EKSPOSISI 1 SAMUEL 21:1

Pdt.Budi Asali, M.Div.
EKSPOSISI 1 SAMUEL 21:1
1 Samuel 21:1: “Sampailah Daud ke Nob kepada Ahimelekh, imam itu. Dengan gemetar Ahimelekh pergi menemui Daud dan berkata kepadanya: ‘Mengapa engkau seorang diri dan tidak ada orang bersama-sama dengan engkau?’”.

1) Ada 3 problem dalam bagian ini:

I) Siapa imam besar pada waktu itu dan yang memberikan roti kudus itu kepada Daud, Ahimelekh atau Abyatar?

1 Samuel 21: 1 ini mengatakan Ahimelekh, tetapi Markus 2:25-26, yang jelas menunjuk pada peristiwa dalam 1Samuel 21 ini, mengatakan Abyatar.

Mark 2:25-26 - “(25) JawabNya kepada mereka: ‘Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, (26) bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu - yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam - dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?’”.

Bagian yang saya garis bawahi itu kurang tepat terjemahannya.

NIV: ‘in the days of Abiathar the high priest’ ( = pada jaman Abyatar sang imam besar).

NASB: ‘in the time of Abiathar the high priest’ ( = pada jaman Abyatar sang imam besar).

Apakah bagian-bagian Kitab Suci ini kontradiksi / bertentangan?

Pengharmonisan:

1. Abyatar, sang anak, bertindak sebagai penolong bagi ayahnya, Ahimelekh, sang imam besar.

Wycliffe Bible Commentary: “It is also possible that the son (Abiathar) acted as coadjutor to his father (Ahimelech), as Eli’s sons apparently did (cf. 1 Sam 4:4)” [= Juga mungkin bahwa sang anak (Abyatar) bertindak sebagai penolong bagi ayahnya (Ahimelekh), seperti yang secara jelas dilakukan oleh anak-anak Eli (bdk. 1Sam 4:4)].

2. Abyatar menjadi pengantara antara Daud dan Ahimelekh, sehingga roti bisa diberikan kepada dia. Atau roti yang diberikan itu adalah bagian dari Abyatar sendiri.

Jamieson, Fausset & Brown: “In Mark 2:26, Abiathar is named as the high priest, not Ahimelech his father, as here. In explanation, it has been advanced that Abiathar was Sagan, the high priest’s vicar; for which, however, there is no authority, as Abiathar is not mentioned in this narrative. A more probable supposition is, that the bread given was through the friendly intercession of Abiathar with the high priest, or perhaps was Abiathar’s own portion (Lev. 24:9). Both these conjectures are rendered probable by the close and unbroken friendship which afterward subsisted between David and him” [= Dalam Mark 2:26, Abyatar disebut sebagai imam besar, bukan Ahimelekh, ayahnya, seperti di sini. Sebagai penjelasan, diajukan bahwa Abyatar adalah Sagan, wakil dari imam besar; tetapi untuk mana tidak ada otoritas, karena Abyatar tidak disebutkan dalam cerita ini. Anggapan yang lebih memungkinkan adalah bahwa roti diberikan melalui pengantaraan yang bersahabat dari Abyatar dengan imam besar, atau mungkin roti itu adalah bagian Abyatar sendiri (Imamat 24:9). Kedua dugaan ini dijadikan mungkin oleh persahabatan yang dekat dan tak terputus yang belakangan ada antara Daud dengan dia].

Tetapi pandangan ini tak menjelaskan bagaimana Abyatar bisa disebut sebagai imam besar dalam Mark 2:25-26.

3. Ada kemungkinan memang ada kesalahan penyalinan.

Wycliffe Bible Commentary: “When Mk 2:26 assigns this action to the days of Abiathar, the high priest, the statement rests upon the copyist’s memory, in which Ahimelech is confounded with his son Abiathar” ( = Pada waktu Markus 2:26 menyebutkan tindakan ini kepada jaman Abyatar, sang imam besar, pernyataan itu didasarkan pada ingatan sang penyalin, dalam mana Ahimelekh dikacaukan dengan anaknya, Abyatar).

