1 KORINTUS 9:1-18 (HAK HAMBA TUHAN)
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Pendahuluan:
Kalau kita melihat sepintas lalu maka 1Korintus 9 kelihatannya sama sekali tidak ada hubungannya dengan 1Korintus 8. Tetapi kalau kita mempelajarinya dengan teliti, maka kita akan melihat hubungan antara 1Korintus 8 dengan 1Korintus 9.
bisnis, gadget, otomotif |
Dalam 1Korintus 8, Paulus menghadapi orang-orang Korintus yang menganggap bahwa sebagai orang Kristen mereka mempunyai kebebasan / hak untuk memakan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala. Dan mereka betul-betul melakukan hal itu, tanpa memperdulikan bahwa tindakan mereka itu menyebabkan orang-orang Kristen yang lemah imannya tersandung dan jatuh ke dalam dosa. Lalu Paulus mengatakan bahwa sekalipun suatu tindakan itu sebetulnya bukan dosa, dan karena itu orang Kristen mempunyai hak untuk melakukannya, tetapi kalau tindakan itu bisa menyebabkan orang lain tersandung dan jatuh ke dalam dosa, maka tindakan itu tidak boleh dilakukan!
Dalam 1Korintus 9 ini, Paulus menunjukkan bahwa dalam kehidupannya sendiri, ia pun rela membuang hak-haknya demi kepentingan orang lain. Jadi, 1Korintus 9 ini merupakan praktik (dalam hidup Paulus) dari apa yang Paulus ajarkan dalam 1Kor 8!
1 Korintus 9: 1-2:
1) 1 Korintus 9:1a: ‘Bukankah aku rasul? Bukankah aku orang bebas?’.
Dalam KJV urut-urutannya sama seperti dalam Kitab Suci Indonesia, tetapi dalam NIV/NASB/RSV urut-urutannya terbalik, yaitu: “Am I not free? Am I not an apostle?” (= Bukankah aku bebas? Bukankah aku adalah seorang rasul?). Perbedaan ini mungkin terjadi karena ada perbedaan manuscript.
Sekalipun perbedaan ini tidak terlalu berarti, tetapi terjemahan dari NIV/NASB/RSV lebih cocok dengan kontex, karena kata-kata ‘bukankah aku rasul?’ langsung disambung dengan pembuktian bahwa ia memang adalah rasul.
2) 1 Korintus 9: 1a: ‘Bukankah aku orang bebas?’.
Bagian ini mungkin sekali berhubungan dengan 1 Korintus 9:19-23, di mana Paulus menyatakan bahwa sekalipun ia adalah orang bebas, tetapi ia rela membuang haknya sebagai orang bebas, dan ia rela menjadi hamba semua orang, supaya ia bisa memenangkan jiwa mereka.
3) Karena ada orang-orang Korintus yang meragukan kerasulan Paulus, maka sebelum Paulus berbicara tentang hak-hak seorang rasul / hamba Tuhan (1 Korintus 9: 4-6), maka ia lebih dulu memberikan bukti-bukti bahwa ia betul-betul adalah seorang rasul (1 Korintus 9: 1-2). Bukti-bukti itu adalah:
a) Ia telah melihat Yesus (1 Korintus 9:1).
· Kalau kita melihat Kis 1:22 2:32 3:15 4:33, maka bisa kita simpulkan bahwa syarat seorang rasul adalah: ia harus pernah melihat Yesus, khususnya setelah Yesus bangkit dari antara orang mati.
Karena itulah maka Paulus mengatakan bahwa ia pun pernah melihat Yesus (bdk. Kisah Para Rasul 9:3-6), dan karena itu, ia pun memenuhi syarat seorang rasul.
· Dalam 1 Korintus 9: 1, Paulus berkata: ‘Bukankah aku telah melihat Yesus, Tuhan kita?’. Ini adalah sesuatu yang cukup aneh, karena dalam surat-surat Paulus, Paulus jarang sekali menyebut ‘Yesus’ tanpa embel-embel ‘Kristus’. Ia selalu menyebut ‘Yesus Kristus’ atau ‘Kristus Yesus’. Karena itu, ada orang yang menafsirkan bahwa di sini ia hanya menyebut ‘Yesus’ karena ia menekankan kemanusiaan Yesus. Jadi, ia menekankan bahwa ia bukan sekedar mendapat penglihatan tentang Yesus, tetapi ia betul-betul melihat Yesus sebagai manusia.
b) Orang Korintus adalah buah pekerjaan Paulus (1 Korintus 9:1b), dan kehidupan mereka dalam Tuhan adalah meterai kerasulan Paulus (1 Korintus 9:2b).
