1 YOHANES 5:1-5 (KASIH, KETAATAN DAN KEMENANGAN KARENA IMAN)

Pdt.Budi Asali, M.Div.
1Yohanes 5:1-5 - “(1) Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga dia yang lahir dari padaNya. (2) Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintahNya. (3) Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintahNya. Perintah-perintahNya itu tidak berat, (4) sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita. (5) Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?”.
1 YOHANES 5:1-5 (KASIH, KETAATAN DAN KEMENANGAN KARENA IMAN)
bisnis, gadget
I) Iman.

1Yohanes 5: 1a: “Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah”.

1) Iman dinyatakan di sini sebagai ‘percaya bahwa Yesus adalah Kristus’.

Perlu dicamkan bahwa Kitab Suci kita bukanlah suatu buku Systematic Theology, dan tidak menyatakan sesuatu secara sistematis / keseluruhan di suatu tempat. Pada waktu melihat pada point / ayat ini, kita tidak boleh mengatakan bahwa kita hanya perlu beriman bahwa Yesus adalah Kristus, dan karena kata ‘Kristus’ berarti ‘yang diurapi, maka kita hanya mempercayai-Nya sebagai manusia biasa, yang diurapi oleh Allah.

Kita harus membandingkan dengan semua bagian Kitab Suci yang berhubungan dengan hal ini. Dan untuk itu tidak perlu lari jauh-jauh, karena dalam 1Yohanes 5: 5 dikatakan ‘Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?’.

Dan pada pelajaran-pelajaran yang lalu sudah saya jelaskan bahwa istilah ‘Anak Allah’ bagi Yesus menunjukkan bahwa Yesus itu setara dengan Allah (bdk. Yohanes 5:18).

Jadi, merupakan sesuatu yang mutlak perlu untuk mempercayai Yesus sebagai Allah dan manusia. Dan dari banyak ayat lain dari Kitab Suci, jelas bahwa iman yang benar harus juga mencakup kepercayaan bahwa Yesus adalah Penebus / Juru selamat dosa kita.

2) Orang yang beriman dengan benar, dilahirkan oleh Allah.

Calvin: “the Apostle declares that all they who really believe have been born of God; for faith is far above the reach of the human mind, so that we must be drawn to Christ by our heavenly Father; for not any of us can ascend to him by his own strength” (= sang Rasul menyatakan bahwa semua mereka yang sungguh-sungguh percaya telah dilahirkan dari / oleh Allah; karena iman berada jauh di atas jangkauan pikiran manusia, sehingga kita harus ditarik kepada Kristus oleh Bapa surgawi kita; karena tidak ada dari kita yang bisa naik kepadaNya oleh kekuatannya sendiri) - hal 251.

Bandingkan dengan:

a) Yohanes 1:13 - “orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah”.

b) Yohanes 6:44,65 - “(44) Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.

Ini menunjuk pada doktrin ‘Total Depravity’ (= Kebejatan total) dari Calvinisme / Reformed. Manusia begitu dirusak oleh dosa sehingga tak ada apapun yang baik yang bisa ia lakukan tanpa pertolongan / pekerjaan Allah / Roh Kudus dalam dirinya.

Penerapan: karena itu kalau saudara memberitakan Injil kepada seseorang, tak usah merasa jengkel kalau orang itu ‘tak mau diselamatkan’. Ia memang tak akan mau dan tak akan bisa beriman, kalau bukan Allah yang bekerja dalam dirinya, melahir-barukan dia, dan bahkan memberikan iman kepadanya. Jadi, dari pada merasa jengkel, lebih baik saudara mendoakan orang itu, dan minta Allah bekerja dalam dirinya.

3) Sekalipun digunakan istilah ‘lahir / dilahirkan dari Allah’, tetap harus diartikan bahwa kita anak adopsi, bukan Anak sungguh-sungguh seperti Yesus.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Born.’ - ‘begotten,’ as in end of the verse. Christ is the ‘only-begotten Son’ by generation: we become begotten sons of God by regeneration and adoption” (= ‘Dilahirkan’. - ‘diperanakkan’, seperti pada akhir dari ayat itu. Kristus adalah satu-satunya Anak yang diperanakkan oleh tindakan memperanakkan: kita menjadi anak-anak yang diperanakkan Allah oleh kelahiran baru dan pengadopsian).

