EKSPOSISI 2 PETRUS 1:1-21

Pdt.Budi Asali, M.Div.
EKSPOSISI 2 PETRUS 1:1-21

2 PETRUS 1:1-2 (1)

2 Petrus 1:1-2 - “(1) Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (2) Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita”.

Lenski“First Peter was written for those who are to meet persecution and suffering, whose faith, faithfulness, and hope are to be strengthened; Second Peter is written for those who are to meet false, libertinistic teachers, and whose faith, dilligence in godliness, and knowledge are to be fortified” (= Surat Petrus yang pertama ditulis bagi mereka yang harus menghadapi penganiayaan dan penderitaan, yang iman, kesetiaan, dan pengharapannya harus dikuatkan; surat Petrus yang kedua ditulis bagi mereka yang harus menghadapi guru-guru palsu yang hidupnya tidak bermoral / tidak dikekang, dan yang iman, kerajinan dalam kesalehan, dan pengetahuan / pengenalannya harus dikuatkan / dibentengi) - hal 255.
Catatanseorang hamba Tuhan memang harus memberitakan apa yang sesuai dengan sikon di tempat dimana ia melayani. Tetapi ia harus memberikan apa yang mereka butuhkan, bukan apa yang mereka inginkan!

The Bible Exposition Commentary: New Testament“If anybody in the early church knew the importance of being alert, it was the Apostle Peter. He had a tendency in his early years to feel overconfident when danger was near and to overlook the Master’s warnings. He rushed ahead when he should have waited; he slept when he should have prayed; he talked when he should have listened. He was a courageous, but careless, Christian. But he learned his lesson, and he wants to help us learn it too. In his first epistle, Peter emphasized the grace of God (1 Peter 5:12), but in this second letter, his emphasis is on the knowledge of God. The word ‘know’ or ‘knowledge’ is used at least thirteen times in this short epistle. The word does not mean a mere intellectual understanding of some truth, though that is included. It means a living participation in the truth in the sense that our Lord used it in John 17:3 - ‘This is life eternal, that they might know Thee the only true God, and Jesus Christ, whom Thou hast sent’. Peter opened his letter with a description of the Christian life. Before he described the counterfeits, he described the true believers. The best way to detect falsehood is to understand the characteristics of the truth” [= Jika ada seseorang dalam gereja awal yang mengetahui pentingnya untuk berjaga-jaga maka itu adalah rasul Petrus. Ia mempunyai kecenderungan dalam tahun-tahun awalnya untuk merasa terlalu yakin pada waktu bahaya itu dekat dan untuk mengabaikan / melupakan peringatan Guru / Tuannya. Ia lari ke depan pada saat ia seharusnya menunggu; ia tidur pada saat ia seharusnya berdoa; ia berbicara pada saat ia seharusnya mendengar. Ia adalah seorang Kristen yang berani, tetapi ceroboh / gegabah. Tetapi ia telah mendapatkan pelajarannya, dan ia ingin menolong kita untuk mempelajarinya juga. Dalam suratnya yang pertama, Petrus menekankan kasih karunia Allah (1Petrus 5:12), tetapi dalam suratnya yang kedua, penekanannya adalah pada pengetahuan / pengenalan akan Allah. Kata ‘tahu / kenal’ atau ‘pengetahuan / pengenalan’ digunakan sedikitnya 13 x dalam surat yang pendek ini. Kata itu tidak berarti semata-mata suatu pengertian intelektual tentang beberapa kebenaran, sekalipun hal itu tercakup. Itu berarti suatu partisipasi yang hidup dalam kebenaran dalam arti yang digunakan oleh Tuhan kita dalam Yohanes 17:3 - ‘Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus’. Petrus membuka suratnya dengan suatu penggambaran tentang kehidupan Kristen. Sebelum ia menggambarkan pemalsu-pemalsu, ia menggambarkan orang-orang percaya yang sejati. Cara yang terbaik untuk mendeteksi kepalsuan adalah mengerti karakteristik / sifat dari kebenaran].

2 Petrus 1: 1: Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

1)         Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus.

a)   Dari Simon Petrus.
Alexander Nisbet mengatakan (hal 221-222) bahwa sang rasul menggambarkan dirinya sendiri dengan dua nama yang menunjukkan dirinya. Nama ‘Simon’ adalah nama lamanya pada waktu ia adalah seorang nelayan; nama ‘Petrus’ adalah julukan barunya yang diberikan kepadanya pada waktu Kristus memanggilnya.

Markus 1:16 - “Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
Markus 3:16 - “Kedua belas orang yang ditetapkanNya itu ialah: Simon, yang diberiNya nama Petrus.

Nama yang pertama mengingatkan dia akan keadaannya yang dahulu dimana ia tidak tahu apa-apa, dan ada dalam keadaan buruk / hina; nama yang satunya mengingatkan dia akan kehormatan yang Kristus berikan kepadanya, pada waktu Ia membuatnya menjadi batu yang hidup dalam gereja dan seorang percaya dan pemberita dari kebenaran itu, di atas mana, seperti batu karang, Ia mendirikan gerejaNya.
Matius 16:18 - “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya”.

Jadi, kita perlu membawa bersama kita sampai akhir hidup kita ingatan yang waras tentang apa adanya kita sebelum Kristus menyatakan diriNya kepada kita, dan tentang apa adanya kita karena kasih karuniaNya mengerjakan kita, supaya kita bisa pergi ke surga dengan rendah hati dan penuh rasa syukur.

b)      hamba dan rasul Yesus Kristus.
KJV/RSV/NIV: ‘a servant’ (= seorang pelayan).
NASB: a bond-servant’ (= seorang budak).
Kata Yunani yang digunakan adalah DOULOS, yang arti sebenarnya adalah ‘hamba / budak’.

Calvinhe called himself the ‘servant and an apostle’ of Jesus Christ, ... because no one is to be heard in the Church, except he speaks as from the mouth of Christ (= ia menyebut dirinya sendiri ‘pelayan dan rasul’ dari Yesus Kristus, ... karena tak seorangpun harus didengarkan dalam Gereja, kecuali ia berbicara seperti dari mulut Kristus).

Pulpit Commentary“St. Peter, like St. Paul, describes himself as a servant, literally, ‘a slave,’ a bondman of Jesus Christ. We are not our own; we are bought with a price; we have work to do for our Master” (=Santo Petrus, seperti Santo Paulus, menggambarkan dirinya sendiri sebagai seorang pelayan, secara hurufiah, ‘seorang budak’, seorang budak dari Yesus Kristus. Kita bukan milik kita sendiri; kita telah dibeli dengan suatu harga; kita mempunyai pekerjaan untuk dilakukan bagi Tuan kita).
Bdk. 1Korintus 6:19-20 - “(19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (20) Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”.

William Barclay“Peter calls himself the servant of Jesus Christ. The word is DOULOS which really means ‘slave.’ Strange as it may seem, here is a title, apparently one of humiliation, which the greatest of men took as a title of greatest honour” (= Petrus menyebut dirinya sendiri pelayan dari Yesus Kristus. Kata yang digunakan adalah DOULOS yang sesungguhnya berarti ‘budak / hamba’. Biarpun kelihatannya aneh, ini adalah suatu gelar, yang kelihatannya merupakan gelar perendahan, yang diambil oleh orang-orang yang paling besar / agung sebagai suatu gelar kehormatan yang terbesar) - hal 292.

William Barclay“To call the Christian the DOULOS of God means that he is inalienably possessed by God. ... To call the Christian the DOULOS of God means that he owes an unquestioning obedience to God. ... To call the Christian the DOULOS of God means that he must be constantly in the service of God. ... The Christian is necessarily the man every moment of whose time is spent in the service of God” (=Menyebut orang Kristen sebagai DOULOS dari Allah berarti bahwa ia dimiliki oleh Allah dan ini tak bisa diubah. ... Menyebut orang Kristen sebagai DOULOS dari Allah berarti bahwa ia berhutang suatu ketaatan tanpa mempertanyakan kepada Allah. ... Menyebut orang Kristen sebagai DOULOS dari Allah berarti bahwa ia harus terus menerus ada dalam pelayanan bagi Allah. Orang Kristen haruslah orang yang setiap saat dari hidupnya digunakan / dihabiskan dalam pelayanan bagi Allah) - hal 293.

2)   kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman.

a)      Persoalan terjemahan.
Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.
KJV: to them that have obtained like precious faith with us’ (= kepada mereka yang telah mendapatkan iman yang sama berharganya dengan kita).
RSV: ‘To those who have obtained a faith of equal standing with ours’ (= Kepada mereka yang telah mendapatkan suatu iman yang kedudukannya setara dengan iman kita).
NIV: ‘To those who ... have received a faith as precious as ours’ (= Kepada mereka yang ... telah menerima suatu iman yang sama berharganya dengan iman kita).
NASB: ‘To those who have received a faith of the same kind as ours’ (= Kepada mereka yang telah menerima suatu iman dari jenis yang sama seperti iman kita).

b)      ‘memperoleh / mendapatkan / menerima’.

Pulpit Commentary“The word rendered ‘obtained’ (TOIS LAKHOUSIN) means properly ‘to obtain by lot,’ as in Luke 1:9. It is noticeable that one of the few places in which it occurs in the New Testament is in a speech of St. Peter’s (Acts 1:17); its use here implies that faith is a gift of God” [= Kata yang diterjemahkan ‘mendapatkan / menerima / memperoleh’ (TOIS LAKHOUSIN) sebetulnya berarti ‘mendapatkan oleh undian’, seperti dalam Luk 1:9. Bisa terlihat dengan jelas bahwa salah satu dari beberapa tempat dimana kata itu muncul dalam Perjanjian Baru adalah dalam khotbah Santo Petrus (Kis 1:17); penggunaannya di sini secara implicit menunjukkan bahwa iman adalah suatu karunia dari Allah].

Kisah Para Rasul 1:17 - “Dahulu ia termasuk bilangan kami dan mengambil bagian di dalam pelayanan ini.’”.
Bahwa iman memang merupakan suatu karunia / pemberian / anugerah dari Allah terlihat dengan jelas dari Filipi 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.

Bible Knowledge Commentary“‘Received’ is from the unusual verb ‎LANCHANO‎, ‘to obtain by lot’ (cf. Luke 1:9; John 19:24). This implies God’s sovereign choice rather than anything they might have done to deserve such a gift” [= Kata ‘menerima’ berasal dari kata kerja yang tidak umum / luar biasa LANKHANO, ‘mendapatkan oleh undian’ (bdk. Luk 1:9; Yoh 19:24). Ini secara implicit menunjukkan pemilihan yang berdaulat dari Allah dari pada apapun yang mereka telah lakukan untuk layak mendapatkan karunia seperti itu].
Lukas 1:9 - “Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ”.

Yohanes 19:24 - “Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya.’ Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: ‘Mereka membagi-bagi pakaianKu di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubahKu.’ Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu”.

Salah satu text Kitab Suci yang secara paling jelas menunjukkan bahwa seseorang bisa diselamatkan bukan karena apapun yang telah ia lakukan, tetapi karena pemilihan yang berdaulat dari Allah, adalah Ro 9:10-18.
Roma 9:10-18 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’ (14) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya”.

Beberapa penjelasan tentang text ini:

1.      Yakub sudah dipilih dan Esau sudah ditolak sebelum mereka lahir, dan karena itu juga sebelum mereka melakukan apa yang baik atau yang jahat. Karena itu, tidak mungkin kita beranggapan bahwa alasan pemilihan mereka adalah kebaikan Yakub dan kejahatan Esau. Jelas Allah yang berdaulatlah yang memilih mereka dengan suatu pemilihan yang berdaulat / predestinasi (ay 10-13,16).

Orang-orang Arminian beranggapan bahwa Allah memilih Yakub karena Allah tahu Yakub bakal menjadi baik. Allah tidak memilih Esau karena Allah tahu Esau bakal jahat. Ini sesuatu yang sangat tidak masuk akal, karena kita bisa menjadi baik hanya kalau Allah memberikan kasih karunia kepada kita. Tanpa pekerjaan Allah, kita tidak mungkin bisa menjadi baik.
Bdk. Efesus 1:4-5 - “(4) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya”.

Perhatikan bagian yang saya garis-bawahi. Itu justru menunjukkan sebaliknya dari apa yang dikatakan orang-orang di atas. Pemilihan Allah itu tujuannya adalah supaya orang-orang yang dipilih itu menjadi baik. Jadi, bukan karena mereka akan menjadi baik maka mereka dipilih oleh Allah. Baiknya mereka merupakan tujuan pemilihan, bukan alasan pemilihan!

John Owen“Is it not because such propositions as these, ‘Believe, Peter, and continue in the faith unto the end, and I will choose thee before the foundation of the world,’ are fitter for the writings of the Arminians than the word of God?” (= Bukankah karena pernyataan seperti ini ‘Percayalah Petrus, dan bertekunlah dalam iman sampai akhir, dan Aku akan memilih engkau sebelum dunia dijadikan’, lebih cocok untuk tulisan-tulisan Arminian dari pada Firman Allah?) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 55.

Kata-kata John Owen ini menunjukkan betapa menggelikan dan tidak masuk akalnya ajaran Arminian yang mengatakan bahwa seseorang dipilih dari semula karena Ia bakal baik!

2.      Adanya pertanyaan ‘Apakah Allah tidak adil?’ (2 Petrus 1: 14), secara tidak terbantah menunjukkan bahwa di tempat ini Paulus memang mengajarkan doktrin predestinasi. Mengapa? Karena doktrin ini selalu menghasilkan reaksi yang mengatakan bahwa kalau Allah melakukan pemilihan seperti itu, maka Ia tidak adil.
Kalau Yakub memang dipilih karena Allah tahu bahwa ia bakal menjadi baik, maka apa sebabnya dipersoalkan tentang keadilan atau ketidakadilan Allah?

3.      Paulus tak menjelaskan bagaimana kok Allah bisa tetap adil, tetapi ia jelas menyangkal tuduhan bahwa Allah tidak adil (ay 14b), dan ia lalu menekankan bahwa Allah berhak melakukan pemilihan seperti itu, karena Ia memang adalah Allah yang berdaulat, yang berhak melakukan apapun yang Ia inginkan (ay 15,18).

c)      precious / berharga’.
Bible Knowledge Commentary“‎The words ‘as precious’ translate the compound word ‎ISOTIMON‎, used only here in the New Testament. It comes from ‎ISOS ‎(‘equal’) and TIME (‘honor, value’). The word ‎ISOTIMON ‎was used for foreigners who had been granted the privileges of citizenship which were equal to those of the native born. The faith given them by God was of equal honor or privilege with that of the apostles’ faith. Here Peter foreshadowed his purpose by stressing that the faith of the apostles was no different from the faith of any believer. This contrasted with the pre-Gnostic doctrines of the false teachers who spoke of an inner circle of special knowledge attainable by and available only to a privileged few” [= Kata-kata ‘sama berharganya’ menterjemahkan kata gabungan ISOTIMON, yang digunakan hanya di tempat ini dalam Perjanjian Baru. Kata itu datang dari ISOS (‘setara’) dan TIME (‘kehormatan, nilai’). Kata ISOTIMON digunakan untuk orang-orang asing yang telah diberi hak kewarga-negaraan yang setara dengan mereka yang adalah penduduk asli / dilahirkan di sana. Iman yang diberikan kepada mereka oleh Allah mempunyai kehormatan dan hak yang setara dengan iman dari rasul-rasul. Di sini Petrus memberi bayangan lebih dulu tujuannya dengan menekankan bahwa iman dari rasul-rasul tidaklah berbeda dengan iman dari orang percaya yang manapun. Ini kontras dengan ajaran-ajaran pre-Gnostic dari guru-guru palsu yang berbicara tentang suatu ‘lingkaran dalam’ dari pengetahuan khusus yang bisa didapatkan oleh, dan tersedia bagi, sedikit orang yang diberi hak].

Bdk. Kisah Para Rasul 11:17 - “Jadi jika Allah memberikan karuniaNya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?’”.
Bdk. Kisah Para Rasul 15:7-9 - “(7) Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. (8) Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, (9) dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman”.

William Barclay memberikan penjelasan yang kurang lebih sama dengan Bible Knowledge Commentary.

Dan Barclay menambahkan: “So Peter addresses his letter to those who had once been despised Gentiles but who had been given equal rights of citizenship with the Jews and even with the apostles themselves in the kingdom of God” (= Demikianlah Petrus menujukan suratnya kepada mereka yang dulunya adalah orang-orang non Yahudi yang dipandang rendah tetapi yang telah diberi hak-hak kewarga-negaraan yang setara dengan orang-orang Yahudi dan bahkan dengan rasul-rasul sendiri dalam Kerajaan Allah) - hal 291.

William Barclay menambahkan lagi: “Two things have to be noted about this great privilege which had been extended to the Gentiles. ... It had been alloted to them. That is to say, they had not earned it: it had fallen to them through no merit of their own, as some prize falls to a man by lot. In other words, their new citizenship was all of grace” (= Dua hal harus diperhatikan tentang hak yang besar ini yang telah diperluas kepada orang-orang non Yahudi. ... Itu telah diberikan kepada mereka. Artinya, mereka tidak layak mendapatkannya: itu telah jatuh kepada mereka bukan melalui jasa mereka sendiri, seperti beberapa hadiah jatuh kepada seseorang oleh undian. Dengan kata lain, kewarga-negaraan mereka yang baru sepenuhnya merupakan kasih karunia) - hal 291-292.

The Bible Exposition Commentary: New Testament“Peter called it ‘like precious faith.’ It means that our standing with the Lord today is the same as that of the Apostles centuries ago. They had no special advantage over us simply because they were privileged to walk with Christ, see Him with their own eyes, and share in His miracles. It is not necessary to see the Lord with our human eyes in order to love Him, trust Him, and share His glory (1 Peter 1:8)” [= Petrus menyebutnya ‘iman yang sama berharganya’. Itu berarti bahwa kedudukan kita dengan Tuhan sekarang adalah sama dengan kedudukan rasul-rasul berabad-abad yang lalu. Mereka tidak mempunyai keuntungan khusus atas kita hanya karena mereka diberi hak untuk berjalan dengan Kristus, melihat Dia dengan mata mereka sendiri, dan ikut ambil bagian dalam mujijat-mujijatNya. Tidaklah perlu untuk melihat Tuhan dengan mata manusia kita supaya kita bisa mengasihi Dia, mempercayai Dia, dan ikut ambil bagian dalam kemuliaanNya (1Pet 1:8)].

1Petrus 1:8 - “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihiNya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihatNya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan”.

Bahkan bandingkan dengan Yohanes 20:29 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.’”.

2 PETRUS 1:1-2 (2)

2 Petrus 1:1-2 - “(1) Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (2) Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita”.

3)         oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

a)   Kata ‘keadilan’ seharusnya adalah ‘righteousness’ (= kebenaran).
CalvinHe adds, ‘through the righteousness of God,’ in order that they might know that they did not obtain faith through their own efforts or strength, but through God’s favor alone. For these things stand opposed the one to the other, the righteousness of God (in the sense in which it is taken here) and the merit of man. For the efficient cause of faith is called God’s righteousness for this reason, because no one is capable of conferring it on himself. So the righteousness that is to be understood, is not that which remains in God, but that which he imparts to men, as in Romans 3:22 [= Ia menambahkan, ‘melalui kebenaran Allah’, supaya mereka bisa tahu bahwa mereka tidak mendapatkan iman melalui usaha atau kekuatan mereka sendiri, tetapi melalui kebaikan Allah saja. Karena hal-hal ini saling bertentangan satu sama lain, kebenaran Allah (dalam arti yang diambil di sini) dan jasa manusia. Karena penyebab yang efisien dari iman disebut kebenaran Allah untuk alasan ini, karena tak seorangpun mampu untuk memberikan iman kepada dirinya sendiri. Jadi, kebenaran yang harus dimengerti bukan sebagai apa yang ada dalam diri Allah tetapi apa yang Ia berikan kepada manusia, seperti dalam Roma 3:22].

Roma 3:22 - “yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan”.

Bdk. Ro 9:30-10:3 - “(9:30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (9:31) Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. (9:32) Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, (9:33) seperti ada tertulis: ‘Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepadaNya, tidak akan dipermalukan.’ (10:1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (10:2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (10:3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.

b)   Anak kalimat ini merupakan bukti keilahian Kristus.

1.         Anak kalimat ini bisa dibaca dengan 2 cara, yaitu:
a.   “oleh karena keadilan (Allah) dan (Juruselamat kita, Yesus Kristus)”.
Kalau dibaca seperti ini, maka anak kalimat ini membicarakan 2 pribadi, yaitu ‘Allah’, dan ‘Juruselamat kita, Yesus Kristus’, dan dengan demikian tidak menunjukkan keilahian Yesus.
b.   “oleh karena keadilan (Allah dan Juruselamat kita), Yesus Kristus”.
Kalau dibaca seperti ini, maka anak kalimat ini membicarakan hanya 1 pribadi, yaitu ‘Yesus Kristus’, yang disebut sebagai ‘Allah dan Juruselamat kita’. Dengan demikian maka anak kalimat ini menunjukkan keilahian Yesus.

2.         Terjemahan-terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV: ‘through the righteousness of God and our Saviour Jesus Christ’ (= melalui kebenaran Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus).
Terjemahan KJV ini menunjuk kepada dua pribadi. Karena itu jangan heran kalau nanti di bawah, kita melihat adanya penafsir-penafsir yang menentang terjemahan dari KJV. Tetapi pada waktu terjemahan KJV ini diterjemahkan ke bahasa Indonesia, hal itu tidak terlihat.
Sekarang bandingkan dengan Kitab Suci bahasa Inggris yang lain.
RSV: ‘in the righteousness of our God and Savior Jesus Christ’ (= dalam kebenaran Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus).
NIV: through the righteousness of our God and Savior Jesus Christ’ (= melalui kebenaran dari Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus).
NASB: by the righteousness of our God and Savior, Jesus Christ:’ (= oleh kebenaran dari Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).
Jelas terlihat bahwa terjemahan RSV, NIV, NASB menunjuk kepada satu pribadi.
Sekarang mari kita melihat terjemahan dari New World Translation (NWT) - Kitab Suci dari Saksi-Saksi Yehuwa.
NWT: ‘by the righteousness of our God and (the) Savior Jesus Christ’ [= oleh kebenaran dari Allah kita dan (sang) Juruselamat Yesus Kristus].
Terjemahan ini salah / sengaja disalahkan karena menambahkan kata ‘the’ sebelum kata ‘Savior’ (biarpun dalam tanda kurung). Padahal dalam bahasa Yunani kata ‘Savior’ itu tidak mempunyai kata sandang tertentu. Dengan terjemahan seperti ini mereka mau memastikan bahwa yang ditunjuk oleh potongan kalimat ini adalah dua pribadi, yaitu ‘Allah kita’ dan ‘sang Juruselamat Yesus Kristus’.

3.         Komentar dari beberapa penafsir.
Barclay“The Authorized Version translates, ‘the righteousness of God and our Saviour Jesus Christ,’ as if this referred to two persons, God and Jesus; but, as Moffat and the Revised Standard Version both show, in the Greek there is only one person involved and the phrase is correctly rendered ‘our God and Saviour Jesus Christ.’ ... It calls Jesus God” [= Authorized Version (KJV) menterjemahkan ‘kebenaran Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’ seakan-akan ini menunjuk kepada dua pribadi, Allah dan Yesus; tetapi, seperti ditunjukkan oleh Moffat dan Revised Standard Version (RSV), dalam bahasa Yunani hanya ada satu pribadi yang terlibat dan ungkapan ini secara benar diterjemahkan ‘Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’. ... Ini menyebut Yesus Allah] - hal 294.

Adam Clarke“‘Of God and our Saviour Jesus Christ.’ This is not a proper translation of the original TOU THEOU HEEMOON KAI SOOTEEROS IEESOU CHRISTOU, which is literally, ‘Of our God and Saviour Jesus Christ;’ and this reading, which is indicated in the margin, should have been received into the text; and it is an absolute proof that Peter calls Jesus Christ God, even in the properest sense of the word, with the article prefixed” (= ‘Dari Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’. Ini bukan terjemahan yang tepat dari kata-kata orisinilnya TOU THEOU HEEMOON KAI SOOTEEROS IEESOU CHRISTOU, yang secara hurufiah adalah, ‘dari Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’; dan pembacaan ini, yang ditunjukkan dalam catatan tepi, seharusnya telah diterima ke dalam text; dan itu adalah bukti yang mutlak bahwa Petrus menyebut Yesus Allah, bahkan dalam arti yang paling benar dari kata itu, dengan tambahan kata sandang tertentu di depannya).

Bible Knowledge Commentary“‎The grammar here clearly indicates that ‘God and Savior’ are one Person, not two (i.e., there is one Gr. article with two substantives). This passage ranks with the great Christological passages of the New Testament which plainly teach that Jesus Christ is coequal in nature with God the Father (cf. Matt 16:16; John 1:1; 20:28; Titus 2:13).’” [= Tata bahasa / gramatika di sini dengan jelas menunjukkan bahwa ‘Allah dan Juruselamat’ adalah satu Pribadi, bukan dua (yaitu, hanya ada satu kata sandang tertentu dalam bahasa Yunani dengan dua kata benda). Text ini digolongkan dalam text-text kristologi yang agung dari Perjanjian Baru yang dengan jelas mengajar bahwa Yesus Kristus setara dalam hakekat dengan Allah Bapa (bdk. Matius 16:16; Yohanes 1:1; 20:28; Titus 2:13)].

IVP Bible Background Commentary: New Testament“applying the title ‘God and Savior’ (the most natural translation) to Jesus was a clear statement of his divinity and would have offended most Jewish readers who were not Christians” [= menerapkan gelar ‘Allah dan Juruselamat’ (penterjemahan yang paling alamiah) kepada Yesus merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang keilahianNya dan membuat marah pembaca-pembaca Yahudi yang bukan orang-orang Kristen].

A. T. Robertson“‘Of our God and Saviour Jesus Christ.’ (tou Theou heemoon kai sooteeros Ieesou Christou). So the one article (TOU) with THEOU and SOOTEEROS requires precisely as with TOU KURIOU HEEMOON KAI SOOTEEROS IEESOU CHRISTOU (of our Lord and Saviour Jesus Christ), one person, not two, in 2 Pet. 1:11 as in 2 Pet. 2:20; 3:2,18. So in 1 Pet. 1:3 we have HO THEOS KAI PATEER (the God and Father), one person, not two. The grammar is uniform and inevitable (Robertson, Grammar, p. 786), as even Schmiedel (Winer-Schmiedel, Grammatik, p. 158) admits: ‘Grammar demands that one person be meant.’” [= ‘Dari Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’. (TOU THEOU HEEMOON KAI SOOTEEROS IEESOU CHRISTOU). Jadi, satu kata sandang tertentu (TOU) dengan THEOU dan SOOTEEROS menuntut secara persis seperti dengan TOU KURIOU HEEMOON KAI SOOTEEROS IEESOU CHRISTOU (dari Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus), satu pribadi, bukan dua pribadi, dalam 2Pet 1:11 seperti dalam 2Pet 2:20; 3:2,18. Demikian juga dalam 1Pet 1:3 kita mempunyai HO THEOS KAI PATEER (Allah dan Bapa), satu pribadi, bukan dua pribadi. Gramatika / tata bahasanya seragam dan tidak terhindarkan (Robertson, Grammar, hal 786), sehingga bahkan Schmiedel (Winer-Schmiedel, Grammatik, hal 158) mengakui: ‘Gramatika / tata bahasa menuntut bahwa satu pribadi yang dimaksudkan’.].

Catatan: mungkin kata-kata A. T. Robertson ini membingungkan bagi orang yang sama sekali tidak mengerti bahasa Yunani, dan belum mengetahui tentang hukum bahasa Yunani yang akan saya jelaskan di bawah (point 4.). Tetapi penekanan saya adalah: A. T. Robertson yang merupakan salah satu ahli bahasa Yunani yang terbaik, menganggap bahwa secara gramatika, anak kalimat dalam 2Petrus 1:1 ini secara pasti menunjuk kepada satu pribadi, bukan dua pribadi.

Pulpit Commentary“‘God’ and ‘Saviour’ are both predicates of ‘Jesus Christ,’ as in Titus 2:13” (= ‘Allah’ dan ‘Juruselamat’ keduanya merupakan sebutan-sebutan dari ‘Yesus Kristus’, seperti dalam Titus 2:13).

4.         Hukum bahasa Yunani berkenaan dengan struktur anak kalimat ini.
Seorang bernama Granville Sharp (1735-1813) mengeluarkan suatu hukum bahasa Yunani berkenaan dengan struktur seperti ini, dan hukum bahasa Yunani itu lalu dikenal dengan nama Granville Sharp’s rule.

Catatan: mengingat saat dimana Granville Sharp hidup, maka tidak aneh bahwa penafsir-penafsir kuno yang hidup sebelum jamannya, misalnya Calvin (1509-1564), tidak tahu akan hukum bahasa Yunani ini, karena memang hukumnya belum diciptakan. Karena itu para penafsir kuno banyak yang tidak bisa memastikan bagaimana menafsirkan potongan kalimat ini, dan juga ayat-ayat lain yang penafsirannya membutuhkan hukum ini, seperti Tit 2:13 dan sebagainya. Bahkan penafsir-penafsir yang hidup sejaman dengan Granville atau setelah jaman Granville, seperti misalnya Albert Barnes (1797-1870), tetap banyak yang tidak bisa memastikan penafsiran tentang potongan ayat ini. Rupanya hukum bahasa Yunani ini biarpun sudah diciptakan, tetapi belum populer pada jaman mereka, sehingga penafsir-penafsir itu tidak tahu adanya hukum tersebut.

Dalam buku-buku mereka, Dana & Mantey, dan juga ahli-ahli bahasa Yunani yang lain, memberikan Granville Sharp’s rule ini.

Dana & Mantey mengatakan bahwa bila kata Yunani KAI (= dan) menghubungkan 2 kata benda dengan case / kasus yang sama, dan jika ada kata sandang tertentu yang mendahului kata benda yang pertama, dan kata sandang tertentu itu tidak diulangi sebelum kata benda yang kedua, maka kata benda yang terakhir selalu berhubungan dengan pribadi / orang yang dinyatakan / digambarkan oleh kata benda yang pertama. Dengan kata lain, kata benda yang kedua merupakan pengambaran lebih jauh tentang pribadi / orang itu (‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 147).

Juga Curtis Vaughan dan Virtus E. Gideon dalam buku mereka yang berjudul ‘A Greek Grammar of the New Testament’, berkata sebagai berikut: “If two nouns of the same case are connected by kai and the article is used with both nouns, they refer to different persons or things. If only the first noun has the article, the second noun  refer to the same person or thing referred to in the first” [= Jika dua kata benda dari case / kasus yang sama dihubungkan oleh kai / KAI (= dan) dan kata sandang digunakan dengan kedua kata benda itu, maka kedua kata benda itu menunjuk kepada pribadi-pribadi atau hal-hal yang berbeda. Jika hanya kata benda pertama yang mempunyai kata sandang, maka kata benda yang kedua menunjuk kepada pribadi atau hal yang sama dengan yang ditunjuk oleh kata benda pertama] - hal 83.

William Hendriksen“the rule holds that when the first of two nouns of the same case and connected by the conjunction ‘and’ is preceded by the article, which is not repeated before the second noun, these two nouns refer to the same person. When the article is repeated before the second noun, two persons are indicated” (= peraturan ini menganggap bahwa pada waktu kata benda yang pertama dari kedua kata benda dari case / kasus yang sama, dan dihubungkan dengan kata penghubung ‘dan’, didahului oleh kata sandang, yang tidak diulangi sebelum kata benda yang kedua, maka kedua kata benda itu menunjuk kepada pribadi yang sama. Pada waktu kata sandang itu diulangi sebelum kata benda yang kedua, dua pribadi ditunjukkan / dinyatakan) - hal 374.

Catatan:
·         tentang hal yang pertama (hanya kata benda pertama menggunakan kata sandang tertentu), maka tidak ada perkecualian dalam seluruh Alkitab. Kedua kata benda SELALU menunjuk kepada satu pribadi.
·         tentang hal yang kedua (kedua kata benda didahului oleh kata sandang tertentu), maka pada umumnya ini menunjuk pada dua pribadi (ada perkecualiannya).

Istilah ‘case’ / ‘kasus’ merupakan suatu istilah dalam gramatika bahasa Yunani. Untuk mengerti sedikit tentang hal ini, perhatikan kutipan yang saya berikan dari Gresham Machen di bawah ini.
Gresham Machen“The noun in Greek has gender, number, and case. ... There are five cases; nominative, genitive, dative, accusative, and vocative. ... The subject of a sentence is put in the nominative case. ... The object of a transitive verb is placed in the accusative case. ... The genitive case expresses possession. ... The dative case is the case of the indirect object. ... The vocative case is the case of direct address” [= Kata benda dalam bahasa Yunani mempunyai jenis kelamin (laki-laki, perempuan dan netral), bilangan / jumlah (tunggal dan jamak), dan case / kasus. ... Ada lima cases / kasus; nominatif, genitif, datif, akusatif, dan vokatif. ... Subyek dari suatu kalimat diletakkan dalam kasus nominatif. ... Obyek dari suatu kata kerja transitif ditempatkan dalam kasus akusatif. ... Kasus genitif menyatakan kepemilikan. ... Kasus datif adalah kasus dari obyek tidak langsung. ... Kasus vokatif adalah kasus dari sapaan langsung] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 23,24,25.

Penerapan dari hukum bahasa Yunani ini mensyaratkan case / kasus yang sama dari kedua kata benda tersebut. Case / kasusnya sama atau tidak, bisa terlihat dari bentuk kata itu dalam bahasa Yunaninya.

Untuk penerapan dari hukum bahasa Yunani ini, ada beberapa contoh yang diberikan oleh Dana & Mantey:

a.   2Pet 2:20a - Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.
                                              k.b. 1           k.b. 2                      pribadi yg digbrkan

                     kata penghubung KAI

Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Tuhan’ dan ‘Juruselamat’, yang dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda yang pertama, yaitu ‘Tuhan’mempunyai kata sandang tertentu (TOU KURIOU / the Lord) tetapi kata benda yang kedua, yaitu ‘Juruselamat’ tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Tuhan’, merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’, merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’. Jadi, 2Pet 2:20 ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Tuhan’ maupun ‘Juruselamat’.

b.   Tit 2:13 - Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.
                                                           k.b. 1                                                           k.b. 2                pribadi yg digbrkan

                                      kata penghubung KAI

Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ dan ‘Juruselamat’. Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda yang pertama, yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ mempunyai definite article / kata sandang tertentu (TOU MEGALOU THEOU / the great God), tetapi kata benda yang kedua, yaitu ‘Juruselamat’ tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’ merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’. Jadi, Tit 2:13 ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Allah yang Mahabesar’ maupun ‘Juruselamat’.

c.   2Pet 1:11 - Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.
                                       k.b. 1               k.b. 2              pribadi yg digbrkan

                              kata penghubung KAI
           
Kata ‘Tuhan’ dan ‘Juruselamat’ ada dalam case yang sama (Genitive Case). Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda pertama, yaitu ‘Tuhan’ didahului oleh kata sandang tertentu (TOU KURIOU / the Lord), tetapi kata sandang tertentu itu tidak diulangi di depan kata benda yang kedua, yaitu ‘Juruselamat’ (SOTEROS). Jadi, bagian ini menggambarkan satu pribadi, yaitu Yesus Kristus, yang digambarkan sebagai ‘Tuhan’ dan ‘Juruselamat’.

d.   2Petrus 1:1 - “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

2Petrus 1:1b - Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.
                                 k.b.1             k.b.2            pribadi yg digbrkan
                               
                  kata penghubung KAI

Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Allah’ dan ‘Juruselamat’. Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda yang pertama (k.b.1), yaitu ‘Allah’ mempunyai kata sandang tertentu (TOU THEOU / the God), tetapi kata benda yang kedua (k.b.2), yaitu ‘Juruselamat’, tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Allah’merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’ merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu Yesus Kristus. Jadi, 2Pet 1:1b ini menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Allah’ maupun ‘Juruselamat’.

2 Petrus 1: 2: “Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita.

1)         Kata ‘pengenalan’.
Dalam bahasa Yunani digunakan kata Yunani EPIGNOSIS. Ini berbeda dengan kata Yunani yang pada umumnya digunakan untuk menunjuk pada ‘pengetahuan / pengenalan’, yaitu GNOSIS. Apa bedanya?

a)   Ada yang menafsirkan bahwa GNOSIS adalah pengetahuan / pengenalan yang tidak sempurna, sedangkan EPIGNOSIS adalah pengetahuan / pengenalan yang sempurna / lebih penuh.

Pulpit Commentary“Comp. 1 Cor 13, where, after saying in verse 8 that ‘knowledge (GNOSIS) shall be done away,’ St. Paul continues, in verse 12, ‘Now I know (GINOSKO) in part, but then I shall know (EPIGNOSOMAI) even as also I am known (EPEGNOSTHEN).’ He contrasts our present imperfect knowledge with the full knowledge which the blessed will have in heaven, and which God now has of us, using the verb EPIGINOSKO of that fuller knowledge, as he had used GNOSIS of the imperfect knowledge” [= Bdk. 1Kor 13, dimana, setelah mengatakan dalam ay 8 bahwa ‘pengetahuan (GNOSIS) akan lenyap’, Santo Paulus melanjutkan, dalam ay 12, ‘Sekarang aku mengenal (GINOSKO) sebagian / dengan tidak sempurna, tetapi nanti / pada saat itu aku akan mengenal (EPIGNOSOMAI) bahkan seperti aku dikenal (EPEGNOSTHEN)’. Ia mengkontraskan pengenalan kita yang tidak sempurna sekarang ini dengan pengenalan penuh yang akan didapat oleh orang-orang yang diberkati di surga, dan yang sekarang dimiliki Allah tentang kita, menggunakan kata kerja EPIGINOSKO tentang pengenalan yang lebih penuh itu, seperti ia telah menggunakan GNOSIS untuk pengenalan yang tidak sempurna].

1Kor 13:8,12 - “(8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. ... (12) Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.

Saya berpendapat bahwa penafsiran ini tak cocok, karena pengenalan yang sempurna yang dibicarakan oleh 1Kor 13 itu terjadi di surga, sedangkan yang dibicarakan oleh 2Petrus 1:2 ini adalah pengenalan semasa kita hidup di dunia ini.

b)   Ada yang mengatakan bahwa GNOSIS adalah pengetahuan / pengenalan, tetapi EPIGNOSIS adalah pengetahuan / pengenalan yang bertumbuh.

Pulpit Commentary“EPIGNOSIS is a stronger word than GNOSIS; it means ‘knowledge’ directed towards an object, gradually approaching nearer and nearer to it, concentrated upon it, fixed closely upon it. So it comes to mean the knowledge, not merely of intellectual apprehension, but rather of deep contemplation; the knowledge which implies love - for only love can concentrate continually the powers of the soul in close meditation upon its object” (= EPIGNOSIS merupakan suatu kata yang lebih kuat dari GNOSIS; itu berarti ‘pengetahuan / pengenalan’ yang diarahkan pada suatu obyek, secara perlahan-lahan mendekatinya makin lama makin dekat, berkonsentrasi padanya, dipancangkan secara rapat dengannya. Jadi, kata itu lalu berarti pengetahuan / pengenalan, bukan semata-mata tentang pengertian intelektual, tetapi lebih pada perenungan yang dalam; pengetahuan / pengenalan yang secara tak langsung menunjuk pada kasih - karena hanya kasih bisa mengkonsentrasikan terus menerus kekuatan dari jiwa dalam meditasi yang dekat pada obyeknya).

