TELADAN FILEMON, ONESIMUS dan PAULUS (FILEMON 1:1-25)
Pdt.Esra Alfred Soru.
TELADAN FILEMON, ONESIMUS dan PAULUS (FILEMON 1:1-25). Kita akan belajar tentang keteladanan yang diambil dari 1 kitab yang sangat pendek (hanya 1 pasal dengan 25 ayat) yakni Surat Filemon 1:1-25. Walaupun pendek tetapi surat ini mengandung pesan praktis yang sangat baik dan penting yang mengatur kehidupan sesama orang Kristen. Kita akan mempelajari beberapa hal :
bisnis, asuransi, otomotif |
I. LATAR BELAKANG SURAT FILEMON.
Surat Filemon ini ditulis oleh rasul Paulus saat ia berada dalam penjara.
Filemon 1: 1 - Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami.
Filemon 1: 9 - tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu. Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus,
Surat ini ditujukan kepada seorang yang bernama Filemon yang kelihatannya tinggal di Kolose. Kita dapat mengetahui ini karena dalam surat Kolose ada nama Arkhipus yang disebut, seperti juga dalam surat kepada Filemon.
Filemon 1: 1-2 – (1) Dari Paulus, ...kepada Filemon yang kekasih, ... (2) dan kepada Apfia saudara perempuan kita dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita ...
Kolose 4:17 - “Dan sampaikanlah kepada Arkhipus: Perhatikanlah, supaya pelayanan yang kauterima dalam Tuhan kaujalankan sepenuhnya”.
Jikalau surat Paulus kepada jemaat Kolose menyebutkan nama Arkhipus, berarti Arkhipus ini tinggal di Kolose. Tapi karena Arkhipus juga disebut sebagai penerima surat Paulus bersama dengan Filemon, maka harus dipastikan bahwa Filemon juga tinggal di Kolose.
Filemon ini menjadi Kristen karena pelayanan Paulus.
Filemon 1: 19 - aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri: Aku akan membayarnya -- agar jangan kukatakan: "Tanggungkanlah semuanya itu kepadamu!" -- karena engkau berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri.
Ia lalu menjadi pendukung Paulus dalam pelayannya.
Filemon 1 - Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami.
Bahkan dir rumah Filemon ini ada jemaat (seperti rumah Priskila dan Akwila).
Filemon 1: 1-2 – (1) Dari Paulus, ...kepada Filemon yang kekasih, ...(2) dan kepadajemaat di rumahmu:
Filemon ini rupanya adalah seorang tuan yang kaya yang mempunyai banyak budak. Pada masa itu suatu sistem sosial yang ada di dalam masyarakat adalah sistem perbudakan.
M. I. Finley - Perbudakan tidak lain adalah suatu sistem yang dilembagakan dalam skala besar yang melibatkan tenaga kerja budak baik di pedesaan dan di kota-kota.(Ancient Slavery and Modern Ideology, New York: Viking, 1980, hal. 67).
Dan saya sudah pernah jelaskan bahwa menjadi seorang budak (Yun. Doulus) pada masa itu berarti kehilangan semua hak atas dirinya. Ia menjadi milik mutlak dari tuannya, apa saja yang ingin tuannya perbuat kepadanya, ia tidak boleh melawan. Bahkan ada yang dikebiri.
William Barclay – Budak bukanlah seorang pribadi, ia hanyalah sebuah alat yang hidup. Seorang majikan berkuasa mutlak atas budak-budaknya. Ia dapat memotong telinganya atau menghukum mereka untuk bekerja berat, misalnya mempekerjakan di ladang dengan dirantai atau kerja paksa di pabrik. Atau ia dapat menghukum mereka, memukulnya dengan tongkat, cambuk atau gada. Ia bisa memberi tanda di dahi mereka bahwa mereka pencuri atau pelarian atau pada akhirnya jika terbukti tidak dapat dibela lagi, ia dapat menyalibkan mereka. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari– Surat 1 dan 2 Timotius, Titus, Filemon, hal. 412-413).
William Barclay – Plinius menceritakan bagaimana Vedius Polio memperlakukan seorang budak. Budak itu sedang membawa nampan dengan gelas-gelas kristal ke halaman, gelas-gelas itu jatuh dan salah satunya pecah, maka saat itu juga Pollio menyuruh melemparkan budak tersebut ke dalam kolam ikan yang ada di tengah halaman lalu ikan-ikan buas langsung mencabik-cabiknya. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Surat 1 dan 2 Timotius, Titus, Filemon, hal. 413).
William Barclay – Juvenal melukiskan gambaran seorang majikan wanita yang akan memukul budaknya dengan tiba-tiba tanpa sebab dan tentang majikan yang ”gemar mendengar suara cambukan kejam, yang menganggap suara ini lebih indah daripada suara lengkingan manapun” yang tak pernah puas ”sampai ia memanggil seorang penyiksa lalu menandai seorang dengan besi panas hanya karena mencuri sepasang handuk”, ”yang bersukaria dalam gemerincing rantai”. Budak selalu bergantung pada kemurahan hati sang majikan yang dapat berubah sewaktu-waktu.(Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Surat 1 dan 2 Timotius, Titus, Filemon, hal. 413).