Bagaimana mungkin pertobatan orang Korintus ini bisa membuktikan kerasulan Paulus? Ini disebabkan karena dalam pelayanannya di Korintus (dan juga di tempat-tempat lain), Paulus mengaku diri sebagai seorang rasul. Tetapi kenyataannya pelayanannya membuahkan hasil, dan itu membuktikan bahwa Tuhan menyertai / memberkati Paulus dalam pelayanannya, dan ini membuktikan bahwa Tuhan menyetujui pengakuan Paulus bahwa ia adalah seorang rasul.
Dalam 1 Korintus 9:2 Paulus sekaligus ‘menyerang’ orang-orang Korintus. Mereka seharusnya menjadi orang-orang yang terakhir yang meragukan kerasulan Paulus. Orang lain boleh tidak percaya, tetapi mereka harus percaya. Mengapa? Karena mereka bertobat gara-gara pelayanan Paulus!
1 Korintus 9: 3:
1) ‘Inilah pembelaanku ...’ (1 Korintus 9:3).
Ditinjau dari sudut bahasa Yunaninya, kata ‘ini’ bisa menunjuk baik pada ay 1-2, maupun pada ay 4 dst.
NASB: “My defense to those who examine me is this:” (= Pembelaanku terhadap mereka yang memeriksaku adalah ini:).
KJV: “Mine answer to them that do examine me is this,” (= Jawabanku kepada mereka yang memeriksaku adalah ini,).
Terjemahan NASB/KJV jelas menunjukkan bahwa kata ‘this’ menunjuk pada ay 4 dst.
NIV: “This is my defense to those who sit in judgment on me” (= Ini adalah pembelaanku kepada mereka yang duduk menghakimi aku).
RSV: “This is my defence to those who would examine me” (= Ini adalah pembelaanku kepada mereka yang mau memeriksaku).
Kalau dilihat terjemahan NIV/RSV ini, maka kata ‘this’ bisa menunjuk baik pada ay 1-2, maupun pada ay 4 dst.
Saya berpendapat bahwa kata ‘ini / this’ dalam 1 Korintus 9: 3 ini menunjuk pada 1 Korintus 9:1-2, karena dalam ay 1-2 itulah Paulus membuktikan kerasulannya, yang jelas merupakan pembelaannya terhadap ‘serangan’ orang-orang Korintus yang mengatakan bahwa ia bukan rasul.
2) ‘mengkritik’ (ay 3). Ini salah terjemahan!
NIV: ‘sit in judgment’ (= duduk menghakimi).
NASB/KJV/RSV: ‘examine’ (= memeriksa).
Kata bahasa Yunaninya adalah ANAKRINOUSIN yang berasal dari kata dasar ANAKRINO yang berarti to examine / investigate (= memeriksa / menyelidiki). Kata ini merupakan suatu istilah pengadilan dan digunakan untuk menggambarkan seorang hakim yang memeriksa seorang terdakwa dalam pengadilan.
Jadi, dari arti kata itu dalam bahasa Yunaninya, kita bisa tahu apa yang dilakukan oleh orang-orang Korintus itu terhadap Paulus. Mereka bukan sekedar ‘mengkritik’! Tetapi mereka ‘menaruh Paulus di bawah mikroskop’ dan menghakimi Paulus, dan menyatakan bahwa Paulus bukanlah seorang rasul. Padahal, mereka bertobat karena pelayanan Paulus!
Penerapan:
Jangan sembarangan menghakimi seorang hamba Tuhan (bdk. 1Timotius 5:19). Memang kita harus menilai apakah seorang yang mengaku sebagai hamba Tuhan itu betul-betul adalah hamba Tuhan atau nabi palsu (1Yohanes 4:1-3). Tetapi kalau ada seorang hamba Tuhan yang betul-betul memberitakan Injil dan mengajarkan Firman Tuhan, dan saudara sudah merasakan banyak berkat dari pelayanannya, bahkan saudara bertobat karena pelayanannya, dan lalu saudara menilai dia sebagai nabi palsu hanya karena ada gossip / fitnah tentang dia, maka itu betul-betul keterlaluan.
