia lalu berkata bahwa kalau kata ini diterapkan pada penyakit (seperti kusta), maka itu tentu tidak berarti bahwa manusianya menjadi sembuh dan Yesusnya yang lalu jadi sakit kusta. Kalau diterapkan pada kerasukan setan, juga tidak berarti bahwa orangnya menjadi sembuh dan Yesusnya lalu kerasukan setan. Demikian juga pada waktu diterapkan pada dosa (seperti dalam Yes 53:12 - ‘Ia menanggung dosa banyak orang’), maka artinya tentu bukannya bahwa orangnya diampuni / disucikan, dan Kristusnya menjadi berdosa. Menurut Barnes, artinya adalah: “that he so took them upon himself as to remove from the sinner the exposure to punishment, and to bear himself whatever was necessary as a proper expression of the evil of sin.” [= bahwa Ia mengambilnya pada diriNya sendiri dengan maksud untuk menyingkirkan dari orang berdosa keterbukaan terhadap hukuman, dan menanggung sendiri apapun yang perlu sebagai ungkapan yang benar dari kejahatan dosa.] - hal 265.

Pembahasan tentang hal ini akan muncul lagi dalam pembahasan Yesaya 53:6 nanti.

c) Perbedaan antara ‘solider’ dan ‘menggantikan’ (substitute).

E. J. Young: “when it is said that he bore our sickness, what is meant is not that he became a fellow sufferer with us, but that he bore the sin that is the cause of the evil consequences, and thus became our substitute.” [= ketika dikatakan bahwa Ia menanggung penyakit kita, yang dimaksudkan bukanlah bahwa Ia menjadi sesama penderita dengan kita, tetapi bahwa Ia menanggung dosa yang menjadi penyebab dari konsekwensi jahat / jelek, dan dengan demikian menjadi pengganti kita.] - ‘The Book of Isaiah’, vol 3, hal 346.

Mungkin E. J. Young menekankan hal ini, karena adanya kecenderungan golongan Liberal untuk mengatakan bahwa Yesus datang ke dunia untuk menyatakan solidaritasnya terhadap kita. Contoh: Pdt. Yohanes Bambang Mulyono dari GKI, dalam bukunya yang berjudul ‘Tuhan ajarlah aku’, berulang kali menyatakan hal itu, yang akan saya kutip di bawah ini:

1. Hal 111: “Bila Yesus Kristus mau menderita sengsara, itu adalah karena Dia mau solider dengan manusia yang berada di bawah kuasa dosa. Sikap solider (senasib) inilah yang menyebabkan Anak Allah mau ikut menanggung hukuman dan kematian.”.

2. Hal 274: “Di dalam Yesus Kristus, Allah menyatakan solidaritasNya dengan kehidupan dan penderitaan manusia. Itulah sebabnya Yesus Kristus dapat ikut menderita, sedih, kecewa, sakit, dan mengalami kematian di atas kayu salib. Ini berarti problema penderitaan manusia menjadi bagian dalam kehidupan Allah. ... Sampai saat ini Allah ikut solider dalam penderitaan orang-orang yang sedang ditimpa oleh malapetaka, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, korban peperangan, korban bencana alam, dan sebagainya. Dalam sejarah kehidupan umat manusia, Allah kita adalah Allah yang menderita sebab ikut menanggung tragedi dan kegagalan manusia.”.

3. Hal 280: “Anugerah Allah secara utuh dan sempurna dinyatakan di dalam Yesus Kristus, sebab Dialah Allah yang menjadi manusia untuk solider dengan menebus dosa manusia.”.

Menurut saya, solider berarti sikap setia kawan. Jadi kalau Yesus solider dengan kita, maka itu berarti bahwa pada waktu Yesus melihat kita menderita, maka Ia bersikap setia kawan dan mende¬rita bersama-sama dengan kita. Ini jelas adalah salah / sesat, karena doktrin / konsep penebusan sebetulnya berarti: Kristus mati menggantikan kita, supaya kita bebas dari hukuman!

Louis Berkhof: “The sufferings of Christ were not just the sympathetic sufferings of a friend, but the substitutionary sufferings of the Lamb of God for the sin of the world.” [= Penderitaan Kristus bukan hanya penderitaan yang bersifat simpati / ikut merasakan dari seorang sahabat, tetapi penderitaan yang bersifat pengganti dari Anak Domba Allah untuk dosa dunia.] - ‘Systematic Theology’, hal 376.

4) ‘padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah’.

a) ‘ditindas’.

KJV/RSV: ‘afflicted’ [= diberi penderitaan].

Alexander mengatakan bahwa kata ini dipakai untuk menunjuk kepada orang yang kena penyakit kusta. Ini menyebabkan orang Yahudi menganggap bahwa Mesias adalah orang yang kena kusta.

b) Anak kalimat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang melihat penderitaan Kristus tidak mengerti bahwa Ia menderita bagi mereka. Mereka menyangka Ia menderita karena Ia adalah orang berdosa yang dihukum oleh Allah karena dosaNya sendiri. Karena itu mereka mengejekNya (Matius 27:39-44).

Ketidak-mengertian, apalagi dalam hubungan dengan Kristus / Injil, merupakan suatu keadaan yang sangat membahayakan, yang bisa membawa saudara ke neraka untuk selama-lamanya!

Yesaya 52:13-53:12 (5)

KHOTBAH 5.YESUS MENJADI SUBSTITUTE / PENGGANTI KITA MEMIKUL DOSA

YESAYA 53:5

Yesaya 53:5 - “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.”.

1) ‘Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita’.

a) ‘Tertikam’.

KJV/RSV: ‘was wounded’ [= terluka].

NIV: ‘was pierced’ [= tertikam].

NASB: ‘was pierced through’ [= tertikam].

Barnes’ Notes: “The word rendered ‘wounded’ (MEKHOLAL), is a participle Pual, from KHALAL, to bore through, to perforate, to pierce; hence to wound (1Sam. 31:3; 1Chron. 10:3; Ezek. 28:9). ... Applied to the actual sufferings of the Messiah, it refers undoubtedly to the piercing of his hands, his feet, and his side.” [= Kata yang diterjemahkan ‘wounded’ / ‘terluka’ (MEKHOLAL), adalah suatu participle PUAL, yang berasal dari kata KHALAL, yang berarti mengebor, melubangi, menikam; dan karena itu melukai (1Sam 31:3; 1Taw 10:3; Yeh 28:9). ... Diterapkan pada penderitaan yang sesungguhnya dari Mesias, tak diragukan lagi itu menunjuk pada penembusan tanganNya, kakiNya dan sisi / rusukNya.] - hal 268.

Jadi, ini bukan hanya menunjuk pada penusukan tombak, pada saat Yesus sudah mati (Yoh 19:34).

b) ‘oleh karena pemberontakan kita’.

1. ‘oleh karena’.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘for’ [= untuk].

Barnes’ Notes: “The preposition ‘for’ (MIN) here answers to the Greek DIA, on account of, and denotes the cause for which he suffered, and means, even according to Genesius (Lex.), here, ‘the ground or motive on account of, or because of which anything is done.’” [= Kata depan ‘untuk’ (MIN) di sini cocok dengan kata Yunani DIA, ‘karena / sebab’ dan menunjukkan penyebab untuk mana ia menderita, dan menurut Genesius (Lex.) di sini berarti ‘dasar atau alasan yang menyebabkan sesuatu dilakukan’.] - hal 268.

2. ‘pemberontakan kita’.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘our trangressions’ [= pelanggaran-pelanggaran kita].

Ini jelas menunjuk kepada dosa-dosa manusia / kita.

2) ‘dia diremukkan oleh karena kejahatan kita’.

KJV/RSV: ‘was bruised’ [= diremukkan / dimemarkan].

NIV/NASB: ‘was crushed’ [= diremukkan].

Barnes’ Notes: “The word here used (DAKA) means properly to be broken to pieces, to be bruised, to be crushed (Job 6:9; Ps. 72:4). Applied to mind, it means to break down or crush by calamities and trials; and by the use of the word here, no doubt, the most severe inward and outward sufferings are designated. ... The meaning is, that he was under such a weight of sorrows on account of our sins, that he was, as it were, crushed to the earth. How true this was of the Lord Jesus it is not necessary here to pause to show.” [= Kata yang digunakan di sini (DAKA) sebetulnya berarti dihancurkan berkeping-keping, dimemarkan, diremukkan (Ayub 6:9; Maz 72:4). Diterapkan pada pikiran, kata itu berarti dipatahkan atau diremukkan oleh bencana-bencana dan pencobaan-pencobaan; dan penggunaan kata itu di sini tidak diragukan lagi menunjuk pada penderitaan-penderitaan batiniah dan lahiriah yang paling hebat. ... Artinya adalah bahwa Ia ada di bawah suatu beban kesedihan yang begitu besar karena dosa-dosa kita, sehingga seakan-akan / bisa dikatakan Ia diremukkan ke bumi. Betapa benarnya hal ini tentang Tuhan Yesus kita tak perlu meragukannya di sini.] - hal 268.

3) ‘ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya’.

a) ‘ganjaran’.

KJV/RSV: ‘the chastisement’ [= hajaran].

NIV: ‘the punishment’ [= hukuman].

NASB: ‘the chastening’ [= hajaran].

Barnes’ Notes: “The word ‘chastisement’ (MUSAR), properly denotes the correction, chastisement, or punishment inflicted by parents on their children, designed to amend their faults (Prov. 22:15; 23:13). It is applied also to the discipline and authority of kings (Job 22:18); and to the discipline or correction of God (Job 5:17; Hos. 5:2). Sometimes it means admonition or instruction, such as parents give to children, or God to men. ... The word does not of necessity denote punishment, though it is often used in that sense. It is properly that which corrects, whether it be by admonition, counsel, punishment, or suffering.” [= Kata ‘chastisement’ / ganjaran / hajaran / hukuman (MUSAR), sebetulnya berarti perbaikan, hajaran atau hukuman yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak mereka, dengan tujuan memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka (Amsal 22:15; 23:13). Kata itu juga diterapkan pada pendisiplinan dan otoritas dari raja-raja (Ayub 22:18); dan pada pendisiplinan atau pengkoreksian Allah (Ayub 5:17; Hos 5:2). Kadang-kadang kata itu berarti peringatan / teguran atau instruksi / pengajaran, seperti yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak atau oleh Allah kepada manusia. ... Kata ini tidak harus menunjuk pada hukuman, sekalipun sering dipakai dalam arti itu. Sebetulnya itu merupakan sesuatu yang memperbaiki, apakah dengan peringatan / teguran, nasehat, hukuman, atau penderitaan.] - hal 268.

Catatan:

1. Ayub 22:18 itu mungkin salah cetak.

2. Saya berpendapat bahwa kontex dari Yesaya 53 ini mengharuskan kata ini diartikan ‘hukuman’ di sini.

b) ‘keselamatan’.

Di sini digunakan kata Ibrani SHALOM [= peace / damai].

‘Peace’ / ‘damai’ yang dimaksud adalah ‘peace with God’ [= damai dengan Allah]. Karena Kristus dihukum / dicambuki, kita mendapatkan damai dengan Allah.

Barnes’ Notes: “The word ‘peace’ means evidently their peace with God; reconciliation with their Creator.” [= Kata ‘damai’ jelas berarti damai mereka dengan Allah; perdamaian dengan Pencipta mereka.] - hal 268.

Tetapi ada juga yang mengartikan ‘damai dalam hati’. Perlu diingat bahwa ‘damai dengan Allah’ berhubungan erat dengan ‘damai dalam hati’.

Ini menyebabkan Yesus disebut ‘damai sejahtera kita’ (Efesus 2:14,15,17; bdk. Kis 10:36; Roma 5:1).

c) ‘ditimpakan kepadanya’.

Ini menunjukkan bahwa Yesus menjadi substitute / pengganti kita dalam memikul hukuman dosa. Bahkan sebetulnya seluruh Yesaya 53:4-6 menunjukkan secara jelas bahwa Kristus adalah substitute / pengganti kita. Ini yang menyebabkan sekarang untuk bisa selamat caranya mudah sekali yaitu hanya percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan.

Agama-agama lain tidak mengajarkan penebusan / penggantian seperti dalam Kristen, tetapi mereka tetap mempercayai pengampunan dosa, entah dengan cara-cara apapun. Bagi Kristen, ditinjau dari sudut Alkitab, kalau ini benar, maka ini bukan menunjukkan kebaikan Allah, tetapi menunjukkan ketidak-adilan Allah.

Sebetulnya dalam duniapun berlaku hal ini. Kalau ada pelanggaran sekecil apapun, dan itu diampuni begitu saja, itu bukan menunjukkan suatu kebaikan / kasih, tetapi menunjukkan suatu ketidak-adilan. Saya beri contoh dari hal-hal yang kecil ke hal yang besar, maka semua akan menjadi jelas.

1. Kalau saudara melanggar peraturan lalu lintas, dan polisi menangkap saudara, dan saudara memohon-mohon kepada polisi itu untuk diampuni, dan akhirnya polisi itu ‘mengampuni’ saudara, baikkah ia?? Kalau saudara menganggap dia baik, mari kita teruskan dengan hal yang lebih berat.

2. Kalau saudara mencuri, dan saudara ditangkap polisi, dan saudara memohon-mohon kepada polisi itu untuk diampuni, dan polisi itu ‘mengampuni’ saudara, baikkah ia? Kalau saudara tetap menganggap dia baik, mari kita lanjutkan dengan hal yang lebih berat lagi.

3. Kalau saudara memperkosa dan membunuh seorang gadis, dan saudara ditangkap polisi, dan saudara memohon-mohon untuk diampuni, dan polisi itu ‘mengampuni’ saudara, baikkah dia? Hanya orang gila yang sampai pada titik ini tetap mengatakan bahwa polisi itu baik!

Sebetulnya, ini berlaku untuk semua kesalahan / pelanggaran hukum di negara manapun! Kesalahan / pelanggaran sekecil apapun, sebetulnya tidak boleh diampuni begitu saja. Kalau tetap diampuni, itu bukan menunjukkan kebaikan, tetapi menunjukkan ketidak-adilan!

Sekarang kita kembali kepada Allah. Kalau Allah itu adil, semua dosa, besar atau kecil, banyak atau sedikit, HARUS DIHUKUM! Atau pada diri orang yang berbuat dosa, atau pada diri dari penggantinya. Jadi, orang yang tidak mempunyai Penebus / Pengganti, harus memikul sendiri hukuman dari semua dosa-dosanya!

Hal ini harus ada dalam pengertian kita, untuk bisa percaya dengan benar kepada Dia. Dan karena itu, hal ini juga harus ditekankan pada waktu kita memberitakan Injil!

4) ‘dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh’.

a) ‘bilur-bilur’.

KJV/RSV: ‘stripes’ [= bilur / garis].

NIV: ‘wounds’ [= luka-luka].

NASB: ‘scourging’ [= penyesahan].

Barnes’ Notes: “The word here used in Hebrew ... means properly stripe, weal, bruise, i.e., the mark or print of blow on the skin. ... It occurs on the following places, and is translated by stripe, and stripes (Ex. 21:25); bruises (Isa. 1:6); hurt (Gen. 4:23); blueness (Prov. 20:30); wounds (Ps. 38:5); and spots, as of a leopard (Jer. 13:23). The proper idea is the weal or wound made by bruising; the mark designated by us when we speak of its being ‘black and blue.’ It is not a flesh wound; it does not draw blood; but the blood and other humours are collected under the skin. The obvious and natural idea conveyed by the word here is, that the individual referred to would be subjected to some treatment that would cause such a weal or stripe; that is, that he would be beaten, or scourged.” [= Kata yang digunakan di sini dalam bahasa Ibrani ... sebetulnya berarti garis / strip, bilur, memar, yaitu tanda atau bekas pukulan pada kulit. ... Kata itu muncul pada ayat-ayat sebagai berikut, dan diterjemahkan garis atau garis-garis (Keluaran 21:25); memar (Yesaya 1:6); luka (Kejadian 4:23); lebam (Amsal 20:30); luka (Mazmur 38:6); dan bercak / tutul, seperti pada macam tutul (Yeremia 13:23). Gagasan sebenarnya adalah bilur atau luka yang terjadi oleh pukulan yang menimbulkan luka memar; tanda yang kita tunjukkan pada waktu kita berbicara tentang ‘biru lebam’. Itu bukan luka daging; itu tidak mengeluarkan darah; tetapi darah dan cairan-cairan lain terkumpul di bawah kulit. Gagasan yang nyata dan wajar yang diberikan oleh kata ini di sini adalah bahwa individu yang ditunjukkan akan diperlakukan sedemikian rupa sehingga menyebabkan bilur atau garis; yaitu bahwa ia akan dipukuli, atau disesah / dicambuki.] - hal 269.

