SEBUAH RENUNGAN TENTANG KEHIDUPAN (MAZMUR 90:10-12)
Pdt.Samuel T. Gunawan,M.Th.
otomotif, bisnis |
Mazmur 90 ini adalah kontemplasi Musa, nabi dan pelayan Tuhan yang luar biasa. Secara ringkas kehidupan Musa dapat dijelaskan dalam tiga periode, yaitu : Periode pertama 40 tahun Musa berada di Mesir sebagai seorang pangeran, politikus dan pemimpin militer yang kuat. Periode kedua 40 tahun di padang belantara sebagai pelarian dan penggembala yang hidup dalam persembunyiannya. Periode ketiga selama 40 tahun sebagai nabi dan pelayan Tuhan yang memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan dalam pengembaraan menuju Tanah Perjanjian. Di akhir hidupnya, Musa menulis renungan Mazmur 90 ini sebagai kilas balik perjalanan hidupnya.
PANDANGAN MANUSIA TENTANG KEHIDUPAN
Pertanyaan tentang kehidupan manusia adalah pertanyaan yang klasik dan universal sifatnya. Misteri ini tercermin dari pertanyaan-pertanyaan seperti: dari mana asalku? mengapa aku ada dan hidup? ke mana aku pergi? Inilah pertanyaan yang telah berabad-abad ditanyakan manusia dan mereka berusaha mencari jawaban.
Bagaimanakah orang-orang memandang kehidupan ini? Ada berbagai jawaban, di antaranya : “Hidup bagaikan sebuah sirkus; bagai sebuah daerah ranjau; bagai sebuah teka-teki; bagai sebuah simfoni; bagai sebuah perjalanan; dan seperti sebuah mimpi”. Yang lainnya mengatakan, “hidup ini bagaikan sebuah roda yang berputar, kadang di atas dan kadang di bawah, dan kadang hanya berputar-putar”.
Tanpa kita sadari gambaran atau metafora kita tentang hidup akan mempengaruhi kehidupan kita; menentukan harapan-harapan kita, nilai-nilai, hubungan-hubungan, sasaran-sasaran dan prioritas-prioritas kita. Contohnya : Jika kita menganggap kehidupan adalah sebuah pesta, maka nilai utama kita dalam kehidupan ini adalah bersenang-senang. Jika kita melihat hidup ini sebagai sebuah balapan maka kita akan menghargai kecepatan dan sering berada dalam ketergesa-gesaan.
Jika kita memandang hidup sebagai sebuah pertandingan lari marathon, maka kita akan menghargai ketekunan. Jika kita memandang kehidupan sebagai pertempuran atau permainan, maka menang akan menjadi sangat penting bagi kita.
REALITA-REALITA HIDUP MANUSIA.
Selama kita hidup, ada realita-realita yang tidak boleh kita abaikan. Memperhatikan realita-realita ini dengan seksama akan memaksa kita untuk memikirkan kembali prioritas-prioritas dan nilai-nilai hidup yang kita jalani selama ini, agar berikutnya kita menjalani hidup dengan lebih bijaksana.
Pertama, Tuhan telah menetapkan batas usia manusia hidup di bumi ini yaitu 120 tahun (Kejadian 6:3). Bila kita melakukan riset singkat ke kuburan, dan mencatat usia mereka yang meninggal, pastilah kita akan menemukan berbagai jenis usia, mulai dari bayi, anak kecil, remaja, pemuda, dewasa, dan beberapa orang tua yang usianya mungkin mencapai 100 tahun.
Sesungguhnya kita tidak bisa mengukur atau menebak berapa usia seseorang. Statistik dunia memberitahukan kita bahwa setiap dua setengah detik, ada seorang manusia yang meninggal dunia. Inilah fakta pertama dan terpenting tentang kehidupan: Setiap orang yang hidup di bumi ini telah ditetapkan oleh Tuhan batas usia biologis atau masa hidupnya (Bandingkan: Mazmur 139:12-14).
Kedua, setiap hari, semua orang yang hidup bertambah usianya. Berdasarkan kronologis (urutan waktu), usia biologis manusia menurut pengalaman Pemazmur pada umumnya adalah 70 tahun dan jika ia kuat dapat mencapai 80 tahun. Itu pun kebanggannya adalah penderitaan dan kesukaran. Pemazmur mengatakan “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap” (Mazmur 90:10). Inilah fakta kedua: seiring bertambahnya usia berarti hidup biologis kita berkurang bila dilihat dalam kronologis waktu.
Ketiga, menurut ilmu pengetahuan alam, yang kita kenal sebagai hukum Termodinamika II, bahwa segala sesuatu yang ada di dunia bersifat merosot atau berkurang. Contoh, batu baterai tanpa digunakan pun tenaga yang tersimpan di dalamnya akan semakin merosot. Gedung yang megah bila tidak dirawat akan menjadi lapuk dengan sendirinya. Taman bunga yang indah tanpa dirawat akan rusak dan dipenuhi semak belukar. Demikian juga dengan hidup jasmaniah manusia akan merosot, sebagaimana yang Paulus katakan dalam 2 Korintus 4:16.
Berdasarkan, hukum Termodinamika II, bahwa setiap orang seiring bertambahnya usia akan mengalami kemerosotan biologis (jasmniah). Sebagian orang berusaha menyangkali penuaan ini dan berusaha mempertahankan kemudaannya yang perlahan-lahan mulai hilang. Kosmetik dan krim kecantikan walau pun penting dan bermanfaat, tidak mampu menyembunyikan keriput dan noda ketuaan. Inilah fakta ketiga: siapa pun tidak mampu menahan proses penuaan!