Jadi, sekalipun dikatakan bahwa kita yang percaya itu dilahirkan / diperanakkan oleh Allah, tetap itu tidak menunjukkan bahwa kita dari semula adalah benar-benar anak. Tidak ada orang yang jadi Kristen / anak Allah sejak lahir. Jadi, kita tetap hanyalah anak adopsi, sedangkan Kristus adalah benar-benar Anak. Bedanya, untuk kita ada saat dimana kita bukan anak, sehingga ada saat di mana kita pindah status dari ‘bukan anak’ menjadi ‘anak’. Tetapi untuk Kristus, Ia selalu adalah Anak, dan tidak ada saat di mana Ia bukan Anak. Dan karena itu, bagi Dia tidak pernah ada perpindahan status seperti itu.

II) Kasih.

Iman yang sejati harus diwujudkan dengan kasih, baik kepada Allah maupun kepada sesama saudara seiman.

1) Kasih kepada saudara-saudara seiman merupakan bukti kasih kepada Allah.

1Yohanes 5: 1b: “dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga dia yang lahir dari padaNya”.

Dalam hal mengasihi saudara seiman, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a) Dalam mengasihi saudara seiman, kita harus meniru kasih Allah kepada kita.

Herschel H. Hobbs: “if we love God we will love His children. You may not agree with another Christian, or even like him or his ways. But in the sense of AGAPE, selfless giving of yourself to him, you must love him. We may be certain that in our sins of commission and omission God is not pleased, but He loves us just the same. We must do the same with our brethren” (= jika kita mengasihi Allah kita akan mengasihi anak-anakNya. Engkau bisa tidak setuju dengan orang Kristen yang lain, atau bahkan bisa tidak menyenangi dia atau cara-caranya. Tetapi dalam arti dari AGAPE, tindakan memberikan dirimu sendiri kepadanya yang bebas dari egoisme, engkau harus mengasihi dia. Kita bisa pasti / yakin bahwa dalam dosa-dosa aktif atau pasif kita Allah tidak berkenan, tetapi Ia tetap mengasihi kita secara sama. Kita harus melakukan yang sama dengan saudara-saudara kita) - hal 119.

Bdk. Efesus 4:32 - “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu”.

b) Kita harus mengasihi saudara seiman kita demi Kristus.

Matthew Henry: “Our love to them appears to be sound and genuine when we love them not merely upon any secular account, as because they are rich, or learned, or kind to us, or of our denomination among religious parties; but because they are God’s children, his regenerating grace appears in them, his image and superscription are upon them, and so in them God himself is loved. Thus we see what that love to the brethren is that is so pressed in this epistle; it is love to them as the children of God and the adopted brethren of the Lord Jesus” (= Kasih kita kepada mereka kelihatan sebagai sehat dan sungguh-sungguh pada waktu kita mengasihi mereka bukan semata-mata berdasarkan perhitungan duniawi, seperti karena mereka kaya, atau terpelajar, atau baik kepada kita, atau karena mereka berasal dari aliran kita di antara kelompok-kelompok agamawi; tetapi karena mereka adalah anak-anak Allah, kasih karuniaNya yang bersifat melahir-barukan terlihat di dalam mereka, gambar dan tandaNya ada pada mereka, dan dengan demikian dalam diri mereka Allah sendiri dikasihi. Maka kita melihat apa kasih kepada saudara-saudara itu yang begitu ditekankan dalam surat ini; itu adalah kasih kepada mereka sebagai anak-anak Allah dan saudara-saudara adopsi Tuhan Yesus).

c) Hubungan kasih dan tindakan kasih.