3) Kata ‘pembelaan’ (ay 3), dalam bahasa Yunaninya adalah APOLOGIA. Dari kata inilah muncul kata Apologetics, yaitu suatu pertahanan / pembelaan terhadap ajaran-ajaran dalam kekristenan.
Dari ay 3 ini, lagi-lagi terlihat bahwa Paulus membela diri! Mengapa? Karena tuduhan bahwa Paulus itu bukan rasul, bukan sekedar merugikan diri Paulus sendiri, tetapi juga merugikan seluruh pelayanan Paulus, dan bisa merusak banyak gereja-gereja yang dilayani / didirikan oleh Paulus.
Memang seorang hamba Tuhan tidak perlu membela diri demi dirinya sendiri. Tetapi kalau ia melihat bahwa serangan yang dilancarkan kepada dirinya itu ternyata bisa merugikan seluruh gereja / kekristenan, maka ia bukan saja boleh, tetapi bahkan harus membela diri!
1 Korintus 9: 4-15a:
1) Hak-hak Paulus / hamba Tuhan (1 Korintus 9:4-6):
a) 1 Korintus 9: 4: hak untuk makan dan minum.
Yang dimaksud di sini adalah: Paulus / hamba Tuhan berhak makan dan minum atas biaya gereja. Atau dengan kata lain, gereja harus mencukupi kebutuhan makan / minum seorang hamba Tuhan. Tentu saja ini tidak boleh diartikan bahwa hamba Tuhan itu berhak untuk makan secara mewah / berfoya-foya dalam hal makan!
b) 1 Korintus 9: 5: hak untuk membawa istri dalam perjalanan.
Lagi-lagi yang dimaksud di sini adalah: Paulus / hamba Tuhan berhak membawa istrinya dalam perjalanan / pelayanan atas biaya gereja.
· ‘saudara-saudara Tuhan’. Ada 2 penafsiran tentang bagian ini:
* Yohanes dan Yakobus, yaitu 2 dari 12 murid Yesus yang merupakan saudara sepupu Tuhan Yesus.
* Yakobus dan Yudas, yaitu saudara tiri Tuhan Yesus, anak-anak dari Maria dan Yusuf (Matius 13:55). Jelas bahwa pandangan kedua inilah yang benar, dan ini membuktikan bahwa Maria bukan perawan yang abadi karena ia mempunyai anak-anak lain setelah Yesus!
· ‘Kefas’. Yang dimaksud dengan Kefas adalah Petrus (Yohanes 1:42). Ini menunjukkan bahwa Petrus mempunyai istri (bdk. Matius 8:14 yang mengatakan bahwa Petrus mempunyai ibu mertua). Karena itu adalah sesuatu yang aneh dan tidak alkitabiah bahwa gereja Roma Katolik percaya / mengajarkan bahwa Petrus adalah Paus I, tetapi gereja itu melarang hamba Tuhan / Paus untuk menikah.
· ‘istri Kristen’. KJV memberikan terjemahan hurufiah: ‘a sister, a wife’ yang artinya adalah: seorang istri yang adalah saudara perempuan / orang percaya. Ini lagi-lagi menekankan bahwa orang Kristen harus menikah dengan orang yang seiman! (bdk. 2Korintus 6:14).
Penerapan:
Dalam pelayanan ke luar kota, Camp / Retreat gereja harus mengizinkan hamba Tuhan untuk membawa istri atas biaya gereja!
c) 1 Korintus 9: 6: hak untuk bebas dari pekerjaan tangan / kerja untuk mencari nafkah. Gereja harus mencukupi biaya hidup hamba Tuhan sehingga ia tidak perlu bekerja di luar untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
2) Paulus berkata bahwa hamba Tuhan tidak perlu bekerja dan harus diberi biaya hidup oleh gereja. Untuk ini ia memberi banyak argumentasi:
a) 1 Korintus 9: 7: ia memberikan 3 buah contoh / illustrasi yang menunjukkan bahwa hal itu adalah sesuatu yang logis / umum:
· tentang tentara (1 Korintus 9:7a).
· tentang penanam kebun anggur (1 Korintus 9:7b).
· tentang gembala domba (1 Korintus 9:7c).