Saya bisa menerima kalau penyalin manuscripts melakukan kesalahan, tetapi saya menolak setiap pandangan yang mengatakan bahwa penulis Kitab Suci yang asli melakukan kesalahan. Pandangan seperti ini bertentangan dengan:

· doktrin tentang pengilhaman Roh Kudus.

· doktrin tentang ‘inerrancy of the Bible’ ( = ketidak-bersalahan Alkitab).

4. Kata-kata ‘in the days of Abiathar the high priest’ ( = pada jaman Abyatar sang imam besar) sebetulnya tidak ada dalam Mark 2:26.

a. Dalam ayat-ayat paralel dari Markus 2:25-26, yaitu dalam Matius dan Lukas, kata-kata EPI ABIATHAR ARKHIEREOS [= on (in the time of) Abiathar the high priest ( = pada / pada jaman dari Abyatar sang imam besar)] itu tidak ada.

Matius 12:3-4 - “(3) Tetapi jawab Yesus kepada mereka: ‘Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, (4) bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam?”.

Lukas 6:3-4 - “(3) Lalu Yesus menjawab mereka: ‘Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, (4) bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?’”.

b. Bahkan dalam Injil Markus sendiri, dalam beberapa manuscripts, bagian itu tidak ada. Dan manuscripts yang mempunyai bagian ini berbeda satu dengan yang lain (William L. Lane, NICNT, hal 116, footnote).

Jadi, ada kemungkinan bahwa bagian itu sebetulnya tidak ada, tetapi seorang penyalin manuscripts memberikan catatannya sendiri (yang sebetulnya salah), dan penyalin selanjutnya mengira bahwa catatan dari penyalin yang terdahulu itu adalah bagian dari Firman Tuhan, dan lalu menyalinnya ke dalam text (William L. Lane, NICNT, hal 115).

5. Parapenterjemah keliru menafsirkan maksud dari Markus. Markus sebetulnya bukan memaksudkan ‘pada jaman Abyatar sang imam besar’. Markus menuliskan ‘Abyatar’ hanya untuk menunjuk pada bagian dari kitab Samuel dimana peristiwa itu terjadi.

William L. Lane (NICNT): “An attractive proposal is that Mark’s intention has been misunderstood in the translation of the passage. The same grammatical construction occurs in Ch 12:26, where it must be translated ‘have you not read in the book of Moses, in the passage concerning the Bush, how God spoke unto him ...?’ The construction is designed to call attention to the section of a biblical book where the reference is found, in the above instance Ex. 3:1ff. In Ch. 2:26 Mark may have inserted the reference to Abiathar to indicate the section of Samuel scroll in which the incident could be located” ( = Suatu usul yang menarik adalah bahwa maksud dari Markus telah disalah-mengerti dalam penterjemahan text ini. Susunan gramatika yang sama terjadi dalam Mark 12:26, dimana itu harus diterjemahkan ‘tidakkah kamu baca dalam kitab Musa, dalam text mengenai semak duri, bagaimana Allah berbicara kepadanya ...?’ Susunannya direncanakan untuk menarik perhatian pada bagian dari suatu kitab dari Alkitab dimana referensi itu ditemukan, dalam contoh di atas Kel 3:1-dst. Dalam Mark 2:26, Markus mungkin telah memasukkan referensi mengenai Abyatar untuk menunjukkan bagian dari gulungan Samuel dalam mana peristiwa itu bisa ditemukan) - hal 116.

Markus 12:26 - “Dan juga tentang bangkitnya orang-orang mati, tidakkah kamu baca dalam kitab Musa, dalam ceritera tentang semak duri, bagaimana bunyi firman Allah kepadanya: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub?”.

Kata-kata yang saya garis bawahi itu dalam bahasa Yunani adalah EPI TOU BATOU, yang terjemahan hurufiahnya adalah ‘on the bush’ ( = tentang semak duri).