Barclay“let us look at the word which he uses for ‘knowledge’ (EPIGNOSIS). ... It can mean ‘increasing knowledge.’ GNOSIS, the normal Greek word for ‘knowledge,’ is here preceded by the preposition EPI which means ‘towards,’ ‘in the direction of.’ EPIGNOSIS then could be interpreted as knowledge which is always moving further in the direction of that which it seeks to know” [= marilah kita melihat pada kata yang ia gunakan untuk ‘pengetahuan / pengenalan’ (EPIGNOSIS). ... Itu bisa berarti ‘pengetahuan / pengenalan yang bertumbuh’. GNOSIS, kata Yunani yang normal / biasa untuk ‘pengetahuan / pengenalan’, di sini didahului oleh kata depan EPI yang berarti ‘kepada’, ‘ke arah’. Jadi EPIGNOSIS bisa ditafsirkan sebagai pengetahuan / pengenalan yang selalu bergerak lebih jauh ke arah dari apa yang diusahakan untuk mengenalnya] - hal 294.

Barclay menambahkan bahwa dalam Perjanjian Baru pengetahuan / pengenalan merupakan pengetahuan / pengenalan yang bersifat pribadi. Dan karena itu ayat ini menekankan keharusan adanya pengetahuan / pengenalan yang bersifat pribadi, dan makin lama makin dalam, terhadap Yesus Kristus.

Barclay“If this knowledge of Jesus Christ does not come by philosophic speculation or by mystical experience, what is it and how does it come? In the New Testament knowledge is characteristically ‘personal knowledge.’ Paul does not say, ‘I know what I have believed’; he says, ‘I know whom I have believed’ (2Timothy 1:12). Christian knowledge of Christ is personal acquaintance with him; it is knowing him as a person and entering day by day into a more intimate relationship with him. When Peter speaks of grace and peace coming through the knowledge of God and of Jesus Christ, he is not intelectualizing religion; he is saying that Christianity means an ever-deepening personal relationship with Jesus Christ” [= Jika pengetahuan / pengenalan tentang Yesus Kristus tidak datang oleh spekulasi yang bersifat filsafat atau oleh pengalaman mistik, apakah itu dan bagaimana itu datang? Dalam Perjanjian Baru pengetahuan / pengenalan secara khas merupakan ‘pengetahuan / pengenalan yang bersifat pribadi’. Paulus tidak berkata, ‘Aku tahu apa yang aku percaya’; ia berkata, ‘Aku tahu siapa yang aku percaya’ (2Timotius 1:12). Pengetahuan / pengenalan Kristen tentang Kristus merupakan pengenalan pribadi dengan Dia; itu adalah mengenal Dia sebagai pribadi dan memasuki hari demi hari ke dalam hubungan yang lebih intim dengan Dia. Pada waktu Petrus berbicara tentang kasih karunia dan damai yang datang melalui pengetahuan / pengenalan tentang Allah dan tentang Yesus Kristus, ia bukannya menjadikan agama sesuatu yang bersifat intelektual; ia sedang berkata bahwa kekristenan berarti suatu hubungan pribadi yang makin lama makin dalam dengan Yesus Kristus] - hal 296.

2)   Hasil / akibat dari pengetahuan / pengenalan yang makin dekat terhadap Allah / Yesus Kristus itu adalah kasih karunia dan damai.
2 Petrus 1: 2: “Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita.
KJV: ‘Grace and peace be multiplied unto you through the knowledge of God, and of Jesus our Lord,’ (= Kasih karunia dan damai dilipat-gandakan kepadamu melalui pengenalan akan Allah, dan akan Yesus Tuhan kita).

a)   Berbeda dengan dalam 2 Petrus 1: 1, maka dalam ay 2 ini, memang dibicarakan 2 pribadi, yaitu ‘Allah’ dan ‘Yesus, Tuhan kita’. Di sini baik kata ‘Allah’ maupun kata ‘Tuhan’ menggunakan definite article (= kata sandang tertentu), dan lebih-lebih di sini kata ‘Yesus’ diletakkan sebelum kata ‘Tuhan’. Karena itu potongan ayat ini membicarakan dua pribadi, bukan satu pribadi.

Ayat-ayat seperti ini sering digunakan oleh kelompok Unitarian untuk menunjukkan bahwa Allah beda dengan Yesus, dan karena itu Yesus bukanlah Allah. Ini salah, karena kalau ditafsirkan seperti ini, maka kita mengabaikan banyak ayat yang secara jelas menunjukkan Yesus sebagai Allah. Jadi, kalau bertemu dengan ayat yang membedakan Yesus dengan Bapa / Allah, kita harus menyadari bahwa ini menekankan pribadi-pribadi dari Yesus dan Bapa / Allah. Yesus dan Bapa memang adalah dua pribadi, bukan satu pribadi seperti yang diajarkan oleh ajaran sesat Sabelianisme.

Sebaliknya, kalau kita bertemu dengan ayat-ayat yang kelihatannya mengidentikkan Yesus dengan Bapa (seperti Yohanes 10:30  Yohanes 14:7-10), maka kita perlu menyadari bahwa yang dimaksudkan bukan pribadi, tetapi hakekat!

b)   Kasih karunia dan damai akan makin berlimpah bagi orang yang bertumbuh dalam pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita. Pengenalan akan Allah tak bisa dipisahkan dari pengenalan akan Yesus, Tuhan kita.

Calvin“the more any one advances in the knowledge of God, every kind of blessing increases also equally with the sense of divine love. Whosoever then aspires to the full fruition of the blessed life which is mentioned by Peter, must remember to observe the right way. He connects together at the same time the knowledge of God and of Christ; because God cannot be rightly known except in Christ, according to that saying, ‘No one knoweth the Father but the Son, and he to whom the Son will reveal him.’ (Matthew 11:27)” [= siapapun makin maju dalam pengenalan terhadap Allah, setiap jenis berkat juga bertambah secara sama dengan perasaan tentang kasih ilahi. Jadi, siapapun menginginkan hasil yang penuh dari kehidupan yang diberkati yang disebutkan oleh Petrus, harus mengingat untuk memperhatikan jalan / cara yang benar. Ia menghubungkan menjadi satu pada saat yang sama pengenalan terhadap Allah dan terhadap Kristus; karena Allah tidak bisa dikenal dengan benar kecuali dalam Kristus, menurut kata-kata itu, ‘Tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya’. (Matius 11:27)].

Bdk. Yohanes 14:7-10 - “(7) Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal BapaKu. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.’ (8) Kata Filipus kepadaNya: ‘Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.’ (9) Kata Yesus kepadanya: ‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. (10) Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaanNya”.

Jadi, agama-agama lain atau sekte-sekte, yang tidak mempercayai Kristus dengan benar (sesuai dengan Alkitab), tidak mungkin bisa mengenal Allah dengan benar.

Barclay“Grace and peace are multiplied to the Christian as he comes to know Jesus Christ better and better” (= Kasih karunia dan damai dilipat-gandakan bagi orang Kristen pada waktu ia datang mengenal Yesus Kristus makin lama makin baik) - hal 294.

Barclay“The other science may bring new skill, new knowledge, new abilities, but the master-science, the knowledge of Jesus Christ, alone brings the grace men need and the peace for which their hearts crave”(= Ilmu pengetahuan yang lain bisa membawa keahlian yang baru, pengetahuan yang baru, kemampuan yang baru, tetapi ilmu pengetahuan kepala, pengetahuan / pengenalan terhadap Yesus Kristus saja membawa kasih karunia yang dibutuhkan manusia dan damai yang sangat diinginkan oleh hati mereka) - hal 295.

3)         ‘akan Yesus, Tuhan kita’.

Lenski“He is our Lord, we are his DOULOI (verse 1) who have been purchased and won by him to be his own forever. We know no authority save his; our will is his alone. KURIOS suggests his deity just as much as THEOS, ... We note that ‘Savior’ is placed first, ‘Lord’ second. Who would not follow the Lord who has rescued him as a Savior? There is no Lord like this Lord; no pleasure like serving this Lord as a DOULOS or ‘slave.’” [= Ia adalah Tuhan kita, kita adalah hamba-hambaNya (ayat 1) yang telah dibeli dan dimenangkan oleh Dia untuk menjadi milikNya selama-lamanya. Kita tidak mengenal otoritas kecuali otoritasNya; kehendak kita adalah kehendakNya saja. KURIOS (= Tuhan) menunjukkan (secara tak langsung) keilahianNya sama seperti THEOS (= Allah), ... Kita memperhatikan bahwa ‘Juruselamat’ ditempatkan pertama (ay 1), ‘Tuhan’ kedua. Siapa yang tidak mau mengikuti Tuhan yang telah menolongnya sebagai seorang Juruselamat? Tidak ada Tuhan seperti Tuhan ini; tidak ada kesukaan / kesenangan seperti melayani Tuhan ini sebagai seorang DOULOS atau ‘hamba’] - hal 254.

 2 PETRUS 1:3-4

2 Petrus 1:3-4 - “(3) Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib. (4) Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.

2 Petrus 1: 3: “Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib.

1)   Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh.

a)   Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita.

1.         ‘IlahiNya’.

Lenski“The deity of Jesus Christ is the foundation of this entire epistle; cancel it, and a jumbled ruin is left” (= Keilahian Yesus Kristus adalah dasar dari seluruh surat ini; hapuskan itu, dan yang tertinggal adalah reruntuhan / puing-puing yang kacau) - hal 257.

Catatan: menurut saya, tak terlalu jelas apakah dalam kata-kata ‘kuasa ilahiNya’, kata ‘Nya’ itu menunjuk kepada Yesus atau kepada Bapa. Kalau menunjuk kepada Bapa, maka ayat ini tidak menunjukkan keilahian Yesus. Ada penafsir yang menganggap bahwa kata ‘Nya’ menunjuk kepada Yesus dan ada menganggap kata itu menunjuk kepada Bapa.

Pulpit Commentary“The word for ‘Divine’ (THEIOS) is unusual in the Greek Testament; it occurs only in two other places - verse 4 and Acts 17:29” [= Kata untuk ‘ilahi’ (THEIOS) tidak umum dalam Perjanjian Baru; itu hanya muncul dalam dua tempat lain - ayat 4 dan Kis 17:29].

A. T. Robertson“‎AUTOU (= his) ‎refers to Christ, who has ‘divine power’ ‎TEES ‎‎THEIAS ‎‎DUNAMEOOS‎, since he is ‎THEOS ‎(2 Peter 1:1). ‎THEIOS ‎(from ‎THEOS‎) is an old adjective in the New Testament here and 2 Peter 1:4 only, except Acts 17:29, where Paul uses ‎TO ‎‎THEION ‎for deity, thus adapting his language to his audience as the papyri and inscriptions show” [= AUTOU (= Nya) menunjuk kepada Kristus, yang mempunyai ‘kuasa ilahi’ TEES ‎‎THEIAS ‎‎DUNAMEOOS‎, karena Ia adalah ‎THEOS (2PET 1:1). THEIOS ‎(dari ‎THEOS‎) adalah suatu kata sifat kuno dalam Perjanjian Baru, hanya di sini dan 2Pet 1:4, kecuali Kisah 17:29, dimana Paulus menggunakan ‎TO ‎‎THEION untuk keallahan, dan dengan demikian menyesuaikan bahasanya dengan pendengarnya seperti ditunjukkan oleh papirus dan prasasti].

2Petrus 1:4 - “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.

Kis 17:29 - “Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi (TO THEION) sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia”.
Dalam ayat ini digunakan kata sifat THEION tetapi diberi definite article (= kata sandang tertentu). Jangan terlalu pusingkan perbedaan THEIOS dan THEION, karena perbedaan itu hanya disebabkan karena posisi kata-kata itu dalam kalimat.
Terjemahan dari Kis 17:29 ini beraneka ragam.
KJV/ASV: ‘the Godhead’ (= Allah / keilahian).
RSV: ‘the Deity’ (= Keallahan).
NIV: ‘the divine being’ (= makhluk Ilahi).
NASB/NKJV: ‘the Divine Nature’ (= Hakekat Ilahi).

Catatan: sukar untuk menterjemahkan dan membedakan arti dari istilah-istilah bahasa Inggris ini. Kata ‘Godhead’ dalam kamus Webster dikatakan sebagai ‘godhood’ (= keallahan), ‘divinity’ (= keilahian), ‘God’ (= Allah).

Bagaimanapun juga, adanya kata ‘ilahi’ (THEIOS) dalam bahasa Yunani ini menyebabkan kita tidak mungkin menterjemahkan Yoh 1:1c (THEOS EN HO LOGOS) dengan kata-kata ‘the Word was divine’ (= Firman itu adalah ilahi), karena di sana digunakan kata benda THEOS. Kalau memang rasul Yohanes memaksudkan ‘ilahi’ ia bisa menggunakan kata THEIOS ini. Jadi, terjemahan yang benar adalah ‘the Word was God’ (= Firman itu adalah Allah).

2.         Kuasa.
Barclay“He is the Christ of power. In him there is the divine power which cannot be ultimately defeated or frustrated. In this world one of the tragedies of life is that love is so often frustrated because it cannot give what it wants to give, cannot do what it wants to do and must so often stand helpless while the loved one meets disaster. But always Christ’s love is backed by his power and is, therefore, a victorious love” (= Ia adalah sang Kristus dari kuasa. Dalam Dia ada kuasa ilahi yang pada akhirnya tidak bisa dikalahkan atau digagalkan / dihalangi. Dalam dunia ini salah satu tragedi / peristiwa yang menyedihkan dari kehidupan adalah bahwa kasih itu begitu sering digagalkan / dihalangi karena ia tidak bisa memberikan apa yang ia ingin berikan, tidak bisa melakukan apa yang ia ingin lakukan dan harus begitu sering berdiri dengan tak berdaya sementara orang yang dikasihi mengalami bencana. Tetapi kasih Kristus selalu disokong oleh kuasaNya dan karena itu merupakan kasih yang menang) - hal 297.

3.         Menganugerahkan.
Alexander Nisbet“To give grace to a graceless soul is a work of God’s infinite power, there being so much unworthiness, gultiness, and opposition to hinder that work in all the elect. Therefore the cause of this work is here made divine power. ... The Lord, in the bestowing of saving grace, works both irresistibly and freely; neither can any for whom it is appointed and purchased, so oppose as to hinder the bestowing of it; for it is divine power that works it. Nor can any in nature so use their naturals as to prepare themselves for, or merit the bestowing of it; for divine power works by giving freely all things that pertain to life, and so the very preparations for the new life” (= Memberikan kasih karunia kepada jiwa yang tidak mempunyai kasih karunia merupakan pekerjaan dari kuasa Allah yang tak terbatas, karena ada begitu banyak ketidak-layakan, kebersalahan, dan perlawanan untuk menghalangi pekerjaan itu dalam semua orang pilihan. Karena itu penyebab dari pekerjaan ini di sini adalah kuasa ilahi. ... Tuhan, dalam menganugerahkan kasih karunia yang menyelamatkan, bekerja secara tak bisa ditahan dan secara bebas; dan tidak ada siapapun untuk siapa itu ditetapkan dan dibeli, begitu menentangnya sehingga menghalangi penganugerahan hal itu; karena adalah kuasa ilahi yang mengerjakannya. Juga tidak ada apapun dalam alam begitu menggunakan hal-hal alamiah mereka untuk mempersiapkan diri mereka sendiri untuk, atau melakukan jasa sehingga layak mendapatkan penganugerahan ini; karena kuasa ilahi bekerja dengan memberi anugerah secara cuma-cuma segala sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan, dan dengan demikian juga mencakup persiapan-persiapan untuk kehidupan yang baru) - hal 224.

b)   segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh.
Kitab Suci Indonesia: ‘hidup yang saleh’. Ini salah terjemahan.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘life and godliness’ (= kehidupan dan kesalehan).

Lenski“The divine power has granted to us ‘all things, the ones regarding (PROS) life and godliness.’ ... Not one thing has Christ’s divine power withheld from us” [= Kuasa ilahi telah menganugerahkan kepada kita ‘segala sesuatu, hal-hal berkenaan (PROS) kehidupan dan kesalehan’. ... Tidak satu halpun ditahan oleh kuasa ilahi Kristus dari kita] - hal 257.
Efesus 1:3 - “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.
Roma 8:32 - “Ia, yang tidak menyayangkan AnakNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”.

The Bible Exposition Commentary: New Testament“God gives you everything you will ever need ‘for life and godliness.’ Nothing has to be added! ‘And ye are complete in Him’ (Col 2:10). The false teachers claimed that they had a ‘special doctrine’ that would add something to the lives of Peter’s readers, but Peter knew that nothing could be added” [= Allah menganugerahkan kepadamu segala sesuatu yang akan engkau perlukan ‘untuk kehidupan dan kesalehan’. Tidak ada yang harus ditambahkan! ‘Dan engkau lengkap dalam Dia’ (Kol 2:10). Guru-guru palsu mengclaim bahwa mereka mempunyai suatu ‘ajaran khusus’ yang akan menambahkan sesuatu pada kehidupan dari pembaca-pembaca Petrus, tetapi Petrus tahu bahwa tidak ada yang bisa ditambahkan].

Bandingkan ini dengan:
1.   Banyak orang dari kalangan Kharismatik yang mengatakan bahwa mereka mendapat wahyu, penglihatan, nubuat yang menambahi Alkitab.
2.   Orang Mormon yang menambahi Alkitab dengan ‘the book of Mormon’.
3.   Orang Islam yang mengatakan Al-Quran sebagai wahyu terakhir.

Jamieson, Fausset & Brown“‘Life and godliness.’ Spiritual life must exist first, before there can be godliness. Knowledge of God experimentally is life (John 17:3). The child must have vital breath, then cry to, and walk in the ways of, his father. It is not by godliness we obtain life, but by life, godliness” [= ‘Kehidupan dan kesalehan’. Kehidupan rohani harus ada dulu, sebelum di sana bisa ada kesalehan. Pengenalan akan Allah yang didasarkan pengalaman adalah kehidupan (Yoh 17:3). Anak harus mempunyai nafas yang vital, lalu berteriak kepada, dan berjalan dalam jalan dari, bapanya. Bukan oleh kesalehan kita mendapatkan kehidupan, tetapi oleh kehidupan kita mendapat kesalehan].
Yohanes 17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”.

2)         oleh pengenalan kita akan Dia.
Calvin“‘Through the knowledge of him.’ He now describes the manner in which God makes us partakers of so great blessings, even by making himself known to us by the gospel. For the knowledge of God is the beginning of life and the first entrance into godliness (= ‘Melalui pengetahuan akan Dia’. Sekarang ia menggambarkan cara dalam mana Allah membuat kita pengambil bagian dari berkat yang begitu besar, bahkan dengan membuat diriNya sendiri dikenal kepada kita oleh injil. Karena pengenalan akan Allah merupakan permulaan dari kehidupan dan jalan masuk pertama ke dalam kesalehan).

Alexander Nisbet“The very first beginning of grace are wrought in the heart, by making a sinner drink in the knowledge of Christ: the law indeed prepares for this work by discovering sin and deserved wrath and terrifying the conscience, but the Gospel which holds out Christ the Saviour from sin and wrath, ... is the Spirit’s instrument of working grace: for as the Apostle wished grace to thrive in the former verse through the knowledge of Christ, so here he says, it is given at first through the knowledge of Him. ... Then Christ is savingly known and so saving grace wrought, when the heart consents to Him” (= Permulaan yang paling awal dari kasih karunia dibuat dalam hati, dengan membuat seorang berdosa minum dalam pengetahuan / pengenalan akan Kristus: hukum Taurat memang mempersiapkan untuk pekerjaan ini dengan menyatakan / menyingkapkan dosa dan kemurkaan yang layak didapatkan dan hati nurani yang menakutkan, tetapi Injil yang mengulurkan / menawarkan Kristus sang Juruselamat dari dosa dan kemurkaan, ... adalah alat dari Roh untuk mengerjakan kasih karunia: karena seperti dalam ayat sebelumnya sang Rasul menginginkan kasih karunia untuk tumbuh melalui pengetahuan / pengenalan akan Kristus, demikian juga di sini ia berkata, itu diberikan pertama-tama melalui pengetahuan / pengenalan akan Dia. ... Maka Kristus dikenal secara menyelamatkan dan demikianlah kasih karunia yang menyelamatkan dibuat, pada waktu hati menyetujuiNya) - hal 224-225.

3)         yang telah memanggil kita.
Calvinhe makes God the author of this knowledge, because we never go to him except when called. Hence the effectual cause of faith is not the perspicacity of our mind, but the calling of God. And he speaks not of the outward calling only, which is in itself ineffectual; but of the inward calling, effected by the hidden power of the Spirit when God not only sounds in our ears by the voice of man, but draws inwardly our hearts to himself by his own Spirit (= ia membuat Bapa sebagai asal usul dari pengetahuan / pengenalan ini, karena kita tidak pernah datang kepada Dia kecuali pada waktu kita dipanggil. Karena itu penyebab yang efektif dari iman bukanlah kecerdasan / ketajaman dari pikiran kita, tetapi panggilan dari Allah. Dan ia berbicara bukan hanya tentang panggilan luar / lahiriah, yang dalam dirinya sendiri tidak efektif; tetapi tentang panggilan di dalam, yang diadakan / dijalankan / dibuat menjadi efektif oleh kuasa Roh pada waktu Allah bukan hanya membunyikan dalam telinga kita oleh suara manusia, tetapi menarik secara batin hati kita kepada diriNya sendiri oleh RohNya sendiri).

Lenski“In this epistles KALEIN always denotes the successful call by means of the Word” (= Dalam surat ini KALEIN selalu menunjukkan panggilan yang berhasil dengan menggunakan Firman) - hal 259.

4)         oleh kuasaNya (?) yang mulia dan ajaib (?).
KJV: to glory and virtue’ (= pada kemuliaan dan kebaikan).
RSV: to his own glory and excellence’ (= pada kemuliaan dan kebaikanNya sendiri).
NIV: by his own glory and goodness’ (= oleh kemuliaan dan kebaikanNya sendiri).
NASB: by His own glory and excellence’ (= oleh kemuliaan dan kebaikanNya sendiri).

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan:

a)   Kata ‘kuasaNya’ dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia sebetulnya tidak ada.

b)   Kata ‘ajaib’ juga merupakan terjemahan yang salah. Dalam Kitab Suci bahasa Inggris diterjemahkan sebagai ‘virtue’ (= kebaikan / sifat baik), ‘goodness’ (= kebaikan), ‘excellence’ (= keunggulan / mutu yang baik sekali).

c)   Kata ‘oleh’ dalam Kitab Suci bahasa Inggris diterjemahkan sebagai ‘to’ (= pada), atau ‘by’ (= oleh).
Yang mana yang benar, ‘to’ atau ‘by’?? Kata Yunani yang digunakan adalah DIA, yang sekalipun biasanya berarti ‘through’ (= melalui), tetapi bisa berarti ‘by’ (= oleh). Lenski menafsirkan bahwa yang benar adalah ‘oleh / dengan’. Demikian juga dengan Calvin.

Lenski“Peter does not say: called us ‘with his own Word.’ He says something far grander: called us ‘with his own glory and praise.’ When R. 533 says that this is ‘clearly instrumental, not dative,’ he means: ‘with his own glory’ (means), and not ‘to glory,’ etc. (AV)” [= Petrus tidak berkata: memanggil kita ‘dengan FirmanNya sendiri’. Ia mengatakan sesuatu yang jauh lebih agung: memanggil kita ‘dengan kemuliaan dan pujianNya sendiri’. Pada waktu R. 533 mengatakan bahwa ini adalah ‘secara jelas bersifat instrumen / alat, bukan bersifat obyek’, ia memaksudkan: ‘dengan kemuliaanNya sendiri’ (cara), dan bukan ‘pada kemuliaan’, dsb. (AV)] - hal 259.

Calvin“‘To glory and virtue,’ or, ‘by his own glory and power.’ Some copies have ijdi>a do>xh|, ‘by his own glory,’ and it is so rendered by the old interpreter; and this reading I prefer, because the sentence seems thus to flow better. For it was Peter’s object expressly to ascribe the whole praise of our salvation to God, so that we may know that we owe every thing to him. And this is more clearly expressed by these words, - that he has called us ‘by his own glory and power.’ [= ‘Pada kemuliaan dan kebaikan’, atau, ‘oleh kemuliaan dan kuasaNya sendiri’. Beberapa salinan mempunyai ijdi>a do>xh| (IDIA DOXE), ‘oleh kemuliaanNya sendiri’, dan demikianlah diterjemahkan oleh penafsir kuno; dan saya memilih pembacaan ini, karena dengan demikian kalimatnya kelihatannya mengalir dengan lebih baik. Karena merupakan tujuan dari Petrus untuk secara jelas mememberikan seluruh pujian tentang keselamatan kita kepada Allah, sehingga kita bisa tahu bahwa kita berhutang segala sesuatu kepada Dia. Dan ini dengan lebih jelas dinyatakan oleh kata-kata ini, - bahwa Ia telah memanggil kita ‘oleh kemuliaan dan kuasaNya sendiri’.].
Catatan: saya tidak mengerti dari mana Calvin mendapatkan kata ‘kuasa’.

2 Petrus 1: 4: “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.

1)   Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar.

Barnes’ Notes“All that we need in trial, is the simple PROMISE of God that he will sustain us; all that we need in the hour of death, is the assurance of our God that we shall be happy forever. What would this world be without a ‘promise?’ How impossible to penetrate the future! How dark that which is to come would be! How bereft we should be of consolation! The past has gone, and its departed joys and hopes can never be recalled to cheer us again; the present may be an hour of pain, and sadness, and disappointment, and gloom, with perhaps not a ray of comfort; the future only opens fields of happiness to our vision, and everything there depends on the will of God, and all that we can know of it is from his promises. Cut off from these we have no way either of obtaining the blessings which we desire, or of ascertaining that they can be ours. For the promises of God, therefore, we should be in the highest degree grateful, and in the trials of life we should cling to them with unwavering confidence as the only things which can be an anchor to the soul” (= Semua yang kita butuhkan dalam ujian adalah janji yang sederhana dari Allah bahwa Ia akan menopang kita; semua yang kita butuhkan pada saat kematian kita adalah jaminan dari Allah kita bahwa kita akan bahagia selama-lamanya. Apa yang akan terjadi dengan dunia ini tanpa suatu ‘janji’? Betapa mustahil untuk menembus ke masa yang akan datang! Betapa gelap hal-hal yang akan datang! Betapa kita kehilangan penghiburan! Masa lalu telah hilang, dan sukacita dan pengharapan yang telah pergi itu tidak pernah bisa dikembalikan untuk menggembirakan kita lagi; masa sekarang mungkin merupakan saat dari kesakitan, dan kesedihan, dan kekecewaan, dan kesuraman, mungkin tanpa secercahpun penghiburan; hanya masa yang akan datang membuka lapangan kebahagiaan bagi penglihatan kita, dan segala sesuatu di sana tergantung pada kehendak Allah, dan semua yang bisa kita ketahui darinya adalah dari janji-janjiNya. Dipotong dari janji-janji ini kita tidak mempunyai jalan untuk mendapatkan berkat-berkat yang kita inginkan, atau untuk memastikan bahwa hal-hal itu akan menjadi milik kita. Karena itu, untuk janji-janji Allah itu kita harus berterima kasih dalam tingkat yang tertinggi, dan dalam ujian-ujian / pencobaan-pencobaan dari kehidupan kita harus berpegang erat-erat pada janji-janji itu dengan keyakinan yang tak tergoyahkan sebagai satu-satunya hal yang bisa menjadi jangkar bagi jiwa).

The Bible Exposition Commentary: New Testament“God has not only given us all that we need for life and godliness, but He has also given us His Word to enable us to develop this life and godliness. These promises are great because they come from a great God and they lead to a great life. They are precious because their value is beyond calculation. If we lost the Word of God, there would be no way to replace it” (= Allah bukan hanya telah memberi kita semua yang kita butuhkan untuk kehidupan dan kesalehan, tetapi Ia juga telah memberi kita FirmanNya untuk memampukan kita untuk mengembangkan kehidupan dan kesalehan ini. Janji-janji ini besar karena mereka datang dari Allah yang besar dan mereka memimpin pada suatu kehidupan yang besar / agung. Mereka berharga karena nilai mereka di atas perhitungan. Jika kita kehilangan Firman Allah, tidak ada jalan untuk menggantikannya).

Penerapan: bandingkan kata-kata ini, khususnya pada bagian akhirnya, dengan banyak pengkhotbah / pendeta yang menggantikan Firman Tuhan dengan lelucon, kesaksian, cerita-cerita, atau filsafat!

2)         supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘divine nature’ (= hakekat / sifat ilahi).

CalvinBut the word ‘nature’ is not here essence but quality. The Manicheans formerly dreamt that we are a part of God, and that after having run the race of life we shall at length revert to our original. There are also at this day fanatics who imagine that we thus pass over into the nature of God, so that his swallows up our nature. Thus they explain what Paul says, that God will be all in all (1 Corinthians 15:28,) and in the same sense they take this passage. But such a delirium as this never entered the minds of the holy Apostles; they only intended to say that when divested of all the vices of the flesh, we shall be partakers of divine and blessed immortality and glory, so as to be as it were one with God as far as our capacities will allow [= Tetapi kata ‘nature’ (Yunani: PHUSEOOS - PHUSIS) di sini bukanlah ‘hakekat’ tetapi ‘kwalitet’. Para Manichean dahulu bermimpi bahwa kita adalah sebagian dari Allah, dan bahwa setelah menyelesaikan kehidupan kita akhirnya kembali pada keadaan orisinil kita. Pada saat ini juga ada orang-orang fanatik yang membayangkan / mengkhayalkan bahwa kita akan melewati ke dalam hakekat / sifat dari Allah, sehingga sifat / hakekatNya menelan sifat / hakekat kita. Maka mereka menjelaskan apa yang Paulus katakan, bahwa Allah akan menjadi semua dalam semua (1Korintus 15:28), dan dalam arti yang sama mereka mengartikan text ini. Tetapi kegilaan seperti ini tidak pernah memasuki pikiran-pikiran dari Rasul-rasul yang kudus; mereka hanya bermaksud untuk mengatakan bahwa pada waktu dibebaskan / dilepaskan dari semua sifat buruk / jahat dari daging, kita akan menjadi pengambil bagian dari ketidak-bisa-binasaan dan kemuliaan yang ilahi dan diberkati, sehingga seakan-akan menjadi satu dengan Allah sejauh diijinkan oleh kapasitas kita].

Catatan: Webster’s New World Dictionary mengatakan bahwa Manicheism merupakan suatu filsafat yang bersifat agama yang diajarkan pada abad ke 3-7 M. oleh seorang Persia bernama Manes atau Manicheus dan murid-muridnya.
1Kor 15:28 - “Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diriNya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawahNya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.

Calvin“we, disregarding empty speculations, ought to be satisfied with this one thing, - that the image of God in holiness and righteousness is restored to us for this end, that we may at length be partakers of eternal life and glory as far as it will be necessary for our complete felicity” (= kita, mengabaikan spekulasi yang kosong, harus puas dengan satu hal ini, - bahwa gambar Allah dalam kekudusan dan kebenaran dipulihkan bagi kita untuk tujuan ini, supaya kita akhirnya bisa menjadi pengambil bagian dari kehidupan dan kemuliaan kekal sejauh itu perlu untuk kebahagiaan lengkap / sempurna kita).

Bandingkan dengan ajaran Gereja Sidang Jemaat Kristus.
“The doctrine of ‘mingling’ is one of the greatest unifying factors within the structure of the Local Church. We have seen that Witness Lee teaches that Christ, Satan, and mankind are somehow joined together. Mingling is seen as an intimate relationship between God and man, whereby Local Church members can have direct spiritual communication with God and experience all that God is and has to offer. ... Closely associated with Lee’s misunderstanding of the Trinity is his teaching that the Spirit of his processed Triune God enters into and mingles with the spirit of man, just as tea mixes with a glass of water. Lee was greatly influenced by his mentor, the late Watchman Nee, who also held to this concept. States Nee: One rather remarkable thing is that God does not mean to distinguish between His Spirit and our spirit....It is simply impossible to distinguish. ... We often say that the Holy Spirit dwells in our spirit, but we find it hard to discern which is the Holy Spirit and which is our own spirit. The Holy Spirit and our spirit have become so mingled; while each is unique they are not easily distinguished....Since the Holy Spirit and our spirit are joined into one (1 Cor. 6.17), they can be distinguished only in name, not in fact.” [= Ajaran / doktrin tentang ‘percampuran’ adalah salah satu dari faktor-faktor penyatu yang terbesar dalam struktur dari Gereja Lokal. Kita telah melihat bahwa Witness Lee mengajar bahwa Kristus, Iblis, dan umat manusia entah bagaimana digabungkan bersama-sama. Percampuran dilihat sebagai suatu hubungan intim antara Allah dan manusia, dengan mana anggota-anggota Gereja Lokal bisa mempunyai komunikasi rohani langsung dengan Allah dan mengalami semua yang Allah ada dan punyai untuk ditawarkan. ... Berhubungan dekat dengan kesalah-mengertian Lee tentang Tritunggal adalah ajarannya bahwa Roh dari Allah Tritunggalnya yang diproses masuk ke dalam dan bercampur dengan roh manusia, sama seperti teh bercampur dengan segelas air. Lee sangat dipengaruhi oleh penasehatnya, almarhum Watchman Nee, yang juga mempercayai konsep ini. Kata Nee: Satu hal yang menyolok adalah bahwa Allah tidak bermaksud untuk membedakan antara RohNya dan roh kita....Adalah tidak mungkin untuk membedakan. ... Kita sering mengatakan bahwa Roh Kudus tinggal dalam roh kita, tetapi kita mendapati bahwa sukar untuk membedakan yang mana yang Roh Kudus dan yang mana yang roh kita. Roh Kudus dan roh kita telah menjadi begitu bercampur; sementara masing-masing adalah unik, mereka tidak dengan mudah dibedakan....Karena Roh Kudus dan roh kita bergabung menjadi satu (1Kor 6:17), mereka bisa dibedakan hanya dalam sebutan, tidak dalam fakta.].

1Kor 6:17 - “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia”.

Catatan: ‘his processed Triune God’ (= Allah Tritunggalnya yang diproses) adalah istilah yang menunjuk pada ajaran Witness Lee yang mengatakan bahwa mula-mula Allah itu adalah Bapa, lalu mengambil daging, dan menjadi manusia dalam diri Anak. Dan Anak, setelah mengalami kematian, penguburan, kebangkitan, lalu menjadi Roh pemberi hidup. Sebagai Roh Allah lalu bisa masuk ke dalam roh manusia.
Ini merupakan kepercayaan yang disebut Modalisme / Sabelianisme, dan merupakan ajaran sesat dalam persoalan Allah Tritunggal.

Barnes’ Notes“it cannot be taken in so literal a sense as to mean that we can ever partake of the divine ‘essence,’ or that we shall be ‘absorbed’ into the divine nature so as to lose our individuality. ... It is in the nature of the case impossible. There must be forever an essential difference between a created and an uncreated mind. ... The reference then, in this place, must be to the ‘moral’ nature of God; and the meaning is, that they who are renewed become participants of the same ‘moral’ nature; that is, of the same views, feelings, thoughts, purposes, principles of action. Their nature as they are born, is sinful, and prone to evil (Eph. 2:3), their nature as they are born again, becomes like that of God. They are made LIKE God; and this resemblance will increase more and more forever, until in a much higher sense than can be true in this world, they may be said to have become ‘partakers of the divine nature.’” [= ini tidak bisa diambil dalam arti begitu hurufiah sehingga berarti bahwa kita bisa mengambil bagian dari ‘hakekat’ ilahi, atau bahwa kita akan ‘dihisap’ ke dalam hakekat ilahi sehingga kehilangan keindividuan kita. ... Kasus itu merupakan sesuatu yang mustahil. Pasti akan ada untuk selama-lamanya perbedaan antara pikiran yang dicipta dan yang tidak dicipta. ... Jadi, kata-kata di tempat ini harus menunjuk pada sifat ‘moral’ dari Allah; dan artinya adalah bahwa mereka yang diperbaharui menjadi pengambil bagian dari sifat ‘moral’ yang sama; yaitu, dari pandangan, perasaan, pemikiran, tujuan, prinsip tindakan yang sama. Sifat mereka pada waktu dilahirkan adalah berdosa dan condong pada dosa (Ef 2:3), sifat mereka pada waktu dilahirkan kembali, menjadi serupa dengan sifat Allah. Mereka dibuat menjadi SEPERTI Allah; dan kemiripan ini akan makin meningkat selama-lamanya, sampai dalam arti yang jauh lebih tinggi dari yang ada dalam dunia ini, mereka dikatakan telah menjadi ‘pengambil bagian dari sifat ilahi’].

Barnes’ Notes“Let us remark, then, (a) That ‘man’ only, of all the dwellers on the earth, is capable of rising to this condition. The nature of all the other orders of creatures here below is incapable of any such transformation that it can be said that they become ‘partakers of the divine nature.’ (b) It is impossible now to estimate the degree of approximation to which man may yet rise toward God, or the exalted sense in which the term may yet be applicable to him; but the prospect before the believer in this respect is most glorious” [= Maka, hendaklah kita perhatikan, (a) Bahwa hanya ‘manusia’, dari semua penghuni di bumi, yang mampu untuk naik pada keadaan ini. Sifat dari semua golongan makhluk ciptaan yang lain di sini di bawah adalah tidak mampu mengalami perubahan seperti itu sehingga bisa dikatakan bahwa mereka menjadi ‘pengambil bagian dari sifat ilahi’. (b) Adalah mustahil sekarang untuk memperkirakan tingkat dari taksiran pada mana manusia bisa naik menuju Allah, atau arti yang ditinggikan dalam mana istilah ini bisa diterapkan kepadanya; tetapi prospek di hadapan orang percaya dalam hal ini adalah sangat mulia].

3)         dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.
Ini betul-betul merupakan terjemahan yang kacau! Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV: having escaped the corruption that is in the world through lust (= setelah lolos dari kejahatan yang ada dalam dunia melalui nafsu).
RSV: you may escape from the corruption that is in the world because of passion (= engkau bisa lolos dari kejahatan yang ada dalam dunia karena nafsu).
NIV: and escape the corruption in the world caused by evil desires (= dan lolos dari kejahatan dalam dunia yang disebabkan oleh keinginan-keinginan jahat).
NASB: having escaped the corruption that is in the world by lust (= setelah lolos dari kejahatan yang ada dalam dunia oleh nafsu).

Barnes’ Notes“The world is full of corruption. It is the design of the Christian plan of redemption to deliver us from that, and to make us holy; and the means by which we are to be made like God, is by rescuing us from its dominion” (= Dunia ini penuh dengan kejahatan. Merupakan rancangan dari rencana Kristen tentang penebusan untuk membebaskan kita darinya, dan untuk membuat kita kudus; dan cara dengan mana kita akan dibuat menjadi seperti Allah, adalah dengan menolong kita dari penguasaannya).

2 PETRUS 1:5-9 (1) 

2Petrus 1:5-9 - “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. (8) Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. (9) Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan”.

2 Petrus 1: 5-7: (5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang..

1)   Kata-kata ini serupa / sejalan dengan text-text di bawah ini, dan mendorong orang yang sudah percaya, bahkan orang percaya yang sudah taat, untuk maju / makin maju dalam kekudusan dan pengetahuan, dan mendorong mereka untuk melakukannya dengan sungguh-sungguh / rajin.

Bdk. 1Tes 4:1-10 - “(1) Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi BAIKLAH KAMU MELAKUKANNYA LEBIH BERSUNGGUH-SUNGGUH LAGI. (2) Kamu tahu juga petunjuk-petunjuk mana yang telah kami berikan kepadamu atas nama Tuhan Yesus. (3) Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, (4) supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, (5) bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, (6) dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu. (7) Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. (8) Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga RohNya yang kudus kepada kamu. (9) Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah. (10) Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, SUPAYA KAMU LEBIH BERSUNGGUH-SUNGGUH LAGI MELAKUKANNYA.

Bdk. Titus 3:8 - “Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia”.

Bdk. Filipi 2:12 - “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir”.

Jadi, dalam pelayanan firman, kita bukan hanya memberitakan Injil kepada orang-orang yang tidak percaya, tetapi juga mendorong orang-orang yang sudah percaya untuk makin maju.