Semua orang-orang ini hidup dari pekerjaan yang mereka lakukan. Jadi, jelaslah bahwa hal itu adalah sesuatu yang logis / umum. Dan karena itu hamba Tuhan juga harus demikian!
b) 1 Korintus 9: 8-10:
· 1 Korintus 9: 8:
Tadi dalam 1 Korintus 9: 7 ia memberikan argumentasi menurut logika manusia. Sekarang ia mengatakan bahwa ia tidak mau hanya memakai logika manusia saja! Dan ia lalu memberi dasar Firman Tuhan!
Penerapan:
Ini sangat penting baik bagi pendeta, penginjil, guru sekolah minggu, orang kristen pada waktu berdebat / menyatakan pendapat, dsb. Kita tidak boleh mengajar / menyatakan pendapat yang hanya didasarkan pada logika manusia, kesaksian / pengalaman, cerita / dongeng dsb. Kita harus bisa memberikan dasar Kitab Sucinya!
Juga, jangan saudara mau menerima pandangan / ajaran yang sekalipun logis / masuk akal, tetapi tidak mempunyai dasar Kitab Suci!
· 1 Korintus 9: 9: ini merupakan kutipan dari Ul 25:4.
Ada 2 penafsiran, yaitu:
* Ulangan 25:4 itu terletak dalam kontex yang berbicara tentang manusia. Dan karena itu Ul 25:4 itu pasti berbicara tentang manusia. Jadi, Ul 25:4 itu menggunakan bahasa figurative / kiasan. Yang dimaksud bukan sungguh-sungguh lembu tetapi ‘hamba Tuhan’.
* Ul 25:4 itu memang berbicara tentang lembu. Tetapi kalau Allah memperhatikan lembu, apalagi manusia / hamba Tuhan. Jadi, Ul 25:4 juga berlaku untuk hamba Tuhan.
Yang manapun yang benar, jelas bahwa Paulus tidak mengallegorikan Ulangan 25:4.
· 1 Korintus 9: 10: pembajak / pengirik adalah hamba Tuhan.
Dikatakan dalam ayat tersebut bahwa mereka harus berharap! Jadi, tidak salah bagi seorang hamba Tuhan kalau ia berharap supaya hidupnya dicukupi. Itu bukan mata duitan / sifat duniawi / tidak mau menyangkal diri dsb.
c) 1 Korintus 9: 11-12a:
· 1 Korintus 9: 11: bdk. Roma 15:25-27 Galatia 6:6.
Letak argumentasi Paulus adalah: Hal rohani jauh lebih berharga dari pada hal duniawi. Jadi, kalau seorang hamba Tuhan memberikan sesuatu yang bersifat rohani kepada saudara, maka adalah sesuatu yang wajar kalau ia mendapatkan sesuatu yang bersifat jasmani / duniawi dari saudara.
Di samping itu, Guru, dokter, pengacara, insinyur, montir, koki, pelayan, toko, dsb memberikan kepada saudara sesuatu yang jasmani / duniawi dan saudara rela orang-orang tersebut menuai uang saudara. Adalah sesuatu yang aneh, kalau hamba Tuhan memberi kepada saudara sesuatu yang rohani, lalu saudara tidak rela kalau hamba Tuhan itu menuai sesuatu yang duniawi dari saudara!
· 1 Korintus 9:12a: Yang dimaksud dengan ‘orang lain’ di sini adalah guru / pengajar Firman Tuhan yang lain. Paulus lebih berhak, karena ia yang mempertobatkan orang Korintus / mendirikan gereja Korintus.
d) 1 Korintus 9: 13: Dalam Yudaisme / Bait Allah / Perjanjian Lama juga begitu.
Bdk. Bilangan 18:8-13 Ulangan 18:1-8.
e) 1 Korintus 9: 14: Yang dimaksud dengan ‘Tuhan’ di sini adalah Tuhan Yesus. Memang Tuhan Yesus sendiri mengajarkan demikian dalam Lukas 10:7 & Matius 10:10b.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari 1 Korintus 9:14:
1. Ay 14 ini tidak mengatakan bahwa seorang hamba Tuhan ‘harus kaya dari pemberitaan Injil’, tetapi bahwa seorang hamba Tuhan ‘harus hidup dari pemberitaan Injil itu’.
