EKSPOSISI SURAT FILEMON 1:1-25

Pdt.Budi Asali, M.Div.
EKSPOSISI SURAT FILEMON 1:1-25Latar belakang surat Filemon:

1) Filemon, yang bertobat karena penginjilan oleh rasul Paulus, mempunyai seorang hamba yang bernama Onesimus, yang suatu hari melarikan diri dari padanya, dan mungkin sekaligus mencuri barang / uang Filemon (bdk. Surat Filemon 1:18-19). Entah bagaimana, Onesimus lalu bertemu dengan Paulus, dan dibawa oleh Paulus kepada Kristus (Surat Filemon 1:10).

Calvin: “the elect of God are sometimes brought to salvation by a method that could not have been believed, contrary to general expectation, by circuitous windings, and even by labyrinths. Onesimus lived in a religious and holy family, and, being banished from it by his own evil actions, he deliberately, as it were, withdraws far from God and from eternal life. Yet God, by hidden providence, wonderfully directs his pernicious flight, so that he meets with Paul” (= orang-orang pilihan Allah kadang-kadang dibawa pada keselamatan oleh suatu cara yang tidak bisa dipercaya, bertentangan dengan harapan umum, oleh jalan yang berliku-liku dan memutar, dan bahkan oleh jalan-jalan yang membingungkan. Onesimus hidup / tinggal dalam suatu keluarga yang religius dan kudus, dan dengan dibuang dari keluarga itu oleh tindakannya sendiri yang jahat, ia seakan-akan dengan sengaja menjauhkan diri dari Allah dan hidup yang kekal. Tetapi Allah, oleh providensia rahasia, dengan ajaib mengarahkan pelariannya yang jahat, sehingga ia bertemu dengan Paulus) - hal 357-358.

Bdk. Nahum 1:3b - “Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kakiNya”.

KJV: ‘the LORD hath his way in the whirlwind and in the storm’ (= TUHAN mempunyai jalanNya dalam puting beliung dan dalam badai).

NIV: ‘His way is in the whirlwind and the storm’ (= JalanNya ada dalam puting beliung dan badai).

NASB: ‘In whirlwind and storm is His way’ (= Dalam puting beliung dan badailah jalanNya).

Ini tidak berarti bahwa kita tidak perlu menggunakan logika / akal sehat kalau kita mau mempertobatkan seseorang. Jangan kutipan di atas saudara tanggapi dengan sikap sebagai berikut: saudara membawa seorang kafir, yang ingin saudara pertobatkan ke gereja yang sesat, yang tidak memberitakan Injil, dengan pemikiran bahwa Tuhan toh bisa mempertobatkan dia, dengan cara yang tidak masuk akal. Kita tetap wajib hidup berdasarkan Kitab Suci dan akal sehat, dan karena itu, kalau kita mau mempertobatkan seseorang, kita harus membawa orang itu ke gereja dimana Injil yang benar banyak diberitakan.

2) Setelah itu, Paulus, yang menyadari bahwa Onesimus telah melakukan kesalahan kepada Filemon, lalu menyuruhnya kembali kepada Filemon (ay Filemon 1:12), dan surat ini dibawakan kepada Onesimus untuk diberikan kepada Filemon.

3) J. B. Lighfoot mengatakan (hal 301) bahwa surat Filemon ini merupakan suatu surat Paulus yang unik, karena ini adalah satu-satunya surat Paulus yang bersifat pribadi. Memang surat Timotius dan Titus juga ditujukan kepada pribadi-pribadi, tetapi yang dibahas adalah doktrin dan hal-hal tentang gereja, yang sifatnya bukan pribadi. Tetapi surat Filemon ini, bukan hanya ditujukan kepada pribadi, tetapi sifatnya juga pribadi.

4) Paulus, seorang rasul yang sangat pandai, yang biasanya menangani persoalan besar, seperti kesesatan dalam gereja Galatia dan Korintus, doktrin-doktrin besar dan sukar seperti dalam suratnya kepada gereja Roma, sekarang / di sini menangani persoalan remeh / sepele, yaitu seorang budak yang lari sambil mencuri! Nanti pada waktu membahas ay 8-10 saya akan membahas hal ini lagi secara lebih terperinci.

Salam.

Surat Filemon 1:1-3: “(1) Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami (2) dan kepada Apfia saudara perempuan kita dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita dan kepada jemaat di rumahmu: (3) Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu”.

1) Penulisan surat Filemon ini dimulai dengan:

a) Menunjukkan siapa penulis surat itu, yaitu Paulus ( Filemon 1:1a).

b) Menunjukkan kepada siapa surat itu ditujukan, yaitu kepada Filemon, Apfia, Arkhipus, jemaat di rumah Filemon (ay 1b-2).

c) Suatu salam dari penulis surat kepada penerima surat (Filemon 1:3).

Ini boleh dikatakan merupakan kebiasaan orang pada jaman itu dalam menulis surat.

2) “Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita” (Surat Filemon 1:1a).

a) Mengapa ia tidak menyatakan dirinya sebagai rasul?

Pada waktu otoritasnya sebagai rasul memang dibutuhkan, maka Paulus memulai suratnya dengan menyatakan diri sebagai rasul, seperti misalnya dalam surat kepada gereja Galatia, dimana muncul ajaran sesat, dan juga dalam surat kepada gereja Korintus, dimana kerasulannya diragukan.

Bandingkan dengan:

· 1Korintus 1:1 - “Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Sostenes, saudara kita”.

· 2Kor 1:1 - “Dari Paulus, yang oleh kehendak Allah menjadi rasul Kristus Yesus, dan dari Timotius saudara kita, kepada jemaat Allah di Korintus dengan semua orang kudus di seluruh Akhaya”.

· Galatia 1:1 - “Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati”.

Tetapi pada waktu menulis surat Filemon ini, ia justru tidak mau menggunakan otoritasnya sebagai rasul.

Bdk. Filemon 1: 8-9a: “(8) Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan, (9a) tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu”.

Ia lebih memilih untuk meminta dengan dasar kasih / persahabatan, dan karena itu ia tidak memulai suratnya dengan menyatakan kerasulannya.

Penerapan: hal seperti ini penting. Adalah lebih baik mendapatkan ketaatan yang didasarkan oleh kasih, dari pada oleh ketakutan terhadap otoritas. Jadi sikap Paulus di sini harus kita teladani, baik dalam keadaan jasmani / duniawi, dan terlebih lagi dalam urusan rohani / gereja.

b) Paulus menyatakan diri sebagai ‘seorang hukuman karena Kristus Yesus’.

KJV: ‘a prisoner of Jesus Christ’ (= seorang hukuman dari Kristus Yesus).

Ini juga berlaku untuk Surat Filemon 1: 9.

1. Seorang hukuman.

Sekedar menjadi seorang hukuman / orang yang masuk penjara tentu bukan sesuatu yang membanggakan. Tetapi berbeda dengan kasus Paulus di sini, dimana ia menjadi seorang hukuman:

a. Sama sekali bukan karena ia bersalah.

Kis 23:29 - “Ternyatalah bagiku, bahwa ia didakwa karena soal-soal hukum Taurat mereka, tetapi tidak ada tuduhan, atas mana ia patut dihukum mati atau dipenjarakan”.

Kata-kata dalam surat Klaudius yang ditujukan kepada Feliks, menunjukkan bahwa Paulus memang sebetulnya tidak layak dipenjarakan.

b. Karena Kristus Yesus / karena Injil!

Bandingkan dengan ayat-ayat ini:

· Filemon: 1:9b: “Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus”.

· Filemon 1 13: “Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil”.

· Ef 3:1 - “Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah”.

· Ef 4:1 - “Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu”.

· Fil 1:13 - “sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus”.

· Kol 4:3 - “Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus, yang karenanya aku dipenjarakan”.

2. Seorang hukuman dari Kristus Yesus.

William Hendriksen mengatakan (hal 209) bahwa Paulus menyebut dirinya sebagai ‘seorang hukuman dari Kristus Yesus’, bukan hanya karena ia menjadi seorang hukuman demi / karena Kristus Yesus, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa semua detail pemenjaraannya, maupun hasil akhir pemenjaraannya, apakah ia akan dibebaskan atau dihukum mati, semuanya ada dalam tangan Kristus Yesus, yang sekarang mengontrol seluruh alam semesta.

3. Paulus tetap melayani / memberitakan Injil dalam sikon yang buruk!

a. William Hendriksen mengatakan bahwa di dalam penjara itu Paulus menulis surat-surat Kolose, Filemon, Efesus, dan Filipi (Intro, hal 28). Jadi, keempat surat tersebut ditulis dalam waktu yang kurang lebih bersamaan, yaitu pada sekitar tahun 61-63 M.

b. Untuk melihat betapa buruknya keadaan Paulus pada saat itu, perhatikan komentar Adam Clarke di bawah ini.

Adam Clarke: “Paul was a prisoner at Rome when he wrote this letter, and those to the Colossians and Philippians. ... the original word DESMIOS should be translated ‘bound with a chain:’ ... it shows us in some measure his circumstances - one arm was bound with a chain to the arm of the soldier to whose custody he had been delivered” (= Paulus adalah seorang tahanan di Roma pada waktu ia menulis surat ini, dan surat-surat kepada gereja Kolose dan Filipi. ... kata bahasa asli DESMIOS seharusnya diterjemahkan ‘diikat / dibelenggu dengan rantai’: ... ini menunjukkan kepada kita sebagian keadaannya - satu lengan diikat / dibelenggu dengan sebuah rantai pada lengan dari tentara kepada penjagaan siapa ia diserahkan).

Catatan: kata DESMIOS muncul dalam ay Filemon 1:1 dan diterjemahkan ‘seorang hukuman’ dalam Kitab Suci Indonesia.

Jadi, Paulus bukan sekedar ada dalam penjara / dimasukkan di dalam sel, dsb, tetapi juga lengannya dirantai pada lengan seorang tentara yang menjaganya. Ini tentunya merupakan suatu keadaan yang sangat tidak enak, tetapi dalam kondisi seperti itu, Paulus tetap melakukan pelayanan, dengan menulis surat kepada Filemon!

c. Dari surat Filipi kita bahkan bisa melihat bahwa dalam penjara ia tetap memberitakan Injil, mungkin kepada tentara-tentara yang bergiliran menjaganya, sehingga ia bisa berkata dalam Fil 1:12-13 - “(12) Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil, (13) sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus”.

Karena itu benarlah kata-kata Paulus dalam 2Tim 2:9 dimana ia berkata: “Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, TETAPI FIRMAN ALLAH TIDAK TERBELENGGU”.

Penerapan:

· Bandingkan dengan orang kristen jaman sekarang yang pada umumnya orangnya tidak terbelenggu, tetapi Firman Allah di dalam mereka terbelenggu!

· Gampang melakukan pelayanan kalau sikonnya enak, misalnya kita sehat, ekonomi baik, tempatnya enak, dan sebagainya. Tetapi bagaimana kalau semuanya tidak enak, kita sakit-sakitan, ekonomi kacau, keluarga kacau, pekerjaan kacau, dsb? Maukah tetap melayani Tuhan?

· Juga dalam suatu pelayanan / gereja, mungkin kita akan bersemangat dalam pelayanan kalau gerejanya besar, teman kristen banyak, gerejanya banyak uang, pendukungnya banyak, tempatnya enak, peralatannya lengkap, pakai AC, dan sebagainya. Tetapi bagaimana kalau gerejanya baru berdiri, jemaatnya bisa dihitung dengan jari, uangnya nol atau minus, tidak ada donatur, tempatnya seadanya, dsb? Ini kondisi yang buruk, tetapi jelas jauh tidak seburuk kondisi Paulus pada saat itu. Dia tetap mau melayani dalam kondisi seperti itu, bagaimana dengan saudara? Maukah tetap melayani dengan sungguh-sungguh?

c) Paulusnya sendiri tidak malu karena keadaan dirinya sebagai orang hukuman itu.

2Tim 1:11-12 - “(11) Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru. (12) Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan”.

Bdk. 1Pet 4:15-16 - “(15) Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. (16) Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu”.

d) Paulus bukan hanya tidak malu tentang hal itu, tetapi bahkan dalam surat Filemon ini, ia menggunakan fakta ini sebagai sesuatu untuk memotivasi Filemon untuk menuruti permintaannya!

Surat Filemon 1:9b-10: “(9b) Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus, (10) mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus”.

William Hendriksen: “The mention of himself as a prisoner of Christ Jesus is also very tactful, probably implying, ‘In comparison with the sacrifice that I am making is not the favour which I am asking you to grant a rather easy matter?’” (= Penyebutan dirinya sebagai orang hukuman dari Kristus Yesus juga merupakan sesuatu yang sangat taktis, mungkin secara tak langsung mengatakan: ‘Dalam perbandingan dengan pengorbanan yang aku sedang lakukan, bukankah kebaikan yang aku minta darimu merupakan suatu hal yang mudah?’) - hal 209.

Matthew Henry: “A petition from one suffering for Christ and his gospel would surely be tenderly regarded by a believer and minister of Christ, especially when strengthened too with the concurrence of Timothy, one eminent in the church” (= Suatu permohonan dari seseorang yang menderita bagi Kristus dan InjilNya, pasti akan dianggap / diperhatikan dengan lembut / ramah oleh orang percaya dan pelayan Kristus, khususnya pada waktu dikuatkan juga oleh kebersamaannya dengan Timotius, seseorang yang menonjol dalam gereja).

Coba renungkan: benarkah kata-kata ini bagi diri saudara? Permohonan dari siapa / orang yang bagaimana yang biasanya saudara perhatikan? Orang Kristen yang saleh? Hamba Tuhan yang sungguh-sungguh? Orang yang menderita bagi Kristus / Injil? Atau permohonan dari:

· boss / orang kaya.

· orang berkedudukan tinggi / pejabat pemerintah.

· orang yang kelihatannya bisa menguntungkan saudara.

· seorang gadis cantik.

Bdk. Mat 25:40,45 - “(40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. ... (45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku”.

Text ini menunjukkan bahwa kalau ada seorang kristen dalam kebutuhan dan saudara bisa menolongnya, tetapi tidak mau melakukannya, Yesus menganggap bahwa saudara tidak melakukannya untuk Dia. Sebaliknya kalau saudara mau melakukannya, itu dianggap sama seperti kalau saudara melakukannya untuk Yesus!

Renungkan juga hal ini: kalau tidak menolong saja sudah dianggap sebagai dosa, bagaimana kalau kita secara sengaja berbuat jahat kepada sesama saudara seiman?

e) Kita juga sama sekali tak boleh merasa malu tentang orang yang dipenjarakan karena Kristus / karena Injil.

Bdk. 2Tim 1:8 - “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan Allah”.

Kita sering malu tentang sesuatu / seseorang atas mana sebetulnya kita tidak boleh malu, tetapi anehnya, dalam hal-hal dimana kita seharusnya malu, kita justru menjadi tidak tahu malu!

f) Paulus bahkan menghendaki orang-orang kristen mengingat akan pemenjaraan yang ia alami itu, supaya juga diberi keberanian untuk menderita bagi Kristus.

Kol 4:18 - “Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Ingatlah akan belengguku. Kasih karunia menyertai kamu”.

Fil 1:14 - “Dan kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut”.

Catatan: mengingat akan penderitaan seseorang demi Kristus / Injil, bisa menghasilkan 2 reaksi dalam diri kita, yaitu:

· menjadi kendor dalam hidup bagi Kristus / Injil, supaya jangan kita mengalami penderitaan orang itu.

· meneladani orang itu dalam hidup bagi Kristus / Injil, tanpa peduli bahwa itu memungkinkan kita mengalami penderitaan yang sama.

g) “dan dari Timotius saudara kita” (Surat Filemon 1:1a).

1. Ini tidak berarti bahwa Timotius juga adalah penulis / pengarang surat ini (F. F. Bruce, NICNT, hal 205), tetapi mungkin hanya menunjukkan bahwa ia bersama-sama dengan Paulus pada saat itu, atau karena ia adalah rekan Paulus dalam pelayanan.

2. Sebutan ‘saudara kita’ bagi Timotius, yang kelihatannya menyejajarkan Paulus dengan Timotius, menunjukkan kerendahan hati Paulus.

3) “(1b) kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami (2) dan kepada Apfia saudara perempuan kita dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita dan kepada jemaat di rumahmu” (Surat Filemon 1:1b-2).

a) “kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami”.