Ini berarti bahwa sebagai seorang tuan, Filemon ini mempunyai hak untuk berbuat apa saja terhadap budak-budaknya saat itu tanpa dapat disalahkan oleh hukum maupun masyarakat pada saat itu. Saya tidak mengatakan bahwa Filemon melakukan tindakan-tindakan seperti para tuan pada umumnya mengingat ia sudah Kristen, tetapi itulah gambaran umum pada masa itu.
Salah seorang budak dari Filemon ini namanya adalah Onesimus. Onisimus ini dalam satu kesempatan telah mencuri uang atau barang dari Filemon. Tidak ada aturan khusus bagaimana menangani/menghukum seorang budak yang mencuri. Itu tergantung keinginan tuannya. Tapi pada umumnya seorang budak yang mencuri dihukum dengan dibunuh.
VOA News - Ada banyak orang mengeksekusi budak-budak yang dicurigai melakukan kejahatan serius seperti mencuri dengan menghukum gantung atau membakarnya hidup-hidup.
William Barclay – Jika seorang budak melarikan diri , paling beruntung bila ia hanya akan dicap di dahinya dengan huruf F - dari kata ”FUGITIVUS” yang berarti pelarian sedangkan nasib paling buruk adalah hukuman mati baginya. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Surat 1 dan 2 Timotius, Titus, Filemon, hal. 413).
Rupanya hal ini menakutkan bagi Onesimus sehingga akhirnya Onesimus lalu melarikan diri dari Filemon. Tidak ada kesan sama sekali bahwaFilemon mengejar/memburu Onesimus. Kelihatannya Filemon juga membiarkannya. Ini mungkin karena ia sudah Kristen. Dalam pelariannya, entah bagaimana Onesimus ini lalu bertemu dengan Paulus di penjara.
Filemon 1:10 – ”... mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus
Paulus lalu memberitakan Injil kepada Onesimus sehingga ia bertobat dan menjadi Kristen dan Paulus lalu sangat mengasihi dia dan menganggapnya sebagai anak.
Filemon 1: 10, 12 – (10) ”... mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara,yakni Onesimus. (12) .... dia, yaitu buah hatiku.
Calvin menganggap sebutan ‘anakku’ ini sebagai suatu perendahan yang luar biasa, karena ia menggunakan sebutan itu terhadap seorang budak, seorang pelarian, dan seorang pencuri!
Ia (bersama dengan Epafras) lalu akhirnya membantu Paulus dalam hidup sehari-hari dan pelayanan dalam penjara.
Filemon 1: 11, 13 - dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna .... bagiku (13) ....untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil....
Hanya saja Paulus tahu bahwa Onesimus ini sebenarnya adalah budak dari Filemon dan karena itu tetap menjadi milik Filemon secara sah. Paulus tidak mau secara diam-diam tetap memanfaatkan tenaga Onesimus ini tanpa sepengetahuan Filemon.
Filemon 1: 13-14 – (13) Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil, (14) tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela.
Juga Paulus tahu bahwa Onesimus ini melarikan diri dari rumah Filemon karena mencuri dan ia tidak mau masalah Filemon dan Onesimus ini didiamkan begitu saja. Itulah sebabnya Paulus lalu mengirimkan kembali Onesimus kepada Filemon.
Filemon 1:12 - Dia kusuruh kembali kepadamu -- dia, yaitu buah hatiku
Karena Paulus sangat mengasihi Onesimus, maka pengiriman kembali Onesimus kepada Filemon ini membuat Paulus sangat sedih dan kehilangan.
Filemon 1: 12 (CEV) – Sending Onesimus back to you makes me very sad (Mengirim Onesimus kembali kepadamu membuatku sangat sedih)
Filemon 12 (God’s Word) - I am sending him back to you. This is like sending you a part of myself (Aku mengirimnya kembali kepadamu. Ini seperti mengirim kepadamu sebagian dari diriku).
Paulus bahkan meminta kepada Filemon untuk tidak lagi menganggap Onesimus sebagai budak melainkan sebagai saudara.
Filemon 15-16 – (15) “…. supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, (16) bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan.
Tapi Onesimus tentu masih takut terhadap Filemon, dan juga Paulus kuatir bahwa Filemon tidak mau menerima Onesimus lagi dan karena itu maka pada waktu mengirim pulang Onesimus, Paulus membuat surat pribadi kepada Filemon yang dititpkan pada Onesimus. Surat itulah yang kita kenal sebagai surat Filemon yang ada di Alkitab kita.