Penafsiran di atas ini agak aneh kalau mengingat bahwa pencambukan terhadap Yesus, yang dilakukan dengan cambuk Romawi yang dipenuhi benda-benda tajam itu, pasti menimbulkan luka-luka yang hebat. Karena itu mungkin terjemahan NIV [‘wounds’ {= luka-luka}] dan NASB [‘scourging’ {= penyesahan}] harus lebih diperhatikan dan dipercaya.

Charles Haddon Spurgeon: “... the suffering by which we are healed. ‘With his stripes we are healed.’ I find that the word here used is in the singular, and not as the translation would lead you to suppose. I hardly know how to translate the word fully. It is read by some as ‘weal,’ ‘bruise,’ or ‘wound,’ meaning the mark or print of blows on the skin; but Alexander says the word denotes the tumour raised in flesh by scourging. It is elsewhere translated ‘blueness,’ ‘hurt,’ and ‘spots,’ and evidently refers to the black and blue marks of the scourge. The use of a singular noun may have been intended to set forth that our Lord was as it were reduced to a mass of bruising, and was made one great bruise. By the suffering which that condition indicated we are saved.” [= ... penderitaan oleh mana kita disembuhkan. ‘Oleh bilur-bilurnya kita disembuhkan’. Saya mendapatkan bahwa kata yang digunakan di sini ada dalam bentuk tunggal, dan tidak berbentuk jamak seperti terjemahannya. Saya hampir tidak tahu bagaimana menterjemahkan kata ini sepenuhnya. Kata ini dibaca oleh beberapa orang sebagai ‘bilur’, ‘memar’, atau ‘luka’, berarti tanda atau bekas pukulan pada kulit; tetapi Alexander berkata bahwa kata itu menunjuk pada pembengkakan yang timbul di dalam daging oleh penyesahan. Di tempat lain kata itu diterjemahkan ‘biru’, ‘luka’ dan ‘bercak’, dan jelas menunjuk pada tanda hitam dan biru dari penyesahan. Penggunaan kata benda bentuk tunggal mungkin dimaksudkan untuk menyatakan bahwa Tuhan kita bisa dikatakan dihancurkan sehingga penuh luka-luka, dan dijadikan suatu kememaran yang besar. Oleh penderitaan yang ditunjukkan oleh keadaan itu kita diselamatkan.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the life and work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 592.

Mungkin kata bentuk tunggal ini yang menyebabkan NASB menterjemahkan ‘His scourging’ [= penyesahanNya].

b) ‘kita menjadi sembuh’.

Barnes’ Notes: “The healing here referred to, is spiritual healing, or healing from sin. Pardon of sin, and restoration to the favour of God, are not infrequently represented as an act of healing.” [= Penyembuhan yang dimaksudkan di sini adalah penyembuhan rohani, atau penyembuhan dari dosa. Pengampunan dosa, dan pemulihan pada perkenan Allah, tidak jarang digambarkan sebagai suatu tindakan penyembuhan.] - hal 269.

Contoh:

Mazmur 41:5b - ‘sembuhkanlah aku, sebab terhadap Engkaulah aku berdosa!’.

Mazmur 6:3b (baca mulai ay 2) - ‘sembuhkanlah aku’.

Mazmur 103:3 - ‘Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu,’. Ini jelas merupakan 2 kalimat paralel yang artinya sama, tetapi dinyatakan dengan kata-kata yang berbeda.

c) Pulpit Commentary: “‘It is impossible for the blood of bulls and goats to take away sin’ (Heb. 10:4). It is impossible for sinful man to redeem his fellow-man (Ps. 49:7,8). Only One who was without sin, ‘holy, harmless, undefiled, separate from sinners’ (Heb. 7:26), could make atonement for others’ sins; only One who was perfectly pure himself could purify them; only One who needed none to intercede for him could intercede for his brethren.” [= ‘Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa’ (Ibrani 10:4). Adalah tidak mungkin bagi orang berdosa untuk menebus sesamanya (Mazmur 49:8-9). Hanya Orang yang tanpa dosa, ‘saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa’ (Ibrani 7:26), yang bisa melakukan penebusan untuk dosa-dosa orang lain; hanya Orang yang dirinya sendiri murni secara sempurna yang bisa memurnikan mereka; hanya Orang yang tidak membutuhkan pengantara bagi diriNya yang bisa menjadi pengantara bagi saudara-saudaraNya.] - hal 300.

Mazmur 49:8-9 - “(8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya.”. Ini salah terjemahan.

NIV (Ps. 49:6-7): “No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no payment is ever enough” [= Tidak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain, atau memberikan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa mencukupi].

d) Di sini saya akan memberikan beberapa kutipan dari khotbah Charles Haddon Spurgeon tentang kata-kata ‘oleh bilur-bilurnya kita disembuhkan’.

1. Charles Haddon Spurgeon: “Christ Jesus, the true medicine of the sons of men, was ordained of old to heal the sickness of his people.” [= Kristus Yesus, obat yang benar bagi anak-anak manusia, ditentukan sejak dahulu untuk menyembuhkan penyakit umatNya.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the life and work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 587.

2. Charles Haddon Spurgeon: “‘with his stripes we are healed.’ These six words contain the marrow of the gospel, and yet scarcely one of them contains a second syllable. They are words for plain people, and in them there is no affectation of mystery or straining after the profound. I looked the other day into old Culpepper’s Herbal. It contains a marvellous collection of wonderful remedies. Had this old herbalist’s perscriptions been universally followed, there would not long have been any left to prescribe for; the astrological herbalist would soon have extirpated both sickness and mankind. Many of his receipts contain from twelve to twenty different drugs, each one needing to be prepared in a peculiar manner; I think I once counted forty different ingredients in one single draught. ... If you would see Culpepper’s Herbal carried out in spiritual things, go and buy a Directory for the carrying on of the Ritualistic services of the Church of England, or the Church of Rome. You shall find there innumerable rules as to when you shall bow, and to what quarter of the heavens you shall look: when you shall stand up, and when you shall kneel: when you shall dress in black, in white, in blue, or in violet: how you shall pray, and what you shall pray, a collect being appointed for to-day, and another for to-morrow. On the other hand, if you would know the true way of having your souls healed, go to the Word of God, and study such a text as this: ‘With his stripes we are healed.’ In the one case all is mysterious, in the other all is simple and clear.” [= ‘Oleh bilur-bilurnya kita disembuhkan’. Enam kata ini mencakup sumsum dari Injil, tetapi tidak satupun dari mereka yang mempunyai suku kata kedua. Itu adalah kata-kata untuk orang yang sederhana, dan dalam mereka tidak ada kepura-puraan misteri atau penyaringan orang pandai. Beberapa waktu yang lalu saya melihat Herbal Culpepper yang kuno. Itu mencakup koleksi yang mengagumkan dari obat-obat yang hebat. Andaikata resep dari ahli obat ramuan ini diikuti secara universal, maka tidak akan ada apapun yang tersisa untuk diberi resep; ahli ramuan obat astrologi ini akan segera memusnahkan baik penyakit maupun umat manusia. Banyak dari resep-resepnya yang terdiri dari 12 sampai 20 obat yang berbeda-beda, dan setiap obat itu harus disiapkan dengan cara yang khusus; saya menghitung 40 macam zat dalam satu teguk / minuman. ... Jika engkau mau melihat Herbal Culpepper dalam hal-hal rohani, pergilah dan belilah Buku petunjuk untuk melakukan kebaktian yang bersifat upacara dalam Gereja England, atau Gereja Roma (Katolik). Engkau akan mendapatkan peraturan-peraturan yang tak terhitung berkenaan dengan kapan engkau harus membungkuk, dan bagian surga mana yang harus kaupandang: kapan engkau harus berdiri, dan kapan engkau harus berlutut: kapan engkau harus berpakaian hitam, putih, biru, atau ungu: bagaimana engkau harus berdoa, dan apa yang harus kamu doakan, suatu pengumpulan (kolekte?) yang ditetapkan untuk hari ini, dan untuk besok. Di sisi yang lain, jika engkau ingin tahu jalan yang benar untuk kesembuhan jiwamu, pergilah kepada Firman Allah, dan pelajarilah text seperti ini: ‘Oleh bilur-bilurnya kita disembuhkan’. Dalam kasus yang satu semuanya misterius, dalam kasus yang lain semua sederhana dan jelas.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the life and work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 587-588.

Catatan:

a. Dalam bahasa Inggris bagian ini memang terdiri dari 6 kata (‘with his stripes we are healed’), dan setiap kata dari 6 kata itu terdiri hanya dari satu suku kata, tetapi dalam bahasa Indonesia tidak demikian.

b. Kata yang saya garisbawahi itu merupakan perubahan dari kata ‘prescriptions’.

Kelihatannya, maksud Spurgeon adalah bahwa Injil itu sederhana dan mudah. Tetapi ada gereja-gereja (ia berikan gereja England dan Roma Katolik sebagai contoh) yang menggunakan upacara-upacara yang begitu ruwet, yang ia analogikan dengan obat ramuan yang begitu ruwet. Ini mengaburkan Injil yang sederhana tersebut.

Bukan hanya upacara-upacara, tetapi ajaran-ajaran juga bisa dibuat sedemikian rupa sehingga mengaburkan Injil yang sederhana. Misalnya dengan ditambah dengan macam-macam filsafat.

3. Charles Haddon Spurgeon: “Truly, this is one reason why there is an adoption in the Romish Church of the Latin tongue, and why in many other churches there is an affectation of a theological jargon which nobody can comprehend, and which would not be of any use to them if they did comprehend it; the whole is designed to delude the multitude. To what purpose are fine speeches in the gospel ministry. Sickness are not healed by eloquence. It was an ill day in which rhetoric crept into the church of God, and men attempted to make gospel a subject for oratory. The gospel wants no human eloquence to recommend it. It stands most securely when without a buttress. Like beauty, it is most adorned when unadorned the most.” [= Benar, inilah alasan mengapa ada penggunaan bahasa Latin dalam gereja Roma (Katolik), dan mengapa dalam gereja-gereja yang lain ada penggunaan istilah-istilah theologia yang tidak dapat dimengerti oleh siapapun; dan yang tidak mempunyai kegunaan apapun bagi mereka seandainya mereka mengertinya; semua itu dirancang untuk memperdayakan orang banyak. Apa gunanya kata-kata yang indah / halus dalam pelayanan injil. Penyakit tidak disembuhkan dengan kefasihan. Merupakan suatu hari yang buruk pada saat kepandaian berbicara / berpidato merangkak masuk ke dalam gereja Allah, dan orang berusaha untuk membuat injil tunduk pada keahlian berpidato. Injil tidak membutuhkan kefasihan manusia untuk mendapat pujian. Injil berdiri paling teguh pada saat tidak ada dinding penopang. Seperti kecantikan, itu paling indah pada saat paling tidak diperindah.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the life and work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 588.

Bandingkan dengan kata-kata Paulus dalam 1Korintus 2:1-5 - “(1) Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. (2) Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. (3) Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. (4) Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, (5) supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.”.

4. Charles Haddon Spurgeon: “There is not a man, or woman among us that can escape the damnation of hell apart from the healing virtue of the Saviour’s atoning sacrifice. No, not one. Yon lovely little girl is defiled in heart, albeit that as yet nothing worse than childish folly is discoverable; leave but that little mind to its own devices, and the fair child will become an arch-transgressor. Yonder most amiable youth, although no blasphemous word has ever blackened his lip, and no lustful thought has yet inflamed his eye, must yet be born again, or he may wander into foulest ways; and yonder most moral tradesman, though he has as yet done justice to his fellow men, will perish if he be not saved by the grace of God through Christ Jesus. Sin dwelleth in us, and will be deadly in the case of every one among us, without a solitary exception, unless we accept the remedy which God has provided.” [= Tidak ada orang laki-laki atau perempuan di antara kita yang bisa lolos dari hukuman neraka terpisah dari sifat penyembuhan dari korban penebusan Sang Juruselamat. Tidak, tidak seorangpun. Anak gadis kecil yang cantik di sana itu dicemari hatinya, sekalipun tidak ada yang lebih jelek dari pada ketololan seorang anak yang ditemukan padanya; biarkanlah pikiran kecil itu pada rencananya sendiri, dan anak yang cantik itu akan menjadi pelanggar utama / kepala pelanggar. Remaja yang paling ramah di sana, sekalipun tidak ada kata penghujatan yang pernah menghitamkan bibirnya, dan tidak ada pemikiran yang penuh hawa nafsu yang pernah membakar matanya, tetap harus dilahirbarukan, atau ia akan mengembara di jalan yang paling kotor / busuk; dan pedagang yang paling bermoral di sana, sekalipun ia berlaku adil kepada sesama manusianya, akan binasa jika ia tidak diselamatkan oleh kasih karunia Allah melalui Kristus Yesus. Dosa tinggal di dalam kita, dan akan mematikan dalam kasus dari setiap orang di antara kita, tanpa satu perkecualianpun, kecuali kita menerima obat yang telah disediakan Allah.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the life and work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 590.

5. Charles Haddon Spurgeon: “Ah, dear friends, this disease is none the better because we do not feel it. It is all the worse. It is one of the worst symptoms in some diseases, when men become incapable of feeling. It is dreadful when the delirious sick man cries out ‘I am well enough; I will leave this bed; I will go to my business.’ Hear how he raves; must we not put him under restraint? The louder his boasts of health the more sad the delirious patient’s condition. When ignorance is known and felt it is not dense, but he who knows nothing, and yet fancies that he knows everything, is ignorant indeed.” [= Oh, teman-teman yang kekasih, penyakit ini tidak lebih baik kalau kamu tidak merasakannya. Bahkan lebih jelek. Merupakan tanda terburuk dalam beberapa penyakit, pada saat orangnya tidak bisa merasakan. Merupakan sesuatu yang menakutkan pada waktu orang yang sakit mengigau ‘Aku cukup baik / sehat; aku akan meninggalkan ranjang ini; aku akan pergi kepada bisnisku’. Dengarkanlah bagaimana ia mengoceh; tidakkah kita harus mengekangnya? Makin keras pembanggaan kesehatannya, makin menyedihkan kondisi pasien yang mengigau itu. Pada waktu ketidaktahuan itu diketahui dan dirasakan, ketidaktahuan itu tidak terlalu tebal, tetapi pada waktu ia yang tidak tahu apa-apa mengkhayalkan bahwa ia mengetahui segala sesuatu, maka ia betul-betul tidak tahu.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the life and work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 590.

5) Kata-kata ‘tertikam’, ‘diremukkan’, ‘ganjaran’, ‘bilur’. Semua ini menunjukkan betapa hebatnya penderitaan Kristus untuk memikul hukuman dosa kita.

Keil & Delitzsch: “‎There were no stronger expressions to be found in the language, to denote a violent and painful death.” [= Disana tidak ada ungkapan-ungkapan yang lebih kuat yang bisa ditemukan dalam bahasa itu, untuk menunjukkan suatu kematian yang extrim / brutal dan menyakitkan.].

Keil & Delitzsch: “‎‎We were sick unto death because of our sins; but He, the sinless one, took upon Himself a suffering unto death, which was, as it were, the concentration and essence of the woes that we had deserved; and this voluntary endurance, this submission to the justice of the Holy One, in accordance with the counsels of divine love, became the source of our healing.” [= Kita sakit sampai pada kematian karena dosa-dosa kita; tetapi Ia, Orang yang tidak berdosa, mengambil pada diriNya sendiri suatu penderitaan sampai mati, yang seakan-akan merupakan konsentrasi / fokus dan hakekat dari penderitaan-penderitaan yang layak kita dapatkan; dan sikap bertahan yang sukarela ini, ketundukan pada keadilan dari Yang Maha Kudus ini, sesuai dengan rencana dari kasih Ilahi, menjadi sumber dari penyembuhan kita.].

YESAYA 52:13-53:12 (6)

KHOTBAH 6. DOSA-DOSA KITA DIPERHITUNGKAN KEPADA KRISTUS

YESAYA 53:6

Yesaya 53:6 - “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.”.

1) ‘Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri,’.

a) ‘Kita sekalian’.

KJV/RSV: ‘All we’ [= Semua kita].

NIV: ‘We all’ [= Kita semua].

NASB: ‘All of us’ [= Semua dari kita].

Jadi terjemahan LAI yang tak mengandung kata ‘semua’ kurang tepat.

Calvin: “We see that here none are excepted, for the Prophet includes ‘all.’ The whole human race would have perished, if Christ had not brought relief.” [= Kita lihat di sini bahwa tidak ada yang terkecuali, karena sang Nabi mencakup ‘semua’. Seluruh umat manusia akan harus binasa, andaikata Kristus tidak membawa pertolongan.] - hal 117.