Perhatikan kemiripan dengan Mark 2:26 yang mengatakan EPI ABIATHAR ARKHIEREOS [= on (in the time of) Abiathar the high priest ( = pada / pada jaman dari Abyatar sang imam besar)].

Keberatan terhadap pandangan ini: Dalam kitab Samuel nama ‘Abyatar’ baru muncul dalam 1Sam 22, satu pasal setelah pasal yang sedang kita bahas ini. 

Tetapi keberatan ini tidak terlalu kuat. Penunjukannya hanya bersifat kira-kira.

6. Pulpit Commentary tentang Injil Markus, hal 88, mengatakan bahwa dalam Mark 2:25-26 disebutkan ‘Abyatar’, sekalipun sebetulnya yang sedang menjadi imam besar pada saat itu adalah Ahimelekh (ayah Abyatar), karena pada saat Ahimelekh mati, Abyatar menggantikan dia sebagai imam besar, dan ia menjadi imam besar yang jauh lebih baik dari ayahnya, dan karena itu di sini namanyalah yang disebutkan, seakan-akan ia sudah menjadi imam besar.

Pulpit Commentary menambahkan: “The words may properly mean ‘in the days when Abiathar was living who became high priest, and was more eminent than his father.’” ( = Kata-kata itu secara tepat berarti ‘pada jaman dimana Abyatar hidup, yang menjadi imam besar, dan lebih menonjol dari ayahnya’) - hal 88.

7. Kedua nama yaitu ‘Ahimelekh’ dan ‘Abyatar’ digunakan oleh kedua orang ini.

William Hendriksen: “The two names, Ahimelekh and Abyatar, were borne by both father and son”( = Kedua nama, Ahimelekh dan Abyatar, dipakai oleh baik ayah maupun anak) - hal 106.

Karena itu, dalam 1Samuel 22:20 dikatakan Abyatar adalah anak Ahimelekh, sedangkan dalam 2Sam 8:17 dikatakan sebaliknya.

1Sam 22:20 - “Tetapi seorang anak Ahimelekh bin Ahitub, namanya Abyatar luput; ia melarikan diri menjadi pengikut Daud”.

2Samuel 8:17 - “Zadok bin Ahitub dan Ahimelekh bin Abyatarmenjadi imam; Seraya menjadi panitera negara”.

8. Memang Ahimelekh adalah imam besar pada saat itu, tetapi sebentar lagi ia dibunuh Saul, dan Abyatar menjadi imam besar.

Pada waktu Markus menuliskan ‘in the days of Abiathar the high priest’ ( = pada jaman Abyatar sang imam besar), itu tidak salah, karena saat itu memang adalah jaman dari Abyatar. Bahwa ia disebut sebagai ‘imam besar’ padahal sebetulnya pada saat itu ia belum menjabat imam besar, itu juga bukan hal yang aneh dalam Kitab Suci, karena menceritakan suatu peristiwa pada masa lalu, dengan menggunakan istilah yang berlaku pada jaman si penulis menuliskan peristiwa itu, merupakan sesuatu yang sering terjadi dalam Kitab Suci, misalnya:

a. Dalam Mat 10:4 Yudas Iskariot disebutkan sebagai ‘yang mengkhianati Dia’.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘mengkhianati’ adalah PARADOUS, yang merupakan sebuah ‘aoristparticiple’ ( = participle bentuk lampau). Mengapa digunakan bentuk lampau padahal pada saat itu ia belummengkhianati Yesus? Memang pada saat itu ia belum mengkhianati Yesus, tetapi pada waktu Matius menuliskan bagian ini, ia sudah mengkhianati Yesus, dan karena itu dituliskan demikian.