Setelah memahami latar belakang ini, mari kita membaca surat ini biar lebih dipahami :
Filemon 1: 1-25 – (1) Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami (2) dan kepada Apfia saudara perempuan kita dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita dan kepada jemaat di rumahmu: (3) Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. (4) Aku mengucap syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingat engkau dalam doaku, (5) karena aku mendengar tentang kasihmu kepada semua orang kudus dan tentang imanmu kepada Tuhan Yesus. (6) Dan aku berdoa, agar persekutuanmu di dalam iman turut mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk Kristus. (7) Dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati orang-orang kudus telah kauhiburkan, saudaraku. (8) Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan, (9) tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu. Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus, (10) mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus (11) dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku. (12) Dia kusuruh kembali kepadamu -- dia, yaitu buah hatiku (13) Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil, (14) tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela. (15) Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, (16) bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan. (17) Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri. (18) Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku (19) aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri: Aku akan membayarnya -- agar jangan kukatakan: "Tanggungkanlah semuanya itu kepadamu!" -- karena engkau berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri. (20) Ya saudaraku, semoga engkau berguna bagiku di dalam Tuhan: Hiburkanlah hatiku di dalam Kristus! (21) Dengan percaya kepada ketaatanmu, kutuliskan ini kepadamu. Aku tahu, lebih dari pada permintaanku ini akan kaulakukan. (22) Dalam pada itu bersedialah juga memberi tumpangan kepadaku, karena aku harap oleh doamu aku akan dikembalikan kepadamu. (23) Salam kepadamu dari Epafras, temanku sepenjara karena Kristus Yesus, (24) dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku. (25) Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai roh kamu!
Demikianlah latar belakang surat Filemon ini.
II. TELADAN FILEMON, ONESIMUS dan PAULUS.
Setelah mengetahui latar belakang surat Filemon ini, maka kita juga perlu belajar hal rohani dan praktis dari kisah ini. Kita dapat meneladani ketiga orang ini.
a. Teladan Filemon.
Memang surat ini hanya berisi pesan dari Paulus kepada Filemon tanpa memberikan informasi apa pun tentang bagaimana reaksi Filemon terhadap permintaan Paulus ini. Jadi dari surat Filemon ini kita tidak tahu apakah Filemon mau mengampuni dan menerima kembali Onesimus atau tidak. Sebelumnya sudah saya jelaskan bahwa Filemon ini tinggal di Kolose dan di rumahnya ada jemaat. Jadi boleh dikatakan bahwa jemaat Kolose itu adalah jemaat di rumah Filemon. Dalam kesempatan yang lain Paulus juga menulis surat kepada jemaat di Kolose (Surat Kolose) dan dalam surat Kolose ini nama Onesimus muncul di sana.
Kolose 4:9 - Ia kusuruh bersama-sama dengan Onesimus, saudara kita yang setia dan yang kekasih, seorang dari antaramu. Mereka akan memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang terjadi di sini.
Frase ”Onesimus..., seorang dari antaramu” menunjukkan bahwa Onesimus ini termasuk dalam jemaat Kolose yang pusatnya adalah di rumah Filemon. Ini tidak mungkin terjadi kalau Filemon tidak mengampuni dan menerima kembali Onesimus sesuai dengan permintaan Paulus dalam surat Filemon. Jadi walaupun tidak ada keterangan apa pun dalam surat Filemon yang menunjukkan bahwa Filemon mengampuni dan menerima kembali Onesimus, tapi dari 1 ayat di surat Kolose ini, hal itu dapat dipastikan. Jadi jelas bahwa Filemon telah mengampuni dan menerima kembali Onesimus, budaknya yang mencuri dan melarikan diri itu.
Pengampunan Filemon kepada Onesimus ini harus menjadi teladan indah bagi kita dalam hal mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam hidup ini seringkali ada begitu banyak ”Onesimus” di sekitar kita yang mungkin telah merugikan kita, menyakiti, mengecewakan, menipu atau berbuat hal yang negatif kepada kita. Bagaimana reaksi saudara kepada ”Onesimus-Onesimus” itu? Apakah saudara bersikap seperti Filemon ini atau tidak? Apakah saudara mengampuni mereka seperti Filemon, ataukah justru saudara membenci dan menyimpan dendam kepada mereka? Tentu tidak gampang bagi Filemon untuk mengampuni dan menerima kembali Onesimus yang telah merugikan dan mengecewakannya. Tetapi faktanya ia bisa melakukan itu.
Mengapa ia bisa melakukan itu? Menurut saya hal yang memicu terjadinya pengampunan ini adalah kata-kata Paulus dalam suratnya. Ada banyak hal yang mungkin menjadi perhatian Filemon dari surat Paulus itu, namun menurut saya satu hal yang sangat kuat adalah karena Paulus menghubungkan kerugian yang terjadi pada Onesimus ini dengan rencana Allah.
Filemon 1: 15 - Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya.
Jelas bahwa Paulus menghubungkan peristiwa larinya Onesimus ini dengan rencana Allah. Walaupun di sini Paulus menggunakan kata ”mungkin” tidak berarti bahwa Paulus ragu dengan apa yang ia katakan. Ini hanya kata yang dipakai dari sudut pandang manusia saja. (Bandingkan dengan kata ”kebetulan” yang sering kita pakai padahal kita percaya bahwa di dunia ini tidak ada yang kebetulan, semuanya sudah duitentukan oleh Allah). Dengan kata lain Paulus mau berkata bahwa di balik kesalahan/dosa Onesimus itu, ada tangan Tuhan yang bekerja untuk menghasilkan hal-hal yang baik daripadanya.
William Hendriksen - Paulus, sekalipun sama sekali tidak menganggap Onesimus bersih dari kesalahan, ingin Filemon melihat dan mempertimbangkan providensia Allah yang mulia dan menguasai semua. Ia seakan-akan berkata, ‘Lihatlah tangan Allah, dalam kejadian ini’. Allah menggunakan tindakan jahat dari Onesimus untuk menghasilkan apa yang baik untuk si pelarian itu sendiri dan untuk Filemon.