J. A. Alexander: “‘All we’ does not mean ‘all the Jews’ or ‘all the heathen’, but ‘all men without exception.’” [= ‘Kita sekalian / semua’ tidak berarti ‘semua orang Yahudi’ atau ‘semua orang kafir’, tetapi ‘semua manusia tanpa kecuali’.] - hal 290.

Saya agak meragukan kebenaran penafsiran ini. Alasannya akan kita lihat nanti, pada pembahasan kata-kata ‘kita sekalian’ yang kedua, yaitu pada Yesaya 53:6b.

b) ‘sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri’.

Charles Haddon Spurgeon: “The very gist of sin lies in our setting up our own way in opposition to the way and will of God.” [= Intisari / pokok dari dosa terletak pada penetapan kita tentang jalan kita sendiri dalam pertentangan dengan jalan dan kehendak Allah.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the life and work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 601.

Barnes’ Notes: “The condition of the race without a Redeemer is here elegantly compared to a flock without a shepherd, which wanders where it chooses, and which is exposed to all dangers.” [= Keadaan / kondisi dari umat manusia tanpa Penebus di sini dibandingkan secara bagus sekali dengan sekelompok domba tanpa gembala, yang mengembara kemana mereka mau, dan yang terbuka terhadap semua bahaya.] - hal 270.

Barnes’ Notes: “Nothing could more strikingly represent the condition of men. They had wandered from God. They were following their own paths, and pursuing their own pleasures. They were without a protector, and they were exposed on every hand to danger.” [= Tidak ada yang bisa menggambarkan dengan cara lebih menyolok keadaan / kondisi dari manusia. Mereka menyimpang dari Allah. Mereka mengikuti jalan mereka sendiri, dan mengejar kesenangan mereka sendiri. Mereka tidak mempunyai pelindung dan mereka terbuka terhadap bahaya di setiap sisi.] - hal 270.

J. A. Alexander: “The figure of wandering or lost sheep is common in Scripture to denote alienation from God and the misery which is its necessary consequence. (See Ezek. 34:5; Matt. 9:36). The entire comparison is probably that of sheep without a shepherd (1Kings 22:17 Zech. 10:2).” [= Gambaran tentang domba yang menyimpang atau hilang merupakan sesuatu yang lazim dalam Kitab Suci untuk menunjuk perpisahan dari Allah dan kesengsaraan yang merupakan konsekwensi yang harus terjadi. (Lihat Yeh 34:5 Mat 9:36). Seluruh perbandingan mungkin adalah tentang domba tanpa gembala (1Raja 22:17 Zakh 10:2).] - hal 290.

Di sini saya menunjukkan sederetan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa domba yang tanpa gembala / tersesat selalu digambarkan dalam keadaan berbahaya dan menyedihkan:

1. Bil 27:15-17 - “(15) Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: (16) ‘Biarlah TUHAN, Allah dari roh segala makhluk, mengangkat atas umat ini seorang (17) yang mengepalai mereka waktu keluar dan masuk, dan membawa mereka keluar dan masuk, supaya umat TUHAN jangan hendaknya seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala.’”.

2. 1Raja-raja 22:17 - “Lalu jawabnya: ‘Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.’”.

3. Mazmur 119:176 - “Aku sesat seperti domba yang hilang, carilah hambaMu ini, sebab perintah-perintahMu tidak kulupakan.”.

4. Yeh 34:5-6 - “(5) Dengan demikian mereka berserak, oleh karena gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala binatang di hutan. (6) Domba-dombaKu berserak dan tersesat di semua gunung dan di semua bukit yang tinggi; ya, di seluruh tanah itu domba-dombaKu berserak, tanpa seorangpun yang memperhatikan atau yang mencarinya.”.

5. Zakh 10:2 - “Sebab apa yang dikatakan oleh terafim adalah jahat, dan yang dilihat oleh juru-juru tenung adalah dusta, dan mimpi-mimpi yang disebutkan mereka adalah hampa, serta hiburan yang diberikan mereka adalah kesia-siaan. Oleh sebab itu bangsa itu berkeliaran seperti kawanan domba dan menderita sengsara sebab tidak ada gembala.”.

6. Matius 9:36 - “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”.

7. 1Petrus 2:25 - “Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.”.

Semua orang yang belum datang kepada Kristus adalah seperti domba yang sesat!

c) Bagian ini dituliskan sebagai alasan mengapa Kristus harus menderita.

Jadi, gara-gara kita hidup semau kita sendiri (‘masing-masing kita mengambil jalannya sendiri’), maka Allah menimpakan kepada Kristus kejahatan kita sekalian.

2) ‘tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian’.

a) Tuhan sendiri yang menimpakan kesalahan kita kepada Kristus!

Bdk. Yohanes 18:11 - ‘cawan yang diberikan Bapa kepadaKu’.

Bdk. Kisah Para Rasul 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu.”.

b) Bagian ini lagi-lagi menunjukkan Kristus sebagai pengganti kita dalam memikul / menanggung hukuman Tuhan.

E. J. Young: “The iniquity of which we are guilty does not come back to us to meet and strike us as we might rightly expect, but rather strikes him in our stead.” [= Kesalahan / kejahatan tentang mana kita bersalah tidak kembali kepada kita untuk menemui kita dan memukul kita seperti yang secara benar boleh kita harapkan, tetapi sebaliknya memukul Dia di tempat kita.] - ‘The Book of Isaiah’, vol 3, hal 350.

Calvin: “Here we have a beautiful contrast. In ourselves we are scattered; in Christ we are gathered together. By nature we go astray, and are driven headlong to destruction; in Christ we find the course by which we are conducted to the harbour of salvation. Our sins are a heavy load; but they are laid on Christ, by whom we are freed from the load. Thus, when we were ruined, and, being estranged from God, were hastening to hell, Christ took upon him the filthiness of our iniquities, in order to rescue us from everlasting destruction. ... Let every one, therefore, diligently consider his own iniquities, that he may have a true relish of that grace, and may obtain the benefit of the death of Christ.” [= Di sini kita mempunyai kontras yang indah. Dalam diri kita sendiri kita tersebar / tercerai berai; dalam Kristus kita dikumpulkan bersama-sama. Secara alamiah kita tersesat, dan digiring langsung kepada kehancuran; dalam Kristus kita menemukan jalan oleh mana kita dipimpin ke pelabuhan keselamatan. Dosa-dosa kita merupakan beban yang berat; TETAPI ITU DILETAKKAN PADA KRISTUS, oleh siapa kita dibebaskan dari beban tersebut. Demikianlah, pada saat kita hancur, dan dijauhkan dari Allah, cepat-cepat menuju neraka, KRISTUS MENGAMBIL KEPADANYA KEKOTORAN KEJAHATAN-KEJAHATAN / KESALAHAN-KESALAHAN KITA, untuk menolong / menyelamatkan kita dari kehancuran kekal. ... Karena itu, hendaklah setiap orang memikirkan dengan sungguh-sungguh kejahatan-kejahatannya /kesalahan-kesalahannya sendiri, sehingga ia boleh mengecap / menikmati kasih karunia itu, dan boleh mendapatkan manfaat dari kematian Kristus.] - hal 118-119.

Kata-kata Calvin ini menunjukkan pentingnya perenungan akan dosa-dosa kita sendiri. Apakah saudara sering merenungkan dosa-dosa saudara sendiri? Tanpa kesadaran akan dosa-dosa kita sendiri, kita tidak akan merasa bahwa kita membutuhkan seorang Juruselamat / Penebus!

Charles Hodge: “Vicarious suffering is suffering endured by one person in the stead of another, i.e., in his place. It necessarily supposes the exemption of the party in whose place the suffering is endured. A vicar is a substitute, one who takes the place of another, and acts in his stead. ... What a substitute does for the person whose place he fills, is vicarious, and absolves that person from the necessity of doing or suffering the same thing.” [= Penderitaan yang bersifat pengganti / menggantikan adalah penderitaan yang ditanggung oleh seseorang sebagai pengganti orang lain, yaitu di tempatnya. Itu harus mensyaratkan pembebasan pihak bagi siapa penderitaan itu ditanggung. Seorang vicar / wakil adalah seorang pengganti, seseorang yang menempati tempat orang lain, dan bertindak sebagai penggantinya. ... Apa yang dilakukan oleh seorang pengganti untuk orang yang tempatnya digantikannya, merupakan sesuatu yang bersifat mewakili / menggantikan, dan membebaskan orang itu dari keharusan untuk melakukan atau menderita hal yang sama.] - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 475.

Kata-kata Hodge ini jelas bertentangan dengan ajaran tentang Yesus bersikap solider dan menderita bersama kita yang sudah kita pelajari dalam pelajaran yang lalu!

Charles Haddon Spurgeon: “The principle of representation wrecked us, the principle of representation rescues us.” [= Prinsip perwakilan menghancurkan / mencelakakan kita, prinsip perwakilan menolong / menyelamatkan kita.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the life and work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 603.

Bandingkan kata-kata Spurgeon ini dengan 2 text Kitab Suci di bawah ini.

1Kor 15:21-22 - “(21) Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. (22) Karena sama seperti semua orang mati dalam (persekutuan dengan) Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam (persekutuan dengan) Kristus.”.

Roma 5:15-19 - “(15) Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karuniaNya, yang dilimpahkanNya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. (16) Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. (17) Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. (18) Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. (19) Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.”.

c) Sekarang saya akan membahas apakah yang diberikan kepada Kristus adalah dosa-dosa kita dan hukumannya, atau hanya hukumannya saja.

1. Pandangan Keil & Delitzsch.

Keil & Delitzsch mengatakan bahwa kata yang diterjemahkan ‘iniquity’ / ‘kejahatan’ dalam bahasa Ibraninya adalah עֲוֹ֥ןa (AON), dan tentang kata ini Keil & Delitzsch memberi komentar sebagai berikut:

“But עֲוֹ֥ן is used to denote not only the transgression itself, but also the guilt incurred thereby, and the punishment to which it gives rise. All this great multitude of sins, and mass of guilt, and weight of punishment, came upon the Servant of Jehovah according to the appointment of the God of salvation,” [= Tetapi עֲוֹ֥ן (AON) digunakan untuk menunjuk bukan hanya pada pelanggaran itu sendiri, tetapi juga guilt / kesalahan yang diakibatkan olehnya, dan penghukuman yang ditimbulkannya. Seluruh kumpulan besar dosa-dosa ini, dan sejumlah besar kesalahan, dan beban penghukuman, datang kepada Hamba Yehovah sesuai dengan penetapan dari Allah dari keselamatan,] - hal 322.

Jadi, kelihatannya Keil & Delitzsch menganggap bahwa bukan hanya hukumannya tetapi juga dosa-dosa manusia ditimpakan kepada Yesus.

2. Pandangan mayoritas penafsir yang lain:

a. Barnes’ Notes: “This cannot mean that he became a sinner, or was guilty in the sight of God; for God always regarded him an innocent being. It can only mean that he suffered as if he had been a sinner; or, that he suffered that which, if he had been a sinner, would have been a proper expression of the evil of sin.” [= Ini tidak bisa berarti bahwa Ia menjadi seorang berdosa, atau bersalah dalam pandangan Allah; karena Allah selalu menganggapNya sebagai makhluk yang suci / tak bersalah. Itu hanya bisa berarti bahwa Ia menderita SEAKAN-AKAN Ia adalah seorang berdosa; atau, bahwa Ia menderita hal-hal yang, SEANDAINYA IA ADALAH ORANG BERDOSA, merupakan pernyataan yang benar dari bencana / kejahatan dari dosa.] - hal 271.

b. Charles Haddon Spurgeon: “The text does not say that our sins were laid on Christ Jesus by accident, but ‘the Lord hath laid on him the iniquity of us all.’ ... apart from the Lord’s doing it our sins could never have been transferred to the Redeemer.” [= Textnya tidak berkata bahwa dosa-dosa kita diletakkan pada Kristus Yesus secara kebetulan, tetapi ‘Tuhan telah menimpakan kepadaNya kejahatan / kesalahan kita sekalian’. ... terpisah dari pekerjaan / perbuatan Tuhan ini dosa-dosa kita tidak pernah bisa ditransfer kepada Sang Penebus.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the life and work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 603-604.

Dari kata-kata ini kelihatannya Spurgeon berpendapat bahwa dosa kita yang ditimpakan kepada Yesus. Tetapi dari kata-katanya selanjutnya terlihat dengan jelas bahwa ia tidak berpendapat demikian.

Charles Haddon Spurgeon: “Jesus was regarded as if all these sins were his sins, was punished as if these were his sins, was put to shame, forsaken of God, and delivered to death as if he had been a sinner; and thus through divine grace those who actually committed the sins are permitted to go free. They have satisfied justice through the sufferings of their substitute.” [= Yesus dianggap SEAKAN-AKAN semua dosa-dosa ini adalah dosa-dosaNya, dihukum SEAKAN-AKAN dosa-dosa itu adalah dosa-dosaNya, dipermalukan, ditinggal oleh Allah, dan diserahkan pada kematian SEAKAN-AKAN Ia adalah seorang berdosa, dan demikianlah melalui kasih karunia ilahi mereka yang betul-betul melakukan dosa-dosa itu diijinkan untuk pergi dengan bebas. Mereka telah memuaskan keadilan melalui penderitaan-penderitaan dari pengganti mereka.] - ‘A Treasury of Spurgeon on the life and work of our Lord’, vol I, ‘Christ in the Old Testament’, hal 604.

Kata-kata ‘as if’ [= seakan-akan] digunakan berulang-ulang, dan menunjukkan bahwa Spurgeon tidak menganggap bahwa dosa kita yang ditimpakan kepada Yesus.

c. Louis Berkhof: “On the basis of Scripture we can, therefore, say that our sins are imputed to Christ. This does not mean that our sinfulness was transferred to Him - something that is in itself utterly impossible - but that the guilt of our sin was imputed to Him. ... Strictly speaking, then, the guilt of sin as liability to punishment was imputed to Christ;” [= Karena itu, berdasarkan Kitab Suci kita bisa mengatakan bahwa dosa-dosa kita DIPERHITUNGKAN kepada Kristus. Ini tidak berarti bahwa keberdosaan kita ditransfer / dipindahkan kepadaNya - sesuatu yang dalam dirinya sendiri sama sekali mustahil - tetapi bahwa guilt / kesalahan dari dosa kita DIPERHITUNGKAN kepadaNya. ... Maka, berbicara secara ketat, guilt / kesalahan dari dosa sebagai pertanggung-jawaban pada penghukuman, DIPERHITUNGKAN kepada Kristus;] - ‘Systematic Theology’, hal 377.

Catatan: dalam hal ini penggunaan kata tidak bisa sembarangan. Salah permilihan kata memberikan arti yang sangat berbeda.

d. Penjelasan tentang 2Korintus 5:21 yang seakan-akan menunjukkan bahwa dosa-dosa manusia ditimpakan kepada Yesus.

2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.

Charles Hodge: “the sense in which he was made sin, is that he was regarded and treated as a sinner. ... In Gal. 3:13, the apostle says that ‘Christ was made a curse for us,’ which is equivalent to saying that he was made sin for us. In both cases the idea is that he bore the punishment of our sins.” [= arti dari kata-kata bahwa Ia dibuat (menjadi) dosa, adalah bahwa Ia dianggap dan diperlakukan sebagai seorang berdosa. ... Dalam Gal 3:13, sang rasul berkata bahwa ‘Kristus menjadi kutuk karena kita’, yang sama dengan berkata bahwa Ia dibuat (menjadi) dosa untuk kita. Dalam kedua kasus gagasannya adalah bahwa Ia memikul / menanggung hukuman dosa-dosa kita.] - ‘I & II Corinthians’, hal 524-525.

Hodge melanjutkan: “Our sins were imputed to Christ, and his righteousness is imputed to us. He bore our sins; we are clothed in his righteousness. Imputation conveys neither pollution nor holiness. Christ’s bearing our sins did not make him morally a sinner, ... nor does Christ’s righteousness become subjectively ours, it is not the moral quality of our souls. ... his righteousness is the judicial ground of our acceptance with God, so that our pardon is an act of justice. It is a justification; or, a declaration that justice is satisfied.” [= Dosa-dosa kita diperhitungkan kepada Kristus, dan kebenaranNya diperhitungkan kepada kita. Ia memikul / menanggung dosa-dosa kita; kita dipakaiani dalam kebenaranNya. Tindakan memperhitungkan tidak menyampaikan polusi atau kekudusan. Pemikulan Kristus terhadap dosa-dosa kita tidak membuat Dia menjadi seorang berdosa secara moral, ... juga kebenaran Kristus tidak menjadi milik kita secara subyektif, itu bukan kwalitet moral dari jiwa kita. ... kebenaranNya merupakan dasar pengadilan dari penerimaan kita oleh Allah, sehingga pengampunan kita merupakan tindakan keadilan. Itu merupakan suatu pembenaran; atau, suatu pernyataan bahwa keadilan telah dipuaskan.] - ‘I & II Corinthians’, hal 526-527.

e. Tambahan penjelasan dari Charles Hodge.