b. Nama ‘Betel’ sudah digunakan dalam Kej 12:8 dan Kej 13:3, padahal penamaan Betel baru terjadi dalam Kej 28:19 - “Ia menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus”. Kalau memang tempat itu baru dinamai Betel dalam Kejadian 28:19 mengapa dalam Kejadian 12:8 dan Kejadian 13:3 sudah disebut Betel? Karena pada waktu penulis kitab Kejadian (Musa) menuliskan cerita tentang Abraham dalam Kej 12 dan Kej 13 ini, tempat itu sudah dinamakan Betel.

c. Nama ‘Eben-Haezer’ baru diberikan dalam 1Samuel 7:12, tetapi dalam 1Samuel 4:1 dan 1Sam 5:1 nama itu sudah digunakan.

d. 1Petrus 3:18-20 - “(18) Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, (19) dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, (20) yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu”.

Text ini sebetulnya membicarakan Yesus sebagai Allah, yang memberitakan Injil melalui Nuh, kepada orang-orang yang masih hidup sebelum air bah datang. Orang-orang itu disebut ‘roh-roh yang di dalam penjara’ karena pada waktu Petrus menuliskan bagian ini, mereka sudah mati dan berada di neraka.

II) Apakah Abyatar adalah anak dari Ahimelekh atau sebaliknya?

1Samuel 22:20 menunjukkan bahwa Abyatar adalah anak dari Ahimelekh.

1Sam 22:20 - “Tetapi seorang anak Ahimelekh bin Ahitub, namanya Abyatar luput; ia melarikan diri menjadi pengikut Daud”.

Tetapi dalam bagian-bagian lain dikatakan bahwa Ahimelekh adalah anak dari Abyatar, yaitu dalam:

· 2Samuel 8:17 - “Zadok bin Ahitub dan Ahimelekh bin Abyatar menjadi imam; Seraya menjadi panitera negara”.

· 1Taw 18:16 - “Zadok bin Ahitub dan Ahimelekh bin Abyatar menjadi imam; Sausa menjadi panitera”.

· 1Taw 24:6 - “Dan Semaya bin Netaneel, panitera itu, seorang Lewi, menulis nama mereka di depan raja, di depan pembesar-pembesar, imam Zadok, Ahimelekh bin Abyatar dan di depan kepala-kepala puak para imam dan orang Lewi; setiap kali satu puak diambil dari Eleazar, dan demikian pula satu puak dari Itamar”.

Catatan: untuk 1Taw 18:16, KJV menyebutkan bukan Ahimelekh tetapi Abimelekh, dan NIV memberikan footnote yang mengatakan bahwa beberapa manuscripts Ibrani menyebutkan Ahimelekh, tetapi mayoritas manuscripts Ibrani menyebutkan Abimelekh. Tetapi untuk 2Sam 8:17 semua manuscripts menyebutkan Ahimelekh!

Jadi, yang mana yang benar? ‘Ahimelekh adalah anak dari Abyatar’ (2Sam 8:17) atau ‘Abyatar adalah anak dari Ahimelekh’ (1Sam 22:20)? Apakah bagian-bagian ini kontradiksi / bertentangan satu sama lain?

Pengharmonisan:

1. J. A. Alexander (hal 54) mengatakan bahwa ada 2 kemungkinan:

a. Memang ada kesalahan dalam penyalinan manuscripts.

b. Nama Ahimelekh (Abimelekh) dan Abyatar merupakan nama-nama warisan dalam keturunan imam dan kadang-kadang kedua nama digunakan oleh orang yang sama. 

2. Ahimelekh mempunyai anak bernama Abyatar (1Sam 22:20), dan Abyatar mempunyai anak yang dinamakan Ahimelekh (2Samuel 8:17 1Taw 18:16 1Taw 24:6).

William Hendriksen: “is it not possible that Ahimelech had a son by the name of Abiathar, who in turn had a son named Ahimelech” (= bukankah mungkin bahwa Ahimelekh mempunyai seorang anak dengan nama Abyatar, yang selanjutnya mempunyai seorang anak yang dinamakan Ahimelekh) - hal 107.

