1 KORINTUS 10:23-11:1 (ARTI SEGALA SESUATU)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
1 Korintus 10: 23-24:
a) Yang dimaksud dengan ‘segala sesuatu’ dalam ayat ini bukanlah sungguh-sungguh segala hal, tetapi hal-hal yang tidak diperintahkan maupun dilarang oleh Tuhan.
Kalau sesuatu diperintahkan oleh Tuhan, sekalipun hal itu bisa merugikan, menjengkelkan, atau menjadi batu sandungan bagi orang lain, kita tetap harus melakukannya. Misalnya: kita harus tetap ke gereja kalau diajak piknik pada hari minggu, sekalipun hal ini bisa menjengkelkan orang yang mengajak piknik.
Sebaliknya, kalau hal itu dilarang oleh Tuhan, maka sekalipun hal itu menyenangkan, menolong, atau membangun orang lain, kita tetap tidak boleh melakukannya! Misalnya: kita tidak boleh mencontohi seseorang pada waktu ujian sekalipun hal itu menyenangkan dia.
Jadi, jelaslah bahwa kata-kata ‘segala sesuatu diperbolehkan’ tidak bisa diartikan bahwa kita boleh melakukan semua hal, bahkan yang dilarang oleh Tuhan / Firman Tuhan.
b) Kata-kata ‘segala sesuatu diperbolehkan’ mungkin sekali dikutip oleh Paulus dari kata-kata orang Korintus sendiri, dan karena itulah maka dalam Kitab Suci Indonesia, maupun NIV, kata-kata itu diletakkan dalam tanda petik.
Ini menunjukkan bahwa orang-orang Korintus beranggapan bahwa kalau sesuatu itu tidak diperintahkan maupun dilarang oleh Tuhan, maka hal itu boleh dilakukan.
c) Tetapi Paulus mengajar bahwa kalau kita mau melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan maupun dilarang oleh Tuhan, ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu hal itu harus berguna / membangun!
Apakah sesuatu itu berguna / membangun atau tidak, harus di analisa secara cermat, karena bisa saja sesuatu itu kelihatannya berguna / membangun, tetapi sebetulnya merugikan. Atau sesuatu itu berguna / membangun seseorang, tetapi merugikan banyak orang yang lain.
Dilihat dari kontexnya (bdk. 1 Korintus 10: 24), maka kata ‘berguna / membangun’ dalam ay 23, lebih ditekankan pada orang lain (berguna / membangun orang lain). Kalau kita mau memegang prinsip ini dalam hidup kita, maka akan sukar bagi kita untuk bisa hidup sia-sia!
Penerapan:
Orang yang merokok sering beranggapan bahwa Kitab Suci tidak pernah melarang orang merokok. Tetapi, berdasarkan 1 Korintus 10: 23 ini, maka merokok itu jelas tidak boleh dilakukan, karena merokok itu bukan saja tidak berguna, tetapi bahkan merusak / merugikan kesehatan si perokok maupun orang-orang yang di sekitarnya!
2) 1 Korintus 10: 24:
a) ‘keuntungan orang lain’.
KJV: ‘another’s wealth’ (= kekayaan orang lain). Ini jelas salah terjemah-an!
NIV: ‘the good of others’ (= kebaikan orang lain).
Lit: ‘the thing of others’ (= hal orang lain).
b) Karena kontex ini berhubungan dengan makan daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala, maka arti 1 Korintus 10: 24 ini adalah: pada waktu memutuskan makan atau tidak, jangan hanya mempertimbangkan diri sendiri (misalnya: makanan itu enak atau tidak bagi saya; kalau saya makan maka tuan rumah akan senang pada saya dan sebaliknya kalau saya tidak makan maka ia akan membenci saya dsb), tetapi harus mempertimbangkan orang lain (misalnya: adakah orang yang bakal tersandung kalau saya makan?).