Charles Hodge: “The word ‘guilt’, as has been repeatedly remarked, expresses the relation which sin bears to justice, or, as the older theologians said, to the penalty of the law. This relation, however, is twofold. First, that which is expressed by the words ‘criminality’ and ‘ill-desert’, or ‘demerit’. This is inseparable from sin. It can belong to no one who is not personally a sinner, and it permanently attached to all who have sinned. It cannot be transferred from one person to the other. But secondly, ‘guilt’ means ‘the obligation to satisfy justice’. This may be removed by the satisfaction of justice personally or vicariously. It may be transferred from one person to another, or assumed by one person for another. When a man steals or commits any other offence to which a specific penalty is attached by the law of the land, if he submit to the penalty, his guilt in this latter sense is removed. It is not only proper that he should remain without further molestation by the state for that offence, but justice demands his exemption from any other punishment. It is in this sense that it is said that the guilt of Adam’s sin is imputed to us; that Christ assumed the guilt of our sins; and that his blood cleanses from guilt. This is very different from demerit or personal ill-desert.” [= Kata ‘guilt / kesalahan’, seperti telah dikatakan berulangkali, menyatakan hubungan yang dimiliki oleh dosa terhadap keadilan, atau, seperti dikatakan oleh para ahli theologia yang lebih kuno, terhadap hukuman dari hukum. Tetapi hubungan ini terdiri dari 2 bagian. Pertama, apa yang dinyatakan oleh kata-kata ‘kekriminilan’ dan ‘kwalitet jelek’ atau ‘cacat / cela / kekurangan’. Ini tidak bisa terpisahkan dari dosa. Itu bisa menjadi milik hanya dari orang yang secara pribadi adalah seorang berdosa, dan itu secara permanen melekat kepada semua yang telah berdosa. Itu tidak bisa ditransfer / dipindahkan dari satu pribadi kepada pribadi yang lain. Tetapi yang kedua, ‘guilt / kesalahan’ berarti kewajiban untuk memuaskan keadilan. Ini bisa dihilangkan oleh pemuasan keadilan secara pribadi atau melalui seorang wakil / pengganti. Itu bisa ditransfer / dipindahkan dari satu pribadi kepada pribadi yang lain, atau dipikul / ditanggung oleh seorang pribadi bagi pribadi yang lain. Pada waktu seseorang mencuri atau melakukan sembarang pelanggaran lain, terhadap mana suatu hukuman tertentu dilekatkan oleh hukum negara, jika ia tunduk pada hukuman itu, maka ‘guilt / kesalahan’ dalam arti kedua ini disingkirkan. Bukan hanya benar bahwa ia tidak diganggu lebih jauh oleh pemerintah untuk pelanggaran tersebut, tetapi keadilan menuntut pembebasannya dari hukuman lain apapun. Dalam arti inilah dikatakan bahwa ‘guilt / kesalahan’ dari dosa Adam diperhitungkan kepada kita; dan bahwa Kristus memikul / menanggung ‘guilt / kesalahan’ dari dosa-dosa kita; dan bahwa darahNya membersihkan dari ‘guilt / kesalahan’. Ini sangat berbeda dengan ‘cacat / cela’ atau ‘kwalitet jelek yang bersifat pribadi’.] - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 476.

Charles Hodge: “‘Guilt, as we know, can be removed only by punishment. Either the sinner himself must bear the punishment, or a substitute must be provided to assume the guilt, and bear the punishment, and thus freedom from guilt, or righteousness, be secured for the offender.’ ... this is the essential idea of the doctrine of the satisfaction of Christ as it is presented in the Scriptures from the beginning to the end.” [= ‘Guilt / kesalahan’, seperti yang kita ketahui, hanya bisa dihilangkan oleh penghukuman. Atau orang berdosa itu sendiri yang harus memikul hukumannya, atau seorang pengganti harus disediakan untuk memikul / menanggung guilt / kesalahan itu, dan memikul hukumannya, dan dengan demikian kebebasan dari guilt / kesalahan, atau kebenaran, dijamin untuk si pelanggar / orang yang bersalah’. ... ini merupakan gagasan yang hakiki / pokok dari doktrin pemuasan / pelunasan / penebusan Kristus seperti yang disajikan dalam Kitab Suci dari permulaan sampai akhir.] - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 477.

f. Penjelasan tentang 1Petrus 2:24 yang seakan-akan juga menunjukkan bahwa dosa kitalah yang dipikul oleh Yesus.

1Pet 2:24 - “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh.”.

Alexander Nisbet: “Jesus Christ our Mediator who was altogether free of any guiltiness inherent in Himself (as was cleared from verse 22) had all the sins of the elect upon Him by imputation and was handled by divine justice as if He had been guilty of them all, as is imported in this expression, ‘He bare our sins’, which frequently in Scripture signifies to bear the punishment of sin: see Lev. 20:17,20, Ezek. 23:49.” [= Yesus Kristus Pengantara kita yang sama sekali bebas dari kesalahan apapun yang melekat dalam diriNya sendiri (seperti dijelaskan dari ay 22) mendapatkan semua dosa-dosa dari orang pilihan padaNya OLEH TINDAKAN PEMERHITUNGAN, dan diperlakukan oleh keadilan ilahi SEAKAN-AKAN Ia telah bersalah tentang semua dosa itu, seperti yang ditunjukkan dalam ungkapan ini ‘Ia memikul dosa-dosa kita’, yang dalam Kitab Suci sering diartikan ‘memikul hukuman dari dosa’: lihat Im 20:17,20, Yeh 23:49.] - ‘I & II Peter’, hal 109.

1Petrus 2:22 - “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutNya.”.

Im 20:17-20 - “(17) Bila seorang laki-laki mengambil saudaranya perempuan, anak ayahnya atau anak ibunya, dan mereka bersetubuh, maka itu suatu perbuatan sumbang, dan mereka harus dilenyapkan di depan orang-orang sebangsanya; orang itu telah menyingkapkan aurat saudaranya perempuan, maka ia harus menanggung kesalahannya sendiri. (18) Bila seorang laki-laki tidur dengan seorang perempuan yang bercemar kain, jadi ia menyingkapkan aurat perempuan itu dan membuka tutup lelerannya sedang perempuan itupun membiarkan tutup leleran darahnya itu disingkapkan, keduanya harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya. (19) Janganlah kausingkapkan aurat saudara perempuan ibumu atau saudara perempuan ayahmu, karena aurat seorang kerabatnya sendirilah yang dibuka, dan mereka harus menanggung kesalahannya sendiri. (20) Bila seorang laki-laki tidur dengan isteri saudara ayahnya, jadi ia melanggar hak saudara ayahnya, mereka mendatangkan dosa kepada dirinya, dan mereka akan mati dengan tidak beranak.”.

Yeh 23:49 - “Orang akan membalaskan kemesumanmu atasmu dan kamu harus menanggung dosa-dosamu lantaran kamu menyembah berhala-berhala. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan ALLAH.’”.

Jelas bahwa kata-kata ‘menanggung kesalahan’ (Im 17:17,19) atau ‘menanggung dosa’ (Yeh 23:49) harus diartikan sebagai ‘menanggung hukuman dari kesalahan / dosa’. Juga kata-kata ‘mendatangkan dosa’ (Im 17:20) harus diartikan ‘mendatangkan hukuman karena dosa’.

Kalau dalam Im 20:17,19,20 dan Yeh 23:49 kata-kata ‘menanggung dosa / kesalahan’ bisa diartikan ‘menanggung hukuman dari kesalahan / dosa’, dan kata-kata ‘mendatangkan dosa’ (Im 17:20) bisa diartikan ‘mendatangkan hukuman karena dosa’, maka tentu hal yang sama bisa diterapkan pada 1Pet 2:24, Yes 53:4-6, dan juga Yes 53:12b (‘ia menanggung dosa banyak orang’).

3. Pandangan John Murray.

John Murray menulis sebuah buku yang berjudul ‘The Imputation of Adam’s Sin’ [= Pemerhitungan Dosa Adam], dimana ia menolak bahwa yang diperhitungkan kepada Kristus hanyalah kewajiban menerima hukuman dosa. Salah satu alasannya adalah tidak mungkin ada kewajiban menerima hukuman kalau tidak ada dosanya. Tetapi ia juga tidak berpendapat bahwa Yesus betul-betul menjadi berdosa (hal 94).

John Murray: “the tendency to restrict his sin-bearing to the bare notion of penalty impoverishes our appreciation of what his vicarious sacrifice demanded and entailed. Suffice it to be reminded that the Scriptures do not describe his undertaking as consisting only in the endurance of our penalty; ‘he bore our sins’. ‘The Lord hath laid upon him the iniquity of us all.’ He stood in the closest relation to our sins that it was possible for him to sustain without becoming himself defiled thereby, and this is the mystery of humiliation, of grace, and of love that eternity will not exhaust.” [= kecenderungan untuk membatasi pemikulan dosa olehNya pada gagasan / pikiran tentang hukuman memiskinkan pengertian / pengetahuan kita tentang apa yang dituntut dan dicakup oleh pengorbananNya dimana Ia menggantikan kita. Cukup untuk diingatkan bahwa Kitab Suci tidak menggambarkan bahwa usahaNya terdiri dari hanya penanggungan hukuman kita; ‘Ia memikul dosa kita’. ‘Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian’. Ia berdiri dalam hubungan yang terdekat dengan dosa-dosa kita sehingga adalah mungkin bagiNya untuk memikul tanpa diriNya sendiri menjadi dikotori / dicemarkan oleh hal itu, dan inilah misteri dari perendahan, dari kasih karunia, dan dari kasih yang kekekalan tidak akan habis mempelajarinya.] - ‘The Imputation of Adam’s Sin’, hal 94.

Menurut saya pandangan ini tidak bisa dimengerti. Apa arti kata-kata ‘dalam hubungan terdekat’??

4. Pandangan A. W. Pink.

Arthur W. Pink: “The sins of the believer - all of them - were transferred to the Saviour. As saith the Scripture, ‘The Lord hath laid on Him the iniquities of us all’ (Isa. 53:6). If then God laid my iniquities on Christ, they are no longer on me. Sin there is in me, for the old Adamic nature remains in the believer till death or till Christ’s Return, should He come before I die; but there is no sin on me. This distinction between sin IN and sin ON is a vital one.” [= Dosa-dosa orang percaya - semuanya - ditransfer / dipindahkan kepada sang Juruselamat. Seperti dikatakan Kitab Suci, ‘Tuhan telah meletakkan / menimpakan kepadaNya kejahatan kita sekalian’ (Yes 53:6). Jadi, jika Allah telah meletakkan / menimpakan kejahatanku pada Kristus, mereka tidak lagi ada padaku. Dosa ada di dalam aku, karena manusia lama tinggal dalam diri orang percaya sampai mati, atau sampai Kristus datang kembali, kalau Ia datang kembali sebelum saya mati; tetapi tidak ada dosa pada saya. Pembedaan antara ‘dosa DI DALAM’ dan ‘dosa PADA’ ini merupakan suatu pembedaan yang vital.] - ‘The Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 115.

Saya setuju dengan pandangan ke 2, dan saya berpendapat bahwa Charles Hodge dalam hal ini memberikan argumentasi-argumentasi dan contoh-contoh yang paling kuat, karena ia menghubungkan ‘pemerhitungan dosa kita kepada Kristus’, dengan ‘pemerhitungan dosa Adam kepada kita’.

c) ‘kita sekalian’.

1. Penafsiran Arminian.

Pulpit Commentary: “The redemption is as universal as the sin, at any rate potentially. Christ on the cross made ‘a full, perfect, and sufficient sacrifice ... for the sin of the whole world.’” [= Penebusan sama universalnya dengan dosa, setidaknya memungkinkan. Kristus pada kayu salib membuat ‘suatu korban yang penuh, sempurna, dan cukup ... untuk dosa dari seluruh dunia’.] - hal 296.

2. Penafsiran Reformed.

E. J. Young: “In this phrase the prophet includes himself and all for whom he speaks. It is not warranted to draw from these words a doctrine of universal atonement.” [= Dalam ungkapan ini sang nabi mencakup dirinya sendiri dan semua kepada siapa ia berbicara. Tidak dibenarkan untuk mengambil dari kata-kata ini suatu doktrin tentang penebusan universal.] - ‘The Book of Isaiah’, vol 3, hal 350.

Bandingkan dengan Yesaya 53:8d - ‘karena pemberontakan umatKu ia kena tulah.’. Tidak dikatakan ‘pemberontakan dunia’, tetapi ‘pemberontakan umatKu’.

Tetapi kalau kata-kata ‘kita sekalian / semua’ di sini tidak bisa diartikan ‘semua orang di dunia’ tetapi ‘semua orang pilihan’, maka agak aneh kalau kata-kata ‘kita sekalian / semua’ pada awal Yesaya 53:6 diartikan ‘semua orang di dunia’ seperti yang telah kita bahas di atas (komentar Calvin dan J. A. Alexander). Jadi mungkin itu juga harus diartikan secara sama, yaitu menunjuk kepada ‘semua orang pilihan’.

Yesaya 53:6 - “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.”.

Dan kalau saudara memperhatikan kontexnya (Yesaya 53:4-6) maka semua kata ‘kita’ kelihatannya menunjuk pada orang pilihan.

Yesaya 53:4-6 - “(4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.”.

Jadi, saya berpendapat bahwa kata-kata ‘kita sekalian’, baik pada ay 6a maupun ay 6b menunjuk kepada ‘semua orang pilihan’.

Atau, alternatif yang lain adalah sebagai berikut: kata-kata ‘kita sekalian’ yang pertama diartikan ‘semua orang di dunia’, tetapi kata-kata ‘kita sekalian’ yang kedua diartikan ‘semua orang pilihan’. Ini bukannya tidak mungkin karena ada ayat-ayat yang juga seperti itu. Mari kita lihat ayat-ayat di bawah ini:

a. Ro 5:15 - “Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karuniaNya, yang dilimpahkanNya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.”.

Catatan: dalam terjemahan-terjemahan Alkitab bahasa Inggris, kedua bagian yang saya garis-bawahi itu bukan diterjemahkan ‘semua orang’ tetapi ‘banyak orang’. Alkitab bahasa Inggris lebih sesuai dengan bahasa aslinya.

Roma 5:15 (NIV): ‘But the gift is not like the trespass. For if the many died by the trespass of the one man, how much more did God's grace and the gift that came by the grace of the one man, Jesus Christ, overflow to the many!’.

b. Ro 5:18 - “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.”.

c. 1Kor 15:22 - “Karena sama seperti semua orang mati dalam (persekutuan dengan) Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam (persekutuan dengan) Kristus.”.

Dalam ayat-ayat di atas ini kalau kata-kata ‘semua orang’ diartikan secara sama, dan betul-betul menunjuk kepada semua manusia di dunia ini, maka yang muncul adalah ajaran Universalisme, yang mengatakan pada akhirnya semua orang akan masuk surga, yang jelas-jelas merupakan ajaran sesat!

Jadi memberikan arti yang berbeda untuk kata-kata yang sama dalam satu ayat, bukanlah hal yang tidak pernah boleh dilakukan!

YESAYA 52:13-53:12 (7)
KHOTBAH 7.
YESAYA 53:7-8

Yesaya 53:7-8 - “(7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. (8) Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umatKu ia kena tulah.”.

Yesaya 53:7: “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.”.

1) ‘Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas’.

KJV: ‘He was oppressed, and he was afflicted’ [= Ia ditindas, dan Ia dianiaya].

a) ‘He was oppressed’ [= Ia ditindas].

Ada yang menterjemahkan ‘diperas’, ‘dihina / direndahkan’.

Barnes’ Notes: “it refers to all his oppressions, and the severity of his sufferings from all quarters. He was urged, impelled, oppressed, and yet he was patient as a lamb.” [= Ini menunjuk pada semua penindasan yang dialamiNya, dan pada hebatnya penderitaanNya yang datang dari semua arah. Ia didorong / didesak, dipaksa, ditindas, tetapi Ia sabar seperti anak domba.] - hal 271.

b) ‘he was afflicted’ [= Ia dianiaya].

Barnes (hal 271) mengatakan bahwa Jahn dan Steudel menterjemahkan ‘Ia membiarkan dirinya sendiri menderita / dianiaya’, mirip dengan Kitab Suci Indonesia.