Dan faktanya memang demikian. Sekarang perhatikan ayat berikut :
Filemon 1: 11 - dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku.
Nama ”Onesimus” artinya adalah ”berguna” dan karena itu dalam bahasa Yunani terjadi permainan kata yang indah oleh Paulus di mana Onesimus (artinya berguna) dulunya tidak berguna (Yun. Achreeston) sekarang menjadi berguna (Yun. Euchreeston). Perhatikan bahwa dulunya Onesimus hanya tidak berguna bagi Filemon tetapi setelah ia bertobat, ia berguna bukan hanya bagi Filemon tetapi juga bagi Paulus.
Dari kasus yang terjadi terlihat providensia Allah yang baik di dalamnya :
Bagi Onesimus
Kalau saja tidak terjadi kasus itu, ia mungkin tidak pernah jadi Kristen. Justru karena ada kasus itu maka ia lalu lari dan bertemu dengan Paulus yang memberitakan Injil pada dia sehingga ia menjadi percaya pada Yesus dan diselamatkan. Jadi dari sesuatu yang negatif (pencurian Filemon), Allah mengerjakan sesuatu yang positif (keselamatan jiwanya). Inilah providensia Allah. Juga dengan adanya kasus ini yang membawa Onesimus kepada pertobatan, ia bisa menjadi orang yang berguna.
Filemon 1: 11 - dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku.
Jadi, Onesimus yang dulunya adalah orang yang tidak berguna, setelah pertobatannya menjadi orang yang berguna!
Matthew Henry - Orang-orang yang tidak dikuduskan adalah orang-orang yang tidak berguna.
Memang, tanpa pertobatan / tindakan datang dan percaya kepada Kristus, semua orang adalah tidak berguna, tak peduli dunia begitu menyanjung mereka!
Bagi Paulus
Ia jelas mendapat pertolongan dengan kehadiran Onesimus karena Onesimus sangat menolong dia dalam penjara.
Filemon 1: 13 – ”...dia di sini .... untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil.
Juga kita percaya bahwa dengan mempertobatkan Onesimus maka Paulus mendapatkan 1 jiwa bagi kerajaan Allah dan itu memperbanyak upahnya di surga. Bayangkan kalau tidak terjadi kasus pencurian Onesimus itu maka Paulus tidak akan mendapatkan seorang pelayan di penjara dan tambahan 1 upah di surga nanti.
Bagi Filemon
Dengan adanya kasus pencurian Onesimus ini, ia justru mendapatkan sebuah hubungan yang baru dan lebih tinggi dengan Onesimus di mana sekarang Onesimus bukan lagi menjadi seorang budak baginya melainkan seorang saudara dalam Tuhan.
Filipi 1:15-16 – (15) ”... engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, (16)bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, ...”
Jadi dengan kehilangan 1 orang budak, ia mendapatkan 1 orang saudara. Dengan kehilangan 1 orang budak yang jahat, ia mendapatkan 1 orang saudara yang penuh kasih. Dengan kehilangan 1 orang budak untuk sementara waktu, ia mendapatkan seorang saudara untuk selamanya. Ini menarik karena hubungan mereka setelah perdamaian ternyata meningkat. Ini berlawanan dengan banyak orang yang mengaku sudah memaafkan/mengampuni tetapi hubungan justru makin memburuk (misalnya dengan tidak mau berbicara). Selain itu ini makin meningkatkan kualitas rohani dari Filemon sendiri. Filemon sebelumnya sudah terkenal sebagai orang Kristen yang penuh dengan kasih.
Filemon 1: 5,7,9 – (5) karena aku mendengar tentang kasihmu kepada semua orang kudus dan tentang imanmu kepada Tuhan Yesus (7) Dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati orang-orang kudus telah kauhiburkan, saudaraku (9) tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu. ...”
Tetapi dengan adanya kasus ini, ia diuji untuk meningkatkan kasihnya lewat pengampunan, dan ia berhasil. Ia telah naik kelas di dalam masalah kasih.
Albert Barnes - Artinya adalah, bahwa adalah mungkin bahwa ini diizinkan dalam providensia Allah supaya Onesimus bisa dibawa ke bawah pengaruh dari Injil, dan menjadi jauh lebih berguna bagi Filemon sebagai seorang Kristen, dari pada ia dalam hubungannya yang dulu dengannya. Karena itu, apa yang bagi Filemon terlihat sebagai bencana, dan apa yang kelihatan baginya sebagai tindakan yang salah dari Onesimus, bisa diijinkan untuk terjadi supaya ia bisa menerima manfaat yang lebih tinggi.