Jadi, kewajiban gereja adalah mencukupi kehidupan seorang hamba Tuhan, dan bukan menjadikannya kaya. Sekalipun gerejanya berkembang menjadi besar dan kaya, itu tidak berarti bahwa gereja harus memberi hamba Tuhan itu ‘HR’ yang makin lama makin besar sehingga menjadikannya kaya (bdk. Matius 6:21).
2. Kata-kata ‘harus hidup’ dalam ay 14 itu menunjukkan bahwa gereja harus memberikan biaya hidup kepada hamba Tuhan. Jadi istilah yang benar sebetulnya adalah biaya hidup, bukan bayaran / upah / gaji / HR dsb.
Perbedaan antara biaya hidup dengan HR / gaji / bayaran / upah:
· HR / gaji / bayaran / upah adalah uang yang diberikan sebagai imbalan atas pekerjaan seseorang. Karena itu, ini diberikan pada akhir bulan (setelah orang itu melakukan pekerjaannya).
Tetapi biaya hidup adalah uang yang diberikan kepada seseorang supaya orang itu bisa hidup. Karena itu, biaya hidup harus diberikan pada awal bulan!
· HR / gaji / bayaran / upah lebih bersifat tetap, dalam arti: tidak naik turun sesuai dengan kebutuhan. Karena itu, kalau seseorang mempunyai seorang pegawai, ia tidak wajib menaikkan gaji pegawainya pada saat pegawai itu menikah, punya anak dsb.
Tetapi biaya hidup, sesuai dengan namanya, harus naik turun sesuai dengan kebutuhan orang itu.
Misalnya: kalau hamba Tuhan menikah, punya anak, atau sakit sehingga masuk rumah sakit dsb, maka jelas biaya hidup harus dinaikkan. Sebaliknya, kalau anaknya sudah besar dan sudah bekerja sendiri, maka jelas biaya hidup harus diturunkan.
Karena itu, majelis tidak boleh bersikap acuh tak acuh terhadap kebutuhan-kebutuhan hamba Tuhan, apalagi menganggap bahwa hal itu bukanlah urusannya. Sebaliknya, majelis harus memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dari hamba Tuhan! Hal-hal yang harus diperhitungkan pada waktu memberi biaya hidup seorang hamba Tuhan:
* istri (bdk. 1 Korintus 9: 5).
* anak & pendidikan anak.
* rumah / tempat tinggal.
* transportasi (mobil / sepeda motor).
* kesehatan hamba Tuhan + istri & anak-anaknya.
* kebutuhan pokok sekeluarga (makanan & pakaian).
* buku-buku rohani / theologia untuk pelayanan!
3. Gereja tidak wajib, bahkan tidak boleh mencukupi kehidupan seadanya orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan! Mengapa? Karena hal ini akan menyebabkan banyak orang lalu menjadi hamba Tuhan, hanya supaya hidup mereka dicukupi (sebagai profesi)! Dengan kata lain, hal ini akan menarik banyak hamba Tuhan yang palsu! Gereja hanya wajib mencukupi kebutuhan hidup seorang hamba Tuhan yang sejati dan yang sungguh-sungguh bekerja bagi Tuhan.
1 Korintus 9: 14 menunjukkan bahwa orang-orang yang harus dicukupi hidupnya adalah ‘mereka yang memberitakan Injil’! Bandingkan juga dengan 1Timotius 5:17-18.
Karena itu, gereja / majelis harus berusaha membedakan antara hamba Tuhan yang sejati dan nabi palsu. Hal ini bisa dilakukan dengan meneliti kehidupan, kepercayaan, ajaran dan pelayanan dari orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan itu.
Tetapi, juga perlu diingat bahwa ada hamba Tuhan yang sungguh-sungguh, tetapi yang karunianya tidak terlalu besar. Gereja tidak boleh secara sembarangan menganggap bahwa orang itu bukanlah hamba Tuhan!
4. Ay 14 ini adalah suatu perintah, dan karena itu, hal ini adalah sesuatu yang harus dilakukan! Tetapi, bagaimana kalau gerejanya adalah gereja yang kecil dan miskin?
· dari sudut hamba Tuhannya: ia harus punya kerelaan untuk berkorban, misalnya dengan hidup sangat irit, dan bahkan kalau terpaksa, bekerja mencari nafkah seperti yang dilakukan oleh Paulus
· dari sudut gereja:
* Harus diingat bahwa kalau gereja tidak mencukupi hamba Tuhan, maka gereja / jemaat sendirilah yang akan rugi. Hamba Tuhan yang harus mengurusi kebutuhan hidupnya sendiri, apalagi yang harus bekerja mencari nafkah sendiri, pasti akan sukar berkonsentrasi pada pelayanan / pemberitaan Firman Tuhan! (bdk. Nehemia 13:10-13).