Barnes’ Notes: “The word ... means to be afflicted, to suffer, be oppressed or depressed (Ps. 119:107), and the idea here is, probably, that he was greatly distressed and afflicted.” [= Kata ini ... berarti dianiaya, menderita, ditindas atau tertekan / sedih (Maz 119:107), dan gagasannya di sini mungkin adalah bahwa Ia sangat sedih dan menderita / dianiaya.] - hal 272.

2) ‘tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.’.

a) Kristus digambarkan sebagai domba (bdk. Yohanes 1:29,36), yaitu domba korban dalam Perjanjian Lama, yang memang merupakan TYPE dari Kristus.

b) Kata-kata ‘ia tidak membuka mulutnya’ menunjuk pada diamnya Kristus waktu diadili (Mat 27:12-14 Markus 15:4-5 Lukas 23:9-10 Yoh 19:9). Ia tidak mau membela diriNya. Juga ini menunjuk pada diamnya Kristus pada waktu diejek, diolok-olok, dipukuli, dicambuki, dan disalibkan. Para penafsir mengatakan bahwa penyaliban merupakan suatu penyiksaan yang begitu menyakitkan, sehingga biasanya orang yang disalib itu mengutuk dan memaki-maki para penyalibnya. Tetapi waktu Yesus disalibkan, tidak ada kata-kata seperti itu yang keluar dari mulutNya.

Bdk. 1Pet 2:23 - “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.”.

Sebaliknya Ia berdoa untuk para penyalibnya (Yesaya 53: 12d: “berdoa untuk pemberontak-pemberontak” bdk. Lukas 23:34).

c) Diamnya Kristus ini juga menunjukkan kesabaranNya dalam memikul hukuman yang diberikan Tuhan kepadaNya.

Barnes’ Notes: “He was subjected to pains and sorrows which are usually accompanied with expressions of impatience and lamentation. The fact that he did not open his mouth in complaint was therefore the more remarkable, and made the merit of his sufferings the greater.” [= Ia menjadi sasaran rasa sakit dan kesedihan yang biasanya disertai dengan ungkapan ketidak-sabaran dan keluh kesah. Karena itu, fakta bahwa Ia tidak membuka mulutNya dalam keluhan, adalah makin hebat / luar biasa, dan membuat manfaat penderitaanNya makin besar.] - hal 272.

Barnes lalu menambahkan: “How strikingly and literally was this fulfilled in the life of the Lord Jesus! It would seem almost as if it had been written after he lived, and was history rather than prophecy.” [= Betapa menyoloknya dan hurufiahnya hal ini digenapi dalam kehidupan Tuhan Yesus! Hampir terlihat seakan-akan bagian ini ditulis setelah Ia hidup, dan lebih seperti sejarah dari pada nubuat.] - hal 272.

E. J. Young: “Although the Lord was the ultimate cause of the servant’s suffering, the servant endured that suffering with patience.” [= Sekalipun Tuhan adalah penyebab pokok / terakhir dari penderitaan-penderitaan sang hamba, sang hamba menanggung / memikul penderitaan itu dengan kesabaran.] - ‘The Book of Isaiah’, vol 3, hal 350.

d) Ini menunjukkan KERELAAN Kristus dalam menderita bagi kita.

Yesaya 53:8: “Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umatKu ia kena tulah.”.

Leupold mengatakan bahwa ayat ini adalah ‘a notoriously difficult verse’ [= suatu ayat yang terkenal sukar]. Perhatikan terjemahan-terjemahan Alkitab bahasa Inggris yang beraneka ragam di bawah ini.

KJV: ‘He was taken from prison and from judgment: and who shall declare his generation? for he was cut off out of the land of the living: for the transgression of my people was he stricken’ [= Ia diambil dari penjara dan dari penghakiman: dan siapa yang akan menyatakan keturunannya? karena ia dipotong / dilenyapkan dari negeri orang-orang hidup: untuk pelanggaran umatKu ia dipukul].

RSV: ‘By oppression and judgment he was taken away; and as for his generation, who considered that he was cut off out of the land of the living, stricken for the transgression of my people?’ [= Oleh penindasan dan penghakiman ia diambil; dan tentang keturunannya, siapa mempertimbangkan / memikirkan bahwa ia dipotong / dilenyapkan dari negeri orang-orang hidup, dipukul untuk pelanggaran umatKu].

NIV: ‘By oppression and judgment, he was taken away. And who can speak of his descendants? For he was cut off from the land of the living; for the transgression of my people he was stricken’ [= Oleh penindasan dan penghakiman, ia diambil. Dan siapa bisa berbicara tentang keturunannya? Karena ia dipotong / dilenyapkan dari negeri orang-orang hidup; karena pelanggaran umatKu ia dipukul].

NASB: ‘By oppression and judgment He was taken away; And as for his generation, who considered That He was cut off out of the land of the living, For the transgression of my people to whom the stroke was due?’ [= Oleh penindasan dan penghakiman Ia diambil; Dan tentang keturunannya, siapa mempertimbangkan / memikirkan Bahwa ia dipotong / dilenyapkan dari negeri orang-orang hidup, Untuk pelanggaran umatKu bagi siapa pukulan itu seharusnya?].

1) ‘Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil’.

KJV: ‘He was taken from prison and from judgment’ [= Ia diambil dari penjara dan dari penghakiman].

RSV: ‘By oppression and judgment he was taken away’ [= Oleh penindasan dan penghakiman ia diambil].

a) Kata ‘sesudah’ pada awal ay 8 terjemahan LAI sudah pasti salah. Yang benar adalah ‘by’ [= oleh] seperti dalam RSV/NIV/NASB.

b) Kata ‘prison’ [= penjara] dalam terjemahan KJV jelas juga salah.

Barnes’ Notes: “The Hebrew word which is here used ... means properly a shutting up, or closure; and then constraint, oppression, or vexation. In Ps. 107:39, it means violent restraint, or oppression. It does not mean prison in the sense which that word is now used. It refers rather to restraint, and detention; and would be better translated by confinement, or by violent oppression. The Lord Jesus, moreover, was not confined in prison. He was bound, and placed under a guard, and was thus secured. But neither the word used here, nor the account in the New Testament, leads us to suppose that in fact he was incarcerated.” [= Kata Ibrani yang dipakai di sini ... sebetulnya berarti pengurungan, atau penutupan; dan lalu pembatasan, penindasan, atau siksaan. Dalam Maz 107:39, itu berarti pengekangan yang kejam, atau penindasan. Itu tidak berarti penjara dalam arti yang digunakan oleh kata itu sekarang. Itu lebih menunjuk pada pengekangan / penahanan, atau penawanan; dan lebih baik jika diterjemahkan penahanan atau penindasan / penganiayaan yang keras. Lebih dari itu, Tuhan Yesus tidak ditahan dalam penjara. Ia diikat, dan ditempatkan di bawah penjagaan, dan dengan demikian diamankan. Tetapi baik kata yang digunakan di sini, maupun cerita dalam Perjanjian Baru, tidak membimbing kita untuk menganggap bahwa dalam faktanya Ia dipenjara.] - hal 273.

c) Apa yang dimaksud dengan kata ‘terambil / diambil’?

1. E. J. Young menafsirkan ‘ia terambil oleh kematian’.

E. J. Young: “It is best to understand ‘he was taken’ as referring to a being taken away by death from an unjust trial.” [= Yang terbaik adalah mengerti ‘Ia diambil’ sebagai menunjuk pada pengambilan melalui kematian dari pengadilan yang tidak adil.] - hal 351.

Menurut Young penafsiran ini sesuai dengan kata-kata dalam Yesaya 53:8c - ‘Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup’.

2. Tetapi Calvin menafsirkan bahwa kata ‘terambil / diambil’ ini menunjuk pada kebangkitan Kristus dari antara orang mati. Ini menunjukkan bahwa Kristus tidak dikalahkan / ditelan oleh kematian yang begitu ngeri.

Bagi saya rasanya sukar menerima penafsiran Calvin, karena kalau dilihat kontexnya, maka ay 9-nyapun masih berbicara tentang kematian dan penguburan Kristus, dan baru ay 10b berbicara tentang kebangkitan Kristus. Jadi rasanya lebih cocok kalau ay 8 ini berbicara tentang kematian Kristus (pandangan E. J. Young) dari pada kebangkitan Kristus (pandangan Calvin).

Juga kalau kita membandingkan dengan Kis 8:33 yang mengutip Yesaya 53:8 ini, kelihatannya pandangan E. J. Young-lah yang lebih cocok.

Kis 8:33 - “Dalam kehinaanNya berlangsunglah hukumanNya; siapakah yang akan menceriterakan asal-usulNya? Sebab nyawaNya diambil dari bumi.”.

Catatan: Barnes (hal 272) mengatakan bahwa Kis 8:33 mengambil dari Yesaya 53:8 versi LXX /Septuaginta (Perjanjian Lama berbahasa Yunani), yang sekalipun tidak menterjemahkannya secara hurufiah, tetapi cukup tepat dalam memberikan arti umum dari bagian tersebut.

2) ‘dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya?’.

Bagian ini salah terjemahan, khususnya kata ‘nasib’.

KJV: ‘and who shall declare his generation?’ [= dan siapa yang akan menyatakan keturunannya?].

RSV/NASB: ‘and as for his generation, who considered ...’ [= dan tentang keturunannya, siapa mempertimbangkan / memikirkan ...].

NIV: ‘And who can speak of his descendants?’ [= Dan siapa bisa berbicara tentang keturunannya?].

Ada bermacam-macam penafsiran tentang bagian ini:

a) Calvin mengatakan bahwa ada orang-orang yang menyalah-gunakan bagian ini untuk mendebat Arianisme, yang tidak mempercayai keilahian Kristus. Mereka mengatakan bahwa bagian ini menunjuk pada doktrin ‘the eternal generation’ dari Kristus (doktrin yang mengajarkan bahwa Kristus diperanakkan secara kekal oleh Bapa).

b) Calvin mengatakan bahwa Chrysostom menafsirkan bahwa bagian ini berkenaan dengan hakekat manusia Kristus, yang dikandung secara mujijat dalam kandungan Maria.

Catatan: kata ‘generation’ bisa diartikan ‘tindakan memperanakkan’.

c) Calvin juga mengatakan adanya orang-orang yang menghubungkan bagian ini dengan ‘keturunan Kristus’ yang akan dilahirkan. Jadi bagian ini menunjukkan bahwa ‘keturunan Kristus’ [= orang-orang kristen] akan banyak, sekalipun Kristus mati.

d) Calvin sendiri berpandangan sebagai berikut:

Kata yang diterjemahkan ‘generation / descendant’ [= keturunan] dalam bahasa Ibraninya adalah DOR.

Calvin: “But, as דור (dor) signifies ‘age’ or ‘duration,’ I have no doubt that he speaks of the ‘age’ of Christ, and that his meaning is, that Christ, though almost overwhelmed by sickness, shall not only be taken from them, but that even his age shall be permanent and eternal; or, in other words, that he shall be unlike those who are indeed rescued from death, but shall afterwards die; for Christ rose from the dead, to live for ever, and, as Paul says, ‘cannot now die; death shall no longer have dominion over him.’ (Rom. 6:9.)” [= Tetapi karena דור (DOR) berarti ‘usia / jaman’ atau ‘lamanya waktu’, saya tidak meragukan bahwa ia berbicara tentang ‘usia’ dari Kristus, dan bahwa maksudnya adalah bahwa Kristus, sekalipun hampir dibanjiri oleh kesakitan, tidak akan hanya diambil dari mereka, tetapi bahwa bahkan usiaNya akan permanen dan kekal; atau, dengan kata lain, bahwa Ia tidak akan seperti mereka yang sekalipun memang diselamatkan dari kematian, tetapi akhirnya akan mati; karena Kristus bangkit dari antara orang mati, untuk hidup selama-lamanya, dan seperti dikatakan oleh Paulus, ‘tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia’ (Ro 6:9).] - hal 120-121.

Jadi, dalam penafsiran Calvin Yesaya 53:8a menunjukkan kebangkitan Kristus, sedangkan Yesaya 53:8b menunjukkan Kristus hidup selamanya.

Catatan: Barnes menentang penafsiran Calvin ini dengan mengatakan: “the word DOR (generation), is not elsewhere used in that sense.” [= kata DOR (keturunan), tidak dipakai di tempat lain dalam arti seperti itu.] - hal 273.

Saya setuju dengan kata-kata Barnes ini, karena kata Ibrani DOR bisa berarti ‘age’ dalam arti ‘jaman’, bukan dalam arti ‘usia’.

Calvin masih menambahkan: “Yet let us remember that the Prophet does not speak of Christ’s person alone, but includes the whole body of the Church, which ought never to be separated from him. We have therefore a striking proof of the perpetuity of the Church. As Christ liveth for ever, so he will not permit his kingdom to perish. The same immortality shall at length be bestowed on each of the members.” [= Tetapi hendaklah kita ingat bahwa sang nabi tidak berbicara tentang pribadi Kristus saja, tetapi mencakup seluruh tubuh Gereja, yang tidak pernah boleh terpisah dari Dia. Karena itu kita mempunyai bukti menyolok tentang kekekalan Gereja. Seperti Kristus hidup selama-lamanya,demikianlah Ia tidak akan mengijinkan kerajaanNya binasa. Ketidak-bisa-binasaan yang sama akhirnya akan diberikan kepada setiap anggota-anggotanya.] - hal 121.

Secara theologis kata-kata Calvin ini benar, tetapi menurut saya ajaran ini tidak bisa diambil dari ayat ini.

e) E. J. Young menterjemahkan bagian ini secara berbeda yaitu: ‘among the contemporaries of the servant, who considered, ...’ [= di antara orang-orang yang sejaman dengan hamba itu, yang mempertimbangkan ...].

E. J. Young lalu mengatakan bahwa seharusnya orang-orang yang sejaman dengan hamba itu harus memikirkan secara serius peristiwa dimana hamba itu dipotong / dilenyapkan dari negeri orang-orang hidup, tetapi ternyata mereka tidak mempertimbangkan hal itu.

Barnes’ Notes: “Amidst the variety of interpretation which have been proposed, it is perhaps not possible to determine with any considerable degree of certainty what is the true sense of the passage.” [= Di tengah-tengah bermacam-macam penafsiran yang diusulkan, mungkin tidak mungkin untuk menentukan dengan kepastian yang cukup besar apa arti yang benar dari text ini.] - hal 274.

Barnes sendiri kelihatannya memilih pandangan c) karena sesuai dengan Yesaya 53: 10b yang juga berbicara tentang ‘keturunan Kristus’.

Yesaya 53: 10: “Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.”.

3) ‘Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup’.

a) E. J. Young mengatakan bahwa ini jelas menunjuk pada kematian Kristus.

Albert Barnes menambahkan: “This evidently denotes a violent, and not a peaceful death. ... Here the natural and obvious idea is, that he would be violently taken away, as if he was cut down in the midst of his days. The word is never used to denote a peaceful death,” [= Ini jelas menunjuk bukan pada suatu kematian yang tenang tetapi pada suatu kematian yang kejam / bengis. ... Di sini gagasan yang wajar dan nyata adalah bahwa Ia akan diambil secara kejam / bengis, seakan-akan Ia dipotong di tengah-tengah usiaNya. Kata ini tidak pernah dipakai untuk menunjuk pada suatu kematian yang tenang,] - hal 274.

b) Calvin mengatakan bahwa bagian ini menunjukkan bahwa kematian Kristus menjadi penyebab dan sumber dari kehidupan kita (yang tadi ia bahas dalam Yesaya 53:8b di atas).

Calvin: “This might indeed, at first sight, appear to be absurd, that the death of Christ is the cause and source of our life; but, because he bore the punishment of our sins, we ought therefore to apply to ourselves all the shame that appears in the cross.” [= Pada pandangan pertama ini memang bisa kelihatan sebagai menggelikan, bahwa kematian Kristus adalah penyebab dan sumber dari kehidupan kita; tetapi, karena Ia memikul hukuman dari dosa-dosa kita, karena itu kita harus menerapkan kepada diri kita sendiri semua kehinaan yang muncul / terlihat pada salib.] - hal 121.

4) ‘dan karena pemberontakan umatKu ia kena tulah’.

a) Kata ‘tulah’ merupakan terjemahan yang ngawur. Semua Kitab Suci Inggris menterjemahkan ‘pukulan / dipukul’.

b) E. J. Young menekankan kata ‘umatKu’ dan mengatakan bahwa “The stroke fell not on behalf of all men but on behalf of ‘my people.’” [= Pukulan itu jatuh bukan demi semua manusia tetapi demi ‘umatKu’.] - ‘The Book of Isaiah’, vol 3, hal 352.