1. Filemon adalah nama dari seorang Kristen Yunani, yang artinya adalah ‘a friend’ (= seorang teman); dan ia mungkin tinggal di Kolose. Alasannya:

a. Onesimus, hamba Filemon, disebut ‘seorang dari antaramu’ dalam Kol 4:9, dan itu berarti Onesimus adalah seorang dari antara jemaat gereja Kolose.

Kol 4:9 - “Ia kusuruh bersama-sama dengan Onesimus, saudara kita yang setia dan yang kekasih, seorang dari antaramu. Mereka akan memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang terjadi di sini”.

b. Arkhipus, yang menjadi penerima surat ini bersama-sama dengan Filemon, juga muncul dalam surat Kolose.

Kol 4:17 - “Dan sampaikanlah kepada Arkhipus: Perhatikanlah, supaya pelayanan yang kauterima dalam Tuhan kaujalankan sepenuhnya”.

2. Filemon adalah tujuan utama dari surat Paulus ini, karena ialah tuan / pemilik dari budak bernama Onesimus ini (SURAT FILEMON 1:15-16).

3. Dari kata-kata Paulus ini jelas bahwa Filemon adalah orang Kristen yang saleh, yang juga melayani Tuhan. Menurut Matthew Henry, hal-hal ini menyebabkan Paulus menyebutnya sebagai ‘yang kekasih’.

Penerapan: apakah hal-hal seperti itu (kesalehan, pelayanan) juga menyebabkan saudara mengasihi seseorang? Atau, yang menyebabkan saudara mengasihi seseorang adalah keuntungan, uang, kesenangan, yang bisa saudara dapatkan dari dia?

4. Paulus menyebut Filemon sebagai ‘teman sekerja kami’.

KJV: ‘fellowlabourer’ (= rekan / teman / sesama pekerja).

a. Jabatan / kedudukan Filemon.

Menurut Matthew Henry, mungkin ia adalah ‘a minister / pastor’ (= seorang pelayan Tuhan / pendeta). Saya berpendapat bahwa tidak ada dasar untuk mengatakan bahwa Filemon adalah seorang pendeta. Barnes secara benar mengatakan bahwa dari kata-kata ‘teman sekerja’ ini, kita hanya bisa tahu bahwa ia pernah melayani bersama-sama dengan Paulus, tetapi kita tidak bisa tahu ia melayani sebagai apa.

b. Pulpit Commentary mengatakan bahwa dari istilah yang ia gunakan ini, terlihat bahwa: “Paul believed in work - in hard work” (= Paulus percaya pada pekerjaan - pada pekerjaan berat) - hal 11.

Tentu saja yang dimaksud di sini bukan pekerjaan duniawi, tetapi pekerjaan bagi Tuhan / pelayanan.

Bdk. 2Kor 11:23,27,28 - “(23) Apakah mereka pelayan Kristus? - aku berkata seperti orang gila - aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. ... (27) Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, (28) dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat”.

Juga bandingkan dengan pelayanan Yesus yang juga begitu banyak sehingga beberapa kali tidak sempat makan.

Mark 3:20 - “Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makanpun mereka tidak dapat”.

Mark 6:31 - “Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!’ Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat”.

Penerapan: apakah saudara melakukan pelayanan, dan apakah saudara melakukannya sampai berjerih-payah?

c. Penyebutan ‘rekan sekerja’ terhadap Filemon ini lagi-lagi menunjukkan kerendahan hati Paulus.

Selain fakta bahwa Paulus adalah seorang rasul, yang merupakan jabatan tertinggi dalam gereja, dari Filemon 1: 19c kelihatannya Filemon bertobat karena penginjilan yang dilakukan oleh Paulus.

Ay 19c: “karena engkau berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri”.

Jadi, jelas bahwa Paulus sebetulnya jauh lebih tinggi kedudukannya dari Filemon, tetapi ia toh menyebut Filemon dengan sebutan ‘rekan / teman / sesama pekerja’ yang menunjukkan kesederajatan!

Penerapan: kalau saudara adalah seorang pendeta, apakah saudara menganggap majelis, diaken, Guru Sekolah Minggu, pengurus komisi dalam gereja saudara sebagai‘teman / rekan sekerja saudara’ atau sebagai ‘bawahan saudara’?

d. Pauluspun membutuhkan ‘teman sekerja’ / ‘rekan pekerja’, dan ia menghargainya.

Tidak ada orang, bahkan yang sehebat Paulus, yang bisa melayani sendirian. Setiap orang Kristen mempunyai karunia-karunianya sendiri-sendiri / berbeda-beda, dan hanya dengan bekerja sama barulah gereja bisa berjalan dengan baik. Ini sama seperti dalam tubuh manusia, tidak ada satu anggota yang sepenting apapun, yang bisa sendirian menjalankan seluruh tubuh. Semua anggota, dengan kemampuan masing-masing, harus bekerja sama untuk menjalankan tubuh.

Ro 12:4-8 - “(4) Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, (5) demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. (6) Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. (7) Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; (8) jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita”.

1Kor 12:7,18 - “(7) Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. ... (18) Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendakiNya”.

Prinsip ini harus kita terapkan dalam gereja, khususnya dalam ‘gereja’ / persekutuan kita yang baru mulai dirintis. Saya sebagai pendeta tidak mungkin bisa melakukan semua pelayanan sendirian. Semua saudara harus ikut bekerja sama dengan saya.

e. Lebih jauh lagi, Filemon, dan juga semua orang Kristen yang melayani Tuhan, bukan hanya bisa disebut sebagai ‘rekan kerja’ Paulus, tetapi juga ‘rekan kerja Allah’ sendiri!

1Kor 3:9a - “Karena kami adalah kawan sekerja Allah”.

KJV: ‘For we are labourers together with God’ (= Karena kami adalah pekerja-pekerja bersama-sama dengan Allah).

NIV: ‘For we are God’s fellow workers’ (= Karena kami adalah rekan-rekan pekerja Allah).

Sekalipun jelas bahwa kita bukan rekan yang setingkat dengan Allah, tetapi bagaimanapun juga istilah ini merupakan suatu istilah yang membanggakan bagi kita. Bagaimana mungkin kita sebagai manusia yang terbatas dan berdosa ini disebut sebagai ‘rekan dari Allah’?

b) “dan kepada Apfia saudara perempuan kita”.

Tidak biasanya nama perempuan disebutkan lebih dulu, tetapi di sini Apfia disebutkan lebih dulu dari Arkhipus. Mungkin ini disebabkan karena Apfia ini lebih berkepentingan dalam urusan Onesimus ini. Mungkin larinya Onesimus menyakiti Apfia. Ada juga pandangan lain dari banyak penafsir yang menganggap bahwa Apfia adalah istri dari Filemon.

c) “dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita”.

1. Matthew Henry menganggap bahwa Arkhipus adalah pendeta di gereja di rumah Filemon itu, mungkin menggembalakan gereja itu bersama-sama dengan Filemon.

Lagi-lagi anggapan ini menurut saya tidak berdasar. Adam Clarke memberikan kemungkinan yang berbeda, yaitu bahwa Apfia adalah istri dari Filemon, dan Arkhipus adalah anak mereka, yang lalu menjadi pendeta di gereja di rumah Filemon. Tetapi inipun pasti hanya dugaan.

Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa seandainya Apfia dan Arkhipus bukan keluarga dari Filemon, tidak mungkin mereka disebutkan di sini sebagai penerima surat, dalam urusan yang bersifat domestik / rumah tangga seperti ini. Ia juga menganggap bahwa Arkhipus ini sama dengan yang ada dalam Kol 4:17, yang adalah pendeta gereja Kolose.

Kol 4:17 - “Dan sampaikanlah kepada Arkhipus: Perhatikanlah, supaya pelayanan yang kauterima dalam Tuhan kaujalankan sepenuhnya”.

2. ‘teman seperjuangan’.

a. Kata-kata ‘teman seperjuangan’ dalam KJV adalah ‘fellow soldier’ (= rekan tentara).

Tadi ia menyebut Filemon sebagai ‘teman sekerja / rekan pekerja’, dan sekarang ia menyebut Arkhipus sebagai ‘rekan / sesama tentara’. Ini lagi-lagi menunjukkan kerendahan-hatinya.

b. Bagi saudara, yang mana yang lebih menyenangkan / membanggakan: disebut sebagai ‘rekan’ oleh orang seperti Paulus, atau disebut sebagai ‘rekan’ oleh seorang konglomerat?

c. Matthew Henry mengatakan bahwa seorang pelayan Tuhan harus memandang diri sendiri sebagai pekerja dan tentara, yang mau berusaha dengan keras, menanggung penderitaan, berjaga-jaga, dan saling memperhatikan / menjaga dan menguatkan dalam kerohanian dan pelayanan.

Alangkah berbedanya ajaran ini dengan ajaran populer jaman sekarang yang mengatakan bahwa sebagai anak-anak Allah, kita harus kaya, sukses, sembuh dari penyakit, bebas dari problem dan sebagainya.

d) “dan kepada jemaat di rumahmu”.

A. T. Robertson: “The church that met in the house of Philemon. ... Before the third century there is no certain evidence of special church buildings for worship” (= Gereja yang bertemu di rumah Filemon. ... Sebelum abad ketiga tidak ada bukti tertentu tentang bangunan-bangunan gereja yang khusus untuk ibadah).

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

· 1Kor 16:19 - “Salam kepadamu dari Jemaat-jemaat di Asia Kecil. Akwila, Priskila dan Jemaat di rumah mereka menyampaikan berlimpah-limpah salam kepadamu”.

· Ro 16:5 - “Salam juga kepada jemaat di rumah mereka. Salam kepada Epenetus, saudara yang kukasihi, yang adalah buah pertama dari daerah Asia untuk Kristus”.

· Kol 4:15 - “Sampaikan salam kami kepada saudara-saudara di Laodikia; juga kepada Nimfa dan jemaat yang ada di rumahnya”.

Ada 2 hal yang ingin saya bahas:

1. Semua kata ‘jemaat’ dalam ayat-ayat di atas ini, dalam Kitab Suci Inggris diterjemahkan ‘church’ (= gereja).

Jadi, rumah Filemon digunakan sebagai gereja, dan demikian juga dengan banyak rumah-rumah orang-orang kristen lain! Ini menunjukkan bahwa tidak salah menggunakan rumah sebagai gereja (ini ditinjau dari sudut Alkitab; bukan dari sudut hukum)! Gereja-gereja mapan yang menentang adanya kebaktian / gereja-gereja di ruko / restoran / hotel dsb, bukan hanya tidak Alkitabiah, tetapi juga merupakan penghina-penghina dari gereja mula-mula, dan bahkan pengkhianat-pengkhianat dari kekristenan. Jelas bahwa sikap ini muncul hanya karena mereka merasa gereja-gereja lain bukan sebagai rekan sekerja, tetapi sebagai saingan! Mereka bersikap bukan sebagai orang yang membuka gereja, tetapi membuka warung. Orang yang membuka warung pasti menganggap warung lain sebagai saingan!

2. Bahwa ‘gereja’ ini menjadi salah satu penerima surat Paulus ini, menunjukkan bahwa kata ‘gereja’ ini tidak menunjuk pada gedung gereja, tetapi kepada orang-orang kristen dalam gereja itu.

4) “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu” (SURAT FILEMON 1:3).

William Hendriksen (tentang Ro 1:7): “This is the form of the salutation found in most of Paul’s epistles. ... What we see here in Romans, etc., is that the Greek greeting form has been combined with the Jewish form. The Greek says ‘Chaire!’ = ‘Joy to you!’ The Jew says ‘Shalom!’ = ‘Peace!’ Not only, however, have these two greetings been joined by Paul but they have at the same time been transformed into one distinctively Christian salutation. Note, in this connection, that CHAIRE has been changed into CHARIS = grace” (= Ini adalah bentuk salam yang ditemukan dalam kebanyakan surat-surat Paulus. ... Apa yang kita lihat di sini dalam surat Roma, dsb, adalah bahwa bentuk salam Yunani telah dikombinasikan dengan bentuk salam Yahudi. Orang Yunani berkata ‘KHAIRE!’ = ‘Sukacita bagimu!’ Orang Yahudi berkata ‘SHALOM!’ = ‘Damai!’. Tetapi, bukan hanya bahwa kedua salam ini telah digabungkan oleh Paulus tetapi pada saat yang sama keduanya telah diubahkan menjadi suatu salam Kristen yang khusus. Perhatikan, dalam hubungan ini, bahwa KHAIRE telah diubah menjadi KHARIS = kasih karunia) - hal 48.

a) ‘kasih karunia’.

Di sini arti yang diambil oleh Paulus adalah seperti yang ia katakan dalam Ro 11:5-6 - “(5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia”.

International Standard Bible Encyclopedia (tentang kata ‘grace’): “‘Grace’ in this sense is an attitude on God’s part that proceeds entirely from within Himself, and that is conditioned in no way by anything in the objects of His favor. ... ‘Grace’ then, in this sense is the antinomy to ‘works’ or to ‘law’; ... Of course it is this sense of grace that dominates Rom 3--6, especially in the thesis 3:24, while the same use is found in Gal 2:21; Eph 2:5,8; 2 Tim 1:9. The same strict sense underlies Gal 1:6 and is found, less sharply formulated, in Tit 3:5-7. ... Outside of Paul’s writings, his definition of the word seems to be adopted in Jn 1:17; Acts 15:11; Heb 13:9, while a perversion of this definition in the direction of antinomianism is the subject of the invective in Jude verse 4. And, of course, it is from the word in this technical Pauline sense that an elaborate Protestant doctrine of grace has been developed” (= ‘Kasih karunia’ dalam arti ini merupakan suatu sikap dari Allah yang keluar sepenuhnya dari dalam diriNya sendiri, dan itu tidak disyaratkan oleh apapun dalam obyek dari kebaikanNya. ... Jadi, ‘kasih karunia’ dalam arti ini merupakan lawan kata dari ‘pekerjaan / perbuatan baik’ atau ‘hukum Taurat’; ... Tentu saja arti kasih karunia inilah yang mendominasi Ro 3-6, khususnya dalam thesis 3:24, sementara penggunaan yang sama ditemukan dalam Gal 2:21; Ef 2:5,8; 2Tim 1:9. Arti ketat yang sama mendasari Gal 1:6 dan ditemukan dalam formulasi yang kurang tajam dalam Tit 3:5-7. ... Di luar tulisan Paulus, definisinya tentang kata ini kelihatannya diadopsi / diambil dalam Yoh 1:17; Kis 15:11; Ibr 13:9, sementara suatu penyimpangan dari definisi ini yang mengarah pada antinomianisme merupakan subyek dari cercaan dalam Yudas 4. Dan, tentu saja, dari kata ini dalam arti tekhnis dari Pauluslah berkembang doktrin Protestan yang panjang lebar tentang kasih karunia) - PC Study Bible.

Ro 3:23-24 - “(23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (24) dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus”.

Gal 2:21 - “Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus”.

Ef 2:5,8 - “(5) telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan - ... (8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah”.

2Tim 1:9 - “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman”.

Gal 1:6 - “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain”.

Tit 3:5-7 - “(5) pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, (6) yang sudah dilimpahkanNya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, (7) supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karuniaNya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita”.

Yoh 1:17 - “sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus”.

Kis 15:11 - “Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga.’”.

Ibr 13:9 - “Janganlah kamu disesatkan oleh berbagai-bagai ajaran asing. Sebab yang baik ialah, bahwa hati kamu diperkuat dengan kasih karunia dan bukan dengan pelbagai makanan yang tidak memberi faedah kepada mereka yang menuruti aturan-aturan makanan macam itu”.

Yudas 4 - “Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus”.

Bandingkan juga dengan:

· Ro 6:14-15 - “(14) Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. (15) Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!”.

· Gal 5:4 - “Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia”.

William Hendriksen (tentang Ro 1:7): “Grace, as here used, is God’s spontaneous, unmerited favor in action, his freely bestowed lovingkindness in operation, bestowing salvation upon guilt-laden sinners who turn to him for refuge. ... We think of the Judge who not only remits the penalty but also cancels the guilt of the offender and even adopts him as his own son” (= Kasih karunia, seperti digunakan di sini, adalah kebaikan Allah yang spontan dan tak layak kita terima, kebaikanNya yang diberikan dengan cuma-cuma, memberikan keselamatan kepada orang-orang berdosa yang penuh dengan kesalahan yang berpaling kepadaNya untuk perlindungan. ... Kita berpikir tentang seorang Hakim yang bukan hanya mengampuni hukuman tetapi juga membatalkan kesalahan dari si pelanggar dan bahkan mengadopsinya sebagai anaknya sendiri) - hal 48.