* Karena itu adalah perintah Tuhan, maka gereja / majelis tidak boleh takut di dalam menaatinya. Mungkin sekali, justru karena gereja / majelis takut dalam menaati perintah ini, maka Tuhan justru tak memberkati gereja tersebut dalam hal keuangan. Sebaliknya, kalau gereja / majelis dengan iman mentaati perintah ini, Tuhan pasti akan memberkati / mencukupi gereja itu dalam hal keuangan.
Analogi: dalam hal persembahan persepuluhan, orang juga sering takut untuk menaati Tuhan. Tetapi, orang yang lalu tidak mau memberi persembahan persepuluhan karena takut, bisa-bisa hidupnya malah tidak cukup, karena Tuhan tidak memberkati dia. Sebaliknya, orang yang dengan iman mau memberikan persembahan persepuluhan, malah menjadi cukup karena diberkati Tuhan.
3) Paulus tidak menggunakan haknya (1 Korintus 9:6,12b,15a), dan untuk mencukupi kebutuhannya, ia bekerja sendiri (bdk. 1Korintus 4:12 Kis 18:3). Bukan hanya di Korintus saja ia melakukan hal itu, tetapi juga di Efesus (Kisah Para Rasul 20:33-34), dan di Tesalonika (1Tesalonika 2:9 2Tesalonika 3:7-9). Di Korintus ini, ia tidak mau menggunakan haknya karena ia tidak mau pemberitaan Injil yang ia lakukan terhalang (1 Korintus 9:12b). Mungkin sekali, akibat gossip yang dilancarkan oleh orang-orang tertentu, banyak orang Korintus menganggap Paulus memberitakan Injil demi uang.
Hal ini jelas bisa menjadi penghalang dalam pemberitaan Injilnya. Dengan Paulus membuang haknya untuk menerima biaya hidup, gossip itu terbukti tidak benar, dan penghalang dalam pemberitaan Injil tersebut bisa dibuang. Jadi, dengan ini ia menunjukkan bahwa ia sendiri mempraktikkan apa yang ia ajarkan dalam 1Kor 8, yaitu harus mau menyangkal hak demi orang lain.
Catatan:
· Paulus menolak menerima biaya hidup hanya dalam keadaan khusus. Tidak selalu Paulus bersikap demikian! Ay 15a: kata ‘pernah’ sebetulnya tidak ada! Dalam 2Korintus 11:7-9 dan Filipi 4:15-18, terlihat dengan jelas bahwa dari jemaat-jemaat tertentu, Paulus mau menerima biaya hidup!
· Gereja / jemaat / majelis tidak boleh memakai bagian ini untuk menuntut hamba Tuhan supaya bersikap seperti Paulus!
1 Korintus 9: 15-18:
Dalam 1 Korintus 9:15 Paulus mengatakan bahwa ia menulis semua ini (ajaran bahwa hamba Tuhan harus diberi biaya hidup), bukan supaya ia diberi biaya hidup. Jadi, Paulus ingin tetap melayani jemaat Korintus tanpa diberi biaya hidup! Mengapa?
1) Pemberitaan Injil adalah suatu keharusan, dan karena itu kalau ia memberitakan Injil, itu bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan.
a) Pemberitaan Injil adalah suatu keharusan (bdk. Matius 28:19).
1 Korintus 9:16b: karena itu ia merasa celaka kalau ia tidak melakukan.
1 Korintus 9: 17 tidak berarti bahwa Paulus memberitakan Injil dengan terpaksa (bdk. Roma 1:5 11:13 15:15-16 Galatia 1:15-16 Efesus 3:8 yang menunjukkan bahwa Paulus menganggap pelayanan sebagai kasih karunia).
Jadi, kita tidak boleh mengartikan bahwa kata-kata ‘melakukan menurut kehendakku’ berarti ‘melakukan dengan sukarela’, dan kata-kata ‘melakukan bukan menurut kehendakku’ berarti ‘melakukan dengan terpaksa’.