Ini jelas menekankan Limited Atonement [= Penebusan Terbatas].

Albert Barnes yang dalam tafsirannya tentang kata-kata ‘kita sekalian’ dalam Yes 53:6b menekankan Universal Atonement [= Penebusan Universal], ternyata sama sekali tidak memberikan komentar atas kata ‘umatKu’ di sini dalam hubungannya dengan penebusan terbatas atau penebusan universal.

c) E. J. Young menambahkan lagi: “Again, when speaking of his death, Isaiah must give the reason for that death, namely its substitutionary, propitiatory character.” [= Lagi-lagi, pada waktu berbicara tentang kematianNya, Yesaya harus memberikan alasan untuk kematian itu, yaitu sifat pengganti dan pendamai dari kematian itu.] - hal 352.

YESAYA 52:13-53:12 (8)
KHOTBAH 8. NUBUAT KEBANGKITAN YESUS 700 BC
YESAYA 53:9-10

Yesaya 53:9-10 - “(9) Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. (10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.”.

Yesaya 53:9: “Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.”.

1) ‘Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat,’.

a) ‘Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik’.
KJV: ‘And he made his grave with the wicked’ [= Dan ia membuat kuburnya bersama orang jahat].
RSV: ‘And they made his grave with the wicked’ [= Dan mereka membuat kuburnya bersama orang jahat].
NIV: ‘He was assigned a grave with the wicked’ [= Ia diberikan / ditetapkan sebuah kubur bersama orang jahat].
NASB: ‘His grave was assigned with wicked men’ [= Kuburnya diberikan / ditetapkan bersama orang jahat].

Bagian ini menunjukkan bahwa orang-orang yang menyalibkan / membunuh Kristus bermaksud / merencanakan untuk menguburkanNya bersama dengan orang-orang yang jahat (kedua penjahat yang disalib bersama denganNya). Tujuannya adalah untuk memberikan penghinaan terhadapNya.

Ini memang tidak pernah diceritakan dalam ke 4 Injil, tetapi beberapa penafsir mengatakan bahwa tradisi pada saat itu memang demikian, yaitu Ia akan dikubur bersama-sama dengan orang-orang yang dihukum mati bersama dengan Dia.

Pulpit Commentary: “Those who condemned Christ to be crucified with two malefactors on the common execution-ground - ‘the place of a skull’ - meant his grave to be ‘with the wicked,’ with whom it would naturally have been but for the interference of Joseph of Arimathæa. Crucified persons were buried with their crosses near the scene of their crucifixion by the Romans.” [= Mereka yang menghukum Kristus untuk disalibkan dengan dua penjahat pada tempat eksekusi yang sama - ‘tempat tengkorak’ - memaksudkan untuk menguburkanNya ‘dengan / bersama orang jahat’, dengan siapa lazimnya Ia akan dikubur, kecuali karena campur tangan dari Yusuf dari Arimatea. Orang-orang yang disalibkan dikuburkan dengan salib-salib mereka di dekat tempat penyaliban mereka oleh orang-orang Romawi.] - hal 297.

Jadi andaikata Yusuf dari Arimatea tidak meminta mayat Kristus dan menguburkannya sendiri, maka Kristus akan diberi kuburan bersama dengan orang-orang jahat bersama siapa Ia dihukum mati. Tetapi karena Yusuf dari Arimatea meminta mayat Yesus (Matius 27:57-60), maka akhirnya tergenapilah nubuat di sini, yang mengatakan bahwa Ia akan bersama dengan ‘seorang kaya dalam kematianNya’ (bukan ‘penjahat’ seperti dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia, tetapi ‘seorang kaya’ seperti dalam terjemahan RSV/NASB). Ini akan dibahas di bawah.

Barnes’ Notes: “The word rendered ‘he made’ (וַיִּתֵּן, from נָתַן nâthăn) is a word of very frequent occurrence in the Scriptures. … The notion of ‘giving’, or ‘giving over’, is the essential idea of that word, and not that of ‘making’, as our translation would seem to imply; and the sense is, that he was ‘given by design’ to the grave of the wicked, or it was intended that he should occupy such a grave. ... One part of an ignominious punishment has often been to deny him who has been eminent in guilt an honourable burial. Hence, it was said of Ahab (1Kings 21:19) that the dogs should lick his blood; and of Jezebel that the dogs should eat her (1Kings 21:23). Thus of the king of Babylon (Isa. 14:19), that he should ‘be cast out of his grave as an abominable branch’ ... The idea here is, that it was intended to cast the highest possible indignity on the Messiah; not only to put him to death, but even to deny him the privilege of an honourable burial, and to commit him to the same grave with the wicked. How remarkably was this fulfilled! As a matter of course, since he was put to death with wicked men, he would naturally have been buried with them, unless there had been some special interposition in his case. ... Who can but wonder at the striking accuracy of the prediction!” [= Kata yang diterjemahkan ‘ia membuat’ (וַיִּתֵּן, VAYITEN dari נָתַן NATHAN) adalah suatu kata yang sering digunakan dalam Kitab Suci. ... Pemikiran tentang ‘memberi’, atau ‘menyerahkan’ merupakan gagasan hakiki / pokok dari kata itu, dan bukan tentang ‘membuat’, seperti yang ditunjukkan oleh terjemahan kita; dan artinya adalah bahwa Ia direncanakan untuk diberi kubur dari orang jahat, atau dimaksudkan bahwa Ia menempati kubur seperti itu. Tidak memberi penguburan yang terhormat kepada seseorang yang menonjol dalam kesalahan, sering merupakan sebagian dari suatu hukuman yang memalukan / hina. Karena itu dikatakan tentang Ahab (1Raja 21:19) bahwa anjing-anjing akan menjilati darahnya; dan tentang Izebel bahwa anjing-anjing akan memakannya (1Raja 21:23). Demikian juga tentang raja Babilonia (Yes 14:19), bahwa ia akan ‘dibuang / terlempar dari kuburnya seperti ranting yang menjijikkan’ ... Gagasannya di sini adalah bahwa dimaksudkan / direncanakan untuk memberikan penghinaan yang setinggi mungkin kepada sang Mesias; bukan hanya untuk membunuh Dia, tetapi bahkan tidak memberiNya hak untuk mendapatkan penguburan yang terhormat, dan memasukkan Dia ke kubur yang sama dengan orang jahat. Alangkah hebatnya penggenapan dari hal ini! Seperti biasanya, karena Ia dibunuh bersama dengan orang-orang jahat, maka adalah wajar kalau Ia dikubur dengan mereka, kecuali ada suatu campur tangan yang khusus dalam kasusNya. ... Siapa yang tidak terheran-heran pada ketepatan yang menyolok dari ramalan ini!] - hal 276-277.

b) ‘dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat’.
KJV/NIV: ‘the rich’ [= orang kaya].
RSV/NASB: ‘a rich man’ [= seorang kaya].

Calvin menafsirkan bahwa ‘rich man’ [= orang kaya] berarti ‘wicked man’ [= orang jahat], sehingga menjadi seperti terjemahan Kitab Suci Indonesia.

Calvin: “And thus by the terms ‘wicked men’ and ‘rich men’ the same thing, in my opinion, is denoted. He means therefore, that Christ was exposed to the reproaches, and insolence, and lawless passions of wicked men.” [= Dan demikianlah dalam pandangan saya, istilah-istilah ‘orang-orang jahat’ dan ‘orang-orang kaya’ menunjukkan hal yang sama. Karena itu ia memaksudkan bahwa Kristus terbuka terhadap celaan dan penghinaan, dan nafsu yang tak peduli pada hukum dari orang-orang jahat.] - hal 122.

Calvin: “Who would not conclude that Christ was crushed and ‘buried’ amidst those impious and bloody hands? I consider the word ‘grave’ to be here used metaphorically because wicked and violent men might be said to have overwhelmed him.” [= Siapa yang tidak akan menyimpulkan bahwa Kristus diremukkan dan ‘dikubur’ di antara orang-orang jahat dan tangan-tangan yang berlumuran darah? Saya menganggap kata ‘kubur’ di sini digunakan secara kiasan karena orang-orang jahat dan bengis bisa dikatakan telah membanjiri / mengubur Dia.] - hal 122.

Orang-orang jahat ini contohnya: orang Farisi, imam-imam, Pontius Pilatus, tentara Romawi, dan sebagainya.

Tetapi rasanya penafsiran Calvin ini sukar diterima karena:

1. Kata ‘orang kaya’ dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk tunggal.

Pulpit Commentary: “In the preceding clause, the word translated ‘the wicked’ is plural, but in the present, the word translated ‘the rich’ is singular.” [= Dalam anak kalimat yang mendahuluinya, kata yang diterjemahkan ‘orang jahat’ ada dalam bentuk jamak, tetapi di sini kata yang diterjemahkan ‘orang kaya’ ada dalam bentuk tunggal.] - hal 297.

Jadi dalam hal ini terjemahan yang paling benar adalah terjemahan RSV/NASB, yang menterjemahkannya dalam bentuk tunggal: ‘a rich man’ [= seorang kaya].

Bentuk tunggal ini tidak memungkinkan penafsiran Calvin, tetapi lebih memungkinkan untuk menafsirkan bahwa ‘seorang kaya’ ini menunjuk kepada Yusuf dari Arimatea, yang memang dikatakan sebagai orang yang kaya (bdk. Matius 27:57).

2. Albert Barnes mengatakan bahwa kata yang diterjemahkan ‘orang kaya’ itu tidak bisa diartikan / diterjemahkan ‘orang jahat’.

Barnes mengatakan bahwa memang ada yang menafsirkan bahwa kata ini diartikan dalam arti buruk, yaitu sombong dan jahat, karena kekayaan sering menjadi sumber kesombongan. Tetapi Barnes sendiri tidak setuju dengan penafsiran tersebut, dan ia berkata bahwa kata itu berarti ‘kaya’ tanpa peduli apakah orangnya saleh atau tidak, benar atau jahat, bersahabat atau bermusuhan dengan Allah.

Bahkan Barnes berkata bahwa secara implicit ditunjukkan bahwa orang kaya dalam Yes 53:9 itu bukan orang jahat, karena ‘kematian Kristus dengan orang kaya’ dikontraskan dengan ‘penguburan Kristus bersama orang-orang jahat’.

Kontras ini akan terlihat lebih menyolok kalau kita memperhatikan komentar / penafsiran Barnes bahwa kata ‘dan’ pada permulaan anak kalimat ini, seharusnya diterjemahkan ‘tetapi’ / ‘namun’ / ‘sekalipun demikian’.

Barnes’ Notes: “‘And with the rich (עָשִׁיר). The words ‘he was,’ are here to be supplied. ‘But he was with a rich man in his death.’ The particle ו, rendered ‘and,’ is properly here adversative, and means ‘but,’ ‘yet.’ The meaning is, that although he had been executed with criminals, and it had been expected that he would be interred with them, yet he was associated with a rich man in his death; i.e., in his burial.” [= ‘Dan dengan orang kaya’ (עָשִׁיר - ASYIR). Kata-kata ‘Ia ada’ harus ditambahkan / disuplai di sini. ‘Tetapi Ia ada bersama seorang kaya dalam kematianNya’. Partikel ו (VAW), yang diterjemahkan ‘dan’ di sini harus dianggap menyatakan pertentangan, dan berarti ‘tetapi’, ‘namun’ / ‘sekalipun demikian’. Artinya adalah, bahwa sekalipun Ia dieksekusi bersama dengan kriminil-kriminil, dan diharapkan bahwa Ia akan dikuburkan bersama mereka, tetapi Ia bersama dengan seorang kaya dalam kematianNya; yaitu dalam penguburanNya.] - hal 277.

Ini sesuai dengan terjemahan NASB yang menterjemahkan: ‘Yet He was with a rich man in His death’ [= Tetapi Ia bersama dengan seorang kaya dalam kematianNya].

2) ‘sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya’.

a) ‘sekalipun’.
KJV/NASB: ‘because’ [= karena].
RSV/NIV: ‘although’ / ‘though’ [= sekalipun].
Calvin berkata bahwa kata ’sekalipun’ diterjemahkan dari kata Ibrani עַ֚ל (AL) yang sebetulnya berarti ‘karena’, tetapi kadang-kadang bisa diartikan ‘sekalipun’, seperti di tempat ini.

b) ‘kekerasan’.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘violence’ [= kekerasan].
Calvin: ‘iniquity’ [= kesalahan / kejahatan].

c) ‘tipu tidak ada dalam mulutnya’.
Kalau kata ‘kekerasan’ tadi menunjuk pada perbuatan, maka kata ‘tipu’ menunjuk pada kata-kata Kristus. Jadi Ia mempunyai ketidak-berdosaan yang sempurna, baik dalam tindakan maupun perkataan.

d) Kesucian yang ditunjukkan oleh bagian ini, memastikan bahwa hamba yang dinubuatkan Yesaya ini adalah Yesus.

Pulpit Commentary: “As no other man was ever without sin, it follows that the Servant of the present chapter must be Jesus.” [= Karena tidak ada orang lain yang tanpa dosa, maka jelaslah bahwa sang Hamba / Pelayan dalam pasal ini haruslah Yesus.] - hal 297.

e) Kesucian Kristus ditekankan di sini lagi-lagi untuk menunjukkan bahwa Ia mengalami semua itu bukan karena dosaNya sendiri, tetapi karena dosa-dosa kita.

Calvin: “Here the prophet applauds the innocence of Christ, not only in order to defend him from slander, but to speak highly of the benefit of his death, that we may not think that he suffered by chance. Though innocent, he suffered by the decree of God; and therefore it was for our sake, and not for his own, that he suffered. He bore the punishment which was due to us.” [= Di sini sang nabi memuji ketidak-bersalahan Kristus, bukan hanya untuk mempertahankan Dia dari fitnahan, tetapi untuk meninggikan manfaat kematianNya, supaya kita tidak berpikir bahwa Ia menderita karena kebetulan. Sekalipun tidak bersalah, Ia menderita oleh ketetapan Allah; dan karenanya Ia menderita demi kita, dan bukan demi Dia sendiri. Ia memikul / menanggung hukuman yang seharusnya bagi kita.] - hal 123.

f) Barnes menghubungkan kalimat itu bukan dengan kalimat yang mendahuluinya (‘with a rich man in his death’ / ‘bersama seorang kaya dalam kematiannya’), tetapi dengan seluruh alur dari text, seperti tertikam / dilukai (ay 5a), ditolak, dibunuh, dan dikubur.

Tetapi mungkin Hengstenberg, yang meletakkan kata-kata ‘with a rich man in his death’ dalam kurung, dan dengan demikian menghubungkan kata-kata ‘sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya’ dengan kata-kata ‘orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik’, lebih benar.

Barnes’ Notes: “Hengstenberg renders it, ‘They appointed him his grave with the wicked (but he was with a rich man after his death); although he had done nothing unrighteous and there was no guile in his mouth.’ The sense, according to him, is, that not satisfied with his sufferings and death, they sought to insult him even in his death, since they wished to bury his corpse among criminals. It is then incidentally remarked, that this object was not accomplished.” [= Hengstenberg menterjemahkannya, ‘Mereka menetapkan kuburnya bersama orang jahat (tetapi ia ada bersama seorang kaya setelah kematiannya); sekalipun ia tidak melakukan apapun yang tidak benar dan tidak ada tipu dalam mulutnya’. Menurut dia, artinya adalah bahwa tidak puas dengan penderitaan dan kematianNya, mereka berusaha untuk menghinaNya bahkan dalam kematianNya, karena mereka ingin menguburkan mayatNya di antara kriminil-kriminil. Lalu dinyatakan dalam kurung bahwa tujuan ini tidak tercapai.] - hal 275-276.

Yesaya 53:10: “Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.”.

1) ‘Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan’.
Ini menunjukkan bahwa penderitaan Kristus untuk menebus kita adalah kehendak / rencana Allah.

Pulpit Commentary: “The sufferings of Christ, proceeding from the ‘determinate counsel and foreknowledge of God’ (Acts 2:23), and being permitted by him, were in some sort his doing. ... All was settled in the Divine counsels from all eternity, and when the ideal became the actual, God the Father wrought with God the Son to effectuate it.” [= Penderitaan Kristus, dilaksanakan dari ‘rencana dan pengetahuan lebih dulu yang sudah tertentu dari Allah’ (Kis 2:23), dan karena diijinkan olehNya, bisa dikatakan merupakan pekerjaanNya. ... Semua telah ditetapkan dalam rencana Ilahi dari kekekalan, dan pada waktu apa yang dicita-citakan / dipikirkan menjadi kenyataan, Allah Bapa bekerja bersama Allah Anak untuk melaksanakannya.] - hal 297.