Catatan: kata KHARIS dalam bahasa Yunani [= grace (= kasih karunia)] mempunyai sangat banyak arti dan penggunaan. Karena itu, jangan heran kalau dalam ayat-ayat lain, kata itu diartikan secara berbeda.

b) ‘damai sejahtera’.

William Hendriksen (tentang Ro 1:7): “Grace brings peace. The latter is both a state, that of reconciliation with God, and a condition, the inner conviction that consequently all is well. ... It is not the reflection of an unclouded sky in the tranquil waters of a picturesque lake, but rather the cleft of the rock in which the Lord hides his children when the storm is raging” (= Kasih karunia membawa damai. Yang terakhir merupakan suatu keadaan damai dengan Allah, dan suatu kondisi, suatu keyakinan di dalam batin / hati bahwa sebagai akibatnya semua baik-baik saja. Ini bukanlah bayangan dari langit yang tidak berawan dalam air yang tenang dari suatu danau yang indah, tetapi lebih seperti celah dari batu karang dalam mana Tuhan menyembunyikan anak-anakNya ketika badai sedang mengamuk) - hal 48.

Ucapan syukur dan doa Paulus.

Surat Filemon 1:4-7: “(4) Aku mengucap syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingat engkau dalam doaku, (5) karena aku mendengar tentang kasihmu kepada semua orang kudus dan tentang imanmu kepada Tuhan Yesus. (6) Dan aku berdoa, agar persekutuanmu di dalam iman turut mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk Kristus. (7) Dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati orang-orang kudus telah kauhiburkan, saudaraku”.

1) “Aku mengucap syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingat engkau dalam doaku” (Surat Filemon 1:4).

a) Terjemahan bagian ini.

Dalam bahasa Yunaninya, kata-kata ‘setiap kali’ / ‘always’ bisa dihubungkan dengan ‘mengucap syukur’ atau dengan ‘mengingat engkau dalam doaku’. Jadi, kalimat ini bisa mempunyai 2 terjemahan:

1. ‘Aku selalu mengucap syukur kepada Allahku, pada waktu aku mengingat engkau dalam doaku’. Ini seperti NIV.

NIV: ‘I always thank my God as I remember you in my prayers’ (= Aku selalu mengucap syukur kepada Allahku pada waktu aku mengingat engkau dalam doa-doaku).

2. ‘Aku mengucap syukur kepada Allahku tentang engkau dan selalu mengingat engkau dalam doaku’. Ini seperti KJV dan Kitab Suci Indonesia.

KJV: ‘I thank my God, making mention of thee always in my prayers’ (= Aku mengucap syukur kepada Allahku, selalu menyebutmu dalam doa-doaku).

Calvin memilih terjemahan yang pertama.

b) Paulus berdoa untuk hal untuk mana ia mengucap syukur.

Calvin: “It deserves attention, that he at the same time prays for that very thing for which he ‘give thanks.’ Even the most perfect, so long as they live in the world, never have so good ground for congratulation as not to need prayers, that God may grant to them, not only to persevere till the end, but likewise to make progress from day to day”(= Perlu mendapatkan perhatian, bahwa ia pada saat yang sama berdoa untuk hal untuk mana ia ‘mengucap syukur’. Bahkan orang yang paling sempurna, selama mereka hidup dalam dunia ini, tidak pernah mempunyai dasar yang begitu baik untuk ucapan selamat sehingga tidak membutuhkan doa-doa, supaya Allah memberikan kepada mereka, bukan hanya untuk bertekun sampai akhir, tetapi juga untuk bisa maju dari hari ke hari) - hal 349.

Penerapan: kita mungkin sering menganggap pengucapan syukur sebagai tindakan terakhir. Misalnya kalau kita berdoa untuk suatu hal, dan setelah doa itu terkabul, kita lalu bersyukur, dan lalu berhenti berdoa untuk hal itu. Tetapi Paulus tidak demikian. Ia bersyukur, tetapi terus berdoa untuk hal tersebut.

c) Kita mungkin berdoa untuk orang lain, tetapi apakah kita mengucap syukur untuk orang lain?

Apakah kita melakukan hal ini atau tidak menunjukkan seberapa besar kasih kita untuk orang itu, dan juga seberapa besar kita merasa satu (dalam Kristus) dengan orang itu.

d) Bahwa Paulus mengucap syukur kepada Allah untuk hal-hal yang baik yang ada dalam diri Filemon (bdk Surat Filemon 1:5), menunjukkan bahwa hal-hal baik itu berasal dari Allah.

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

· Hos 14:9 - “Efraim, apakah lagi sangkut pautKu dengan berhala-berhala? Akulah yang menjawab dan memperhatikan engkau! Aku ini seperti pohon sanobar yang menghijau, dari padaKu engkau mendapat buah”.

Catatan: dalam Kitab Suci Inggris ayat ini ada dalam Hos 14:8.

· Yoh 15:4-5 - “(4) Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. (5) Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”.

· Kis 18:27 - “Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya”.

· 1Kor 15:10 - “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkanNya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku”.

Penerapan: kalau saudara selalu menyadari bahwa semua hal baik yang ada dalam diri saudara berasal dari Allah, maka saudara tidak akan pernah menjadi orang yang sombong, tetapi saudara akan menjadi orang yang selalu mengucap syukur.

Bdk. 1Kor 4:7 - “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?”.

2) “karena aku mendengar tentang kasihmu kepada semua orang kudus dan tentang imanmu kepada Tuhan Yesus” (Surat Filemon 1:5).

Bandingkan dengan: 
Ef 1:15 - “Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus”. 
Kol 1:4 - “karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus”. 

a) ‘aku mendengar’.

Dari mana Paulus mendengar tentang Filemon? Rupanya dari sedikitnya 2 orang:

1. Epafras, yang rupanya merupakan pendiri dan juga pendeta / pemimpin rohani dari gereja Kolose (Kol 1:7-8 4:12,13), yang pada saat itu kelihatannya dipenjara bersama dengan Paulus (Filemon 23).

Kol 1:7-8 - “(7) Semuanya itu telah kamu ketahui dari Epafras, kawan pelayan yang kami kasihi, yang bagi kamu adalah pelayan Kristus yang setia. (8) Dialah juga yang telah menyatakan kepada kami kasihmu dalam Roh”.

Kol 4:12-13 - “(12) Salam dari Epafras kepada kamu; ia seorang dari antaramu, hamba Kristus Yesus, yang selalu bergumul dalam doanya untuk kamu, supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah. (13) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang dia, bahwa ia sangat bersusah payah untuk kamu dan untuk mereka yang di Laodikia dan Hierapolis”.

Filemon 23 - “Salam kepadamu dari Epafras, temanku sepenjara karena Kristus Yesus”.

Catatan: William Hendriksen mengatakan ada orang-orang yang berpendapat bahwa Pauluslah pendiri gereja Kolose, tetapi ia sendiri tidak setuju dengan pandangan ini. Menurut dia, Epafraslah pendiri gereja Kolose (Introduction to Colossians and Philemon, hal 15).

2. Dari Onesimus sendiri.

Bahwa Onesimus lari dari Filemon jelas karena ada ketidak-senangan dalam dirinya terhadap Filemon, tetapi William Hendriksen menganggap bahwa pertobatan Onesimus pasti membuat pemikirannya tentang Filemon berubah, sehingga bisa saja ia juga memberitahu Paulus tentang kebaikan Filemon.

b) ‘Iman’ dan ‘kasih’.

Iman kepada Kristus dan kasih kepada sesama saudara seiman merupakan 2 hal yang terpenting dalam kerohanian kita. Karena mendengar tentang 2 hal yang baik dalam diri Filemon inilah maka Paulus selalu mengucap syukur pada waktu ia berdoa untuk Filemon.

Jadi, kesalehan Filemon yang didengar oleh Paulus, menyebabkan Paulus selalu bersukacita / mengucap syukur.

Renungkan: Kira-kira kalau orang mendengar tentang saudara, apakah mereka bersyukur kepada Allah atau bersedih hati?

c) Iman dikatakan ‘kepada Tuhan Yesus’ karena iman kita memang khususnya memandang kepada Kristus, dan tidak ada jalan lain selain melalui Dia melalui mana Allah bisa dikenal. Juga di luar Dia tidak ada berkat yang bisa kita temukan.

d) ‘Kasih kepada semua orang kudus’ tidak berarti bahwa kita tidak harus mengasihi orang-orang non kristen. Tetapi memang kasih kepada orang percaya harus lebih diutamakan.

Bdk. Gal 6:10 - “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”.

e) Posisi ‘iman’ dan ‘kasih’ terbalik, karena iman seharusnya mendahului kasih. Juga obyek dari iman dan kasih itu dibalik. Tetapi hal kedua ini tidak terlihat dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia karena Kitab Suci Indonesia tidak menterjemahkan secara hurufiah. Karena itu, perhatikan terjemahan KJV di bawah ini.

KJV: ‘Hearing of thy love and faith, which thou hast toward the Lord Jesus, and toward all saints’ (= Mendengar tentang kasih dan imanmu, yang engkau miliki kepada Tuhan Yesus, dan kepada semua orang kudus).

Kata ‘kasih’ mendahului ‘iman’, tetapi pada waktu menyebutkan obyeknya, kata-kata ‘kepada Tuhan Yesus’ mendahului kata-kata ‘kepada semua orang kudus’.

Mengapa harus terjadi 2 pembalikan seperti ini?

1. Kasih didahulukan dari iman, mungkin karena Paulus memang ingin menekankan kasih Filemon, dengan tujuan untuk secara tidak langsung mengatakan hal sebagai berikut: kamu sudah banyak menunjukkan kasih kepada sesama saudara seiman, sekarang, tunjukkanlah kasihmu kepada Onesimus. Karena hal ini merupakan penekanan surat Filemon ini, maka Paulus mendahulukan ‘kasih’ dari ‘iman’ (William Hendriksen, hal 213, footnote).

2. Penyilangan obyek dari iman dan kasih dalam ayat ini.

Albert Barnes mengatakan bahwa penyilangan seperti ini bukan merupakan sesuatu yang tidak biasa, dan hal ini juga terjadi misalnya dalam kasus Mat 12:22.

Mat 12:22 - “Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat”.

KJV: ‘Then was brought unto him one possessed with a devil, blind, and dumb: and he healed him, insomuch that the blind and dumb both spake and saw’ (= Lalu dibawalah kepadaNya seseorang yang kerasukan setan, buta dan bisu: dan Ia menyembuhkannya, sehingga orang buta dan bisu itu berbicara dan melihat).

NIV: ‘Then they brought him a demon-possessed man who was blind and mute, and Jesus healed him, so that he could both talk and see’ (= Lalu mereka membawa kepadaNya seorang yang kerasukan setan yang buta dan bisu, dan Yesus menyembuhkannya, sehingga ia bisa berbicara dan melihat).

3) “Dan aku berdoa, agar persekutuanmu di dalam iman turut mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk Kristus” (Surat Filemon 1:6).

Ayat ini, khususnya pada bagian akhirnya, merupakan ayat yang sukar terjemahannya, dan ini menimbulkan terjemahan dan penafsiran yang berbeda-beda.

KJV: ‘That the communication of thy faith may become effectual by the acknowledging of every good thing which is in you in Christ Jesus’ (= Supaya pemberitaan imanmu bisa menjadi efektif oleh pengakuan terhadap setiap hal yang baik yang ada dalam kamu dalam Kristus Yesus).

NIV: ‘I pray that you may be active in sharing your faith, so that you will have a full understanding of every good thing we have in Christ’ (= Aku berdoa supaya engkau bisa aktif dalam mensharingkan imanmu, sehingga engkau akan mendapatkan pengertian penuh tentang setiap hal yang baik yang kita miliki dalam Kristus).

Mungkin terjemahan NIV inilah yang paling baik.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘persekutuan’ dalam Kitab Suci Indonesia adalah KOINONIA. Sekalipun kata Yunani ini memang bisa diartikan seperti itu, tetapi juga bisa diartikan ‘pemberitaan’ / ‘pensharingan’.

Calvin: “What blessing then did he ask for Philemon? That his faith, exercising itself by good works, might be proved to be true, and not unprofitable. He calls it ‘the communication of faith,’ because it does not remain inactive and unconcealed within, but is manifested to men by actual effects. Although faith has a hidden residence in the heart, yet it communicates itself to men by good works” (= Berkat apa yang ia minta untuk Filemon? Supaya imannya, yang menyatakan dirinya sendiri oleh perbuatan baik, bisa terbukti kebenarannya, dan berguna. Ia menyebutnya ‘pemberitaan / pensharingan iman’, karena itu tidak tetap pasif dan tersembunyi di dalam, tetapi dimanifestasikan kepada orang-orang oleh hasil / pengaruh yang sungguh-sungguh. Sekalipun iman mempunyai tempat tinggal yang tersembunyi dalam hati, tetapi iman itu mensharingkan dirinya sendiri kepada orang-orang oleh perbuatan baik) - hal 350-351.

Barnes’ Notes: “‘That the communication of thy faith.’ That is, this was a subject of prayer on the part of the apostle, that the ‘communication of his faith’ might receive from all the proper acknowledgment of the good which he did in the Christian cause. The phrase translated ‘communication of thy faith,’ means the making of thy faith common to others; that is, enabling others to partake of the fruits of it, to wit, by good deeds” (= ‘Supaya pemberitaan imanmu’. Artinya, ini merupakan subyek doa dari sang rasul, supaya ‘pemberitaan imannya’ bisa menerima dari semua orang pengakuan tentang apa yang baik yang ia lakukan dalam perkara Kristen. Ungkapan yang diterjemahkan ‘pemberitaan imanmu’ berarti tindakan membuat imanmu umum bagi orang-orang lain; yaitu, memampukan orang-orang lain ikut ambil bagian dari buah-buah iman itu, yaitu, oleh perbuatan-perbuatan baik).

Barnes’ Notes: “Calvin has well expressed the sense of this passage. ‘It is to be observed that the apostle here does not proceed in the commendation of Philemon, but rather expresses what he desires for him from the Lord. These words are connected with those in which he says that he remembered him in his prayers. What, therefore, did he desire for Philemon? That his faith, expressing itself by good fruits, might be shown to be true and not vain. For he calls that the communication of his faith when it does not remain inoperative within, but bears itself forth to benefit men by its proper effects. For although faith has its proper seat in the heart, yet it communicates itself to men by good works.’ The meaning is, that he desired that Philemon would so make common the proper fruits of faith by his good deeds toward others, that all might acknowledge it to be genuine and efficacious” (= Calvin telah menyatakan dengan baik arti dari text ini. ‘Harus diperhatikan bahwa sang rasul di sini tidak meneruskan pujian terhadap Filemon, tetapi menyatakan apa yang ia inginkan baginya dari Tuhan. Kata-kata ini dihubungkan dengan kata-kata dalam mana ia mengatakan bahwa ia mengingatnya dalam doa-doanya. Karena itu, apa yang ia inginkan untuk Filemon? Supaya imannya, yang menyatakan dirinya sendiri oleh buah-buah yang baik, bisa ditunjukkan benar dan tidak sia-sia. Karena ia menyebutkan supaya pemberitaan imannya pada waktu iman itu tidak tinggal diam / tidak bekerja di dalam, tetapi berbuah bagi keuntungan manusia oleh hasil-hasilnya yang benar. Karena sekalipun iman mempunyai kedudukan yang benar di hati, tetapi iman itu memberitakan dirinya sendiri kepada manusia oleh perbuatan-perbuatan baik’. Artinya, bahwa ia menginginkan bahwa Filemon akan membuat umum buah-buah yang benar dari iman oleh perbuatan-perbuatannya yang baik terhadap orang-orang lain, sehingga semua orang bisa mengakuinya sebagai iman yang asli dan membuahkan hasil yang semestinya).