Herschel H. Hobbs: “While we cannot separate love and action, we do not love simply by doing. We do because we love. ... You may give without loving, but you cannot love without giving” (= Sementara kita tidak bisa memisahkan kasih dan tindakan, kita tidak sekedar mengasihi dengan melakukan. Kita melakukan karena kita mengasihi. ... Engkau bisa memberi tanpa mengasihi, tetapi engkau tidak bisa mengasihi tanpa memberi) - hal 119-120.

2) Kasih kepada Allah merupakan bukti kasih kepada saudara-saudara seiman kita.

1Yohanes 5: 2: “Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah”.

Adam Clarke: “‘By this we know that we love the children of God.’ Our love of God’s followers is a proof that we love God. Our love to God is the cause why we love his children” (= ‘Dengan ini kita tahu bahwa kita mengasihi anak-anak Allah’. Kasih kita kepada pengikut-pengikut Allah adalah suatu bukti bahwa kita mengasihi Allah. Kasih kita kepada Allah merupakan penyebab mengapa kita mengasihi anak-anakNya).

Jamieson, Fausset & Brown: “As love to the brethren is the test of our love to God, so love to God ... is, conversely, the only basis of real love to our brother” (= Sebagaimana kasih kepada saudara-saudara merupakan ujian dari kasih kasih kita kepada Allah, demikian juga sebaliknya, kasih kita kepada Allah ... adalah, satu-satunya dasar dari kasih yang sungguh-sungguh kepada saudara-saudara kita).

Kesimpulan: kasih kepada Allah dan kasih kepada saudara seiman tidak bisa dipisahkan. Yang satu tidak bisa ada tanpa yang lain.

Renungkan: seberapa banyak saudara mengasihi saudara seiman saudara di gereja ini?

III) Ketaatan.

Iman yang sejati juga diwujudkan dengan ketaatan (Yakobus 2:17,26).

1) Kasih kepada Allah dibuktikan dengan ketaatan kepadaNya / pada firmanNya.

1Yohanes 5: 2: “apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintahNya”.

1Yohanes 5: 3a: “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintahNya”.

Bdk. Yohanes 14:15 - “‘Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu”.

Ketataan kita kepada Allah merupakan bukti kalau kita memang mengasihi Dia; dan ketaatan yang sejati adalah ketaatan yang ditimbulkan oleh kasih kepada Allah.

Calvin: “from this passage we also learn what is the keeping of the law. For if, when constrained only by fear, we obey God by keeping his commandments, we are very short far off from true obedience” (= dari text ini kita bisa belajar apa ketaatan pada perintah itu. Karena jika, pada saat dipaksa hanya oleh rasa takut, kita mentaati Allah oleh pemeliharaan perintah-perintahNya, kita sangat jauh dari ketaatan yang sungguh-sungguh / sejati) - hal 252.

Ini sebabnya, dalam Calvinisme dipercayai bahwa seseorang yang belum percaya kepada Kristus tidak bisa mentaati Allah sama sekali. Tanpa iman, ia tidak punya Roh Kudus, dan tanpa Roh Kudus tidak ada buah Roh Kudus. Dan kasih adalah buah Roh Kudus. Dan kalau kasih (kepada Allah) itu tidak ada, maka semua ketaatan lahiriahnya tidak ada harganya.

2) Perintah-perintah Allah yang harus kita taati itu tidak berat.

1Yohanes 5: 3b: “Perintah-perintahNya itu tidak berat”.

KJV: ‘grievous’ (= menyedihkan).

RSV/NIV/NASB: ‘burdensome’ (= berat / membebani).

A. T. Robertson: “Love for God lightens his commands” (= Kasih bagi Allah meringankan hukum-hukum / perintah-perintahNya).

Adam Clarke: “no man is burdened with the duties which, his own love imposes. The old proverb explains the meaning of the apostle’s words, Love feels no loads. Love to God brings strength from God; through his love and his strength, all his commandments are not only easy and light, but pleasant and delightful” (= tidak ada orang yang merasa dibebani dengan kewajiban-kewajiban, yang diberikan oleh kasihnya sendiri. Pepatah kuno menjelaskan arti dari kata-kata sang rasul, ‘Kasih tidak merasakan beban’. Kasih kepada Allah membawa kekuatan dari Allah; melalui kasih-Nya dan kekuatanNya, semua perintah-perintah-Nya bukan hanya mudah dan ringan, tetapi menyenangkan dan menyukakan).