2)            Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha.

a)      Justru karena itu.
KJV: ‘And beside this’ (= Dan disemping ini).
RSV/NIV: ‘For this very reason’ (= Karena alasan ini).
NASB: Now for this very reason also’ (= Karena alasan ini juga).

Barnes’ Notes“‘And beside this.’ ... The reference is to v. 3; and the connection is, “since (v. 3) God has given us these exalted privileges and hopes, ‘in respect to this,’ ... or as a ‘consequence’ fairly flowing from this, we ought to give all diligence that we may make good use of these advantages, and secure as high attainments as we possibly can. We should add one virtue to another, that we may reach the highest possible elevation in holiness”” [= ‘Dan disamping ini’. ... Hubungannya adalah dengan ay 3; dan hubungannya adalah, “karena (ay 3) Allah telah memberikan kita hak-hak dan pengharapan yang mulia ini, ‘berkenaan dengan ini’, ... atau sebagai suatu ‘konsekwensi’ yang mengalir secara benar dari hal ini, kita harus memberikan seluruh kerajinan sehingga kita bisa melakukan penggunaan yang baik dari keuntungan-keuntungan ini, dan mendapatkan / memperoleh hasil / pencapaian setinggi mungkin. Kita harus menambahkan satu sifat baik pada sifat baik yang lain, sehingga kita bisa mencapai peningkatan yang setinggi mungkin dalam kekudusan”].

2 Petrus 1:  3-5a: (3) Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib. (4) Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji2 yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. (5a) Justru karena itu kamu ...”.

Jadi, anugerah dalam 2 Petrus 1: 3 memberikan kita suatu kewajiban sebagai konsekwensinya.

b)   kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha.
KJV: ‘giving all diligence’ (= memberikan seluruh kerajinan).
RSV/NIV: ‘make every effort’ (= melakukan setiap usaha).
NASB: applying all diligence’ (= menggunakan seluruh kerajinan).
Kata Yunani yang dipakai adalah SPOUDEN, yang bisa berarti ‘kerajinan’, ‘kesungguhan’, ‘keterburu-buruan’, dan ‘kehati-hatian’ (Bible Works 7).
Semua ini kontras dan bertentangan dengan sikap ‘santai’, ‘malas’, ‘asal-asalan’, ‘ceroboh’.
Coba pikirkan dan renungkan kata-kata ini satu per satu. Yang mana yang lebih cocok dengan usaha saudara untuk maju dalam kerohanian?

Barnes’ Notes“‘Giving all diligence.’ Greek, ‘Bringing in all zeal or effort.’ The meaning is, that we ought to make this a distinct and definite object, and to apply ourselves to it as a thing to be accomplished” (= ‘Memberikan seluruh kerajinan’. Yunani, ‘Membawa masuk semua semangat dan usaha’. Artinya adalah bahwa kita harus menjadikan ini suatu tujuan yang nyata / jelas dan tertentu / pasti, dan memakai / mengerahkan diri kita sendiri padanya sebagai suatu hal untuk dicapai).

Pulpit Commentary“The verb rendered ‘giving’ means literally ‘bringing in by the side;’ it is one of those graphic and picturesque expressions which are characteristic of St. Peter’s style. God worketh within us both to will and to do; this (both St. Paul and St. Peter teach us) is a reason, not for remissness, but for increased exertion. God’s grace is sufficient for us; without that we can do nothing; but by the side (so to speak) of that grace, along with it, we must bring into play all earnestness, we must work out our own salvation with fear and trembling. The word seems to imply that the work is God’s work; we can do very little indeed, but that very little we must do, and for the very reason that God is working in us” [= Kata kerja yang diterjemahkan ‘memberikan’ (giving - KJV) secara hurufiah berarti ‘membawanya ke samping / ke sebelah’; ini adalah satu dari ungkapan-ungkapan yang sangat jelas dan indah yang merupakan ciri khas dari gaya Petrus. Allah mengerjakan dalam kita baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan (Fil 2:13); ini (baik Paulus maupun Petrus mengajar kita) adalah suatu alasan, bukan untuk kelalaian, tetapi untuk meningkatkan pengerahan tenaga. Kasih karunia Allah cukup bagi kita; tanpa itu kita tidak dapat melakukan apapun; tetapi di sisi dari (seakan-akan) kasih karunia itu, bersama-sama dengannya, kita harus membawa ke dalam permainan seluruh kesungguhan, kita harus mengerjakan / menyelesaikan keselamatan kita sendiri dengan takut dan gentar (Fil 2:12). Kata itu secara implicit menunjukkan bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan Allah; kita memang hanya bisa melakukan sangat sedikit, tetapi yang sangat sedikit itu harus kita lakukan, dan karena alasan itu Allah bekerja dalam diri kita].

Sekarang mari kita bahas Filipi 2:12-13 yang dijadikan ayat-ayat referensi oleh Pulpit Commentary di atas.

1.   Filipi 2:12 - “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir”.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari ayat ini:
a.      Ini tidak berarti bahwa:
·         keselamatan = usaha manusia.
·         keselamatan = usaha manusia + Allah (ay 12-13).
·         orang Filipi belum selamat.
·         orang Filipi tidak yakin selamat (bdk. ay 12 - ‘takut dan gentar’).
·         keselamatan bisa hilang (bdk. ay 12 - ‘takut dan gentar’).
Alasannya: lihat point selanjutnya di bawah ini!

b.   Calvin (hal 69) berkata bahwa kata ‘keselamatan’ di sini artinya adalah ‘the entire course of our calling’ (= seluruh jalan panggilan kita).
Jadi di sini kata ‘keselamatan’ itu mempunyai arti yang berbeda dari biasanya. Di sini, ‘keselamatan’ itu mencakup daerah mulai saat kita percaya sampai saat kita masuk surga.

c.   Kata ‘kerjakan’ (2 Petrus 1: 12) dalam terjemahan-terjemahan bahasa Inggris diterjemahkan ‘work out’, yang bisa berarti ‘selesaikanlah’. Dalam bahasa Yunaninya adalah KATERGAZESTHE, yang berasal dari kata kerja yang berarti ‘to bring to completion’ (= menyelesaikan).
Jadi, ‘kerjakan keselamatanmu’ berarti: dalam jalan saudara ikut Tuhan, jangan berhenti di tengah jalan! Ikutlah terus sampai akhir!

2.   Filipi 2:13 - ”karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”. Ini terjemahannya kurang jelas. Perhatikan terjemahan-terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:
KJV: “For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure” (= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk menghendaki maupun untuk melakukan dari kesenanganNya yang baik).
RSV: “for God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure” (= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik).
NASB: “for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure” (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kesenanganNya yang baik).
NIV: “for it is God who works in you to will and to act according to his good purpose” (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik).

Yang menarik dari kata yang diterjemahkan ‘to will’ (= menghendaki) dalam Kitab Suci bahasa Inggris adalah bahwa kata itu berasal dari kata Yunani THELEIN, yang berasal dari kata dasar THELO atau THELEO, yang bisa berarti sebagai berikut (Bible Works 7):
1) to will (= menghendaki), have in mind (= memikirkan / mempunyainya dalam pikiran), intend (= bermaksud) 1a) to be resolved or determined (= memutuskan atau menentukan), to purpose (= bermaksud / merencanakan) 1b) to desire, to wish (= menginginkan, mengharapkan) 1c) to love (= mengasihi) 1c1) to like to do a thing, be fond of doing (= menyukai untuk melakukan sesuatu, menyenangi untuk melakukan) 1d) to take delight in, have pleasure (= menyenangi).

Semua hal-hal ini merupakan pekerjaan Allah dalam diri kita!!! Jadi, dari diri kita sendiri kita tidak bisa menginginkan, menghendaki, memikirkan, memutuskan, menetapkan, bertujuan, mengasihi, ingin melakukan sesuatu, menyenangi apapun untuk mengerjakan / menyelesaikan keselamatan kita.

Sebagai tambahan, kata-kata ‘menurut kerelaanNya’ pada akhir ay 13, menunjukkan kedaulatan Allah!

3.      Dari semua ini maka kelihatan dengan jelas bahwa ay 13 ini seolah-olah bertentangan dengan ay 12.

A.T. Robertson mengatakan: “Paul makes no attempt to reconcile divine sovereignty and human free agency, but boldly proclaim both” (= Paulus tidak berusaha untuk mendamaikan kedaulatan ilahi dan kebebasan manusia, tapi dengan berani memberitakan keduanya).

Kesimpulannya: sekalipun 2 Petrus 1: 13 mengatakan bahwa semua itu adalah pekerjaan Allah, tetapi kita tetap punya tanggung jawab untuk berusaha / mengerjakan keselamatan kita!

Matthew Henry“those who will make any progress in religion must be very diligent and industrious in their endeavours. Without giving all diligence, there is no gaining any ground in the work of holiness; those who are slothful in the business of religion will make nothing of it; we must strive if we will enter in at the strait gate, Lu. 13:24” (= mereka yang mau membuat kemajuan dalam agama harus sangat rajin dan tekun dalam usaha-usaha mereka. Tanpa memberikan seluruh kerajinan, tidak ada yang bisa didapatkan dalam pekerjaan pengudusan; mereka yang malas / lamban dalam bisnis agama tidak akan membuat apapun darinya; kita harus berjuang jika kita mau memasuki jalan yang sempit, Luk 13:24).

Lukas 13:24 - “Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: ‘Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat”.

Calvin“As it is a work arduous and of immense labor, to put off the corruption which is in us, he bids us to strive and make every effort for this purpose. He intimates that no place is to be given in this case to sloth, and that we ought to obey God calling us, not slowly or carelessly, but that there is need of alacrity; as though he had said, ‘Put forth every effort, and make your exertions manifest to all.’” (= Karena itu merupakan suatu pekerjaan yang sukar dan suatu pekerjaan dari jerih payah yang besar / luas sekali, untuk membuang kejahatan yang ada di dalam diri kita, ia meminta kita untuk berjuang dan melakukan setiap usaha untuk tujuan ini. Ia mengisyaratkan bahwa dalam kasus ini tidak ada tempat yang boleh diberikan pada kemalasan, dan bahwa kita harus mentaati panggilan Allah kepada kita, bukan dengan lambat atau dengan ceroboh, tetapi bahwa di sana ada kebutuhan tentang kesigapan; seakan-akan ia telah berkata, ‘Kerahkanlah setiap usaha, dan buatlah pengerahan usaha / tenagamu nyata bagi semua’).

Illustrasi: orang yang mau maju dalam ‘body building’ (= olah raga angkat besi untuk membentuk tubuh) harus berusaha extra keras.

3)   “(5b) untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang”.

a)   Ini merupakan hal-hal yang harus dilakukan dengan terus menerus.
Calvin (tentang 2 Petrus 1: 8)“he requires a continual progress to be made as to these endowments, and that justly, for we are as yet far off from the goal. We ought, therefore, always to make advances, so that God’s gifts may continually increase in us” (= ia mengharuskan supaya dibuat suatu kemajuan yang terus menerus berkenaan dengan pemberian-pemberian ini, dan itu benar, karena kita masih jauh dari tujuan. Karena itu, kita harus selalu membuat kemajuan-kemajuan, sehingga karunia-karunia Allah bisa terus menerus meningkat dalam diri kita).

b)            Pertama-tama kita harus mempunyai iman, karena tanpa itu tidak mungkin ada pertumbuhan dalam kebaikan / sifat baik apapun. Setelah iman ada, jangan artikan bahwa kita harus menambahkan kebaikan / sifat baik yang disebutkan dalam ay 5b-7 sesuai dengan urut-urutan dalam mana mereka dituliskan. Yang dimaksudkan sama sekali bukan urut-urutannya, tetapi bahwa semua kebaikan / sifat baik itu harus diusahakan secara bersamaan.

Matthew Henry“In these words the apostle comes to the chief thing intended in this epistle - to excite and engage them to advance in grace and holiness, they having already obtained precious faith, and been made partakers of the divine nature. This is a very good beginning, but it is not to be rested in, as if we were already perfect. The apostle had prayed that grace and peace might be multiplied to them, and now he exhorts them to press forward for the obtaining of more grace. We should, as we have opportunity, exhort those we pray for, and excite them to the use of all proper means to obtain what we desire God to bestow upon them” (= Dalam kata-kata ini sang rasul sampai pada hal terutama yang dimaksudkan dalam surat ini - untuk membangkitkan dan mengajak mereka untuk maju dalam kasih karunia dan kekudusan, setelah mereka mendapatkan iman yang berharga, dan telah dibuat menjadi pengambil-pengambil bagian dari hakekat / sifat ilahi. Ini adalah suatu permulaan yang baik, tetapi kita tidak boleh berhenti di sana, seakan-akan kita sudah sempurna. Sang rasul telah berdoa supaya kasih karunia dan damai bisa dilipat-gandakan bagi mereka, dan sekarang ia mendesak mereka untuk maju untuk mendapatkan lebih banyak lagi kasih karunia. Kita harus, kalau kita mempunyai kesempatan, mendesak mereka yang kita doakan, dan mengajak mereka untuk menggunakan semua cara / jalan yang benar untuk mendapatkan apa yang kita ingin Allah berikan kepada mereka).

Lenski“Here we have Peter’s golden chain of Christian virtues. There are seven jewels, and all of them are fastened to faith. ... There are not eight items but only seven. The readers are not to furnish ‘faith.’ This they already have by virtue of their having been called (v. 3): by his gospel call God gives us faith. ... Thus Peter says: with all diligence ‘furnish in connection with your faith’ this chain of golden fruit” [= Di sini kita mempunyai rantai emas sifat-sifat baik Kristen dari Petrus. Ada tujuh permata, dan semua mereka dilekatkan pada iman. ... Bukannya ada delapan hal, tetapi hanya tujuh. Para pembaca bukannya harus menyediakan ‘iman’. Ini sudah mereka punyai berdasarkan panggilan yang telah diberikan kepada mereka (ay 3): oleh panggilan injil Allah memberikan kita iman. ... Maka / jadi Petrus berkata: dengan seluruh kerajinan ‘sediakan / lengkapilah dalam hubungan dengan imanmu’ rantai emas buah-buahan ini] - hal 264,265.

Calvin“he intimates that faith ought not to be naked or empty, but that these are its inseparable companions. ... There is not here, however, properly a gradation as to the sense, though it appears as to the words; for love does not in order follow patience, nor does it proceed from it. Therefore the passage is to be thus simply explained, ‘Strive that virtue, prudence, temperance, and the things which follow, may be added to your faith.’” (= ia mengisyaratkan bahwa iman tidak boleh telanjang atau kosong, tetapi bahwa hal-hal ini adalah rekan-rekannya yang tidak terpisahkan. ... Tetapi di sini secara tepat tidak ada tingkatan-tingkatan berkenaan dengan artinya, sekalipun dari kata-katanya kelihatannya demikian; karena kasih secara urut-urutan tidaklah mengikuti kesabaran, ataupun keluar darinya. Karena itu text ini harus dijelaskan hanya seperti ini: ‘Berjuanglah supaya kebajikan, kebijaksanaan, penguasaan diri, dan hal-hal yang berikut, bisa ditambahkan pada imanmu’).

Barnes’ Notes“‘Add to your faith virtue.’ It is not meant in this verse and the following that we are to endeavor particularly to add these things one to another ‘in the order’ in which they are specified, or that we are to seek first to have faith, and then to add to THAT virtue, and then to add knowledge to virtue rather than to faith, etc. The order in which this is to be done, the relation which one of these things may have to another, is not the point aimed at; ... The design of the apostle is to say, in an emphatic manner, that we are to strive to possess and exhibit all these virtues; in other words, we are not to content ourselves with a single grace, but are to cultivate ALL the virtues, and to endeavor to make our piety complete in all the relations which we sustain. The essential idea in the passage before us seems to be, that in our religion we are not to be satisfied with one virtue, or one class of virtues, but that there is to be (1) a diligent CULTIVATION of our virtues, since the graces of religion are as susceptible of cultivation as any other virtues; (2) that there is to be PROGRESS made from one virtue to another, seeking to reach the highest possible point in our religion; and, (3) that there is to be an ACCUMULATION of virtues and graces - or we are not to be satisfied with one class, or with the attainments which we can make in one class. We are to endeavor to ADD ON one after another until we have become possessed of all. Faith, perhaps, is mentioned first, because that is the foundation of all Christian virtues; and the other virtues are required to be added to that, because, from the place which faith occupies in the plan of justification, many might be in danger of supposing that if they had that they had all that was necessary” [= ‘Tambahkanlah pada imanmu kebajikan’. Dalam ayat ini dan berikutnya tidak dimaksudkan bahwa kita harus berusaha secara khusus untuk menambahkan hal-hal ini satu pada yang lain ‘dalam urut-urutan’ dalam mana mereka ditetapkan, atau bahwa kita pertama-tama harus mengusahakan untuk mempunyai iman, dan lalu menambahkan pada HAL ITU kebajikan, dan lalu menambahkan pengetahuan pada kebajikan dan bukannya pada iman, dst. Urut-urutan dalam mana ini harus dilakukan, hubungan yang dimiliki hal-hal ini satu dengan yang lain, bukanlah tujuan yang dituju; ... Rancangan dari sang rasul adalah untuk mengatakan, dengan suatu cara yang ditekankan, bahwa kita harus berjuang untuk memiliki dan menunjukkan semua kebaikan / sifat baik ini; dengan kata lain, kita tidak boleh merasa puas diri dengan satu kasih karunia, tetapi harus mengusahakan SEMUA kebaikan / sifat baik ini, dan berusaha untuk membuat kesalehan kita lengkap dalam semua hubungan yang kita topang (?). Gagasan yang hakiki dalam text di hadapan kita ini kelihatannya adalah bahwa dalam agama kita kita tidak boleh puas dengan satu kebaikan / sifat baik, atau satu golongan kebaikan / sifat baik, tetapi bahwa di sana harus ada (1) suatu PENGUSAHAAN yang rajin dari kebaikan / sifat baik kita, karena kasih karunia dari agama memungkinkan untuk diusahakan sama seperti kebaikan / sifat baik yang lain; (2) bahwa di sana harus ada KEMAJUAN yang dibuat dari satu kebaikan / sifat baik pada kebaikan / sifat baik yang lain, berusaha untuk mencapai titik tertinggi yang dimungkinkan dalam agama kita; dan, (3) bahwa di sana harus ada suatu AKUMULASI dari kebaikan / sifat baik dan kasih karunia - atau kita tidak boleh puas dengan satu golongan, atau dengan pencapaian yang bisa kita buat dalam satu golongan. Kita harus berusaha untuk TERUS MENAMBAH satu pada yang lain sampai kita telah memiliki semuanya. Iman disebutkan pertama, mungkin karena itu adalah dasar dari semua kebaikan / sifat baik Kristen; dan kebaikan / sifat baik yang lain harus ditambahkan padanya, karena dari tempat dimana iman menempati dalam rencana pembenaran, banyak bisa ada dalam bahaya dimana mereka menduga bahwa jika mereka mempunyai itu mereka sudah mempunyai semua yang perlu].

2 PETRUS 1:5-9 (2) 

2Petrus 1:5-9 - “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. (8) Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. (9) Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan”.

c)            Sekarang kita membahas kebaikan / sifat baik yang ‘didaftarkan’ dalam 2 Petrus 1: 5b-7 itu satu per satu.

1.            “untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan.
KJV/RSV/ASV/NJKV: ‘virtue’ (= kebaikan / sifat baik).
NIV: ‘goodness’ (= kebaikan).
NASB: ‘moral excellence’ (= keunggulan moral).

Barnes’ Notes“The word here rendered ‘virtue’ is the same which is used in 2 Pet. 1:3; and there is included in it, probably, the same general idea which was noticed there. All the things which the apostle specifies, unless ‘knowledge’ be an exception, are ‘virtues’ in the sense in which that word is commonly used; and it can hardly be supposed that the apostle here meant to use a GENERAL term which would include all of the others. The probability is, therefore, that by the word here he has reference to the common meaning of the Greek word, as referring to manliness, courage, vigor, energy; and the sense is, that he wished them to evince whatever firmness or courage might be necessary in maintaining the principles of their religion, and in enduring the trials to which their faith might be subjected. True ‘virtue’ is not a tame and passive thing. It requires great energy and boldness, for its very essence is firmness, manliness, and independence” (= Kata yang di sini diterjemahkan ‘kebajikan’ adalah kata yang sama yang digunakan dalam 2Petrus 1:3; dan mungkin tercakup di dalamnya suatu gagasan umum yang sama yang diperhatikan di sana. Semua hal-hal yang ditetapkan oleh sang rasul, kecuali ‘pengetahuan’ merupakan suatu perkecualian, adalah ‘kebajikan’ dalam arti yang umum digunakan untuk kata itu; dan tidak bisa dianggap bahwa sang rasul di sini memaksudkan untuk menggunakan suatu istilah UMUM yang mencakup semua yang lain. Karena itu, kemungkinannya adalah bahwa dengan kata ini di sini ia menunjuk pada arti yang umum dari kata Yunaninya, sebagai menunjuk pada kejantanan, keberanian, kekuatan, tenaga; dan artinya adalah bahwa ia ingin mereka menunjukkan dengan jelas keteguhan atau keberanian apapun yang bisa diperlukan dalam mempertahankan prinsip-prinsip dari agama mereka, dan dalam menahan pencobaan-pencobaan yang menyerang iman mereka. ‘Kebajikan’ yang sejati bukanlah sesuatu yang jinak dan pasif. Itu membutuhkan tenaga dan keberanian yang besar, karena hakekatnya adalah keteguhan, kejantanan, dan ketidak-tergantungan).

Catatan: dalam 2Petrus 1:3 secara salah kata Yunani itu diterjemahkan ‘ajaib’ dalam Kitab Suci Indonesia; tetapi KJV menterjemahkan ‘virtue’ (= kebaikan / sifat baik).

Matthew Henry“He must get virtue, by which some understand justice; ... by virtue here we may understand strength and courage, without which the believer cannot stand up for good works, ... The righteous must be bold as a lion (Prov. 28:1); a cowardly Christian, who is afraid to profess the doctrines or practise the duties of the gospel, must expect that Christ will be ashamed of him another day [= Ia harus mendapatkan kebajikan, yang oleh sebagian orang dimengerti sebagai keadilan; ... dengan kebajikan di sini kita bisa mengertinya sebagai kekuatan dan keberanian, tanpa mana orang percaya tidak bisa berdiri untuk perbuatan baik, ... Orang benar harus berani seperti seekor singa (Amsal 28:1); seorang Kristen yang pengecut, yang takut untuk mengakui ajaran-ajaran atau mempraktekkan kewajiban-kewajiban injil, harus mengharapkan bahwa pada suatu hari Kristus akan malu tentang dia].
Amsal 28:1 - “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda”.

Adam Clarke“‘Virtue.’ ARETEEN. Courage or fortitude, to enable you to profess the faith before men, in these times of persecution” (= ‘Kebajikan’. ARETEEN. Keberanian atau ketabahan / keuletan, untuk memampukanmu untuk mengakui iman di hadapan manusia pada masa-masa penganiayaan).

Barclay“To faith must be added what the Revised Standard Version calls ‘virtue’ and we have called ‘courage.’ The word is ARETE; it is very rare in the New Testament but it is the supreme Greek word for virtue in every sense of the term. It means ‘excellence.’ ... ARETE is that virtue which makes a man a good citizen and friend; it is that virtue which makes him an expert in the technique of living well. ... ARETE often means ‘courage.’ Plutarch says that God is a hope of ARETE, not an excuse for cowardice. In 2 Maccabees we read of how Eleazar died rather than be false to the laws of God and his fathers; and the story ends by saying that he left his death for an example of noble courage (ARETE) and a memorial of virtue, not only to young men, but also to all the nation (2 Maccabees 6:31)” [= Pada iman harus ditambahkan apa yang RSV sebut ‘kebaikan / sifat baik’ dan kami menyebutnya ‘keberanian’. Kata yang digunakan adalah ARETE, kata itu sangat jarang dalam Perjanjian Baru, tetapi itu adalah kata Yunani yang tertinggi untuk ‘kebaikan / sifat baik’ dalam setiap arti dari istilah itu. Kata itu berarti ‘keunggulan / mutu yang sangat baik’. ... ARETE adalah kebaikan / sifat baik yang membuat seseorang menjadi seorang warga negara dan teman yang baik; itu adalah kebaikan / sifat baik yang membuat dia seorang ahli dalam tehnik untuk hidup dengan baik. ... ARETE sering berarti ‘keberanian’. Plutarch berkata bahwa Allah adalah suatu pengharapan dari ARETE, bukan suatu alasan untuk suatu sifat / sikap pengecut. Dalam 2Makabe kita membaca bagaimana Eleazar mati dari pada menjadi tidak benar / menyalahi hukum (Taurat) Allah dan nenek moyangnya; dan ceritanya berakhir dengan mengatakan bahwa ia meninggalkan kematiannya sebagai suatu contoh / teladan dari keberanian yang mulia (ARETE) dan suatu peringatan dari kebaikan / sifat baik, bukan hanya bagi orang-orang muda, tetapi juga bagi seluruh bangsa (2Makabe 6:31)] - hal 301-302.

Saya berpendapat bahwa sangat sering terjadi bahwa untuk bisa menjadi baik, kita harus mempunyai keberanian. Mengapa? Karena dunia yang jahat tidak menyenangi kebaikan itu dan pasti akan menentang kebaikan itu dan juga orang yang melakukan kebaikan itu. Kalau kita tidak berani menghadapi serangan dari dunia terhadap kebaikan yang sedang / akan kita lakukan, maka kita akan berhenti / batal melakukan kebaikan itu.

Bdk. Ef 6:18b-20 - “(18b) Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, (19) juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, (20) yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara”.

Bdk. 2Tim 1:7 - “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”.

2.            “dan kepada kebajikan pengetahuan.

Keberanian, semangat dsb, tak ada gunanya, bahkan menjadi sesuatu yang negatif kalau tidak ada pengetahuan, apalagi kalau pengetahuannya salah / sesat.
Amsal 19:2 - “Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah”.
Roma 10:1-3 - “(1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah”.

Adam Clarke“‘Knowledge.’ True wisdom, by which your faith will be increased, and your courage directed, and preserved from degenerating into rashness” (= ‘Pengetahuan’. Hikmat yang sejati, dengan mana iman akan ditingkatkan, dan keberanianmu diarahkan, dan dijaga / dilindungi dari kemerosotan ke dalam tindakan terburu-buru / gegabah).

Barnes’ Notes“It is the duty of every Christian to make the highest possible attainments in ‘knowledge.’” (= Merupakan kewajiban dari setiap orang Kristen untuk membuat pencapaian setinggi mungkin dalam ‘pengetahuan’).

Barclay“To courage must be added ‘knowledge.’ The word is GNOSIS. In ethical Greek language there are two words which have a similar meaning with a very significant difference. SOPHIA is wisdom, in the sense of ‘knowledge of things both human and divine, and of their causes.’ It is knowledge of first causes and of deep and ultimate things. GNOSIS is ‘practical knowledge;’ it is the ability to apply to particular situations the ultimate knowledge which SOPHIA gives. GNOSIS is that knowledge which enables a man to decide rightly and to act honourably and efficiently in the day to day circumstances of life. So, then, to faith must be added courage and effectiveness; to courage and effectiveness must be added the practical wisdom to deal with life” (= Pada keberanian harus ditambahkan ‘pengetahuan’. Kata yang digunakan adalah GNOSIS. Dalam bahasa Yunani yang bersifat etika / moral, ada dua kata yang mempunyai arti yang mirip tetapi dengan perbedaan yang sangat penting / berarti. SOPHIA adalah hikmat, dalam arti ‘pengetahuan tentang hal-hal baik yang manusiawi dan ilahi, dan tentang penyebab-penyebab mereka’. Itu adalah pengetahuan tentang penyebab-penyebab pertama dan tentang hal-hal yang dalam dan pokok / akhir. GNOSIS adalah ‘pengetahuan praktis’; itu adalah kemampuan untuk menerapkan pada keadaan tertentu pengetahuan pokok / akhir yang diberikan oleh SOPHIA. GNOSIS adalah pengetahuan yang memampukan seorang manusia untuk memutuskan dengan benar dan bertindak dengan terhormat dan dengan efisien dalam keadaan kehidupan hari demi hari. Maka, pada iman harus ditambahkan keberanian dan keefektifan; pada keberanian dan keefektifan harus ditambahkan hikmat praktis untuk menangani kehidupan) - hal 302.

3.            “dan kepada pengetahuan penguasaan diri”.

Barclay“To this practical knowledge must be added ‘self-control,’ or ‘self-mastery.’ The word is EGKRATEIA, and it means literally ‘the ability to take a grip of oneself.’ This is a virtue of which the great Greeks spoke and wrote and thought much. In regard to a man and his passions Aristotle distinguishes four states in life. There is SOPHROSUNE, in which passion has been entirely subjugated to reason; we might call it ‘perfect temperance.’ There is AKOLASIA, which is the precise opposite; it is the state in which reason is entirely subjugated to passion; we might call it ‘unbridled lust.’ In between these two states there is AKRASIA, in which reason fights but passion prevails; we might call it ‘incontinence.’ There is EGKRATEIA, in which reason fights against passion and prevails; we call it ‘self-control,’ or ‘self-mastery.’” (= Pada pengetahuan praktis ini harus ditambahkan ‘penguasaan diri  / kontrol terhadap diri sendiri’. Kata yang digunakan adalah EGKRATEIA, dan kata itu secara hurufiah berarti ‘kemampuan untuk untuk menguasai diri sendiri’. Ini merupakan suatu kebaikan / sifat baik tentang mana orang-orang Yunani yang agung banyak berbicara dan menulis dan berpikir. Berkenaan dengan seorang manusia dan nafsu-nafsunya Aristotle membedakan empat keadaan dalam kehidupan. Ada SOPHROSUNE, dimana nafsu telah sepenuhnya ditaklukkan / ditundukkan pada akal; kita bisa menyebutnya ‘penguasaan diri yang sempurna’. Ada AKOLASIA, yang adalah persis sebaliknya; itu adalah keadaan dimana akal sepenuhnya ditaklukkan / ditundukkan pada nafsu; kita bisa menyebutnya ‘nafsu yang tidak dikekang’. Di antara kedua keadaan itu ada AKRASIA, dimana akal melawan tetapi nafsu menang; kita bisa menyebutnya ‘ketidakmampuan menguasai diri’. Lalu ada EGKRATEIA, dimana akal melawan nafsu dan menang) - hal 302-303.

Barclay“EGKRATEIA is one of the great Christian virtues; ... That ethic does not contemplate a situation in which a man is emasculated of all passion; it envisages a situation in which his passions remain, but are under perfect control and so become his servants, not his tyrants” (= EGKRATEIA merupakan salah satu dari kebaikan / sifat baik Kristen yang agung; ... Etika itu tidak memikirkan suatu keadaan dimana seseorang dikebiri dari semua nafsu; itu menggambarkan suatu keadaan dimana nafsu-nafsunya tetap ada, tetapi ada dalam kendali yang sempurna dan dengan demikian menjadi pelayan-pelayannya, bukan tiran-tirannya / tuan-tuannya yang kejam) - hal 303.

Bandingkan ini (khususnya bagian yang saya garis-bawahi) dengan banyak orang yang memberikan kesaksian yang mengatakan bahwa setelah ia bertobat, ia sama sekali tidak menyenangi / menginginkan perempuan lain selain istrinya. Bodohlah orang yang percaya pada dusta / bualan seperti ini! Kalau nafsu jahat itu hilang sama sekali, maka tidak lagi diperlukan penguasaan diri!

Barnes’ Notes“‘And to knowledge temperance.’ ... The word here refers to the mastery over all our evil inclinations and appetites. We are to allow none of them to obtain control over us. ... This would include, of course, abstinence from intoxicating drinks; but it would also embrace all evil passions and propensities. Everything is to be confined within proper limits, and to no propensity of our nature are we to give indulgence beyond the limits which the law of God allows” (= ‘Dan pada pengetahuan penguasaan diri’. ... Kata itu di sini menunjuk pada penguasaan atas semua kecenderungan dan nafsu / keinginan. Kita tidak boleh mengijinkan yang manapun dari mereka untuk mendapatkan kendali atas diri kita. ... Tentu saja ini mencakup pertarakan / penahanan nafsu dari minuman yang memabukkan; tetapi itu juga mencakup semua nafsu dan kecenderungan yang jahat. Segala sesuatu harus dibatasi dalam batasan yang tepat / benar, dan tidak ada kecenderungan dari sifat kita pada mana kita boleh memberikan pemuasaan melebihi batasan yang diijinkan oleh hukum Allah).

Matthew Henry“We must add temperance to our knowledge. We must be sober and moderate in our love to, and use of, the good things of this life; and, if we have a right understanding and knowledge of outward comforts, we shall see that their worth and usefulness are vastly inferior to those of spiritual mercies. Bodily exercises and bodily privileges profit but little, and therefore are to be esteemed and used accordingly; ... We must be moderate in desiring and using the good things of natural life, such as meat, drink, clothes, sleep, recreations, and credit; an inordinate desire after these is inconsistent with an earnest desire after God and Christ; and those who take more of these than is due can render to neither God nor man what is due to them” [= Kita harus menambahkan penguasaan diri pada pengetahuan kita. Kita harus waras dan moderat dalam kasih / kecintaan kita pada, dan penggunaan dari, hal-hal yang baik dari kehidupan ini; dan, jika kita mempunyai suatu pengertian dan pengetahuan yang baik tentang kesenangan-kesenangan lahiriah, kita akan melihat bahwa nilai dan kegunaan mereka jauh lebih rendah dibandingkan dengan belas kasihan rohani. Latihan jasmani (olah raga) dan kelebihan jasmani hanya memberi sedikit keuntungan, dan karena itu harus dihargai dan digunakan secara sesuai; ... Kita harus bersikap moderat dalam mengingini dan menggunakan hal-hal yang baik dari kehidupan alamiah, seperti makanan, minuman, pakaian, tidur, rekreasi, dan uang tabungan; suatu keinginan yang sangat banyak terhadap hal-hal ini tidaklah konsisten dengan suatu keinginan yang sungguh-sungguh terhadap Allah dan Kristus; dan mereka yang mengambil hal-hal ini lebih banyak dari yang seharusnya, tidak bisa memberikan apa yang seharusnya kepada Allah maupun manusia].

1Tim 4:8 - Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah (kesalehan) itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang”.
KJV: ‘For bodily exercise profiteth little’ (= Karena olah raga jasmani memberikan keuntungan sedikit).
NIV: For physical training is of some value (= Karena latihan jasmani sedikit nilainya).

4.            “kepada penguasaan diri ketekunan.
KJV: ‘patience’ (= kesabaran).
RSV: ‘steadfastness’ (= kesetiaan / keteguhan).
NIV/NASB: perseverance’ (= ketekunan).

The Bible Exposition Commentary: New TestamentPatience is the ability to endure when circumstances are difficult. Self-control has to do with handling the pleasures of life, while patience relates primarily to the pressures and problem of life. ... Often, the person who ‘gives in!’ to pleasures is not disciplined enough to handle pressures either, so he ‘gives up.’ Patience is not something that develops automatically, we must work at it. James 1:2-8 gives us the right approach. We must expect trials to come, because without trials we could never learn patience. We must, by faith, let our trials work for us and not against us, because we know that God is at work in our trials” (= Kesabaran adalah kemampuan untuk bertahan pada waktu keadaan sukar. Penguasaan diri berurusan dengan penanganan kesenangan-kesenangan dari kehidupan, sementara kesabaran terutama berhubungan dengan tekanan dan problem dari kehidupan. ... Seringkali, orang yang menyerah pada kesenangan-kesenangan juga tidak cukup mempunyai disiplin untuk menangani tekanan sehingga ia menyerah. Kesabaran bukanlah sesuatu yang berkembang secara otomatis, kita harus mengerjakannya. Yak 1:2-8 memberi kita pendekatan yang benar. Kita harus mengharapkan pencobaan-pencobaan untuk datang, karena tanpa pencobaan-pencobaan kita tidak pernah bisa mempelajari kesabaran. Kita harus, dengan iman, membiarkan pencobaan-pencobaan kita bekerja untuk kita dan bukan menentang kita, karena kita tahu bahwa Allah bekerja dalam pencobaan-pencobaan kita).

Barclay“The word is HUPOMONE. ... HUPOMONE does not simply accept and endure; there is always a forward look in it. It is said of Jesus, by the writer to the Hebrews, that for the joy that was set before him, he ‘endured’ the Cross, despising the shame (Hebrews 12:2). That is HUPOMONE, Christian stedfastness. It is the courageous acceptance of everything that life can do to us and the transmuting of even the worst event into another step on the upward way” [= Kata yang digunakan adalah HUPOMONE. ... HUPOMONE tidak hanya menerima dan menahan; tetapi selalu ada pandangan ke depan di dalamnya. Dikatakan tentang Yesus oleh penulis surat Ibrani, bahwa untuk / sebagai ganti sukacita yang diletakkan di hadapanNya, Ia ‘menahan’ Salib, meremehkan rasa malu (Ibr 12:2). Itulah HUPOMONE, kesetiaan / keteguhan Kristen. Itu adalah penerimaan yang berani dari segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh kehidupan kepada kita, dan pengubahan bahkan peristiwa yang terburuk menjadi langkah lain yang menuju ke atas] - hal 303.

Matthew Henry“Add to temperance patience, which must have its perfect work, or we cannot be perfect and entire, wanting nothing (James 1:4), for we are born to trouble, and must through many tribulations enter into the kingdom of heaven; and it is this tribulation (Rom. 5:3) which worketh patience, that is, requires the exercise and occasions the increase of this grace, whereby we bear all calamities and crosses with silence and submission, without murmuring against God or complaining of him, but justifying him who lays all affliction upon us, owning that our sufferings are less than our sins deserve, and believing they are no more than we ourselves need” [= Tambahkan pada penguasaan diri kesabaran, yang harus mempunyai pekerjaannya yang sempurna, atau kita tidak bisa sempurna dan utuh, tak kekurangan apapun (Yak 1:4), karena kita dilahirkan pada kesukaran / problem, dan harus melalui banyak kesengsaraan untuk masuk ke dalam kerajaan surga; dan kesengsaran inilah (Ro 5:3) yang mengerjakan kesabaran, artinya, membutuhkan latihan dan menyebabkan peningkatan dari kasih karunia ini, dengan mana kita menanggung semua bencana dan salib dengan diam / tenang dan ketundukan, tanpa bersungut-sungut terhadap Allah atau mengeluh tentang Dia, tetapi membenarkan Dia yang meletakkan semua penderitaan pada kita, sambil mengakui bahwa penderitaan kita lebih sedikit / kecil dari pada yang layak didapatkan oleh dosa-dosa kita, dan dengan percaya bahwa penderitaan itu tidaklah lebih dari yang kita butuhkan].

5.            “dan kepada ketekunan kesalehan”.

Barclay“To this steadfastness must be added ‘piety.’ The word is EUSEBEIA and is quite untranslatable. ... The great characteristic of EUSEBEIA is that it looks in two directions. The man who has EUSEBEIA always correctly worships God and gives him his due; but he always correctly serves his fellow-men and gives them their due. The man who is EUSEBES (the corresponding adjective) is in a right relationship both with God and his fellow-men. EUSEBEIA is piety but in its most practical aspect. ... EUSEBEIA is the nearest Greek word for ‘religion;’ and, when we begin to define it, we see the intensely practical character of the Christian religion. When a man becomes a Christian, he acknowledges a double duty, to God and to his fellow-men” [= Pada kesetiaan / keteguhan ini harus ditambahkan ‘kesalehan’. Kata yang digunakan adalah EUSEBEIA dan kata ini tidak bisa diterjemahkan. ... Karakteristik yang besar dari EUSEBEIA adalah bahwa itu melihat pada dua arah. Orang yang mempunyai EUSEBEIA selalu menyembah Allah dengan benar dan memberikan apa yang adalah hakNya; tetapi ia selalu melayani secara benar sesama manusianya dan memberikan kepada mereka apa yang adalah hak mereka. Orang yang EUSEBES (kata sifatnya yang bersesuaian) ada dalam hubungan yang benar, baik dengan Allah maupun dengan sesama manusianya. EUSEBEIA adalah kesalehan tetapi dalam aspeknya yang paling praktis. ... EUSEBEIA adalah kata Yunani yang paling dekat untuk ‘agama’; dan, pada waktu kita mulai mendefinisikannya, kita melihat karakter yang sangat praktis dari agama Kristen. Pada waktu seseorang menjadi orang Kristen, ia mengakui suatu kewajiban ganda, kepada Allah dan kepada sesama manusianya] - hal 303-304.