Jadi, ini lagi-lagi merupakan suatu ajaran tentang penyangkalan diri / mati bagi diri sendiri, dan hidup bagi orang lain!
Renungkan: sampai sejauh mana saudara sudah hidup untuk kebaikan orang lain?
1 Korintus 10: 25-26:
1) Paulus membicarakan tentang daging di pasar (1 Korintus 10: 25).
Kalau seseorang memberikan persembahan binatang untuk dewa, maka sebagian dari binatang itu dibakar (diberikan kepada dewa), sebagian lagi untuk orang yang membawa persembahan itu, dan sebagian lagi untuk imamnya. Karena orang yang memberi persembahan ada banyak, maka para imam menerima banyak sekali, sehingga tidak mungkin mereka habiskan dan karena itu lalu mereka jual di pasar daging. Karena itu, pada saat seseorang membeli daging di pasar, ada kemungkinan yang cukup besar bahwa ia akan membeli daging yang sudah dipersembahkan kepada dewa / berhala. Orang-orang Yahudi pada saat itu beranggapan bahwa daging yang seperti itu tidak boleh dimakan.
Tetapi, dalam 1 Korintus 10: 25 ini Paulus mengijinkan untuk membeli dan memakan daging seperti itu, tanpa perlu bertanya-tanya apakah itu bekas persembahan berhala atau tidak. Alasan Paulus adalah: segala sesuatu, termasuk daging itu, adalah milik Tuhan (1 Korintus 10: 26). Sekalipun daging itu sudah dipersembahkan kepada berhala, daging itu tetap adalah milik Tuhan (bdk. 1Timotius 4:3-5).
2) Jadi, daging persembahan kepada berhala itu hanya dilarang untuk dimakan di dalam upacara / pesta keagamaan para penyembah berhala itu, karena hal itu dianggap sebagai penyembahan berhala dan merupakan persekutuan dengan roh-roh jahat (1 Korintus 10: 20-21).
Catatan: Sebagian binatang yang dikembalikan kepada orang yang memberi persembahan itu, lalu dibuat pesta. Orang-orang kafir itu mempunyai kepercayaan bahwa dalam pesta itu dewa yang bersangkutan itu hadir, bahkan ada di dalam daging tersebut, sehingga pada saat daging itu dimakan, dewa itu masuk ke dalam diri orang yang memakannya dan terjadilah persekutuan antara orang itu dengan si dewa.
Tetapi kalau bukan dalam upacara / pesta keagamaan, maka karena berhala / dewa itu tidak ada / nothing (1 Korintus 10: 19-20a), dan segala sesuatu adalah milik Tuhan (1 Korintus 10: 26), maka daging itu boleh kita makan.
Charles Hodge: “the sacrifices lost their religious character when sold in the market” (= korban-korban itu kehilangan sifat agama mereka pada saat dijual di pasar).
Analogi: setelah kebaktian perjamuan kudus selesai, maka roti / anggur, yang tadinya kudus dan bisa memberi manfaat rohani kepada kita, kembali menjadi roti / anggur biasa!
1 Korintus 10: 10:27-11:1:
1) Undangan makan dalam 1 Korintus 10: 27 ini adalah undangan makan biasa. Karena itu kasusnya dianggap sama seperti membeli daging di pasar (1 Korintus 10: 25), dan kita boleh memakannya tanpa memikirkan / menanyakan apakah makanan itu bekas persembahan kepada berhala atau tidak.
2) Tetapi kalau ada seseorang yang memberitahu bahwa makanan itu merupakan bekas persembahan berhala, maka kita tidak boleh memakannya (1 Korintus 10: 28). Kita tidak boleh memakannya, bukan karena ada sesuatu yang salah dengan makanan itu sendiri, tetapi:
· karena dia yang menyatakan hal itu kepadamu (1 Korintus 10: 28b).
· karena keberatan hati nurani dari orang yang memberitahu (1 Korintus 10: 28c,29).