Bdk. Kejadian 29:20 - “Jadi bekerjalah Yakub tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel”.

Matius 11:28-30 - “(28) Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30) Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.’”.

Tetapi bukankah sebagai orang percaya kitapun merasa bahwa ketaatan pada Firman Tuhan merupakan sesuatu yang sangat sukar?

a) Ya, dan itu bisa disebabkan karena kurangnya iman / kasih kepada Allah.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Not grievous.’ - as many think them. It is ‘the way of the transgressor’ that ‘is hard’ (Prov. 13:15). What makes them to the regenerate ‘not grievous’ is faith (1 John 5:4). In proportion as faith is strong, the grievousness of God’s commandments to the rebellious flesh is ‘overcome.’ The reason why believers feel any irksomeness in God’s commandments is, they do not realize fully by faith their spiritual privileges” [= ‘tidak menyedihkan’. - sebagaimana banyak orang berpikir tentangnya. Adalah jalan pengkhianat-pengkhianat yang merupakan jalan yang sukar / berat (Amsal 13:15). Apa yang membuat perintah-perintah itu ‘tidak menyedihkan / berat’ bagi orang-orang yang sudah dilahir-barukan adalah iman (1Yohanes 5:4). Kuatnya iman sebanding dengan dikalahkannya keberatan dari perintah-perintah Allah bagi daging yang memberontak. Alasan mengapa orang-orang percaya merasakan kejengkelan dalam perintah-perintah Allah adalah, mereka tidak sepenuhnya menyadari dengan iman hak-hak rohani mereka].


Amsal 13:15 - “Akal budi yang baik mendatangkan karunia, tetapi jalan pengkhianat-pengkhianat mencelakakan mereka”.

KJV: ‘the way of transgressors is hard’ (= jalan dari pelanggar-pelanggar adalah sukar / berat).

b) Ya, tetapi tetap ada perbedaan menyolok antara ‘ketaatan’ dari orang yang tidak percaya, yang betul-betul merupakan beban, dan ketaatan kita sebagai anak.

Disamping, kita tahu bahwa kalaupun kita gagal untuk taat, itu tidak mempengaruhi keselamatan kita. Ini yang membuat semua jadi relatif ringan, karena ini sangat berbeda dengan orang-orang yang betul-betul mendasarkan keselamatannya pada ketaatannya sendiri!

IV) Kemenangan karena iman.

Iman yang sejati mengalahkan dunia.

1Yohanes 5: 4: “sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita”.

1) Ini menunjukkan alasan mengapa perintah-perintah Allah itu tidak berat.

A. T. Robertson: “‘For.’ HOTI. The reason why God’s commandments are not heavy is the power that comes with the new birth from God” (= ‘sebab’. HOTI. Alasan mengapa perintah-perintah Allah tidak berat adalah kuasa yang datang dari kelahiran baru dari Allah).

2) Dalam 1Yohanes 5: 4 di atas, ada 2 x kata ‘mengalahkan’. Yang pertama ada dalam bentuk present tense, yang kedua ada dalam aorist / past tense.

1Yohanes 5: 4: “sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan (present tense) dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan (aorist / past tense) dunia: iman kita”.

a) Yang pertama ada dalam bentuk present tense.

Ini menunjukkan bahwa pertempuran itu merupakan pertempuran yang terus menerus, dan kita harus mengalahkan sebagai suatu kebiasaan. Jadi, bukan hanya menang 1 x atau kadang-kadang saja!

b) Yang kedua ada dalam bentuk aorist / past tense.

1. Ada yang menafsirkan bahwa ini menunjukkan kepastian kemenangan.

Wycliffe Bible Commentary: “‘Victory that overcometh.’ Here the verb is aorist, indicating the assuredness of the victory. The victory that overcame the world is our faith” (= ‘Kemenangan yang mengalahkan’. Di sini kata kerjanya ada dalam bentuk aorist / lampau, menunjukkan kepastian dari kemenangan. Kemenangan yang mengalahkan dunia adalah iman kita).