Barnes’ Notes: “‘May become effectual.’ Greek, ‘May be energetic’ (ENERGEES); may become operative, active, effective” [= ‘Bisa menjadi efektif’. Yunani, ‘Bisa menjadi energik’ (ENERGEES); bisa menjadi bekerja, aktif, berhasil].

Vincent: “His liberality and love will result in perfect knowledge of God’s good gifts. ... He that gives for Christ’s sake becomes enriched in the knowledge of Christ” (= Kedermawanan dan kasihnya akan menghasilkan pengenalan yang sempurna tentang pemberian-pemberian yang baik dari Allah. ... Ia yang memberi demi Kristus menjadi diperkaya dalam pengenalan terhadap Kristus).

Dari sini terlihat bahwa Filemon adalah orang kaya yang tidak pelit, baik bagi Tuhan maupun bagi sesama saudara seiman. Ia banyak menggunakan kekayaannya untuk menolong orang lain. Dan ini disebut oleh Paulus sebagai pemberitaan / pensharingan imannya.

Catatan: kita harus sangat berhati-hati dengan bagian ini. Ini sama sekali tidak berarti bahwa orang Kristen boleh melakukan ‘pemberitaan iman’ hanya dengan melakukan perbuatan baik! Perbuatan baik memang penting tetapi itu tidak bisa menggantikan pemberitaan Injil!

Bdk. Ro 10:13-14,17 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? ... (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.

Kalau Paulus menginginkan supaya Filemon memberitakan imannya melalui perbuatan-perbuatan baik, pasti secara implicit ia memaksudkan supaya Filemon juga melakukan hal ini dalam urusan dengan Onesimus.

4) “Dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati orang-orang kudus telah kauhiburkan, saudaraku” (Surat Filemon 1:7).

Barnes’ Notes: “The word here rendered ‘joy’ (CHARIN), properly means ‘grace.’ A large number of manuscripts, however, instead of this word, have CHARAN, ‘joy.’” [= Kata yang di sini diterjemahkan sukacita / kegembiraan (KHARIN), sebetulnya berarti ‘kasih karunia’. Tetapi sejumlah besar manuscripts bukannya mempunyai kata ini, tetapi kata KHARAN, ‘sukacita’].

Kata ‘kauhiburkan’ dalam KJV diterjemahkan ‘refreshed’, dan kata Yunaninya juga digunakan dalam Mat 11:28-29 - “(28) Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”.

William Hendriksen: “it indicates ‘rested,’ and thus ‘revived,’ having obtained fresh courage and vigour” (= kata ini menunjuk pada tindakan beristirahat sehingga disegarkan kembali, setelah mendapatkan keberanian dan semangat yang segar / baru) - hal 7 (footnote).

Kelihatannya Filemon melakukan sesuatu untuk orang-orang lain sehingga menghiburkan / menyegarkan mereka, dan ini menyebabkan Paulus merasa sukacita.

Calvin mengatakan bahwa ini kasih yang luar biasa, karena Paulus merasa sukacita karena sesuatu yang diterima oleh orang-orang lain.

Bdk. 1Kor 12:26 - “Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita”.

William Hendriksen mengatakan bahwa kata-kata Surat Filemon 1:7 ini secara implicit juga bermaksud sebagai berikut: kalau kamu telah menyegarkan orang-orang lain, maka sekarang segarkanlah Onesimus.

Surat Filemon 1:8-11: “(8) Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan, (9) tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu. Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus, (10) mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus (11) - dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku”.

1) “Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan, tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu” (ay 8-9a).

Paulus bukan memerintahkan, tetapi meminta. Sebagai rasul, ia mempunyai hak untuk memerintah. Tetapi ia lebih senang untuk tidak menggunakan ototritasnya. Ia lebih senang meminta, sehingga Filemon melakukannya bukan karena terpaksa ( SURAT FILEMON 1:14).

Calvin: “By his example he shows that pastors should endeavour to draw disciples gently rather than to drag them by force” (= Oleh teladannya ia menunjukkan bahwa pendeta-pendeta harus berusaha untuk menarik murid-murid dengan lembut dari pada menyeret mereka secara paksa / dengan kekuatan) - hal 353.

Sebetulnya ini bukan hanya untuk pendeta, tetapi kalau bisa juga untuk seadanya majikan / atasan / boss. Lebih baik meminta, sehingga orang yang diminta melakukan dengan kerelaan, dari pada memerintah, sehingga yang diperintah melakukan dengan terpaksa. Semua yang dilakukan dengan rela, lebih baik dari pada yang dilakukan dengan terpaksa.

2) “Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus” (Surat Filemon 1:9b).

a) “Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua”.

Calvin menterjemahkan kata-kata yang saya garis-bawahi itu sebagai ‘elder’ (= tua-tua), dan mengatakan bahwa ini tidak menunjuk pada usia tua, tetapi pada jabatan (tua-tua / penatua).

Ada juga penafsir yang menterjemahkan sebagai ‘ambassador’ (= duta besar)

William Hendriksen (hal 217, footnote) menolak semua ini, dan tetap menterjemahkan ‘an old man’, dengan alasan: kalau Paulus dalam ay 1 menghindari sebutan ‘rasul’ untuk dirinya, tidak mungkin dalam ayat ini ia lalu menggunakan sebutan lain yang menunjuk pada jabatan gereja bagi dirinya. Jadi ‘an old man’ lebih masuk akal.

b) “lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus”.

Kata-kata ini kelihatannya diucapkan oleh Paulus supaya Filemon tidak menolak permintaannya. Karena Filemon dan Paulus mempunyai agama yang sama, maka pemenjaraan Paulus bisa memotivasi Filemon untuk mengabulkan permintaan Paulus, untuk bisa menyenangkan Paulus, dan dengan demikian meringankan penderitaan Paulus dalam penjara.

3) “mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus” (Surat Filemon 1:10).

a) Permintaan Paulus berkenaan dengan budak Filemon yang bernama Onesimus.

Calvin: “The singular loftiness of the mind of Paul, though it may be seen to greater advantage in his other writings which treat of weightier matters, is also attested by this Epistle, in which, while he handles a subject otherwise low and mean, he rises to God with his wonted elevation. Sending back a runaway slave and thief, he supplicates pardon for him. But in pleading this cause, he discourses about Christian forbearance with such ability, that he appears to speak about the interests of the whole Church rather than the private affairs of a single individual. In behalf of a man of the lowest condition, he demeans himself so modestly and humbly, that nowhere else is the meekness of his temper painted in a more lively manner” (= Kemuliaan / keagungan yang luar biasa dari pikiran Paulus, sekalipun itu bisa terlihat lebih bermanfaat dalam tulisan-tulisannya yang lain dimana ia membahas hal-hal yang lebih penting, juga diperlihatkan oleh Surat ini, dalam mana, sementara ia menangani suatu persoalan yang rendah dan hina, ia naik kepada Allah dengan peninggiannya yang biasa. Pada waktu mengirimkan kembali seorang budak dan pencuri yang melarikan diri, ia memohonkan ampun baginya. Tetapi pada waktu memohon tentang perkara ini, ia membicarakan tentang kesabaran Kristen dengan kemampuan sedemikian rupa, sehingga ia kelihatannya berbicara tentang kepentingan dari seluruh Gereja dan bukannya persoalan pribadi dari satu individu. Demi seseorang dari kondisi yang paling rendah, ia merendahkan dirinya sendiri dengan begitu sopan dan rendah hati, sehingga tidak ada tempat lain dimana kelembutan dari tabiat / sifatnya digambarkan dengan cara yang lebih hidup) - hal 347-348.

Paulus bukan hanya mau melayani orang penting / kaya / berkedudukan dsb, tetapi juga mau melayani orang hina / remeh / tak berarti seperti Onesimus. Paulus bukan hanya mau menangani doktrin-doktrin besar / penting, tetapi juga mau menangani persoalan pribadi dari orang yang sangat rendah, yaitu seorang budak / pencuri yang melarikan diri dari tuannya!

Tindakan Paulus ini meneladani Kristus, yang di kayu salib melayani seorang penjahat yang sekarat (Luk 23:42-43), dan melayani seorang perempuan Samaria, yang adalah seorang pelacur (Yoh 4)!

Penerapan: gereja / pendeta yang hanya mau melayani dalam seminar / KKR, tetapi tak mau melakukan pelayanan di penjara / panti asuhan, adalah gereja / pendeta / orang Kristen yang tidak meneladani Kristus maupun Paulus!

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa Paulus bukan hanya mau melakukan pelayanan remeh / rendah, tetapi juga mau meresikokan hubungannya dengan Filemon, demi hal remeh tersebut!

Jadi, gereja / pendeta / orang Kristen harus mau melayani orang-orang yang rendah / tidak penting, bahkan pada saat pelayanan itu mempunyai resiko untuk mendapat kerugian!

Pelayanan memang tak boleh dilakukan berdasarkan untung rugi / besar kecilnya, tetapi berdasarkan benar / tidaknya pelayanan itu, atau apakah Tuhan menghendaki pelayanan itu atau tidak. Gereja / pendeta / orang Kristen harus mengambil keputusan bukan berdasarkan untung ruginya tetapi berdasarkan benar tidaknya hal itu!

Penerapan: kalau ada seorang pelacur masuk ke gereja ini dan ia ingin bertobat dengan sungguh-sungguh, bukankah kita harus menerimanya? Tentu saja ya! Tetapi bagaimana jika ada orang kaya dalam gereja ini, yang merasa dirinya terlalu tinggi untuk berdekatan dengan seorang pelacur, dan menuntut saya dan pengurus untuk menolak pelacur itu? Bandingkan dengan anak sulung yang marah pada waktu bapanya menerima anak bungsu yang kembali (Luk 15:28-30)! Kalau kita menerima pelacur itu, kita beresiko kehilangan orang kaya itu. Haruskah kita mengorbankan pelacur itu demi orang kaya itu? Pertanyaan ini sebaiknya dijawab juga dengan sebuah pertanyaan: haruskan bapa itu mengorbankan anak bungsunya demi anak sulungnya? Di sini harus ditekankan bahwa dalam mengambil keputusan, kita tidak boleh memutuskan demi untung ruginya tindakan tersebut (ini politik!), tetapi harus berdasarkan benar tidaknya tindakan tersebut (ini kebenaran!).

b) Paulus menyebut Onesimus sebagai anaknya, yang telah ia peranakkan dalam penjara.

Ay 10 (KJV): ‘I beseech thee for my son Onesimus, whom I have begotten in my bonds’ (= Aku memohon kepadamu untuk anakku Onesimus, yang telah kuperanakkan dalam penjara).

1. Merupakan sesuatu yang lazim untuk menyebut orang yang dipertobatkan sebagai ‘anak’ (secara rohani).

Bdk. 1Kor 4:14-15 - “(14) Hal ini kutuliskan bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegor kamu sebagai anak-anakku yang kukasihi. (15) Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu”.

Memang pertobatan Onesimus bukan terjadi oleh pekerjaan / kuasa Paulus, karena kelahiran baru maupun pertobatan seseorang merupakan pekerjaan Allah / Roh Kudus sendiri! Tetapi karena seseorang menjadi anak Allah karena iman, dan iman timbul dari pendengaran (Ro 10:14,17), maka orang yang memberitakan Injil sehingga seseorang percaya kepada Kristus disebut sebagai bapa / orang tuanya.

Ro 10:14,17 - “(14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? ... (17) Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.

2. Apakah ayat ini, dan juga 1Kor 4:14-15 di atas, bertentangan dengan Mat 23:9?

Mat 23:9 - “Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga”.

Dengan mengatakan bahwa Onesimus adalah anaknya, dan ia yang memperanakkan Onesimus, itu sama dengan mengatakan dirinya sebagai bapa dari Onesimus. Bukankah itu bertentangan dengan Mat 23:9 di atas? Bagaimana kita bisa mengharmoniskan ayat-ayat yang kelihatannya saling bertentangan ini?

Pertama-tama mari kita melihat seluruh kontext dari Mat 23:9 itu.

Mat 23:6-12 - “(6) mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; (7) mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. (8) Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. (9) Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. (10) Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. (11) Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. (12) Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”.

Catatan: Kata ‘rabi’ berarti ‘guru’ / ‘pengajar’. Bdk. Yoh 1:38b - “Kata mereka kepadaNya: ‘Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?’”.

Dalam menafsirkan Mat 23:8-10 ini, kita harus memperhatikan bahwa:

· Paulus menyebut dirinya ‘bapa rohani’ (1Kor 4:15 Fil 2:22).

Fil 2:22 - “Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya”.

· Paulus menyebut dirinya ‘pengajar’ / ‘guru’ (1Tim 2:7 2Tim 1:11).

1Tim 2:7 - “Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul - yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta - dan sebagai pengajarorang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran”.

2Tim 1:11 - “Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru”.

· Jabatan dalam gereja diberikan oleh Tuhan, termasuk ‘pengajar’.

Ef 4:11 - “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar”.

1Kor 12:28a - “Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar”.

· Kitab Suci sendiri menggunakan sebutan ‘pemimpin’ untuk pemimpin gereja.

Ibr 13:7,17,24 - “(7) Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka. ... (17) Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu. ... (24) Sampaikanlah salam kepada semua pemimpin kamu dan semua orang kudus. Terimalah salam dari saudara-saudara di Italia”.

Karena itu, jelaslah bahwa dalam menafsirkan Mat 23:8-10, kita harus memperhatikan bahwa: “The prohibition must be understood in the spirit and not in the letter” (= Larangan ini harus dimengerti menurut arti yang sebenarnya, dan bukan menurut arti hurufiahnya).

Untuk bisa mengetahui arti yang sebenarnya, maka ada 2 hal yang harus diperhatikan:

a. Arah / penekanan dari kontex (Mat 23:6-12).

Mat 23:6-12 - “(6) mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; (7) mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. (8) Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. (9) Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. (10) Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. (11) Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. (12) Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”.

Mat 23:6-7 jelas menyerang kesombongan, sifat ingin dihor­mati / ditinggikan dsb.

Mat 23:11-12 jelas juga mengajar kerendahan hati dan melarang peninggian diri sendiri.

Jadi jelas bahwa Mat 23:8-10 terletak dalam kontext (Mat 23:7-12) yang menekankan bahwa kita harus rendah hati, tidak boleh ingin dihormati / meninggikan diri dsb.

b. Penekanan dari Mat 23:8-10 sendiri.

Mat 23:8 menunjukkan Yesus sebagai satu-satunya Rabi yang sejati; sedangkan semua orang kristen adalah saudara / setingkat (hanya Yesus yang ada di atas!).

Mat 23:9 menunjukkan hanya ada 1 Bapa.

Mat 23:10 menujukkan hanya ada 1 pemimpin yaitu Mesias.

Jadi, penekanan dari Mat 23:8-10 ini adalah: kemuliaan hanya boleh diberikan kepada Allah; kita tidak boleh mengurangi kemuliaan Allah dengan memberikannya kepada manusia.

Kesimpulan: Larangan menyebut rabi, bapa, pemimpin hanya berlaku kalau:

· Orang itu ingin disebut demikian untuk meninggikan dirinya.

· Sebutan terhadap orang itu mengaburkan / mengurangi kemuliaan Allah / Tuhan Yesus.

Calvin (tentang Mat 23:9): “The true meaning therefore is, that the honour of a father is falsely ascribed to men, when it obscures the glory of God” (= Arti sebenarnya adalah, bahwa penghormatan dari bapa secara salah ditujukan kepada manusia, kalau itu mengaburkan kemuliaan Allah).

Jadi, selama kedua point di atas tidak terjadi, maka tak ada salahnya menyebut seseorang sebagai ‘bapa’, ‘guru’, ataupun ‘pemimpin’!

Juga, Mat 23:8-10 ini (khususnya Mat 23:8 - ‘kamu semua adalah saudara’), tidak bisa dipakai untuk membenarkan adanya ‘gereja tanpa gembala’ (gereja yang menolak adanya gembala / pendeta), seperti Gereja Sidang Jemaat Kristus. Ingat bahwa jabatan gembala itu juga diberikan oleh Tuhan (Ef 4:11)!

3. Paulus tidak merasa terlalu tinggi untuk memberitakan Injil / melayani seorang budak!

Bahwa Onesimus bisa menjadi anak rohani Paulus, jelas menunjukkan bahwa Paulus telah memberitakan Injil kepada dia, yang adalah seorang budak.

Bdk. 1Kor 7:20-21 - “(20) Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah. (21) Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu”.