The Bible Exposition Commentary: New Testament‘Godliness’ simply means ‘God-likeness.’ ... It described the man who was right in his relationship with God and with his fellowman. ... He seeks to do the will of God and, as he does, he seeks the welfare of others. We must never get the idea that godliness is an impractical thing, because it is intensely practical. The godly person makes the kinds of decisions that are right and noble. He does not take an easy path simply to avoid either pain or trial. He does what is right because it is right and because it is the will of God (= ‘Kesalehan’ berarti ‘kemiripan dengan Allah’. ... Itu menggambarkan manusia yang benar dalam hubungannya dengan Allah dan dengan sesama manusianya. ... Ia berusaha untuk melakukan kehendak Allah dan pada waktu ia melakukannya ia mengusahakan kesejahteraan dari orang-orang lain. Kita tidak pernah boleh mendapatkan pengertian bahwa kesalehan adalah suatu hal yang tidak praktis, karena itu sangat praktis. Orang yang saleh membuat jenis-jenis keputusan yang benar dan mulia. Ia tidak mengambil jalan yang mudah hanya untuk menghindari rasa sakit atau pencobaan. Ia melakukan apa yang benar karena itu adalah benar, dan karena itu adalah kehendak Allah).

6.            “dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara”.

Barclay“The word is PHILADELPHIA, which literally means love of the brethren. The point is this - there is a kind of religious devotion which separates a man from his fellow-men. The claims of his fellow-men become an intrusion on his prayers, his study of God’s word and his meditation. The ordinary demands of human relationships become a nuisance. ... What Peter is saying is that there is something wrong with the religion which finds the claims of personal relationships a nuisance” (= Kata yang digunakan adalah PHILADELPHIA, yang secara hurufiah berarti ‘kasih akan saudara-saudara’. Pointnya adalah ini - ada sejenis pembaktian agamawi yang memisahkan seorang manusia dari sesama manusianya. Claim dari sesama manusianya menjadi gangguan pada doa-doanya, pelajarannya akan Firman Allah dan meditasinya. Tuntutan biasa dari hubungan-hubungan manusia menjadi gangguan. ... Apa yang dikatakan oleh Petrus adalah bahwa di sana ada sesuatu yang salah dengan agama yang mendapati claim dari hubungan-hubungan pribadi suatu gangguan) - hal 304-305.

The Bible Exposition Commentary: New Testament‘Brotherly kindness’ (‎PHILADELPHIA ‎in the Greek) is a virtue that Peter must have acquired the hard way, for the disciples of our Lord often debated and disagreed with one another. If we love Jesus Christ, we must also love the brethren. We should practice an ‘unfeigned [sincere] love of the brethren’ (1 Peter 1:22) and not just pretend that we love them. ‘Let brotherly love continue’ (Heb 13:1). ‘Be kindly affectioned one to another with brotherly love’ (Rom 12:10). The fact that we love our brothers and sisters in Christ is one evidence that we have been born of God (1 John 5:1-2)” [= ‘Kebaikan  persaudaraan’ (PHILADELPHIA dalam bahasa Yunani) adalah suatu kebaikan / sifat baik yang harus didapatkan oleh Petrus dengan cara yang keras, karena murid-murid dari Tuhan kita sering berdebat dan tidak setuju satu dengan yang lain. Jika kita mengasihi Yesus Kristus, kita juga harus mengasihi saudara-saudara kita. Kita harus mempraktekkan suatu ‘kasih yang tidak pura-pura (tulus / sungguh-sungguh) akan saudara-saudara’ (1Pet 1:22) dan bukan hanya berpura-pura bahwa kita mengasihi mereka. ‘Hendaklah kasih persaudaraan berlanjut’ (Ibr 13:1). ‘Kasihilah dengan baik satu sama lain dengan kasih persaudaraan’ (Ro 12:10). Fakta bahwa kita mengasihi saudara-saudara dan saudari-saudari dalam Kristus adalah suatu bukti bahwa kita telah dilahirkan dari Allah (1Yoh 5:1-2)].
1Pet 1:22 - “Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu”.
Ibr 13:1 - “Peliharalah kasih persaudaraan!”.
KJV: ‘Let brotherly love continue’ (= Hendaklah kasih persaudaraan berlanjut).
Ro 12:10a - “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara”.
KJV: ‘Be kindly affectioned one to another with brotherly love’ (= Kasihilah dengan baik satu sama lain dengan kasih persaudaraan).
1Yoh 5:1-2 - “(1) Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari padaNya. (2) Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintahNya”.

7.            “dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.
Kata-kata ‘akan semua orang’ sebetulnya tidak ada.
KJV: ‘and to brotherly kindness charity’ (= dan pada kebaikan persaudaraan kasih).
RSV: ‘and brotherly affection with love’ (= dan kasih persaudaraan dengan kasih).
NIV: and to brotherly kindness, love’ (= dan pada kebaikan persaudaraan, kasih).
NASB: and in your brotherly kindness, love’ (= dan dalam kebaikan persaudaraanmu, kasih).

Tetapi boleh dikatakan semua penafsir menafsirkan seperti terjemahan Kitab Suci Indonesia.

Calvin“‘Brotherly-kindness,’ filadelfi>a, is mutual affection among the children of God. Love extends wider, because it embraces all mankind [= ‘Kebaikan persaudaraan’, filadelfi>a (PHILADELPHIA),adalah saling mengasihi di antara anak-anak Allah. Kasih menjangkau lebih luas, karena kasih mencakup seluruh umat manusia].

Barnes’ Notes“‘And to brotherly kindness charity.’ Love to all mankind. There is to be a special affection for Christians as of the same family; there is to be a true and warm love, however, for all the race (= ‘Dan pada kebaikan persaudaraan kasih’. Kasih pada seluruh umat manusia. Di sana harus ada kasih yang khusus untuk orang-orang Kristen sebagai dari keluarga yang sama; tetapi di sana harus ada suatu kasih yang sungguh-sungguh dan hangat untuk seluruh umat manusia).
Bdk. Gal 6:10 - “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”.

Barclay“The ladder of Christian virtue must end in Christian love. Not even affection for the brethren is enough; the Christian must end with a love which is as wide as that love of God which causes his sun to rise on the just and on the unjust, and sends his rain on the evil and the good. The Christian must show to all men the love which God has shown to him” (= Tangga dari kebaikan / sifat baik Kristen harus berakhir dalam kasih Kristen. Bahkan kasih untuk saudara-saudara tidaklah cukup; orang Kristen harus berakhir dengan suatu kasih yang sama lebarnya / luasnya dengan kasih Allah yang menyebabkan matahariNya muncul pada orang benar dan pada orang yang tidak benar, dan mengirimkan hujan pada orang jahat dan orang baik. Orang Kristen harus menunjukkan kepada semua manusia kasih yang Allah telah tunjukkan kepada dia) - hal 305.
Bdk. Mat 5:43-48 - “(43) Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. (44) Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (45) Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. (46) Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? (47) Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? (48) Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.’”.

Adam Clarke“‘Charity.’ AGAPEEN. Love to the whole human race, even to your persecutors: love to God and the brethren they had; love to all mankind they must also have. True religion is neither selfish nor insulated; where the love of God is, bigotry cannot exist. Narrow, selfish people, and people of a party, who scarcely have any hope of the salvation of those who do not believe as they believe, and who do not follow with them, have scarcely any religion, though in their own apprehension none is so truly orthodox or religious as themselves” (= ‘Kasih’. AGAPEEN. Kasih kepada seluruh umat manusia, bahkan kepada penganiaya-penganiayamu: kasih kepada Allah dan saudara-saudara mereka miliki; kasih kepada seluruh umat manusia juga harus mereka miliki. Agama yang benar tidaklah egois ataupun terisolasi; dimana kasih Allah ada, kefanatikan tidak bisa ada. Orang-orang yang sempit / picik, egois, dan orang-orang dari suatu kelompok / golongan, yang hampir tidak mempunyai pengharapan apapun tentang keselamatan dari mereka yang tidak percaya seperti mereka percaya, dan yang tidak mengikuti bersama mereka, hampir tidak mempunyai agama, sekalipun dalam pengertian mereka sendiri tidak ada yang begitu sungguh-sungguh ortodox atau religius seperti diri mereka sendiri).
Catatan: bagian yang saya garis bawahi itu membahayakan! Apakah kita harus percaya bahwa orang agama lain juga selamat? Tetapi saya yakin bukan itu yang dimaksudkan oleh Clarke, karena ia jelas mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga. Mungkin maksudnya, orang-orang itu tidak memberitakan Injil kepada orang-orang non Kristen, karena menganggap orang-orang itu toh tak ada harapan untuk diselamatkan.

Bahwa Adam Clarke memang mempercayai Yesus sebagai satu-satunya jalan ke surga terlihat dari komentarnya tentang Kis 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”.

Adam Clarke (tentang Kis 4:12)“Not only no other person, but no name except that divinely appointed one, Matt 1:21, by which salvation from sin can be expected - none given under heaven - no other means ever devised by God himself for the salvation of a lost world. All other means were only subordinate, and referred to him, and had their efficacy from him alone. He was the Lamb slain from the foundation of the world; and no man ever came, or can come, to the Father but by him” (= Bukan hanya tidak ada pribadi yang lain, tetapi tidak ada nama kecuali yang ditetapkan secara ilahi, Mat 1:21, oleh mana keselamatan dari dosa bisa diharapkan - tidak ada yang diberikan di bawah kolong langit - tidak ada jalan / cara yang pernah dipikirkan / direncanakan oleh Allah sendiri untuk keselamatan dari dunia yang terhilang. Semua cara / jalan yang lain hanya lebih rendah, dan menunjuk kepada Dia, dan mempunyai kemujaraban mereka dari Dia saja. Ia adalah Anak Domba yang disembelih sejak penciptaan dunia; dan tidak pernah ada orang yang datang, atau bisa datang, kepada Bapa kecuali oleh Dia).

Catatan: bagian yang saya garis-bawahi mungkin menunjuk pada keselamatan dalam Perjanjian Lama, dimana mereka kelihatannya diselamatkan oleh korban-korban binatang dsb, padahal semua itu menunjuk kepada Yesus Kristus, dan mendapatkan kemujaraban dari Dia saja.

The Bible Exposition Commentary: New TestamentBut there is more to Christian growth than brotherly love; we must also have the sacrificial love that our Lord displayed when He went to the cross. The kind of love (‘charity’) spoken of in 2 Peter 1:7 is agape love, the kind of love that God shows toward lost sinners. This is the love that is described in 1 Cor 13, the love that the Holy Spirit produces in our hearts as we walk in the Spirit (Rom 5:5; Gal 5:22). When we have brotherly love, we love because of our likenesses to others; but with agape love, we love in spite of the differences we have” [= Tetapi di sana ada lebih banyak pertumbuhan Kristen dari kasih persaudaraan; kita juga harus mempunyai kasih yang berkorban yang Tuhan kita tunjukkan pada waktu Ia pergi ke salib. Jenis kasih yang dibicarakan dalam 2Pet 1:7 adalah kasih AGAPE, jenis kasih yang Allah tunjukkan kepada orang-orang berdosa yang terhilang. Ini adalah kasih yang digambarkan dalam 1Kor 13, kasih yang Roh Kudus hasilkan dalam hati kita pada waktu kita berjalan dalam Roh (Ro 5:5; Gal 5:22). Pada waktu kita mempunyai kasih persaudaraan, kita mengasihi karena kemiripan kita dengan orang-orang lain; tetapi dengan kasih AGAPE, kita mengasihi sekalipun kita mempunyai perbedaan-perbedaan].

d)   Menjadi serupa dengan Kristus tak berarti kehilangan keunikan / kepribadian kita.
The Bible Exposition Commentary: New TestamentGod wants us to be ‘conformed to the image of His Son’ (Rom 8:29). ... And the amazing thing is this: as the image of Christ is reproduced in us, the process does not destroy our own personalities. We still remain uniquely ourselves! One of the dangers in the church today is imitation. People have a tendency to become like their pastor, or like a church leader, or perhaps like some ‘famous Christian.’ As they do this, they destroy their own uniqueness while failing to become like Jesus Christ. They lose both ways! just as each child in a family resembles his parents and yet is different, so each child in God’s family comes more and more to resemble Jesus Christ and yet is different. Parents don’t duplicate themselves, they reproduce themselves; and wise parents permit their children to be themselves [= Allah menghendaki kita untuk menjadi ‘serupa dengan gambar AnakNya’ (Roma 8:29). ... Dan hal yang mengherankan adalah ini: pada waktu gambar Yesus Kristus direproduksi dalam diri kita, proses itu tidak menghancurkan kepribadian kita sendiri. Kita tetap unik! Salah satu dari bahaya-bahaya dalam gereja jaman sekarang adalah peniruan. Orang-orang mempunyai kecenderungan untuk menjadi seperti pendeta mereka, atau seperti seorang pemimpin gereja, atau mungkin seperti beberapa ‘orang Kristen yang termasyhur’. Pada waktu mereka melakukan hal ini mereka menghancurkan keunikan mereka sendiri sementara mereka gagal untuk menjadi seperti Yesus Kristus. Mereka kehilangan kedua-duanya! sama seperti setiap anak dalam suatu keluarga menyerupai orang tuanya tetapi tetap berbeda (satu dengan yang lain), demikian juga setiap anak dalam keluarga Allah makin lama makin menyerupai Yesus Kristus tetapi tetap berbeda (satu dengan yang lain). Orang tua tidak menggandakan / menduplikat diri mereka sendiri, mereka mereproduksi diri mereka sendiri; dan orang tua yang bijaksana mengijinkan anak-anak mereka untuk menjadi diri mereka sendiri].
Ro 8:29 - “Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara”.

2 PETRUS 1:5-9 (3) 

2 Petrus 1:5-9 - “(5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. (8) Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. (9) Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan”.

4)         Apa yang terjadi kalau semuanya itu ada (2 Petrus 1: 8).
Ay 8: “Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.

Alexander Nisbet (hal 228) mengatakan bahwa karena orang-orang yang diberi / diberkati dengan kasih karunia - kasih karunia ini sering menjadi malas dan terlalu puas dengan apa yang sudah mereka capai, maka mulai ay 8 sampai dengan ay 16 Petrus memberikan bermacam-macam argumentasi yang menggerakkan mereka untuk menjadi rajin dalam hal-hal ini.

Alexander Nisbet“The most unquestionable duties had need to be pressed upon Christians by many arguments: for what we do most easily assent to in judgment we are oftentimes most careless of in practice” (= Kewajiban-kewajiban yang paling tidak diragukan mempunyai kebutuhan untuk ditekankan pada orang-orang Kristen dengan banyak argumentasi: karena apa yang paling mudah kita setujui dalam penilaian kita, seringkali kita praktekkan dengan paling ceroboh) - hal 229.

Argumentasi pertama ada dalam 2 Petrus 1: 8, yang akan kita pelajari di bawah ini.

a)   Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah.
KJV: ‘For if these things be in you, and abound’ (= Karena jika hal-hal ini ada dalam kamu, dan berlimpah-limpah).
RSV: ‘For if these things are yours and abound’ (= Karena jika hal-hal ini adalah milikmu dan berlimpah-limpah).
NIV: ‘For if you possess these qualities in increasing measure’ (= Karena jika engkau memiliki kwalitet-kwalitet ini dalam takaran yang meningkat).
NASB: For if these qualities are yours and are increasing’ (= Karena jika kwalitet-kwalitet ini adalah milikmu dan sedang meningkat).
Kata Yunaninya memang bisa diartikan ‘berlimpah-limpah’ maupun ‘meningkat’.

b)   kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.
KJV: they make you that ye shall neither be barren nor unfruitful in the knowledge of our Lord Jesus Christ’ (= mereka membuat kamu sehingga kamu tidak akan tandus / mandul ataupun tidak berbuah dalam pengenalan tentang Tuhan kita Yesus Kristus).
RSV: they keep you from being ineffective or unfruitful in the knowledge of our Lord Jesus Christ’ (= mereka menjagamu dari keadaan tidak efektif atau tidak berbuah dalam pengenalan tentang Tuhan kita Yesus Kristus).
NIV: ‘they will keep you from being ineffective and unproductive in your knowledge of our Lord Jesus Christ’ (= mereka akan mencegahmu dari keadaan tidak efektif dan tidak produktif dalam pengenalanmu tentang Tuhan kita Yesus Kristus).
NASB: they render you neither useless nor unfruitful in the true knowledge of our Lord Jesus Christ’ (= mereka membuat kamu tidak tidak berguna ataupun tidak berbuah dalam pengenalan yang benar tentang Tuhan kita Yesus Kristus).

Kata yang oleh KJV diterjemahkan ‘barren’ (= tandus / mandul), dalam bahasa Yunani adalah ARGOUS, dan bisa juga diartikan ‘malas’ (Albert Barnes dan Adam Clarke bahkan mengatakan bahwa ini arti yang lebih tepat dari kata bahasa Yunaninya), dan karena kata ini didahului oleh kata Yunani OUK yang artinya ‘tidak’, maka secara bahasa terjemahan Kitab Suci Indonesia ‘giat’ sebetulnya juga merupakan terjemahan yang memungkinkan. Tetapi karena kata ini ditujukan pada ‘pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus’, maka kata ‘barren’ (= tandus / mandul) atau ‘ineffective’ (= tidak efektif) atau ‘useless’ (= tidak berguna) merupakan terjemahan yang lebih cocok dengan kalimatnya.

Jadi, kalau hal-hal yang diperintahkan oleh Petrus dalam ay 5-7, yaitu pengudusan dan pertambahan pengetahuan, memang ada dengan berlimpah-limpah dalam diri kita, maka kita akan menjadi produktif dan berbuah dalam pengenalan akan Tuhan kita Yesus Kristus.

Barclay“Peter strongly urges his people to keep climbing up this ladder of virtues which he has set before them. The more we know of any subject the more we are fit to know. It is always true that ‘to him that hath it shall be given.’ Progress is the way to more progress. ... To keep climbing up the ladder of the virtues is to come ever nearer to knowing Jesus Christ; and the further we climb, the further we are able to climb” (= Petrus dengan kuat mendesak umatnya / orang-orangnya untuk terus menaiki tangga kebaikan / sifat baik ini, yang telah ia letakkan di depan mereka. Makin banyak kita tahu tentang pokok apapun, makin kita cocok untuk tahu. Merupakan sesuatu yang selalu benar bahwa ‘siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi’. Kemajuan adalah jalan pada kemajuan yang lebih besar lagi. ... Terus menaiki tangga dari kebaikan / sifat baik berarti terus datang lebih dekat pada pengenalan terhadap Yesus Kristus; dan makin kita naik, makin kita mempunyai kemampuan untuk naik) - hal 305-306.
Mat 13:12 - “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya”.

Bdk. Yoh 8:31-32 - “(31) Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu (32) dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.’”.

5)         Apa yang terjadi kalau semuanya itu tidak ada.
2 Petrus 1: 9: “Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan.

2 Petrus 1:  9 ini merupakan argumentasi kedua yang Petrus berikan supaya kita maju dalam hal-hal ini, dan merupakan kebalikan dari argumentasi dalam ay 8. Kalau ay 8 menunjukkan hal baik apa yang akan terjadi kalau kita mempunyai semua itu, maka ay 9 menunjukkan hal buruk apa yang akan terjadi kalau kita tidak mempunyai semuanya itu. Jadi, kita bisa melihat bahwa Kitab Suci sangat sering, bahkan hampir selalu, mengajarkan secara positif (2 Petrus 1:  8) maupun secara negatif (ay 9).

a)   Ay 9a: “Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik.
Kata ‘picik’ salah terjemahan!
KJV: ‘But he that lacketh these things is blind, and cannot see afar off (= Tetapi ia yang kekurangan / tidak mempunyai hal-hal ini adalah buta, dan tidak bisa melihat jauh).
RSV: ‘For whoever lacks these things is blind and shortsighted (= Karena siapapun kekurangan / tidak mempunyai hal-hal ini adalah buta dan hanya bisa melihat dekat).
NIV: ‘But if anyone does not have them, he is nearsighted and blind’ (= Tetapi jika siapapun tidak mempunyai mereka, ia hanya bisa melihat dekat dan buta).
NASB: For he who lacks these qualities is blind or short-sighted (= Karena ia yang kekurangan / tidak mempunyai kwalitet-kwalitet ini adalah buta atau hanya bisa melihat dekat).
Catatan: dalam bahasa Yunani tak ada kata ‘and’ (= dan).

The Bible Exposition Commentary: New TestamentThe phrase ‘cannot see afar off’ is the translation of a word that means ‘shortsighted.’ It is the picture of somebody closing or squinting his eyes, unable to see at a distance. There are some Christians who see only their own church, or their own denomination, but who fail to see the greatness of God’s family around the world. Some believers see the needs at home but have no vision for a lost world (= Ungkapan ‘tidak bisa melihat jauh’ merupakan terjemahan dari suatu kata yang berarti ‘hanya bisa melihat dekat’. Itu merupakan suatu gambaran dari seseorang yang menutup mata atau mengedipkan matanya, tidak bisa melihat jauh. Ada orang-orang Kristen yang hanya melihat gereja mereka sendiri, atau denominasi mereka sendiri, tetapi gagal untuk melihat kebesaran dari keluarga Allah di seluruh dunia. Sebagian orang percaya melihat kebutuhan di rumah tetapi tidak mempunyai penglihatan / visi tentang dunia yang terhilang).
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi, yang merupakan penerapan yang diberikan oleh penafsir ini, sekalipun kata-katanya bagus, dan merupakan fakta yang banyak terjadi, tetapi menurut saya merupakan penerapan yang tidak cocok terhadap seluruh ay 9 ini, karena ay 9 ini mengarahkan kebutaan tersebut berkenaan dengan penghapusan dosa orang tersebut.

Barclay“On the other hand, if we refuse to make effort of the upward climb, certain things happen. (a) We grow blind; we are left without the guiding light that the knowledge of Jesus Christ brings. As Peter sees it, to walk without Christ is to walk in the dark and not be able to see the way. (b) We grow what Peter calls MUOPAZON. This word can have either of two meanings. It can mean ‘short-sighted.’ It is easy to become short-sighted in life, to see things only as they appear at the moment and to be unable to take the long view of things, to have our eyes so fixed upon the earth that we never think of the things beyond. It can also mean ‘blinking, shutting the eyes.’ Again, it is easy in life to shut our eyes to what we do not wish to see, and to walk, as it were, in blinkers. To walk without Christ is to be in danger of taking the short-sighted or the blinkered view of life” [= Sebaliknya, jika kita menolak untuk berusaha untuk naik, hal-hal tertentu terjadi. (a) Kita menjadi buta; kita ditinggalkan tanpa terang pembimbing yang dibawa oleh pengetahuan / pengenalan akan Yesus Kristus. Sebagaimana Petrus melihatnya, berjalan tanpa Kristus berarti berjalan dalam gelap dan tidak bisa melihat jalanan. (b) Kita menjadi apa yang Petrus sebut MUOPAZON. Kata ini bisa mempunyai salah satu dari dua arti. Itu bisa berarti ‘hanya bisa melihat dekat’. Adalah mudah untuk menjadi ‘hanya bisa melihat dekat’ dalam kehidupan, melihat hal-hal hanya sebagaimana mereka terlihat pada saat itu dan tidak bisa mengambil pandangan yang jauh tentang hal-hal, mengarahkan mata kita ke bumi sehingga kita tidak pernah berpikir tentang hal-hal yang melampauinya. Itu juga bisa berarti ‘mengedipkan, menutup mata’. Lagi-lagi, adalah mudah dalam kehidupan untuk menutup mata kita terhadap apa yang kita tidak ingin lihat, dan untuk berjalan, seakan-akan dalam lampu yang kelap kelip. Berjalan tanpa Kristus berarti berada dalam bahaya untuk mengambil pandangan kehidupan yang ‘hanya bisa melihat dekat’ atau ‘kelap kelip’] - hal 306.

Catatan: point a masih sesuai, tetapi point b penerapannya juga melenceng dari ay 9.

Matthew Henry“There he sets forth how miserable it is to be without those quickening fructifying graces; for he who has not the forementioned graces, or, though he pretends or seems to have them, does not exercise and improve them, is blind, that is, as to spiritual and heavenly things, as the next words explain it: He cannot see far off. This present evil world he can see, and dotes upon, but has no discerning at all of the world to come, so as to be affected with the spiritual privileges and heavenly blessings thereof” (= Di sana ia menyatakan betapa menyedihkannya seseorang tanpa kasih karunia - kasih karunia yang berbuah dan menghidupkan itu; karena ia yang tidak mempunyai kasih karunia - kasih karunia yang disebutkan terdahulu itu, atau sekalipun ia berpura-pura atau kelihatannya mempunyainya, tidak menggunakan / menjalankannya, adalah buta, yaitu, berkenaan dengan hal-hal rohani dan surgawi, seperti dijelaskan oleh kata-kata selanjutnya: ‘Ia tidak bisa melihat jauh’. Dunia yang jahat sekarang ini bisa ia lihat, dan sangat ia gemari, tetapi ia sama sekali tidak mempunyai penglihatan tentang dunia yang akan datang, sehingga dipengaruhi dengan hak-hak rohani dan berkat-berkat surgawi darinya).

Barnes’ Notes“‘But he that lacketh these things is blind.’ He has no clear views of the nature and the requirements of religion. ‘And cannot see afar off.’ The word used here, which does not occur elsewhere in the New Testament, MUOOPAZOON, means to shut the eyes; i. e., to contract the eyelids, to blink, to twinkle, as one who cannot see clearly, and hence to be ‘near-sighted.’ The meaning here is, that he is like one who has an indistinct vision; one who can see only the objects that are near him, but who has no correct apprehension of objects that are more remote. He sees but a little way into the true nature and design of the gospel. He does not take those large and clear views which would enable him to comprehend the whole system at a glance” (= Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta’. Ia tidak mempunyai pandangan yang jelas tentang sifat dasar dan tuntutan-tuntutan dari agama. ‘Dan tidak bisa melihat jauh’. Kata yang digunakan di sini, yang tidak muncul di tempat lain dalam Perjanjian Baru, MUOOPAZOON, berarti ‘menutup mata’; yaitu, mengkontraksikan kelopak mata, mengedipkan, mengkelipkan, seperti seseorang yang tidak bisa melihat dengan jelas, dan karena itu menjadi ‘hanya bisa melihat dekat’. Artinya di sini adalah, bahwa ia itu seperti orang yang mempunyai penglihatan yang tidak jelas; seseorang yang hanya bisa melihat obyek yang dekat dengannya, tetapi yang tidak mempunyai pengertian yang benar tentang obyek-obyek yang lebih jauh. Ia hanya melihat sedikit ke dalam sifat dasar yang benar dan rancangan dari injil. Ia tidak mengambil pandangan yang besar dan jelas itu yang akan memampukan ia untuk mengerti seluruh sistim dalam sekilas pandang).

Lenski“‘Myopic’ is exactly the proper word, for this is not a pagan who never heard the Word and is therefore blind; this is a person who knows about the Word but has only a useless glimmer left in his heart”(= ‘Rabun jauh’ adalah kata yang tepat, karena ini bukanlah seorang kafir yang tidak pernah mendengar Firman dan karena itu buta; ini adalah seseorang yang tahu tentang Firman tetapi hanya mempunyai cahaya redup yang tak berguna yang tersisa dalam hatinya) - hal 272.

Alexander Nisbet“How sharp-sighted soever graceless souls may be in things that concern their back and belly, and this present world, yet till Christ make a gracious change upon them they can see nothing of the hazard of their perishing, the worth of salvation, or their need of Christ, that they might fly to Him and give up themselves to His service and so make preparation for death and eternity” (= Bagaimanapun tajamnya penglihatan dari jiwa-jiwa tanpa kasih karunia dalam hal-hal yang berkenaan dengan punggung dan perut mereka, dan dunia sekarang ini, tetapi sampai Kristus membuat suatu perubahan yang bersifat kasih karunia pada mereka, mereka tidak bisa melihat apapun tentang bahaya / resiko dari kebinasaan mereka, nilai / harga dari keselamatan, atau kebutuhan mereka akan Kristus, sehingga mereka bisa lari kepadaNya dan menyerahkan diri mereka pada pelayananNya dan dengan demikian membuat persiapan untuk kematian dan kekekalan) - hal 230.

b)   Ay 9b: karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan”.
KJV: and hath forgotten that he was purged from his old sins’ (= dan telah lupa bahwa ia telah dicuci dari dosa-dosanya yang lama / dahulu).
RSV: and has forgotten that he was cleansed from his old sins’ (= dan telah lupa bahwa ia telah dibersihkan dari dosa-dosanya yang lama / dahulu).
NIV: ‘and has forgotten that he has been cleansed from his past sins’ (= dan telah lupa bahwa ia telah dibersihkan dari dosa-dosanya yang lalu).
NASB: having forgotten his purification from his former sins’ (= telah melupakan pemurniannya dari dosa-dosanya yang terdahulu).
Baik kata ‘karena’ dalam Kitab Suci Indonesia, maupun kata ‘and’ (= dan) dalam KJV/RSV/NIV, di awal ay 9b ini, sebetulnya tidak ada. Jadi, dalam persoalan ini yang paling tepat adalah terjemahan dari NASB.

Alexander Nisbet“however they may be esteemed pardoned souls by themselves and others, and dealt with by the church as if they were such, yet by their being wholly taken up with this present life and making no provision for a better, they do declare that they undervalue the forgiveness of sins: for when the esteem of forgiveness does not stir us to thankfulness and holiness, God esteems it forgotten” (= bagaimanapun mereka dinilai sebagai jiwa-jiwa yang telah diampuni oleh diri mereka sendiri dan oleh orang-orang lain, dan ditangani oleh gereja seakan-akan mereka adalah orang-orang seperti itu, tetapi karena mereka sepenuhnya bersahabat dengan kehidupan sekarang ini dan tidak membuat persediaan untuk kehidupan yang lebih baik, mereka menyatakan bahwa mereka meremehkan pengampunan dosa: karena pada waktu penilaian terhadap pengampunan tidak menggerakkan kita pada syukur dan kekudusan, Allah menilai bahwa hal itu ‘dilupakan’) - hal 230.

Alexander Nisbet“he that walks as if he forgot himself to be pardoned cannot comfortably conclude himself to be such a one” [= ia yang berjalan seakan-akan ia lupa bahwa dirinya telah diampuni tidak bisa dengan senang / puas / terhibur menyimpulkan dirinya sebagai orang seperti itu (orang yang telah diampuni)] - hal 230.

Barclay“Further, to fail to climb the ladder of virtue is to forget that the sins of the old way of life have been cleansed away. Peter is thinking of baptism. At that time baptism was adult baptism; it was a deliberate act of decision to leave the old way and to enter upon the new. The man who, after baptism, does not begin upon the upward climb has forgotten, or never realized, the meaning of the experience through which he has passed. For many of us the parallel to baptism in this sense is entry into the membership of the Christian Church. To make our commitment and then to remain exactly the same, is to fail to understand what church membership means, for our entry into it should be the beginning of a climb upon the upward way” (= Selanjutnya, gagal untuk memanjat / menaiki tangga kebaikan / sifat baik berarti melupakan bahwa dosa-dosa dari jalan kehidupan yang lama telah dibersihkan. Petrus berpikir tentang baptisan. Pada waktu itu baptisan adalah baptisan dewasa; itu merupakan suatu tindakan keputusan sengaja untuk meninggalkan jalan yang lama dan memasuki jalan yang baru. Orang yang, setelah baptisan, tidak mulai memanjat / naik ke atas telah lupa, atau tidak pernah menyadari, arti dari pengalaman yang telah ia lalui. Bagi banyak dari kita, persamaan dengan baptisan dalam arti ini adalah jalan masuk ke dalam keanggotaan Gereja Kristen. Membuat komitmen kita dan lalu tetap tinggal persis sama, berarti gagal untuk mengerti apa arti dari keanggotaan gereja, karena masuknya kita ke dalamnya harus merupakan permulaan dari suatu tindakan memanjat / naik pada jalan ke atas) - hal 306.

c)      Penggabungan buta, rabun, dan pikun / lupa.
Lenski“Spiritual myopia and amnesia progress. When the fruits begin to be wanting, the barrenness has begun to set in” (= Rabun dan pikun rohani maju / berkembang. Pada waktu buah-buah mulai kurang / tidak ada, ketandusan / kemandulan telah mulai timbul) - hal 273.

Hal yang sangat perlu untuk diperhatikan adalah bahwa orang yang mengalami hal ini adalah orang yang tidak bertumbuh dalam hal-hal yang dibicarakan dalam ay 5-7 di atas. Kalau yang tidak bertumbuh saja bisa buta, rabun, pikun / lupa, apalagi yang mundur! Dan biasanya yang tidak bertumbuh memang akan mundur!

Bible Knowledge Commentary“In contrast with a growing Christian, a carnal believer is blind (‎TYPHLOS‎) and nearsighted (‎MYOPAZON‎). (The NIV reverses these two words; in Gr. the word ‘blind’ comes first.) ‎MYOPAZON ‎(from which comes the word ‘myopia’), occurs only here in the New Testament. A believer with spiritual myopia is not magnifying the grace of Christ. Since his life is not evidencing the qualities cited in verses 5-7, he seems to be just like a spiritually blind (or unsaved) person (2 Cor 4:4; cf. John 9:39). Such a person has forgotten that he has been cleansed from his past (preconversion) sins. Some commentators say this refers to unbelievers. But it seems preferable to say that Peter wrote of Christians who are spiritually immature. After all, they had been cleansed from their sins (cf. Titus 3:5), but had not grown spiritually [= Kontras dengan seorang Kristen yang bertumbuh, seorang percaya yang bersifat daging adalah buta (TYPHLOS) dan hanya bisa melihat dari dekat (MYOPAZON). (NIV membalik kedua kata ini; dalam Yunani kata ‘buta’ ada di depan). MYOPAZON (dari mana muncul kata ‘myopia’), muncul hanya di sini dalam Perjanjian Baru. Seorang percaya dengan myopia rohani tidak membesarkan kasih karunia Kristus. Karena hidupnya tidak membuktikan kwalitet-kwalitet yang disebutkan dalam ay 5-7, ia kelihatannya sama seperti orang yang buta secara rohani (atau belum diselamatkan) (2Kor 4:4; bdk. Yoh 9:39). Orang seperti itu telah lupa bahwa ia telah dibersihkan dari dosa-dosanya yang lalu (sebelum pertobatannya). Beberapa penafsir mengatakan bahwa ini menunjuk pada orang-orang yang tidak percaya. Tetapi kelihatannya lebih baik untuk mengatakan bahwa Petrus menulis tentang orang-orang Kristen yang tidak matang secara rohani. Bagaimanapun juga, mereka telah dibersihkan dari dosa-dosa mereka (bdk. Tit 3:5), tetapi tidak / belum bertumbuh secara rohani].
2Kor 4:4 - “yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah”.
Yoh 9:39 - “Kata Yesus: ‘Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.’”.
Tit 3:5 - “pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus”.

Catatan: saya tak terlalu yakin bahwa ini menunjuk kepada orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh tetapi tidak matang secara rohani. Saya lebih setuju dengan pandangan yang mengatakan bahwa ini menunjuk kepada orang-orang kristen KTP. Kata-kata ‘dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan’ digunakan untuk menggambarkan orang itu sesuai dengan pengakuannya, atau sesuai dengan kelihatannya. Ini merupakan sesuatu yang sering terjadi dalam Alkitab.

Adam Clarke“He, whether Jew or Gentile, who professes to have FAITH in God, and has not added to that FAITH fortitude, knowledge, temperance, patience, godliness, brotherly kindness, and universal love; is blind - his understanding is darkened, and cannot see afar off, MUOOPAZOON, shutting his eyes against the light, winking, not able to look truth in the face, nor to behold that God whom he once knew was reconciled to him: and thus it appears he is willfully blind, and hath forgotten that he was purged from his old sins - has at last, through his nonimprovement of the grace which he received from God, his faith ceasing to work by love, lost the evidence of things not seen; for, having grieved the Holy Spirit by not showing forth the virtues of him who called him into his marvelous light, he has lost the testimony of his sonship; and then, darkness and hardness having taken place of light and filial confidence, he first calls all his former experience into doubt, and questions whether he has not put enthusiasm in the place of religion. By these means his darkness and hardness increase, his memory becomes indistinct and confused, until at length he forgets the work of God on his soul, next denies it, and at last asserts that the knowledge of salvation, by the remission of sins, is impossible, and that no man can be saved from sin in this life. Indeed, some go so far as to deny the Lord that bought them; to renounce Jesus Christ as having made atonement for them; and finish their career of apostasy by utterly denying his Godhead. Many cases of this kind have I known; and they are all the consequence of believers not continuing to be workers together with God, after they had experienced his pardoning love” (= Ia, apakah Yahudi atau non Yahudi, yang mengakui mempunyai IMAN kepada Allah, dan tidak menambahkan kepada IMAN itu ketabahan / keuletan, pengetahuan, penguasaan diri, kesabaran, kesalehan, kebaikan persaudaraan, dan kasih yang bersifat universal; adalah buta - pengertiannya digelapkan, dan tidak bisa melihat jauh, MUOOPAZOON, menutup matanya terhadap terang, mengedipkan, tidak bisa melihat kebenaran di hadapannya, ataupun melihat Allah itu, yang pernah ia tahu telah diperdamaikan dengannya: dan karena itu kelihatannya ia buta dengan sengaja, dan telah lupa bahwa ia telah dicuci dari dosa-dosa lamanya - akhirnya melalui tidak adanya perkembangan dari kasih karunia yang ia terima dari Allah, membuat imannya berhenti untuk bekerja oleh kasih, kehilangan bukti dari hal-hal tidak terlihat; karena, setelah mendukakan Roh Kudus dengan tidak menunjukkan kebaikan / sifat baik dari Dia yang telah memanggilnya ke dalam terangNya yang mengagumkan, ia telah kehilangan kesaksian dari keanakannya; dan kemudian, kegelapan dan kekerasan mengambil tempat dari terang dan keyakinan seorang anak, ia mula-mula meragukan semua pengalaman terdahulunya, dan mempertanyakan apakah ia bukannya telah meletakkan semangat / kegairahan di tempat dari agama. Dengan cara ini, kegelapan dan kekerasannya meningkat, ingatannya menjadi kabur dan kacau, sampai akhirnya ia melupakan pekerjaan Allah pada jiwanya, selanjutnya menyangkalnya, dan akhirnya menegaskan bahwa pengetahuan / pengenalan tentang keselamatan, oleh pengampunan dosa-dosa, adalah mustahil, dan bahwa tak seorangpun bisa diselamatkan dari dosa dalam kehidupan ini. Bahkan, beberapa orang berjalan begitu jauh sampai menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka; menyangkal bahwa Yesus Kristus telah membuat penebusan untuk mereka; dan mengakhiri karir kemurtadan mereka dengan menyangkal sepenuhnya keAllahanNya. Banyak kasus dari jenis ini telah saya ketahui; dan semua itu merupakan konsekwensi dari orang-orang percaya yang tidak terus menerus bekerja bersama-sama dengan Allah, setelah mereka mengalami kasihNya yang mengampuni).
Catatan: ini jelas tafsiran Arminian, yang percaya bahwa orang kristen yang sejati bisa kehilangan keselamatan!