2. Ada yang menafsirkan bahwa ini menunjukkan bahwa kita memang sudah menang pada saat kita percaya kepada Kristus, dan dipersatukan dengan Kristus.

Jamieson, Fausset & Brown: “‘This is the victory that overcometh,’ aorist, NIKEESASA - ‘that overcomes (has once for all overcome) the world:’ the victory (where faith is) is already obtained (1 John 2:13; 4:4)” [= ‘Inilah kemenangan yang mengalahkan’, aorist / lampau, NIKEESASA - ‘yang mengalahkan (telah satu kali dan selamanya mengalahkan) dunia’: dimana iman ada, kemenangan telah didapatkan (1Yohanes 2:13; 4:4)].

Vincent: “The aorist tense, ‘overcame.’ ... The aorist is to be held here to its strict sense. The victory over the world was, potentially, won when we believed in Jesus as the Christ, the Son of God. We overcome the world by being brought into union with Christ” (= Tensa aorist / lampau ‘mengalahkan’. ... Bentuk lampau ini harus dipegang dalam arti yang ketat. Kemenangan atas dunia secara potensial sudah dimenangkan pada waktu kita percaya kepada Yesus sebagai Kristus, Anak Allah. Kita mengalahkan dunia dengan dibawa ke dalam persatuan dengan Kristus).

Saya lebih setuju dengan penafsiran yang kedua. Memang, sebagai orang Kristen, kita bukan berjuang menuju kemenangan. Kita berjuang dari kemenangan. Ini yang membuat perjuangan itu terasa ringan.

3) Sekarang perhatikan kata ‘dunia’.

1Yohanes 5: 4: “sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita”.

Adam Clarke: “Suppose we understand by the world the evil principles and practices which are among men, and in the human heart; then the influence of God in the soul may be properly said to overcome this; and by faith in the Son of God a man is able to overcome all that is in the world, namely, the desire of the flesh, the desire of the eye, and the pride of life” (= Kalau kita menganggap bahwa kata ‘dunia’ menunjuk pada prinsip-prinsip dan praktek-praktek jahat yang ada di antara manusia dan dalam hati manusia; maka pengaruh dari Allah dalam jiwa bisa dengan tepat dikatakan mengalahkan hal ini; dan oleh iman kepada Anak Allah seseorang bisa mengalahkan semua yang ada dalam dunia, yaitu keinginan daging, keinginan mata, dan kesombongan hidup ini).

Jamieson, Fausset & Brown: “‘The world.’ - all that is opposed to keeping God’s commandments, or draws us off from God, in this world, including our flesh, on which the world’s blandishments or threats act; also including Satan, the prince of this world” [= ‘Dunia’. - semua yang bertentangan dengan pemeliharaan perintah-perintah Allah, atau menarik kita dari Allah, dalam dunia ini, termasuk daging kita, pada mana bujukan-bujukan dan ancaman-ancaman dunia bertindak; juga termasuk setan, pangeran dunia ini].


Biarpun setan terus menyerang, dan hidup kita terus menerus dipenuhi problem dan hal-hal yang membingungkan, kita tetap menang, karena kita ada dalam Kristus. Kita bukan akan menang, tetapi sudah menang!

Bdk. Yohanes 16:33 - “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.’”.

4) Tak ada yang bisa mengalahkan dunia selain orang yang betul-betul beriman kepada Kristus.

1Yohanes 5: 5: “Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?”.

Kesimpulan / penutup.

Semua ini menunjukkan betapa pentingnya iman kepada Kristus. Dan juga betapa ruginya / malangnya orang yang tidak beriman kepada Kristus. Sudahkah saudara percaya kepada Kristus?

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
1 YOHANES 5:1-5 (KASIH, KETAATAN DAN KEMENANGAN KARENA IMAN)
-AMIN-
Next Post Previous Post