Andreas Hauw - Jadi pemeliharaan ilahi telah bekerja sedemikian rupa sehingga kehilangan Filemon telah menghasilkan keuntungan yang lebih besar baginya. Dengan mengemukakan “kemungkinan” kehendak Allah ini, dan kehendak Allah itu telah menjadi berkat bagi Filemon dan orang-orang kudus (bdk. Filemon 1: 4-7),...” (VERITAS 10/1 (April 2009 : Peran Kekristenan Dalam Pendamaian: Refleksi Dari Surat Filemon Tentang Kekerasan Tersistem, hal. 110 )
Bagi Gereja/Kekristenan
Barclay mengatakan bahwa dalam surat dari Ignatius (50 tahun setelah surat Filemon), ia menyebutkan bahwa Onesimus adalah bishop / uskup di kota Efesus. Tradisi juga mengatakan bahwa ia lalu mati syahid dalam pemerintahan kaisar Domitian. Kalau ini benar maka ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Budak / pencuri ini akhirnya menjadi seorang pendeta. Di sini kita bisa melihat bahwa gereja Tuhan mendapatkan keuntungan dari terjadinya kasus pencurian Onesimus ini yang diatur oleh tangan providensi Alah yang baik.
Jadi memang Onesimus tetap bersalah dengan mencuri barang/uang Filemon dan melarikan diri tetapi dari sudut pandang Allah, itu memang sudah diatur oleh Allah untuk mendatangkan kebaikan bagi banyak pihak. Inilah yang dibicarakan Paulus dalam suratnya kepada Filemon dan saya percaya ini juga dipertimbangkan Filemon sehingga ia lalu bisa memberikan pengampunan dan menerima Onesimus kembali bahkan dengan status yang baru (saudara yang kekasih). Di sinilah rahasia pengampunan yang sesungguhnya bagi seorang Kristen. Kita akan sukar mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita kalau pikiran kita diarahkan pada kesalahan-kesalahan orang tersebut. Sebaliknya jikalau pikiran kita diarahkan pada providensi Allah, maka kesalahan-kesalahan orang lain akan diabaikan sehingga kita dapat memberikan pengampunan itu.
Calvin - Teks ini berguna untuk memikirkan bahwa kalau seseorang membuat kita marah karena sesuatu yang ia lakukan terhadap kita, pikiran kita harus ditenangkan, pada waktu kita mengerti bahwa hal-hal yang dilakukan dengan jahat kepada kita itu telah dibalikkan menuju tujuan yang berbeda oleh rencana Allah.
Contohnya: adalah dalam kasus Yusuf yang dijual oleh saudara-saudaranya. Mengapa Yusuf tidak mendendam saudara-saudaranya? Mengapa ia bisa mengampuni saudara-saudaranya? Karena pikirannya bukan ditujukan pada kesalahan saudara-saudaranya melainkan pada providensi Allah.
Kejadian 45:5-8 - “(5) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. (6) Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. (7) Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamuuntuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. (8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir”.
Kejadian 50:20 - “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar”.
Kita pun dapat melakukan hal yang sama dengan Filemon maupun Yusuf untuk mengampuni orang-orang yang bersalah yang telah menyakiti kita, merugikan kita, mengecewakan kita, menguras air mata kita, memfitnah kita, mengkhianati kita, kalau kita merubah fokus pikiran kita. Jangan pikirkan kesalahan orang-orang itu, tapi pikirkanlah providensi Allah di balik kejahatan orang itu. Ia yang mengizinkan, atau bahkan mengatur terjadinya hal-hal itu, dan kalau saudara memang adalah anak-Nya, maka Allah pasti melakukan semua itu untuk kebaikan saudara. Apabila fokus pikiran saudara berubah dengan sendirinya saudara tidak akan mengalami kesulitan untuk memberikan pengampunan pada orang-orang yang bersalah dan menyakiti / merugikan saudara itu. Maukah saudara?
b. Teladan Onesimus
Kita bukan hanya bisa belajar dari teladan Filemon tetapi juga dari Onesimus ini. Hal positif yang bisa kita lihat dari Filemon adalah Filemon ini juga mau mengikuti nasihat Paulus untuk kembali pada Filemon. Sekarang coba pikirkan, kalau saudara pernah mencuri barang orang, apakah setelah bertobat saudara berani kembali untuk meminta maaf kepadanya? Kalaupun ada, hanya sedikit orang yang mau melakukan hal itu. Tindakan Onesimus ini jelas sangat beresiko. Bagaimana seandainya Filemon tidak menuruti nasihat Paulus?
J. B. Lighfoot - Dengan kembali ia menempatkan dirinya sendiri sepenuhnya pada belas kasihan dari tuannya yang kepadanya ia telah berbuat salah. Hukum Romawi, lebih kejam dari hukum Athena, secara praktis tidak memberi batas pada kuasa seorang tuan atas budaknya. Pilihan antara hidup dan mati sepenuhnya ada pada sang tuan, dan budak-budak secara terus menerus disalibkan untuk pelanggaran yang jauh lebih ringan dari ini. Seorang pencuri dan pelarian, tidak mempunyai hak untuk pengampunan.
Kata-kata di atas ini berlaku secara teoretis. Tetapi secara praktis, saya yakin bahwa Paulus yakin bahwa Filemon tidak akan berlaku kejam kepada Onesimus. Kalau tidak, ia tidak akan mengirimkan Onesimus kembali kepada Filemon. Bagaimanapun juga keberanian Onesimus untuk kembali kepada Filemon patut diteladani. Tindakan Onesimus ini sejalan dengan nasihat Yesus :
Matius 5:23-24 - “(23) Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, (24) tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu”.