Arti yang benar: kata-kata ‘melakukan menurut kehendakku’ berarti ‘ia melakukan hal itu sekalipun Tuhan tidak memerintahkannya’. Dan kata-kata ‘melakukan bukan menurut kehendakku’ berarti ‘ia melakukan hal itu karena Tuhan memerintahkannya’
Dalam hal Pemberitaan Injil, jelas ada perintah dari Tuhan. Dan karena itu, Paulus berkata bahwa ia melakukannya bukan menurut kehendaknya
b) Karena Pemberitaan Injil adalah suatu keharusan, maka kalau ia memberitakan Injil, hal itu bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan.
Lihat 1 Korintus 9:16a!
Juga 1 Korintus 9:17! Maksudnya: andai kata Pemberitaan Injil itu tidak diperintahkan oleh Tuhan, maka kalau ia memberitakan Injil, ia berhak dapat upah. Artinya: hal itu bisa ia banggakan. Tetapi, Pemberitaan Injil jelas adalah keharusan, dan karena itu kalau ia memberitakan Injil, ia tak mendapat upah / tidak mendapat sesuatu yang bisa dibanggakan (bdk. Lukas 17:10).
Karena itulah maka Paulus ingin melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar memberitakan Injil, sesuatu yang bisa dibanggakan!
2) Memberitakan Injil tanpa dibayar bukanlah suatu keharusan, dan karena itu hal itu adalah sesuatu yang bisa dibanggakan!
a) Pemberitaan Injil tanpa dibayar, jelas bukan keharusan. Tuhan tak pernah memerintahkan hamba Tuhan untuk menolak pemberian biaya hidup. Sebaliknya, Tuhan bahkan memerintahkan gereja untuk mencukupi kebutuhan hidup dari hamba Tuhan.
b) Karena Pemberitaan Injil tanpa dibayar bukanlah suatu keharusan, maka kalau ia melakukan hal itu, hal itu bisa ia banggakan.
1 Korintus 9: 17: kalau ia melakukan menurut kehendaknya sendiri (arti: melakukan sekalipun tidak diperintah oleh Tuhan), maka ia memperoleh upah (arti: mendapat sesuatu yang bisa dibanggakan).
BACA JUGA: PENGERTIAN HAMBA DALAM MARKUS 10:44
1 Korintus 9:18: dalam terjemahan Indonesia ada 3 x kata ‘upah’. Kata ‘upah’ yang pertama dan kedua, harus diartikan sama seperti pada ay 17, yaitu ‘sesuatu yang bisa dibanggakan’. Kata ‘upah’ yang ketiga, artinya adalah ‘biaya hidup’.
Bandingkan dengan ay 18 versi NIV: “What then is my reward? Just this: that in preaching the gospel I may offer it free of charge, and so not to make use of my rights in preaching it” (= Apa kemudian upahku? Hanya ini: bahwa di dalam memberitakan Injil aku boleh menawarkannya gratis, dengan demikian tidak menggunakan hak-hakku di dalam memberitakannya).
Jadi, arti 1 Korintus 9: 18 adalah: Paulus merasa bangga kalau ia bisa memberitakan Injil tanpa menerima biaya hidup!
3) Paulus tidak mau hal yang bisa ia banggakan itu lalu dihapuskan. Ia bahkan lebih suka mati dari pada kalau hal itu terjadi (ay 15b).
1 Korintus 9:15b: terjemahan Indonesia berupa kalimat yang terputus!
Dalam KJV / RSV / NIV / NASB tidak ada kalimat terputus seperti itu.
NIV: “I would rather die than have anyone deprive me of this boast” (= Aku lebih suka mati daripada ada seseorang menghapuskanku dari kebanggaan ini).
BACA JUGA: BELAJAR DARI HIDUP YUSUF
Tetapi ada penafsir yang beranggapan bahwa bahasa Yunaninya memang berupa kalimat yang terputus.
Yang mana pun yang benar, tidak terlalu jadi soal. Yang jelas, Paulus tidak mau kemegahannya hilang, dan karena itu ia mau tetap melayani orang Korintus tanpa menerima biaya hidup!
Catatan: Paulus tak mau kehilangan hal yang bisa ia banggakan itu, tentu bukan demi kebanggaan pribadi! Tetapi karena ia tahu bahwa hal itu bisa menjadi senjata bagi dia untuk menangkis gossip-gossip yang dilancarkan musuh-musuhnya!
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-