Apa yang aneh dari kata-kata Adam Clarke ini adalah:

1.      Kata-kata yang saya beri garis bawah tunggal itu ia ambil dari 2Petrus 2:1 yang jelas-jelas berbicara tentang nabi-nabi palsu, dan bukan tentang orang-orang Kristen sejati yang murtad.
2Pet 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.
KJV: even denying the Lord that bought them’ (= bahkan menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka).

2.      Pada bagian akhir dari kata-katanya, bagian yang saya beri garis bawah ganda, ia berkata ‘Banyak kasus dari jenis ini telah saya ketahui’.
Pertanyaan saya: bagaimana ia bisa tahu kalau orang-orang itu adalah orang-orang Kristen yang sejati dan bukannya hanya orang-orang Kristen KTP? Kalau 11 murid Yesus sampai akhir tidak tahu kalau Yudas Iskariot adalah seorang Kristen KTP, bagaimana Clarke bisa memastikan keaslian kekristenan dari orang-orang dalam kasus-kasus yang ia bicarakan?

3.      Orang kristen sejati yang murtad merupakan sesuatu yang bertentangan dengan banyak sekali ayat-ayat Alkitab, seperti:
·         Yohanes 10:27-29 - “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.
·         Roma 5:9-10 - “(9) Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.
·         Roma 8:38-39 - “(38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
·         Ibrani 10:38-39 - “(38) Tetapi orangKu yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.’ (39) Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup”.
·         2Timotius 2:12-13 - “(12) jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita; (13) jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya.’”.
·         Roma 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
·         1Korintus 10:13 - “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.

4.      Bandingkan juga dengan beberapa text di bawah ini yang jelas menunjukkan bahwa orang kristen yang sejati tidak bisa murtad, dan hanya orang kristen KTP yang bisa murtad:
·         Matius 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.
·         Yohanes 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu.
·         2Tesalonika 2:9-12 - “(9) Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, (10) dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. (11) Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, (12) supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan.
·         1Yohanes 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.

6)   Jadi, ay 5-9 menekankan bahwa orang Kristen harus maju dalam kerohanian dan pengudusan.

Calvin“Though, then, we daily sin, and God daily forgives us, and the blood of Christ cleanses us from our sins, yet sin ought not to rule in us, but the sanctification of the Spirit ought to prevail in us” (= Maka, sekalipun kita berdosa setiap hari, dan Allah mengampuni kita setiap hari, dan darah Kristus membersihkan kita dari dosa-dosa kita, tetapi dosa tidak boleh memerintah kita, tetapi pengudusan dari Roh harus menang dalam diri kita).

2 PETRUS 1:10-21 (1)

2 Petrus 1:10-21 - “(10) Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. (11) Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (12) Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima. (13) Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. (14) Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (15) Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu. (16) Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranNya. (17) Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepadaNya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’ (18) Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. (19) Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu. (20) Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, (21) sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah”.

2 Petrus 1: 10: Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.

2 Petrus 1: 10a merupakan argumentasi ketiga dan ay 10b merupakan argumentasi keempat mengapa kita harus melakukan semua hal dalam ay 5-7.

Alexander Nisbet“Follows the third and fourth motives to diligence and growth in grace. The one is, the more of these a Christian attains to, the more shall be his clearness and certainty that he was from eternity chosen to life and is, in time, effectually called. The other is, that by this means he shall be kept from apostasy and yielding to temptations by the way” (= Berikutnya alasan ketiga dan keempat pada kerajinan dan pertumbuhan dalam kasih karunia. Yang satu adalah, makin banyak yang dicapai oleh orang Kristen dalam hal-hal ini, makin jelas dan pasti baginya bahwa ia dari kekekalan telah dipilih pada kehidupan dan dalam waktu ia dipanggil secara efektif. Yang lain adalah bahwa dengan cara ini ia akan dijaga dari kemurtadan dan penyerahan pada pencobaan di jalan) - hal 231.

1)   Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh.
KJV: ‘Wherefore the rather, brethren, give diligence to make your calling and election sure’ (= Karena itu lebih baik saudara-saudara, berikan kerajinan untuk membuat panggilan dan pemilihanmu pasti).
RSV: ‘Therefore, brethren, be the more zealous to confirm your call and election’ (= Karena itu, saudara-saudara, makin bersemangatlah untuk meneguhkan panggilan dan pemilihanmu).
NIV: Therefore, my brothers, be all the more eager to make your calling and election sure’ (= Karena itu, saudara-saudaraku, makin sungguh-sungguhlah membuat panggilan dan pemilihanmu pasti).
NASB: Therefore, brethren, be all the more diligent to make certain about His calling and choosing you’ (= Karena itu, saudara-saudara, makin rajinlah untuk membuat pasti tentang panggilan dan pemilihanNya terhadap kamu).
Catatan: saya berpendapat bahwa terjemahan ‘pemilihan’ lebih tepat dari ‘pilihan’.

a)      Panggilan dan pemilihan.

The Bible Exposition Commentary: New TestamentPeter pointed out that ‘calling’ and ‘election’ go together. The same God who elects His people also ordains the means to call them. The two must go together, as Paul wrote to the Thessalonians: ‘God hath from the beginning chosen you to salvation.... Whereunto He called you by our Gospel’ (2 Thess 2:13-14). We do not preach election to unsaved people; we preach the Gospel. But God uses that Gospel to call sinners to repentance, and then those sinners discover that they were chosen by God!” [= Petrus menunjukkan bahwa ‘panggilan’ dan ‘pemilihan’ berjalan bersama-sama. Allah yang sama yang memilih umatNya juga menentukan cara / jalan untuk memanggil mereka. Keduanya harus berjalan bersama-sama, seperti Paulus menulis kepada orang-orang Tesalonika: ‘Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan ... Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan’ (2Tes 2:13-14). Kita tidak memberitakan pemilihan kepada orang-orang yang belum diselamatkan; kita memberitakan Injil. Tetapi Allah menggunakan Injil itu untuk memanggil orang-orang berdosa pada pertobatan, dan lalu orang-orang berdosa itu menemukan / mendapati bahwa mereka telah dipilih oleh Allah!].

2Tesalonika 2:13-14 - “(13) Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai. (14) Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita”.

b)      Mengapa panggilan didahulukan dari pemilihan.

CalvinHe mentions ‘calling’ first, though the last in order. The reason is, because ‘election’ is of greater weight or importance; and it is a right arrangement of a sentence to subjoin what preponderates. The meaning then is, labor that you may have it really proved that you have not been called nor elected in vain. At the same time he speaks here of calling as the effect and evidence of election. If any one prefers to regard the two words as meaning the same thing, I do not object; for the Scripture sometimes merges the difference which exists between two terms. I have, however, stated what seems to me more probable (= Ia menyebutkan ‘panggilan’ lebih dulu, sekalipun itu adalah yang belakangan dalam urut-urutan. Alasannya adalah, karena ‘pemilihan’ merupakan sesuatu yang lebih penting; dan merupakan suatu pengaturan yang baik / benar dari suatu kalimat untuk menambahkan belakangan sesuatu yang lebih penting. Maka artinya adalah, berusahalah supaya kamu bisa sungguh-sungguh membuktikan bahwa kamu tidak dipanggil ataupun dipilih dengan sia-sia. Pada saat yang sama di sini ia berbicara tentang panggilan sebagai hasil dan bukti dari pemilihan. Jika siapapun lebih memilih untuk menganggap kedua kata itu sebagai mempunyai arti yang sama, saya tidak keberatan; karena Kitab Suci kadang-kadang menggabungkan perbedaan yang ada di antara kedua istilah itu. Tetapi saya telah menyatakan apa yang kelihatannya lebih memungkinkan bagi saya).

Jamieson, Fausset & Brown“We know His calling before His election; therefore calling is put first” (= Kita mengetahui panggilanNya sebelum pemilihanNya; karena itu panggilan diletakkan di tempat pertama).

c)      Penafsiran Arminian tentang bagian ini.
Adam Clarke“‘And election.’ Your being chosen, in consequence of obeying the heavenly calling, to be the people and church of God” (= ‘Dan pemilihan’. Kamu dipilih sebagai konsekwensi / akibat dari mentaati panggilan surgawi, untuk menjadi umat dan gereja Allah).
Catatan: penafsiran Arminian ini ingin membengkokkan arti dari kata ‘pemilihan’ itu. Adalah lucu untuk mengatakan bahwa kita dipilih sebagai akibat dari ketaatan kita terhadap panggilan surgawi. Sebaliknyalah yang benar. Karena kita dipilih, maka kita percaya / taat pada panggilan Allah itu.
Bandingkan dengan:
·         Kis 13:48 - “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya.
·         Efesus 1:4-5 - “(4) Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya”.
·         Roma 8:29-30 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya”.

d)   Kata-kata tambahan.
Adam Clarke, Albert Barnes dan Calvin mengatakan bahwa ada beberapa manuscript yang menambahkan kata-kata ‘oleh perbuatan baikmu’. Jadi, ay 10a menjadi sebagai berikut: Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya oleh perbuatan baikmu panggilan dan pilihanmu makin teguh.

Adam Clarke“This clause is found in the edition of Colinaeus, Paris, 1534; and has been probably omitted by more recent editors on the supposition that the edition does not make a very orthodox sense. But on this ground there need be no alarm, for it does not state that the good works thus required merit either the calling and election, or the eternal glory, of God. He who does not by good works confirm his calling and election, will soon have neither; and although no good works ever did purchase or ever can purchase the kingdom of God, yet no soul can ever scripturally expect to see God who has them not” (= Anak kalimat ini ditemukan dalam edisi dari Colinaeus, Paris, 1534; dan mungkin telah dihapuskan oleh editor-editor yang lebih baru berdasarkan anggapan bahwa edisi itu tidak membuat suatu arti ortodox yang baik. Tetapi berdasarkan hal ini tidak perlu ada rasa takut, karena anak kalimat itu tidak menyatakan bahwa perbuatan baik merupakan jasa yang diharuskan / diwajibkan untuk panggilan dan pemilihan, atau kemuliaan kekal, dari Allah. Ia yang tidak meneguhkan panggilan dan pemilihannya dengan perbuatan baik, segara akan tidak mempunyai yang manapun dari mereka; dan sekalipun perbuatan baik tidak pernah membeli atau bahkan bisa membeli kerajaan Allah, tetapi tidak ada jiwa bisa secara Alkitabiah berharap untuk melihat Allah kalau tidak mempunyainya).

Barnes’ Notes“The Syriac, the Vulgate, and some Greek manuscripts, insert here the expression ‘by your good works;’ that is, they were to make their calling sure ‘by’ their good works, or by holy living. This clause, as Calvin remarks, is not authorized by the best authority, but it does not materially affect the sense” (= Manuscript-manuscript Syria, Latin / Vulgate, dan beberapa manuscript Yunani, memasukkan di sini ungkapan ‘oleh perbuatan baikmu’; artinya, mereka harus membuat panggilan mereka pasti ‘oleh’ perbuatan baik mereka, atau oleh kehidupan yang kudus. Anak kalimat ini, seperti dikatakan Calvin, tidak dibenarkan / disahkan oleh otoritas-otoritas / manuscript-manuscript yang terbaik, tetapi secara secara pokok tidak mempengaruhi artinya).

e)            Pemilihan (predestinasi) bukan alasan untuk menjadi malas / pasif, apalagi hidup seenaknya sendiri.
Selalu menjadi tuduhan dari orang-orang Arminian, bahwa kalau kita memang dipilih oleh Allah, maka itu menyebabkan kita hidup seenaknya sendiri. Tetapi Kitab Suci maupun Calvinisme tidak pernah mengajarkan seperti itu. Dan sebetulnya kalau kita menyadari bahwa kita diselamatkan karena pemilihan Allah, itu menyebabkan kita makin merasakan kasih Allah, dan juga sebaliknya, membuat kita makin mengasihi Allah. Dan ini tidak mungkin menyebabkan kita hidup seenaknya.

The Bible Exposition Commentary: New TestamentPeter also pointed out that election is no excuse for spiritual immaturity or for lack of effort in the Christian life. Some believers say, ‘What is going to be is going to be. There is nothing we can do.’ But Peter admonishes us to ‘be diligent.’ This means ‘make every effort.’ (He used this same verb in 2 Peter 1:5.) While it is true that God must work in us before we can do His will (Phil 2:12-13), it is also true that we must be willing for God to work, and we must cooperate with Him. Divine election must never be an excuse for human laziness” [= Petrus juga menunjukkan bahwa pemilihan bukanlah alasan untuk ketidak-matangan rohani atau kurangnya usaha dalam kehidupan Kristen. Beberapa orang percaya berkata: ‘Apa yang akan terjadi, akan terjadi. Tidak ada apapun yang bisa kita lakukan’. Tetapi Petrus menasehati kita untuk ‘menjadi rajin’. Ini berarti ‘melakukan setiap usaha’. (Ia menggunakan kata kerja yang sama dalam 2Pet 1:5). Sementara merupakan sesuatu yang benar bahwa Allah harus bekerja di dalam kita sebelum kita bisa melakukan kehendakNya (Fil 2:12-13), juga merupakan sesuatu yang benar bahwa kita harus menghendaki Allah untuk bekerja, dan kita harus bekerja sama dengan Dia. Pemilihan ilahi tidak pernah boleh menjadi alasan untuk kemalasan manusia].
Fil 2:12-13 - “(12) Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, (13) karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”.

Calvin“The import of what is said is, that the children of God are distinguished from the reprobate by this mark, that they live a godly and a holy life, because this is the design and end of election. Hence it is evident how wickedly some vile unprincipled men prattle, when they seek to make gratuitous election an excuse for all licentiousness; as though, forsooth! we may sin with impunity, because we have been predestinated to righteousness and holiness!” (= Maksud dari apa yang dikatakan adalah, bahwa anak-anak Allah dibedakan dari orang-orang yang ditentukan untuk binasa oleh tanda ini, bahwa mereka menjalani suatu kehidupan yang saleh dan kudus, karena ini merupakan rancangan dan tujuan dari pemilihan. Jadi, adalah jelas bagaimana dengan jahat beberapa orang busuk dan tidak mempunyai prinsip moral mengoceh, pada waktu mereka berusaha untuk membuat pemilihan yang murah hati sebagai suatu alasan untuk semua ketidak-bermoralan; seakan-akan, memang, kita boleh berdosa tanpa mendapat hukuman, karena kita telah dipredestinasikan pada kebenaran dan kekudusan!).

Barclay“In view of all this, Peter urges his people to make every effort to confirm their calling by God. Here is a most significant demand. In one way all is of God; it is God’s call which gives us entry into the fellowship of his people; without his grace and his mercy we could do nothing and could expect nothing. But that does not absolve us from every possible effort. ... God has called us in his free mercy and his unmerited grace; but at the same time we have to bend every effort to toil upwards and onwards on the way” (= Mengingat semua ini, Petrus mendesak umatnya untuk melakukan setiap usaha untuk meneguhkan panggilan mereka oleh Allah. Di sini ada suatu tuntutan yang paling penting. Di satu sisi semua adalah dari Allah; panggilan Allahlah yang memberi kita jalan masuk ke dalam persekutuan umatNya; tanpa kasih karuniaNya dan belas kasihanNya kita tidak bisa melakukan apa-apa dan tidak bisa mengharapkan apa-apa. Tetapi itu tidak membebaskan kita dari setiap usaha yang memungkinkan. ... Allah telah memanggil kita dalam belas kasihanNya yang cuma-cuma dan kasih karunia yang tidak layak kita dapatkan; tetapi pada saat yang sama kita harus mengarahkan setiap usaha untuk bekerja keras ke arah atas dan maju ke depan di jalan) - hal 306.

f)      Kehidupan yang baik merupakan bukti pemilihan dan panggilan Allah.
Calvin“He draws this conclusion, that it is one proof that we have been really elected, and not in vain called by the Lord, if a good conscience and integrity of life correspond with our profession of faith” (= Ia menarik kesimpulan ini, bahwa merupakan salah satu bukti bahwa kita telah sungguh-sungguh dipilih, dan tidak dengan sia-sia dipanggil oleh Tuhan, jika suatu hati nurani yang baik dan kelurusan hidup sesuai dengan pengakuan iman kita).

Calvin“Now a question arises, Whether the stability of our calling and election depends on good works, for if it be so, it follows that it depends on us. But the whole Scripture teaches us, first, that God’s election is founded on his eternal purpose; and secondly, that calling begins and is completed through his gratuitous goodness. ... God effectually calls whom he has preordained to life in his secret counsel before the foundation of the world; and he also carries on the perpetual course of calling through grace alone. But as he has chosen us, and calls us for this end, that we may be pure and spotless in his presence; purity of life is not improperly called the evidence and proof of election” (= Sekarang suatu pertanyaan muncul, Apakah kestabilan dari panggilan dan pemilihan kita tergantung pada perbuatan baik, karena jika demikian, maka itu tergantung pada kita. Tetapi seluruh Kitab Suci mengajar kita, pertama, bahwa pemilihan Allah didasarkan pada rencana kekalNya; dan kedua, bahwa panggilan mulai dan diselesaikan melalui kebaikanNya yang murah hati / bersifat kasih karunia. ... Allah memanggil secara efektif orang-orang yang telah ia tentukan lebih dulu pada kehidupan dalam rencana rahasiaNya sebelum penciptaan dunia / alam semesta; dan Ia juga melanjutkan jalan yang kekal dari panggilan itu melalui kasih karunia saja. Tetapi karena Ia telah memilih kita, dan memanggil kita untuk tujuan ini, supaya kita bisa murni dan tak bercacat di hadapanNya; kemurnian hidup secara benar disebut sebagai bukti dari pemilihan).

Barnes’ Notes“It was undoubtedly by their ‘good works’ in the sense of holy living, or of lives consecrated to the service of God, that they were to obtain the evidence that they were true Christians; that is, that they had been really called into the kingdom of God, for there is nothing else on which we can depend for such evidence. ... We can rely on no voice, or vision, or new revelation, to prove that it is so. No internal feeling of itself, no raptures, no animal excitement, no confident persuasion in our own minds that we are elected, can be proof in the case; and the only certain EVIDENCE on which we can rely is that which is found in a life of sincere piety [= Memang tak diragukan bahwa oleh ‘perbuatan baik’ mereka, dalam arti ‘kehidupan yang kudus’, atau kehidupan yang dibaktikan pada pelayanan Allah, mereka harus mendapatkan bukti bahwa mereka adalah orang-orang Kristen yang sejati; artinya, bahwa mereka telah sungguh-sungguh dipanggil ke dalam kerajaan Allah, karena tidak ada hal lain pada mana kita bisa mempercayai / mengandalkan bukti seperti itu. ... Kita tidak bisa bersandar pada suara, atau penglihatan, atau wahyu yang baru, untuk membuktikan bahwa itu memang begitu. Tak ada perasaan di dalam dari dirinya sendiri, tak ada pengangkatan / rapture, tak ada kegembiraan binatang / daging (?), tak ada bujukan yang meyakinkan dalam pikiran kita bahwa kita dipilih, bisa menjadi bukti dalam kasus ini; dan satu-satunya BUKTI yang pasti pada mana kita bisa bersandar adalah bukti yang ditemukan dalam suatu kehidupan dari kesalehan yang sungguh-sungguh].

Penerapan: bandingkan dengan Yesaya Pariadji yang yakin namanya tercatat di kitab kehidupan karena ia diangkat ke surga dan melihat sendiri dalam kitab kehidupan itu.

Catatan: pada saat yang sama, saya tidak sepenuhnya setuju dengan kata-kata Albert Barnes pada bagian yang saya beri garis bawah ganda, karena adanya Ro 8:16 yang berbunyi: “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah”.

Calvin (tentang Ro 8:16)“Paul means, that the Spirit of God gives us such a testimony, that when he is our guide and teacher, our spirit is made assured of the adoption of God: for our mind of its own self, without the preceding testimony of the Spirit, could not convey to us this assurance” (= Paulus memaksudkan, bahwa Roh Allah memberi kita kesaksian sedemikian rupa, sehingga pada waktu Ia adalah pembimbing dan pengajar / guru kita, roh kita dibuat yakin tentang pengadopsian dari Allah: karena pikiran kita dari dirinya sendiri, tanpa kesaksian yang lebih dulu dari Roh, tidak bisa memberi kepada kita keyakinan ini).
Charles Hodge“‘Beareth witness to,’ means ‘confirms’ or ‘assures.’ ‘The Spirit of God produces in our spirit the assurance that we are the children of God.’ (= ‘Memberi kesaksian kepada’, berarti ‘meneguhkan’ atau ‘meyakinkan’. ‘Roh Allah menghasilkan dalam roh kita keyakinan bahwa kita adalah anak-anak Allah’) - ‘Romans’, hal 414.

Jadi, saya berpendapat bahwa orang kristen yang sejati bisa yakin bahwa ia sudah selamat, dan dengan demikian, ia dipilih oleh Allah, karena mendapatkan keyakinan ini dari Roh Kudus. Tetapi orang yang yakin keselamatannya, belum tentu mendapatkan keyakinan itu dari Roh Kudus. Bisa saja ia yakin dari dirinya sendiri, dan berdasarkan sesuatu yang salah.

2)         Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.

Dalam bahasa Yunani digunakan ‘double negatives’ (= 2 x kata ‘tidak’) untuk menekankan ketidak-mungkinan jatuh / tersandung.

a)      Penafsiran-penafsiran yang salah tentang bagian ini.

1.            Orang-orang Arminian menafsirkan dari bagian ini bahwa keselamatan bisa hilang.

Adam Clarke“If ye be careful and diligent to work out your own salvation, through the grace which ye have already received from God; ye shall never fall, OU-MEE PTAISEETE POTE, ‘ye shall at no time stumble or fall;’ as the Jews have done, and lost their election, Rom. 11:11, where the same word is used, and as apostates do, and lose their peace and salvation. We find, therefore, that they who do not these things shall fall; and thus we see that there is nothing absolute and unconditional in their election (= Jika engkau hati-hati dan rajin mengerjakan keselamatanmu, melalui kasih karunia yang telah engkau terima dari Allah; engkau tidak akan pernah jatuh / tersandung, OU-MEE PTAISEETE POTE, ‘pada saat manapun engkau tidak akan tersandung atau jatuh’; seperti orang-orang Yahudi telah lakukan, dan kehilangan pemilihan mereka, Ro 11:11, dimana kata yang sama digunakan, dan seperti orang-orang murtad lakukan, dan kehilangan damai dan keselamatan mereka. Karena itu, kita mendapati bahwa mereka yang tidak melakukan hal-hal ini akan jatuh; dan maka kita melihat bahwa tidak ada yang mutlak dan tak bersyarat dalam pemilihan mereka).
Roma 11:11 - “Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu”.

Tanggapan saya:
Ini omong kosong, karena:
a.   Bangsa Israel / Yahudi kehilangan pemilihan dalam arti yang berbeda dengan kita. Mereka dipilih secara kolektif, jelas bukan dalam arti bahwa semua mereka akan diselamatkan. Karena itu muncul kata-kata “Sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel” (Ro 9:6b). Hal ini juga terlihat dari fakta bahwa banyak dari bangsa Israel / Yahudi yang tidak selamat. Tetapi bagi orang-orang Yahudi yang betul-betul dipilih untuk diselamatkan, berlaku ayat-ayat lain dalam Ro 11, seperti Ro 11:1-2,5-6,23,25-26,28-29 - “(1) Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umatNya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin. (2) Allah tidak menolak umatNya yang dipilihNya. Ataukah kamu tidak tahu, apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: ... (5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia. ... (23) Tetapi merekapun akan dicangkokkan kembali, jika mereka tidak tetap dalam ketidakpercayaan mereka, sebab Allah berkuasa untuk mencangkokkan mereka kembali. ... (25) Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk. (26) Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: ‘Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub. ... (28) Mengenai Injil mereka adalah seteru Allah oleh karena kamu, tetapi mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang. (29) Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilanNya.

b.   Adam Clarke mengatakan bahwa orang-orang yang tidak melakukan ay 5-7 itu akan jatuh, dan sama seperti orang-orang Yahudi itu, kehilangan pemilihan mereka, dan  juga sama seperti orang-orang yang murtad, yang kehilangan damai dan keselamatan mereka. Tetapi jelas bahwa baik orang-orang Yahudi itu, maupun orang-orang yang murtad, dan orang-orang yang tidak melakukan 2 Petrus 1: 5-7 itu adalah orang-orang kristen KTP, yang bukannya kehilangan keselamatannya, karena mereka tidak pernah mempunyainya! Karena itu, kesimpulan akhir yang diberikan oleh Clarke dimana ia berkata “dan maka kita melihat bahwa tidak ada yang mutlak dan tak bersyarat dalam pemilihan mereka adalah omong kosong!

Lenski“stumble so as to fall and lose salvation. The Christian sins daily even when his calling and election are sure to him in the gospel manner. This reminds him of his danger. Such sins are not the fatal stumbling of which Peter speaks. When they hold fast the former cleansing (v. 9), this cleansing is renewed daily by daily forgiveness” [= tersandung sehingga jatuh dan kehilangan keselamatan. Orang-orang Kristen berdosa setiap hari bahkan pada waktu panggilan dan pemilihannya adalah pasti baginya dengan cara injil. Ini mengingatkan dia tentang bahayanya. Dosa-dosa seperti itu bukanlah tersandung yang fatal tentang mana Petrus berbicara. Pada waktu mereka berpegang teguh pada pembersihan yang terdahulu (ay 9), pembersihan ini diperbaharui setiap hari oleh pengampunan setiap hari] - hal 277.

Lenski“There is an implied warning: those who fail to do these things will, indeed, stumble decidedly (aorist) and fatally. Whether they will be again be raised up to faith God alone knows. Many that stumble in this way are lost forever. The German theologians call them DIE ZEITGLAEUBIGEN, those who believe for a time and then fall away” [= Di sana ada suatu peringatan secara implicit: mereka yang gagal untuk melakukan hal-hal ini memang akan tersandung secara pasti (aorist / lampau) dan secara fatal. Apakah mereka akan diangkat lagi oleh Allah pada iman, hanya Allah sendiri yang tahu. Banyak yang tersandung dengan cara ini terhilang selama-lamanya. Ahli-ahli theologia Jerman menyebut mereka DIE ZEITGLAEUBIGEN, mereka yang percaya untuk suatu waktu / sementara waktu dan lalu murtad] - hal 277.

Ini jelas pandangan Arminian. Ia mengambil arti implicit tanpa peduli bahwa arti ini bertentangan dengan kata-kata explicit dari banyak ayat seperti Yoh 10:27-29  1Yoh 2:18-19 Yoh 8:31 dsb.
Bdk. Mat 13:3-8,18-23 - “(3) Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. KataNya: ‘Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. (4) Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. (5) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. (7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. (8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. ... (18) Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. (19) Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. (20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. (22) Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. (23) Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.’”.
Bdk. Luk 8:13 - “Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad”.
Orang yang percaya sebentar saja termasuk tanah berbatu, dan itu jelas bukan orang kristen yang sejati, karena dari 4 golongan tanah dalam perumpamaan itu hanya tanah subur yang benar-benar menunjuk kepada orang kristen yang sejati.

2.            Kata ‘tersandung’ diartikan ‘jatuh ke dalam dosa’.
Matthew Henry“‘By this you will be kept from falling, and that at all times and seasons, even in those hours of temptation that shall be on the earth.’ When others shall fall into heinous and scandalous sin, those who are thus diligent shall be enabled to walk circumspectly and keep on in the way of their duty; and, when many fall into errors, they shall be preserved sound in the faith, and stand perfect and complete in all the will of God” (= ‘Oleh hal ini engkau akan dijaga dari kejatuhan, dan itu pada setiap saat dan musim, bahkan dalam saat-saat dari pencobaan itu yang akan terjadi di bumi’. Pada saat orang-orang lain akan jatuh ke dalam dosa yang mengerikan dan memalukan / bersifat skandal, mereka yang rajin seperti itu akan dimampukan untuk berjalan dengan sangat berhati-hati dan tetap ada di jalan kewajiban mereka; dan, pada saat banyak orang jatuh ke dalam kesalahan-kesalahan, mereka akan dijaga sehat dalam iman, dan berdiri sempurna dan lengkap dalam semua kehendak Allah).

Bible Knowledge Commentary“‎This word ‘stumble’ does not suggest that a believer loses his salvation, for salvation does not depend on one’s spiritual growth. The Greek word for ‘stumble’ means ‘to trip up’ or ‘to experience a reversal.’ Certainly one who is maturing in Christ will not trip up in his spiritual life as readily as one who is immature and nearsighted” (= Kata ‘tersandung’ tidak berarti bahwa seorang percaya kehilangan keselamatannya, karena keselamatan tidak tergantung pada pertumbuhan rohani seseorang. Kata Yunani untuk ‘tersandung’ berarti ‘tersandung / membuat kesalahan’ atau ‘mengalami suatu pembalikan’. Pastilah seseorang yang matang dalam Kristus tidak akan tersandung / membuat kesalahan dalam kehidupan rohaninya sama mudah / cepatnya dengan seseorang yang tidak matang dan hanya bisa melihat dekat).

Saya memang tak percaya bahwa seorang Kristen yang sejati bisa kehilangan keselamatannya, tetapi apakah yang dibicarakan di sini adalah orang kristen yang sejati? Kalau ia tidak melakukan hal-hal dalam ay 5-7, ia bukan orang kristen yang sejati. Jadi, kalau ia tidak selamat, itu tidak berarti bahwa ia kehilangan keselamatannya, karena ia memang tidak / belum pernah diselamatkan.

Menafsirkan bahwa kata ‘jatuh / tersandung’ berarti ‘jatuh ke dalam dosa’ merupakan sesuatu yang menurut saya tidak memungkinkan, karena sehebat apapun kerajinan seorang Kristen untuk maju dalam kerohaniannya, itu tetap membuat ia kebal terhadap dosa. Dan kalau dikatakan bahwa yang tidak mungkin bukanlah jatuh ke dalam dosa, tetapi jatuh ke dalam dosa yang besar / hebat / memalukan, maka perlu dipertanyakan, apa standardnya untuk menentukan apakah suatu dosa itu besar atau kecil, dan dimana batasannya? Dan apa dasarnya mengatakan untuk bahwa orang Kristen yang sungguh-sungguh berusaha untuk maju dalam kerohanian itu mungkin jatuh dalam dosa, tetapi tidak mungkin jatuh dalam dosa besar saja?

b)      Penafsiran yang benar tentang bagian ini.
Kata ‘tersandung’ diartikan murtad / kehilangan keselamatan.
Saya menerima pandangan ini karena menurut saya, lanjutan dari 2 Petrus 1: 10, yaitu ay 11, sesuai dengan penafsiran ini.
2 Petrus 1: 10-11: “(10) Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. (11) Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.

Barnes’ Notes“‘Ye shall never fall.’ You shall never fall into perdition. That is, you shall certainly be saved” (= ‘Engkau tidak akan pernah jatuh’. Engkau tidak akan pernah jatuh ke dalam kehancuran / penghukuman / neraka. Artinya, engkau pasti akan diselamatkan).

Calvin“‘For if ye do these things.’ Peter seems again to ascribe to the merits of works, that God furthers our salvation, and also that we continually persevere in his grace. But the explanation is obvious; for his purpose was only to shew that hypocrites have in them nothing real or solid, and that, on the contrary, they who prove their calling sure by good works, are free from the danger of falling, because sure and sufficient is the grace of God by which they are supported. Thus the certainty of our salvation by no means depends on us, as doubtless the cause of it is beyond our limits (= ‘Karena jika engkau melakukan hal-hal ini’. Petrus kelihatannya lagi-lagi menganggap bahwa karena jasa perbuatan baik maka Allah memajukan / melanjutkan keselamatan kita, dan juga kita terus menerus bertekun dalam kasih karuniaNya. Tetapi penjelasannya jelas; karena tujuannya hanya untuk menunjukkan bahwa orang-orang munafik tidak mempunyai apapun dalam diri mereka yang betul-betul nyata dan kokoh, dan bahwa sebaliknya, mereka yang membuktikan panggilan mereka pasti dengan perbuatan baik, bebas dari bahaya kejatuhan, karena pasti dan cukuplah kasih karunia Allah dengan mana mereka ditopang. Karena itu, kepastian dari keselamatan kita sama sekali tidak tergantung kepada kita, seperti tak diragukan bahwa penyebab dari keselamatan kita melampaui batasan-batasan kita).

2 PETRUS 1:10-21 (2) 

2 Petrus 1:10-21 - “(10) Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. (11) Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. (12) Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima. (13) Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. (14) Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (15) Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu. (16) Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranNya. (17) Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepadaNya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’ (18) Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus. (19) Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu. (20) Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, (21) sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah”.

2 Petrus 1: 11: Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus..

1)   “Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal”.

a)      Terjemahan ini ngawur!
Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris dibawah ini.
KJV: ‘For so an entrance shall be ministered unto you abundantly into the everlasting kingdom’ (= Karena dengan demikian suatu jalan masuk akan disediakan bagimu dengan berlimpah-limpah ke dalam kerajaan kekal).
RSV: so there will be richly provided for you an entrance into the eternal kingdom’ (= jadi di sana akan disediakan secara kaya / berlimpah-limpah bagimu suatu jalan masuk ke dalam kerajaan kekal).
NIV: and you will receive a rich welcome into the eternal kingdom’ (= dan kamu akan mendapat sambutan yang kaya ke dalam kerajaan kekal).
NASB: for in this way the entrance into the eternal kingdom ... will be abundantly supplied to you’ (= karena dengan jalan ini jalan masuk ke dalam kerajaan kekal ... akan disuplai secara berlimpah-limpah bagimu).

Terjemahannya memang beraneka ragam. Kata Yunani yang dipakai adalah EPIKHOREGETHESETAI, yang berarti ‘will be supplied’ (= akan disuplai).

b)   Ini merupakan argumentasi / motivasi kelima mengapa kita harus melakukan ay 5-7.
Alexander Nisbet“Here is the fifth motive. The life of a Christian growing in grace and diligent in duties shall be to him a begun heaven upon earth, his clearness concerning his right to it and his feeling of the first fruits of it being a begun entry into heaven, and the blessing of God upon his pains” (= Di sini adalah motivasi kelima. Kehidupan dari seorang Kristen yang bertumbuh dalam kasih karunia dan kerajinan dalam kewajiban-kewajiban baginya akan merupakan suatu surga yang dimulai di bumi, kejelasannya berkenaan dengan haknya tentang hal itu dan perasaannya tentang buah pertama darinya adalah suatu permulaan jalan masuk ke dalam surga, dan berkat dari Allah pada rasa sakitnya / usahanya) - hal 232.

The Bible Exposition Commentary: New TestamentIn fact, the growing Christian can look forward to ‘an abundant entrance’ into the eternal kingdom! The Greeks used this phrase to describe the welcome given Olympic winners when they returned home. Every believer will arrive in heaven, but some will have a more glorious welcome than others. Alas, some believers ‘shall be saved, yet so as by fire’ (1 Cor 3:15)”[= Dalam faktanya orang Kristen yang bertumbuh bisa mengantisipasi ‘suatu jalan masuk yang berlimpah-limpah’ ke dalam kerajaan kekal! Orang-orang Yunani menggunakan ungkapan ini untuk menggambarkan sambutan yang diberikan kepada pemenang Olympic pada waktu mereka pulang ke rumah. Setiap orang percaya akan tiba di surga, tetapi sebagian / beberapa akan mendapatkan sambutan yang lebih mulia dari pada yang lain. Bahkan, beberapa orang percaya ‘akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api’ (1Kor 3:15)].
1Korintus 3:15 - “Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api”.
1Petrus 4:18 - “Dan jika orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?”.

2)         “yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘of our Lord and Saviour Jesus Christ’ (= dari Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus).

a)   Ini menunjukkan Yesus sebagai Tuhan.
Pulpit CommentaryNotice the exact correspondence of the Greek words here, tou= Kuri/ou h(mw=n kai\ Swth=ro$ )Ihsou= Cristou=, with these in verse 2, tou= Qeou= h(mw=n kai\ Swth=ro$ )Ihsou= Cristou=, as a strong argument in favour of the translation, ‘Our God and Saviour Jesus Christ,’ in that verse (= Perhatikan persesuaian yang persis dari kata-kata Yunani di sini, TOU KURIOU HUMON KAI SOTEROS IESOU KHRISTOU, dengan kata-kata ini dalam ayat 2, TOU THEOU HUMON KAI SOTEROS IESOU KHRISTOU, suatu argumentasi yang kuat untuk keuntungan dari terjemahan ‘Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus’, dalam ayat itu).

2 Petrus 1: 11: TOU KURIOU HEMON KAI SOTEROS IESOU KHRISTOU
2 Petrus 1: 2: TOU THEOU HEMON KAI SOTEROS IESOU KHRISTOU

Sekarang perhatikan terjemahan dari Terjemahan Dunia Baru (TDB), Kitab Suci Saksi-Saksi Yehuwa:
2 Petrus 1: 11: “Tuan dan Juru Selamat kita, Yesus Kristus”. Ini menunjuk kepada satu pribadi.
2 Petrus 1: 2: “Tentang Allah dan tentang Yesus, Tuan kita”. Ini menunjuk kepada dua pribadi.
Ini jelas terjemahan yang tidak konsisten, karena kedua kalimat tersebut strukturnya persis, hanya saja yang ay 11 menggunakan kata KURIOU (Tuhan), sedangkan yang ay 2 menggunakan kata THEOU (Allah). Keduanya juga ada dalam case yang sama, yaitu genitive case.
Kelihatannya bagi para Saksi Yehuwa tidak terlalu bermasalah kalau Yesus disebut Tuhan (Tuan), dan karena itu mereka menterjemahkan ay 11 sedemikian rupa sehingga anak kalimat itu hanya menunjuk kepada satu pribadi, dan dengan demikian menyatakan Yesus sebagai Tuhan. Tetapi mereka tidak mau kalau Yesus disebut sebagai Allah, dan karena itu mereka menterjemahkan ay 2 sedemikian rupa sehingga anak kalimat itu menunjuk kepada dua pribadi, dan dengan demikian tidak menyatakan Yesus sebagai Allah.

b)      Mengapa surga disebut dengan istilah Kerajaan dari Yesus Kristus?
CalvinHe calls it the kingdom of Christbecause we cannot ascend to heaven except under his banner and guidance (= Ia menyebutnya kerajaan Kristus, karena kita tidak bisa naik ke surga kecuali di bawah panji dan pimpinanNya).

2 Petrus 1: 12: Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima.

1)            Terjemahan-terjemahan yang berbeda.
KJV: ‘Wherefore I will not be negligent to put you always in remembrance of these things, though ye know them, and be established in the present truth.’ (= Karena itu aku tidak akan lalai untuk selalu mengingatkan kamu tentang hal-hal ini, sekalipun engkau mengetahuinya, dan didirikan dalam kebenaran saat ini).
RSV: ‘Therefore I intend always to remind you of these things, though you know them and are established in the truth that you have’ (= Karena itu aku bermaksud untuk selalu mengingatkan kamu tentang hal-hal ini, sekalipun engkau mengetahui hal-hal itu dan didirikan dalam kebenaran yang engkau miliki).
NIV: So I will always remind you of these things, even though you know them and are firmly established in the truth you now have’ (= Demikianlah aku akan selalu mengingatkan engkau tentang hal-hal ini, sekalipun engkau mengetahui hal-hal ini dan didirikan dengan teguh dalam kebenaran yang sekarang engkau miliki).
NASB: Therefore, I shall always be ready to remind you of these things, even though you already know them, and have been established in the truth which is present with you’ (= Karena itu, aku akan selalu siap untuk mengingatkan kamu tentang hal-hal ini, sekalipun engkau sudah mengetahui hal-hal ini, dan telah didirikan dalam kebenaran yang ada / hadir bersamamu).