Tindakannya melarikan diri, apalagi dengan mencuri, jelas bersalah dan memberikan suatu ganjalan dalam diri Filemon, dan berdasarkan kata-kata Yesus di atas, ia harus kembali untuk membereskan hal itu. Kalau tidak, itu akan mengganggu hubungannya dengan Allah. Sekarang pikirkan, apakah ada orang-orang yang pernah saudara sakiti, saudara kecewakan, saudara khianati, saudara jahati, dll? Beranikah saudara mendatangi mereka untuk meminta maaf atau membereskan masalah itu? Ini sesuatu yang penting. Bagi mereka yang disakiti, dikecewakan dan dijahati, Firman Tuhan menuntut untuk bisa mengampuni. Tapi bagi mereka yang menyakiti, mengecewakan dan menjahati orang lain, Firman Tuhan yang sama menuntut untuk membereskan semua itu. Kecuali demikian, itu akan mengganggu hubungan saudara dengan Allah. (Kecuali orang itu sudah mati atau sudah tidak bisa saudara temui/kontak).
Hal lain yang menarik adalah bahwa Onesimus ini dulunya mencuri uang Filemon. Sekarang dengan pertobatannya, menurut saudara apakah uang Filemon itu perlu dikembalikan? Menurut saya ya! Harus dikembalikan. Dan menurut Paulus juga demikian. Itulah sebabnya Paulus berkata :
Filipi 1:18-19 – (18) Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku – (19) aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri: Aku akan membayarnya -- ...”
Walaupun bukan Onesimus yang mengembalikannya (mungkin karena ia tak punya uang), tetapi uang itu harus dikembalikan. Dan karena itu Paulus yang memberikan jaminan untuk mengembalikannya. Di sini kita belajar satu hal bahwa orang kafir yang bertobat harus mengganti kerugian yang telah ia perbuat kepada orang lain. Tidak bisa dengan dalih ‘hidup baru’, atau ‘buang hidup lama’ (bdk. 2 Korintus 5:17), kita lalu ‘melupakan’ hutang / kerugian yang telah kita perbuat kepada orang lain. Bandingkan :
Lukas 19:8 - “Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: ‘Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.’”.
William Barclay - Kekristenan tidak pernah memberi hak kepada seseorang untuk lalai membayar hutangnya.
William Barclay Kekristenan tidak berusaha untuk membantu seseorang untuk meloloskan diri dari masa lampaunya dan lari darinya; kekristenan berusaha untuk memampukan ia untuk menghadapi masa lalunya dan naik di atasnya / mengatasinya. Onesimus telah melarikan diri. Jadi, ia harus kembali, menghadapi konsekuensi dari apa yang telah ia lakukan, menerimanya dan naik di atasnya / mengatasinya. Kekristenan tidak pernah lari / meloloskan diri, kekristenan selalu mengalahkan.
Karena itu pikirkan semuanya ini dan teladani Onesimus dalam hal ini. Kalau engkau pernah merugikan orang lain, mengecewakan orang lain, menipu orang lain, memfitnah orang lain, sedapat mungkin berusaha untuk membereskan semua hal itu agar jangan menjadi tali yang mengikat saudara di dalam perjalanan rohani saudara
c. Teladan Paulus.
Dari Paulus, kita sebenarnya dapat meneladani banyak hal dari sikapnya menghadapi kasus ini. Misalnya :
· Paulus ada di dalam penjara tetapi ia tetap memikirkan pelayanan.
Nyatanya dari dalam penjara ia justru menulis sejumlah surat (Kolose, Filemon, Efesus, dan Filipi). Ia tidak menghabiskan waktu untuk memikirkan nasibnya dalam penjara sebaliknya pikirannya ia arahkan pada bagaimana bisa melayani Tuhan dan orang lain. Benar apa yang ia katakan :
2 Timotius 2:9 - Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu.
CEV - And because of this message, I am locked up in jail and treated like a criminal. But God's good news isn't locked in jail (Kabar baik dari Allah tidak dapat dikunci di dalam penjara).
Bagaimana dengan saudara?
Apakah dalam kesibukan, masalah dan penderitaan saudara masih memikirkan pelayanan? Teladani Paulus dalam hal ini!
· Ia mengajukan permintaan kepada Filemon dan bukan perintah.
Sebagai seorang rasul, ia mempunyai hak dan otoritas untuk memerintah Filemon tetapi ia tidak melakukan itu. Ia lebih memilih untuk meminta daripada memerintah.
Filemon 8-9 – (8) Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan, (9) tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu....”
Jelas di sini bahwa Paulus lebih senang meminta, sehingga Filemon melakukannya bukan karena terpaksa.
Filemon 14 - tapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela.
Hal seperti ini penting. Adalah lebih baik mendapatkan ketaatan yang didasarkan oleh kasih, dari pada oleh ketakutan terhadap otoritas. Jadi sikap Paulus di sini harus kita teladani, baik dalam keadaan jasmani / duniawi, dan terlebih lagi dalam urusan rohani / gereja.
