MARKUS 1:35-39 (3 HAL MENGENAI BERDOA)
Calvin Bangun, M.Th.
gadget, otomotif, bisnis |
Bagian sebelum Markus 1: 35 menceritakan tentang Tuhan Yesus menyembuhkan mertua Petrus dan sebelum itu Markus menceritakan bahwa Tuhan Yesus mengusir roh jahat di sinagoge. Kedua peristiwa ini terjadi pada hari sabat. Pada Markus 1:32, dikatakan menjelang malam sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang sakit dan yang kerasukan setan.
Peristiwa di sinagoge dan di rumah Petrus membawa banyak orang datang kepada Tuhan Yesus Kristus. Namun mereka berani datang setelah matahari terbenam, karena tidak diizinkan melakukan sesuatu dan menyembuhkan pada hari sabat, sehingga seluruh kota Kapernaum menunggu sampai matahari terbenam, dan kemudian berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Mereka berkerumun karena mereka yang sakit ingin disembuhkan, dan yang keluarganya kerasukan ingin dilepaskan, dan hal ini dilakukan setelah matahari terbenam.
Hal yang menarik yaitu di Markus 1: 35 yaitu pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Yesus bangun dan pergi ke luar untuk berdoa. Hari ini saya akan membahas tentang berdoa. Doa itu mudah dilakukan tetapi lupa dilakukan. Banyak orang Kristen bisa berdoa tetapi sering sekali lupa untuk berdoa. Dalam pasal yang kita baca hari ini, Yesus adalah seorang yang sibuk tetapi orang yang berdoa. Kita seringkali menjadikan alasan kesibukan untuk tidak berdoa.
Kita mungkin berpikir bahwa orang-orang di desa lebih sering berdoa daripada orang-orang di kota, karena di kota sangat sibuk. Kita menjadikan kesibukan kita sebagai substitusi bagi doa kita, termasuk kesibukan pelayanan. Kesibukan tidak dapat menggantikan doa. Pada bagian ini, kesibukan tidak dapat kita jadikan sebagai alasan untuk tidak berdoa, karena Tuhan Yesus yang sangat sibuk tetapi Dia bangun pagi untuk berdoa.
Menarik sekali Tuhan Yesus bangun untuk berdoa, sedangkan kita dibangunkan untuk berdoa. Perbedaannya adalah doa merupakan bagian dari hidup Tuhan Yesus, sedangkan kita berdoa itu bukan merupakan bagian hidup kita. Kita tidak mungkin lebih sibuk daripada Tuhan Yesus Kristus, Yesus pada zamannya begitu sibuk karena seluruh penduduk Kapernaum berkerumun di depan pintu. Yesus Kristus sangat sibuk dan melakukan semuanya itu untuk orang lain.
Sebaliknya kita sangat sibuk melakukan semuanya untuk diri kita sendiri. Yesus menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat semuanya dilakukan untuk orang yang dilayani. Namun pada pagi-pagi Yesus berdoa, Dia tidak memisahkan diri dari kesibukan, tidak memisahkan diri dari dunia, tetapi Dia tetap berdoa. To busy is to pray.
Dalam sejarah gereja abad pertengahan, membagi 2 jenis kehidupan. Pertama via activa (bekerja seperti orang pada umumnya, sehari-hari, seperti menjadi pengusaha, dan lain-lain) dan yang kedua via contemplativa (menarik diri dari semua yang sibuk itu dan mengkhususkan diri hanya untuk Tuhan). Via contemplativa lebih tinggi dari via activa. Maka orang yang menjadi hamba Tuhan itu lebih tinggi daripada pedagang. Karena menjadi pedagang berarti menyibukkan diri dengan dunia ini, sedangkan menjadi hamba Tuhan berarti mengkhususkan diri hanya untuk Tuhan. Saya menyadari bagi banyak orang Kristen semakin saleh itu berarti semakin kontemplatif, sedangkan menjadi duniawi itu berarti semakin aktif.
Orang-orang Kristen sering merasa bersalah karena mereka mencintai Tuhan tetapi mereka butuh bekerja karena masih hidup di dunia, sehingga mereka berpikir bekerja dulu sekarang, nanti baru serahkan hidup buat Tuhan. Tetapi dikotomi seperti ini salah. Yesus sendiri tidak pernah memisahkan via activa-Nya dengan via contemplativa-Nya. Kita tidak perlu berkhayal suatu saat dalam kehidupan kita, kita bisa 100% contemplativa.