Keempat, ciri-ciri penuaan adalah kemerosotan. Berdasarkan gerontologi atau ilmu tentang lanjut usia, ada tiga bentuk kemorosotan yang akan dialami manusia.
(1) Secara biologis, menjadi tua berarti merosotnya kondisi fisik dan keadaan kesehatan. Saat kita makin tua kemampuan reflek akan berkurang; lensa mata menjadi kurang elastis, penglihatan kurang tajam dan tidak dapat melihat jauh (istilah medis “presbiopa”); dan pada berbagai tingkat daya pendengaran mulai berkurang (istilah medis “presbikusis”).
(2) Secara psikologis, menjadi tua berarti merosotnya kemampuan berpikir dan mengingat (istilah medis “dimensia”).
(3) Secara kronologis, menjadi tua berarti merosotnya usia hidup. Seiring bertambahnya usia, berarti semakin berkurang kesempatan hidup, dengan kata lain, semakin dekat dengan kematian jasmaniah. Inilah fakta keempat: setiap orang pasti akan mati! ketika kematian datang menjemput, tak seorangpun sanggup menolaknya!
Secara saintifik dan teknologi modern, tidak ada obat penyembuh bagi kematian. Yang ada hanyalah usaha untuk menunda kematian fisikal khususnya dari sakit penyakit. Sedangkan kematian rohani (spiritual) hanya dapat disembuhkan dengan satu-satunya cara, yaitu beriman kepada Tuhan Yesus Kristus (Yohanes 3:16; 5:24; 11:25), sebab : kematian Yesus adalah kehendak Allah demi kasihNya kepada manusia berdosa (Matius 26:39; Ibrani 2:9); dan kematian Kristus telah membayar hukuman yang harus kita bayar (Efesus 5:2; 1 Petrus 2:24).
Karena itu bagi kita yang percaya kepada Kristus, saat kematian datang menjemput, kita yang mati dalam Kristus akan bersama-sama dengan Dia untuk selama-lamanya. (1 Tesalonika 4:16-18).
MENJALANI KEHIDUPAN DENGAN BIJAKSANA
Mengetahui fakta-fakta tentang kehidupan seperti yang telah disebutkan di atas tidaklah secara otomatis mengubah hidup kita. Bagaimana kita menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan kita merupakan hal yang jauh lebih penting dibandingkan pengetahuan itu sendiri.
Pengetahuan tersebut seharusnya mendorong kita untuk berubah. Pemazmur, setelah mengetahui betapa singkatnya hidup ini, memohon kepada Tuhan, “ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mazmur 90:12). Karena itu secara praktis, beberapa hal berikut dapat kita lakukan untuk menerapkan firman Tuhan dalam kehidupan kita.
Pertama, tetaplah bertumbuh dan semakin giat dalam hal-hal rohani (2 Korintus 2:16; 1 Korintus 15:58). Semakin lama seseorang menjadi orang Kristen, kehidupan rohaninya pun harus bertambah kuat. Setiap hari manusia batiniah harus diperbaharui antara lain melalui persekutuan yang berkelanjutan dengan Kristus dan firman Tuhan (Yohanes 15:1-8); melalui doa dan perenungan firman (Yohanes 17:17); oleh iman dikuatkan oleh kuasa Roh Kudus (Efesus 3:16). Hanya dengan cara demikian kehidupan batiniah akan bertumbuh; meskipun manusia jasmaniah terus-menerus merosot.
Kedua, utamakan hal-hal yang menjadi prioritas kita mengingat waktu yang kita miliki terbatas (Efesus 5:15-17). Orang-orang yang ada di sekitar kita, anak, isteri, suami, orang tua, teman-teman, akan mati dan kita pun akan mati. Kasihi dan hargailah mereka selagi masih ada kesempatan. Jangan menunda apa yang bisa dilakukan sekarang. Percaya kepada Yesus, tinggalkan hidup jahat dan berdosa yang jauh dari Tuhan. Datanglah ke gereja untuk beribadah dan melayani Tuhan. Nyatakan kasih sayang pada keluarga dan orang-orang terdekat di sekitar kita. Lakukanlah sekarang, sebab kita tidak tahu apakah masih ada kesempatan hari esok untuk kita.
Ketiga, jalani hidup dengan penuh tanggung jawab. Setiap orang bertanggung jawab sepenuhnya atas dirinya sendiri dan tindakan-tindakannya. Tanggung jawab adalah tanda dari kedewasaan pribadi. Orang yang berani mengambil tanggung jawab adalah orang yang bersedia mengambil risiko, memperbaiki keadaan, dan melakukan kewajiban dengan kemampuan yang terbaik.
Perhatikanlah bahwa saya menyebut tanggung jawab itu sebagai suatu kewajiban. Artinya hal itu memang merupakan hal yang seharusnya kita lakukan, bukan sekedar hal yang ingin kita lakukan. Pada dasarnya jika kita tidak memiliki sikap yang bijaksana, maka kita akan melakukan apa saja hanya untuk memenuhi keinginannya yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Ingatlah, hidup ini adalah anugerah dan kepercayaan dari Tuhan. Hidup kita di bumi ini bersifat sementara jika dibandingkan dengan kekekalan di kehidupan yang akan datang. Karena waktu dan kesempatan yang kita punya dalam hidup ini sangat terbatas, maka gunakanlah itu sebaik-baiknya secara maksimal dan jalanilah dengan penuh tanggung jawab. SEBUAH RENUNGAN TENTANG KEHIDUPAN (MAZMUR 90:10-12). Amin!
https://teologiareformed.blogspot.com/