Ada kapal merapat ke pelabuhan, lalu diberikan sepotong papan sebagai jembatan antara kapal dengan daratan. Orang-orang lalu turun ke darat melalui papan itu, tetapi pada waktu berdesak-desakan, seorang bayi lepas dari pelukan ibunya dan jatuh ke air. Ibunya berteriak-teriak minta supaya ada yang menolong bayi itu. Orang-orang semua berkerumun melihat bayi itu masuk ke air. Lalu tiba-tiba seseorang dengan gagah berani terjun ke air dan menyelamatkan bayi itu. Setelah ia naik ke atas, ia dikerumuni orang banyak dan lalu ada seorang wartawan yang bertanya kepadanya : ‘Mengapa kamu mau menolong bayi itu?’. Menurut saudara mengapa? Orang itu memandang sekelilingnya dengan marah, dan ia membentak : ‘Siapa yang tadi mendorong saya?’. Jadi, orang ini bukan menolong bayi itu dengan kasih, tetapi dengan terpaksa!
Bagaimana dengan saudara?
· Ia tidak malu menyebut Onisimus yang adalah budak, pelarian dan pencuri itu sebagai anaknya.
Filemon 10 - mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus.
Menurut Calvin, ini adalah sebuah perendahan diri yang luar biasa. Banyak orang suka menunjukkan kalau mereka dekat dengan orang baik, orang kaya dan pembesar tetapi malu mengakui kalau mereka mempunyai hubungan dengan orang jahat, kriminal, miskin, dll.
Bagaimana dengan saudara?
· Ia mau memberitakan Injil / melayani Onesimus yang adalah seorang budak.
Paulus bukan hanya mau melayani orang penting / kaya / berkedudukan dsb, tetapi juga mau melayani orang hina / remeh / tak berarti seperti Onesimus ini. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa Paulus bukan hanya mau melakukan pelayanan remeh / rendah, tetapi juga mau meresikokan hubungannya dengan Filemon, demi hal remeh tersebut! Jadi, gereja / pendeta / orang Kristen harus mau melayani orang-orang yang rendah / tidak penting, bahkan pada saat pelayanan itu mempunyai resiko untuk mendapat kerugian!
Pelayanan memang tak boleh dilakukan berdasarkan untung rugi / besar kecilnya, tetapi berdasarkan benar / tidaknya pelayanan itu, atau apakah Tuhan menghendaki pelayanan itu atau tidak. Gereja / pendeta / orang Kristen harus mengambil keputusan bukan berdasarkan untung ruginya tetapi berdasarkan benar tidaknya hal itu!
Semua ini dapat menjadi teladan indah bagi kita dalam hidup kita maupun pelayanan kita. Meskipun demikian sesuai dengan konteks surat Filemon ini, menurut saya teladan terbaik yang ditunjukkan Paulus di sini adalah ia berjuang dengan sangat demi menciptakan sebuah perdamaian atau rekonsiliasi. Dalam perjuangan ini, ia banyak berkorban, ia mau merendahkan diri, ia mengambil banyak resiko, tapi semuanya ia lakukan demi perdamaian orang-orang yang bertikai.
Satu hal yang menarik di sini adalah bahwa Paulus terkenal sebagai rasul yang yang sangat pandai, yang biasanya menangani persoalan besar seperti kesesatan dalam gereja Galatia dan Korintus, doktrin-doktrin besar dan sukar seperti dalam suratnya kepada gereja Roma (misalnya tentang predestinasi, dll. Tetapi sekarang / di sini ia justru menangani persoalan remeh / sepele, yaitu seorang budak / pencuri yang melarikan diri dari tuannya! Mengapa Paulus mau menangani masalah kecil dan remeh seperti ini ? Karena biarpun kecil / remeh, tetap adalah tidak sehat kalau ada 2 orang Kristen yang katanya sama-sama mengasihi Tuhan, sama-sama melayani Tuhan, sama-sama Kristen tetapi saling menyimpan kebencian dan ketidaksenangan. Selain itu, perhatikan ayat ini :
Filemon 1: 1-2 – (1) Dari Paulus, ....kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami (2) dan kepada Apfia saudara perempuan kita dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita dan kepada jemaat di rumahmu
Ini berarti bahwa surat Filemon ini walaupun membahas masalah pribadi Filemon tetapi ditujukan bukan hanya pada Filemon melainkan pada Apfia (mungkin isteri Filemon), Arkhipus (mungkin anaknya Filemon) dan seluruh jemaat di rumahnya (jemaat Kolose). Mengapa masalah pribadi Filemon kok dibahas di jemaat secara umum?