Persamaan nama seperti ini bukan saja tidak merupakan sesuatu yang aneh, tetapi sebaliknya merupakan sesuatu yang lazim, bagi mereka.

Bdk. Lukas 1:59-61 - “(59) Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, (60) tetapi ibunya berkata: ‘Jangan, ia harus dinamai Yohanes.’ (61) Kata mereka kepadanya: ‘Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.’”.

III) Apakah Daud ‘seorang diri’ atau bersama para pengikutnya?

Dalam 1 Samuel 21: 1b Ahimelekh bertanya kepada Daud: ‘Mengapa engkau seorang diri dan tidak ada orang bersama-sama dengan engkau?’. 

Tetapi dalam Matius, Markus, dan Lukas, dikatakan bahwa pada saat itu Daud bersama dengan para pengikutnya.

Matius 12:3-4 - “(3) Tetapi jawab Yesus kepada mereka: ‘Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, (4) bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam?”.

Markus 2:26 - “bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu - yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam - dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya”.

Lukas 6:3-4 - “(3) Lalu Yesus menjawab mereka: ‘Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, (4) bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?’”.

Lagi-lagi, apakah bagian-bagian ini kontradiksi / bertentangan satu sam lain?

Pengharmonisan:

1. Kata-kata ‘seorang diri’ dan ‘tidak ada orang bersama-sama engkau’ hanya diartikan secara relatif, karena biasanya ia disertai jauh lebih banyak orang yang berkedudukan tinggi, sedangkan pada saat itu ia hanya disertai sedikit orang yang hanya merupakan hamba-hamba / orang-orang rendahan saja.

Matthew Henry: “He had some with him (as appears Mk. 2:26), but they were only his own servants; he had none of the courtiers, no persons of quality with him, as he used to have at other times, when he came to enquire of the Lord. He says (Ps. 42:4) he was wont to go with a multitude to the house of God; and, having now but two or three with him, Ahimelech might well ask, Why art thou alone?” [= Adabeberapa orang yang bersama dia (seperti terlihat dari Mark 2:26), tetapi mereka hanya hamba-hambanya sendiri; ia tidak mempunyai anggota-anggota istana, orang-orang yang berkwalitas / berkedudukan tinggi bersamanya, seperti yang biasanya ia punyai pada saat-saat lain, pada waktu ia datang untuk bertanya kepada Tuhan. Ia berkata (Maz 42:5) ia biasa pergi dengan orang banyak ke rumah Allah; dan sekarang mempunyai hanya dua atau tiga orang dengan dia, Ahimelekh bisa saja bertanya: Mengapa engkau seorang diri?].

Mazmur 42:5 - “Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan”.

KJV: ‘When I remember these things, I pour out my soul in me: for I had gone with the multitude, I went with them to the house of God, with the voice of joy and praise, with a multitude that kept holyday’ ( = Pada waktu aku mengingat hal-hal ini, aku mencurahkan jiwaku di dalam aku: karena aku telah pergi dengan orang banyak, aku pergi dengan mereka ke rumah Allah, dengan suara sukacita dan pujian, dengan orang banyak yang merayakan hari raya).

Illustrasi: kalau saya selalu pergi ke rumah saudara bersama istri dan anak saya, lalu suatu hari saya datang ke rumah saudara bersama pembantu saya, maka saudara bisa saja bertanya: ‘Lho, kok sendirian?’.

2. Daud memang membawa orang-orang, tetapi pada waktu menghadap Ahimelekh ia meninggalkan orang-orang itu di suatu tempat dan ia menghadap sendirian (Pulpit Commentary, hal 395).

Bdk. 1 Samuel 21: 2: “Jawab Daud kepada imam Ahimelekh: ‘Raja menugaskan sesuatu kepadaku, katanya kepadaku: Siapapun juga tidak boleh mengetahui sesuatu dari hal yang kusuruh kepadamu dan yang kutugaskan kepadamu ini. Sebab itu orang-orangku telah kusuruh pergi ke suatu tempat”.
Next Post Previous Post