Pembagian hidup seperti di atas itu ditolak oleh reformator, karena Yesus pun tidak memisahkan dua hal tersebut, kita sebagai murid Yesus pun tidak dipanggil untuk memisahkan hal tersebut. Orang Kristen harus memiliki keduanya. Markus 1:29-34 itu menggambarkan bahwa Yesus aktif, sedangkan Markus 1:35-39 mengatakan bahwa Yesus kontemplatif. Bagaimana menempatkan posisi keduanya? Orang yang menarik diri dari dunia, karena ingin berdekat dengan Allah memiliki spiritualitas yang salah.
Alkitab tidak memanggil kita untuk menarik diri dari dunia ini sampai 100% kontemplatif, tetapi Alkitab pun tidak memanggil kita untuk melibatkan kehidupan kita seluruhnya ke dalam dunia ini sampai kita tidak memiliki sisi kontemplatif. Yesus menggambarkan kehidupan yang seimbang. Menjadi spiritual itu bukan ekstrim, tetapi menjadi seimbang. Chip Ingram mengatakan spiritualitas yang baik itu menyumbangkan minimal 4 hal, yaitu hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan sesama, hubungan dengan dunia, dan hubungan dengan orang berdosa. Tetapi sering kali kita menjadikan spiritualitas itu hanya berurusan dengan Tuhan.
Tiga (3) hal mengenai berdoa:
Pertama, berdoa adalah kebutuhan. Yesus berdoa karena dia melihat bahwa doa adalah kebutuhan. Orang Kristen sering kali berdoa bukan sebagai kebutuhan, tetapi sebagai cara untuk mendapatkan kebutuhannya. Berdoa yang semacam ini sebenarnya bukanlah doa. Manusia adalah image of God, manusia memiliki kerinduan untuk berbicara dengan Allah. Yesus pun yang sebenarnya tidak butuh berdoa kepada Allah tetap berdoa, karena itu kita tidak memiliki alasan untuk tidak berdoa. Tidak ada orang yang profesional dalam berdoa, kita semuanya ini amatir.
Kedua, berdoa adalah keintiman. Orang sering salah persepsi tentang berdoa, yaitu dari kata-kata dan sikapnya. Tetapi yang menjadikan doa itu sebuah doa adalah keintimannya. Tujuan kita berdoa adalah memiliki keintiman dengan Allah. Yesus pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Bukan hanya tempat saja, tetapi juga waktu tertentu, yaitu Yesus berdoa pagi-pagi benar. Yesus butuh tempat yang sunyi, karena doa adalah keintiman, berarti membutuhkan privasi.
Doa itu adalah urusan kehidupan privat, bukan kehidupan publik. Tidak ada masalah dengan doa di depan umum, tetapi doa yang sebenarnya adalah apa yang kita ucapkan di dalam ruang privat kita. Orang yang tidak pernah berdoa di ruang privat sebenarnya tidak benar-benar berdoa di depan umum. Orang yang memiliki keintiman dengan Tuhan itu doanya apa adanya, jujur, dan tidak puitis. Kejujuran menandakan keintiman. Keintiman tidak menghilangkan transendensi.
Ketiga, doa menjaga fokus kita. Markus 1:37, murid-murid mencari Yesus dan menemukan dia, lalu berkata “semua orang mencari Engkau.” Setelah Yesus melakukan mukjizat hari kemarin, hasilnya pagi itu semua orang mencari Yesus. Tetapi menariknya Yesus berkata “Marilah kita pergi ke tempat lain untuk memberitakan Injil. Karena untuk itu Aku telah datang.” Tujuan Yesus datang bukan untuk mengumpulkan massa namun datang untuk mengabarkan Injil. Yesus tidak didistract untuk mencapai tujuan-Nya. Massa atau penerimaan orang dapat mendistract tujuan kita, mengalihkan tujuan kita kepada tujuan yang lain.
Begitu banyak orang yang terdistract dari tujuannya karena penerimaan orang-orang di sekitar kita. Semua orang Kristen bergumul dengan distraction, Allah menciptakan kita dengan tujuan. Setelah kita mengetahui tujuan hidup kita, sering kali teralihkan dari tujuan hidup kita oleh banyak faktor, dan hal yang dapat menjaga kita dalam tujuan kita adalah doa. Seseorang yang terasah dengan doa yang rutin, maka akan begitu tajam dan fokus.
Hidup yang tidak fokus itu akan memboroskan hidup. Memboroskan hidup itu adalah jikalau kita menghitung usia kita dan hasil yang dicapai itu tidak memadai namun bukan hasil materi yang dimaksudkan di sini. Jikalau Tuhan memberikan seseorang usia hingga 30 tahun, namun dia dapat menghasilkan sesuatu yang memuliakan lebih banyak dari kita yang hidup 70 tahun, dan jikalau Tuhan memberikan usia hingga 60 tahun maka akan menghasilkan hasil yang memuliakan Tuhan dua kali lipat.