Andreas Hauw - Penyebutan “jemaat di rumahmu” memberikan keistimewaan pada surat ini, bahwa surat ini adalah surat pribadi namun sekaligus menjadi surat umum untuk jemaat yang berbakti di rumah Filemon bahkan di seluruh bagian kota metropolis Kolose. Sebutan ini menentukan apa maksud surat ini sebenarnya, yaitu dengan pembacaan umum di hadapan jemaat berarti ada pemberitahuan tentang apa yang sedang terjadi antara Onesimus dan Filemon, lalu hal itu menjadi pembelajaran bagi seluruh jemaat. Dengan kata lain, pengajaran dalam surat ini ditujukan kepada seluruh komunitas, bukan hanya Filemon dan Onesimus. Jadi, surat ini mengandung dampak sosial. Kalau surat Filemon ditujukan untuk sebuah komunitas dan baginya ada pembelajaran yang Paulus ingin sampaikan, berarti persoalan Filemon dengan Onesimus bukanlah persoalan pribadi. Implikasinya, Paulus menempatkan persoalan itu sebagai persoalan jemaat keseluruhan. Ia menilai percekcokan yang dialami Filemon dengan Onesimus bersumber pada sesuatu yang pada gilirannya akan menjadi sumber percekcokan bagi seluruh jemaat juga. Jadi, sumber percekcokan itu bukan masalah pribadi tetapi urusan banyak orang,....” (VERITAS 10/1 (April 2009 : Peran Kekristenan Dalam Pendamaian: Refleksi Dari Surat Filemon Tentang Kekerasan Tersistem, hal. 105 )
BACA JUGA: EKSPOSISI SURAT FILEMON 1:1-25
Benar sekali! Jangan saudara berpikir bahwa pertikaian 2 orang di dalam jemaat hanyalah masalah pribadi mereka, itu adalah masalah seluruh jemaat yang kalau tidak diselesaikan maka akan menyeret orang lain kepada pertikaian-pertikaian yang sama. Mengapa bisa demikian? Karena pihak-pihak yang bertikai biasanya suka mencari pendukung dan selalu saja ada orang-orang bodoh yang mau berdiri dan melibatkan diri dalam pertikaian yang sebenarnya bukan urusan mereka atau bahkan tanpa tahu apa-apa. Karena itu tindakan Paulus terlihat sangat penting di mana ia berjuang menyelesaikan pertikaian ini atau dengan bahasa alkitabiah, Paulus telah bertindak di sini sebagai pembawa damai.
Di sinilah keteladan Paulus diberikan. Dalam pertikaian atau ketika mengetahui adanya orang-orang yang bertikai Paulus bukannya melibatkan diri dalam pertikaian itu, atau bukannya tambah memanas-manasi situasi melainkan berusaha mati-matian mendamaikan mereka. Perhatikan bahwa terhadap yang bersalah (Onesimus), Paulus tidak membelanya. Tetapi terhadap yang benar, Paulus memintanya untuk memberikan pengampunan sebagai seorang Kristen. Jadi di sini Paulus mengerahkan seluruh kemampuan untuk mendamaikan orang. Sayangnya banyak orang Kristen tidak seperti ini. Mereka cenderung untuk memperkeruh dan memperpanas pertikaian. Mereka pro orang dekat mereka tanpa peduli dia salah atau benar. Bahkan sering kali mereka mengerahkan seluruh kemampuan mereka untuk mempertajam pertikaian dan mempersulit proses rekonsiliasi/perdamaian. Apakah Anda seperti itu? Jika ya, bertobatlah! Karena saudara bukan hanya merusak 2 orang Kristen tetapi merusak dirimu sendiri dan seluruh jemaat. Teladanilah Paulus dalam hal ini dan usahakanlah untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai / bermasalah. Tuhan Yesus berkata :
Matius 5:9 - Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Kata membawa damai di sini seharusnya lebih tepat diterjemahkan ‘orang-orang yang mengusahakan damai’.
KJV - Blessed are the peacemakers (pembuat damai): for they shall be called the children of God.
TEV - "Happy are those who work for peace (bekerja untuk perdamaian); God will call them his children!
TL - Berbahagialah segala orang yang mendamaikan orang, karena mereka itu akan disebut anak-anak Allah.
Perhatikan juga bahwa kata ‘damai’ dalam bahasa Yunani adalah ”EIRENE”, dan dalam bahasa Ibrani adalah ”SHALOM”. Kata ini tidak sekedar berarti ‘tidak bertengkar’, tetapi juga harus ada hubungan yang benar / baik. Bukankah Indonesia dan Malaysia tidak perang? Ya! Tetapi itu tidak berarti ada damai di antara mereka bukan? Karena itu jangan berpikir bahwa Anda sudah hidup dalam damai hanya karena Anda tidak bertengkar dengan orang lain. Anda harus memiliki hubungan yang benar dengan orang lain. Demikian juga jangan berpikir bahwa Anda sudah menjadi pembawa damai hanya karena Anda bisa membuat orang lain tidak bertengkar. Anda harus sampai membuat orang lain yang bertikai itu berada dalam hubungan yang benar.
Orang-orang yang mendamaikan orang lain ini akan berbahagia karena mereka disebut anak-anak Allah. Maksudnya adalah mereka ‘mirip dengan Allah’ dan ‘mereka melakukan apa yang dilakukan Allah’ karena Allah adalah damai sejahtera atau sumber damai sejahtera. Maukah saudara menjadi pembawa damai di antara mereka yang bertikai? Saya ingin menutup khotbah ini dengan mengutipkan sebuah doa yang sangat indah yang pernah diucapkan Fransiskus dari Asisi :
Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai,
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih,
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan,
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan,
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian,
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran,
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan,
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang,
Tuhan semoga aku ingin menghibur dari pada dihibur, memahami dari pada dipahami, mencintai dari pada dicintai, sebab dengan memberi aku menerima, dengan mengampuni aku diampuni, dengan mati suci aku bangkit lagi untuk hidup selama-lamanya. Amin.
- AMIN -