Pulpit CommentaryVerse 12. - ‘Wherefore I will not be negligent to put you always in remembrance of these things;’ rather, as in the Revised Version, ‘wherefore I shall be ready.’” (= Ayat 12 - ‘Karena itu aku tidak akan lalu untuk selalu mengingatkan kamu tentang hal-hal ini’; lebih baik, seperti dalam Revised Version, ‘karena itu aku akan siap’.).
Catatan: ada beda manuscript-manuscript, yang menyebabkan terjemahan yang berbeda.

Pulpit Commentary“‘Though ye know them, and be established in the present truth;’ better, as in the Revised Version, ‘and are established in the truth which is with you.’ (= ‘Sekalipun engkau mengetahui hal-hal itu, dan didirikan dalam kebenaran saat ini’; lebih baik, seperti dalam Revised Version, ‘dan didirikan dalam kebenaran yang ada bersamamu’.).

2)   Nisbet mengatakan bahwa sebagai argumentasi ke 6, Petrus menerapkan ajarannya kepada dirinya sendiri sebagai seorang pelayan Tuhan. Karena bahaya dari pengabaian, dan berkat dari ketaatan, terhadap ay 5-7 itu, maka ia sendiri sangat rajin untuk mengingatkan mereka tentang hal itu.

Matthew Henry“If ministers be negligent in their work, it can hardly be expected that the people will be diligent in theirs; therefore Peter will not be negligent (that is, at no time or place, in no part of his work, to no part of his charge), but will be exemplarily and universally diligent, and that in the work of a remembrancer. This is the office of the best ministers, even the apostles themselves; they are the Lord’s remembrancers (Isa 72:6)” [= Jika pendeta-pendeta lalai dalam pekerjaan mereka, hampir tidak bisa diharapkan bahwa umatnya akan rajin dalam pekerjaan mereka; karena itu Petrus tidak akan lalai (yaitu, tidak pada saat atau tempat manapun, tidak dalam bagian manapun dalam pekerjaannya, tidak pada bagian manapun dari perintahNya), tetapi akan rajin sebagai teladan dan secara universal (?), dan itu dalam pekerjaan sebagai seorang pengingat. Ini merupakan tugas dari pendeta-pendeta yang terbaik, bahkan rasul-rasul sendiri; mereka adalah pengingat-pengingat Tuhan (Yes 72:6)].

Catatan: Yes 72:6 pasti salah, seharusnya Yesaya 62:6 - “Di atas tembok-tembokmu, hai Yerusalem, telah Kutempatkan pengintai-pengintai. Sepanjang hari dan sepanjang malam, mereka tidak akan pernah berdiam diri. Hai kamu yang harus mengingatkan TUHAN kepada Sion, janganlah kamu tinggal tenang”.

Barnes’ Notes (tentang 2 Petrus 1: 13)“It was of importance for Peter, as it is for ministers of the gospel now, to bring known truths to remembrance. Men are liable to forget them, and they do not exert the influence over them which they ought. It is the office of the ministry not only to impart to a people truths which they did not know before, but a large part of their work is to bring to recollection well-known truths, and to seek that they may exert a proper influence on the life. Amidst the cares, the business, the amusements, and the temptations of the world, even true Christians are prone to forget them; and the ministers of the gospel render them an essential service, even if they should do nothing more than remind them of truths which are well understood, and which they have known before. A pastor, in order to be useful, need not always aim at originality, or deem it necessary always to present truths which have never been heard of before. He renders an essential service to mankind who ‘reminds’ them of what they know but are prone to forget, and who endeavors to impress plain and familiar truths on the heart and conscience, for these truths are most important for man” (= Adalah penting bagi Petrus, sama seperti bagi pendeta-pendeta / pelayan-pelayan dari injil sekarang, untuk mengingatkan kebenaran yang sudah diketahui. Manusia condong untuk melupakannya, dan tidak menggunakan pengaruh dari kebenaran itu atas mereka seperti seharusnya. Merupakan tugas dari pelayanan bukan hanya untuk memberikan kepada suatu umat kebenaran-kebenaran yang belum mereka ketahui sebelumnya, tetapi suatu bagian besar dari pekerjaan mereka adalah mengingatkan kembali kebenaran-kebenaran yang telah diketahui dengan baik, dan mengusahakan supaya mereka bisa menggunakan suatu pengaruh yang benar pada kehidupan. Di tengah-tengah perhatian / kesusahan, kesibukan, hiburan, dan godaan / pencobaan dari dunia, bahkan orang-orang Kristen yang sejati condong untuk melupakan kebenaran-kebenaran itu; dan pendeta-pendeta / pelayan-pelayan dari injil memberikan kepada mereka pelayanan yang sangat perlu, bahkan jika mereka tidak melakukan lebih dari mengingatkan mereka tentang kebenaran-kebenaran yang telah mereka mengerti dengan baik, dan yang telah mereka ketahui sebelumnya. Seorang pendeta, untuk bisa berguna, tidak perlu selalu mengarah pada keorisinilan, atau menganggap perlu untuk selalu menyampaikan kebenaran-kebenaran yang tidak pernah didengar sebelumnya. Ia memberikan suatu pelayanan yang sangat perlu kepada umat manusia, kalau ia ‘mengingatkan’ mereka tentang apa yang mereka ketahui tetapi yang condong mereka lupakan, dan kalau ia berusaha mencamkan kebenaran-kebenaran yang jelas / sederhana dan sudah lazim / dikenal pada hati dan hati nurani, karena kebenaran-kebenaran ini adalah yang paling penting untuk manusia).

Bdk. Roma 15:14-15 - “(14) Saudara-saudaraku, aku sendiri memang yakin tentang kamu, bahwa kamu juga telah penuh dengan kebaikan dan dengan segala pengetahuan dan sanggup untuk saling menasihati. (15) Namun, karena kasih karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadaku, aku di sana sini dengan agak berani telah menulis kepadamu untuk mengingatkan kamu, ... ”.

2 Petrus 1: 13: Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini.

1)         Tubuh disebut sebagai kemah.
Kitab Suci Indonesia: ‘kemah tubuhku’.
KJV: ‘this tabernacle’ (= kemah ini).
RSV: ‘this body’ (= tubuh ini).
NIV: ‘the tent of this body’ (= kemah dari tubuh ini).
NASB: ‘this earthly dwelling’ (= tempat tinggal duniawi).

Adam Clarke“‘As long as I am in this tabernacle.’ By tabernacle we are to understand his body; and hence, several of the versions have SOOMATI, ‘body,’ instead SKEENOOMATI, ‘tabernacle.’” (= ‘selama aku ada dalam kemah ini’. Dengan ‘kemah’ kita harus mengertinya sebagai tubuhnya; dan karena itu, beberapa versi mempunyai SOOMATI, ‘tubuh’, dan bukannya SKEENOOMATI, ‘kemah’).

a)   Karena kata ‘kemah’ digunakan sebagai suatu kiasan untuk ‘tubuh’ maka kata-kata ‘kemah dibongkar’ diartikan sebagai ‘mati’.
Bdk. Yes 38:10-12 - “(10) Aku ini berkata: Dalam pertengahan umurku aku harus pergi, ke pintu gerbang dunia orang mati aku dipanggil untuk selebihnya dari hidupku. (11) Aku berkata: aku tidak akan melihat TUHAN lagi di negeri orang-orang yang hidup; aku tidak akan melihat seorangpun lagi di antara penduduk dunia. (13) Pondok kediamanku dibongkar dan dibuka seperti kemah gembala; seperti tukang tenun menggulung tenunannya aku mengakhiri hidupku; TUHAN memutus nyawaku dari benang hidup. Dari siang sampai malam Engkau membiarkan aku begitu saja”.
Bdk. 2Kor 5:1 - “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia”.
2Petrus 1:14 - “Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita”.

b)   Kata ‘kemah’ digunakan sebagai kiasan untuk ‘tubuh’ untuk menunjukkan kesementaraan hidup kita ini. Dan ini dikontraskan dengan kehidupan yang akan datang, yang kekal.

Pulpit CommentaryThe natural body is but a tabernacle for the soul, a tent to dwell in during our earthly pilgrimage, not a permanent habitation. The word reminds us of 2 Cor 5:1-4, where St. Paul uses the same metaphor” (= Tubuh alamiah hanyalah suatu kemah untuk jiwa, suatu kemah untuk tinggal di dalamnya selama ziarah kita di bumi ini, bukan suatu tempat tinggal permanen. Kata-kata ini mengingatkan kita tentang 2Kor 5:1-4, dimana Paulus menggunakan kiasan yang sama).

Barnes’ Notes“The body is called a tabernacle, or tent, as that in which the soul resides for a little time (= Tubuh disebut suatu kemah, sebagai sesuatu dalam mana jiwa bertempat tinggal untuk suatu waktu yang pendek).

Calvinthere is to be understood an implied contrast between a fading tabernacle and a perpetual habitation, which Paul explains in 2 Corinthians 5:1 (= di sana harus dimengerti suatu kontras yang implicit antara suatu kemah yang memudar / menghilang dan suatu tempat tinggal kekal, yang dijelaskan oleh Paulus dalam 2Kor 5:1).

Bdk. 2Kor 5:1-4,8 - “(1) Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. (2) Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, (3) sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang. (4) Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup. ... (8) tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan”.

Penerapan: mengingat kesementaraan hidup ini, merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kita untuk hidup sedemikian rupa sehingga lebih menekankan kehidupan yang akan datang! Dan itu harus dilakukan dengan menekankan hal-hal yang bersifat rohani lebih dari pada hal-hal yang bersifat jasmani. Pikirkan: dalam hal mana saudara lebih rajin, cari firman atau cari uang?

2)   Nisbet mengatakan bahwa argumentasi ke 7 ditunjukkan oleh Petrus dari fakta bahwa selama ia hidup ia akan terus menggerakkan mereka untuk mentaati 2 Petrus 1:  5-7 itu. Apapun yang seseorang lakukan selama hidupnya seharusnya merupakan sesuatu yang memang penting baginya.

3)         ‘Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu.
Ini menunjukkan pentingnya bagi seorang pelayan firman untuk membuat jemaat selalu ingat akan Firman Tuhan.
Dalam KJV ada kata-kata ‘to stir you up’ (=  mengaduk kamu). The Bible Exposition Commentary mengatakan bahwa kata-kata ‘to stir you up’ ini berarti ‘membangunkan’, dan kata yang sama digunakan untuk menggambarkan badai di danau Galilea.
Yohanes 6:18 - “sedang laut bergelora karena angin kencang”.
Jadi, apa yang Petrus lakukan adalah mengaduk pikiran mereka untuk mengingatkan mereka akan Firman Tuhan.

4)         Alkitab: Firman Tuhan yang tertulis.
The Bible Exposition Commentary: New TestamentPeter knew that he was going to die, so he wanted to leave behind something that would never die - the written Word of God. His two epistles became a part of the inspired Scriptures, and they have been ministering to the saints for centuries. Men die, but the Word of God lives on! ... If there were no dependable written revelation, we would have to depend on word-of-mouth tradition. If you have ever played the party game ‘Gossip,’ you know how a simple sentence can be radically changed when passed from one person to another! We do not depend on the traditions of dead men; we depend on the truth of the living Word. Men die, but the Word lives forever. If we did not have a dependable written revelation, the church would be at the mercy of men’s memories. People who pride themselves on having good memories should sit on the witness stand in a courtroom! It is amazing that three perfectly honest witnesses can, with good conscience, give three different accounts of an automobile accident! Our memories are defective and selective. We usually remember what we want to remember, and often we distort even that. Fortunately, we can depend on the written Word of God. ‘It is written’ and it stands written forever. We can be saved through this living Word (1 Peter 1:23-25), nurtured by it (1 Peter 2:2), and guided and protected as we trust and obey [= Petrus tahu bahwa ia akan mati, dan karena itu ia ingin meninggalkan sesuatu yang tidak akan pernah mati - Firman Allah yang tertulis. Kedua suratnya menjadi suatu bagian dari Kitab Suci yang diilhamkan, dan mereka telah melayani orang-orang kudus selama berabad-abad. Manusia mati, tetapi Firman Allah hidup terus! ... Jika tidak ada wahyu tertulis yang dapat dipercayai / diandalkan, kita akan harus bersandar pada tradisi dari mulut ke mulut. Jika kamu pernah memainkan permainan pesta yang disebut ‘gosip’, kamu tahu bagaimana suatu kalimat yang sederhana bisa berubah secara radikal pada waktu disampaikan dari satu orang ke orang lain! Kita tidak tergantung pada tradisi-tradisi dari orang-orang mati; kita bersandar pada kebenaran dari Firman yang hidup. Manusia mati, tetapi Firman hidup selama-lamanya. Jika kita tidak mempunyai wahyu tertulis yang bisa dipercayai / diandalkan, gereja akan tergantung pada belas kasihan dari ingatan-ingatan manusia. Orang-orang yang membanggakan diri mereka karena mempunyai ingatan yang baik harus duduk di tempat saksi dalam ruangan pengadilan! Adalah mengherankan bahwa tiga saksi yang betul-betul jujur bisa, dengan hati nurani yang baik, memberikan tiga cerita / laporan yang berbeda tentang suatu kecelakaan mobil. Ingatan kita cacat dan bersifat memilih. Kita biasanya ingat apa yang ingin kita ingat, dan sering kita bahkan menyimpang dalam hal itu. Untungnya, kita bisa bersandar / mempercayai Firman Allah yang tertulis. ‘Itu / ada tertulis’ dan itu tetap tertulis selama-lamanya. Kita bisa diselamatkan melalui Firman yang hidup ini (1Petrus 1:23-25), dipelihara / diberi makan olehnya (1Petrus 2:2), dan dibimbing dan dilindungi pada waktu kita percaya dan taat].

Catatan: bandingkan Al-Quran dan Alkitab dalam hal ini. Al-Quran, dalam kepercayaan Islam sendiri, biarpun sekarang tertulis, tetapi dulunya hanya diingat.

2 PETRUS 1:10-21(3)


2 Petrus 1: 14-15: “(14) Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (15) Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu”.

2 Petrus 1: 14: Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

1)   Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini.

a)      ‘Segera’.
Kata yang diterjemahkan ‘segera’ bisa juga diterjemahkan ‘mendadak’, dan para penafsir berbeda pendapat tentang yang mana yang benar. Tetapi, boleh dikatakan semua Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan ‘segera’, bukan ‘mendadak’.
KJV: ‘shortly’ (= segera / tak lama lagi).
RSV/NIV: ‘soon’ (= segera).
NASB: imminent’ (= dekat / sebentar lagi).

A. T. Robertson“‘Cometh swiftly’. ‎TACHINEE ‎‎ESTIN‎. A late adjective (Theocritus, the Septuagint, inscription), in the New Testament only here and 2 Peter 2:1. It is not clear whether ‎TACHINOS ‎means ‘soon’ or ‘speedy’ as in Isa 59:7 and like ‎TACHUS ‎in James 1:19, or ‘sudden’, like ‎TACHUS ‎in Plato (Republ. 553 D). Either sense agrees with the urgent tone of Peter here, whether he felt his death to be near or violent or both” [= ‘Datang dengan cepat’. TACHINEE ‎‎ESTIN‎. Suatu kata sifat yang muncul belakangan (Theocritus, Septuaginta, prasasti), dalam Perjanjian Baru hanya di sini dan 2Pet 2:1. Tidak jelas apakah ‎TACHINOS berarti ‘segera’ atau ‘cepat’ seperti dalam Yesaya 59:7 dan seperti ‎TACHUS dalam Yak 1:19, atau ‘mendadak’, seperti ‎TACHUS dalam Plato (Republ. 553 D). Arti yang manapun cocok dengan nada mendesak dari Petrus di sini, apakah ia merasa bahwa kematiannya sudah dekat atau bersifat bengis / keras atau keduanya].

Pulpit CommentarySt. Peter may mean by these words either that his death was near at hand, or that, when it came, it would be sudden, a violent death, not a lengthened illness (= Santo Petrus bisa memaksudkan dengan kata-kata ini atau bahwa kematiannya sudah dekat, atau bahwa, pada waktu kematiannya datang, itu akan bersifat mendadak, suatu kematian yang bengis / keras, bukan suatu keadaan sakit yang berkepanjangan).

Lenski“There is some discussion as to whether this means ‘swift, sudden,’ or ‘soon.’ We prefer the former. ... We know nothing about when, how, and where the Lord made this indication to Peter about his dying soon. ... John 13:36 and 21:18, etc., indicate a violent death by martyrdom, hence one that is swift. Peter was now an old man (John 21:18); the Lord said that when he became old, somebody would tie a rope around his body and hale him to his death; so executioners did with their victims. ... Peter’s end would be swift” [= Ada beberapa diskusi berkenaan apakah ini berarti ‘cepat, mendadak’ atau ‘segera’. Kami memilih yang pertama. ... Kita tidak tahu apapun tentang kapan, bagaimana, dan dimana Tuhan membuat petunjuk ini kepada Petrus bahwa ia akan segera mati. Yoh 13:36 dan 21:18, dsb, menunjukkan suatu kematian yang bengis / keras oleh kematian syahid, dan karena itu suatu kematian yang cepat. Sekarang Petrus adalah seorang yang sudah tua (Yoh 21:18); Tuhan berkata bahwa pada waktu ia menjadi tua, seseorang akan mengikatkan tali sekeliling tubuhnya dan memaksanya pergi menuju kematiannya; demikianlah dilakukan oleh algojo-algojo dengan korban-korban mereka. ... Akhir dari Petrus akan cepat] - hal 282.
Yoh 13:36 - “Simon Petrus berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, ke manakah Engkau pergi?’ Jawab Yesus: ‘Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.’”.
Yoh 21:18 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.’”.

UBS New Testament Handbook Series“‘Will be soon’ points to the nearness of Peter’s death. Some commentaries want to understand this to mean violent and unexpected death, but such an interpretation seems to be influenced by reading this passage in the light of John 21:18, where Jesus refers to the way Peter will die some day. The Greek word itself simply suggests swiftness, not violence” (= ‘Akan segera’ menunjuk pada dekatnya kematian Petrus. Beberapa buku tafsiran mau menafsirkan ini untuk berarti kematian yang keras / bengis dan tak terduga, tetapi penafsiran seperti itu kelihatannya dipengaruhi oleh pembacaan text ini dalam terang dari Yoh 21:18, dimana Yesus menunjuk pada cara Petrus akan mati pada suatu hari. Kata Yunaninya sendiri hanya menunjukkan ke-cepat-an / kesegeraan, bukan kekerasan / kebengisan).

b)      ‘menanggalkan kemah tubuhku ini’.
Ini menunjukkan bahwa manusia terdiri dari tubuh dan jiwa / roh. Karena itu, kita tidak boleh hanya memperhatikan kebutuhan tubuh, tetapi juga, dan bahkan terutama, kebutuhan jiwa / roh.

The Biblical Illustrator (New Testament)“From this notion of putting off our bodies it will appear that - WE DO IN REALITY CONSIST OF BODY AND SOUL, which is the foundation of all religion. If we were all body, the pleasures and interests of the body would be our supreme happiness; but since we have a soul to govern the motions of the body, it must be our wisdom and our interest to take diligent heed of that soul, and not suffer the body to engross all our care. A creature that is made of two distinct parts cannot be completely happy by providing for one part only. Our care of the life of the soul will oblige us to take care of any hurt or mischief that may befall it, as we see it does in our bodies. Again, do we bestow much time and labour upon adorning our bodies, it is abundantly more for our interest that we spare a portion of them to the soul, in exalting that with wisdom and holiness” (= Dari gagasan / pemikiran tentang penanggalan tubuh terlihat bahwa - DALAM KENYATAANNYA KITA MEMANG TERDIRI DARI TUBUH DAN JIWA, yang merupakan dasar dari agama. Seandainya kita seluruhnya adalah tubuh, kesenangan-kesenangan dan kepentingan-kepentingan dari tubuh akan merupakan kebahagiaan kita yang tertinggi; tetapi karena kita mempunyai suatu jiwa untuk memerintah pergerakan dari tubuh, maka haruslah merupakan hikmat dan perhatian kita untuk memperhatikan dengan rajin jiwa itu, dan tidak membiarkan tubuh untuk mengasyikkan / menarik seluruh perhatian / pemeliharaan kita. Suatu makhluk yang dibuat dari dua bagian yang berbeda tidak bisa sepenuhnya bahagia dengan menyediakan hanya untuk satu bagian saja. Perhatian / pemeliharaan kita tentang kehidupan dari jiwa akan mewajibkan kita untuk memelihara luka / sakit atau kerusakan yang bisa menimpanya, seperti kita lihat hal itu terjadi dalam tubuh kita. Lagi, kalau kita memberikan banyak waktu dan jerih payah untuk menghiasi tubuh kita, maka lebih-lebih lagi kita harus menyimpan sebagian darinya bagi jiwa, dalam meninggikan jiwa itu dengan hikmat dan kekudusan).

The Biblical Illustrator (New Testament)“Are we constantly apprehensive that we must leave our bodies? THIS SHOULD TEACH US NOT TO VALUE OURSELVES UPON ANY BODILY ACCOMPLISHMENTS AND QUALIFICATIONS, NOR TO ALLOW TOO LARGE A SNARE OF OUR PAINS AND TIME IN SEARCHING AFTER THEM, BUT TO PURIFY BOTH SOUL AND BODY, AND TO PREPARE THEM FOR A HAPPY RECEPTION INTO THE OTHER WORLD. It is absurd to boast or grow proud of things which we are soon to part with, or be very eager to obtain what we are sure we cannot hold for a long time. The ornaments of sobriety and temperance, humility and meekness, charity, wisdom, and holiness, will stand us in greatest stead when our bodies have left us. And nothing but they will do us service” (= Apakah kita secara terus menerus melihat / memahami bahwa kita harus meninggalkan tubuh kita? INI HARUS MENGAJAR KITA UNTUK TIDAK MENILAI DIRI KITA SENDIRI BERDASARKAN PENCAPAIAN DAN KECAKAPAN JASMANI APAPUN, ATAU MENGIJINKAN USAHA DAN WAKTU KITA TERJERAT DALAM MENCARI HAL-HAL ITU, TETAPI UNTUK MEMURNIKAN BAIK JIWA MAUPUN TUBUH, DAN UNTUK MEMPERSIAPKAN MEREKA UNTUK SUATU PENERIMAAN YANG BAHAGIA KE DALAM DUNIA YANG LAIN. Adalah menggelikan untuk membanggakan atau menjadi sombong tentang hal-hal yang segera akan berpisah dengan kita, atau sangat sungguh-sungguh / bersemangat untuk mendapatkan apa yang kita yakin tidak bisa kita pertahankan untuk waktu yang lama. Perhiasan-perhiasan dari kewarasan / ketenangan dan kesederhanaan / penguasaan diri, kerendahan hati dan kelembutan, kasih, hikmat, dan kekudusan, akan menempatkan kita di kedudukan tertinggi pada waktu tubuh kita meninggalkan kita. Dan tidak ada hal lain kecuali hal-hal itu akan bermanfaat bagi kita).

The Biblical Illustrator (New Testament)“This observation that we are to put off our bodies will instruct us in THE DIGNITY AND SUPERIORITY OF THE SOUL ABOVE THE BODY. The soul herself suffers nothing by this separation, but is made more glorious by it. The soul is the seat of knowledge and sensation, and the body is very insignificant without it. The soul, therefore, is the best part of us. The body has no life without the soul, but the soul has life though it be stripped of body. How, then, can we justify our neglect of the soul and our unmeasurable, our most unreasonable affection for the body?” (= Pengamatan bahwa kita harus menanggalkan tubuh kita mengajar kita tentang KEWIBAWAAN DAN KESUPERIORAN / KE-LEBIH-TINGGI-AN JIWA DI ATAS TUBUH. Jiwa itu sendiri tidak menderita apa-apa oleh perpisahan ini, tetapi dibuat lebih mulia olehnya. Jiwa adalah kedudukan / pusat dari pengetahuan dan perasaan, dan tubuh sangat tidak berarti tanpa jiwa. Karena itu, jiwa adalah bagian terbaik dari diri kita. Tubuh tidak mempunyai kehidupan tanpa jiwa, tetapi jiwa mempunyai kehidupan sekalipun jiwa itu dilucuti tubuhnya. Maka / jadi, bagaimana kita bisa membenarkan pengabaian kita tentang jiwa dan perasaan / cinta kita yang tidak bisa diukur, paling tidak masuk akal untuk tubuh?).
Illustrasi: saya baru saja melihat sebuah film dokumenter (betul-betul terjadi!) tentang gadis yang punya tumor / kanker di otaknya, di bagian yang paling tidak bisa dijangkau. Untuk operasi, ia betul-betul harus dibunuh lebih dulu, dengan mendinginkan darahnya sampai 15° C., dan disuntik jantungnya dengan obat tertentu, sehingga jantung berhenti, dan secara klinis ia betul-betul mati. Lalu darahnya dipompa keluar, supaya tidak ada perdarahan otak pada saat otak itu dioperasi. Setelah otaknya dioperasi, darahnya dikembalikan, ia diberi alat bantu pernafasan, dsb, dan dilakukan kejut jantung, sehingga ia hidup kembali. Besoknya ia sudah sadar. Yang menarik adalah, ia menceritakan bahwa pada saat mati, ia (jiwa/ rohnya) keluar dari tubuhnya, dan bisa melihat (padahal mata dari tubuhnya ditutup!) dan mendengar dengan jelas, bahkan dengan lebih jelas / bening dari pada ketika ia hidup, segala sesuatu yang terjadi dalam ruangan itu. Dan pada saat ia dihidupkan kembali, ia merasa seperti diceburkan dalam sebuah kolam renang, dan rasanya sangat sakit.

2)   Alexander Nisbet, yang menerima penafsiran ‘sudah dekat’, menganggap hal ini sebagai argumentasi ke 8, dimana sekalipun sudah dekat dengan kematian, tetapi Petrus masih terus menekankan hal ini kepada mereka. Apa yang kita lakukan sampai detik-detik terakhir hidup kita pastilah merupakan sesuatu yang terpenting bagi kita (bandingkan dengan pelatih tinju saya yang terus bicara tentang tinju sampai akhir hidupnya).

Alexander Nisbet“The nearer our journey’s end be, the faster should we run, according to our strength, in serving Christ, and doing good to souls: for when death is near the best will think the great part of their business undone” (= Makin dekat akhir dari perjalanan kita, makin cepat kita harus lari, sesuai dengan kekuatan kita, dalam melayani Kristus, dan melakukan hal-hal yang baik bagi jiwa-jiwa: karena pada waktu kematian sudah dekat orang-orang yang terbaik akan memikirkan tentang bagian besar dari pekerjaan / kesibukan mereka yang belum dilakukan) - hal 234.

Calvin“We are also taught by the example of Peter, that the shorter term of life remains to us, the more diligent ought we to be in executing our office. It is not commonly given to us to foresee our end; but they who are advanced in years, or weakened by illness, being reminded by such indications of the shortness of their life, ought to be more sedulous and diligent, so that they may in due time perform what the Lord has given them to do; nay, those who are the strongest and in the flower of their age, as they do not render to God so constant a service as it behooves them to do, ought to quicken themselves to the same care and diligence by the recollection of approaching death; lest the occasion of doing good may pass away, while they attend negligently and slothfully to their work” (= Kita juga diajar oleh teladan Petrus, bahwa makin pendek sisa hidup kita, maka seharusnya makin rajin kita melaksanakan tugas kita. Pada umumnya kita tidak diberitahu saat kematian kita; tetapi mereka yang sudah tua, atau dilemahkan oleh penyakit, dan diingatkan oleh petunjuk-petunjuk itu tentang singkatnya hidup mereka, harus lebih bekerja keras dan rajin, sehingga pada waktu yang seharusnya mereka bisa melakukan apa yang Tuhan tugaskan mereka untuk lakukan; tidak, mereka yang paling kuat dan berada pada usia terbaik mereka, karena mereka tidak memberikan kepada Allah pelayanan yang konstan seperti yang harus mereka lakukan, harus mempercepat diri mereka sendiri pada perhatian dan kerajinan yang sama oleh ingatan tentang kematian yang mendekat; supaya jangan kesempatan melakukan apa yang baik lewat, sementara mereka memperhatikan / menyelesaikan pekerjaan mereka dengan lalai / sembrono).

Penerapan: ini bertentangan dengan sikap banyak orang, yang pada saat sudah agak tua, lalu berhenti melayani, dengan alasan ‘memberi kesempatan kepada yang muda-muda’. Buang alasan konyol ini! Yang muda-muda memang harus melayani, tetapi yang sudah tua, selama masih memungkinkan, juga harus tetap melayani.

3)            “sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita”.

Ada penafsir yang menganggap bahwa Petrus menerima wahyu yang baru, yang memang menunjukkan bahwa ia akan segera mati.
Tetapi Albert Barnes mengatakan bahwa Petrus tahu kalau kematiannya sudah dekat, hanya berdasarkan kata-kata Yesus dalam Yoh 21:18-19, bukan karena mendapatkan petunjuk / firman yang baru berkenaan dengan hal itu.
Yoh 21:18-19 - “(18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.’ (19) Dan hal ini dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: ‘Ikutlah Aku.’”.
Karena dalam Yoh 21:18-19 itu Yesus mengatakan ‘jika engkau sudah menjadi tua’, maka pada saat ia sudah tua ia tahu bahwa ia akan segera mati. Pulpit Commentary dan Jamieson, Fausset & Brown juga mempunyai pandangan yang sama.

2 Petrus 1: 15: Tetapi aku akan berusaha, supaya juga sesudah kepergianku itu kamu selalu mengingat semuanya itu.

1)            ‘kepergianku’.
KJV/ASV/NKJV: ‘my decease’ (= kematianku).
RSV/NIV/NASB: ‘my departure’ (= keberangkatanku).
Kata ‘kepergian’ ini diterjemahkan dari kata Yunani EXODON.

a)   Ini adalah bahasa halus untuk ‘kematian’.
UBS New Testament Handbook Series“‘Departure’ is a very dignified euphemism, or way of avoiding the unpleasant word ‘death.’ (The same euphemism is used in Luke 9:31.)” [= ‘Kepergian’ adalah suatu penghalusan bahasa yang sangat bermartabat, atau suatu cara untuk menghindari kata ‘kematian’ yang tidak menyenangkan (penghalusan bahasa yang sama digunakan dalam Luk 9:31).].
Luk 9:31 - “Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergianNya yang akan digenapiNya di Yerusalem”.
KJV/ASV/NKJV: ‘his decease’ (= kematianNya).
RSV/NIV/NASB: ‘his departure’ (= keberangkatanNya).

Catatan: saya meragukan bahwa penggunaan kata ‘pergi’ atau ‘kepergian’ ini merupakan suatu penghalusan bahasa. Saya menganggap memang ada alasan theologis sehingga bukan digunakan kata ‘mati’ atau ‘kematian’, tetapi ‘pergi’ atau ‘kepergian’. Untuk itu lihat point b) dan c) di bawah ini.

b)   Ini menunjukkan bahwa mati tidak berarti ‘musnah’ atau ‘berhenti mempunyai keberadaan’, tetapi menunjukkan bahwa mati berarti ‘pindah ke tempat lain’.

Barnes’ Notes“This is not the usual word to denote death, but is rather a word denoting that he was going on a journey out of this world. He did not expect to cease to be, but he expected to go on his travels to a distant abode” (= Ini bukan kata yang biasa untuk menunjuk pada kematian, tetapi lebih merupakan suatu kata yang menunjukkan bahwa ia akan menempuh suatu perjalanan keluar dari dunia ini. Ia tidak mengharapkan untuk berhenti ada, tetapi ia mengharapkan untuk menempuh perjalananya ke suatu tempat kediaman yang jauh).

Calvin“He declares that death is departing from this world, that we may remove elsewhere, even to the Lord” (= Ia menyatakan bahwa kematian adalah kepergian / keberangkatan dari dunia ini, sehingga kita bisa dipindahkan ke suatu tempat lain, yaitu kepada Tuhan).
Bdk. Fil 1:23 - “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus - itu memang jauh lebih baik”.
Catatan: kata ‘pergi’ yang digunakan oleh Paulus dalam Fil 1:23 adalah kata Yunani yang berbeda dengan yang digunakan dalam 2Petrus 1:15 dan Luk 9:31.

c)   Ini berhubungan dengan keluarnya Israel dari Mesir (EXODUS).
Vincent“‘Decease’ ‎(EXODON‎). ‘Exodus’ is a literal transcript of the word, and is the term used by Luke in his account of the transfiguration. ‘They spake of his decease.’ It occurs only once elsewhere, Heb 11:22, in the literal sense, the ‘departing or exodus’ of the children of Israel [= ‘Kematian’ (EXODON). ‘Exodus’ merupakan suatu salinan hurufiah dari kata itu, dan merupakan istilah yang digunakan oleh Lukas dalam cerita / laporannya tentang perubahan rupa / pemuliaan. ‘Mereka berbicara tentang kematianNya’. Kata itu hanya muncul satu kali di tempat lain, Ibr 11:22, dalam arti yang hurufiah, ‘pemberangkatan atau exodus’ dari anak-anak Israel].
Catatan: kata ‘transfiguration’ menunjuk pada pemuliaan Yesus di atas gunung, dimana Ia berubah rupa. Kata ‘transfiguration’ itu sendiri berarti ‘perubahan rupa / bentuk’.

Ibrani 11:22 - “Karena iman maka Yusuf menjelang matinya memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang-belulangnya”.
KJV: ‘the departing’ (= keberangkatan).
RSV/NIV/NASB: ‘the exodus’ (= exodus).
ASV/NKJV: ‘the departure’ (= keberangkatan).

Jamieson, Fausset & Brown“The very word EXODON used in the transfiguration, Moses and Elias conversing about Christ’s decease (found nowhere else in the New Testament, but Heb. 11:22, ‘the departing of Israel’ out of Egypt, to which the saints’ deliverance from the bondage of corruption answers)” [= Kata EXODON digunakan dalam perubahan rupa / pemuliaan, Musa dan Elia berbicara tentang kematian Kristus (tidak ditemukan di tempat lain dalam Perjanjian Baru, tetapi Ibr 11:22, ‘kepergian Israel’ keluar dari Mesir, yang cocok dengan pembebasan orang-orang kudus dari perbudakan kejahatan)].

Barclay“The picture comes from the journeying of the patriarchs in the Old Testament. They had no abiding residence but lived in tents because they were on the way to the Promised Land. The Christian knows well that his life in this world is not a permanent residence but a journey towards the world beyond. We get the same idea in verse 15. There Peter speaks of his approaching death as his EXODOS, his departure. EXODOS is, of course, the word which is used for the departure of the children of Israel from Egypt, and their setting out to the Promised Land. Peter sees death, not as the end but as the going out into the Promised Land of God” (= Gambaran itu datang dari perjalanan dari nenek moyang mereka dalam Perjanjian Lama. Mereka tidak mempunyai tempat tinggal tetap tetapi hidup / tinggal di kemah karena mereka sedang dalam perjalanan ke Negeri Perjanjian. Orang Kristen tahu dengan baik bahwa kehidupannya dalam dunia ini bukanlah suatu tempat tinggal yang permanen tetapi suatu perjalanan menuju dunia yang akan datang / alam baka. Kita mendapatkan gagasan yang sama dalam ay 15. Di sana Petrus berbicara tentang kematiannya yang mendekat sebagai EXODOS-nya, keberangkatannya. Tentu saja, EXODOS adalah kata yang digunakan untuk keberangkatan dari anak-anak Israel dari Mesir, dan keberangkatan mereka ke Negeri Perjanjian. Petrus melihat kematian, bukan sebagai akhir tetapi sebagai keluar menuju Negeri Perjanjian dari Allah) - hal 308.

2)         ‘kamu selalu mengingat semuanya itu’.
Ini merupakan tujuan dari usaha Petrus. Ia berusaha supaya setelah ia mati, mereka / orang-orang kepada siapa ia menulis tetap mengingat ajarannya / tulisannya. Jadi, setelah matipun ia berharap bahwa ia masih bisa memberi manfaat bagi gereja! Bandingkan dengan banyak orang yang pada waktu hidup saja tak peduli dengan hal itu, apalagi pada waktu sudah mati!

Alexander Nisbet“The sense of obligation to Jesus Christ will make His servants and people sincerely studious to do that while they live, that may be some way useful for His honour and the good of others, when they are gone. And though every one cannot leave such profitable monuments as some others have done, yet ought every Christian to endeavour to leave behind them the seeds of saving knowledge, sown in the hearts of those with whom they converse, at least the savoury remembrance of their humble and holy walking, the fruits of their charity and other good works, which may do as much good after their decease as some volumes do” (= Perasaan kewajiban terhadap Yesus Kristus akan membuat pelayan-pelayan dan umatNya dengan sungguh-sungguh rajin untuk melakukan hal itu sementara mereka hidup, supaya mereka bisa dengan suatu cara berguna untuk kehormatanNya dan kebaikan orang-orang lain, pada waktu mereka pergi / mati. Dan sekalipun setiap orang tidak bisa meninggalkan monumen yang berguna seperti itu, seperti yang telah dilakukan oleh beberapa orang-orang lain, tetapi setiap orang Kristen harus berusaha untuk meninggalkan di belakang mereka benih dari pengetahuan yang menyelamatkan, ditaburkan dalam hati dengan siapa mereka berbicara, sedikitnya ingatan yang sedap tentang kehidupan mereka yang rendah hati dan kudus, buah-buah dari kasih dan perbuatan baik mereka yang lain, yang bisa melakukan kebaikan yang sama banyaknya setelah kematian mereka seperti kebaikan yang dilakukan oleh buku-buku) - hal 235.

The Biblical Illustrator (New Testament)“Here observe the desire is not that after Peter’s decease people should remember him as much as ‘the things’ he had taught them. To the true minister the message is of infinitely more importance than himself” (= Di sini perhatikan keinginannya bukanlah bahwa setelah kematian Petrus orang-orang harus mengingat dia tetapi ‘hal-hal’ yang telah ia ajarkan kepada mereka. Bagi pelayan / pendeta yang sejati berita adalah jauh lebih penting dari pada dirinya sendiri).

The Biblical Illustrator (New Testament)“The minister must labour neither for praise nor for purse, but for conscience; he must fish for souls, not for riches. There are too many that seek the Church goods rather than the Church’s good” (= Pelayan / pendeta harus berjerih payah bukan untuk pujian ataupun untuk dompet, tetapi untuk hati nurani; ia harus memancing jiwa, bukan kekayaan. Ada terlalu banyak yang mencari harta Gereja dan bukannya kebaikan dari Gereja).

3)            Penafsiran dari sebagian penafsir Katolik tentang ayat ini.

Pulpit CommentarySome Roman Catholic commentators think that this passage contains a promise that the apostle would still, after his death, continue to remember the needs of the Church on earth, and to help them by his intercessions; but this interpretation involves a complete dislocation of clauses, and cannot possibly be the true meaning of the words (= Sebagian penafsir Roma Katolik berpikir / menganggap bahwa text ini berisi suatu janji bahwa sang rasul akan tetap, setelah kematiannya, terus mengingat kebutuhan dari Gereja di bumi, dan menolong mereka oleh syafaatnya; tetapi penafsiran ini melibatkan suatu perpindahan sepenuhnya dari anak-anak kalimatnya, dan tidak mungkin merupakan arti yang benar dari kata-kata ini).

2 PETRUS 1:10-21(4)

2 Petrus 1: 16: Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranNya.

1)         Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia.
KJV: ‘cunningly devised fables’ (= dongeng-dongeng yang diciptakan dengan cerdik).
RSV: cleverly devised myths’ (= dongeng-dongeng yang diciptakan dengan pandai).
NIV: cleverly invented stories’ (= cerita-cerita yang diciptakan dengan pandai).
NASB: cleverly devised tales’ (= dongeng-dongeng yang diciptakan dengan pandai).

Barnes’ Notes“That is, fictions or stories invented by artful men, and resting on no solid foundation” (= Artinya, fiksi atau cerita / dongeng yang dibuat / diciptakan oleh orang-orang yang licik, dan tidak berdasar pada fondasi yang kokoh).