Namun Tuhan memberikan hidupnya hanya hingga 30 tahun saja. Robert Murray Mccheyne dari Inggris meninggal di usia 30 tahun namun sebelum meninggal dia mewariskan kebangunan rohani untuk Inggris. Jonathan Edward meninggal di usia muda, namun dia mewariskan kebangunan rohani untuk Amerika. Pemborosan hidup menjadi tidak efektif karena tidak fokus. Tuhan Yesus hidupnya singkat dari semua pendiri agama dan pelayanannya paling singkat. Semua pendiri agama meninggal diusia sekitar 60 hingga 70 tahun dan melayani 10 tahun lebih.
Tuhan Yesus hidup 33,5 tahun dan melayani hanya 3,5 tahun, namun kekristenan paling besar mempengaruhi dunia sepanjang sejarah. Jemaat Tuhan, sudahkah kita menemukan tujuan Tuhan menciptakan kita di dunia, jikalau kita belum menemukannya maka mintalah Tuhan menyatakannya kepada kita, dan jikalau sudah kita temukan maka perhatikanlah berapa banyak kita terdistract dari tujuan tersebut.
Distraction banyak terjadi dalam kehidupan kita, dari keluarga, istri, suami, anak, teman-teman, pekerjaan, dan kita dapat menghindari distraction ini yaitu dengan doa. Mari kita bentuk kehidupan doa kita, Tuhan Yesus memiliki kehidupan doa. Sewaktu Yesus menghilang dari rumah, para murid mengetahui dan hafal Dia berada di tempat Dia biasa berdoa, hal ini karena Tuhan Yesus memiliki kebiasaan berdoa dan 3,5 tahun kebiasaan itu tidak pudar dalam hidupnya.
Sebagai manusia yang melakukan kehendak Allah di dunia ini, Tuhan Yesus memiliki kebiasaan berdoa, maka tidak mengherankan ketika para murid mengikuti Yesus, permintaan pertama para murid kepada Yesus adalah Guru ajarlah kami berdoa. Jikalau saya yang menjadi murid, maka saya akan meminta: Guru ajarlah saya mengusir setan, ajarlah saya memberikan 5.000 orang makan, atau ajarlah saya berjalan di atas air, dan ajarlah saya menyembuhkan orang sakit. Namun yang mengherankan adalah para murid tidak meminta hal yang spektakuler tetapi meminta Tuhan Yesus untuk mengajar mereka berdoa.
Hal ini mereka minta karena mereka melihat kehidupan Gurunya sangat kental dengan doa, hal inilah yang menjadi cikal bakal dari Doa Bapa kami. Hal yang menarik dari Tuhan Yesus adalah kehidupan berdoa-Nya. Yesus menunjukkan dirinya seorang yang berdoa. Injil Lukas banyak sekali mencatat moment dalam kehidupan Tuhan Yesus di mana Dia berdoa. Pada saat Dia dibaptis, dalam Injil Matius dan Markus hanya dikatakan langit terbuka dan turunlah Roh Kudus seperti burung merpati dan terdengarlah suara “Inilah anak-Ku yang Ku kasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan dan dengarkanlah Dia”.
Namun jika kita memperhatikan dalam Injil Lukas ketika Yesus dibaptis, ada suatu informasi yang tidak muncul dalam Injil yang lain, yaitu pada saat Yesus dibaptis, sebelum langit terbuka, dikatakan bahwa Yesus pun berdoa. Yesus berdoa dan kemudian langit pun terbuka. Dalam Injil Lukas, Tuhan Yesus mengakhiri pelayanan-Nya dengan doa, Yesus berkata: “Bapa ke dalam tangan-Mu, Ku serahkan nyawa-Ku”, di atas kayu salib pun Tuhan Yesus ingat berdoa. Apakah kita memiliki kehidupan berdoa seperti ini?, berdoa bukan untuk mendapatkan kebutuhan namun melihat doa sebagai kebutuhan-Nya.
Catatan bagi kita semua yaitu: lebih mudah melayani daripada berdoa, meskipun melayani menghabiskan waktu dan tenaga kita. Kita tidak benar-benar melayani jika kita tidak benar-benar berdoa. David Livingstone meninggal dengan posisi berdoa dan sebuah surat kabar mengatakan bahwa dia meninggal seperti keadaan dia hidup.
Dia mengalami demam karena malaria, namun pada kondisi yang menggigil karena demam, dia keluar pagi-pagi dari tendanya dan pergi ke sebuah pohon karena merupakan jam berdoanya. Dia tidak kembali ke tendanya dan meninggal dekat pohon tersebut dalam posisi berlutut dalam berdoa. Biarlah kita memiliki kehidupan berdoa seperti Tuhan Yesus. MARKUS 1:35-39 (3 HAL MENGENAI BERDOA). Amin.