(bandingkan dengan 1Korintus 8:7-13).
Jadi, 1 Korintus 10:28-29 ini merupakan penerapan dari 1 Korintus 10: 23-24, di mana Paulus mengajar untuk menyangkal diri / mati bagi diri sendiri dan hidup bagi orang lain.
3) Dalam KJV, 1 Korintus 10: 28 diakhiri dengan kata-kata ‘for the earth is the Lord’s and the fulness thereof’ (= 1 Korintus 10: 26).
Ada penafsir yang menerima bagian ini, dan menafsirkan: tidak makan pun kita tidak usah kuatir, karena bumi dan segala isinya adalah milik Tuhan, dan Ia pasti bisa memberi kita makan.
Keberatan:
· tambahan ini hanya ada pada manuscript-manuscript tertentu.
· sama seperti dengan pada 1 Korintus 10: 26, bagian ini dikutip dari Mazmur 24:1. Tetapi, dalam ay 26 bagian ini dikutip untuk mengizinkan seseorang makan. Akan sangat aneh kalau dalam ay 28, Mazmur 24:1 itu dikutip justru untuk melarang orang makan!
Kesimpulan: bagian ini merupakan suatu penambahan, dan seharusnya dibuang!
4) 1 Korintus 10: 29b-30:
· kata-kata ‘mungkin ada orang yang berkata’ dalam 1 Korintus 10: 29b, seharusnya tidak ada.
· ‘mengapa orang berkata jahat tentang aku’ (1 Korintus 10: 30).
KJV: ‘why am I evil spoken of’ (= mengapa aku dibicarakan secara jahat).
NASB: ‘why am I slandered’ (= mengapa aku difitnah).
NIV/RSV: ‘why am I denounced’ (= mengapa aku dicela).
Kata Yunaninya adalah BLASPHEMOMAI yang berasal dari kata BLAS-PHEMEO, yang berarti: to blaspheme (= menghujat), to speak against (= berbicara menentang), to slander (= memfitnah), to insult (= menghina).
Kalau dilihat dari arti kata Yunaninya, dan juga dilihat dari kontexnya, maka saya paling setuju dengan terjemahan dari NIV/RSV.
· ay 29b-30 ini adalah keberatan yang mungkin akan timbul dalam diri orang Korintus, pada waktu mereka mendengar ajaran Paulus dalam ay 28-29a.
5) 1 Korintus 10: 31:
a) Ini adalah jawaban I terhadap keberatan dalam 1 Korintus 10: 29b-30.
Jadi, kebebasan kita memang harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain, karena tujuan kita dalam hidup ini adalah memuliakan Allah.
b) ‘makan / minum’ merupakan hal yang rutin dan bersifat jasmani, dan karena itu biasanya kita lakukan secara otomatis, tanpa memikirkan kemuliaan Tuhan. Tetapi Paulus berkata bahwa hal-hal seperti ini pun harus dilakukan untuk kemuliaan Tuhan!
Penerapan:
Kalau saudara makan makanan dan minum minuman yang tidak baik untuk kesehatan saudara, maka saudara pasti tidak makan / minum untuk kemuliaan Tuhan. Sekalipun saudara selalu memilih makanan dan minuman yang berguna untuk kesehatan saudara, tetapi kalau pemikiran saudara berhenti pada kesehatan saja dan saudara tidak memikirkan kemuliaan Tuhan, maka dalam hal inipun saudara belum menaati 1 Korintus 10:31 ini! Tetapi kalau saudara memilih makanan dan minuman yang berguna untuk kesehatan saudara dengan suatu pemikiran bahwa dengan tubuh yang sehat saudara bisa lebih memuliakan Tuhan, maka barulah saudara menaati 1 Korintus 10: 31 ini!
c) ‘sesuatu yang lain’ menunjukkan bahwa seluruh kehidupan kita, tanpa ada yang dikecualikan, haruslah ditujukan untuk kemuliaan Tuhan.