UBS New Testament Handbook Series“Cleverness here is understood in a derogatory sense” (= ‘Kepintaran / kecerdikan’ di sini dimengerti dalam arti yang menghina).

IVP Bible Background Commentary: New TestamentThe term translated ‘myths’ (NRSV) was usually used negatively for untrue stories, such as slanderously false accounts about the gods; ‘myths’ were contrasted with reliable accounts [= Istilah yang diterjemahkan ‘mitos-mitos / dongeng-dongeng’ (NRSV) biasanya digunakan secara negatif untuk cerita-cerita / dongeng-dongeng yang tidak benar, seperti cerita palsu yang memfitnah tentang dewa-dewa; ‘mitos-mitos’ dikontraskan dengan cerita-cerita yang dapat dipercaya].

UBS New Testament Handbook Series mengatakan bahwa rupanya ada orang-orang yang menuduh pemberitaan rasul-rasul tentang Yesus sebagai suatu dongeng yang dibuat secara cerdik, dan ini khususnya berkenaan dengan kedatangan Kristus yang keduakalinya (bdk. ay 16b), dan juga nanti merupakan pokok pembicaraan dalam 2Pet 3. Berita tentang kedatangan Kristus yang keduakalinya sering diragukan karena ‘penundaannya’ yang begitu lama (bdk. 2Pet 3:4).
2Petrus 3:4 - “Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’”.
Dan nabi-nabi palsu menggunakan kesempatan ini untuk menuduh para rasul bahwa mereka telah membuat dongeng itu secara cerdik. Dengan kalimat ini Petrus melakukan pembelaan terhadap orang-orang yang menuduh itu dan mengatakan bahwa berita yang mereka beritakan bukan dongeng-dongeng yang tidak benar.

Penerapan: Dalam memberitakan Injil atau memberitakan firman Tuhan, banyak nabi-nabi pslu memang menciptakan ‘dongeng-dongeng yang cerdik’, bualan-bualan yang dimasukkan ke dalam khotbah-khotbah mereka. Tetapi hamba Tuhan yang sejati tidak boleh demikian! Tetapi dalam memberitakan Injil / memberitakan firman Tuhan dengan jujurpun kita tetap bisa dituduh seperti itu.

2)   ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja.

Barnes’ Notes“‘The power and coming.’ These two words refer to the same thing; and the meaning is, his ‘powerful coming,’ or his ‘coming in power.’” (= ‘Kuasa dan kedatangan’. Kedua kata ini menunjuk pada hal yang sama; dan artinya adalah ‘kedatanganNya yang penuh kuasa’, atau ‘kedatangan dalam kuasa’.).

UBS New Testament Handbook Series“‘Power and coming’ is another pair of words that may be interpreted in two ways: 1. They can be taken separately, with ‘power’ being an attribute of Christ that was shown during his life and ministry, and especially at his resurrection. ‘Coming,’ on the other hand, is a Greek term for the appearance of a god (‎parousia‎); when used of Christ it refers primarily to his future coming in glory (see Matt 24:3,27; 1 Cor 15:23; 1 Thess 3:13; 4:15; James 5:7-8; 1 John 2:28). Some translations indicate clearly that these terms are taken separately: ... 2. On the other hand, the two terms can be taken together and treated as a hendiadys, with power describing coming, hence ‘coming with power,’ ‘coming in power,’ ‘powerful coming,’ or ‘mighty coming’ (TEV). In other parts of the New Testament, power is closely linked with the second coming of Jesus (Matt 24:30; Mark 9:1; 13:26; Luke 21:27)” [= ‘Kuasa dan kedatangan’ adalah sepasang kata lain yang bisa ditafsirkan dengan dua cara: 1. Mereka bisa diartikan secara terpisah , dengan ‘kuasa’ merupakan sifat / perlengkapan dari Kristus yang telah ditunjukkan selama kehidupan dan pelayananNya, dan khususnya pada kebangkitanNya. ‘Kedatangan’, di sisi lain, adalah suatu istilah Yunani untuk suatu pemunculan / penampilan dari seorang dewa (parousia); pada waktu digunakan tentang Kristus, itu terutama menunjuk pada kedatangannya yang akan datang dalam kemuliaan (lihat Mat 24:3,27; 1Kor 15:23; 1Tes 3:13; 4:15; Yak 5:7-8; 1Yoh 2:28). Beberapa terjemahan menunjukkan secara jelas bahwa istilah-istilah ini diartikan secara terpisah: ... 2. Di sisi lain, kedua istilah bisa diartikan bersama-sama dan diperlakukan sebagai suatu hendiadys, dengan ‘kuasa’ menggambarkan ‘kedatangan’, dan karena itu ‘datang dengan kuasa’, ‘datang dalam kuasa’, ‘kedatangan yang berkuasa / penuh kuasa’, atau ‘kedatangan yang kuat / hebat’ (TEV). Dalam bagian-bagian lain dari Perjanjian Baru, ‘kuasa’ dihubungkan secara dekat dengan kedatangan kedua dari Yesus (Mat 24:30; Mark 9:1; 13:26; Lukas 21:27)].
Mat 24:30 - “Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya”.
Markus 9:1 - “KataNya lagi kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa.’”.
Markus 13:26 - “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya”.
Lukas 21:27 - “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya”.

Catatan:
a)            ‘Hendiadys’ merupakan suatu gaya bahasa dimana 2 kata benda dihubungkan dengan kata ‘and’ (= dan), tetapi digunakan / diartikan sebagai suatu kata benda dengan suatu kata yang menentukan sifat [Webster’s New World Dictionary (College Edition)].
b)   Saya kira bukan hanya ada terjemahan yang menterjemahkan kedua kata itu secara terpisah, tetapi boleh dikatakan hampir semua terjemahan atau mayoritas terjemahan menterjemahkan kedua kata itu secara terpisah (KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV). Tetapi kedua penafsir di atas kelihatannya memilih alternatif terjemahan satunya.
c)            Perhatikan bahwa kata Yunani PAROUSIA dikatakan sebagai suatu kata Yunani yang biasanya digunakan untuk menunjuk pada pemunculan seorang dewa, tetapi sekarang digunakan terhadap kedatangan Kristus yang keduakalinya. Hal-hal seperti ini harus diperhatikan oleh orang-orang Kristen yang ‘tidak terpelajar’ yang secara extrim berusaha membersihkan kristen dari kekefiran, dengan mengharuskan untuk membuang semua yang berasal dari kafir. Misalnya kelompok Yahweh-isme yang menolak kata ‘Allah’, dan juga kelompok anti Natal, yang melarang Natal karena dianggap mempunyai asal usul kafir.

3)         tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranNya.

Barclay“There is one particularly significant thing about the transfiguration story. In all three gospels, it immediately follows the prophecy of Jesus which said that there were some standing there who would not pass from the world until they had seen the Son of Man coming in his kingdom (Matthew 16:28; Mark 9:1; Luke 9:27). That would certainly seem to indicate that the transfiguration and the Second Coming were in some way linked together. Whatever we may say, this is much certain, that Peter’s great aim in this letter is to recall his people to a living belief in the Second Coming and he bases his right to do so on what he saw on the Mount of Transfiguration” [= Ada satu hal yang sangat penting tentang cerita tentang perubahan rupa. Dalam ketiga Injil, cerita itu langsung menyusul nubuat Yesus yang mengatakan bahwa di sana ada beberapa orang yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak  Manusia datang dalam kerajaanNya (Mat 16:28; Mark 9:1; Lukas 9:27). Itu pasti kelihatannya memberi petunjuk bahwa perubahan rupa dan kedatangan yang keduakalinya berhubungan dengan suatu cara tertentu. Apapun yang kita katakan, yang pasti adalah bahwa tujuan besar dari Petrus dalam suratnya ini adalah untuk mengingatkan umatnya pada suatu kepercayaan yang hidup pada kedatangan yang keduakalinya dan ia mendasarkan haknya untuk melakukan hal itu pada apa yang ia lihat di Gunung dari Perubahan rupa] - hal 310.

Catatan: ada pro kontra yang luar biasa tentang arti dari Mat 16:28 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam KerajaanNya.’”.

Albert Barnes mempersoalkan: apa hubungan antara apa yang disaksikan oleh Petrus (bersama Yohanes dan Yakobus) di gunung itu dengan kedatangan Kristus yang keduakalinya? Ia mengatakan beberapa hal:
a)   Dari apa yang mereka lihat itu para rasul itu diyakinkan secara mutlak bahwa Yesus adalah Mesias.
b)   Suara dari surga pada saat itu menyatakan Yesus sebagai Anak Allah (Mat 17:5).
Matius 17:5 - “Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.’”.
c)            Perubahan rupa yang dialami Yesus di gunung itu dimengerti sebagai mempunyai suatu hubungan dengan kedatangan Kristus yang keduakalinya dalam kerajaan dan kemuliaanNya, dan dirancang untuk mewakili cara dalam mana Ia nanti akan muncul. Ini ditunjukkan oleh fakta bahwa perubahan rupa itu diceritakan langsung setelah kata-kata Yesus dalam Mat 16:28, yang berhubungan dengan kedatangan Kristus yang keduakalinya.

2 Petrus 1: 17: Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepadaNya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’.

1)         Kata-kata ‘Kami menyaksikan’ di awal ay 17 ini sebetulnya tidak ada.
KJV: ‘For he received from God the Father honour and glory, when there came such a voice to him from the excellent glory, This is my beloved Son, in whom I am well pleased.’ (= Karena Ia menerima dari Allah Bapa kehormatan dan kemuliaan, pada waktu di sana datang suatu suara kepadaNya dari Yang maha mulia, Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan).

2)            Komentar tentang 2 Petrus 1: 17 ini.

The Bible Exposition Commentary: New TestamentThe focus in this paragraph is on the transfiguration of Jesus Christ. The experience is recorded by Matthew (17:1ff), Mark (9:2-8), and Luke (9:28-36); yet none of those writers actually participated in it! Peter was there when it happened! In fact, the very words that he used in this section (2 Peter 1:12-18) remind us of his experience on the Mount of Transfiguration. He used the word tabernacle twice (2 Peter 1:13-14), and this suggests Peter’s words, ‘Let us make here three tabernacles’ (Matt 17:4). In 2 Peter 1:15, he used the word decease, which is ‘exodus’ in the Greek and is used in Luke 9:31. Jesus did not consider His death on the cross a defeat; rather, it was an ‘exodus’ - He would deliver His people from bondage the way Moses delivered Israel from Egypt!” [= Fokus dari paragraf ini adalah pada perubahan rupa dari Yesus Kristus. Pengalaman itu dicatat oleh Matius (17:1-dst), Markus (9:2-8), dan Lukas (9:28-36); tetapi tidak ada dari penulis-penulis itu yang betul-betul ikut ambil bagian di dalamnya! Petrus ada di sana pada saat hal itu terjadi! Dalam faktanya, kata-kata yang ia gunakan dalam bagian ini (2Pet 1:12-18) mengingatkan kita tentang pengalamannya di Gunung Perubahan rupa. Ia menggunakan kata ‘kemah’ dua kali (2Petrus 1:13-14), dan ini memberi kesan tentang kata-kata Petrus, ‘Biarlah kudirikan di sini tiga kemah’ (Matius 17:4). Dalam 2Petrus 1:15, ia menggunakan kata ‘mati / pergi’, yang adalah EXODUS dalam bahasa Yunani dan digunakan dalam Lukas 9:31. Yesus tidak menganggap kematianNya di kayu salib sebagai suatu kekalahan; tetapi sebaliknya, itu merupakan suatu EXODUS - Ia akan membebaskan umatNya dari belenggu dengan cara seperti Musa membebaskan Israel dari Mesir!].

The Bible Exposition Commentary: New TestamentNote the repetition of the pronoun ‘we’ in 2Peter 1:16-19. It refers to Peter, James, and John - the only Apostles with the Lord on the Mount of Transfiguration. (John referred to this experience in John 1:14 - ‘We beheld His glory.’) These three men had to keep silent about their experience until after the Lord was raised from the dead (Matt 17:9); then they told the other believers what had happened on the mountain” [= Perhatikan pengulangan dari kata ganti orang ‘kami’ dalam 2Petrus 1:16-19. Itu menunjuk kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes - Rasul-rasul yang ada bersama Tuhan di Gunung Perubahan rupa. (Yohanes menunjuk pada pengalaman ini dalam Yohanes 1:14 - ‘Kita telah melihat kemuliaanNya’.) Ketiga orang ini harus tetap diam tentang pengalaman mereka sampai Tuhan dibangkitkan dari orang mati (Mat 17:9); maka mereka menceritakan kepada orang-orang percaya yang lain apa yang telah terjadi di gunung].

Matius 17:9 - “Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: ‘Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.’”.

Bagusnya mereka tunduk pada larangan untuk memberitakan itu, padahal jelas bukan sesuatu yang mudah untuk tidak menceritakan sesuatu yang luar biasa yang mereka saksikan di atas gunung itu.
Tetapi ada orang yang waktu dilarang memberitakan, tetap memberitakan, dan itu justru ‘merugikan’ pelayanan Kristus, seperti dalam text di bawah ini.

Markus 1:40-45 - “(40) Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapanNya ia memohon bantuanNya, katanya: ‘Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.’ (41) Maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tanganNya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: ‘Aku mau, jadilah engkau tahir.’ (42) Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. (43) Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: (44) ‘Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.’ (45) Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepadaNya dari segala penjuru”.

Karena itu, kalau Tuhan memerintahkan atau melarang sesuatu, sekalipun kita tidak bisa mengerti apa maksudnya, kita harus mentaatinya. Logika / otak kita hanya digunakan untuk mengerti kehendak Tuhan dalam firmanNya, dan lalu tidak boleh digunakan untuk menilai apakah kehendak Tuhan itu logis atau tidak, menguntungkan atau tidak dan sebagainya.

Penerapan: dalam hal-hal lain, kadang-kadang kita juga berbicara pada saat kita seharusnya tetap diam. Misalnya: seorang counsellor / pendeta yang mengcounsel seseorang seharusnya secara profesional merahasiakan apapun yang dibicarakan. Seorang majelis seharusnya juga merahasiakan apapun yang dibicarakan dalam rapat. Tetapi dalam kenyataan, banyak orang ‘bocor mulut’ dalam hal ini!

2 Petrus 1: 18: Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus.

LenskiEfforts to locate this mountain are futile. The traditional site, Mount Tabor, will not do at all since Jesus had been in the north and had returned to Capernaum and had as yet not gone as far south as Tabor” (= Usaha-usaha untuk menentukan lokasi dari gunung ini adalah sia-sia. Tempat yang ditunjuk oleh tradisi, Gunung Tabor, tidak cocok sama sekali karena Yesus telah berada di Utara dan telah kembali ke Kapernaum dan belum pergi ke Selatan sejauh Tabor) - hal 291.

Memang jelas bahwa ingin tahu, atau membahas, apa yang Alkitab tidak beritahukan, merupakan sesuatu yang sia-sia. Bandingkan dengan tulisan di bawah ini.

Yakub Tri Handoko“Setting lain yang perlu kita perhatikan adalah tempat. Matius mencatat bahwa peristiwa ini terjadi ‘di sebuah gunung yang tinggi’. Gunung pasti tinggi, sehingga penambahan ‘yang tinggi’ mengindikasikan bahwa ketinggian gunung ini adalah di atas rata-rata. Mayoritas bapa gereja dan tour guide ke Israel meyakini bahwa gunung yang dimaksud adalah Gunung Tabor. Walaupun ini adalah pandangan tradisional sejak lama, tetapi hampir semua teolog modern menolak dugaan ini: (1) Gunung Tabor (< 600 m) termasuk sangat rendah untuk layak dikategorikan sebagai ‘gunung yang tinggi’; (2) menurut Josephus, seorang sejarahwan Yahudi waktu itu, pada abad ke-1 di puncak Gunung Tabor dikelilingi tembok untuk benteng pertahanan; (3) posisi Gunung Tabor tidak sesuai dengan rute perjalanan Yesus dari Kaisarea Filipi (16:13) ke Kapernaum (17:24) lalu ke Yerusalem (band. 16:21), karena Gunung Tabor terletak antara Kapernaum dan Yerusalem. Jika tansfigurasi terjadi di gunung ini, maka Yesus telah melakukan perjalanan memutar dari Kaisarea Filipi - Gunung Tabor - Kapernaum - Gunung Tabor - Yerusalem. Sebagian teolog mengusulkan Gunung Hermon (2814 m) sebagai tempat transfigurasi. Sama seperti usulan pertama, usulan ini pun sulit untuk diterima: (1) Gunung Hermon terlalu dingin untuk didiami selama semalam (band. Luk 9:37), karena puncak gunung ini selalu bersalju di sepanjang waktu; (2) posisi Gunung Hermon malah lebih ke utara lagi dibandingkan Gunung Tabor, sehingga kalau transfigurasi terjadi gunung ini maka Yesus juga memutar dari Kaisarea Filipi - Gunung Hermon - Kaisarea Filipi - Kapernaum - Yerusalem; (3) menurut catatan Markus (Mar 9:14), ketika rombongan Yesus turun dari gunung mereka mendapati murid-murid lain sedang berdebat dengan para ahli Taurat. Sesuai tradisi waktu itu, kehadiran ahi Taurat di sekitar Gunung Hermon yang terletak jauh di utara Yerusalem tampaknya sangat janggal. Sebagian teolog sekarang mengusulkan Gunung Miron (1197 m) yang terletak di antara Kaisarea Filipi dan Kapernaum. Walaupun dari sisi ketinggian dan posisi gunung ini layak diperhitungkan sebagai alternatif, namun kita tidak dapat memberi argumen yang pasti. Kita sebaiknya mengikuti para penulis Alkitab yang sengaja tidak menjelaskan posisi detil dari gunung ini. Dari cara mereka menceritakan peristiwa ini terlihat bahwa identifikasi gunung ini tidak sepenting peristiwa yang terjadi di atasnya.

Menghabiskan banyak waktu dengan kesimpulan seperti itu merupakan sesuatu yang sia-sia. Hal yang sama terjadi dengan orang-orang yang ingin tahu dan berusaha menyelidiki, kapan dan dimana Yesus lahir, dimana letak penyaliban Yesus dan sebagainya. Tempatnya, saatnya tidak penting. Yang penting adalah peristiwanya.

2 PETRUS 1:10-21(5)


2 Petrus 1: 19: Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.

1)   Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi.
Terjemahan ini sama sekali tidak cocok.
KJV: ‘We have also a more sure word of prophecy’ (= Kami juga mempunyai firman nubuatan yang lebih pasti).
RSV: ‘And we have the prophetic word made more sure’ (= Dan kami mempunyai firman nubuatan yang dibuat lebih pasti).
NIV: ‘And we have the word of the prophets made more certain’ (= Dan kami mempunyai firman dari nabi-nabi yang dibuat lebih pasti).
NASB: ‘So we have the prophetic word made more sure’ (= Demikianlah kami mempunyai firman nubuatan yang dibuat lebih pasti).

Adam Clarke“‘We have also a more sure word of prophecy.’ ECHOMEN BEBAIOTERON TON PROPHEETIKON LOGON. We have the prophetic doctrine more firm or more confirmed; for in this sense the word BEBAIOOO is used in several places in the New Testament... This is the literal sense of the passage in question; and this sense removes that ambiguity from the text which has given rise to so many different interpretations” (= ‘Kami juga mempunyai firman nubuatan yang lebih pasti’. ECHOMEN BEBAIOTERON TON PROPHEETIKON LOGON. Kami mempunyai ajaran / doktrin nubuatan yang lebih teguh / kokoh atau lebih tetap; karena dalam arti ini kata BEBAIOOO digunakan di beberapa tempat dalam Perjanjian Baru. ... Ini adalah arti hurufiah dari text yang dipersoalkan; dan arti ini menyingkirkan semua kemenduaan arti / kekaburan dari text ini yang telah menimbulkan begitu banyak penafsiran-penafsiran yang berbeda).
Catatan: Adam Clarke memberikan beberapa contoh dimana dalam Perjanjian Baru kata itu memang diartikan demikian. Contoh-contohnya ialah: 1Kor 1:6  2Kor 1:21  Kol 2:7  Ibr 2:3  Ibr 6:16.
1Kor 1:6 - “sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu”.
2Kor 1:21 - “Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi”.
Kol 2:7 - “Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur”.
Ibr 2:3-4 - “(3) bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan (4) Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikanNya menurut kehendakNya”.
Ibr 6:16 - “Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan”.

Adam Clarke“See 1 Cor. 1:6: Even as the testimony of Christ EBEBAIOOTHEE, was CONFIRMED, among you. 2 Cor. 1:21: now he which stablisheth us, HO DE BEBAIOON HEEMAS, who CONFIRMETH us. Col. 2:7: rooted and built up in him, and established in the faith, BEBAIOUMENOI, CONFIRMED in the faith. Heb. 2:3: how shall we escape if we neglect so great salvation HEETIS EBEBAIOOTHEE, which was CONFIRMED to us. Heb. 6:16: and an oath, EIS BEBAIOOSIN, for CONFIRMATION”.

Ada 2 penafsiran tentang text ini.

a)            Penglihatan mereka tentang Kristus yang dimuliakan di atas gunung (perubahan rupa Kristus) menyebabkan nubuat-nubuat Perjanjian Lama menjadi lebih pasti bagi mereka (Lenski, Barclay).

Lenski“When they became eyewitnesses of his majesty, this was their own experience with Christ made the entire prophetic Word more sure to them, ... after seeing Christ’s majesty the Old Testament prophesies were surer than ever to the apostles” (= Pada waktu mereka menjadi saksi-saksi mata keagunganNya, ini adalah pengalaman mereka sendiri dengan Kristus yang membuat seluruh Firman nubuatan lebih pasti bagi mereka, ... setelah melihat keagungan Kristus nubuat-nubuat Perjanjian Lama menjadi lebih pasti dari sebelumnya bagi rasul-rasul) - hal 292,293.

Barclay“The first sentence can well mean: ‘In prophecy we have an even surer guarantee, that is, of the Second Coming.’ If Peter did say this, he means that the words of the prophets are an even surer guarantee of the reality of the Second Coming than his own experience on the Mount of Transfiguration. However unlikely it may seem, it is by no means impossible that he did say just that. ... But we think that the second possibility is to be preferred: ‘What we saw on the Mount of Transfiguration makes it even more certain that what is foretold in the prophets about the Second Coming must be true.’ However we take it, the meaning is that the glory of Jesus on the mountain top and the visions of the prophets combine to make it certain that the Second Coming is a living reality which all men muct expect and for which all men must prepare” (= Kalimat pertama bisa berarti: ‘Dalam nubuat, kami bahkan mempunyai garansi yang lebih pasti, yaitu, tentang kedatangan yang keduakalinya’. Jika Petrus memang mengatakan ini, ia memaksudkan bahwa kata-kata dari nabi-nabi bahkan merupakan suatu garansi yang lebih pasti tentang realita dari kedatangan yang keduakalinya dari pada pengalamannya sendiri di Gunung dari Perubahan rupa. Bagaimanapun tidak mungkinnya kelihatannya, sama sekali tidak mustahil bahwa ia memang mengatakan hal itu. ... Tetapi kami menganggap bahwa kemungkinan kedua harus lebih dipilih: ‘Apa yang kami lihat di Gunung Perubahan rupa membuat bahkan lebih pasti bahwa apa yang diramalkan dalam nabi-nabi tentang kedatangan yang keduakalinya pasti benar’. Bagaimanapun kita mengartikannya, artinya adalah bahwa kombinasi dari kemuliaan Yesus di puncak gunung dan penglihatan-penglihatan dari nabi-nabi membuat pasti bahwa kedatangan yang keduakalinya merupakan suatu kenyataan yang hidup yang semua orang harus harapkan dan untuk mana semua orang harus siap sedia) - hal 311-312.

b)   Nubuat-nubuat / firman Tuhan dalam Perjanjian Lama merupakan sesuatu yang lebih pasti dari mujijat yang mereka dapatkan, termasuk suara dari surga, pada saat Yesus Kristus dimuliakan (mengalami perubahan rupa) di atas gunung. Penafsiran ini dipegang oleh mayoritas penafsir.

Alexander Nisbet“He calls it ‘A more sure Word,’ comparing it with ‘the voice from Heaven,’ whereof he spoke immediately before; not as if there could be any uncertainty in the Lord’s voice speaking from heaven, but because it is a greater matter to have foreseen and foretold things to come, than to have seen and related the greatest things present. And because a transient voice is more easily mistaken or forgotten than a standing authentic record, therefore the written Word is a more sure ground for sinners’ faith to rest upon than a Voice from heaven could be” (= Ia menyebutnya ‘Suatu Firman yang lebih pasti’, membandingkannya dengan ‘suara dari Surga’, yang ia bicarakan persis sebelumnya; bukan seakan-akan di sana ada ketidak-pastian apapun dalam suara Tuhan yang berbicara dari surga, tetapi karena merupakan suatu hal yang lebih besar untuk melihat lebih dulu dan meramalkan hal-hal yang akan datang, dari pada melihat dan menceritakan hal-hal terbesar sekarang. Dan karena suara yang sementara dengan lebih mudah keliru atau dilupakan dari pada suatu catatan otentik yang bertahan, karena itu Firman yang tertulis merupakan suatu dasar yang lebih pasti untuk iman orang-orang berdosa dari pada suatu Suara dari surga) - hal 239.

Matthew Henry“The description that is given of the scriptures of the Old Testament: they are called a more sure word of prophecy” (= Penggambaran yang diberikan tentang Kitab Suci Perjanjian Lama: mereka disebut suatu firman nubuatan yang lebih pasti).

Wycliffe Bible Commentary“‘We have also a more sure word of prophecy.’ Taken with what is said in verse 21, the reference of these verses seems to be to the OT Scriptures. It is an amazing assessment of the validity of holy Scripture that Peter declares it to be more dependable than a voice from heaven heard with the natural ear” (= ‘Kami juga mempunyai suatu firman nubuatan yang lebih pasti’. Diartikan dengan apa yang dikatakan dalam ayat 21, ayat-ayat ini kelihatannya menunjuk pada Kitab Suci PL. Merupakan suatu taksiran / penilaian yang mengherankan / mengagumkan tentang kebenaran / keabsahan dari Kitab Suci kudus sehingga Petrus menyatakan itu sebagai lebih dapat dipercayai dari pada suatu suara dari surga yang didengar dengan telinga alamiah / jasmani).

Vincent“We may explain either: (a) as the English Revised Version (1885), ‘we have the word of prophecy made more sure,’ i. e., we are better certified than before as to the prophetic word by reason of this voice; or (b) we have the word of prophecy as a surer confirmation of God’s truth than what we ourselves saw, i. e., Old Testament testimony is more convincing than even the voice heard at the transfiguration”[= Kami / kita bisa menjelaskan atau: (a) seperti English Revised Version (1885), ‘kami mempunyai firman nubuatan yang dibuat lebih pasti’, yaitu, kami dijamin dengan lebih baik dari sebelumnya berkenaan dengan firman nubuatan oleh alasan dari suara ini; atau (b) kami mempunyai firman nubuatan sebagai suatu konfirmasi / penegasan yang lebih pasti berkenaan dengan kebenaran Allah dari pada apa yang kami sendiri lihat, artinya, kesaksian Perjanjian Lama adalah lebih meyakinkan bahkan dari suara yang didengar pada perubahan rupa].
Vincent sendiri lebih setuju dengan yang kedua.

Barnes’ Notes“the more obvious sense of this passage seems to be, and as many suppose to be the correct interpretation ..., it means that the prophecy was more sure, more steadfast, more to be depended on than even what the three disciples had seen and heard in the mount of transfiguration, ... Though Peter regarded the testimony which he and James and John bore to the glory of the Saviour, from what they saw on the holy mount, as strong and clear confirmation that he was the Son of God, yet he could not but be aware that ... they might have been dazzled and deceived by some natural phenomenon occurring there. ... even supposing that there was a miracle in the case, the evidence of the prophecies, embracing many points in the same general subject, and extending through a long series of years, would be more satisfactory than any single miracle whatever (= Arti yang lebih jelas dari text ini kelihatannya adalah, dan yang dianggap banyak orang sebagai penafsiran yang benar ..., itu berarti bahwa nubuat adalah lebih pasti, lebih tetap, lebih dipercayai bahkan dari apa yang telah dilihat dan didengar oleh tiga murid itu di gunung perubahan rupa, ... Sekalipun Petrus menganggap kesaksian yang ia dan Yakobus dan Yohanes berikan pada kemuliaan dari sang Juruselamat, dari apa yang mereka lihat di gunung yang kudus, sebagai konfirmasi / peneguhan yang kuat dan jelas bahwa Ia adalah Anak Allah, tetapi ia tidak bisa tidak menyadari bahwa ... mereka bisa saja telah dipesonakan dan ditipu oleh suatu fenomena alamiah yang terjadi di sana. ... bahkan jika dianggap bahwa di sana memang terjadi mujijat dalam kasus ini, bukti dari nubuat-nubuat, mencakup banyak point / hal tentang pokok umum yang sama, dan terbentang selama masa yang lama, akan lebih memuaskan dari satu mujijat apapun).

Bible Knowledge Commentary“In today’s experience-oriented societies many people, including some Christians, seek to determine or assess truth by the particular way God has worked in their own lives. But for Peter the splendor of his experience (with Christ at His transfiguration) faded as he spoke of the surety of the written revelation of the prophets” [= Dalam masyarakat yang berorientasi pada pengalaman jaman sekarang ini, banyak orang, termasuk sebagian orang Kristen, mencari / berusaha untuk menentukan atau menilai kebenaran oleh cara khusus yang telah Allah kerjakan dalam kehidupan mereka sendiri. Tetapi bagi Petrus kemegahan dari pengalamannya (bersama Kristus pada Perubahan rupaNya) memudar ketika ia berbicara tentang kepastian dari wahyu tertulis dari nabi-nabi].

The Bible Exposition Commentary: New TestamentThe best defense against false teaching is true living. A church filled with growing Christians, vibrant in their faith, is not likely to fall prey to apostates with their counterfeit Christianity. But this Christian living must be based on the authoritative Word of God. False teachers find it easy to seduce people who do not know their Bible but who are desirous of ‘experiences’ with the Lord. It is a dangerous thing to build on subjective experience alone and ignore objective revelation. Peter discussed Christian experience in the first half of 2 Peter 1, and in the last half he discussed the revelation we have in the Word of God. His purpose is to show the importance of knowing God’s Word and relying on it completely. The Christian who knows what he believes and why he believes it will rarely be seduced by the false teachers and their devious doctrines” (= Pertahanan yang terbaik terhadap ajaran palsu / sesat adalah kehidupan yang benar. Suatu gereja yang dipenuhi dengan orang-orang Kristen yang bertumbuh, bersemangat dalam iman mereka, kecil kemungkinannya untuk menjadi mangsa dari orang-orang sesat dengan kekristenan mereka yang palsu. Tetapi kehidupan Kristen ini harus didasarkan pada Firman Allah yang berotoritasGuru-guru palsu mendapati mudah untuk membujuk orang-orang yang tidak mengenal Alkitab mereka tetapi yang menginginkan ‘pengalaman’ dengan Tuhan. Merupakan suatu hal yang berbahaya untuk membangun pada pengalaman yang bersifat subyektif saja dan mengabaikan wahyu yang bersifat obyektif. Petrus membicarakan pengalaman Kristen dalam setengah bagian pertama dari 2Pet 1, dan dalam setengah bagian terakhir ia mendiskusikan wahyu yang kita miliki dalam Firman Allah. Tujuannya adalah untuk menunjukkan pentingnya mengenal Firman Allah dan bersandar padanya sepenuhnya. Orang Kristen yang mengetahui apa yang ia percayai dan mempercayainya akan jarang dibujuk oleh guru-guru palsu dan ajaran-ajaran / doktrin-doktrin mereka yang menyimpang).

Bandingkan kata-kata dengan orang-orang yang keranjingan mujijat, dan bahkan menganggap mujijat / pengalaman sebagai dasar iman / kebenaran!
Contoh: orang dari Yahweh-isme dalam seminar tentang Yahweh-isme di Balikpapan. Ia menjadi yakin bahwa menggunakan kata / nama ‘Allah’ itu salah, karena Tuhan sendiri berbicara kepada dia berkenaan dengan hal itu.

2)   Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.

a)   Ini menunjukkan bahwa kita harus memperhatikan (mempelajari dan mentaati) nubuat-nubuat Perjanjian Lama.
Barnes’ Notes“‘Whereunto ye do well that ye take heed.’ They are worthy of your study, of your close and careful investigation. There is perhaps no study more worthy of the attention of Christians than that of the prophecies” (= ‘Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya’. Mereka layak kamu pelajari, kamu selidiki dengan teliti dan hati-hati. Mungkin tidak ada pelajaran yang lebih layak mendapatkan perhatian dari orang-orang Kristen dari pada pelajaran tentang nubuat-nubuat).
Catatan: yang dimaksudkan dengan ‘nubuat’ di sini adalah ajaran / Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama.

b)   Kalimat ini menunjukkan bahwa nubuat-nubuat Perjanjian Lama, sekalipun memang memberikan terang, tetapi tidak bisa dibandingkan dengan Injil, yang memberikan terang yang jauh lebih besar.

1.            Fajar menyingsing / bintang timur.

a.      Bintang timur = Lucifer; apakah ini menunjuk kepada komandan setan?
Vincent“‘The day-star.’ (FOOSFOROS). ... Literally, ‘light-bearer,’ like Lucifer, from LUX, ‘light,’ and FERO, ‘to bear.’” [= ‘Bintang pagi’ (FOOSFOROS). ... Secara hurufiah, ‘pembawa terang’, seperti Lucifer, dari LUX, ‘terang’, dan FERO, ‘membawa’].
Yes 14:12 - “‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!”.
KJV: ‘How art thou fallen from heaven, O Lucifer, son of the morning! [how] art thou cut down to the ground, which didst weaken the nations!’.

Catatan: merupakan suatu kesalahan yang luar biasa umum dari hampir semua orang Kristen dan hamba Tuhan, untuk menganggap bahwa nama dari pimpinan setan adalah Lucifer. Ini sama sekali tidak ada dasar Alkitabnya, karena kata ‘Lucifer’ dalam Yesaya 14:12 versi KJV, menunjuk kepada raja Babel (Yes 14:4,22,23), bukan kepada komandan setan! Perhatikan penafsiran Calvin dan Adam Clarke di bawah ini tentang Yes 14:12.

Calvin“The exposition of this passage, which some have given, as if it referred to Satan, has arisen from ignorance; for the context plainly shows that these statements must be understood in reference to the king of the Babylonians. But when passages of Scripture are taken at random, and no attention is paid to the context, we need not wonder that mistake of this kind frequently arise. Yet it was an instance of very gross ignorance, to imagine that Lucifer was the king of devils, and that the Prophet gave him this name. But as these inventions have no probability whatever, let us pass by them as useless fables” (= Exposisi yang diberikan oleh beberapa orang tentang text ini, seakan-akan text ini menunjuk kepada setan / berkenaan dengan setan, muncul / timbul dari ketidak-tahuan; karena kontex secara jelas menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan ini harus dimengerti dalam hubungannya dengan raja Babel. Tetapi pada waktu bagian-bagian Kitab Suci diambil secara sembarangan, dan kontex tidak diperhatikan, kita tidak perlu heran bahwa kesalahan seperti ini muncul / timbul. Tetapi itu merupakan contoh dari ketidak-tahuan yang sangat hebat, untuk membayangkan bahwa Lucifer adalah raja dari setan-setan, dan bahwa sang nabi memberikan dia nama ini. Tetapi karena penemuan-penemuan ini tidak mempunyai kemungkinan apapun, marilah kita mengabaikan mereka sebagai dongeng / cerita bohong yang tidak ada gunanya) - hal 442.

Adam Clarke“And although the context speaks explicitly concerning Nebuchadnezzar, yet this has been, I know not why, applied to the chief of the fallen angels, who is most incongruously denominated Lucifer, (the bringer of light!) an epithet as common to him as those of Satan and Devil. That the Holy Spirit by his prophets should call this arch-enemy of God and man the light-bringer, would be strange indeed. But the truth is, the text speaks nothing at all concerning Satan nor his fall, nor the occasion of that fall, which many divines have with great confidence deduced from this text. O how necessary it is to understand the literal meaning of Scripture, that preposterous comments may be prevented!” [= Dan sekalipun kontexnya berbicara secara explicit tentang Nebukadnezar, tetapi entah mengapa kontex ini telah diterapkan kepada kepala dari malaikat-malaikat yang jatuh, yang secara sangat tidak pantas disebut / dinamakan Lucifer (pembawa terang!), suatu julukan yang sama umumnya bagi dia, seperti Iblis dan Setan. Bahwa Roh Kudus oleh nabiNya menyebut musuh utama dari Allah dan manusia sebagai ‘pembawa terang’, betul-betul merupakan hal yang sangat aneh. Tetapi kebenarannya adalah, text ini tidak berbicara sama sekali tentang Setan maupun kejatuhannya, ataupun saat / alasan kejatuhan itu, yang dengan keyakinan yang besar telah disimpulkan dari text ini oleh banyak ahli theologia. O alangkah pentingnya untuk mengerti arti hurufiah dari Kitab Suci, supaya komentar-komentar yang gila-gilaan / tidak masuk akal bisa dicegah!] - hal 82.

b.      ‘Bintang timur’ menunjuk kepada Yesus.
Jamieson, Fausset & Brown“‘Day-star,’ (FOSFOROS) - ‘the morning star’ (Rev. 22:16); the Lord Jesus” [= ‘Bintang pagi’ (FOSFOROS) - ‘bintang pagi’ (Wahyu 22:16); Tuhan Yesus].

Pulpit Commentary“The word for ‘day-star’ (fwsfo/rov, lucifer, light-bringer) is found in no other place of the New Testament; but comp. Rev 2:28; 22:16. ... He is the Bright and Morning Star, the Day-star, the Light-bringer; for he is the Light of the world - he brings the light, the full light of day” [= Kata untuk ‘bintang pagi’ (fwsfo/rov / PHOSPHORON, LUCIFER, pembawa terang) tidak ditemukan di tempat lain dari Perjanjian Baru; tetapi bdk. Wah 2:28; 22:16. ... Ia adalah Bintang Terang dan Bintang Pagi, Bintang Pagi, sang Pembaca Terang; karena Ia adalah Terang dunia - Ia membawa terang, terang yang penuh dari siang hari].

Wahyu 2:28 - “dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur.

Wahyu 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”.

Adam Clarke“‎perhaps the latter clause of the verse might be thus understood: The prophecies concerning Jesus, which have been so signally confirmed to us on the holy mount, have always been as a light shining in a dark place, from the time of their delivery to the time in which the bright day of Gospel light and salvation dawned forth, and the Son of righteousness has arisen in our souls, with healing in his rays” (= mungkin anak kalimat terakhir bisa dimengerti demikian: Nubuat-nubuat tentang Yesus Kristus, yang telah diteguhkan dengan begitu gemilang kepada kita di gunung yang kudus, telah selalu menjadi seperti suatu terang yang bersinar di suatu tempat gelap, dari saat pemberian / pengiriman mereka sampai saat dimana hari yang terang dari terang dan keselamatan Injil terbit, dan Anak kebenaran telah muncul dalam jiwamu, dengan kesembuhan dalam sinarnya).

c.   Di sini kata itu digunakan untuk menunjuk pada firman Tuhan (Injil / Perjanjian Baru).
Ada penafsir yang menganggap bahwa di sini kata itu menunjuk kepada Injil / Perjanjian Baru. Lihat kata-kata Adam Clarke di bawah (komentarnya tentang 2Petrus 1:20).

d.   Istilah yang berasal dari kafir, sekarang digunakan terhadap Firman Tuhan dan bahkan terhadap Yesus!!!