Ini kelihatannya menunjukkan bahwa pada abad pertama itu ada banyak budak yang bertobat / percaya kepada Kristus. Bahwa mereka bertobat, pasti menunjukkan bahwa mereka diinjili oleh orang-orang kristen. Jadi, orang Kristen pada saat itu juga tidak merasa diri terlalu tinggi untuk memberitakan Injil kepada seorang budak.

Ini merupakan hal yang harus kita tiru. Memang jaman sekarang tidak ada lagi budak, tetapi ada orang-orang rendahan, miskin, tidak terpelajar, dan sebagainya. Apakah dalam memberitakan Injil saudara hanya mau menjangkau orang kaya, berkedudukan tinggi, populer, tetapi tidak mau menjangkau orang-orang rendahan? Kristus juga mati untuk orang kelas bawah, dan karena itu kita juga harus memberitakan Injil kepada mereka!

4. Calvin menganggap sebutan ‘anakku’ ini sebagai suatu perendahan yang luar biasa, karena ia menggunakan sebutan itu terhadap seorang budak, seorang pelarian, dan seorang pencuri!

c) Kalau tadi dalam SURAT FILEMON 1:5 Paulus telah memuji kasih Filemon terhadap orang-orang kudus, maka sekarang dengan mengatakan bahwa Onesimus telah bertobat, secara implicit ia menghendaki supaya Filemon yang mengarahkan kasihnya kepada Onesimus. Bdk. SURAT FILEMON 1:16 - “sebagai saudara yang kekasih”.

4) “dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku” (Surat Filemon 1:11).

a) Nama Onesimus ini artinya ‘berguna / bermanfaat’.

Perhatikan kata-kata Paulus dalam SURAT FILEMON 1:10b-11 - “Onesimus - dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku”.

Adam Clarke: “ONESIMUS, ... ‘Useful’ or ‘profitable’ ... The import of this name led the apostle to play upon the word thus: I beseech thee for my son Onesimus - which in time past was to thee UNPROFITABLE, but now PROFITABLE to thee and me” (= ONESIMUS, ... ‘Berguna’ atau ‘bermanfaat’ ... Makna dari nama ini memimpin sang rasul untuk bermain kata sebagai berikut: Aku memohon kepadamu untuk anakku Onesimus - yang pada masa lalu TIDAK BERMANFAAT bagimu, tetapi sekarang BERMANFAAT bagiku dan bagiku).

Jadi, Onesimus yang dulunya adalah orang yang tidak berguna, setelah pertobatannya menjadi orang yang berguna!

Matthew Henry: “Unsanctified persons are unprofitable persons” (= Orang-orang yang tidak dikuduskan adalah orang-orang yang tidak berguna).

Memang, tanpa pertobatan / tindakan datang dan percaya kepada Kristus, semua orang adalah tidak berguna, tak peduli dunia begitu menyanjung mereka!

Barclay mengatakan bahwa dalam surat dari Ignatius, ia menyebutkan bahwa Onesimus adalah bishop / uskup di kota Efesus. Kalau ini memang adalah Onesimus yang sama dengan yang ada di surat Filemon ini, maka ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Budak / pencuri ini akhirnya menjadi seorang uskup di kota Efesus!

Jangan meremehkan siapapun dalam pelayanan. Orang yang tadinya kelihatannya tidak menjanjikan masa depan apa-apa, ternyata bisa menjadi sangat berguna

Juga terapkan hal ini bagi diri saudara sendiri! Apakah saudara berguna bagi Tuhan dan sesama / gereja? Apakah saudara berusaha menjadi orang yang berguna? Kalau saudara tidak menggunakan talenta saudara bagi kemuliaan Tuhan, saudara adalah orang yang tidak berguna.

Bdk. Mat 25:30 - “Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.

Bdk. Mat 12:30 - “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan”.

Dari ayat ini bisa disimpulkan bahwa orang Kristen yang tidak berguna, sebetulnya bukan hanya tidak berguna, tetapi bahkan merugikan!

b) Ini menunjukkan bahwa dengan menjadi orang Kristen, seseorang harus mengalami kemajuan dalam kebergunaan! Orang Kristen yang tidak melayani, jelas tidak bisa mengalami kemajuan dalam kebergunaan!

Bandingkan dengan:

· Mat 3:7-10 - “(7) Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: ‘Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? (8) Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. (9) Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! (10) Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api”.

· Luk 13:6-9 - “(6) Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: ‘Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. (7) Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! (8) Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, (9) mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!’”.

Surat Filemon 1:12-14: “(12) Dia kusuruh kembali kepadamu - dia, yaitu buah hatiku -. (13) Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil, (14) tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela”.

1) “Dia kusuruh kembali kepadamu - dia, yaitu buah hatiku” (Surat Filemon 1:12).

a) Paulus menyebut Onesimus sebagai ‘buah hatiku’, menunjukkan betapa sayangnya ia kepada Onesimus, padahal Onesimus adalah seorang budak yang melarikan diri dari tuannya, dan seorang pencuri.

Calvin: “if the conversion of a man to God were estimated by us, at its proper value, we too would embrace, in the same manner, those who should give evidence that they had truly and sincerely repented” (= jika pertobatan seseorang kepada Allah kita nilai dengan benar, kitapun akan memeluk, dengan cara yang sama, mereka yang memberikan bukti bahwa mereka telah benar-benar dan dengan tulus bertobat) - hal 354.

Catatan: jaman sekarang banyak penipu, yang mengaku bertobat, hanya untuk mendapatkan keuntungan dari orang-orang kristen. Kita harus hati-hati untuk tidak terlalu mudah mempercayai seadanya cerita pertobatan, kalau tidak disertai bukti-bukti pertobatan. Tetapi dalam faktanya, banyak orang Kristen yang terlalu mudah mempercayai cerita-cerita seperti itu, sehingga akhirnya tertipu. Lebih-lebih kalau yang mengaku bertobat adalah tokoh dari agama Islam, maka mereka bukan hanya cepat-cepat menerima dan menolong orang itu, tetapi juga segera menjadikan orang itu pengkhotbah / pendeta tanpa melalui pendidikan / sekolah theologia. Ini adalah tindakan yang sangat bodoh dari orang Kristen! Apakah seorang ahli ekonomi, yang pindah ke bidang kedokteran, bisa langsung menjadi dokter, tanpa pendidikan ilmu kedokteran? Biarpun Islam dan Kristen sama-sama adalah agama, tetapi ajaran dan dasarnya / Kitab Sucinya sama sekali berbeda, sehingga tokoh Islam yang bertobat harus belajar kekristenan mulai dari nol, dari pelajaran katekisasi! Ini sangat berbeda dengan tokoh Yahudi abad pertama yang bertobat. Mengapa? Karena Kitab Sucinya sama, yaitu Perjanjian Lama. Perbedaannya hanya mengenai tafsiran berkenaan dengan Mesias dan syarat keselamatan, sehingga kalau 2 hal ini dibereskan, maka mereka siap menjadi pengkhotbah dalam Kristen.

Juga harus diingat salah satu syarat penatua dalam 1Tim 3:6 - “Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis”.

Jadi, mengangkat orang yang baru bertobat menjadi pendeta, merupakan sesuatu yang bertentangan dengan Kitab Suci!

b) Dengan mengirimkan kembali Onesimus, yang adalah buah hatinya, kepada Filemon, Paulus jelas melakukan pengorbanan. Tetapi seseorang mengatakan bahwa lebih besar lagi pengorbanan yang dilakukan oleh Onesimus dengan mau dikirim kembali kepada tuannya, dari siapa yang lari dan mencuri.

J. B. Lighfoot: “if the claim of duty demanded a great sacrifice from Paul, it demanded a greater still from Onesimus. By returning he would place himself entirely at the mercy of the master whom he had wronged. Roman law, more cruel than Athenian, practically imposed no limits to the power of the master over his slave. The alternative of life and death rested solely with Philemon, and slaves were constantly crucified for far lighter offences than his. A thief and a runaway, he had no claim of forgiveness” (= jika tuntutan kewajiban menuntut pengorbanan besar dari Paulus, maka itu menuntut pengorbanan yang lebih besar lagi dari Onesimus. Dengan kembali ia menempatkan dirinya sendiri sepenuhnya pada belas kasihan dari tuan terhadap siapa ia telah berbuat salah. Hukum Romawi, lebih kejam dari hukum Athena, secara praktis tidak memberi batas pada kuasa dari tuan atas budaknya. Pilihan antara hidup dan mati sepenuhnya ada pada Filemon, dan budak-budak secara terus menerus disalibkan untuk pelanggaran yang jauh lebih ringan dari ini. Seorang pencuri dan pelarian, tidak mempunyai hak untuk pengampunan) - hal 312.

Catatan: kata-kata di atas ini berlaku secara teoretis. Tetapi secara praktis, saya yakin bahwa Paulus yakin bahwa Filemon tidak akan berlaku kejam kepada Onesimus. Kalau tidak, ia tidak akan mengirimkan Onesimus kembali kepada Filemon. Bandingkan dengan point d) di bawah.

Tetapi Onesimus memang harus kembali, karena dari sudut Onesimus berlaku kata-kata Yesus dalam Mat 5:23-24 - “(23) Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, (24) tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu”.

Tindakannya melarikan diri, apalagi dengan mencuri, jelas bersalah dan memberikan suatu ganjelan dalam diri Filemon, dan berdasarkan kata-kata Yesus di atas, ia harus kembali untuk membereskan hal itu. Kalau tidak, itu akan mengganggu hubungannya dengan Allah.

c) Apakah dengan mengirimkan Onesimus kembali kepada Filemon, Paulus / kekristenan mendukung perbudakan?

Barclay: “Christianity in the early days did not attack slavery; to have done so would have been disastrous” (= Kekristenan pada abad-abad awal tidak menyerang perbudakan; melakukan hal itu akan menjadi suatu bencana) - hal 272.

Barclay: “if Christianity had, in fact, given the slaves any encouragement to revolt or to leave their masters, nothing but tragedy could have followed. Any such revolt would have been savagely crushed; any slave who took his freedom would have been mercilessly punished; and Christianity would itself have been branded as revolutionary and subversionary” (= seandainya kekristenan dalam faktanya memberikan dorongan untuk memberontak atau untuk meninggalkan tuan mereka, tidak ada apapun kecuali tragedi yang akan terjadi. Pemberontakan seperti itu akan dihancurkan dengan kejam; budak manapun yang membebaskan dirinya sendiri akan dihukum tanpa belas kasihan; dan kekristenan akan dicap sebagai gerakan yang bersifat revolusioner dan subversif) - hal 271.

Jamieson, Fausset & Brown: “Scripture does not sanction slavery; yet does not begin a political crusade against it. It sets forth principles of love to our fellow-men, sure (as they have done) in due time to undermine and overthrow it, without violently convulsing the existing political fabric, by stirring up slaves against their master” [= Kitab Suci tidak menyetujui / mendukung perbudakan; tetapi tidak memulai suatu peperangan yang bersifat politik terhadap hal itu. Kekristenan memberikan prinsip-prinsip kasih kepada sesama manusia, dengan pasti (seperti yang telah mereka lakukan) pada waktu yang tepat merusak / menggerogoti dan menggulingkan perbudakan, tanpa secara keras / kasar menggoncangkan struktur politik yang sudah ada, dengan menghasut budak-budak menentang tuan mereka].

Barclay: “In the Roman Empire there were as many as 60,000,000 slaves. Slavery began with Roman conquests, slaves being originally mainly prisoners taken in war, ... It was by no means only menial tasks which were performed by slaves. Doctors, teachers, musicians, actors, secretaries, stewards were slaves. In fact, all the work of Rome was done by slaves. Roman attitude was that there was no point in being master of the world and doing one’s own work. Let the slaves do that and let the citizens live in pampered idleness” [= Dalam kekaisaran Romawi ada 60 juta budak. Perbudakan dimulai dengan penaklukan Romawi, mula-mula budak-budak pada umumnya adalah para tawanan perang, ... Bukan hanya tugas-tugas kasar / rendah yang dilakukan oleh budak-budak. Dokter-dokter, guru-guru, musisi-musisi, aktor-aktor, sekretaris-sekretaris, pengurus-pengurus rumah adalah budak-budak. Bahkan dalam faktanya semua pekerjaan Romawi dilakukan oleh budak-budak. Sikap Romawi adalah bahwa tidak ada gunanya menjadi tuan dari dunia tetapi melakukan pekerjaannya sendiri. Biarlah budak-budak yang melakukannya dan biarlah para warga negara (Romawi) hidup dalam kemalasan yang manja] - hal 210.

Barclay: “In Roman law a slave was not a person but a thing; and he had absolutely no legal rights whatsoever. ... The only difference between a slave and a beast or a farmyard cart was that a slave happened to be able to speak. ... In regard to a slave, his master’s will, and even his master’s caprice, was the only law. ... He did not possess even the elementary rights of a person and for him justice did not even exist” (= Dalam hukum Romawi seorang budak bukanlah seorang pribadi tetapi suatu benda; dan ia sama sekali tidak mempunyai hak-hak hukum apapun. ... Satu-satunya perbedaan antara seorang budak dan seekor binatang atau sebuah kereta pertanian adalah bahwa seorang budak bisa berbicara. ... Berkenaan dengan seorang budak, kehendak tuannya, dan bahkan perubahan pikiran secara tiba-tiba dari tuannya, adalah satu-satunya hukum. ... Ia bahkan tidak mempunyai hak-hak dasar dari seorang pribadi, dan bagi dia keadilan bahkan tidak ada) - hal 211.

Barclay: “Some students are puzzled that no New Testament writer ever pleads for the abolition of slavery or even says in so many words that it is wrong. The reason was simple. To have encouraged the slaves to rise against their masters would have been the way to speedy disaster. There had been such revolts before and they had always been quickly and savagely crushed. In any event, such teaching would merely have gained for Christianity the reputation of being a subversionary religion. There are some things which cannot happen quickly; there are some situations in which the leaven has to work and in which haste is the surest way to delay the desired end. The leaven of Christianity had to work for many generations before the abolition of slavery became a practical possibility. Peter was concerned that Christian slaves should demonstrate to the world that their Christianity did not make them disgruntled rebels but rather workmen who had found a new inspiration towards doing an honest day’s work. It will still often happen that, when some situation cannot at the time be changed, the Christian duty is to be Christian within that situation and to accept what cannot be changed until the leaven has worked” (= Sebagian pelajar bingung karena tidak ada penulis Perjanjian Baru yang pernah meminta penghapusan perbudakan atau bahkan mengatakan bahwa hal itu salah. Alasannya sederhana. Mendorong budak-budak untuk memberontak terhadap tuan-tuan mereka merupakan jalan kepada bencana yang cepat. Sebelum saat itu sudah pernah terjadi pemberontakan-pemberontakan dan mereka selalu dihancurkan dengan cepat dan kejam. Bagaimanapun juga, ajaran seperti itu hanya akan menyebabkan kekristenan mendapatkan reputasi sebagai agama yang bersifat subversif. Ada hal-hal yang tidak bisa terjadi dengan cepat; ada situasi-situasi dalam mana ragi harus bekerja dan dalam mana ketergesa-gesaan merupakan jalan yang paling pasti untuk menunda tujuan yang diinginkan. Ragi kekristenan harus bekerja untuk banyak generasi sebelum penghapusan perbudakan menjadi suatu kemungkinan yang praktis. Perhatian Petrus adalah supaya budak-budak kristen mendemonstrasikan kepada dunia bahwa kekristenan mereka tidak membuat mereka menjadi pemberontak-pemberontak yang tidak puas tetapi sebaliknya pekerja-pekerja yang telah menemukan suatu ilham baru untuk melakukan pekerjaan yang jujur. Masih sering terjadi bahwa pada waktu suatu situasi tidak bisa diubah pada saat itu, kewajiban orang kristen adalah untuk menjadi orang kristen dalam situasi itu dan menerima apa yang tidak bisa diubah sampai ragi telah bekerja) - hal 212-213.

Catatan: 3 kutipan dari Barclay ini saya ambil dari buku tafsirannya tentang 1Petrus.

d) Apakah dengan mengirimkan Onesimus kembali kepada Filemon, Paulus tidak bertentangan dengan Ul 23:15?