2) ‘Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah’.

Di sini Kristus disebut sebagai ‘korban penebus salah’.

Bdk. Kel 29:15-16 - “(15) Kemudian haruslah kauambil domba jantan yang satu, lalu haruslah Harun dan anak-anaknya meletakkan tangannya ke atas kepala domba jantan itu. (16) Haruslah kausembelih domba jantan itu dan kauambillah darahnya dan kausiramkan pada mezbah sekelilingnya.”.

Tangan yang ditumpangkan di atas domba seakan-akan mentransfer dosa seluruh bangsa Israel kepada domba itu.

Calvin: “Here we have a description of the benefit of Christ’s death, that by his sacrifice sins were expiated, and God was reconciled towards men; ... Hence it follows that nowhere but in Christ is found expiation and satisfaction for sin. In order to understand this better, we must first know that we are guilty before God, so that we may be accursed and detestable in his presence. Now, if we wish to return to a state of favour with him, sin must be taken away. This cannot be accomplished by sacrifice contrived according to the fancy of men. Consequently, we must come to the death of Christ; for in no other way can satisfaction be given to God. In short, Isaiah teaches that sins cannot be pardoned in any other way than by betaking ourselves to the death of Christ.” [= Di sini kita mempunyai suatu penggambaran tentang manfaat kematian Kristus, yaitu bahwa oleh pengorbananNya dosa-dosa ditebus, dan Allah diperdamaikan dengan manusia; ... Karena itu sebagai akibatnya penebusan dan pemuasan untuk dosa tidak bisa ditemukan dimanapun kecuali di dalam Kristus. Supaya bisa mengerti hal ini dengan lebih baik, pertama-tama kita harus mengetahui bahwa kita bersalah di hadapan Allah, sehingga kita terkutuk dan menjijikkan di hadapanNya. Sekarang, jika kita ingin untuk kembali kepada suatu keadaan yang disukaiNya, dosa harus disingkirkan. Ini tidak bisa dicapai oleh korban yang dibuat sesuai dengan khayalan / kesukaan manusia. Karena itu, kita harus datang pada kematian Kristus; karena tidak ada jalan lain melalui mana pemuasan bisa diberikan kepada Allah. Singkatnya, Yesaya mengajarkan bahwa dosa-dosa tidak bisa diampuni dengan cara lain selain membawa diri kita sendiri pada kematian Kristus.] - hal 125.

3) ‘ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut’.

a) ‘keturunannya’.
KJV: ‘his seed’ [= benihnya / keturunannya].
RSV/NIV/NASB: ‘his offspring’ [= keturunannya].

Yang dimaksud dengan ‘keturunan Kristus’ di sini adalah ‘orang kristen’.

Pulpit Commentary: “The ‘seed’ of a teacher of religion are his disciples.” [= ‘Benih’ / ‘keturunan’ dari seorang guru agama adalah murid-muridnya.] - hal 297.

Bdk. Filemon 10 Galatia 4:19 1Yoh 2:1,18,28 3:7,18 4:4 5:21 dimana kata ‘anak’ digunakan dalam arti ‘murid’ dan dengan 1Kor 4:15 dimana kata ‘bapa’ digunakan dalam arti ‘guru’ / ‘pengajar’. Juga dengan Markus 10:24 Yohanes 21:4 dimana Yesus memanggil murid-muridNya dengan sebutan ‘children’ / ‘anak-anak’.

Pulpit Commentary (hal 297) membandingkan juga dengan Mazmur 22:31 - ‘Anak-anak cucu akan beribadah kepadaNya’.

Calvin: “Isaiah means that the death of Christ not only can be no hindrance to his having a seed, but will be the cause of his having offspring; that is, because, by quickening the dead, he will procure a people for himself, whom he will afterwards multiply more and more;” [= Yesaya memaksudkan bahwa kematian Kristus bukan hanya tidak menghalangiNya untuk mendapatkan benih / keturunan, tetapi bahkan akan menyebabkan Ia mempunyai keturunan; yaitu, karena, oleh tindakan menghidupkan orang mati, Ia akan mendapatkan suatu umat bagi diriNya sendiri, yang belakangan akan Ia lipat gandakan menjadi makin lama makin banyak;] - hal 125.

E. J. Young mengutip kata-kata Hengstenberg: “Without the vicarious atonement there can be no redeemed people, no Church. Hence, all attempts to increase and to propagate the Church apart from the cross of Christ are in vain and doomed to failure. On the other hand, where the doctrine of Christ’s satisfaction is proclaimed in its biblical fullness, there the true Church progresses.” [= Tanpa penebusan yang bersifat menggantikan tidak akan ada orang-orang yang ditebus, tidak ada Gereja. Karena itu, semua usaha untuk menambah dan memperbanyak Gereja terpisah dari salib Kristus adalah sia-sia dan pasti gagal. Sebaliknya, dimana doktrin / ajaran tentang pemuasan Kristus diberitakan dalam kepenuhan yang bersifat Alkitabiah, di sana Gereja yang benar maju.] - ‘The Book of Isaiah’, vol 3, hal 355.

Penerapan: Gereja yang hanya mengajarkan moral / etika, atau gereja yang memberitakan Injil hanya melalui bantuan sosial, atau gereja yang memberitakan Injil dengan menyatakan Yesus sebagai dokter / penyembuh / pelaku mujijat, sekalipun di hadapan manusia kelihatannya berhasil, tetapi di hadapan Allah mereka melakukan hal yang sia-sia dan pasti gagal.

b) ‘melihat keturunannya’.

Barnes’ Notes: “There may be emphasis on the word ‘see’ - he shall see his posterity; for it was regarded as a blessing not only to have posterity, but to be permitted to live and see them.” [= Mungkin ada penekanan pada kata ‘melihat’ - ia akan melihat keturunannya; karena dianggap sebagai suatu berkat bukan hanya untuk mendapatkan / mempunyai keturunan, tetapi untuk diijinkan untuk hidup dan melihat mereka.] - hal 280.

c) ‘umurnya akan lanjut’.
KJV/RSV: ‘he shall prolong his days’ [= Ia akan memperpanjang hari-hariNya].

Calvin: “Christ shall not be hindered by his death from prolonging his days, that is, from living eternally.” [= Kristus tidak akan dihalangi oleh kematianNya untuk memperpanjang hari-hariNya / usiaNya, yaitu, untuk hidup secara kekal.] - hal 125.

d) Kalimat ini merupakan:

1. Pernyataan berkat yang terbesar bagi orang Yahudi.

Barnes’ Notes: “The language here is taken from that which was regarded as the highest blessing among the Hebrews. With them length of days and a numerous posterity were regarded as the highest favours, and usually as the clearest proofs of the Divine love.” [= Bahasa di sini diambil dari apa yang dianggap sebagai berkat tertinggi di antara orang-orang Ibrani. Bagi mereka panjang umur dan keturunan yang banyak dianggap sebagai kesenangan tertinggi, dan biasanya merupakan bukti paling jelas tentang kasih Ilahi.] - hal 280.

Bdk. Kel 20:12 Ul 25:15 1Raja 3:14 Mazmur 91:16 Amsal 3:1-2 Amsal 17:6 Mazmur 128:6.

2. Nubuat tentang kebangkitan Kristus.

Pulpit Commentary: “A seeming contradiction to the statement (ver. 8) that he should be ‘cut off’ out of the land of the living; ... But the resurrection of Christ, and his entrance upon an immortal life (Rom. 6:9), after offering himself as a Sacrifice upon the cross, exactly meets the difficulty and solves the riddle (comp. Rev. 1:18).” [= Ini kelihatannya bertentangan dengan pernyataan ay 8 bahwa ia akan ‘terputus’ / ‘dilenyapkan’ dari negeri orang-orang hidup; ... Tetapi kebangkitan Kristus dan masuknya Ia ke dalam kehidupan yang tidak bisa mati (Roma 6:9), setelah mempersembahkan diriNya sendiri sebagai Korban di atas kayu salib, secara tepat menyelesaikan kesukaran dan teka-teki ini (bdk. Wahyu 1:18).] - hal 297-298.

Roma 6:9 - “Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia.”.

Wahyu 1:18 - “dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.”.

4) ‘dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya’.

Calvin menafsirkan bahwa kalimat ini artinya adalah bahwa Tuhan akan menyebabkan pelayanan Kristus menghasilkan buah, sehingga penderitaanNya tidaklah sia-sia.

E. J. Young menafsirkan seperti bunyinya ayat ini, yaitu Kristus akan melaksanakan kehendak Allah untuk menebus orang berdosa.

Pulpit Commentary: “There was no cruel accident or misunderstanding in all this; it was the result of Divine deliberate will - the pleasure of Jehovah. The Servant was to lay down his life as a guilt offering.” [= Di sana tidak ada kebetulan yang kejam atau kesalah-pahaman dalam semua ini; itu merupakan hasil dari kehendak Ilahi yang disengaja - sesuatu yang menyenangkan Yehovah. Sang Hamba harus meletakkan hidupNya / nyawaNya sebagai suatu korban penebus salah.] - hal 302.

YESAYA 52:13-53:12 (9)

Khotbah 9. NUBUAT KEMENANGAN SANG MESIAS

YESAYA 53:11-12

Yesaya 53:11-12 - “(11) Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hambaKu itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. (12) Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.”.

53:11: “Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hambaKu itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.”.

1) ‘Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas;’.
KJV: ‘He shall see the travail of his soul, and shall be satisfied’ [= Ia akan melihat penderitaan jiwanya, dan akan dipuaskan].
RSV: ‘he shall see the fruit of the travail of his soul and be satisfied’ [= ia akan melihat buah dari penderitaan jiwanya dan dipuaskan].
NIV: ‘After the suffering of his soul, he will see the light of life and be satisfied’ [= Setelah penderitaan jiwanya, ia akan melihat terang kehidupan dan dipuaskan].
NASB: ‘As a result of the anguish of His soul, He will see it and be satisfied’ [= Sebagai akibat dari kesedihan / penderitaan jiwaNya, Ia akan melihatnya dan dipuaskan].

Calvin berkata bahwa ini tetap membicarakan hal yang sama yang dibicarakan pada akhir 53:10. Kristus melihat hasil penderitaanNya dan menjadi puas.

Tentang kata-kata ‘menjadi puas / dipuaskan’ ini Barnes memberi komentar sebagai berikut: “We may remark here that this implies that great and most glorious results will come out of this work. ... We may be assured that he will be ‘satisfied,’ only when multitudes are saved; and it is, therefore, morally certain that a large portion of the race, taken as a whole, will enter into heaven. Hitherto the number has been small. The great mass have rejected him, and have been lost. But there are brighter times before the church and the world. The pure gospel of the Redeemer is yet to spread around the globe, and it is yet to become, and to be for ages, the religion of the world. Age after age is to roll on when all shall know him and obey him; and in those future times, what immense multitudes shall enter into heaven! So that it may yet to be seen, that the number of those who will be lost from the whole human family, compared with those who will be saved, will be no greater in proportion than the criminals in a well-organized community who are imprisoned are, compared with the number of obedient, virtuous, and peaceful citizens.” [= Kita bisa berkata di sini bahwa ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa hasil-hasil yang besar dan paling mulia akan keluar dari pekerjaan ini. ... Kita bisa yakin bahwa Ia akan ‘puas / dipuaskan’, hanya pada waktu banyak orang diselamatkan; dan karena itu adalah pasti bahwa sebagian besar dari umat manusia secara keseluruhan akan masuk ke surga. Sampai saat ini jumlahnya hanya sedikit. Banyak orang yang menolaknya, dan telah terhilang. Tetapi ada saat-saat yang lebih cerah di hadapan gereja dan dunia. Injil yang murni dari sang Penebus akan tersebar di seluruh bumi, dan itu akan menjadi, untuk waktu yang lama, agama dari dunia. Jaman berganti jaman akan lewat pada waktu semua akan mengenalnya dan mentaatinya; dan dalam masa-masa yang akan datang itu, alangkah banyaknya orang yang akan masuk ke surga! Sehingga akan terlihat bahwa jumlah mereka yang akan terhilang dari seluruh umat manusia, dibandingkan dengan mereka yang akan diselamatkan, tidak akan lebih besar dibandingkan dengan penjahat-penjahat dalam penjara dalam suatu masyarakat yang teratur, dibandingkan dengan jumlah warganegara yang taat, baik dan damai.] - hal 281-282.

Komentar / tanggapan saya terhadap penafsiran Barnes di atas ini:

a) Penafsiran ini jelas ngawur dan bertentangan dengan:

1. Mat 7:13-14 - “(13) Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; (14) karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.’”.

Perlu diketahui bahwa baik dalam bahasa Yunani maupun Inggris, ayat ini ada dalam bentuk present tense, bukan past tense.

2. Mat 22:14 - “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.’”.

b) Bahwa dikatakan bahwa Yesus akan ‘puas / menjadi puas’, tidak harus berarti bahwa orang yang selamat akan lebih banyak dari pada orang yang binasa. Yesus akan menjadi puas kalau semua orang pilihan selamat (sekalipun jumlahnya lebih sedikit dari pada mereka yang binasa), karena dengan demikian rencana Allah, yang pasti merupakan rencana yang terbaik, sudah tercapai.

2) ‘dan hambaKu itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya,’.

a) ‘hikmatnya’.

1. Kata bahasa Ibraninya bisa berarti ‘hikmat’ ataupun ‘pengetahuan’. Tetapi semua Kitab Suci bahasa Inggris yang saya gunakan menterjemahkan ‘knowledge’ / ‘pengetahuan’.

2. Ada 2 kemungkinan penterjemahan: ‘pengetahuan Kristus’ atau ‘pengetahuan tentang Kristus’.
KJV: ‘by his knowledge shall my righteous servant justify many’ [= oleh pengetahuannya hambaKu yang benar akan membenarkan banyak orang].
RSV: ‘by his knowledge shall the righteous one, my servant, make many to be accounted righteous’ [= oleh pengetahuannya orang yang benar, hambaKu, akan membuat banyak orang dianggap benar].
NIV: ‘by his knowledge my righteous servant will justify many’ [= oleh pengetahuannya hambaKu yang benar akan membenarkan banyak orang].
NASB: ‘By His knowledge the Righteous One, My Servant, will justify the many’ [= Oleh pengetahuanNya Orang Benar, HambaKu, akan membenarkan banyak orang].

Tetapi Footnote NIV memberikan kemungkinan penterjemahan yang lain, yaitu: ‘by knowledge of him’ [= oleh pengetahuan / pengenalan tentang dia].

Calvin menafsirkan kata-kata ‘by his knowledge’ [= oleh pengetahuannya] sebagai ‘by the knowledge of him’ [= oleh pengetahuan tentang dia] seperti dalam footnote dari NIV. Menurutnya kata Ibraninya bisa ditafsirkan ‘his knowledge’ atau ‘the knowledge of him’. Tetapi ia lalu mengatakan bahwa bagian ini menunjukkan bahwa Kristus adalah satu-satunya guru dan pengarang (author) dari kebenaran. Ini kelihatannya bertentangan dengan ‘the knowledge of him’ [= pengetahuan tentang dia], dan lebih cocok dengan ‘his knowledge’ [= pengetahuannya].

E. J. Young, yang juga menerima ‘the knowledge of him’, mengatakan: “In this context the servant appears, not as a teacher, but as a savior.” [= Dalam kontex ini sang hamba kelihatan bukan sebagai seorang guru tetapi sebagai seorang juruselamat.] - ‘The Book of Isaiah’, vol 3, hal 357.

Barnes juga mempunyai pandangan yang sama, dan ia berkata: “By his knowledge. That is, by the knowledge of him. The idea is, by becoming fully acquainted with him and his plan of salvation. ... It is only by the knwoledge of the Messiah; by an acquaintance with his character, doctrines, sufferings, death, and resurrection, that any one can be justified. Thus the Saviour says (John 17:3), ‘And this is life eternal, that they might know thee the only true God, and Jesus Christ whom thou hast sent.’” [= Oleh pengetahuanNya. Yaitu, oleh pengetahuan tentang Dia. Gagasannya adalah, dengan menjadi kenal sepenuhnya dengan Dia dan rencana keselamatanNya. ... Hanya oleh pengenalan terhadap sang Mesias; oleh suatu pengenalan terhadap karakter, ajaran / doktrin, penderitaan, kematian dan kebangkitanNya, maka seseorang bisa dibenarkan. Demikianlah sang Juruselamat berkata (Yoh 17:3), ‘Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus’.] - hal 282.

Kalau bagian ini menekankan pentingnya pengetahuan tentang Kristus, maka secara tidak langsung bagian ini juga menekankan pentingnya pengajaran Firman Tuhan.