Penerapan:
· di dalam saudara bekerja, janganlah saudara bekerja hanya semata-mata untuk mencukupi kebutuhan hidup saudara. Bekerjalah dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan:
* di dalam pekerjaan itu sendiri.
* melalui uang yang saudara hasilkan dari pekerjaan itu.
· kalau saudara belajar, janganlah sekedar belajar demi nilai, ilmu, gelar dsb. Belajarlah dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan melalui ilmu, nilai dan gelar yang saudara dapatkan itu!
· kalau saudara pergi ke gereja, janganlah saudara sekedar mencari Firman Tuhan sehingga saudara bisa merasakan sukacita / berkat Tuhan. Pergilah ke gereja dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan!
d) Allah dimuliakan kalau:
· lebih banyak orang yang percaya kepada Yesus.
· orang-orang Kristen bertumbuh dalam iman dan kesucian.
· orang-orang Kristen lebih bersukacita, bersyukur dan memuji Tuhan.
6) 1 Korintus 10: 32:
a) ‘Jangan menimbulkan syak’. Ini terjemahan yang salah!
NASB: ‘give no offense’ (= jangan memberikan sandungan).
KJV / RSV » NASB.
NIV: ‘Do not cause anyone to stumble’ (= Jangan menyebabkan siapapun tersandung).
Jadi, arti sebetulnya adalah: janganlah menjadi batu sandungan.
b) Paulus berkata bahwa mereka tidak boleh menyandungi:
· orang Yahudi. Golongan ini benci / jijik pada penyembahan berhala maupun pada makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala / dewa. Kalau orang Kristen makan persembahan berhala, maka mereka tidak mungkin bisa mendekati dan memberitakan Injil kepada orang Yahudi.
· orang Yunani. Golongan ini masih terikat kepada berhala. Kalau orang Kristen makan persembahan berhala, maka tindakan itu bisa menguatkan kepercayaan orang-orang Yunani itu kepada berhala.
· gereja / jemaat. Banyak orang kristen yang lemah imannya dan tidak mengerti Kitab Suci. Mereka ini bisa tersandung kalau melihat orang kristen yang kuat makan persembahan berhala (bdk. 1Korintus 8:7-13).
c) Ini adalah jawaban II terhadap keberatan dalam 1 Korintus 10: 29b-30.
7) 1 Korintus 10: 33: teladan Paulus.
· kata-kata ‘menyenangkan hati semua orang dalam segala hal’ tidak boleh diartikan secara mutlak! Ini tentu tidak berlaku kalau berhubungan dengan hal-hal yang bertentangan dengan Firman Tuhan.
BACA JUGA: MENGENAL ALLAH TRITUNGGAL
· kata-kata ‘bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak’ lagi-lagi menunjukkan bahwa Paulus tidak hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk orang lain.
· tujuan Paulus: supaya mereka beroleh selamat!
Ini menunjukkan jiwa injili yang begitu luar biasa dari Paulus! Hal yang selalu ia pikirkan ialah: bagaimana ia bisa membawa orang yang belum percaya kepada Yesus sehingga mereka bisa diselamatkan.
Penerapan:
Berapa sering saudara memikirkan untuk membawa orang yang belum percaya kepada Yesus?
8) 1Korintus 11:1:
a) Ayat ini sebetulnya termasuk dalam pasal 10!
Dalam 1 Korintus10:33, Paulus menunjukkan apa yang ia lakukan.
Dalam 1 Korintus 11:1, Paulus menyuruh mereka untuk meniru dia.
b) Dari ayat ini jelaslah bahwa kita hanya boleh meniru seseorang, kalau orang itu meniru Kristus! Jadi, jangan meniru orang secara sembarangan.
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-----
Ikuti saya di google news untuk membaca artikel lainnya :
-AMIN-