Ul 23:15-16 - “(15) ‘Janganlah kauserahkan kepada tuannya seorang budak yang melarikan diri dari tuannya kepadamu. (16) Bersama-sama engkau ia boleh tinggal, di tengah-tengahmu, di tempat yang dipilihnya di salah satu tempatmu, yang dirasanya baik; janganlah engkau menindas dia.’”.

Barnes’ Notes: “this passage should not be adduced to prove that we ought to send back runaway slaves to their former masters against their own consent” (= text ini tidak seharusnya dikemukakan untuk membuktikan bahwa kita harus mengirim kembali budak-budak yang melarikan diri kepada tuan-tuan mereka tanpa persetujuan mereka).

Barnes juga mengatakan bahwa Paulus pasti tahu tentang Ul 23:15 dan tidak mungkin bertindak bertentangan dengan ayat itu. Jadi, ia menyimpulkan bahwa Paulus mengirimkan Onesimus kembali kepada Filemon, karena Onesimuslah yang pertama-tama menginginkan hal itu. Mungkin ia merasa bahwa ia memang bersalah dan harus memperbaiki kesalahannya. Paulus hanya menyetujui keinginan Onesimus itu, dan dengan surat ini membantu Onesimus supaya dterima dengan baik oleh Filemon.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah: saya percaya bahwa Ul 23:15 itu tidak berlaku untuk seadanya budak yang melarikan diri dari tuannya. Mungkin ayat itu hanya berlaku kalau tuannya memang kejam dan menindas dia, dan pengiriman budak itu kembali kepada tuannya meresikokan nyawa budak itu secara tidak benar. Tetapi kalau tuannya baik (dan memang ada tuan-tuan yang baik terhadap budaknya), dan budak itu melarikan diri secara salah, apalagi dengan mencuri, maka tidak mungkin bisa diberlakukan Ul 23:15 itu!

Barnes’ Notes (tentang Ul 23:15): “It is of course assumed that the refugee was not flying from justice, but only from the tyranny of his lord” (= Sudah pasti dianggap bahwa budak yang minta perlindungan itu bukanlah lari dari keadilan, tetapi hanya dari tirani / kekejaman tuannya).

Matthew Henry (tentang Ul 23:15): “It is an honourable thing to shelter and protect the weak, provided they be not wicked. God allows his people to patronise the oppressed. The angel bid Hagar return to her mistress, and Paul sent Onesimus back to his master Philemon, because they had neither of them any cause to go away, nor was either of them exposed to any danger in returning” (= Merupakan hal yang terhormat untuk menyembunyikan / memberi tempat bernaung dan melindungi orang-orang lemah, asal mereka tidak jahat. Allah mengijinkan umatNya mendukung / melindungi orang-orang yang tertindas. Malaikat meminta Hagar kembali kepada nyonyanya, dan Paulus mengirim Onesimus kembali kepada tuannya, Filemon, karena mereka tidak mempunyai alasan / penyebab untuk lari, dan juga mereka tidak terbuka terhadap bahaya apapun pada waktu mereka kembali).

Kej 16:4-9 - “(4) Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu. (5) Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: ‘Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau.’ (6) Kata Abram kepada Sarai: ‘Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.’ Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya. (7) Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. (8) Katanya: ‘Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?’ Jawabnya: ‘Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.’ (9) Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.’”.

Catatan: Perhatikan bahwa sekalipun Sarai menindas Hagar, tetapi Hagar yang salah lebih dulu, dengan memandang rendah nyonyanya itu. Karena itu tidak aneh kalau Tuhan menyuruhnya kembali dan membiarkan dirinya ditindas oleh Sarai.

Text Kitab Suci lain yang perlu diperhatikan berkenaan dengan hal ini adalah Kel 23:1-3,6-9 - “(1) ‘Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar. (2) Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum. (3) Juga janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya. ... (6) Janganlah engkau memperkosa hak orang miskin di antaramu dalam perkaranya. (7) Haruslah kaujauhkan dirimu dari perkara dusta. Orang yang tidak bersalah dan orang yang benar tidak boleh kaubunuh, sebab Aku tidak akan membenarkan orang yang bersalah. (8) Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar. (9) Orang asing janganlah kamu tekan, karena kamu sendiri telah mengenal keadaan jiwa orang asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir”.

Mungkin sekali Kel 23:1-2 berlaku secara netral. Jadi, tidak boleh bersaksi palsu untuk membela siapapun, kaya atu miskin. Tetapi Kel 23:6-9 ditujukan untuk menentang tindakan orang-orang yang mau membela orang kaya / gede yang salah dengan memberikan kesaksian palsu bagi mereka. Bdk. 1Raja 21:10,13 dimana Izebel menyuruh saksi-saksi palsu memfitnah Nabot sampai Nabot dihukum mati.

Tetapi perhatikan bahwa terhadap Kel 23:6-9 ini, Kitab Suci memberikan keseimbangan, yaitu dalam Kel 23:3, dimana kita dilarang memihak kepada orang miskin dalam perkaranya. Tentu maksudnya adalah orang miskin yang bersalah.

Jadi, inti dari seluruh text ini adalah bahwa kita tidak boleh berpihak kepada orang kaya ataupun orang miskin. Kita harus berpihak pada kebenaran.

Ini menunjukkan bahwa sikap / motto ‘right or wrong my son / friend / church’ (= benar atau salah anak / teman / gereja saya) harus dibuang jauh-jauh! Jangan bersikap solider / setia kawan dengan orang yang salah!

Penerapan: Karena itu:

· merupakan sesuatu yang salah kalau serikat buruh mendukung buruh yang bersalah.

· merupakan sesuatu yang salah kalau warga membela teman sekampung / sedesanya yang memang bersalah dan lalu ditangkap polisi.

· merupakan sesuatu yang salah kalau polisi / orang selalu membela pengendara sepeda motor pada waktu tabrakan dengan mobil, atau selalu membela pengendara sepeda pada waktu tabrakan dengan sepeda motor.

· merupakan sesuatu yang salah kalau gereja mendukung orang Kristen yang memang bersalah dalam kasus apapun. Bandingkan dengan kasus LPMI di kota Batu. Seandainya mereka ditangkap karena melakukan penginjilan secara benar, maka kita harus mendukung mereka, karena sekalipun penginjilan terhadap orang-orang beragama lain dilarang oleh hukum di Indonesia, tetapi itu diperintahkan oleh Firman Tuhan, dan Firman Tuhan ada di atas hukum negara. Tetapi kalau mereka melakukan penghinaan terhadap Kitab Suci agama lain, itu adalah sesuatu yang melanggar hukum, dan tidak pernah diperintahkan oleh Firman Tuhan, dan karena itu kita tidak boleh membela mereka!

· merupakan sesuatu yang salah kalau ada orang mendukung budak yang lari secara tidak benar sambil mencuri.

e) Gereja / pelayanan bukan alasan untuk lari dari tanggung jawab kita.

Dari peristiwa dimana Paulus menyuruh Onesimus kembali kepada Filemon, sekalipun ia berguna dalam pelayanan terhadap Paulus sendiri, bisa kita lihat bahwa orang Kristen tidak boleh menggunakan pelayanan / gereja sebagai alasan untuk tidak melakukan tanggung jawabnya. Jadi misalnya, bolos sekolah / kerja dengan alasan ke gereja / melakukan pelayanan.

2) “Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil” (SURAT FILEMON 1:13).

Kata-kata ini menunjukkan bahwa Paulus sebetulnya menginginkan bukan hanya bahwa Filemon mengampuni Onesimus, tetapi juga mengirimkannya kembali kepada Paulus. Jadi secara implicit, karena Paulus mengalami penganiayaan / pemenjaraan karena Injil, maka Filemon ‘wajib’ menolong / menyenangkan Paulus, bukan saja dengan mengampuni Onesimus, tetapi juga dengan mengirimnya kembali kepada Paulus.

Dari ‘kewajiban’ Filemon untuk menolong Paulus yang ada dalam penjara karena Injil ini, Calvin mengatakan: “he who endures persecution, for the sake of the gospel, ought not to be regarded as a private individual, but as one who publicly represents the whole Church. Hence, it follows, that all believers ought to be united in taking care of it, so that they may not, as is frequently done, leave the gospel to be defended in the person of one man” (= ia yang mengalami penganiayaan, demi Injil, tidak seharusnya dianggap sebagai seorang pribadi / individu, tetapi sebagai seseorang yang secara umum mewakili seluruh Gereja. Karena itu, sebagai akibatnya, semua orang percaya harus bersatu untuk menanganinya, sehingga mereka tidak boleh, seperti yang sering dilakukan, membiarkan Injil dipertahankan / dibela dalam diri satu orang pribadi) - hal 355.

Catatan: sekali lagi saya tekankan, bahwa kita hanya harus membela orang Kristen yang menderita karena Injil, yang memang merupakan Injil yang benar dan ia beritakan secara benar. Kita tidak boleh membela orang Kristen yang memang salah.

Tetapi William Hendriksen (hal 219) menganggap bahwa tidak ada sedikitpun petunjuk dari sini bahwa Paulus menghendaki Filemon untuk mengirimkan Onesimus kembali kepadanya. Justru dari Filemon 1: 22 terlihat bahwa Paulus yakin ia akan dibebaskan dan bisa mengunjungi Filemon. Jadi, maksud Paulus dengan semua kata-kata ini hanya untuk menunjukkan betapa berharganya Onesimus.

3) “tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela” (SURAT FILEMON 1:14).

Ini menunjukkan bahwa semua yang baik, harus kita lakukan dengan rela, bukan dengan terpaksa. Misalnya dalam memberikan persembahan. Bdk. 2Kor 9:7 - “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita”.

Bukan hanya dalam memberi persembahan saja, tetapi dalam hal-hal baik lainpun kita harus melakukan dengan sukarela, bukan dengan terpaksa. Misalnya: dalam melayani, dalam pergi ke gereja / berbakti, dalam datang ke Pemahaman Alkitab, dan sebagainya.

Ini semua menunjukkan bahwa dalam kekristenan, motivasi merupakan sesuatu yang sangat penting. Tindakan lahiriah yang baik, tanpa motivasi yang baik bukan hanya tidak berharga, tetapi juga merupakan dosa!

Surat Filemon 1:15-19: “(15) Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, (16) bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan. (17) Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri. (18) Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku - (19) aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri: Aku akan membayarnya - agar jangan kukatakan: ‘Tanggungkanlah semuanya itu kepadamu!’ - karena engkau berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri”.

1) “(15) Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, (16) bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan”.

a) Surat Filemon 1:16 jelas menunjukkan bahwa Paulus menganggap Onesimus memang betul-betul sudah bertobat / percaya kepada Yesus, karena ia disebut sebagai ‘saudara’ oleh Paulus.

b) Surat Filemon 1:16 lagi-lagi menunjukkan kerendahan hati Paulus, yang mau menyebut seorang budak / pencuri, sebagai ‘saudara yang kekasih’.

c) ‘Peristiwa yang merugikan’ versus ‘rencana Allah bagi kita’.

Calvin mengatakan bahwa text ini berguna dalam hal sebagai berikut: kalau seseorang membuat kita marah karena sesuatu yang ia lakukan terhadap kita, pikiran kita harus ditenangkan, pada waktu kita mengerti bahwa hal-hal yang dilakukan dengan jahat kepada kita itu telah dibalikkan menuju tujuan yang berbeda oleh rencana Allah.

Contoh: kasus Yusuf yang dijual oleh saudara-saudaranya.

Kej 45:5-8 - “(5) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. (6) Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. (7) Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. (8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir”.

Kej 50:20 - “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar”.

William Hendriksen: “Paul, though by no means clearing Onesimus of guilt, wants Philemon to see and consider God’s glorious, overruling providence. ‘Behold the hand of God, in this happening,’ says he, as it were. God used the evil deed of Onesimus to bring about good, and this both for the runaway himself and for Philemon” (= Paulus, sekalipun sama sekali tidak menganggap Onesimus bersih dari kesalahan, ingin Filemon melihat dan mempertimbangkan providensia Allah yang mulia dan menguasai semua. Ia seakan-akan berkata, ‘Lihatlah tangan Allah, dalam kejadian ini’. Allah menggunakan tindakan jahat dari Onesimus untuk menghasilkan apa yang baik untuk si pelarian itu sendiri dan untuk Filemon) - hal 220.

Barnes’ Notes: “The meaning is, that it was possible that this was permitted in the Providence of God in order that Onesimus might be brought under the influence of the gospel, and be far more serviceable to Philemon as a Christian, than he could have been in his former relation to him. What appeared to Philemon, therefore, to be a calamity, and what seemed to him to be wrong on the part of Onesimus, might have been permitted to occur in order that he might receive a higher benefit. Such things are not uncommon in human affairs” (= Artinya adalah, bahwa adalah mungkin bahwa ini diijinkan dalam providensia Allah supaya Onesimus bisa dibawa ke bawah pengaruh dari Injil, dan menjadi jauh lebih berguna bagi Filemon sebagai seorang Kristen, dari pada ia dalam hubungannya yang dulu dengannya. Karena itu, apa yang bagi Filemon terlihat sebagai bencana, dan apa yang kelihatan baginya sebagai tindakan yang salah dari Onesimus, bisa diijinkan untuk terjadi supaya ia bisa menerima manfaat yang lebih tinggi. Hal seperti itu bukannya tidak biasa dalam urusan manusia).

Penerapan: apakah ada bencana yang terjadi dalam hidup saudara? Apakah ada seseorang / orang-orang yang merugikan saudara? Jangan pandang hal-hal itu. Pandanglah kepada Allah! Ia yang mengijinkan, atau bahkan mengatur terjadinya hal-hal itu, dan kalau saudara memang adalah anakNya, maka Allah pasti melakukan semua itu untuk kebaikan saudara.

Ro 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.

Tetapi ada yang agak mengganggu saya dalam kata-kata dari Albert Barnes di atas, yaitu pada bagian yang saya garis-bawahi. Bukankah pada waktu Onesimus ada di rumah Filemon, ia juga ada di bawah pengaruh Injil? Apa perlunya Allah mengatur sehingga Onesimus mencuri, lari, lalu bertemu Paulus, dan mendapatkan Injil dari Paulus? Ada 2 kemungkinan jawaban:

1. Mungkin, Filemon tidak memberitakan Injil kepada budaknya, dengan alasan yang sama seperti mengapa kebanyakan majikan Kristen tidak memberitakan Injil kepada pembantunya, padahal mereka memberitakan Injil kepada orang-orang lain.

2. Dalam tafsirannya tentang Surat Filemon 1:15, Matthew Poole mengatakan bahwa mungkin Allah mengatur seperti itu, supaya setelah lari dan mencuri dari Filemon, Onesimus bisa dengan lebih mudah disadarkan bahwa ia adalah orang berdosa yang membutuhkan seorang Juruselamat.

Memang, makin seseorang sadar akan dosanya, makin mudah baginya untuk merasakan kebutuhannya terhadap seorang Juruselamat. Karena itu:

a. Kalau saudara belum sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, belajarlah Firman Tuhan sedemikian rupa, sehingga saudara bisa makin sadar akan banyaknya dosa saudara. Dan setelah menyadari banyaknya dosa saudara, pikirkan: bagaimana mungkin dengan dosa-dosa sebanyak itu saudara bisa masuk surga tanpa mempunyai seorang pembayar hutang dosa / Juruselamat / Penebus dosa?

b. Kalau saudara memberitakan Injil, jangan tergesa-gesa memberitakan Kristusnya atau mendorong orang itu untuk percaya kepada Kristus. Orang yang saudara injili itu tidak akan merasa butuh Kristus, kalau ia belum sadar akan dosanya, atau kalau ia belum sadar akan banyaknya dosanya. Jadi, banyaklah melakukan penyadaran dosa. Tetapi awas, jangan lakukan hal ini dengan sikap menghakimi / sok suci!

2) “Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri” (Surat Filemon 1:17).

a) Pembetulan terjemahan.

Kata ‘seiman’ sebetulnya tidak ada, dan kata ‘teman’ seharusnya adalah ‘partner’.

KJV: ‘If thou count me therefore a partner, receive him as myself’ (= Karena itu, jika engkau memperhitungkan aku sebagai seorang rekan, terimalah dia seperti diriku sendiri).

NIV: ‘So if you consider me a partner, welcome him as you would welcome me’ (= Jadi, jika engkau menganggap aku sebagai seorang rekan, sambutlah ia seperti engkau menyambut aku).