Pulpit Commentary: “Nothing is so effectual in turning men to righteousness as teaching them the true knowledge of God” [= Tidak ada yang begitu efektif dalam membalikkan manusia pada kebenaran seperti mengajar mereka pengetahuan yang benar tentang Allah] - hal 298.

Tetapi tentu saja yang dimaksud dengan ‘pengetahuan’ di sini bukanlah semata-mata ‘pengetahuan intelektual’, tetapi ‘pengetahuan yang diimani’. Ini yang menyebabkan kita dibenarkan.

Matthew Poole: “knowledge being here, as it is most frequently in Scripture, taken practically, for that kind of knowledge which worketh faith, and love, and obedience to him.” [= pengetahuan di sini, seperti sering terjadi dalam Kitab Suci, diartikan secara praktis, untuk jenis pengetahuan itu yang mengerjakan iman, dan kasih, dan ketaatan kepadaNya.] - hal 449.

b) ‘membenarkan’.
Barnes’ Notes: “In Hiphil, the word means, to pronounce just, or righteous. In a forensic sense, and as applied to the act of justification before God, it means to declare righteous, or to admit to favour as a righteous person; and in connection with the pardon of sin, to resolve to treat as righteous, or as if the offence had not been committed. It is more than mere pardon; it involves the idea of a purpose to treat as righteous, and to acknowledge as such. It is not to declare that the person is innocent, or that he is not ill deserving, or that he had a right to do as he had done, or that he has a claim to mercy - for this is not true of any mortal; but it is to pardon, and to accept him as if the offence had not been committed - to regard him in his dealings with him, and treat him even onward as if he were holy. This sense of the word here is necessary, because the whole passage speaks of his bearing sin, and suffering for others, and thus securing their justification. ... They are justified only in connection with his bearing their iniquities; and this shows that the word is here used in the forensic sense, and denotes that they will be regarded and treated as righteous on account of what he has suffered in their behalf.” [= Dalam bentuk Hiphil, kata itu berarti, mengumumkan sebagai benar. Dalam arti hukum / pengadilan, dan seperti diterapkan pada tindakan pembenaran di hadapan Allah, itu berarti menyatakan benar, atau mengakui untuk memperlakukan sebagai seorang yang benar; dan dalam hubungan dengan pengampunan dosa, memutuskan untuk memperlakukan sebagai benar, atau seakan-akan pelanggaran tidak dilakukan. Itu lebih dari sekedar pengampunan; itu mencakup gagasan tentang suatu tujuan untuk memperlakukan sebagai benar, dan mengakuinya sebagai orang benar. Itu tidak menyatakan bahwa seseorang itu tidak berdosa, atau bahwa ia tidak layak mendapat sesuatu yang buruk, atau bahwa ia mempunyai hak untuk melakukan seperti yang telah ia lakukan, atau bahwa ia mempunyai hak atas belas kasihan - karena ini tidak benar untuk manusia yang manapun; tetapi itu berarti mengampuni, dan menerimanya seakan-akan pelanggaran tidak dilakukan - menganggapnya dalam hubungan / urusan dengannya, dan memperlakukannya mulai saat itu, seakan-akan ia suci. Arti ini dari kata ini di sini merupakan sesuatu yang penting, karena seluruh text berbicara tentang pemikulan dosa yang Ia lakukan, dan penderitaanNya untuk orang-orang lain, dan dengan demikian memastikan pembenaran mereka. ... Mereka dibenarkan hanya dalam hubungan dengan pemikulan kejahatan-kejahatan mereka olehNya; dan ini menunjukkan bahwa kata ini di sini digunakan dalam arti hukum / pengadilan, dan menunjukkan bahwa mereka akan dianggap dan diperlakukan sebagai benar karena apa yang telah Ia derita demi mereka.] - hal 282-283.

c) ‘banyak orang’.
Matthew Poole: “Many; which word is seasonably added, partly by way of restriction, to show that Christ will not justify all, but only such as believe in him and obey him; and partly by way of amplification, to declare that this blessed privilege shall not now be, as hitherto it had in a manner been, confined to Judea, and the Jews, but shall be conferred upon an innumerable company of all the nations of the world.” [= ‘Banyak’; kata yang ditambahkan secara cocok, sebagian sebagai pembatasan, untuk menunjukkan bahwa Kristus tidak akan membenarkan semua orang, tetapi hanya orang yang percaya kepadaNya dan mentaatiNya; dan sebagian sebagai pengerasan / penguatan, untuk menyatakan bahwa hak ini sekarang tidak akan dibatasi pada Yudea, dan pada orang-orang Yahudi, seperti yang terjadi sampai saat ini, tetapi akan diberikan kepada kumpulan yang tak terhitung dari semua bangsa di dunia.] - hal 450.

3) ‘dan kejahatan mereka dia pikul’.
Semua Kitab Suci Inggris menggunakan future tense [= bentuk akan datang], karena ini memang merupakan nubuat tentang apa yang akan terjadi.
KJV: ‘for he shall bear their iniquities’ [= karena ia akan memikul kejahatan-kejahatan mereka].
RSV: ‘and he shall bear their iniquities’ [= dan ia akan memikul kejahatan-kejahatan mereka].
NIV: ‘and he will bear their iniquities’ [= dan ia akan memikul kejahatan-kejahatan mereka].
NASB: ‘As He will bear their iniquities’ [= Karena Ia akan memikul kejahatan-kejahatan mereka].

Barnes’ Notes: “the consequences of guilt may pass over to another; ... And this was done by the Redeemer. He stood between the stroke of justice and the sinner, and received the blow himself. He intercepted, so to speak, the descending sword of justice that would have cut the sinner down, and thus saved him.” [= konsekwensi-konsekwensi dari kesalahan bisa diberikan kepada seorang lain; ... Dan ini dilakukan oleh sang Penebus. Ia berdiri di antara ‘pukulan keadilan’ dan ‘orang berdosa’, dan menerima pukulan itu pada diriNya sendiri. Bisa dikatakan bahwa Ia mencegat turunnya pedang keadilan yang akan memotong orang berdosa, dan dengan demikian menyelamatkannya.] - hal 283.

53:12: “Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.”.

H. C. Leupold: “It has been rightly claimed that no passage of the Old Testament presents more problems than this.” [= Telah diclaim secara benar bahwa tidak ada text Perjanjian Lama yang memberikan lebih banyak problem dari text ini.] - hal 233.

1) ‘Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan,’.

a) Bagian ini menggambarkan Kristus sebagai orang yang menang perang dan mendapat jarahan.

b) Bandingkan terjemahan Kitab Suci Indonesia dengan KJV dalam bagian ini.
LAI: ‘Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan’.
KJV: ‘Therefore will I divide him a portion with the great, and he shall divide the spoil with the strong’ [= Karena itu Aku akan membagikan kepadanya suatu bagian bersama orang besar / agung, dan ia akan membagi jarahan dengan orang kuat].

Ada beberapa penafsiran tentang bagian ini:

1. Ada yang menafsirkan seperti KJV dimana Kristus membagi jarahan dengan orang besar / kuat. Kalau ini arti yang benar, maka penggenapannya adalah: orang besar / kuat yang sudah dipertobatkan, akan mendapat kemuliaan bersama dengan Kristus.

2. Ada yang mengambil arti seperti dalam Kitab Suci Indonesia dimana orang besar / kuat itu diberikan kepada Kristus sebagai jarahan. Kalau ini arti yang benar, maka penggenapannya adalah adanya orang-orang besar / kuat yang bertobat.

Barnes’ Notes: “This verse is designed to predict the triumphs of the Messiah. It is a language appropriate to him as a prince, and designed to celebrate his glorious victories on earth. The words here used are taken from the custom of distributing the spoils of victory after a battle, and the idea is, that as a conqueror takes valuable spoils, so the Messiah would go forth to the spiritual conquest of the world, and subdue it to himself.” [= Ayat ini dimaksudkan untuk meramalkan kemenangan sang Mesias. Ini merupakan bahasa yang cocok bagiNya sebagai seorang pangeran, dan dimaksudkan untuk merayakan kemenanganNya yang mulia di bumi. Kata-kata yang digunakan di sini diambil dari kebiasaan / tradisi untuk membagikan jarahan kemenangan setelah suatu pertempuran, dan gagasannya adalah bahwa seperti seorang pemenang mengambil jarahan yang berharga, demikian pula sang Mesias akan maju ke depan untuk menaklukkan dunia ini secara rohani, dan menundukkannya kepada diriNya sendiri.] - hal 283.

3. Ada pula yang menafsirkan bahwa Kristus akan mendapat jarahan sama seperti orang-orang besar dan kuat juga mendapat jarahan kalau menang perang. Ini merupakan pandangan dari Matthew Poole, yang menafsirkan sebagai berikut:

a. ‘membagikan kepadanya’.
Kata ‘membagikan’ biasanya diartikan memberikan hanya sebagian. Tetapi dalam Kitab Suci kata ‘membagi’ bisa diartikan ‘memberi’.

Matthew Poole: “divide him; give him his share; or impart or give him; for this word is oft used without respect to any distribution or division, as Deut. 4:19; 29:26, and elsewhere.” [= membagikan kepadanya; memberinya bagiannya; atau memberinya; karena kata ini sering digunakan tanpa ada hubungannya dengan pembagian apapun, seperti Ul 4:19; 29:26, dan di tempat-tempat lain.] - hal 450.

Ul 4:19 - “dan juga supaya jangan engkau mengarahkan matamu ke langit, sehingga apabila engkau melihat matahari, bulan dan bintang, segenap tentara langit, engkau disesatkan untuk sujud menyembah dan beribadah kepada sekaliannya itu, yang justru diberikan TUHAN, Allahmu, kepada segala bangsa di seluruh kolong langit sebagai bagian mereka,”.

Ul 29:26 - “dan sebab mereka itu sudah pergi berbakti kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, yakni allah yang tidak dikenal mereka dan yang tidak diberikan TUHAN kepada mereka sebagai bagiannya.”.

Catatan: kata ‘diberikan’ dalam kedua ayat di atas ini memang menggunakan kata Ibrani yang sama dengan kata yang diterjemahkan ‘membagikan’ dalam Yes 53:12a ini.

b. Poole mengartikan ‘with the great / strong’ [= dengan orang besar / kuat] sebagai berikut:

Matthew Poole: “With the great; or, among the great; such as the great and mighty potentates of the world use to have after a sharp combat and a glorious victory. Though he be a very mean and obscure person, as to his extraction and outward condition in the world, yet he shall attain to as great a pitch of glory as the greatest monarchs enjoy.” [= Dengan orang besar; atau di antara orang besar; seperti yang biasanya didapatkan oleh raja-raja yang besar dan kuat setelah suatu pertempuran yang tajam dan kemenangan yang mulia. Sekalipun Ia adalah seseorang yang sangat hina dan tidak dikenal, berkenaan dengan keturunanNya dan kondisi lahiriahNya dalam dunia, tetapi Ia akan mencapai suatu puncak kemuliaan yang sama besarnya dengan yang dinikmati oleh raja-raja yang terbesar.] - hal 450.

c) Mungkin bagian ini berhubungan dengan 2 ayat di bawah ini:

Maz 68:19 - “Engkau telah naik ke tempat tinggi, telah membawa tawanan-tawanan; Engkau telah menerima persembahan-persembahan di antara manusia, bahkan dari pemberontak-pemberontak untuk diam di sana, ya TUHAN Allah.”.

Ef 4:8 - “Itulah sebabnya kata nas: ‘Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia.’”.

Untuk kata ‘tawanan’ ini ada yang mengartikan sebagai ‘musuh Kris¬tus’ dan ada pula yang mengartikan sebagai ‘anak-anak Allah’. Calvin mengambil kedua arti itu.

2) ‘(yaitu sebagai ganti) karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.’.

a) 53:12b menunjukkan alasan mengapa Ia menang / mendapat jarahan.
Kata-kata ‘yaitu sebagai ganti karena’ pada awal ay 12b ini, seharusnya adalah ‘karena / sebab’. KJV/RSV/NIV/NASB: ‘because’ [= karena / sebab].
Jadi ay 12a disebabkan oleh ay 12b.

Barnes’ Notes: “His triumphs would be an appropriate reward for his sufferings, his death, and his intercession.” [= KemenanganNya akan merupakan pahala yang cocok untuk penderitaanNya,kematianNya dan pengantaraanNya.] - hal 284.

b) ‘karena / sebab ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut’.
NIV: ‘he poured out his life unto death’ [= ia mencurahkan nyawanya sampai mati].

Barnes’ Notes: “The expression ‘he poured out his soul,’ ... is derived from the fact that the life was supposed to reside in the blood ... and that when the blood was poured out, the life was supposed to flow forth with it.” [= Ungkapan ‘ia mencurahkan jiwanya’, ... didapatkan dari fakta bahwa nyawa dianggap terletak dalam darah ... dan bahwa pada saat darah dicurahkan, nyawa dianggap mengalir bersamanya.] - hal 284.

Bdk. Im 17:11,14 - “(11) Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa. ... (14) Karena darah itulah nyawa segala makhluk. Sebab itu Aku telah berfirman kepada orang Israel: Darah makhluk apapun janganlah kamu makan, karena darah itulah nyawa segala makhluk: setiap orang yang memakannya haruslah dilenyapkan.”.

c) ‘terhitung di antara pemberontak-pemberontak’.
NIV: ‘was numbered with the transgressors’ [= dihitung bersama pelanggar-pelanggar].

Ini tergenapi pada saat:

1. Kristus dianggap sebagai penjahat / pelanggar (Yoh 18:29-30 bdk. Luk 22:37).

Yoh 18:29-30 - “(29) Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: ‘Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?’ (30) Jawab mereka kepadanya: ‘Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkanNya kepadamu!’”.

Luk 22:37 - “Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi padaKu: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi.’”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘transgressors’ [= pelanggar-pelanggar].

2. Orang lebih memilih untuk membebaskan Barabas dari pada Dia.

3. Kristus mati disalib di antara 2 penjahat (bdk. Mark 15:27-28, tetapi perhatikan bahwa ay 28-nya, yang jelas mengutip Yesaya 53:12 ini, ada dalam tanda kurung tegak, yang menunjukkan bahwa bagian itu diperdebatkan keasliannya).

Markus 15:27-28 - “(27) Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kananNya dan seorang di sebelah kiriNya. (28) [Demikian genaplah nas Alkitab yang berbunyi: ‘Ia akan terhitung di antara orang-orang durhaka.’]”.
KJV/NASB: ‘transgressors’ [= pelanggar-pelanggar].

Catatan: NASB meletakkan ay 28 dalam tanda kurung tegak. RSV dan NIV menghapus ay 28 dari text, tetapi menuliskannya pada footnote, dimana untuk bagian yang saya garis-bawahi itu mereka menterjemahkannya sebagai berikut:
RSV: ‘transgressors’ [= pelanggar-pelanggar].
NIV: ‘the lawless ones’ [= orang-orang tanpa hukum].

d) ‘sekalipun ia menanggung dosa banyak orang’.
Kata ‘banyak orang’ yang muncul 2 x dalam ay 11-12 ini merupakan salah satu dasar dari doktrin ‘Limited Atonement’ [= Penebusan terbatas].

e) ‘berdoa untuk pemberontak-pemberontak’.
KJV/RSV/NIV: ‘made intercession for the transgressors’ [= membuat pengantaraan / syafaat untuk pelanggar-pelanggar].
NASB: ‘And interceded for the transgressors’ [= Dan melakukan pengantaraan / syafaat untuk pelanggar-pelanggar].

Barnes’ Notes: “It may not refer here to the mere act of making prayer or supplication, but rather perhaps to the whole work of the intercession, in which the Redeemer, as High Priest, presents the merit of his atoning blood before the throne of mercy and pleads for men / people.” [= Di sini ini mungkin tidak menunjuk pada semata-mata tindakan berdoa / memohon, tetapi mungkin pada seluruh pekerjaan pengantaraan, dalam mana sang Penebus, sebagai Imam Besar, menyampaikan jasa dari darah penebusanNya di hadapan takhta belas kasihan dan memohon / memberi pembelaan untuk orang-orang.] - hal 285.

Kalau bagian ini diartikan ‘berdoa untuk pemberontak-pemberontak / pelanggar-pelanggar’, maka penggenapannya adalah:

1. Lukas 23:34 di mana Yesus berdoa: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’.

2. Yohanes 17:20 di mana Ia berdoa untuk orang yang akan percaya oleh pemberitaan para murid.
Yoh 17:20 - “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka;”.

Sekalipun orang-orang ini adalah orang pilihan yang AKAN percaya, tetapi karena pada saat itu mereka belum percaya, maka mereka bisa dikatakan sebagai ‘pemberontak-pemberontak / pelanggar-pelanggar’.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post