UBS New Testament Handbook Series (tentang 2 Petrus 1:19)“The ‘morning star’ is ‎PHOOSPHOROS ‎in Greek, a word that refers to the planet Venus and the Greek goddess Artemis. Some scholars have argued that, since ‎PHOOSPHOROS ‎means ‘daybreak,’ it cannot refer to Venus but to the sun. But in ordinary usage ‎PHOOSPHOROS ‎does refer to Venus, which rises with the dawn and, in a manner of speaking, introduces light into the world. Once again we see Greek culture being used as a vehicle for the Christian message. Here the ‘morning star’ stands for the Messiah, or Christ (see Num 24:17; Rev 22:16), who will bring light into the hearts of believers, in much the same way as the morning star brings light into a dark world” [= ‘Bintang pagi’ adalah PHOOSPHOROS dalam bahasa Yunani, suatu kata yang menunjuk pada planet Venus dan dewi Yunani Artemis. Beberapa / sebagian sarjana telah berargumentasi bahwa, karena PHOOSPHOROS berarti ‘fajar menyingsing’, itu tidak bisa menunjuk pada Venus tetapi pada matahari. Tetapi dalam penggunaan biasa PHOOSPHOROS memang menunjuk pada Venus, yang muncul / terbit bersama subuh / fajar dan, boleh dikatakan, membawa terang ke dalam dunia. Sekali lagi kita melihat kebudayaan Yunani digunakan sebagai suatu sarana untuk berita Kristen. Di sini ‘bintang pagi’ berarti sang Mesias, atau Kristus (lihat Bil 24:17; Wahyu 22:16), yang akan membawa terang ke dalam hati orang-orang percaya, dengan cara yang sama seperti bintang pagi membawa terang ke dalam dunia yang gelap].

Bilangan 24:17 - “Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab, dan menghancurkan semua anak Set”.

Penerapan: lagi-lagi hal-hal seperti ini harus diperhatikan oleh orang-orang yang mati-matian berusaha membuang Natal, atau membuang kata ‘Allah’, yang mereka claim tanpa bukti yang meyakinkan, bahwa semua itu berbau kekafiran atau berasal dari kekafiran!

2.            Fajar menyingsing / bintang timur jelas lebih terang dari pada pelita.
Adam Clarke (tentang 2Petrus 1:20)“It is not unfrequent for the writers of the New Testament to draw a comparison between the Mosaic and Christian dispensations; and the comparison generally shows that, glorious as the former was, it had no glory in comparison of the glory that excelleth. ... the Mosaic dispensation, with all the light of prophecy by which it was illustrated, was only as a lamp shining in a dark place. ... This is compared with the Gospel under the emblem of daybreak, and the rising of the sun. ... as a lantern carried in a dark night differs from and is inferior to the beneficial effects of daybreak, and the full light and heat of a meridian sun; so far was the Mosaic dispensation, in its beneficial effects, inferior to the Christian dispensation” (= Tidak jarang bagi penulis-penulis Perjanjian Baru untuk menggambarkan suatu perbandingan antara jaman Musa dan jaman Kristen; dan perbandingan itu biasanya menunjukkan bahwa sekalipun yang pertama itu mulia, tetapi itu tidak mempunyai kemuliaan dibandingkan dengan kemuliaan yang melampauinya. ... jaman Musa, dengan semua terang nubuat dengan mana itu dijelaskan, hanyalah sebuah pelita yang bersinar di tempat yang gelap. ... Ini dibandingkan dengan Injil di bawah simbol dari fajar yang menyingsing, dan naiknya matahari. ... sama seperti sebuah pelita membawa dalam suatu malam yang gelap berbeda dengan dan lebih rendah dari hasil-hasil yang bermanfaat dari fajar yang menyingsing, dan terang dan panas yang penuh dari matahari pada tengah hari; demikian jauhnya jaman Musa, dalam hasil-hasil yang menguntungkannya, lebih rendah dari jaman Kristen).

c)   Baik Perjanjian Lama maupun Injil / Perjanjian Baru digambarkan sebagai sesuatu yang terang (biarpun dengan intensitas yang berbeda). Dan seluruh firman Tuhan ini harus kita pelajari, perhatikan dan taati. Kita harus bertumbuh dalam pengetahuan / pengenalan tentang firman Tuhan.

Matthew Henry“The word is a lamp to the feet of those who use it aright; this discovers the way wherein men ought to walk; this is the means whereby we come to know the way of life. ... They must acknowledge their own darkness. This world is a place of error and ignorance, and every man in the world is naturally without that knowledge which is necessary in order to attain eternal life. ... If ever men are made wise to salvation, it is by the shining of the word of God into their hearts. ... When the light of the scripture is darted into the blind mind and dark understanding by the Holy Spirit of God, then the spiritual day dawns and the day-star arises in that soul” (= Firman adalah lampu / pelita bagi kaki mereka yang menggunakannya dengan benar; ini menemukan jalan dalam mana mereka harus berjalan; ini adalah cara dengan mana kita menjadi tahu tentang jalan kehidupan. ... Mereka harus mengakui kegelapan mereka sendiri. Dunia ini adalah suatu tempat dari kesalahan dan ketidaktahuan / kebodohan, dan setiap orang dalam dunia ini secara alamiah tidak mempunyai pengetahuan itu yang merupakan sesuatu yang perlu untuk mencapai kehidupan kekal. ... Jika seseorang pernah / bisa dibuat menjadi bijaksana kepada keselamatan, itu adalah dengan menyinarkan firman Allah ke dalam hati-hati mereka. ... Pada waktu terang dari Kitab Suci ditembakkan ke dalam pikiran yang buta dan pengertian yang gelap oleh Roh Kudus dari Allah, maka hari rohani menyingsing dan bintang pagi terbit dalam jiwa itu).

Matthew Henry“This enlightening of a dark benighted mind is like the day-break that improves and advances, spreads and diffuses itself through the whole soul, till it makes perfect day, Prov. 4:18. It is a growing knowledge; those who are this way enlightened never think they know enough, till they come to know as they are known. To give heed to this light must needs be the interest and duty of all; and all who do truth come to this light, while evil-doers keep at a distance from it” (= Pencerahan dari pikiran yang gelap / tak diterangi adalah seperti fajar menyingsing yang bertambah baik dan maju, menyebarkan dirinya sendiri melalui seluruh jiwa, sampai menjadi hari yang sempurna / tengah hari, Amsal 4:18. Itu adalah suatu pengetahuan yang bertumbuh; mereka yang diterangi dengan cara ini tidak pernah menganggap / berpikir bahwa mereka sudah tahu secara sukup, sampai mereka mengenal / mengetahui sama seperti mereka dikenal / diketahui. Memperhatikan terang ini harus merupakan minat / perhatian dan kewajiban dari semua; dan semua yang melakukan kebenaran datang kepada terang ini, sementara pembuat-pembuat kejahatan menjaga jarak darinya).

Amsal 4:18 - “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari”.

1Korintus 13:12 - “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal”.

Yohanes 3:19-21 - “(19) Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. (20) Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; (21) tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.’”.

Calvin“This is a remarkable passage: we learn from it how God guides us. The Papists have ever and anon in their mouth, that the Church cannot err. Though the word is neglected, they yet imagine that it is guided by the SpiritBut Peter, on the contrary, intimates that all are immersed in darkness who do not attend to the light of the word. Therefore, except thou art resolved wilfully to cast thyself into a labyrinth, especially beware of departing even in the least thing from the rule and direction of the word” [= Ini merupakan suatu text yang luar biasa: kita belajar darinya bagaimana Allah membimbing kita. Para pengikut Paus (orang Katolik) selalu dan segera mengatakan bahwa Gereja (Katolik) tidak bisa salah. Sekalipun firman diabaikan, tetapi mereka mengkhayalkan bahwa Gereja itu dipimpin oleh RohTetapi sebaliknya, Petrus menyatakan bahwa semua yang tidak memperhatikan / mengikuti terang dari firman tenggelam dalam kegelapan. Karena itu, kecuali engkau memutuskan dengan sengaja untuk melemparkan dirimu sendiri ke dalam suatu struktur yang membingungkan, hati-hatilah secara khusus untuk tidak menyimpang bahkan dalam hal yang terkecil dari peraturan dan pengarahan dari firman].

Catatan: ada pro kontra yang sangat hebat tentang arti dari 2 Petrus 1: 19b ini. Ada pandangan lain yang menganggap bahwa ay 19b menunjuk pada masuknya kita ke surga / hari kedatangan Kristus yang keduakalinya.

2 PETRUS 1:10-21(6)


2 Petrus 1: 20-21: “(20) Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, (21) sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah”.

1)         Yang terutama harus kamu ketahui (2 Petrus 1: 20a).

Pulpit CommentaryBy ‘knowing this first’ (ginw/skonte$) is meant that we must recognize this truth as of primary importance, or, before we commence the study of prophecy [= Dengan ‘pertama-tama ketahuilah’ (ginw/skonte$ / GINOSKONTES) dimaksudkan bahwa kita harus mengenali kebenaran ini sebagai sesuatu yang terpenting, atau, sebelum kita melanjutkan pelajaran tentang nubuat].

2)   ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri (2 Petrus 1:  20b).

a)   Yang dimaksudkan dengan ‘nubuat-nubuat dalam Kitab Suci’ adalah apa yang ada dalam Kitab Suci. Ingat bahwa kata ‘nubuat’ sebetulnya tidak harus diartikan ‘ramalan’ (yang merupakan arti populer yang salah), tetapi seadanya ajaran.

Calvin“Understand by ‘prophecy of Scripture’ that which is contained in the holy Scriptures” (= Mengertilah kata-kata ‘nubuat Kitab Suci’ sebagai apa yang ada dalam Kitab Suci).

b)   Hanya sangat sedikit penafsir yang menafsirkan bagian ini seperti kelihatannya / seperti bunyi ayatnya, yaitu bahwa tak ada orang / nabi boleh menafsirkan Kitab Suci menurut kehendak / pikirannya sendiri.

Lenski“It is a prevalent conception that Peter intends to say: no person (some add: not even one of the prophets) is to interpret the Scripture’s prophesies according to his own notion - which is of course, true enough. ... The commentators add that we must let the Holy Spirit interpret the prophecies. Although Peter does not say this, this, too, is true. Luther is a sample: ‘Thou art not to interpret thyself, the Holy Spirit himself is to interpret it, or it is to be left uninterpreted.’” [= Merupakan suatu pengertian yang umum bahwa Petrus bermaksud untuk mengatakan: tidak ada orang (sebagian menambahkan: bahkan tidak seorangpun dari nabi-nabi) boleh menafsirkan nubuat-nubuat Kitab Suci sesuai dengan pikirannya sendiri - yang jelas merupakan sesuatu yang cukup benar. ... Para penafsir menambahkan bahwa kita harus membiarkan Roh Kudus menafsirkan nubuat-nubuat. Sekalipun Petrus tidak mengatakan hal ini, ini juga adalah benar. Luther adalah suatu contoh: ‘Engkau tidak boleh menafsirkan sendiri, Roh Kudus sendiri yang harus menafsirkannya, atau itu harus dibiarkan tidak ditafsirkan’.] - hal 296,297.

Catatan: saya tak setuju dengan Lenski bahwa ini merupakan pengertian yang umum. Ini justru penafsiran dari sangat sedikit penafsir.

c)            Mayoritas penafsir menafsirkan: tak ada nubuat-nubuat dalam Kitab Suci muncul dari nabi-nabi itu sendiri.

Matthew Henry“No scripture prophecy is of private interpretation (or a man’s own proper opinion, an explication of his own mind), but the revelation of the mind of God. This was the difference between the prophets of the Lord and the false prophets who have been in the world. The prophets of the Lord did not speak nor do any thing of their own mind, as Moses, the chief of them, says expressly (Num. 16:28), ‘I have not done any of the works (nor delivered any of the statutes and ordinances) of my own mind.’ But false prophets speak a vision of their own heart, not out of the mouth of the Lord, Jer. 23:16” [= Tak ada nubuat Kitab Suci ada dari penafsiran pribadi (atau pandangan orang itu sendiri, suatu penjelasan dari pikirannya sendiri), tetapi wahyu / penyataan dari pikiran Allah. Ini adalah perbedaan antara nabi-nabi dari Tuhan dan nabi-nabi palsu yang telah ada dalam dunia. Nabi-nabi dari Tuhan tidak berbicara atau melakukan apapun dari pikiran mereka sendiri, seperti Musa, kepala dari mereka / yang terutama dari mereka, katakan secara explicit (Bil 16:28), ‘Aku tidak melakukan pekerjaan manapun (ataupun menyampaikan yang manapun dari hukum-hukum dan peraturan-peraturan) dari pikiranku sendiri’. Tetapi nabi-nabi palsu mengatakan suatu penglihatan dari hati mereka sendiri, bukan dari mulut Tuhan, Yer 23:16].

Bil 16:28 - “Sesudah itu berkatalah Musa: ‘Dari hal inilah kamu akan tahu, bahwa aku diutus TUHAN untuk melakukan segala perbuatan ini, dan hal itu bukanlah dari hatiku sendiri.
KJV/ASV: ‘for I have not done them of mine own mind’ (= karena aku tidak melakukan mereka dari pikiranku sendiri).
RSV: ‘and that it has not been of my own accord’ (= dan bahwa itu bukan dari kehendakku sendiri).
NIV: ‘and that it was not my idea’ (= dan itu bukanlah gagasanku).
NASB: ‘for this is not my doing’ (= karena ini bukanlah tindakanku).
NKJV: ‘for I have not done them of my own will’ (= karena aku tidak melakukan mereka dari kehendakku sendiri).

Yer 23:16 - “Beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Janganlah dengarkan perkataan para nabi yang bernubuat kepada kamu! Mereka hanya memberi harapan yang sia-sia kepadamu, dan hanya mengungkapkan penglihatan rekaan hatinya sendiri, bukan apa yang datang dari mulut TUHAN.

Lenski“Only false prophets utter prophesies that originate in what they have willed” (= Hanya nabi-nabi palsu mengucapkan nubuat-nubuat yang berasal dari apa yang mereka inginkan) - hal 298.

Adam Clarke“‘Knowing this first.’ Considering this as a first principle, that no prophecy of the Scripture, whether that referred to above, or any other, is of any private interpretation - proceeds from the prophet’s own knowledge or invention, or was the offspring of calculation or conjecture. The word EPILUSIS signifies also impetus, impulse; and probably this is the best sense here; not by the mere private impulse of his own mind” (= ‘Pertama-tama ketahuilah ini’. Mempertimbangkan ini sebagai suatu prinsip pertama, bahwa tak ada nubuat dari Kitab Suci, apakah yang ditunjuk di atas, atau yang lain manapun juga, adalah dari penafsiran pribadi manapun - keluar dari pengetahuan atau penemuan sang nabi sendiri, atau merupakan hasil dari perhitungan atau dugaan. Kata EPILUSIS juga berarti dorongan, dorongan hati yang tiba-tiba; dan mungkin ini adalah arti yang terbaik di sini; bukan semata-mata oleh dorongan hati pribadi yang tiba-tiba dari pikirannya sendiri).

Catatan: dalam KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV kata EPILUSIS diterjemahkan ‘interpretation’ (= penafsiran).

Pulpit CommentaryThe word rendered ‘interpretation’ is e)pilu/sew$, which is found nowhere else in the New Testament; the corresponding verb occurs in Mark 4:34, ‘He expounded all things;’ and Acts 19:39, ‘It shall be determined or settled.’ These considerations, strengthened by the context, seem to guide us to the following explanation: No prophecy of Scripture arises from the prophet’s own interpretation of the vision presented to his mind; for it was from God that the prophecy was brought, and men spoke as they were borne on by the Holy Spirit (= Kata yang diterjemahkan ‘penafsiran’ adalah e)pilu/sew$ / EPILUSEOS, yang tidak ditemukan di tempat lain manapun dalam Perjanjian Baru; kata kerja yang cocok / dapat disamakan muncul dalam Mark 4:34, ‘Ia menguraikan / menjelaskan segala sesuatu’; dan Kis 19:39, ‘Itu akan ditentukan atau dibereskan / diselesaikan’. Pertimbangan-pertimbangan ini, dikuatkan oleh kontext, kelihatannya memimpin kita pada penjelasan yang berikut: Tidak ada nubuat dari Kitab Suci muncul dari penafsiran sang nabi sendiri tentang penglihatan yang diberikan / ditunjukkan pada pikirannya; karena dari Allahlah nubuat itu dibawa, dan orang-orang berbicara sebagaimana mereka didorong oleh Roh Kudus).
Markus 4:34 - “dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-muridNya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri”.
Kis 19:39 - “Dan jika ada sesuatu yang lain yang kamu kehendaki, baiklah kehendakmu itu diselesaikan dalam sidang rakyat yang sah”.

Pulpit CommentaryOther views of this difficult passage are: Prophecy is not its own interpreter; the guidance of the Spirit is necessary. Or, prophecy is not a matter for the private interpretation of the readers; only the Holy Spirit can explain it. But the explanation adopted seems most accordant with the Greek words and with the general sense of the context (compare St. Paul’s teaching in 1 Cor 12:10) [= Pandangan-pandangan lain tentang text yang sukar ini adalah: Nubuat bukanlah penafsir dari dirinya sendiri; pimpinan dari Roh adalah perlu. Atau, nubuat bukanlah suatu persoalan untuk penafsiran pribadi dari para pembaca; hanya Roh Kudus bisa menjelaskannya. Tetapi penafsiran yang diadopsi / diterima kelihatannya paling sesuai dengan kata-kata Yunaninya dan dengan arti umum dari kontext (bandingkan dengan ajaran Santo Paulus dalam 1Kor 12:10)].
1Kor 12:10 - “Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu”.

Jamieson, Fausset & Brown (tentang 2Petrus 1:20)“that which the sacred writer could not always interpret; though, being the speaker or writer (1 Pet. 1:10-12), was plainly not of his own, but of God’s disclosure, origination, and inspiration, as Peter proceeds to add, ‘But holy men ... spake (and afterward wrote) ... moved by the Holy Ghost:’” [= itu yang tidak selalu bisa ditafsirkan oleh penulis kudusnya; sekalipun ia adalah pembicara atau penulisnya (1Pet 1:10-12), jelas bukan berasal dari dirinya sendiri, tetapi dari penyingkapan, asal usul, dan ilham, dari Allah, seperti Petrus lanjutkan untuk menambahkan, ‘Tetapi orang-orang kudus ... berbicara (dan setelah itu menulis) ... digerakkan oleh Roh Kudus:’].

Jamieson, Fausset & BrownIn a secondary sense, as the word is the Holy Spirit’s, it cannot be interpreted by its readers (anymore than by its writers) by their private human powers, but by the teaching of the Holy Spirit (John 16:14); for it was by the Holy Spirit that its speakers and writers were ‘moved.’ {IDIAS , ‘private,’ is not opposed to the Catholic Church’s interpretation (as Rome argues), but to the Holy Spirit’s motion.} It is not by individual wisdom, but by the Holy Spirit, the Bible’s Author, that any can interpret it” [= Dalam arti sekunder, karena firman itu adalah milik Roh Kudus, itu tidak bisa ditafsirkan oleh pembaca-pembacanya (ataupun oleh penulis-penulisnya) oleh kekuatan pribadi manusia, tetapi oleh pengajaran dari Roh Kudus (Yoh 16:14); karena oleh Roh Kuduslah pembicara-pembicara dan penulis-penulisnya ‘digerakkan’ {IDIAS, ‘pribadi / sendiri’, tidaklah dikontraskan dengan penafsiran Gereja Katolik (seperti diargumentasikan oleh Roma), tetapi dikontraskan dengan gerakan dari Roh Kudus}. Bukanlah dengan hikmat pribadi / individu, tetapi oleh Roh Kudus, Pengarang dari Alkitab, maka siapapun bisa menafsirkannya].

Catatan: saya sendiri tidak mempercayai arti sekunder yang diberikan oleh Jamieson, Fausset & Brown ini. Saya memberikan kutipan ini untuk menunjukkan bagaimana Gereja Roma Katolik menafsirkan bagian ini, dan menjadikannya sebagai dasar untuk melarang pribadi manapun, kecuali Gereja Roma Katolik, untuk menafsirkan Kitab Suci. Tetapi Jamieson, Fausset & Brown secara tepat mengatakan bahwa kata ‘pribadi / sendiri’ dalam ayat itu jelas tidak dikontraskan dengan Gereja Roma Katolik tetapi dengan dorongan / pimpinan dari Roh Kudus.

Bible Knowledge Commentary“The statement, No prophecy of Scripture came about by the prophet’s own interpretation, has been interpreted several ways: (1) Scripture should be interpreted only in context, that is, a prophecy cannot stand alone without other prophecies to aid in its understanding. (2) Scripture should not be interpreted according to one’s own individual liking. (3) Scripture cannot be correctly interpreted without the Holy Spirit. (4) The prophecies did not originate with the prophets themselves. The word ‎EPILYSEOS ‎(‘interpretation,’ lit., ‘unloosing’) and the word ‎GINETAI ‎(‘came about’) favor the fourth view. The Scriptures did not stem merely from the prophets themselves; their writings came from God. Verse 20, then, speaks not of interpretation, but of revelation, the source of the Scriptures” [= Pernyataan, ‘Tak ada nubuat dari Kitab Suci terjadi oleh penafsiran sang nabi sendiri’, telah ditafsirkan dalam beberapa cara: (1) Kitab Suci harus ditafsirkan hanya dalam kontextnya, yaitu suatu nubuat tidak bisa berdiri sendiri tanpa nubuat-nubuat yang lain untuk membantu dalam pengertiannya. (2) Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan sesuai kesenangan seorang individu sendiri. (3) Kitab Suci tidak bisa ditafsirkan secara benar tanpa Roh Kudus. (4) Nubuat-nubuat tidak berasal usul dari nabi-nabi itu sendiri. Kata EPILYSEOS (‘penafsiran’, secara hurufiah, ‘penguraian / pelepasan’) dan kata GINETAI (‘terjadi’) mendukung pandangan keempat. Kitab Suci tidak berasal semata-mata dari nabi-nabi sendiri; tulisan-tulisan mereka datang dari Allah. Jadi, ay 20 tidak berbicara tentang penafsiran, tetapi tentang pewahyuan, sumber dari Kitab Suci].

Bible Knowledge Commentary (tentang ay 21)“This verse also supports the view that Peter wrote in verse 20 about prophecies being born of God, not originating from the prophets themselves. Prophecy came not from the will of man, but men spoke from God as they were carried along by the Holy Spirit” [= Ayat ini (ay 21) juga mendukung pandangan bahwa Petrus menulis dalam ay 20 tentang nubuat-nubuat yang dilahirkan dari Allah, bukan berasal usul dari nabi-nabi itu sendiri. Nubuat tidak keluar dari kehendak manusia, tetapi orang-orang berbicara dari Allah sebagaimana mereka didorong / dibimbing oleh Roh Kudus].
Ay 21: “sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah”.

Setelah memberikan beberapa penafsiran tentang arti dari 2 Petrus 1: 20 ini Albert Barnes lalu berkata sebagai berikut:
Barnes’ Notes“It would be easy to show that some of these opinions are absurd, and that none of them are sustained by the fair interpretation of the language used, and by the drift of the passage. The more correct interpretation, as it seems to me, is that which supposes that the apostle teaches that the truths which the prophets communicated were not originated by themselves; were not of their own suggestion or invention; were not their own opinions, but were of higher origin, and were imparted by God (= Adalah mudah untuk menunjukkan bahwa beberapa dari pandangan-pandangan ini adalah menggelikan, dan bahwa tidak ada dari mereka yang ditopang oleh penafsiran yang adil dari kata-kata yang digunakan, dan oleh aliran dari textnya. Penafsiran yang lebih benar, sebagaimana kelihatannya bagi saya, adalah penafsiran yang menganggap bahwa sang rasul mengajarkan bahwa kebenaran-kebenaran yang disampaikan oleh nabi-nabi tidaklah berasal usul dari diri mereka sendiri; bukanlah dari proses pemikiran atau penemuan mereka sendiri; bukanlah pandangan-pandangan mereka sendiri, tetapi dari asal usul yang lebih tinggi, dan diberikan oleh Allah).

Untuk mendukung pandangannya ini Albert Barnes memberikan 3 alasan:
1.      Penafsiran ini sesuai dengan rancangan dari sang rasul, yang menekankan pentingnya nubuat-nubuat, dan pentingnya mempelajari nubuat-nubuat itu. Ini hanya bisa dilakukan dengan menekankan bahwa nubuat-nubuat itu berasal dari Allah.
2.      Penafsiran ini sesuai dengan ayat selanjutnya, yaitu 2 Petrus 1: 21, yang menekankan bahwa nubuat-nubuat tidak dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi karena nabi-nabi itu berbicara atas dorongan Roh Kudus.
3.      Penafsiran ini juga sesuai dengan arti dari kata-kata yang digunakan.
Barnes’ NotesThe word rendered ‘interpretation’ (EPILUSIS) occurs nowhere else in the New Testament. It properly means ‘solution’ (Robinson’s Lexicon), ‘disclosure,’ (Prof. Stuart on the Old Testament, p. 328,) ‘making free (Passow,)’ with the notion that what is thus released or loosed was before bound, entangled, obscure. The verb from which this word is derived (EPILUOO) means, ‘to let loose upon,’ as dogs upon a hare, (Xen. Mem. 7,8; ib 9,10;) to loose or open letters; to loosen a band; to loose or disclose a riddle or a dark saying, and then to enlighten, illustrate, etc. - Passow. ... The verb would be applicable to loosing anything which is bound or confined, and thence to the explanation of a mysterious doctrine or a parable, or to a disclosure of what was before unknown. The word, according to this, in the place before us, would mean the disclosure of what was before bound, or retained, or unknown; either what had never been communicated at all, or what had been communicated obscurely; and the idea is, ‘no prophecy recorded in the Scripture is of, or comes from, any exposition or disclosure of the will and purposes of God by the prophets themselves.’ It is not a thing of their own, or a private matter originating with themselves, but it is to be traced to a higher source” [= Kata yang diterjemahkan ‘penafsiran’ (EPILUSIS) tidak muncul di tempat lain dalam Perjanjian Baru. Itu secara tepat berarti ‘solusi’ (Lexicon dari Robinson), ‘penyingkapan’ (Prof. Stuart tentang Perjanjian Lama, hal 328), ‘membebaskan / melepaskan’ (Passow),’ dengan suatu gagasan / pikiran bahwa apa yang dibebaskan atau dilepaskan itu tadinya diikat, kusut, kabur. Kata kerja dari mana kata ini diturunkan (EPILUOO) berarti ‘melepaskan pada’, seperti melepaskan anjing-anjing pada seekor kelinci, (Xen. Mem. 7,8; ib 9,10); ‘melepaskan atau membuka surat-surat’; ‘melepaskan pita / pembalut’; ‘melepaskan atau menyingkapkan suatu teka teki atau pepatah / peribahasa yang gelap’, dan lalu ‘menerangi, menjelaskan’, dsb. - Passow. ... Kata kerja itu bisa diterapkan pada pelepasan dari apapun yang diikat atau dikurung, dan lalu pada penjelasan dari suatu doktrin yang misterius atau suatu perumpamaan, atau pada suatu penyingkapan dari apa yang sebelumnya tidak diketahui. Sesuai dengan ini, kata yang ada di tempat di depan kita, berarti penyingkapan dari apa yang sebelumnya diikat, atau ditahan, atau tidak diketahui; atau apa yang tidak pernah disampaikan sama sekali, atau apa yang telah disampaikan secara kabur; dan gagasannya adalah, ‘tak ada nubuat yang tercatat dalam Kitab Suci yang ada dari, atau datang dari, penjelasan atau penyingkapan apapun tentang kehendak dan tujuan / rencana Allah oleh nabi-nabi itu sendiri’. Itu bukanlah sesuatu dari mereka sendiri, atau suatu perkara / hal pribadi yang berasal dari diri mereka sendiri, tetapi itu harus ditelusuri jejaknya pada sumber yang lebih tinggi].

CalvinBut the Papists are doubly foolish, when they conclude from this passage, that no interpretation of a private man ought to be deemed authoritative. For they pervert what Peter says, that they may claim for their own councils the chief right of interpreting Scripture; but in this they act indeed childishly; for Peter calls interpretation private, not that of every individual, in order to prohibit each one to interpret; but he shews that whatever men bring of their own is profane. Were, then, the whole world unanimous, and were the minds of all men united together, still what would proceed from them, would be private or their own; for the word is here set in opposition to divine revelation; so that the faithful, inwardly illuminated by the Holy Spirit, acknowledge nothing but what God says in his word [= Tetapi para pengikut Paus adalah tolol secara dobel (sangat tolol), pada waktu mereka menyimpulkan dari text ini, bahwa tidak ada penafsiran dari seorang pribadi manusia yang harus dianggap sebagai berotoritas. Karena mereka menyimpangkan apa yang dikatakan oleh Petrus, sehingga mereka bisa mengclaim bagi Sidang Gereja - Sidang Gereja mereka sendiri hak utama / tertinggi dalam menafsirkan Kitab Suci; tetapi dalam hal ini mereka bertindak secara kekanak-kanakan; karena yang disebut Petrus sebagai penafsiran pribadi, bukan penafsiran dari setiap pribadi, dengan tujuan untuk melarang setiap orang untuk menafsirkan; tetapi ia menunjukkan bahwa apapun yang dibawa oleh manusia dari diri mereka sendiri adalah kotor / duniawi. Maka, seandainya seluruh dunia mempunyai suara bulat, dan seandainya pikiran dari semua manusia bersatu bersama-sama, tetap saja apa yang keluar dari mereka adalah pribadi atau milik mereka sendiri; karena kata itu di sini dipertentangkan / dikontraskan dengan wahyu / penyataan ilahi; sehingga orang-orang yang setia / beriman, yang hatinya diterangi / dicerahi oleh Roh Kudus, tidak mengakui apapun kecuali apa yang Allah katakan dalam firmanNya].

3)   sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah (2 Petrus 1: 21).

Adam Clarke“‘For the prophecy came not in old time.’ That is, in any former time, by the will of man - by a man’s own searching, conjecture, or calculation; but holy men of God - persons separated from the world and devoted to God’s service, spake, moved by the Holy Spirit. So far were they from inventing these prophetic declarations concerning Christ, or any future event, that they were PHEROMENOI, carried away, out of themselves and out of the whole region, as it were, of human knowledge and conjecture, by the Holy Spirit, who, without their knowing anything of the matter, dictated to them what to speak, and what to write; and so far above their knowledge were the words of the prophecy, that they did not even know the intent of those words, but searched what, or what manner of time the Spirit of Christ which was in them did signify, when it testified beforehand the sufferings of Christ, and the glory that should follow, See 1 Pet. 1:11-12, and the notes there.” (= ‘Karena nubuat tidak datang pada jaman dulu’. Artinya, pada saat lalu manapun, oleh kehendak manusia - oleh penyelidikan, dugaan, atau perhitungan manusia sendiri; tetapi orang-orang kudus dari Allah - pribadi-pribadi yang dipisahkan dari dunia dan dibaktikan bagi pelayanan Allah, berbicara, digerakkan oleh Roh Kudus. Begitu jauh mereka dari menemukan sendiri pernyataan-pernyataan nubuatan berkenaan Kristus, atau berkenaan peristiwa yang akan datang manapun, sehingga mereka PHEROMENOI, dibawa, keluar dari diri mereka sendiri, dan keluar dari seluruh daerah, seakan-akan, dari pengetahuan dan dugaan manusia, oleh Roh Kudus, yang, tanpa sepengetahuan apapun dari mereka dalam persoalan ini, mendikte mereka apa yang harus diucapkan, dan apa yang harus dituliskan; dan kata-kata nubuatan itu begitu jauh di atas pengetahuan mereka sendiri, sehingga mereka bahkan tidak tahu maksud dari kata-kata itu, tetapi menyelidiki apa, atau kapan Roh Kristus yang ada dalam diri mereka menunjukkan, pada waktu Ia menyaksikan sebelumnya penderitaan-penderitaan Kristus, dan kemuliaan yang harus mengikutinya, Lihat 1Pet 1:11-12, dan catatan di sana).

1Pet 1:10-12 - “(10) Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. (11) Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. (12) Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat”.
EKSPOSISI 2 PETRUS 1:1-21
Matthew Henry“Seeing it is so absolutely necessary that persons be fully persuaded of the scripture’s divine origin, the apostle (v. 21) tells us how the Old Testament came to be compiled, and that, 1. Negatively: It came not by the will of man. Neither the things themselves that are recorded, and make up the several parts of the Old Testament, are the opinions of men, nor was the will of any of the prophets or penmen of the scriptures the rule or reason why any of those things were written which make up the canon of the scripture. 2. Affirmatively: Holy men of God spoke as they were moved by the Holy Ghost. ... these holy men were moved by the Holy Ghost in what they delivered as the mind and will of God. The Holy Ghost is the supreme agent, the holy men are but instruments. ... he so wisely and carefully assisted and directed them in the delivery of what they had received from him that they were effectually secured from any the least mistake in expressing what they revealed; so that the very words of scripture are to be accounted the words of the Holy Ghost” (= Melihat bahwa adalah begitu perlunya bahwa orang-orang diyakinkan sepenuhnya tentang asal usul ilahi dari Kitab Suci, sang rasul (ay 21) memberitahu kita bagaimana Perjanjian Lama disusun, dan itu, 1. Secara negatif: Itu datang bukan oleh kehendak manusia. Hal-hal yang dicatat itu sendiri, dan membentuk beberapa bagian dari Perjanjian Lama, bukanlah pandangan-pandangan manusia, dan juga kehendak dari nabi-nabi atau penulis-penulis manapun dari Kitab Suci bukanlah peraturan atau alasan mengapa yang manapun dari hal-hal yang ditulis itu membentuk kanon dari Kitab Suci. 2. Secara positif: Orang-orang kudus dari Allah berbicara pada saat mereka digerakkan oleh Roh Kudus. ... dalam apa yang mereka sampaikan sebagai pikiran dan kehendak Allah. Roh Kudus adalah agen tertinggi, orang-orang kudus hanyalah alat-alat. ... Ia dengan begitu bijaksana dan hati-hati membantu dan mengarahkan mereka dalam penyampaian dari apa yang telah mereka terima dariNya sehingga mereka secara efektif dijamin / dilindungi dari kesalahan terkecil manapun dalam menyatakan apa yang mereka ungkapkan; sehingga kata-kata Kitab Suci itu harus dianggap sebagai kata-kata dari Roh Kudus).

4)            Penerapan.

a)   Dalam ay 21a dikatakan bahwa tak ada nubuat yang dihasilkan oleh kehendak manusia. Ini harus juga berlaku untuk bahasa Roh, karena beda antara nubuat dan bahasa Roh hanya dalam soal bahasa. Jadi, kalau jaman sekarang ada banyak orang-orang yang menggunakan bahasa Roh sesuai kehendak mereka sendiri, itu pasti salah / palsu!
Bdk. Kisah Para Rasul 2:4 - “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”.

b)   Kitab Suci memberikan kita terang dalam dunia yang gelap ini, yang kalau kita ikuti, akan membawa kita ke surga.

Barnes’ Notes“The Bible is given to us to shed light on our way. It is the only light which we have respecting the future, and though it does not give ALL the information which we might desire in regard to what is to come, yet it gives us sufficient light to guide us to heaven. It teaches us what it is necessary to know about God, about our duty, and about the way of salvation, in order to conduct us safely; and no one who has committed himself to its direction, has been suffered to wander finally away from the paths of salvation. It is, therefore, a duty to attend to the instructions which the Bible imparts, and to commit ourselves to its holy guidance in our journey to a better world: for soon, if we are faithful to its teachings, the light of eternity will dawn upon us, and there, amidst its cloudless splendor, we shall see as we are seen, and know as we are known” (= Alkitab diberikan kepada kita untuk memberi terang pada jalan kita. Alkitab adalah satu-satunya terang yang kita punyai berkenaan dengan masa yang akan datang, dan sekalipun Alkitab tidak memberi SEMUA informasi yang bisa / mungkin kita inginkan berkenaan dengan apa yang akan datang, tetapi Alkitab memberi kita terang yang cukup untuk membimbing kita ke surga. Alkitab mengajar kita apa yang pelu diketahui tentang Allah, tentang kewajiban kita, dan tentang jalan keselamatan, untuk membimbing kita dengan selamat / aman; dan tak seorangpun yang telah membaktikan dirinya sendiri pada pengarahan dari Alkitab, telah dibiarkan untuk akhirnya tersesat dari jalan keselamatan. Karena itu, merupakan suatu kewajiban untuk memperhatikan instruksi-instruksi yang Alkitab berikan, dan untuk membaktikan diri kita sendiri pada bimbingan kudusnya dalam perjalanan kita ke dunia yang lebih baik: karena segera, jika kita setia pada ajaran-ajarannya, terang dari kekekalan akan terbit bagi kita, dan di sana, di tengah-tengah kemegahannya yang tanpa awan, kita akan melihat seperti kita dilihat, dan mengetahui / mengenal seperti kita diketahui / dikenal).

c)   Tanpa keyakinan bahwa Kitab Suci adalah sungguh-sungguh firman Allah, kita tidak akan mendapatkan manfaat darinya.

Calvin“However, another sense seems to me more simple, that Peter says that Scripture came not from man, or through the suggestions of man. For thou wilt never come well prepared to read it, except thou bringest reverence, obedience, and docility; but a just reverence then only exists when we are convinced that God speaks to us, and not mortal men” (= Tetapi, suatu arti yang lain kelihatannya lebih sederhana bagi saya, bahwa Petrus berkata bahwa Kitab Suci tidak datang dari manusia, atau melalui proses pemikiran manusia. Karena engkau tidak akan pernah siap untuk membacanya, kecuali engkau membawa rasa hormat, ketaatan, dan sikap mau diajar; tetapi suatu rasa hormat yang benar hanya bisa ada pada saat kita diyakinkan bahwa Allah, dan bukan manusia yang fana, yang berbicara kepada kita).

Matthew HenryThe divinity of the scriptures must be known and acknowledged in the first place, before men can profitably use them, before they can give good heed to them. To call off our minds from all other writings, and apply them in a peculiar manner to these as the only certain and infallible rule, necessarily requires our being fully persuaded that these are divinely inspired, and contain what is truly the mind and will of God” (= Keilahian dari Kitab Suci harus diketahui dan diakui di tempat pertama, sebelum manusia bisa menggunakannya secara bermanfaat, sebelum mereka bisa memberi perhatian yang baik padanya. Memanggil pikiran kita dari semua tulisan-tulisan yang lain, dan menerapkannya dengan cara yang khusus kepada Kitab Suci sebagai satu-satunya peraturan yang pasti dan tak bisa salah, mengharuskan kita untuk diyakinkan sepenuhnya bahwa Kitab Suci diilhamkan secara ilahi, dan berisi apa yang betul-betul adalah pikiran dan kehendak Allah).
Catatan: kata-kata ‘keilahian dari Kitab Suci’ tentu tidak boleh diartikan bahwa Matthew Henry menganggap bahwa Kitab Suci adalah Allah, tetapi bahwa Kitab Suci mempunyai asal usul ilahi / dari Allah.

Bahkan, menurut saya, orang-orang yang membaca Kitab Suci tanpa mempercayainya sebagai firman Allah sangat mungkin mereka mendapatkan kerugian darinya. Orang-orang yang datang kepada Kitab Suci dengan kepercayaan bahwa Kitab Suci adalah firman Allah, akan mendapatkan kebenaran darinya. Tetapi orang-orang yang datang kepada Kitab Suci tanpa kepercayaan itu, dan apalagi kalau mereka membaca / mempelajari Kitab Suci dengan pemikiran bahwa Kitab Suci itu salah, dan berusaha menemukan kesalahan-kesalahan itu, pada umumnya mereka betul-betul akan mendapatkan kesalahan-kesalahan itu. Karena itu keyakinan / kepercayaan, rasa hormat terhadap Kitab Suci, dan motivasi yang benar dalam membaca / mempelajarinya merupakan hal-hal yang sangat penting!!
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post