NASB: ‘If then you regard me a partner, accept him as you would me’ (= jadi, jika engkau menganggap aku seorang rekan, terimalah dia seperti engkau menerima aku).

b) Paulus, dalam membantu Onesimus, tidak berjuang setengah-setengah.

Calvin: “his example warns us how affectionately we ought to aid a sinner who has given us proof of his repentance” (= teladannya memperingatkan kita betapa dengan penuh kasih kita harus membantu orang berdosa yang telah memberikan kita bukti pertobatannya) - hal 358.

3) “(18) Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku - (19) aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri: Aku akan membayarnya - agar jangan kukatakan: ‘Tanggungkanlah semuanya itu kepadamu!’ - karena engkau berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri”.

a) “kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu”.

1. Ini menunjukkan bahwa Onesimus bukan hanya lari dari tuannya, tetapi juga mencuri dari tuannya.

Calvin menganggap bahwa kata-kata ‘sudah merugikan engkau ataupun berhutuang kepadamu’ merupakan bahasa yang diperhalus untuk ‘mencuri’. Dan memang boleh dikatakan semua penafsir menganggap Onesimus bukan hanya lari dari tuannya tetapi juga mencuri, atau bahkan merampok.

Barclay: “Onesimus must have stolen from Philemon, as well as run away from him. If he had not helped himself to Philemon’s money, it is difficult to see how he could ever have covered the long road to Rome” (= Onesimus pasti telah mencuri dari Filemon, dan juga lari darinya. Jika ia tidak mengambil uang Filemon, adalah sukar untuk melihat bagaimana ia bisa mempunyai uang yang cukup untuk menempuh perjalanan jauh ke Roma) - hal 282.

Catatan: ada yang mengatakan jarak Kolose - Roma adalah 1000 mil. Seorang budak tidak mungkin bisa mempunyai uang dari dirinya sendiri untuk bisa membiayai perjalanan sejauh itu.

2. Orang kafir yang bertobat harus mengganti kerugian yang telah ia perbuat kepada orang lain. Tidak bisa dengan dalih ‘hidup baru’, atau ‘buang hidup lama’ (bdk. 2Kor 5:17), kita lalu ‘melupakan’ hutang / kerugian yang telah kita perbuat kepada orang lain.

Bdk. Lukas 19:8 - “Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: ‘Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.’”.

Barclay: “Christianity never entitled a man to default on his debts” (= Kekristenan tidak pernah memberi hak kepada seseorang untuk lalai membayar hutangnya) - hal 282.

Barclay: “Christianity is not out to help a man escape his past and run away from it; it is out to enable him face his past and rise above it. Onesimus had run away. Well, then, he must go back, face up to the consequences of what he did, accept them and rise above them. Christianity is never escape, it is always conquest” (= Kekristenan tidak berusaha untuk membantu seseorang untuk meloloskan diri dari masa lampaunya dan lari darinya; kekristenan berusaha untuk memampukan ia untuk menghadapi masa lalunya dan naik di atasnya / mengatasinya. Onesimus telah melarikan diri. Jadi, ia harus kembali, menghadapi konsekwensi dari apa yang telah ia lakukan, menerimanya dan naik di atasnya / mengatasinya. Kekristenan tidak pernah lari / meloloskan diri, kekristenan selalu mengalahkan) - hal 281.

Matthew Henry: “The communion of saints does not destroy distinction of property” (= Persekutuan orang kudus tidak menghancurkan pembedaan milik / kekayaan).

Karena itu, hati-hati dalam menafsirkan ayat-ayat seperti:

· Kis 2:44-45 - “(44) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, (45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing”.

· Kis 4:32,34-37 - “(32) Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. ... (34) Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa (35) dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. (36) Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. (37) Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul”.

Kalau orang Kristen yang kaya mau melakukan seperti dalam kedua text di atas ini, itu tentu bagus. Tetapi orang Kristen yang miskin tidak bisa menuntut orang Kristen yang kaya untuk melakukan hal tersebut. Juga mungkin bahwa orang Kristen yang kaya pada saat itu melakukan hal tersebut, karena keadaan memang sangat extrim, karena orang-orang kristen pada saat itu dimusuhi oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Romawi.

b) “tanggungkanlah semuanya itu kepadaku ... Aku akan membayarnya”.

Dari bagian ini terlihat bahwa Paulus bukan hanya mau mendorong Filemon untuk mengampuni Onesimus, tetapi kalau diperlukan, ia juga rela mengganti apa yang dicuri oleh Onesimus.

Calvin: “if it is our duty to intercede for others, in order to obtain forgiveness for those who repent, much more should we ourselves treat them with kindness and gentleness” (= jika merupakan kewajiban kita untuk menengahi orang-orang lain, supaya bisa mendapatkan pengampunan bagi mereka yang bertobat, lebih-lebih kita sendiri harus memperlakukan mereka dengan kebaikan dan kelembutan) - hal 358.

Ada orang yang hanya pinter mendorong orang lain berbuat baik tetapi dirinya sendiri tidak mau melakukan. Misalnya:

· selalu mendorong orang untuk memberi persembahan ke gereja, tetapi dirinya sendiri tidak memberi apa-apa.

· selalu mendorong orang lain untuk melayani, tetapi ia sendiri tidak mau melakukan apa-apa.

Paulus adalah contoh yang benar. Ia sendiri berbuat baik kepada Onesimus lebih dulu, dan lalu menjadi pengantara terhadap Filemon, supaya Filemon juga bersikap baik kepada Onesimus. Dan kalau perlu, ia juga mau membayar ‘hutang’ Onesimus itu.

Apa yang Paulus lakukan memang hebat, tetapi belum ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang Kristus lakukan bagi kita. Kita yang berdosa / berhutang, Dia yang membayarnya! Sudahkah saudara percaya bahwa Kristus telah membayar hutang dosa saudara?

Bagian ini kalau ditafsirkan secara ngawur bisa mendukung Theologia Kemakmuran, misalnya dengan menafsirkan bahwa kata-kata ini menunjukkan bahwa Paulus kaya. Kalau tidak, bagaimana ia bisa membayar hutang tersebut? Tetapi bagian ini tidak akan berarti demikian kalau kita menafsirkannya dengan memperhatikan kalimat berikutnya.

c) “(19b) agar jangan kukatakan: ‘Tanggungkanlah semuanya itu kepadamu!’ - karena engkau berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri”.

Dalam bagian ini Kitab Suci Indonesia salah terjemahan sehingga kalimatnya menjadi kacau dan tidak bisa dimengerti. Bandingkan dengan terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris.

KJV: ‘albeit I do not say to thee how thou owest unto me even thine own self besides’ (= sekalipun aku tidak mengatakan kepadamu bagaimana engkau berhutang kepadaku, yaitu dirimu sendiri).

NIV: ‘not to mention that you owe me your very self’ (= tanpa menyebutkan bahwa engkau berhutang dirimu sendiri kepadaku).

NASB: ‘lest I should mention to you that you owe to me even your own self as well’ (= supaya jangan aku menyebutkan kepadamu bahwa engkau juga berhutang kepadaku dirimu sendiri).

1. Arti sebenarnya dari kata-kata Paulus.

Calvin: “There remains one question. How does Paul ... promise to pay money? Amidst such poverty and want this does certainly appear to be a ridiculous promise; but it is easy to see that, by this form of expression, Paul beseeches Philemon not to ask anything back from his slave. Though he does not speak ironically, yet, by an indirect figure, he requests him to blot out and cancel this account. The meaning, therefore, is - ‘I wish that thou shouldest not contend with thy slave, unless thou choosest to have me for thy debtor in his stead.’” (= Ada satu pertanyaan yang tersisa. Bagaimana Paulus ... berjanji untuk membayar uang itu? Di tengah-tengah kemiskinan dan kekurangan seperti itu ini kelihatannya merupakan suatu janji yang menggelikan; tetapi adalah mudah untuk melihat bahwa, oleh bentuk pernyataan ini, Paulus meminta Filemon untuk tidak meminta apapun kembali dari budaknya. Sekalipun ia tidak berbicara secara ironis, tetapi dengan menggunakan gambaran yang tidak langsung, ia memintanya untuk menghapuskan dan membatalkan rekening ini. Karena itu, artinya adalah, ‘Aku berharap bahwa engkau tidak menentang budakmu, kecuali engkau memilih mendapati aku sebagai orang yang berhutang kepadamu sebagai ganti budakmu’) - hal 358-359.

2. Filemon berhutang dirinya sendiri kepada Paulus, karena Pauluslah yang membawanya kepada Kristus.

Surat Filemon 1:19c ini menunjukkan bahwa Filemon bertobat karena penginjilan yang dilakukan oleh Paulus.

Ayat ini menunjukkan bahwa seseorang berhutang kepada orang yang dipakai Tuhan untuk membawanya kepada Kristus (sebetulnya juga kepada setiap orang yang dipakai Tuhan untuk mengajar dia Firman Tuhan / membangun dia dalam iman / kerohanian).

Ini ia gunakan sebagai argumentasi, karena hal ini seharusnya memang membuat Filemon sungkan / mengasihi dia. Bandingkan dengan banyak ‘orang Kristen’ yang bukan hanya tidak peduli, tetapi juga bersikap sangat jelek, terhadap orang yang membawa dia kepada Kristus / mengajar dia Firman Tuhan.

Bandingkan dengan:

· Gal 6:6 - “Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu”.

· Ibrani 13:17 - “Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu”.

· 1Kor 9:11-12 - “(11) Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihkah kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? (12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus”.

· Ro 15:26-27 - “(26) Sebab Makedonia dan Akhaya telah mengambil keputusan untuk menyumbangkan sesuatu kepada orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem. (27) Keputusan itu memang telah mereka ambil, tetapi itu adalah kewajiban mereka. Sebab, jika bangsa-bangsa lain telah beroleh bagian dalam harta rohani orang Yahudi, maka wajiblah juga bangsa-bangsa lain itu melayani orang Yahudi dengan harta duniawi mereka”.

Adam Clarke (tentang Roma 15:27): “It was through and by means of the Jews that the Gentiles were brought to the knowledge of God and the Gospel of Christ. These were the spiritual things which they had received; and the pecuniary contribution was the carnal things which the Gentiles were now returning” (= Adalah melalui dan dengan menggunakan orang-orang Yahudi maka orang-orang non Yahudi dibawa pada pengenalan tentang Allah dan Injil Kristus. Ini merupakan hal-hal rohani yang telah mereka terima; dan kontribusi / sumbangan keuangan mereka hal-hal jasmani yang sekarang ‘dikembalikan’ oleh orang-orang non Yahudi).

d) “aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri:”.

Ini menunjukkan bahwa surat Filemon ditulis Paulus dengan tangannya sendiri. Dalam penulisan surat-suratnya yang lain, ia sering menggunakan seorang penulis, dan hanya menulis salam penutup dengan tangannya sendiri.

Bandingkan dengan:

· Ro 16:22 - “Salam dalam Tuhan kepada kamu dari Tertius, yaitu aku, yang menulis surat ini”.

· Kol 4:18 - “Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Ingatlah akan belengguku. Kasih karunia menyertai kamu”.

· 1Kor 16:21 - “Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus”.

· 2Tes 3:17 - “Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Inilah tanda dalam setiap surat: beginilah tulisanku”.

Surat Filemon 1:20-25: “(20) Ya saudaraku, semoga engkau berguna bagiku di dalam Tuhan: Hiburkanlah hatiku di dalam Kristus! (21) Dengan percaya kepada ketaatanmu, kutuliskan ini kepadamu. Aku tahu, lebih dari pada permintaanku ini akan kaulakukan. (22) Dalam pada itu bersedialah juga memberi tumpangan kepadaku, karena aku harap oleh doamu aku akan dikembalikan kepadamu. (23) Salam kepadamu dari Epafras, temanku sepenjara karena Kristus Yesus, (24) dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku. (25) Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai roh kamu!”.

Surat Filemon 1:20: “Ya saudaraku, semoga engkau berguna bagiku di dalam Tuhan: Hiburkanlah hatiku di dalam Kristus!”.

1) “Ya saudaraku, semoga engkau berguna bagiku di dalam Tuhan”.

a) “Ya saudaraku, semoga engkau berguna bagiku”.

KJV: ‘Yea, brother, let me have joy of thee’ (= Ya saudaraku, biarlah aku mendapat sukacita darimu).

NIV: ‘I do wish, brother, that I may have some benefit from you’ (= Aku berharap, saudara, bahwa aku akan mendapat manfaat darimu).

NASB: ‘Yes, brother, let me benefit from you’ (= Ya, saudara, biarlah aku mendapat manfaat darimu).

1. Yang benar bukan ‘joy’ (= sukacita) seperti dalam KJV, tetapi ‘profit’ / ‘benefit’ (= manfaat) seperti dalam Kitab Suci Indonesia / NIV / NASB.

Jadi, Paulus berharap supaya ia bisa mendapatkan manfaat dari Filemon dalam Tuhan.

2. Ada penafsir yang beranggapan bahwa, seperti dalam ay Filemon 1:11, lagi-lagi di sini Paulus melakukan permainan kata, karena seperti telah kita pelajari sebelumnya, nama ‘Onesimus’ artinya adalah ‘profitable’ (= bermanfaat).

b) “di dalam Tuhan”.

1. Kata-kata ini ditambahkan untuk menunjukkan bahwa yang Paulus inginkan adalah manfaat secara rohani, bukan manfaat jasmani / duniawi seperti uang dan sebagainya.

Ini perlu dicamkan oleh ‘hamba-hamba Tuhan’ yang maunya hanya memeras uang dari jemaatnya!

2. Filemon lebih rendah tingkatnya dari Paulus, yang adalah rasul. Tetapi toh ia berharap untuk mendapatkan manfaat rohani darinya. Ini menunjukkan bahwa dalam kekristenan, yang di bawah bisa memberi manfaat rohani kepada yang di atas! Kalau saudara rajin ke gereja, ikut Pemahaman Alkitab, berdoa / bersaat teduh, bersemangat dalam melayani Tuhan, maju dalam kekudusan, dsb, maka itu pasti merupakan hal-hal yang bisa memberikan manfaat rohani bagi pendeta saudara!

Matthew Henry: “Christians should do the things that may rejoice the hearts of one another, both people and minister reciprocally, and ministers of their brethren. From the world they expect trouble; and where may they look for comfort and joy but in one another?” (= Orang-orang kristen harus melakukan hal-hal yang saling membuat hati bersukacita, baik umat / jemaat dan pendeta secara timbal balik, dan pendeta-pendeta dari saudara-saudara mereka. Dari dunia mereka mengharapkan kesukaran; dan dimana mereka mencari penghiburan dan sukacita kecuali dalam satu sama lain?).

Matthew Henry: “fruits of faith and obedience in people are the minister’s greatest joy, especially the more of love appears in them to Christ and his members, forgiving injuries, showing compassion, being merciful as their heavenly Father is merciful” (= buah-buah dari iman dan ketaatan dalam umat / jemaat merupakan sukacita terbesar dari pendeta-pendeta, khususnya makin banyak kasih yang terlihat dalam diri mereka kepada Kristus dan anggota-anggotanya, mengampuni kesalahan, menunjukkan belas kasihan, menjadi murah hati seperti Bapa surgawi adalah murah hati).

2) “Hiburkanlah hatiku di dalam Kristus!”.

KJV: ‘refresh my bowels in the Lord’ (= segarkanlah batinku dalam Tuhan).

NIV/NASB: ‘refresh my heart in Christ’ (= segarkanlah hatiku dalam Kristus).

a) ‘Hiburkanlah hatiku’.

Barnes’ Notes: “The word rendered ‘refresh’ - ANAPAUSON - means ‘to give rest to, to give repose, to free from sorrow or care;’ and the sense is, that by receiving Onesimus, Philemon would cause the deep and anxious feelings of Paul to cease, and he would be calm and happy” (= Kata yang diterjemahkan ‘segarkanlah’ - ANAPAUSON - berarti ‘memberikan istirahat / ketenangan kepada, membebaskan dari kesedihan atau kesusahan’; dan artinya adalah, bahwa dengan menerima Onesimus, Filemon akan menyebabkan perasaan yang dalam dan kuatir dari Paulus berhenti, dan ia akan menjadi tenang dan bahagia).

Adam Clarke: “‘Refresh my bowels.’ Gratify the earnest longing of my soul in this. I ask neither thy money nor goods; I ask what will enrich, not impoverish, thee to give”(= ‘Segarkanlah batinku’. Penuhilah keinginan jiwaku yang sungguh-sungguh dalam hal ini. Aku tidak meminta uang atau harta benda / barang-barang; aku meminta apa yang kalau engkau berikan, akan memperkaya, bukan mempermiskin, engkau).

Filemon telah menghiburkan hati orang-orang kudus, dan sekarang Paulus menginginkan Filemon untuk menghibur hatinya. Dan dalam hal ini tak ada orang lain bisa menggantikan Filemon untuk melakukan hal itu.

b) Ada 2 kelompok manuscripts; ada yang menuliskan ‘dalam Tuhan’, dan ada yang menuliskan ‘dalam Kristus’. Tak terlalu jadi soal yang mana yang benar, karena artinya hampir tak ada bedanya.

SURAT FILEMON 1:21: “Dengan percaya kepada ketaatanmu, kutuliskan ini kepadamu. Aku tahu, lebih dari pada permintaanku ini akan kaulakukan”.

1) Kalau Paulus memang menganggap bahwa Filemon itu begitu baik / saleh, mengapa dalam ayat-ayat sebelum ini Paulus menggunakan begitu banyak argumentasi supaya Filemon mau mengampuni dan menerima Onesimus kembali?

Matthew Henry: “Even good men may sometimes need great earnestness and entreaty to lay their passions, let go their resentments, and forgive those who have injured and offended them” (= Bahkan orang-orang saleh / baik kadang-kadang bisa membutuhkan kesungguhan dan desakan yang besar untuk meletakkan nafsu mereka, melepaskan kebencian mereka, dan mengampuni mereka yang telah melukai dan menyakiti hati mereka).

2) Kata-kata Paulus dalam Filemon 1:21 ini menunjukkan bahwa Paulus mempunyai pemikiran yang baik tentang Filemon dan ia menyatakannya kepada Filemon.

Matthew Henry: “Good thoughts and expectations of us more strongly move and engage us to do the things expected from us” (= Pemikiran dan pengharapan yang baik tentang kita dengan lebih kuat menggerakkan dan menarik kita untuk melakukan hal-hal yang diharapkan untuk kita lakukan).

3) Dari kata-kata ini beberapa penafsir menganggap bahwa Paulus bukan hanya ingin Filemon menerima dan mengampuni Onesimus, tetapi juga membebaskannya dari perbudakan. Tetapi Paulus tidak mengatakan hal itu secara terang-terangan, melainkan hanya secara implicit saja.

4) Sifat taktis dan bijaksana dari Paulus dalam permintaannya tentang Onesimus.

Dari seluruh permintaan Paulus tentang Onesimus ini terlihat bahwa Paulus adalah orang yang ‘taktis / bijaksana’. Dalam apendixnya tentang surat Filemon ini, William Hendriksen mengatakan bahwa taktis / bijaksana merupakan suatu sifat yang baik, yang ditimbulkan oleh kasih dan hikmat. Biarpun orang duniapun kadang-kadang bisa mempunyainya dalam taraf tertentu, tetapi dalam bentuknya yang paling mulia, itu merupakan hasil dari kasih karunia khusus. Itu merupakan suatu keahlian yang memampukan seseorang untuk menyatakan kata-kata yang benar pada saat yang tepat, dan juga melakukan hal-hal yang benar dalam situasi tertentu, tanpa mengorbankan kejujuran dan keterus-terangan. Ini merupakan kebijaksanaan yang direncanakan, kecerdasan / akal / kebijakan yang dikuduskan, kecakapan berbicara dan bertindak yang disucikan. Orang yang taktis / bijaksana tidak mundur dari kewajibannya pada waktu ia tahu bahwa ia harus menegur / memarahi, tetapi ia telah belajar untuk melakukan hal ini tanpa menjadi kasar (William Hendriksen, hal 231).

Catatan: saya menekankan bagian-bagian yang saya garis-bawahi. Tanpa itu, itu bukan ketaktisan / kebijaksanaan, tetapi kelicikan!

Bdk. Mat 10:16 - “‘Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati”.

Hendriksen melanjutkan dengan mengatakan bahwa Allah merupakan model dari sifat taktis / bijaksana ini. Dan dalam Kitab Suci ada banyak contoh tentang ketaktisan / kebijaksanaan, seperti:

a) Cara Allah menangani Yunus yang marah (Yunus 4:1-11).

b) Cara Natan menegur Daud (2Sam 12:1-7).

c) Cara Abigail meredam kemarahan Daud yang mau membunuh Nabal (1Sam 25).

d) Cara / hikmat Salomo dalam menghakimi (1Raja 3:16-28).

e) Cara Yesus menyatakan dosa dari perempuan Samaria (Yoh 4:16-18).

f) Cara Yesus menyatakan kesalahan pemikiran dan dosa pemuda kaya (Mat 19:16-22).

g) Cara Yesus menghadapi / menjawab pertanyaan-pertanyaan jebakan dari para tokoh Yahudi.

h) Cara Yesus menghadapi ketidak-percayaan Tomas dan kejatuhan Petrus.

i) Sikap Paulus untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang yang ia injili (1Kor 9:19-23).

j) Juga hal ini tersebar dalam seluruh kitab Amsal.

Surat Filemon 1:22: “Dalam pada itu bersedialah juga memberi tumpangan kepadaku, karena aku harap oleh doamu aku akan dikembalikan kepadamu”.

1) “Dalam pada itu bersedialah juga memberi tumpangan kepadaku”.

a) Ada yang mengatakan bahwa di sini Paulus sudah tidak lagi membicarakan topik ‘Onesimus’. Tetapi ada yang mengatakan bahwa ayat inipun masih berhubungan dengan topik tersebut. Karena dengan datang mengunjungi Filemon, Paulus akan bisa melihat sendiri hasil dari surat Filemon ini. Ia bisa melihat apakah Filemon mengabulkan permintaannya berkenaan dengan Onesimus atau tidak.

Memang kalau itu memungkinkan, seorang pengkhotbah harus berusaha untuk tahu, apakah khotbah yang ia berikan dilakukan oleh para pendengarnya atau tidak.

b) Kewajiban memberikan tumpangan.

Matthew Henry: “Hospitality is a great Christian duty, especially in ministers, and towards ministers, such as the apostle was, coming out of such dangers and sufferings for Christ and his gospel” (= Pemberian tumpangan merupakan kewajiban Kristen yang besar / agung, khususnya dalam diri pelayan-pelayan Tuhan / pendeta-pendeta, dan terhadap pelayan-pelayan Tuhan / pendeta-pendeta, seperti sang rasul, yang keluar dari bahaya dan penderitaan demi Kristus dan InjilNya).

Beberapa ayat Kitab Suci tentang ‘memberi tumpangan’:

· Paulus memuji beberapa orang karena melakukan hal ini.

Roma 16:23 - “Salam kepada kamu dari Gayus, yang memberi tumpangan kepadaku, dan kepada seluruh jemaat. Salam kepada kamu dari Erastus, bendahara negeri, dan dari Kwartus, saudara kita”.

· Dalam 1Tim 3:2 dan Tit 1:8 itu dijadikan syarat dari seorang penatua, dalam 1Tim 5:10 itu dikatakan oleh Paulus sebagai ‘pekerjaan yang baik’.

1Tim 3:2 - “Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang”.

1Tim 5:10 - “dan yang terbukti telah melakukan pekerjaan yang baik, seperti mengasuh anak, memberi tumpangan, membasuh kaki saudara-saudara seiman, menolong orang yang hidup dalam kesesakan - pendeknya mereka yang telah menggunakan segala kesempatan untuk berbuat baik”.

Titus 1:8 - “melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh, dapat menguasai diri”.

· Bdk. Ibr 13:2 - “Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat”.

Penerapan: Kalau kita mengundang hamba Tuhan dari luar kota, maukah memberikan tumpangan?

Catatan: pada saat yang sama, kita juga tidak bisa memberikan tumpangan kepada sembarang orang, karena banyaknya penipu-penipu pada jaman sekarang.

2) “karena aku harap oleh doamu aku akan dikembalikan kepadamu”.

Dalam kalimat ini, berbeda dengan dalam sepanjang surat ini, Paulus menggunakan ‘second person plural’ (‘you’ dalam bentuk jamak), dan karena itu hal ini ditujukan bukan untuk Filemon saja, tetapi juga untuk Apfia, Arkhipus, dan seluruh gereja.

Biasanya jemaat ‘membesarkan’ / menekankan doa pendeta untuk jemaat, tetapi sebaliknya ‘mengecilkan’ / meremehkan doa jemaat untuk pendeta. Jangan pernah berpikir bahwa doa pendeta lebih mujarab dari doa jemaat! Paulus tidak berpikir demikian! Bagi dia, doa jemaat / anak-anak rohaninya sangat penting!

Matthew Henry: “prayer of people for ministers, especially when they are in distress and danger, is their great duty; ministers need and request it. Paul, though an apostle, did so with much earnestness, Rom. 15:30; 2 Cor. 1:11; Eph. 6:18-19; 1 Thes. 5:25. The least may in this way be helpful to the greatest” (= doa dari jemaat bagi pendeta-pendeta, khususnya pada waktu mereka ada dalam kesukaran / kesusahan dan bahaya, merupakan kewajiban mereka yang besar; pendeta-pendeta membutuhkan dan meminta hal itu. Paulus, sekalipun ia adalah seorang rasul, melakukan hal itu dengan kesungguhan yang besar, Ro 15:30; 2Kor 1:11; Ef 6:18-19; 1Tes 5:25. Dengan cara ini orang yang paling kecil bisa berguna untuk orang yang paling besar / agung).

Ro 15:30 - “Tetapi demi Kristus, Tuhan kita, dan demi kasih Roh, aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, untuk bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku”.

2Korintus 1:11 - “karena kamu juga turut membantu mendoakan kami, supaya banyak orang mengucap syukur atas karunia yang kami peroleh berkat banyaknya doa mereka untuk kami”.

Ef 6:18-20 - “(18) dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus, (19) juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, (20) yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara”.

1Tes 5:25 - “Saudara-saudara, doakanlah kami”.

Salam penutup.

Surat Filemon 1:23-25: “(23) Salam kepadamu dari Epafras, temanku sepenjara karena Kristus Yesus, (24) dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku. (25) Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai roh kamu!”.

1) “Salam kepadamu dari Epafras, temanku sepenjara karena Kristus Yesus, dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku” (ay Filemon 1:23-24).

a) Epafras dan Aristarkhus.

Bdk. Kol 4:10 - “Salam kepada kamu dari Aristarkhus, temanku sepenjara dan dari Markus, kemenakan (saudara sepupu) Barnabas - tentang dia kamu telah menerima pesan; terimalah dia, apabila dia datang kepadamu -”.

Catatan: Kata ‘kemenakan’ salah terjemahan; seharusnya ‘saudara sepupu’.

KJV: ‘sister’s son’ (= anak dari saudara perempuan). Ini sama salahnya dengan Kitab Suci Indonesia.

RSV/NIV/NASB: ‘cousin’ (= saudara sepupu).

Dalam tafsirannya tentang Kol 4:10 William Hendriksen berkata (hal 187) bahwa ini tidak menunjukkan bahwa Epafras dan Aristarkhus (Kol 4:10) betul-betul dipenjara bersama Paulus. Menurut William Hendriksen orang-orang ini secara sukarela menyertai Paulus dalam penjara, untuk membantunya dalam segala hal yang dimungkinkan.

b) Markus.

Markus adalah orang yang pernah menyebabkan pertengkaran dan perpecahan antara Paulus dan Barnabas.

Kis 15:36-41 - “(36) Tetapi beberapa waktu kemudian berkatalah Paulus kepada Barnabas: ‘Baiklah kita kembali kepada saudara-saudara kita di setiap kota, di mana kita telah memberitakan firman Tuhan, untuk melihat, bagaimana keadaan mereka.’ (37) Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus; (38) tetapi Paulus dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka. (39) Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus. (40) Tetapi Paulus memilih Silas, dan sesudah diserahkan oleh saudara-saudara itu kepada kasih karunia Tuhan (41) berangkatlah ia mengelilingi Siria dan Kilikia sambil meneguhkan jemaat-jemaat di situ”.

Paulus menolak untuk membawa Markus karena ketidak-setiaannya, tetapi Barnabas tetap ingin membawanya, mungkin karena adanya hubungan keluarga antara dirinya dengan Markus. Tetapi belakangan Markus terlihat berubah, bahkan dalam pandangan Paulus, seperti terlihat dari kata-kata Paulus dalam Kol 4:10, Filemon 24, dan khususnya dalam 2Tim 4:11, dimana Paulus berkata: “Hanya Lukas yang tinggal dengan aku. Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku”.

Apa yang menyebabkan perubahan Markus? Dalam tafsirannya tentang Kol 4:10, William Hendriksen memberikan 3 kemungkinan:

1. Sikap yang baik dari Barnabas.

Nama Barnabas sendiri berarti ‘a son of encouragement’ (= anak dorongan / pengobaran semangat), yang menunjukkan bahwa ia adalah orang yang selalu memberikan dorongan / semangat! Dari sini kita bisa melihat betapa pentingnya sikap yang baik / pengobaran semangat / pemberian dorongan terhadap orang yang jatuh.

Ini bertentangan dengan sikap orang Indonesia pada umumnya, yang biasanya terlalu banyak mengkritik.

2. Disiplin / sikap keras dari Paulus, yang menolak untuk membawanya serta dalam perjalanan misionarisnya. Mungkin Markus memang membutuhkan sikap keras seperti itu.

3. Pengaruh dari Petrus, yang dalam 1Petrus 5:13 menyebut Markus sebagai ‘anakku’.

William Hendriksen (tentang Kol 4:10): “Peter knew by experience that there was hope for those who had fallen into the sins of disloyalty and cowardice” (= Petrus tahu dari pengalaman bahwa ada pengharapan bagi mereka yang telah jatuh ke dalam dosa ketidak-setiaan dan ke-pengecut-an) - hal 188.

Penerapan: dari sini bisa terlihat bahwa kejatuhan seseorang bisa berguna baginya dalam melayani orang lain.

William Hendriksen (tentang Kolose 4:10): “The Holy Spirit may well have used all three factors and others also to perform his marvelous work in the mind and conscience of ‘the man who come back.’” (= Roh Kudus mungkin telah menggunakan ketiga faktor ini, dan juga hal-hal lain untuk melakukan pekerjaan yang mengagumkan dalam pikiran dan hati nurani dari ‘orang yang kembali’) - hal 188.

c) “Demas”.

Perhatikan tentang orang yang bernama ‘Demas’, yang di sini disebutkan oleh Paulus sebagai salah satu ‘teman-teman sekerjanya’.

Bdk. Kolose 4:14 - “Salam kepadamu dari tabib Lukas yang kekasih dan dari Demas”.

Calvin berkata bahwa ini adalah orang yang sama dengan yang disebutkan dalam 2Tim 4:10 - “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia”.

Jadi, kalau Markus adalah contoh orang yang setelah jatuh lalu bertobat, maka Demas adalah contoh orang yang murtad!

Calvin berkata bahwa jika salah satu dari orang-orang yang menyertai Paulus bisa bosan dan kecil hati, dan lalu menyimpang karena kesia-siaan duniawi, hendaklah jangan ada orang yang terlalu yakin terhadap dirinya sendiri, hanya karena ia sudah ikut Yesus dengan bersemangat selama 1 tahun, tetapi hendaklah setiap orang memikirkan sisa perjalanan hidup yang masih panjang, dan berdoa meminta kesetiaan kepada Allah untuk itu.

d) “Lukas”.

Ini pasti adalah Lukas yang sama dengan yang menulis Injil Lukas dan kitab Kisah Rasul.

2) “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai roh kamu!” (Surat Filemon 1:25).

Bahwa Paulus mengharapkan berkat dari Tuhan Yesus tok, menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Adalah aneh / tidak masuk akal kalau Paulus mengharapkan berkat dari seseorang yang bukan Allah, atau hanya seorang malaikat, seperti yang dipercaya oleh Saksi Yehuwa / Unitarian! 
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
EKSPOSISI SURAT FILEMON 1:1-25. https://teologiareformed.blogspot.com/
-TAMAT-
Next Post Previous Post